1
4. Meletakkan titik berat badan dan membuat garis pertumbuhan anak
a. Letakkan (plotting) titik berat badan hasil penimbangan
b. Hubungkan (plot) titik berat badan hasil penimbangan. Jika bulan sebelumnya anak
ditimbang, hubungkan titk berat badan bulan lalu dengan bulan ini dalam bentuk
garis lurus
5. Mencatat setiap kejadian yang dialami anak. Contohnya
a. Pada penimbangan pada bulan Maret. Anak tidak mau makan
b. Saat ke posyandu di bulan Agustus, anak sedang mengalami diare
c. Penimbangan selanjutnya di bulan September, anak sedang demam
6. Menentukan status pertumbuhan anak. Status pertumbuhan anak dapat diketahui
dengan 2 cara iyaitu, dengan menilai garis pertumbuhan atau dengan menghitung
kenaikan berat badan anak dibandingkan dengan Kenaikan Berat Badan Minimum
(KBM). Kesimpulan dari penentuan status pertumbuhan adalah seperti tertera sebagai
berikut
a. Naik (N) - Grafik BB mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan BB sama dengan
KBM (Kenaikan BB Minimal) atau lebih.
b. Tidak Naik (T) – Grafik BB mendatar atau menurun memotong garis pertumbuhan
di bawahnya atau kenaikan BB kurang dari KBM
7. Mengisi catatan pemberian imunisasi bayi
8. Mengisi catatan pemberian kapsul vitamin A
9. Isi kolom Pemberian ASI Eksklusif. Beri tanda (/) bila pada bulan tersebut bayi masih
diberi ASI saja, tanpa makanan dan minuman lain selain ASI, bulan tersebut dan bulan
berikutnya diisi dengan tanda (-)
2
• Terletak di daerah dua pita warna kuning (di atas garis merah), hal ini menunjukkan
anak tersebut mengalami kurang gizi ringan.
• Dua pita warna hijau muda dan dua warna hijau tua di atas pita kuning, menunjukkan
memiliki berat badan cukup atau status gizi baik atau normal.
• Empat pita di atas pita warna hijau tua (2 pita warna hijau muda ditambah 2 pita warna
kuning), menunjukkan memiliki berat badan yang lebih di atas normal.
Di samping itu, perlu melihat perkembangan titiknya setiap bulan, apakah naik-
turun, semakin menanjak, atau malah menurun. Masing-masing perkembangan ini ada
artinya.
• Bila titik pada grafik lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, tandanya berat
badan naik.
• Bila titik pada grafik sejajar dengan bulan sebelumnya, maka berat badan sama dengan
bulan sebelumnya.
• Bila titik pada grafik lebih rendah dari bulan sebelumnya, maka berat badan
mengalami penurunan
• Bila titik berat badan pada grafik KMS terputus-putus, ini artinya kurang rajin
menimbang anak.
Penjelasan istilah naik atau tidak naik pada berat badan anak dilambangkan dengan
huruf N untuk berat badan naik dan T untuk berat badan tidak naik. Berat badan naik (N)
artinya grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan berat badan sama
dengan kenaikan berat badan minimal (KBM) atau lebih. Berat badan tidak naik (T)
artinya grafik berat badan mendatar atau menurun memotong garis pertumbuhan
dibawahnya atau kenaikan berat badan kurang dari KBM.
3
5. Apa isi kms baru skrg? Apa isi kms lama?
Jawaban: (Peraturan menteri kesehatan republik indonesia tentang penggunaan kartu
menuju sehat (KMS) bagi BALITA. Kementerian kesehatan Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat 2010)
KMS balita direvisi berdasarkan standar antropometri WHO 2005. Saat ini KMS
yang terbaru, telah diluncurkan oleh Depkes, dengan tetap menggunakan standar WHO
2005. Perbedaan dengan KMS yang lama adalah dengan melakukan pembedakan antara
KMS untuk anak laki-laki (berdasar biru) dan perempuan (merahmuda).
KMS terdiri dari 1 lembar (2 halaman) dengan 5 bagian di dalamnya sebagai
berikut:
4
6. Jelaskan ttg program fe!
Jawaban: [(1) Dewantoro NKP, Lailatul M. Studi deskriptif program suplementasi tablet
besi pada ibu hamil di puskesmas kalijudan kota surabaya. Diunduh dari: https://e-
journal.unair.ac.id/AMNT/article/download/7144/4310. Pada tanggal 1 November 2017.
(2) Septiani W. Pelaksanaan program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil. Vol 1.
No.2. Pekanbaru: Journal of Midwifery Science; 2017)]
5
Salah satu upaya yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia adalah program
Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) atau Tablet Besi.1 Program tersebut ditujukan
untuk Wanita Usia Subur, termasuk juga ibu hamil dan telah ada sejak tahun 1975.1
Program tablet besi tersebut, dikenal dengan sebutan TTD Program karena ditujukan
terutama bagi sasaran yang kurang mampu.1 Pemberian suplementasi tablet besi ini, juga
menjadi kegiatan yang disarankan dalam pelayanan antenatal care (ANC).1 Program ini
diluncurkan karena masih rendahnya kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
zat besi yang bersumber dari makanan.
Program suplementasi tablet besi di Indonesia telah berlangsung hampir 20 tahun
lamanya, namun berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi
anemia sebesar 37,1%.2 Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan hasil Riskesdas
di tahun 2007 dengan prevalensi anemia sebesar 33,8%.2 Anemia defisiensi besi
merupakan masalah umum dan luas dalam bidang gangguan gizi di dunia.
Upaya pemerintah dalam mengatasi anemia defisiensi besi ibu hamil yaitu terfokus
pada pemberian tablet tambahan darah (Fe) pada ibu hamil.2 Menurut Permenkes No 88
Tahun 2012 tentang standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil,
bahwa untuk melindungi wanita usia subur dan ibu hamil dari kekurangan gizi dan
mencegah terjadinya anemia gizi besi maka perlu mengonsumsi tablet tambah darah
(Kemenkes RI, 2013).
Program pemberian tablet besi sangat terkait dengan pelayanan kesehatan pada ibu
hamil (K1-K4) karena diberikan pada saat ibu hamil melakukan kunjungan ke pelayanan
kesehatan, pemberian tablet besi juga menjadi salah satu syarat terpenuhinya kunjungan
ibu hamil K4 (Kemenkes RI, 2013).
6
Suplementasi Vitamin A dosis tinggi untuk bayi dan anak balita:
Waktu pemberian: Suplementasi Vitamin A diberikan kepada seluruh anak balita umur 6-
59 bulan secara serentak:
• Bayi umur 6-11 bulan pada bulan Februari atau Agustus
• Balita umur 12-59 bulan pada bulan Februari dan Agustus
Tenaga yang memberikan:
• Tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat, tenaga gizi dll)
• Kader terlatih
Cara Pemberian:
Sebelum dilakukan pemberian kapsul, tanyakan pada ibu balita apakah pernah
menerima kapsul Vitamin A pada 1 (satu) bulan terakhir. Cara pemberian kapsul pada bayi
dan anak balita:
• Berikan kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi dan kapsul merah (200.000 SI) untuk
balita
• Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih
• Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul (dan tidak membuang
sedikitpun isi kapsul)
• Untuk anak yang sudah bisa menelan dapat diberikan langsung satu kapsul untuk
diminum.
Tempat pemberian:
• Sarana fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu (Pustu),
polindes/poskesdes, balai pengobatan, praktek dokter/bidan swasta)
• Posyandu Sekolah Taman Kanak-kanak, Pos PAUD termasuk kelompok bermain,
tempat penitipan anak, dll
Suplementasi Vitamin A pada Ibu Nifas
Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan sampai 6 minggu setelah kelahiran bayi
(0- 42 hari). Ibu nifas harus diberikan kapsul Vitamin A dosis tinggi karena:
• Pemberian 1 kapsul Vitamin A merah cukup untuk meningkatkan kandungan
Vitamin A dalam ASI selama 60 hari
• Pemberian 2 kapsul Vitamin A merah diharapkan cukup menambah kandungan
Vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6 bulan.
7
• Kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan
• Mencegah infeksi pada ibu nifas
Waktu pemberian:
Kapsul Vitamin A merah (200.000 SI) diberikan pada masa nifas sebanyak 2 kali yaitu:
• 1 (satu) kapsul Vitamin A diminum segera setelah saat persalinan
• 1 (satu) kapsul Vitamin A kedua diminum 24 jam sesudah pemberian kapsul
pertama.
Catatan : Jika sampai 24 jam setelah melahirkan ibu tidak mendapat vitamin A,
maka kapsul Vitamin A dapat diberikan pada kunjungan ibu nifas atau pada KN 1
(6-48 jam) atau saat pemberian imunisasi hepatitis B (HB0) pada KN 2 (bayi
berumur 3-7 hari) atau pada KN 3 (bayi berumur 8 -28 hari)
Tenaga yang memberikan:
• Tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat, tenaga gizi dll)
• Kader ( telah mendapat penjelasan terlebih dahulu dari petugas kesehatan)
Cara Pemberian:
Sebelum dilakukan pemberian kapsul, tanyakan pada ibu apakah setelah melahirkan sudah
menerima kapsul Vitamin A, jika belum:
• Kapsul Vitamin A merah diberikan segera setelah melahirkan dengan cara
meminum langsung 1 (satu) kapsul
• Kemudian minum 1(satu) kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul pertama
Tempat pemberian :
• Sarana fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, pustu, poskesdes/polindes,
balai pengobatan, praktek dokter, bidan praktek swasta)
• Posyandu
8
Pentingnya pemberian vitamin A pada ibu nifas yaitu selain untuk meningkatkan
daya tahan tubuh dapat juga meningkatkan kelangsungan hidup anak serta membantu
pemulihan kesehatan ibu nifas. Hal ini didukung juga oleh penelitian Soetarini (2009), di
Polindes Kalisongo Dau Malang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara vitamin A
dengan pengeluaran ASI ibu postpartum.
9
11. Jelaskan ttg program penimbangan, pmt penyuluhan, pmt pemulihan!
Jawaban: (1) Buku Panduan Kader Posyandu menuju Keluarga Sadar Gizi, Kemenkes RI
Tahun 2011. (2) Pedoman Respon Cepat Penanggulangan Gizi Buruk, Depkes RI, 2008)
Bentuk salah satu pelaksanaan kegiatan posyandu dalam mengoptimalisasi potensi
tumbuh kembang anak adalah melalui kegiatan penimbangan. Kegiatan ini bertujuan untuk
memonitoring balita dengan melihat naik atau tidak naik berat badan, yang dilakukan
sebulan sekali dengan menggunakan indicator Kartu Menuju Sehat (KMS). Atas dasar
penimbangan bulanan ini dapat diketahui status gizi dan penentuan manakala dibutuhkan
tindak lanjutan.
Penimbangan balita di posyandu terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama, yakni ibu
atau pihak yang membawa balita menulis absen di meja pertama. Setelah itu, menyerahkan
KMS (Kartu Menuju Sehat) ke meja dua. KMS merupakan kartu yang mencatat
perkembangan balita. Hal yang dicatat didalam KMS adalah berat badan balita. KMS
mempermudah ibu maupun kader posyandu dalam memantau pertumbuhan dan
perkembangan balita. Lalu dilanjutkan dengan tahap ketiga (tahap akhir) dimana setelah
ditimbang dan mendapatkan angka untuk setiap berat badan balita, maka KMS
dikembalikan ke ibu.
10
• Turunkan bayi/balita
• Bukukan hasil penimbangan pada Register dan KMS/Buku KIA
b. Melakukan Penimbangan Bayi menggunakan Baby Scale
• Bayi yang ditimbang menggunakan pakaian seminimal mungkin
• Dilakukan pada bayi pengunjung Klinik Gizi
• Sebelum digunakan skala harus menunjukkan angka nol ( 0 )
• Bayi ditidurkan pada Baby Scale
• Catat hasil penimbangan
• Turunkan bayi
c. Melakukan Penimbangan Balita menggunakan Detecto
• Balita yang ditimbang menggunakan pakaian seminimal mungkin
• Dilakukan pada balita pengunjung Klinik Gizi
• Digunakan untuk Balita yang sudah bisa berdiri
• Sebelum digunakan, jarum timbang (kg dan ons) pada posisi nol (0)
• Balita berdiri di atas alas injak timbangan
• Tentukan hasil penimbangan dengan membaca jarum timbang
• Catat hasil penimbangan
• Turunkan balita dari timbangan
PMT Penyuluhan [(1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2014. (2) Depkes RI, Pedoman Pelaksanaan Pendistribusian dan pengelolaan MP-ASI,
Depkes RI,2005 (3) Depkes RI, Pedoman Tata Laksana Gizi Buruk, Depkes RI, 2007 (4)
Tata Laksana Penanggulangan Gizi Buruk, Depkes, Jakarta. Dinkes Kabupaten Tegal,
2014 (5) Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada Balita KEP (Gizi
Buruk dan Gizi kurang) pada Perbaikan Gizi Masyarakat Kabupaten Tegal Tahun 2014.]
Pemberian makanan tambahan merupakan program atau kegiatan Posyandu yang
dilakukan dengan pemberian zat gizi yang bertujuan untuk memperbaiki status gizi balita
dengan memberikan makanan tambahan dengan kandungan gizi yang cukup sehingga
kebutuhan gizi balita terpenuhi (Cahyo Ismawati, 2010:30). PMT Penyuluhan yaitu
sebagai sarana penyuluhan yang merupakan salah satu bentuk kegiatan pemberian gizi
berupa makanan dari luar keluarga yang disediakan oleh kader posyandu.
11
Tujuan PMT Penyuluhan:
a. sebagai sasaran penyuluhan kepada orang tua blita tentang makanan kudapan ( snack )
yang baik diberikan untuk balita,
b. sebagai sarana untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi balita, dan
c. sebagai sarana untuk menggerakkan peran serta masayarakat dalam mendukung
kesinambungan penyelenggaraan posyandu
Syarat Pemberian Makanan Tambahan Penyuluhan
Bahan makanan yang digunakan dalam pemberian makanan tambahan yaitu
menggunakan bahan-bahan yang ada atau dapat dihasilkan daerah setempat sehingga
memungkinkan kelestarian program lebih besar. Bahan makanan yang diutamakan yaitu
yang mengandung sumber kalori dan protein tanpa mengesampingkan sumber zat gizi lain.
Menurut Departemen Kesehatan RI bahwa syarat pemberian makanan tambahan
penyuluhan pada balita meliputi:
• Nilai gizi berkisar 200-300 kkal dan protein 5-8 gram, serta diberikan dengan jumlah
porsi kecil.
• Menggunakan bahan makanan setempat yang diperkaya protein nabati/hewani
(misalnya telur/ ikan/ daging/ ayam, kacang-kacangan atau penukar) dan sumber
vitamin dan mineral yang terutama berasal dari sayursayuran dan buah-buahan
setempat, serta menggunakan resep daerah atau dimodifikasi.
• Disiapkan, dimasak dengan cara yang benar sehingga keadaan fisik dan zat gizinya
tidak rusak, dikemas dengan baik, bentuk serta warnanya beragam dan menarik.
• Aman dengan tidak menggunakan bahan tambahan yang berbahaya bagi kesehatan
dan makanan yang dikemas harus mempunyai label yang memuat tentang keterangan
tentang isi, jenis, dan jumlah bahan-bahan yang digunakan, tanggal kadaluarsa,
komposisi zat gizi yang dinyatakan, dan kehalalan produk. dan memenuhi syarat
kebersihan serta kesehatan.
• Hindari makanan yang mempunyai rasa pahit (seperti brokoli, kacang buncis, pare,
daun singkong, daun pepaya, apel, dan jeruk), sajikan makanan dalam bentuk
sederhana, beraroma sedang, dan sudah dikenal dengan mengutamakan makanan
basah daripada kering.
12
Cara Melaksanakan Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan Penyuluhan (PMT-P) balita
di Posyandu dilakukan dengan cara:
• Petugas gizi mengumpulkan data jumlah posyandu balita penerima bantuan PMT-
Penyuluhan
• Petugas gizi memberikan bimbingan teknis pelaksanaan kegiatan PMT Penyuluhan.
• Petugas gizi mengusulkan kebutuhan anggaran dana kepada Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK)
• Petugas gizi mendistribusikan anggaran melalui bidan desa.
• Petugas gizi melakukan pemantauan dan evaluasi
• Petugas gizi melaporkan hasil kegiatan pemberian PMT-Penyuluhan ke Dinas
Kesehatan Kabupatan.
PMT Pemulihan [(1) Departemen Kesehatan RI, Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan,
Departemen Kesehatan RI, 2005. (2) Departemen Kesehatan RI, Pedoman Umum
Pemberian Makanan Pendamping ASI Lokal, Departemen Kesehatan RI 2006 (3) Institute
Danone, Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang, Kompas Gramedia 2010 (4) Kementerian
Kesehatan RI, Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan, Kementerian Kesehatan
RI, 2011]
Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia balita perlu
diselenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan. PMT Pemulihan bagi
anak usia 6-59 bulan dimaksudkan sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti makanan
utama sehari-hari. PMT Pemulihan dimaksud berbasis bahan makanan lokal dengan menu
khas daerah yang disesuaikan dengan kondisi setempat.
Tujuan Umum: Sebagai acuan dalam pelaksanaan PMT Pemulihan berbasis bahan
makanan lokal bagi balita gizi kurang usia 6-59 bulan. Tujuan Khusus: (1) Memberikan
informasi tentang Prinsip Dasar PMT Pemulihan; (2) Memberikan informasi tentang
penyelenggaraan PMT Pemulihan berbasis bahan makanan lokal bagi balita gizi kurang 6 –
59 bulan. Sasaran: Balita gizi kurang atau kurus usia 6-59 bulan termasuk balita dengan
Bawah Garis Merah (BGM) dari keluarga miskin menjadi sasaran prioritas penerima PMT
Pemulihan. Prinsip: (1) PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan
makanan lokal dan tidak diberikan dalam bentuk uang; (2) PMT Pemulihan hanya sebagai
tambahan terhadap makanan yang dikonsumsi oleh balita sasaran seharihari, bukan sebagai
13
pengganti makanan utama; (3) PMT Pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
gizi balita sasaran sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi antar ibu
dari balita sasaran; (4) PMT pemulihan merupakan kegiatan di luar gedung puskesmas
dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang dapat diintegrasikan dengan kegiatan
lintas program dan sektor terkait lainnya; (5) PMT Pemulihan dibiayai dari dana Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK). Selain itu PMT pemulihan dapat dibiayai dari bantuan
lainnya seperti partisipasi masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah Daerah.
Persyaratan Jenis dan Bentuk Makanan
1. Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan atau makanan
lokal. Jika bahan makanan lokal terbatas, dapat digunakan makanan pabrikan yang
tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan kemasan, label dan masa
kadaluarsa untuk keamanan pangan.
2. Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita
sasaran.
3. PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi
balita dari makanan keluarga.
4. Makanan tambahan balita ini diutamakan berupa sumber protein hewani maupun
nabati (misalnya telur/ ikan/daging/ayam, kacang-kacangan atau penukar) serta
sumber vitamin dan mineral yang terutama berasal dari sayur-sayuran dan buah-
buahan setempat.
5. Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-turut.
6. Makanan tambahan pemulihan berbasis bahan makanan /makanan lokal ada 2 jenis
yaitu berupa: a. MP-ASI (untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan) b. Makanan
tambahan untuk pemulihan anak balita usia 24-59 bulan berupa makanan keluarga.
7. Bentuk makanan tambahan pemulihan yang diberikan kepada balita dapat disesuaikan
dengan pola makanan.
14
Langkah-langkah penyelenggaraan PMT Pemulihan sebagai berikut:
A. Persiapan
1. Kecamatan/Puskesmas:
• Sosialisasi dari Puskesmas ke kader tentang rencana pelaksanaan PMT
Pemulihan yang menggunakan dana penunjang pelayanan kesehatan merujuk
pada Juknis BOK
• Rapat koordinasi dan organisasi pelaksana untuk menentukan lokasi, jenis
PMT Pemulihan, alternatif pemberian, penanggung jawab, pelaksana PMT
Pemulihan (menggunakan dana kegiatan lokakarya mini dari BOK)
• Konfirmasi status gizi calon penerima PMT Pemulihan
• Penentuan jumlah dan alokasi sasaran
• Perencanaan menu makanan tambahan pemulihan
2. Desa /Kelurahan/Pustu/Poskesdes
• Rekapitulasi data sasaran balita berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin
• Mengirimkan data balita sasaran yang akan mendapat PMT Pemulihan ke
puskesmas
• Pembinaan pelaksanaan PMT Pemulihan termasuk penyusunan menu makanan
tambahan
3. Dusun/ RW/Posyandu
• Pendataan sasaran balita sesuai kriteria prioritas sasaran diatas dan berdasarkan
kelompok umur dan jenis kelamin?
• Menyampaikan data calon sasaran penerima PMT Pemulihan ke
Desa/Kelurahan/Pustu /Poskesdes untuk dikonfirmasi status gizinya
• Menerima umpan balik mengenai jumlah sasaran penerima PMT Pemulihan
dari puskesmas serta menyampaikannya kepada ibu balita sasaran
• Membentuk kelompok ibu balita sasaran
• Merencanakan pelaksanaan PMT Pemulihan (jadwal, lokasi, jenis dan bentuk
PMT Pemulihan, alternatif pemberian, penanggung jawab, pelaksana PMT
Pemulihan)
15
B. Pelaksanaan
Penyelenggaraan PMT Pemulihan lokal perlu didukung dengan penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) oleh tenaga kesehatan dan kader kepada
keluarga sasaran.
Dalam pelaksanaan PMT pemulihan, perlu dipertimbangkan beberapa hal
sebagai berikut: 1. Apabila memungkinkan, hari masak penyelenggaraan PMT
Pemulihan dilakukan setiap hari di tempat tertentu yang disepakati bersama. 2. Bila
hari masak setiap hari tidak memungkinkan, maka hari masak sebaiknya dilakukan 2
kali seminggu. 3. Bagi daerah yang kondisi geografisnya sulit, hari masak dapat
dilakukan sekali seminggu.
Berikut adalah beberapa alternatif cara penyelenggaraan kegiatan PMT-
Pemulihan yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi setempat: (1) Masak bersama
setiap hari, (2) Masak bersama 2 kali seminggu, (3) Masak bersama 1 kali seminggu.
C. Pemantauan dan Bimbingan Teknis
1. Pemantauan dilakukan setiap bulan selama pelaksanaan PMT Pemulihan.
2. Pemantauan meliputi pelaksanaan PMT Pemulihan, pemantauan berat badan setiap
bulan; sedangkan pengukuran panjang/tinggi badan hanya pada awal dan akhir
pelaksanaan PMT
3. Pemantauan dan bimbingan teknis dilakukan oleh Kepala Puskesmas, Tenaga
Pelaksana Gizi (TPG) puskesmas atau bidan di desa kepada ibu Kader pelaksana
PMT Pemulihan.
D. Pencatatan dan Pelaporan
1. Menu makanan tambahan pemulihan
2. Keuangan
3. Hasil kegiatan PMT Pemulihan
16
1. Identifikasi ibu hamil, oleh bidan dengan berkunjung ke rumah warga, selain
mengidentifikasi. Diharapkan pasien ibu hamil dan keluarga merasa termotivasi untuk
memeriksakan kandungannya.
2. ANC dilakukan minmal 4 kali. Setiap kunjungan dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik dan ginekologi, diperiksakan perkembangan janin, mendeteksi
adanya risiko kehamilan yang mungkin muncul seperti anemia, hipertensi dalam
kehamilan, penyakit menular seksual. Jika ditemukan kelainan maka harus diambil
tindakan atau merujuk.
3. Palpasi abdomen yaitu pemeriksaan leopold, TFU
4. Pengelolaan anemia pada kehamilan yaitu mencakup pencegahan, identifikasi pasien
anemia, memberikan rujukan
5. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan, menemukan secara dini, mengenali
preeklampsia serta mengambil tindakan tepat untuk merujuk.
6. Persiapan persalinan, memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, dan memberikan
arahan kepada suami serta keluarga yang satu rumah pada kehamilan trimester III
tentang tanda-tanda persalinan yang nyaman dan menyenangkan, persiapan transportasi
dan biaya saat waktu persalinan tiba
Menurut standar WHO, seorang ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal
dengan minimal 4 kali selama kehamilannya, yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali
pada trimester ke dua, dan 2 kali pada trimester ke tiga untuk memantau keadaan ibu dan
janin secara seksama sehingga dapat mendeteksi secara dini dan dapat memberikan
intervensi secara tepat (WHO, 2007).
Menurut Kemenkes RI (2011), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar pelayanan
antenatal yang dimulai dengan beberapa kegiatan, antara lain:
a. Ukur tinggi badan
b. Timbang berat badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA)
c. Ukur Tekanan Darah
d. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
e. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
f. Pemberian Tablet besi (fe)
g. Tanya/Temu wicara
17
Sementara dalam praktiknya terdapat standar minimal yang harus terpenuhi. Standard
tersebut dikenal dengan istilah “10T” pelayanan antenatal antara lain:
1. Timbang berat badan
2. Mengujur tekanan darahnya
3. Mengukur tinggi fudusnya
4. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid) lengkap
5. Pemberian tablet zat besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilannya
6. Tes laboratorium
7. Tes terhadap penyakit menular seksual
8. LILA
9. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
10. Tatalaksana atau penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai
dengan standart dan kewenangan tenaga kesehatan.kasus- kasus yang tidak dapat ditangani
dirujuk sesuai dengan system rujukan. (Kemenkes, 2010)
18
15. Sebutkan Angka kematian ibu!
Jawaban: (Retnaningsih E. Studi Kasus Kontrol: Pengaruh faktor perilaku layanan
kesehatan ibu hamil terhadap kematian ibu di empat kabupaten/kota di provinsi Sumatera
Selatan. Bul.Penelit.Kes, Vol 37, No 2, 2009.h.67-78)
Jumlah kematian ibu per 100.000 kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.
Angka pengukuran risiko kematian wanita yang berkaitan dengan peristiwa kehamilan
19
4. Tiga (3) terlambat
• Terlambat mengambil keputusan à sering dijumpai pada masyarakat kita,
bahwa pengambil keputusan bukan di tangan ibu, tetapi pada suami atau orang
tua, bahkan pada orang yang dianggap penting bagi keluarga. Hal ini
menyebabkan keterlambatan dalam penentuan tindakan yang akan dilakukan
dalam kasus kebidanan yang membutuhkan penanganan segera. Keputusan
yang diambil tidak jarang didasari atas pertimbangan factor social budaya dan
factor ekonomi.
• Terlambat dalam pengiriman ke tempat rujukan, keterlambatan ini paling sering
terjadi akibat factor penolong (pemberi layanan di tangkat dasar).
• Terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan, keterlambatan dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan merupakan masalah di tingkat layanan
rujukan. Kurangnya sumber daya yang memadai, sarana dan prasarana yang
tidak mendukung dan kualitas layanan di tingkat rujukan, merupakan factor
penyebab terlambatnya upaya penyelamatan kesehatan ibu.
20
18. Apa itu K4?
Jawaban: (Gusna E, Sulaini P, Bachtiar H. Analisis cakupan antenatal care K4 program
kesehatan ibu dan anak diwilayah kerja dinas kesehatan kabupaten padang pariama.vol.5
no.1. Jurnal kesehatan andalas. 2016.)
K4 adalah kunjungan ke tenaga kesehatan yang dilakukan oleh ibu hamil ke tenaga
kesehatan dengan minimal 4 kali kunjungan yaitu 1 kali kunjungan di trimester 1, 1 kali
pada trimester 2, dan 2 kali pada trimester 3. Dengan pemeriksaan yang dilakukan asuhan
standar minimal 7T.
21. Penyebab kematian postnatal, neonatal dan solusi dari kegiatan program yang
mana?
Jawaban: (1) Djaja S, Soemantri S. Penyebab kematian bayi baru lahir (neonatal) dan
sistem pelayanan kesehatan yang berkaitan di indonesia survei kesehatan rumah tanggaa
(SKRT) 2001. Buletin Penelitian Kesehatan vol 31.no 3 tahun 2003.155-165. ; (2) Wandira
21
AK, Indawati R. Faktor penyebab kematian bayi di kan sidoarjo. Jurnal Biometrika dan
kependudukan. 1(1) vol 1 no 1 33-42.)
Pola penyakit penyebab kematian neonatal dini (baru lahir 7 hari) lebih banyak
disebabkan oleh masalah prematuritas dan BBLR (35%), serta asfiksia lahir (33,6%).
Kematian bayi neonatal 8 hari-28 hari lebih banyak di sebabkan karena infeksi seperti
tetanus (31,4%) dan pneumonia (8,6%), serta feeding problem (14,3%). Penyebab
kematian bayi usia 1 bulan sampai 1 tahun (postneonatal) atau kematian bayi eksogen
disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar, kematian
bayi disebabkan oleh kurangnya kesadaran kesehatan ibu saat hamil misalnya jarang
memeriksakan kandungan, hamil di usia muda maupun tua, jarak yang terlalu sempit,
kurang asupan gizi, makanan tidak bersih, fasilitas sanitasi dan higienitas yang tidak
memadai.
Meningkatkan kesehatan ibu dari hamil hingga melahirkan, K1-K4, imunisasi TT,
PHBS Rumah tangga, cakupan kunjungan neonatal pertama, Imunisasi dasar, manajemen
penanggulangan bayi sakit, ASI eksklusif.
22. Kriteria, tanda bahaya, kriteria rujukan pneumonia, dan terapi di pkm
Jawaban: ()
Kriteria dan tanda bahaya Pneumonia
Pneumonia yang berat dapat diartikan sebagai pneumonia yang perlu perawatan di
ICU, karena pneumonia berat dapat mengancam kehidupan. Berdasarkan modifikasi
kriteria pneumonia berat menurut ATS dibagi menjadi :
1. Kriteria minor (data dasar ketika penderita datang):
• Frekuensi napas > 30/menit
• PaO2/FiO2 kurang dari 250 mmHg
• Gambaran rontgen paru menunjukkan kelainan bilateral
• Gambaran rontgen paru melibatkan > 2 lobus
• Tekanan sistolik < 90 mmHg
• Tekanan diastolik < 60 mmHg
22
2. Kriteria mayor (data yang ditemukan pada waktu masuk atau pada pengamatan
selanjutnya)
• Membutuhkan ventilasi mekanik
• Infiltrat bertambah > 50%
• Membutuhkan vasopressor > 4 jam (septik shok)
• Serum kreatin > 2 mg/dl atau peningkatan > 2 mg/dl, pada penderita riwayat
penyakit ginjal atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis
Penderita yang memerlukan perawatan ICU adalah penderita yang mempunyai paling
sedikit 2 dari 3 gejala minor atau 1dari 2 gejala mayor.
23
23. Kriteria, tanda bahaya, kriteria rujukan diare
Jawaban: (Permenkes RI no.5 tahun 2014)
a. Kriteria diare
Buang air besar dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu
hari (24 jam).
b. Tanda bahaya diare
• Diare memburuk atau menetap setelah 7 hari
• Pasien dengan tanda-tanda toksik (dehidrasi,disentri,demam >380c)
• Muntah yang persisten
• Perubahan status mental seperti lethargi, apatis, irritable
• Pada pasien immunocompromised
c. Kriteria rujukan
• Tanda dehidrasi berat
• Terjadi penurunan kesadaran
• Nyeri perut yang signifikan
• Pasien tidak dapat minum oralit
• Tidak ada infuse set serta cairan infuse di fasilitas pelayanan
24. Kriteria klb pneumonia, dbd, diare, tetanus neonatarum, flu burung, difteri?
Jawaban:
Kriteria KLB Demam Berdarah Dengue (DBD)
24
kesakitan yang biasa terjadi pada kurun waktu yang sama tahun sebelumnya.” (Ditjen PPM &
PLP 1987:2).
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1202/Menkes/SK/VIII/2002 tentang
Indikator Indonesia Sehat 2010 dirumuskan indikator KLB Demam Berdarah Dengue yaitu:
”Angka kesakitan (morbiditas) DBD adalah jumlah kasus DBD di suatu wilayah tertentu selama
satu tahun dibagi jumlah penduduk di wilayah dan kurun waktu yang sama, dikalikan 100.000.”
(Depkes 2003)
Sumber: Koban, A. W., & Psi, S. Kebijakan pemberantasan wabah penyakit menular: kasus
kejadian luar biasa demam berdarah dengue (KLB DBD). Indonesian Institute;2005:14-5.
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud pada pasal 4 Permenkes RI
No. 1501/ MENKES/PER/2010.(Konfirmasi kolera) yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari,
atau minggu berturut turut.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
dalam kurun waktu jam, hari atau minggu.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
5. Rata rata jumlah kejadian kesakitan perbulan selama 1(satu) tahun menunjukkan kenaikan dua
kali atau lebih dibandingkan dengan rata rata jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun
sebelumnya. 6. Angka kematian kasus (CFR) dalam 1(satu) kurun waktu tertentu menunjukkan
kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus pada suatu periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
Sumber: www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-diare.pdf
25
Kriteria KLB Pneumonia
Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010 adalah :
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
pada suatu daerah
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari
atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada
tahun sebelumnya
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama
Sumber: www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/...pneumonia.pdf
Difteri
26
a. Pelacakan kasus Pelacakan kasus ke lapangan sangat penting karena kemungkinan akan
didapatkan kasus tambahan. Setiap kasus difteri dilakukan pelacakan dan dicatat dalam formulir
penyelidikan KLB difteri Pelacakan ke lapangan sebaiknya segera setelah mendapatkan
informasi dari rumah sakit atau sumber lainnya.
b. Identifikasi kontak
Kontak serumah Kontak serumah didatangi dengan menggunakan form pelacakan difteri,
seluruh anggota keluarga diperiksa dan diambil apusan tenggorokan atau apusan hidung.
Bagi yang menunjukkan gejala klinis difteri segera dirujuk ke rumah sakit.
Kontak sekolah/ tetangga Teman sekolah dan teman bermain atau tetangga terdekat
indek kasus terutama pada kontak yang ditemukan tanda-tanda faringitis atau pilek-pilek
dengan ingus kemerahan, maka segera dilakukan pemeriksaan spesimen/swab
tenggorokan. Guru sekolah dapat dimintakan bantuan melakukan pengamatan terhadap
anak sekolah yang menunjukkan gejala agar segera melaporkan ke petugas kesehatan
Flu Burung
Namun demikian setiap kasus suspek FB ditangani seperti kasus konfirmasi sampai diketahui
hasil negatif.
Penyelidikan Epidemiologi
27
• Informasikan kepada pihak RS agar melakukan pemantauan terhadap petugas kesehatan
selama 2 kali masa inkubasi sejak kontak terakhir dengan kasus dan
• Bila dalam pemantauan ada yang menderita ILI agar segera melapor ke Dinas Kesehatan
• Lakukan pengambilan swab nasofaring dan orofaring bila ada yang menderita ILI selama
dalam pemantauan dan perlakukan seperti kasus suspek FB
• Penyelidikan Epidemiologi dan Surveilans Kontak Kasus FB di Lapangan
• Berkoordinasi dengan petugas puskesmas untuk PE ke lapangan
• Lakukan Pencarian kasus tambahan
• Lakukan pencarian faktor resiko dan sumber penularan
• Lakukan pemantauan kontak baik kontak unggas maupun kontak kasus selama 2 kali masa
inkubasi sejak kontak terakhir
• Lakukan pengambilan swab nasofaing dan orofaring bila ada kontak yang menunjukkan
gejala ILI dan beri Tamiflu sesuai dosis
• Segera rujuk ke RS Rujukan FB dengan menginformasikan terlebih dahulu kepada RS
• Segera melapor
Tetanus Nenonatorum
Suatu KLB penyakit adalah sangat jarang disebabkan oleh lebih dari satu etiologi KLB.
Sering diketahui karena adanya peningkatan jumlah kematian atau peningkatan jumlah
penderita rawat inap. Pada saat adanya peningkatan kematian, pasti disertai adanya peningkatan
jumlah kesakitan. Peningkatan jumlah kesakitan ini akan didiagnosis sebagai penyakit lain yang
bukan sebagai etiologi KLB atau diagnosis gejala yang menonjol. Kepastian adanya KLB
penyakit misterius berdasarkan pada kriteria kerja KLB yaitu terjadinya peningkatan bermakna
secara epidemiologi total kematian, total perawatan, total penyakit dengan gejala yang sama atau
pada dua atau lebih penyakit-penyakit tertentu. Sebagai pembanding jumlah kematian dan
kesakitan dalam keadaan normal dapat bersumber dari data setempat periode sebelum KLB, data
daerah kabupaten/kota, provinsi atau nasional.
28
Data kematian dan kesakitan dapat bersumber dari data sekunder unit pelayanan, atau
populasi dicurigai dengan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah. Data bersumber unit
pelayanan harus memperhatikan azas keteraturan kunjungan penderita, kelengkapan dan
ketepatan laporan.
Penetapan etiologi KLB penyakit misterius dapat dilakukan berdasarkan langkah kegiatan
yaitu :
Sumber :
Santosa H, et.al. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
Penyakit Menular dan Keracunan Pangan: Pedoman Epidemiologi Penyakit. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta; 2011
25. Imunisasi, jadwal di posyandu, cara pberian, dosis, kipi, cara penanganan kipi ,
edukasi
Jawaban: (1) Akib P.A., Purwanti A. Kejadian Ikutan pasca Imunisasi (KIPI) Adverse
Events Following Imumunization (AEFI). Dalam Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi
keempat. Penyunting: Ranuh Gde, Suyitno H, Hadinegoro S.R.S, Kartasasmita C.B,
Ismoedijanto dkk. Jakarta: IDAI; 2011.; (2) Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Kemenkes RI. 2013. Modul Pelatihan Imunisasi bagi petugas Puskesmas
(Basic Health Worker’s training module).; (3) Kemenkes RI. 2013. Peraturan Pemerintah
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.;
(4) Satgas Imunisasi IDAI. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI.)
29
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Imunisasi terdiri dari 2, imunisasi wajib dan
imunisasi rutin.
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang
sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat
sekitarnya dari penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi
tambahan, dan imunisasi khusus. Sedangkan Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat
diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dari penyakit menular tertentu, yaitu vaksin MMR, Hib, Tifoid, Varisela, Hepatitis
A, Influenza, Pneumokokus, Rotavirus, Japanese Ensephalitis, dan HPV.
A. Imunisasi wajib
1. Imunisasi Rutin
a. Imunisasi Dasar
1) Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung Mycrobacterium
bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin), strain paris.
30
3) Vaksin Hepatitis B yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal
dari HBsAg.
• Dosis pertama usia 0–7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4 minggu (1
bulan).
4) Vaksin Polio Oral (Oral Polio Vaccine [OPV]) Trivalent yang terdiri dari suspensi
virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 (strain Sabin) yang sudah dilemahkan.
Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali (dosis) pemberian,
dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
5) Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV) Bentuk suspensi injeks untuk pencegahan
poliomyelitis pada bayi dan anak immunocompromised.
• IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10, dan 14, sesuai dengan
rekomendasi dari WHO.
31
6) Vaksin Campak Vaksin virus hidup yang dilemahkan. Kekebalan aktif untuk
penyakit campak.
0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas atau anterolateral paha,
pada usia 9–11 bulan.
b. Imunisasi lanjutan
1) Vaksin DT Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu mengandung toksoid
tetanus dan toksoid difteri murni yang terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat.
Pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus pada anak-anak.
Secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5 ml. Dianjurkan
untuk anak usia di bawah 8 tahun.
Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian
0,5 ml.
3) Vaksin TT Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu dalam vial gelas,
mengandung toksoid tetanus murni, terabsorpsi ke dalam aluminium fosfat.
Perlindungan terhadap tetanus neonatorum pada wanita usia subur.
Secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5 ml.
32
2. Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu yang paling berisiko
terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu. Yang termasuk dalam
kegiatan imunisasi tambahan adalah Backlog fighting, Crash program, PIN (Pekan Imunisasi
Nasional), Sub-PIN, Catch up Campaign campak dan Imunisasi dalam Penanganan KLB
(Outbreak Response Immunization/ORI)
3. Imunisasi khusus
B. Imunisasi Pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan
kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit menular tertentu, yaitu
vaksin MMR, Hib, Tifoid, Varisela, Hepatitis A, Influenza, Pneumokokus, Rotavirus, Japanese
Ensephalitis, dan HPV.
33
Jadwal imunisasi
A. Imunisasi dasar
1. 0-7 hari - Hepatitis B
2. 1 bulan – BCG, Polio 1
3. 2 bulan – Hib, DPT, Polio 2
4. 3 bulan – DPT, Hib 2, Polio 3
5. 4 bulan – DPT, Hib 3, Polio 4, IPV
6. 9 bulan – Campak
B. Imunisasi Lanjutan pada usia balita
1. 18 bulan – DPT, Hib
2. 24 bulan – Campak
C. Imunisasi lanjutan usia sekolah
1. Kelas 1 SD – DT, Campak
2. Kelas 2 SD – Td
3. Kelas 3 SD - Td
Cakupan imunisasi yang tinggi maka penggunaan vaksin juga meningkat dan sebagai
akibatnya reaksi simpang yang berhubungan dengan imunisasi juga meningkat. Reaksi simpang
dikenal pula dengan istilah kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) atau adverse event following
immunization (AEFI).
KIPI adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa reaksi vaksin,
reaksi suntikan, efek farmakologis, kesalahan prosedur, koinsiden atau hubungan kausal yang
tidak dapat ditentukan. KIPI serius merupakan kejadian medis setelah imunisasi yang tak
diinginkan yang menyebabkan rawat inap atau perpanjangan rawat inap, kecacatan yang menetap
atau signifikan dan kematian, serta menimbulkan keresahan di masyarakat. (Akib, 2011;
Kemenkes RI, 2013)
KIPI yang terjadi dalam waktu 48jam setelah imunisasi satu gejala atau lebih :
- Anafilaksis
- Syok
- Episode hipotonik hiporesponsif
34
KIPI terjadi dalam waktu 30 hari setelah imunisasi terdiri dari satu gejala atau lebih :
- Ensefalopati
- Kejang
- Meningitis aseptic
- Trombositopenia
- Lumpuh layu
- Bahkan bias sampai meninggal
Berikut dibawah ini adalah cara penanggulangan KIPI, terdiri dari pencegahan primer dan
penanganan medis :
A. Pencegahan Primer
1. Tempat Ruangan khusus untuk penanggulangan KIPI, misalnya ruang UKS atau ruangan
lainnya.
2. Alat dan obat Tensimeter, infus set, alat suntik steril. Adrenalin 1:10.000, deksametason
suntik, cairan infus NaCl 0,9%.
3. Fasilitas rujukan Fasilitas kesehatan milik pemerintah dan swasta yang sudah dikoordinasi
dalam jejaring fasilitas kesehatan.
5. Mengenal gejala klinik KIPI Gejala lokal dan sistemis serta reaksi lainnya. Makin cepat
terjadinya KIPI, makin berat gejalanya.
35
di lengan kanan atas di daerah pertengahan muskulus deltoideus, observasi pasca-imunisasi
minimal 30 menit.
7. Pelaksana Tenaga kesehatan yang terlatih dan ditunjuk oleh kepala puskesmas serta
dibekali surat tugas.
B. Penanggulangan Medis
KIPI Penanggulangan kasus ringan dapat diselesaikan oleh puskesmas dan memberikan
pengobatan segera, Komda PP-KIPI hanya perlu diberikan laporan. Jika kasus tergolong berat
harus segera dirujuk. Kasus berat yang masih dirawat, sembuh dengan gejala sisa, atau
meninggal, perlu dilakukan evaluasi ketat dan apabila diperlukan Komda PP-KIPI segera
dilibatkan.
Edukasi
Maka dari itu perlunya edukasi yang baik dan terarah kepada masyarakat terutama orang
tua yang membawa anaknya untuk imunisasi wajib, mengedukasi bahwa dapat terjadi hal-
hal yang tidak diduga dari paska imunisasi. Kita juga harus menginformasikan penanganan
masalah pasca imunisasi, mengedukasi agar jangan panik dan mengikuti arahan yang telah
di berikan sebagai upaya penanganan pasca imunisasi. Bila terjadi bengkak di tempat
suntikan tidak perlu diobati dikompres dengan air hangat, reaksi panas atau demam paska
pemberian imunisasi campak berikan obat panas, bila terjadi reaksi alergi seperti urtikaria
atau biduran pasca imunisasi perlu pemberian antihistamin tidak dianjurkan pemberian
kortikosteroid biasanya dalam beberapa saat reaksi alergi akan hilang sendiri,
26. Definisi penyakit menular, agen, host, reservoir, transmisi langsung , tdk
langsung, vektor, teori penyakit menular
Jawaban: (Buku Pedoman: Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa.
Penyakit Menular dan Keracunan Pangan. (Pedoman Epidemiologi Penyakit). Edisi revisi
tahun 2011)
Definisi : Penyakit yang disebabkan oleh agent atau hasil toksinnya, yang berasal dari reservoir
yang ditularkan kepada host yang rentan.
36
Agent: Biasanya mikroorganisme / agen biologis. Secara umum agent adalah sesuatu yang bila
ada / tidak ada dapat menyebabkan timbulnya penyakit.
Sifat agent:
• Fisik: Kecelakaan lalu lintas, tertusuk paku/pisau, terkena api
• Kimiawi : Keracunan merkuri (Hg), Keracunan singkong, Keracunan racun serangga
• Biologik : Virus (AIDS, DHF, Yellow fever, Polio), Ricketsia, Bakteri (TBC, Pertusis,
Difteri), Spirochaeta (Sifilis, Leptospirosis), Jamur (Candida Albicans, Tinea versikolor),
Protozoa (Malaria)
• Psikologik : Broken home, majikan ke pekerja
• Reservoir WHO: Manusia, hewan, tumbuhan, tanah, arthropoda, atau benda anorganik
lain tempat mikroorganisme hidup, berkembang biak secara primer pada host lain
• Menurut UU Wabah tahun 1984: Manusia, Hewan, Tumbuhan dan benda benda yang
mengandung dari atau tercemar bibit penyakit serta dapat menimbulkan wabah.
Vector Arthropoda atau invertebrata lain yang mentransmisikan infeksi dengan cara
menginokulasikan ke dalam, melalui kulit atau membran mukosa dengan cara menggigit atau
meninggalkan bahan infeksius pada kulit, makanan, atau objek lainnya
Host Makhluk hidup yang termasuk di dalamnya organisme yang menjadi tempat hidup parasit.
Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi.
Faktor tersebut yaitu parasit beserta vektor penyebab penyakit (parasite), pejamu (host) dan
lingkungan (environment). Ketiga faktor penting ini disebut dengan segitiga epidemiologi
(epidemiological triangle). Hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan secara sederhana
sebagai timbangan, yaitu parasit penyebab penyakit pada satu sisi dan pejamu pada sisi lain
dengan lingkungan sebagai penumpunya. Segitiga epidemiologi yang sering dikenal dengan
istilah trias epidemiologi merupakan konsep dasar yang memberikan gambaran tentang
hubungan antara 3 faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan
lainnya yaitu Host, Agent dan Lingkungan.
37
pencemaran air dan baku mutu air limbah. Makalah Pengantar Falsafah Sains. 2004. h,1-
12.
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah
air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. BOD atau
Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah
oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai
atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. COD atau Chemical Oxygen
Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik
yang terkandung dalam air.
28. Sumur gali syaratnya? Syarat septik tank dan cara kerja septik Tank?
Jawaban: (1) Notoatmodjo S. Penyediaan air bersih. Dalam: Kesehatan masyarakat ilmu
dan seni. Sistem penyediaan air bersih. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.h. 172-80. (2) Darwati
S. Sumur gali. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Balitbang
Kementrian Pekerjaan Umum; 2014. h.3-4. (3) Sudarmadji, Hamdi. Tangki septik dan
peresepannya sebagai sistem pembuangan air kotor di permukiman rumah tinggal keluarga.
Jurnal Teknik Sipil PILAR. 2013. (4) Soesanto SS. Tangki septik dan masalahnya. Artikel
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2000.)
1. Sumur gali :
Sumur gali dibuat dengan penggalian tanah sampai kedalaman tertentu maksimum 20 meter,
umumnya tidak terlalu dalam sehingga hanya mencapai air tanah di lapisan atas. Oleh karena itu
air yang diperoleh sering berkurang airnya pada musim kemarau, sehingga secara kuantitatif sulit
untuk menjamin kontinuitasnya.1
Ø Jarak sumur gali dengan sumber pencemar seperti cubluk, tangki septik, dan lain-lain adalah
10 meter
Ø Lokasi mudah dijangkau atau tidak terlalu jauh dari rumah-rumah sekitar
38
Ø Penentuan lokasi yang layak untuk sumur gali yang akan digunakan untuk umum harus
dimusyawarahkan terlebih dahulu
Ø Sumur gali harus dilengkapi saluran pembuangan agar tidak terjadi genangan disekitar
sumur gali.2
2. Tangki Septik
Tangki septik adalah suatu ruangan kedap air yang terdiri dari bagian ruang yang berfungsi
menampung atau mengolah air limbah rumah tangga dengan kecepatan alir yang sangat lambat
sehingga dapat terjadi pengendapan terhadap suspense benda-benda padat dan juga terjadi
dekomposisi bahan-bahan organik oleh mikroba anaerobik. Proses ini berjalan secara alamiah
yang sehingga memisahkan antara padatan berupa lumpur yang lebih stabil serta cairan
(supernatant). Proses anaerobik yang terjadi juga menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan.
Cairan yang terolah akan keluar dari tangki septik sebagai effluent dan gas yang terbentuk akan
dilepas melalui pipa ventilasi. Sementara lumpur yang telah matang (stabil) akan mengendap di
dasar tangki dan harus dikuras secara berkala setiap 2-5 tahun bergantung pada kondisi. Effluent
dari tangki septik masih memerlukan pengolahan lebih lanjut karena masih tingginya kadar
organik didalamnya. Pengolahan lanjutan yang dapat digunakan berupa sumur resapan (bidang
resapan) dan small bore sewerage.3
Ø Selang penyedot tinja harus mudah dijangkau bila sewaktu-waktu perlu disedot lumpurnya
Ø Jarak saluran perembesan ke sumur terdekat minimum 10 meter untuk tanah pasir dan 15
meter untuk tanah liat.
Ø Mudah ditemukan letaknya dengan melihat pipa hawa yang menonjol di atas permukaan
tanah.4
39
1. Bahan bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat membahayakan
kesehatan, antara lain:
a. Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi.
b. Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam.
c. Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan.
d. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruangan
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan.
b. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan
mudah dibersihkan.
c. Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.
d. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir.
e. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.
f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan: Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung
dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan
tidak menyilaukan mata.
4. Kualitas udara
a. Suhu udara nyaman, antara 18 – 30 oC.
b. Kelembaban udara, antara 40 – 70 %.
c. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam.
d. Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni.
e. Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam.
f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik.
5. Ventilasi: Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
6. Vektor penyakit: Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam
rumah.
40
7. Penyediaan air
a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter per orang
setiap hari.
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum
menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
8. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman.
9. Pembuangan Limbah
a. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak
mencemari permukaan tanah dan air tanah.
10. Kepadatan hunian: Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak
untuk lebih dari 2 orang tidur.
41
b. Proses (process)
Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang
berfungsi untuk mengubah menjadi keluaran yang direncanakan. Dengan kata lain,
proses adalah semua kegiatan sistem yang mengubah input menjadi output. Mulai dari
planning (perencanaan), pengorganisasian, penggerakkan, koordinasi, pengawasan,
pelaporan, dan evaluasi.
c. Umpan balik (feedback)
Umpan balik adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari
sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Merupakan hasil dari
keluaran yang digunakan sebagai bahan untuk perbaikan pada satu siklus mendatang.
Adanya umpan balik yang dini dapat memperbaiki di tengah berjalannya program
kesehatan.
d. Lingkungan (environment)
Lingkungan adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem. Lingkungan dapat memberikan pengaruh
pada kelangsungan program kesehatan. Unsur lingkungan dapat mendukung atau
sebaliknya menjadi penghambar berjalannya program. Lingkungan dibagi menjadi 2
yaitu lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik meliputi keadaan
geografis (tanah, ketinggian tanah, suhu udara, musim, ketersediaan air, tumbuhan dan
semua yang berbentuk fisik). Lingkungan non fisik merupakan lingkungan yang tidak
tampak, namun dapat berpengaruh besar atas kelangsungan program.
e. Keluaran (output)
Keluaran adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan langsung dan
berlangsungnya proses dalam sistem atau hasil langsung (keluaran) suatu sistem.
Merupakan jumlah kelompok/individu yang sudah diberikan pelayanan program
(numerator) dibandingkan dengan jumlah seluruh masyarakat yang menjadi target
program (denominator).
f. Efek (effect)
Efek merupakan hasil langsung yang dirasakan oleh masyarakat yang sudah
diberikan pelayanan program. Hasil pertama dari proses suatu sistem. Efek dapat dikaji
dari perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat sasaran.
42
g. Dampak (outcome)
Dampak adalah hasil yang tidak langsung dari proses suatu sistem dan merupakan
akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem. Dampak program dapat diukur
dengan peningkatan status kesehatan masyarakat.
31. Sebutkan fungsi administrasi macamnya menurut pencetus teorinya dan singkatan
apa
Jawaban: (Bitar. Pengertian, ciri dan fungsi beserta tujuannya. Diunduh dari
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-ciri-dan-fungsi-administrasi-beserta-4-
tujuannya-terlengkap/. 30 Oktober 2018.)
Fungsi Administrasi
1. Planning (Perencanaan): Planning ialah suatu penyusun perencanaan yang
memerlukan suatu kegiatan adminitrasi, seperti dalam pengumpulan data, pengolahan
data, dan penyusunan perencanaan.
2. Organizing (pengorganisasian): Organizing ialah suatu kegiatan menyusun dan
membentuk suatu hubungan-hubungan kerja antara orang-orang sehingga akan
terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai suatu tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan.
3. Staffing: Staffing ialah salah satu fungsi dari manajemen yang menyusun personalia
pada sebuah organiasik mulai dari merekrut sebuah tenaga kerja, pengembangannya
sampai dengan usaha untuk setiap tenaga petugas memberi suatu daya guna yang
maksimal kepada organisasi.
4. Directing (pengarahan atau bimbingan): Directing ialah salah satu fungsi manajemen
yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah, untuk
tugas yang dilakukan dengan baik dan benar-benar tertuju dari yang sudah ditentukan
semula.
5. Coordinating: Coordinating ialah sebagian dari fungsi manajemen untuk
melaksanakan sejumlah kegiatan agar berjalan baik dengan menghindari terjadinya
suatu kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan yang dilakukan dengan
menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan suatu pekerjaan bawahan yang
sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam suatu usaha untuk mencapai suatu
tujuan organisasi.
43
6. Reporting: Reporting ialah manajemen yang berada pada suatu penyampaian
perkembangan atau hasil dari suatu kegaitan dengan pemberian sebuah keterangaan
dari tugas dan fungsi para pejabat yang lebih tinggi baik lisan ataupun tulisan yang
sehingga dalam menerima suatu laporan bisa mendapatkan gambaran tentang
pelakasanaan tugas orang yang memberi laporan.
7. Budgeting: Budgeting ialah suatu kegaitan yang mengelola dan perencanaan yang
berkelanjutan yang mengenai keuangan atau anggaran.
Jenis Administrasi:
1. Administrasi public
2. Administrasi lingkungan hidup
3. Administrasi negara
4. Administrasi niaga
5. Administrasi pembangunan
6. Administrasi kependudukan
7. Administrasi keuangan
8. Administrasi pendidikan
Administrasi menurut pencetus teorinya
• Arthur Grager: Administrasi adalah fungsi komunikasi pelaksanaan dan jasa dari
slip organisasi.
• George Terry: Administrasi adalah pengendalian, dan pengorganisasian kerja, serta
mobilisasi mereka yang menerapkannya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
• William Leffingwell dan Edwin Robinson: Administrasi adalah cabang dari
manajemen yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan kantor yang efisien,
kapan dan di mana pekerjaan itu harus dilakukan.
• Ulbert: Administrasi dalam arti sempit didefinisikan sebagai persiapan sistematis
dan pencatatan data dan informasi baik secara internal maupun eksternal untuk
tujuan memberikan informasi dan membuatnya lebih mudah untuk memulihkan
sebagian atau seluruhnya. Sebuah pemahaman sempit administrasi lebih dikenal
sebagai Administrasi.
• Munawardi Reksohadiprowiro: “dalam arti sempit” administrasi berarti
pemerintahan, termasuk pengaturan setiap rapi dan sistematis serta penentuan fakta
44
dan ditulis dengan tujuan memperoleh pandangan yang komprehensif dan
keterkaitan antara fakta dengan fakta lain.
• Wijana: Administrasi adalah “kombinasi dari semua Negara biaya rendah dan
tinggi menjalankan pemerintahan dan polisi pelakanaan
45
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh
dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah kerja.
Fungsi Puskesmas yaitu: (1) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
(2) Pusat pemberdayaan masyarakat, dan (3) Pusat pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan perorangan dan masyarakat.
46
a. Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit.
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu,
maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih
mampu (baik horisontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien paska rawat inap yang
hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke puskesmas.
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam:
1. Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (biasanya
operasi) dan lain-lain.
2. Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap.
3. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih
kompeten untuk melakukan bimbingan kepada tenaga puskesmas dan
ataupun menyelenggarakan pelayanan medik di puskesmas.
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan
masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan, dan bencana
Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu
puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan
pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan
masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah kesehatan
masyarakat, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
47
adalah unit pelaksana kegiatan dari bidang kesehatan misalnya UPTD Puskesmas yang
teradapat dari suatu wilayah kerja.
39. Sebutkan macam macam faktor lingkungan dan contoh yang mempengaruhi
jalannya program
Jawaban: [(1) Kementrian lingkungan hidup RI. Berita negara Republik Indonesia
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 7 Tahun 2014 tentang Kerugian
lingkungan hidup akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup; (2) Buhungo
RA. Faktor perilaku kesehatan masyarakat dan kondisi lingkungan rumah dengan kejadian
malaria. Artikel. Gorontalo; 2012; (3) Ikrawati. Hubungan antara faktor lingkungan dan
pelayanan kesehatan dengan periaku antenatal care di Puskesmas Kassi Kassi Makassar.
Skripsi. Makassar; 2010.h.23-4; (4) Fitriany MS, Farouk HMAH, Taqwa R. Perilaku
masyarakat dalam pengelolaan kesehatan lingkungan (studi di Desa Segiguk sebagai salah
satu desa Penyangga Kawasan Hutan Suaka Margasatwa Gunung Raya Ogan Komering
Ulu Selatan). Jurnal Penelitian Sains Volume 18 Nomor 1 Januari 2016.h.18107-42; (5)
Susanto, DH. Pedoman evaluasi program bagi dosen dan mahasiswa kepaniteraan klinik
Ilmu Kedokteran Komunitas. Jakarta: FK UKRIDA, 2011.h.29; (6) Unicef. 5 Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat. Flip-chart. Johns Hopkins Bloomberg School of Public
Health.h.14.]
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Menurut Sartain (dalam Purwanto, 2004:28), lingkungan dapat dibagi menjadi 3
bagian yaitu: (1) lingkungan alam/luar (external or physical environment), segala sesuatu
yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia, seperti: rumah, tumbuh-tumbuhan, air,
iklim hewan dan sebagainya; (2) lingkungan alam/luar (internal environment) semua orang
manusia lain yang mempengaruhi kita.
Menurut Leopold, lingkungan terdiri atas: (1) Komponen fisik dan kimia, (2)
Komponen hubungan ekologi, (3) Komponen social, (4) Komponen biologis.
Lingkungan juga dapat dibagi berdasarkan kebutuhan: Lingkungan biotik dan
abiotic, Lingkungan alami dan buatan, Lingkungan prenatal dan post natal (sebelum dan
48
sesudah kelahiran), Lingkungan biofisik dan psikososial, Lingkungan air, udara, tanah,
biologis, sosial (Suriani, 2007).
Kesehatan sangat erat hubungannya dengan faktor keturunan, lingkungan, perilaku
dan pelayanan kesehatan. Keempat faktor tersebut saling berpengaruh positif dan sangat
berpengaruh terhadap kepada status kesehatan seseorang.
1. Faktor keturunan: Faktor lebih mengarah kepada kondisi individu yang berkaitan
dengan asal usul keluarga, ras dan jenis golongan darah
2. Faktor pelayanan kesehatan: Faktor ini dipengaruhi oleh seberapa jauh pelayanan
kesehatan yang diberikan
3. Faktor perilaku: Faktor perilaku berhubungan dengan perilaku individu atau
masyarakat, perilaku petugas kesehatan dan perilaku para pejabat pengelola
pemerintahan (pusat dan daerah) serta perilaku pelaksana bisnis.
4. Faktor lingkungan: Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap status
kesehatan. Faktor lingkungan terdiri dari 3bagian yaitu: Lingkungan fisik, terdiri dari
benda mati yang dapat dilihat, diraba dan dirasakan, Lingkungan biologis, terdiri dari
makhluk hidup yang bergerak, baik yang dapat dilihat maupun tidak, dan Lingkungan
sosial. Lingkungan sosial adalah bentuk lain secara fisik dan biologis di atas.
Contoh yang mempengaruhi program:
c. Program pemberantasan diare, peran lingkungan sangat penting seperti penyediaan
air bersih, sanitasi jamban keluarga, sumber air bersih dan peran lingkungan non
fisik seperti tingkat pendidikan yang baik, kebudayaan dan adat istiadat setempat,
serta kepadatan hunian, kelembaban dan curah hujan
d. Kekurangan yodium mengakibatkan penyakit gondok.
e. Bak mandi, tandon air dan genangan air jernih banyak jentik nyamuk
mengakibatkan Demam berdarah.
f. Sampah bertumpuk berserakan membuat banyak lalat kotor dan berbau serta
membawa penyakit tipus.
49
1) Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu. 2)
Menjelaskan pertumbuhan penduduk masa lampau, penurunannya dan persebarannya
dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia. 3) Mengembangkan hubungan
sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan bermacam-macam aspek organisasi
sosial. 4) Mencoba meramalkan pertumbuhan pendukuduk di masa yang akan datang dan
kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya. Pada akhirnya, keempat tujuan pokok
tersebut akan bermanfaat untuk: 1) Perencanaan pembangunan yang berhubungan dengan
pendidikan, perpajakan, kemiliteran, kesejahteraan sosial, perumahan, pertanian dan lain-
lain yang dilakukan pemerintah menjadi lebih tepat sasaran jika mempertimbangkan
komposisi penduduk yang ada sekarang dan yang akan datang. 2) Evaluasi kinerja
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dengan melihat perubahan komposisi
penduduk yang ada sekarang dan yang lalu beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3) Melihat peningkatan standar kehidupan melalui tingkat harapan hidup rata-rata
penduduk, sebab tidak ada ukuran yang lebih baik kecuali lamanya hidup sesorang di
negara yang bersangkutan. 4) Melihat seberapa cepat perkembangan perekonomian yang
dilihat dari ketersediaan lapangan pekerjaan, persentase penduduk yang ada di sektor
pertanian, industri dan jasa.
50
dapat dimanfaatkan untuk evaluasi dan pengawasan program. Beberapa contoh
pemanfaatan data geografis dalam bidang kesehatan masyarakat adalah dapat memonitor
status kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat; dapat
digunakan untuk memetakan kelompok masyarakat serta areanya berdasarkan status
kesehatan tertentu, misalnya status kehamilan. Peta mengenai status kesehatan dapat
digunakan untuk merencanakan program pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh
kelompok tersebut, misalnya pelayanan ANC, persalinan, dll. Selain itu, data dapat
digunakan untuk mendiagnosa dan menginvestigasi masalah serta resiko kesehatan di
masyarakat. Sebagai contoh, seorang epidemiologis sedang mengolah data tentang kasus
asma yang diperoleh dari Rumah Sakit, Puskesmas, dan Pusat – Pusat Kesehatan lainnya
di masyarakat, ternyata dia menemukan terjadi kenaikan kasus yang cukup signifikan di
suatu Rumah Sakit, maka kemudian dia mencari tahu data dari pasien – pesien penderita
asma di Rumah sakit. Ternyata ditemukan bahwa 8 dari 10 orang penderita asma yang
dirawat di Rumah Sakit tersebut bekerja di perusahaan yang sama. Demikian seterusnya
hingga kemudian dapat digunakan untuk memberikan data yang lengkap mengenai pola
pajanan kimia tertentu di perusahaan-perusahaan dalam suatu wilayah, yang merupakan
informasi yang penting utnuk para karyawan.
42. Sebutkan cara diagnosis tb pada anak, pada dewasa di puskesmas dan apa arti hasil
pemeriksaan itu, apa terapi tb di puskesmas?
Jawaban: ()
51
2. TB mudah menular melalui udara yang tercemar oleh bakteri microbacterium TB
dilepaskan pada saat penderita TB paru batuk, pada anak-anak sumber indeksi
umumnya berasal dari penderita dewasa.
3. Penyakit TB dapat disembuhkan secara tuuntas dengan minum obat secara rutin
dan teratur.
4. Imunisasi BCG pada anak sangat penting.
5. Segera lakukan pencegahan penularan penyakit TB bila telah terdiagnosa
• Tinggal dirumah, jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar dengan orang
lain selama beberapa minggu pertama pengobatan untuk TB aktif
• Ventilasi ruangan, kuman TB menyebar lebih mudah dalam ruangan tertutup kecil.
Jika ventilasi ruangan masih kurang, buka jendela dan gunakan kipas untuk meniup
udara dalam ke ruangan luar.
• Tutup mulut menggunakan masker. Gunakan masker untuk menutup mulut dan
jangan menggunakan masker berulang, buang masker secara teratur ditempat yang
sesuai.
• Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberikan disinfektan (air
sabun)
• Usahakan sinar matahari dan udara segar masuk cukup ke dalam tempat tidur.
• Menjemur kasur dan bantal terutama pagi hari.
• Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah
• Makan makanan yang tinggi karbohidrat dan tinggi protein.
52
• Orang yang dibawah lahir (dibawah 5 tahun ) di negara yang memiliki prevalensi
tinggi TB
• Populasi dengan pendapatan rendah
• Anak anak dan dewasa muda yang terpapar orang dewasa yang termasuk beresiko
tinggi.
53
ekstrinsik) sesudah mengisap darah penderita yang sedang viremia dan tetap infektif
selama hidupnya. Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah
nyamuk bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut
menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain.
Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 34 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul
gejala awal penyakit. Maka, masa penularannya yaitu 8 -12 hari sesudah nyamuk
menghisap darah penderita fase demam akut (2 hari sbelum demam sampai 5 hari setelah
demam timbul), yang kemudian akan menimbulkan gejala awal pada penderita yang
tertular setelah masa inkubasi selama 4-6 hari.
54
Peran aedes agepti: Nyamuk hisap darah penderita, virus masuk ke intestine nyamuk.
Replikasi virus terjadi di dalam hemocoelum dan menuju ke kelenjar air liur dan siap
ditularkan.
55
• Melaksanakan pemeriksaan jentik di 30 rumah secara acak di tiap RW
Cara Kerja:
• Penjelasan mengenai DBD
• Penanganan pertama pada DBD
• Apa yang harus dilakukan jika ditemukan anak demam dengan penyebab yang tidak
jelas
• Pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan atau diminta
• Rujukan
• Cara mencegah penularan penyakit DBD
• Bagaimana cara pemeriksaan jentik nyamuk
• Kunjungan rumah
• Tekhnik pemantauan
Contoh:
Memantau jentik setiap 1 kali seminggu, jika ditemukan jentik nyamuk maka
petugas berhak memberi peringatan kepada penghuni/pemilik rumah untuk membersihkan
atau menguras tempat penampungan air agar bersih dari jentik. Selain petugas jumantik,
orang yang tinggal disekitar suatu wilayah diwajibkan juga melakukan
pengawasan/pemantauan jentik diwilayahnya. Tekhnik dasar 3M Plus yang telah
disosialisasikan antara lain: (1) menutup adalah memberi tutup yang rapat pada tempat air
ditampung seperti bak mandi, kendi, gentong air, botol air minum, dan tempat
penampungan air lainnya; (2) menguras adalah membersihkan tempat yang sering
dijadikan tempat penampungan air seperti kolam renang, bak mandi, ember air, tempat air
minum, penampung air dibelakang kulkas, penampungan air tetesan dispenser, dan tempat
penampungan air lainnya; 3) mengubur adalah memendam didalam tanah sampah plastic
atau barang bekas yang memiliki potensi menampung air hujan sehingga dapat menjadi
tempat nyamuk vector DBD bertelur. Selain itu, ditambahkan kegiatan pencegahan
meliputi menggunakan obat nyamuk/antinyamuk sesuai dosis dan petunjuk pemakaian
pada kemasan; menggunakan kelambu saat tidur siang dan malam hari; menanam tanaman
pengusir nyamuk seperti lavender, zodia; memelihara ikan yang dpaat memakan jentik
nyamuk pada kolam atau bak mandi; menghindari daerah gelap didalam rumah agar tidak
56
ditempati nyamuk dengan mengatur ventilasi dan pencahayaan; serta memberi bubuk
larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
Keterangan:
i. Penderita DBD :Penderita positif DBD (hidup/meninggal) yang dinyatakan oleh
dokter rumah sakit melalui test laboratorium dengan hasil haemoglobin dan hematokrit
meningkat > 20% dan penurunan trombosit kurang dari 100.000/ mm3 atau cenderung
turun.
57
ii. Suspek Infeksi Dengue : Ditemukan gejala panas yang tidak diketahui penyebabnya
saat dilaksanakan PE.
Penanggulangan Fokus: Kegiatan pemberantasan nyamuk penular DBD yang dilaksanakan
dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD),
larvasidasi, penyuluhan dan pengabutan panas (pengasapan/fogging) dan pengabutan
dingin (ULV) menggunakan insektisida sesuai dengan kriteria pada bagan PE.
Kriteria PF:
1. Bila ditemukan penderita DBD lainnya (1 atau lebih) atau ditemukan 3 atau lebih
tersangka DBD dan ditemukan jentik 5 % dari rumah/bangunan yang diperiksa, maka
dilakukan penggerakan masyarakat dalam PSN DBD, larvasidasi, penyuluhan dan
pengasapan dengan insektisida di rumah penderita DBD dan rumah/bangunan
sekitarnya radius 200 meter sebanyak 2 siklus dengan interval 1 minggu
2. Bila tidak ditemukan penderita lainnya seperti tersebut di atas, tetapi ditemukan jentik,
maka dilakukan penggerakan masyarakat dalam PSN DBD, larvasidasi dan
penyuluhan
3. Bila tidak ditemukan penderita lainnya seperti tersebut di atas dan tidak ditemukan
jentik, maka dilakukan penyuluhan kepada masyarakat
58
50. Sebutkan cara penanganan garam yodium yang salah shg menjadi penyebab gaki!
Jawaban: (1) Pramono LA. Gangguan akibat kekurangan iodium di indonesia: tinjauan
epidemiologis dan kebijakan kesehatan. KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
Vol. 4, No. 2, Oktober 2009.; (2) Situasi dan analisis penyakit tiroid. Jakarta:Infodatin
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI:2015.hal.2)
Sosialisasi yang kurang menimbulkan ketidaktahuan masyarakat tentang masalah
GAKI dan penanggulangannya. Tidak adanya pemantauan status iodium masyarakat,
penurunan konsumsi garam beriodium, penurunan pasokan garam beriodium, distribusi
kapsul minyak beriodium yang tidak tepat sasaran, dan tidak adanya pemantapan
koordinasi lintas sektoral penanggulangan GAKI.
59
• Kelompok tiroglikosid, dimana mekanisme kerjanya mempengaruhi oksidasi,
organofikasi, dan coupling. Misalnya : bawang merah, bawang putih, bassica dan
yellow turnips.
• Kelompok akses iodida, dimana mekanisme kerjanya mempengaruhi protealisis,
pelepasan, dan halogenasi. Misalnya : gangguan asupan yodium lebih dari 2 gram
sehari akan menghambat sintesis dan pelepasan hormon.
60
g. Pelatihan tokoh masyarakat, menggunakan Modul Posyandu dengan metode
simulasi.
h. Menerapkan SMD dan MMD di Posyandu, dengan tujuan untuk merumuskan
masalah dan menetapkan cara penyelesaiannya, dalam rangka meningkatkan
cakupan Posyandu.
3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau
lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan
program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang
dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di
wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat
antara lain:
h. Sosialisasi program dana sehat yang bertujuan untuk memantapkan pemahaman
masyarakat tentang dana sehat.
i. Pelatihan dana sehat, agardi desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang kuat,
dengan cakupan anggota lebih dari 50% KK. Peserta pelatihan adalah para tokoh
masyarakat, terutama pengurus dana sehat desa/kelurahan, serta untuk
kepentingan Posyandu mengikutsertakan pula pengurus Posyandu.
4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau
lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan
program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang
dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal
di wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk
pembinaan program dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya. Selain itu dapat
dilakukan intervensi memperbanyak macam program tambahan sesuai dengan masalah
dan kemampuan masing-masing.
61
53. Definisi posyandu
Jawaban: (Depkes RI. Pedoman umum pengelolaan posyandu. 2010. Jakarta: Depkes RI.)
Merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Manusia (UKBM)
yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berguna untuk memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Dibawah ini salah satu persaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan calon
kader.
62
3. Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama.
4. Diterima oleh masyarakat setempat.
5. Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah lain. Sebaiknya
yang bisa baca tulis.
Dari persyaratan-persyaratan yang diutamakan oleh beberapa ahli diatas dapatlah
disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain, sanggup bekerja secara
sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta mempunyai krebilitas yang baik dimana
perilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, mempunyai
penghasilan tetap, pandai baca tulis, sanggup membina masayrakat sekitarnya.
55. Grafik skdn posyandu dan arti masing masing K/s, n/d, d/s, n/s dll
Jawaban: (Ali, Arsad Rahim. 2009. Catatan Perkembangan Posyandu. Diunduh dari
http://arali2008.wordpress.com/2009/04/20/catatan-ringan-tentang-perkembangan-
posyandu/ ; Wimala, Acittra Raras. 2011. Balok SKDN. Diunduh dari
http://id.scribd.com/doc/74250443/BALOK-SKDN)
SKDN adalah status gizi balita yang digambarkan dalam suatu balok SKDN,
dimana balok tersebut memuat tentang sasaran balita di suatu wilayah (S), balita yang
memiliki KMS (K), balita yang ditimbang berat badannya (D), balita yang ditimbang dan
naik berat badannya (N), SKDN tersebut diperoleh dari hasil posyandu yang dimuat di
KMS dan digunakan untuk memantau pertumbuhan balita.
SKDN merupakan hasil kegiatan penimbangan balita yang dilakukan setiap bulan
dalam bentuk histogram sederhana. Indikator pelayanan di Posyandu atau di Pos
Penimbangan Balita menggunakan indiktor-indikator SKDN. SKDN adalah singkatan dari
pengertian kata-katanya yaitu:
S : jumlah seluruh balita yang ada dalam wilayah kerja posyandu.
K : jumlah Balita yang ada di wilayah kerja posyandu yang mempunyai KMS
(Kartu Menujuh Sehat)
D : Jumlah Balita yang datang di posyandu atau dikunjungan rumah dan
menimbang berat badannya sesuai atau jumlah seluruh balita yang Ditimbang.
N : jumlah balita yang ditimbang bebrat badannya mengalami peningkatan berat
badan dibanding bulannya sebelumnya dengan garis pertumbuhan.
63
1. D/S adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita yaitu jumlah balita
yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah kerja posyandu atau
dengan menggunakan rumus (D/S x 100%), hasilnya minimal harus capai 80 % apabila
dibawah 80 % maka dikatakan partisipasi mayarakat untuk kegiatan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan berat badan sangatlah rendah. Hal ini akan berakibat
pada balita tidak akan terpantau oleh petugas kesehatan ataupun kader posyandu dan
memungkinkan balita ini tidak diketahui pertumbuhan berat badannya atau pola
pertumbuhan berat badannya.
2. K/S adalah tingkat Liputan Program yaitu Jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi
dengan Jumlah seluruh balita yang ada di wilayah Posyandu atau dengan menggunakan
rumus (K/S x 100%), hasil yang ducapai harus 100 %. Alasannya balita-balita yang telah
mempunyai KMS (Kartu Menujuh Sehat ) telah mempunyai alat instrumen untuk
memantau berat badannya dan data pelayanan kesehatan lainnya, Apabila tidak
digunakan atau tidak dapat KMS maka pada dasarnya program Posyandu tersebut
mempunyai liputan yang sangat rendah atau biasa juga dikatakan balita yang seharusnya
mempunyai KMS karena memang mereka (Balita) masih dalam fase pertumbuhan ini
telah kehilangan kesempatan untuk mendapat pelayanan sebagaimana yang terdapat
dalam KMS tersebut.
64
3. Khusus untuk Tingkat Kehilangan Kesempatan ini menggunakan rumus {(S-K)/S x
100%) yaitu jumlah balita yang ada diwilayah posyandu dikurangi jumlah balita yang
mempunyai KMS, hasilnya dibagi dengan jumlah balita yang ada, semakin tinggi
presentase kehilangan kesempatan maka semakin rendah kemauan orang tua balita untuk
dapat memanfaatkan KMS. Padahal KSM sangat baik untuk memantau pertumbuhan
Berat Badan Balita atau juga Pola Pertumbuhan Berat Badan Balita.
4. N/D x 100% yaitu jumlah balita yang Naik Berat Badannya di bandingkan dengan jumlah
seluruh balita yang ditimbang. Sebaiknya semua balita yang ditimbang harus memgalami
peningkatan berat-badannya.
5. Indikator lainnya dalam SKDN adalah Indikator Drop Out yaitu balita yang sudah
mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat badannya tetapi kemudian tidak
pernah datang lagi di posyandu untuk selalu mendapatkan pelayanan kesehatan rumusnya
yaitu jumlah balita yang telah mendapat KMS dibagi dengan Jumlah Balita ditimbang
hasilnya dibagi dengan Balita yang punya KMS atau rumusnya adalah (K-D)/K x 100%.
65
Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat menambah kegiatan baru disamping
lima kegiatan utama yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu Terintegrasi. Kegiatan
baru tersebut misalnya;
• Bina Keluarga Balita (BKB);
• Tanaman Obat Keluarga (TOGA);
• Bina Keluarga Lansia (BKL);- Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);
• berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya
1. Pendaftaran Balita
a. Balita didaftar dalam formulir pencatatan balita
b. Bila anak sudah memiliki KMS, berarti bulan lalu anak sudah ditimbang. Minta
KMSnya, namanya dicatat pada secarik kertas. Kertas ini diselipkan di KMS,
kemudian ibu balita diminta membawa anaknya menuju tempat penimbangan.
c. Bila anak belum punya KMS, berarti baru bulan ini ikut penimbangan atau KMS
lamanya hilang. Ambil KMS baru, kolomnya diisi secara lengkap, nama anak
dicatat pada secarik kertas. Secarik kertas ini diselipkan di KMS, kemudian ibu
balita diminta membawa anaknya ke tempat penimbangan.
66
§ Ibu yang belum menjadi peserta KB dicatat namanya pada secarik kertas, dan ibu
menyerahkan kertas itu langsung kepada petugas kesehatan di meja 5.
§ Penimbangan anak dan balita, hasil penimbangan berat anak dicatat pada secarik kertas
yang terselip di KMS. Selipkan kertas ini kembali ke dalam KMS.
§ Selesai ditimbang, ibu dan anaknya dipersilakan menu meja 3, meja pencatatan.
§ Penyuluhan untuk semua orang tua balita. Mintalah KMS anak, perhatikan umur dan
hasil penimbangan pada bulan ini. Kemudian ibu balita diberi penyuluhan.
§ Penyuluhan untuk semua ibu hamil. Anjurkan juga agar ibu memeriksakan kehamilannya
sebanyak minimal 5 kali selama kehamilan pada petugas kesehatan atau bidan
§ Penyuluhan untuk semua ibu menyusui mengenai pentingnya ASI, kapsul iodium/garam
iodiumdan vitamin A.
Kegiatan di MEJA 5
Kegiatan di meja 5 adalah kegiatan pelayanan kesehatan dan pelayanan KB, imunisasi
serta pemberian oralit. Kegiatan ini dipimpin dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan dari
Puskesmas.
67
Pengelola Posyandu
Dalam penyelenggaraannya, pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat
musyawarah pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari ketua,
sekretaris, dan bendahara. Berikut ini beberapa kriteria pengelola Posyandu :
• Sukarelawan dan tokoh masyarakat setempat.
• Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi, dan mampu memotivasi masyarakat.
• Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.
68
B. Saat Hari Buka Posyandu
1. Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu
menyusui, dan sasaran lainnya.
2. Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan anak pada
Posyandu, dilakukan penimbangan, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar
kepala anak, pemantauan aktifitas anak, pemantauan status imunisasi anak,
pemantauan terhadap tindakan orangtua tentang pola asuh yang dilakukan pada
anak, pemantauan tentang permasalahan anak balita, dan lain sebagainya.
3. Membimbing orangtua melakukan pencatatan terhadap berbagai hasil pengukuran
dan pemantauan kondisi anak balita.
4. Melakukan penyuluhan tentang pola asuh anak balita. Dalam kegiatan ini, kader
bisa memberikan layanan konsultasi, konseling, diskusi kelompok dan demonstrasi
dengan orangtua/keluarga anak balita.
5. Memotivasi orangtua balita agar terus melakukan pola asuh yang baik pada
anaknya, dengan menerapkan prinsip asih-asah-asuh.
6. Menyampaikan penghargaan kepada orangtua yang telah datang ke Posyandu dan
minta mereka untuk kembali pada hari Posyandu berikutnya.
7. Menyampaikan informasi pada orangtua agar menghubungi kader apabila ada
permasalahan terkait dengan anak balitanya.
8. Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari buka Posyandu.
C. Sesudah Hari Buka Posyandu
1. Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari buka
Posyandu, anak yang kurang gizi, atau anak yang mengalami gizi buruk rawat
jalan, dan lain-lain.
2. Memotivasi masyarakat, misalnya untuk memanfaatkan pekarangan dalam rangka
meningkatkan gizi keluarga, menanam tanaman obat keluarga, membuat tempat
bermain anak yang aman dan nyaman. Selain itu, memberikan penyuluhan tentang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
3. Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pimpinan wilayah untuk
menyampaikan hasil kegiatan Posyandu serta mengusulkan dukungan agar
Posyandu terus berjalan dengan baik.
69
4. Menyelenggarakan pertemuan, diskusi dengan masyarakat, untuk membahas
kegiatan Posyandu. Usulan dari masyarakat digunakan sebagai bahan menyusun
rencana tindak lanjut kegiatan berikutnya.
5. Mempelajari Sistem Informasi Posyandu (SIP). SIP adalah sistem pencatatan data
atau informasi tentang pelayanan yang diselenggarakan di Posyandu. Manfaat SIP
adalah sebagai panduan bagi kader untuk memahami permasalahan yang ada,
sehingga dapat mengembangkan jenis kegiatan yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan sasaran.
6. Format SIP meliputi;
• catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi, kematian ibu hamil, melahirkan,
nifas;
• catatan bayi dan balita yang ada di wilayah kerja Posyandu; jenis kegiatan
yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan sasaran.
• catatan pemberian vitamin A, pemberian oralit, pemberian tablet tambah
darah bagi ibu hamil, tanggal dan status pemberian imunisasi;
• catatan wanita usia subur, pasangan usia subur, jumlah rumah tangga, jumlah
ibu hamil, umur kehamilan, imunisasi ibu hamil, risiko kehamilan, rencana
penolong persalinan, tabulin, ambulan desa, calon donor darah yang ada di
wilayah kerja Posyandu.
70
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal
balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan
kesehatan atau asuransi kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan.
Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan
dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang
sifatnya sementara atau menetap.
Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan yang
berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan
yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila:
a. Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik.
b. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/ atau ketenagaan.
71
Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi
pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau pemberian
terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien di Faskes tersebut.
Rujukan parsial dapat berupa:
72
• SP2TP-LB3- Program Puskesmas berisi laporan program yang dilaksanakan oleh
Puskesmas misalnya Laporan hasil program perbaiakan Gizi, Laporan hasil
Program KIA-KB, Laporan Program Imunisasi, Laporan Program P2M dll.
• SP2TP-LB4- Kegiatan Pelayanan di Puskesmas yang berisi laporan kunjungan
jumlah kunjungan rawat jalan dan inap puskesmas, laporan jumlah pasien dengan
perawatan kesehatan masyarakat, laporan pelayanan kesehatan gigi dan mulut,
laporan jumlah kegiatan penyuluhan, laporan jumlah kegiatan kesehatan
lingkungan dan laporan jumlah pelayanan laboratorium.
2. laporan Sentinel, yang mencakup: Laporan Bulanan Sentinel (LB1S) dan, Laporan
Bulanan Sentinel (LB2S);
3. Laporan Tahunan, yang mencakup: Data dasar Puskesmas (LT-1), Data Kepegawaian
(LT-2) dan, Data Peralatan (LT-3).
Laporan Bulanan (LB) dilakukan setiap bulan dan baling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya dikirim ke Dinas Kesehatan Dati II. Laporan bulanan sentinel LB1S dan LB2S
setiap tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke Dinas Kesehatan Dati II, Dati I dan Pusat
(untuk LB1S ke Ditjen PPM dan LB2S ke Ditjen Binkesmas), sedangkan Laporan Tahunan
(LT) dikirim selambat-lambatnya tanggal 31 januari tahun berikutnya. Khusus untuk
laporan LT-2 (data Kepegawaian) hanya di isi bagi pegawai yang baru/belum mengisi
formulir data Kepegawaian.
73
2. Masalah keterbatasan sumber daya seperti sumber daya manusia, sarana, dan dana
yang membuat tidak semua masalah kesehatan akan mampu diatasi oleh puskesmas
maupun Dinas Kesehatan.
74
keluaran (outout), efek (outcome), dampak (impact), umpan balik (feedback) serta
lingkungan (environment).
c. Membuat suatu proses yang runtut.membuat penentuan berdasarkan logika.
2. Memilih atau merancang desain evaluasi. Menurut Stephen Isaac dan William B,
Michael (1981) mengemukakan 9 bentuk desain evaluasi, yaitu:
a. Historikal, mengrekonstruksi kejadian di masa lalu secara objektif dan tepat
dikaitkan dengan hipotesis atau asumsi
b. Deskriptif, menjelaskan secara sistematik suatu situasi atau hal yang menjadi
perhatian secara faktual dan tepat.
c. Studi perkembangan (developmental study), menyelidiki pola dan urutan
perkembangan atau perubahan menurut waktu.
d. Studi kasus atau lapangan (case atau fine study), meneliti secara intensif latar
belakang status sekarang.
e. Studi korelasional (corelational study), meneliti sejauh mana variasi dar suatu
faktor berkaitan dengan variasi dari satu atau lebih faktor lain.
f. Studi sebab-akibat (causal comparative study), yang menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab-akibat dengan mengamati berbagai konsekuensi yang ada.
g. Eksperimen murni (true experimental), menyelidiki sebab-akibat dengan membuat
suatu kelompok percoban dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih
kelompok kontrol.
h. Eksperimen semu (quasi experimental), merupakan cara yang mendekati
eksperimen, tetapi dimana control tidak ada dan manipulasi tidak bisa dilakukan.
i. Riset aksi (action research), bertujuan mengembangkan pengalaman baru melalui
aplikasi langsung diberbagai kesempatan.
75
Ada beberapa cara untuk menentukan prioritas masalah kesehatan yaitu: metoda
matematik, metoda delbeque, metoda Delphi, metoda estimasi beban kerugian akibat
sakit(diseases burden), dan metode perbandingan capaian program dengan target yang
ditetapkan.
1. Metoda Matematika
Metoda ini disebut juga sebagai metoda PAHO(Pan American Health
Organization). Dalam menentukan prioritas masalah PAHO menggunakan beberapa
kriteria yaitu:
a. Luasnya masalah(magnitude)
b. Beratnya kerugian(severitiy)
c. Tersediannya sumber daya untuk mengatasi masalah tersebut(Vulnerabilty)
d. Kepedulian/dukungan politis dan masyarakat(Community and political concern)
e. Ketersediaan dana(affordability)
Luasnya Masalah atau Magnitude(M): Menunjukan berapa banyak penduduk desa
yang terkena masalah atau dampak atau penyakit tersebut. Hal ini ditunjukan dari
angka kesakitan atau insidensi penyakit. Semakin tinggi semakin di prioritaskan.
Beratnya Kerugian atau Severity(S): Menunjukan berapa besar kerugian yang
ditimbulkan. Tersediannya sumber daya untuk mengatasi masalah atau
Vulnerability(V): Hal ini dilihat berdasarkan ketersediaannya infrastruktur untuk
melaksanakan program atau ketersediaan tenaga dan peralatan. Ketersediaan dana
atau affordability(A): Menunjukan ada tidaknya dana yang tersedia untuk pembiayaan
program kesehatan tersebut. Penggunaann metode matematik ini adalah dengan
memberikan angkat antarai 1 sampai 5 pada setiap kriteria lalu dikalikan sehingga
mendapatkan score dimana bila makin besar skore maka akan menjadi prioritas yang
didahulukan.
2. Metode delbeque
Metode delbeque adalah metoda kualitatif dimana prioritas masalah penyakit
ditentukan secara kualitatif oleh panel expert. Kelompok pakar awalnya diberi
informasi tentang masalah penyakit yang perlu ditetapkan prioritasnya termasuk data
kuantitatif yang ada untuk masing-masing penyakit tersebut.
Penetapan prioritas masalah oleh pakar atau panel expert melalui langkah-langkah:
76
a. Penetapan kriteria
b. Memberikan bobot masalah
c. Menentukan skoring setiap masalah
Para pakar menuliskan urutan prioritas masalah dalam kertas tertutup. Kemudian
dilakukan semacam perhitungan suara. Hasil perhitungan ini disampaikan kembali
kepada para expert dan setelah itu dilakukan penilaian ulang oleh para expert dengan
cara yang sama dan diharapkan saat penilaian ulang terjadi kesamaan suara
Bila suatu masalah kesehatan dikelompokan dengan kriteriap berupa:
a. Kemampuan menyebar/menular yang tinggi
b. Mengenai daerah yang luas
c. Mengakibatkan penderitaan yang lama
d. Mengurangi penghasilan penduduk
e. Mempunyai kecenderungan menyebar
3. Metode Delphi
Dalam metode ini, pakar melakukan diskusi terbuka dan mendalam tentang
maslah yang dihadapi dan masing-masing mengajukan pendapatnya tentang masalah
yang perlu diberikan prioritas, sampai akhirnya dicapai suatu kesepakatan(consensus)
tentang masalah kesehatan yang menjadi prioritas.
4. Metode Estimasi Beban Kerugian(Disease Burden)
Metode estimasi beban kerugian dari sehi teknik perhitungannya lebih canggih
dan sulit, karena memerlukan data dan perhitungan hari produktif yang hilang yang
disebabkan oleh masing masing masalah.Metode ini jarang digunakan.
5. Metoda Perbandingan antara Target dan Pencapaian Program Tahunan
Metoda penetapan prioritas masalah kesehatan berdasarkan pencapaian
program tahunan yang dilakukan adalah dengan membandingkan antara target yang
ditetapkan dari setiap program dengan hasil pencapaian dalam suatu kurun waktu 1
tahun Bila kesenjangan semakin besar antara target dan pencapaian maka hal tersebut
merupakan yang diprioritaskan menjadi masalah terlebih dahulu.
77
65. Kriteria hanlon
Jawaban: (Denas Symond. Penentuan prioritas masalah kesehatan dan jenis intervensi
kegiatan dalam pelayanan kesehatan di suatu wilayah.. Jurnal Kesehatan Masyarakat :2013
Vol 7(2).h. 98-9)
Penggunaan metoda Hanlon dalam penetapan alternative prioritas jenis intervensi
yang akan dilakukan menggunakan 4 kriteria masing-masing:
10. Kelompok kriteria I yaitu besarnya masalah (magnitude)
Anggota kelompok merumuskan faktor apa saja yang digunakan untuk menentukan
besarnya masalah, misalnya:
• Besarnya presentasi/prevalensi penduduk yang menderita langsung karena
penyakit tersebut
• Besarnya pengeluaran biaya yang diperlukan perorang rata-rata perbulan untuk
mengatasi masalah kesehatan tersebut
• Besarnya kerugian yang diderita
11. Kelompok kriteria II yaitu tingkat kegawatan masalah
Menentukan tingkat kegawatan misalnya dengan melihat faktor-faktor berilkut ini:
• Tingkat urgensi
• Kecendrungannya
• Tingkat Keganasan
Berdasarkan 3 faktor ini menggunakan nilai dengan skla 0-10
12. Kelompok kriteria III kemudahan penanggulangan masalah
Setiap masalah diberi nilai oleh masing-masing anggota dalam kelompok, kemudian
diberikan nilai antara 1 sampai 5 (1 adalah amat sulit dan 5 adalah sangat mudah)
kemudian dicari rata-rat nilai dengan membagi total nilai dengan jumlah anggota
kelompok.
13. Kelompok kriteria IV yaitu PEARL faktor
Pada kelompok ini terdiri dari beberapa fakor yang saling menentukan dapat atau
tidaknya suatu program dilaksanakan dan faktor tersebut meliputi:
P : Kesesuaian (Appropiatness)
E : Secara ekonomi murah (Economic feasibility)
A : Dapat diterima (Acceptability)
78
R : Tersedia sumber daya (Resources availability)
L : Legalitas terjamin (Legality)
Masing-masing masalah diuji dengan faktor PEARL. Tujuannya adalah untuk
menjamin terselenggaranya program dengan baik. Jawaban hanya dua yaitu ya atau
tidak. Jawaban ya nilai 1 dan jawaban tidak nilai 0. Dengan cara aklamasi atau voting
maka tiap faktor dapat dapat diperoleh angka 1 atau 0 untuk tiap-tiap masalah. Dengan
mengalikan angka dalam kolom PEARL diperoleh nilai PEARL masalah dari hasil
perhitungan.. Kemudian dilanjutkan menetapkan nilai prioritas total. Setelah nilai rata-
rata ditetapkan maka nilai rata-rata tersebut dimasukan dalam tabel untuk penetapan
skor tertinggi. Skor tertinggi pada setiap pemecahan masalah akan menjadi prioritas
untuk intervensi program. Skor terendah tidak dapat dilaksanakan karena dari nilai
faktor PEARL tidak layak untuk dilaksanakan.
79
• Affordability : ketersediaan dana.
Skor yang digunakan adalah nilai ordinal (1-5). Skor diberikan oleh panel expert pada
brain storming. Kelemahan metode ini adalah penilaian oleh pakar bisa objektif dan
kriteria penentuan pakar yang kurang spesifik. Kelebihan metode ini adalah waktu yang
relative cepat.
80
Makin tinggi tingkat perhatiannya maka makin tinggi skornya. Penilaian dengan metode
PAHO dilakukan oleh Tim (beberapa orang) dan dibutuhkan ahli untuk menyatukan
persepsi dari semua tim penilai, karena kalau tidak maka akan banyak terjadi bias dalam
penilaian. Setelah masing-masing anggota memberikan penilaian maka diambil rata-rata,
bila ada anggota tim yang menilai ekstrim maka nilai ekstrim tersebut dibuang, tidak
masuk dalam rata-rata, selanjutnya nilai rata-rata tersebut dibulatkan.
81
11. Kelayakan teknologi
Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi
masalah (technical feasibility), makin diprioritaskan masalah tersebut. Kelayakan
teknologi yang dimaksudkan disini adalah menunjuk pada penguasaan ilmu dan
teknologi yang sesuai.
Pemberian nilai untuk T yaitu :
Nilai 5 : Sangat Mudah
Nilai 4 : Mudah
Nilai 3 : Agak Mudah
Nilai 2 : Kurang Mudah
Nilai 1 : Tidak Mudah
12. Sumber daya yang tersedia
Sumber daya yang dimaksudkan disini adalah yang menunjuk pada tenaga(man),
dana (money) dan sarana(material )Makin tersedia sumberdaya yang dapat dipakai
seperti tenaga, dana dan sarana untuk mengatasi masalah (resource ability) makin
diprioritaskan masalah tersebut.
Pemberian nilai untuk R yaitu :
Nilai 5 : Sangat tersedia
Nilai 4 : tersedia
Nilai 3 : Agak tersedia
Nilai 2 : Kurang tersedia
Nilai 1 : Tidak tersedia
Untuk menetukan prioritas masalah adalah yang jumlah nilainya paling besar dari hasil
perhitungan Jumlah I X T X R
I Jumlah
NO Daftar Masalah T R Prioritas
P S RI DU SB PB PC IXTXR
2 ISPA 2 3 4 1 3 2 4 2 2 76 KEDUA
82
69. Definisi brain storming
Jawaban: https://en.wikipedia.org/wiki/Brainstorming
Brainstorming adalah suatu metode yang dilakukan untuk mengumpulkan anggota
untuk memunculkan saran/gagasan dari anggota kelompok, dengan tujuan untik pencarian
penyelesaian suatu masalah. Istilah brain stroming ini di populerkan oleh Alex F. Osborn
dari bukunya yang dipublis tahun 1953.
83
Penilaian prioritas secara tertutup dilakukan untuk memberi kebebasan kepada masing-
masing pakar untuk member nilai, tanpa terpengaruh oleh hirarki hubungan yang mungkin
ada antara para pakar tersebut. Metoda lain yang mirip dengan Delbeque adalah metode
Delphi. Dalam metode Delphi sejumlah pakar (panel expert) melakukan diskusi terbuka
dan mendalam tentang masalah yang dihadapi dan masing-masing mengajukan
pendapatnya tentang masalah yang perlu diberikan prioritas. Diskusi berlanjut sampai
akhirnya dicapai suatu kesepakatan (konsensus) tentang masalah kesehatan yang menjadi
prioritas. Kelemahan cara ini adalah waktunya yang relative lebih lama dibandingkan
dengan metode Delbeque serta kemungkinan pakar yang dominan mempengaruhi pakar
yang tidak dominan. Kelebihannya metode ini memungkinkan telahaan yang mendalam
oleh masing-masing pakar yang terlibat.
84