Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Low back pain (LBP) atau nyeri punggung belakang adalah suatu sindroma nyeri
yang terjadi pada regio punggung bagian bawah yang merupakan akibat dari berbagai sebab
(kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma, perubahan jaringan, pengaruh gaya
berat). Gangguan ini paling banyak ditemukan di tempat kerja, terutama pada mereka yang
beraktivitas dengan postur tubuh yang salah.

Menurut World Health Organization (WHO), 2-5% dari karyawan di negara industri
tiap tahun mengalami nyeri punggung bawah, dan 15% dari absenteisme di industri baja serta
industri perdagangan disebabkan karena nyeri punggung bawah (Sakinah dkk. 2010).

Disebutkan ada beberapa faktor risiko LBP yaitu usia di atas 35 tahun, perokok, masa
kerja 5-10 tahun, posisi kerja, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban berat yang berulang-
ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal, faktor psikososial,
kegemukan, dan riwayat keluarga penderita musculoskeletal disorder (Laxmaiah, 2010).

Salah satu penyebab terjadinya nyeri pinggang bagian bawah adalah hernia nucleus
pulsosus (HNP), yang sebagian besar kasusnya terjadi pada segmen lumbal. Nyeri punggung
bawah merupakan salah satu penyakit yang sering di jumpai masyarakat. Pria dan wanita
memiliki risiko yang sama dalam mengalami HNP paling sering antara usia 30 dan 50 tahun.
HNP merupakan penyebab paling umum kecacatan akibat kerja pada mereka yang berusia di
bawah 45 tahun.
Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala, maka dari itu
memerlukan tindakan pendiagnosaan agar dapat diketahui penyebabnya serta dapat
ditentukan pengobatan apa yang harus dilakukan. Teknologi dalam pendiagnosaan suatu
keabnormalan pada tubuh juga turut berkembang. Agar dapat menghasilkan gambaran yang
lebih baik demi mendukung pendiagnosaan oleh dokter ahli yang bersangkutan. Pasien pun
mengharapkan kemungkinan terkecil resiko yang di dapat setelah ataupun ketika pemeriksaan
berlangsung. Maka diciptakanlah MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang dapat
menghasilkan pencitraan penampang tubuh dengan menggunakan medan magnet yang besar
dan gelombang frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif.
Untuk pencitraan detail anatomi yang lebih jelas dari pada modalitas imaging lainnya.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI LUMBAL


1. Anatomi Vertebra Lumbalis
Vertebrae lumbal atau tulang pinggang merupakan bagian dari kolumna vertebralis
yang terdiri dari lima ruas tulang dengan ukuran ruasnya lebih besar dibandingkan dengan
ruas tulang leher maupun tulang punggung. Dibagian atas tulang lumbal terdapat tulang
punggung, yang pesendiannya disebut thoraco lumbal joint atau articulatio thoraco lumbalis.
Dibagian bawah tulang lumbal terdapat tulang sacrum dan persendiannya disebut lumbo
sacral joint atau articulatio lumbo sacralis ( Pearce C. Evelyn, 2000:58).

Vertebra lumbalis terdiri atas lima ruas tulang yang tersusun memanjang ke arah
bawah. Ruas-ruas vertebra lumbalis tersebut lebih besar dari ruas vertebrae thoracalis dan
dapat dibedakan oleh karena tidak adanya bidang untuk persendian dengan iga.

Diantara ruas-ruas vertebra lumbalis tersebut terdapat penengah ruas tulang yang
terdiri atau tersusun dari tulang muda yang tebal dan erat, berbentuk seperti cincin yang
memungkinkan terjadinya pergerakan antara ruas-ruas tulang yang letaknya sangat
berdekatan. Bagian atas dari vertebra lumbalis berbatasan dengan vertebra thoracalis 12 dan
pada bagian bawahnya berbatasan dengan vertebra sakralis. Oleh karena tugasnya
menyangga bagian atas tubuh, maka bentuk dari vertebra lumbalis ini besar-besar dan kuat.

2
Vertebra lumbalis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Korpusnya besar, tebal dan berbentuk oval


2. Mempunyai pedikel yang pendek dan tebal
3. Foramen intervertebralisnya kecil dan bentuknya menyerupai segitiga
4. Processus spinosusnya tebal dan luas serta arahnya agak horizontal
5. Processus transversusnya panjang dan tipis

Bagian – bagian dari vertebra lumbal:

a. Korpus
Vertebra lumbal mempunyai korpus yang tebal, besar dan berbentuk lonjong (oval)
dengan garis poros yang terletak transversal. Ukurannya lebih besar dari korpus pada cervical
atau daerah torakal dan pada bagian anterior sedikit lebih tinggi dibanding dengan posterior.
Korpus vertebra lumbalis mempunyai bentuk silinder, sehingga dapat berfungsi sebagai
penyangga dan pelindung dari bagian foramen intervertebralis.
b. Arkus
Arkus terletak pada bagian posterior dan dibentuk oleh dua pedikel dan dua lamina. Pada
bagian ini pedikelnya pendek tetapi lebih tebal dan laminanya lebih besar yang mengarah ke
belakang dan ke tengah. Antara korpus vertebra dengan arkus vertebra lumbalis berfungsi
untuk menyokong prosessus spinosus yang arahnya ke belakang, prosessus transversus yang
arahnya ke samping dan prosessus artikularis superior
dan inferior.
c. Pedikel
Pedikel mempunyai dua buah tulang yang pendek dan kuat. Timbul dari bagian atas
korpus, sehingga cekungan insisura vertebralis inferior yang terletak pada bagian bawah lebih
dalam dari cekungan insisura vertebralis superior yang letaknya pada bagian atas dan
keduanya akan membentuk foramen intervertebralis yang merupakan bagian dari tempat
keluarnya sumsum saraf.
d. Lamina Arkus Vertebra
Lamina arkus vertebra merupakan susunan dari dua buah tulang yang bentuknya berasal
dari ujung pedikel.

3
e. Prosessus Spinosus
Vertebra lumbalis mempunyai bentuk prosessus spinosus yang lebar dan besar, tumpul
serta mendatar ke arah belakang dan berbentuk persegi atau seperti kapak kecil dan lebih
kecil pada bagian vertebra lumbalis ke lima.
f. Prosessus Transversus
Prosessus transversus tipis dan mengarah ke belakang dan ke samping. Prosessus
transversus lumbal ketiga adalah yang terpanjang, sedangkan prosessus transverses vertebra
kelima lebih pendek dan lebih tipis dari ruas yang lainnya. Pada bagian belakang dari batas
bawah pada setiap prosessus transversus dan dekat korpusnya terdapat tonjolan tulang yang
disebut prosessus asesoris.
g. Prosessus Artikularis
Prosessus artikularis terletak pada bagian sisi dari persambungan antara pedikel dengan
lamina. Permukaan atasnya cekung dan mengarah ke depan dan ke tengah. Fasies artikularis
inferior bentuknya cembung dan mengarah ke depan serta ke sisi samping. Ketika vertebra
saling bersambungan, maka fasies artikularis inferior berada di atas fasies artikularis superior
dari bagian bawah vertebra. Prosessus artikularis ini berperan dalam pembentukan diskus
artikularis yang membagi prosessus artikularis menjadi prosessus artikularis inferior dan
superior. Pada bagian dari prosessus artikularis superior terdapat tonjolan tulang pada
permukaan belakangnya yang disebut prosessus mammilaris.

4
2. Fisiologi Vertebra Lumbalis
Vertebra lumbalis merupakan bagian dari kolumna vertebralis, sehingga fungsi dari
vertebra lumbalis tidak terlepas dari fungsi kolumna vertebralis secara keseluruhan. Sesuai
dengan anatomi vertebra lumbalis yang mempunyai bentuk yang besar dan kuat, maka fungsi
vertebra lumbalis adalah :
1. Menyangga tubuh bagian atas dengan perantaraan tulang rawan yaitu diskus
intervertebralis yag lengkungannya dapat memberikan fleksibilitas yang dapat
memugkinkan membungkuk ke arah depan (fleksi) dan kearah belakang (ekstensi), miring
ke kiri dan ke kanan pada vertebra lumbalis.
2. Diskus intervertebralisnya dapat menyerap setiap goncangan yang terjadi bila sedang
menggerakkan berat badan seperti berlari dan melompat.
3. Melindungi otak dan sumsun tulang belakang dari goncangan.
4. Melindungi saraf tulang belakang dari tekanan-tekanan akibat melesetnya nukleus
pulposus pada diskus intervertebralis. Namun apabila annulus fibrosus mengalami
kerusakan, maka nukleus pulposusnya dapat meleset dan dapat meyebabkan penekanan
pada akar saraf disekitarnya yang menimbulkan rasa sakit dan ada kalanya kehilangan
kekuatan pada daerah distribusi dari saraf yang terkena.
Biomekanik pada vertebra lumbal. Gerakan yang terjadi pada vertebra lumbal yaitu :
1) Gerakan fleksi
Pengukuran lingkup gerak sendi dilakukan dengan menggunakan mid line. Data yang
diambil dalam pengukuran ini adalah lingkup gerak sendi pada vertebra. Dalam
pengukuran ini dilakukan dengan cara posisi pasien berdiri, kemudian terapis
meletakkan mid line dengan patokan Vc7 dan Vs1 untuk gerakan fleksi-ekstensi.
Pasien diminta melakukan gerakan fleksi-ekstensi dan diukur berapa selisih dari
pengukuran dalam posisi normal. Pada orang normal selisih antara posisi normal
dengan posisi fleksi atau ekstensi rata-rata sekitar 10cm atau 4 inci.
2) Gerakan lateral fleksi
Dengan otot penggerak m. obliqus internus abdominis, m. rektusabdominis.
Untuk gerakan lateral fleksi,pengukuran dilakukan dengan meletakkan mid line pada
jari tengah, kemudian ukur jarak normal (saat berdiri tegak) dari jari tengah sampai
lantai. Setelah itu pasien diminta untuk melakukan gerak lateral fleksi kanan dan
kiri, ukur jaraknya dari jari tengah sampai lantai, apakah ada perbedaan yang
mencolok antara kanan dan kiri. Apabila ada perbedaan yang mencolok antara
kanan dan kiri berati ada keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada salah satu sisi.
5
B. PATOLOGI
1. Definisi
Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau Potrusi Diskus Intervertebralis (PDI) adalah
suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam kanalis
vertebralis (protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas sebagian tersendiri di
dalam kanalis vertebralis (rupture discus).
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus dari
diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture annulus fibrosus dengan
tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada element saraf. Pada
umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1. Kompresi saraf pada
level ini melibatkan root nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri dari
pantat dan menjalar ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar yang tajam merupakan hal yang
sering dirasakan penderita HNP. Weakness pada grup otot tertentu namun jarang terjadi
pada banyak grup otot (Lotke dkk, 2008).

Derajat HNP :
 Disc Degeneration, terjadi perubahan komposisi anulus pulposus sehingga apabila ada
beban nukleus pulposus menonjol ke salah satu sisi dengan anulusfibrosus masih intak,
dan belum terjadi herniasi.
 Prolapse atau Bulging Disc atau Protrution Disc, terjadi penonolan nucleus pulposus
dan anulus fibrosus, anulus fibrosus dan ligamen longitudinal posterior masih utuh,
sudah terjadi herniasi dan mulai terjadi penekanan padaradix atau medula spinalis.
 Extrusion, terjadi ruptur anulus fibrosus, sehingga gel nukleus pulposus keluar dari
diskus intervertebralis, tetapi ligamen longitudinal posterior masih intak.

6
 Sequestration atau Sequestered Disc, telah terjadi ruptur ligament longitudinal
posterior, sehingga gel nukleus pulposus keluar melewati celah ligamen menuju ke
kanalis spinalis.

2. Etiologi
HNP terjadi karena proses degenratif diskus intervetebralis. Keadaan patologis dari
melemahnya annulus merupakan kondisi yang diperlukan untuk terjadinya herniasi.
Penyebab utama HNP lumbal paling banyak adalah trauma, baik trauma berat maupun
ringan yang dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Umumnya akibat
mengangkat benda berat dengan posisi pinggang membungkuk dan mendadak maka akan
berakibat pada fibrosis yang akan terobek. Sebagai faktor hambatan adalah adanya
degeneratif pada sendi tulang belakang dan berkurangnya kekenyalan atau elastisitas dari
annulus fibrosis akibat proses penuaan.
Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh karena adanya
suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga
menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat
singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama
beberapa bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus
kapsulnya mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan
nucleus pulposus terdorong terhadap sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul
dari kolumna spinal (Helmi, 2012).
Presentase kasus HNP terjadi pada lumbal sebesar 90%, pada servikal sebesar 5-10%
dan sisanya mengenai daerah thorakal (Krupp, 1971). Pada daerah lumbal banyak terjadi
pada L5-S1 dan L4-5. Hampir 51,6% terjadi pada L5-S1 dan 21,8% terjadi pada L4-5
(Katz, 1977).

7
3. Tanda dan Gejala
1. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa
tahun). Nyeri menyebar sesuai dengan distribusi saraf skiatik.
2. Sifat nyeri khan dari posisi berbaring ke duduk,nyeri mulai dari pantat dan terus
menjalar ke bagian belakang lalu kemudian ke tungkai bawah.
3. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang saat batuk
atau mengedan, berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang
klien beristiraho berbaring.
4. Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal bahkan kekuatan otot
menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.
5. Nyeri bertambah bila daerah L5—S1 (garis antara dua krista iliaka) ditekan.

4. Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi


Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan
degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein dalam polisakarida
dalam diskus menurunkan kandungan air pada nukleus pulposus. Perkembangan pecahan
yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Herniasi nukleus
pulposus (HNP) terjadi kebanyakan oleh karena adanya suatu trauma derajat sedang yang
berulang mengenai diskus intervetebralis sehingga menimbulkan sobeknya anulus
fibrosus.
Setelah trauma jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat,
kartilago dapat cedera. Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan
singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama
beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya
mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus
pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari
kolumna spinal.

C. MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING)


1. Pengertian MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu metode diagnostik yang
menggunakan medan magnet dan energi gelombang radio untuk memindai gambar organ
dan struktur dalam tubuh manusia. Dalam banyak kasus, MRI dapat memberikan
informasi mengenai struktur dalam tubuh pasien secara lebih terpadu daripada sinar-X,
8
USG, ataupun CT-scan. Oleh karena itu, metode MRI juga dapat menunjukkan citra detail
yang tidak dapat dilihat dengan metode pemindaian lainnya.
Teknik penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang dihasilkan
tergantung pada banyak parameter. MRI memiliki kemampuan membuat gambaran
potongan coronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi tubuh pasien Bila
pemilihan parameternya tepat, kualitas gambaran detil tubuh manusia akan tampak jelas,
sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti. Untuk itu
perlu dipahami hal-hal yang berkaitan dengan prosedur teknik MRI dan tindakan
penyelamatan bila terjadi keadaan darurat. Beberapa faktor kelebihan yang dimiliki-nya,
terutama kemampuannya membuat potongan koronal, sagital, aksial dan oblik tanpa
banyak memanipulasi posisi tubuh pasien sehingga sangat sesuiai untuk diagnostik
jaringan lunak. Teknik penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang
dihasilkan tergantung pada banyak parameter. Bila pemilihan para-meter tersebut tepat,
kualitas gambar MRI dapat memberikan gambaran detail tubuh manusia dengan perbedaan
yang kontras, sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti.
MRI Lumbal adalah pemeriksaan pada daerah Vertebrae Lumbal dengan
menggunakan medan magnet untuk menghasilkan gambaran Radiografi dengan cara
memotong per slice pada organ yang diperiksa. Keluhan yang sering dirasakan pasien
pada daerah lumbal dapat di diagnose lebih akurat dengan pemeriksaan MRI lumbosacral.
Karena keabnormalan sekecil apapun dapat lebih jelas terlihat pada gambaran radiografi
MRI lumbosacral.

9
BAB III

MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Pemeriksaan : MRI L-Spine (Tanpa Kontras)


Klinis : LBP et causa Suspek HNP

10
11
Kesan :
- Spondylosis lumbalis
- Bulging disc pada level L4 – L5 dan L5 – S1 yang menekan thecal sac
- Edema facet joint bilateral pada level CV L4 – L5 dan L5 – S1
- Degenerative disc disease pada level CV L4 – L5 dan L5 – S1
- MR Myelografi : Tampak stenosis parsial canalis spinalis pada level CV L4 – L5
dan L5 – S1

12
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

Low back pain (LBP) atau nyeri punggung belakang adalah suatu sindroma nyeri
yang terjadi pada regio punggung bagian bawah yang merupakan akibat dari berbagai sebab
(kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma, perubahan jaringan, pengaruh gaya
berat).

Salah satu penyebab terjadinya nyeri pinggang bagian bawah adalah hernia nucleus
pulsosus (HNP). Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau Potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)
adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam kanalis
vertebralis (protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas sebagian tersendiri di dalam
kanalis vertebralis (rupture discus).

Derajat HNP :

 Disc Degeneration, terjadi perubahan komposisi anulus pulposus sehingga apabila ada
beban nukleus pulposus menonjol ke salah satu sisi dengan anulusfibrosus masih intak,
dan belum terjadi herniasi.
 Prolapse atau Bulging Disc atau Protrution Disc, terjadi penonolan nucleus pulposus
dan anulus fibrosus, anulus fibrosus dan ligamen longitudinal posterior masih utuh,
sudah terjadi herniasi dan mulai terjadi penekanan padaradix atau medula spinalis.
 Extrusion, terjadi ruptur anulus fibrosus, sehingga gel nukleus pulposus keluar dari
diskus intervertebralis, tetapi ligamen longitudinal posterior masih intak.
 Sequestration atau Sequestered Disc, telah terjadi ruptur ligament longitudinal
posterior, sehingga gel nukleus pulposus keluar melewati celah ligamen menuju ke
kanalis spinalis.
Keluhan yang sering dirasakan pasien pada daerah lumbal dapat di diagnose lebih
akurat dengan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI). MRI adalah suatu
metode diagnostik yang menggunakan medan magnet dan energi gelombang radio untuk
memindai gambar organ dan struktur dalam tubuh manusia.

13
DAFTAR PUSTAKA

Apley, A Graham and Louis Solomon, 1994 ; Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley ;
Edisi Ketujuh, Alih Bahasa Edi Nugroho, Widya Medik
Bimoariotejo. , 2010 ;LOW BACK PAIN ; Diakses tanggal 21/04/2012, dari http://
www.emedicine.com
Sujanto. 2007. SumberFisis. Surakarta: PoliteknikKesehatan Surakarta
https://fisionesia.wordpress.com/tag/patofisiologi-lbp/
Diakses pada tanggal 18 April 2018
http://abet-physicaltherapy.blogspot.co.id/2015/03/low-back-pain.html
Diakses pada tanggal 18 April 2018
https://www.scribd.com/doc/248777341/Makalah-PKL-MRI-LumbaL-Dengan-Klinis-HNP
Diakses pada tanggal 18 April 2018
https://www.scribd.com/doc/173827152/Derajat-HNP
Diakses pada tanggal 18 April 2018

14

Anda mungkin juga menyukai