Anda di halaman 1dari 39

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

TBC paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosis (Ngastyah, 1997, h. 47). Penularan TBC melalui

air borne infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai

focus primer dari 9 hon. Keluhan yang dirasakan pasien TBC paru bermacam-

macam seperti demam, batuk atau batuk darah, sesak napas, nyeri dada,

malaise. Gejala malaise yang ditemukan berupa anoreksia, BB menurun, hal

ini dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan khususnya

pada anak yang menderita TBC salah satu manifestasi klinik penyakit TBC

paru adalah penurunan nafsu makan dengan TBC paru sangat memerlukan

asupan nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan berat badan dan

mempercepat proses penyembuhan. Selain asupan nutrisi yang dibutuhkan

juga dibutuhkan obat-obatan yang membantu mempercepat proses

penyembuhan penyakit yang diderita anak tersebut.

Dalam hal ini khsusunya obat-obatan maka perlu kerja sama antara

pemerintah (sudah masuk program Dots), tenaga kesehatan alam hal ini

dokter, perawat juga peran orang tua yang menjadi basis dari terbentuknya

proses perkembangan anak sejak dini yang dapat mempengaruhi tumbuh

kembang anak seperti bb menurun, kemampuan intelektual menurun. Orang

tua sebagai satu satunya andil yang bisa dijadikan sasaran kedua setelah anak

1
2

atau penderita yang perlu dibekali dengan berbagai macam pendidikan

kesehatan (perkembangan tentang penyakit TBC paru). Sumber pendidikan

kesehatan tertentu berasal dari pihak yang mempunyai kompoten dalam

bidang ini tentunya tenaga kesehatan tidak ketinggalan dalam hal ini profesi

keperawatan yang selalu ada bersama pasien selama 24 jam maupun tim

perawat jalan.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis merasa tertarik untuk

meneliti lebih lanjut “Bagaimana Perilaku Orang Tua dengan anak yang

menderita TBC paru terhadap pendidikan kesehatan yang dilakukan di

Ruangan. Poli anak II dan III anak RUSD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang”

B. Perumusan Masalah

Pada anak yang menderita TBC paru terjadi penurunan berat badan, hilangnya

nafsu makan, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, gangguan

intelektual yang disebabkan karena penyakit ini bersifat radang menahun.

Oleh karena itu perawat mempunyai peran yang besar dalam memberikan

pendidikan kesehatan pada orang tua yang anaknya menderita TBC paru untuk

mencegah kekambuhan kembali. Adanya masalah tersebut maka penulis

merasa perlu untuk meneliti lebih lanjut “Bagaimana Perilaku Orang Tua

dengan Anak yang menderita TBC paru terhadap Pendidikan Kesehatan yang

dilakukan di Ruang Poli Anak II dan III RUSD. Prof. Dr. W. Z. Johannes

Kupang ?
3

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku orang tua dengan anak yang menderita TBC

paru terhadap pendidikan kesehatan yang dilakukan di ruang poli anak II

dan III anak RUSD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang .

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi perilaku orang tua tentang nutrisi anak.

b. Mengidentifikasi perilaku orang tua tentang tumbuh kembang

anak.

c. Mengidentifikasi perilaku orang tua tentang pengobatan yang

teratur pada anak.

D. Manfaat Bagi Peneliti

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan pelayanan dalam

memberikan PENKES.

2. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa lain untuk

mencoba melakukan penelitian-penelitian sederhana.

3. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku orang

tua dengan anak yang menderita TBC paru terhadap Penkes yang

diberikan.
4
5

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Perilaku

Perilaku merupakan respon yang nampak pada individu terhadap

stimulasi dari luar (De Laure & Lodter, 1998). Marthen L. Green

(Notoadmodjo, 1993, Sulita, 2001) mengatakan bahwa kesehatan dipengaruhi

oleh 3 faktor yaitu:

1. Faktor predisposisi (Predisposing factors) merupakan faktor

intelektual yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok, atau

masyarakat yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-

nilai dan sebagainya.

2. Faktor pemungkin (enabling factors) merupakan faktor yang

memungkinkan individu berperilaku tersedianya sumber daya

keterjangkauan, rujukan dan keterampilan.

3. Faktor penguat (reinforcing factors) yang merupakan faktor yang

menguatkan perilaku seperti sikap, keterampilan petugas kesehatan, teman

sebaya, orang tua dan majikan yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat. Menurut Notoatmodjo perilaku masyarakat dibagi

atas 3 yaitu:

a. Pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca indera yang berbeda dengan kepercayaanya, tahyul

dan penerapan-penerapan (S. Soekonto, 1996).

4
6

b. Sikap (attitude)

Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seorang terhadap stimulasi atau obyek.

c. Tindakan

Tindakan adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang untuk

mengatasi suatu situasi.

Berbicara tentang perilaku manusia itu selalu unik, khusus artinya tidak

sama antar inter manusia baik dalam hal kepribadian, bakat, sikap, minat

maupun kepribadiannya. Manusia berperilaku atau beraktifitas karena adanya

kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan atau global. Dengan adanya

kebutuhan dalam diri seseorang maka akan muncul beraktifitas atau

berperilaku, baru tujuan itu tercapai dan individu mengalami kepuasan (Linda

Juan, 1991).

B. Konsep Nutrisi

1. Pengertian Nutrisi

Nutrisi adalah zat kimia organik maupun anorganik yang terdapat

dalam makanan dan kebutuhan untuk menjalankan fungsi tubuh.

Kebutuhan nutrisi dan energi bervariasi menurut usia, jenis kelamin,

aktivitas dan status kesehatan. Intake makanan yang adekuat terdiri dari

zat nutrisi esensial yang seimbang antara karbohidrat, lemak, vitamin,

mineral dan air (Eozier, 1995 ; P. 652)


7

2. Fungsi Nutrisi

Menurut Zuitor dan Hunter dalam buku Fundamental Of Nursing

(1995), nutrisi mempunyai 3 fungsi utama yaitu:

a. Menyediakan energi untuk proses pergerakan tubuh.

b. Menyediakan structural material untuk jaringan Abh seperti tulang

dan otot.

c. Mengatur proses tubuh dan mempertahankan suhu tubuh (Cozier,

1995; P. 652).

3. Klasifikasi Nutrisi

Nutrisi diklasifikasikan berdasarkan zat-zat yang terkandung di

dalamnya, yang terdiri atas golongan macronutrient dan micronutrient.

a. Golongan macronutrient

Zat-zat yang terkandung di dalam macronutrient dan micronutrient

antara lain:

1) Karbohidrat

Merupakan sumber energi utama yang menjadi bahan bakar bagi

berbagai proses dalam tubuh, dengan menyediakan glukosa sebagai

bahan bakarnya. Fungsi dari karbohidrat antara lain:

a) Menyediakan keperluan energi bagi tubuh.

b) Melaksanakan dan melangsungkan proses metabolisme

lemak.

c) Melangsungkan aksi penghematan terhadap protein.


8

d) Menyediakan cadangan energi siap pakai sewaktu-waktu

diperlukan dalam bentuk glikogen.

e) Mengatur gerakan peristaltik usus terutama usus besar

(Kartosapoetra 6. dkk, 2003: P. 46)

2) Lemak

Lemak merupakan sumber pembentukan energi di dalam tubuh. Tiap

gram lemak menghasilkan 9 kalori, 19 gram karbohidrat dan protein

menghasilkan 4 kali. Adapun fungsi dari lemak antara lain:

a) Sebagai penghasil energi tiap gram lemak menghasilkan

sekitar 9-9,3 kalori, energi yang berlebihan dalam tubuh

disimpan dalam jaringan adipose sebagai energi potensial.

b) Sebagai penghasil asam lemak esensial.

c) Sebagai pelarut vitamin tertentu seperti A, D, E, K.

d) Sebagai pelumas diantara persendian dan membantu

pengeluaran sisa-sisa makanan dari dalam tubuh. (Kartosapoetra

6. dkk, 2003: P. 71)

3) Protein

Menurut pakar kimia Belanda (Mulder), protein merupakan bahan

penduduk tubuh yang mengandung nitrogen dengan unit dasarnya

yaitu asam amino (Kartosapoetra 6. dkk, 2003: P. 54) secara garis

besar fungsi protein dalam tubuh adalah sebagai berikut:

a) Sebagai zat pembangun bagi pertumbuhan dan

pemeliharaan jaringan tubuh.


9

b) Sebagai pengatur kelangsungan proses di dalam tubuh.

c) Sebagai pemberi tenaga dalam keadaan energi kurang

tercukupi oleh karbohidrat dan lemak (Kartosapoetra 6. dkk,

2003: P. 70)

4) Air

Air dalam tubuh manusia merupakan zat gizi yang penting berfungsi

sebagai pelarut dan menjaga kestabilan suhu tubuh. Air merupakan

unsure utama dari semua struktur sel dan merupakan media

kelangsungan berbagi proses metabolisme dan reaksi kimia di dalam

tubuh..

b. Golongan micronutrient

Zat-zat yang mengandung golongan micronutrient antara lain:

1) Vitamin

Vitamin merupakan substansi esensial yang sifatnya larut dalam air

dan lemak. Fungsi vitamin adalah membantu pertumbuhan dan

perkembangan, membantu pemeliharaan dan mempertahankan daya

tahan tubuh, meningkatkan segala macam proses metabolisme dalam

tubuh seseorang.

2) Mineral

Mineral merupakan elemen organik yang esenial yang

berfungsi sebagai pembentukan tulang-tulang dan gigi untuk

membantu pergerakan otot-otot, untuk membantu proses fisiologi

tubuh seseorang, untuk menjaga keseimbangan asam dan basah serta


10

pembentukan sel-sel baru. Adapun unsur-unsur dari mineral ini yang

diperlukan diantaranya adalah kalsium, magnesium, besi, natrium,

fosfort, kalium, tembaga dan iodium (Cozier, 1995, P. 662)

Faktor-faktor yang mempengaruhi nutrisi:

a) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek

tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam

membuat tindakan seseorang. Faktor ini sangat berpengaruh

terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi seseorang. Dengan

tingkat pengetahuan yang rendah sangat berpengaruh terhadap

pilihan makanan dan pengolahan makanan yang akan

dikonsumsi, juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan (Notoatmodjo, 2003).

b) Budaya

Budaya cukup berpengaruh terhadap penentuan jenis

makanan yang sering dikonsumsi. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap

makanan dan produksi pangan. Dalam hal sikap terhadap

makanan masih banyak pantangan dalam masyarakat yang

menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah. Konsumsi zat

gizi yang rendah juga dipengaruhi oleh produksi pangan,


11

rendahnya produksi pangan disebabkan para petani masih

menggunakan teknologi yang bersifat tradisional.

c) Status sosial ekonomi

Pilihan seseorang atau keluarga terhadap jenis dan kualitas

makanan turut dipengaruhi oleh status ekonomi dan sosial yaitu

sumber pendapatan seseorang atau keluarga.

d) Kesehatan

Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap kebiasaan

makan, misalnya sariawan, sakit gigi, TBC sangat menghalangi

selera makan seseorang.

e) Lingkungan

Lingkungan yang kurang mendukung seperti pengap dan

kurang bersih sangat berpengaruh terhadap selera makan dan

tumbuh kembang seseorang (Supariasa I. D., 2001: P. 177).

C. Konsep TBC

1. Pengertian

Tuberculosis (TBC) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan

oleh mycobacterium tuberculosis dan mycobacterium bovis (sangat jarang

disebabkan oleh mycobacterium avium) basil tuberculosis dapat hidup dan

virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi masih dalam cairan

yang bersuhu 60 0C selama 12-20 menit (Ngastyah, 1999, P. 47). Kuman


12

ini berbentuk batang mempunyai sifat khusus tahap terhadap asam pada

pewarnaan, oleh karena itu disebut basil tahan asam (BTA).

Kuman TBC paru cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi

dapat bertahan hidup di tempat yang gelap dan lembab (Junadi, 1982, h.

211).

2. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala dari TBC paru dengan gejala utama batuk terus-

menerus selama 3 minggu atau lebih selain itu juga gejala tambahan yang

sering dijumpai antara lain dahak bercampur darah, batuk berdarah, sesak

napas dan nyeri pada dada, badan lemas, nafsu makan berkurang, berat

badan menurun, keringat pada malam hari walau tidak beraktifitas, demam

meriang lebih dari 1 bulan.

3. Cara penularan

Penularan TBC paru terjadi pada waktu bersin atau batuk, meludah

atau berbicara, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk

droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat

bertahan hidup di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang

dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran

pernapasan. Setelah kuman TBC paru dapat menyebar dari paru ke bagian

tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem limfe, saluran napas

atau penyebaran langsung kebagian tubuh lainnya. Daya penularan dari

seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan


13

dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin

menular penderita tersebut.

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penyakit TBC paru berupa tindakan keperawatan

perlu dilakukan antara lain: Kaji kualitas dan kedalaman pernapasan, kaji

kualitas sputum (warna, bau dan eksistensi), auskultasi bunyi pernapasan,

baringkan klien untuk mengoptimalkan pernapasan (posisi semi fowler),

bantu dan ajarkan klien berbalik posisi, batuk dan napas dalam dan

kolaborasi pemberian obat-obatan,

Tindakan keperawatan lain yang diperhatikan adalah mencatat status

nutrisi, turgor kulit, berat badan, mukosa mulut, perkembangan intelektual,

riwayat mual atau muntah. Perawat juga memperhatikan diet pasien.

Selain tindakan di atas perawat juga perlu memberikan pendidikan

kesehatan kepada orang tua anak yang menderita TBC paru sehingga

orang tua dapat menindaklanjuti perawatan di rumah dan anaknya tidak

mudah untuk kambuh lagi.

Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau membatasi

transmisi mikroorganisme pathogen, menghindari dari kontak dengan

orang yang terinfeksi basil tuberculosis, mempertahankan status kesehatan

dengan intake nutrisi yang adekuat. Isolasi juga pada sputum terdapat

bakteri hingga dilakukan kemotherapi, pemberian imunisasi BCG untuk


14

meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberculosis

virulent.

D. Konsep Tumbuh Kembang Anak

Menurut Soetjinigsih seperti yang dikutip oleh Ngastyah (2005)

menjelaskan bahwa tumbuh kembang anak mencakup 2 peristiwa yang

sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu mengenai

pertumbuhan dan perkembangan. Yang dimaksud dengan pertumbuhan

(Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran

atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang dapat diukur dengan

ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolic

(retensi kalium dan nitrogen tubuh).

Perkembangan adalah bertambhnya kemampuan (skill) dalam struktur

dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang lebih teratur sebagai

hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi

sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang berkembang

sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.

Termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil

interaksi dengan lingkungan. Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa

pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan

perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ atau individu.

Dengan demikian kedua peristiwa tersebut terjadi secara sinkron, pada setiap
15

individu dan tercapainya tumbuh kembang yang optimal bergantung pada

potensi biologisnya. Tingkat tercapainya potensi biologis seseorang atas hasil

interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan yaitu faktor genetik,

lingkungan, biopsikososial dan perilaku. Proses unik dan hasil akhir yang

berbeda memberikan cirri tersendiri pada setiap anak.

Menurut Whaley dan Wong (2000) yang dikutip oleh Supartini (2002)

mengemukakan pertumbuhan adalah sebagai suatu peningkatan jumlah

ukuran, sedangkan perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang

terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling

tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran. Pertumbuhan

berhubungan dengan perubahan secara kualitas, diantaranya terjadi

peningkatan kapasitas individu untuk berfungsi yang dicapai melalui proses

pertumbuhan, pematangan dan pembebelajaran.

Marlow (1998) yang dikutip oleh Supartini (2002) mengemukakan

pertumbuhan sebagai peningkatan ukuran tubuh yang dapat diukur dengan

meter, sentimeter untuk tinggi badan dan kilogram atau gram untuk berat

badan, pertumbuhan ini dihasilkan oleh adanya pembelahan sel dan sintetis

protein dan setiap anak mempunyai potensi gen yang berbeda untuk tubuh.

Perkembangan adalah suatu proses untuk menghasilkan peningkatan

kemampuan untuk berfungsi pada tingkat tertentu.

Dengan melihat uraian pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu., yaitu

secara bertahap anak akan semakin bertambah berat dan tinggi. Pertumbuhan
16

berkaitan dengan kuantitas individu anak, sedangkan perkembangan adalah

suatu proses yang terjadi secara stimulant dengan pertumbuhan yang

menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi yang dihasilkan melalui

proses pematangan dan proses belajar dari lingkungannya.

Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak terdiri dari tiga faktor

utama (Wong, 2000) yaitu:

1. Faktor Herediter

Faktor herediter adalah jenis kelamin, ras, dan kebangsaan. Jenis kelamin

ditentukan sejak awal dalam kandungan (fase konsepsi) dan setelah lahir

anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan berat dari pada anak perempuan.

2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak adalah lingkungan prenatal, lingkungan eksternal dan

lingkungan inrtenal anak. (1) Lingkungan prenatal lingkungan di dalam

uterus sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan fetus, terutama

karena adanya selaput yang menyelimuti dan melindungi fetus dari

lingkungan luar. Beberapa kondisi lingkungan dalam uterus yang dapat

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin adalah gangguan

nutrisi karena ibu kurang mendapat gizi adekuat baik secara kualitas

maupun kuantitas. Intinya apa yang dialami oleh ibu akan berdampak pada

kondisi pertumbuhan dan perkembangan fetus. (2) Pengaruh Budaya

lingkungan. Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi

bagaimana mereka mempersepsikan dan memamhami kesehatan serta


17

berperilaku hidup sehat. Pola perilaku ibu yang sedang hamil dipengaruhi

oleh budaya yang dianutnya, misalnya adanya beberapa larangan untuk

makan makanan tertentu pada hal zat gizi tersebut diperlukan untuk

pertumbuhan janin. (3) Status Sosial Ekonomi Keluarga. Anak yang

berada dan dibesarkan dalam lingkungan sosial ekonominya rendah,

bahkan punya banyak keterbatasan untuk memberikan makanan bergizi,

membayar biaya pendidikan dan memenuhi kebutuhan primer lainnya,

tentunya keluarganya akan mendapat kesulitan untuk membantu anak

mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal

sesuai dengan tahap usianya. (4) Nutrisi. Untuk bertumbuh dan

berkembang akan membutuhkan zat gizi yang esensial mencakup protein,

lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air yang harus dikonsumsi secara

seimbang dengan jumlah yang sesuai kebutuhan dan tahapan usianya. (5)

Iklim atau cuaca. Iklim tertentu dapat mempengaruhi status kesehatan

anak, seperti pada musim penghujan yang dapat menimbulkan bahaya

banjir pada daerah tertentu akan menyebabkan sulitnya transportasi

sehingga sulit mendapatkan bahan makanan, bahkan timbul berbagai

penyakit menular seperti diare dan penyakit kulit yang mengancam semua

orang termasuk bayi dan anak-anak. (6) Olaraga/latihan Fisik. Olaraga

berdampak pada pertumbuhan fisik maupun perkembangan psikososial

anak. Secara fisik manfaat olaraga yang teratur dapat meningkatkan

sirkulasi darah sehingga akan meningkatkan suplai oksigen ke seluruh

tubuh. (7) Posisi anak dalam Keluarga. Posisi anak sebagai anak tunggal,
18

anak sulung, anak tengah atau anak bungsu akan mempengaruhi

bagaimana pola anak tersebut diasuh dan dididik dalam keluarga.

3. Faktor Internal

Faktor internal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak adalah (1) Kecerdasan. Anak yang dilahirkan dengan

tingkat kecerdasan yang rendah akan tidak akan mencapai prestasi yang

cemerlang walaupun stimulus yang diberikan lingkungan demikian tinggi.

Sebaliknya anak yang dilahirkan dengan tingkat kecerdasan yang tinggi

dapat didorong oleh stimulus lingkungan untuk berprestasi secara

cemerlang. (2) Pengaruh Hormonan. Ada 3 hormon yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu hormone somatotropik,

hormone tiroid dan hormone gonadotropin. (3) Pengaruh emosi. Orang tua

terutama ibu adalah orang terdekat tempat anak belajar untuk bertumbuh

dan berkembang. Anak belajar dari orang tua untuk dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya sendiri.

E. Kebutuhan Dasar Anak

Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang secara umum

digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar (Titi, 1993) seperti yang dikutip oleh

Ngastiyah (2005) yaitu:

1. Kebutuhan Fisik Biomedis

Kebutuhan fisik biomedis (asuh) meliputi panagan/gizi merupakan

kebutuhan terpenting, perawatan kesehatan dasar antara lain imunisasi,


19

pemberian ASI, penimbangan bayi/anak secara teratur, pengobatan jika

sakit, papan yang layak, hygiene peroranagan, sanitasi lingkungan yang

baik, sandang, kesegaran jasmani, rekreasi dan lain-lain.

2. Kebutuhan Sosial/Kasih Sayang

Kebutuhan sosial/kasih sayang (asih) pada tahun pertama kehidupan,

hubungan yang erat dan mesra antara ibu/pengganti ibu dan anak

merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras

baik fisik, mental maupun psikososial. Peran dan kehadiran ibu atau

pengganti ibu sedini mungkin untuk selama-lamanya akan menjalin rasa

aman bagi bayi. Adanya kontak fisik (kulit atau mata) menyentuh atau

mendekat dan memandang pada saat memberi ASI serta pemberian ASI

sedini mungkin setelah bayi lahir akan dampak positif dalam tumbuh

kembang anak. Sebaliknya jika kurang kasih sayang pada tahun pertama,

kehidupan anak akan berdampak negatif bagi tumbuh kembang anak baik

fisik, mental maupun sosial emosi yang disebut “sindrom deprivasi

mama”. Kasih sayang dari orang tuanya (ayah atau ibu) akan menciptakan

ikatan yang erat (bounding) dan kepercayaan dasar (basic trust).

3. Kebutuhan Stimulasi Mental

Stimulasi mental (asah) merupakan cikal bakal dalam proses belajar

(pendidikan) dan pelatihan anak. Stimulasi mental (asah) ini

mengembangkan perkembangan mental psikososial, kecerdasan,

keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, pendidikan, moral/etika.


20

F. Konsep Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di

dalam bidang kesehatan. Bertitik tolak dari konsep pendidikan tersebut,

maka konsep pendidikan kesehatan mencakup proses belajar pada

individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai

kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan

menjadi mampu mengatasi masalah kesehatan. Oleh sebab itu konsep

pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan kesehatan yang

diaplikasikan pada bidang kesehatan, dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa pendidikan kesehatan merupakan usaha atau kegiatan untuk

membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan

kemampuan (perilaku) untuk mencapai kesehatan yang optimal.

(Notoatmodjo, 1997, h. 97)

Pengertian pendidikan kesehatan identik dengan penyuluhan

kesehatan, karena keduanya berorientasi pada perubahan perilaku yang

diharapkan yaitu perilaku sehat, sehingga mempunyai kemampuan

mengenal masalah kesehatan dirinya, keluarga atau dan kelompok dalam

meningkatkan kesehatan. (Nasrul Effendy, 1998, h. 232).

Selain pendidikan kesehatan tersebut di atas para ahli pendidikan

kesehatan telah mencoba membuat batasan pendidikan kesehatan yaitu:


21

a. Menurut Wod pendidikan kesehatan adalah sekumpulan

pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang

berhubungan dengan kesehatan individu, masyarakat dan ras.

b. Menurut Stuart pendidikan kesehatan adalah komponen program

kesehatan dan kedokteran yang terdiri atas upaya terencana untuk

mengubah perilaku individu, kelompok maupun masyarakat yang

merupakan perubahan cara berpikir, bersikap dan berbuat dengan

tujuan membantu pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan

promosi hidup sehat.

c. Menurut Nyswander pendidikan kesehatan adalah proses

perubahan perilaku yang dinamis, bukan proses pemindahan materi

dari seorang ke orang lain, dan bukan pula seperangkat produser.

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan secara umum adalah mengubah

perilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan, WHO, 1954 (dalam

Soekidjo, 2003:52) tujuan pendidikan antara lain:

a. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat

b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana

kesehatan yang ada.


22

3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan di lihat dari berbagai dimensi

antara lain: dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat pelaksanaan atau

aplikasinya dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan. Dari dimensi

sasarannya, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 3 yakni:

a. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu

b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok

c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.

Dimensi tempat pelaksanaan pendidikan berbagai tempat dengan

sendiri sasarannya kesehatan dapat berlangsung berbeda pula, misalnya:

a. Pendidikan kesehatan di sekolah dilakukan di sekolah dengan

sasaran murid.

b. Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit

dengan sasaran pasien atau keluarga pasien, puskesmas dan

sebagainya.

c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau

karyawan yang bersangkutan.

Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, penkes dapat dilakukan

berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) dari level

dan Clark, sebagai berikut:

a. Promosi Kesehatan (Health Promotion)

b. Perlindungan khusus (specific protection)


23

c. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt

treatment)

d. Pembatasan cacat (Disability limitation)

e. Rehabilitasi (Rehabilitation)

4. Pendidikan Kesehatan

a. Pendidikan Kesehatan sebagai perubahan perilaku

Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan

atau usaha untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat, kelompok

atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut

masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan

tentang kesehatan yang lebih baik, akhirnya pengetahuan tersebut

diharapkan apa yang mempengaruhi terhadap perilakunya, dengan kata

lain dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat

terhadap perilaku sasaran.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Kesehatan

Pendidikan kesehatan juga melalui suatu proses, dimana proses

tersebut mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Di dalam

suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tujuan pendidikan

yaitu tujuan perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping

masuknya sendiri juga materi atau pesan, pendidikan atau petugas

yang melakukannya atau alat-alat bantu atau alat-alat peraga

pendidikan.
24

Sehat berarti bukan hanya bebas dari penyakit, tetapi meliputi

seluruh kehidupan manusia, termasuk aspek sosial, psikologi, spiritual,

faktor-faktor lingkungan, ekonomi, pendidikan dan rekreasi. Sehat

merupakan suatu keadaan yang terdapat pada masa tumbuh

kembangnya manusia.

c. Metode pembelajaran dan alat bantu dalam pendidikan kesehatan

1) Metode pendidikan kesehatan

Metode pendidikan kesehatan pada dasarnya merupakan

pendekatan yang digunakan dalam proses pendidikan untuk

menyampaikan kepada sasaran pendidikan kesehatan yaitu

individu, keluarga, kelompok masyarakat. Metode yang dipakai

dalam penyuluhan kesehatan hendaknya metode yang dapat

mengembangkan komunikasi 2 arah antara yang memberikan

penyuluhan terhadap sasaran terhadap pesan yang disampaikan

akan lebih jelas dan mudah dipahami. Metode antara lain: ceramah,

diskusi kelompok dan demonstrasi.

2) Alat peraga

a) Pengertian

Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh

pendidikan dalam menyampaikan bahan pendidikan atau

pengajaran. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena

berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam

proses pendidikan dan pengajaran.


25

b) Faedah alat bantu pendidikan

Sasaran terperinci, faedah alat peraga antara lain sebagai

berikut:

(1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan

(2) Mencapai sasaran yang lebih banyak

(3) Membantu mengatasi hambatan bahasa

(4) Merangsang sasaran pendidikan untuk

melaksanakan pesan-pesan kesehatan.

(5) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih

banyak dan cepat.

(6) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan

pesan-pesan yang diterima kepada orang lain.

(7) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan atau

informasi oleh para pendidik atau perilaku pendidikan.

(8) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran

pendidikan.

(9) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui

lebih mendalam dan akhirnya memberikan pengertian yang

lebih baik.

(10) Membantu menegakan pengertian yang diperoleh.

c) Macam-macam alat pendidikan

Pada garis besarnya hanya ada dua macam alat bantu

pendidikan (alat peraga).


26

(1) Alat bantu lihat (Visual aids)

Alat ini berguna di dalam membantu menstimulasi indera

mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses

pendidikan. Alat ini ada dua bentuk yaitu:

(a) Alat yang diproyeksikan misalkan slide, film, film

stip.

(b) Alat-alat yang tidak diproyeksikan

- Dua dimensi: Gambar, peta dan bagan.

- Tiga dimensi: Bola dunia dan boneka

(2) Alat bantu dengar (Audio aids)

Misalnya piring hitam, radio dan pita suara.

(3) Alat bantu lihat dan dengar

Televisi dan video kaset.

G. Kerangka Konsep
Pengetahuan
Prediposisi
Anak sehat.
Pendidikan kesehatan
Tumbuh kembang Sikap
Pemungkin Nutrisi
Penbobatan
Tindakan
Penguat Nutrisi
Tumbuh kembang
Pengobatan

Keterangan:

: Tidak diteliti
27

: Diteliti
28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan

menggunakan rancangan deskriptif untuk menjawab pertanyaan riset

bagaimana perilaku orang tua dengan anak yang menderita TBC paru terhadap

pendidikan kesehatan yang dilakukan di ruangan poli anak, II dan III anak

RUSD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang

diteliti (Notoadmojo, 2002, h. 79). Populasi yang diambil dalam penelitian

ini adalah orang tua yang anaknya menderita TBC paru di ruangan poli

anak II dan III anak RUSD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang

diteliti dianggap mewakili populasi. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagian orang tua yang anaknya menderita TBC

paru yang datang berkunjung di ruangan poli anak II dan III anak RUSD.

Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

26
29

C. Variabel Penelitian

Menurut Rafi’i (1985) suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota

suatu kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki

oleh kelompok tersebut. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

variabel tunggal, yaitu perilaku orang tua yang anaknya menderita TBC paru

terhadap pendidikan kesehatan.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di ruang poli anak II dan III anak RUSD. Prof. Dr.

W. Z. Johannes Kupang.

E. Defenisi Operasional

1. Perilaku orang tua dengan anak yang menderita TBC paru adalah

sikap yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan suatu tindakan

atau kegiatan.

2. TBC paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

kuman mycobacterium tuberculosis.

3. Pendidikan kesehatan adalah penjelasan yang diberikan dengan

metode pendidikan kesehatan untuk merubah perilaku seseorang.


30

F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa:

1. Kuesioner tertutup yang berisi 10 pertanyaan tentang

pengetahuan dengan jawaban ya = 1, tidak = 0.

2. Lembaran observasi yang masing-masing berisi 5

pertanyaan untuk mengukur sikap dan tindakan orang tua yang

anaknya menderita TBC paru dengan jawaban ya = 2, tidak = 1.

G. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari ketua Jurusan

keperawatan Kupang dan diteruskan ke kepala RUSD. Prof. Dr. W. Z.

Johannes Kupang, dengan tembusan kepala bidang keperawatan, kepala

ruangan poli anak II dan III anak. Setelah itu peneliti mengadakan pendekatan

kepada orang tua yang anaknya menderita TBC paru untuk mendapatkan

respoden penelitian. Kepada respoden (orang tua) yang anaknya menderita

TBC paru yang setuju diminta untuk menandatangani lembaran persetujuan

penelitian. Kemudian data dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner

kepada orang tua yang anaknya menderita TBC paru dan peneliti mengadakan

observasi terhadap orang tua dengan yang anaknya yang menderita TBC paru.

H. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dan analisa data dilakukan secara manual, sedangkan

analisa dilakukan secara analisa deskriptif . Dengan kriteria:


31

1. Pengetahuan

Pengetahuan baik 76 – 100 %

Pengetahuan cukup 65-75 %

Pengetahuan < 65 %

2. Sikap

Sikap baik 76 – 100 %

Sikap cukup 65-75 %

Sikap < 65

3. Tindakan

Tindakan baik 76 – 100 %

Tindakan cukup 65-75 %

Tindakan < 65

I. Etika Riset

Penelitian dilakukan dengan tetap menjaga kerahasian responden dan

menghormati hak-hak respoden setelah mendapat peresetujuan, barulah

penelitian ini dilakukan dengan menekankan pada masalah etika yang

meliputi:

1. Lembar persetujuan menjadi responden

Lembaran persetujuan diberikan kepada orang tua yang anaknya

menderita TBC paru, peneliti menjelaskan maksud dari penelitian serta

damapak yang mungkin terjadi selama dan sewaktu pengumpulan data. Jika

respoden bersedia maka harus mendatangani surat persetujuan penelitian.


32

Jika respoden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan

tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

2. Tanpa nama (anonimity)

Untuk menjaga kerahasian dan privasi masing-masing subyek dalam

lemabar data tidak akan dicantumkan nama responden diganti dengan inisial

nomor atau kode.

3. Kerahasian (confidentiality)

Kerahasian informal yang diperoleh dari respoden (orang tua yang

anaknya menderita TBC paru dijamin oleh peneliti hanya sekelompok data-

data tertentu saja yang akan dilaporkan dan disajikan sebagai hasil riset.

J. Jadwal Penelitian

Dalam bagian ini diuraikan kerangka konsep kegiatan mulai dari

penyusunan proposal hingga penulisan laporan yang disertai dengan waktu

berlangsungnya setiap kegiatan.

Bulan
No Kegiatan
Oktober November Desember
1. Penyusunan proposal
2. Seminar proposal
3. Penelitian
4. Pengolahan data dan analisa data
5. Penyusunan laporan
6. Seminar hasil penelitian

K. Biaya Penelitian

Rencana penelitian sesungguhnya hanya ditanggung oleh peneliti sendiri

dengan rincian sebagai berikut:


33

Biaya penyusunan proposal : Rp. 120. 000,-

Biaya transportasi : Rp. 30. 000,-

Biaya perbaikan proposal : Rp. 50. 000,-

Biaya penelitian : Rp. 50. 000,-

ATK : Rp. 100. 000,-

Lain-lain : Rp. 50. 000,-

Total : Rp 400.000

L. Organisasi Penelitian

Peneliti : Aurelia A. Kando

Nim : 043. KP. 0102

Pembimbing : Sabinus Kedang, Skep. Ns


34

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff Hood, dkk. 2002, “Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru”. Airlangga


University press. Jakarta

Hartono Andry, 1999, “Asuhan Nutrisi Rumah Sakit”, EGC Jakarta.

Juamadi Gafar, 1999, “Pengantar Keperawatan Profesional”. ”, EGC Jakarta.

Kartasapoetra G, 2003, “Ilmu Gizi” Edisi ke 4, EGC Jakarta

Nursalam, 2003, “Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan”. Penerbit Selemba. Jakarta

Notoadmojo, S. 2003, “Pendidikan dan Perilaku Kesehatan” Rineka Cipta.


Jakarta.

Ngastiyah, 1998, “Perawatan anak Sakit”, Penerbit Buku Kedokteran EGC,


Jakarta.

Supartini, Yupi, 2002, “Buku Ajar Anak Konsep Dasar Keperawatan Anak”
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

Suryadi, Rita Yuliani, 2000, “Asuhan Keperawatan Anak” EGC, Jakarta.

Whaly and Wong, 2002, “Buku Ajar Anak Konsep Dasar Keperawatan”
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
35

PROPOSAL PENELITIAN

PERILAKU ORANG TUA DENGAN ANAK YANG MENDERITA TBC


PA R U T E R H A D A P P E N D I D I K A N K E S E H ATA N YA N G
DILAKUKAN DI RUSD. Prof. Dr. W. Z. JOHANNES KUPANG

OLEH
NAMA : AURELIA A. KANDO
NIM : 043. 19. 01. 02

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KUPANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2006
36
37

KUESIONER

Judul penelitian: Perilaku Orang Tua Dengan Anak Yang Menderita TBC Paru
Terhadap Pendidikan Kesehatan Yang Dilakukan Di RUSD. Prof.
Dr. W. Z. Johannes Kupang

1. Identitas Respoden
Nomor responden :
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
2. Pengisian kuesioner ini dilakukan untuk mendapatkan informasi
bagaimana perilaku orang tua dengan anaknya yang menderita TBC paru
terhadap pendidikan kesehatan.
Berilahlah tanda () pada salah satu kolom yang tersedia dibawah ini sesuai
dengan jawaban yang dianggap paling benar.
Pengetahuan
Skor Total (Diisi
No Pengetahuan
Ya Tidak oleh peneliti)
1. Apakah TB merupakan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis?
2. Apakah penyebab TB adalah
mycobacterium tuberculosis?
3. Apakah penyebaran melalui udara atau
kontak dengan penderita TB sebelumnya
?
4. Apakah penularan TB dapat terjadi pada
waktu bersin atau batuk, meludah atau
berbicara ?
5. Apakah tanda dan gejala TB paru adalah
batuk terus menerus lebih dari 3
minggu ?
38

Skor Total (Diisi


No Pengetahuan Ya Tidak oleh
peneliti)
6. Apakah penderita TB perlu diberikan
makanan TKTP ?
7. Apakah pasien TB harus di pisahkan dari
pasien yang bukan sakit TB ?
8. Apakah TB dapat disembuhkan dengan
pengobatan yang teratur ?
9. Apakah penderita TB bila pengobatan
tidak teratur resiko untuk terjadi
kekambuhan kembali ?
10. Apakah penyakit TB menimbulkan
komplikasi (efek lanjutan) meningitis:
radang pada selaput otak, efusi pleura:
tumpuknya cairan dirongga pleura ?

Skor Total (Diisi


No Sikap
Ya Tidak oleh peneliti)
1. Sebelum memberikan pendidikan
kesehatan orang tua dapat menerima
kahadiran perawat.
2. Orang tua dapat memperhatikan
penjelasan yang diberikan perawat.
3. Orang tua saat diberikan pendidikan
kesehatan tampak acuh tak acuh.
4. Orang tua dapat mengikuti
penyuluhan kesehatan sampai
selesai
5. Orang tua dapat memberikan
pertanyaan kepada penyuluh

Skor Total (Diisi


No Tindakan
Ya Tidak oleh peneliti)
1. Setelah diberikan pendidikan kesehatan
orang tua dapat menjawab pertanyaan
yang diberikan.
2. Orang tua dapat menyiapkan tempat
39

sputum yang berisi air dan baycklin.


3. Orang tua dapat menyaipkan dan
memberikan makanan TKTP pada anak
dengan sedikit tetapi sering. 4.
dan meludah.
5. Orang tua dapat memberikan obat TBC
secara teratur pada anaknya.

Anda mungkin juga menyukai