OLEH
A. LATAR BELAKANG
Salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa adalah dilihat dari harapan
hidup penduduknya. Demikian juga dengan Indonesia sebagai suatu negara
berkembang yang tingkat kesehatan penduduknya cukup baik (Darmojo dan
Martono,1999). Meningkatnya status kesehatan masyarakat, selain digambarkan
dengan makin menurunnya angka kesakitan dan kematian juga dapat digambarkan
dengan meningkatnya umur harapan hidup (Djojosugito, 2000). Sebagai akibat
penurunan angka kelahiran, angka kesakitan, dan angka kematian menyebabkan
terjadi peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia). Makin panjangnya umur
harapan hidup disamping sebagai suatu kebanggaan tetapi dilain pihak juga
merupakan tantangan yang sangat berat, mengingat tidak sedikit masalah yang bisa
timbul sebagai dampak penuaan. Penyakit – penyakit pada lansia pada umumnya
memiliki karakterisrik berupa penyakit multiple, degeneratif yang kronis. Sering kali
keluhan sakit pada lansia tidak diikuti oleh adanya kondisi yang patologis, sehingga
hanya berupa suatu keluhan subyektif dari lansia (Ilness) (Pearson and Vaughan,
1986). Studi morbiditas menunjukkan bahwa tingkat keluhan sakit dari penduduk
Indonesia, dan lansia berdasarkan SUSENAS 1992 sebesar 21,0 % dan menunjukkan
peningkatan yang sangat berarti pada tahun 1995 yakni sebesar 55,8 %
(Djojosugito,2000).Pandangan sebagian masyarakat yang menganggap lansia sebagai
manusia yang tidak mampu, lemah dan sakit-sakitan menyebabkan mereka
memperlakukan lansia sebagai manusia yang tidak berdaya sehingga segala aktifitas
sangat dibatasi (Menuh,2000).
Bagaimanapun kuatnya kemauan, harapan dan usaha pengembangan karir
yang dilakukan akhirnya akan mencapai puncaknya kemudian tanpa terasa akan
mengalami kemunduran baik aktivitas fisik, pemanfaatan fungsi psikologis maupun
kegiatan sosial. Sebenarnya keadaan para Lansia tidak separah seperti menurut
pandangan dan mitos-mitos, karena mereka masih memiliki potensi dan dapat
menjadi usia keemasan (golden age) dan atau senior citizen. Akibatnya jumlah orang
yang lanjut usia akan bertambah dan ada kecenderungan akan meningkat lebih cepat
(Nugroho,1992). Dengan meningkatnya harapan hidup, perlu diwaspadai
kemungkinan peningkatan jumlah orang yang menderita cacat dan pada manusia
lansia (manula; usia diatas 65 tahun) sering dijumpai berbagai gangguan,
diantaranya: gangguan daya ingat (memori), gangguan kecerdasan (kognitif),
gangguan fungsi gerak dan rasa, serta gangguan keseimbangan dan koordinasi. Pada
saat ini pergeseran kondisi sosial masyarakat yang mengarah pada pola hidup
individu mengakibatkan kondisi hidup lansia semakin menderita. Banyak lansia yang
ditelantarkan oleh keluarga akibat ketidakmampuan merawat dan tidak sedikit dari
mereka kini hidup di jalanan dan hanya sebagian kecil yang masih beruntung bisa
dirawat di Panti-Panti Wreda. Keadaan ini memerlukan antisipasi dari semua pihak
termasuk diantaranya profesi keperawatan.
Keadaan lansia yang serba terbatas memerlukan perlakuan hak asasi sama
seperti manusia lainnya, khusus karena kondisinya yang menurun, bantuan
peningkatan kesejahteraan sosial dan sentuhan keperawatan yang khusus sehingga
dapat mengurangi angka morbiditas lansia serta menjadikan mereka hidup lebih
sejahtera sesuai dengan kondisinya. Oleh karena itu praktek keperawatan lansia di
Panti Wreda merupakan suatu langkah nyata untuk merealisasikan upaya perawatan
khususnya keperawatan bagi lansia, dengan fokus peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, optimalisasi fungsi fisik dan mental serta pemerliharaan
kesehatan untuk mendapatkan ketenangan hidup dan berproduktif.
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan menguraikan tentang : Konsep dasar lanjut usia,
pengetahuan, petugas panti dan Konsep ADL (Activiti Daily Living).
2.1 Konsep Dasar Lanjut Usia
2.1.1 Batasan-batasan usia lanjut
Menurut WHO , lanjut usia meliputi :
1) Usia pertengahan ( Midle age ) ialah kelompok usia 45-59 tahun
2) Usia lanjut ( elderly ) ialah kelompok usia antara 60-74 tahun
3) Usia lanjut tua ( old ) ialah usia antara 75-90 tahun
4) Usia sangat tua ( very old ) ialah usia diatas 90 tahun
2.1.2. Kemunduran fisik pada usia lanjut
Menurut Dr. Alex Comfort mentadi tua adalah titik balik didalam
kehidupam manusia, yang ada hubungan dengan berlalunya waktu dan akhirnya
akan menuju pada kematian. Sebenarnya proses kemunduran itu terjadi tidak pada
satu alat saja tetapi terjadi pada seluruh tubuh. Makin panjang umur kehidupan
seseorang berarti makin lama ia meninggal, maka semua bagian tubuh akan
mengalami kemunduran, kekuatan berkurant, daya tahan berkurang, sehingga
lansia lebih besar kemungkinan jatuh sakit.
Pendengaran manusia mencapai kesempurnaan pada umur 10 tahun, setelah
itu lambat laun akan mengalami kemunduran. Mula-mula kemunduran itu akan
terjadi pada suara juga penglihatan, sehingga anak-anak yang duduk di Sekolah
Menengah harus memakai kaca mata. Pada umur 40-an, biasanya orang masih
dapat membaca dengan mata biasa, tetapi sebagian orang memerlukan kaca mata
untuk membaca.
Kekuatan otot mencapai puncaknya pada umur 25 tahun setelah itu
mengalami kemunduran, pada umur 60 tahun tenaga seseorang biasanya hanya
tinggal 50% dari kekuatan masa remajanya
Pembuluh darah juga kehilangan kekenyalan. Dinding pembuluh darah
cenderung mengeras dan mengapur, akibatnya saluran menjadi sempit
mengurangi aliran darah ke alat-alat vital. Akibat berkurangnya pengaliran darah,
oksigen dan zat-zat makanan ke otot-otot vitalpun berkurang, demikian kuga zat-
zat sisa dari metabolismesel-sel yang harus dibuang melalui paru-paru dan ginjal
tergaggu sehingga zat sisa tadi bertumpuk dalam sel dan merusak sel tubuh lanjut
usia.
Pengerasan pembuluh darah dapat menyebabkan aliran darah terlambat,
akibatnya jantung terpaksa bekerja keras untuk mencukupi aliran keseluruh tubuh.
Dengan meningkatnya pekerjaan jantung mengakibatkan terjadinya peninggian
tekanan darah .
Kelenjar-kelenjar seks, indung telur wanita dan buah pelir pada laki-laki
mangalami kemunduran. Setiap bulan wanita mengeluarkan sebuah telur yang
matang masuk melalui tuba fallopi dalam rongga rahim, sedangkan dinding telur
mengeluarkan hormon estrogen yang selanjutnya mempengaruhi tubuh secara
keseluruhan. Wanita yang berumur 45-50 tahun indung telurnya mulai kehabisan
telur untuk dikeluarkan, pada saat itu indung tidak mengeluarkan hormon estrogen
dan progesteron sehingga wanita tersebut mengalami berbagai gangguan antara
lain: Muka mudah menjadi merah dan panas, tiba-tiba pusing, lesu dan tidak
bersemangat, kadang-kadang pikiran terganggu dan haidnyapun berhenti. Lelaki
bernasib lebih baik karena testis tidak mengalami lisus seperti indung telur. Seks
laku-laki yang berumur 50 tahun atau lebih memang mengalami kemunduran
dibandingkan ketika umur 18 tahun tetapi umumnya dapat melakukan kegiatan
sek seperti biasa. Pada umur 60 tahun kegiatan sek laki-laki mengalami paling
banyak kemunduran produksi air mani menurun, kesuburan berkurang namun
nafsu sek tetap ada, walaupun lebih banyak dalam pikiran ketimbang dalam
kesanggupan badani.
Kelenjar Gondok juga mengalami penciutan ukuran, hal ini
mengakibatkan produksi hormon tiroid berkurang, akibat mengurangnya produksi
hormon tiroid maka suhu tubuh lansia lebih rendah dari anak muda karena
pembakaran diperlambat, hal ini mengakibatkan kebutuhan makanan berkurang.
Kelenjar hipofise yang sangat penting juga mengalami kemunduran,
kelemjar hipofisi juga diatur oleh hipotalamus yang mengatur naluri dan emosi
manusia, mengatur keinginan nafsu. Kemungkinan akibat kemunduran fungsi
hipotalamus mengakibatkan kulit mengeriput dan rambut hitam menjadi uban.
Lambung dan usus halus mengalami kemunduran sehingga produksi enzim
berkurang, akibatnya bila orang lanjut usia makan akan sering kembung dan
mencret.
Kelenjar pankreas yang berada diatas usus dua belas jari juga mengalami
kemunduran. Tugas utama kelenjar pankreas ini mengeluarkan enzim tripsin dan
insulin sehingga enzim tripsin dan insulin juga mengurang, sehingga orang yang
berumur 50 tahun cenderung menderita kencing manis karena insulin yang
bertugas mengatur gula darah tidak cukup tersedia.
Hati merupakan alat terpenting untuk membuat zat-zat yang dibutuhkan
tubuh, untuk mengeluarkan zat yang tidak dibutuhkan, tetapi hati tidak terlalu
berpengaruh fungsinya pada lanjut usia.
Ginjal mengalami penurunan fungsi untuk mengeluarkan zat-zat racun
dari tubuh orang tua, bila aliran darah berkurang maka akan menyebabkam
produksi urine berkurang, yang lebih lanjut menyebabkan peninggian tekanan
darah.
Kulit kekurangan kilap dan kekenyalan sehingga sehingga kelihatan
kekeruhan kulit dimuka dan bagian tubuh yang lain. Keriput pada kulit ini lebih
banyak mengkhawatirkan wanita dibanding kaum pria. Kulit juga menjadi kering
dan bersisik, lemak dibawah kulit juga berkurang sehingga menambah keriput
pada kulit.
Tulang yang tugasnya mempertahankan bentuk tubuh juga mengalami
kemunduran, zat kapur yang dikandungnya mulai berkurang, sehingga mudah
patah , tali-tali pengikat tulang punggung satu sama lainnya mengeras, sehingga
membuat orang lanjut usia bungkuk. Persendian yang mengalami peradangan dan
menimbulkan sakit serius. Otak dan susunan syaraf mengalami kemunduran atau
kehilangan sel-selnya.
Fungsi mental berkurang sedikit, namun masih tetap berfungsi sampai
sangat tua. Peredaran darah ke otak berkurang akibat penebalan dinding pembuluh
darah ke otak berkurang sebagai akibat penebalan dinding pembuluh darah
mengakibatkan orang lanjut usia sering mengalami gangguan tidur.
5) Upaya Pemulihan/Rehabilitasi
Rehabilitasi dilaksanakan oleh tim Rehabilitasi yang terdiri dari petugas
medik, paramedik dan non-medik. Adapun prinsip yang dianut adalah:
(1) Pertahankan lingkungan yang aman
(2) Pertahankan kenyamanan baik dalam keadaan istirahat maupun aktifitas dan
mobilitas
(3) Pertahankan kecukupan gizi
(4) Pertahankan fungsi pernapasan
(5) Pertahankan fungsi aliran darah
(6) Pertahankan fungsi aliran kemih
(7) Peningkatan fungsi psikososial
(8) Pertahankan komunikasi
(9) Mendorong pelaksanaan tugas
2.2 Konsep Dasar Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Noto Atmodjo, 2002).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Rogers (1974) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri
orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni :
1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
2) terInest, dimana orang lain mulai tertarik kepada stimulus
3) Evalution (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti
ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
Dalam pemenuhan lanjut usia akan makan dan minum ada beberapa hal
yang harus diperhatukan:
1) Tujuan Pemberian makanan :
(1) Menyediakan makanan dengan gizi yang cukup
(2) Memperbaiki defisiensi gizi yang ada
(3) Menyediakan makanan yang konsistensinya sesuai dengan keadaan gigi
(4) Menyajikan makanan yang tidak menggunakan bahan-bahan keras, mudah
lengket dan sulit dikunyah
(5) Memberikan makanan berserat dan cukup cairan
(6) Memberikan suasana yang nyaman
2) Syarat makanan
(1) Makanan mudah dikunyah, mudah dicerna tetapi tidak merangsang
pencernaan
(2) Bahan makanan makanan yang menimbulkan gas dihindari seperti:
kol,sawi,nangka dan durian
(3) Disajikan dalam porsi kecil, menarik dan sering diberikan
(4) Pemakaian gula sederhana dikurangi karena toleransi glukosa yang
menurun dan adanya resistensi insulin
3) Bentuk makanan
(1) Makanan biasa
Makanan biasa diberikan kepada usia lanjut yang tidak memerlukan
makanan khusus berhubungan dengan penyakitnya. Susunan makanan
sama dengan orang sehat, hanya tidak diperbolehkan makanan yang
merangsang atau dapat menimbulkan gangguan pencernaan.
2.7.3.3 Toileting/Continentia
Orang usia lanjut yang tidak mampu bergerak atau menjalani tirah baring
umumnya akan membutuhkan alat bantu seperti:
1) Urinal
Alat ini terutama digunakan oleh laki-laki, tetapi adapula jenis urinal tertentu
yang digunakan oleh wanita . Pada lansia yang tidak mampu/tirash baring perlu
dibantu untuk dudukdulu ditepi tempat tidur kemudian menggunakan urtinal
2) Komod
Alat bantu berupa kursi yang berlubang diatas tempat duduknya, dibawah
lubang ya tersebut terdapat pan tempat menampung air seni atau tinja. Komod
adalah alat bantu yanmg baikuntulk lansia yang tidak mampu pergi ketoilet tetapi
dapat bangun dari tempat tidur.
3) Bedpan
Alat ini digunakan untuk seseorang yang dapat bangun dari tempat tidur.
Alat ini diselipkan dibawah bokong pada saat lansia akan buang air besar
atau buang air kecil.
Pada lansia umumnya pemenuhan kebutuhan akan buang air besar dan buang air
akan mengalami gangguan atau permasalahan, adapun permasalahan yang sering
dijumpai pada lansia tersebut terdiri dari :
1) Diare
Diare berarti keluarnya tinja lebih dari 500 ml/hari, kejadian ini disebabkan
oleh kemampuan penyerapan oleh usus besar yang tidak mencukupi dibandingkan
cairan yang datang dari usus halus. Apabila ada anggapan defisiensi laktase
sebaiknya tidak mengkonsumsi laktase yang banyak, laktase tertdapat dalam susu
full cream, tetapi dapat pula diganti dengan susu skim dan putih telur serta lauk
hewani lainnya sebagai sumber protein.
2) Konstipasi
Sembelit pada lansia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: kurangnya
kegiatan fisik, penggunaan pencahar yang berlebihan, diet yang tidak dapat
memebentuk masa faeses (diet rendah serat) dan faktor psikologis. Sembelit dapat
dicegah dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat serta minum cukup.
3) Ngompol
Pada lansia yang ngompol umumnya ditangani dengan pendekatan tanpa
obat, dengan cara:
(1) Latihan otot dasar panggul secara rutin dan teratur setiap hari
(2) Mengatur jadwal berkemih
(3) Jangan berkemih hanya karena ingin begrkemih
(4) Cukup minum (1,5-2 liter/hari)
(5) Hindari minuman yang merangsang berkemih (kopi, air gula, Soft drink)
(6) Hindari sembelit (makanan harus tinggi serat)
(7) Konsultasikan dengan perawat atau dokter tentang pemberian obat
2.7.3.4 Berpindah
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada saat
berpindah adalah:
1) Gangguan sendi dan tulang seperti adanya reumatik,pengapuran tulang dan
patah tulang
2) Penyakit syaraf, seperti adanya stroke, peyakit parkinson dan gangguan syraf
tepi
3) Penyakit jantung atau pernapasan, akan menimbulkan kelelahan atau sesak
napas ketika lansia beraktifitas
4) Gangguan penglihatan, rasa percaya diri untuk bergerak akan terganggu oleh
adanya gangguan penglihatan sehingga lansia cenderung khawatir terpeleset
dan terbentur.
5) Masa penyembuhan, lansia yang masih lemah atau sehabis sakit sangat
memerlukan bantuan untuk melakukan aktifitas geraknya.
Akibat adanya keterbatasan dalam berpindah atau imobilisasi yang
berkepanjangan akan menimbulkan berbagai masalah sebagai berikut:
1) Infeksi saluran kemih
Berbaring atau duduk terlalu lama dapat menghambat pengosongan kandung
kemih. Sisa air seni dapat tertahan didalam kandung kemih sehingga
menimbulkan infeksi
2) Sembelit
Mengkonsumsi makanan yang tinggi serat sepert sayuran dan buah serta
minum cukup yang membantu mencegah atau mengurangi kemungkinan
timbulnya masalah sembelit akibat imobilisasi.
3) Infeksi Paru
Berbaring lama dapat menyebabkan hambatan pengeluaran dahak/riak pada
bagian bawah paru . Merubah posisi dan tepuk-tepuk daerah dada dan punggung
secara teratur dan membantu memindahkan riak sehingga mudah mengeluarkan.
4) Luka tekan
Luka tekan atau biasa disebut dekubitus adalah kerusakan jaringankulit
akibat tekanan yang berkepanjangan pada daerah kulit.
Pencegahan pada luka tekan adalah menghindari tekanan terlalu lama
pada daerah tubuh tertentu. Mobilisasi pasif dengan memiringkan kekanan dan
kekiri bergantian 1-2 jam secara teratur.
Lansia harus dibedakan dengan orang muda, pada lansia terjadi proses
degenerasi dimana pada proses ini fungsi-fungsi organ tubuh, umunya sudah
menurun, kemampuan melakukan aktivitas “kehidupan sehari-hari” juga
mengalami penurunan. Akibat penurunan fungsi organ kemampuan motoriknya
ikut menurun, aktivitas lansia terganggu, sehingga tingkat ketergantungan lansia
terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan ADL sangat tinggi. Orang usia lanjut
mungkin saja cukup mandiri untuk melakukan aktivitas berat tetapi bagi lansia
yang mengalami keterbatasan aktivitas sangat dibutuhkan peran serta petugas
panti untuk memenuhi kebutuhan lansia. Untuk menjadi pengasuh orang lansia
tidaklah mudah, untuk itu sangat diperlukan pengetahuan dan ketrampilan
tertentu, selain itu yang terpenting adalah kemauan, kesabaran, dan ketelatenan
yang tinggi. Pengetahuan tidak datang begitu saja, pengetahuan ada karena adanya
Lanjut usia
proses belajar atau proses transfer terutama melalui penginderaan, proses transfer
pengetahuan tersebut bisa didapatkan melalui jalur formal maupun informal,
selain itu harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu
Proses Degenerasi
faktor Eksternal dan faktor Internal.
Pengetahuan atau Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
Penurunan
terbentuknya tindakan seseorang, karena Fungsi Motorik
semakin tinggi pengetahuan seseorang
semakin baik kemampuannya terutama kemampuannya dalam pemenuhan
kebutuhan ADL pada Lansia.
Aktivitas Tergangggu
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema dibawah ini :
Ketergantungan dalam
pemenuhan kebutuhan ADL
29
Petugas Panti
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.8 Keterbatasan
Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian. Adapun
keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian antara lain sebagai berikut :
1) Penelitian ini hanya berfokus pada pengetahuan petugas panti, tidak
dikembangkan pada aspek lain, mengingat keterbatasan waktu sehingga
penelitian ini tidak memuaskan.
2) Kurangnya pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian terutama dalam
hal pengolahan dan analisa data.
DAFTAR PUSTAKA
Attree,M dan Merchans,J (1996), Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien. Jakarta: EGC
SSDarmojo,B dan Martono,H (2000), Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:
EGC
Carpenito, L.J (1999).Diagnosa keperawatan.Jakarta: EGC
Oeswari, E (1997) Menyongsong Usia Lanjut Dengan Bugar dan Bahagia, Jakarta:
Sinar Harapan