Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL PENELITIAN

SURVEY TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS PANTI TENTANG


KEBUTUHAN ADL PADA PASIEN LANJUT USIA DI PANTI WREDHA
BUDI AGUNG KUPANG

OLEH

YUSUF HURU RADJAH


NIM. 01 25 11 05

YAYASAN MARANATHA GROUPS


AKADEMI KEPERAWATAN MARANATHA
KUPANG
2006
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa adalah dilihat dari harapan
hidup penduduknya. Demikian juga dengan Indonesia sebagai suatu negara
berkembang yang tingkat kesehatan penduduknya cukup baik (Darmojo dan
Martono,1999). Meningkatnya status kesehatan masyarakat, selain digambarkan
dengan makin menurunnya angka kesakitan dan kematian juga dapat digambarkan
dengan meningkatnya umur harapan hidup (Djojosugito, 2000). Sebagai akibat
penurunan angka kelahiran, angka kesakitan, dan angka kematian menyebabkan
terjadi peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia). Makin panjangnya umur
harapan hidup disamping sebagai suatu kebanggaan tetapi dilain pihak juga
merupakan tantangan yang sangat berat, mengingat tidak sedikit masalah yang bisa
timbul sebagai dampak penuaan. Penyakit – penyakit pada lansia pada umumnya
memiliki karakterisrik berupa penyakit multiple, degeneratif yang kronis. Sering kali
keluhan sakit pada lansia tidak diikuti oleh adanya kondisi yang patologis, sehingga
hanya berupa suatu keluhan subyektif dari lansia (Ilness) (Pearson and Vaughan,
1986). Studi morbiditas menunjukkan bahwa tingkat keluhan sakit dari penduduk
Indonesia, dan lansia berdasarkan SUSENAS 1992 sebesar 21,0 % dan menunjukkan
peningkatan yang sangat berarti pada tahun 1995 yakni sebesar 55,8 %
(Djojosugito,2000).Pandangan sebagian masyarakat yang menganggap lansia sebagai
manusia yang tidak mampu, lemah dan sakit-sakitan menyebabkan mereka
memperlakukan lansia sebagai manusia yang tidak berdaya sehingga segala aktifitas
sangat dibatasi (Menuh,2000).
Bagaimanapun kuatnya kemauan, harapan dan usaha pengembangan karir
yang dilakukan akhirnya akan mencapai puncaknya kemudian tanpa terasa akan
mengalami kemunduran baik aktivitas fisik, pemanfaatan fungsi psikologis maupun
kegiatan sosial. Sebenarnya keadaan para Lansia tidak separah seperti menurut
pandangan dan mitos-mitos, karena mereka masih memiliki potensi dan dapat
menjadi usia keemasan (golden age) dan atau senior citizen. Akibatnya jumlah orang
yang lanjut usia akan bertambah dan ada kecenderungan akan meningkat lebih cepat
(Nugroho,1992). Dengan meningkatnya harapan hidup, perlu diwaspadai
kemungkinan peningkatan jumlah orang yang menderita cacat dan pada manusia
lansia (manula; usia diatas 65 tahun) sering dijumpai berbagai gangguan,
diantaranya: gangguan daya ingat (memori), gangguan kecerdasan (kognitif),
gangguan fungsi gerak dan rasa, serta gangguan keseimbangan dan koordinasi. Pada
saat ini pergeseran kondisi sosial masyarakat yang mengarah pada pola hidup
individu mengakibatkan kondisi hidup lansia semakin menderita. Banyak lansia yang
ditelantarkan oleh keluarga akibat ketidakmampuan merawat dan tidak sedikit dari
mereka kini hidup di jalanan dan hanya sebagian kecil yang masih beruntung bisa
dirawat di Panti-Panti Wreda. Keadaan ini memerlukan antisipasi dari semua pihak
termasuk diantaranya profesi keperawatan.
Keadaan lansia yang serba terbatas memerlukan perlakuan hak asasi sama
seperti manusia lainnya, khusus karena kondisinya yang menurun, bantuan
peningkatan kesejahteraan sosial dan sentuhan keperawatan yang khusus sehingga
dapat mengurangi angka morbiditas lansia serta menjadikan mereka hidup lebih
sejahtera sesuai dengan kondisinya. Oleh karena itu praktek keperawatan lansia di
Panti Wreda merupakan suatu langkah nyata untuk merealisasikan upaya perawatan
khususnya keperawatan bagi lansia, dengan fokus peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, optimalisasi fungsi fisik dan mental serta pemerliharaan
kesehatan untuk mendapatkan ketenangan hidup dan berproduktif.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa adalah dilihat dari harapan hidup
penduduknya. Demikian juga dengan Indonesia sebagai suatu negara berkembang
yang tingkat kesehatan penduduknya cukup baik (Darmojo dan Martono, 1999).
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah
mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu: Kemajuan ekonomi,
perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama
dibidang kesehatan khususnya kedokteran dan keperawatan, sehingga dapat
meningkatkan kwalitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup.
Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut cenderung lebih cepat. Ini terjadi
akibat meningkatnya harapan hidup manusia dan menurunnya angka kelahiran
(Muchsin Doewes, 2996). Saat ini diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia
diperkirankan ada 500 juta jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada
tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Nugroho W, 2000). Di Indonesia pada tahun
2000 diperkirakan jumlah lanjut usia 9,99 % dari seluruh penduduk Indonesia (22,3
juta) dengan umur harapan hidup 65-70 th, dan pada tahun 2002 akan meningkat
menjadi 11,09 % (29,1 juta jiwa) dengan umur harapan hidup 70-75 th (Nugroho W,
2000), sedangkan di kabupaten Kupang pada tahun 2000 jumlah usia lanjut (7,44 %)
dari jumlah penduduk 37.759 jiwa (BPS, Kabupaten Kupang, 2000). Secara individu
pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alami. Hal ini akan
menimbulkan masalah fisik, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan demikian lanjut
usia akan mengalami kemunduran terutama dalam kemampuam fisik yang dapat
mengakibatkan penurunan pada peran-peran sosialnya. Fungsi organ tubuh umumnya
menurun, kemampuan melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari akan mengalami
penurunan sehingga kemandirian berkurang. Berkaitan dengan masalah tersebut
maka petugas pantilah yang bertanggungjawab atas pemenuhan kebutuhan dan
perkembangan kesehatan pada lanjut usia. di Panti Werda Budi Agung Kupang.
Pemenuhan kebutuhan ADL pada lansia belum dapat terlaksana sesuai
standar, hal ini dapat dilihat dari kemampuan dan pengetahuan petugas panti
dalam hal pemenuhan kebutuhan ADL pada lansia masih jauh dari harapan yang
diinginkan.
Dalam pemenuhan kebutuhan lansia tidak semudah memenuhi
kebutuhan usia muda, oleh karena itu menjadai petugas panti harus diperlukan
pengetahuan dan keterampilan tertentu (Siti setiati, 2000). Menjadi pengasuh
orang usia lanjut seringkali tidaklah mudah, adakalanya membuat petugas putus
asa. Karena rumitnya masalah orang lanjut usia tersebut. Untuk itu sangat
diperlukan kekuatan dan kesehatan baik fisik maupun mental petugas, apalagi
pada kasus-kasus yang berat dimana lansia memerlukan bantuan terhadap
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, disisi lain asuhan tersebut dapat merupakan
pengalaman berharga dan menyenangkan bagi petugas panti, pada kondisi ini
petugas panti harus memberikan perhatian terus menerus karena lansia yang
kurang mendapat perhatian terutama dalam hal pemenuhan ADL merasa
terisolasi serta mengalami gangguan penyesuaian bahkan sampai depresi.
Dengan bertambahnya jumlah usia lanjut di Indonesia sebagai dampak
keberhasilan pembangunan, menyebabkan meningkatnya permasalahan pada
kelompok lansia yang perjalanan hidupnyua secara alami akan mengalami masa
tua dengan segala keterbatasannya terutama dalam masalah kesehatan. Hal
tersebut diperkuat lagi dengan kenyataan, bahwa kelompok lansia lebih banyak
menderita penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan dibandingkan dengan
orang yang lebih muda. Keadaan tersebut masih ditambah lagi bahwa lanjut usia
biasanya menderita berbagai macam gangguan fisiologi yang bersifat kronik,
juga perubahan secara biologik, psikis, sosial ekonomi, akan mengalami
kemunduran (Budhi-Darmojo, 2000). Dengan komplitnya masalah pada lansia
maka semakin berat beban kerja dari petugas panti, sehingga pemenuhan
kebutuhan aktifitas sehari-hari belum dapat terpenuhi secara keseluruhan.
Seseorang yang akan memasuki usia lanjut harus mempersiapkan
dirinya agar dapat menyesuaikan dirinya pada lingkungan baru. Bila sewaktu
muda otot masih kuat, maka segala pekerjaan fisik dapat dilakukan tanpa batas.
Pada orang lanjut usia pekerjaan yang memerlukan tenaga sudah tidak cocok lagi,
lansia harus beralih pada pekerjaan yang lebih banyak menggunakan otak bukan
otot, pada lansia fungsi organ-organ tubuh umunya menurun, kemampuan
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari juga sudah mengalami penurunan
sehingga kemandirian berkurang, ini merupakan permasalahan khusus pada
lansia, dimana tingkat ketergantungan pada petugas panti terutama dalam
melaksanakan atifitas sehari-hari sangat tinggi.
Ruang cakupan merawat lansia dapat sangat bervariasi, mulai dari
menemani, membantu aktivitas merawat diri sampai hal lain sesuai kebutuhan
pasien. Sebagai dasar pelaksanaan kerja, para petugas panti sebaiknya
mengetahui riwayat penyakit dari masing-masing lansia, oleh karenanya
diperlukan pelatihan khusus bagi petugas panti agar terampil melaksanakan
tugasnya. Kemampuan yang harus juga dimiliki oleh petugas panti adalah
kemampuan berkomunikasi dengan baik, didasari pada empati dan kesabaran
yang tulus, serta rasa cinta dan semangat untuk memberikan dukungan (Siti
Setiati, 2000).
Dari uraian diatas maka peneliti berkeinginan untuk melakukan
penelitian lebih lanjut guna mengetahui hubungan pengetahuan petugas panti
tentang ADL pada lansia dengan pemenuhan kebutuhan ADL lansia di Panti
Werda Budi Agung Kupang.

1.2 Perumusan Masalah.


1.2.1 Pernyataan masalah.
Proses menua bukanlah suatu penyakit, walaupun sebagian besar orang usia
lanjut mengalami kemunduran dalam kemampuan fungsionalnya yang sering
disebabkan oleh akibat dari berbagai penyakit kronik yang umumnya menyertai
proses menua. Perubahan ini menjadi penyebab atau berkaitan erat dengan
meningkatnya kerentanan tubuh terhadap penyakit yang menyebabkan terjadinya
keterbatasan kapasitas fungsi secara bertahap dan mengurangi kecepatan aktivitas
yang pernah mampu dikerjakan sebelumnya (Siti Setiati, 2000)
Keadaan ini akan bertambah buruk apabila petugas panti tidak dapat
memenuhi kebutuhan ADL lansia
1.2.2 Pertanyaan masalah.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas dapat dirumuskan pertanyaan
masalah sebagai berikut “Apakah ada hubungan antara pengetahuan petugas panti
tentang ADL dengan pemenuhan kebutuhan ADL lansia di panti Werdha Budhi
Agung Kupang

1.3 Tujuan Penelitian.


1.3.1 Tujuan umum.
Tujuan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan petugas panti tentang ADL pada
lansia dengan pemenuhan kebutuhan ADL lansia Di Panti Werda Budi Agung
Kupang.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
Mengidentifikasi pengetahuan petugas panti tentang pemenuhan kebutuhan ADL
lansia Di Panti Werda Budi Agung Kupang.
Mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan petugas panti tentang ADL dengan
pemenuhan kebutuhan ADL lansia di panti Werdha kupang.

1.4 Manfaat Penelitian.


Manfaat dari hasil penelitian ini adalah.
1) Sebagai bahan pertimbangan petugas panti dalam upaya meningkatkan
pemenuhan kebutuhan ADL lansia di panti Wredha kupang.
2) Dapat memberikan gambaran atau informasi bagi peneliti berikutnya, tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan ADL pada lansia di
Panti Werda kupang.
3) Sebagai bahan masukan atau pertimbangan kepada pengelola panti terkait
dengan manajemen asuhan keperawatan lansia sesuai standar.
3.1 Relevansi.
Kesejahteraan penduduk usia lanjut yang karena kondisi fisik dan mentalnya
tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan perlu mendapat
perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat. Lanjut usia biasanya tinggal
bersama keluarga dan anak cucunya, dalam hal ini petugas panti bertindak sebagai
pemberi perawatan yang bertanggungjawab dalam memenuhi kebutuhan, memelihara
kesehatan serta bertindak sebagai suport sistim bagi lansia dalam mengatasi berbagai
permasalahan yang dihadapinya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan menguraikan tentang : Konsep dasar lanjut usia,
pengetahuan, petugas panti dan Konsep ADL (Activiti Daily Living).
2.1 Konsep Dasar Lanjut Usia
2.1.1 Batasan-batasan usia lanjut
Menurut WHO , lanjut usia meliputi :
1) Usia pertengahan ( Midle age ) ialah kelompok usia 45-59 tahun
2) Usia lanjut ( elderly ) ialah kelompok usia antara 60-74 tahun
3) Usia lanjut tua ( old ) ialah usia antara 75-90 tahun
4) Usia sangat tua ( very old ) ialah usia diatas 90 tahun
2.1.2. Kemunduran fisik pada usia lanjut
Menurut Dr. Alex Comfort mentadi tua adalah titik balik didalam
kehidupam manusia, yang ada hubungan dengan berlalunya waktu dan akhirnya
akan menuju pada kematian. Sebenarnya proses kemunduran itu terjadi tidak pada
satu alat saja tetapi terjadi pada seluruh tubuh. Makin panjang umur kehidupan
seseorang berarti makin lama ia meninggal, maka semua bagian tubuh akan
mengalami kemunduran, kekuatan berkurant, daya tahan berkurang, sehingga
lansia lebih besar kemungkinan jatuh sakit.
Pendengaran manusia mencapai kesempurnaan pada umur 10 tahun, setelah
itu lambat laun akan mengalami kemunduran. Mula-mula kemunduran itu akan
terjadi pada suara juga penglihatan, sehingga anak-anak yang duduk di Sekolah
Menengah harus memakai kaca mata. Pada umur 40-an, biasanya orang masih
dapat membaca dengan mata biasa, tetapi sebagian orang memerlukan kaca mata
untuk membaca.
Kekuatan otot mencapai puncaknya pada umur 25 tahun setelah itu
mengalami kemunduran, pada umur 60 tahun tenaga seseorang biasanya hanya
tinggal 50% dari kekuatan masa remajanya
Pembuluh darah juga kehilangan kekenyalan. Dinding pembuluh darah
cenderung mengeras dan mengapur, akibatnya saluran menjadi sempit
mengurangi aliran darah ke alat-alat vital. Akibat berkurangnya pengaliran darah,
oksigen dan zat-zat makanan ke otot-otot vitalpun berkurang, demikian kuga zat-
zat sisa dari metabolismesel-sel yang harus dibuang melalui paru-paru dan ginjal
tergaggu sehingga zat sisa tadi bertumpuk dalam sel dan merusak sel tubuh lanjut
usia.
Pengerasan pembuluh darah dapat menyebabkan aliran darah terlambat,
akibatnya jantung terpaksa bekerja keras untuk mencukupi aliran keseluruh tubuh.
Dengan meningkatnya pekerjaan jantung mengakibatkan terjadinya peninggian
tekanan darah .
Kelenjar-kelenjar seks, indung telur wanita dan buah pelir pada laki-laki
mangalami kemunduran. Setiap bulan wanita mengeluarkan sebuah telur yang
matang masuk melalui tuba fallopi dalam rongga rahim, sedangkan dinding telur
mengeluarkan hormon estrogen yang selanjutnya mempengaruhi tubuh secara
keseluruhan. Wanita yang berumur 45-50 tahun indung telurnya mulai kehabisan
telur untuk dikeluarkan, pada saat itu indung tidak mengeluarkan hormon estrogen
dan progesteron sehingga wanita tersebut mengalami berbagai gangguan antara
lain: Muka mudah menjadi merah dan panas, tiba-tiba pusing, lesu dan tidak
bersemangat, kadang-kadang pikiran terganggu dan haidnyapun berhenti. Lelaki
bernasib lebih baik karena testis tidak mengalami lisus seperti indung telur. Seks
laku-laki yang berumur 50 tahun atau lebih memang mengalami kemunduran
dibandingkan ketika umur 18 tahun tetapi umumnya dapat melakukan kegiatan
sek seperti biasa. Pada umur 60 tahun kegiatan sek laki-laki mengalami paling
banyak kemunduran produksi air mani menurun, kesuburan berkurang namun
nafsu sek tetap ada, walaupun lebih banyak dalam pikiran ketimbang dalam
kesanggupan badani.
Kelenjar Gondok juga mengalami penciutan ukuran, hal ini
mengakibatkan produksi hormon tiroid berkurang, akibat mengurangnya produksi
hormon tiroid maka suhu tubuh lansia lebih rendah dari anak muda karena
pembakaran diperlambat, hal ini mengakibatkan kebutuhan makanan berkurang.
Kelenjar hipofise yang sangat penting juga mengalami kemunduran,
kelemjar hipofisi juga diatur oleh hipotalamus yang mengatur naluri dan emosi
manusia, mengatur keinginan nafsu. Kemungkinan akibat kemunduran fungsi
hipotalamus mengakibatkan kulit mengeriput dan rambut hitam menjadi uban.
Lambung dan usus halus mengalami kemunduran sehingga produksi enzim
berkurang, akibatnya bila orang lanjut usia makan akan sering kembung dan
mencret.
Kelenjar pankreas yang berada diatas usus dua belas jari juga mengalami
kemunduran. Tugas utama kelenjar pankreas ini mengeluarkan enzim tripsin dan
insulin sehingga enzim tripsin dan insulin juga mengurang, sehingga orang yang
berumur 50 tahun cenderung menderita kencing manis karena insulin yang
bertugas mengatur gula darah tidak cukup tersedia.
Hati merupakan alat terpenting untuk membuat zat-zat yang dibutuhkan
tubuh, untuk mengeluarkan zat yang tidak dibutuhkan, tetapi hati tidak terlalu
berpengaruh fungsinya pada lanjut usia.
Ginjal mengalami penurunan fungsi untuk mengeluarkan zat-zat racun
dari tubuh orang tua, bila aliran darah berkurang maka akan menyebabkam
produksi urine berkurang, yang lebih lanjut menyebabkan peninggian tekanan
darah.
Kulit kekurangan kilap dan kekenyalan sehingga sehingga kelihatan
kekeruhan kulit dimuka dan bagian tubuh yang lain. Keriput pada kulit ini lebih
banyak mengkhawatirkan wanita dibanding kaum pria. Kulit juga menjadi kering
dan bersisik, lemak dibawah kulit juga berkurang sehingga menambah keriput
pada kulit.
Tulang yang tugasnya mempertahankan bentuk tubuh juga mengalami
kemunduran, zat kapur yang dikandungnya mulai berkurang, sehingga mudah
patah , tali-tali pengikat tulang punggung satu sama lainnya mengeras, sehingga
membuat orang lanjut usia bungkuk. Persendian yang mengalami peradangan dan
menimbulkan sakit serius. Otak dan susunan syaraf mengalami kemunduran atau
kehilangan sel-selnya.
Fungsi mental berkurang sedikit, namun masih tetap berfungsi sampai
sangat tua. Peredaran darah ke otak berkurang akibat penebalan dinding pembuluh
darah ke otak berkurang sebagai akibat penebalan dinding pembuluh darah
mengakibatkan orang lanjut usia sering mengalami gangguan tidur.

2.1.3 Pelayanan Kesehatan Pada Lanjut Usia

Jenis pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada Lansia dikelompokan


dalam (Hardywinoto) :
1) Upaya peningkatan/Promosi Kesehatan
Upaya peningkatan kesehatan pada dasarnya merupakan upaya pencegahan
primer (Primary Prevention). Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada
tahun 1998 menerbitkan Buku pedoman Pemeliharaan Kesehatan Usia Lanjut,
yang memuat beberapa anjuran untuk hidup sehat meliputi:
(1) Memperkuat Ketakwaan kepada Tuha Yang Maha Esa untuk mengendalikan
Stres
(2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala
(3) Makanan dan minuman : Kurangi gula, kurangi lemak, kurangi garam,
perbanyak buah dan sayur, perbanyak susu tanpa lemak, hindari alkohol,
berhenti merokok, perbanyak minum air putih (6-8 gelas/hari)
(4) Kegiatan fisik dan psikososial meliputi : Pertahankan berat badan normal,
lakukan kegiatan fisik sesuai kemampuan, lakukan latihan kesegaran
jasmani, tingkatkan silaturahmi, gunakan obat-obatan atas saran petugas
kesehatan.
2) Upaya Pencegahan/Prevention
Upaya pencegahan mencakup pencegahan :
(1) Upaya Pencegahan Primer (Primary Prevention), ditujukan kepada lansia
yang sehat, mempunyai resiko akan tetapi mempunyai resiko akan tetapi
belum menderita penyakit. Upaia ini dapat digolongkan pada upaya
penigkatan.
(2) Upaya pencegahan Sekunder (Secondary Prevention), ditujukan pada
penderita tanpa gejala, yang mengidap faktor resiko. Upaya ini dilakukan
sejak awal penyakit hingga awal timbulnya gejala atau keluhan.
(3) Upaya pencegahan tertier (Tertiary Prevention), ditujukan kepada
penderita penyakit dan penderita cacat, yang telah memperlihatkan gejala
penyakit.
3) Diagnosa dini dan pengobatan
Diagnosa dini dilaksanakan oleh lansia , keluarga, petugas profesional dan
petugas penti. Pengobatan dijalankan terhadap gangguan sistim, mengurangi
gejala yang terjadi dan mengatasi gangguan klinis. Kegiatan dilaksanakan
ditingkat keluarga.
4 4) Pembatasan Kecacatan
Kecacatan merupakan kesukaran dalam menfungsikan otot dalam alat gerak dan
sistim saraf. Kecacatan dapat bersifat sementara dan dapat diperbaiki, atau
kecacatan yang menetap yang tidak dapat dipulihkanakan tetapi masih mungkin
dapat diganti dengan alat bantu. Jenis lainnya adalah kecacatan progresif yang
tidak dapat pulih dan tidak dapat diganti dengan alat bantu.

5) Upaya Pemulihan/Rehabilitasi
Rehabilitasi dilaksanakan oleh tim Rehabilitasi yang terdiri dari petugas
medik, paramedik dan non-medik. Adapun prinsip yang dianut adalah:
(1) Pertahankan lingkungan yang aman
(2) Pertahankan kenyamanan baik dalam keadaan istirahat maupun aktifitas dan
mobilitas
(3) Pertahankan kecukupan gizi
(4) Pertahankan fungsi pernapasan
(5) Pertahankan fungsi aliran darah
(6) Pertahankan fungsi aliran kemih
(7) Peningkatan fungsi psikososial
(8) Pertahankan komunikasi
(9) Mendorong pelaksanaan tugas
2.2 Konsep Dasar Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Noto Atmodjo, 2002).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Rogers (1974) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri
orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni :
1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
2) terInest, dimana orang lain mulai tertarik kepada stimulus
3) Evalution (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti
ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

2.3 Tingkatan Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
2.3.1 Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
2.3.2 Comprehension (Memahami)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan dengan
benar, contoh : menyimpulkan, meramalkan
2.3.3 Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, misalnya dapat
menggunakan rumus statistik.
2.3.4 Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek kedalam komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut, dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan.
2.3.5 Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyelesaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
2.3.6 Evalusi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek penilaian-penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang
telah ada, misalnya : dapat membandingkan anak yang cukup gizi dengan
kurang gizi, dapat menanggapi terjadinya diare disuatu tempat.

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi pengetahuan seseorang


2.4.1 Faktor Internal
1) Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagiannya bebas dari
penyakit. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seorang
terganggu
2) Intelegensi
Intelegensi sangat besar sekali pengaruhnya terhadap pengetahuan, orang yang
mempunyai tingkat intelegensi tinggi akan lebih berhasil daripada mempunyai
intelegensi rendah
3) Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun
semata-mata tertuju pada suatu obyek
4) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
berbagai kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus
yang disertai dengan rasa senang. Jadi beda dengan perhatian yang sifatnya
sementara.
5) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar, kemampuan itu baru akan terealisasi
menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih

2.4.2 Faktor Eksternal


Faktor eksternal yang berpengaruh adalah
1) Faktor keluarga
Keluarga sangat menentukan dalam pendidikan, karena keluarga adalah
lembaga pendidikan yang pertama dan utama
2) Faktor metode pembelajaran
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui didalam mengajar.
Untuk menghindari pelaksanaan cara belajar yang salah perlu suatu pembinaan.
Dengan belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar seseorang
3) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar
seseorang. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya dalam masyarakat. Adapun
bentuk kegiatan seseorang dalam masyarakat adalah berhubungan dengan mass
media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
2.5 Petugas Panti
Petugas adalah orang yang setiaphari berhubungan langsung dengan penghuni
panti dalam mengatasi permasalahan setiap anggota panti yang mendapat
perawatan dan pelayanan dipanti tersebut. Oleh karena itu sudah seharusnya
pengetahuan dan ketrampilan petugas panti terus ditingkatkan melalui pendidikan
dan pelatihan. Tugas dan tanggung jawab perawat kesehatan adalah bagaimana
mengadakan kolaborasi dan alih teknologi yang mungkin dilakukan dibidang
perawatan dan kesehatan (Nasrul Efendi, 1998)

2.6 Peran Petugas Panti


Memenuhi kebutuhan lansia, disamping kebutuhan pokok (sandang, pangan,
dan papan) antara lain (Dep.Kesehatan.RI.2000) adalah :
1) Memenuhi kebutuhan akan akan pelayanan keagamaan .
2) Memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
3) Memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesempatan kerja
4) Memberi kemudahan dalam penggunaan fasilitas sarana dan prasarana
umum bagi lansia.

2.7 Konsep ADL (Activities Daily Living)


2.7.1 Pengetian
1) Aktivitas didefinisikan sebagai suatu aksi energetika atau keadaan bergerak.
Semua manusia yang normal memerlukan kemampuan untuk dapat bergerak
(Robert Priharjo, 1996)
2) Yang dimaksud dengan ADL adalah Kegiatan melakukan pekerjaan rutin
sehari-hari (Hardywinoto, 1999).
2.7.2 Faktor Mempengaruhi Penurunan ADL
Menurut Hadiwynoto faktor yang mempengaruhi penurunan Activies
Daily Living adalah:
1) Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga
2) Kapasitas mental
3) Status mental seperti kesedihan dan depresi
4) Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh
5) Dukungan anggota keluarga
2.7.3 Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari:
Berdasarkan indeks Katz tentang aktifitas kehidupan sehari-hari (Josep J.
Gallo, 1998) meliputi:
2.7.3.1 Makan /Minum

Dalam pemenuhan lanjut usia akan makan dan minum ada beberapa hal
yang harus diperhatukan:
1) Tujuan Pemberian makanan :
(1) Menyediakan makanan dengan gizi yang cukup
(2) Memperbaiki defisiensi gizi yang ada
(3) Menyediakan makanan yang konsistensinya sesuai dengan keadaan gigi
(4) Menyajikan makanan yang tidak menggunakan bahan-bahan keras, mudah
lengket dan sulit dikunyah
(5) Memberikan makanan berserat dan cukup cairan
(6) Memberikan suasana yang nyaman
2) Syarat makanan
(1) Makanan mudah dikunyah, mudah dicerna tetapi tidak merangsang
pencernaan
(2) Bahan makanan makanan yang menimbulkan gas dihindari seperti:
kol,sawi,nangka dan durian
(3) Disajikan dalam porsi kecil, menarik dan sering diberikan
(4) Pemakaian gula sederhana dikurangi karena toleransi glukosa yang
menurun dan adanya resistensi insulin
3) Bentuk makanan
(1) Makanan biasa
Makanan biasa diberikan kepada usia lanjut yang tidak memerlukan
makanan khusus berhubungan dengan penyakitnya. Susunan makanan
sama dengan orang sehat, hanya tidak diperbolehkan makanan yang
merangsang atau dapat menimbulkan gangguan pencernaan.

(2) Makanan Lunak


Makanan lunak diberikan kepada orang usia lanjut yang berpenyakit
infeksi dengan kenaikan suhu badan tidak terlalu tinggi atau sesuai dengan
keadaan penyakit.
(3) Makanan Cincang
Bentuk makan cincang konsistenya hampir sama dengan bentuk
makanan lunak, akan tetapi lauk pauk lebih halus dari bentuk makanan
lunak
(4) Makanan Saring
Makanan saring diberikan kepada lansia yang infeksi akut termasuk
saluran pencernaan dan yang mengalami kesukaran menelan.
(5) Makanan Cair
Makanan cair diberikan kepada lansia sebelum dan sesudah operasi
tertentu dalam keadan mual dan muntah, dengan kesadaran menurun, serta
suhu badan sangat tinggi.
4) Unsur Gizi
Unsur gizi yang dianjurkan terdiri dari sumber tenaga (Karbohidrat),
Sumber pembangun ( Protein), Lemak, Vitamin, Mineral, serat dan air.

2.7.3.2 Mandi/ Berpakaian


Mandi dan berpakaian adalah bagian dari perawatan diri, kebutuhannya
harus terpenuhi , untuk itu harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Manfaat mandi
(1) Membersihkan kotoran pada kulit
(2) Mencegah masuknya kuman
(3) Melindungi jaringan dibawah kulit
(4) Mempertahankan kesegaran kulit
(5) Mengatur suhu tubuh
2) Tujuan mandi
(1) Memberikan rasa nyaman
(2) Memperlancar aliran darah
(3) Meningkatkan kepercayaan/Penampilan diri
(4) Meningkatkan kebersihan dan kesehatan
3) Cara memandikan
(1) Perlengkapan mandi
 Sabun mandi.
 Handuk
 Washlap
 Baskom
 Sisir
 Air bersih
 Pakaian bersih
(2) Pelaksanana mandi dua kali sehari secara teratur meliputi:
 Siram air kebawah secara merata
 Gosokan sabun kebadan
 Siram kembali sambil dipijat
 Keringkan badan dengan handuk
 Jika lansia dimandikan ditempat tidur urutannya sebagai berikut:
Membersihkan muka, membersihkan tangan, kemudian dada dan
perut, kaki dan daerah genital

2.7.3.3 Toileting/Continentia
Orang usia lanjut yang tidak mampu bergerak atau menjalani tirah baring
umumnya akan membutuhkan alat bantu seperti:
1) Urinal
Alat ini terutama digunakan oleh laki-laki, tetapi adapula jenis urinal tertentu
yang digunakan oleh wanita . Pada lansia yang tidak mampu/tirash baring perlu
dibantu untuk dudukdulu ditepi tempat tidur kemudian menggunakan urtinal
2) Komod
Alat bantu berupa kursi yang berlubang diatas tempat duduknya, dibawah
lubang ya tersebut terdapat pan tempat menampung air seni atau tinja. Komod
adalah alat bantu yanmg baikuntulk lansia yang tidak mampu pergi ketoilet tetapi
dapat bangun dari tempat tidur.

3) Bedpan
Alat ini digunakan untuk seseorang yang dapat bangun dari tempat tidur.
Alat ini diselipkan dibawah bokong pada saat lansia akan buang air besar
atau buang air kecil.
Pada lansia umumnya pemenuhan kebutuhan akan buang air besar dan buang air
akan mengalami gangguan atau permasalahan, adapun permasalahan yang sering
dijumpai pada lansia tersebut terdiri dari :
1) Diare
Diare berarti keluarnya tinja lebih dari 500 ml/hari, kejadian ini disebabkan
oleh kemampuan penyerapan oleh usus besar yang tidak mencukupi dibandingkan
cairan yang datang dari usus halus. Apabila ada anggapan defisiensi laktase
sebaiknya tidak mengkonsumsi laktase yang banyak, laktase tertdapat dalam susu
full cream, tetapi dapat pula diganti dengan susu skim dan putih telur serta lauk
hewani lainnya sebagai sumber protein.
2) Konstipasi
Sembelit pada lansia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: kurangnya
kegiatan fisik, penggunaan pencahar yang berlebihan, diet yang tidak dapat
memebentuk masa faeses (diet rendah serat) dan faktor psikologis. Sembelit dapat
dicegah dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat serta minum cukup.
3) Ngompol
Pada lansia yang ngompol umumnya ditangani dengan pendekatan tanpa
obat, dengan cara:
(1) Latihan otot dasar panggul secara rutin dan teratur setiap hari
(2) Mengatur jadwal berkemih
(3) Jangan berkemih hanya karena ingin begrkemih
(4) Cukup minum (1,5-2 liter/hari)
(5) Hindari minuman yang merangsang berkemih (kopi, air gula, Soft drink)
(6) Hindari sembelit (makanan harus tinggi serat)
(7) Konsultasikan dengan perawat atau dokter tentang pemberian obat
2.7.3.4 Berpindah
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada saat
berpindah adalah:
1) Gangguan sendi dan tulang seperti adanya reumatik,pengapuran tulang dan
patah tulang
2) Penyakit syaraf, seperti adanya stroke, peyakit parkinson dan gangguan syraf
tepi
3) Penyakit jantung atau pernapasan, akan menimbulkan kelelahan atau sesak
napas ketika lansia beraktifitas
4) Gangguan penglihatan, rasa percaya diri untuk bergerak akan terganggu oleh
adanya gangguan penglihatan sehingga lansia cenderung khawatir terpeleset
dan terbentur.
5) Masa penyembuhan, lansia yang masih lemah atau sehabis sakit sangat
memerlukan bantuan untuk melakukan aktifitas geraknya.
Akibat adanya keterbatasan dalam berpindah atau imobilisasi yang
berkepanjangan akan menimbulkan berbagai masalah sebagai berikut:
1) Infeksi saluran kemih
Berbaring atau duduk terlalu lama dapat menghambat pengosongan kandung
kemih. Sisa air seni dapat tertahan didalam kandung kemih sehingga
menimbulkan infeksi
2) Sembelit
Mengkonsumsi makanan yang tinggi serat sepert sayuran dan buah serta
minum cukup yang membantu mencegah atau mengurangi kemungkinan
timbulnya masalah sembelit akibat imobilisasi.
3) Infeksi Paru
Berbaring lama dapat menyebabkan hambatan pengeluaran dahak/riak pada
bagian bawah paru . Merubah posisi dan tepuk-tepuk daerah dada dan punggung
secara teratur dan membantu memindahkan riak sehingga mudah mengeluarkan.
4) Luka tekan
Luka tekan atau biasa disebut dekubitus adalah kerusakan jaringankulit
akibat tekanan yang berkepanjangan pada daerah kulit.
Pencegahan pada luka tekan adalah menghindari tekanan terlalu lama
pada daerah tubuh tertentu. Mobilisasi pasif dengan memiringkan kekanan dan
kekiri bergantian 1-2 jam secara teratur.

2.7.4 Komponen ADL


Menurut Virginia Handerson komponen-komponen ADL atau aktivitas
hidup sehari-hari terdiri dari 14 komponen keperawatan dasar, adalah :
1) Bernafas normal
2) Minum dan makanan sesuai dengan kebutuhan
3) Eliminasi normal
4) Bergerak dan memelihara postur tubuh dengan baik
5) Tidur dan istirahat
6) Membuka dan mengenakan pakaian
7) Mempertahankan suhu tubuh normal dengan berpakaian dan modifikasi
lingkungan
8) Memelihara kebersihan tubuh dan berdandan
9) Komunikasi
10) Beribadah/sembahyang
11) Bekerja
12) Bermain atau rekreasi
13) Belajar/memuaskan keinginan

2.7.5 Tujuan Aktivitas Hidup Sehari-Hari (ADL)


Menurut Virginia Handerson :
1). Individu mampu memelihara, mempertahankan dan memulihkan kembali
kesehatannya secara optimal tanpa bantuan atau menerima bantuan oleh orang
lain apabila diperlukan
2). Memberi kesempatan kepada individu untuk berperan serta dalam kegiatan
pencegahan terhadap gangguan kesehatan dirinya secara mandiri
3). Memberikan kenyamanan dalam hal meningkatkan penyembuhan dengan
mandiri
4). Memberikan pengobatan untuk mengatasi penyakit atau gejala-gejala yang
penting untuk penyembuhan dan peningkatan kemandirian klien.
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL

Lansia harus dibedakan dengan orang muda, pada lansia terjadi proses
degenerasi dimana pada proses ini fungsi-fungsi organ tubuh, umunya sudah
menurun, kemampuan melakukan aktivitas “kehidupan sehari-hari” juga
mengalami penurunan. Akibat penurunan fungsi organ kemampuan motoriknya
ikut menurun, aktivitas lansia terganggu, sehingga tingkat ketergantungan lansia
terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan ADL sangat tinggi. Orang usia lanjut
mungkin saja cukup mandiri untuk melakukan aktivitas berat tetapi bagi lansia
yang mengalami keterbatasan aktivitas sangat dibutuhkan peran serta petugas
panti untuk memenuhi kebutuhan lansia. Untuk menjadi pengasuh orang lansia
tidaklah mudah, untuk itu sangat diperlukan pengetahuan dan ketrampilan
tertentu, selain itu yang terpenting adalah kemauan, kesabaran, dan ketelatenan
yang tinggi. Pengetahuan tidak datang begitu saja, pengetahuan ada karena adanya
Lanjut usia
proses belajar atau proses transfer terutama melalui penginderaan, proses transfer
pengetahuan tersebut bisa didapatkan melalui jalur formal maupun informal,
selain itu harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu
Proses Degenerasi
faktor Eksternal dan faktor Internal.
Pengetahuan atau Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
Penurunan
terbentuknya tindakan seseorang, karena Fungsi Motorik
semakin tinggi pengetahuan seseorang
semakin baik kemampuannya terutama kemampuannya dalam pemenuhan
kebutuhan ADL pada Lansia.
Aktivitas Tergangggu
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema dibawah ini :

Ketergantungan dalam
pemenuhan kebutuhan ADL
29

Petugas Panti

Faktor eksternal Pengetahuan Faktor internal


Kesehatan
Keluarga Intelegensi
Masyarakat Perhatian
Metode Pembelajaran
Minat
Bakat

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti
BAB 4
METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian ini adalah cara menyelesaikan masalah menurut


metode keilmuan, dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut :
4.1 Desain Penelitian
Desain penilitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin
timbul selama proses penelitian.
Berdasarkan tujuan penelitian, desain penelitian yang digunakan Cross
Sectional,adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo,2000)
4.2 Frame Work
Frame work adalah sesuatu yang abstrak, logika secara arti harfiah dan
akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan Body of
Knowledge. Bentuk Frame Work penelitian ini adalah sebagai berikut :

Faktor Internal Dependen


Independe
Intelegensi Kebutuhan ADL
n
Minat 31 lansia
Kesehatan Mandi
Perhatian Pengetahuan
Berpakaian
Bakat Faktor Toileting
Eksternal Berpindah
Keterangan : Kontinentia
- Keluarga Makan
= diteliti
- Masyarakat
= tidak diteliti
4.3 Identifikasi Variabel
Variabel adalah karakteristik subyek penelitian yang berubah dari subyek
ke subyek yang lain. (Sastroasmoro & Ismail, 1995). Dalam penelitian ini
dibedakan antara variabel independen dan variabel dependen :
4.3.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah faktor yang diduga sebagai faktor yang
mempengaruhi variabel dependen (Srikandi, 1997). Variable independen pada
penelitian ini adalah pengetahuan petugas panti tentang pemenuhan kebutuhan
ADL pada lansia.
4.3.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen atau bebas (Notoatmojo, 1993). Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah Pemenuhan kebutuhan ADL pada lansia (Joseph J.Gallo,1998)
meliputi : Mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinensia, makan.

4. .5 Populasi, sampel, sampling


4.5.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsini Arikunto, 1998).
Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah seluruh petugas panti sosial
Tresna Wredha.
4.5.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsini
Arikunto,1998). Dalam penelitian ini penentuan besar sampel dengan
menggunakan Total Sampel yaitu seluruh petugas panti dijadikan
responden/sampel.

4.6 Pengumpulan dan Analisa data


4.6.1 Pengumpulan data dengan menggunakan quesioner dan observasi yaitu
:
1) Data dikumpulkan dengan menyebarkan angket quesioner kepada responden
untuk mengetahui pengetahuan petugas panti tentang ADL dengan
menggunakan bentuk pertanyaan terbuka.
2) Data tentang pemenuhan kebutuhan ADL pada lansia dikumpulkan dengan
cara melakukan observasi langsung pada responden.
4.6.2 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di panti sosial Tresna Werdha kabupaten Bima yang
pelaksanaanya pada bulan Desember 2002.

4.6.3 Analisa data


Karena menggunakan metode non parametrik maka digunakan
perhitungan Korelasi spearmen yaitu dengan menghubungkan dua variabel
dengan sampel yang sama.
4.7 Masalah etika
Dalam melakukan penelitian faktor yang cukup penting dan tidak boleh
ditinggalkan adalah adanya izin penelitian dari pimpinan lembaga atau institusi
yang dipilih menjadi tempat penelitian. Kemudian kuesioner dikirim ke subyek
yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi :
4.7.1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti tujuannya
supaya subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang
diteliti selama pengumpulan data.
Jika subyek bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan. Bila
subyek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati haknya.
4.7.2 Anonimity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan mencantumkan
nama subyek pada lembar pengumpulan data.
4.7.3 Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti.

4.8 Keterbatasan
Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian. Adapun
keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian antara lain sebagai berikut :
1) Penelitian ini hanya berfokus pada pengetahuan petugas panti, tidak
dikembangkan pada aspek lain, mengingat keterbatasan waktu sehingga
penelitian ini tidak memuaskan.
2) Kurangnya pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian terutama dalam
hal pengolahan dan analisa data.
DAFTAR PUSTAKA

Attree,M dan Merchans,J (1996), Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien. Jakarta: EGC
SSDarmojo,B dan Martono,H (2000), Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:
EGC
Carpenito, L.J (1999).Diagnosa keperawatan.Jakarta: EGC

Doewes, M (1996) penuaan dan kapasitas kerja. Jakarta: EGC

Efendi, N (1998), Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: EGC

Hardywinoto, (1999), Panduan Gerontologi,Jakarta: Gramedia.

Nugroho ,W (2000), Keperawatan Gerontik,Jakarta:EGC.

Nursalam, (2002), Pedoman Penulisan Laporan Hasil Penelitian.Surabaya:PSIK.

Nursalam, (2002), Riset Keperawatan.

Oeswari, E (1997) Menyongsong Usia Lanjut Dengan Bugar dan Bahagia, Jakarta:
Sinar Harapan

Priaharjo, R (1996), pemenuhan aktivitas istirahat pasien. Jakarta: EGC

Setiati,S ,Soejono,C,H, Raharjo,T,W (2000), Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan,


Jakarta: FK-UI

Soejono, C,H, Setiati,S, Raharjo,T,W(2000), Pedoman Pengelola Kesehatan Pasien


Geriatri.Jakarta: FK-UI
Stevens P.J.M, Bordui,F, Weider,V.J.A.G(1999), Ilmu Keperawatan, Jakarta: EGC

Sudjana, (1996), Metode Statistika,Bandung: Tarsito.

Suharsini, A(1998), Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai