Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan

undang-undang dasar 1945 adalah cita-cita Bangsa Indonesia. Untuk mencapai

hal ini maka dilaksanakan pembangunan disegala bidang yang setara dan

berkesinambungan. Salah satu bentuk pembangunan adalah pembangunan

dibidang kesehatan.

Salah satu wujud pembangunan di Indonesia adalah semakin

meningkatnya industri-industri besar maupun kecil, industri-industri tersebut

mendapat pengawasan langsung dari departemen tertentu diantaranya adalah

industri makanan dan minuman yang mendapat pengawasan langsung dari

departemen kesehatan.

Dalam undang-undang RI No. 7 tahun 1996 tentang pangan dijelaskan

bahwa segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang

diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau

minuman yang dikonsumsi manusia. Namun perlu juga adanya upaya

pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembangbiaknya jasad

renik pembusuk pathogen dalam makanan, minuman, peralatan dan bangunan

yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia.

Sirup Sari Buah merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari

industri rumah tangga dengan bahan dasarnya sari buah sintesis. Pembuatan

1
2

sirup sari buah oleh industri rumah tangga sering tidak memperhatikan

hygiene dan sanitasi. Hal ini disebabkan industri sirup sari buah termasuk

industri skala kecil yang kemungkinan aspek hygiene dan sanitasinya menjadi

kurang diperhatikan. Hal ini akan menghasilkan kualitas sirup yang kurang

memenuhi syarat yang dapat menyebabkan penyakit diare, disentri, thipoid,

penyakit-penyakit saluran pencernaan bahkan keracunan. Berdasarkan data

dari badan pengawasan obat dan makanan, di Kota Kupang terdapat 2 tempat

pembuatan sirup sari buah yaitu Cita rasa dan Dini Pop.

Hasil pra survey yang dilakukan penulis pada tempat pembuatan sirup

sari buah ini, bahwa pernah dilakukan pengawasan dan pemeriksaan sampel

oleh badan pengawasan obat dan makanan (Balai POM) yaitu bahan pewarna,

pemanis buatan dan pengawet pada awal didirikannya usaha pembuatan sirup

sari buah namun tidak dilaksanankan pengawasan lanjutan. Pada tempat

pembuatan sari buah tersebut juga dilakukan isi ulang kembali sirup sari buah

pada botol-botol atau kemasan yang sudah pernah terpakai dalam penjualan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Studi Angka Kuman Pada Usap Alat (Botol isi

Ulang) Sirup Sari Buah di Kota Kupang”.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah Jumlah angka

kuman pada usap botol sirup sari buah pada tempat pembuatan sirup sari buah

di Kota Kupang ?
3

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui angka kuman usap alat (botol isi ulang) di tempat

pembuatan sirup sari buah di Kota Kupang.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan usap botol sirup sari buah.

b. Mengukur angka kuman pada botol sirup sari buah.

c. Membandingkan hasil pengukuran dengan standar yang ada.

d. Menilai sanitasi peralatan makanan dan minuman.

D. Manfaat

Manfaat penulisan proposal ini adalah:

1. Bagi Pengelolah Tempat Pembuatan Sirup Sari Buah

Sebagai bahan masukan untuk memperbaiki hygiene dan sanitasi dalam

pembuatan sirup sari buah.

2. Bagi Pendidikan

Sebagai tambahan kepustakaan dalam bidang penyehatan makanan dan

minuman.

3. Bagi Institusi (Dinas Kesehatan)

Sebagai bahan masukan dan program pengarahan/penyuluhan terhadap

pencegahan masalah keracunan akibat makanan atau minuman.

]
4

4. Bagi Penulis

menambah wawasan penulis dalam bidang penyehatan makanan dan

minuman khususnya pemeriksaan angka kuman pada botol sirup sari buah.

E. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dari karya tulis ini:

1. Lingkup Materi

Materi dalam penelitian ini adalah penyehatan makanan dan minuman

khususnya angka kuman pada botol sirup sari buah.

2. Lingkup Sasaran

Sasaran dalam penelitian ini tempat pembuatan sirup sari buah yang ada di

Kota Kupang yaitu Cinta Rasa dan Dini Pop.

3. Lingkup Lokasi

Wilayah Kota Kupang.


5

BAB II
TINJAUAN TEORI

A Bakteri Dalam Kehidupan Manusia

Kelompok mikroorganisme yang paling penting dan beraneka ragam

yang berhubungan dengan makanan dan manusia adalah bakteri. Adanya

bakteri dalam makanan dapat mengakibatkan pembusukan yang tidak

diinginkan atau menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan

(Buckle,dkk, 1987).

Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal yang tidak terlihat oleh

mata, tetapi dengan bantuan mikroskop. Ukuran berkisar antara panjang 0,5 –

10 µ dan lebar 0,5-2,5 µ tergantung dari jenisnya. Bakteri berkembangbiak

secara aseksual yaitu dengan proses pembelahan diri. Selanjutnya dijelaskan

bahwa ada beberapa jenis bakteri yang menyebabkan penyakit infeksi melalui

makanan adalah sebagai berikut:

1. Salmonella

Salmonella adalah jenis gram negatif, berbentuk batang, bergerak

serta mempunyai tipe metabolisme yang bersifat anaerob, termasuk dalam

kelompok bakteri enterobacteriacea yang terdiri dari: Salmonella thypi

dan salmonella para thypi.

Penyebab demam thypus dengan gejala-gejala demam thypus akan

nampak setelah 7-14 hari infeksi dan ditandai oleh perasaan kurang enak

dan sakit kepala dan diikuti demam dan perdarahan jika tidak dilakukan

5
6

pengobatan. Pembawa utama mikroorganisme ini adalah bahan makanan

dan minuman yang tercemar feces manusia.

Salmonella penyebab gastroentritis, dengan gejala umumnya nampak

12-36 jam setelah makan makanan yang tercemar yaitu dengan tanda dan

gejala berak-berak (diare), sakit kepala, muntah-muntah dan demam dan

dapat berakhir dalam waktu 1-7 hari.

2. Clostridium Perfringens

Clostridium Perfringens adalah gram positif, pembentuk spora,

berbentuk batang dan tidak bergerak dan anaerob. Sumber utamanya

adalah daging yang disimpan dalam waktu lama. Penyakit keracunan ini

dapat terjadi jika daging yang sudah dimasak dan dibiarkan dingin,

perlahan-lahan dalam temperatur ruang dan akan dihidangkan. Kadang-

kadang spora tidak terbunuh dengan proses pemansan sehingga terjadi

pembentukan toksin.

Gejala-gejala akan nampak setelah 8-24 jam dan ditandai dengan

sakit perut, diare, pusing, tetapi jarang terjadi muntah-muntah. Gejala

tersebut dapat berlangsung terus selama 12-24 jam.

3. Staphylococcus Aureus

Merupakan bakteri gram positif berbentuk bola yang tersusun

berkelompok seperti anggur. Tidak bergerak, fakultatif anaerob dan dapat

tumbuh pada produk-produk yang mengandung NaCl 16 %.

Bakteri yang merupakan penghuni bagian kulit, hidung dan

tenggorokan manusia. Keracunan makanan terjadi oleh adanya


7

enterotoksin yang tahan panas. Penyimpanan makanan dengan temperatur

yang terlalu tinggi untuk menghambat pertumbuhan bakteri pada waktu

yang cukup bisa membahayakan dan pemanasan kembali tidak akan

menghilangkan efek racunnya dan biasanya terjadi pada makanan yang

berprotein tinggi.

Masa inkubasi 1-8 jam dengan gejala mual, muntah, dan diare yang

keras tanpa disertai dengan demam.

4. Vibrio Parahaemolytis

Bakteri ini adalah bakteri gram negatif, berbentuk batang kecil-kecil

dan bergerak, yang bersifat fakultatif anaerob. Bakteri ini membutuhkan

darah untuk tumbuh dan merupakan penghuni air laut, rawa-rawa dan

perairan dekat pantai, karena itu umunya mencemari bahan pangan dari

laut. Masa inkubasinya 12-30 jam dengan gejala termasuk diare, muntah-

muntah dan demam dan gejala ini dapat berlangsung selama 2-5 hari.

5. Escercia Coli

Escercia Coli terdapat secara normal dalam alat-alat pencernaan

manusia dan hewan. Bakteri ini adalah gram negatif, bergerak, berbentuk

batang, bersifat fakultatif anaerob dan termasuk golongan

enterobakteriaceae dan dikenal penyebab diare pada bayi dan juga pada

orang dewasa. Organisme ini berada di dapur dan tempat-tempat persiapan

bahan pangan, selanjutnya masuk ke dalam bahan makanan yang sudah

dimasak melalui tangan, permukaan alat-alat, tempat-tempat masakan dan


8

peralatan lainnya. Masa inkubasinya 1-3 hari dengan kendala menyerupai

gejala-gejala keracuanan bahan pangan oleh salmonella.

6. Shigella

Shigella termasuk golongan enterobakteriaceae dan terdapat 4

spesies yaitu:

a. Shigella Sonnei

b. Shigella boydii

c. Shigella fleksneri

d. Shigella dysentriae

Sel-sel ini adalah gram negatif tidak bergerak, berbentuk batang dan

bersifat fakultatif anaerob. Masa inkubasi 1-7 hari. Sel-sel ini menyerang

jaringan epitel usus menyebabkan luka-luka, sehingga kotoran sering kali

bercampur darah dan nanah.

7. Vibrio Cholerae

Vibrio Cholerae adalah gram negatif, berflagel polar, berbentuk

batang, bersifat aerob. Vibrio Cholerae adalah bakteri patogen dalam usus

penyebab kolerae yang ditandai dengan diare berair, muntah-muntah

secara tiba-tiba dan berulang-ulang. Pada keadaan gawat, cairan usus habis

dengan cepat sekali dan sebagai akibat penderita mengalami dehidrasi

yang menyebabkan pingsan dan mati. Penyakit ini ditularkan melalui air

yang tercemar oleh feses manusia.


9

B Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Sanitasi Peralatan Makan

Kemungkinan kontaminsai makanan dapat terjadi pada proses

pengolahan makanan melalui tahap persiapan, penyimpanan, penjualan,

penyajian termasuk pemeliharaan peralatan makan.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi hygiene dan sanitasi peralatan

(Hiasinta, 2001, h. 21):

a. Air Pencucian

Sumber air yang dipakai untuk mencuci peralatan makan yang telah

tercemar mikroorganisme dapat menjadi penyebab penularan penyakit.

Sanitasi air untuk proses pengolahan maupun pencucian dilakukan

dengan tujuan menyediakan air yang memenuhi persyaratan serta

menjamin tidak terjadinya kontaminasi makanan oleh air. Selain itu

juga jumlah air yang digunakan untuk pembilasan, jika air untuk

pembilasan yang dipakai terbatas dan sedikit tidak menjamin adanya

kebersihan dari peralatan.

b. Cara Pencucian

Cara pencucian yang tidak sesuai menjadikan peralatan makan yang

tidak saniter. Alat saji dan alat makan harus dicuci, dibilas dan

disanitasi segera setelah digunakan untuk membantu proses

pembersihan peralatan. Dalam upaya menciptakan kondisi sanitasi

peralatan yang baik yang dapat digunakan adalah bahan pembersih

bisa dalam bentuk sabun atau detergen maupun desinfektan. Proses

pembersihan dilakukan untuk menghilangkan sisa makan, sumber zat


10

gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu

proses pembersihan juga dapat menghilangkan sebagian besar populasi

mikroorganisme pathogen penularan penyakit melalui proses

pencucian dan pembilasan.

Pada prinsipnya pemilihan bahan pembersih yang baik yang akan

digunakan sebaiknya dapat memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) Ekonomis

2) Tidak beracun

3) Tidak korosif

4) Tidak menggumpal dan tidak berdebu

5) Mudah di ukur.

6) Stabil selama penyimpanan

7) Mudah larut dengan sempurna

c. Cara Penyimpanan

Untuk memperoleh peralatan makan yang saniter maka perlu juga

memperhatikan cara penyimpanannya yaitu tempat penyimpanan yang

harus tertutup agar terhindar dari debu dan binatang pengganggu.

(Depkes RI, 1991).

d. Personal Hygiene

Adams, M. 2004 mengemukakan bahwa penjamah makanan seringkali

dapat menjadi sumber utama kontaminasi terhadap makanan dan

peralatan makan, apabila dirinya selama proses pengolahan makanan,

seperti tidak mencuci tangan dengan sabun, setelah menggunakan


11

kamar kecil, memegang sampah makanan dan penjamah yang saat

batuk menutupnya dengan tangan atau menyentuh rambut, hidung,

mulut pada saat mengelolah makanan dan mengambil peralatan makan.

2. Tinjauan Sanitasi Peralatan Makan

a. Persyaratan peralatan makan

Persyaratan peralatan berdasarkan PERMENKES RI NO. 1098 /

MENKES / SK /VII / 2003 yaitu :

1) Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak

boleh mengeluarkan zat beracun yang melebihi ambang batas

sehingga membahayakan kesehatan antara lain :

a) Timah (Pb)

b) Arsenikum (As)

c) Tembaga (Cu)

d) Seng (Zn)

e) Cadmium (Cd )

f) Antimony (Sb)

2) Peralatan tidak rusak dan tidak menimbulkan pencemaran

terhadap makanan.

3) Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus

konus atau tidak ada sudut mati , rata, halus dan mudah

dibersihkan.

4) Peralatan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan.


12

5) Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap

di disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi

ambang batas dan tidak boleh mengandung E.Coli per cm2

permukaan alat.

6) Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan:

a) Pencucian paralatan harus menggunakan sabun atau

detergen air dingin atau air panas sampai bersih.

b) Dibebashamakan dengan larutan kaporit 50 ppm atau

iodophor 12,5 ppm dan air panas 800C

7) Pengeringan peralatan harus memenuhi ketentuan :

Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti

karat sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau

sinar buatan/mesin dan tidak boleh dilap dengan kain.

8) Penyimpanan peralatan harus memenuhi ketentuan :

a) Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus

disimpan dalam keadaan yang kering dan bersih.

b) Cangkir, mangkok, gelas dan sejenisnya penyimpanannya

harus terbalik.

c) Rak-rak penyimpanan peralatan harus dibuat anti karat, rata

dan tidak aus/rusak.

d) Laci-laci penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung

dari sumber pengotoran atau pengotoran atau binatang perusak.


13

b. Tahap-tahap dalam pemeliharaan peralatan

Menurut anwar, 1989 tahap-tahap pencucian alat-alat makan

adalah penting untuk mencegah timbulnya serta menularnya penyakit.

Prinsip-prinsip dari prosedurnya adalah sebagai berikut :

1) Pembersihan kasar, merupakan langkah awal untuk

menghilangkan makanan sisa akan membantu pembersihan atau

pencucian selanjutnya dan mencegah tersumbatnya saluran.

a) Tanpa menggunakan air, tangan, atau sapu penyerok yang

sesuai untuk mengumpulkan dan membuang semua makanan

sisa.

b) Bila ada darah misalnya pada lantai pendingin siramlah

dengan air dingin dengan mengakhiri pembersihan kasar.

c) Untuk perlengkapan dan semua lantainya, basulah dengan

air panas 43-49 c untuk mengakhiri tahap ini.

2) Pembersihan dengan detergen alkali, siapkan dan gunakan

detergen dengan air panas 77 0 C dengan tahap-tahap:

a) Menggunakan perlengkapan dengan bertekanaan mekanik.

b) Dengan tangan jika melakukan penyerokan oleh sikat dibak

atau tangki.

c) Dengan ember dan sikat.


14

3) Membilas dengan air panas 770C dengan menyeluruh

bahwa semua lemak dan partikel-partikel sudah tidak ada, bila

masih ada cuci kembali.

4) Pencucian

a) Sesudah pembersihan dan pembilasan gunakan larutan

desinfektan dengan konsentrasi 200 ppm.

(1) Sebelum penyucihamaan ada beberapa

perlengkapan yang tidak boleh berair.

(2) Gunakan penyemprotan atau bak pencelup yang

mengandung larutan desinfektan.

b) Untuk perlengkapan dari logam biarkan selama minimum 5

menit dam maksimum 15 menit tujuannya adalah efektif.

5) Pembilasan setelah menggunakan larutan desinfektan

6) Pengeringan:

Peralatan yang sudah bersih disimpan pada tempat yang tidak

lembab dan tertutup serta terlindung dari sumber pencemaran dan

binatang pengganggu.

c. Upaya Pencegahan

Upaya-upaya yang harus dilakukan dalam pencegahan penularan

penyakit melalui alat makan yaitu perlu dilakukan pengawasan

terhadap proses pencucian, dan pada proses ini harus betul-betul

melakukan tahap-demi tahap agar pemeliharaan dan kebersihan

peralatan terjaga begitu juga pada penyimpanan. Perlu diperhatian


15

tempat penyimpanannya harus dalam keadaan kering dan selalu

tertutup sehingga tidak memudahkan binatang pengganggu masuk dan

juga tidak terjadi kontaminasi. Sedangkan proses pengeringan

dianjurkan supaya alat makan sebaiknya dikeringkan dengan sinar

matahari dan dilarang dikeringkan dengan sarbet atau kain, serta

memperhatikan kesehatan peralatan. Salah satu pencegahan terhadap

alat makan yaitu melalui pemeriksaan angka kuman terhadap alat-alat

makan dengan cara usap alat makan. Tujuan dari pemeriksaan angka

kuman terhadap alat makan dengan cara usap alat makan yaitu untuk

mengetahui jumlah kuman pada alat makan dan minum jika dalam

jumlah yang banyak atau melebihi ambang batas yaitu < 100/cm 2 alat

makan (Depekes RI, 1991) akan sangat berpengaruh pada kesehatan

sehingga terjadinya penularan penyakit melalui makanan atau

minuman khususnya gangguan saluran pencernaan, sehingga perlu

dilakukan tindakan pencegahan dengan melakukan pencucian

peralatan yang benar dan memenuhi syarat kesehatan.

C Cara pembuatan sirup sari buah:

1. Alat dan Bahan

a. Sediakan benzoat

b. Gula pasir

c. Sodium bikarbonat

d. Pewarna makanan

e. Air esence aroma


16

f. Air

g. Esence aroma

h. Cituvas.

i. Gas CO2

j. Mesin goyang CO2

k. Bug / daun

l. Penyaring

2. Cara Pembuatan sirup Sari Buah

a. Bahan xx berupa bezoat, sodium bikarbonat,. Sodium siklamar,

pewarna makanan, gula posio, essensie aroma (untuk pembuatan satu

rasa buah) dan citrum, ditambang kemudian dicampur menjadi satu

dalam tong, diaduk-aduk hingga rata.

b. Adonan yang sudah diaduk disaring kedalam botol.

c. Setelah itu masukan kedalam mesin goyang CO2.

d. Botol yang berisi sari buah B6 ditutup dan diberi label.

e. Masukan kedalam peti/pengepakan.

D Kerangka Konsep

Alat pengolahan minuman sirup


Kualitas bakteriologis botol sirup sariKualitas
sari buah. minuman sirup sari buah.
buah. (ALT)

Cara pencucian
Cara penyimpanan
Kontak dengan penjamah.

Keterangan:
17

: Variabel yang diteliti


: Variabel yang tidak diteliti

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian deskriptif yaitu suatu

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif dimana dalam hal ini

peneliti ingin memperoleh gambaran tentang kandungan angka kuman pada

botol sirup sari buah di Kota Kupang (Notoatmodjo, 2002, h. 138)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua botol sirup sari buah pada

tempat pembuatan sirup sari buah di Kota Kupang yaitu Cinta Rasa dan

Dini Pop.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah botol sirup sari buah dari total populasi

yang ada. Cara pengambilan sampel yaitu dengan teknik random yaitu

peneliti mengambil sampel secara acak dari populasi yang ada (Arikunto,

1996, h. 120).

C. Defenisi Operasional
18

1. Angka kuman merupakan jumlah total koloni kuman yang tumbuh

pada media pemeriksaan usap alat (ALT). Dikatakan memenuhi syarat jika

hasil pemeriksaan < 100/cm2 permukaan alat.

2. Usap botol adalah kegiatan usapan pada permukaan luar, dalam

dan bibir botol setinggi 6 mm 17


dengan menggunakan lidi kapas steril dan

media transport yaitu larutan buffer fosfat pada botol sirup sari buah pada

tempat pembuatan sirup sari buah di Kota Kupang.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan usap botol dan chek list

terhadap sanitasi peralatanan makanan dan minuman.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari pengelolah pembuatan minuman sirup sari buah

berupa jumlah dan lokasi tempat pembuatan sirup sari buah di Kota

Kupang.

E. Langkah Kegiatan

Adapun langkah kegiatan dalam penelitian ini (Depkes RI, 1985)

1. Alat dan bahan pemeriksaan usap alat botol

a. Alat

1) Inkubator

2) Autoclave

3) Lidi kapas steril

4) Sarung tangan steril


19

5) Lampu spiritus

6) Gunting

7) Spidol

8) Formulir untuk pengambilan laboratorium

9) kertas label

10) Sarung tangan steril

11) Thermos es

12) Tas pembawa pengambilan sampel

13) Cawan petridis steril 7 buah

14) Pipet steril 7 buah

15) Pipet steril 7 buah

16) Rak tabung

17) Coloni caunter

18) Water bath

b. Bahan

1) Media transport berupa cairan buffer dalam botol

2) Larutan garam fisiologis

3) Media PCA

4) Aquades

5) Alkohol

6) Kapas steril

2. Prosedur pemeriksaan (Depkes RI, 1985)

a. Pengambilan spesimen
20

1) Spesimen diambil dari botol yang siap untuk digunakan

atau selesai dicuci.

2) Gunakan sarung tangan steril sebelum pengambilan

spesimen.

3) Dari masing-masing tempat pembuatan sirup sari buah

diambil 4-5 botol yang diambil acak dari tempat penyimpanan.

4) Sebagai cairan usap botol dan media transport, gunakan

larutan buffer phospat steril dengan pH 7,2 dalam botol larutan

bervolume 15 ml sebanyak 2/4 volume botol.

b. Cara melakukan usap alat

1) Masukan lidi kapas kedalam botol yang berisi cairan garam

pengencer phospat, tekan lidi tersebut ke dinding botol untuk

membuang cairannya, kemudian diangkat untuk dilakukan usapan.

2) Cara melakukan usapan

Usapan dilakukan dengan mengelilingi permukaan luar dan dalam,

bagian bibir botol setinggi 6 mm.

3) Pengusapan pada setiap permukaan seperti di atas

dilakukan 3 kali berturut-turut.

4) Setiap selesai mengusap lidi kapas harus dimasukkan dalam

botol berisi cairan dengan garam pengencer fosfat, diputar-putar

dan ditekan ke dinding untuk membuang cairannya, lalu diangkat

dan digunakan untuk mengusap botol berikutnya. Lakukan hal ini

berulang-ulang sampai seluruh botol dalam satu kelompok diambil


21

usapan. Dengan demikian untuk satu kelompok botol hanya

menggunakan 1 lidi kapas steril.

c. Penanganan dan pengiriman spesimen

1) Lidi kapas dimasukkan ke dalam botol yang berisi cairan

garam pengencer fosfat, ujung lidi dipatahkan, bibir botol

dipanaskan dengan api spirtus lalu di tutup.

2) Beri label pada botol

a) Jenis spesimen (botol isi ulang)

b) Nama tempat pembuatan

c) Nomor atau kode spesimen

d) Tanggal atau waktu pengambilan

e) Petugas pengambil

3) Pengiriman spesimen

a) Dilakukan pada suhu dingin hari yang sama.

b) Wadah botol dimasukkan ke dalam wadah lain yang tidak

mudah pecah, dengan diberi penyangga.

c) Bungkus wadah tersebut dan cantumkan alamat yang dituju

dengan jelas.

d) Dikirim ke laboratorium.

d. Pemeriksaan

1) Siapkan:
22

a) 7 buah petridis (6 petridis untuk penanaman + 1 kontrol)

b) 6 buah tabung reaksi

c) Pipet 10 ml sebanyak 2 buah

d) Pipet 1 ml sebanyak 1 buah

e) Sterilkan dengan oven dengan suhu 1200C selama 2 jam.

2) Cara kerja

a) Sediakan 6 buah tabung reaksi steril dalam rak tabung,

masing-masing tabung secara berurutan diberi tanda 10-1, 10-2,

10-3-, 10-4, 10-5, 10-6 sebagai kode pengencer.

b) Siapkan pula 7 buah petridis steril, pada 6 petridis diberi

tanda pada bagian belakangnya sesuai kode pengencer dan

pada 1 petridis diberi tanda kontrol.

c) Isi tabung pertama sampai ke enam dengan 9 ml larutan

garam buffer fosfat pH 7,2.

d) Kocok bahan spesimen sampai homogen. Ambil 1 ml

masukkan dalam tabung pertama dengan pipet dibuat sampai

homogen.

e) Pindahkan 1 ml bahan dari tabung pertama ke tabung ke

dua dengan pipet, dibuat sampai homogen.

f) Demikian seterusnya dilakukan sampai tabung ke enam.

Pengenceran yang diperoleh pada ke enam tabung adalah 10-1,

10-2, 10-3-, 10-4, 10-5, 10-6 dengan kode pengenceran yang

tercantum sebelumnya.
23

g) Pada masing-masing tabung di atas dimulai dari tabung ke

enam, dengan menggunakan pipet steril diambil 1 ml

dimasukkan ke dalam petridis steril, sesuai dengan kode

pengenceran.

h) Kemudian ke dalam masing-masing petridis di tuang PCA

cair yang telah dipanaskan dengan water bath 45 0C sebanyak

15-20 ml. Masing-masing petridis digoyang perlahan-lahan

hingga tercampur merata dan biarkan hingga dingin dan

membeku.

i) Masukkan ke dalam inkubator dengan suhu 370C selama 2

x 24 jam dalam keadaan terbalik.

j) Kontrol dibuat dari cairan garam pengencer fosfat

dimasukkan dalam petridis kontrol dan dituangi PCA cair

seperti tersebut di atas sebanyak 15-20 ml.

k) Pembacaan dilakukan setelah 2 x 24 jam dengan cara

menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada setiap petridis.

e. Pembacaan hasil dan perhitungan

Hitung jumlah koloni dengan mengunakan koloni counter dengan

syarat yang diambil untuk dihitung adalah:

1) 1 Plate 30-300 koloni

2) Kontaminasi jamur tidak lebih dari separuh petridis

3) Warna koloni bening atau putih.


24

4) Jumlah koloni pada kontrol tidak boleh lebih dari 10 koloni.

5) Hasil perkalian dengan pengenceran adalah sebagai berikut:

= (10-1-kontrol)x 10 + , (10-2-kontrol) x 100 + , (10-3-kontrol) x 1000 +....


Jumlah petridis yang memenuhi syarat

Keterangan:

Perhitungan hanya dilaksanakan pada petridis yang menghasilkan

jumlah koloni antara 30-300 koloni, serta bila jumlah koloni pada

kontrol >10.

F. Analisa Data

Data hasil pemeriksaan disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisa secara

deskriptif.

Penilaian hasil observasi untuk mencari sanitasi menggunakan item

penilaian dinyatakan persentase sebagai berikut:

Jumlah item yang memenuhi syarat


x 100
Jumlah item keseluruhan
Menurut Arikunto (1997, h. 246) bahwa kriteria penilaian:

Baik : 76 %-100 %

Cukup : 56 %-75 %

Kurang baik : 40 %-55 %

Tidak baik : < 40 %


25

PROPOSAL PENELITIAN

STUDI ANGKA KUMAN PADA USAP BOTOL


SIRUP SARI BUAH DI KOTA KUPANG

OLEH
NAMA : LUSIA HAYONBINE KAHA
NIM : PO. 0333003303

POLITEKNIK KESEHATAN KUPANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2006

Anda mungkin juga menyukai