PENDAHULUAN
Gizi merupakan bagian dari proses kehidupan dan proses tumbuh kembang,
tumbuh kembang. Pemberian zat-zat bergizi melalui makanan perlu diatur terutama
pada bayi dan anak karena bayi dan anak sedang berada dalam masa pertumbuhan
Anak usia 6 bulan sampai dengan 2 tahun sangat membutuhkan makanan yang
mengandung gizi yang cukup dan seimbang sebab ini merupakan masa pertumbuhan
dan perkembangan anak. Perhatian dan kasih sayang yang diberikan pada anak di
usia ini sangatlah penting terutama pemenuhan gizi yang cukup dan seimbang bagi
anak karena anak masih sangat bergantung penuh dengan orang tuanya. Namun
untuk memenuhi kebutuhan gizi anak yang cukup dan seimbang tidaklah mudah
sebab upaya pemenuhan gizi bagi anak masih mengalami banyak kendala khususnya
kendala dalam rumah tangga yaitu tingkat pengetahuan orang tua yang masih kurang
tentang pemenuhan gizi pada anak serta ketidakmampuan orang tua dalam
Pengetahuan orang tua tentang gizi pada anak sangat dibutuhkan terutama
pengetahuan tentang gizi pada anak yang telah memasuki fase oral khususnya pada
usia 6 bulan sampai 2 tahun. Pada usia ini anak tidak hanya mendapat ASI saja tetapi
saring, nasi tim, sari buah dan makanan selingan yang diberikan antara waktu makan.
Untuk dapat memenuhi semua kebutuhan makanan bergizi pada anak usia ini orang
tua harus betul-betul paham tentang cara menyediakan bahan makanan, cara
orang tua saja tidaklah mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi pada anak karena
melihat perkembangan negara kita saat ini yang sebagian besar masyarakatnya masih
dalam golongan ekonomi lemah tentulah merupakan salah satu kendala yang cukup
berat bagi keluarga dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga khususnya kebutuhan
Keadaan sosial ekonomi orang tua juga mempunyai peranan penting dalam
menentukan kebutuhan gizi bagi anak. Walaupun orang tua memiliki pengetahuan
yang baik dan keinginanan yang kuat untuk memberikan yang terbaik bagi anaknya
namun bila tidak diimbangi dengan kemampuan ekonomi dalam keluarga tentu tidak
akan membawa hasil yang baik. Penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan utama
orang tua, industri dalam rumah tangga dan aset-aset yang ada dalam rumah tangga
merupakan pokok utama dalam memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga yakni
salah satunya menyediakan bahan makanan bergizi seimbang untuk anak dan
keluarga. Jika anak mendapat makanan yang tidak sesuai baik mutu dan jumlahnya
masih didominasi oleh Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Besi, Gangguan
terutama di kota-kota besar. Secara umum masalah gizi di Indonesia, terutama KEP
masih lebih tinggi dari pada negara ASEAN lainnya. Pada tahun 1995 sekitar 35,4%
anak balita di Indonesia menderita KEP (berat menurut umur < 80%). Pada tahun
1997, berdasarkan pemantauan status gizi yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, prevalensi KEP turun menjadi 23,1%. Keadaan ini tidak dapat bertahan
yaitu pada saat Indonesia mengalami krisis moneter yang berakibat pada krisis
ekonomi yang berkepanjangan. Pada tahun 1998, prevalensi KEP meningkat kembali
mengalami penurunan prevalensi KEP dari 47,8% (1989) menjadi 41,7% (1992) dan
Beberapa propinsi mempunyai angka prevalensi relatif rendah di bawah 30% (target
pelita VI) sedangkan beberapa propinsi lainnya masih relatif tinggi (Paun, 2005).
Dari aspek geografis NTT tergolong daerah kering, sehinggga rendahnya curah hujan
mengakibatkan petani tidak dapat mengolah lahan pertanian secara maksimal. Hal ini
terhadap kekurangan gizi bagi anak balita. Dampak krisis ekonomi juga
Menurut laporan situasi pangan dan gizi dari (SKPG) pusat, tahun 1999-2000,
kabupaten Sumba Timur status gizi kurang 27,32%, kabupaten Ende status gizi
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh GTZ (2002) di kabupaten Sumba
Masalah gizi kurang atau gizi buruk pada anak disebabkan karena anak mendapat
makanan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak baik
menurut jumlah maupun mutu makanan. Kekurangan gizi yang terjadi pada anak-
anak di sebabkan oleh beberapa faktor antara lain konsumsi makanan yang kurang
mengandung kalori dan protein, faktor kemiskinan dan ekonomi, faktor sosial, faktor
pendidikan dan pengetahuan. Oleh karena itu perlu diketahui seberapa besar
masalah gizi khususnya faktor pengetahuan dan status sosial ekonomi. Dari uraian
dan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut “ Apakah
ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan faktor sosial ekonomi orang tua
Mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan status sosial
ekonomi orang tua terhadap status gizi anak usia 6 bulan – 2 tahun.
Mengetahui keadaan sosial ekonomi orang tua yang mempunyai anak usia 6
bulan – 2 tahun.
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang penilaian status gizi pada anak yang
gizinya baik, anak gizi kurang dan anak gizi buruk dan menambah pengalaman
penelitian.
pemenuhan gizi yang cukup pada anak dan juga dibutuhkan keseimbangan antara
ekonomi orang tua terhadap status gizi anak usia 6 bulan sampai 2 tahun di
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
Know (Tahu)
Tahu diartikan sebagai suatu materi yang diingat kembali yang telah dipelajari
spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari/rangsangan yang telah diterima. Oleh
Comprehension (memahami)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek
Aplikasi
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.
Evaluasi
Energi (karbohidrat)
Bayi dan anak menggunakan energi yang di peroleh dari makanan untuk
panjang badan. Bila energi kurang, misalnya anak diberi susu formula yang
Sedangkan bila anak diberi susu farmula yang terlalu kental menyebabkan anak
menjadi haus, kemudian menangis, kemudian anak diberikan susu lagi demikian
Protein
untuk bayi sampai usia 6 bulan. Keperluan yang meningkat setelah usia 6 bulan
Untuk bayi konsumsi lemak yang dianjurkan sekitar 3,8-6 gr/100 kkal. Jumlah ini
terpeni jikalau bayi minum ASI atau susu formula, sedangkan bila bayi minum
susu skim, maka kalori akan berkurang. Kandungan kolesterol dalam ASI tinggi,
Air
Air sangat diperlukan bayi terutama untuk mengganti cairan yang hilang melalui
air kemih, tinja, kulit dan paru-paru. Sedangkan hanya sebagian kecil yang
Zat besi
Bayi yang normal mempunyai cadangan zat besi yang cukup sampai BB dua kali
mg/hari sampai usia 3 tahun. Zat besi dalam ASI mudah diserap, walaupun
Vitamin
ASI mencukupi semua vitamin kecuali vitamin D sehingga bayi yang hanya
D. bayi baru lahir sering kali memerlukan vitamin K karena sering kali dijumpai
(Theresia, 2004).
2.1.4 Jadwal pemberian makanan pada anak.
dalam menerima makanan, maka pola pemberian makanan pada bayi/anak umur 6
1) Antropometri
Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi.
Penggunaan
protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik
dari proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Kriteria yang digunakan yaitu dengan melihat standar yang ditetapkan oleh WHO
yaitu penilaian status gizi pada anak usia 0-5 tahun baik laki-laki maupun
perempuan menurut umur dan berat badan. Kriterianya yaitu, gizi baik : (-2) SD
sampai (+2) SD, gizi kurang : (-3) SD sampai (-2) SD dan gizi buruk : < (-3) SD.
2.1.6 Faktor-faktor penyebab penyakit kurang gizi (KEP)
Menurut konsep klasik, diet yang mengandung cukup energi tetapi kurang
anak menjadi penderita marasmus. Tetapi dalam penelitian yang dilakukan oleh
faktor yang penting, tetapi ada faktor yang lain yang masih harus dicari untuk
tersebut didasarkan pada keagamaan, maka akan sulit diubah. Tetapi jika
yang baik dan dilakukan terus-menerus hal tersebut masih dapat diatasi. Faktor-
nafkah tunggal.
istri dan anak, sehingga dengan pendapatan yang kecil ia tidak dapat memberi
maninggalkan bayinya dari pagi sampai sore. Dengn demikian, bayi tersebut
tidak mendapat ASI sedangkan pemberian pengganti ASI maupun makanan
badan yang bergerak dibidang sosial menampung bayi dan anak-anak kecil
yang ditinggal bekerja seharian penuh dibalai desa, mesjid, daerah atau di
tempat lain untuk dirawat dan diberi makan yang cukup baik.
walaupun masih ringan, mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan tubuh
tersebut.
saluran air yang ada merupakan tempat untuk mandi, membuang hajat besar dan
( Solihin, 1990 )
2.1.6.6 Faktor ekonomi
Pendapatan keluarga
Harga makanan
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, yaitu
kebutuhan pengajaran agama, pagan, sandang, papan dan kesehatan atau keluarga
yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera
tahap I.
Kesehatan (anak sakit, PUS ingin ber-KB dibawa ke sarana kesehatan yang
tersedia.
Kesehatan (anak sakit, PUS ingin ber-KB dibawa ke sarana kesehatan yang
tersedia.
seminggu.
fungsinya masing-masing.
Anak hidup dua atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai
kontrasepsi.
Kesehatan (anak sakit, PUS ingin ber-KB dibawa ke sarana kesehatan yang
tersedia.
Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama
seminggu.
fungsinya masing-masing.
Anak hidup dua atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai
kontrasepsi.
Kesehatan (anak sakit, PUS ingin ber-KB dibawa ke sarana kesehatan yang
tersedia.
seminggu.
fungsinya masing-masing.
Anak hidup dua atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai
kontrasepsi.
Memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu), dan suka rela dalam
( Suprajidno, 2004)
Faktor Langsung A
* Asupan makanan
* Penyakit infeksi
Gizi
baik
Keterangan :
: Yang diteliti
: Tidak diteliti
2.3 Hipotesis
HO : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan social orang tua
H1 : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan social ekonomi orang tua
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian kuantitatif dengan desain penelitian berupa studi korelasi untuk menjawab
pertanyaan penelitian “Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan faktor
sosial ekonomi orang tua terhadap status gizi anak usia 6 bulan sampai 2 tahun di
puskesmas Bakunase ”
Populasi dalam penelitian ini adalah : orang tua yang memiliki anak usia 6 bulan
Sampel dalam penelitian ini adalah : 30 orang responden orang tua yang mempunyai
anak usia 6 bulan – 2 tahun dan anak yang berusia 6 bulan – 2 tahun di puskesmas
Bakunase, yang diambil secara non random sampling dengan tipe Accidental
sampling.
3.3 Variable penelitian
pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan orang tua tentang gizi pada anak usia
6 bulan – 2 tahun dan pengaruh social ekonomi orang tua terhadap pemenuhan gizi
pada anak usia 6 bulan – 2 tahun. Selain itu juga digunakan alat ukur berupa
timbangan BB anak .
pakaian dibuat semini mungkin, baju, sepatu yang tebal harus ditanggalkan, bayi
ditidurkan dalam kain sarung, setelah itu anak timbangan digeser sampai tercapai
keadaan seimbang/kedua ujung jarum berada pada satu titik dan yang terakhir
lihat angka skala batang dacing yang menunjukkan berat badan bayi.
Pada penelitian ini data akan diolah secara deskriptif yaitu untuk
bivariat dengan menggunakan uji statistik regresi logistik sederhana yaitu untuk
mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan status gizi serta hubungan
antara sosial ekonomi dan status gizi. Analisis sel;anjutnya secara multivariat yaitu
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari ketua jurusan
responden, berupa lembaran persetujuan responden yang akan ditanda tangani oleh
Penelitian ini pun tidak akan di nilai kebenarannya dan tidak menimbulkan bahaya
bagi responden.
Organisasi peneliti
Yang manjadi peneliti utama
Nama : Mersiana A. Atitus
Nim : PO.0320103025
Pembimbing : Ina Debora Ratu Ludji, SKp., M.Kes
Nip : 140 249 243
Katalog, DepKes RI, 2003, “Kesehatan Ibu dan Anak”, JICA : Jakarta.
Theresia, flora. (2004) “ Gizi Bayi dan Balita “.: Bapelkes : kupang