Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Negara Indonesia masalah kesehatan yang menonjol adalah penyakit

yang ditularkan oleh vector. Penyakit tersebut diantaranya adalah Filariasis

Japanese Encephalitis( JE ), Demam Berdarah dan Malaria.

Vektor utama dari penyakit Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles,

Demam Berdarah oleh Aedes, Filariasis dan Japanese Encephlitis ditularkan oleh

nyamuk Culex,Anopheles,Aedes dan Armigeres ( studi Filariasis dan

Schistosomiasis, 2001 ).

Di NTT penyakit Japanese Encephalitis. Sudah menjadi masalah

kesehatan. Selain J E, penyakit filariasis di Indonesia masih banyak terjadi

dengan tingkat endemis yang tinggi. Dalam rumusan hasil seminar

penanggulanggan Japanese Encephalitis di Kupang tanggal 24 – 25 Juli 2001.

Salah satu butirnya menyatakan bahwa J E adalah penyakit zoonosa yang bersifat

menular, berpotensi untuk menimbulkan KLB/ wabah. Serta berdasaerkan data

peternakan dinyatakan bahwa J E endemis di seluruh pulau Timor, maka perlu

diterapkan system kewaspadaan dini khusus untuk daerah yang berpotensi terjadi

penularan J E.

Lain halnya dengan penyakit filariasis penyakit ini lebih tingghi angka

insidennya. Pada tahun 1991-1997 tercatat ada pada 9 Kabupaten di antaranya

yaitu Kabupaten Belu, Sumba Timur, Sikka, Ende, Alor, Sumba Barat dan TTU,

angka kesakitannya rata rata berada diatas 2500 penderita.

( A.Anna Yanoes,2001 h25)


Berdasarkan kenyataan diatas dan mengingat filariasis dan Japanese

Encephalitis ditularkan oleh nyamuk Culex Sp maka perlu diketahui kepadatan

jentik Culex Sp untuk upaya pemberantasan terhadap tempat perindukan vector.

Daerah Kelurahan Oeba Kecamatan Kelapa Lima merupakan daerah yang banyak

terdapat genangan air serta got-got yang berportensi sebagai tempat perindukan

nyamuk terutama jenis Culex Sp yang merupakan penyebap penyakit filariasis dan

Japanese Encephalitis.

Salah satu upaya pengendalian fektor penyakit filariasis dan Japanese

Encephalitis adalah mengetahui habitat atau tempat perindukan yang paling

disukai oleh nyamuk tersebut. Sehubungan dengan hal diatas maka penulis ingin

melakukan penelitian dengan judul “ STUDI FAUNA JENTIK CULEX Sp DI

KELURAHAN OEBA KECAMATAN KELAPA LIMA”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

Bagaimanakah keadaan fauna jentik Culex Sp di Kecamatan Kelapa Lima?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui keadaan fauna jentik Culex Sp di Kelurahan Oeba

Kecamatan Kelapa Lima.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui karakteristik fauna jentik Culex Sp.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

Sebagai bahan bacaan Ilmiah dan menambah kepustakaan khususnya mata

kuliah pemberantasan Vektor dan Entomologi.

2. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi tentang karakteristik tempat perindukan atau tempat

perindukan atau fauna jentik Culex Sp

3. Bagi Peneliti

Untuk menambahwawasan dan pengetahuan dibidang pemberantasan Vektor

dan Entomologi.

4. Bagi Instansi Terkait ( Dinas Kesehatan )

Sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan program pemberantasan

Vektor.

E. Ruang lingkup

Ruang lingkup dalam penelitiaqn ini adalah

1. Lingkup Ilmu

Mengenai bidang pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu dalam hal

ini tentang fauna jentik Culex Sp dan pemberantasannya.

2. Lingkup Waktu

Waktu penelitian berlangsung dari tanggal …..,juli,2004

3. Lingkup Lokasi

Lokasi penelitian adalah Kelurahan Oeba Kecamatan Kelapa Lima.

4. Lingkup Masalah

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini terbatas pada fauna jentik Culex Sp
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Filariasis dan Japanese Encephalitis umumnya ditularkan melalui

gigitan nyamuk dari genus Culex dan Anopheles. Penyakit ini bersifat kronis dan

menahun. Nyamuk Culex menularkan parasit penyebab penyakit Japanese

Encephalitis dan Filariasis melalui gigitannya, dimana ketika mengisap darah,

nyamuk akan mengeluarkan air liurnya untuk menghentikan pembekuan darah agar

mudah diisap. Saat itu parasit – parasit yang ada pada air liurnya akan masuk kedalam

tubuh manusia.

A. Klasifikasi Nyamuk Culex

Nyamuk Culex diklasifikasikan sebagai berikut :

Philum : arthropoda

Klass : hexapoda

Ordo : diptera

Sub Ordo : nematocera

Familia : culicidae

Sub Familia : culicinae

Genus : culex ( Lineaus, 1879 )


Contoh beberapa nyamuk Culex

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

B. Biologi dan Siklus Hidup Nyamuk Culex

Pada umumnya nyamuk dari genus Culex mengalami metamorfosis sempurna,

yaitu dari stadium telur, stadium jentik, stadium pupa, dan stadium dewasa.

Stadium telur, stadium jentik dan stadium pupa berlangsung didalam air.

1. Stadium Telur

Telur nyamuk dari genus Culex umumnya berukuran sama. Ukuran telurnya

sangat kecil kurang lebih 1 mm, berwarna hitam, berbentuk oval dan

diletakan secara bergerombol membentuk rakit kecil. Telur nyamuk Culex

mempunyai pengapung yang dapat membuatnya terus melayang di

permukaan air. Stadium telur ini berlangsung antara 1 – 2 hari.

Telur nyamuk Culex tahan sampai dengan 6 bulan pada tempat yang kering

( Nobel, 1989 h 745 )


2. Stadium Jentik

Setelah menetas, telur akan berubah menjadi jentik dengan waktu kurang

lebih 1 – 2 hari. Dalam stadium jentik nyamuk mengalami 4 kali proses

pergantian kulit ( Instar ) dengan lama waktu 7-9 hari, ( Instar I, Instar II,

Instar III, dan Instar IV ). Pada tahapan atau Instar IV nyamuk Culex lebaih

mudah di identifikasi, sebab pada Instar IV semua bulu - bulu dan alat tubuh

sudah tumbuh dan cukup sempurna.

Ciri khas dari jentik Culex ( Iskandar, 1985 h 162 ) adalah

- terdapat pectin pada siphon yang tumbuh dari pangkal siphon sampai

pada pertengahan siphon.

- Bentuk siphonnya menbesar pada bagian tengahnya.

- Terdapat acus pada bagian pangkal siphon

- Berkas antenal berada lebih dekat dengan ujung antenna

- Bulu ventrolateralnya terdiri dari beberapa urat dengan satu akar.

3. Stadium Pupa

Perubahan dari bentuk jentik menjadi pupa membutuhkan waktu 2-5 hari.

Pada stadium ini pupa tidak membutuhkan makanan. Pupa akan menetas

dalam waktu 1-2 hari menjadi nyamuk.

4. Stadium Nyamuk

Nyamuk jantan yang telah menetas akan terbang disekitar tempat

perindukannya untuk mencari nyamuk betina. Nyamuk melakukan

perkawinan hanya satu kali dalam hidupnya. Perkawinan biasanya

berlangsung pada sore hari lalu nyamuk betina pergi mencari mangsa

( darah ). Nyamuk jantan umurnya lebih pendek dari pada nyamuk betina

yaitu kurang lebih 1 minggu. Makannya berupa cairan buah – buahan atau
tumbuhan. Dalam sekali bertelur nyamuk betina mampu mengelurkan kira

kira 100-300 butir telur.

C. Habitat Nyamuk Culex

1. Tempat berkembang biak ( Breading place )

Tempat untuk berkembang biak ( Breding place ) untuk setiap nyamuk

mempunyai tipe tempat untuk berkembang biak yang berbeda misalnya pada

nyamuk Aedes lebih suka berkembang biak pada air yamg bersih, jernih, dan

tidak langsung berhubungan dengan tanah. Berbeda dengan nyamuk Culex

yang mempunyai tipe berkembamg biak pada air yang keruh, polusi air tinggi

atau pada air yang sudah lama tergenang. Untuk nyamuk Mansonia lebih pada

kolam, rawa-rawa dan danau yang banyak mengandung tanaman air. Dan

untuk nyamuk jenis Anopheles mempunyai tempat berkembang biak yang

berfariasi tergantung species Anopheles.

Selain air faktor pencahayaan dan lama genangan air juga sangat berpengaruh

dalam perkembang biakan nyamuk. Untuk jenis jenis nyamuk tertentu suka

berkembang biak pada genamgan air terbuka, terkena sinar matahari langsung

dan ada pula jenis nyamuk yang suka berkembang biak pada genangan

genangan air yang terlindung tidak terkena sinar matahari langsung. Lama

genangan air juga menentukan jenis jentik dan jumlah jentik yang di tentukan.

Jentik nyamuk Mansonia dan Culex lebih menyukai genangan air yang sudah

lama, tetapi jentik nyamuk Anopeles ada yang menyukai genangan air yang

baru. Pada genangan air tersebut jentik akan ditemukan dengan kepadatan

tinggi dibandingkan degan yang ditemukan pada genangan air yang sudah

lama. Masa dalam air bagi nyamu memerlukan waktu 8-12 hari terhitung dari
telur sampai nyamuk keluar dari kepomong. Pendekatnya waktu tergantung

oleh temperatur air.

2. Tempat beristirahat ( Resting place )

Tempat – tempat yang sering digunakan oleh nyamuk culex Gelidus

untuk beristirahat adalah tempat-tempat yang bersifat alamia, tidak terkena

sinar matahari langsung dan kecepat angin yang rendah seperti pada gua-

gua, tebing-tebing sungai atau parit, semak-semak dan bangunan-bangunan

pada tanah serta kotak-kotak yang berwarna gelap.

3. Tempat Mencari Mangsa ( Feeding place )

Kesenangan untuk mendapatka darah tidak bersfat mutlak artinya bila

nyamuk tersebut tidak mendapat binatang maka bias menggigit manusia atau

sebaliknya. Bila dikaitkan dengan waktu maka nyamuk Aedes Sp lebih aktif

menggigit pada siang hari. Sedangkan nyamuk Culex Sp dan Anopheles Sp

lebih aktif mencari darah pada malam hari. Frekwensi menggigit yang tinggi

setiap dua hari sekali, ada yang tiga sampai lima hari sekali dan adapula

yang menggigit beberapa kali untuk satu siklus bertelurnya. Waktu dan

frekwensi dipengaruh oleh temperatur dan kelembaban yang disebut siklus

gonotrofik. Frekwensi menggigit dalam hal siklus gonotrofik tergantung

pada lamanya waktu sampai pada tempat istirahat, lamanya pencernaan

darah, lamanya perkembangnya waktu sampai saat pengisapan darah lagi.

Bila dikaitan dengan sumber darah ada yang bersifat antrofilik yaitu lebih

senang mencari darah pada manusia dan ada yang bersifat zoofilik yaitu

mencari darah pada binatang.


D. Tata Hidup dan Perilaku Nyamuk Culex

Perilaku dari nayamuk sangat penting untuk diketahui, sebab dengan

mengetahui perilakunya maka tindakan pencegahan yang dilakukan akan semakin

mudah.

1. Kebiasaan kawin dan mecari darah

Nyamuk hanya melakukan satu kali perkawinan dalam seumur hidupnya.

Perkawinan biasanya berlangsung pada sore hari lalu nyamuk betina pergi

mencari mangsa ( darah ). Telur yang berasal dari hasil perkawinan akan

menjadi steril atau mandul tanpa darah. Nyamuk Culex ada yang bersifat

antrofilik yakni lebih senang mencari darah manusia dan yang bersifat

zoofilik yakni lebih senang mencari darah binatang.

2. Kebiasaan kegiatan dan perputaran menggigitnya

a. Kebiasaan nyamuk waktu memasuki rumah berbeda - beda, ada yang

masuk rumah pada siang hari, sore hari, tengah malam dan menjelang

siang. Pada saat memasuki rumah tidak berarti bahwa nyamuk tersebut

akan langsung menggigit mangsanya. Adanya nyamuk yang langsung

menggigit, tetapi ada yang hinggap pada suatu tempat, berterbangan

kian kemari barulah menggigit.

b. Kebiasaan waktu meninggalkan rumah.

Setelah menggigit ada nyamuk yang langsung terbang keluar

meninggalkan rumah, tetapi ada juga yang hinggap pada dinding, di

tempat - tempat yang gelap, barang – barang lain di dalam rumah

barulah ia terbang meninggalkan rumah.


c. Kebiasaan waktu menggigit

Perlu diketahui bahwa nyamuk yang mengisap darah adalah nyamuk

betina. Yang menjadi makanan nyamuk adalah cairan atau sari sari tumbuhan.

E. Pemberantasan Nyamuk Culex

1. Secara mekanis.

Cara ini dapat dilakukan dengan melakukan pengeringan tehadap tempat

perkembangbiakannya, sehingga nyamuk tidak dapat mempergunakan

sebagai tempat perkembangbiakannya.

2. Secara biologis

Cara ini dilakukan dengan memanfatkan musuh alami dari nyamuk culex

yaitu dengan memelihara ikan pemakan jentik dalam tempat penampungan

air.

3. secara kimiawi.

Pemberantasan secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan bahan-

bahan kimia seperti jentiksida.

E. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk culex

1. Filariasasi

a. filarisasi dan penyebarannya.

Filariasasi adalah penyakit manular ( penyakit kaki gajah ) yang

disebapkan oleh cacing filaria serta ditularkan oleh nyamuk culex.

Penyakit ini bersifat menahun ( kronis ) dan bila tidak mendapatkan

pengobatan dapat mengakibatkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,

alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Menurut Depkes,


berdasarkan hasil survei pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553

desa di 647 puskesmas, tersebar di 231 kabupaten 26 propinsi sebagai

lokasi endemis dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Penyebab

penyakit kaki gajah adalah tiga spesies cacing filarial yaitu Wucheria

boncrofti, Brugia malayi dan 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles,

Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres yang dapat berperan sebagai

vektor penularan kaki gajah.

b. Cara penularan

Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah

apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk

yang mengandung jentik stadium III. Nyamuk tersebut mendapat

cacing filaria kecil ( microfilaria ) sewaktu mengisap darah

penderita yang mengandung microfilaria. Siklus penularan

penyakit kaki gajah ini melalui dua tahap yaitu perkembangan

dalam tubah nyamuk ( vektor ) dan tahap kedua dalam

perkembangan dalam tubuh manusia ( hospes )dan reservoir.

d. Gejala filariasis

Gejala klinis filariasis akut adalah berupa demam berulang-

ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan

muncul lagi setelah istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat.

Pembengkakan kelenjar getah bening ( tanpa ada luka ) di daerah

lipatan paha yang nampak kemerahan, panas dan sakit yang

menjalar dari pangkal paha. Gejala klinis yang kronis adalah

berupa pembesaran yang menetap pada tungkai, lengan, buah dada,

dan buah zakar.


3. Japanese Encephalitis ( J E )

J E adalah penyakit radang otak yang disebabkan oleh virus Japanese

B Encephalitis yang di tularkan oleh kelompok nyamuk Culex

tritaeniorhyncus. Tempat perindukan nyamuk umumnya di persawahan

atau rawa-rawa, nyamuk itu mengisap darah mereka yang berada diluar

rumah pada malam hari.

Virus Japanese B Encephalitis berkembang biak dalam tubuh manusia,

babi, kuda, burung. Babi merupakan reservoir ( sumber ) virus yang

utama. Departemen Kesehatan dan Kesejahtraan Sosial ( Depkes dan

Kesos ) akhir tahun 2001 lalu di kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur

( NTT ) mendapatkan 5 dari 60 penduduk yang diperiksa menunjukan

seropositif ( terdeteksi mengidap virus dalam darah ). Namun tak seorang

pun yang mengalami gejala klinis atau terserang radang otak ( Survei sub

Zoonosis, Ditjen P2m dan PL, 2001 ).

Japanese Encephalitis dilaporkan keberadaanya di Indonesia sejak

tahun 1960-an. Penyakit itu tersebar di pulau Jawa, Bali, Lombok,

Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku dan Irian Jaya. Namun

demikian densitasnya tidak sama dengan untuk setiap wilayah. ( Prof. Dr.

dr. Agus Sjiahruracham SpMK, Kepala Bagian Morfologi Fakultas

Kedokteran UI ).

Sejumlah daerah di Indonesia mempunyai potensi resiko adanya

Japanese encephalitis terutama dengan daerah pola peternakan babi yang

senantiasa kurang baik, lokasi kandang babi terlalu dekat dengan

pemukiman manusia, babi bebas berkeliaran atau daerah yang banyak

mempunyai genangan air di sela rumput-rumput tinggi yang sesuai untuk


tempat perindukan nyamuk Culex Sp ( Dirjen P2M dan PL Prof. Dr. Umar

Fahmi Achmadi, MPH ).

Cara penularannya apabila nyamuk Culex Sp menggigit hewan babi

yang mengandung virus J E, maka virus itu berpindah pada nyamuk

dan apabila nyamuk yang efektif ini menggigit manusia lewat tusukan

probocisnya maka virus J E akan berpindah ke manusia, dan

selanjutnya penularan dapat berpindah terus ke manusia ataupun

hewan ( babi ) sesuai kesukaan nyamuk penular.


F. Kerangka Konsep.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitia ini adalah penelitian yang bersifat Deskritif. Dalam penelitian ini,

peneliti melakukan observasi langsung terhadap fauna jentik nyamuk Culex di

daerah yang beresiko tinggi.

B. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan adalah dengan pendekatan survey yaitu cara

penelitian deskritif yang dilakukan terhadap sekumpulan obyek yang biasanya

cukup banyak dalam waktu tertentu.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada Kelurahan Oeba Kecamatan Kelapa Lima

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah jentik nyamuk Culex Sp pada wilayah

tertentu

2. Sampel

Sample dari penelitian ini adalah jentik Culex Sp yang terdapat dari kelurahan

yang mempunyai resiko pencemaran yang tinggi di mana jentik Culex Sp biasa

berkembang biak.
E. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat, yang

menjadi variabel bebas yaitu fauna / tempat perindukan jentik Culex Sp

2. Variabel terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Yang menjadi variabel terikat yaitu kepadatan jentik Culex Sp

3. Variabel pengganggu

Variabel pengganggu adalah variabel yang di duga turut mempengaruhi

variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel pengganggu yang di

perhitungkan adalah : suhu, kelembaban dan jenis tempat perindukan.

F. Defenisi Operasional

1. Fauna jentik adalah daerah yang di gunakan nyamuk sebagai tempat

perkembang biakanya.

2. Jentik Culex adalah stadium kedua dari nyamuk genus Culex Sp yang

digunakan sebagai obyek penelitian.

G. Reknik Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

 Data primer

Data ini diperoleh dengan melakukan survey dan penangkapan jentik

nyamuk secara langsung.


2. Instrumen pengumpulan data

a. Instrumen yang digunakan untuk menangkap jentik :

Instrumen yang digunakan antara lain : gayung untuk melakukan tidukan,

pipet tetes untuk memipet, jentik nyamuk, wadah atau gelas yang diisi air

untuk tempat penampungan jentik, kain kasa untuk menutup wadah atau

gelas, kertas label untuk menlis, waktu penangkapan, nama penangkap,

dan lokasi penangkapan, senter untuk menerangi pada saat melakukan

penangkapan.

b. Instrumen pemeriksaan jentik :

Instrumen yang digunakan terdiri dari : Mikroskop, Kaca Pembesar ( Lup ),

Pipet tetes, Prepanat.

G. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua tahap :

1. Tahap persiapan

a. Mempersiapkan instrumen yang di perlukan dalam penelitian

b. Melakukan survey ke lokasi tempat penelitian.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Penelitian ini berlangsung dari tanggal …., juli,2004


H.
A.

Anda mungkin juga menyukai