Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL KEGIATAN IN HOUSE TRAINING VCT DAN TB

DI RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI

1. Pendahuluan
Komitmen Indonesia untuk mencapai tujuan MDGs mencerminkan
komitmen negara untuk menyejahterakan rakyatnya sekaligus menyumbang
pada kesejahteraan masyarakat dunia. Untuk mempercepat pencapaian
sasaran MDGs, Presiden telah menetapkan Instruksi Presiden No. 3 Tahun
2010 Tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Salah satu amanat
yang tercantum dalam Inpres tersebut adalah agar setiap
Kementerian/Lembaga, Gubernur, dan Para Bupati/Walikota mengambil
langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan
masing-masing dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan
yang berkeadilan, antara lain meliputi program pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium (Millenium Development GoalsMDGs).
Penetapan Surat Edaran Kementerian PPN dan Kemendagri Nomor:
0068/M.PPN/02/2012 dan Nomor: 050/583/SJ tentang Percepatan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals)
Tahun 2011-2015 antara lain untuk mendorong agar daerah menyusun
program dan kegiatan serta pengalokasian anggaran dalam Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah agar mengacu pada RAD MDGs di masing-masing provinsi untuk
percepatan pencapaian tujuan target dan indikator MDGs.
Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang menjadi tantangan global. Indonesia merupakan negara pertama
diantara negara-negara dengan beban TB yang tinggi di wilayah Asia
Tenggara yang berhasil mencapai target MDG untuk TB pada tahun 2006,
yaitu 70% deteks idini dan 85% kesembuhan. Saati ni Indonesia telah turun
dari urutan ketiga menjad iurutan kelimanegara denga nbeban TB tertinggi di
dunia. Meskipun program pengendalian TB nasional telah berhasil mencapai
target-target di atas,beban ganda akibat peningkatan epidemi HIV akan
mempengaruhi peningkatan kasus TB di masyarakat. Oleh karena itu
diperlukan suatu kolaborasi antara program pengendalian TB dan
pengendalian HIV AIDS.
Indonesia berada pada level epidemi HIV terkonsentrasi (concentrated
epidemic) Kecuali Tanah Papua yang termasu kepidemi HIV yang meluas.
Sebagian besar infeksi baru diperkirakan terjadi pada beberapa sub-populasi
berisiko tinggi yaitu pengguna Napzasuntik (penasun), hetero dan homo
seksual (WPS, waria). Di Indonesia menurut data Kementerian Kesehatan
hingga akhir Desember 2010, secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang di
laporkan berjumlah 24.131 kasus dengan infeksi penyertater banyak adalah
TB yaitu sebesar 11.835 kasus(49%). Sedang kaninfeksi HIV padapasien TB
di Indonesia diperkirakan sekitar 3%; di Tanah Papua dan di populasi risiko
tinggi termasuk populasi di Lapas/Rutanangkanya diperkirakan lebih tinggi.
Rencana Aksi Nasional Kolaborasi TB-HIV 2011-2014 ini menjabarkan
analisis situasi, tantangan-tantangan utama, rumusan strategi, implementasi,
monitoring dan evaluasi kegiatan kolaborasi TB-HIV. Dokumen ini mengacu
pada: (1) Strategi nasional pengendalian TB di Indonesia 2010-2014; (2)
Rencana Aksi Pengendalian HIV dan AIDS Sektor Kesehatan 2009-2014; (3)
Report of meeting “From Mekong to Bali: The scale up of TB/HIV
collaboration activities in Asia-Pasific”Bali, Indonesia 8-9 August, 2009; (4)
rekomendasi time ksternal review. HIV/AIDS (Februari 2007) dan Joint
eksternal TB Monitoring Mission TB(JEMM, April 2007) di Indonesia; (5) Joint
eksternal TB Monitoring Mission TB (JEMM, Februari 2011) di Indonesia dan
(6) evaluasi pelaksanaank olaborasi TB-HIV di Indonesia.

2. Latar Belakang

Epidemi HIV menunjukkan pengaruhnya terhadap peningkatan


epidemi TB di seluruh dunia yang berakibat meningkatnya jumlah penderita
TB di tengah masyarakat. Pandemiini merupakan tantangan terbesar dalam
pengendalian TB dan banyak bukti menunjukkan bahwa pengendalian TB
tidak akan berhasil dengan baik tanpa keberhasilan pengendalian HIV.
Sebaliknya TB merupakan penyebab utama kematian pada ODHA.
Oleh karena itu WHO bekerjasama dengan Stop TB Partnership
mengembangkan pedoman untuk pelaksanaan kegiatan kolaborasi TB-HIV
yang disusun berdasarkan tingkat prevalensi HIV. Di banyak negara yang
telah melaksanakan kegiatan perawatan, dukungan dan pengobatan HIV
,kegiatan kolaborasi ini dimulai sebagai bagian dari upaya pengendalian TB
dan upaya meningkatkan keberhasilan Program AIDS.
Perkembangan epidemi HIV di Indonesia, termasuk yang tercepat di
kawasan Asia meskipun secara nasional angka prevalensinya masih
termasuk rendah, diperkirakan pada tahun 2006 sekitar 0,16% pada orang
dewasa. Dengan estimasi ini, maka pada tahun 2006 di Indonesia
diperkirakan ada 193.000 ODHA (169.000 - 216.000). Penggunaan jarum
suntik merupakan cara transmisi HIV yang terbanyak (53%) di ikuti dengan
transmisi heteroseksual (42%). Salah satu faktor yang berpengaruh dalam
epidemiologi HIV di Indonesia adalah variasi antar wilayah, baik dalam hal
besarnya masalah maupun faktor-faktor yang berpengaruh. Epidemi HIV di
Indonesia berada pada kondisi epidemi terkonsentrasi dengan
kecenderungan menjadi epidemi meluas pada beberapa propinsi.
Tiap tahun diperkirakan terjadi 239 kasusbaru TB per 100.000
penduduk dengan estimasi prevalensi HIV diantara pasien TBsebesar 0,8%
secara nasional (WHO Report 2007). Survei yang dilaksanakan oleh Depkes
(2003) menunjukkan bahwa pasien dengan koinfeksi TB-HIV pada umumnya
ditemukan di RS dan Rutan/Lapas di beberapa propinsi dan TB ditemukan
sebagai infeksioportunis utama pada pasien AIDS di RS.
Sampai saat ini belum ada angka nasional yang menunjukkan
gambaran HIV di antara pasien TB. Studi pertama tentang seroprevalensi
yang dilaksanakan di Yogyakarta menunjukkan angka 2%. Data dari RS
propinsi di Jayapura menunjukkan pada triwulan pertama 2007, 13 di antara
40 pasien TB ternyata positif HIV. Data dari klinik PPTI di Jakarta sejak 2004 -
2007 menunjukkan prevalensi HIV pada suspek TB dengan faktor risiko
antara 3-5% dan prevalensi pada pasien TB antara 5-10% dengan
kecenderungan meningkat setiap tahunnya.

3. Tujuan
A. Umum
Memberikan arahah dalam pelaksanaan kolaborasi TB-HIV untuk
mengurangi beban TB dan HIV pada masyarakat akibat kedua penyakit ini.
B. Khusus
Membentuk mekanisme kolaborasi antara program TB dan HIV/AIDS di
Rumah Sakit TK IV 14.07.02 Dr. Sumantri.

4. Sasaran
Yang menjadi sasaran dalam kegiatan in house training ini adalah seluruh
anggota yang berada di Rumah Sakit TK IV 14.07.02 Dr. Sumantri. (Tim
VCT dan TB).

5. Kegiatan
A. Waktu dan Tempat : Senin, 09Januari2018pukul 07.30 - selesai
B. Susunan Acara : Terlampir

6. Penutup
Demikian proposal ini dibuat dengan harapan dukungan dan partisipasi
Pimpinan berikut manajemen Rumah Sakit TK IV 14.07.02 Dr. Sumantri.
Semoga acara ini dapat terlaksana sebagaimana yang kita harapkan. Atas
perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Parepare, 05Januari 2018


Mengetahui
RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI Ketua Pokja PROGNAS

Mayor CKM drg. Hengki Yudhana. Sp. KG


NIP : 11020015731276

Lampiran :
SUSUNAN ACARAIN HOUSE TRAINING VCT dan TB
DI RUMAH SAKIT TK IV 14.07.02 Dr.Sumantri

Waktu Kegiatan Pelaksana

09.00 – 09.15 Registrasi Panitia

09.30 – 09.45 Pembukaan + Safety Brifing MC

10.00 – 10.15 Doa Pembuka

10.15 - 10.30 Kata sambutan Ketua Pokja :

10.30–11.30 Pemaparan Pelayanan VCT dan TB

11.30 – 11.45 Diskusi

11.45 – 12.00 Penutupan


Pembiayaan
Pembiayaan bersumber dari pengajuan kepada KARUMKIT TK IV 14..07.02
Dr.Sumantri pada tahun anggaran 2018, ada pun rincian biaya operasional kegiatan adalah

No Rincian Satuan Harga Jumlah

1 Pembicara 1 orang - -

2 Sertifikat 36lembar Rp 5.000,- Rp. 180.000,-

3 SpandukPelatiha 1 Lembar ( 1 meter ) Rp100.000,- Rp. 100.000,-


n

4 Konsumsi 36 orang Rp 15.000,- Rp.540.000,-

Total Biaya Rp. 820.000,-

:sebagaiberikut :

Mengetahui Sintang, 05Januari 2018

RUMAH SAKIT TK. IV 14.07.02 Dr. SUMANTRI Ketua Pokja PROGNAS

Mayor CKM drg. Hengki Yudhana. Sp. KG


NIP : 11020015731276

Anda mungkin juga menyukai