KEBIJAKAN
1. Proses asesmen pra bedah dilakukan diruang
perawatan atau di poliklinik oleh dokter yang akan
melakukan tindakan pembedahan (dokter operator)
yang mempunyai wewenang klinis. Proses ini dapat
dilakukan diruang operasi bilamana pasien secara
darurat membutuhkan pembedahan.
PROSEDUR 2. Dokter melakukan konsultasi dan pemeriksaan
penunjang terhadap pasien yang diperlukan sesuai
yang dibutuhkan.
3. Dokter Operator sebelum tindakan pembedahan
harus memberikan informasi dan edukasi kepada
pasien dan keluarganya atau pembuat keputusan
dalam proses mendapatkan persetujuan tindakan
(informed consent), mencakup:
Nama prosedur yang direncanakan
Resiko dari prosedur yang direncanakan.
Manfaat prosedur yang direncanakan.
Komplikasi yang potensial terjadi.
Alternatif tindakan bedah dan non bedah yang
tersedia untuk pengobatan pasien. Bila darah atau
produk darah mungkin dibutuhkan, informasi
tentang resiko, manfaat dan alternative
Prognosis
SPO ESMEN PRA TINDAKAN PEMBEDAHAN
No. Halaman
No. Revisi : :
Dokumen:SPO/Yanmed/119 00 2/2
4. Sebelum pelaksanaan tindakan bedah,dokter yang
melakukan pembedahan (DPJP/Operator)
mendokumentasikan informasi asesmen pra bedah
pasien dan membuat rencana asuhan bedah dan diagnosis
pra operatif dari informasi asesmen tersebut pada
rekam medis pasien.Rencana Persiapan pra bedah
seperti puasa,pada pasien dalam keadaan emergensi
harus pertimbangan dan persetujuan Dokter Anestesi.
PROSEDUR
Direktur
Pengertian
Penyampaian informasi secara verbal oleh petugas untuk memberikan
pengetahuan terhadap layanan/fasilitas keselamatan/bencana yang ada di unit Eye
Centre Rumah Sakit
Tujuan
1. Agar seluruh orang yang berada di Eye Center Rumah Sakit terlindungi dan
terhindar dari bencana
2. Agar seluruh orang yang berada di Unit Eye Centre Rumah Sakit mendapat
informasi fasilitas dan cara penanggulangan bencana
Kebijakan
Prosedur 1. Ucapkan salam: ”Assalamu ’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh”
2. Perkenalkan diri dengan menyebutkan: Nama dan Unit Kerja: ”Bp/Ibu/Sdr,
perkenalkan nama saya …… dari unit kerja……Sebagai standar keselamatan, kami
ingin menyampaikan prosedur dan fasilitas keselamatan di Rumah Sakit
3. Sebutkan lokasi: ”Saat ini kita berada di Unit Pelayanan Mata Eye Centre Rumah
Sakit
4. Sampaikan Standar Keselamatan dan Keamanan: ”Perkenankan saya untuk
menyampaikan standar keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit apabila terjadi
bencana
5. Sebutkan fasilitas gedung: ”Gedung ini dilengkapi dengan fasilitas Detektor Asap
dan Detektor Panas, yang akan berbunyi secara otomatis apabila terjadi kebakaran
atau adanya asap.”
6. ”Dimohon untuk mematuhi peraturan dengan tidak merokok di seluruh area RS.”
7. ”Pintu keluar ada 2 (dua) buah, (sambil menunjuk arah pintu), sedangkan toilet ada 1 (satu) buah, berada di sisi barat ruangan ini
(menunjuk arah toilet).”
8. ”Apabila terjadi bencana, dimohon tidak panik, tetap tenang, hentikan segala aktifitas dan segera lepaskan sepatu dengan hak
tinggi anda, dan segera menuju pintu keluar, ikuti jalur evakuasi atau ikuti petugas evakuasi. Silahkan menuju titik kumpul halaman
parkir yang berada di depan gedung ini”.
SPO
SAFETY BREAFING DI EYE CENTER RUMAH SAKIT
No.Pokok No. Revisi Halaman 2 dari 2
SPO
PENERIMAAN TAMU DAN PELANGGAN UMUM
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,
Direktur
Pengertian Sikap atau prilaku yang dilakukan oleh petugas keamanan saat menerima tamu
Tujuan Agar pelaksanaan proses penerimaan tamu berjalan efektif dan efeisen
Kebijakan
Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur 1. Petugas keamanan menyambut dengan senyum ramah, sopan dengan rasa hormat dari jarak 4 meter pada sikap berdiri tegak
2. Petugas keamanan mengucakan salam Assalamu alaikum
3. Petugas keamanan menanyakan maksud dan tujuan kedatangan
4. Petugas keamanan mengarahkan petunjuk pelayanan sesuai dengan maksud dan tujuan kedatangan
5. Petugas keamanan mengucapkan terima kasih dan Wassalamu alaikum untuk mengakhiri pelayanan
Unit terkait Semua Unit terkait
SPO
PENANGANAN PASIEN MENINGGAL TIDAK DIKENAL
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,
Direktur
Pengertian Terindentifikasinya pasien meninggal tanpa identitas (Mr/Mrs X)
Tujuan
Untuk memperoleh kejelasan identitas pasien
Kebijakan
Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur 1. Petugas keamanan menerima informasi dari perawat bahwa ada pasien Mr./Mrs. X (meninggal tanpa identitas).
2. Pasien dibawa ke kamar jenazah
3. Petugas keamanan melaporkan kepada Kepolisian, setelah 1 x 24 jam belum ada yang mengakui Mr/Mrs X.
4. Petugas keamanan berkoordinasi dengan Kepolisian untuk memindahkan Mr/Mrs X ke RS yang ditunjuk oleh kepolisian
Unit terkait Kamar Jenazah, Security, Perawatan
SPO
MEMBUKA DAN MENUTUP GUDANG FARMASI
Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
No.Pokok
370Dir-SPO/XII/2016
Tgl Terbit. Tangerang,
30 Desember 2016
Direktur
Pengertian 1. Membuka gudang farmasi adalah proses awal sebelum melakukan aktivitas (kerja).
2. Menutup gudang farmasi adalah kegiatan yang dilakukan setelah aktivitas berakhir dan gudang ditutup (tidak ada kegiatan).
Tujuan Untuk menjamin keamanan gudang sebelum memulai kegiatan dan sesudah kegiatan di gudang farmasi berakhir.
Kebijakan
Surat keputusan direktur rumah sakit nomor 176 tentang Pelayanan Instalasi Farmasi.
Prosedur Membuka Gudang Farmasi
1. Periksa apakah pintu dalam keadaan terkunci.
2. Buka pintu dan nyalakan lampu penerangan serta AC.
3. Periksa apakah alat pemadam kebakaran ada di tempatnya, (letakkan alat pemadam kebakaran di dekat pintu masuk agar mudah dilihat
dan dijangkau)
4. Periksa semua barang ruangan apakah ada hal hal yang mencurigakan.
5. Sebelum bekerja bersihkan tempat kerja dan siapkan alat kerja.
6. Atur dan rapikan barang barang pada tempatnya masing masing.
Menutup Gudang Farmasi
1. Bersihkan dan rapikan tempat kerja dan sarana kerja.
2. Periksa seluruh ruangan apakah masih ada petugas lain atau orang yang bersembunyi.
3. Matikan lampu penerangan ruangan, AC (yang perlu dimatikan) dan cabut stop kontak komputer dan alat elektronik lainnya bila perlu.
4. Periksa ulang keseluruhannya sampai yakin tidak ada orang yang tertinggal
5. Tutup pintu gudang dengan pengunci dengan baik.
6. Periksa ulang gudang guna memastikan pintu sudah terkunci dengan baik.
Unit terkait Gudang Farmasi
SPO
PERENCANAAN BARANG INSTALASI FARMASI
Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
No.Pokok
Direktur
Pengertian Evaluasi kegiatan perencanaan barang farmasi untuk tercapainya efektifitas dan efisiensi pelayanan.
Tujuan Tercapainya efektifitas dan efisiensi pelayanan Farmasi di Rumah sakit Qadr.
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit No 347 Tentang Kebijakan perencanaan perbekalan farmasi.
Prosedur
1. Buat kebutuhan barang secara optimal untuk 2 minggu sekali.
2. Cantumkan jumlah kebutuhan barang berdasarkan pemakaian barang, sisa stok,
stok minimal.
3. Periksa dan disetujui oleh kepala ruangan.
Unit terkait
Unit Pelayanan
Unit Penunjang
SPO
PERENCANAAN BARANG RUANG FISIOTERAPI
Prosedur No. Revisi Halaman
Tetap
No.Pokok 1 dari 1
16
Tgl Terbit. Tangerang,
30 Desember 2016
.
Direktur
Pengertian Membuat perencanaan barang farmasi secara optimal.
Tujuan Kegiatan perencanaan barang dan alkes sesuai kebutuhan.
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit No 347 Tentang Kebijakan perencanaan perbekalan farmasi.
Prosedur
1. Buat kebutuhan barang secara optimal untuk 2 minggu sekali.
2. Cantumkan jumlah kebutuhan barang berdasarkan pemakaian
barang, sisa stok, stok minimal.
3. Periksa dan disetujui oleh kepala ruangan.
Unit terkait
Gudang farmasi
Logistik
SPO
PERENCANAAN BARANG RUANG HAEMODIALISA
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,
30 Desember 2016
Direktur
Pengertian Membuat perencanaan barang farmasi secara optimal.
Tujuan Kegiatan perencanaan barang dan alkes sesuai kebutuhan.
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit No 347 Tentang Kebijakan perencanaan perbekalan farmasi.
Prosedur
1. Buat kebutuhan barang secara optimal untuk 2 minggu sekali.
2. Cantumkan jumlah kebutuhan barang berdasarkan pemakaian barang, sisa
stok, stok minimal.
3. Periksa dan disetujui oleh kepala ruangan
Unit terkait
Gudang farmasi
Logistik
SPO
PERENCANAAN BARANG RUANG ICU
Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
No.Pokok
Direktur
Pengertian Membuat perencanaan barang farmasi secara optimal.
Tujuan Kegiatan perencanaan barang dan alkes sesuai kebutuhan.
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit No 347 Tentang Kebijakan perencanaan perbekalan farmasi.
Prosedur
1. Buat kebutuhan barang secara optimal untuk 2 minggu sekali.
2. Cantumkan jumlah kebutuhan barang berdasarkan pemakaian barang, sisa
stok, stok minimal.
3. Periksa dan disetujui oleh kepala ruangan
Unit terkait
Gudang farmasi
Logistik
SPO
EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU UNIT PELAYANAN FARMASI
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 2
Tetap 352//Dir-SPO/XII/2016
Tgl Terbit. Tangerang,
30 Desember 2016
Direktur
Pengertian
Pengendalian Mutu Merupakan kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan audit terhadap
perbekalan farmasi untuk menjamin mutu, mencegah kehilangan, kadaluarsa, rusak dan
mencegah ditarik dari peredaran serta keamanannya sesuai dengan Kesehatan,
Keselamatan Kerja Rumah Sakit yang meliputi:
a. Melaksanakan prosedur yang menjamin keselamatan kerja dan lingkungan.
b. Melaksanakan prosedur yang mendukung kerja tim Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.
Tujuan
1. Tujuan Umum Agar setiap pelayanan farmasi memenuhi standar pelayanan yang
ditetapkan dan dapat memuaskan pelanggan.
2. Tujuan Khusus Menghilangkan kinerja pelayanan yang substandar.
3. Terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas obat dan keamanan pasien.
4. Meningkatkan efesiensi pelayanan.
5. Meningkatkan mutu obat yang diproduksi di rumah sakit sesuai CPOB (Cara Pembuatan
Obat yang Baik).
6. Meningkatkan kepuasan pelanggan.
7. Menurunkan keluhan pelanggan atau unit kerja terkait..
Kebijakan
Surat keputusan direktur rumah sakit nomor 335 tentang Evaluasi dan pengendalian mutu
unit pelayanan farmasi.
Prosedur 1. Metode evaluasi yang dilakukan meliputi adalah:
a. Audit (pengawasan) dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai standar.
b. Review (penilaian) terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber daya, seperti penulisan resep.
c. Survei untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau wawancara langsung.
d. Obervasi terhadap kecepatan pelayanan antrian, ketepatan penyerahan obat.
2. Buat laporan evaluasi pengendalian mutu dan lakukan tindak lanjut hasil evaluasi.
SPO
EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU UNIT PELAYANAN FARMASI
SPO
Direktur
Pengertian Pelayanan yang dilakukan terhadap pasien yang berisiko tinggi menularkan penyakit agar tidak terjadi infeksi nasokomial.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah- langkah untuk mencegah terjadinya penularan penyakit pada pelayanan pasien berpenyakit menular.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS tentang pelayanan pasien resiko tinggi penyakit menular.
Prosedur 1. Jelaskan tentang penyakit pasien
2. Tempatkan pasien di ruang isolasi yang steril
3. Pakai APD ( masker , handscoon , pakaian kerja, kacamata )
4. Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan dengan disenfektan
5. Gunakan alat- alat kesehatan steril
6. Ganti linen setiap hari dan tempatkan linen yang sudah dipakai ditempat infeksius
7. Lakukan kesterilan ruang setelah pasien pulang
SPO
IDENTIFIKASI KEJADIAN TIDAK CIDERA (KTC)
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,
Direktur
Pengertian
Insiden yang sudah terpapar ke pasien tetapi tidak menimbulkan cidera
Tujuan
1. Staf Rumah Sakit memahami tentang pelaporan insiden keselamatan pasien
2. Menekan angka Kejadian Nyaris Cidera (KNC) di seluruh unit rumah sakit.
Kebijakan
Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur 1. Tuliskan pada formulir insiden internal setiap menemukan kejadian tidak
Cedera/ Near Miss (KTC)
2. Lapor pada atasan setiap menemukan insiden.
3. Atasan Unit Pelapor meriksa laporan insiden, lakukan penggradingan
oleh atasan.
4. Lakukan investigasi sesuai dengan grading resiko setelah lapor ke KKPRS
5. Lakukan Investigasi sederhana jika grading resiko Biru dan Hijau.
6. Grading Kuning dan merah Lakukan Investigasi komprehensif oleh Komite
keselamatan Pasien dan Tim RCA.
7. Hasil investigasi di laporkan ke KKP-RS setelah selesai dari tindak lanjut
investigasi.
8. Buat laporan bulanan dalam bentuk laporan data pada unit yang terkait
insiden.
Unit terkait Semua unit terkait
SPO
Direktur
Pengertian Diklat keselamatan pasien adalah suatu kegiatan pendidikan dan pelatihan pada seluruh personil Rumah Sakit sebagai proses pemahaman progam
keselamatan pasien Rumah Sakit yang diterapknan dilingkungan Rumah Sakit
Tujuan Agar seluruh personil Rumah Sakit lebih memahami tentang keselamatan pasien Rumah Sakit
Kebijakan Sebagai acuan dalam pelaksanaan sosialisasi progam keselamatan pasien
Prosedur 1. Program dilkat Keselamatan Pasien dilaksanakan oleh Tim KPRS
2. Narasumber ditentukan oleh tim KPRS.
3. Ketua TKPRS membuat proposal yang diajukan ke Direktur RS
4. Peserta diklat Keselamatan Pasien RS adalah seluruh personil RS yang dibagi dalam beberapa periode
5. Penilaian peserta diklat dilakukan melalui pre test dan post test.
6. Batasan nilai lulusan ada lah 60(enam puluh) ,bila nilai kurang dari 60 peserta wajib mengikuti diklat berikutnya .
7. Tim KPRS membuat laporan pelaksanaan kegiatan kepada Direktur RS
SPO
IDENTIFIKASI PASIEN SEBELUM PENGAMBILAN DARAH DAN SPECIMEN LAIN
Direktur
Pengertian Merupakan proses verifikasi identitas pasien sebelum pengambilan darah dan specimen lain
Tujuan 1.Mengurangi terjadinya kesalahan dalam mengidentifikasi pasien
2. Sebagai acuan dalam pemberian pengobatan dan tindakan atau prosedur pemeriksaan
3. Terpeliharanya mutu pelayanan
4. Menjaga kaselamatan pasien
Kebijakan PERMENKES NOMOR 1691/ MENKES / PER / VIII/ 2011
Prosedur 1. Siapkan status pasien
2. Tanyakan nama pasien ( pasien langsung atau keluarga )
3. Lihat gelang Identifikasi yang terpasang
4. Cocokkan antara status pasien, nama yang disebut dengan gelang identifikasi yang terpasang
5. Lakukan pengambilan darah atau specimen lain sesuai advis bila status pasien, nama yang disebut dan gelang identifikasi sesuai
6. Identifikasi ulang pasien bila tidak ada kesesuain identitas kepada rekam medis
7. Dokumentasikan pengambilan darah dan specimen lain distatus pasien
SPO
PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT
Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
No.Pokok
372//Dir-
SPO/XII/2016
Tgl Terbit. Tangerang,
30 Desember 2016
Direktur
Pengertian Pelaporan efek samping obat adalah suatu kegiatan melaporkan efek samping obat yang ditemukan selama IFRS melaksanakan tugas pelayanan
pengobatan kepada pasien.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah langkah untuk menjaga dan melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat yang dapat merugikan pasien.
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit nomor 330 tentang Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat.
Prosedur
1. Siapkan formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO) oleh petugas IFRS
kepada petugas kesehatan (UGD/Rawat Inap/Rawat Jalan)
2. Lakukan pemantauan oleh petugas kesehatan terhadap kemungkinan timbulnya
efek samping obat yang dipergunakan dalam terapi pasien.
3. Catat kejadian efek samping obat ke dalam formulir MESO oleh petugas
kesehatan.
4. Serahkan laporan MESO oleh petugas kesehatan ke petugas IFRS.
5. Tanda tangani laporan MESO dan dokumentasikan oleh Apoteker.
6. Kirimkan laporan MESO ke Dina Kesehatan setempat oleh petugas IFRS.
Unit terkait
IFRS
Semua unit terkait
SPO
PENGARSIPAN DOKUMEN FARMASI
Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
No.Pokok
386//Dir-
SPO/XII/2016
Tgl Terbit. Tangerang,
30 Desember 2016
Direktur
Pengertian
Dokumen farmasi meliputi resep, faktur pembelian, Berita acara penerimaan barang, Copy
pembelian order, Tanda distribusi barang, Tanda terima retur barang, laporan laporan dll,
dimana dokumen dokumen tersebut bersifat rahasia dan wajib disimpan.
Tujuan
Sebagai acuan agar file file dokumen farmasi tersimpan rapi dan aman dan memudahkan
pencarian data apabila sewaktu waktu dibutuhkan.
Kebijakan
Surat keputusan direktur rumah sakit nomor 176 tentang Pelayanan Instalasi Farmasi.
Prosedur 1. Simpan dokumen farmasi selama 5 tahun, kecuali dokumen resep yang penyimpanannya maksimal 3 tahun.
2. Musnahkan dokumen dokumen farmasi yang telah disimpan lebih dari 5 tahun.
3. Buat berita acara pemusnahan dokumen farmasi sesuai aturan yang berlaku.
Unit terkati IFRS
Gudang Farmasi
Direktur
Pengertian Alur Resep pasien yang masuk lewaUnit gawat Darurat.
Tujuan Agar pasien dapat ditangani secepat dan seoptimal mungkin.
Kebijakan Surat Peraturan Direktur rumah sakit Nomor 176 tentang Pelayanan Instalasi Farmasi.
Prosedur 1. Pasien mengambil nomor antrian di bagian penerangan.
2. Panggil nomor antrian oleh bagian Penerangan dan pasien mendaftarkan diri.
3. Berikan nomor dan tanda bukti registrasi kepada pasien oleh bagian Penerangan.
4. Arahkan pasien menuju UGD untuk mendapatkan pengobatan dari dokter yang
dituju oleh bagian Penerangan.
5. Berikan resep kepada pasien oleh dokter setelah memeriksa pasiendan pasien di
arahkan menuju instalasi farmasi.
6. Oleh pasien resep diserahkan kepada petugas farmasi.
7. Periksa kelengkapan resep kemudian diberi harga oleh petugas IFRS.
8. Berikan resep kembali kepada pasien untuk di stempel terlebih dahulu di kasir oleh
petugas IFRS.
9. Lakukan pengkajian resep oleh petugas IFRS jika resep sudah
distempel Lunas /Jaminan dan pasien kembali ke instalasi farmasi.
10. Buat copy resep jika terdapat obat yang tidak tersedia di IFRS.
11. Siapkan obat sesuai resep oleh petugas IFRS, sesuai dengan SPO Penyiapan Obat.
12. Serahkan obat kepada pasien oleh petugas farmasi disertai dengan identifikasi pasien dan informasi obat.
IFRS
Unit terkait
Direktur
Pengertian Suatu sistem identifikasi kepada pasien untuk membedakan antara pasien satu dengan
yang lain sehingga mempelancar atau mempermudah dalam pemberian pelayanan
kepada pasien.
Tujuan Untuk memberikan identitas pada pasien, untuk membedakan pasien dan untuk
menghindari kesalahan medis.
Surat Peraturan Direktur rumah sakit Nomor 265 Tentang Identifikasi pasien
Kebijakan
Di bagian pendaftaran
Prosedur a. Sapa pasien (oleh petugas pedaftaran)
b. Tanyakan data pasien,nama , tanggal lahir, alamat sesuai dengan kartu identitas maupun kartu keluarga bila belum punya kartu identitas.
c. Catat di form identitas pasien dan diinput ke komputer.
Di bagian Farmasi
a. Terima resep berdasar nomer antrian oleh petugas IFRS.
b. Tanyakan & pastikan bahwa nama obat telah sesuai dengan kondisi pasien oleh petugas sebelum obat diserahkan.
SPO
IDENTIFIKASI PASIEN
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 2 dari 2
274/Dir-SPO/XII/2016
Tetap Tgl Terbit. Tangerang,
30 Desember 2016
Direktur
Di bagian Laboratorium/Radiologi
Prosedur a. Tanyakan nama, alamat, golongan darah (khusus laboratorium) sebelum pemeriksaan/pengambilan sampel dilakukan.
2222222222222222222222222
SPO KEBIJAKAN PENARIKAN PERBEKALAN FARMASI DARI PEREDARAN DAN
PEMUSNAHAN PERBEKALAN FARMASI KADALUAWARSA
MPO, SPO
SPO
KEBIJAKAN PENARIKAN PERBEKALAN FARMASI DARI
PEREDARAN DAN PEMUSNAHAN PERBEKALAN FARMASI
KADALUAWARSA
No.Pokok
221
//O/XII/2016 No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tangerang,
Tgl Terbit.
30 Desember
2016
Prosedur .
Tetap Direktur
Pengertian Kegiatan pengambilan suatu barang yang sudah kadaluwarsa.
Untuk menjamin ketersediaan dan berfungsi / laik peralatan di rumah sakit guna
Tujuan peningkatan mutu keselamatan serta untuk investarisasi perbekalan farmasi.
Surat Peraturan Direktur rumah sakit
Nomor 210 tentang Kebijakan penarikan perbekalan farmasi dari peredaran dan
Kebijakan pemusnahan perbekalan farmasi kadaluwarsa.
1. Kelompokkan obat yang akan dimusnahkan sesuai dengan sediaan obat tersebut.
2. Timbang obat yang akan dimusnahkan lalu masukkan ke dalam incinerator.
3. Buang cairan terlebih dahulu ke tanah untuk pemusnahan obat dalam bentuk
cairan yang dikemas dalam botol.
4. Buang cairan melalui IPAL (instalasi pengelolaan air limbah) apabila bersifat
Prosedur karsiogenik.
5. Lakukan pemusnahan bersama dengan petugas K3 dan sanitasi
6. Buat berita acara pemusnahan dan laporkan kepada direktur.
7. Buat laporan ke Dinas Kesehatan jika ada obat psikotropika dan atau narkotika
yang dimusnahkan.
· Instalasi Farmasi
· K3 dan Sanitasi
Unit terkait· Direktur Rumah Sakit
Revisi No.
Ditetapkan Oleh
Direktur Utama
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONALTanggal Terbit
Pengaturan pemenuhan kekurangan tenaga kerja adalah suatu upaya
Manajemen untuk menanggulangi kekurangan tenaga kerja
yang bersifat mendesak karena adanya wabah, pegawai cuti bersamaan
Pengertian atau hal-hal lain yang bersfiat rudu paksa
0 Halaman 2/2
4. keperawatan untuk membantu penanganan pasien di IGD/ruangan.
5. Bila tidak memungkinkan maka Kabag. Keperawatan menghubungi
perawat yang lepas dinas atau libur yang terdekat untuk membantu
pelayanan dengan sistem lembur/overtime.
b. Pemenuhan kebutuhan tenaga karena cuti karyawan bersamaan
1. Unit kerja yang membutuhkan tenaga memberitahukan kepada Bidang
SDM melalui surat permohonan tenaga dengan mencantumkan jumlah
dan kualifikasi teanaga serta lama waktu kebutuhan tenaga tersebut.
2. Bidang SDM mengumpulkan dan menelaah berkas lamaran masuk
yang memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan
3. Bidang SDM menghubungi pelamar via telepone untuk
memberitahukan adanya formasi ketenagaan di rumah sakit untuk
pekerjaan jangka waktu tidak tertentu ( 3 bulan – 6 bulan).
4. Bila pelamar setuju, Bidang SDM akan memproses seleksi karyawan
berupa seleksi ketrampilan oleh unit terkait, dan seleksi administrasi &
Agama oleh Bidang SDM.
5. Bila telah memenuhi kualifikasi, maka karyawan akan ditempatkan
pada unit kerja yang membutuhkan sesuai kebutuhan unit kerja selama-
lamanya 6 bulan.
6. Pelamar yang telah lolos, menandatangani Perjanjian Kerja untuk
Waktu Tertentu dan mengikuti orientasi umum dan khusus.
7. Bidang SDM menerbitkan Surat Keputusan Direktur untuk penugasan
8. Bila masa kerja tidak tertentu selesai Bidang SDM menerbitkan surat
pemberitahuan kepada karyawan tentang berakhirnya masa kerja
karyawan dan mencatat dokumen karyawan pada file karyawan tidak
tertentu untuk pemanggilan kembali jika dibutuhkan.
Evaluasi tenaga tidak tetap dilaksanakan setiap tiga bulan
Unit Terkait Seluruh unit kerja
Direktur
Pengertian Suatu penetapan atau pemilihan perusahaan/supplier suatu produk yang akan digunakan..
Tujuan
Supaya mendapat hasil produk perusahaan yang berkualitas.
Kebijakan
Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur 1. Kepala unit mengajukan permintaan barang/produk yang dibuktikan dengan surat permohonan yang dikirim ke bagian tata usaha
2. Bagian tata usaha menerima dan diberi nomor disposisi yang diteruskan kepada direktur utama
3. Direksi mempertimbangkan apakah disetujui atau tidak dengan mendisposisikan kepada bagian umum
4. Apabila disetujui bagian umum mencari vendor / rekanan yang sesuai kompetensi alat yang dibutuhkan sebanyak tiga vendor
5. Direktur memanggil vendor untuk melakukan presentasi
6. Vendor selanjutnya mengajukan surat penawaran yang ditujukan kepada direktur
7. Direktur memanggil dan melakukan presentasi sekaligus penawaran harga dan fasilitas lainnya
8. Team pemilihan barang memilih salah satu vendor yang sesuai dengan kebutuhan
9. Disposisi dikembalikan lagi ke bagian tata usaha untuk didokumentasikan
10. Apabila vendor di panggil sendiri oleh direksi maka vendor langsung melakukan presentasi dengan direksi
11. Direksi memilih salah satu vendor yang sesuai dengan kebutuhan
12. Disposisi dikembalikan oleh direksi ke bagian tata usaha untuk didokumentasikan.
SPO
IDENTIFIKASI LIMBAH
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,
Direktur
Pengertian
Pemilihan pembuangan sisa dari hasil tindakan di Rumah Sakit
Tujuan
Supaya pembuangan dan penanganan limbah tepat dan tidak menyalahi peraturan dan
tidak merusak lingkungan
Kebijakan
Prosedur 1. Petugas ruangan memilah/memisahlkan masing-masing limbah.
2. Sampah rumah tangga/umum dibuang ke tempat sampah non infeksius
dengan menggunakan plastik warna hitam.
3. Sampah hasil tindakan medis dibuang ketempat sampah infeksius
dengan menggunakan plastik warna kuning.
4. Sampah yang punya sisi tajam dibuang di tempat safety box.
5. Sampah hasil tindakan kemoterapi dibuang ke tempat sampah
citostatika dengan menggunakan plastik warna unggu.
6. Sampah/limbah yang berbentuk cair dibuang ke saluran instalasi
pengolahan air limbah.
7. Sampah yang mengandung/bekas bahan kimia/radioaktif dibuang
ketempat sampah B3 dengan menggunakan plastik warna merah.
Unit terkait Seluruh unit terkait
STOOOOOOOOOOOOOOPPPPPP…
SPO APABILA FARMASI TUTUP ATAU PERSEDIAAN OBAT TERKUNCI
SPO
APABILA FARMASI TUTUP ATAU PERSEDIAAN OBAT
TERKUNCI
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,
30 Desember 2016`
Direktur
Pengertian Farmasi tutup atau persediaan obat terkunci adalah apabila obat yang dibutuhkan tidak bisa didapatkan karena gudang farmasi tutup atau terkunci.
Tujuan Menjamin ketersediaan obat untuk pasien.
Kebijakan Apabila obat yang dibutuhkan pasien tidak tersedia dikarenakan farmasi tutup atau terkunci, obat distribusi dengan obat lain yang sama atau jika
tidak dikehendaki obat di copy resep untuk dibeli di apotik luar.
Prosedur
1. Petugas mendapati ketidak tersediaan obat.
2. Cek ketersediaan obat digudang farmasi oleh petugas IFRS.
3. Petugas mendapati gudang farmasi tutup atau terkunci.
4. Ganti obat dengan obat lain yang memiliki zat aktif dan kekuatan yang
samaoleh petugas.
5. Hubungi dokter apabila tidak tersedia obat yang memiliki zat aktif dan
kekuatan yang sama untuk subsitusi obat yang fungsinya sama.
6. Buat copy resep apabila dokter tidak menghendaki adanya subsitusi obat oleh
petugas IFRS.
Unit terkait Dokter penulis resep
IFRS
SPO
PELAYANAN PASIEN WARNA MERAH
Direktur
Pengertian Pasien yang datang dengan keadaan gawat dan darurat yang mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah segera, prioritas
1 dan pasien ditangani dalam waktu maksimal 5 menit..
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memberikan pelayanan penanganan pasien dengan keadaan gawat dan darurat di IGD yang sesuai
dengan baik dan benar.
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur 1. Petugas triase memindahkan pasien ke ruang resusitasi dan melakukan Hand Over kepada petugas ruang resusitasi
2. Petugas ruang resusitasi mengaktifkan code blue
3. Petugas melakukan cuci tangan dan menggunakan APD
4. Petugas melakukan pembebasan jalan nafas (airway) dan proteksi tulang servikal dan di tempatkan diatas long spine board (LSB) untuk pasien
dengan trauma, dengan cara :
a. Melakukan suction bila sumbatan berupa cairan/lendir
b. Memasang OPA/ NPA bila terjadi snoring
c. Melakukan airway definitif
5. Petugas melakukan pembebasan jalan nafas maksimal 5 menit
6. Petugas melakukan pemberian oksigen 11 liter per menit memakai Non Rebreathing Mask (NRM) bila tidak adekuat lakukan ventilasi manual
7. Petugas melakukan pemeriksaan sirkulasi dengan
a. Memegang nadi karotis, bila nadi karotis tidak ada dilakukan RJP sesuai dengan SPO RJP untuk dewasa, nadi femoralis untuk anak-anak dan
brachialis untuk bayi
b. Memegang nadi brakhialis dan ektremitas,bila nadi cepat dan ektremitas dingin dilakukan pemasangan infuse untuk memasukan cairan
8. Petugas memasang bed side monitor untuk memantau perkembangan tekanan darah, irama jantung, pernafasan, suhu, saturasi oksigen
9. Dokter memeriksa ulang jalan nafas, pernafasan, sirkulasi, tingkat kesadaran setiap 10 menit untuk memutuskan perawatan selanjutnya
SPO
PELAYANAN PASIEN WARNA MERAH
No.Pokok No. Revisi Halaman 2 dari 2
10. Bila telah dilakukan tindakan tetapi pasien tetap tidak tertolong (meninggal) maka dilakukan perawatan jenazah sesuai SPO Perawatan jenazah
11. Petugas IGD memberikan Edukasi pasien/ keluarga mengenai kondisi pasien dan rencana selanjutnya
12. Petugas IGD mendokumentasikan di formulir pengkajian IGD
13. Jika dalam penanganannya pasien membutuhkan perawatan intensif, maka dilakukan perawatan dan monitor pasien khusus sesuai SPO pindah
pasien dari IGD ke ICU.
14. Jika pasien kondisi stabil (airway, breathimng dan circulation) dan hanya membutuhkan ruang rawat biasa, maka keluarga dapat melakukan
admisi pasien
IGD di bagian pendaftaran IGD dan memilih ruang rawat sesuai indikasi rawat pasien (SPO pindah pasien IGD ke ruang rawat).
15. Petugas IGD memberikan penjelasan tindaklanjut pasien dan akan mengantar pasien ke ruang yang dituju sesuai indikasinya.
16. Jika pasien tidak dirawat inap di RS, karena satu dan lain hal, maka dilakukan proses rujukan sesuai SPO rujuk dan keluarga menyelesaikan
administrasi di kasir terlebih dahulu.
Unit terkait Seluruh petugas Rumah Sakit
SPO
INFORMASI PENUNDAAN PELAYANAN / PENGOBATAN
Direktur
Pengertian Informasi penundaan pelayanan/ pengobatan disini adalah proses menginformasikan kepada pasien atau keluarga pasien tentang adanya suatu
penundaan pelayanan/ pengobatan terhadap pasien.
Tujuan Sebagai langkah atau acuan dalam menginformasikan kepada pasien tentang penundaan pelayanan atau pengobatan yang akan dilakukan di rumah
sakit
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur 1. Petugas pendaftaran atau perawat ruang atau perawat poliklinik atau petugas bidang penunjang menginformasikan kepada pasien atau keluarga
pasien jika :
a. Kunjungan pasien untuk dokter yang bersangkutan banyak
b. Ada gangguan pada sistem (SIM RS), yang mengakibatkan pasien belum mendapatkan pelayanan
c. Dokter yang merawat atau dokter yang memeriksa masih ada pelayanan di kamar operasi
d. Sarana prasarana penunjang diagnostik sedang mengalami kerusakan sementara atau trouble
e. Obat yang diorder belum sampai keruang perawatan
SPO
ADMISI PASIEN JIKA RUANG PERAWATAN PENUH
Direktur
Pengertian
Kegiatan pendaftaran pasien yang akan rawat inap dengan ruang perawatan penuh di
Rumah Sakit
Tujuan
Sebagai acuan langkah-langkah untuk proses admisi pasien jika ruang perawatan penuh
Kebijakan
Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur
1. Dokter membuat SPM ( Surat Perintah Mondok )
2. Pasien atau keluarga pasien membawa SPM ( Surat Perintah Mondok ) ke bagian
admisi.
3. Petugas admisi (pendaftaran rawat inap ) menerima Pasien / keluarga datang
4. Petugas pendaftaran meminta SPM (Surat perintah mondok / admission note) yang
dibawa keluarga pasien atau pasien
5. Petugas admisi ( pendaftran rawat inap ), menanyakan kelas yang diminta pasien dan
keluarga dan menjelaskan informasi tarif dan fasilitas yang dimiliki dari setiap kelas
dan ruang serta menanyakan apakah umum atau menggunakan asuransi :
- Jika pasien umum, pasien boleh memilih ruangan yang sesuai dengan keinginan
pasien, dan apabila pasien menghendaki ruang perawatan kelas II dan kelas III dapat
ditawarkan dengan melihat kasus pasien
- Jika pasien asuransi dapat memilih kelas yang sesuai asuransi atau akan naik ke kelas
ruang perawatan lain hal ini di tawarkan dahulu kepada pasien atau keluarga pasien
dan petugas pendaftaran memberikan form. Permohonan naik kelas serta petugas
pendaftaran mengingatkan pasien atau keluarga pasien untuk ke bagian asuransi untuk
melengkapi surat jaminan syarat pasien rawat inap yang menggunakan asuransi.
6. Setelah pasien atau keluarga pasien menyetujui kelas perawatan yang akan
ditempati, petugas pendaftaran menghubungi ruangan yang telah disetujui pasien atau
keluarga.
7. Perawat ruangan yang dihubungi menginformasikan jika kamar yang diinginkan
penuh, maka petugas pendaftaran menawarkan untuk pindah ke ruang perawatan yang
sama kelasnya atau naik ke kelas ruang perawatan yang lain.
8. Jika ruang perawatan yang ditawarkan oleh petugas pendaftaran juga penuh, maka
petugas pendaftaran dapat menghubungi petugas perawat supervisi untuk mencarikan
ruang perawatan yang kosong dengan melihat kasusnya gawat atau tidak, bila tidak
pasien dapat meninggalkan nomor telepon yang dapat dihubungi bila nanti kamar
perawatan yang diinginkan sudah ada dan bila gawat pasien dapat dirujuk ke rumah
sakit lain sesuai dengan proses pelaksanaan sistem rujukan
Unit terkait Semua unit terkait
SPO
PENGEMBALIAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP
Direktur
Pengertian Suatu kegiatan tertib administrasi terhadap dokumen rekam medis rawat inap yang telah diisi oleh dokter atau paramedis dikembalikan ke bagian
penyimpanan rekam medis rawat inap.
Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah untuk memastikan pengembalian dokumen rekam medis rawat inap kembali ke ruang penyimpanan rekam medis
dengan benar
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur 1. Perawat ruang perawatan membawa dokumen rekam medis rawat inap pasien rawat inap yang sudah pulang ke bagain rekam medis di unit
asembling.
2. Petugas asembling menerima dokumen rekam medis rawat inap dan meneliti satu persatu rekam medis yang diterima dengan cara
mencocokkan dengan catatan pada buku ekspedisi pengembalian dari ruang perawatan.
3. Apabila ada rekam medis yang belum kembali pada hari itu, petugas filing dokumen rekam medis rawat inap menanyakan kepada Perawat
ruang perawatan yang bersangkutan agar segera mengembalikannya atau memberikan catatan di buku ekspedisi pasien rawat inap yang sudah
pulang dokumen rekam medis rawat inap.
4. Petugas asembling kemudian mencocokkan juga dokumen rekam medis rawat inap yang telah dipinjam oleh ruang perawatan di buku
ekspedisi peminjaman dokumen rekam medis rawat inap jika ada dan kemudian mengembalikan kembali dokumen rekam medis rawat inap yang
selesai digunakan diruang perawatan.
Unit terkait Semua unit terkait
SPO
PELAYANAN PASIEN WARNA HIJAU
Direktur
Pengertian Pelayanan pasien yang datang dengan keadaan tidak gawat dan tidak darurat, prioritas 3 dan pasien harus dapat ditangani dalam waktu maksimal
60 menit
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memberikan pelayanan penanganan pasien dengan keadaan tidak gawat dan tidak darurat atau
false emergency yang sesuai dengan baik dan benar.
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur
1. Petugas Triagew melakukan cuci tangan dan menggunakan APD
2. Petugas triase memindahkan pasien dari ruang triase ke ruang observasi dan
melakukan Hand over kepada petugas IGD
3. Perawat IGD melakukan pemeriksaan ulang yaitu keluhan utama dan vital sign
kemudian di dokumentasikan di formulir pengkajian IGD
4. Perawat IGD melaporkan hasil pengkajian awal pasien kepada dokter jaga IGD
5. Dokter IGD melakukan anamnesa dan pemeriksaan kemudian di dokumentasikan
di formulir pengkajian IGD
6. Dokter IGD menjelaskan hasil pemeriksaan serta tindak lanjutnya kepada pasien
atau keluarga bahwa pasien tidak gawat dan tidak darurat sehingga dapat dilayani di:
a. Poliklinik bila jam kerja dan praktek dokter spesialis masih ada.
Perawat IGD akan mengantar pasien dan menunjukkan poliklinik yang
seharusnya dituju sesuai kondis pasien dan hasil pengkajian IGD. Petugas
IGD melakukan hand over kepada petugas poliklinik.
b. IGD bila di luar jam kerja poliklinik dan praktek spesialis sudah tidak ada.
Perawat akan melakukan pengkajian lanjutan dan memberikan penjelasan
tindakan selanjutnya.
7. Dokter jaga IGD dapat melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi atau saran
tindakan selanjutnya kepada pasien dan atau keluarga.
8. Petugas IGD menghubungi pendaftaran poliklinik untuk registrasi dan jika
memerlukan rawat inap, petugas pendaftaran dapat melakukan admisi pasien dengan
melakukan verifikasi identitas pasien terlebih dahulu.
9. Petugas IGD dapat bekerjasama dengan bagian Radiologi, laboratorium dan
farmasi untuk pelayanan lanjutan pasien IGD.
10. Petugas IGD memberikan penjelasan terkait administrasi untuk pasien yang di
layani di IGD dan tidak memerlukan rawat inap. Petugas IGD melakukan cuci tangan
setelah melakukan tindakan kepada pasien dan melakukan dokumentasi terkait
pelayanan yang telah dilakukan kepada pasien di rekam medis pasien.
Unit terkait Semua unit terkait
SPO ASESMEN PRA TINDAKAN PEMBEDAHAN
AP, SPO
No.
Dokumen:SPO/Yanmed/119 No. Revisi : 00 Halaman : 1/2
Ditetapkan Direktur,
Tanggal Terbit :
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
Pengkajian terhadap pasien sebelum dilakukan tindakan pembedahan
1. Sebagai acuan dalam melakukan asesmen pra tindakan pembedahan
2. Untuk mengurangi atau mencegah resiko komplikasi pada setiap pasien
TUJUAN yang akan menjalani pembedahan.
KEBIJAKAN
.
PROSEDUR 1. Proses asesmen pra bedah dilakukan diruang perawatan atau di
poliklinik oleh dokter yang akan melakukan tindakan pembedahan
(dokter operator) yang mempunyai wewenang klinis. Proses ini dapat
dilakukan diruang operasi bilamana pasien secara darurat membutuhkan
pembedahan.
2. Dokter melakukan konsultasi dan pemeriksaan penunjang terhadap
pasien yang diperlukan sesuai yang dibutuhkan
3. Dokter Operator sebelum tindakan pembedahan harus memberikan
informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarganya atau pembuat
keputusan dalam proses mendapatkan persetujuan tindakan ( informed
consent),mencakup:
a. Nama prosedur yang direncanakan
b. Resiko dari prosedur yang direncanakan.
c. Manfaat prosedur yang direncanakan.
d. Komplikasi yang potensial terjadi.
e. Alternatif tindakan bedah dan non bedah yang tersedia untuk
Pengobatan pasien.
f. Bila darah atau produk darah mungkin dibutuhkan, informasi tentang
resiko, manfaat dan alternative
g. Prognosis
ASESMEN PRA TINDAKAN PEMBEDAHAN
No. No. Revisi : Halaman :
Dokumen:SPO/Yanmed/119 00 2/2
4. Sebelum pelaksanaan tindakan bedah,dokter yang melakukan
pembedahan (DPJP/Operator) mendokumentasikan informasi asesmen
pra bedah pasien dan membuat rencana asuhan bedah dan diagnosis pra
operatif dari informasi asesmen tersebut pada rekam medis
pasien.Rencana Persiapan pra bedah seperti puasa,pada pasien dalam
keadaan emergensi harus pertimbangan dan persetujuan Dokter
Anestesi.
PROSEDUR
SPO
REVIEW/ EVALUASI DOKUMEN REGULASI RUMAH SAKIT
Direktur
Tujuan 1. Untuk meyempurnakan dokumen regulasi yang telah ada apabila terdapat
ketentuan yuridis terbari
2. Untuk melihat kembali tingkat keakuratan dan efektifitas pelaksanaan
dokumen regulasi yang ada
SPO
REVIEW/ EVALUASI DOKUMEN REGULASI RUMAH SAKIT
SPO
REVIEW/ EVALUASI DOKUMEN REGULASI RUMAH SAKIT
SPO
PEMERIKSAAN RADIOLOGI ANTEBRACHII
Direktur
Pengertian Tata cara pemeriksaan radiologi tanpa media kontras yang ditujukan kepada organ-organ tulang lengan bawah (antebrachi).
Tujuan Untuk mendapatkan hasil gambaran radiologi tulang-tulang lengan bawah (antebrachi).
5. Manual processing.
Tindakan
Proyeksi AP
1. Posisikan lengan bawah secara supine, ekstensikan siku kemudian posisikan lengan bawah pada setengah kaset yang diberikan kolimasi (posisikan kedua
sendi masuk kedalam gambaran)
2. Proyeksi Lateral
1. Posisikan lengan bawah secara lateral, kemudian posisikan lengan bawah pada setengah kaset yang ditelah diatur kolimasinya, pastikan kedua sendi masuk
kedalam gambaran
SPO
PEMERIKSAAN RADIOLOGI ELBOW JOINT
Direktur
Pengertian Tata cara pemeriksaan radiologi tanpa media kontras yang ditujukan kepada Elbow Joint.
Prosedur Persiapan
Tindakan
1. Proyeksi AP
1. Letakkan persendian siku secara supine dan ekstensikan siku dan pusatkan kaset pada persendian siku.
2. Proyeksi Lateral
1. Letakkan persendian siku secara supine, fleksikan siku 90 0 dan letakkan lengan atas dan bawah kontak dengan meja pemerikasaan.
SPO
PEMERIKSAAN RADIOLOGI HUMERUS
Direktur
Pengertian Tata cara pemeriksaan radiologi tanpa media kontras yang ditujukan kepada Humerus.
Prosedur Persiapan
Tindakan
A. Proyeksi AP
2. Atur ketinggian batas atas kaset kira-kira 3cm diatas kepala lengan atas.
3. Arahkan CR tegak lurus pada titik antara persendian bahu dan siku.
2. Proyeksi Lateral
1. Posisikan pasien dalam posisi berdiri atau tidur.
2. Atur ketinggian batas atas kaset kira-kira 3 cn diatas kepala lengan atas.
4. Arahkan CR tegak lurus pada titik tengah antara persendian bahu dan siku.
Direktur
Pengertian Tata cara pemeriksaan radiologi tanpa media kontras yang ditujukan kepada Shoulder Joint.
Prosedur Persiapan
Tindakan
Atur ketinggian kaset dan tubuh pasien, pusatkan pada titik 2,5 cm
Arahkan CR tegak lurus pada titik 2,5 cm inferior dan 2,5 cm medial dari processus coracoid.
SPO
PEMERIKSAAN RADIOLOGI CLAVICULA
Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1
No.Pokok
Tetap
Direktur
Pengertian Tata cara pemeriksaan radiologi tanpa media kontras yang ditujukan kepada os. Clavicula
Prosedur Persiapan
Tindakan
Proyeksi AP
SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN
Pengertian Simbol merupakan tanda peringatan yang ditempatkan pada sampul berkas
rekam medis, sedangkan singkatan merupakan rangkaian huruf yang digunakan
untuk mempersingkat dan mempermudah pencatatan didalam Rekam Medis
Tujuan 1. Sebagai tanda bagi para petugas pelayanan kesehatan agar berhati – hati
dalam memberikan pelayanan yang mempunyai resiko tertular
2. Agar dokter atau perawat cepat terhadap bahaya alergi obat pada pasien
3. Sebagai tanda bagi petugas rekam medis untuk membedakan berkas pasien
meninggal dengan berkas pasien lain
Mempermudah, memperjelas dan mempersingkat maksud dari tulisan atau
diagnosa
Kebijakan 1. Untuk keseragaman pengisian rekam medis dilakukan standarisasi simbol dan
singkatan yang digunakan dan yang tidak boleh digunakan
2. Setiap pasien yang menderita penyakit menular, penderita alergi dan pasien
pasien yang meninggal dunia harus memiliki tanda khusus di dalam berkas
rekam medis
SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN
SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN
V. Simbol alergi, kasus penyakit menular dan kematian ditulis pada pojok kanan
atas berkas rekam medis. Jika berkas adalah berkas rawat inap maka symbol
ditulis pada sampul depan berkas rekam medis rawat inap dan jika berkas
adalah berkas rawat jalan atau IGD maka symbol ditulis pada berkas tersebut
6. Ketentuan pelaksanaan penulisan simbol, adalah :
Penulisan tanda peringatan kasusu penyakit menular dilakukan dengan
ketentuan :
SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN
AB : Antibiotik
A/E : Assesment/Evaluasi
AF : Atrial Fibrilasi
AJ : Angkat Jahitan
AN : Anemia
App : Appendicitis
SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN
AS : Apgar score
Ass : Assesment
Ax : Anamnesa
B : Breathing
BB : Berat Badan
Br : Bronchial
BU : Bising Usus
C/ : Cor
Ca. : Cancer
CC : Common Cold
Chl : Chloride
SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN
CM Compos Menthis
Cyan Cyanoses
DD Diferencial Diagnosa
DL Darah Lengkap
DM Diabetes Mellitus
Dx Diagnosa
Dysp Sesak
e.c Et Causa
EKG Elektrokardiografi
EEG Electroencephalogram
FC Febral Convulsion
Fr, Fx Fraktur
FU Fundus Uteri
H2O Water
Hct Hematokrit
SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN
No. Pokok No. Revisi Halaman
7/12
GE Gastro Enteritis
Hb Haemoglobin
Hct Hematocrit
HM Hematemsis Melena
HT Hypertensi
Ict Icterus
i.m Inmamuscular
Inj Injeksi
K Kalium
K/L Kepala/Leher
Kep Kepala
KP Koch Pulmonum
SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN
L Lefr (kiri)
M- Mur2
MH Morbus Hansen
N Nadi
NA Neonaterum (Bayi)
NT Nyeri Tekan
O2 2 Oksigen
OA Osteo Arthritis
OB Oran! Baru
Obs Observasi
OD Ocular Dextra
OS Occular Sinistra
Os Bone, Mouth
P/ Pullnomal
SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN
PCT Paracetamol
PDX Planning Diagnose
Ped Pediatrik
PF Pemeriksaan Fisik
PL Pulang
PP Post Partum
Psg Pasang
PTX Planning tx
PX Penderita
R Right (Kanan)
RA Rheumatoid Arthritis
Reg Regular
Regt Register
Ret Retensio
RF Reflex Fisiologis
Rh Ronchi
Ro Rontgen
RR Respiratory Rate
RT Rectal Touch
Sat Saturasi
SC Sectio caesaria
SH Cirrhosis hepatitis
SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN
SK Serum Kreatinin
St Status
TBC Tuberculosis
TM Tidak Mampu
TN Tetanus Neonatorum
TS Teman Sejawat
Tu Tumor
Tx Terapi
uk Ukuran
UL Urine Lengkap
SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN
VE Vacum Ekstraksi
V/V Vulva/Vagina
Ves Vesikuler
VT Vaginal Toucher
wh Wheezing
BT Bedtime
Cc Cubic centimeters
11 Injection
IN Intranasal
HS Half-strength
U or u Unit
APAP Acetaminophen
ARA A Vidarabine
SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN
DPT Demerol-Phenergan-Thorazin
HCT Hydrocortisone
HCTZ Hydrochlorothiazide
MgSO4** MagnesiumSulfate
MTX Methotrexate
PCA Procainamide
PTU Prophylthioursacil
TAC Triamcinolone
TNK TNKase
“Norflox” Norfloxacin
PCT Paracetamol
PF Pemeriksaan Fisik
PL Pulang
PP Post Partum
Psg Pasang
PTX Planning tx
PX Penderita
R Right (Kanan)
RA Rheumatoid Arthritis
Reg Regular
Regt Register
Ret Retensio
RF Reflex Fisiologis
Rh Ronchi
Ro Rontgen
RR Respiratory Rate
RT Rectal Touch
Si .S2 S5
Sat Saturasi
SC Sectio caesaria
SH Cirrhosis hepatitis
SPO
PERMINTAAN DATA DAN INFORMASI BERKAS REKAM MEDIS
Direktur
Pengertian Proses permintaan data dan informasi baik informasi umum maupun informasi
medis untuk kepentingan rumah sakit sendiri ataupun untuk kepentingan luar
rumah sakit
Tujuan 1. Memberikan penjelasan tentang tata cara permintaan data yang ada pada RS
2. Sebagai pedoman bagi pihak pelaporan rekam medis dalam melaksanakan
proses permintaan data
3. Sebagai pedoman bagi pihak pelaporan rekam medis untuk memenuhi
kebutuhan data dan informasi yang dibutuhkan
4. Mengelola pelepasan data dan informasi rekam medis
Kebijakan 1. Data rekam medis milik rumah sakit dan tidak boleh keluar dari rumah sakit
2. Permintaan data rekam medis untuk kepentingan internal (dari dan untuk rumah
sakit) dapat dilayani dengan meminta secara langsung atau via email
3. Permintaan data rekam medis untuk kepentingan eksternal (pihak luar rumah
sakit) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Harus dengan surat permohonan resmi yang ditujukan kepada Direktur
SPO
PERMINTAAN DATA DAN INFORMASI BERKAS REKAM MEDIS
SPO
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR B3
Direktur
Pengertian Upaya untuk mengelola linbah cair yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan
Rumah Sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme dan bahan
kimia yang berbahaya sehingga potensial mencemari limgkungan atau
mempengaruhi kesehatan
Kebijakan 1. Limbah cair yang dihasiklan ditanpung dalam wadah khussu (jerigen).
3. Setiap pengambilan limbah harus disertai surat jalan dan Dokumen Limbah
B3 (Hazardous Waste Manifest)
Prosedur 1. Limbah yang sudah tidak terpakai dimasukan ke dalam wadah khusus yang
bertutup rapat
2. Wadah yang sudah penuh diberi identitas tanggal pada saat dibawa
3. Apabila wadah buangan sisa analisa peralatan sudah penuh
maka Servicemembawa wadah tersebut ke Tempat Penampungan Sanitasi Cair
4. Limbah cait tersebut selanjutnya akan diambil oleh petugas dan rekanan yang
telah membuat kontrak kerjasama dengan pihak Rumah Sakit
Unit terkait Unit Laboratorium, Unit Farmasi, Unit Rumah Tangga, Rekanan
Direktur
Pengertian 1. Limbah/sampah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam dan limbah farmasi
2. Pengelolaan limbah/sampah medis padat adalah rangkaian kegiatan yang
mencakup reduksi, pemilahan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,
penyimpanan dan pemusnahan limbah medis padat
Tujuan 1. Untuk mengurangi jumlah dan potensi bahaya limbah/sampah medis padat
2. Memutus mata rantai penularan infeksi
3. Teciptanya kondisi lingkungan tempat kerja yang bersih, indah, nyaman dan
sehat.
SPO
PENGELOLAAN LIMBAH/ SAMPAH MEDIS PADAT
Sarung tangan
Masker
Apron
Suction tubing
Kateter urin
Urin bag
Plabot Infuse
Set infuse
c. Vial/ampul
Pengelolaan :
1. Pemilihan limbah/ sampah padat dilakukan oleh penghasil limbah/ sampah
padat dimulai dari sumbernya. Dalam hal ini seluruh perawat dan staf yang
bertugas pada saat itu harus benar-benar bertanggung jawab atas alokasi
limbah/ sampah sesuai dengan tempat sampah
SPO
PENGELOLAAN LIMBAH/ SAMPAH MEDIS PADAT
No. Pokok No. Revisi Halaman
17 3/5
SPO
PENGELOLAAN LIMBAH/ SAMPAH MEDIS PADAT
8. Kumpulkan sampah dari janitor troli ke Dirty Utility (DU) masing-maasing unit
9. Pengangkatan limbah padat dari setiap DU unit tempat penampungan sampah
sementara (TPS) menggunakan troli cleaner sesuai jadwal pengangkutan limbah
10. Pengangkutan sampah dilakukan oleh petugas khusus yang memakai pakaian
pelindung, masker, sarung tangan dan sepatu.
11. Jadwal pengangkutan limbah padat melalui pihak Rekanan Pagi : 08.00 – 12.00
WIB
12. Limbah/ sampah medis padat diletakkan pada Tempat Penampungan
Sementara (TPS) medis.
13. Untuk menghindari terjadinya penyebaran mikroorganisme
14. Kantong digunakan untuk sekali pakai atau tidak dapat dipakai
15. Pengangkutan dan pemusnahan limbah padat medis dilakukan oleh pihak
rekanan yang telah membuat kontrak kerjasama dengan pihak rekanan yang
telah membuat kontrak kerjasama dengan pihak Rumah Sakit
16. Limbah padat darifarmasi dikembalikan lagi ke distributor dan apabila tidak
memungkinkan harus dimuskahkan dengan insenerator
17. Setelah limbah padat medis diangkut, maka petugas kebersihan harus
membersihkan ruangan tersebut dengan desinfektan
Pengelolaan limbah B3 :
1. Pemilahan limbah B3 dilakukan oleh penghasik limbah B3…..
2. Limbah B3 ditempatkan/dibuang pada wadah khusus
SPO
Revisi Ke : Halaman :
No. Pokok :
00 1/1
Tangerang,
Prosedur
Tanggal Terbit :
Tetap
Direktur
Pengertian Merupakan tatacara yang mengatur tentang proses penetapan kontrak kerja klinis
dan non klinis Rumah Sakit
Tujuan Sebagain acuan untuk menyusun penetapan kontrak kerja klinis dan non klinis
Rumah Sakit.
Kebijakan Mengacu pada SK Direktur No: ……… Tentang Kebijakan RS. lampiran 1
tentang kontrak kerja klinis dan non klinis.
Prosedur
2. Telaah draft kontrak kerja oleh Bagian Hukum, Unit Manajerial terkait, Panitia
Mutu, dan verifikasi oleh Pimpinan Klinik.
3. Bubuhkan paraf dalam setiap lembar draft kontrak kerja oleh Manager atau
manager unit kerja terkait.
4. Tanda tangani draft kerja sama dilakukan oleh Pimpinan kedua belah pihak pada
kertas bermaterai cukup.
5. Simpan naskah kerja sama oleh bagian hukum dan tembusan diberikan kepada
Unit Manajerial Terkait, Panitia Mutu.
2. Panitia Mutu
3. Penanggungjawab Poliklinik
4. Unit Hukum
SPO PENERBITAN SURAT PENUGASAN KLINIS (CLINICAL APPOINTMAENT) STAF
MEDIS
SPO, TKP
SPO
PENERBITAN SURAT PENUGASAN KLINIS (CLINICAL APPOINTMAENT) STAF MEDIS
Tetap 1/2
Direktur
Pengertian 1. Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan direktur rumah sakit
kepada seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis di rumah
sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya
2. Kewenangan klinis (clinical appointment) adalah hak khusus seorang staf medis
untuk melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan rumah
sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis
(clinical appointment)
3. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan kelayakan
diberikan kewenangan klinis (clinical appointment)
4. Komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis
(clinical governonce) agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya
melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis dan pemeliharaan
etika dan disiplin profesi medis.
Tujuan Sebagai acuan untuk penerbitan surat penugasan klinis staf medis di Rumah Sakit
Kebijakan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : PERMENKES RI No. 755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite
Medik Di Rumah Sakit
3. Bila Direktur setuju surat permohonan diteruskan ke Manajer SDM, bila tidak
disetujui maka permohonan kembali ke unit Pemohon.
SPO
PENERBITAN SURAT PENUGASAN KLINIS (CLINICAL APPOINTMAENT) STAF MEDIS
2/2
Prosedur
1. Ka.Bag pengembangan staff menindaklanjuti pelaksanaan Basic life Support (BLS)
2. Bagian pengembangan staff memesan tempat ke bagian sekertariat untuk pelaksanaan BLS
4. Bagian pengembangan staff memesan di bagian Gizi untuk konsumsi pelatihan dan
mengambil biaya pelatihan di bagian keuangan
11. Membuat rekomendasi ke unut terkait bagi peserta yang mendapatkan hasil
evaluasi kurang/cukup kepada kepala unit terkait
Unit Terkait
SPO
PENANGANAN LIMBAH DOMESTIK DAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
Direktur
Pengertian Penanganan limbah domestic dan bahan berbahaya dan beracun (B3) pada
bangunan penyimpanan sementara sebagai antisipasi bilamana terjadi bencana
dari luar (banjir atau gempa bumi).
SPO
PENANGANAN LIMBAH DOMESTIK
1. Pastikan tidak ada orang lain selain petugas yang dapat masuk ke TPS B3
2. Pastikan tidak ada binatang pengganggu yang dapat masuk ke dalam TPD
3. Limbah B3 memiliki izin masa penyimpanan 90 hari di TPS B3 Rumah Sakit
4. Bila bencana telah selesai maka petugas sanitasi menghubungi pihak-pihak
terkait dalam pelaksanaan pengangkutan dan pemusnakan limbah
SPO
PENANGANAN DARURAT KEBAKARAN UMUM
Direktur
Pengertian 1. Keadaan Darurat adalah suatu keadaan yang tidak normal atau diinginkan yang
terjadi pada suatu tempat atau kegiatan yang cenderung membahayakan bagi
manusia, merusak harta benda atau merusak lingkungan sekitarnya
2. Kebakaran adalah suatu bencana malapetaka atau musibah yang ditimbulkan
oleh apa yang tidak diharapkan atau tidak dibutuhkan, sukar dikuasi dan
merugikan
SPO
PENANGANAN DARURAT KEBAKARAN UMUM
1. Tim Tanggap Darurat Rumah Sakit yang merupakan Rumah Sakit dan
karyawan Outsouce wajib melakukan tugas perannya
2. Evakuasi dilakukan setelah adanya paging untuk evakuasi oleh Koordinator
Pelaksana
SPO PENANGANAN DAN PELAPORAN KTD, KPC, KNC DAN RESIKO KLINIS
SPO, TKP
SPO
PENANGANAN DAN PELAPORAN KTD, KPC, KNC DAN RESIKO KLINIS
Direktur
Pengertian Prosedur ini mencakup semua kegiatan yang terkait dengan identifikasi,
dokumentasi dan pelaporan kasus KTD,KPC dan KNC.
Kebijakan SK Direktur Rumah Sakit tentang Kebijakan Mutu dan Keselamatan Pasien
Prosedur 1. Pemberi pelayanan klinis yang mendapatkan KTD atau resiko medis melakukan
pertolongan dan penanganan awal sesuai kondisi
2. Pemberi pelayanan klinis yang mengetahui adanya KTD,KNC, KPC dan resiko
klinis melakukan pengaman berupa isolasi bukti, laporan dan lingkungan,
selanjutnya melaporkan kondisi tersebut kepada tim peningkatan mutu
pelayanan klinis dan petugas klinis
3. Pemberi pelayanan klinis memberi tindakan medis dan observasi sesuai
kondisi.
SPO
PENANGANAN DAN PELAPORAN KTD, KPC, KNC DAN RESIKO KLINIS
Prosedur 1. Ketua tim peningkatan mutu pelayanan klinis melakukan identifikasi dengan
mengumpulkan informasi dan bukti yang menyangkut input, proses dan output
terjadinya KTD,KNC, KPC dan resiko klinis. Semua hasil identifikasi di
dokumentasikan dalam lembar manajemen KTD,KNC,KPC dan resiko medis
(formulir pelaporan insiden keselamatan)
2. Direktur RS dan Tim peningkatan mutu pelayanan mengadakan analisis
penyebab dan tindak lanjut penanganan
3. Sosialisasi rencana tindak dan pelaksanaannya pada rapat rutin di Rumah Sakit
SPO
PENAGIHAN BIAYA ADMINISTRASI PASIEN RAWAT INAP (UMUM)
Direktur
Pengertian Proses penagihan biaya administrasi terhadap pasien yang dirawat inap kepada
pasien dan atau keluarga untuk kategori pasien umum
Tujuan 1. Acuan bagi staf kasir dalam melakukan penagihan terkait biaya administrasi
pasien yang dirawat inap kepada pasien dan atau keluarga pasien
2. Mendapatkan pembayaran terkait tagihan pasein baik selama pasien dirawat
maupun sebelum pasien pulang
3. Memastikan tagihan pasien yang dirawat inap dibayarkan sesuai dengan tagihan
pasien
Kebijakan
SPO
PENAGIHAN BIAYA ADMINISTRASI PASIEN RAWAT INAP (UMUM)
SPO
PENAGIHAN BIAYA ADMINISTRASI PASIEN RAWAT INAP (UMUM)
Direktur
Kebijakan Kebersihan TPS B3 dilakukan setiap minima 1 kali dalam seminggu yaitu setiap
kali selesai dilakukan pengambilan B3 oleh pihak rekanan
SPO
PEMBERSIHAN TEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA (TPS) BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
SPO
PEMBERSIHAN SALURAN / SELOKAN AIR
Direktur
Kebijakan 1. Pemberisihan saluran / selokan air berkoordinasi dengan Unit Rumah Tangga
dan Unit Pemeliharaan
2. Dalam hal pengendalian dan pemberatasan serangga dan nyamuk, Rumah Sakit
bekerjasama dengan pihak perusahaan
SPO
PEMBERSIHAN SALURAN/ SELOKAN AIR
SPO
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL Ditetapkan
Tanggal Terbit
Direktur
Pengertian Petugas yang diberi wewenang, dokter yang merawat berhak memberikan informasi tentang kesehatan pasien atas permintaan
pasien tersebut
Tujuan Dokumen rekam medis mengandung informasi kesehatan pasien yang sifatnya rahasia perlu dijaga kerahasiaannya dan terhindar
dari penylahgunaan pihak yang tidak berwenang, informasi hanya dapat diberikan pada pasien / keluarga pasien atas seizin
pasien yang bersangkutan
Kebijakan Keputusan Direktur nomor : 18.01/B/RSKU/SK-01/III/2010 tentang pemberlakuan buku pedoman penyelenggaraan rekam
medis di RS
Prosedur 1. Dokumen rekam medis disimpan di tempat penyimpanan dokumen rekam medis dan hanya petugas rekam medis yang berhak
untuk mengambilnya dan bersifat rahasia.
2. Isi rekam medis adalah milik pasien sedangkan dokumen rekam medis adalah milik Rumah Sakit
3. Pihak yang akan menggunakan informasi isi rekam medis untuk kepentingan Visum et Repetum, pengadilan, askes, jaminan
kesehatan lain harus dengan surat resmi dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.
Prosedur 1. Setelah selesai dokumen rekam medis dipakai, dokumen langsung dikembalikan ke Instalasi rekam medis untuk disimpan kembali.
2. Informasi yang bersifat medis yang dimiliki rumah sakit tidak boleh disebarkan oleh pegawai rumah sakit, kecuali bila pimpinan rumah
sakit mengijinkan
3. Para tenaga kesehatan dan dokter yang bertanggung jwab terhadap pasien yang dirawat boleh bebas berkonsultasi dengan Instalasi
Rekam Medis dengan catatan bahwa ada kaitannya dengan pekerjaan.
4. Permohonan pasien untuk memperoleh informasi mengenai catatan rekam medis dirinya hendaknya diserahkan kepada dokter yang
bertugas merawatnya
5. Informasi yang boleh diberikan kepada rumah sakit lain adalah yang tercantum dalam resume pasien, dapat diberikan tanpa surat kuasa
berdasarkan permintaan dari rumah sakit yang bersangkutan dengan keterangan bahwa pasien sekarang dalam perawatan mereka
6. Dokter-dokter dari luar rumah sakit yang mencari keterangan mengenai pasien baik untuk kepentingan medis maupun kepentingan
pendidikan / penelitian di Rumah Sakit harus mengajukan permohonan tertulis, dan harus seijin pimpinan rumah sakit.
7. Pemaparan isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter yang merawat pasien dengan ijin tertulis pasien
4. ICU
SPO
MONITORING KONTRAK KERJA
Pengerti
1. Pegawai kontrak adalah karyawan yang bersedia menandatangani Perjanjian Waktu Kerja
an Tertentu selama jangka waktu tertentu dan dapat diperpanjang lagi sesuai kondisi dan
kebutuhan perusahaan.
2. Pejabat yang berwenang adalah direktur atau kepala bagian
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk pimpinan dalam rangka pengusulan
pengangkatan pegawai kontrak
SPO
Kebijak1. Kontrak kerja dapat diperpanjang selama 1 (satu) periode, atau sesuai kesepakatan antara
an pejabat yang berwenang dengan yang bersangkutan.
2. Apabila masa kontrak selesai dan tidak diperpanjang karyawankontrak tidak mendapatkan
kompensasi apapun
3. Fasilitas yang diperoleh karyawan kontrak hanya gaji pokok
Prosed1. Maksimal 1 (satu) minggu sebelum masa magang selesai, SDM meminta laporan tertulis
ur mengenai kinerja karyawan magang dari atasan langsung karyawan magang.
2. Dengan mempertimbangkan masukan dari atasan langsung serta kepala bidang yang
bersangkutan, SDM memanggil karyawan magang untuk menindaklanjuti dan
memberikan pengarahan terhadap kelanjutan kerja karyawan di perusahaan.
3. Apabila tidak memenuhi persyaratan untuk menjadi karyawan kontrak, maka program
magang dapat dihentikan atau diperpanjang selama 1 (satu) periode magang, dan
karyawan tetap terikat peraturan bagi karyawan magang.
4. Apabila memenuhi persyaratan, karyawan dapat diangkat menjadi karyawan kontrak
RUMAH SAKIT dengan melampirkan kelengkapan administrasi :
a. Surat pernyataan bersedia untuk menjadi karyawan kontrakRUMAH SAKIT
b. Surat rekomendasi tertulis dari atasan langsung, di setujuioleh Kepala Bidang masing-
masing Materai Rp 6.000
SPO
SPO
MONITORING DOKUMEN REGULASI RUMAH SAKIT
Direktur
Pengertian
Tujuan 1. Untuk mengetahui apakah regulasi yang telah ditetapkan dapat berjalan
dengan baik
2. Untuk mengidentifikasi permasalahan yang mungkin muncul terkait panerapan
regulasi
Prosedur 1. Monitoring rutin pelaksanaan regulasi dilakukan secara internal oleh jajaran
jenjang structural organisasi di RS dan eksternal oleh SPI
2. Setiap pimpinan unit kerja membuat laporan hasil monitoring pelaksanaan
regulasi kepada atasannya paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan
3. Monitoring eksretnal oleh SPO dilakukan paling sedikit 1(satu) kali dalam
setahun
SPO
MONITORING DOKUMEN REGULASI RS
SPO
Direktur
Pengertian 1. Pejabat Struktural adalah pejabat yang jabatannya secara tegas terdapat dalam
struktur organisasi rumah sakit.
Tujuan Sebagai acuan dalam proses penjaringan pejabat structural dan fungsional yang
baru, untuk masa periode tertentu.
Prosedur 1. Manajer Sumber Daya mengusulkan pembentukan Tim Evaluasi SOTK ( Struktur
Organisasi dan Tata Kerja ) kepada Direktur Utama.
3. Tim Evaluasi SOTK merupakan representasi dari Rumah Sakit yang anggotanya
meliputi perwakilan dari unit medis, penunjang medis dan nonmedis.
4. Tim Evaluasi SOTK memberikan rekomendasi kepada Direktur mengenai perlu
atau tidaknya perubahan struktur organisasi dan tata kerja di rumah sakit.
Prosedur 1. Bila Direktur menyetujui perubahan struktur organisasi dan tata kerja. Tim
Evaluasi SOTK memberikan rekomendasi susunan SOTK baru dilengkapi dengan
uraian jabatan.
2. Tim Evaluasi SOTK bekerjasama dengan rumah sakit, mengusulkan SOTK yang
baru ke Yayasan Islam Ikhlas.
3. Setelah usulan tentang SOTK yang baru, disetujui oleh YII, Tim Evaluasi SOTK
menyelenggarakan penjaringan bakal calon pejabat struktural dan fungsional.
a. Seleksi administrasi
b. Tes Psikologi
5. Tim Evaluasi SOTK menyerahkan hasil rekap nilai tes calon pejabat struktural dan
fungsional kepada Direksi.
SPO
KREDENSIAL STAF MEDIS
Direktur
Pengertian 1. Proses perekrutan tenaga medis fungsional yang bekerja sebagai klinisi, atau spesialis bedah yang
bekerja di kamar operasi, harus melalui suatu melalui suatu mekanisme sehingga bisa mendapatkan staf medis yangprofesional sesuai dengan kom
petensi yang diharapkan.
Tujuan 1. Perekrutan tenaga medis yang berkualitas baik, sehingga menjamin pelayanan yang sesuai dengan
standar dan kaidah kedokteran modern sertastandarisasi RS
2. Menetapkan tenaga medis yang bekerja di kamar operasi adalah seorangdokter spesialis bedah yang
berkualitas sehingga menjamin pelayananoperatif yang paripurna, dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran.
Kebijakan 1. Proses seleksi dan rekrutmen dilakukan oleh manajemen rumah sakit yangdisesuaikan dengan kebutuhan
pengembangan pelayanan rumah sakit ataugrand planning hospital.
2. Penambahan staf medis fungsional (klinisi, spesialis bedah) dikoordinasikandengan pimpinan staf medis fungsional dan pimpinan
SPO
KREDENSIAL STAF MEDIS
1. Staff medis adalah tenaga kesehatan, yang baru direkrut, atau perpanjangankontrak dengan staff medis yang sudah bertugas.
2. Kewenangan klinis (clinical privilege) staf medis , direkomendasikan olehmasing-masing Satuan Medis
Funsional (SMF), yang diajukan kepada komitemedik, dan diberikan surat penugasan (clinical appointment) oleh direktur.
3. Kewenangan klinis (clinical privilege) merupakan kewenangan klinis untukmelakukan tindakan medis
tertentu dalam lingkungan RSU Sumekar,berdasarkan penugasan yang diberikan oleh direktur.
Prosedur
1. Evaluasi kebutuhan dilakukan oleh manajemen rumah sakit berdasarkanrencana jangka panjang rumah
sakit, dengan berkoordinasi bersama dengankomite medik dan Staf medis fungsional yang terkait.
2. Melakukan proses seleksi administratif kandidat oleh manajemen rumah sakit. Administratif yang dimaksud.
3. Dilakukan klarifikasi kepada intitusi atau universitas sebagai almamater kandidat (primary resources)
untuk membuktikan keabsahan ijazah/sertifikatyang disampaikan oleh kandidat
5. Kandidat yang memenuhi syarat, akan dilakukan interview bersama dengankomite medik/sub komite
kredential, dan SMF (mitra bestari) yangbersangkutan.
6. Satuan Medik Fungsional (SMF) akan merekomendasikan kewenanganklinis yang bisa dilakukan oleh
kandidat, kepada ketua komite medik,sebagai dasar pertimbangan untuk diajukan ke
SPO
Prosedur direktur.
1. Kandidat terpilih ditetapkan oleh Manajemen rumah sakit, Komite medik danKepala Staf Medis Fungsional dalam sutu rapat tertutup.
4. Kewenangan klinis (clinical privilages), berlaku selama 3 tahun dengan masapercobaan selama 1 tahun.
3. Komite medis bersama dengan satuan medik fungsional akan menilaikompetensi dan keprofesian medis.
5. Direktur akan mengeluarkan surat penugasan baru, berdasarkan kewenangan klinis baru yang telah diperoleh oleh staff medis.
6. Kewenangan klinis baru (clinical privilages), berlaku selama 3 tahundengan masa percobaan selama 1 tahun.
SPO
KREDENSIAL STAF MEDIS
2. Manajemen mengajukan ke komite medik untuk melakukan kredensialulang, bisa juga pada saat yang bersamaan diajukan penambahankewenangan kl
inis (sebagaimana point B)
3. Komite medis dan SMF yang bersangkutan, akan melakukan evaluasikompetensi dan kemampuan keprofesian medis.
4. Komite medik akan menyampaikan hasil kredensial ulang kepada direktur, untuk dikeluarkan surat penugasan baru bila kontrak kerja staff medis dapat
dilanjutkan.
6. Bila tidak memenuhi persyaratan maka direktur akan mengeluarkan suratpemberhentian dengan hormat.
Unit
Ketua Komite Medik
Terkait
SPO
Kajian Dan Tindak Lanjut Terhadap Masalah-Masalah Spesifik dalam Penyelenggaraan program dan pelayanan
Direktur
Pengertian Suatu upaya untuk menggali informasi tentang masalah-masalah spesifik dan menemukan tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-
masalah spesifik dalam penyelenggaraan program dan pelayanan di Rumah Sakit
Tujuan 1. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah spesifik terjadi dalam proses penyelengaraan pelayanan sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan
2. Agar kegiatan dan program pelayanan puskesmas dapat berjalan dengan lancar
Kebijakan
SPO
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT
Direktur
Pengertian Identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat adalah proses menilai dan menetukan kebutuhan yang di ingikan oleh masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Tujuan Untuk mengetahui kebutuhan dan harapan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat
2. Permenkes nomor 279 tahun 2006 tentang penyelenggaraan upaya keperawatan kesehatan masyarakat
Prosedur 1. Menyiapkan instrument untuk identivikasi kebutuhan dan harapan masyarakat berupa lembar survey/ceklist, kotak saran dan nomor contak
(HP,Facebook, Email.)
2. Melakukanan identifikasi kebutuhan dan harapan masyrakat melalui survey, wawancara, dan kotak saran di RS
3. Catat hasil identifikai kebutuhan masyarakat di lembaran identifikasi kebutuhan dan meminta masyarakat untuk mengisi identitas diri.
SPO
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT
No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2
dengan mengedepankan nilai-nilai dan kepercayaan pasien dan hambatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sperti, bahasa dan gangguan
pendengaran
1. Memberitahuakan kepada masyarakat bahwa petugas akan melakukan identifikasi mengenai kebutuhan masyarakat terkait Upaya kesehatan yang di
butuhkan masyarakat
2. Menuangkan hasil identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat didalam rencana kegiatan RS.
SPO
Kajian Dan Tindak Lanjut Terhadap Masalah-Masalah Spesifik dalam Penyelenggaraan program dan pelayanan
Prosedur
1. Merencanakan upaya tindak lanjut untuk mengatasi masalah-asalah spesifik dalam
penyelenggaraan program dan pelayanan di RS.
2. Melaksanakan tindak lanjut untuk mengatasi masalah-asalah spesifik dalam penyelenggaraan program dan pelayanan di RS..
SPO EVALUASI
SPO, TKP
SPO
EVALUASI
Prosedur 1. Persiapan
a. Menentukan tujuan dan evaluasi ketepatan waktu, sasaran dan tempat pelaksanaan
dengan merumuskan masalah
b. Menentukan jenis data yang akan dievaluasi
c. Menentukan sampel yang akan dievaluasi
SPO
EVALUASI
Prosedur
d. Menentukan model evaluasi sesuai dengan tujuan penilaian
e. Menentukan alat yang dievaluasi
f. Merencanakan personal evaluasi
g. Merencanakan anggaran
h. Merencanakan jadwal kegiatan
2. Pelaksanaan
a. Pengumpulan data
b. Pengolahan data
c. Analisa data
d. Informasi
Unit terkait
Unit Laboratorium
SPO
EVALUASI URAIAN TUGAS DAN KEWENANGAN PADA PETUGAS PEMBERI PELAYANAN KLINIS
PROSEDUR
OPERASIONAL
Tanggal terbit Ditetapkan
30/12/2016
Direktur
Pengertian 1. Evaluasi terhadap uraian tugas dan kewenangan petugas pemberi layanan
klinis adalah suatu penilaian / evaluasi terhadap pelaksanaan uraian tugas
dan kewenangan petugas pemberi layanan klinis dengan instrumen
penilaian yang telah ditentukan sesuai untuk masing-masing pemberi
layanan klinis.
2. Pemberi pelayanan klinis meliputi pelayanan pendaftaran, pelayanan
kesehatan umum, pelayanan kesehatan gigi, pelayanan KIA, pelayanan
kefarmasian, pelayanan laboratorium, pelayanan kesehatan lingkungan,
pelayanan gizi.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menilai pelaksanaan uraian tugas dan kewenangan petugas pemberi layanan
klinis.
Penyelenggaraan Praktik Perawat. PMK Nomor: Hk.02.02/ Menkes/149/I/2010 tentang Izin Penyelenggaraan Praktik Bidan.
1. Tim mutu Rumah Sakit mengumpulkan daftar uraian tugas dan kewenangan pada
masing-masing petugas pemberi layanan klinis
2. Tim mutu Rumah Sakit menetapkan kriteria evaluasi dalam bentuk instrument
penilaian
3. Tim mutu Rumah Sakit membuat jadwal pelaksanaan evaluasi
4. Tim mutu Rumah Sakit melaksanakan evaluasi sesuai dengan instrument penilaian
5. Tim peningkatan mutu Rumah Sakit mendokumentasikan hasil evaluasi sebagai
bukti pelaksanaan kegiatan
6. Tim mutu Rumah Sakit melaporkan hasil evaluasi terhadap uraian tugas dan
kewenangan petugas pemberi layanan klinis kepada Direktur
7. Direktur dan tim peningkatan mutu Rumah Sakit menyusun rencana tindak lanjut
dari hasil evaluasi yang dilakukan
Unit Terkait
SPO
PROSES EVALUASI STAF
STANDAR No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 7
PROSEDUR
OPERASIONAL
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
Pengertian Evaluasi merupakan proses perbandingan antara standar dengan fakta dan
analisa hasilnya, sehingga dapat disimpulkan dengan analisa akhir, staf yang
bersangkutan dapat melanjutkan bekerja atau harus diganti Evaluasi kinerja
membentu pimpinan untuk mengambil keputusan dalam suatu kebijakan
Prosedur 1. Evaluasi Kinerja untuk karyawan Pegawai Rumah Sakit mengikuti ketentuan
yang berlaku dari Kementerian Pendayagunaan
SPO
PROSES EVALUASI STAF
KOMPONEN UMUM 1 2 3 4 5
2. HASIL KERJA
Mencapai hasil kerja sesuai dengan standar
Jarang melakukan kesalahan
Hasil kerja memenuhi kualifikasi
3. KOMUNIKASI
Mampu memberikan pendapat/masukan kepada
atasan, rekan kerja atau bawahan secara sistematis
dan akurat secara lisan
SPO
PROSES EVALUASI STAF
KOMPONEN UMUM 1 2 3 4 5
dan tulisan.
4. TANGGUNG JAWAB
Berkomitmen menyelesaikan pekerjaan tanpa perlu
dimonitor oleh atasan
Dapat diandalkan menyelesaikan pekerjaan dengan
mandiri dan tepat waktu
Dapat terus melaksanakan tugas dalam situasi
tekanan
Tidak mengelak dari tugas dan wewenang yang
diberikan dan bersedia menerima konsekuensi yang
timbul dari pekerjaannya
Bersedia memberikan waktu lebih dalam
menyelesaikan tugas
5. MOTIVASI
Mempunyai semangat tinggi dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Selalu berusaha meningkatkan kualitas kerja dan
mengembangkan sistem kerja yang baik
SPO
EVALUASI STAF
KOMPONEN UMUM 1 2 3 4 5
6. KREATIFITAS
Mampu memberikan ide-ide yang secara langsung
dapat diterapkan untuk perbaikan kualitas kerja
Mampu memecahkan masalah dengan caranyaa
sendiri tanpa selalu terikat dengan peraturan yang
sudah ada
Continuous Improvement
7. DISIPLIN
8. INTEGRITAS
Jujur dan tidak menyembunyikan informasi yang
diperlukan oleh atasan, rekan kerja dan bawahan
dalam pengambilan keputusan terkait dengan
pekerjaan
Dapat dipercaya menyimpan rahasia perusahaan
SPO
PROSES EVALUASI STAF
KOMPONEN UMUM 1 2 3 4 5
9. ORIENTASI PELAYANAN
Memiliki semangat membantu orang lain. Baik
internal (atasan dan rekan) maupun eksternal
(customer).
Memberikan pelayanan terbaik dengan menunjukkan
kualitas pekerjaan melebihi standar yang ditetapkan
SPO
PROSES EVALUASI STAF
KOMPONEN UMUM 1 2 3 4 5
14. LEADERSHIP
Menjadi teladan bagi rekan
kerja atau bawahan
Dapat membimbing rekan
kerja atau bawahan dalam
menyelesaikan tugas
Mampu merencanakan,
mengelola pelaksanaan
pencapaian perencanaan,
serta mengevaluasi tugas
SPO
PROSES EVALUASI STAF
KOMPONEN UMUM 1 2 3 4 5
15. INISIATIF
Melaksanakan pekerjaan
secara mandiri tanpa
disupervisi
Bersedia membantu
pekerjaan rekan kerja apabila
telah selesai mengerjakan
tugasnya.
4. Dari hasil evaluasi dapat ditentukan apakah pegawai tersebut layak untuk
diperpanjang kontrakya, diangkat menjadi pegawai tetap, atau diberhentikan
dengan hormat
SPO
1/3
Tetap
Direktur
Pengertian Evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian
kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Evaluasi
kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi
kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja melainkan kepada
seluruh proses kebijakan
Tujuan Sebagai acuan untuk memperoleh umpan balik dalam rangka perbaikan atau
penyempurnaan implementasi kebijakan
2/3
SPO
3/3
SPO
EVALUASI PERJANJIAN KERJASAMA DENGAN PIHAK KETIGA
1/2
Tetap
Direktur
Pengertian Pengertian perjanjian yang dijadikan acuan dalam bentuk petunjuk teknis
metode Evaluasi Perjanjian Kerjasama dengan pihak ketiga adalah,
sebagaimana tertuang dalam pasal 1338 (1) KUHP yaitu : “Semua persetujuan
yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang – Undang bagi mereka
yang membuatnya”.
Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan panduan kepada setiap pemangku
kepentingan dalam melaksanakan evaluasi terhadap perjanjian kerjasama
dengan pihak lain, sebagai dasar bagi pengambilan keputusan untuk
melanjutkan atau menghentikan kerjasama
2/2
SPO
DOKUMEN REGULASI RUMAH SAKIT
Direktur
SPO
PENERBITAN DOKUMEN REGULASI RUMAH SAKIT
Prosedur 1. Kebijakan/ Pedoman/ Panduan/ SPO atas sesuatu hal diusulkan oleh unit kerja
terkait kepada Direktur, melalui Tim Pengelola & Pengembangan Regulasi RS.
2. Tim Pengelola & Pengembangan Regulasi RS mengkaji apakah kebijakan yang
diusulkan sudah ada sebelumnya
3. Apabila kebijakan yang diajukan telah ada dan sesuai diinformasikan kepada
unit terkait sehingga tidak perlu diterbitkan
4. Apabila kebijakan yang diajukan belum ada, tim pengelola & pengembangan
Regulasi RS. memberikan telaah dan verifikasi, bila diperlukan dapat
menghadirkan tenaga profesi terkait
5. Dokuman hasil telaah dikoordinasikan dengan Wakil Direktur terkait
6. Dokumen kebijakan yang telah diverifikasi diajukan ke Direktur untuk di Sahkan
7. Dokumen kebijakan disampaikan dan disosialisasikan kepada unit kerja terkait
untuk dilaksanakan
SPO
PENERBITAN DOKUMEN REGULASI RUMAH SAKIT
SPO
BILA TERJADI KEBAKARAN DI RUMAH SAKIT
Direktur
Pengertian Langkah – langkah yang harus ditempuh bila terjadi kebakaran di Rumah
Sakit
Prosedur 6. Jika dirasa perlu agar menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran setempat
untuk mendapat pertolongan
7. Setelah kebakaran bisa diatasi, dibawah koordinasi pihak RS, psien dan
seluruh peralatan yang ada dipindahkan ke tempat penampungan
sementara
8. Mandata semua kerugian RS
9. Jika hanya IGD yang terbakar, maka dibawah koordinasi pihak RS dan
Kepala IGD mencarikan tempat penampungan sementara untuk pasien
dan sarana di lingkungan RS
SPO
PERAN SMF DALAM PEMBUATAN PROSEDUR PELAYANAN MEDIS
Direktur
Pengertian Setiap staf medis tiap SMF, mengadakan rapat untuk membuat SPO masing –
masing bidang spesialistiknya
Tujuan Terciptanya koordinasi antar staf SMF secara efektif dan efisien agar terjadi
peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit
SPO
RAPAT PEMILIHAN KEPALA SMF
Direktur
Pengertian Adalah rapat untuk memilih Kepala Staf Medis Fungsional (SMF)
SPO
RAPAT PEMILIHAN KEPALA SMF
SPO
RAPAT PENERIMAAN SMF
Direktur
SPO
RAPAT PENERIMAAN STAF
Posedur a. Umur untuk dokter umum / dokter gigi tidak lebih dari 40 tahun, dan dokter
spesialis / dokter gigi spesialis tidak lebih dari 45 tahun
b. Penempatan anggota staf SMF ditentukan berdasarkan hasil rapat panitia
kredensial
Direktur
Kebijakan Dalam melaksanakan audit medis dengan menggunakan rekam medis mengacu
kepada KepmenKes RI No. 496/Menkes/SK/IV/2006 dan UU Praktek kedokteran
pasal 46 Ayat (1) tahun 2005 dan Peraturan Menkes No. 749/ Menkes/ PER/ XII/
1989
Prosedur Menyusun dan menetapkan cara pencatatan dan pelaporan rekam medis yang
berlaku di Rumah Sakit, dengan cara :
1. Menerima usulan cara pencatatan dan pelaporan dari Sub Bid.Rekam Medis
2. Mendiskusikan dengan tim rekam medis dan udit rumah sakit
SPO
SUBKOMITE REKAM MEDIS DAN AUDIT MEDIS RUMAH SAKIT
2/2
Prosedur 1. Menetapkan standar cara pencatatan dan pelaporan yang baku di rumah sakit
2. Pelaksanaan audit medis menentukan topic dan menyusun standar audit medis
/ SOP termasuk criteris jenis kasus, jenis penyakit, dan jumlah kasus
3. Data rekam medis yang terevaluasi dibahas oleh tim pelaksana RM-AM
4. Sebelum dilaksanakan kegiatan audit maka tim sudah harus membuat desain
audit dan pilot study dengan suasana kekeluargaan dan konfidensial
5. Audit dilakukan tiap enam bulan sekali untuk perbaikan
6. Sekretaris menyiapkan notulen rapat, daftar hadir, materi presentasi secara
tertulis berupa rekomendasi dari komite medis dan dilaporkan ke Direktur
Rumah Sakit
Unit terkait Direktur, Sekretaris, Komite Medis, Sub Bag Hukum dan Humas, SMF
SPO
PENGAWASAN DAN EVALUASI PENERAPAN STANDAR PROFESI / PELAYANAN
MEDIS RUMAH SAKIT
Tetap 1/1
Direktur
Pengertian Pengawasan standar profesi adalah salah satu upaya meningkatkan standar
pelayanan medis komite medis melakukan pengawasan serta evaluasi
pelaksanaan pelayanan medis yang mengacu pada standar profesi yang sudah
ditetapkan RS
Tujuan Terciptanya keseragaman dalam tindakan pelayanan medis di Rumah Sakit, guna
menghasilkan pelayanan yang optimal
Prosedur 1. Setiap SMF wajib menjalankan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi
2. Evaluasi pelaksanaan pelayanan medis dilaksanakan oleh masing – masing SMF
dan diaudit oleh enggota audit medis masing – masing SMF
3. Komite medis bertanggung jawab terhadap evalusi dan monitoring pelayanan
medis di RS, melalui subkomite audit medic
4. Komite medis melalui subkomite audit medic melakukan evaluasi pelayanan
medis tiap 3 bulan, dengan melibatkan tim audit medic setiap SMF
5. Bila ditemukan adanya penyimpangan dalam evaluasi, kepala SMF yang
bersangkutan berkewajiban melakukan pembenahan, sesuai standar profesi
6. Hasil evaluasi dilaporkan komite medic kepada Direktur
SPO
PROSEDUR SUBKOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI RUMAH SAKIT
Tetap 1/2
Direktur
Pengertian Keadan dimana setiap kasus yang menyangkut aspek etik dan disiplin profesi
kedokteran yang terjadi dalam menjalankan pekerjaannya sebagai dokter di
Rumah Sakit
Tujuan Terselesaikannya kasus etik dan disiplin profesi secara baik dan benar, tanpa
menimbulkan masalah baru dan seimbang antara keda belah pihak yang
bermasalah
Kebijakan Setiap kasus etik dan disiplin profesi diselesaikan secara komperhensif
Prosedur 1. Laporan kasus dari pasien/keluarga pasien kepada direktur didelegasikan kepada
komite medis dan dilakukan telaah oleh komite medis melalui sub komite etik
kedokteran
2. Tata cara telaah kasus etik medis :
Mempelajari kasus yang diajukan melalui telaah dokumen medis
Mengundang saksi yang diajukan oleh pengaju, untuk memperjelas kasus yang
diadukan
Mengundang si teradu untuk menjelaskan kasis yang diajukan
Bila dipandang perlu mengundang saksi ahli sesuai kasus yang diajukan
Bila dipandang perlu mengundang saksi ahli sesuai kasus yang diajukan
SPO
PROSEDUR SUBKOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI RUMAH SAKIT
Prosedur Keputusan dari sidang / rapat sub komite etik kedokteran, rumah sakit &
kredensial dibahas komite medis mengacu pada buku pedoman MKEK IDI /
Pedoman etik RS
Hasil bahasan komite medic dan usulan penyelesaian dilaporkan kepada direktur
dengan berita acara yang ditandatangani komite medic
Apabila direktur mengganggap masalah etik tidak dapat diselesaikan dibuat
laporan untuk diajukan ke Komite Medik IDI cabang / pusat
SPO
STAF MEDIS DALAM PERENCANAAN PENGADAAN DAN PEMANFAATAN ALAT
MEDIS
Tetap 1/2
Direktur
Pengertian Perencanaan pengadaan alat medis dimulai sejak keterlibatan staf medis diberi
hak untuk menentukan kebutuhan tiap SMF dalam merencanakan kebutuhan
medis termasuk alat medis sampai penentuan pemenang tender, evaluasi
terhadap supplier
Tujuan Setiap staf medis berperan serta dalam pengenbangan kebijakan, langkah dasar
kebijakan
Kebijakan Setiap kelompok staf medis fungsional secara aktif dalam pengembangan Rumah
Sakit
Prosedur Rapat SMF dalam perencanaan kebutuhan penunjang medis termasuk alat
medis, meliputi jenis, jumlah dan spesifikasinya
Hasil rapat SMF diajukan ke komite medis
SPO
STAF MEDIS DALAM PERENCANAAN PENGADAAN DAN PEMANFAATAN ALAT
MEDIS
Revisi No.
Ditetapkan Oleh
Direktur Utama
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
0 Halaman 2/2
4. keperawatan untuk membantu penanganan pasien di IGD/ruangan.
5. Bila tidak memungkinkan maka Kabag. Keperawatan menghubungi perawat
yang lepas dinas atau libur yang terdekat untuk membantu pelayanan dengan
sistem lembur/overtime.
b. Pemenuhan kebutuhan tenaga karena cuti karyawan bersamaan
1. Unit kerja yang membutuhkan tenaga memberitahukan kepada Bidang SDM
melalui surat permohonan tenaga dengan mencantumkan jumlah dan
kualifikasi teanaga serta lama waktu kebutuhan tenaga tersebut.
2. Bidang SDM mengumpulkan dan menelaah berkas lamaran masuk yang
memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan
3. Bidang SDM menghubungi pelamar via telepone untuk memberitahukan
adanya formasi ketenagaan di rumah sakit untuk pekerjaan jangka waktu
tidak tertentu ( 3 bulan – 6 bulan).
4. Bila pelamar setuju, Bidang SDM akan memproses seleksi karyawan berupa
seleksi ketrampilan oleh unit terkait, dan seleksi administrasi & Agama oleh
Bidang SDM.
5. Bila telah memenuhi kualifikasi, maka karyawan akan ditempatkan pada
unit kerja yang membutuhkan sesuai kebutuhan unit kerja selama- lamanya 6
bulan.
6. Pelamar yang telah lolos, menandatangani Perjanjian Kerja untuk Waktu
Tertentu dan mengikuti orientasi umum dan khusus.
7. Bidang SDM menerbitkan Surat Keputusan Direktur untuk penugasan
8. Bila masa kerja tidak tertentu selesai Bidang SDM menerbitkan surat
pemberitahuan kepada karyawan tentang berakhirnya masa kerja karyawan
dan mencatat dokumen karyawan pada file karyawan tidak tertentu untuk
pemanggilan kembali jika dibutuhkan.
Evaluasi tenaga tidak tetap dilaksanakan setiap tiga bulan
Prosedur Berikan salam kepada pelanggan dengan menatap wajah pelanggan yang akan
memberikan pengaduan.
Bila tidak selesai maka perlu tindak lanjut pada jenjang tinggi
FISIOTERAPI
PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur
Pedoman bagi Fisioterapis dalam menjalankan asuhan profesional dengan melakukan pencatatan dan pelaporan fisioterapi pada pasien/klien
Pengertian yang ditanganinya.
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan
Kebijakan Standar Dokumentasi Fisioterapi sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Prosedur Kriteria :
1. Nama pasien dan data identifikasi lain.
2. Asal rujukan.
3. Tanggal pertama asesmen, hasil asesmen dan data dasar
4. Program dengan estimasi lamanya pelayanan atau tujuan jangka pendek, menengah
dan jangka panjang sesuai standar IV.
5. Metode dan hasilnya serta modifikasinya meliputi:
5.1 Perkembangan neuromotorik dan integrasi sensoris
5.2 Range of motion
5.3 Penampilan otot (termasuk kekuatan, tenaga dan daya tahan)
5.4 Ventilasi, respirasi (pertukaran gas) dan sirkulasi
5.5 Sikap statis dan dinamis
5.6 Langkah, gerak (lokomasi) dan keseimbangan
5.7 Pemeliharaan diri dan pengelolaan tempat tingga
STANDAR DOKUMENTASI
FISIOTERAPI
FISIOTERAPI
No. Dokumen No. Halaman 1 dari 2
Revisi
PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur
Pedoman bagi Fisioterapis dalam menjalankan asuhan fisioterapi dengan melaksanakan rencana tindakan yang sudah ditentukan.
Pengertian
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan
Kebijakan Standar Intervensi fisioterapi sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Prosedur Kriteria :
1. Lakukan sesuai rencana fisioterapi termasuk penetapan dosis dan waktu.
2. Amati pasien dari aspek kapasitas fisik dan kemampuan fungsional dengan
pendekatan holistik.
3. Jelaskan setiap tindakan/intervensi fisioterapi kepada pasien/keluarga.
4. Gunakan sumber daya yang tersedia ( peralatan, fasilitas dan mempertimbangkan
sosio ekonomi pasien )
5. Bersikap sabar dan ramah dalam berinteraksi dengan pasien / keluarga.
6. Terapkan prinsip aseptik / antiseptik.
7. Terapkan etika fisioterapi.
8. Terapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan
keselamatan pasien.
9. Segera merujuk masalah yang mengancam keselamatan pasien.
STANDAR INTERVENSI
FISIOTERAPI
FISIOTERAPI
PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur
Pedoman bagi Fisioterapis dalam menjalankan asuhan profesional dengan merumuskan diagnosa dan prognosa fisioterapi pada
Pengertian pasien/klien yang ditanganinya.
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan
Kebijakan Standar Diagnosa Fisioterapi sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Prosedur 1. Diagnosa fisioterapi dihasilkan dari proses pemeriksaan dan evaluasi dengan
pertimbangan klinis yang dapat menunjukkan adanya disfungsi gerak, mencakup
adanya gangguan atau kelemahan jaringan tertentu, limitasi fungsi,
ketidakmampuan dan sindroma. Diagnosa akan berfungsi dalam menggambarkan
keadaan pasien / klien, menuntun penetuan prognosis dan menuntun penyusunan
rencana intervensi.
1.2 Merumuskan dan atau kelemahan jaringan.
1.3 Merumuskan keterbatasan gerak fungsional.
1.4 Merumuskan ketidakmampuan gerak dalam aktifitas hidup harian
1.5 Merumuskan sindrom dari analisa dan sintesa simtom yang ada.
STANDAR DIAGNOSA
FISIOTERAPI
FISOTERAPI
OPERASIONAL
Direktur
Proses yang mencakup pemeriksaan pada diri individu atau kelompok, mengidentifikasi problem yang nyata dan yang berpotensi terjadi
Pengertian kelemahan, keterbatasan fungsi, ketidakmampuan atau kondisi kesehatan lain
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan
Kebijakan Standar pengkajian Fisioterapi sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
1.3. Menggunakan form dan prosedur yang baku, actual dan valid.
SPO
STANDAR PENGKAJIAN
FISIOTERAPI
SPO
STANDAR PENGKAJIAN
FISIOTERAPI
1. Range Of Motion
7.1 Luas gerak sendi
7.2 Nyeri jaringan lunak sekitar
7.3 Panjang dan fleksibilitas otot
2. Penampilan otot ( termasuk kekuatan, tenaga dan daya tahan )
8.1 Force, velocity, torque, work, power
8.2 Gradasi manual muscle test.
8.3 Elektromiografi : Amplitudo, durasi, waveform dan frekuensi
3. Ventilasi, respirasi (pertukaran gas) dan sirkulasi
9.1 Frekuensi denyut jantung, frekwensi pernafasan, tekanan darah
9.2 Gas darah arteri
9.3 Palpasi denyut perifer
4. Sikap
10.1Sikap statik
10.2Sikap dinamik
5. Langkah, gerak (lokomasi) dan keseimbangan
11.1 Karateristik langkah
11.2 Fungsional lokomasi
11.3 Karateristik keseimbangan
6. Pemeliharaan diri dan pengelolaan tempat tinggal
12.1 Aktifitas hidup harian
12.2 Kapasitas fungsional
12.3 Transfer
12.4 Integrasi/reintegrasi masyarakat dan kerja (pekerjaan/sekolah/bermain )
12.5 Aktifitas instrumentasi kehidupan harian
STANDAR PENGKAJIAN
FISIOTERAPI
FISIOTERAPI
PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur
Adalah proses fisioterapi untuk mengkaji pasien dengan melakukan anamnesa, observasi dan pemeriksaan fisik.
Pengertian
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan
Kebijakan Alur pengkajian pasien sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Prosedur 1. Pasien baru datang dengan surat rujukan, baca surat rujukan lalu
lakukan pemeriksaan.
10. Pasien tanpa surat rujukan dokter yang kasusnya tidak dapat
pasien.
11. Tentukan program terapi sesuai dengan masalah yang ada dan
FISIOTERAPI
dan keluarga.
FISIOTERAPI
PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur
Adalah proses fisioterapi untuk mengidentifikasi pasien.
Pengertian
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan
Kebijakan Standar Identifikasi Pasien Fisioterapi sesuai dengan pedoman pelayanan unit
fisioterapi.
1.1.2 Staf Administrasi melakukan registrasi dan atau melakukan aktual untuk pasien
dengan perjanjian.
1.1.3 Staf Administrasi mencetak label dan meminta konfirmasi pasien tentang data
yang tercantum pada stiker dan menempelkan label pasien yang dimaksud di slip
pembayaran
1.3 Terapis melakukan pengecekan dengan memanggil ulang nama pasien. Pada saat
pasien datang di ruang tindakan
1.3.2 Terapis memberikan tanda pada item tindakan slip pembayaran dan melakukan
paraf.
FISIOTERAPI
1.1.1 Pasien menuju kasir dan meginput item sesuai nama pasien kedalam komputer.
2.1.1 Terapis membawa Form permintaan ke ruangan rawat inap dan memeriksa status
pasien
2.1.2 Terapis memperkenalkan diri pada pasien dan atau keluarganya kemudian melakukan
asessment termasuk jati diri pasien. Problematik yang diperoleh di gabungkan dengan
diagnosa medis, untuk kemudian didokumentasikan dalam status pasien
2.2.1 Pasien diantar dari ruang rawat inap oleh petugas ruangan ke ruangan terapi
2.2.2 Staf Administrasi menerima pasien, mengucapkan selamat dan meminta pasien
menyebutkan identitas dirinya.
2.2.3 Staf Administrasi melakukan registrasi dan atau melakukan aktual untuk pasien
dengan perjanjian.
2.2.4 Staf Administrasi mencetak label dan menempelkan label pasien yang dimaksud di slip
pembayaran
2.3.1 Pasien menuju kasir dan meginput item sesuai nama pasien kedalam komputer.
2.3.3 Staf Administrasi melakukan registrasi dan atau melakukan aktual untuk pasien
dengan perjanjian.
2.3.4 Staf Administrasi mencetak label dan menempelkan label pasien yang dimaksud di slip
pembayaran
PASIEN
PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur
Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada kasus yang berhubungan dengan Angkat Angkut Pasien.
Pengertian
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan
Kebijakan Fisioterapi pada Angkat Angkut Pasien sesuai dengan pedoman pelayanan unit
fisioterapi.
Prosedur 1. Persiapan
1.1 Pahami benar kondisi pasien. (apakah fraktur leher atau pingang, stroke, sadar
atau tidak dll).
1.2 Beri penjelasan ke pasien atau keluarga tentang prosedur, maksud dan tujuan
angkatangkut tersebut
1.3 Perhatikan Drain dan line atau linen yang mungkin mengganggu.
1.4 Semua barang atau benda yang menghalangi pandangan mata atau mengganggu
sebaiknya disingkirkan dulu.
1.5 Persiapkan terlebih dahulu alat Bantu angkat angkut pasien atau bila pasien tidak
memungkinkan diangkat sendiri maka orang yang akan membantu harus sudah
siap di tempat pasien tersebut dan mengetahui perannya. Jangan pasien sudah
diangkat baru panggil bantuan.
1.6 Pastikan bahwa tempat tidur pasien sudah terkunci dan lantai tidak licin.
1.7 Posisikan atau atur tinggi rendah tempat tidur sesuai karyawan yang mau
mengangkat ( Posisi setinggi antara tali pusar dan siku karyawan ) dan buka rel
pengaman bed terlebih dahulu
ANGKAT ANGKUT
PASIEN
1. Pelaksanaan
Pasien diusahakan menekan pada anggota tubuh yang kuat dan membebaskan tubuh
yang lemah dari pembebanan berlebihan.
2.3 Lengan harus sedekat – dekatnya pada badan dan dalam posisi lurus
2.5 Dagu ditarik segera setelah kepala tegak kembali ( seperti permulaan gerakan )
dengan posisi kepala dan dagu lurus diikuti seruruh tulang belakang.
2.6 Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum
yang terjadi dalam posisi mengangkat, satu kaki ditempatkan kearah jurusan gerakan
yang dituju, kaki kedua ditempatkan sedemikian rupa sehingga membantu
mendorong tubuh pada gerakan pertama
2.7 Berat badan dimanfaatkanuntuk menarik dan mendorong serta gaya untuk gerakan
dan perimbangan.
2.8 Beban diusahkan berada sedekat mungkin terahadap garis vertical yang melalui pusat
gravitasi tubuh.
2.9 Angkat angkut pasien dengan kondisi khusus diatur dengan SPO tersendiri.
2. Mengakhiri Terapi
3.4 Memberikan penjelasan ke keluarga atau pasien kalau proses angkat angkut sudah
selesai
Unit Terkait Seluruh Fisioterapis
PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur
Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Pes Equino Varus
Pengertian
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus Pes Equino Varus
Tujuan
Fisioterapi pada Pes Equino Varus sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan
b. Teknik Aplikasi :
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis:
\
FISIOTERAPI PADA PES EQUINO VARUS
1.1 Tes gerak isometric : Gerak dorsal fleksi dan eversi kekuatanmenurun
1.2 Tes khusus
Joint play movement
3. Rencana tindakan:
3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,
tujuan, rencanaintervensi dan hasil yang diharapkan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakanintervensi fisioterapi
3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap
4. Intervensi
4.1 Mobilisasi kaki
4.2 Strengthening exercice pada dorsal fleksi dan eversi
4.3 Ballance exc
4.4 Penggunaan sepatu koreksi
6. Kontra indikasi :
6.1 Fraktur
6.2 Poliomielitis
7. Dosis :
7.1 Penggunaan medial arc support dalam waktu 3 bulan atau lebih
7.2 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3 kali - 2 kali
seminggu
PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Flat Foot
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus Flat Foot
Tujuan
Fisioterapi pada Flat Foot sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan
b. Teknik Aplikasi :
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis:
Tidak ada arcus plantar
Inbalance
1.2 Inspeksi :Telapak kaki datar, tulang navicularis menonjol ke medial.
1.3 Tes cepat
Gait analisis tampak kaki menyudut ke lateral
Plantar fleksi lebih lemah
1.4 Tes gerak aktif : Dalam batas normal
1.5 Tes gerak pasif
Gerak ROM pronasi kaki lebih besar dari normal,
gerak pronasiterbatas, elastic end feel
Gerak lain normal
3. Rencana tindakan:
3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan
hasil yang diharapkan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap
4. Intervensi
4.1 Strengthening exersice pada fleksor jari kaki
6. Dosis:
6.2 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3 kali - 2 kali
seminggu
7. Kontra indikasi :
7.1 Fraktur
7.2 Poliomielitis
Unit Terkait Seluruh Fisioterapis
OPERASIONAL
Direktur
Fisioterapi pada Sprain Ankle sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan
b. Teknik Aplikasi :
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis
1.1 Tes gerak isometric : Gerak isometrik eversi nyeri bila tendon M. Peroneus
longus dan brevis cidera
1.2 Teskhusus
Palpasi pada lig. Calcaneofibulare dan talofibulare terasanyeri,
kemungkinan lig.lain
3. Rencana tindakan:
3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,
tujuan, rencanaintervensi dan hasil yang diharapkan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakanintervensi fisioterapi
3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap
4. Intervensi
4.1 Pada fase akut diterapkan RICE
4.2 Bandaging dengan elastic
bandage dan/atau tapping diberikanhingga satu minggu atau lebih
4.3 US : diberikan pada fase kronik, Pada ligament atau tendon yang
terjadi cidera, Dosis 1.5 – 2 watt/cm2 waktu 2-3 menit
4.4 Transverse friction
4.5 Active stabilization and balance exercise, Walking exc.
6. Kontra indikasi :
6.1 Fraktur
6.2 Dislokasi
6.3 Neoplasma
7. Dosis:
7.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah;
padaaktualitas rendah dosis intensitas tinggi. Waktu intervensi 20-30 menit
7.2 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali
seminggu
PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur
Adalah tindakan operasi yang dilakukan oleh adanya robek pada anterior cruciatum ligament sendi lutut.Fisioterapi pada ACL adalah
Pengertian program latihan yang diberikan untuk pasien sesudahoperasi baik saat imobilisasi ataupun sesudah imobilisasi.
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus post op. ACL
Tujuan
Fisioterapi pada Post Op. ACL sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan
b. Tindakan Fisioterapi
Pada fase awal ini yang menjadi perhatian adalah untuk mengontrol bengkak
dan untuk memelihara ekstensi ROM,mencapai\memelihara ROM fleksi knee
pada sudut 90 dan memfasilitasi kontrol otot Quadriceps untuk mengurangi
terjadinya atropi. Latihan yang diberikan adalah:
1.4. Gliding patella, pasien melakukan mobilisasi patella sendiri dengan dibantu oleh fisioterapis.
1.5. Long sitting untuk menciptakan ekstensi knee. Posisitersebut juga membantu untuk men-
stretchinghamstrings. Dalam posisi tersebut pasien dimintameraih ujung ibu jari kaki selama 10-15
menit
1.6. setiap 2-4 jam, coba untuk tetap mempertahankan knee dalam posisi lurus.
1.10. Tujuan yang harus dicapai sebelum maju ke fase II adalah : Oedema berkurang\terkontrol,
ROM ekstensi knee mencapai sudut 0, fleksi mencapai sudut 110 (biladilakukan repair meniscus
ROM fleksi hanya 90), mampu melakukan SLR hip dalam posisi abduksi-adduksi, fleksi-
ekstensi dan dapat berjalan denganweight bearing sesuai toleransi dengan menggunakankruk.
FISIOTERAPI PADA POST OP. ACL
2.5 Latihan eccentric (latihan turun tangga), 10x pengulangansesuai dengan indikasi.
2.8 Tujuan yang harus dicapai sebelum maju ke fase III adalah
: Berjalan tanpa kruk dalam pola jalan yang normal, ROM ekstensi knee
mencapai sudut 0, fleksimencapai sudut 120 Latihan naik-
turun tangga mencapai 3x pengulangan selama 3 menit setiap pengulangan
(eccentric), latihan stairmaster mencapai 10 menit, latihansepeda 15
menit atau lebih, latihan treadmill 15
menit ataulebih, tidak ada peningkatan nyeri, oedema atau gejala lain
selama melakukan latihan.
1.2 Mulai program latihan jogging, tidak boleh ada latihandengan gerak twisting.
Latihan dapat menggunakan back pedals dan side stapping.
2.1 Mulai diberikan latihan lateral carioca yang lebih berat, zig-zag, plant (latihan dengan
alas lembut) dan back up.
3.2 Latihan ditambah dengan latihan fungsional, latihankhusus sesuai olah raga yang
digeluti
PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur
Adalah bentuk latihan yang diberikan pada pasien sesudah operasi meniscus. Menisectomyadalah tindakan operasi yang
Pengertian dilakukan karena adanya robek atau ruptur pada meniscus lateral atau medial sendi lutut.
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus post op.
Tujuan Manisectomy.
Fisioterapi pada Post Op. Manisectomy sesuaidengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan
b. Tindakan Fisioterapi
1. Post-Op ( Hari Operasi)
1.4. Latihan penguatan sesuai dengan toleransi pasien yaitu latihan Quadriceps dan
Hamstring, SLR, Knee ekstensi posisi dudukdan jalan PWB
dengan menggunakan kruk sesuai dengantoleransi pasien.
FISIOTERAPI PADA
Memelihara ROM
dan mulai untuk fokus pada latihanstrengthening closed chain dengan pemberian perhatian padan
yeri, oedema atau menurunnya ROM. Lanjutkan penggunaanbrace post-
operasi. Sebaiknya sudah berjalan tanpa kruk dalampola jalan yang normal. ROM knee
ekstensi penuh, fleksi 120. Tidak ada peningkatan nyeri, oedema, atau gejala lain
selamamelakukan latihan. Latihan yang diberikan adalah:
1.1. Berikan es, elevasi pada lutut dan menggunakan elastic bandage untuk mengontrol oedema.
1.3. Lanjutkan latihan penguatan dan tambahkan dengan latihankeseimbangan dengan berdiri pada tu
mit dan latihankeseimbangan dengan setengah berjongkok.
1.4. Berikan es sebelum dan sesudah latihan serta 20 menitsetiap 2 jam setelah berdiri.
3.4 Lanjutkan latihan penguatan dengan menggunakan prinsip PRE dan tambahkan dengan latihan
SLR, fleksi knee,fleksi hip dan ekstensi knee serta berdir idengan menggunakansatu sisi kaki.
3.5 Berikan es sebelum dan sesudah latihan serta tetap gunakan elastic bandage.
3.6 Lakukan pemeriksaan fisik setelah 6 hari setelah operasi untuk evaluasi dan pelepasan jahitan.
FISIOTERAPI PADA
4.1 Lanjutkan latihan penguatan dan tambahkan dengan program latihan berlari-
lari kecil pada permukaan yang rata dan jalan yang berliku, latihan jongkok dengan satu
kaki, latihan berdiri dengan satu kaki
kemudian elevasikan tumitdan latihan naik turun tangga,
5.1 Lotion
dapat diberikan pada luka jahitan denganmenggunakan ibu jari dengan tekanan sesuai tole
ransi.
Pengukuran kekuatan otot kedua tungkai menunjukkan peningkatan lebih dari 85%
TanggalTerbit Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus Meniscus Lession
Tujuan
Fisioterapi pada Meniscus Lession sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan
b. Teknik Aplikasi :
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis:
Nyeri dan mengunci pada sendi lutut pada gerakan flexi dan extensi
Keluhan nyeri pada saat aktivitas.
1.2 Inspeksi : Tidak tampak kelainan
1.3 Tes cepat : Hipermobility pada knee joint.
1.4 Tes gerak aktif
Kadang terjadi nyeri pada saat fleksi maupun ekstensi senditibio femoralis.
Gerak internal rotasi dan eksternal rotasi terjadi nyeri
1.5 Tes gera kpasif
Nyeri pada saat fleksi maupun ekstensi sendi tibiofemoralis.dengan end feel
elastic
Gerak internal rotasi dan eksternal rotasi terjadi nyeri dengan end feel elastis
Sering semua gerak negatif bila aktualitas rendah
1.1 Tes gerak isometric :Tidak khas.
1.2 Tes khusus
Appley test dan murray test
JPM lutut.
1.3 Pemeriksaan lain : Atroplasti
2. Diagnosis : Nyeri pada sendi lutut pada gerakan flexi dan extensi akibat
meniscus lesi.
3. Rencana tindakan
3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,
tujuan, rencanaintervensi dan hasil yang diharapkan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensifisioterapi
3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap
4. Intervensi:
4.1 SWD atau MWD : SWD/MWD Continous thermal untukaktualitas rendah, waktu
10-12 menit.
4.2 Manipulasi meniscus.
4.3 Latihan Strengthening
4.4 Knee Dakker
4.5 Latihan Stabilisasi.
5. Kontraindikasi :
5.1 Fraktur
5.2 Dislocation
5.3 Neoplasma
5.4 Osteoporosis
6. Dosis :
6.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah;
padaaktualitas rendah dosis intensitas tinggi
6.2 Waktu intervensi 20-30 menit
6.3 Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali
seminggu
TanggalTerbit Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur
Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Osteroarthrosis tibiofemoral joint.
Pengertian
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan
Tujuan kasus Osteroarthrosis tibiofemoral joint.
b. Teknik Aplikasi :
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis
Nyeri jenis ngilu/pegal pada Tibio femoral joint
3. Rencanatindakan
3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencanaintervensi dan hasil yang
diharapkan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakanintervensi fisioterapi
3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap
4. Intervensi
4.1 US : Continous dosis 1-1,5 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 2 -2,5 watt/cm untuk
aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
4.2 Joint mobilization : Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP, Translasi pada
pembatasan fleksi, ekstensi tibio femoral joint, Active mobilization
6. Kontraindikasi:
6.1 Fraktur
6.2 Dislocation
6.3 Neoplasma
7. Dosis:
PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur
Adalah jenis tindakan operasi yang dilakukan pada subcapital caput femur karena fraktur atauadanya degenerasi caput femur
Pengertian karena suatu penyakit keadaan acetabulum relativ normal dengan pemasangan bipolar prosthesis
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus post AMP
Tujuan
Sebagai petunjuk bagi fisoterapis dalam memberikan pelayanan pada kasus post AMP
Kebijakan
b. Kontra Indikasi
1. Hari ke-1 sampai ke-5 tidak boleh dilakukan fleksi hip lebih 45 dan adduksi
c. Tindakan Fisioterapi
1. Imobilisasi
1.4 Latihan aktif atau assisted untuk memelihara gerak sendidan jaringan lunak
3.1 Latihan penguatan otot-otot ekstensor dan abduksi hip untuk ambulasi,
latihan open-close chain
PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Osteoarthrosis Hip joint
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus Osteoarthrosis
Tujuan Hip joint
Sebagai petunjuk bagi fisoterapis dalam memberikan pelayanan pada kasus Osteoarthrosis Hip joint
Kebijakan
b. Teknik Aplikasi :
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis
1.2 Tes cepat : Nyeri dan terbatas pada semua arah gerakan hip joint
1.3 Tes gerak aktif : Nyeri dan terbatas dengan krepitasi pada gerak hip joint
1.2 Tes khusus :JPM test internal rotasi, adduksi, fleksi hip joint, firm end feel.
3. Rencana tindakan
4. Intervensi
4.1 US:Continous dosis 1-1,5 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 2 -2,5 watt/cm
untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
6. Kontra indikasi:
6.1 Fraktur
6.2 Dislocation
6.3 Neoplasma
7. Dosis :
7.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah;
padaaktualitas rendah dosis intensitas tinggi
7.3 Pengulangan aktualitas tinggi tiaphari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali
seminggu
TanggalTerbit Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus Arthrosis
Tujuan Carpalia
Fisioterapi pada Arthrosis Carpalia sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan
b. Teknik Aplikasi :
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis
1.2 Inspeksi :
1.1 Tes gerak pasif : Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak palmar-dorsal
flexion pergelangan tangan dimana dorsal flexion lebih terbatas dari palmar
flexion dengan firm end feel.
1.2 Tes gerak isometrik : Tidak ditemukan gangguan khas
1.3 Tes khusus
Palpasi tangan sering teraba oedeme
JPM test palmar dan dorsal flexion timbul nyeri, terbatasdengan firm end feel.
1.4 Pemeriksaan lain : X ray : penyempitan sela sendi;
penebalantulang subchondrale; osteophyte.
4. Intervensi
4.1 US : US under water continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan
1.5-2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.
4.2 Joint mobilization : Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP, Translasi
pada pembatasanpronasi dan supinasi
6. Kontraindikasi :
6.1 Fraktur
6.2 Dislocation
6.3 Neoplasma
6.4 Osteoporosis
1. Dosis :
PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Thoracic (Compression) Outlet
Syndrome : Scalenus Syndrome
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus Thoracic
Tujuan (Compression) Outlet Syndrome : Scalenus Syndrome
Sebagai petunjuk bagi fisoterapis dalam memberikan pelayanan pada kasus Thoracic (Compression) Outlet Syndrome : Scalenus
Kebijakan Syndrome
b. Teknik Aplikasi :
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis
Tidak spesifik
FISIOTERAPI PADA
Palpasi scalenus nyeri kesemutan hingga ke Joint play movement lateral gapping tangan
3. Rencana tindakan
3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencanaintervensi dan hasil yang
diharapkan
4. Intervensi
4.1 MWD pada m.scalenus : MWD Continous thermal untukaktualitas rendah, waktu 10-12
menit.
4.2 Contract relax stretching m. scalenus anterior/posterior
6. Dosis :
6.3 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali seminggu
PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus myofascial pain
Tujuan
Fisioterapi pada Myofascial Pain sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan
b. Teknik Aplikasi :
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis:
Palpasi: trigger point, pada taut band dan twisting, nyeri menyebar.
Stretch test
2. Rencana tindakan
3. Intervensi
4. Evaluasi : Nyeri.
5. Kontra indikasi :
5.1 Fraktur
5.2 Dislocation
5.3 Neoplasma
6. Dosis :
6.3 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali
seminggu.
PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL
Fisioterapi pada Thoracic Hypomobility Syndrome sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan
1. Asesmen fisioterapi:
1.1 Anamnesis:
Nyeri jenis ngilu/pegal pada punggung atas, interscapular hingga satu sisi dada
Nyeri meningkat pada ekstensi thoracal atau inspirasi dalam.
1.2 Inspeksi : Kifosis thoracalis atau round back
1.3 Tes cepat :Gerak ekstensi thoracal nyeri hingga dada
1.4 Tes gerak aktif:
Segmental gapping test thoracal nyeri, terbatas dan firm end feel
1.3 Pemeriksaan lain : ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu
3. Rencana tindakan
3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,
tujuan, rencanaintervensi dan hasil yang diharapkan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakan intervensifisioterapi
4. Intervensi:
4.1 MWD thoracal : Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
6. Dosis :
6.3 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali
seminggu.
PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus Scoliosis
Tujuan Idiopatik.
Sebagai petunjuk bagi fisoterapis dalam memberikan pelayanan pada kasus Scoliosis Idiopatik.
Kebijakan
b. Teknik Aplikasi :
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis:
Punggung asimetri punggung (scapula) menonjol satu sisi
Gerak lateral fleksi kekanan terbatas pada T8 terbatas dengan firm end feel
Gerak lateral fleksi kekiri pada T8 ROM lebih besar dari normal dengan end
feel elastik
1.6 Tes gerak isometric : Negatif
1.7 Tes khusus
3. Rencana tindakan
3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,
tujuan, rencanaintervensi dan hasil yang diharapkan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakanintervensi fisioterapi
4. Intervensi:
4.1 MWD thoracal : Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
6. Dosis :
6.3 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3 kali - 2 kali
seminggu.
LUMBAL SPONDYLOLYSTHESIS
PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur
Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada lumbal Spondylolysthesis
Pengertian
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus lumbal
Tujuan Spondylolysthesis
Fisioterapi pada Lumbal Spondylolysthesis sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi
Kebijakan
b. Teknik Aplikasi :
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis:
FISIOTERAPI PADA
LUMBAL SPONDYLOLYSTHESIS
3. Rencana tindakan:
3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,
tujuan,rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakanintervensi fisioterapi
3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap
4. Intervensi
4.1 SWD atau MWD : SWD/MWD Continous thermal untukaktualitas rendah,
waktu 10-12 menit.
4.2 Lumbar corset
4.3 Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi lumbal tegakotot para lumbal,
abdominal dan otot-otot pelvic hip complex
4.4 Proper neck mechanic pada posisi lordosis
6. Kontraindikasi :
6.1 Fraktur
6.2 Neoplasma
6.3 Osteoporosis
6.4 Ankylosing spondylitis
6.5 TBC tulang
7. Dosis :
7.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah;
padaaktualitas rendah dosis intensitas tinggi
7.2 Waktu intervensi 20-30 menit
7.3 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitasrendah 3kali - 2 kali
seminggu
TEMPORAL MANDIBULAR
OPERASIONAL
Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Temporal Mandibular Internal Derangement.
Pengertian
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan
Kebijakan Fisioterapi pada Temporal Mandibular (TMJ) Internal Derangement sesuai deengan
pedoman pelayanan unit fisioterapi.
b. Teknik Aplikasi :
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis
1.3 Tes cepat : Gerak elevasi-depresi bunyi dengan pola gerak ”L”
Kadang nyeri
FISIOTERAPI PADA
3. Rencana tindakan
1.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang
diharapkan
1.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakan intervensi fisioterapi
4. Intervensi
4.2 MWD diatas temporomandibular : Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan
thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
4.3 Caudal traction mandibulae : Traksi static dan osilasi 5-10 menit
7. Dosis :
7.2 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis
intensitas tinggi
PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Lumbal Disc Bulging/HNP
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus Lumbal Disc
Tujuan Bulging/HNP.
Fisioterapi pada Lumbal Disc Bulging/HNP sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan
b. Teknik Aplikasi :
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis:
FISIOTERAPI PADA
Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak fleksilumbal.
Gerak ekstensi lumbal terasa nyaman
3. Rencana fisioterapi:
3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,
tujuan, rencanaintervensi dan hasil yang diharapkan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakanintervensi fisioterapi
3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap
4. Intervensi:
4.1 SWD/MWD lumbale : Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
4.2 Lumbale traction : Intermittent posisi lordosis beban 40-60% berat badan,
periode traksi dan istirahat pendek (misal Hold 5” rest 5”) durasi 10-15 menit
4.3 Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie
4.4 Korset lumbal untuk aktualitas tinggi
4.5 Proper body mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi dan lifting technique
FISIOTERAPI PADA
PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL
Fisioterapi pada Lumbal Spondyloarthrosis sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan
b. Teknik Aplikasi :
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis
1.3 Tes cepat : Gerak fleksi terasa tegang tetapi nyeri berkurang, gerak ekstensi
nyeri lumbal
1.4 Tes gerak aktif : Nyeri dan kaku pada gerak aktif lumbal terutama ekstensi
Nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel, sering terasakrepitasi
1.2 Tes gerak isometrik : Gerak isometrik negatif atau kadang nyeri
3. Rencana tindakan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
4. Intervensi
4.1 US atau SWD atau MWD atau cervical : US continous 2 watt/cm2 5-7 menit
untuk aktualitas rendah, SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas
rendah, waktu 10-12 menit.
2. Dosis :
2.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah
dosis intensitas tinggi
2.3 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3 kali - 2 kali
seminggu
PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Fisioterapi pada Cervical Instability sesuai dengan pedoman pelayanan unit
fisioterapi.
b. Teknik Aplikasi :
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis
- Gerak fleksi terasa tegang tetapi nyeri berkurang, gerak ekstensi nyeri cervical
- Geral eskensi 3 dimensi cervical nyeri kadang hingga interscapular atau lengan
3 Rencana tindakan
4 Intervensi
5 Dosis :
PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Local Cervical Facet Pain
Kebijakan Fisioterapi pada Cervical Facet Pain sesuai dengan pedoman pelayanan
unit fisioterapi.
b. Teknik Aplikasi :
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis
Gerak fleksi terasa tegang tetapi nyeri berkurang, gerak ekstensi nyeri
cervical
3 Rencana tindakan
4 Intervensi
5 Dosis :
PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL
Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Cervical Headache.
Pengertian
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis
Nyeri meningkat pada posisi menetap kepala atau gerak cervical tertentu
dan berkurang bila disandarkan.
Gerak lateral fleksi dan rotasi kadang menimbulkan nyeri kepala sampai
leher
Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak cervical tertentu
Gerak cervical sebaliknya terasa nyaman
2. Rencana tindakan
3. Intervensi
MWD cervical : Continous subthermal untuk
aktualitas tinggi dan thermal untuk aktualitas rendah,
waktu 10-12 menit.
5. Kontraindikasi :
1. Fraktur
2. Lysthesis
3. Neoplasma
4. Osteoporosis
5. Whiplash injury
1. Ankylosing spondylitis
2. TBC tulang
7. Dosis :
OPERASIONAL
Direktur
Adalah asuhan fisioterapi yang diterapkan pada Cervical Disc Dysfunction.
Pengertian
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan
Kebijakan Fisioterapi pada Cervical Disc Dysfunction sesuai dengan pedoman pelayanan
unit fisioterapi.
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis:
Gerak fleksi cervical nyeri dan paresthesia pada leher hingga lengan/tangan
Gerak ekstensi 3 dimensi cervical nyeri dan paresthesia pada leher hingga
lengan/tangan
Gerak fleksi cervical nyeri dan paresthesia pada leher hingga lengan/tangan
Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak fleksi
cervical.
FISIOTERAPI PADA
2. Rencana fisioterapi:
3. Intervensi:
5. Kontraindikasi :
5.1 Fraktur
5.2 Lysthesis
5.3 Neoplasma
5.4 Osteoporosis
2. Kontra indikasi :
1.1 Fraktur
1.2 Lysthesis
1.3 Neoplasma
1.4 Osteoporosis
3. Dosis :
PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL
Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Temporal mandibular Internal Derangement
Pengertian
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis
Kadang nyeri
1.6 Tes khusus
1. Rencana tindakan
2. Intervensi
5. Dosis :
PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis
2. Rencana Tindakan
3. Intervensi
Koreksi gigi
5. Kontra indikasi :
5.1 Fraktur
5.2 Neoplasma
5.3 Osteoporosis
5.4 Tristmus
6. Dosis :
PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL
Adalah proses fisioterapi untuk menetapkan problema, mobilitas dan pembatasan lingkup gerak sendi.
Pengertian
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara mengukur lingkup gerak sendi bagi fisioterapis.
Tujuan
1.1. Metode pengukuran dan pencatatan yang dituliskan disini berdasarkan pada
prinsip “Neutral Zero Method” seperti dikemukakan oleh Cave dan Roberts
(1936)
1.2. Dalam metode ini semua gerakan sendi diukur dari “Zero Starting Position
(ZSP). Derajat gerakan sendi diukur dari posisi dalam arah gerakannya.
1.3. Sikap lurus anggioa badan pada posisi anatomis diterima sebagai 0˚ dan bukan
180˚.
1.4. Metode ini diharapkan akan mengatasi kesimpangsiuran di masa lalu dimana
pengukuran dimulai dari berbagai posisi awal
Bila anggota yang berlawanan tidak ada, pergerakan bisa dibandingkan dengan
perkiraan gerak pada orang lain yang sepadan dalam umur dan pertumbuhan
fisik. Sedang gerakan daripada tulang belakang mungkin dibandingkan orang
lain yang sepadan dalam umur dan fisik.
PENGUKURAN ROM
1.2. Keterangan mengenai istilah extensi dan hiperextensi, extensi digunakan pada
gerakan lawan dari flexi, dimulai dari ZSP adalah gerakan natural atau normal.
Gerakan ini terdapat misal pada sendi pergelangan tangan (wrist) dan sendi
bahu (shoulder). Tetapi ada gerakan lawan dari flexi yang dimulai dari ZPS ini,
dikatakan sebagai gerakan unnatural/tak normal, seperti pada sendi siku dan
lutut. Ini disebut hiperekstensi.
1.3. Perbatasan gerak sendi tersebut dan akan dijelaskan pada halaman berikutnya.
1.4. Bila gerkan sendi menimbulkan nyeri maka usahakan pengukuran dikerjakan
dengan perlahan dan lembut. Pengukuran akan lebih akurat apabila anggota
yang diperiksa diatur dalam posisi seenak mungkin bagi penderita.
1.8. Tabel perkiraan gerakan sendi normal perlu dibuat sebagai bahan
pertimbangan, dan tidak mengambil salah satu saja sebagai standar
1. Penggunaan goniometer
2.2. Goniometer yang dibuat terstandar diposisikan lurus atau [osisi anggota
ekstensi, dengan garis 0º terhimpit dengan 180º, serta dilengkapi dengan
sepasang garis lurus sebagai dua lengan petunjuk.
2.3. Bila tanda penunjuk untuk pengukuran pada anggota bisa dipastikan, maka
penggunaan goniometer bisa dianggap akurat.
2.4. Bila petunjuk penonjolan tulang tidak bisa ditentukan sebab terbungkus
jaringan lunak yang berlebihan atau sebab-sebab
3.1. perkiraan derajat gerakan sendi tidak bisa ditentukan secara pasti, sebab
luasnya variasi individu yang berbeda-beda pertumbuhan fisik dan usianya.
Perkiraan berikut adalah sekedar sebagai petunjuk dan bukan sebagai standar.
3.2. Anggota penderita yang berlawanan atau normal barangkali bisa dianggap
sebagai standar normal yang terbaik. Dalam keadaan anggota yang berlawanan
cedera atau bahkan tidak ada, petunjuk ini diharapkan dapat berguna.
Unit Terkait Seluruh Fisioterapis
OPERASIONAL
Direktur
Adalah proses fisioterapi untuk menetapkan indeks massa tubuh
Pengertian
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara mengukur indeks massa tubuh bagi fisioterapis
Tujuan
Kebijakan Pengukuran Indeks Massa Tubuh sesuai dengan pedoman pelayanan unit
fisoterapi.
1.2. Lakukan assesmen yaitu pemeriksaan berdasarkan keluhan yang objektif baik
dengan wawancara maupun pemeriksaan fisik terhadap pasien maupun
dengan keluarga pasien.
1.5. Siapkan peralatan fisioterapi yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan atau
pengobatan terhadap pasien.
1.7. Rapikan peralatan apabila telah selesai melakukan tindakan atau pengobatan
terhadap pasien.
1.8. Lakukan re-evaluasi terhadap hasil dari tindakan atau pengobatan minimal 1
kali setelah dilakukanntindakan fisioterapi
1.9. Buat rujukan ke profesi medis pengirim atau bila pengobatan tidak berhasil
terhadap pasien yang datang atas permintaan sendiri berikan rujukan ke
profesi medis yang berkaitan dengan kondisi pasien.
1.1. catat tindakan atau pengobatan yang telah dilakukan di status pasien.
1.10.
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja goniometer untuk mengukur lingkup gerak sendi
Tujuan
Prosedur 1. Persiapan
2. Pelaksanaan
2.2 posisikan pasien sesuai dengan tujuan pemeriksaan bisa dengan berdiri,duduk
atau dengan berbaring.
PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan modalitas traksi
Tujuan cervical
1.1 Lakukan test traksi pada pasien. Bila nyeri bertambah maka pemberian traksi
ditangguhkan.
1.4 Bagi pasien yang menggunakan gigi palsu dan kaca mata harap dilepas untuk
mencegah rasa nyeri akibat tekanan gigi palsu dan tidak enak padadaerah pipi
1.5 Atur posisi pasien, tidur terlentang di bed traksi dengan bantal di bawah
kepala
1.6 Untuk memperoleh hasil pada satu sisi saja maka posisi badan sedikit miring
dengan daerah dada disangga belt.
1.7 Pasang cervical belt dengan tepat, tidak mencekik dan tidak terlalu longgar di
bawah dagu dan bagian belakang pada occiput
1.8 Agar terkesan Hygienis maka dipasangkan tissue dibawah dagu dan atau
rambut
TRAKSI CERVICAL
1. Pelaksanaan
2.4 Tidak meninggalkan pasien sebelum pasien merasa tarikan sudah enak
2. Dosis
3. Mengakhiri Terapi
4.2 Agar tidak pusing, pasien disarankan istirahat selama 1 –2 menit di bed traksi.
PROSEDUR 30/12/2016
Direktur
OPERASIONAL
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan modalitas
Tujuan traksi lumbal
Kebijakan Traksi Lumbal sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
1. Persiapan
Prosedur
1.1 Ukur tensi, nadi, berat badan untuk melihat kondisi pasien
1.2 Atur posisi pasien, tidur terlentang di bed traksi dengan bantal di bawah kepala dan tungkai tersangga diatas stool, posisi hip flexi 30-
450
1.3 Pasang lumbal belt dengan tepat, tidak tertekan dan tidak terlalu longgar di atas SIAS.
2. Pelaksanaan
2.2 Tidak meninggalkan pasien sebelum pasien merasa tarikan sudah enak
2.3 Tunjukakan cara penggunaan tombol penghentian traksi Untuk keadaan darurat
2.4 Melakukan pengontrolan secara periodik saat berlangsungnya traksi untuk melihat apakah pasien pusing, mual, sesak sehingga traksi
perlu dihentikan
TRAKSI LUMBAL
1. Dosis
2. Mengakhiri Terapi
2.2 Pasien disarankan istirahat selama 1-2 menit di bed traksi agar tidak pusing
Unit Terkait Seluruh Fisioterapis
SPO MASSAGE
Fisioterapi, SPO
SPO MASSAGE
OPERASIONAL
Direktur
Pengertian Massage adalah salah satu bentuk modalitas fisioterapi dengan menggunakan
tehnik pemijatan berupa gerusan melintang, tepukan, dorongan, ataupun
tekanan pada jaringan lunak dengan tujuan untuk memperlancar sirkulasi
darah, meningkatkan metabolisme tubuh, relaksasi dan untuk mengurangi
nyeri.
1. Persiapan
Prosedur
1.1 Terapis melaksanakan assesment untuk mendapatkan masalah dan
menentukan program sehingga pelaksanaan lebih mencapai sasaran
1.4 Anggota yang akan di terapi bebas dari pakaian, disangga dengan bantal,
sedangkan bagian yang tidak diterapi ditutup dengan handuk.
1.6 Untuk memudahkan massage dapat di tambahkan bahan pelicin seperti salep,
minyak atau bedak.
MASSAGE
1. Pelaksanaan
Friction : Menghancurkan perlengketan/ pengerasan jaringan lunak dan blokir nyeri diberikan pada akar – akar syaraf atau pada titik
nyeri.
Petrissage : Terdiri dari kneading, wringing dan picking up. Berfungsi melemaskan dan mengulur otot / jaringan lunak, melancarkan
peredaran darah di bagian yang lebih dalam dan metabolisme setempat. Membantu gerak pencernaan usus.
2.2 Waktu pelaksanaan : sangat tergantung dari luasnya bagian yang diterapi,
tebalnya jaringan tubuh dan tujuan terapi.
2.3 Kecepatan gerakan massage tegantung tujuannya. Gerakan yang cepat akan
memacu sedangkan massage yang lambat sebagai efek penenang.
2.4 Dosis
Waktu : 5 – 15 menit
Pengulangan : Sub akut dan kondisi berat 1 kali / hari Kronik dan kondisi
ringan 1 kali
2. Mengakhiri Terapi
SPO
ULTRASOUND THERAPY
OPERASIONAL
Direktur
Prosedur Indikasi :
1.Tahap Orientasi
3. Mengakhiri Terapi
OPERASIONAL
Direktur
Parafin bath / wax bath adalah suatu pengobatan dengan menggunakan farafin.yang telah dicairkan
Pengertian
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan modalitasfarafin bath / wax bath.
Tujuan
1. Persiapan
Prosedur
1.1 Siapkan parafin padat tujuh bagian atau empat karton Paraffin
1.2 Parafin minyak satu bagian atau sepuluh ons baby oil
1.3 Campurkan kedua bahan tersebut sehingga lebur menjadi satu cairan dengan
temperatur tidak lebih dari 1100 – 1300 F atau ( 510 - 540 C) dalam satu
tempat yang kemudian dipanaskan diatas air yang mendidih (double boiler).
2. Pelaksanaan
2.1 Periksa jari-jari tangan dan pergelangan tangan yang akan diobati untuk mengetahui sensibilas kulit dar ruang gerak sendi, meliputi :
2.2 Lepaskan perhiasan yang melekat aggota yang diobati, supaya tidak konsentrasi panas
PARAFFIN BATH
2.1 Bersihkan dengan sabun dan keringkan area yang akan di terapi
2.2 Dosis
Waktu : 15 - 30 menit
2.4 Untuk parafin immersion, perendaman anggota tubuh dilakukan dengan 2 cara
:
1. Mengakhiri Terapi
OPERASIONAL
Direktur
Interferential therapy adalah suatu metode pengobatan fisioterapi dengan
Pengertian menggunakan penggabungan dua arus bolak-balik yang berfrekuensi menengah
yang saling berinterferensi (4000 dan 4250) sehingga menghasilkan frekuensi
baru.
2. Pelaksanaan
1. Dosis
2. Mengakhiri Terapi
SPO TENS
Fisioterapi, SPO
SPO TENS
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan modalitas TENS KR-6 OG Giken.
Tujuan
2. Pelaksanaan
2.3. Jelaskan jika yang dirasakan sedikit sakit tetapi tidak perih. Jika perih
dikhawatirkan luka bakar.
1. Jelaskan program terapi yang diberikan kepada pasien seperti rasa yang timbul
, waktu yang diperlukan, tujuan, indikasi serta kontra indikasinya.
TENS
1. Pastikan bagian atau area tubuh yang akan dilakukan terapi bersih dan kontak
langsung dengan kulit.
6. Tanyakan apakah dosis yang di berikan sudah nyaman ataukah ada nyeri.
1. Mengakhiri Terapi
1. Beritahu kepada pasien bahwa terapi sudah selesai jika suara timer alat
berbunyi (berhenti otomatis)
SPO
OPERASIONAL
Direktur
Pengertian Terapi inhalasi adalah suatu cara pemberian obat-obatan dengan penghirupan,
setelah obat-obat tersebut berubah menjadi partikel-partikel melalui cara
aerosol, humidifikasi dan lain-lain dengan mesin ultrasonik
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan modalitas terapi
Tujuan inhalasi
Kebijakan Terapi Inhalasi Ultrasonic sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
1. Persiapan
Prosedur
1.1 Pemanasan alat sekitar 5 menit dan mengerti cara – cara penggunaannya.
1.2 Untuk mencegah kontaminasi maka udara ruangan harus bersih, segar dan
memiliki ventilasi yang baik.
1.4 Agar anak – anak tidak takut harus dengan pendekatan sebelumnya.
1.6 Pasien diberitahu program pengobatan, berapa waktu yang dibutuhkan, tujuan
serta kontra indikasinya. Agar pasien mengerti dan tidak takut
2. Pelaksanaan
2.1 Untuk mengurangi sesak napas akibat bronchial obstruksi terlebih dahulu
diberikan bronchodilatator.
2.2 Agar mempercepat pengeluaran sekret , secret yang keluar dianjurkan tidak
ditelan kembali
2.1 Bila perlu dapat dilakukan suction Supaya secret lebih banyak keluar terutama
untuk pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan secret.
2.2 Oksigen diberikan pada pasien yang terlihat sesak atau cyanosis, pertusis, biru
dan lain-lain.
1. Dosis
3.4 Untuk kondisi Acut :1-3 kali sehari, Untuk kondisi Kronik sekali sehari
2. Mengakhiri Terapi.
4.3 Lanjutkan dengan chest therapy Setelah terapi inhalasi selesai agar secret lebih
banyak keluar dan expansi thorax lebih baik.
SPO
OPERASIONAL
Direktur
Pengertian Terapi inhalasi adalah suatu cara pemberian obat-obatan dengan penghirupan,
setelah obat-obat tersebut berubah menjadi partikel-partikel melalui cara
aerosol, humidifikasi dan lain-lain
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan modalitas terapi
Tujuan inhalasi
Kebijakan Terapi Inhalasi Jet Compressor sesuai dengan pedoman pelayanan unit
fisioterapi.
1. Persiapan
Prosedur
1.1 Pemanasan alat sekitar 5 menit dan mengerti cara – cara penggunaannya.
1.2 Untuk mencegah kontaminasi maka udara ruangan harus bersih, segar dan
memiliki ventilasi yang baik. Petugas cuci tangan dan memakai masker
1.4 Agar anak – anak tidak takut harus dengan pendekatan sebelumnya.
1.6 Pasien diberitahu program pengobatan, berapa waktu yang dibutuhkan, tujuan
serta kontra indikasinya. Agar pasien mengerti dan tidak takut
1.7 Bersihkan mulut dengan cara kumur-kumur dengan air hangat sebelum
melakukan inhalasi
2. Pelaksanaan
2.1 Untuk mengurangi sesak napas akibat bronchial obstruksi terlebih dahulu
diberikan bronchodilatator.
2.2 Agar mempercepat pengeluaran sekret , secret yang keluar dianjurkan tidak
ditelan kembali
STANDAR 2.1 Lakukan suction bila perlu agar secret lebih banyak keluar terutama untuk
pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan secret.
PROSEDUR
2.2 Oksigen diberikan pada pasien yang terlihat sesak atau cyanosis, pertusis,
OPERASIONAL
biru dan lain-lain.
1. Dosis
3.4 Untuk kondisi Acut :1-3 kali sehari, Untuk kondisi Kronik sekali sehari
2. Mengakhiri Terapi.
4.3 Bersihkan mulut dengan cara kumur-kumur dengan air hangat setelah
melakukan inhalasi
4.4 Lanjutkan dengan chest terapi setelah inhalasi selesai agar secret lebih
banyak keluar dan expansi thorax lebih baik.
SPO
INFRA RED
OPERASIONAL
Direktur
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan modalitas sinar infra merah.
Tujuan
Prosedur 1. Persiapan
1.4 Test sensasi panas, dingin Untuk mencegah luka bakar daerah yang akan
dilakukan penyinaran.
2. Pelaksanaan
2.5 Bersihkan dengan sabun dan dikeringkan dengan handuk Agar penetrasi lebih
dalam daerah yang akan disinar
2.7 Dosis
Pada penggunaan lampu non-luminius jarak lampu antara 45-60 cm, waktu 10-
30 menit.
1. Mengakhiri Terapi
SPO
OPERASIONAL Direktur
Pengertian Micro Wave Diathermy (MWD) adalah Alat terapi yang menggunakan
gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak balik frekuensi
tinggi dengan frekuensi 2450 MHz dengan panjang gelombang 12,25 cm.
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan dengan modalitas Micro Wave Diathermy.
Tujuan
Kebijakan Micro Wave Diathermy(MWD) sesuai dengan pedoman pelayanan unit
fisioterapi.
1.2 Emitter (electrode) yang telah di pilih dipasang pada lengan emitter dan
dihubungkan ke mesin dengan kabel emitter. Emitter bulat ,medan
elektromagnetik yang dipancarkan berbentuk sirkuler dan paling padat di
daerah tepi. Sedangkan emitter segi empat medan elektromagnetik yang
dipancarkan berbentuk oval dan paling padat di daerah tengah.
1.5 Pasien diberitahu program pengobatan agar pasien paham program terapi dan
tidak takut
1.6 Jelaskan berapa waktu yang diperlukan, tujuan, indikasi serta kontra
indikasinya.
1.8 Pakaian dilepas seperlunya agar area yang diperiksa lebih jelas
1.1 Tes sensasi area yang diobati serta jelaskan rasa yang timbul untuk mencegah
terjadinya luka bakar
1.4 Kondisi sub acut : intensitas sub thermal : Waktu 10-15 menit, pengulangan 1
x sehari selama 10x
1.5 Kondisi chronic : Intensitas Thermal : Waktu 10-15 menit, pengulangan 1-2 x
sehari selama 10x
1.6 Gangguan sistem peredaran darah. Intensitas, pengulangan dan seri sama
dengan kedua kondisi diatas. Waktu 15 menit
1.7 Pastikan mesin dalam keadaan tuning
1.8 Emitter diatur sehingga sejajar kulit dan jarak sesuai ukuran emitter.
1. Mengakhiri Terapi
2.1 Matikan mesin pastikan tombol kembali ke angka 0 atau mesin tetap hidup
dengan dosis 0 (stand – by stand).
2.2 Tidak membiarkan pasien mematikan mesin, kecuali dalam keadaan darurat
2.3 Perhatikan reaksi pasien dan kemungkinan efek samping yang timbul.
SPO
OPERASIONAL
Direktur
Short Wave Diathermy (SWD) atau Ultra Korte Golf (UKG) adalah alat terapi yang menggunakan gelombang elektromagnetik yang
Pengertian dihasilkan oleh arus bolak balik frekuensi tinggi. Pemakaian SWD yang di perbolehkan adalah frekuensi 13,66 MHz, 27,33 MHz dan
40,98 MHz dan panjang gelombang 7,5 m, 11 m dan 22 m. Namun dalam pengobatan frekuensi yang sering digunakan adalah 27,33
MHz dengan panjang gelombang 11 m.
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan dengan modalitas Short Wave Diathermy.
Tujuan
1.5 Beritahu program pengobatan pasien agar paham program terapi dan tidak
takut
1.6 Jelaskan berapa waktu yang diperlukan, tujuan, indikasi serta kontra
indikasinya.
1.1 Tes sensasi area yang diobati serta jelaskan rasa yang timbul untuk mencegah
terjadinya luka bakar
1.3 Kondisi sub acut : intensitas sub thermal : Waktu 10-15 menit, pengulangan 1x
sehari selama 10x
1.4 Kondisi chronic : Intensitas Thermal : Waktu 10-15 menit, pengulangan 1-2x
sehari selama 10x
1.5 Gangguan sistem peredaran darah. Intensitas, pengulangan dan seri sama
dengan kedua kondisi diatas. Waktu 15 menit.
1. Mengakhiri Terapi
2.1 Matikan mesin pastikan tombol kembali ke angka 0 atau mesin tetap hidup
dengan dosis 0 (stand – by stand).
2.2 Tidak membiarkan pasien mematikan mesin, kecuali dalam keadaan darurat
2.3 Perhatikan reaksi pasien dan kemungkinan efek samping yang timbul.
SPO
SKRINING PASIEN RUJUKAN MELALUI TELEPON
Tangerang,
Direktur
Pengertian Identifikasi awal melalui telepon mengenai pasien yang akan di rujuk ke Rumah Sakit
Kebijakan Skrining dilakukan pada kontak pertama di dalam atau pun di luar Rumah Sakit.
Prosedur 1. Terima telepon dari luar mengenai pasien yang akan dirujuk / dirawat di Rumah Sakit oleh Customer Servise.
a. Nama Pasien
b. Usia.
c. Jenis kelamin.
4. Terima telepon tersebut oleh petugas UGD , dan tanyakan kondisi pasien;
a. Keadaan umum
c. Anamnesa ringkas.
d. Hasil penunjang.
Berdasarkan hasil skrining tersebut, apakah kebutuhan pasien sesuai dengan sumber daya dan fasilitas yang ada di rumah sakit atau tidak .
6 . Petugas UGD meminta agar pihak perujuk menelepon kembali dalam waktu 10 menit agar dapat dipastikan ruangan di RS tersedia/ tidak.
SPO
PERAWATAN PASIEN DENGAN KONDISI KOMA
Tetap
Pengertian Kondisi koma adalah keadaan penurunan kesadaran dan respon dalam bentuk yang berat, kondisinya seperti tidur yang dalam dimana pasien tidak
dapat bangun dari tidurnya.
Tujuan 1. Mamberikan rasa puas secara jasmani dan rohani kepada pasien dengan kondisi koma.
2. Memberikan rasa nyaman dan bebas nyeri pada pasien dengan kondisi koma.
3. Memberikan rasa ikhlas dan tabah kepada keluarga pasien dengan kondisi koma.
Prosedur 1. Persiapan ;
Dokter penanggung jawab pelayanan ( DPJP) atau dokter jaga melakukan asesment kondisi koma terhadap pasien.
SPO
PENANGANAN PASIEN SYOK
( HIPOVOLEMIK, SEPTIK , ANAFILAKTIK,
CARDIOGENIC)
Direktur
Pengertian Suatu pertolongan terhada pasien yang mengalami gangguan perfusi jaringan atau syok.
Tujuan 1. Mencegah terjadinya kekurangan oksigen pada jaringan yang akan mengakibatkan penurunan fungsi sel.
1. Berikan posisi head down/ posisi syok ( kedua kaki lebih tinggi dari kepala) bila perlu.
2. Bebaskan jalan nafas, bila perlu pasang alat bantu pernafasan.
3. Beri oksigen masker 6- 10 liter permenit.
4. Pasang ECG monitor, cek tanda- tanda vital pasien.
5. Untuk syok hipovolemik , segera pasang infus dua tempat ( upayakan dengan ukuran jarum yang besar) , beri therapi
cairan sesuai therapi medis.
6. Untuk syok septik, berikan therapi antibiotik dan therapi inotropik sesuai dengan therapi medis.
7. Untuk syok anafilatik, berikan antihistamin , berikan bronchodilator bila terjadi bronchospasme, berikan adrenalin sesuai
dengan therapi medis.
8. Untuk syok cardiogenic, berikan obat inotropik sesuai dengan therapi medis.
SPO
PELAYANAN RESTRAIN
Direktur
Pengertian Pelayanan menggunakan alat pengikat pada pasien gelisah , agresif ataupun non kooperatif
Tujuan Memberikan panduan kepada dokter, dokter gigi, staf keperawatan suatu tehnik pengikatan secara mekanik pada klien yang bertujuan untuk
melindungi atau menghindari menciderai diri, orang lain dan lingkungan.
Preinteraksi ;
1. Baca catatan keperawatan dan catatan medis pasien , instruksi restrain / terapi psikofarmakoterapi
2. Siapkan tim
3. Siapkan alat- alat
4. Siapkan lingkungan yang aman
5. Eksplorasi perasaan , fantasi dan ketakutan diri
6. Siapkan medikasi bila perlu sesuai advise dokter;
- Diazepam Injeksi 1 ampul ( IM/ IV)
Orientasi
8. Observasi gejala Ekstra Piramidal Sindrome( EPS) dalam 24 jam pertama, bila EPS terapi Dipenhydramin 50 mg ( IM/ IV )
Terminasi
2. Rawat Inap
SPO
PELAYANAN PASIEN POLI UMUM
Tetap
Direktur
Pengertian Proses pemberian pelayanan kepada semua pasien yang memerlukan pelayanan poli umum
Tujuan Memberikan pelayanan dan pengobatan secara maksimal pada pasien poli umum
Kebijakan 1. Pelayanan pasien poli umum saat ini dilakukan di ruang UGD.
2. Apabila terjadi KLB pelayanan pasien poli umum dilakukan di poli karyawan / ruangan lain.
Prosedur 1. Anjurkan pasien untuk mendaftar ke bagian pendaftaran sesuai dengan prosedur pendaftaran pasien UGD.
5. Periksa pasien oleh Dr Jaga UGD, apabila pasien tersebut perlu dilakukan pemeriksaan penunjang ( lab,rontgen ), maka dibuatkan formulir
pemeriksaan oleh dokter jaga.
6. Input administrasi pasien ( biaya pemeriksaan ,obat-obatan dan fasilitas yang digunakan ) pada registrasi UGD
7. Izinkan pasien pulang yang sudah diperiksa oleh dokter jaga,resep dan surat istirahat diberikan kepada pasien .
8. Informasikan pada pasien atau keluarga untuk mengurus administrasin kekasir sesuai prosedur pasien pulang.
2. Penerangan
4.Kasir
SPO
Tetap
Direktur
Pengertian Pelayanan yang dilakukan terhadap pasien yang berisiko tinggi menularkan penyakit agar tidak terjadi infeksi nasokomial.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah- langkah untuk mencegah terjadinya penularan penyakit pada pelayanan pasien berpenyakit menular.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS tentang pelayanan pasien resiko tinggi penyakit menular.
4. Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan dengan disenfektan
6. Ganti linen setiap hari dan tempatkan linen yang sudah dipakai ditempat infeksius
SPO
PELAYANAN PASIEN POLI UMUM
Tetap
Direktur
Pengertian Proses pemberian pelayanan kepada semua pasien yang memerlukan pelayanan poli umum
Tujuan Memberikan pelayanan dan pengobatan secara maksimal pada pasien poli umum
Kebijakan 1. Pelayanan pasien poli umum saat ini dilakukan di ruang UGD.
2. Apabila terjadi KLB pelayanan pasien poli umum dilakukan di poli karyawan / ruangan lain.
Prosedur 1. Anjurkan pasien untuk mendaftar ke bagian pendaftaran sesuai dengan prosedur pendaftaran pasien UGD.
5. Periksa pasien oleh Dr Jaga UGD, apabila pasien tersebut perlu dilakukan pemeriksaan penunjang ( lab,rontgen ), maka dibuatkan formulir
pemeriksaan oleh dokter jaga.
6. Input administrasi pasien ( biaya pemeriksaan ,obat-obatan dan fasilitas yang digunakan ) pada registrasi UGD
7. Izinkan pasien pulang yang sudah diperiksa oleh dokter jaga,resep dan surat istirahat diberikan kepada pasien .
8. Informasikan pada pasien atau keluarga untuk mengurus administrasin kekasir sesuai prosedur pasien pulang.
Unit Terkait 1. Ruang poly umum UGD
2. Penerangan
4.Kasir
SPO
PELAYANAN PASIEN LANJUT USIA DENGAN
KETERGANTUNGAN BANTUAN
Tetap
Direktur
Pengertian 1. Pelayanan pasien lanjut usia adalah rangkaian pelayanan pada pasien yang berusia 60 tahun keatas dengan satu atau lebih masalah kesehatan (
multipatologi) akibat gangguan fungsi jasmani dan rohani dan atau kondisi sosial yang bermasalah ( geriatri).
2. Pasien lanjut usia dengan ketergantungan bantuan adalah pasien yang berusia60 tahun ke atas dengan keterbatasan dalam melakukan kegiatan sehari-
hari dan mengurus diri sehingga sangat membutuhkan bantuan baik dengan alat maupun orang.
Tujuan Memberikan pelayanan multidisiplin yang bermutu dengan asuhan dan kondisi pasien usia lanjut untuk menuju geriatri mandiri dan geriatri dengan
minimal patologi.
Kebijakan 1. Pelayanan pada pasien lanjut usia melibatkan multidisiplin ilmu, dan tersedia dalam suatu tim asuhan.
2. Setiap pasien usia lanjut mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan asuhannya.
Prosedur 1. Lakukan identifikasi pasien dalam hal usia dan penggolongan pasien usia lanjut.
2. Lakukan identifikasi pasien usia lanjut yang datang ke UGD/ poliklinik , melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penungjang yang
sesuai indikasi , untuk dilakukan assesment awal.
3. Rumuskan rencana asuhan pasien oleh Dokter termasuk kebutuhan penggunaan alat bantu sehari- hari untuk kenyamanan dan kemandirian pasien.
4. Berikan penjelasan oleh dokter kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya alat bantu, cara penggunaan alat bantu serta resiko penggunaan alat
bantu dalam jangka waktu lama , jika tidak disertai perawatan yang tidak benar.
5. Berikan edukasi tentang asuhan pasien dengan penggunaan alat bantu agar tidak menimbulkan resiko yang tidak diinginkan misalnya dekubitus,
atropi otot, dll.
6. Lakukan konsultasi / alih rawat ke bagian disiplin ilmu lain jika diperlukan sesuai dengan kebutuhan asuhan pasien.
4. ICU
SPO
Tetap
Direktur
Pengertian Proses pemberian pelayan an kepada semua pasien yang memerlukan pelayanan emergency / darurat
Kebijakan 1. UGD RS. menerima dan melayani pasien dengan kasus-kasus emergency.
Prosedur 1. Beritahukan kepada petugas UGD oleh security tentang adanya pasien didepan pintu UGD
2. Jemput dan dorong pasien kedalam ruang UGD serta tempatkan pasien sesuai dengan pemilahan triase.
4.Lakukan pemeriksaan tanda –tanda pital pasien dan beritahukan ke dokter jaga UGD bahwa ada pasien emergency.
5. Informasikan kekeluarga atau penanggung jawab pasien untuk mendaftarkan pasien kebagian pendaftaran sesuai prosedur pendaftaran.
6.Periksa pasien oleh dokter jaga ,bila perlu pasien dilakukan pemeriksaan penunjang ( lab, Rontgen ) atau konsul cito ,maka buarkan formulir
pemeriksaan tersebut.
7. Anjurkan keluarga untuk mencari ruang rawat inap ,apabila pasien dianjurkan oleh dokter jaga untuk dirawat dan berikan surat rawat inap
8. Anjurkan keluarga untuk membuat surat penolakan rawat inap apa bila pasien tidak mau dirawat.
2. Penerangan
SPO TRIASE
PMKP, SPO
SPO
TRIASE
Tetap
Direktur
Tujuan Sebagai acuan menentukan prioritas dan tempat pelayanan medik penderita.
Kebijakan Mendahulukan penderita yang lebih gawat bukan yang datang duluan.
b. Kuning adalah pasien yang kegawat daruratan masih tidak urgent . misalnya thypoid, hipertensi , DM .
c. Merah adalah pasien gawat darurat ( pasien dengan kondisi mengancam) , misalnya pasien stroke, trombosis, luka bakar, apendic akute , KLL,CVA,
MIA, Asma broncial
SPO
PELAYANAN PASIEN POLI UMUM
Tetap
Direktur
Pengertian Proses pemberian pelayanan kepada semua pasien yang memerlukan pelayanan poli umum
Tujuan Memberikan pelayanan dan pengobatan secara maksimal pada pasien poli umum
Kebijakan 1. Pelayanan pasien poli umum saat ini dilakukan di ruang UGD.
2. Apabila terjadi KLB pelayanan pasien poli umum dilakukan di poli karyawan / ruangan lain.
Prosedur 1. Anjurkan pasien untuk mendaftar ke bagian pendaftaran sesuai dengan prosedur pendaftaran pasien UGD.
5. Periksa pasien oleh Dr Jaga UGD, apabila pasien tersebut perlu dilakukan pemeriksaan penunjang ( lab,rontgen ), maka dibuatkan formulir
pemeriksaan oleh dokter jaga.
6. Input administrasi pasien ( biaya pemeriksaan ,obat-obatan dan fasilitas yang digunakan ) pada registrasi UGD
7. Izinkan pasien pulang yang sudah diperiksa oleh dokter jaga,resep dan surat istirahat diberikan kepada pasien .
8. Informasikan pada pasien atau keluarga untuk mengurus administrasin kekasir sesuai prosedur pasien pulang.
Unit Terkait 1. Ruang poly umum UGD
2. Penerangan
4.Kasir
SPO
PELAYANAN PASIEN LANJUT USIA DENGAN
KETERGANTUNGAN BANTUAN
Tetap
Direktur
Pengertian 1. Pelayanan pasien lanjut usia adalah rangkaian pelayanan pada pasien yang berusia 60 tahun keatas dengan satu atau lebih masalah kesehatan (
multipatologi) akibat gangguan fungsi jasmani dan rohani dan atau kondisi sosial yang bermasalah ( geriatri).
2. Pasien lanjut usia dengan ketergantungan bantuan adalah pasien yang berusia60 tahun ke atas dengan keterbatasan dalam melakukan kegiatan sehari-
hari dan mengurus diri sehingga sangat membutuhkan bantuan baik dengan alat maupun orang.
Tujuan Memberikan pelayanan multidisiplin yang bermutu dengan asuhan dan kondisi pasien usia lanjut untuk menuju geriatri mandiri dan geriatri dengan
minimal patologi.
Kebijakan 1. Pelayanan pada pasien lanjut usia melibatkan multidisiplin ilmu, dan tersedia dalam suatu tim asuhan.
2. Setiap pasien usia lanjut mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan asuhannya.
Prosedur 1. Lakukan identifikasi pasien dalam hal usia dan penggolongan pasien usia lanjut.
2. Lakukan identifikasi pasien usia lanjut yang datang ke UGD/ poliklinik , melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penungjang yang
sesuai indikasi , untuk dilakukan assesment awal.
3. Rumuskan rencana asuhan pasien oleh Dokter termasuk kebutuhan penggunaan alat bantu sehari- hari untuk kenyamanan dan kemandirian pasien.
4. Berikan penjelasan oleh dokter kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya alat bantu, cara penggunaan alat bantu serta resiko penggunaan alat
bantu dalam jangka waktu lama , jika tidak disertai perawatan yang tidak benar.
5. Berikan edukasi tentang asuhan pasien dengan penggunaan alat bantu agar tidak menimbulkan resiko yang tidak diinginkan misalnya dekubitus,
atropi otot, dll.
6. Lakukan konsultasi / alih rawat ke bagian disiplin ilmu lain jika diperlukan sesuai dengan kebutuhan asuhan pasien.
4. ICU
SPO
Tetap
Direktur
Pengertian Proses pemberian pelayan an kepada semua pasien yang memerlukan pelayanan emergency / darurat
Kebijakan 1. UGD RS. menerima dan melayani pasien dengan kasus-kasus emergency.
Prosedur 1. Beritahukan kepada petugas UGD oleh security tentang adanya pasien didepan pintu UGD
2. Jemput dan dorong pasien kedalam ruang UGD serta tempatkan pasien sesuai dengan pemilahan triase.
4.Lakukan pemeriksaan tanda –tanda pital pasien dan beritahukan ke dokter jaga UGD bahwa ada pasien emergency.
5. Informasikan kekeluarga atau penanggung jawab pasien untuk mendaftarkan pasien kebagian pendaftaran sesuai prosedur pendaftaran.
6.Periksa pasien oleh dokter jaga ,bila perlu pasien dilakukan pemeriksaan penunjang ( lab, Rontgen ) atau konsul cito ,maka buarkan formulir
pemeriksaan tersebut.
7. Anjurkan keluarga untuk mencari ruang rawat inap ,apabila pasien dianjurkan oleh dokter jaga untuk dirawat dan berikan surat rawat inap
8. Anjurkan keluarga untuk membuat surat penolakan rawat inap apa bila pasien tidak mau dirawat.
2. Penerangan
SPO TRIASE
PMKP, SPO
SPO
TRIASE
Tetap
Direktur
Tujuan Sebagai acuan menentukan prioritas dan tempat pelayanan medik penderita.
Kebijakan Mendahulukan penderita yang lebih gawat bukan yang datang duluan.
b. Kuning adalah pasien yang kegawat daruratan masih tidak urgent . misalnya thypoid, hipertensi , DM .
c. Merah adalah pasien gawat darurat ( pasien dengan kondisi mengancam) , misalnya pasien stroke, trombosis, luka bakar, apendic akute , KLL,CVA,
MIA, Asma broncial
SPO
SISTEM RUJUKAN KE RUMAH SAKIT LAIN
Tetap
Direktur
Pengertian Merujuk pasien ke RS lain melalui sistem SPGDT Setempat baik melalui telepon atau mendatangi RS tersebut
Rawat inap
SPO
PENANGANAN PASIEN MENINGGAL DI RUANG /
INSTALASI
Tetap
Direktur
Pengertian Kegiatan pelayanan bagi pasien meninggal dan tata cara informasi yang harus dilakukan pada keluarga dan petugas kamar pemulasaran.
Tujuan 1. Memberikan informasi secepatnya kepada keluarga dan pihak yang terkait/ petugas kamar pemulasaran.
Kebijakan Dilakukan di seluruh ruang / instalasi yang berkaitan dengan pasien meninggal agar proses lebih cepat.
Prosedur 1. Catat dalam buku kematian apabila ada pasien yang meninggal di ruang perawatan atau UGD.
2. Laporkan ke petugas kamar jenazah/ security bahwa ada pasien yang meninggal.
3. Segera pindahkan jenazah ke kamar jenazah , bila jenazah sudah dirapikan, dan apabila jenazah di bawa pulang sebelum 2jam ,
maka keluarga harus menandatangani surat pernyataan.
4. Tanyakan ke keluarga untuk pengantaran jenazah , bila akan memakai ambulance , segera hub petugas ambulance.
1. UGD
2. Rawat Inap
3. ICU
Unit Terkait
SPO
PENANGANAN, PENGGUNAAN, PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH
Tetap
Direktur
Pengertian Tranfusi darah merupakan tindakan yang dilakukan bagi pasien yang memerlukan darah dan atau produk darah dengan memasukan darah melalui
vena dengan menggunakan set tranfusi.
Tujuan 1. Meningkatkan volume darah sirkulasi( setelah pembedahan, trauma, atau perdarahan.)
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada pasien anemia berat.
3.Memberikan komponen selular tertentu sebagai terapi sulih ( misalnya faktor pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien
hemofilia)
2. Cuci tangan
3. Lakukan identifikasi pasien dengan menanyakan nama pasien dan tanggal lahir , sesuaikan dengan gelang identifikasi yang dipakai pasien.
6 Lakukan tranfusi darah , sebelumnya periksa identifikasi kebenaran produk darah; periksa kompatibilitas dalam kantong darah, periksa kesesuaian
dengan identifikasi pasien, periksa kedaluwarsa, dan periksa adanya bekuan.
43 google