Anda di halaman 1dari 240

SPO ASSESMEN PRA TINDAKAN PEMBEDAHAN

No. No. Revisi : 00 Halaman : 1/2


Dokumen:SPO/Yanmed/119
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Ditetapkan Direktur,
OPERASIONAL

Pengkajian terhadap pasien sebelum dilakukan tindakan


PENGERTIAN
pembedahan
TUJUAN 1. Sebagai acuan dalam melakukan asesmen pra tindakan
pembedahan
2. Untuk mengurangi atau mencegah resiko komplikasi
pada setiap pasien yang akan menjalani pembedahan.

KEBIJAKAN
1. Proses asesmen pra bedah dilakukan diruang
perawatan atau di poliklinik oleh dokter yang akan
melakukan tindakan pembedahan (dokter operator)
yang mempunyai wewenang klinis. Proses ini dapat
dilakukan diruang operasi bilamana pasien secara
darurat membutuhkan pembedahan.
PROSEDUR 2. Dokter melakukan konsultasi dan pemeriksaan
penunjang terhadap pasien yang diperlukan sesuai
yang dibutuhkan.
3. Dokter Operator sebelum tindakan pembedahan
harus memberikan informasi dan edukasi kepada
pasien dan keluarganya atau pembuat keputusan
dalam proses mendapatkan persetujuan tindakan
(informed consent), mencakup:
 Nama prosedur yang direncanakan
 Resiko dari prosedur yang direncanakan.
 Manfaat prosedur yang direncanakan.
 Komplikasi yang potensial terjadi.
 Alternatif tindakan bedah dan non bedah yang
tersedia untuk pengobatan pasien. Bila darah atau
produk darah mungkin dibutuhkan, informasi
tentang resiko, manfaat dan alternative
 Prognosis
SPO ESMEN PRA TINDAKAN PEMBEDAHAN

No. Halaman
No. Revisi : :
Dokumen:SPO/Yanmed/119 00 2/2
4. Sebelum pelaksanaan tindakan bedah,dokter yang
melakukan pembedahan (DPJP/Operator)
mendokumentasikan informasi asesmen pra bedah
pasien dan membuat rencana asuhan bedah dan diagnosis
pra operatif dari informasi asesmen tersebut pada
rekam medis pasien.Rencana Persiapan pra bedah
seperti puasa,pada pasien dalam keadaan emergensi
harus pertimbangan dan persetujuan Dokter Anestesi.
PROSEDUR

UNIT TERKAIT Unit pelayanan medis, keperawatan


SAFETY BREAFING DI EYE CENTER RUMAH SAKIT
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 2
Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur
Pengertian
Penyampaian informasi secara verbal oleh petugas untuk memberikan
pengetahuan terhadap layanan/fasilitas keselamatan/bencana yang ada di unit Eye
Centre Rumah Sakit
Tujuan
1. Agar seluruh orang yang berada di Eye Center Rumah Sakit terlindungi dan
terhindar dari bencana
2. Agar seluruh orang yang berada di Unit Eye Centre Rumah Sakit mendapat
informasi fasilitas dan cara penanggulangan bencana
Kebijakan
Prosedur 1. Ucapkan salam: ”Assalamu ’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh”
2. Perkenalkan diri dengan menyebutkan: Nama dan Unit Kerja: ”Bp/Ibu/Sdr,
perkenalkan nama saya …… dari unit kerja……Sebagai standar keselamatan, kami
ingin menyampaikan prosedur dan fasilitas keselamatan di Rumah Sakit
3. Sebutkan lokasi: ”Saat ini kita berada di Unit Pelayanan Mata Eye Centre Rumah
Sakit
4. Sampaikan Standar Keselamatan dan Keamanan: ”Perkenankan saya untuk
menyampaikan standar keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit apabila terjadi
bencana
5. Sebutkan fasilitas gedung: ”Gedung ini dilengkapi dengan fasilitas Detektor Asap
dan Detektor Panas, yang akan berbunyi secara otomatis apabila terjadi kebakaran
atau adanya asap.”
6. ”Dimohon untuk mematuhi peraturan dengan tidak merokok di seluruh area RS.”
7. ”Pintu keluar ada 2 (dua) buah, (sambil menunjuk arah pintu), sedangkan toilet ada 1 (satu) buah, berada di sisi barat ruangan ini
(menunjuk arah toilet).”
8. ”Apabila terjadi bencana, dimohon tidak panik, tetap tenang, hentikan segala aktifitas dan segera lepaskan sepatu dengan hak
tinggi anda, dan segera menuju pintu keluar, ikuti jalur evakuasi atau ikuti petugas evakuasi. Silahkan menuju titik kumpul halaman
parkir yang berada di depan gedung ini”.

SPO
SAFETY BREAFING DI EYE CENTER RUMAH SAKIT
No.Pokok No. Revisi Halaman 2 dari 2

9. ”Bila sudah berada di luar, jangan mengambil barang yang tertinggal”


10. ”Saat anda sampai di titik kumpul (halaman parkir) tetaplah menunggu sampai ada arahan dari petugas.”
11. ”Bila terjadi kebakaran, berjalanlah dalam posisi serendah mungkin. Tutup hidung dan mulut, guna menghindari menghirup
zat beracun”
12. ”Demikian standar keselamatan dan keamanan yang kami sampaikan, semoga Allah melindungi kita semua”.
13. Ucapkan salam: ”Wassalamu,alaikum warahmatullaaahi wabarakaatuh.”

Unit terkait Petugas di Eye Center


SPO PENERIMAAN TAMU DAN PELANGGAN UMUM
MFK, SPO

SPO
PENERIMAAN TAMU DAN PELANGGAN UMUM
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur
Pengertian Sikap atau prilaku yang dilakukan oleh petugas keamanan saat menerima tamu
Tujuan Agar pelaksanaan proses penerimaan tamu berjalan efektif dan efeisen
Kebijakan
Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur 1. Petugas keamanan menyambut dengan senyum ramah, sopan dengan rasa hormat dari jarak 4 meter pada sikap berdiri tegak
2. Petugas keamanan mengucakan salam Assalamu alaikum
3. Petugas keamanan menanyakan maksud dan tujuan kedatangan
4. Petugas keamanan mengarahkan petunjuk pelayanan sesuai dengan maksud dan tujuan kedatangan
5. Petugas keamanan mengucapkan terima kasih dan Wassalamu alaikum untuk mengakhiri pelayanan
Unit terkait Semua Unit terkait
SPO
PENANGANAN PASIEN MENINGGAL TIDAK DIKENAL
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur
Pengertian Terindentifikasinya pasien meninggal tanpa identitas (Mr/Mrs X)
Tujuan
Untuk memperoleh kejelasan identitas pasien
Kebijakan
Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur 1. Petugas keamanan menerima informasi dari perawat bahwa ada pasien Mr./Mrs. X (meninggal tanpa identitas).
2. Pasien dibawa ke kamar jenazah
3. Petugas keamanan melaporkan kepada Kepolisian, setelah 1 x 24 jam belum ada yang mengakui Mr/Mrs X.
4. Petugas keamanan berkoordinasi dengan Kepolisian untuk memindahkan Mr/Mrs X ke RS yang ditunjuk oleh kepolisian
Unit terkait Kamar Jenazah, Security, Perawatan
SPO
MEMBUKA DAN MENUTUP GUDANG FARMASI
Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
No.Pokok
370Dir-SPO/XII/2016
Tgl Terbit. Tangerang,
30 Desember 2016

Direktur
Pengertian 1. Membuka gudang farmasi adalah proses awal sebelum melakukan aktivitas (kerja).
2. Menutup gudang farmasi adalah kegiatan yang dilakukan setelah aktivitas berakhir dan gudang ditutup (tidak ada kegiatan).
Tujuan Untuk menjamin keamanan gudang sebelum memulai kegiatan dan sesudah kegiatan di gudang farmasi berakhir.
Kebijakan
Surat keputusan direktur rumah sakit nomor 176 tentang Pelayanan Instalasi Farmasi.
Prosedur Membuka Gudang Farmasi
1. Periksa apakah pintu dalam keadaan terkunci.
2. Buka pintu dan nyalakan lampu penerangan serta AC.
3. Periksa apakah alat pemadam kebakaran ada di tempatnya, (letakkan alat pemadam kebakaran di dekat pintu masuk agar mudah dilihat
dan dijangkau)
4. Periksa semua barang ruangan apakah ada hal hal yang mencurigakan.
5. Sebelum bekerja bersihkan tempat kerja dan siapkan alat kerja.
6. Atur dan rapikan barang barang pada tempatnya masing masing.
Menutup Gudang Farmasi
1. Bersihkan dan rapikan tempat kerja dan sarana kerja.
2. Periksa seluruh ruangan apakah masih ada petugas lain atau orang yang bersembunyi.
3. Matikan lampu penerangan ruangan, AC (yang perlu dimatikan) dan cabut stop kontak komputer dan alat elektronik lainnya bila perlu.
4. Periksa ulang keseluruhannya sampai yakin tidak ada orang yang tertinggal
5. Tutup pintu gudang dengan pengunci dengan baik.
6. Periksa ulang gudang guna memastikan pintu sudah terkunci dengan baik.
Unit terkait  Gudang Farmasi
SPO
PERENCANAAN BARANG INSTALASI FARMASI
Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
No.Pokok

Tgl Terbit. Tangerang,


30 Desember 2016

Direktur
Pengertian Evaluasi kegiatan perencanaan barang farmasi untuk tercapainya efektifitas dan efisiensi pelayanan.
Tujuan Tercapainya efektifitas dan efisiensi pelayanan Farmasi di Rumah sakit Qadr.
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit No 347 Tentang Kebijakan perencanaan perbekalan farmasi.
Prosedur
1. Buat kebutuhan barang secara optimal untuk 2 minggu sekali.
2. Cantumkan jumlah kebutuhan barang berdasarkan pemakaian barang, sisa stok,
stok minimal.
3. Periksa dan disetujui oleh kepala ruangan.
Unit terkait
 Unit Pelayanan
 Unit Penunjang

SPO
PERENCANAAN BARANG RUANG FISIOTERAPI
Prosedur No. Revisi Halaman
Tetap
No.Pokok 1 dari 1
16
Tgl Terbit. Tangerang,
30 Desember 2016
.

Direktur
Pengertian Membuat perencanaan barang farmasi secara optimal.
Tujuan Kegiatan perencanaan barang dan alkes sesuai kebutuhan.
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit No 347 Tentang Kebijakan perencanaan perbekalan farmasi.
Prosedur
1. Buat kebutuhan barang secara optimal untuk 2 minggu sekali.
2. Cantumkan jumlah kebutuhan barang berdasarkan pemakaian
barang, sisa stok, stok minimal.
3. Periksa dan disetujui oleh kepala ruangan.
Unit terkait
 Gudang farmasi
 Logistik

SPO
PERENCANAAN BARANG RUANG HAEMODIALISA
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,
30 Desember 2016

Direktur
Pengertian Membuat perencanaan barang farmasi secara optimal.
Tujuan Kegiatan perencanaan barang dan alkes sesuai kebutuhan.
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit No 347 Tentang Kebijakan perencanaan perbekalan farmasi.
Prosedur
1. Buat kebutuhan barang secara optimal untuk 2 minggu sekali.
2. Cantumkan jumlah kebutuhan barang berdasarkan pemakaian barang, sisa
stok, stok minimal.
3. Periksa dan disetujui oleh kepala ruangan
Unit terkait
 Gudang farmasi
 Logistik

SPO
PERENCANAAN BARANG RUANG ICU
Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
No.Pokok

Tgl Terbit. Tangerang,


30 Desember 2016
.

Direktur
Pengertian Membuat perencanaan barang farmasi secara optimal.
Tujuan Kegiatan perencanaan barang dan alkes sesuai kebutuhan.
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit No 347 Tentang Kebijakan perencanaan perbekalan farmasi.
Prosedur
1. Buat kebutuhan barang secara optimal untuk 2 minggu sekali.
2. Cantumkan jumlah kebutuhan barang berdasarkan pemakaian barang, sisa
stok, stok minimal.
3. Periksa dan disetujui oleh kepala ruangan
Unit terkait
 Gudang farmasi
 Logistik

SPO EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU UNIT PELAYANAN FARMASI

SPO
EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU UNIT PELAYANAN FARMASI
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 2
Tetap 352//Dir-SPO/XII/2016
Tgl Terbit. Tangerang,
30 Desember 2016

Direktur
Pengertian
Pengendalian Mutu Merupakan kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan audit terhadap
perbekalan farmasi untuk menjamin mutu, mencegah kehilangan, kadaluarsa, rusak dan
mencegah ditarik dari peredaran serta keamanannya sesuai dengan Kesehatan,
Keselamatan Kerja Rumah Sakit yang meliputi:
a. Melaksanakan prosedur yang menjamin keselamatan kerja dan lingkungan.
b. Melaksanakan prosedur yang mendukung kerja tim Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.
Tujuan
1. Tujuan Umum Agar setiap pelayanan farmasi memenuhi standar pelayanan yang
ditetapkan dan dapat memuaskan pelanggan.
2. Tujuan Khusus Menghilangkan kinerja pelayanan yang substandar.
3. Terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas obat dan keamanan pasien.
4. Meningkatkan efesiensi pelayanan.
5. Meningkatkan mutu obat yang diproduksi di rumah sakit sesuai CPOB (Cara Pembuatan
Obat yang Baik).
6. Meningkatkan kepuasan pelanggan.
7. Menurunkan keluhan pelanggan atau unit kerja terkait..
Kebijakan
Surat keputusan direktur rumah sakit nomor 335 tentang Evaluasi dan pengendalian mutu
unit pelayanan farmasi.
Prosedur 1. Metode evaluasi yang dilakukan meliputi adalah:
a. Audit (pengawasan) dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai standar.
b. Review (penilaian) terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber daya, seperti penulisan resep.
c. Survei untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau wawancara langsung.
d. Obervasi terhadap kecepatan pelayanan antrian, ketepatan penyerahan obat.
2. Buat laporan evaluasi pengendalian mutu dan lakukan tindak lanjut hasil evaluasi.

SPO
EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU UNIT PELAYANAN FARMASI

No.Pokok No. Revisi Halaman 2 dari 2


352/Dir-SPO/XII/2016

Unit terkait  IFRS


 Gudang Farmasi
 Tim Audit
 Direksi

SPO PELAYANAN PASIEN RESIKO TINGGI PENYAKIT MENULAR


PMKP, SPO

SPO

PELAYANAN PASIEN RESIKO TINGGI PENYAKIT MENULAR

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman


Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Pelayanan yang dilakukan terhadap pasien yang berisiko tinggi menularkan penyakit agar tidak terjadi infeksi nasokomial.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah- langkah untuk mencegah terjadinya penularan penyakit pada pelayanan pasien berpenyakit menular.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS tentang pelayanan pasien resiko tinggi penyakit menular.
Prosedur 1. Jelaskan tentang penyakit pasien
2. Tempatkan pasien di ruang isolasi yang steril
3. Pakai APD ( masker , handscoon , pakaian kerja, kacamata )
4. Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan dengan disenfektan
5. Gunakan alat- alat kesehatan steril
6. Ganti linen setiap hari dan tempatkan linen yang sudah dipakai ditempat infeksius
7. Lakukan kesterilan ruang setelah pasien pulang

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap


SPO IDENTIFIKASI KEJADIAN TIDAK CIDERA (KTC)
PMKP, SPO

SPO
IDENTIFIKASI KEJADIAN TIDAK CIDERA (KTC)
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur
Pengertian
Insiden yang sudah terpapar ke pasien tetapi tidak menimbulkan cidera
Tujuan
1. Staf Rumah Sakit memahami tentang pelaporan insiden keselamatan pasien
2. Menekan angka Kejadian Nyaris Cidera (KNC) di seluruh unit rumah sakit.
Kebijakan
Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur 1. Tuliskan pada formulir insiden internal setiap menemukan kejadian tidak
Cedera/ Near Miss (KTC)
2. Lapor pada atasan setiap menemukan insiden.
3. Atasan Unit Pelapor meriksa laporan insiden, lakukan penggradingan
oleh atasan.
4. Lakukan investigasi sesuai dengan grading resiko setelah lapor ke KKPRS
5. Lakukan Investigasi sederhana jika grading resiko Biru dan Hijau.
6. Grading Kuning dan merah Lakukan Investigasi komprehensif oleh Komite
keselamatan Pasien dan Tim RCA.
7. Hasil investigasi di laporkan ke KKP-RS setelah selesai dari tindak lanjut
investigasi.
8. Buat laporan bulanan dalam bentuk laporan data pada unit yang terkait
insiden.
Unit terkait Semua unit terkait

SPO DIKLAT KESELAMATAN PASIEN


PMKP, SPO

SPO

DIKLAT KESELAMATAN PASIEN

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman


Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Diklat keselamatan pasien adalah suatu kegiatan pendidikan dan pelatihan pada seluruh personil Rumah Sakit sebagai proses pemahaman progam
keselamatan pasien Rumah Sakit yang diterapknan dilingkungan Rumah Sakit
Tujuan Agar seluruh personil Rumah Sakit lebih memahami tentang keselamatan pasien Rumah Sakit
Kebijakan Sebagai acuan dalam pelaksanaan sosialisasi progam keselamatan pasien
Prosedur 1. Program dilkat Keselamatan Pasien dilaksanakan oleh Tim KPRS
2. Narasumber ditentukan oleh tim KPRS.
3. Ketua TKPRS membuat proposal yang diajukan ke Direktur RS
4. Peserta diklat Keselamatan Pasien RS adalah seluruh personil RS yang dibagi dalam beberapa periode
5. Penilaian peserta diklat dilakukan melalui pre test dan post test.
6. Batasan nilai lulusan ada lah 60(enam puluh) ,bila nilai kurang dari 60 peserta wajib mengikuti diklat berikutnya .
7. Tim KPRS membuat laporan pelaksanaan kegiatan kepada Direktur RS

Unit Terkait -Kepala Rumah Sakit


-Kepala Diklat
-Tim KPRS

SPO IDENTIFIKASI PASIEN SEBELUM PENGAMBILAN DARAH DAN SPECIMEN LAIN


PMKP, SPO

SPO
IDENTIFIKASI PASIEN SEBELUM PENGAMBILAN DARAH DAN SPECIMEN LAIN

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman


Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Merupakan proses verifikasi identitas pasien sebelum pengambilan darah dan specimen lain
Tujuan 1.Mengurangi terjadinya kesalahan dalam mengidentifikasi pasien
2. Sebagai acuan dalam pemberian pengobatan dan tindakan atau prosedur pemeriksaan
3. Terpeliharanya mutu pelayanan
4. Menjaga kaselamatan pasien
Kebijakan PERMENKES NOMOR 1691/ MENKES / PER / VIII/ 2011
Prosedur 1. Siapkan status pasien
2. Tanyakan nama pasien ( pasien langsung atau keluarga )
3. Lihat gelang Identifikasi yang terpasang
4. Cocokkan antara status pasien, nama yang disebut dengan gelang identifikasi yang terpasang
5. Lakukan pengambilan darah atau specimen lain sesuai advis bila status pasien, nama yang disebut dan gelang identifikasi sesuai
6. Identifikasi ulang pasien bila tidak ada kesesuain identitas kepada rekam medis
7. Dokumentasikan pengambilan darah dan specimen lain distatus pasien

Unit Terkait 1. UGD


2. Ruang Rawat Inap
3. Unit Rawat Jalan
4. Unit Care Intensive

SPO PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT


MPO, SPO

SPO
PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT
Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
No.Pokok
372//Dir-
SPO/XII/2016
Tgl Terbit. Tangerang,
30 Desember 2016

Direktur
Pengertian Pelaporan efek samping obat adalah suatu kegiatan melaporkan efek samping obat yang ditemukan selama IFRS melaksanakan tugas pelayanan
pengobatan kepada pasien.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah langkah untuk menjaga dan melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat yang dapat merugikan pasien.
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit nomor 330 tentang Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat.
Prosedur
1. Siapkan formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO) oleh petugas IFRS
kepada petugas kesehatan (UGD/Rawat Inap/Rawat Jalan)
2. Lakukan pemantauan oleh petugas kesehatan terhadap kemungkinan timbulnya
efek samping obat yang dipergunakan dalam terapi pasien.
3. Catat kejadian efek samping obat ke dalam formulir MESO oleh petugas
kesehatan.
4. Serahkan laporan MESO oleh petugas kesehatan ke petugas IFRS.
5. Tanda tangani laporan MESO dan dokumentasikan oleh Apoteker.
6. Kirimkan laporan MESO ke Dina Kesehatan setempat oleh petugas IFRS.
Unit terkait
 IFRS
 Semua unit terkait

SPO PENGARSIPAN DOKUMEN FARMASI


MPO, SPO

SPO
PENGARSIPAN DOKUMEN FARMASI
Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
No.Pokok
386//Dir-
SPO/XII/2016
Tgl Terbit. Tangerang,
30 Desember 2016

Direktur
Pengertian
Dokumen farmasi meliputi resep, faktur pembelian, Berita acara penerimaan barang, Copy
pembelian order, Tanda distribusi barang, Tanda terima retur barang, laporan laporan dll,
dimana dokumen dokumen tersebut bersifat rahasia dan wajib disimpan.
Tujuan
Sebagai acuan agar file file dokumen farmasi tersimpan rapi dan aman dan memudahkan
pencarian data apabila sewaktu waktu dibutuhkan.
Kebijakan
Surat keputusan direktur rumah sakit nomor 176 tentang Pelayanan Instalasi Farmasi.
Prosedur 1. Simpan dokumen farmasi selama 5 tahun, kecuali dokumen resep yang penyimpanannya maksimal 3 tahun.
2. Musnahkan dokumen dokumen farmasi yang telah disimpan lebih dari 5 tahun.
3. Buat berita acara pemusnahan dokumen farmasi sesuai aturan yang berlaku.
Unit terkati  IFRS
 Gudang Farmasi

SPO ALUR RESEP PASIEN UGD


MPO, SPO
SPO

ALUR RESEP PASIEN UGD

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1


318//Dir-SPO/XII/2016
Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,
30 Desember 2016

Direktur
Pengertian Alur Resep pasien yang masuk lewaUnit gawat Darurat.
Tujuan Agar pasien dapat ditangani secepat dan seoptimal mungkin.
Kebijakan Surat Peraturan Direktur rumah sakit Nomor 176 tentang Pelayanan Instalasi Farmasi.
Prosedur 1. Pasien mengambil nomor antrian di bagian penerangan.
2. Panggil nomor antrian oleh bagian Penerangan dan pasien mendaftarkan diri.
3. Berikan nomor dan tanda bukti registrasi kepada pasien oleh bagian Penerangan.
4. Arahkan pasien menuju UGD untuk mendapatkan pengobatan dari dokter yang
dituju oleh bagian Penerangan.
5. Berikan resep kepada pasien oleh dokter setelah memeriksa pasiendan pasien di
arahkan menuju instalasi farmasi.
6. Oleh pasien resep diserahkan kepada petugas farmasi.
7. Periksa kelengkapan resep kemudian diberi harga oleh petugas IFRS.
8. Berikan resep kembali kepada pasien untuk di stempel terlebih dahulu di kasir oleh
petugas IFRS.
9. Lakukan pengkajian resep oleh petugas IFRS jika resep sudah
distempel Lunas /Jaminan dan pasien kembali ke instalasi farmasi.
10. Buat copy resep jika terdapat obat yang tidak tersedia di IFRS.
11. Siapkan obat sesuai resep oleh petugas IFRS, sesuai dengan SPO Penyiapan Obat.
12. Serahkan obat kepada pasien oleh petugas farmasi disertai dengan identifikasi pasien dan informasi obat.
 IFRS
Unit terkait

SPO IDENTIFIKASI PASIEN


MPO, SPO
SPO
IDENTIFIKASI PASIEN
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 2
274//Dir-SPO/XII/2016
Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,
30 Desember 2016

Direktur
Pengertian Suatu sistem identifikasi kepada pasien untuk membedakan antara pasien satu dengan
yang lain sehingga mempelancar atau mempermudah dalam pemberian pelayanan
kepada pasien.
Tujuan Untuk memberikan identitas pada pasien, untuk membedakan pasien dan untuk
menghindari kesalahan medis.
Surat Peraturan Direktur rumah sakit Nomor 265 Tentang Identifikasi pasien
Kebijakan
 Di bagian pendaftaran
Prosedur a. Sapa pasien (oleh petugas pedaftaran)
b. Tanyakan data pasien,nama , tanggal lahir, alamat sesuai dengan kartu identitas maupun kartu keluarga bila belum punya kartu identitas.
c. Catat di form identitas pasien dan diinput ke komputer.

 Di bagian Rawat Jalan / UGD


a. Sapa dan tanyakan kartu identitas pasien oleh petugas
b. Konfirmasikan identitas pasien dengan catatan Rekam Medik yang ada di bagian Rawat Jalan.
c. Tanyakan riwayat alergi obat pada pasien dan menuliskan pada buku rekam medisnya
d. Panggil pasien untuk mendapat pemeriksaan dokter dengan menyebutkan nama lengkap sesuai urutan antrian pasien.
e. Konfirmasikan identitas pasien (tanyakan nama dan alamat) sebelum memeriksa pasien oleh dokter.
f. Berikan pelayanan medis & resep (dalam resep tertera: nama, usia, tanggal peresepan, tanda tangan dokter) oleh dokter.

 Di bagian Farmasi
a. Terima resep berdasar nomer antrian oleh petugas IFRS.
b. Tanyakan & pastikan bahwa nama obat telah sesuai dengan kondisi pasien oleh petugas sebelum obat diserahkan.

SPO
IDENTIFIKASI PASIEN
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 2 dari 2
274/Dir-SPO/XII/2016
Tetap Tgl Terbit. Tangerang,
30 Desember 2016

Direktur
 Di bagian Laboratorium/Radiologi
Prosedur a. Tanyakan nama, alamat, golongan darah (khusus laboratorium) sebelum pemeriksaan/pengambilan sampel dilakukan.

 Di bagian Rawat inap


a. Periksa kesesuaian identitas & kondisi pasien dengan data identitas di Rekam Medik oleh perawat.
b. Pasang gelang identitas pada pasien. Isi data pada gelang adalah nama, usia, jenis kelamin, tanggal masuk, nomer Rekam Medik, nama dokter
penanggung jawab. Gelang biru untuk pasien laki-laki, gelang merah muda untuk pasien perempuan.
c. Beri tanda khusus pada gelang pasien untuk pasien riwayat alergi.
d. Pisahkan obat antar pasien dengan memberikan nama label kotak obat oleh perawat di nurse station.
e. Konfirmasikan identitas pasien dengan melihat gelang indentitas sebelum melakukan tindakan ataupun pemberian obat oleh seluruh petugas medis dan
paramedis.
f. .
Lakukan pengecekan gelang identitas pasien dan dilakukan pencopotan sebelum pasien pulang
.
 Bag. Pendaftaran.
Unit terkait
 Rawat Jalan
 Rawat Inap
 UGD
 IFRS
 Lab & Radiologi
 Rekam Medis

2222222222222222222222222
SPO KEBIJAKAN PENARIKAN PERBEKALAN FARMASI DARI PEREDARAN DAN
PEMUSNAHAN PERBEKALAN FARMASI KADALUAWARSA
MPO, SPO

SPO
KEBIJAKAN PENARIKAN PERBEKALAN FARMASI DARI
PEREDARAN DAN PEMUSNAHAN PERBEKALAN FARMASI
KADALUAWARSA
No.Pokok
221
//O/XII/2016 No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tangerang,

Tgl Terbit.
30 Desember
2016
Prosedur .
Tetap Direktur
Pengertian Kegiatan pengambilan suatu barang yang sudah kadaluwarsa.
Untuk menjamin ketersediaan dan berfungsi / laik peralatan di rumah sakit guna
Tujuan peningkatan mutu keselamatan serta untuk investarisasi perbekalan farmasi.
Surat Peraturan Direktur rumah sakit
Nomor 210 tentang Kebijakan penarikan perbekalan farmasi dari peredaran dan
Kebijakan pemusnahan perbekalan farmasi kadaluwarsa.
1. Kelompokkan obat yang akan dimusnahkan sesuai dengan sediaan obat tersebut.
2. Timbang obat yang akan dimusnahkan lalu masukkan ke dalam incinerator.
3. Buang cairan terlebih dahulu ke tanah untuk pemusnahan obat dalam bentuk
cairan yang dikemas dalam botol.
4. Buang cairan melalui IPAL (instalasi pengelolaan air limbah) apabila bersifat
Prosedur karsiogenik.
5. Lakukan pemusnahan bersama dengan petugas K3 dan sanitasi
6. Buat berita acara pemusnahan dan laporkan kepada direktur.
7. Buat laporan ke Dinas Kesehatan jika ada obat psikotropika dan atau narkotika
yang dimusnahkan.
· Instalasi Farmasi
· K3 dan Sanitasi
Unit terkait· Direktur Rumah Sakit

SPO PENGATURAN PEMENUHAN KEKURANGAN TENAGA KERJA


SPO, TKP

SPO PENGATURAN PEMENUHAN KEKURANGAN


TENAGA KERJA

Revisi No.

Dokumen No 0 Halaman 1/2

Ditetapkan Oleh
Direktur Utama

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONALTanggal Terbit
Pengaturan pemenuhan kekurangan tenaga kerja adalah suatu upaya
Manajemen untuk menanggulangi kekurangan tenaga kerja
yang bersifat mendesak karena adanya wabah, pegawai cuti bersamaan
Pengertian atau hal-hal lain yang bersfiat rudu paksa

1. Menjadi panduan dalam menangani masalah kekuarangan tenaga yang


mendesak.
2. Agar penanganan pemenuhan kekurangan tenaga dapat berjalan efektif
Tujuan dan sesuai dengan kebutuhan
Kebijakan Panduan Pengaturan kekuarangan tenaga
a. Pemenuhan kebutuhan mendesak karena adanya kejadian over
utility di IGD/ruangan
1. Petugas IGD memberitahuan kepada Kabag.
Keperawatan tentang adanya kejadian over utility (pasien banyak) di
IGD/ruangan baik karena kecelakaan massal, wabah, dll .
2. Kabag. Keperawatan menghubungi ruangan lain yang memungkinkan
untuk meminjamkan tenaga di unit yang bersangkutan untuk membantu
penanganan pasien di IGD/ruangan sampai pasien tertangani.
3. Bila ruangan perawatan tidak memungkinkan meminjamkan tenaga
sementara untuk membantu IGD, maka Kabag. Keperawatan
Prosedur menghubungi strukutural

PENGATURAN PEMENUHAN KEKURANGAN


TENAGA KERJA

Dokumen No. Revisi No.

0 Halaman 2/2
4. keperawatan untuk membantu penanganan pasien di IGD/ruangan.
5. Bila tidak memungkinkan maka Kabag. Keperawatan menghubungi
perawat yang lepas dinas atau libur yang terdekat untuk membantu
pelayanan dengan sistem lembur/overtime.
b. Pemenuhan kebutuhan tenaga karena cuti karyawan bersamaan
1. Unit kerja yang membutuhkan tenaga memberitahukan kepada Bidang
SDM melalui surat permohonan tenaga dengan mencantumkan jumlah
dan kualifikasi teanaga serta lama waktu kebutuhan tenaga tersebut.
2. Bidang SDM mengumpulkan dan menelaah berkas lamaran masuk
yang memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan
3. Bidang SDM menghubungi pelamar via telepone untuk
memberitahukan adanya formasi ketenagaan di rumah sakit untuk
pekerjaan jangka waktu tidak tertentu ( 3 bulan – 6 bulan).
4. Bila pelamar setuju, Bidang SDM akan memproses seleksi karyawan
berupa seleksi ketrampilan oleh unit terkait, dan seleksi administrasi &
Agama oleh Bidang SDM.
5. Bila telah memenuhi kualifikasi, maka karyawan akan ditempatkan
pada unit kerja yang membutuhkan sesuai kebutuhan unit kerja selama-
lamanya 6 bulan.
6. Pelamar yang telah lolos, menandatangani Perjanjian Kerja untuk
Waktu Tertentu dan mengikuti orientasi umum dan khusus.
7. Bidang SDM menerbitkan Surat Keputusan Direktur untuk penugasan
8. Bila masa kerja tidak tertentu selesai Bidang SDM menerbitkan surat
pemberitahuan kepada karyawan tentang berakhirnya masa kerja
karyawan dan mencatat dokumen karyawan pada file karyawan tidak
tertentu untuk pemanggilan kembali jika dibutuhkan.
Evaluasi tenaga tidak tetap dilaksanakan setiap tiga bulan
Unit Terkait Seluruh unit kerja

SPO PEMILIHAN VENDOR


MFK, SPO
SPO
PEMILIHAN VENDOR
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur
Pengertian Suatu penetapan atau pemilihan perusahaan/supplier suatu produk yang akan digunakan..
Tujuan
Supaya mendapat hasil produk perusahaan yang berkualitas.
Kebijakan
Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur 1. Kepala unit mengajukan permintaan barang/produk yang dibuktikan dengan surat permohonan yang dikirim ke bagian tata usaha
2. Bagian tata usaha menerima dan diberi nomor disposisi yang diteruskan kepada direktur utama
3. Direksi mempertimbangkan apakah disetujui atau tidak dengan mendisposisikan kepada bagian umum
4. Apabila disetujui bagian umum mencari vendor / rekanan yang sesuai kompetensi alat yang dibutuhkan sebanyak tiga vendor
5. Direktur memanggil vendor untuk melakukan presentasi
6. Vendor selanjutnya mengajukan surat penawaran yang ditujukan kepada direktur
7. Direktur memanggil dan melakukan presentasi sekaligus penawaran harga dan fasilitas lainnya
8. Team pemilihan barang memilih salah satu vendor yang sesuai dengan kebutuhan
9. Disposisi dikembalikan lagi ke bagian tata usaha untuk didokumentasikan
10. Apabila vendor di panggil sendiri oleh direksi maka vendor langsung melakukan presentasi dengan direksi
11. Direksi memilih salah satu vendor yang sesuai dengan kebutuhan
12. Disposisi dikembalikan oleh direksi ke bagian tata usaha untuk didokumentasikan.

Unit terkait Bagian Umum, tata usaha, keuangan

SPO IDENTIFIKASI LIMBAH


MFK, SPO 333333333333333333

SPO

IDENTIFIKASI LIMBAH
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur
Pengertian
Pemilihan pembuangan sisa dari hasil tindakan di Rumah Sakit
Tujuan
Supaya pembuangan dan penanganan limbah tepat dan tidak menyalahi peraturan dan
tidak merusak lingkungan
Kebijakan
Prosedur 1. Petugas ruangan memilah/memisahlkan masing-masing limbah.
2. Sampah rumah tangga/umum dibuang ke tempat sampah non infeksius
dengan menggunakan plastik warna hitam.
3. Sampah hasil tindakan medis dibuang ketempat sampah infeksius
dengan menggunakan plastik warna kuning.
4. Sampah yang punya sisi tajam dibuang di tempat safety box.
5. Sampah hasil tindakan kemoterapi dibuang ke tempat sampah
citostatika dengan menggunakan plastik warna unggu.
6. Sampah/limbah yang berbentuk cair dibuang ke saluran instalasi
pengolahan air limbah.
7. Sampah yang mengandung/bekas bahan kimia/radioaktif dibuang
ketempat sampah B3 dengan menggunakan plastik warna merah.
Unit terkait Seluruh unit terkait
STOOOOOOOOOOOOOOPPPPPP…
SPO APABILA FARMASI TUTUP ATAU PERSEDIAAN OBAT TERKUNCI

SPO
APABILA FARMASI TUTUP ATAU PERSEDIAAN OBAT
TERKUNCI
Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1
Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,
30 Desember 2016`

Direktur
Pengertian Farmasi tutup atau persediaan obat terkunci adalah apabila obat yang dibutuhkan tidak bisa didapatkan karena gudang farmasi tutup atau terkunci.
Tujuan Menjamin ketersediaan obat untuk pasien.
Kebijakan Apabila obat yang dibutuhkan pasien tidak tersedia dikarenakan farmasi tutup atau terkunci, obat distribusi dengan obat lain yang sama atau jika
tidak dikehendaki obat di copy resep untuk dibeli di apotik luar.
Prosedur
1. Petugas mendapati ketidak tersediaan obat.
2. Cek ketersediaan obat digudang farmasi oleh petugas IFRS.
3. Petugas mendapati gudang farmasi tutup atau terkunci.
4. Ganti obat dengan obat lain yang memiliki zat aktif dan kekuatan yang
samaoleh petugas.
5. Hubungi dokter apabila tidak tersedia obat yang memiliki zat aktif dan
kekuatan yang sama untuk subsitusi obat yang fungsinya sama.
6. Buat copy resep apabila dokter tidak menghendaki adanya subsitusi obat oleh
petugas IFRS.
Unit terkait  Dokter penulis resep
 IFRS

SPO PELAYANAN PASIEN WARNA MERAH


APK, SPO

SPO
PELAYANAN PASIEN WARNA MERAH

Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1


Tetap
No.Pokok
Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur
Pengertian Pasien yang datang dengan keadaan gawat dan darurat yang mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah segera, prioritas
1 dan pasien ditangani dalam waktu maksimal 5 menit..
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memberikan pelayanan penanganan pasien dengan keadaan gawat dan darurat di IGD yang sesuai
dengan baik dan benar.
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur 1. Petugas triase memindahkan pasien ke ruang resusitasi dan melakukan Hand Over kepada petugas ruang resusitasi
2. Petugas ruang resusitasi mengaktifkan code blue
3. Petugas melakukan cuci tangan dan menggunakan APD
4. Petugas melakukan pembebasan jalan nafas (airway) dan proteksi tulang servikal dan di tempatkan diatas long spine board (LSB) untuk pasien
dengan trauma, dengan cara :
a. Melakukan suction bila sumbatan berupa cairan/lendir
b. Memasang OPA/ NPA bila terjadi snoring
c. Melakukan airway definitif
5. Petugas melakukan pembebasan jalan nafas maksimal 5 menit
6. Petugas melakukan pemberian oksigen 11 liter per menit memakai Non Rebreathing Mask (NRM) bila tidak adekuat lakukan ventilasi manual
7. Petugas melakukan pemeriksaan sirkulasi dengan
a. Memegang nadi karotis, bila nadi karotis tidak ada dilakukan RJP sesuai dengan SPO RJP untuk dewasa, nadi femoralis untuk anak-anak dan
brachialis untuk bayi
b. Memegang nadi brakhialis dan ektremitas,bila nadi cepat dan ektremitas dingin dilakukan pemasangan infuse untuk memasukan cairan
8. Petugas memasang bed side monitor untuk memantau perkembangan tekanan darah, irama jantung, pernafasan, suhu, saturasi oksigen
9. Dokter memeriksa ulang jalan nafas, pernafasan, sirkulasi, tingkat kesadaran setiap 10 menit untuk memutuskan perawatan selanjutnya
SPO
PELAYANAN PASIEN WARNA MERAH
No.Pokok No. Revisi Halaman 2 dari 2

10. Bila telah dilakukan tindakan tetapi pasien tetap tidak tertolong (meninggal) maka dilakukan perawatan jenazah sesuai SPO Perawatan jenazah
11. Petugas IGD memberikan Edukasi pasien/ keluarga mengenai kondisi pasien dan rencana selanjutnya
12. Petugas IGD mendokumentasikan di formulir pengkajian IGD
13. Jika dalam penanganannya pasien membutuhkan perawatan intensif, maka dilakukan perawatan dan monitor pasien khusus sesuai SPO pindah
pasien dari IGD ke ICU.
14. Jika pasien kondisi stabil (airway, breathimng dan circulation) dan hanya membutuhkan ruang rawat biasa, maka keluarga dapat melakukan
admisi pasien
IGD di bagian pendaftaran IGD dan memilih ruang rawat sesuai indikasi rawat pasien (SPO pindah pasien IGD ke ruang rawat).
15. Petugas IGD memberikan penjelasan tindaklanjut pasien dan akan mengantar pasien ke ruang yang dituju sesuai indikasinya.
16. Jika pasien tidak dirawat inap di RS, karena satu dan lain hal, maka dilakukan proses rujukan sesuai SPO rujuk dan keluarga menyelesaikan
administrasi di kasir terlebih dahulu.
Unit terkait Seluruh petugas Rumah Sakit

SPO INFORMASI PENUNDAAN PELAYANAN / PENGOBATAN


APK, SPO

SPO
INFORMASI PENUNDAAN PELAYANAN / PENGOBATAN

Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1


Tetap
No.Pokok
Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur
Pengertian Informasi penundaan pelayanan/ pengobatan disini adalah proses menginformasikan kepada pasien atau keluarga pasien tentang adanya suatu
penundaan pelayanan/ pengobatan terhadap pasien.
Tujuan Sebagai langkah atau acuan dalam menginformasikan kepada pasien tentang penundaan pelayanan atau pengobatan yang akan dilakukan di rumah
sakit
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur 1. Petugas pendaftaran atau perawat ruang atau perawat poliklinik atau petugas bidang penunjang menginformasikan kepada pasien atau keluarga
pasien jika :
a. Kunjungan pasien untuk dokter yang bersangkutan banyak
b. Ada gangguan pada sistem (SIM RS), yang mengakibatkan pasien belum mendapatkan pelayanan
c. Dokter yang merawat atau dokter yang memeriksa masih ada pelayanan di kamar operasi
d. Sarana prasarana penunjang diagnostik sedang mengalami kerusakan sementara atau trouble
e. Obat yang diorder belum sampai keruang perawatan

2. Informasi penundaan pelayanan/ pengobatan dituangkan dalam rekam medis :


a. Untuk informasi penundaan di rawat jalan, dituangkan di RM Ringkasan Pelayanan Poliklinik yang dibuat oleh perawat poliklinik dan pasien atau
keluarga pasien menandatangani
b. Untuk informasi penundaan di rawat inap, dituangkan di RM 4 ( Perjalanan Penyakit, Perintah Dokter dan Pengobatan ) yang dibuat oleh perawat
ruang rawat inap dimana pasien dirawat dan pasien atau keluarga pasien menandatangani

Unit terkait Semua unit terkait

SPO ADMISI PASIEN JIKA RUANG PERAWATAN PENUH


APK, SPO

SPO
ADMISI PASIEN JIKA RUANG PERAWATAN PENUH

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman 1 dari 1


Tetap
Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur
Pengertian
Kegiatan pendaftaran pasien yang akan rawat inap dengan ruang perawatan penuh di
Rumah Sakit
Tujuan
Sebagai acuan langkah-langkah untuk proses admisi pasien jika ruang perawatan penuh
Kebijakan
Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur
1. Dokter membuat SPM ( Surat Perintah Mondok )
2. Pasien atau keluarga pasien membawa SPM ( Surat Perintah Mondok ) ke bagian
admisi.
3. Petugas admisi (pendaftaran rawat inap ) menerima Pasien / keluarga datang
4. Petugas pendaftaran meminta SPM (Surat perintah mondok / admission note) yang
dibawa keluarga pasien atau pasien
5. Petugas admisi ( pendaftran rawat inap ), menanyakan kelas yang diminta pasien dan
keluarga dan menjelaskan informasi tarif dan fasilitas yang dimiliki dari setiap kelas
dan ruang serta menanyakan apakah umum atau menggunakan asuransi :
- Jika pasien umum, pasien boleh memilih ruangan yang sesuai dengan keinginan
pasien, dan apabila pasien menghendaki ruang perawatan kelas II dan kelas III dapat
ditawarkan dengan melihat kasus pasien
- Jika pasien asuransi dapat memilih kelas yang sesuai asuransi atau akan naik ke kelas
ruang perawatan lain hal ini di tawarkan dahulu kepada pasien atau keluarga pasien
dan petugas pendaftaran memberikan form. Permohonan naik kelas serta petugas
pendaftaran mengingatkan pasien atau keluarga pasien untuk ke bagian asuransi untuk
melengkapi surat jaminan syarat pasien rawat inap yang menggunakan asuransi.
6. Setelah pasien atau keluarga pasien menyetujui kelas perawatan yang akan
ditempati, petugas pendaftaran menghubungi ruangan yang telah disetujui pasien atau
keluarga.
7. Perawat ruangan yang dihubungi menginformasikan jika kamar yang diinginkan
penuh, maka petugas pendaftaran menawarkan untuk pindah ke ruang perawatan yang
sama kelasnya atau naik ke kelas ruang perawatan yang lain.
8. Jika ruang perawatan yang ditawarkan oleh petugas pendaftaran juga penuh, maka
petugas pendaftaran dapat menghubungi petugas perawat supervisi untuk mencarikan
ruang perawatan yang kosong dengan melihat kasusnya gawat atau tidak, bila tidak
pasien dapat meninggalkan nomor telepon yang dapat dihubungi bila nanti kamar
perawatan yang diinginkan sudah ada dan bila gawat pasien dapat dirujuk ke rumah
sakit lain sesuai dengan proses pelaksanaan sistem rujukan
Unit terkait Semua unit terkait

SPO PENGEMBALIAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP


APK, SPO

SPO
PENGEMBALIAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP

Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1


Tetap
No.Pokok
Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur
Pengertian Suatu kegiatan tertib administrasi terhadap dokumen rekam medis rawat inap yang telah diisi oleh dokter atau paramedis dikembalikan ke bagian
penyimpanan rekam medis rawat inap.
Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah untuk memastikan pengembalian dokumen rekam medis rawat inap kembali ke ruang penyimpanan rekam medis
dengan benar
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur 1. Perawat ruang perawatan membawa dokumen rekam medis rawat inap pasien rawat inap yang sudah pulang ke bagain rekam medis di unit
asembling.
2. Petugas asembling menerima dokumen rekam medis rawat inap dan meneliti satu persatu rekam medis yang diterima dengan cara
mencocokkan dengan catatan pada buku ekspedisi pengembalian dari ruang perawatan.
3. Apabila ada rekam medis yang belum kembali pada hari itu, petugas filing dokumen rekam medis rawat inap menanyakan kepada Perawat
ruang perawatan yang bersangkutan agar segera mengembalikannya atau memberikan catatan di buku ekspedisi pasien rawat inap yang sudah
pulang dokumen rekam medis rawat inap.
4. Petugas asembling kemudian mencocokkan juga dokumen rekam medis rawat inap yang telah dipinjam oleh ruang perawatan di buku
ekspedisi peminjaman dokumen rekam medis rawat inap jika ada dan kemudian mengembalikan kembali dokumen rekam medis rawat inap yang
selesai digunakan diruang perawatan.
Unit terkait Semua unit terkait

SPO PELAYANAN PASIEN WARNA HIJAU


APK, SPO

SPO
PELAYANAN PASIEN WARNA HIJAU

Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1


Tetap
No.Pokok
Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur
Pengertian Pelayanan pasien yang datang dengan keadaan tidak gawat dan tidak darurat, prioritas 3 dan pasien harus dapat ditangani dalam waktu maksimal
60 menit
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memberikan pelayanan penanganan pasien dengan keadaan tidak gawat dan tidak darurat atau
false emergency yang sesuai dengan baik dan benar.
Kebijakan Surat keputusan direktur rumah sakit
Prosedur
1. Petugas Triagew melakukan cuci tangan dan menggunakan APD
2. Petugas triase memindahkan pasien dari ruang triase ke ruang observasi dan
melakukan Hand over kepada petugas IGD
3. Perawat IGD melakukan pemeriksaan ulang yaitu keluhan utama dan vital sign
kemudian di dokumentasikan di formulir pengkajian IGD
4. Perawat IGD melaporkan hasil pengkajian awal pasien kepada dokter jaga IGD
5. Dokter IGD melakukan anamnesa dan pemeriksaan kemudian di dokumentasikan
di formulir pengkajian IGD
6. Dokter IGD menjelaskan hasil pemeriksaan serta tindak lanjutnya kepada pasien
atau keluarga bahwa pasien tidak gawat dan tidak darurat sehingga dapat dilayani di:
a. Poliklinik bila jam kerja dan praktek dokter spesialis masih ada.
Perawat IGD akan mengantar pasien dan menunjukkan poliklinik yang
seharusnya dituju sesuai kondis pasien dan hasil pengkajian IGD. Petugas
IGD melakukan hand over kepada petugas poliklinik.
b. IGD bila di luar jam kerja poliklinik dan praktek spesialis sudah tidak ada.
Perawat akan melakukan pengkajian lanjutan dan memberikan penjelasan
tindakan selanjutnya.
7. Dokter jaga IGD dapat melakukan pemeriksaan dan memberikan terapi atau saran
tindakan selanjutnya kepada pasien dan atau keluarga.
8. Petugas IGD menghubungi pendaftaran poliklinik untuk registrasi dan jika
memerlukan rawat inap, petugas pendaftaran dapat melakukan admisi pasien dengan
melakukan verifikasi identitas pasien terlebih dahulu.
9. Petugas IGD dapat bekerjasama dengan bagian Radiologi, laboratorium dan
farmasi untuk pelayanan lanjutan pasien IGD.
10. Petugas IGD memberikan penjelasan terkait administrasi untuk pasien yang di
layani di IGD dan tidak memerlukan rawat inap. Petugas IGD melakukan cuci tangan
setelah melakukan tindakan kepada pasien dan melakukan dokumentasi terkait
pelayanan yang telah dilakukan kepada pasien di rekam medis pasien.
Unit terkait Semua unit terkait
SPO ASESMEN PRA TINDAKAN PEMBEDAHAN
AP, SPO

SPO ASESMEN PRA TINDAKAN PEMBEDAHAN

No.
Dokumen:SPO/Yanmed/119 No. Revisi : 00 Halaman : 1/2
Ditetapkan Direktur,

Tanggal Terbit :
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN
Pengkajian terhadap pasien sebelum dilakukan tindakan pembedahan
1. Sebagai acuan dalam melakukan asesmen pra tindakan pembedahan
2. Untuk mengurangi atau mencegah resiko komplikasi pada setiap pasien
TUJUAN yang akan menjalani pembedahan.

KEBIJAKAN
.
PROSEDUR 1. Proses asesmen pra bedah dilakukan diruang perawatan atau di
poliklinik oleh dokter yang akan melakukan tindakan pembedahan
(dokter operator) yang mempunyai wewenang klinis. Proses ini dapat
dilakukan diruang operasi bilamana pasien secara darurat membutuhkan
pembedahan.
2. Dokter melakukan konsultasi dan pemeriksaan penunjang terhadap
pasien yang diperlukan sesuai yang dibutuhkan
3. Dokter Operator sebelum tindakan pembedahan harus memberikan
informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarganya atau pembuat
keputusan dalam proses mendapatkan persetujuan tindakan ( informed
consent),mencakup:
a. Nama prosedur yang direncanakan
b. Resiko dari prosedur yang direncanakan.
c. Manfaat prosedur yang direncanakan.
d. Komplikasi yang potensial terjadi.
e. Alternatif tindakan bedah dan non bedah yang tersedia untuk
Pengobatan pasien.
f. Bila darah atau produk darah mungkin dibutuhkan, informasi tentang
resiko, manfaat dan alternative
g. Prognosis
ASESMEN PRA TINDAKAN PEMBEDAHAN
No. No. Revisi : Halaman :
Dokumen:SPO/Yanmed/119 00 2/2
4. Sebelum pelaksanaan tindakan bedah,dokter yang melakukan
pembedahan (DPJP/Operator) mendokumentasikan informasi asesmen
pra bedah pasien dan membuat rencana asuhan bedah dan diagnosis pra
operatif dari informasi asesmen tersebut pada rekam medis
pasien.Rencana Persiapan pra bedah seperti puasa,pada pasien dalam
keadaan emergensi harus pertimbangan dan persetujuan Dokter
Anestesi.
PROSEDUR

UNIT TERKAIT Unit pelayanan medis, keperawatan

SPO REVIEW/ EVALUASI DOKUMEN REGULASI RUMAH SAKIT


SPO, TKP

SPO
REVIEW/ EVALUASI DOKUMEN REGULASI RUMAH SAKIT

Prosedur No. Pokok No. Revisi Halaman


Tetap 1/3

Tanggal terbit Tangerang,

Direktur

Pengertian Yang dimaksud dengan :


1. Dokumen Regulasi adalah :
- Kebijakan adalah penetapan Direktur pada tataran strategis atau bersifat garis
bedar yang mengikat
- Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang menberi arah bagaimana
sesuatu harus dilakukan. Merupakan hal pokok yang menjadi dasar untuk
menentukan atau melaksanakan kegiatan
- Panduan adalah petunjuk dalam melakukan kegiatan
- Standar Prosedur Operasional adalah suatu perangkat intruksi/ langkah-
langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin
2. Review/ evaluasi dokumen regulasi adalah suatu mekanisme yang dilakukan
untuk memantau atau mereview dokumen regulasi RS

Tujuan 1. Untuk meyempurnakan dokumen regulasi yang telah ada apabila terdapat
ketentuan yuridis terbari
2. Untuk melihat kembali tingkat keakuratan dan efektifitas pelaksanaan
dokumen regulasi yang ada

Kebijakan 1. SK Direktur Nomor :…………………….. tentang Kebijakan Pengelolaan,


Pengembangan dan Pemantauan Pelaksanaan, Regulasi RS.

SPO
REVIEW/ EVALUASI DOKUMEN REGULASI RUMAH SAKIT

No. Pokok No. Revisi Halaman


2/3

2. SK Direktur Nomor :…………………………… tentang Penunjukan


Personel Pengelolaan, Pengembangan dan Pemantauan Pelaksanaan
Regulasi RS
 Review dilakukan apabila terdapat ketentuan yuridis terbaru
 Review dilakukan apabila dokumen regulasi yang ada sudah tidak
sesuai lagi dengan tuntutan pelayanan yang ada
Prosedur 1. Usulan Review :
a. Review atas Kebijakan/ Pedoman/ SPO/ diusulkan oleh unit kerja terkait
b. Review regulasi dapat diajukan sebagai tindaklanjut dari hasil monitoring
pelaksanaan regulasi
c. Review regulasi dapat diajukan oleh Tim Pengelola & Pengembangan Regulasi
RS.
2. Usulan point a dan b, diajukan melalui Tim Pengelola dan Pengembangan
regulasi RS.
3. Tim Pengelola & Pengembangan Regulasi RS. mengkaji/ menelaah kesesuaian
dengan peraturan perundang-undangan serta kebijakan yuridis lainnya (Surat
Keputusan Direktur, SPO, Pedoman/ Panduan dll)
4. Dalam pelaksanaan pengkajian (telaah) atas review regulasi dapat melibatkan
profesi terkait
5. Dokumen hasil telaah regulasi dikoordinasikan dengan Qakil Direktur terkait
6. Dokumen kebijakan yang telah dilakukan review diajukan ke Direktur untuk
disahkan

SPO
REVIEW/ EVALUASI DOKUMEN REGULASI RUMAH SAKIT

No. Pokok No. Revisi Halaman


3/3

7. Dokumen kebijakan disampaikan dan disosialisasikan untuk dilaksanakan unit


kerja terkait
8. Proses penyelesaian dokumen sejak pengajuan review sampai diajukan
pengesahan ke Direktur paling lama 1 (satu) minggu

Unit terkait Seluruh Unit Kerja

SPO PEMERIKSAAN RADIOLOGI ANTEBRACHII


Radiologi, SPO

SPO
PEMERIKSAAN RADIOLOGI ANTEBRACHII

Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1


No.Pokok
Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Tata cara pemeriksaan radiologi tanpa media kontras yang ditujukan kepada organ-organ tulang lengan bawah (antebrachi).

Tujuan Untuk mendapatkan hasil gambaran radiologi tulang-tulang lengan bawah (antebrachi).

Kebijakan Pemeriksaan Antebrachii sesuai Standar Pelayanan Radiologi


Prosedur Persiapan

1. Pesawat rontgen dengan kV dan mAs yang disesuaikan.

2. Kaset / film dengan ukuran yang disesuaikan dengan objeknya.

3. Marker sebagai tanda objek.

4. Lead apron untuk pasien hamil.

5. Manual processing.

Tindakan

Proyeksi AP

1. Posisikan lengan bawah secara supine, ekstensikan siku kemudian posisikan lengan bawah pada setengah kaset yang diberikan kolimasi (posisikan kedua
sendi masuk kedalam gambaran)

2. Atur kaset sejajar dengan lengan bawah

3. Kemudian arahkan CR tegak lurus pada titik temgah kedua lengan

2. Proyeksi Lateral
1. Posisikan lengan bawah secara lateral, kemudian posisikan lengan bawah pada setengah kaset yang ditelah diatur kolimasinya, pastikan kedua sendi masuk
kedalam gambaran

2. Atur kaset sejajar dengan lengan bawah

3. Kemudian arahkan CR tegak lurus pada titik tengah kedua lengan

Unit terkait Semua unit terkait


…………………………………………………………………………………………..

SPO PEMERIKSAAN RADIOLOGI ELBOW JOINT


Radiologi, SPO

SPO
PEMERIKSAAN RADIOLOGI ELBOW JOINT

Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1


No.Pokok
Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Tata cara pemeriksaan radiologi tanpa media kontras yang ditujukan kepada Elbow Joint.

Tujuan S Untuk mendapatkan hasil gambaran radiologi Elbow Joint

Kebijakan Pemeriksaan Elbow Joint sesuai Standar Pelayanan Radiologi

Prosedur Persiapan

1. Pesawat rontgen dengan kV dan mAs yang disesuaikan.

2. Kaset / film dengan ukuran yang disesuaikan dengan objeknya.


3. Marker sebagai tanda objek.
4. Lead apron untuk pasien hamil.
5. processing.

Tindakan

1. Proyeksi AP
1. Letakkan persendian siku secara supine dan ekstensikan siku dan pusatkan kaset pada persendian siku.

2. Atur kaset agar sejajar dengan persendian siku.

3. Arahkan CR tegak lurus pada persendian siku.

2. Proyeksi Lateral
1. Letakkan persendian siku secara supine, fleksikan siku 90 0 dan letakkan lengan atas dan bawah kontak dengan meja pemerikasaan.

2. Atur siku dipertengahan kaset.

3. 3.Arahkan CR tegak lurus ke daerah siku.

Unit terkait Semua unit terkait


SPO PEMERIKSAAN RADIOLOGI HUMERUS
Radiologi, SPO

SPO
PEMERIKSAAN RADIOLOGI HUMERUS

Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1


No.Pokok
Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Tata cara pemeriksaan radiologi tanpa media kontras yang ditujukan kepada Humerus.

Tujuan S Untuk mendapatkan hasil gambaran radiologi humerus

Kebijakan Pemeriksaan humerus sesuai Standar Pelayanan Radiologi

Prosedur Persiapan

1. Pesawat rontgen dengan kV dan mAs yang disesuaikan.

2. Kaset / film dengan ukuran yang disesuaikan dengan objeknya.


3. Marker sebagai tanda objek.
4. Lead apron untuk pasien hamil.
5. Manual processing.

Tindakan

A. Proyeksi AP

1. Posisikan pasien dalam posisi berdiri atau tidur.

2. Atur ketinggian batas atas kaset kira-kira 3cm diatas kepala lengan atas.

3. Arahkan CR tegak lurus pada titik antara persendian bahu dan siku.

2. Proyeksi Lateral
1. Posisikan pasien dalam posisi berdiri atau tidur.

2. Atur ketinggian batas atas kaset kira-kira 3 cn diatas kepala lengan atas.

3. Fleksikan siku 900 kemudian letakkan tangan diatas pinggang.

4. Arahkan CR tegak lurus pada titik tengah antara persendian bahu dan siku.

Unit terkait Semua unit terkait

SPO PEMERIKSAAN RADIOLOGI SHOULDER JOINT


Radiologi, SPO
SPO
PEMERIKSAAN RADIOLOGI SHOULDER JOINT

Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1


No.Pokok
Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Tata cara pemeriksaan radiologi tanpa media kontras yang ditujukan kepada Shoulder Joint.

Tujuan S Untuk mendapatkan hasil gambaran radiologi shoulder joint

Kebijakan Pemeriksaan shoulder joint sesuai Standar Pelayanan Radiologi

Prosedur Persiapan

1. Pesawat rontgen dengan kV dan mAs yang disesuaikan.

2. Kaset / film dengan ukuran yang disesuaikan dengan objeknya.


3. Marker sebagai tanda objek.
4. Lead apron untuk pasien hamil.
5. Manual processing.

Tindakan

Proyeksi AP ( internal rotation humerus )

1. Posisikan pasien dalam posisi berdiri atau tidur.


2. Atur ketinggian kaset dan tubuh pasien pusatkan pada titik 2,5 cm inferior dan 2,5 cm medial dari processus coracoid.
3. Rotasikan humerus ke arah internal.
4. Arahkan CR tegak lurus pada titik 2,5 cm inferior dan 2,5 cm medial processus coracoid.
Proyeksi AP ( externa rotation humerus )
1. Posisikan pasien dalam posisi berdiri atau tidur.

Atur ketinggian kaset dan tubuh pasien, pusatkan pada titik 2,5 cm

1. inferior dan 2,5 cm medial processus coracoid.

2. Rotasikan humerus ke arah external.

Arahkan CR tegak lurus pada titik 2,5 cm inferior dan 2,5 cm medial dari processus coracoid.

Unit terkait Semua unit terkait

SPO PEMERIKSAAN RADIOLOGI CLAVICULA


Radiologi, SPO

SPO
PEMERIKSAAN RADIOLOGI CLAVICULA
Prosedur No. Revisi Halaman 1 dari 1
No.Pokok
Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Tata cara pemeriksaan radiologi tanpa media kontras yang ditujukan kepada os. Clavicula

Tujuan S Untuk mendapatkan hasil gambaran radiologi os. Clavicula

Kebijakan Pemeriksaan os. Clavicula sesuai Standar Pelayanan Radiologi

Prosedur Persiapan

1. Pesawat rontgen dengan kV dan mAs yang disesuaikan.

2. Kaset / film dengan ukuran yang disesuaikan dengan objeknya.


3. Marker sebagai tanda objek.
4. Lead apron untuk pasien hamil.
5. Manual processing.

Tindakan

Proyeksi AP

1. Posisikan pasien dalam posisi berdiri atau tidur.


2. Atur agar clavicula berada di tengah kaset.
3. Arahkan CR tegak lurus clavicula.

Unit terkait Semua unit terkait

SPO SIMBOL DAN SINGKATAN


SPO, TKP

SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN

Prosedur No. Pokok No. Revisi Halaman


Tetap 1/12

Tanggal terbit Tangerang


Direktur

Pengertian Simbol merupakan tanda peringatan yang ditempatkan pada sampul berkas
rekam medis, sedangkan singkatan merupakan rangkaian huruf yang digunakan
untuk mempersingkat dan mempermudah pencatatan didalam Rekam Medis

Tujuan 1. Sebagai tanda bagi para petugas pelayanan kesehatan agar berhati – hati
dalam memberikan pelayanan yang mempunyai resiko tertular
2. Agar dokter atau perawat cepat terhadap bahaya alergi obat pada pasien
3. Sebagai tanda bagi petugas rekam medis untuk membedakan berkas pasien
meninggal dengan berkas pasien lain
Mempermudah, memperjelas dan mempersingkat maksud dari tulisan atau
diagnosa

Kebijakan 1. Untuk keseragaman pengisian rekam medis dilakukan standarisasi simbol dan
singkatan yang digunakan dan yang tidak boleh digunakan
2. Setiap pasien yang menderita penyakit menular, penderita alergi dan pasien
pasien yang meninggal dunia harus memiliki tanda khusus di dalam berkas
rekam medis

SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN

No. Pokok No. Revisi Halaman


2/12

Prosedur I. Simbol yang digunakan di RS


II. antara lain :
1. Ψ (berwarna biru) adalah simbol untuk alergi
2. ♀ adalah simbol untuk pasien dengan jenis kelamin laki-laki
3. ♂adalah simbol untuk pasien dengan jenis kelamin perempuan
4. ■ (kotak berwarna hitam) simbol untuk pasien yang meninggal
5. 0 adalah simbol untuk kasus penyakit penular
6. )* adalah untuk pasien dengan identitas dan data sosial yang kebenarannya
7. )# adalah untuk pasien yang mengaku pernah datang tetap dan didaftar oleh
petugas pendaftaran dengan nomor baru
8. ↑adalah symbol untuk kenaikan
9. ↓adalah symbol untuk penurunan
10. = adalah symbol sama dengan
11. ≠ adalah simbol note equal/tidak sama dengan
12. ° adalah symbol untuk derajat
13. # adalah fraktur

III. Ketentuan pemberian symbol pada kaasus penyakit menular


a. Penyakit menular yang harus diberi symbol adalah kasus penyakit antara lain :
1) HIV atau AIDS
2) Hbs Ag Positif atau Hepatitis B
3) Tuberculosis positif
b. Simbol untuk kasus penyakit menular dibedakan berdasarkan warna, yaitu :
1) HIV atau AIDS : ●(bulatan) berwarna merah

SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN

No. Pokok No. Revisi Halaman


3/12

2) Hbs Ag positif atau Hepatitis B : ●(bulatan) berwarna biru


3) Tuberculosis positif : ●(bulatan) berwarna hijau

IV. Simbol yang tidak boleh digunakan


a. Ʒ maksud symbol adalah Dram, namun sangat mirip dengan “3”
b. x3d maksud simbol adalah for three days, dapat disalah artikan 3 dosis
c. > and < pada penulisan angka tanpa spasi, dapat disalah artikan menjadi angka
yang lain
d. / pada penulisan dosis jika ditulis tanpa spasi
e. @ maksud simbol adalah at, namun bisa menjadi “2”
f. & maksud simbol adalah and, namun bisa menjadi “2”
g. + maksud symbol adalah plus atau anda, namun bisa terbaca “4”
h. ° maksud symbol adalah Hour, namun risiko terbaca zero (“nol”)
i. Ø or 0 or Φ maksud symbol adalah zero/ null sign, namun risiko terbaca 4,6,8,9

V. Simbol alergi, kasus penyakit menular dan kematian ditulis pada pojok kanan
atas berkas rekam medis. Jika berkas adalah berkas rawat inap maka symbol
ditulis pada sampul depan berkas rekam medis rawat inap dan jika berkas
adalah berkas rawat jalan atau IGD maka symbol ditulis pada berkas tersebut
6. Ketentuan pelaksanaan penulisan simbol, adalah :
Penulisan tanda peringatan kasusu penyakit menular dilakukan dengan
ketentuan :

SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN

No. Pokok No. Revisi Halaman


4/12

a. Surat permohonan (SP) pemeriksaan laboratorium pasien yang dicurigai


mengidap penyakit menular (HIV/AIDS, Hbs Ag+, Tuberculosis+) diberi tanda
bulatan warna pada pojok kanan atas SP pemeriksaan laboratorium
b. Bila hasil laboratorium positir dan dokter membuat diagnose sebagai penyakit
menular maka symbol ditulis pada pojok kanan atas berkas rekam medis
7. Alat yang digunakan untuk menandai atau menuliskan symbol
adalah spidol whiteboard marker berwarna merah, biri, hijau dan hitam
8. Penyediaan alat dikoordinir langsung oleh masing – masing unit
(Rawat Jalan, IGD dan Rawat Inap)
9. Penanggungjawab penulisan symbol adalah unit terkait yang
berinteraksi langsung dengan pasien
10. Singkatan yang BOLEH digunakan di RS antara lain:
A : Airway (Jalan Nafas)

AB : Antibiotik

Abd : Abdomen (perut)

a.c : Sebelum Makan

ACS : Acute Coronary Syndrom

A/E : Assesment/Evaluasi

AF : Atrial Fibrilasi

AFP : Acute Flaccid Paralysis

A-i-c-d : Anemia Icterus Cianosis


Dispneu

AJ : Angkat Jahitan

AN : Anemia

App : Appendicitis
SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN

No. Pokok No. Revisi Halaman


5/12

APS : Atas Permintaan Sendiri

ARDS : Aduit Respiratory Distress

AS : Apgar score

ASHD Athero Sclerotic Heart Disease

ASD : Atrial Septal Deffect

Ass : Assesment

Auric : Auriculen (Telinga)

Ax : Anamnesa

B : Breathing

BAB : Buang Air Besar

BAK : Buang Air Kecil

BB : Berat Badan

BBB : Batu Buli-Buli

BBL : Bayi Baru Lahir

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

BBLSR : Berat Badan Lahir Sangat Rendah

BPH : Benign Prostatic Hypertrophy

Br : Bronchial

BSN : Kadar Gula Darah Puasa

BSO : Bilateral Salphingo Oophorectomy

BTA : Batang Tahan Asam

BTK : Banyak Terima Kasih

BU : Bising Usus

C1.C2…C8 : Tulang Belakang Bagian Envikal


C : Circulation
C
: Sendok Makan

C/ : Cor

Ca. : Cancer

Caps : Capsul (obat)

CKB : Cidera Kepala Berat

CKR : Cidera Kepala Ringan

CO? : Carbon dioxide

COA : Camera Occuli Anterior

COB : Cedera Otak Berat

CC : Common Cold

CHF : Congestive Heart Failure

Chl : Chloride

SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN

No. Pokok No. Revisi Halaman


6/12

CM Compos Menthis

Comcer Commotio Cerebri

COPD Cronic Obstructive Pulmonary Disease

CPD Cephalo Pelvic Disproportion

COR Cedera Otak Ringan

COS Cedera Otak Sedang

Cth Sendok the

CT Scan Compyterized Tomography Scanning

CVA Cerebro Vascular Accident

Cyan Cyanoses

Dbn Dalam Batas Normal


d.c Bersama Makan

DHF Dengue Haemorragic Fever (Deman Berdarah


Dengue

DOA Dead on Arrival

DD Diferencial Diagnosa

DJJ Denyut Jantung janin

DL Darah Lengkap

DM Diabetes Mellitus

DSS Dengue Syock Syndrome

DVT Deep Vein Thrombosis

Dx Diagnosa

Dysp Sesak

e.c Et Causa

EKG Elektrokardiografi

EEG Electroencephalogram

Ext Externitas (anggota gerak)

EDH Epidural Haemorrhage

EMAS Expanding Maternal and Neonatal Survival

FAM Fibroadenoma Mammae

FBC Fracture Basis Cranial

FC Febral Convulsion

Fr, Fx Fraktur

FU Fundus Uteri

FUO Fever Of Unknown Origin

GCS Glaslow Coma Scale

H2O Water

Hct Hematokrit

SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN
No. Pokok No. Revisi Halaman
7/12

GE Gastro Enteritis

GERD Gastroesophageal Reflux Disease

GDA Gula Darah Acak

GDP Gula Darah Puasa

Hb Haemoglobin

HCC Hepato Cell Carcinoma

Hct Hematocrit

HHF Hypertensi Heart Failure

HIL Hernia Inguinalis Lateralis

HIM Hernia InguinalisMedialis

HM Hematemsis Melena

HT Hypertensi

ICD International Classification of the Diseases

Ict Icterus

IDDM Insulin Dependen Diabetes Millitus

IGD Instalasi Gawat Darurat

IKP Insiden Keselamatan Pasien

IMA Infark Myocard Acut

IPI Instansi Pelayanan Intensive

i.m Inmamuscular

Inj Injeksi

Isk Infeksi Saluran Kencing

ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Atas

ITP Idiopatic Thrombocytopenia

IUFD Intra Urine Fetal Death (Bayi Mati Dalam


Kandungan)

i.v Intra Venous

IVP Intra Venous Pyelography


Jr Jari

JVP Jugular Venous Pressure

K Kalium

K-L Kumbah Lambung

K/L Kepala/Leher

Kep Kepala

KET Kehamilan Ektopik Terganggu

KLL Kecelakaan Lalu Lintas

KP Koch Pulmonum

SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN

No. Pokok No. Revisi Halaman


8/12

K.0 Keluhan Utama / Keadaan Umum

KNC Kejadian Nyaris Cidera

KPC Kejadian Potensial Cedera

KPD Ketuban Pecah Dini

KRS Keluar Rumah Sakit

KTD Kejadian Tidak Diharapkan

KTC Kejadian tidak cedera

L1. L2….L5 Tulang Bagian Lumbal

L Lefr (kiri)

LBP Low Back Pain

LFT Liver Function Test (Tes Fungsi Hati)

LMN Lowell Moton Nuron

M- Mur2

MH Morbus Hansen

MODS Multiple Organ Disfunction Sindrom


Mot Motorik

MRS Masuk Rumah Sakit

MRI Magnetic Resonanre Imajing

N Nadi

NA Neonaterum (Bayi)

NGT Nasogastric (Tube)

NIDDM Non Insulin Dependen Diabetes Militus

NSAID Ninscroid Anti Inflamatory Drug

NT Nyeri Tekan

O2 2 Oksigen

OA Osteo Arthritis

OB Oran! Baru

Obs Observasi

OD Ocular Dextra

OK Operating Kamer (Kamar Operasi)

OS Occular Sinistra

Os Bone, Mouth

p.c Sesudah Makan

p.h Hydrogen Ton Concentrasion

p.o Per Oral

p.r.n Kalau Perlu

P/ Pullnomal

SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN

No. Pokok No. Revisi Halaman


9/12

PBI Pupil Besar Isokor

PCT Paracetamol
PDX Planning Diagnose

Ped Pediatrik

PEX Planning Edukasi

PF Pemeriksaan Fisik

Ph Hydrogen Ion Consentrasion

PL Pulang

PMX Planning Monitoring

PP Post Partum

Psg Pasang

PTX Planning tx

PX Penderita

R Right (Kanan)

RA Rheumatoid Arthritis

RBC Red Blood Cell

Reg Regular

Regt Register

Ret Retensio

RF Reflex Fisiologis

RFT Renal Function test ( Tes Fungsi Ginjal )

Rh Ronchi

Ro Rontgen

Rom Range Of Motion

RP/Rpat Refleks Patologis

RPD Riwayat Penyakit Dahulu

RPK Riwayat Penyakit Keluarga

RR Respiratory Rate

RT Rectal Touch

SAH Sub Arachnoid Hemorrhage

SCH Supra Condiler humerus


Si .S2 S5

Sat Saturasi

SC Sectio caesaria

SDE Sulit Dievaluasi

SDH Subdural Hemorrhage

SH Cirrhosis hepatitis

SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN

No. Pokok No. Revisi Halaman


10/12

SK Serum Kreatinin

SAH Sub Arachnoid Hemorrhage

SKS Surat Keterangan Sehat

Sp 02 Saturasi Tekanan Oksigen

Spt b Spontan Belakang Kepala (Partus Normal)

SQO Status Quo ( Tetap )

SRMD Stress Releated Mucosal Dammage

St Status

STD Sexually Transmithted Disease

S1 – S2 Bunyi Jantung 1- Bunyi Jantung 2

T1. T2.T3…T12 Tulang Belakang Bagian Thoracal

t Temperatur (Suhu Badan)

T/TD Tensi (Tekanan Darah)

Taa Tak Ada Apa-Apa

Tab Tablet (Obat)

TBC Tuberculosis

TFU Tinggi Fundus Uteri

TAK Tak Ada Kelainan


TENS Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation

THA Tension Type of Headache

TH/thx Thorax (Dada)

TIA Transient Ischemic Attack

TIO Tekanan Intra Okuler

TM Tidak Mampu

TOA Tuba Ovari Abscess

Ttu Tidak Teratur

ttb Tidak Teraba

TKR Total Knee Replacement

TN Tetanus Neonatorum

TS Teman Sejawat

Tu Tumor

TUR Transurethral resection

Tx Terapi

uk Ukuran

UL Urine Lengkap

UMN Upper motor Neurik

SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN

No. Pokok No. Revisi Halaman


11/12

UPPA Unit Perawatan Pasca Anestesi

URI Upper Respiratory Infection

UTI Urinary Tract Infection

UUB Ubun ubun

UUK Ubun-ubun Kecil

VE Vacum Ekstraksi
V/V Vulva/Vagina

Ves Vesikuler

VSD Ventricular Septal Deffect

VT Vaginal Toucher

WBC White Blood Cell

WDx Working Diagnosa

wh Wheezing

11. Singkatan yang TIDAK BOLEH digunakan di RS antara lain :


Μ Microgram

AD, AS, AU Right ear, Left ear, each ear

OD, OS, OU right eye, left eye, each eye

BT Bedtime

Cc Cubic centimeters

D/C Discharge or Discontinue

11 Injection

IN Intranasal

HS Half-strength

hs At bedtime, hours of sleep

i.u International uni

o.d or OD Once daily

q6PM, etc Every evening at 6 PM

Per os By mouth, orally

q.d or QD Every other day

SC, SQ, sub q Subcutaneous

U or u Unit

UD As directed (“ut dictum”)

APAP Acetaminophen

ARA A Vidarabine
SPO
SIMBOL DAN SINGKATAN

No. Pokok No. Revisi Halaman


12/12

AZT Zidovudine (Retrovir)

CPZ Compazine (prochlorperazine)

DPT Demerol-Phenergan-Thorazin

DTO Diluted tincture of opium, or deodorized


tincture of opium (Paregoric)

HCL Hydrochloric acid or hydrochloride

HCT Hydrocortisone

HCTZ Hydrochlorothiazide

MgSO4** MagnesiumSulfate

MS, MSO4** Morphine Sulfate

MTX Methotrexate

PCA Procainamide

PTU Prophylthioursacil

T3 Tylenol with codeine No. 3

TAC Triamcinolone

TNK TNKase

ZiSO4 Zinc sulfate

“Nitro” drip Nitroglycerin infusion

“Norflox” Norfloxacin

“IV Vane” Intravenous vancomycin

PBI Pupil Besar Isokor

PCT Paracetamol

PDX Planning Diagnose


Ped Pediatrik

PEX Planning Edukasi

PF Pemeriksaan Fisik

Ph Hydrogen Ion Consentrasion

PL Pulang

PMX Planning Monitoring

PP Post Partum

Psg Pasang

PTX Planning tx

PX Penderita

R Right (Kanan)

RA Rheumatoid Arthritis

RBC Red Blood Cell

Reg Regular

Regt Register

Ret Retensio

RF Reflex Fisiologis

RFT Renal Function test ( Tes Fungsi Ginjal )

Rh Ronchi

Ro Rontgen

Rom Range Of Motion

RP/Rpat Refleks Patologis

RPD Riwayat Penyakit Dahulu

RPK Riwayat Penyakit Keluarga

RR Respiratory Rate

RT Rectal Touch

SAH Sub Arachnoid Hemorrhage

SCH Supra Condiler humerus

Si .S2 S5
Sat Saturasi

SC Sectio caesaria

SDE Sulit Dievaluasi

SDH Subdural Hemorrhage

SH Cirrhosis hepatitis

Unit Terkait 1. Rawat Jalan


2. IGD
3. Rawat Inap
4. Rekam Medis

SPO PERMINTAAN DATA DAN INFORMASI BERKAS REKAM MEDIS


SPO, TKP

SPO
PERMINTAAN DATA DAN INFORMASI BERKAS REKAM MEDIS

Prosedur No. Pokok No. Revisi Halaman


Tetap 1/2

Tanggal terbit Tangerang,

Direktur

Pengertian Proses permintaan data dan informasi baik informasi umum maupun informasi
medis untuk kepentingan rumah sakit sendiri ataupun untuk kepentingan luar
rumah sakit

Tujuan 1. Memberikan penjelasan tentang tata cara permintaan data yang ada pada RS
2. Sebagai pedoman bagi pihak pelaporan rekam medis dalam melaksanakan
proses permintaan data
3. Sebagai pedoman bagi pihak pelaporan rekam medis untuk memenuhi
kebutuhan data dan informasi yang dibutuhkan
4. Mengelola pelepasan data dan informasi rekam medis

Kebijakan 1. Data rekam medis milik rumah sakit dan tidak boleh keluar dari rumah sakit
2. Permintaan data rekam medis untuk kepentingan internal (dari dan untuk rumah
sakit) dapat dilayani dengan meminta secara langsung atau via email
3. Permintaan data rekam medis untuk kepentingan eksternal (pihak luar rumah
sakit) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Harus dengan surat permohonan resmi yang ditujukan kepada Direktur

SPO
PERMINTAAN DATA DAN INFORMASI BERKAS REKAM MEDIS

No. Pokok No.Revisi Halaman


2/2

a. Apabila untuk kepentingan penelitian atau pelaporan ke Dinas Kesehatan, maka


harus ada surat penugasan penelitian atau pelaporan dari instansi yang
bersangkutan dan surat permohonan untuk melakukan penelitian atau
pelaporan yang ditujukan kepada Direktur
1. Untuk permintaan data yang sudah diolah dapat langsung diberikan, sedangkan
apabila data yang diminta harus diolah terlebih dahulu maka data tersebut akan
diselesaikan sekurang – kurangnya 3 hari

Prosedur 1. Mengidentifikasi permintaan data dan format laporan yang diminta


2. Memverifikasi apakah data yang diminta untuk kebutuhan internal atau
eksternal
3. Jika kebutuhan data eksternal. Maka arahkan ke secretariat untuk mengajukan
permintaan data
4. Memasukkan jenis permintaan data pada file permintaan data
5. Memasukkan tanggal permintaan, nama pemohon, subjek / jenis data yang
diminta, bentuk data yang diminta, cara penyampaian data yang diminta dan
nomor telepon

Unit Terkait 1. Rekam Medis


2. Poliklinik
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Ruang Perawatan

SPO PENGELOLAAN LIMBAH CAIR B3


MFK, SPO

SPO
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR B3

Prosedur No. Pokok No. Revisi Halaman


Tetap 1/1

Tanggal terbit Tangerang,

Direktur

Pengertian Upaya untuk mengelola linbah cair yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan
Rumah Sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme dan bahan
kimia yang berbahaya sehingga potensial mencemari limgkungan atau
mempengaruhi kesehatan

Tujuan Untuk mengurangi potensi bahaya limbah cair

Kebijakan 1. Limbah cair yang dihasiklan ditanpung dalam wadah khussu (jerigen).

2. Seluruh petugas yang menangani limbah cair harus menggunakan Alat


Pelindung Diri (Masker,sapu tangan, sepatu pelindung).

3. Setiap pengambilan limbah harus disertai surat jalan dan Dokumen Limbah
B3 (Hazardous Waste Manifest)

Prosedur 1. Limbah yang sudah tidak terpakai dimasukan ke dalam wadah khusus yang
bertutup rapat
2. Wadah yang sudah penuh diberi identitas tanggal pada saat dibawa
3. Apabila wadah buangan sisa analisa peralatan sudah penuh
maka Servicemembawa wadah tersebut ke Tempat Penampungan Sanitasi Cair
4. Limbah cait tersebut selanjutnya akan diambil oleh petugas dan rekanan yang
telah membuat kontrak kerjasama dengan pihak Rumah Sakit

Unit terkait Unit Laboratorium, Unit Farmasi, Unit Rumah Tangga, Rekanan

SPO PENGELOLAAN LIMBAH/SAMPAH MEDIS PADAT


SPO, TKP
SPO
PENGELOLAAN LIMBAH/SAMPAH MEDIS PADAT

Prosedur No. Pokok No. Revisi Halaman


Tetap 1/5

Tanggal terbit Tangerang,

Direktur

Pengertian 1. Limbah/sampah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam dan limbah farmasi
2. Pengelolaan limbah/sampah medis padat adalah rangkaian kegiatan yang
mencakup reduksi, pemilahan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,
penyimpanan dan pemusnahan limbah medis padat

Tujuan 1. Untuk mengurangi jumlah dan potensi bahaya limbah/sampah medis padat
2. Memutus mata rantai penularan infeksi
3. Teciptanya kondisi lingkungan tempat kerja yang bersih, indah, nyaman dan
sehat.

Kebijakan 1. Pengelolaan limbah padat sesuai dengan Standar Permenkes RI No.


1204/Menkes/SK/X/2004
2. Limbah/ sampah medis padat dimasukan dalam kantong plastic berwarna
kuning
3. Limbah/sampah medis padat benda tajam dimasukkan dalam container.
4. Seluruh petugas yang menangani limbah/sampah medis padat menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD)
5. Rumah Sakit bekerjasama dengan pihak rekanan dalam pengangkutan dan
pemusnahan limbah/ sampah medis padat

SPO
PENGELOLAAN LIMBAH/ SAMPAH MEDIS PADAT

No. Pokok No. Revisi Halaman


2/5
6. Setiap pengambilan limbah/ sampah medis padat harus disertai Surat dan
Dokumen limbah padat

Prosedur Jenis limbah/ sampah medis padat antara lain :


1. Limbah/ sampah medis padat :
a. Limbah/ sampah non medis terkontaminasi cairan tubuh feses, dan urin.
b. Alat kesehatan seperti :
 Kasa pembalut
 Alkohol swab

 Sarung tangan

 Masker

 Apron

 Topi / Head Cap

 Suction tubing

 Kateter urin

 Urin bag

 Plabot Infuse

 Set infuse

 Botol sampel darah

2. Limbah/sampah medis padat benda tajam :


a. Jarum suntik
b. Jarum lancet

c. Vial/ampul

d. Jarum dari tv cateter

Pengelolaan :
1. Pemilihan limbah/ sampah padat dilakukan oleh penghasil limbah/ sampah
padat dimulai dari sumbernya. Dalam hal ini seluruh perawat dan staf yang
bertugas pada saat itu harus benar-benar bertanggung jawab atas alokasi
limbah/ sampah sesuai dengan tempat sampah

SPO
PENGELOLAAN LIMBAH/ SAMPAH MEDIS PADAT
No. Pokok No. Revisi Halaman
17 3/5

yang sudah disediakan


2. Limbah padat ditempatkan/ dibuang pada wadah khusus sesuai dengan sifat
dan karakteristik limbah padat. Untuk limbah padat medis dimasukan di tempat
sampah medis dengan kantong plastic plastic berwarna kuning
3. Kantong darah kadaluarsa atau sisa pemakaian, dimasukan dalam kantong
plastik kuning terlebih dahulu setelah itu dibuang ke tempat sampah tanpa
harus membuang darah/ sisa darah yang terdapat didalamnya
4. Limbah medis padat benda tajam dimasukan dalam sharp container, namun
pada jarum suntuk tidak perlu dipisahkan antara spuit dan jarumnya
5. Untuk plabot infuse dibuang beserta set infusnya. Kosongkan terlebih dahulu
cairan yang ada di dalam plabot infuse, bagian set infus tidak perlu dari plabot
dan tidak perlu digunting bagian ujung yang tajam. Gunting set infuse yang
masih menancap di plabot, pada bagian yang dimasukan kedalam lubang yang
ada di roller clamp.
6. Media (agar) yang sudah disterilkan dimasukan dalam tempat sampah medis
dengan kantong plastic berwarna kuning
7. Pengambilan limbah/ sampah oleh petugas kebersihan dilakukan di unit,
koridor, toilet, ruang rawat inap dan rawat jalan dan dikumpulkan janitor troli.
Setiap kali mengambil limbah/ sampah, plastic sampah diikat agar tidak
tumpah. Pada saat mengambil sampah, petugas menggunakan APD.

SPO
PENGELOLAAN LIMBAH/ SAMPAH MEDIS PADAT

No. Pokok No. Revisi Halaman


4/5

8. Kumpulkan sampah dari janitor troli ke Dirty Utility (DU) masing-maasing unit
9. Pengangkatan limbah padat dari setiap DU unit tempat penampungan sampah
sementara (TPS) menggunakan troli cleaner sesuai jadwal pengangkutan limbah
10. Pengangkutan sampah dilakukan oleh petugas khusus yang memakai pakaian
pelindung, masker, sarung tangan dan sepatu.
11. Jadwal pengangkutan limbah padat melalui pihak Rekanan Pagi : 08.00 – 12.00
WIB
12. Limbah/ sampah medis padat diletakkan pada Tempat Penampungan
Sementara (TPS) medis.
13. Untuk menghindari terjadinya penyebaran mikroorganisme
14. Kantong digunakan untuk sekali pakai atau tidak dapat dipakai
15. Pengangkutan dan pemusnahan limbah padat medis dilakukan oleh pihak
rekanan yang telah membuat kontrak kerjasama dengan pihak rekanan yang
telah membuat kontrak kerjasama dengan pihak Rumah Sakit
16. Limbah padat darifarmasi dikembalikan lagi ke distributor dan apabila tidak
memungkinkan harus dimuskahkan dengan insenerator
17. Setelah limbah padat medis diangkut, maka petugas kebersihan harus
membersihkan ruangan tersebut dengan desinfektan

Pengelolaan limbah B3 :
1. Pemilahan limbah B3 dilakukan oleh penghasik limbah B3…..
2. Limbah B3 ditempatkan/dibuang pada wadah khusus

SPO PENETAPAN KONTRAK KERJA NON KLINIS DAN KLINIS


SPO, TKP

SPO

PENETAPAN KONTRAK KERJA NON KLINIS DAN KLINIS

Revisi Ke : Halaman :
No. Pokok :
00 1/1

Tangerang,
Prosedur
Tanggal Terbit :
Tetap

Direktur

Pengertian Merupakan tatacara yang mengatur tentang proses penetapan kontrak kerja klinis
dan non klinis Rumah Sakit

Tujuan Sebagain acuan untuk menyusun penetapan kontrak kerja klinis dan non klinis
Rumah Sakit.

Kebijakan Mengacu pada SK Direktur No: ……… Tentang Kebijakan RS. lampiran 1
tentang kontrak kerja klinis dan non klinis.

Prosedur

1. Terima pengajuan kerjasama berupa permohonan dan draft.

2. Telaah draft kontrak kerja oleh Bagian Hukum, Unit Manajerial terkait, Panitia
Mutu, dan verifikasi oleh Pimpinan Klinik.

3. Bubuhkan paraf dalam setiap lembar draft kontrak kerja oleh Manager atau
manager unit kerja terkait.

4. Tanda tangani draft kerja sama dilakukan oleh Pimpinan kedua belah pihak pada
kertas bermaterai cukup.

5. Simpan naskah kerja sama oleh bagian hukum dan tembusan diberikan kepada
Unit Manajerial Terkait, Panitia Mutu.

6. Tetapkan jangka waktu perjanjian satu sampai


dengan lima tahun.
7. Proses kembali perjanjian setelah dua bulan
menjelang kontrak kerja berakhir.

Unit terkait 1. Unit kerja yang terkait pelayanan klinik

2. Panitia Mutu

3. Penanggungjawab Poliklinik

4. Unit Hukum
SPO PENERBITAN SURAT PENUGASAN KLINIS (CLINICAL APPOINTMAENT) STAF
MEDIS
SPO, TKP

SPO
PENERBITAN SURAT PENUGASAN KLINIS (CLINICAL APPOINTMAENT) STAF MEDIS

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman

Tetap 1/2

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian 1. Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan direktur rumah sakit
kepada seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis di rumah
sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya

2. Kewenangan klinis (clinical appointment) adalah hak khusus seorang staf medis
untuk melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan rumah
sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis
(clinical appointment)

3. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan kelayakan
diberikan kewenangan klinis (clinical appointment)

4. Komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis
(clinical governonce) agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya
melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis dan pemeliharaan
etika dan disiplin profesi medis.

Tujuan Sebagai acuan untuk penerbitan surat penugasan klinis staf medis di Rumah Sakit

Kebijakan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : PERMENKES RI No. 755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite
Medik Di Rumah Sakit

Prosedur 1. Bagian pengembangan staff membuat surat usulan ke direktur

2. Direktur bidang memeriksa dan menyetujui.

3. Bila Direktur setuju surat permohonan diteruskan ke Manajer SDM, bila tidak
disetujui maka permohonan kembali ke unit Pemohon.

4. Manajer SDM memriksa dan mengecek anggaran dan diteruskan ke kabag.


Pengembangan staff

SPO
PENERBITAN SURAT PENUGASAN KLINIS (CLINICAL APPOINTMAENT) STAF MEDIS

No.Pokok No. Revisi Halaman

2/2

Prosedur
1. Ka.Bag pengembangan staff menindaklanjuti pelaksanaan Basic life Support (BLS)
2. Bagian pengembangan staff memesan tempat ke bagian sekertariat untuk pelaksanaan BLS

3. Bagian pengembangan staff membuat surat permohonan nara sumber untuk


diberikan kepada narasumber pelatihan

4. Bagian pengembangan staff memesan di bagian Gizi untuk konsumsi pelatihan dan
mengambil biaya pelatihan di bagian keuangan

5. Bagian pengembangan staff membuat undangan ke peserta pelatihan

6. Bagian pengembangan staff membuat daftar hadir pelatihan BLS

7. Berkoordinasi dengan bagian umum untuk pelaksanaan persiapan sarana pelatihan

8. Setelah pelaksanaan pelatihan selesai, membuat laporan hasil pelaksanaan


kegiatan pelatihan BLS ke Mnager Sumber Daya Manusia (SDM)

9. Memberikan pertanggungjawaban biaya pelatihan di bagian keuangan

10. Membuat sertifikat peserta dan diberikan ke bagian personalia

11. Membuat rekomendasi ke unut terkait bagi peserta yang mendapatkan hasil
evaluasi kurang/cukup kepada kepala unit terkait

12. Hasil laporan pelaksanaan kegiatan pelatuhan BLS di dokumentasikan di Bagian


Pengembangan Staff

Semua Unit di Rumah Sakit

Unit Terkait

SPO PENANGANAN LIMBAH DOMESTIK DAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)


MFK, SPO

SPO
PENANGANAN LIMBAH DOMESTIK DAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

Prosedur No. Pokok No. Revisi Halaman


Tetap 1/2

Tanggal terbit Tangerang,

Direktur

Pengertian Penanganan limbah domestic dan bahan berbahaya dan beracun (B3) pada
bangunan penyimpanan sementara sebagai antisipasi bilamana terjadi bencana
dari luar (banjir atau gempa bumi).

Tujuan Limbah domestikdan B3 bisa ditangani pada saat terjadi bencana

Kebijakan 1. Petugas Sanitasi Rumah Sakit berkewajiban dalam melaksanakan pemantauan


terhadap jumlah limbah yang dihasilkan
2. Petugas Sanitasi melakukan koordinasi dengan Unit Pemeliharaan dalam
prosedur penempatan dan perapihan limbah
3. Petugas Sanitasi Rumah Sakit melaksanakan koordinasi dengan Rekanan dalam
pengangkutan limbah

Prosedur Cara kerja :


1. Bila terjadi keadaan bencana (banjir, gempa bumi) maka limbah domestic
ditempatkan di TPS domstik, pintu TPS dalam keadaan tertutup. Pastikan tidak
ada oranglain selain petugas di area TPS.
2. Pastikan tidak ada binatang pengganggu yang da[pat masuk ke dalam TPS
3. Limbah domestik disimpan maksimal 7 hari
4. Bila bencana lebih dari 7 hari maka limbah domestic dapat dibakar di area
halaman luar Rumah Sakit
5. Pastikan pintu limbah b# dalam keadaan tetap terkunci

SPO
PENANGANAN LIMBAH DOMESTIK

No. Pokok No. Revisi Halaman


2/2

1. Pastikan tidak ada orang lain selain petugas yang dapat masuk ke TPS B3
2. Pastikan tidak ada binatang pengganggu yang dapat masuk ke dalam TPD
3. Limbah B3 memiliki izin masa penyimpanan 90 hari di TPS B3 Rumah Sakit
4. Bila bencana telah selesai maka petugas sanitasi menghubungi pihak-pihak
terkait dalam pelaksanaan pengangkutan dan pemusnakan limbah

Unit terkait 1. Unit Pemeliharaan


2. Dinas Kebersihan Tangerang dan Pihak Rekanan dalam Pemusnahan Limbah

SPO PENANGANAN DARURAT KEBAKARAN UMUM


SPO, TKP

SPO
PENANGANAN DARURAT KEBAKARAN UMUM

Prosedur No. Pokok No.Revisi Halaman


Tetap 1/2

Tanggal terbit Tangerang,

Direktur

Pengertian 1. Keadaan Darurat adalah suatu keadaan yang tidak normal atau diinginkan yang
terjadi pada suatu tempat atau kegiatan yang cenderung membahayakan bagi
manusia, merusak harta benda atau merusak lingkungan sekitarnya
2. Kebakaran adalah suatu bencana malapetaka atau musibah yang ditimbulkan
oleh apa yang tidak diharapkan atau tidak dibutuhkan, sukar dikuasi dan
merugikan

Tujuan 1. Mencegah jatuhnya korban dengan manusia dengan melindungi karyawan,


pasien dan pengunjung di Rumah Sakit dari timbulnya kebakaran
2. Menyelamatkan harta benda dan asset-aset atau dokumen-dokumen yang
penting milih Rumah Sakit ke tempat yang lebih aman.
3. Memperkecil kerugian terhadap harta benda dan lingkungan sekitar Rumah
Sakit .

Kebijakan 1. Penanggulangan kebakaran di Rumah Sakit merupakan tanggung jawab semua


karyawan
2. Seluruh karyawan Rumah Sakit wajib membentu menyelamatkan pasien di
samping menyelamatkan diri

SPO
PENANGANAN DARURAT KEBAKARAN UMUM

No. Pokok No. Revisi Halaman


1 2/2

1. Tim Tanggap Darurat Rumah Sakit yang merupakan Rumah Sakit dan
karyawan Outsouce wajib melakukan tugas perannya
2. Evakuasi dilakukan setelah adanya paging untuk evakuasi oleh Koordinator
Pelaksana

Prosedur Saat melihat api tetap tenang, jangan panik!


1. Segera selamatkan pasien dan barang (evakuasi lokal)
2. Harus berteriak “Kebakaran…Kebakaran..” untuk menarik perhatiannya atau
pecahkan kaca alarm kebakaran
Menginformasikan kejadian kebakaran ke telpon extension ruangan dengan
menyebutkan :
1. Nama dan asal unit/departemen
2. Lokasi adanya api dan asap
3. Kondisi api
4. Laporkan situasi terakhir, termasuk bila ada korban
5. Khusus pada pasien, informasikan untuk tidak panik

Unit Terkait 1. Komite K3


2. Dinas Kebakaran
3. Seluruh unit di RS.

SPO PENANGANAN DAN PELAPORAN KTD, KPC, KNC DAN RESIKO KLINIS
SPO, TKP

SPO
PENANGANAN DAN PELAPORAN KTD, KPC, KNC DAN RESIKO KLINIS

Prosedur No. Pokok No. Revisi Halaman


Tetetap 1/2

Tgl Terbit Tangerang,

Direktur

Pengertian Prosedur ini mencakup semua kegiatan yang terkait dengan identifikasi,
dokumentasi dan pelaporan kasus KTD,KPC dan KNC.

Tujuan Pelayanan klinis yang bermutu sangat dipengaruhi oleh kemampuan


puskesmas dalam mengidentifikasi, mendokumentasi, menganalisis dan
melaporkan permasalahan mutu pelayanan klinis seperti KTD,KPC,KNC untuk
itu perlu dibuat suatu standar prosedur yang dapat membakukan manajemen
resiko klinis.

Kebijakan SK Direktur Rumah Sakit tentang Kebijakan Mutu dan Keselamatan Pasien

Prosedur 1. Pemberi pelayanan klinis yang mendapatkan KTD atau resiko medis melakukan
pertolongan dan penanganan awal sesuai kondisi
2. Pemberi pelayanan klinis yang mengetahui adanya KTD,KNC, KPC dan resiko
klinis melakukan pengaman berupa isolasi bukti, laporan dan lingkungan,
selanjutnya melaporkan kondisi tersebut kepada tim peningkatan mutu
pelayanan klinis dan petugas klinis
3. Pemberi pelayanan klinis memberi tindakan medis dan observasi sesuai
kondisi.

SPO
PENANGANAN DAN PELAPORAN KTD, KPC, KNC DAN RESIKO KLINIS

No. Pokok No. Revisi Halaman


2/2

Prosedur 1. Ketua tim peningkatan mutu pelayanan klinis melakukan identifikasi dengan
mengumpulkan informasi dan bukti yang menyangkut input, proses dan output
terjadinya KTD,KNC, KPC dan resiko klinis. Semua hasil identifikasi di
dokumentasikan dalam lembar manajemen KTD,KNC,KPC dan resiko medis
(formulir pelaporan insiden keselamatan)
2. Direktur RS dan Tim peningkatan mutu pelayanan mengadakan analisis
penyebab dan tindak lanjut penanganan
3. Sosialisasi rencana tindak dan pelaksanaannya pada rapat rutin di Rumah Sakit

Unit Terkait 1. Penanggung jawab klinis


2. Tim peningkatan mutu pelayanan klinis
3. Dokter
4. Perawat
5. Bidan
6. Analis kesehatan
7. Gizi
8. Sanitasi RS

SPO PENAGIHAN BIAYA ADMINISTRASI PASIEN RAWAT INAP (UMUM)


SPO, TKP

SPO
PENAGIHAN BIAYA ADMINISTRASI PASIEN RAWAT INAP (UMUM)

Prosedur No. Pokok No. Revisi Halaman


Tetap 1/3

Tanggal terbit Tangerang,

Direktur

Pengertian Proses penagihan biaya administrasi terhadap pasien yang dirawat inap kepada
pasien dan atau keluarga untuk kategori pasien umum

Tujuan 1. Acuan bagi staf kasir dalam melakukan penagihan terkait biaya administrasi
pasien yang dirawat inap kepada pasien dan atau keluarga pasien
2. Mendapatkan pembayaran terkait tagihan pasein baik selama pasien dirawat
maupun sebelum pasien pulang
3. Memastikan tagihan pasien yang dirawat inap dibayarkan sesuai dengan tagihan
pasien

Kebijakan

Prosedur 1. Cetak laporan perincian biaya pasien, dengan cara :


a. Buka program
b. Masukkan No. Pegawai dan Password
c. Pilih menu kasir
d. Pilih sub menu laporan
e. Pilih sub menu perincian biaya pasien yang akan ditagih
f. Cetak laporan perincian biaya pasien
2. Periksa laporan perincian biaya pasien

SPO
PENAGIHAN BIAYA ADMINISTRASI PASIEN RAWAT INAP (UMUM)

No. Pokok No. Revisi Halaman


2/3

1. Tandai pasien-pasien yang akan ditagih terkait administrasi pembayaran


Keterangan :
Pasien yang ditagih adalah pasien yang telah melewati batas deposit awal saat
masuk rawat inap
2. Cocokkan rekening pasien yang akan ditagih dengan berkas pasien, dengan cara :
a. Buka program
b. Masukkan No. Pegawai dan Password
c. Pilih menu kasie
d. Pilih sub menu laporan pasien
e. Pilih sub menu rekening pasien
f. Masukkan nomor rekam medis pasien
g. Cocokkan nama paasaien yang tertera pada program dengan berkas pasien
Keterangan : Pastikan tidak ada struk yang terlewat, bila ada struk yang belum diproses, maka :
1) Hubungi counter rawat inap/counter poli spesialis mengacu kepada nomor struk
yang tertera pada program
2) Tekan F10 untuk masuk kedalam sub menu rekening pasien
3) Ketik [Y/N] untuk memasukkan visite dokteer
4) Buka menu rekening pasien
5) Cocokkan rekening pasien dengan struk yang ada dalam status pasien
Keterangan : Pastikan jumlah tagihan pasien sama dengan jumlah yang terdapat dalam rekening
pasien

SPO
PENAGIHAN BIAYA ADMINISTRASI PASIEN RAWAT INAP (UMUM)

No. Pokok No. Revisi Halaman


3/3

1. Hubungi pasien atau keluarga terkait penagihan biaya tagihan pasien


“Selamat pagi/siang, saya….. (sebutkan nama) dari bagian Kasir, ini saya
berbicara dengan pasien/keluarga pasien atas nama…..(sebutkan nama pasien),
saya ingin mengkonfirmasikan bahwa tagihan sementara untuk pasien….
(sebutkan nama pasien) per pagi/siang ini sudah mencapai Rp….. (sebutkan
nominal tagihan biaya pasien), pada saat awal masuk sudah didepositkan Rp. …..
(sebutkan nominal biaya yang sudah dibayarkan), mohon untuk segera
penambahan deposit kembali, terika kasih”
Keterangan :
Bila pasien/ keluarga pasien tudak merespon/ menanggapi terkait tagihan yang
telah dibebankan dalam waktu > 24 jam sejak pemberitahuan, maka:
a. Berlakukan resep keluarga (bila ada pembelian obat/ pemeriksaan laboratorium/
pemeriksaan radiologi atau pemeriksaan lainnya
b. Informasikan kepada Manajer Keuangan terkait pasien-pasien yang telah
melebihi batas limit deposito awal
c. Informasikan kepada unit pelayanan terkait perihal pemberlakukan resep
keluarga untuk pasien sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Unit terkait Semua Unit

SPO PEMBERSIHAN TEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA (TPS) BAHAN


BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
MFK, SPO
SPO
PEMBERSIHAN TEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA (TPS) BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

Prosedur No. Pokok No. Revisi Halaman


Tetap 1/2

Tanggal terbit Tangerang,

Direktur

Pengertian Kegiatan membersihkan TPS B3

Tujuan Agar TPS B3 bersih dan hygine

Kebijakan Kebersihan TPS B3 dilakukan setiap minima 1 kali dalam seminggu yaitu setiap
kali selesai dilakukan pengambilan B3 oleh pihak rekanan

Prosedur A. Persiapan sebelum kerja :


1. Petugas menyiapkan alat dan bahan
Alat :
a. Floor Fotisher
b. Wipper
c. Sikat tangan
d. Abrasive Pad
Bahan :
a. Century Q256/ bahan pembersih
2. Petugas menggunakan alat pelindung diri :
a. Sepatu Boot
b. Masker
c. Sarung Tangan Nitrile
B. Cara Pembersihan TPS B3 :
1. Siram palet dengan menggunakan Century Q256/ bahan pembersih

SPO
PEMBERSIHAN TEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA (TPS) BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

No. Pokok No. Revisi Halaman


178 2/2

1. Gosok palet untuk membersihkan noda darah dengan menggunakan sarung


tangan kemudian bilas dengan menggunakan air mengalir
2. Setelah selesai keluarkan palet dari dalam TPS
3. Gosok dinding yang terkena percikan darah dengan menggunakanCentury
Q256 dan Abrasive Pad, kemudian bilas dinding dengan air mengalir
4. Tuangkan Century Q256 ke lantai
5. Hidupkan mesin Floor Falisher untuk membersihkan lantai, hingga di pojok-
pojok dalam TPS
6. Siram lantai dengan air mengalir
7. Keringkan TPS B3 dengan menggunakan Wipper
8. Kosongkan kuras bak kontrol dari genangan air hingga kering
9. Masukkan kembali paket ke dalam TPS B3
10. Lakukan Hand Hygine (Cuci Tangan) setelah melakukan pembersihan TPS Medis

Unit Terkait 1. Outsourching


2. Unit Pemeliharaan
3. Komite K3

SPO PEMBERSIHAN SALURAN / SELOKAN AIR


SPO, TKP

SPO
PEMBERSIHAN SALURAN / SELOKAN AIR

Prosedur No. Pokok No. Revisi Halaman


Tetap 1/2

Tanggal terbit Tangerang,

Direktur

Pengertian Kegiatan membersihkan saluran / selokan air dan sekitarnya


Tujuan Untuk mencegah perkembangan nyamuk atau faktor lainnya

Kebijakan 1. Pemberisihan saluran / selokan air berkoordinasi dengan Unit Rumah Tangga
dan Unit Pemeliharaan
2. Dalam hal pengendalian dan pemberatasan serangga dan nyamuk, Rumah Sakit
bekerjasama dengan pihak perusahaan

Prosedur 1. Menyiapkan peralatan antara lain :


a. Karung dan Tali
b. Selang Air
c. Sikat Tangkai
d. Pacul dan Sekop
e. Sarung Tangan
f. Trolley
2. Menggunakan sarung tangan lalu angkat ram-ram/ grill penutup saluran.
3. Menganggkat sampah-sampah yang tergenal di saluran air lalu masukan dalam
karung
4. Menganggkatlumpur/ tanah/ kotoran dengan menggunakan pacul lalu
memasukan ke dalam karung
5. Menyikat lumut-lumut didasar dan tepi saluran air lalu….. melalui selang air
untuk mengetahui bahwa lumut-lumut yang ada

SPO
PEMBERSIHAN SALURAN/ SELOKAN AIR

No. Pokok No. Revisi Halaman


2/2

1. Membuang karung apabila telah penuh terisi sampah ke tempat sampah


dengan menggunakan trolley

Unit Terkait 1. Unit Pemeliharaan


2. PT. Tunas
3. Outsource Pest Control

SPO PEMBERIAN INFORMASI ISI REKAM MEDIS


PP, SPO

SPO

PEMBERIAN INFORMASI ISI REKAM MEDIS


No. Revisi Halaman 1 dari 2
No. Dokumen
0

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL Ditetapkan

Tanggal Terbit

Direktur

Pengertian Petugas yang diberi wewenang, dokter yang merawat berhak memberikan informasi tentang kesehatan pasien atas permintaan
pasien tersebut

Tujuan Dokumen rekam medis mengandung informasi kesehatan pasien yang sifatnya rahasia perlu dijaga kerahasiaannya dan terhindar
dari penylahgunaan pihak yang tidak berwenang, informasi hanya dapat diberikan pada pasien / keluarga pasien atas seizin
pasien yang bersangkutan

Kebijakan Keputusan Direktur nomor : 18.01/B/RSKU/SK-01/III/2010 tentang pemberlakuan buku pedoman penyelenggaraan rekam
medis di RS

Prosedur 1. Dokumen rekam medis disimpan di tempat penyimpanan dokumen rekam medis dan hanya petugas rekam medis yang berhak
untuk mengambilnya dan bersifat rahasia.

2. Isi rekam medis adalah milik pasien sedangkan dokumen rekam medis adalah milik Rumah Sakit

3. Pihak yang akan menggunakan informasi isi rekam medis untuk kepentingan Visum et Repetum, pengadilan, askes, jaminan
kesehatan lain harus dengan surat resmi dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.

4. Dokumen rekam medis tidak boleh dibawa keluar rumah sakit

5. Dokumen tidak boleh diperbanyak atau difotocopy


SPO

PEMBERIAN INFORMASI ISI REKAM MEDIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

Prosedur 1. Setelah selesai dokumen rekam medis dipakai, dokumen langsung dikembalikan ke Instalasi rekam medis untuk disimpan kembali.

2. Informasi yang bersifat medis yang dimiliki rumah sakit tidak boleh disebarkan oleh pegawai rumah sakit, kecuali bila pimpinan rumah
sakit mengijinkan

3. Para tenaga kesehatan dan dokter yang bertanggung jwab terhadap pasien yang dirawat boleh bebas berkonsultasi dengan Instalasi
Rekam Medis dengan catatan bahwa ada kaitannya dengan pekerjaan.

4. Permohonan pasien untuk memperoleh informasi mengenai catatan rekam medis dirinya hendaknya diserahkan kepada dokter yang
bertugas merawatnya

5. Informasi yang boleh diberikan kepada rumah sakit lain adalah yang tercantum dalam resume pasien, dapat diberikan tanpa surat kuasa
berdasarkan permintaan dari rumah sakit yang bersangkutan dengan keterangan bahwa pasien sekarang dalam perawatan mereka

6. Dokter-dokter dari luar rumah sakit yang mencari keterangan mengenai pasien baik untuk kepentingan medis maupun kepentingan
pendidikan / penelitian di Rumah Sakit harus mengajukan permohonan tertulis, dan harus seijin pimpinan rumah sakit.

7. Pemaparan isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter yang merawat pasien dengan ijin tertulis pasien

Unit Terkait 1. Instalasi Rekam Medis

2. Instalasi Rawat Jalan

3. Instalasi Rawat Inap

4. ICU

5. Instalasi Kamar Bedah

SPO MONITORING KONTRAK KERJA


SPO, TKP

SPO
MONITORING KONTRAK KERJA

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 3

STAND Tanggal Terbit Ditetapkan


AR
PROSED
UR
OPERAS
IONAL Direktur

Pengerti
1. Pegawai kontrak adalah karyawan yang bersedia menandatangani Perjanjian Waktu Kerja
an Tertentu selama jangka waktu tertentu dan dapat diperpanjang lagi sesuai kondisi dan
kebutuhan perusahaan.
2. Pejabat yang berwenang adalah direktur atau kepala bagian

Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk pimpinan dalam rangka pengusulan
pengangkatan pegawai kontrak

Kebijaka Persyaratan untuk menjadi karyawan kontrak:


n
1. Telah atau akan menyelesaikan masa magang.
2. Selama menjalani magang, tidak pernah melakukan pelanggaranringan dan/atau berat
yang dapat diberikan sanksi SP I, SP II, SP III dan/atau PHK.
3. Pegawai magang yang
dinilai berprestasi dan memenuhipersyaratan untuk menjadi karyawan kontrak akan dian
gkatsebagai karyawan kontrak perusahaan melalui surat perjanjian
kerja dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan perusahaan
4. Bersedia untuk menjadi karyawan kontrak RS
danmenyerahkan persyaratan administrasi langsung kepada Bagian SDM

SPO

MONITORING KONTRAK KERJA

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 3

Kebijak1. Kontrak kerja dapat diperpanjang selama 1 (satu) periode, atau sesuai kesepakatan antara
an pejabat yang berwenang dengan yang bersangkutan.
2. Apabila masa kontrak selesai dan tidak diperpanjang karyawankontrak tidak mendapatkan
kompensasi apapun
3. Fasilitas yang diperoleh karyawan kontrak hanya gaji pokok

Prosed1. Maksimal 1 (satu) minggu sebelum masa magang selesai, SDM meminta laporan tertulis
ur mengenai kinerja karyawan magang dari atasan langsung karyawan magang.
2. Dengan mempertimbangkan masukan dari atasan langsung serta kepala bidang yang
bersangkutan, SDM memanggil karyawan magang untuk menindaklanjuti dan
memberikan pengarahan terhadap kelanjutan kerja karyawan di perusahaan.
3. Apabila tidak memenuhi persyaratan untuk menjadi karyawan kontrak, maka program
magang dapat dihentikan atau diperpanjang selama 1 (satu) periode magang, dan
karyawan tetap terikat peraturan bagi karyawan magang.
4. Apabila memenuhi persyaratan, karyawan dapat diangkat menjadi karyawan kontrak
RUMAH SAKIT dengan melampirkan kelengkapan administrasi :
a. Surat pernyataan bersedia untuk menjadi karyawan kontrakRUMAH SAKIT
b. Surat rekomendasi tertulis dari atasan langsung, di setujuioleh Kepala Bidang masing-
masing Materai Rp 6.000

SPO

MONORING KONTRAK KERJA

No. Dokumen No. Revisi Halaman 3 dari 3

Prosedur 1. Bagian SDM memanggil karyawan untuk menandatangani perjanjian


Waktu Kerja Tertentu.

2. Surat Perjanjian Waktu Kerja Tertentu karyawan dibuat dua rangkap.

Unit Terkait 1. Bagian SDM


2. Kepala Bidang
3. Kepala Instalasi
4. Kepala Unit
5. Kepala Bagian
6. Kepala Ruangan
SPO MONITORING DOKUMEN REGULASI RUMAH SAKIT
SPO, TKP

SPO
MONITORING DOKUMEN REGULASI RUMAH SAKIT

STANDAR No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2


PROSEDUR
OPERASIONAL
Tanggal terbit Ditetapkan

Direktur

Pengertian

Tujuan 1. Untuk mengetahui apakah regulasi yang telah ditetapkan dapat berjalan
dengan baik
2. Untuk mengidentifikasi permasalahan yang mungkin muncul terkait panerapan
regulasi

Kebijakan 1. Kebijakan RS. Nomor :……………………. Tentang Kebijakan Pengelolaan,


Pengembangan dan Pemantauan Pelaksanaan Regulasi RS. SK Direktur Nomor
:……………………….. tentang Penunjukan Personel Pengelolaan, Pengembangan
dan Pemantauan Pelaksanaan Regulasi RS

Prosedur 1. Monitoring rutin pelaksanaan regulasi dilakukan secara internal oleh jajaran
jenjang structural organisasi di RS dan eksternal oleh SPI
2. Setiap pimpinan unit kerja membuat laporan hasil monitoring pelaksanaan
regulasi kepada atasannya paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan
3. Monitoring eksretnal oleh SPO dilakukan paling sedikit 1(satu) kali dalam
setahun

SPO
MONITORING DOKUMEN REGULASI RS

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

1. Dalam keadaan khussus Direktur dapat menugaskan SPI untuk melakukan


monitoring terhadap pelaksanaan regulasi tertentu berdasarkan surat tugas
Direktur
2. Hasil pelaksanaan monitoring regulasi dilaporkan kepada Direktur scara tertulis

Unit Terkait SPI

SPO MEKANISME PENGANGKATAN PEJABAT STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL


SPO, TKP

SPO

MEKANISME PENGANGKATAN PEJABAT STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan


PROSEDUR
OPERASIONAL

Direktur

Pengertian 1. Pejabat Struktural adalah pejabat yang jabatannya secara tegas terdapat dalam
struktur organisasi rumah sakit.

2. Pejabat Fungsional adalah pejabat yang jabatannya tidak tercantum dalam


struktur organisai, tetapi dalam sudut pandang fungsinya, sangat diperlukan
dalam pelaksanaan tugas-tugas pokok rumah sakit.

Tujuan Sebagai acuan dalam proses penjaringan pejabat structural dan fungsional yang
baru, untuk masa periode tertentu.

Kebijakan 1. Surat Keputusan Yayasan Islam Ikhlas Nomor : 001/SK/YII/VI/2017, Bagian ke


Empat tentang Kepangkatan Jabatan, Pengangkatan, Pembinaan dan
Pemberhentian karyawan.

2. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Nomor : 011/KPTS/RSQ/VI/2017 tentang


Pemberlakuan Peraturan RRumah Sakit , Bab IX, Pasal 40 tentang
Pengembangan Karier.

3. Panduan Nomor : 001/PND/RSQ/VI/2017 tentang Pelaksanaan Mekanisme


Penyusunan SOTK Baru dan Perekrutan Pejabat Struktural.

Prosedur 1. Manajer Sumber Daya mengusulkan pembentukan Tim Evaluasi SOTK ( Struktur
Organisasi dan Tata Kerja ) kepada Direktur Utama.

2. Pembentukan Tim Evaluasi SOTK oleh Direktu Utama

3. Tim Evaluasi SOTK merupakan representasi dari Rumah Sakit yang anggotanya
meliputi perwakilan dari unit medis, penunjang medis dan nonmedis.
4. Tim Evaluasi SOTK memberikan rekomendasi kepada Direktur mengenai perlu
atau tidaknya perubahan struktur organisasi dan tata kerja di rumah sakit.

MEKANISME PENGANGKATAN PEJABAT STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

Prosedur 1. Bila Direktur menyetujui perubahan struktur organisasi dan tata kerja. Tim
Evaluasi SOTK memberikan rekomendasi susunan SOTK baru dilengkapi dengan
uraian jabatan.

2. Tim Evaluasi SOTK bekerjasama dengan rumah sakit, mengusulkan SOTK yang
baru ke Yayasan Islam Ikhlas.

3. Setelah usulan tentang SOTK yang baru, disetujui oleh YII, Tim Evaluasi SOTK
menyelenggarakan penjaringan bakal calon pejabat struktural dan fungsional.

4. Mekanisme penyelenggaraan penjaringan bakal calon pejabat struktural dan


fungsional dilakukan melalui :

a. Seleksi administrasi

b. Tes Psikologi

c. Tes Wawancara Direksi

5. Tim Evaluasi SOTK menyerahkan hasil rekap nilai tes calon pejabat struktural dan
fungsional kepada Direksi.

6. Direksi menetapkan nama-nama pejabat struktural dan fungsional yang baru.

7. Direktur Utama melantik pejabat struktural dan fungsional yang baru.

Instalasi Terkait1. Direksi

2. Tim Evaluasi SOTK

SPO KREDENSIAL STAF MEDIS


SPO, TKP

SPO
KREDENSIAL STAF MEDIS

STANDAR No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 4


PROSEDUR
OPERASION
AL
Tanggal Terbit Ditetapkan

Direktur

Pengertian 1. Proses perekrutan tenaga medis fungsional yang bekerja sebagai klinisi, atau spesialis bedah yang
bekerja di kamar operasi, harus melalui suatu melalui suatu mekanisme sehingga bisa mendapatkan staf medis yangprofesional sesuai dengan kom
petensi yang diharapkan.

2. Perekrutan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan medis yangdikembangkan di RS

Tujuan 1. Perekrutan tenaga medis yang berkualitas baik, sehingga menjamin pelayanan yang sesuai dengan
standar dan kaidah kedokteran modern sertastandarisasi RS

2. Menetapkan tenaga medis yang bekerja di kamar operasi adalah seorangdokter spesialis bedah yang
berkualitas sehingga menjamin pelayananoperatif yang paripurna, dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran.

Kebijakan 1. Proses seleksi dan rekrutmen dilakukan oleh manajemen rumah sakit yangdisesuaikan dengan kebutuhan
pengembangan pelayanan rumah sakit ataugrand planning hospital.

2. Penambahan staf medis fungsional (klinisi, spesialis bedah) dikoordinasikandengan pimpinan staf medis fungsional dan pimpinan

SPO
KREDENSIAL STAF MEDIS

No.Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 4

Kebijakan komite medik.

1. Staff medis adalah tenaga kesehatan, yang baru direkrut, atau perpanjangankontrak dengan staff medis yang sudah bertugas.

2. Kewenangan klinis (clinical privilege) staf medis , direkomendasikan olehmasing-masing Satuan Medis
Funsional (SMF), yang diajukan kepada komitemedik, dan diberikan surat penugasan (clinical appointment) oleh direktur.

3. Kewenangan klinis (clinical privilege) merupakan kewenangan klinis untukmelakukan tindakan medis
tertentu dalam lingkungan RSU Sumekar,berdasarkan penugasan yang diberikan oleh direktur.

a. Rekrutmen dan Kredensial

Prosedur
1. Evaluasi kebutuhan dilakukan oleh manajemen rumah sakit berdasarkanrencana jangka panjang rumah
sakit, dengan berkoordinasi bersama dengankomite medik dan Staf medis fungsional yang terkait.
2. Melakukan proses seleksi administratif kandidat oleh manajemen rumah sakit. Administratif yang dimaksud.

3. Dilakukan klarifikasi kepada intitusi atau universitas sebagai almamater kandidat (primary resources)
untuk membuktikan keabsahan ijazah/sertifikatyang disampaikan oleh kandidat

4. Wawancara kandidat oleh manajemen,untuk sebagai tahap awal prosesseleksi.

5. Kandidat yang memenuhi syarat, akan dilakukan interview bersama dengankomite medik/sub komite
kredential, dan SMF (mitra bestari) yangbersangkutan.

6. Satuan Medik Fungsional (SMF) akan merekomendasikan kewenanganklinis yang bisa dilakukan oleh
kandidat, kepada ketua komite medik,sebagai dasar pertimbangan untuk diajukan ke

SPO

KREDENSIAL STAF MEDIS


No.Pokok No. Revisi Halaman 3 dari 4

Prosedur direktur.

1. Kandidat terpilih ditetapkan oleh Manajemen rumah sakit, Komite medik danKepala Staf Medis Fungsional dalam sutu rapat tertutup.

2. Manajemen rumah sakit mengumumkan secara tertulis kandidat yang terpilih

3. Kandidat yang terpilih melakukan


kontrak kerja sama dengan pihak rumah sakit, dan direktur mengeluarkan surat keputusan pengangkatankandidat sebagai staf medis fungsio
nal dan surat penugasan (clinical appointment), untuk kewenangan klinis (clinical privilages) yang boleh dilakukukan.

4. Kewenangan klinis (clinical privilages), berlaku selama 3 tahun dengan masapercobaan selama 1 tahun.

a. Kredensial ulang, penambahan kewenangan klinis

1. Staf medis mengajukan penambahan kewenangan klinis.

2. Manajemen, melakukan penilaian dan pengajuan kredensial ulang kekomite medis.

3. Komite medis bersama dengan satuan medik fungsional akan menilaikompetensi dan keprofesian medis.

4. Komite medis memberikan rekomendasi untuk proses kredensial ulang.

5. Direktur akan mengeluarkan surat penugasan baru, berdasarkan kewenangan klinis baru yang telah diperoleh oleh staff medis.

6. Kewenangan klinis baru (clinical privilages), berlaku selama 3 tahundengan masa percobaan selama 1 tahun.

SPO
KREDENSIAL STAF MEDIS

No.Pokok No. Revisi Halaman 4 dari 4


Prosed
a. Kredensial ulang, pengangkatan kembali staf medis
ur
1. Kontrak kerja staff medis sudah berakhir, dilakukan review oleh manager pelayanan dan penunjang medis.

2. Manajemen mengajukan ke komite medik untuk melakukan kredensialulang, bisa juga pada saat yang bersamaan diajukan penambahankewenangan kl
inis (sebagaimana point B)

3. Komite medis dan SMF yang bersangkutan, akan melakukan evaluasikompetensi dan kemampuan keprofesian medis.

4. Komite medik akan menyampaikan hasil kredensial ulang kepada direktur, untuk dikeluarkan surat penugasan baru bila kontrak kerja staff medis dapat
dilanjutkan.

5. Kewenangan klinis (clinical privilages), berlaku selama 3 tahun.

6. Bila tidak memenuhi persyaratan maka direktur akan mengeluarkan suratpemberhentian dengan hormat.

 Manajemen Rumah Sakit (Direktur, Manajer Pelayanan Medis)

Unit
 Ketua Komite Medik
Terkait

 Kepala Staf Medik Fungsional

 Sub komite kredential Komite medic

SPO Kajian Dan Tindak Lanjut Terhadap Masalah-Masalah Spesifik dalam


Penyelenggaraan program dan pelayanan
SPO, TKP

SPO
Kajian Dan Tindak Lanjut Terhadap Masalah-Masalah Spesifik dalam Penyelenggaraan program dan pelayanan

STANDAR PROSEDUR No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2


OPERASIONAL

Tanggal Terbit Ditetapkan

Direktur

Pengertian Suatu upaya untuk menggali informasi tentang masalah-masalah spesifik dan menemukan tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-
masalah spesifik dalam penyelenggaraan program dan pelayanan di Rumah Sakit

Tujuan 1. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah spesifik terjadi dalam proses penyelengaraan pelayanan sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan

2. Agar kegiatan dan program pelayanan puskesmas dapat berjalan dengan lancar

Kebijakan

Prosedur 1. Mengidentifikasi masalah-masalah spesifik dalam penyelenggaraan program dan


pelayanan di Rumah Sakit
2. Mencatat hasil identifikasi masalah-masalah spesifik dalam penyelenggaraan program
dan pelayanan di Rumah Sakit

3. Membahas hasil kegiatan identifikasi masalah-masalah spesifik dalam


penyelenggaraan program dan pelayanan di Rumah Sakit

4. Menentukan upaya pencegahan dan pemecahan masalah-masalah spesifik dalam


penyelenggaraan program dan pelayanan di Rumah Sakit ,

SPO IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT


SPO, TKP

SPO
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT

STANDAR No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2


PROSEDUR
OPERASIONAL
Tanggal Terbit Ditetapkan

Direktur

Pengertian Identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat adalah proses menilai dan menetukan kebutuhan yang di ingikan oleh masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Tujuan Untuk mengetahui kebutuhan dan harapan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat

Referensi 1. Permenkes nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

2. Permenkes nomor 279 tahun 2006 tentang penyelenggaraan upaya keperawatan kesehatan masyarakat

Prosedur 1. Menyiapkan instrument untuk identivikasi kebutuhan dan harapan masyarakat berupa lembar survey/ceklist, kotak saran dan nomor contak
(HP,Facebook, Email.)

2. Melakukanan identifikasi kebutuhan dan harapan masyrakat melalui survey, wawancara, dan kotak saran di RS

3. Catat hasil identifikai kebutuhan masyarakat di lembaran identifikasi kebutuhan dan meminta masyarakat untuk mengisi identitas diri.

4. melakukan analisa tentang hasil identifikasi kebutuhan masyarakat

SPO
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT
No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

dengan mengedepankan nilai-nilai dan kepercayaan pasien dan hambatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sperti, bahasa dan gangguan
pendengaran

1. Memberitahuakan kepada masyarakat bahwa petugas akan melakukan identifikasi mengenai kebutuhan masyarakat terkait Upaya kesehatan yang di
butuhkan masyarakat

2. Menuangkan hasil identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat didalam rencana kegiatan RS.

Unit Terkait Semua unit terkait

SPO
Kajian Dan Tindak Lanjut Terhadap Masalah-Masalah Spesifik dalam Penyelenggaraan program dan pelayanan

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

Prosedur
1. Merencanakan upaya tindak lanjut untuk mengatasi masalah-asalah spesifik dalam
penyelenggaraan program dan pelayanan di RS.
2. Melaksanakan tindak lanjut untuk mengatasi masalah-asalah spesifik dalam penyelenggaraan program dan pelayanan di RS..

Unit terkait Pelaksana program, pelaksana pelayanan

SPO EVALUASI
SPO, TKP

SPO
EVALUASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONA Tanggal Terbit : Ditetapkan
L
Direktur

Pengertian Evaluasi secara umum diartikan sebagai rangkaian kegiatan membandingkan


realisasi masukan (input) dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar.
Tujuan 1. Menentukan tingkat kinerja suatu
program/ kegiatan untuk dapatdiketahui derajat pencapaian tujuan dan sasarann
ya
2. Mengukur tingkat efisiensi suatu
program/ kegiatan untuk dapatdiketahui berapa biaya dan manfaat dari kebijaka
n tersebut.
3. Mengukur tingkat keluaran program/ kegiatan
4. Mengukur dampak program/ kegiatan
5. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan dari tujuan kegiatanprogram
6. Sebagai bahan masukan untuk program/ kegiatan yang akandatang
Kebijakan Koordinasi dengan lintas program lintas sektor sesuai dengan SPO ini

Prosedur 1. Persiapan
a. Menentukan tujuan dan evaluasi ketepatan waktu, sasaran dan tempat pelaksanaan
dengan merumuskan masalah
b. Menentukan jenis data yang akan dievaluasi
c. Menentukan sampel yang akan dievaluasi

SPO
EVALUASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

Prosedur
d. Menentukan model evaluasi sesuai dengan tujuan penilaian
e. Menentukan alat yang dievaluasi
f. Merencanakan personal evaluasi
g. Merencanakan anggaran
h. Merencanakan jadwal kegiatan

2. Pelaksanaan
a. Pengumpulan data
b. Pengolahan data
c. Analisa data
d. Informasi

3. Pelaporan dan rekomendasi


4. Tindak lanjut

Unit terkait
Unit Laboratorium

SPO EVALUASI URAIAN TUGAS DAN KEWENANGAN PADA PETUGAS PEMBERI


PELAYANAN KLINIS
SPO, TKP

SPO
EVALUASI URAIAN TUGAS DAN KEWENANGAN PADA PETUGAS PEMBERI PELAYANAN KLINIS

STANDAR No.Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

PROSEDUR
OPERASIONAL
Tanggal terbit Ditetapkan

30/12/2016

Direktur

Pengertian 1. Evaluasi terhadap uraian tugas dan kewenangan petugas pemberi layanan
klinis adalah suatu penilaian / evaluasi terhadap pelaksanaan uraian tugas
dan kewenangan petugas pemberi layanan klinis dengan instrumen
penilaian yang telah ditentukan sesuai untuk masing-masing pemberi
layanan klinis.
2. Pemberi pelayanan klinis meliputi pelayanan pendaftaran, pelayanan
kesehatan umum, pelayanan kesehatan gigi, pelayanan KIA, pelayanan
kefarmasian, pelayanan laboratorium, pelayanan kesehatan lingkungan,
pelayanan gizi.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menilai pelaksanaan uraian tugas dan kewenangan petugas pemberi layanan
klinis.

Kebijakan SK Direktur Rumah Sakit ……………………….

Referensi 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Praktik


Kedokteran.
2. PMK Nomor: Hk.02.02/ Menkes/148/I/2010 tentang Izin
SPO
EVALUASI URAIAN TUGAS DAN KEWENANGAN PADA PETUGAS PEMBERI PELAYANAN KLINIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

Penyelenggaraan Praktik Perawat. PMK Nomor: Hk.02.02/ Menkes/149/I/2010 tentang Izin Penyelenggaraan Praktik Bidan.

Prosedur Alat dan bahan

1. Instrument penilaian uaraian tugas dan kewenangan


2. Alat tulis kantor
Langkah - langkah

1. Tim mutu Rumah Sakit mengumpulkan daftar uraian tugas dan kewenangan pada
masing-masing petugas pemberi layanan klinis
2. Tim mutu Rumah Sakit menetapkan kriteria evaluasi dalam bentuk instrument
penilaian
3. Tim mutu Rumah Sakit membuat jadwal pelaksanaan evaluasi
4. Tim mutu Rumah Sakit melaksanakan evaluasi sesuai dengan instrument penilaian
5. Tim peningkatan mutu Rumah Sakit mendokumentasikan hasil evaluasi sebagai
bukti pelaksanaan kegiatan
6. Tim mutu Rumah Sakit melaporkan hasil evaluasi terhadap uraian tugas dan
kewenangan petugas pemberi layanan klinis kepada Direktur
7. Direktur dan tim peningkatan mutu Rumah Sakit menyusun rencana tindak lanjut
dari hasil evaluasi yang dilakukan

Unit Terkait

SPO PROSES EVALUASI STAF


SPO, TKP

SPO
PROSES EVALUASI STAF
STANDAR No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 7
PROSEDUR
OPERASIONAL
Tanggal terbit Ditetapkan

Direktur

Pengertian Evaluasi merupakan proses perbandingan antara standar dengan fakta dan
analisa hasilnya, sehingga dapat disimpulkan dengan analisa akhir, staf yang
bersangkutan dapat melanjutkan bekerja atau harus diganti Evaluasi kinerja
membentu pimpinan untuk mengambil keputusan dalam suatu kebijakan

Tujuan 1. Pengembangan : Untuk mementukan pegawai yang perlu di training dan


membantu evaluasi hasil training
2. Pemberian Reward : Untuk proses penentuan kenaikan gaji, insentif, dan
promosi
3. Motivasi : Untuk memotivasi pegawai, mengembangkan inisiatif, rasa
tanggung jawab, sehingga terdorong untuk meningkatkan kinerjanya
4. Perencanaan SDM : Untuk pengembangan keahlian dan keterampilan serta
perencanaan SDM
5. Kompensasi : Memberikan informasi untuk menentukan apa yang harus
diberikan kepada pegawai yang berkinerja tinggi atau rendah dan bagaimana
proses pemberian kompensasi yang adil
6. Komunikasi : Dasar untuk komunikasi yang berkelanjutan antara atasan dan
bawahan yang menyangkut kinerja pegawai

Kebijakan Tata Kelola Operasional Rumah Sakit

Prosedur 1. Evaluasi Kinerja untuk karyawan Pegawai Rumah Sakit mengikuti ketentuan
yang berlaku dari Kementerian Pendayagunaan

SPO
PROSES EVALUASI STAF

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 7

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta Badan Kepegawaian Daerah


2. Evaluasi Penilaian Kinerja Pegawai Harian Lepas dan Kontrak dilakukan sebelum
masa kontraknya habis sebagai bahan pertimbangan untuk memperpanjang
atau mengakhiri kerjaasana maupun untuk pengangkatan menjadi karyawan
tetap
3. Bentuk lembar penilaian evaluasi adalah sebagai berikut :

KOMPONEN UMUM 1 2 3 4 5

1. FOKUS PADA HASIL KERJA


 Mampu mencapai target kerja sesuai dengan tenggat
waktu
 Mampu merencanakan dan mengelola sumber daya
untuk mencapai hasil yang memuaskan
 Dapat mengatasi kendala dengan supervisi minimum

2. HASIL KERJA
 Mencapai hasil kerja sesuai dengan standar
 Jarang melakukan kesalahan
 Hasil kerja memenuhi kualifikasi

3. KOMUNIKASI
 Mampu memberikan pendapat/masukan kepada
atasan, rekan kerja atau bawahan secara sistematis
dan akurat secara lisan

SPO
PROSES EVALUASI STAF

No. Dokumen No. Revisi Halaman 3 dari 7

KOMPONEN UMUM 1 2 3 4 5

dan tulisan.

 Mampu memahami keadaan situasi dan kondisi pada


saat berkomunikasi (menyampaikan pesan, ide dan
gagasan)

4. TANGGUNG JAWAB
 Berkomitmen menyelesaikan pekerjaan tanpa perlu
dimonitor oleh atasan
 Dapat diandalkan menyelesaikan pekerjaan dengan
mandiri dan tepat waktu
 Dapat terus melaksanakan tugas dalam situasi
tekanan
 Tidak mengelak dari tugas dan wewenang yang
diberikan dan bersedia menerima konsekuensi yang
timbul dari pekerjaannya
 Bersedia memberikan waktu lebih dalam
menyelesaikan tugas

5. MOTIVASI
 Mempunyai semangat tinggi dalam melaksanakan
pekerjaannya.
 Selalu berusaha meningkatkan kualitas kerja dan
mengembangkan sistem kerja yang baik

SPO
EVALUASI STAF

No. Dokumen No. Revisi Halaman 4 dari 7

KOMPONEN UMUM 1 2 3 4 5

 Mampu berkompetisi secara sehat dan beretika


dengan rekan kerja

6. KREATIFITAS
 Mampu memberikan ide-ide yang secara langsung
dapat diterapkan untuk perbaikan kualitas kerja
 Mampu memecahkan masalah dengan caranyaa
sendiri tanpa selalu terikat dengan peraturan yang
sudah ada
 Continuous Improvement

7. DISIPLIN

 Melaksanakan dan mematuhi aturan yang sudah


ditetapkan.
 Tidak absen untuk alasan yang dibuat-buat

 Tidak mempermainkan aturan.

8. INTEGRITAS
 Jujur dan tidak menyembunyikan informasi yang
diperlukan oleh atasan, rekan kerja dan bawahan
dalam pengambilan keputusan terkait dengan
pekerjaan
 Dapat dipercaya menyimpan rahasia perusahaan
SPO
PROSES EVALUASI STAF

No. Dokumen No. Revisi Halaman 5 dari 7

KOMPONEN UMUM 1 2 3 4 5

 Tidak menyalahgunakan wewenang dan jabatan


untuk kepentingan pribadi yang dapat merugikan
perusahaan

9. ORIENTASI PELAYANAN
 Memiliki semangat membantu orang lain. Baik
internal (atasan dan rekan) maupun eksternal
(customer).
 Memberikan pelayanan terbaik dengan menunjukkan
kualitas pekerjaan melebihi standar yang ditetapkan

10. KECERDASAN EMOSIONAL


 Menunjukkan emosional yang stabil pada saat
mendapat tekanan pekerjaan yang tinggi
 Peka terhadap perasaan orang lain
 Mampu menjaga situasi dan hubungan kerja yang
baik dengan atasan, rekan kerja atau bawahan.

11. KERJASAMA TEAM

 Mampu bekerjasama dalam team


 Tetap mendukung keputusan team sekalipun
keputusan yang diambil tidak sesuai dengan
keputuisan pribadi

SPO
PROSES EVALUASI STAF

No. Dokumen No. Revisi Halaman 6 dari 7

KOMPONEN UMUM 1 2 3 4 5

12. PENGUASAAN BIDANG KERJA


 Memiliki pengetahuan dan
keterampilan memadai sesuai
bidang kerjanya
 Dapat bekerja mandiri
dengan sedikit supervisi
 Mempunyai semangat
mengembangkan diri untuk
mencapai penguasaan
pengetahuan yang lebih
tinggi guna menunjang
pekerjaan

13. EFISIENSI DAN CONTROLING


 Tidak melakukan
pemborosan (material,
finansial dan waktu) untuk
melakukan hal-hal yamng
kurang relevan dengan
pekerjaan
 Mempu melakukan efisiensi
waktu dalam upaya mencapai
target kerja

14. LEADERSHIP
 Menjadi teladan bagi rekan
kerja atau bawahan
 Dapat membimbing rekan
kerja atau bawahan dalam
menyelesaikan tugas

 Mampu merencanakan,
mengelola pelaksanaan
pencapaian perencanaan,
serta mengevaluasi tugas

SPO
PROSES EVALUASI STAF

No. Dokumen No. Revisi Halaman 7 dari 7

KOMPONEN UMUM 1 2 3 4 5

15. INISIATIF
 Melaksanakan pekerjaan
secara mandiri tanpa
disupervisi
 Bersedia membantu
pekerjaan rekan kerja apabila
telah selesai mengerjakan
tugasnya.

4. Dari hasil evaluasi dapat ditentukan apakah pegawai tersebut layak untuk
diperpanjang kontrakya, diangkat menjadi pegawai tetap, atau diberhentikan
dengan hormat

Unit terkait Seluruh Unit terkait


SPO EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN
SPO, TKP

SPO

EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman :

1/3

Prosedur Tanggal Terbit : Tangerang,

Tetap

Direktur

Pengertian Evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian
kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Evaluasi
kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi
kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja melainkan kepada
seluruh proses kebijakan

Tujuan Sebagai acuan untuk memperoleh umpan balik dalam rangka perbaikan atau
penyempurnaan implementasi kebijakan

Kebijakan Penyelenggaraan evaluasi mendorong institusi untuk lebih memahami kinerja


kebijakan dan dampak kebijakan

Prosedur 1. Identifikasi kebijakan yang akan dievaluasi


a. Lihat ulang maksud dan tujuan diterbitkannya kebijakan yang akan dievaluasi
b. Cermati metode implementasi kebijakan
c. Cermati target atau sasaran dari kebijakan tersebut
d. Cermati jadwal pelaksanaan kebijakan
e. Kumpulkan data hasil implementasi kebijakan tersebut
2. Analisis terhadap masalah
Telusuri pemasalahan dengan menjawab pertanyaan berikut ini
a. Manfaat apa saja yang didapat dari pemberlakuan kebijakan?
b. Apa dampak dari pemberlakuan kebijakan?
SPO

EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :

2/3

Prosedur c. Apa dampak positif dari pemberlakuan kebijakan?


d. Apa dampak negative dari pemberlakuan kebijakan
e. Apa yang menjadi syarat keberhasilan dari pemberlakuan kebijakan?
f. Apa yang menjadi indikasi dalam menentukan keberhasilan suatu kebijakan?
g. Kendala apa yang menjadi penghalang terhadap pemberlakuan kebijakan?
3. Deskripsikan analisa masalah
Susun dalam bentuk tulisan naratif-desktiptif berdasarkan data obyektif
4. Ukur tingkatan perubahan yang terjadi
a. Evaluator harus menyesuaikan alat ukurnya dengan model atau metode
implementasi kebijakan. Pada dasarnya, setiap metode implementasi kebijakan
menyediakan alat ukur bagi keberhasilan/kinerja implementasi kebijakan.
b. Evaluator harus menyesuaikan eveluasinya dengan tujuan dari evaluator yang
dibebankan kepadanya. Evaluator harus menyesuaikan diri evaluasinya dengan
kompetensi keilmuan dan metodologis yang dimilikinya.
c. Evaluator harus menyesuaikan diri dengan sumber daya yang dimiliki, mulai
dari sumber daya waktu, manusi, alat atau teknologi, dana, sistem,
manajemen, bahkan sumber daya kepemimpinan yang ada.

SPO

EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN

No. Pokok No. Dokumen Halaman

3/3

5. Tentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat


dari kegiatan tersebut
6. Tentukan indikator untuk menentukan keberadaan suatu
dampak
Unit Terkait Semua Unit Kerja
SPO EVALUASI PERJANJIAN KERJASAMA DENGAN PIHAK KETIGA
SPO, TKP

SPO
EVALUASI PERJANJIAN KERJASAMA DENGAN PIHAK KETIGA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/2

Prosedur Tanggal Terbit Tangerang,

Tetap

Direktur

Pengertian Pengertian perjanjian yang dijadikan acuan dalam bentuk petunjuk teknis
metode Evaluasi Perjanjian Kerjasama dengan pihak ketiga adalah,
sebagaimana tertuang dalam pasal 1338 (1) KUHP yaitu : “Semua persetujuan
yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang – Undang bagi mereka
yang membuatnya”.

Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan panduan kepada setiap pemangku
kepentingan dalam melaksanakan evaluasi terhadap perjanjian kerjasama
dengan pihak lain, sebagai dasar bagi pengambilan keputusan untuk
melanjutkan atau menghentikan kerjasama

Kebijakan 1. Pasal 1338 (1) KUHP


2. Kebijakan Nomor : 10/KBJ/KEU/RSQ/V/2013 Pemilihan dan
Pengawasan Pekerjaan Vendor untuk kerjasama Pemenuhan
Kebutuhan Rumah Sakit
3. Evaluasi dilaksanakan menjelang akhir masa kerjasama,
selambat-lambatnya H-1 bulan berakhirnya kerjasama.
4. Evaluasi dilaksanakan oleh masing – masing penanggung jawab
kerjasama
Prosedur 1. Sampaikan kuesioner kepada pengguna barang / jasa yang di
kerjasamakan
SPO

EVALUASI PERJANJIAN KERJASAMA DENGAN PIHAK KETIGA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

2/2

Prosedur 2. Lakukan wawancara dengan pengguna barang / jasa yang di


kerjasamakan (Pertanyaan yang disampaikan dalam kuesioner maupun
wawancara meliputi hal-hal yang terkait dengan kesepakatan dalam
Perjanjian)
3. Buat rangkuman hasil review dalam penilaian pekerjaan vendor
dan sampaikan kepada Direktur Bidang, bersama rekomendasi untuk
menghentikan atau melanjutkan kerjasama dimaksud, ditandatangani
oleh penanggung jawab dan Komite Mutu
4. Lakukan komunikasi dengan bagian Hukum terkait dengan
perpanjangan atau penghentian kerjasama, untuk prosedur pembuatan
draft Perjanjian, berdasarkan disposisi Direktur.
5. Sampaikan kembali Surat dan disposisi direktur ke Sekertariat
utuk di Arsip
Unit Terkait 1. Unit Penanggung jawab
2. Komite Mutu
3. Bagian Hukum
4. Sekertariat/TU

SPO DOKUMEN REGULASI RUMAH SAKIT


SPO, TKP

SPO
DOKUMEN REGULASI RUMAH SAKIT

Prosedur No. Pokok No. Dokumen Halaman


Tetap 1/3

Tanggal terbit Tangerang,

Direktur

Pengertian Yang dimaksud dengan :


1. Dokumen regulasi adalah :
- Kebijakan adalah penetapan Direktur pada tataran strategis atau bersifat garis
besar yang mengikat
- Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang member arah bagaimana
sesuatu harus dilakukan. Merupakan hal pokok yang menjadi dasar untuk
menentukan atau melaksanakan kegiatan
- Panduan adalah petunjuk dalam melakukan kegiatan
- Standar Prosedur Operasional adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-
langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin
2. Penerbitan Dokumen kebijakan adalah kegiatan untuk membuat suatu aturan
tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi yang bersifat mengikat,
yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai
organiasasi

Tujuan Untuk mengatur proses penerbitan dokumen regulasi sesuai dengan


kebutuhan organisasi

Kebijakan 1. SK Direktur Nomor :……………………. Tentang Kebijakan Pengelolaan,


Pengembangan dan Pemantauan Pelaksanaan, Regulasi RS

SPO
PENERBITAN DOKUMEN REGULASI RUMAH SAKIT

No. Pokok No. Revisi Halaman


2/3

2. SK Direktur Nomor :………………………….. tentang Penunjukan Personel


Pengelolaan, Pengembangan dan Pemantauan Pelaksanaan Regulasi RS.
3. Dokumen kebijakan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan dokumen
rregulasi lainnya, misalnya : Panduan, Pedoman, Standar Prosedur Operasional
4. Kebijakan yang diusulkan harus memiliki dasar hukum yang kuat, misalnya :
Undang-undang, Peraturan Menteri, Peraturan Pemerintah dll

Prosedur 1. Kebijakan/ Pedoman/ Panduan/ SPO atas sesuatu hal diusulkan oleh unit kerja
terkait kepada Direktur, melalui Tim Pengelola & Pengembangan Regulasi RS.
2. Tim Pengelola & Pengembangan Regulasi RS mengkaji apakah kebijakan yang
diusulkan sudah ada sebelumnya
3. Apabila kebijakan yang diajukan telah ada dan sesuai diinformasikan kepada
unit terkait sehingga tidak perlu diterbitkan
4. Apabila kebijakan yang diajukan belum ada, tim pengelola & pengembangan
Regulasi RS. memberikan telaah dan verifikasi, bila diperlukan dapat
menghadirkan tenaga profesi terkait
5. Dokuman hasil telaah dikoordinasikan dengan Wakil Direktur terkait
6. Dokumen kebijakan yang telah diverifikasi diajukan ke Direktur untuk di Sahkan
7. Dokumen kebijakan disampaikan dan disosialisasikan kepada unit kerja terkait
untuk dilaksanakan
SPO
PENERBITAN DOKUMEN REGULASI RUMAH SAKIT

No. Pokok No. Revisi Halaman


3/3

8. Dokumen kebijakan asli disimpan di Sekretariat


9. Proses penyelesaian dokumen sejak pengajuan dari unit kerja sampai diajukan
pengesahan ke Direktur paling lama 1 (satu) minggu

Unit Terkait 1. Sekretariat


2. Unit kerja terkait

SPO BILA TERJADI KEBAKARAN DI RUMAH SAKIT


SPO, TKP

SPO
BILA TERJADI KEBAKARAN DI RUMAH SAKIT

Prosedur No. Pokok No. Revisi Halaman


Tetap 1/2

Tgl Terbit Tangerang,

Direktur

Pengertian Langkah – langkah yang harus ditempuh bila terjadi kebakaran di Rumah
Sakit

Tujuan 1. Menyelamatkan jiwa pasien dan petugas kesehatan serta


menyelamatkan sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit
2. Memikirkan tindak lanjut pelayanan pasien di IGD
Kebijakan 1. Apabila terjadi kebakaran di Rumah Sakit. Pertolongan harus
memprioritaaskan jiwa pasien dan petugas kesehatan
2. Pengamanan tenpat kejadian untuk penyidikan dari
kepolisian
Prosedur 1. Petugaas jaga menyelamatkann pasien dan ditempatkan
pada tampat yang aman
2. Menyelamatkan darana dan prasarana yang bisa
diselamatkan
3. Salah satu petugas jaga lapor kepada pengawas perawatan
yang saat itu bertugas jaga, untuk selanjutnya pengawas perawatan
menghubungi unit terkait lainnya (Karu IGD, Ka.IGD, Direktur RS,
Kepolisian)
4. Dokter jaga IGD bertugas sebagai triage officer untuk
mengkoordinir semua kegiatan penanggulangan bencana
5. Listrik dipadamkan serta dilakukan pemadaman dengan alat
yang tersedia
SPO
BILA TERJADI KEBAKARAN DI RUMAH SAKIT

No. Pokok No. Revisi Halaman


2/2

Prosedur 6. Jika dirasa perlu agar menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran setempat
untuk mendapat pertolongan
7. Setelah kebakaran bisa diatasi, dibawah koordinasi pihak RS, psien dan
seluruh peralatan yang ada dipindahkan ke tempat penampungan
sementara
8. Mandata semua kerugian RS
9. Jika hanya IGD yang terbakar, maka dibawah koordinasi pihak RS dan
Kepala IGD mencarikan tempat penampungan sementara untuk pasien
dan sarana di lingkungan RS

Unit Terkait 1. IGD


2. Pengawas Keperawatan
3. Direktur
4. Kepolisian
5. Dinas Pemadam Kebakaran

SPO PERAN SMF DALAM PEMBUATAN PROSEDUR PELAYANAN MEDIS


SPO, TKP

SPO
PERAN SMF DALAM PEMBUATAN PROSEDUR PELAYANAN MEDIS

Prosedur No. Pokok No. Revisi Halaman


Tetap 1/1
Tanggal terbit Tangerang,

Direktur

Pengertian Setiap staf medis tiap SMF, mengadakan rapat untuk membuat SPO masing –
masing bidang spesialistiknya

Tujuan Terciptanya koordinasi antar staf SMF secara efektif dan efisien agar terjadi
peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit

Kebijakan Setiap prosedur pelayanan medis harus sesuai SPO

Prosedur 1. Rapat masing – masing SMF untuk menginventarisasi SPO


2. Hasil rapat membuat tugas masing – masign SMF dengan batas
penyelesaiannya
3. Setelah akhir dikoreksi oleh masing – masing Kepala SMF dan akan
dipelenokan untuk dibuatkan Surat Keputusan pemberlakuan dan monitoring
evaluasi

Unit kerja 1. Komite Medik


2. Seluruh SMF
3. Seluruh Ka. Instalasi , Ka. Bidang
4. Direktur
5. Sekretaris

SPO RAPAT PEMILIHAN KEPALA SMF


SPO, TKP

SPO
RAPAT PEMILIHAN KEPALA SMF

Prosedur No. Pokok No. Revisi Halaman


Tetap 1/2

Tanggal terbit Tangerang,

Direktur
Pengertian Adalah rapat untuk memilih Kepala Staf Medis Fungsional (SMF)

Tujuan 1. Menilai pertanggjawaban Kepala SMF


2. Memilih Kepala SMF untuk kepengurusan berikutnya

Kebijakan Dilaksanakan sekurang – kurangnya sekali dalam tiga tahun

Prosedur 1. KETENTUAN UMUM


a. Rapat Kepala SMF bertugaas menilai pertanggungjawaban Kepala SMF
b. Rapat pemilihan Kepala SMF sekurang – kurangnya dilakukan sekali dalam
tiga tahun
c. Seorang dokter atau dokter gigi anggota SMF yang bersangkutan
doperbolehkan dipilih menjadi Kepala SMF lebih dari satu kali masa
kepengurusan

2. KRITERIA CALON KEPALA STAF MEDIS FUNGSIONAL (SMF)


a. Dokter atau dokter gigi anggota SMF yang sudah bekerja sekurang –
kurangnya tiga tahun di RS

SPO
RAPAT PEMILIHAN KEPALA SMF

No. Pokok No. Revisi Halaman


2/2

Prosedur a. Bersedia secara tertulis dicalonkan menjadi Kepala SMF


b. Bagi SMF yang tidak mempunyai anggota (satu orang) otomatis menjadi
Kepala SMF

Unit terkait Semua unit terkait

SPO RAPAT PENERIMAAN SMF


SPO, TKP

SPO
RAPAT PENERIMAAN SMF

Prosedur No. Pokok No. Revisi Halaman


Tetap 1/2
Tanggal terbit Tangerang,

Direktur

Pengertian Adalah prosedur penerimaan SMF

Tujuan 1. Menilai kompetensi calon staf SMF


2. Menerima atau menolak anggota calon staf SMF

Kebijakan 1. KETENTUAN UMUM


a. Calon anggota SMF telah lulus admistrasinya yang ditetapkan di RS
b. Rapat panitia kredensial dengan menilai syarat administrasi, kognitif dan
psikomotor calon staf SMF
c. Rapat dilaksanakan setelah ada pemberitahuan dari direksi tentang calon
anggota SMF

2. KRITERIA CALON KETUA KOMITE MEDIS


a. Telah lulus dari FK/FG yang telah diakui oleh pemerintah baik dalam negeri
maupun luar negeri
b. Melamar menjadi calon anggita SMF
c. Memiliki STR yang telah dikeluarkan oleh KKI

SPO
RAPAT PENERIMAAN STAF

No. Pokok No. Revisi Halaman


2/2

Posedur a. Umur untuk dokter umum / dokter gigi tidak lebih dari 40 tahun, dan dokter
spesialis / dokter gigi spesialis tidak lebih dari 45 tahun
b. Penempatan anggota staf SMF ditentukan berdasarkan hasil rapat panitia
kredensial

Unit terkait Semua unit terkait

SPO SUBKOMITE REKAM MEDIS DAN AUDIT MEDIS RUMAH SAKIT


SPO, TKP
SPO
SUBKOMITE REKAM MEDIS DAN AUDIT MEDIS RUMAH SAKIT

Prosedur No. Pokok No. Revisi Halaman


Tetap 1/2

Tanggal terbit Tangerang,

Direktur

Pengertian Prosedur dimana berkas catatan identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,


tindakan dan pelayanan lain sesuai aturan yang berlaku. Audit medis dilakukan
secara professional yang dilaksanakan profesi medis dengan menggunakan
rekam medis

Tujuan Meningkatkan mutu pelayanan melalui evaluasi audit medis dengan


menggunakan rekam medis

Kebijakan Dalam melaksanakan audit medis dengan menggunakan rekam medis mengacu
kepada KepmenKes RI No. 496/Menkes/SK/IV/2006 dan UU Praktek kedokteran
pasal 46 Ayat (1) tahun 2005 dan Peraturan Menkes No. 749/ Menkes/ PER/ XII/
1989

Prosedur Menyusun dan menetapkan cara pencatatan dan pelaporan rekam medis yang
berlaku di Rumah Sakit, dengan cara :
1. Menerima usulan cara pencatatan dan pelaporan dari Sub Bid.Rekam Medis
2. Mendiskusikan dengan tim rekam medis dan udit rumah sakit

SPO
SUBKOMITE REKAM MEDIS DAN AUDIT MEDIS RUMAH SAKIT

No. Pokok No. Revisi Halaman

2/2

Prosedur 1. Menetapkan standar cara pencatatan dan pelaporan yang baku di rumah sakit
2. Pelaksanaan audit medis menentukan topic dan menyusun standar audit medis
/ SOP termasuk criteris jenis kasus, jenis penyakit, dan jumlah kasus
3. Data rekam medis yang terevaluasi dibahas oleh tim pelaksana RM-AM
4. Sebelum dilaksanakan kegiatan audit maka tim sudah harus membuat desain
audit dan pilot study dengan suasana kekeluargaan dan konfidensial
5. Audit dilakukan tiap enam bulan sekali untuk perbaikan
6. Sekretaris menyiapkan notulen rapat, daftar hadir, materi presentasi secara
tertulis berupa rekomendasi dari komite medis dan dilaporkan ke Direktur
Rumah Sakit

Unit terkait Direktur, Sekretaris, Komite Medis, Sub Bag Hukum dan Humas, SMF

SPO PENGAWASAN DAN EVALUASI PENERAPAN STANDAR PROFESI / PELAYANAN


MEDIS RUMAH SAKIT
SPO, TKP

SPO
PENGAWASAN DAN EVALUASI PENERAPAN STANDAR PROFESI / PELAYANAN
MEDIS RUMAH SAKIT

Prosedur No. Pokok No. Revisi Halaman

Tetap 1/1

Tanggal terbit Tangerang,

Direktur

Pengertian Pengawasan standar profesi adalah salah satu upaya meningkatkan standar
pelayanan medis komite medis melakukan pengawasan serta evaluasi
pelaksanaan pelayanan medis yang mengacu pada standar profesi yang sudah
ditetapkan RS

Tujuan Terciptanya keseragaman dalam tindakan pelayanan medis di Rumah Sakit, guna
menghasilkan pelayanan yang optimal

Prosedur 1. Setiap SMF wajib menjalankan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi
2. Evaluasi pelaksanaan pelayanan medis dilaksanakan oleh masing – masing SMF
dan diaudit oleh enggota audit medis masing – masing SMF
3. Komite medis bertanggung jawab terhadap evalusi dan monitoring pelayanan
medis di RS, melalui subkomite audit medic
4. Komite medis melalui subkomite audit medic melakukan evaluasi pelayanan
medis tiap 3 bulan, dengan melibatkan tim audit medic setiap SMF
5. Bila ditemukan adanya penyimpangan dalam evaluasi, kepala SMF yang
bersangkutan berkewajiban melakukan pembenahan, sesuai standar profesi
6. Hasil evaluasi dilaporkan komite medic kepada Direktur

Unit Terkait Direktur, Komite Medis, Bidang Pelayanan Medis, SMF

SPO PROSEDUR SUBKOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI RUMAH SAKIT


SPO, TKP

SPO
PROSEDUR SUBKOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI RUMAH SAKIT

Prosedur No. Pokok No. Revisi Halaman

Tetap 1/2

Tanggal terbit Tangerang,

Direktur

Pengertian Keadan dimana setiap kasus yang menyangkut aspek etik dan disiplin profesi
kedokteran yang terjadi dalam menjalankan pekerjaannya sebagai dokter di
Rumah Sakit

Tujuan Terselesaikannya kasus etik dan disiplin profesi secara baik dan benar, tanpa
menimbulkan masalah baru dan seimbang antara keda belah pihak yang
bermasalah

Kebijakan Setiap kasus etik dan disiplin profesi diselesaikan secara komperhensif

Prosedur 1. Laporan kasus dari pasien/keluarga pasien kepada direktur didelegasikan kepada
komite medis dan dilakukan telaah oleh komite medis melalui sub komite etik
kedokteran
2. Tata cara telaah kasus etik medis :
 Mempelajari kasus yang diajukan melalui telaah dokumen medis
 Mengundang saksi yang diajukan oleh pengaju, untuk memperjelas kasus yang
diadukan
 Mengundang si teradu untuk menjelaskan kasis yang diajukan
 Bila dipandang perlu mengundang saksi ahli sesuai kasus yang diajukan
 Bila dipandang perlu mengundang saksi ahli sesuai kasus yang diajukan
SPO
PROSEDUR SUBKOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI RUMAH SAKIT

No. Pokok No. Dokumen Halaman


2/2

Prosedur  Keputusan dari sidang / rapat sub komite etik kedokteran, rumah sakit &
kredensial dibahas komite medis mengacu pada buku pedoman MKEK IDI /
Pedoman etik RS

 Hasil bahasan komite medic dan usulan penyelesaian dilaporkan kepada direktur
dengan berita acara yang ditandatangani komite medic
 Apabila direktur mengganggap masalah etik tidak dapat diselesaikan dibuat
laporan untuk diajukan ke Komite Medik IDI cabang / pusat

Unit Terkait 1. Direktur


2. Komite Medis
3. Sub Bag Hukum dan Humas
4. SMF

SPO STAF MEDIS DALAM PERENCANAAN PENGADAAN DAN PEMANFAATAN ALAT


MEDIS
SPO, TKP

SPO
STAF MEDIS DALAM PERENCANAAN PENGADAAN DAN PEMANFAATAN ALAT
MEDIS

Prosedur No. Pokok No. Revisi Halaman

Tetap 1/2

Tanggal terbit Tangerang,

Direktur

Pengertian Perencanaan pengadaan alat medis dimulai sejak keterlibatan staf medis diberi
hak untuk menentukan kebutuhan tiap SMF dalam merencanakan kebutuhan
medis termasuk alat medis sampai penentuan pemenang tender, evaluasi
terhadap supplier

Tujuan Setiap staf medis berperan serta dalam pengenbangan kebijakan, langkah dasar
kebijakan

Kebijakan Setiap kelompok staf medis fungsional secara aktif dalam pengembangan Rumah
Sakit

Prosedur  Rapat SMF dalam perencanaan kebutuhan penunjang medis termasuk alat
medis, meliputi jenis, jumlah dan spesifikasinya
 Hasil rapat SMF diajukan ke komite medis

 Komite medis membuat surat rekomendasi kepada direktur setelah disetujuinya


alat medis yang diajukan SMF

 Direktur mendelegasikan ke manajemen proses pembelian / pengadaan alat


sebgaimana yang telah direkomendasikan komite medis
 Alat medis yang akan dibeli, diperagakan dan dinilai oleh SMF pengusul dengan
melihat spesifikasi yang dibutuhkan

SPO
STAF MEDIS DALAM PERENCANAAN PENGADAAN DAN PEMANFAATAN ALAT
MEDIS

No. Pokok No. Revisi Halaman


2/2

Prosedur  Pembelian dilakukan setelah adanya persetujuan SMF berdasarkan peragaan


dan spesifikasi alat
 Setiap SMF bertanggung jawab atas pemeliharan alat medis

Unit Terkait Direktur


Komite Medis
SMF

SPO PENGATURAN PEMENUHAN KEKURANGAN TENAGA KERJA


SPO, TKP
SPO PENGATURAN PEMENUHAN KEKURANGAN TENAGA KERJA

Revisi No.

Dokumen No 0 Halaman 1/2

Ditetapkan Oleh

Direktur Utama

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

Pengaturan pemenuhan kekurangan tenaga kerja adalah suatu upaya


Manajemen untuk menanggulangi kekurangan tenaga kerja
yang bersifat mendesak karena adanya wabah, pegawai cuti bersamaan atau
Pengertian hal-hal lain yang bersfiat rudu paksa

1. Menjadi panduan dalam menangani masalah kekuarangan tenaga yang


mendesak.
2. Agar penanganan pemenuhan kekurangan tenaga dapat berjalan efektif dan
Tujuan sesuai dengan kebutuhan

Kebijakan Panduan Pengaturan kekuarangan tenaga


a. Pemenuhan kebutuhan mendesak karena adanya kejadian over utility di
IGD/ruangan
1. Petugas IGD memberitahuan kepada Kabag. Keperawatan
tentang adanya kejadian over utility (pasien banyak) di IGD/ruangan baik
karena kecelakaan massal, wabah, dll .
2. Kabag. Keperawatan menghubungi ruangan lain yang memungkinkan untuk
meminjamkan tenaga di unit yang bersangkutan untuk membantu
penanganan pasien di IGD/ruangan sampai pasien tertangani.
3. Bila ruangan perawatan tidak memungkinkan meminjamkan tenaga
sementara untuk membantu IGD, maka Kabag. Keperawatan
Prosedur menghubungi strukutural

PENGATURAN PEMENUHAN KEKURANGAN TENAGA KERJA

Dokumen No. Revisi No.

0 Halaman 2/2
4. keperawatan untuk membantu penanganan pasien di IGD/ruangan.
5. Bila tidak memungkinkan maka Kabag. Keperawatan menghubungi perawat
yang lepas dinas atau libur yang terdekat untuk membantu pelayanan dengan
sistem lembur/overtime.
b. Pemenuhan kebutuhan tenaga karena cuti karyawan bersamaan
1. Unit kerja yang membutuhkan tenaga memberitahukan kepada Bidang SDM
melalui surat permohonan tenaga dengan mencantumkan jumlah dan
kualifikasi teanaga serta lama waktu kebutuhan tenaga tersebut.
2. Bidang SDM mengumpulkan dan menelaah berkas lamaran masuk yang
memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan
3. Bidang SDM menghubungi pelamar via telepone untuk memberitahukan
adanya formasi ketenagaan di rumah sakit untuk pekerjaan jangka waktu
tidak tertentu ( 3 bulan – 6 bulan).
4. Bila pelamar setuju, Bidang SDM akan memproses seleksi karyawan berupa
seleksi ketrampilan oleh unit terkait, dan seleksi administrasi & Agama oleh
Bidang SDM.
5. Bila telah memenuhi kualifikasi, maka karyawan akan ditempatkan pada
unit kerja yang membutuhkan sesuai kebutuhan unit kerja selama- lamanya 6
bulan.
6. Pelamar yang telah lolos, menandatangani Perjanjian Kerja untuk Waktu
Tertentu dan mengikuti orientasi umum dan khusus.
7. Bidang SDM menerbitkan Surat Keputusan Direktur untuk penugasan
8. Bila masa kerja tidak tertentu selesai Bidang SDM menerbitkan surat
pemberitahuan kepada karyawan tentang berakhirnya masa kerja karyawan
dan mencatat dokumen karyawan pada file karyawan tidak tertentu untuk
pemanggilan kembali jika dibutuhkan.
Evaluasi tenaga tidak tetap dilaksanakan setiap tiga bulan

Unit Terkait Seluruh unit kerja

SPO MENGHADAPI PENGADUAN PASIEN


Fisioterapi, SPO

SPO MENGHADAPI PENGADUAN PASIEN


No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL
Pengaduan adalah bentuk ketidakpuasan atas layanan yang telah diberikan oleh penyelenggara layanan.
Pengertian

Sebagai acuan petugas unit fisioterapi untuk menangani pengaduan pasien/keluarga


Tujuan

Menghadapi Pengaduan Pasien sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.


Kebijakan

Prosedur  Berikan salam kepada pelanggan dengan menatap wajah pelanggan yang akan
memberikan pengaduan.

 Perkenalkan diri nama ke pelanggan

 Tanya nama pelanggan

 Persilahkan pelanggan menyampaikan pengaduan.

 Catat dan identifikasi serta pahami pengaduan.

 Selesaikan pengaduan secepatnya.

 Bila tidak selesai maka perlu tindak lanjut pada jenjang tinggi

 Sampaikan kepada pelanggan bahwa pengaduan telah diterima dan akan


segera ditindak lanjuti

 Sampaikan kepada kepala unit dan selanjutnya tim pengelola pengaduan


tentang kompilasi pengaduan yang tidak dapat ditangani.

 Pengelola pengaduan memeriksa ,mengklasifikasikan dan menganalisa


penyebab pengaduan.

 Pengelola pengaduan menetapkan rencana perbaikan.

Unit terkait  Seluruh unit terkait

SPO STANDAR DOKUMENTASI FISIOTERAPI


Fisioterapi, SPO
SPO STANDAR DOKUMENTASI

FISIOTERAPI

No. No. Halaman 1 dari 2


Dokumen Revisi

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Direktur
Pedoman bagi Fisioterapis dalam menjalankan asuhan profesional dengan melakukan pencatatan dan pelaporan fisioterapi pada pasien/klien
Pengertian yang ditanganinya.

Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan

Kebijakan Standar Dokumentasi Fisioterapi sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.

Prosedur Kriteria :
1. Nama pasien dan data identifikasi lain.
2. Asal rujukan.
3. Tanggal pertama asesmen, hasil asesmen dan data dasar
4. Program dengan estimasi lamanya pelayanan atau tujuan jangka pendek, menengah
dan jangka panjang sesuai standar IV.
5. Metode dan hasilnya serta modifikasinya meliputi:
5.1 Perkembangan neuromotorik dan integrasi sensoris
5.2 Range of motion
5.3 Penampilan otot (termasuk kekuatan, tenaga dan daya tahan)
5.4 Ventilasi, respirasi (pertukaran gas) dan sirkulasi
5.5 Sikap statis dan dinamis
5.6 Langkah, gerak (lokomasi) dan keseimbangan
5.7 Pemeliharaan diri dan pengelolaan tempat tingga
STANDAR DOKUMENTASI

FISIOTERAPI

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

1. Pencatatan selama pasien rawat inap maupun rawat jalan


2. Menggunakan Tulisan tangan dan tanda tangan harus dengan tinta.
3. Pencatatan dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan.
4. Penulisan catatan jelas, ringkas dan menggunakan istilah dan sisitimatika yang baku.
5. Mengoreksi kesalahan dokumen dengan cara mencoret satu garis lurus sepanjang
tulisan yang dikoreksi diparaf dan ditanggali
6. Setiap pencatatan harus mencantumkan inisial / nama fisioterapis yang melaksanakan
intervensi fisioterapi.
7. Persetujuan (informed consent) : kepada pasien/klien harus ditanyakan pemahaman
dan kesadarannya sebelum intervensi dimulai
8. Disimpan sesuai peraturan yang berlaku.
9. Digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan.

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO STANDAR INTERVENSI FISIOTERAPI


Fisioterapi, SPO

SPO STANDAR INTERVENSI

FISIOTERAPI
No. Dokumen No. Halaman 1 dari 2
Revisi

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Direktur
Pedoman bagi Fisioterapis dalam menjalankan asuhan fisioterapi dengan melaksanakan rencana tindakan yang sudah ditentukan.
Pengertian
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan

Kebijakan Standar Intervensi fisioterapi sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.

Prosedur Kriteria :
1. Lakukan sesuai rencana fisioterapi termasuk penetapan dosis dan waktu.
2. Amati pasien dari aspek kapasitas fisik dan kemampuan fungsional dengan
pendekatan holistik.
3. Jelaskan setiap tindakan/intervensi fisioterapi kepada pasien/keluarga.
4. Gunakan sumber daya yang tersedia ( peralatan, fasilitas dan mempertimbangkan
sosio ekonomi pasien )
5. Bersikap sabar dan ramah dalam berinteraksi dengan pasien / keluarga.
6. Terapkan prinsip aseptik / antiseptik.
7. Terapkan etika fisioterapi.
8. Terapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan
keselamatan pasien.
9. Segera merujuk masalah yang mengancam keselamatan pasien.

STANDAR INTERVENSI

FISIOTERAPI

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2


1. Catat semua intervensi yang telah dilaksanakan
2. Laksanakan intervensi fisioterapi berdasarkan prosedur yang telah ditentukan dan
memperhatikan respon pasien.
3. Perhatikan kerapian pasien dan sarana fisioterapi.
4. Atasi gangguan kapasitas fisik kemampuan fungsional

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO STANDAR DIAGNOSA FISIOTERAPI


Fisioterapi, SPO

SPO STANDAR DIAGNOSA

FISIOTERAPI

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Direktur
Pedoman bagi Fisioterapis dalam menjalankan asuhan profesional dengan merumuskan diagnosa dan prognosa fisioterapi pada
Pengertian pasien/klien yang ditanganinya.

Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan

Kebijakan Standar Diagnosa Fisioterapi sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.

Prosedur 1. Diagnosa fisioterapi dihasilkan dari proses pemeriksaan dan evaluasi dengan
pertimbangan klinis yang dapat menunjukkan adanya disfungsi gerak, mencakup
adanya gangguan atau kelemahan jaringan tertentu, limitasi fungsi,
ketidakmampuan dan sindroma. Diagnosa akan berfungsi dalam menggambarkan
keadaan pasien / klien, menuntun penetuan prognosis dan menuntun penyusunan
rencana intervensi.
1.2 Merumuskan dan atau kelemahan jaringan.
1.3 Merumuskan keterbatasan gerak fungsional.
1.4 Merumuskan ketidakmampuan gerak dalam aktifitas hidup harian
1.5 Merumuskan sindrom dari analisa dan sintesa simtom yang ada.

STANDAR DIAGNOSA

FISIOTERAPI

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

1. Prognosis fisioterapi dihasilkan dengan cara merumuskan prediksi perkembangan


varian kondisi sehat sakit pasien / klien yang mungkin dicapai dalam waktu berikutnya
dengan intervensi fisioterapi.

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO STANDAR PENGKAJIAN FISOTERAPI


Fisioterapi, SPO

SPO STANDAR PENGKAJIAN

FISOTERAPI

No. Dokumen No. Halaman 1 dari 4


Revisi

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
,
PROSEDUR

OPERASIONAL

Direktur
Proses yang mencakup pemeriksaan pada diri individu atau kelompok, mengidentifikasi problem yang nyata dan yang berpotensi terjadi
Pengertian kelemahan, keterbatasan fungsi, ketidakmampuan atau kondisi kesehatan lain

Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan

Kebijakan Standar pengkajian Fisioterapi sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.

Prosedur 1. Identifikasi Umum.


Kriteria :
1.1. Data Lengkap
1.2. Sistematis

1.3. Menggunakan form dan prosedur yang baku, actual dan valid.

2. Asesmen dan konsultasi


Data awal mencakup elemen :
2.1 Riwayat penyakit dan harapan pasien / klien
2.2 Riwayat problem sekarang, keluhan, tanggal mulai dirasakan dan upaya
pencegahannya.
2.3 Diagnosa medis dan dan riwayat medis yang berkaitan
2.4 Karekteristik demografi, psikologik, sosial, dan faktor lingkungan yang terkait.
2.5 Pelayanan terkait sebelumnya atau yang bersamaan dengan episode asuhan
fisioterapi.

SPO

STANDAR PENGKAJIAN

FISIOTERAPI

No. Dokumen No. Halaman 2 dari 4


Revisi
/

2.1 Penyakit lain yang berpengaruh terhadap prognosis


2.2 Pernyataan pasien / klien tentang problemnya sesuai dengan kadar pengetahuannya.
2.3 Antisipasi tujuan dan harapan setelah terapi ( outcomes) dari pasien / klien dan keluarga
dan pihak lain yang terpengaruh.
1. Telaah sistemik
Status anatomi dan fisiologi yang berkait dengan data awal, mencakup sistem-sistem :
3.1 Kardiovasculer/ pulmuner
3.2 Integumenter
3.3 Musculoskleletal
3.4 Neuromusculer
2. Telaah tentang komunikasi, afeksi, kognisi, bahasa dan kemampuan pembelajaran.
3. Pengujian dan pengukuran yang terpilih untuk menentukan status pasien / klien.
5.1 Arousal, atensi dan kognisi
5.2 Tingkat kesadaran
5.3 Kemampuan menjawab perintah
5.4 Kemampuan tampilan secara umum
4. Perkembangan neuromotorik dan integrasi sensoris
4.1. Keterampilan motorik kasar dan halus
4.2. Pola gerak reflek, Ketangkasan, kelincahan dan koordinasi

SPO

STANDAR PENGKAJIAN

FISIOTERAPI

No. Dokumen No. Halaman 3 dari 4


Revisi

1. Range Of Motion
7.1 Luas gerak sendi
7.2 Nyeri jaringan lunak sekitar
7.3 Panjang dan fleksibilitas otot
2. Penampilan otot ( termasuk kekuatan, tenaga dan daya tahan )
8.1 Force, velocity, torque, work, power
8.2 Gradasi manual muscle test.
8.3 Elektromiografi : Amplitudo, durasi, waveform dan frekuensi
3. Ventilasi, respirasi (pertukaran gas) dan sirkulasi
9.1 Frekuensi denyut jantung, frekwensi pernafasan, tekanan darah
9.2 Gas darah arteri
9.3 Palpasi denyut perifer
4. Sikap
10.1Sikap statik
10.2Sikap dinamik
5. Langkah, gerak (lokomasi) dan keseimbangan
11.1 Karateristik langkah
11.2 Fungsional lokomasi
11.3 Karateristik keseimbangan
6. Pemeliharaan diri dan pengelolaan tempat tinggal
12.1 Aktifitas hidup harian
12.2 Kapasitas fungsional
12.3 Transfer
12.4 Integrasi/reintegrasi masyarakat dan kerja (pekerjaan/sekolah/bermain )
12.5 Aktifitas instrumentasi kehidupan harian

STANDAR PENGKAJIAN

FISIOTERAPI

No. Dokumen No. Revisi Halaman 4 dari 4

12.1 Kapasitas fungsional


12.2 Transfer
12.3 Integrasi/reintegrasi masyarakat dan kerja (pekerjaan/sekolah/bermain )
12.4 Aktifitas instrumentasi kehidupan harian
12.5 Kapasitas fungsional
12.6 Kemampuan adaptasi
1. Pemeriksaan penunjang seperti radiologi, laboratorium dan lain sebagainya
2. Analisa data dan interpretasi data.

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO ALUR PENGKAJIAN PASIEN FISIOTERAPI


Fisioterapi, SPO

SPO ALUR PENGKAJIAN PASIEN

FISIOTERAPI

No. Dokumen No. Halaman 1 dari 2


Revisi

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Direktur
Adalah proses fisioterapi untuk mengkaji pasien dengan melakukan anamnesa, observasi dan pemeriksaan fisik.
Pengertian
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan

Kebijakan Alur pengkajian pasien sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.

Prosedur 1. Pasien baru datang dengan surat rujukan, baca surat rujukan lalu

lakukan pemeriksaan.

2. Pasien baru datang tanpa surat rujukan, dilakukan pemeriksaan.

3. Pemeriksaan dilakukan menurut keperluannya dan tidak mengubah

posisi pasien berulang-ulang.

4. Lakukan anamnesa terhadap pasien atau keluarga.

5. Lakukan observasi berhubungan dengan alat bantu, bentuk, kulit,

pola jalan, fungsional dan mobilitas.

6. Lakukan pemeriksaan fisik berhubungan dengan AROM,

PROM, neuropsikologis, tes melawan tahanan, tes khusus.

7. Lakukan palpasi untuk mengetahui adanya bengkak, spasme, dan

keadaan tonus otot.

8. Lakukan pengukuran-pengukuran yang diperlukan.

9. Tentukan masalah yang ada pada pasien.

10. Pasien tanpa surat rujukan dokter yang kasusnya tidak dapat

ditangani dirujuk kepada Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik

atau professional kesehatan lain yang lebih ahli dengan persetujuan

pasien.

11. Tentukan program terapi sesuai dengan masalah yang ada dan

kebutuhan pasien atau mengirim pasien tanpa surat rujukan dokter

yang kasusnya tidak dapat ditangani dirujuk kepada Dokter

Spesialis Rehabilitasi Medik atau professional kesehatan lain yang

lebih ahli dengan persetujuan pasien.


ALUR PENGKAJIAN PASIEN

FISIOTERAPI

No. Dokumen No. Halaman 2 dari 2


Revisi

1. Berikan edukasi dan program latihan di rumah kepada pasien

dan keluarga.

2. Lakukan pencatatan mengenai pengkajian, program dan tujuan

terapi pada formulir catatan pemeriksaan fisioterapi.

3. Laporan evaluasi pasien fisioterapi kepada dokter pengirim

apabila program terapi telah selesai.

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO STANDAR IDENTIFIKASI PASIEN FISIOTERAPI


Fisioterapi, SPO

SPO STANDAR IDENTIFIKASI PASIEN

FISIOTERAPI

No. Dokumen No. Halaman 1 dari 2


Revisi

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Direktur
Adalah proses fisioterapi untuk mengidentifikasi pasien.
Pengertian
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan

Kebijakan Standar Identifikasi Pasien Fisioterapi sesuai dengan pedoman pelayanan unit
fisioterapi.

Prosedur 1. Pasien rawat jalan

1.1 Pada saat datang di Administrasi / ruang tunggu

1.1.1 Staf Administrasi mengucapkan selamat dan meminta pasien menyebutkan


identitas dirinya.

1.1.2 Staf Administrasi melakukan registrasi dan atau melakukan aktual untuk pasien
dengan perjanjian.

1.1.3 Staf Administrasi mencetak label dan meminta konfirmasi pasien tentang data
yang tercantum pada stiker dan menempelkan label pasien yang dimaksud di slip
pembayaran

1.1.4 Terapis meminta staf administrasi memanggil nama pasien ke ruangan


pemeriksaan

1.2 Pada saat datang di ruang pemeriksaan

1.2.1 Pasien masuk keruang pemeriksaan dengan menyebutkan namanya.

1.3 Terapis melakukan pengecekan dengan memanggil ulang nama pasien. Pada saat
pasien datang di ruang tindakan

1.3.1 Terapis memberikan tindakan dengan menyebut nama pasien

1.3.2 Terapis memberikan tanda pada item tindakan slip pembayaran dan melakukan
paraf.

STANDAR IDENTIFIKASI PASIEN

FISIOTERAPI

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2


1.4 Pada saat datang di administrasi fisioterapi

1.1.1 Pasien menuju kasir dan meginput item sesuai nama pasien kedalam komputer.

1.1.2 Staf Administrasi menyarankan pasien untuk membuat perjanjian kedatangan


berikutnya.

2. Pasien rawat Inap

2.1 Diruang rawat inap

2.1.1 Terapis membawa Form permintaan ke ruangan rawat inap dan memeriksa status
pasien

2.1.2 Terapis memperkenalkan diri pada pasien dan atau keluarganya kemudian melakukan
asessment termasuk jati diri pasien. Problematik yang diperoleh di gabungkan dengan
diagnosa medis, untuk kemudian didokumentasikan dalam status pasien

2.2 Diruang Terapi

2.2.1 Pasien diantar dari ruang rawat inap oleh petugas ruangan ke ruangan terapi

2.2.2 Staf Administrasi menerima pasien, mengucapkan selamat dan meminta pasien
menyebutkan identitas dirinya.

2.2.3 Staf Administrasi melakukan registrasi dan atau melakukan aktual untuk pasien
dengan perjanjian.

2.2.4 Staf Administrasi mencetak label dan menempelkan label pasien yang dimaksud di slip
pembayaran

2.3 Pada saat datang di administrasi Fisioterapi

2.3.1 Pasien menuju kasir dan meginput item sesuai nama pasien kedalam komputer.

2.3.2 Staf Administrasi menyarankan pasien untuk membuat perjanjian kedatangan


berikutnya.

2.3.3 Staf Administrasi melakukan registrasi dan atau melakukan aktual untuk pasien
dengan perjanjian.

2.3.4 Staf Administrasi mencetak label dan menempelkan label pasien yang dimaksud di slip
pembayaran

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO ANGKAT ANGKUT PASIEN


Fisioterapi, SPO
SPO ANGKAT ANGKUT

PASIEN

No. Dokumen No. Halaman 1 dari 2


Revisi

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Direktur
Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada kasus yang berhubungan dengan Angkat Angkut Pasien.
Pengertian
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan

Kebijakan Fisioterapi pada Angkat Angkut Pasien sesuai dengan pedoman pelayanan unit
fisioterapi.

Prosedur 1. Persiapan

1.1 Pahami benar kondisi pasien. (apakah fraktur leher atau pingang, stroke, sadar
atau tidak dll).

1.2 Beri penjelasan ke pasien atau keluarga tentang prosedur, maksud dan tujuan
angkatangkut tersebut

1.3 Perhatikan Drain dan line atau linen yang mungkin mengganggu.

1.4 Semua barang atau benda yang menghalangi pandangan mata atau mengganggu
sebaiknya disingkirkan dulu.

1.5 Persiapkan terlebih dahulu alat Bantu angkat angkut pasien atau bila pasien tidak
memungkinkan diangkat sendiri maka orang yang akan membantu harus sudah
siap di tempat pasien tersebut dan mengetahui perannya. Jangan pasien sudah
diangkat baru panggil bantuan.

1.6 Pastikan bahwa tempat tidur pasien sudah terkunci dan lantai tidak licin.

1.7 Posisikan atau atur tinggi rendah tempat tidur sesuai karyawan yang mau
mengangkat ( Posisi setinggi antara tali pusar dan siku karyawan ) dan buka rel
pengaman bed terlebih dahulu
ANGKAT ANGKUT

PASIEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

1. Pelaksanaan

2.1 Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.

Pasien diusahakan menekan pada anggota tubuh yang kuat dan membebaskan tubuh
yang lemah dari pembebanan berlebihan.

2.2 Pegangan harus tepat, penganggkat dengan pegangan tangan penuh

2.3 Lengan harus sedekat – dekatnya pada badan dan dalam posisi lurus

2.4 Punggung harus diluruskan.

2.5 Dagu ditarik segera setelah kepala tegak kembali ( seperti permulaan gerakan )
dengan posisi kepala dan dagu lurus diikuti seruruh tulang belakang.

2.6 Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum
yang terjadi dalam posisi mengangkat, satu kaki ditempatkan kearah jurusan gerakan
yang dituju, kaki kedua ditempatkan sedemikian rupa sehingga membantu
mendorong tubuh pada gerakan pertama

2.7 Berat badan dimanfaatkanuntuk menarik dan mendorong serta gaya untuk gerakan
dan perimbangan.

2.8 Beban diusahkan berada sedekat mungkin terahadap garis vertical yang melalui pusat
gravitasi tubuh.

2.9 Angkat angkut pasien dengan kondisi khusus diatur dengan SPO tersendiri.

2. Mengakhiri Terapi

3.1 Merapikan kembali drain, line dan linen seperti semula.

3.2 Kunci roda tempat tidur dan pengaman.

3.3 Mengembalikan alat bantu angkat angkut ketempat semula.

3.4 Memberikan penjelasan ke keluarga atau pasien kalau proses angkat angkut sudah
selesai
Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA PES EQUINO VARUS


Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA PES EQUINO VARUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Direktur
Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Pes Equino Varus
Pengertian

Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus Pes Equino Varus
Tujuan

Fisioterapi pada Pes Equino Varus sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasien

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi

1.1 Anamnesis:

 Dibawa sejak lahir atau akibat kelumpuhan


 Anak terlambat usia jalan
 Berdiri dan jalan dengan punggung kaki
1.2 Inspeksi : Telapak kaki melengkung, menapak dengan sisi luar kaki
atau dengan punggung kaki.
1.3 Tes cepat : Gait analisis tampak kaki
menyudut ke medial atauberdiri dengan sisi luar kaki
atau bahkan punggung kaki
1.4 Tes gerak aktif : Gerak dorsal fleksi dan eversi kekuatanmenurun
1.5 Tes gerak pasif : Gerak dorsal fleksi dan eversi dengan firm end feel

\
FISIOTERAPI PADA PES EQUINO VARUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

1.1 Tes gerak isometric : Gerak dorsal fleksi dan eversi kekuatanmenurun
1.2 Tes khusus
 Joint play movement

 Stretch test pada arcus longitudinal kaki


1.3 Pemeriksaan lain : Podografi : dijumpai flat foot.

2. Diagnosis : Gangguan jalan dengan punggung kaki akibat pes equinovarus

3. Rencana tindakan:
3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,
tujuan, rencanaintervensi dan hasil yang diharapkan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakanintervensi fisioterapi
3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap

4. Intervensi
4.1 Mobilisasi kaki
4.2 Strengthening exercice pada dorsal fleksi dan eversi
4.3 Ballance exc
4.4 Penggunaan sepatu koreksi

5. Evaluasi : Nyeri sekitar ankle dan lutut

6. Kontra indikasi :
6.1 Fraktur
6.2 Poliomielitis

7. Dosis :
7.1 Penggunaan medial arc support dalam waktu 3 bulan atau lebih
7.2 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3 kali - 2 kali
seminggu

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA FLAT FOOT


Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA FLAT FOOT

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Flat Foot

Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus Flat Foot
Tujuan

Fisioterapi pada Flat Foot sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasien

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis:
 Tidak ada arcus plantar
 Inbalance
1.2 Inspeksi :Telapak kaki datar, tulang navicularis menonjol ke medial.
1.3 Tes cepat
 Gait analisis tampak kaki menyudut ke lateral
 Plantar fleksi lebih lemah
1.4 Tes gerak aktif : Dalam batas normal
1.5 Tes gerak pasif
 Gerak ROM pronasi kaki lebih besar dari normal,
gerak pronasiterbatas, elastic end feel
 Gerak lain normal

FISIOTERAPI PADA FLAT FOOT

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2


1.1 Tes gerak isometric : saat fleksi kekuatan jari-jari kaki kurang dibanding
dengan gerak lain.
1.2 Tes khusus
 Palpasi : arcus longitudinal plantaris rata
 Pengukuran adakah genu valgus
1.3 Pemeriksaan lain : Podografi: dijumpai flat foot.

2. Diagnosis: gangguan kesimbangan dan berjalan akibat flat foot

3. Rencana tindakan:
3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan
hasil yang diharapkan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap

4. Intervensi
4.1 Strengthening exersice pada fleksor jari kaki

4.2 Ballance exc

4.3 Walking exc dengan menggunakan ujung kaki

4.4 Penggunaan medial arc support

5. Evaluasi : Nyeri sekitar ankle dan lutut

6. Dosis:

6.1 Penggunaan medial arc support dalam waktu 3 bulan ataulebih

6.2 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3 kali - 2 kali
seminggu

7. Kontra indikasi :

7.1 Fraktur

7.2 Poliomielitis
Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA SPRAIN ANKLE


Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA SPRAIN ANKLE

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
,
PROSEDUR

OPERASIONAL

Direktur

Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Sprain Ankle


Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus Sprain Ankle
Tujuan

Fisioterapi pada Sprain Ankle sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasien

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis

 Ada riwayat trauma (keseleo) kearah inversi


 Jenis nyeri : nyeri tajam pada kaki sisi lateral
 Nyeri meningkat pada saat gerak inversi
1.2 Inspeksi : Tampak oedem dan/atau haematome pada lateral kaki.
1.3 Tes cepat : Gerak plantar maupun dorsal fleksi nyeri. Gerak inversi nyeri hebat.
1.4 Tes gerak aktif
 Gerak inversi nyeri dan gerak eversi tidak terasa nyeri

 Gerak dorso dan plantar flexi


1.5 Tes gerak pasif
 Gerak pasif inversi nyeri, ROM terbatas dengan springy end feel
 Gerak lain negatif

FISIOTERAPI PADA SPRAIN ANKLE

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

1.1 Tes gerak isometric : Gerak isometrik eversi nyeri bila tendon M. Peroneus
longus dan brevis cidera
1.2 Teskhusus
 Palpasi pada lig. Calcaneofibulare dan talofibulare terasanyeri,
kemungkinan lig.lain

 Pada cidera tendón palpasi diatas tendon mm.peroneuslongus dan


atau peroneus brevis terasa nyeri
 Joint play movement : pada sendi calcaneofibulare dan
talofibulare nyeri dengan springy end feel.

2. Diagnosis :Nyeri lateral kaki disebabkan oleh sprain ankle.

3. Rencana tindakan:
3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,
tujuan, rencanaintervensi dan hasil yang diharapkan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakanintervensi fisioterapi
3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap

4. Intervensi
4.1 Pada fase akut diterapkan RICE
4.2 Bandaging dengan elastic
bandage dan/atau tapping diberikanhingga satu minggu atau lebih
4.3 US : diberikan pada fase kronik, Pada ligament atau tendon yang
terjadi cidera, Dosis 1.5 – 2 watt/cm2 waktu 2-3 menit
4.4 Transverse friction
4.5 Active stabilization and balance exercise, Walking exc.

5. Evaluasi : Nyeri sekitar ankle

6. Kontra indikasi :
6.1 Fraktur
6.2 Dislokasi

6.3 Neoplasma

7. Dosis:
7.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah;
padaaktualitas rendah dosis intensitas tinggi. Waktu intervensi 20-30 menit
7.2 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali
seminggu

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA POST OP. ACL


Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA POST OP. ACL


No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 4

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Direktur
Adalah tindakan operasi yang dilakukan oleh adanya robek pada anterior cruciatum ligament sendi lutut.Fisioterapi pada ACL adalah
Pengertian program latihan yang diberikan untuk pasien sesudahoperasi baik saat imobilisasi ataupun sesudah imobilisasi.

Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus post op. ACL
Tujuan

Fisioterapi pada Post Op. ACL sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasien

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Tindakan Fisioterapi

1. Fase I Minggu ke-1 dan 2

Pada fase awal ini yang menjadi perhatian adalah untuk mengontrol bengkak
dan untuk memelihara ekstensi ROM,mencapai\memelihara ROM fleksi knee
pada sudut 90 dan memfasilitasi kontrol otot Quadriceps untuk mengurangi
terjadinya atropi. Latihan yang diberikan adalah:

1.1. Latihan Quadriceps setting dengan pengulangan 10x

1.2. Latihan Quadriceps setting dengan straight leg raisepengulangan 10x

1.3. Wall slides, 10x pengulangan (latihan aktif fleksi knee


dengan bantuan gravitasi)

FISIOTERAPI PADA POST OP. ACL


No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 4

1.1. “JaneFondas” latihan gerak ekstensi-fleksi, abduksi-adduksi hip; 20x


pengulangan pada setiap bidanggeraknya.

1.2. Latihan pumping ankle, dilakukan sepanjang hari secaraberkesinambungan.


Bila diperlukan gantung kaki dalamposisi pronasi.

1.3. “Gait Checks”,


fisioterapis mengobservasi kemampuanpasien dalam melakukan backwards ambulasi untukmend
ukung tercapainya ROM ekstensi penuh denganmemakai brace.

1.4. Gliding patella, pasien melakukan mobilisasi patella sendiri dengan dibantu oleh fisioterapis.

1.5. Long sitting untuk menciptakan ekstensi knee. Posisitersebut juga membantu untuk men-
stretchinghamstrings. Dalam posisi tersebut pasien dimintameraih ujung ibu jari kaki selama 10-15
menit

1.6. setiap 2-4 jam, coba untuk tetap mempertahankan knee dalam posisi lurus.

1.7. Setelah melakukan seluruh latihan tersebut berikanterapis,


kompressi dan elevasi untuk mengontrolnyeri\oedema.

1.8. Jangan meletakkan bantal untuk mengganjal knee

1.9. Lakukan latihan tersebut dua kali sehari,


setiap dua harisekali latihan dihentikan untuk mengurangi iritasi.

1.10. Tujuan yang harus dicapai sebelum maju ke fase II adalah : Oedema berkurang\terkontrol,
ROM ekstensi knee mencapai sudut 0, fleksi mencapai sudut 110 (biladilakukan repair meniscus
ROM fleksi hanya 90), mampu melakukan SLR hip dalam posisi abduksi-adduksi, fleksi-
ekstensi dan dapat berjalan denganweight bearing sesuai toleransi dengan menggunakankruk.
FISIOTERAPI PADA POST OP. ACL

No. Dokumen No. Revisi Halaman 3 dari 4

1. Fase II Minggu ke-3 dan 4

Memelihara ROM dan mulai untuk fokus pada


latihanstrengthening closed chain dengan pemberian perhatian pada nyeri,
oedema atau menurunnya ROM. Lanjutkan penggunaanbrace sesudah operasi
.Sebaiknya sudah berjalan tanpa krukdalam pola jalan yang normal. ROM
knee ekstensi penuh, fleksi 120. Tidak ada peningkatan nyeri, oedema,
atau gejalalain selama melakukan latihan. Latihan yang diberikan adalah:

2.1 Lanjutkan latihan SLR, 10x pengulangan

2.2 Mini-squats (sudut 0-30) dimulai dari 10x pengulangan.


Gerakan ini dilakukan sampai knee berada jauh dari ujungibu jari kaki (knee over
tip of toes), selama latihan tidakboleh ada rasa nyeri.

2.3 Mini-squats dengan satu tungkai (weight shifts)

2.4 Steps Up (latihan naik tangga) (concentric), dimulai dari 10x


pengulangan dengan tinggi undakan 3”,
peningkatantinggi undakan sesuai dengan toleransi.

2.5 Latihan eccentric (latihan turun tangga), 10x pengulangansesuai dengan indikasi.

2.6 Latihan proprioseptif, latihan open chain.


Selanjutnyalatihan meningkat ke single leg stands.

2.7 Mulai latihan dengan sepeda, stairmaster, treadmill.

2.8 Tujuan yang harus dicapai sebelum maju ke fase III adalah
: Berjalan tanpa kruk dalam pola jalan yang normal, ROM ekstensi knee
mencapai sudut 0, fleksimencapai sudut 120 Latihan naik-
turun tangga mencapai 3x pengulangan selama 3 menit setiap pengulangan
(eccentric), latihan stairmaster mencapai 10 menit, latihansepeda 15
menit atau lebih, latihan treadmill 15
menit ataulebih, tidak ada peningkatan nyeri, oedema atau gejala lain
selama melakukan latihan.

2. Fase III Minggu ke-5 dan 8

Observasi umum harus memonitor adanya efusi,


perhatianterhadap adanya tendonitis patella. Latihan yang diberikan adalah:

1.1 Lanjutkan latihan squats dengan matras.

FISIOTERAPI PADA POST OP. ACL

No. Dokumen No. Revisi Halaman 4 dari 4

1.1 Mulai latihan single dan double leg press.

1.2 Mulai program latihan jogging, tidak boleh ada latihandengan gerak twisting.
Latihan dapat menggunakan back pedals dan side stapping.

1.3 Lanjutkan penggunaan stairmaster dan sepeda untuklatihan aerobic

1.4 Latihan keseimbangan dan proprioseptif.

1.5 Lanjutkan latihan turun tangga dengan single step.

1.6 Latihan ekstensi lutut open chained

2. Fase IV Minggu ke-8 dan 12

Fase ini merupakan saatnya memulai latihan aktivitasfungsional.


Fisioterapis harus memperhatikan kesesuaianukuran brace saat beraktivitas. Latihan
yang diberikan adalahseluruh latihan pada fase III ditambah :

2.1 Mulai diberikan latihan lateral carioca yang lebih berat, zig-zag, plant (latihan dengan
alas lembut) dan back up.

2.2 Tes isokinetic dalam ROM penuh pada minggu ke 12

2.3 Latihan di sliding board (area yang miring)

2.4 Latihan proprioseptif maksimal seperti pada fase III

3. Fase V Minggu ke-12, 16 dan 24 (6 bulan)


Dapat mulai latihan olah raga. Latihan sama dengan fase IV ditambah dengan:

3.1 Lanjutkan latihan proprioseptif dengan latihanintensif.

3.2 Latihan ditambah dengan latihan fungsional, latihankhusus sesuai olah raga yang
digeluti

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA POST OP. MANISECTOMY


Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA

POST OP. MANISECTOMY

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 3

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Direktur
Adalah bentuk latihan yang diberikan pada pasien sesudah operasi meniscus. Menisectomyadalah tindakan operasi yang
Pengertian dilakukan karena adanya robek atau ruptur pada meniscus lateral atau medial sendi lutut.

Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus post op.
Tujuan Manisectomy.

Fisioterapi pada Post Op. Manisectomy sesuaidengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasien

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Tindakan Fisioterapi
1. Post-Op ( Hari Operasi)

Pada fase awal ini yang dilakukan adalah :

1.1. Berikan es, elevasi pada lutut dan menggunakan elastic


bandage untuk mengontrol oedema.

1.2. Hindari luka jahitan dari air (basah)

1.3. Lakukan latihan-latihan untuk menambah ROM ankle, heel slide.

1.4. Latihan penguatan sesuai dengan toleransi pasien yaitu latihan Quadriceps dan
Hamstring, SLR, Knee ekstensi posisi dudukdan jalan PWB
dengan menggunakan kruk sesuai dengantoleransi pasien.

1.5. Berikan es sebelum dan sesudah latihan serta 20 menit

1.6. setiap 2 jam setelah berdiri

FISIOTERAPI PADA

POST OP. MANISECTOMY

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 3

1. Post-Op (Hari ke-1)

Memelihara ROM
dan mulai untuk fokus pada latihanstrengthening closed chain dengan pemberian perhatian padan
yeri, oedema atau menurunnya ROM. Lanjutkan penggunaanbrace post-
operasi. Sebaiknya sudah berjalan tanpa kruk dalampola jalan yang normal. ROM knee
ekstensi penuh, fleksi 120. Tidak ada peningkatan nyeri, oedema, atau gejala lain
selamamelakukan latihan. Latihan yang diberikan adalah:

1.1. Berikan es, elevasi pada lutut dan menggunakan elastic bandage untuk mengontrol oedema.

1.2. Lanjutkan latihan-latihan untuk menambah ROM 2-3 kali per


hari dan tambahkan dengan latihan sepeda statis dengantinggi kursi serendah yang
dapat ditoleransi pasien denganbeban yang ringan.

1.3. Lanjutkan latihan penguatan dan tambahkan dengan latihankeseimbangan dengan berdiri pada tu
mit dan latihankeseimbangan dengan setengah berjongkok.

1.4. Berikan es sebelum dan sesudah latihan serta 20 menitsetiap 2 jam setelah berdiri.

2. Post-Op (Hari ke-2 s/d ke-7)

3.1 Lanjutkan pemberian es dan elevasi.

3.2 Hentikan penggunaan kruk setelah 3 hari.

3.3 Lanjutkan latihan-latihan untuk menambah ROM.

3.4 Lanjutkan latihan penguatan dengan menggunakan prinsip PRE dan tambahkan dengan latihan
SLR, fleksi knee,fleksi hip dan ekstensi knee serta berdir idengan menggunakansatu sisi kaki.

3.5 Berikan es sebelum dan sesudah latihan serta tetap gunakan elastic bandage.

3.6 Lakukan pemeriksaan fisik setelah 6 hari setelah operasi untuk evaluasi dan pelepasan jahitan.

3. Post-Op (Minggu ke-1 s/d ke-3)

4.1 Lanjutkan pemberian es dan elevasi.

4.2 Setelah jahitan dilepaskan diperbolehkan terkena air (basah)

4.3 Lanjutkan latihan-latihan untuk menambah ROM.

FISIOTERAPI PADA

POST OP. MANISECTOMY

No. Dokumen No. Revisi Halaman 3 dari 3

4.1 Lanjutkan latihan penguatan dan tambahkan dengan program latihan berlari-
lari kecil pada permukaan yang rata dan jalan yang berliku, latihan jongkok dengan satu
kaki, latihan berdiri dengan satu kaki
kemudian elevasikan tumitdan latihan naik turun tangga,

5 Berikan es sebelum dan sesudah latihanPost-Op (Minggu ke-3 s/d ke-6)

5.1 Lotion
dapat diberikan pada luka jahitan denganmenggunakan ibu jari dengan tekanan sesuai tole
ransi.

5.2 Lanjutkan latihan-latihan untuk menambah ROM.

5.3 Lanjutkan latihan penguatan


5.4 Pasien dapat kembali keaktifitas semula jika :

 Pengukuran ROM dan lingkar tungkai pada keduatungkai sama.

 Pengukuran kekuatan otot kedua tungkai menunjukkan peningkatan lebih dari 85%

Unit Seluruh Fisioterapis


Terkai
t

SPO FISIOTERAPI PADA LESI MENISKUS


Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA LESI MENISKUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

TanggalTerbit Ditetapkan,
STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Direktur

Pengertian Adalah Cedera pada Lesi Meniskus lutut

Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus Meniscus Lession
Tujuan

Fisioterapi pada Meniscus Lession sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasien

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis:

 Nyeri dan mengunci pada sendi lutut pada gerakan flexi dan extensi
 Keluhan nyeri pada saat aktivitas.
1.2 Inspeksi : Tidak tampak kelainan
1.3 Tes cepat : Hipermobility pada knee joint.
1.4 Tes gerak aktif
 Kadang terjadi nyeri pada saat fleksi maupun ekstensi senditibio femoralis.
 Gerak internal rotasi dan eksternal rotasi terjadi nyeri
1.5 Tes gera kpasif

 Nyeri pada saat fleksi maupun ekstensi sendi tibiofemoralis.dengan end feel
elastic

FISIOTERAPI PADA LESI MENISKUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

 Gerak internal rotasi dan eksternal rotasi terjadi nyeri dengan end feel elastis
 Sering semua gerak negatif bila aktualitas rendah
1.1 Tes gerak isometric :Tidak khas.
1.2 Tes khusus
 Appley test dan murray test

 JPM lutut.
1.3 Pemeriksaan lain : Atroplasti

2. Diagnosis : Nyeri pada sendi lutut pada gerakan flexi dan extensi akibat
meniscus lesi.

3. Rencana tindakan
3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,
tujuan, rencanaintervensi dan hasil yang diharapkan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensifisioterapi
3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap

4. Intervensi:
4.1 SWD atau MWD : SWD/MWD Continous thermal untukaktualitas rendah, waktu
10-12 menit.
4.2 Manipulasi meniscus.
4.3 Latihan Strengthening
4.4 Knee Dakker
4.5 Latihan Stabilisasi.

5. Kontraindikasi :
5.1 Fraktur
5.2 Dislocation
5.3 Neoplasma
5.4 Osteoporosis

6. Dosis :
6.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah;
padaaktualitas rendah dosis intensitas tinggi
6.2 Waktu intervensi 20-30 menit
6.3 Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali
seminggu

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITIS TIBIOFEMORAL JOINT


Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA

OSTEOARTHRITIS TIBIOFEMORAL JOINT


No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

TanggalTerbit Ditetapkan,
STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Direktur
Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Osteroarthrosis tibiofemoral joint.
Pengertian

Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan
Tujuan kasus Osteroarthrosis tibiofemoral joint.

Kebijakan fisioterapi pada osteoarthritis tibiofemoral joint sesuai dengan pedoman


pelayanan unit fisioterapi.

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasien

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Teknik Aplikasi :
1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis
 Nyeri jenis ngilu/pegal pada Tibio femoral joint

 Morning sickness dan start pain


 Gerak terbatas dan krepitasi
1.2 Tes cepat : Nyeri dan terbatas pada fleksi, ekstensi tibio femoral joint
1.3 Tes gerak aktif : Nyeri dan terbatas dengan krepitasi pada tibio femoral joint
1.4 Tes gerak pasif
 Nyeri dan terbatas dengan krepitasi pada gerak tibio femoral joint

 Fleksi, ekstensi, tibio femoral joint, firm end feel


FISIOTERAPI PADA

OSTEOARTHRITIS TIBIOFEMORAL JOINT

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

1.1 Tes gerak isometric : Tidak ditemukan gangguan khas


1.2 Tes khusus
 JPM test fleksi, ekstensi tibio femoral joint, firm end feel.

 Patello femoral test, Ballotement test, Fluktuation test


1.3 Pemeriksaanlain : X ray : penyempitan sela sendi; penebalantulang subchondrale;
osteophyte.

2. Diagnosis : Capsular pattern tibio femoral joint secondary to Osteoarthrosistibio femoral


joint

3. Rencanatindakan
3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencanaintervensi dan hasil yang
diharapkan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakanintervensi fisioterapi
3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap

4. Intervensi
4.1 US : Continous dosis 1-1,5 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 2 -2,5 watt/cm untuk
aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.

4.2 Joint mobilization : Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP, Translasi pada
pembatasan fleksi, ekstensi tibio femoral joint, Active mobilization

5. Evaluasi: Nyeri sekitar ankle dan lutut

6. Kontraindikasi:

6.1 Fraktur

6.2 Dislocation

6.3 Neoplasma
7. Dosis:

7.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah;


padaaktualitas rendah dosis intensitas tinggi
7.2 Waktu intervensi 20-30 menit
7.3 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali seminggu.

Unit Seluruh Fisioterapis


Terkait

SPO FISIOTERAPI PADA POST AMP


Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA POST AMP

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2


Tanggal Terbit Ditetapkan,
STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Direktur
Adalah jenis tindakan operasi yang dilakukan pada subcapital caput femur karena fraktur atauadanya degenerasi caput femur
Pengertian karena suatu penyakit keadaan acetabulum relativ normal dengan pemasangan bipolar prosthesis

Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus post AMP
Tujuan

Sebagai petunjuk bagi fisoterapis dalam memberikan pelayanan pada kasus post AMP
Kebijakan

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasien

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Kontra Indikasi

1. Hari ke-1 sampai ke-5 tidak boleh dilakukan fleksi hip lebih 45 dan adduksi

2. Tidak dianjurkan pasien duduk di kursi yang rendah atau terlalulembek

3. Kaki tidak boleh disilangkan (adduksi).

c. Tindakan Fisioterapi

1. Imobilisasi

Sesudah operasi pasien tidur posisi telentang dengan posisitungkai yang di


operasi posisi lurus dan rotasi netral

2. Fase proteksi maksimal

FISIOTERAPI PADA POST AMP

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2


1.1 Sesegera mungkin diberikan deep breathing, coughing dan ankle pumping
exercise untuk mencegah terjadinyakomplikasi pulmunal dan vaskulair

1.2 Latihan anggota gerak yang


sehat untuk memeliharakekuatan dan fleksibilitas otot

1.3 Latihan pain-free isometric untuk mencegah atropi otottungkai yang di


operasi

1.4 Latihan aktif atau assisted untuk memelihara gerak sendidan jaringan lunak

1.5 Hari ke 3 sesudah operasi latihan duduk di bed


atau kursidengan posisi sendi hip tidak boleh fleksi lebih dari 45 danposisi
hip sedikit abduksi

1.6 Latihan jalan di parallel bar, walker atau kruk

2. Fase proteksi sedang

2.1 Pada pemasangan prostese cemented latihan weight bearing


dapat dilakukan lebih awal

2.2 Pada trochanteric osteotomy latihan weight bearing


dapatdilakukan pada minggu ke 8 sampai minggu ke 12

2.3 Latihanaktif ROM secarabertahap, fleksi hip tidak bolehlebih 90˚

2.4 Untuk meningkatkan control neuromuscular hip


diberikanlatihan penguatan dengan gerak aktif dan SLR

2.5 Latihan closed-chain sambil berdiri di parallel bar atauwalker

3. Fase proteksi minimal dan pengembalian fungsi

3.1 Latihan penguatan otot-otot ekstensor dan abduksi hip untuk ambulasi,
latihan open-close chain

3.2 Latihan ambulasi di tingkatkan dari walker ke kruk atautongkat paling


lambat minggu ke 12 sesudah operasi

3.3 Latihan peningkatan daya tahan dengan stationary bicycle


dengan posisi tempat duduk ditinggikan untuk mencegahfleksi hip yang
berlebihan

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITIS HIP JOINT


Fisioterapi, SPO
SPO FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITIS HIP JOINT

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Direktur

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Osteoarthrosis Hip joint

Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus Osteoarthrosis
Tujuan Hip joint

Sebagai petunjuk bagi fisoterapis dalam memberikan pelayanan pada kasus Osteoarthrosis Hip joint
Kebijakan

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasien

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi

1.1 Anamnesis

 Nyeri jenis ngilu/pegal pada hip joint

 Morning sickness dan start pain

 Gerak terbatas dan krepitasi

1.2 Tes cepat : Nyeri dan terbatas pada semua arah gerakan hip joint

1.3 Tes gerak aktif : Nyeri dan terbatas dengan krepitasi pada gerak hip joint

1.4 Tes gerak pasif

 Nyeri dan terbatas dengan krepitasi pada gerak hip joint

 Internal rotasi, adduksi, fleksi hip joint, firm end feel.


FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITIS HIP JOINT

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

1.1 Tes gerak isometrik : Tidak ditemukan gangguan khas

1.2 Tes khusus :JPM test internal rotasi, adduksi, fleksi hip joint, firm end feel.

1.3 Pemeriksaan lain : X ray : penyempitan sela sendi;


penebalantulang subchondrale; osteophyte.

2. Diagnosis : Capsular pattern hip joint secondary to Osteoarthrosis Hip joint

3. Rencana tindakan

3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,


tujuan, rencanaintervensi dan hasil yang diharapkan

3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakanintervensi fisioterapi

3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap

4. Intervensi

4.1 US:Continous dosis 1-1,5 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 2 -2,5 watt/cm
untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.

4.2 Joint mobilization : Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam


MLPP, Translasi pada pembatasan internal rotasi, adduksi, fleksi hip
joint, Active mobilization exercise Semuaarah gerakan hip

5. Evaluasi : Nyeri, ROM dan fungsi tangan.

6. Kontra indikasi:

6.1 Fraktur

6.2 Dislocation

6.3 Neoplasma

7. Dosis :
7.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah;
padaaktualitas rendah dosis intensitas tinggi

7.2 Waktu intervensi 20-30 menit

7.3 Pengulangan aktualitas tinggi tiaphari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali
seminggu

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA ARTHROSIS CARPALIA


Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA ARTHROSIS CARPALIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 3

TanggalTerbit Ditetapkan,
STANDAR

PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL

Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Arthrosis Carpalia

Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus Arthrosis
Tujuan Carpalia

Fisioterapi pada Arthrosis Carpalia sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasien

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis

 Nyeri jenis ngilu/pegal pada pergelangan tangan dan tangan

 Morning sickness dan start pain

 Gerak terbatas dan krepitasi

1.2 Inspeksi :

 Posisi tangan MLPP

 Gera tangan kaku.


1.3 Tes cepat : Nyeri dan terbatas pada gerak palmar-dorsal flexipergelangan
tangan
1.4 Tes gerak aktif : Nyeri dan terbatas dengan krepitasi pada gerak palmar-dorsal
flexi pergelangan tangan

FISIOTERAPI PADA ARTHROSIS CARPALIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 3

1.1 Tes gerak pasif : Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak palmar-dorsal
flexion pergelangan tangan dimana dorsal flexion lebih terbatas dari palmar
flexion dengan firm end feel.
1.2 Tes gerak isometrik : Tidak ditemukan gangguan khas
1.3 Tes khusus
 Palpasi tangan sering teraba oedeme

 JPM test palmar dan dorsal flexion timbul nyeri, terbatasdengan firm end feel.
1.4 Pemeriksaan lain : X ray : penyempitan sela sendi;
penebalantulang subchondrale; osteophyte.

2. Diagnosis : Capsular pattern wrist joint secondary to arthrosis carpalia


3. Rencana tindakan

 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,


tujuan, rencanaintervensi dan hasil yang diharapkan

 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakanintervensi fisioterapi


 Perencananaan intervensi secara bertahap

4. Intervensi

4.1 US : US under water continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan
1.5-2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.

4.2 Joint mobilization : Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP, Translasi
pada pembatasanpronasi dan supinasi

4.3 Free active mobilization exercise : Pronasi-supinasi

4.4 Kemungkinan splinting

5. Evaluasi : Nyeri, ROM dan fungsi tangan.

6. Kontraindikasi :

6.1 Fraktur

6.2 Dislocation

6.3 Neoplasma

6.4 Osteoporosis

FISIOTERAPI PADA ARTHROSIS CARPALIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman 3 dari 3

1. Dosis :

1.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah;


padaaktualitas rendah dosis intensitas tinggi
1.2 Waktu intervensi 20-30 menit
Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3 kali - 2 kali
seminggu

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA THORACIC OUTLET SYNDROME : SCALENUS SYNDROME


Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA

THORACIC OUTLET SYNDROME : SCALENUS SYNDROME

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL

Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Thoracic (Compression) Outlet
Syndrome : Scalenus Syndrome
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus Thoracic
Tujuan (Compression) Outlet Syndrome : Scalenus Syndrome

Sebagai petunjuk bagi fisoterapis dalam memberikan pelayanan pada kasus Thoracic (Compression) Outlet Syndrome : Scalenus
Kebijakan Syndrome

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasien

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi

1.1 Anamnesis

 Nyeri jenis ngilu/pegal pada leher-pundak depan hingga lengan

 Nyeri meningkat pada posisi lengan ke bawah disertaidepresi

 Nyeri berkurang bila lengan abduksi


1.2 Inspeksi:

 Forward head position

 Posisi bahu-lengan depresi

1.3 Tes cepat

 Tidak spesifik

 Abduksi elevasi kadang nyeri

1.4 Tes gerak aktif : Negatif

1.5 Tes gerak pasif : Negatif

FISIOTERAPI PADA

THORACIC OUTLET SYNDROME : SCALENUS SYNDROME

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

1.1 Tes gerak isometric : Negatif

1.2 Tes khusus

 Adson’s test positif

 Palpasi scalenus nyeri kesemutan hingga ke Joint play movement lateral gapping tangan

1.3 Pemeriksaan lain : ‘X’ ray normal

2. Diagnosis : Nyeri dan kesemutan leher-


pundak hingga lengandisebabkan oleh entrapmen pleksus bracialis akibat scalenuscontr
actur

3. Rencana tindakan

3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencanaintervensi dan hasil yang
diharapkan

3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakanintervensi fisioterapi

3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap

4. Intervensi

4.1 MWD pada m.scalenus : MWD Continous thermal untukaktualitas rendah, waktu 10-12
menit.
4.2 Contract relax stretching m. scalenus anterior/posterior

4.3 Postural correction (retraksi leher)

4.4 Home program : stretching

5. Evaluasi: Nyeri, dan ROM

6. Dosis :

6.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah;


padaaktualitas rendah dosis intensitas tinggi

6.2 Waktu intervensi 20-30 menit

6.3 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali seminggu

Unit Seluruh Fisioterapis


Terkait

SPO FISIOTERAPI PADA MYOFASCIAL PAIN


Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA MYOFASCIAL PAIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL

Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada myofascial pain

Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus myofascial pain
Tujuan

Fisioterapi pada Myofascial Pain sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien


2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasien

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi

1.1 Anamnesis:

 Nyeri jenis pegal menyebar dalam pola segmental/vegetatif

 Nyeri meningkat regangan pada otot yang bersangkutan

 Nyeri meningkat kontraksi pada otot yang bersangkutan

1.2 Inspeksi : Tidak khas

1.3 Tes cepat : Tergantung regio yang terkena

1.4 Tes gerak aktif : Tergantung regio yang terkena

1.5 Tes gerak pasif : Tergantung regio yang terkena

1.6 Tes gerak isometric : Tergantung regio yang terkena

1.7 Tes khusus

 Palpasi: trigger point, pada taut band dan twisting, nyeri menyebar.

 Stretch test

FISIOTERAPI PADA MYOFASCIAL PAIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

1. Diagnosis : Nyeri muscular menyebar ke … disebabkan olehmyofascial trigger


point.

2. Rencana tindakan

2.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,


tujuan, rencanaintervensi dan hasil yang diharapkan
2.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakanintervensi fisioterapi

2.3 Perencananaan intervensi secara bertahap

3. Intervensi

3.1 US : Posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi, Dosis 2 – 2.5 watt/cm2 waktu 2-3


menit

3.2 Transverse friction Posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi

3.3 Stretching otot yang bersangkutan

4. Evaluasi : Nyeri.

5. Kontra indikasi :

5.1 Fraktur

5.2 Dislocation

5.3 Neoplasma

5.4 Myositis osccsificans

6. Dosis :

6.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah;


padaaktualitas rendah dosis intensitas tinggi

6.2 Waktu intervensi 20-30 menit

6.3 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali
seminggu.

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA THORACIC HYPOMOBILITY SYNDROME


Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA

THORACIC HYPOMOBILITY SYNDROME

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2


Tanggal Terbit Ditetapkan,
STANDAR

PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Thoracic Hypomobility


Syndrome.
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus Thoracic
Tujuan Hypomobility Syndrome.

Fisioterapi pada Thoracic Hypomobility Syndrome sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasien

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Teknik Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi:
1.1 Anamnesis:
 Nyeri jenis ngilu/pegal pada punggung atas, interscapular hingga satu sisi dada
 Nyeri meningkat pada ekstensi thoracal atau inspirasi dalam.
1.2 Inspeksi : Kifosis thoracalis atau round back
1.3 Tes cepat :Gerak ekstensi thoracal nyeri hingga dada
1.4 Tes gerak aktif:

 Gerak ekstensi thoracal nyeri hingga dada


 Gerak lain kadang nyeri
1.5 Tes gerak pasif :
 Gerak ekstensi thoracal nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel
FISIOTERAPI PADA

THORACIC HYPOMOBILITY SYNDROME

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

1.1 Tes gerak isometrik : Negatif.


1.2 Tes khusus :
 PACVP nyeri punggung hingga ke dada
 LPAVP nyeri punggung hingga ke dada

 Segmental gapping test thoracal nyeri, terbatas dan firm end feel
1.3 Pemeriksaan lain : ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu

2. Diagnosis:Nyeri punggung atas hingga dada dengan hypomobility thoracal


(misal T8-9) disebabkan (misal kifosis atau round back)

3. Rencana tindakan
3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,
tujuan, rencanaintervensi dan hasil yang diharapkan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakan intervensifisioterapi

3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap

4. Intervensi:

4.1 MWD thoracal : Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.

4.2 Joint mobilzation teknik PACVP LPAVP

4.3 Gapping manipulation 3 dimensi ekstensi

4.4 Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie

4.5 Proper back mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi

5. Evaluasi : Nyeri, JPM, dan ROM thoracal.

6. Dosis :

6.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah;


padaaktualitas rendah dosis intensitas tinggi

6.2 Waktu intervensi 20-30 menit

6.3 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali
seminggu.

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA SCOLIOSIS IDIOPATIK


Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA SCOLIOSIS IDIOPATIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL

Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Scoliosis Idiopatik.


Pengertian

Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus Scoliosis
Tujuan Idiopatik.

Sebagai petunjuk bagi fisoterapis dalam memberikan pelayanan pada kasus Scoliosis Idiopatik.
Kebijakan

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasie

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi
1.1 Anamnesis:
 Punggung asimetri punggung (scapula) menonjol satu sisi

 Diketahui secara tidak sengaja oleh orang tuanya


 Tidak diketahui sebabnya
1.2 Inspeksi : Asimetri dan rib hump, atau pelvis torsion
1.3 Tes cepat : Fleksi punggung tampak rib hump
1.4 Tes gerak aktif
 Gerak lateral fleksi kekanan terbatas pada T8 tetap melengkung kekiri atau
hanya tegak
 Gerak lateral fleksi kekiri lebih besar
1.5 Tes gerak pasif

 Gerak lateral fleksi kekanan terbatas pada T8 terbatas dengan firm end feel
 Gerak lateral fleksi kekiri pada T8 ROM lebih besar dari normal dengan end
feel elastik
1.6 Tes gerak isometric : Negatif
1.7 Tes khusus

FISIOTERAPI PADA SCOLIOSIS IDIOPATIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

 Fleksi dijumpai ribs hump kanan


 Asimetri pelvis (pelvic torsion) terhadap plumb line yang
ditempatkan pada kolumna vertebral

 Pengukuran panjang kaki dijumpai leg discrepancy


 LPAVP dijumpai keterbatasan dengan firm end feel
 Gapping test T7-8-9 terbatas dengan firm end feel

1.1 Pemeriksaan lain

 ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu


 Pengukuran ‘cobb angle’

2. Diagnosis : Gangguan posture tubuh bidang frontal akibat scoliosis idiopathic

3. Rencana tindakan
3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,
tujuan, rencanaintervensi dan hasil yang diharapkan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakanintervensi fisioterapi

3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap

4. Intervensi:

4.1 MWD thoracal : Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.

4.2 Latihan mobilisasi dengan metode crawl exercise

4.3 Latihan stabilisasi dengan bugnet exercise

4.4 TLSO atau Boston brace

5. Evaluasi: Nyeri, Cobb angle

6. Dosis :

6.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah;


padaaktualitas rendah dosis intensitas tinggi

6.2 Waktu intervensi 20-30 menit

6.3 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3 kali - 2 kali
seminggu.

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA LUMBAL SPONDYLOLYSTHESIS


Fisioterapi, SPO
SPO FISIOTERAPI PADA

LUMBAL SPONDYLOLYSTHESIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL
Direktur
Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada lumbal Spondylolysthesis
Pengertian

Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus lumbal
Tujuan Spondylolysthesis

Fisioterapi pada Lumbal Spondylolysthesis sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi
Kebijakan

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasien

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi

1.1 Anamnesis:

 Nyeri pingang sampai kedua hamstrings

 Disertai paresthesia kedua hamstrings


 Gerak lumbal sering ‘clicking’
1.2 Inspeksi : Lordosis/asimetri
1.3 Tes cepat

 Fleksi terjadi clicking dan nyeri


 Gerak hip lebih besar dari lumbal
1.4 Tes gerak aktif
 Nyeri pada gerak tertentu (misal fleksi)
 Terdengar bunyi kliking
1.5 Tes gerak pasif
 Nyeri pada gerak tertentu

 ROM lebihbesar dari normal


1.6 Tes gerak isometrik : Tidak tampak kelainan

FISIOTERAPI PADA

LUMBAL SPONDYLOLYSTHESIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

1.1 Tes khusus


 Palpasi : step on atau step off.
 Stabilization test positif kadang diikuti paresthesia
1.2 Pemeriksaan lain : ‘X’ ray dijumpai Lysthesis

2. Diagnosis : Nyeri pinggang hingga kedua hamstrings


akibatspondylolysthesis lumbalis.

3. Rencana tindakan:
3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,
tujuan,rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakanintervensi fisioterapi
3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap

4. Intervensi
4.1 SWD atau MWD : SWD/MWD Continous thermal untukaktualitas rendah,
waktu 10-12 menit.
4.2 Lumbar corset
4.3 Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi lumbal tegakotot para lumbal,
abdominal dan otot-otot pelvic hip complex
4.4 Proper neck mechanic pada posisi lordosis

5. Evaluasi : Nyeri, dan stabilitas.

6. Kontraindikasi :
6.1 Fraktur
6.2 Neoplasma
6.3 Osteoporosis
6.4 Ankylosing spondylitis
6.5 TBC tulang

7. Dosis :
7.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah;
padaaktualitas rendah dosis intensitas tinggi
7.2 Waktu intervensi 20-30 menit
7.3 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitasrendah 3kali - 2 kali
seminggu

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA TEMPORAL MANDIBULAR (TMJ) INTERNAL


DERANGEMENT
Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA

TEMPORAL MANDIBULAR

(TMJ) INTERNAL DERANGEMENT

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
Direktur
PROSEDUR

OPERASIONAL
Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Temporal Mandibular Internal Derangement.
Pengertian
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan

Kebijakan Fisioterapi pada Temporal Mandibular (TMJ) Internal Derangement sesuai deengan
pedoman pelayanan unit fisioterapi.

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasien

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi

1.1 Anamnesis

 Nyeri jenis ngilu/pegal pada TMJ disertai kaku hingga migrain

 Nyeri dan terbatas saat buka mulut

1.2 Inspeksi : Depresi terbatas atau dalam pola ‘L’

1.3 Tes cepat : Gerak elevasi-depresi bunyi dengan pola gerak ”L”

1.4 Tes gerak pasif

 Gerak depresi nyeri dan terbatas unilateral

 Gerak lateral deviasi unilateral nyeri dan terbatas

1.5 Tes gerak isometric

 Kadang nyeri

1.6 Tes khusus

 Palpasi teraba otot masseter/temporales/pterigoideus nyeri

FISIOTERAPI PADA

TEMPORAL MANDIBULAR (TMJ)


INTERNAL DERANGEMENT

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

 Compression test nyeri

 Traction test kecaudal keluhan berkurang

1.2 Pemeriksaan lain

 ‘X’ ray terdapat gambaran arthrosis

2. Diagnosis : Nyeri TMJ-migrain akibat TMJ internal derangemen

3. Rencana tindakan

1.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang
diharapkan

1.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakan intervensi fisioterapi

1.3 Perencananaan intervensi secara bertahap

4. Intervensi

4.2 MWD diatas temporomandibular : Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan
thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.

4.3 Caudal traction mandibulae : Traksi static dan osilasi 5-10 menit

4.4 Latihan mobilisasi dan peningkatan ROM depressi

4.5 Anjuran Mastikasi dengan rahang sisi sehat

5. Evaluasi : Nyeri, sensasi, ROM

6. Kontra indikasi : Acute joint pain, Tristmus

7. Dosis :

7.2 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis
intensitas tinggi

7.3 Waktu intervensi 20-30 menit


7.4 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3 kali - 2 kali seminggu.

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA LUMBAL DISC BULGING / HNP


Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA

LUMBAL DISC BULGING / HNP

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 3

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL

Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Lumbal Disc Bulging/HNP
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan kasus Lumbal Disc
Tujuan Bulging/HNP.

Fisioterapi pada Lumbal Disc Bulging/HNP sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasien

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi

1.1 Anamnesis:

 Nyeri jenis ngilu/pegal pada Lumbal spine menyebar sampai ke kaki


 Paresthesia hingga ke kaki pada área dermatome L5-S1
 Posisi duduk lama, jongkok; gerak fleksi lumbalmeningkatkan nyeri dan
parestesia
1.2 Inspeksi : Posisi lumbal scoliosis
1.3 Tes cepat : Gerak fleksi lumbal nyeri dan paresthesia pada tungkai-kaki
1.4 Tes gerak aktif:
 Gerak fleksi lumbal nyeri dan paresthesia hingga tungkaibelakang
 Gerak lain kadang positif

FISIOTERAPI PADA

LUMBAL DISC BULGING/HNP

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 3

1.1 Tes gerak pasif :

 Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak fleksilumbal.
 Gerak ekstensi lumbal terasa nyaman

 Gerak lain kadang nyeri


1.2 Tes gerak isometrik :Kadang ekstensi ibu jari kaki lemah.
1.3 Tes khusus
 Palpasi teraba otot para vertebral spasme
 Lasegue sign positif, bragard test positif
 Compression test posisi fleksi nyeri dan paresthesia hingga kaki
 Traction test posisi ekstensi keluhan berkurang
 Tes sensasi dijumpai hypoaesthesia/paresthesia area dermatome tertentu
1.4 Pemeriksaan lain

 ‘X’ ray dijumpai flat back


 MRI dijumpai disc bulging hingga protrusi.

2. Diagnosis : Nyeri radikuler disertai paresthesia lengan disebabkan karena disc


bulging/ HNP lumbal segment

3. Rencana fisioterapi:
3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,
tujuan, rencanaintervensi dan hasil yang diharapkan
3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakanintervensi fisioterapi
3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap

4. Intervensi:
4.1 SWD/MWD lumbale : Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
4.2 Lumbale traction : Intermittent posisi lordosis beban 40-60% berat badan,
periode traksi dan istirahat pendek (misal Hold 5” rest 5”) durasi 10-15 menit
4.3 Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie
4.4 Korset lumbal untuk aktualitas tinggi
4.5 Proper body mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi dan lifting technique

FISIOTERAPI PADA

LUMBAR DISC BULGING/HNP

No. Dokumen No. Revisi Halaman 3 dari 3

1. Evaluasi : Nyeri, sensasi, ROM lumbale


2. Dosis :
2.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah;
padaaktualitas rendah dosis intensitas tinggi
2.2 Waktu intervensi 20-30 menit
2.3 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali
seminggu
Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA LUMBAL SPONDYLOARTHROSIS


Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA LUMBAL SPONDYLOARTHROSIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 3

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL

Pengertian Adalah proses asuhan fisioterapi yang diterapkan pada Spondyloarthrosis


Lumbalis.
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan
Tujuan kasus Spondyloarthrosis Lumbalis..

Fisioterapi pada Lumbal Spondyloarthrosis sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.
Kebijakan

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasien

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi

1.1 Anamnesis

 Morning sickness dan Start pain

 Nyeri jenis ngilu/pegal pada lumbal kadang hingga kebelakang paha

 Nyeri/parestesia meningkat pada gerak ekstensi lumbale

1.2 Inspeksi : Lumbale lordosis atau flat back

1.3 Tes cepat : Gerak fleksi terasa tegang tetapi nyeri berkurang, gerak ekstensi
nyeri lumbal
1.4 Tes gerak aktif : Nyeri dan kaku pada gerak aktif lumbal terutama ekstensi

FISIOTERAPI PADA LUMBAL SPONDYLOARTHROSIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 3

1.1 Tes gerak pasif

 Nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel, sering terasakrepitasi

 Keterbatasan gerak dalam capsular pattern.

1.2 Tes gerak isometrik : Gerak isometrik negatif atau kadang nyeri

1.3 Tes khusus

 Compression test posisi fleksi nyeri

 Gapping test terbatas firm end feel.

 Tes dengan PACVP nyeri segmental.

1.4 Pemeriksaan lain

 ‘X’ ray dijumpai osteofit tepi corpus dan/atau facets

 MRI dijumpai osteofit.

2. Diagnosis : Nyeri pseudo radikuler lumbal ke hamstrings karena


spondyloarthrosis lumbalis

3. Rencana tindakan

3.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, yang diharapkan

3.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi

3.3 Perencananaan intervensi secara bertahap

4. Intervensi

4.1 US atau SWD atau MWD atau cervical : US continous 2 watt/cm2 5-7 menit
untuk aktualitas rendah, SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas
rendah, waktu 10-12 menit.

4.2 Lumbal traction posisi fleksi beban 40-60% BB 15-20 menit

4.3 Korset Lumbal untuk aktualitas tinggi

4.4 William flexion exercise

4.5 Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi lumbale tegak

4.6 Proper neck mechanic pada posisi flat back

4.7 Home program

FISIOTERAPI PADA LUMBAL SPONDYLOARTHROSIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman 3 dari 3

1. Evaluasi : Nyeri dan ROM.

2. Dosis :

2.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah
dosis intensitas tinggi

2.2 Waktu intervensi 20-30 menit

2.3 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3 kali - 2 kali
seminggu

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA CERVICAL INSTABILITY


Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA CERVICAL INSTABILITY


No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL
Direktur

Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Cervical Instability.

Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.

Kebijakan Fisioterapi pada Cervical Instability sesuai dengan pedoman pelayanan unit
fisioterapi.

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga pasien

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi

1.1 Anamnesis

- Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga interscpula dan/atau lengan

- Nyeri leher sering disertai kaku

- Nyeri meningkat pada gerak cervical ekstensi

- Inspeksi : Flat neck atau forward head position

1.2 Tes cepat

- Gerak fleksi terasa tegang tetapi nyeri berkurang, gerak ekstensi nyeri cervical

- Geral eskensi 3 dimensi cervical nyeri kadang hingga interscapular atau lengan

1.3 Tes gerak aktif

- Nyeri dan kaku pada gerak aktif cervical terutama ekstensi.


FISIOTERAPI PADA CERVICAL INSTABILITY

No. Dokumen No. Halaman 2


Revisi dari 2

1.1 Tes gerak pasif :

- Gerak ekstensi nyeri dan ROM terbatas dengan hard


end feel, Gerak lain normal atau nyeri ringan

1.2 Tes gerak isometrik : Gerak isometrik kadang nyeri

1.6 Tes khusus

- Compression test posisi fleksi nyeri menyebar

- Tes dengan PACVP nyeri segmental

- Joint play movement lateral gapping test terbatas


ringanelastic end feel

1.7 Pemeriksaan lain : X’ ray normal atau dijumpai osteofit


tepi corpus dan/atau facets

2 Diagnosis : Nyeri pseudo radikuler cercical menyebar


ke interscapular/lengan disebabkan karena cervical
facet irritation

3 Rencana tindakan

- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,


tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan

- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan


tindkan intervensi fisioterapi

- Perencananaan intervensi secara bertahap

4 Intervensi

- US atau SWD atau MWD atau cervical : US continous


2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas
rendah; SWD/MWD Continous thermal untuk
aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.

- Contract relax stretching ekstensor cervical

- Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi cervical


tegak

- Proper neck mechanic pada posisi cervical tegak

5 Dosis :

- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah;


pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi, Waktu
intervensi 20-30 menit

- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas


rendah 3kali - 2 kali seminggu

6 Evaluasi : Nyeri, dan ROM

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA CERVICAL FACET PAIN


Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA CERVICAL FACET PAIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dan 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL

Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Local Cervical Facet Pain

Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan


efisien dengan hasil yang optimal pada Cervical Facet Pain

Kebijakan Fisioterapi pada Cervical Facet Pain sesuai dengan pedoman pelayanan
unit fisioterapi.

Prosedur a. Tahap Orientasi

1. Berikan salam dan sapa nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan ke pasien/keluarga


pasien

3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan

b. Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi

1.1 Anamnesis

 Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga interscpulae dan/atau lengan

 Nyeri leher sering disertai kaku

 Nyeri meningkat pada gerak cervical ekstensi

 Inspeksi: Flat neck atau forward head position

1.2 Tes cepat

 Gerak fleksi terasa tegang tetapi nyeri berkurang, gerak ekstensi nyeri
cervical

 Gerak eskensi 3 dimensi cervical nyeri kadang hingga interscapular atau


lengan

1.3 Tes gerak aktif

 Nyeri dan kaku pada gerak aktif cervical terutama ekstensi.

FISIOTERAPI PADA CERVICAL FACET PAIN

No. Dokumen No. Halaman 2


Revisi dari 2

1.1 Tes gerak pasif :

 Gerak ekstensi nyeri dan ROM terbatas dengan


hard end feel, Gerak lain normal atau nyeri ringan

 Tes gerak isometric : Gerak isometric kadang nyeri

1.2 Tes khusus

 Compression test posisi fleksi nyeri menyebar

 Joint play movement lateral gapping test terbatas


ringan elastic end feel.

 Tes dengan PACVP nyeri segmental.

1.3 Pemeriksaan lain : X’ ray normal atau dijumpai


osteofit tepi corpus dan/atau facets

2 Diagnosis : Nyeri pseudo radikuler cercical


menyebar ke interscapular/lengan disebabkan
karena cervical facet irritation

3 Rencana tindakan

 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,


tujuan,rencana intervensi dan hasil yang
diharapkan

 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan


tindakan intervensi fisioterapi

 Perencananaan intervensi secara bertahap

4 Intervensi

 US atau SWD atau MWD atau cervical : US


continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas
rendah; SWD/MWD Continous thermal untuk
aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.

 Contract relax stretching ekstensor cervical

 Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi


cervical tegak

 Proper neck mechanic pada posisi cervical tegak

5 Dosis :

 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas


rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas
tinggi, Waktu intervensi 20-30 menit

 Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada


aktualitas rendah 3kali - 2 kali seminggu

6 Evaluasi : Nyeri, dan ROM

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA CERVICAL HEADACHE


Fisioterapi, SPO
SPO FISIOTERAPI PADA CERVICAL HEADACHE

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 3

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL
Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Cervical Headache.
Pengertian

Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan


efisien dengan hasil yang optimal.

Kebijakan Fisioterapi pada Cervical Headache sesuai dengan pedoman pelayanan


unit fisioterapi.

Prosedur a. Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi

1.1 Anamnesis

 Nyeri kepala satu sisi dan disertai kaku cervical

 Nyeri meningkat pada posisi menetap kepala atau gerak cervical tertentu
dan berkurang bila disandarkan.

 Nyeri meningkat bila stress atau otot leher tegang.

1.2 Inspeksi:Posisileher forward head position atau deviasi

1.3 Tes cepat

 Gerak fleksi-ekstensi cervical nyeri meningkat

 Gerak eskensi 3 dimensi cervical nyeri kepala dan leher

1.4 Tes gerak aktif

 Gerak fleksi atau ekstensi cervical nyeri kepala sampai leher

 Gerak lateral fleksi dan rotasi kadang menimbulkan nyeri kepala sampai
leher

1.5 Tes gerak pasif :

 Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak cervical tertentu
 Gerak cervical sebaliknya terasa nyaman

1.6 Tes gerak isometric

 Nyeri tetapi setelah kontraksi isometric terasa nyaman

FISIOTERAPI PADA CERVICAL HEADACHE

No. Dokumen No. Halaman 2


Revisi dari 3

1.7 Tes khusus

 Palpasi dijumpai hypertone otot cervical

 Palapsi kadang dijumpai muscle taut band dan


twisting

 Traction test posisi netral keluhan berkurang

 PACVP nyeri segmental

1.8 Pemeriksaan lain

 X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment


tertentu

 MRI dijumpai disc bulging hingga protrusi.

1. Diagnosis : Nyeri kepala dan cercical disertai


paresthesia lengan disebabkan (arthrosis cervical C1-2
atau C2-3; atauo leh cervical instability; atau oleh
myofascial syndrome)

2. Rencana tindakan

1. Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,


tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan

2. Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan


intervens ifisioterapi

3. Perencananaan intervensi secara bertahap

3. Intervensi
 MWD cervical : Continous subthermal untuk
aktualitas tinggi dan thermal untuk aktualitas rendah,
waktu 10-12 menit.

 Massage otot cervical dengan strockingdan effleurage

 Transverse friction pada trigger point

 Transverse dan/atau longitudinal muscle stretching

 Cervical traction : Intermittent pada kasus lordosis


beban 20-30% berat badan, periode traksi dan
istirahat pendek (misal Hold 5” rest 5”) durasi 10-15
menit

 Contract relax stretching

 Proper neck mechanic anjuran posisi leher relax

4. Evaluasi : Nyeri, sensasi, ROM cervical.

5. Kontraindikasi :

1. Fraktur

2. Lysthesis

3. Neoplasma

4. Osteoporosis

5. Whiplash injury

FISIOTERAPI PADA CERVICAL HEADACHE

No. Dokumen No. Halaman 3


Revisi dari 3

1. Ankylosing spondylitis

2. TBC tulang

7. Dosis :

1. Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah;


pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi

2. Waktu intervensi 20-30 menit

3. Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas


rendah 3 kali - 2 kali seminggu.

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA CERVICAL DISC DYSFUNCTION


Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA

CERVICAL DISC DYSFUNCTION

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 3

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
,
PROSEDUR

OPERASIONAL
Direktur
Adalah asuhan fisioterapi yang diterapkan pada Cervical Disc Dysfunction.
Pengertian

Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan

Kebijakan Fisioterapi pada Cervical Disc Dysfunction sesuai dengan pedoman pelayanan
unit fisioterapi.

Prosedur a. Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi

1.1 Anamnesis:

 Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga lengan


 Paresthesia hingga ke tangan pada area dermatome

 Posisi menetap dan gerakfleksi cervical meningkatkan nyeri dan paresthesia

 Ekstensi terasa lebih nyaman

1.2 Inspeksi : Flat neck atau debíais

1.3 Tes cepat :

 Gerak fleksi cervical nyeri dan paresthesia pada leher hingga lengan/tangan

 Gerak ekstensi 3 dimensi cervical nyeri dan paresthesia pada leher hingga
lengan/tangan

1.4 Tes gerak aktif:

 Gerak fleksi cervical nyeri dan paresthesia pada leher hingga lengan/tangan

 Gerak lain kadang positif

1.5 Tes gerak pasif:

 Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak fleksi

 cervical.

FISIOTERAPI PADA

CERVICAL DISC DYSFUNCTION

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2


dari 3

 Gerak ekstensi cervical terasa nyaman

 Gerak lain kadang positif.

1.1 Tes gerak isometric :Negatif.

1.2 Tes khusus

 Compression test posisi fleksi nyeri dan paresthesia


pada leher hingga lengan/tangan

 Traction test posisi ekstensi keluhan berkurang

 Tes sensasi dijumpai hypoaesthesia/paresthesia area


dermatome tertentu

 PACVP nyeri segmental

2. Rencana fisioterapi:

2.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,


tujuan, rencan intervensi dan hasil yang diharapkan

2.2 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindakan


intervensi fisioterapi

2.3 Perencananaan intervensi secara bertahap

3. Intervensi:

3.1 MWD cervical : Continous subthermal untuk aktualitas


tinggi dan thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12
menit.

3.2 Cervical traction : Intermittent posisi lordosis beban 20-


30% berat badan, periode traksi dan istirahat pendek
(misal Hold 5” rest 5”) durasi 10-15 menit

3.3 Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie

3.4 Cervical collar untuk actualitas tinggi

3.5 Proper neck mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi

4. Evaluasi : Nyeri, sensasi, ROM cervical.

5. Kontraindikasi :

5.1 Fraktur

5.2 Lysthesis

5.3 Neoplasma

5.4 Osteoporosis

5.5 Whiplash injury


FISIOTERAPI PADA

CERVICAL DISC DYSFUNCTION

No. Dokumen No. Halaman 3


Revisi dari 3

5.6 Ankylosing spondylitis

1.1 TBC tulang

2. Kontra indikasi :

1.1 Fraktur

1.2 Lysthesis

1.3 Neoplasma

1.4 Osteoporosis

1.5 Whiplash injury

1.6 Ankylosing spondylitis

1.7 TBC tulang

3. Dosis :

3.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah;


pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi

3.2 Waktu intervensi 20-30 menit

3.3 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada


aktualitas rendah 3 kali - 2 kali seminggu.

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA TEMPORAL MANDIBULAR (TMJ) INTERNAL


DERANGEMENT
Fisioterapi, SPO
SPO

FISIOTERAPI PADA TEMPORAL MANDIBULAR


(TMJ)INTERNAL DERANGEMENT

No. Dokumen No. Revisi Halaman1 dari


2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL
Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Temporal mandibular Internal Derangement
Pengertian

Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Tujuan

Kebijakan Fisioterapi Pada Temporal Mandibular (Tmj) Internal


Derangementsesuai deengan pedoman pelayanan unit
fisioterapi.

Prosedur a. Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi

1.1 Anamnesis

 Nyeri jenis ngilu/pegal pada TMJ disertai kaku hingga


migrain

 Nyeri dan terbatas saat buka mulut

1.2 Inspeksi : Depresi terbatas atau dalam pola ‘L’

1.3 Tes cepat : Gerak elevasi-depresi bunyi dengan pola gerak


”L”

1.4 Tes gerak pasif

 Gerak depresi nyeri dan terbatas unilateral

 Gerak lateral deviasi unilateral nyeri dan terbatas

1.5 Tes gerak isometrik

 Kadang nyeri
1.6 Tes khusus

 Palpasi teraba otot masseter/temporales/pterigoideus nyeri

 Compression test nyeri

 Traction test ke caudal keluhan berkurang

1.7 Pemeriksaan lain

 ‘X’ ray terdapat gambaran arthrosis

2. Diagnosis : Nyeri TMJ-migrain akibat TMJ internal


derangemen

FISIOTERAPI PADA TEMPOROMANDIBULAR


(TMJ)INTERNAL DERANGEMENT

No. Dokumen No. Halaman 2


Revisi dari 2

1. Rencana tindakan

 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,


tujuan, rencana intervensi dan hasil yang
diharapkan

 Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan


tindakan intervensi fisioterapi

 Perencananaan intervensi secara bertahap

2. Intervensi

2.2 MWD diatas temporal mandibular : Continous


subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.

2.3 Caudal traction mandibulae : Traksi static dan


osilasi 5-10 menit

2.4 Latihan mobilisasi dan peningkatan ROM depressi

2.5 Anjuran Mastikasi dengan rahang sisi sehat


3. Evaluasi : Nyeri, sensasi, ROM

4. Kontraindikasi :Acute joint pain, Tristmus

5. Dosis :

5.2 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas


rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas
tinggi

5.3 Waktu intervensi 20-30 menit

5.4 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada


aktualitas rendah 3 kali - 2 kali seminggu

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO FISIOTERAPI PADA TEMPORAl MANDIBULAR (TMJ) DISC DYSFUNCTION


SYNDROME
Fisioterapi, SPO

SPO FISIOTERAPI PADA

TEMPORAl MANDIBULAR (TMJ) DISC


DYSFUNCTION SYNDROME

No. Dokumen No. Halaman 1


Revisi dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL

Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Temporal mandibular Disc


Pengertian Dysfunction Syndrome
Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
Tujuan yang optimal. Pada Temporal mandibular Disc Dysfunction Syndrome

Kebijakan Fisioterapi pada Temporal Mandibular (Tmj)


Disc Dysfunction Syndrome sesuai dengan
pedoman pelayanan unit fisioterapi.

Prosedur a. Teknik Aplikasi :

1. Asesmen fisioterapi

1.1 Anamnesis

 Nyeri jenis ngilu/pegal pada TMJ hingga migrain

 Nyeri dan clicking saat mastikasi

 Mengunci bila depressi penuh

1.2 Inspeksi : Tidak khas

1.3 Tes cepat : Gerak elevasi-depresi bunyi dengan


pola gerak ”C” atau ”S”

1.4 Tes gerak pasif

 Gerak depresi nyeri dan bunyi ‘klik’

 Gerak lateral deviasi unilateral nyeri dan bunyi


‘klik’

1.5 Tes gerak isometrik : Kadang nyeri

1.6 Tes khusus

 Palpasi teraba otot


masseter/temporales/pterigoideus nyeri

 Compression test nyeri

 Traction test kecaudal keluhan berkurang

1.7 Pemeriksaan lain

 ‘X’ ray panorama untuk melihat susunan gigi,


TMJ tidak tampak kelainan
FISIOTERAPI PADA
TEMPORAL MANDIBULAR (TMJ) DISC
DYSFUNCTION SYNDROME

No. Dokumen No. Halaman 2


Revisi dari 2

1. Diagnosis : Nyeri TMJ-migrain akibat TMJ disc


dysfunction

2. Rencana Tindakan

2.1 Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target,


tujuan,rencana intervensi dan hasil yang
diharapkan

2.2 Persetujuanpasienterhadap target, tujuan dan


tindkan intervensi fisioterapi

2.3 Perencananaan intervensi secara bertahap

3. Intervensi

 MWD diatas temporal mandibular : Continous


subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal
untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.

 Caudal traction mandibulae : Traksi static dan


osilasi 5-10 menit
 Roll slide mobilization TMJ.

 Anjuran Mastikasi dengan rahang sisi sehat

 Koreksi gigi

4. Evaluasi : Nyeri dan penguncian

5. Kontra indikasi :

5.1 Fraktur

5.2 Neoplasma

5.3 Osteoporosis

5.4 Tristmus

5.5 Acute joint pain

6. Dosis :

6.1 Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas


rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas
tinggi

6.2 Waktu intervensi 20-30 menit

6.3 Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada


aktualitas rendah 3 kali - 2 kali seminggu

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO PENGUKURAN ROM


Fisioterapi, SPO

SPO PENGUKURAN ROM

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 3

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL
Adalah proses fisioterapi untuk menetapkan problema, mobilitas dan pembatasan lingkup gerak sendi.
Pengertian

Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara mengukur lingkup gerak sendi bagi fisioterapis.
Tujuan

Pengukuran ROM sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.


Kebijakan

Prosedur 1. Prinsip metode pengukuran

1.1. Metode pengukuran dan pencatatan yang dituliskan disini berdasarkan pada
prinsip “Neutral Zero Method” seperti dikemukakan oleh Cave dan Roberts
(1936)

1.2. Dalam metode ini semua gerakan sendi diukur dari “Zero Starting Position
(ZSP). Derajat gerakan sendi diukur dari posisi dalam arah gerakannya.

1.3. Sikap lurus anggioa badan pada posisi anatomis diterima sebagai 0˚ dan bukan
180˚.

1.4. Metode ini diharapkan akan mengatasi kesimpangsiuran di masa lalu dimana
pengukuran dimulai dari berbagai posisi awal

1.5. Gerakan daripada anggota yang diukur hendaknya dibandingkan dengan


anggota yang berlawanan. Perbedaan akan terlihat dalam derajat gerakan,
atau presentase kehilangan gerakan bila dibanding dengan anggota yang
berlawanan yang sehat.

Bila anggota yang berlawanan tidak ada, pergerakan bisa dibandingkan dengan
perkiraan gerak pada orang lain yang sepadan dalam umur dan pertumbuhan
fisik. Sedang gerakan daripada tulang belakang mungkin dibandingkan orang
lain yang sepadan dalam umur dan fisik.

PENGUKURAN ROM

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

1.1. Pergerakan perlu dengan penjelasan bahwa pasif atau aktif.

1.2. Keterangan mengenai istilah extensi dan hiperextensi, extensi digunakan pada
gerakan lawan dari flexi, dimulai dari ZSP adalah gerakan natural atau normal.
Gerakan ini terdapat misal pada sendi pergelangan tangan (wrist) dan sendi
bahu (shoulder). Tetapi ada gerakan lawan dari flexi yang dimulai dari ZPS ini,
dikatakan sebagai gerakan unnatural/tak normal, seperti pada sendi siku dan
lutut. Ini disebut hiperekstensi.

1.3. Perbatasan gerak sendi tersebut dan akan dijelaskan pada halaman berikutnya.

1.4. Bila gerkan sendi menimbulkan nyeri maka usahakan pengukuran dikerjakan
dengan perlahan dan lembut. Pengukuran akan lebih akurat apabila anggota
yang diperiksa diatur dalam posisi seenak mungkin bagi penderita.

1.5. Adanya ankilosis dianggap kehilangan gerakan secara komplit.

1.6. Penggunaan goniometer boleh memilih sesuai dengan kebijaksanaan


pemakaiannya.

1.7. Pencatatan tentang pergerakan sendi hendaknya setepat-tepatnya dan ditulis


dalam tabel secara jelas.

1.8. Tabel perkiraan gerakan sendi normal perlu dibuat sebagai bahan
pertimbangan, dan tidak mengambil salah satu saja sebagai standar

1. Penggunaan goniometer

2.1. goniometer hendaknya terbukti cocok untuk pengukuran gerakan sendi.

2.2. Goniometer yang dibuat terstandar diposisikan lurus atau [osisi anggota
ekstensi, dengan garis 0º terhimpit dengan 180º, serta dilengkapi dengan
sepasang garis lurus sebagai dua lengan petunjuk.

2.3. Bila tanda penunjuk untuk pengukuran pada anggota bisa dipastikan, maka
penggunaan goniometer bisa dianggap akurat.

2.4. Bila petunjuk penonjolan tulang tidak bisa ditentukan sebab terbungkus
jaringan lunak yang berlebihan atau sebab-sebab

2.5. lain, maka penggunaan goniometer bisa tidak akurat lagi.

2.6. Penggunaan goniometer hendaknya disesuaikan dengan keadaan anggota yang


diukur.

2. Perkiraan derajat gerak sendi

3.1. perkiraan derajat gerakan sendi tidak bisa ditentukan secara pasti, sebab
luasnya variasi individu yang berbeda-beda pertumbuhan fisik dan usianya.
Perkiraan berikut adalah sekedar sebagai petunjuk dan bukan sebagai standar.

3.2. Anggota penderita yang berlawanan atau normal barangkali bisa dianggap
sebagai standar normal yang terbaik. Dalam keadaan anggota yang berlawanan
cedera atau bahkan tidak ada, petunjuk ini diharapkan dapat berguna.
Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO PENGUKURAN INDEKS MASSA TUBUH


Fisioterapi, SPO

SPO PENGUKURAN INDEKS MASSA TUBUH

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
,
PROSEDUR

OPERASIONAL
Direktur
Adalah proses fisioterapi untuk menetapkan indeks massa tubuh
Pengertian
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara mengukur indeks massa tubuh bagi fisioterapis
Tujuan

Kebijakan Pengukuran Indeks Massa Tubuh sesuai dengan pedoman pelayanan unit
fisoterapi.

Prosedur 1. Rincian tindakan fisioterapi

1.1. Lakukan persiapan pasien

1.2. Lakukan assesmen yaitu pemeriksaan berdasarkan keluhan yang objektif baik
dengan wawancara maupun pemeriksaan fisik terhadap pasien maupun
dengan keluarga pasien.

1.3. Tegakkan diagnosa fisioterapi berdasarkan hasil pemeriksaan fisioterapi.

1.4. Tentukan rencana pengobatan berdasarkan hasil diagnosa fisioterapi yang


telah ditegakkan.

1.5. Siapkan peralatan fisioterapi yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan atau
pengobatan terhadap pasien.

1.6. Lakukan tindakan atau pengobatan fisioterapi terhadap pasien berdasarkan


perencanaan yang telah ditetapkan.

1.7. Rapikan peralatan apabila telah selesai melakukan tindakan atau pengobatan
terhadap pasien.

1.8. Lakukan re-evaluasi terhadap hasil dari tindakan atau pengobatan minimal 1
kali setelah dilakukanntindakan fisioterapi

1.9. Buat rujukan ke profesi medis pengirim atau bila pengobatan tidak berhasil
terhadap pasien yang datang atas permintaan sendiri berikan rujukan ke
profesi medis yang berkaitan dengan kondisi pasien.

1.1. catat tindakan atau pengobatan yang telah dilakukan di status pasien.

1.10.

Unit terkait Semua unit terkait

SPO MENGGUNAKAN GONIOMETER


Fisioterapi, SPO

SPO MENGGUNAKAN GONIOMETER

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dan 1

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
,
PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur
Goniometer adalah alat untuk mengukur Lingkup gerak Sendi.goniometri berkaitan pengukururan sudut ,khususnya sudut yang
Pengertian dihasilkan dari sendi melalui tulang tulang tubuh manusia.

Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja goniometer untuk mengukur lingkup gerak sendi
Tujuan

Menggunakan Goniometer sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi


Kebijakan

Prosedur 1. Persiapan

1.1 Berikan sapa dan salam kepada pasien

1.2 Siapkan alat goniometer


1.3 Pastikan tangan kita bersih

1.4 Persilahkan pasien menempati posisi yg di tentukan

2. Pelaksanaan

2.1 Jelaskan ke pasien tujuan pemiriksaan goniometri.

2.2 posisikan pasien sesuai dengan tujuan pemeriksaan bisa dengan berdiri,duduk
atau dengan berbaring.

2.3 catatat hasil pemeriksaan dan interpretasinya dilembar medicalrecord pasien

2.4 bersihkan alat dan diletakkan kembali pada tempatnya

2.5 Cucilah tangan menggunakan sabun .

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO TRAKSI CERVICAL


Fisioterapi, SPO

SPO TRAKSI CERVICAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR
Direktur
OPERASIONAL

Pengertian Traksi cervical adalah suatu metode pengobatan fisioterapi dengan


menggunakan suatu tehnik penarikan collumna vertebralis untuk daerah
cervical.

Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan modalitas traksi
Tujuan cervical

Kebijakan Traksi Cervical sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.


Prosedur 1. Persiapan

1.1 Lakukan test traksi pada pasien. Bila nyeri bertambah maka pemberian traksi
ditangguhkan.

1.2 Ukur tensi, poles,berat badan Untuk melihat kondisi pasien

1.3 Tentukan beban tarikan

1.4 Bagi pasien yang menggunakan gigi palsu dan kaca mata harap dilepas untuk
mencegah rasa nyeri akibat tekanan gigi palsu dan tidak enak padadaerah pipi

1.5 Atur posisi pasien, tidur terlentang di bed traksi dengan bantal di bawah
kepala

1.6 Untuk memperoleh hasil pada satu sisi saja maka posisi badan sedikit miring
dengan daerah dada disangga belt.

1.7 Pasang cervical belt dengan tepat, tidak mencekik dan tidak terlalu longgar di
bawah dagu dan bagian belakang pada occiput

1.8 Agar terkesan Hygienis maka dipasangkan tissue dibawah dagu dan atau
rambut

TRAKSI CERVICAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman2 dari 2

1. Pelaksanaan

2.1 Agar tarikan maximal, selama traksi pasien harus tenang.

2.2 Tidak boleh menoleh kekiri atau kekanan

2.3 Tidak boleh bicara

2.4 Tidak meninggalkan pasien sebelum pasien merasa tarikan sudah enak

2.5 Tunjukakan cara penggunaan tombol penghentian traksi untuk keadaan


darurat

2.6 Melakukan pengontrolan secara periodik saat berlangsungnya traksi untuk


melihat apakah pasien pusing, mual, sesak sehingga traksi perlu dihentikan

2. Dosis

3.1 Beban tarikan : 1/7 – 1/5 berat badan

3.2 Waktu : 10 – 15 menit

3.3 Pengulangan : Akut : 1 kali dalam sehari

3.4 Membaik : 1 kali dalam 1 – 2 hari

3.5 Seri : 1 seri : 10 kali

3. Mengakhiri Terapi

4.1 Setelah selesai penarikan,traksi dilepas

4.2 Agar tidak pusing, pasien disarankan istirahat selama 1 –2 menit di bed traksi.

4.3 Kembalikan peralatan ketempat semula.

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO TRAKSI LUMBAL


Fisioterapi, SPO

SPO TRAKSI LUMBAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR

PROSEDUR 30/12/2016
Direktur
OPERASIONAL

Pengertian Traksi lumbal adalah suatu metode pengobatan fisioterapi dengan


menggunakan suatu tehnik penarikan collumna vertebralis untuk daerah
lumbal.

Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan modalitas
Tujuan traksi lumbal
Kebijakan Traksi Lumbal sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.

1. Persiapan
Prosedur
1.1 Ukur tensi, nadi, berat badan untuk melihat kondisi pasien

1.2 Atur posisi pasien, tidur terlentang di bed traksi dengan bantal di bawah kepala dan tungkai tersangga diatas stool, posisi hip flexi 30-
450

1.3 Pasang lumbal belt dengan tepat, tidak tertekan dan tidak terlalu longgar di atas SIAS.

2. Pelaksanaan

2.1 Agar tarikan maximal, selama traksi pasien harus tenang.

2.2 Tidak meninggalkan pasien sebelum pasien merasa tarikan sudah enak

2.3 Tunjukakan cara penggunaan tombol penghentian traksi Untuk keadaan darurat

2.4 Melakukan pengontrolan secara periodik saat berlangsungnya traksi untuk melihat apakah pasien pusing, mual, sesak sehingga traksi
perlu dihentikan

TRAKSI LUMBAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

1. Dosis

1.1 Beban tarikan : Mulai dari ½ berat badan

1.2 Waktu : 15 – 30 Menit

1.3 Pengulangan : Akut 1 kali dalam sehari

1.4 Membaik 1 kali dalam 1-2 hari

2. Mengakhiri Terapi

2.1 Setelah selesai penarikan, traksi dilepas

2.2 Pasien disarankan istirahat selama 1-2 menit di bed traksi agar tidak pusing
Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO MASSAGE
Fisioterapi, SPO

SPO MASSAGE

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
Direktur,
PROSEDUR 30/12/2016

OPERASIONAL
Direktur

Pengertian Massage adalah salah satu bentuk modalitas fisioterapi dengan menggunakan
tehnik pemijatan berupa gerusan melintang, tepukan, dorongan, ataupun
tekanan pada jaringan lunak dengan tujuan untuk memperlancar sirkulasi
darah, meningkatkan metabolisme tubuh, relaksasi dan untuk mengurangi
nyeri.

Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan terapi dengan Massage.


Tujuan

Kebijakan Massage sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.

1. Persiapan
Prosedur
1.1 Terapis melaksanakan assesment untuk mendapatkan masalah dan
menentukan program sehingga pelaksanaan lebih mencapai sasaran

1.2 Menentukan area terapi yang tepat agar terapi efektif

1.3 Pasien berbaring di di bed atau duduk di kursi dengan rilek.

1.4 Anggota yang akan di terapi bebas dari pakaian, disangga dengan bantal,
sedangkan bagian yang tidak diterapi ditutup dengan handuk.

1.5 Fisioterapis berdiri di samping bed / pasien

1.6 Untuk memudahkan massage dapat di tambahkan bahan pelicin seperti salep,
minyak atau bedak.
MASSAGE

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

1. Pelaksanaan

2.1 Tehnik massage

 Effleurage : untuk memperlancar aliran darah dan limfe

 Friction : Menghancurkan perlengketan/ pengerasan jaringan lunak dan blokir nyeri diberikan pada akar – akar syaraf atau pada titik
nyeri.

 Petrissage : Terdiri dari kneading, wringing dan picking up. Berfungsi melemaskan dan mengulur otot / jaringan lunak, melancarkan
peredaran darah di bagian yang lebih dalam dan metabolisme setempat. Membantu gerak pencernaan usus.

 Tapotament : Terdiri dari hacking, clapping, beating danpounding. Berguna


untuk memberikan rangsangan / pacuan pada syaraf dan otot. Bila dilakukan
di daearah thorax bertujuan memperlancar gerak pencernaan dan
pembuangan.

2.2 Waktu pelaksanaan : sangat tergantung dari luasnya bagian yang diterapi,
tebalnya jaringan tubuh dan tujuan terapi.

2.3 Kecepatan gerakan massage tegantung tujuannya. Gerakan yang cepat akan
memacu sedangkan massage yang lambat sebagai efek penenang.

2.4 Dosis

 Waktu : 5 – 15 menit

 Pengulangan : Sub akut dan kondisi berat 1 kali / hari Kronik dan kondisi
ringan 1 kali

 Seri : 1 seri 10 kali.

2. Mengakhiri Terapi

3.1 Bersihkan area yang diterapi.

3.2 Kembalikan peralatan ke tempat semula.


Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO ULTRASOUND THERAPY


Fisioterapi, SPO

SPO

ULTRASOUND THERAPY

No. Dokumen No. Halaman 1


Revisi dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
Direktur,
PROSEDUR 30/12/2016

OPERASIONAL
Direktur

Pengertian Terapi Ultrasonic yaitu suatu usaha pengobatan


dengan menggunakan mekanisme getaran
dengan frekuensi lebih dari 20 KHz. Didalam
praktek klinik frekuensi yang digunakan antara
0,7 MHz – 3 MHz, dengan intensitas 1 – 3 w /
cm2
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan
Tujuan dengan Ultrasound Therapy

Kebijakan Ultrasound Therapy sesuai dengan pedoman


pelayanan unit fisioterapi.

Prosedur Indikasi :

 Kelainan/penyakit pada jaringan tulang, sendi


dan otot.

 Keadaan post traumatik seperti kontusio,


distorsi, luxation dan fractur. Kontra indikasi
relatif selama 24-36 jam setelah trauma.

 Rheumatoid arthritis stadium tak aktif.

 Kelainan/penyakit pada persyarafan

 Kelainan/penyakit pada sirkulasi darah


 Penyakit pada organ dalam

 Kelainan pada kulit

 Jaringan parut setelah


operasi dan karena traumatic

1.Tahap Orientasi

1.1 Terapis melaksanakan assesment untuk


menemukan masalah dan menentukan
program agar arus Ultasonic tepat mencapai
sasaran

1.2 Memberi penjelasan langkah terapi serta


tujuannya agar pasien tenang dan memahami
program

1.3 Menentukan area terapi yang tepat agar terapi


efektif

1.4 Memilih Tranduser dinamis atau statis

1.5 Menentukan metode untuk mencegah luka


bakar

 Kontak langsung dengan medium


oils (minyak), water oils emulsions, aqueus-gel
atau oinment (pasta)

 Kontak tak langsung dengana Sub-aqual (dalam


air) atau Water pillow
ULTRASOUND THERAPY

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2


dari 2
2. Pelaksanaan

1.1 Posisikan pasien senyaman mungkin

1.2 Area dibersihkan dengan sabun atau alcohol

1.3 Rambut atau bulu yang terlalu lebat dicukur.

1.4 Nyalakan Alat

1.5 Terapis memperhatikan frekuensi, jenis arus dan


intensitas agar sasaran tepat dengan Intensitas :

 Rendah : 0,3 w/cm2

 Sedang : 0,3 - 1,2 w/cm2

 Tinggi : 1,2 - 3 w/cm2

 Continued : Paling tinggi 3 w/cm

 Intermittern : Paling tinggi 5 w/cm2

 Lamanya terapi, tergantung luas area yang diterapi


dan jenis tranduser yang dipakai. Sebagai
pedoman, area seluas 1cm2 waktu 1 menit

1.6 Pilih Tranduser yang digunakan. Untuk area yang


lebih kecil, gunakan tranduser yang meiliki ERA
lebih kecil. Untuk area tubuh yang lebih luas
digunakan tranduser dengan ERA yang lebih besar.

1.7 Tuangkan gel secukupnya di area tranduser.

1.8 Lakukan pengontrolan terhadap rasa nyeri dan


panas.

3. Mengakhiri Terapi

3.1 Matikan mesin, pastikan tombol kembali ke angka


0.

3.2 Tidak membiarkan pasien mematikan mesin sendiri


atau langsung bangun setelah terapi selesai.

3.3 Beri tissue bila terapi selesai agar pasien dapat


membersihkan

3.4 Perhatikan reaksi pasien dan efek samping yang


mungkin timbul.

3.5 Kembalikan peralatan serta perlengkapannya ke


posisi semula.

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis


SPO PARAFFIN BATH
Fisioterapi, SPO

SPO PARAFFIN BATH

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
Direktur,
PROSEDUR 30/12/2016

OPERASIONAL
Direktur
Parafin bath / wax bath adalah suatu pengobatan dengan menggunakan farafin.yang telah dicairkan
Pengertian

Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan modalitasfarafin bath / wax bath.
Tujuan

Paraffin Bath sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.


Kebijakan

1. Persiapan
Prosedur
1.1 Siapkan parafin padat tujuh bagian atau empat karton Paraffin

1.2 Parafin minyak satu bagian atau sepuluh ons baby oil

1.3 Campurkan kedua bahan tersebut sehingga lebur menjadi satu cairan dengan
temperatur tidak lebih dari 1100 – 1300 F atau ( 510 - 540 C) dalam satu
tempat yang kemudian dipanaskan diatas air yang mendidih (double boiler).

1.4 Siapkan handuk tebal, kertas Parafin dan termometer lilin


(candy thermometer) untuk membungkusparafin dan
mengukur suhu.

2. Pelaksanaan

2.1 Periksa jari-jari tangan dan pergelangan tangan yang akan diobati untuk mengetahui sensibilas kulit dar ruang gerak sendi, meliputi :

2.2 Lepaskan perhiasan yang melekat aggota yang diobati, supaya tidak konsentrasi panas
PARAFFIN BATH

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

2.1 Bersihkan dengan sabun dan keringkan area yang akan di terapi

2.2 Dosis

 Waktu : 15 - 30 menit

 Pengulangan : 1 – 2 kali / hari

 Seri : 1 Seri 10 kali

2.3 Untuk mendapatkan efek streching dan pemanasan,celupakan anggota tubuh


yang diobati kedalam bak parafin,setelah pasien dipersiapkan dengan baik.
Apabila anggota yang dicelupkan kontraktur, diusahakan posisi peregangan
kearah yang diharapkan sebelum dicelupkan kedalam bak sampai 6-12 kali
celupan atau hingga ketebalan ¼ inchi. Pada akhir pengobatan segera angkat
dan bungkus dengan kertas parafin, kemudian ditambah satu lapis handuk
tebal untuk mempertahankan temperatur parafin. Pertahankan
pembungkusan itu selama 10 – 20 menit , selanjutnya setelah waktu
terlampaui lepaskan parafin yang biasanya mengeras dengan cara
mengerakkan anggota tersebut hingga parafin terlepas . Setelah itu berikan
massage dan latihan penambahan ruang gerak sendi.

2.4 Untuk parafin immersion, perendaman anggota tubuh dilakukan dengan 2 cara
:

 Melanjutkan parafin dip, dimana setelah lapisan – lapisan parafinyang


melekat telah mengeras, segera masukkan kembali kedalam bak parafin dan
biarkan terendam selama 20-30 menit sampaiparafin yang ada di kulit meleleh
kembali.

 Atau membungkus terlebih dahulu sendi yang mengalami kontraktur


dalam posisi peregangan

1. Mengakhiri Terapi

3.1 Bersihkan area yang diobati

3.2 Perhatikan warna kulit

3.3 Kembalikan alat ketempat semula

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis


SPO INTERFERENTIAL THERAPY
Fisioterapi, SPO

SPO INTERFERENTIAL THERAPY

No. Dokumen No. Halaman 1


Revisi dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
Direktur,
PROSEDUR 30/12/2016

OPERASIONAL
Direktur
Interferential therapy adalah suatu metode pengobatan fisioterapi dengan
Pengertian menggunakan penggabungan dua arus bolak-balik yang berfrekuensi menengah
yang saling berinterferensi (4000 dan 4250) sehingga menghasilkan frekuensi
baru.

Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan dengan


Tujuan Interferential Therapy tipe interferential current EF 115 OG Giken.

Kebijakan Interferential Therapy sesuai dengan pedoman


pelayanan unit fisioterapi.

Prosedur 1. Tahap Orientasi

1.1. Berikan Salam dan Sapa Nama pasien

1.2. Jelaskan Tujuan dan tindakan yang akan


dilakukan

1.3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien


sebelum tindakan dilakukan.

1.4. Posisikan pasien dalam keadaan senyaman


mungkin.

1.5. Pakaian dilepas seperlunya dengan meminta


ijin sebelumnya.

2. Pelaksanaan

2.1. Panaskan alat sekitar 5 menit

2.2. Tuang air ke spong elektroda secukupnya

2.3. Jelaskan jika yang dirasakan sedikit sakit tetapi


tidak perih. Jika perih dikhawatirkan luka bakar.

2.4. Pasang elektode sesuai metode.

2.5. Atur waktu 8-12 menit

2.6. Elektrode vacuum :

On kan tombol vacum

Tempelkan electrode ke pasien

Pencet tombol star,atur intensitas ,frequency


,balance, distance.
INTERFERENTIAL THERAPY

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari


2

2.7 MildPack/ Hotpack Elektrode

 Tempelkan electrode ke pasien

 On kan tombol Hot plate

 Tekan tombol STD/Hot,tekan star ,atur intensitas


,frequency,balance,distance, vector, interval
vacuum electrode.

1. Dosis

1.1. Intensitas : Berdasarkan stadium,jenis dan sifat


cidera.

1.2. Lamanya terapi : 8-12 menit. Bila ada titik nyeri


dapat diberikan per titik selama 5 menit.

1.3. Frekuensi 2000 Hz akan menghasilkan aktifitas


motorik, arus yang akan dihasilkan terasa kasar.

1.4. Frekuensi 4000Hz tidak menghasilkan aktifitas


motorik dan terasa halus sehingga cocok untuk
mengurangi nyeri.

1.5. Pengulangan therapy untuk dosis rendah dilakukan


setiap hari, sedangkan untuk dosis tinggi 2 hari
sekali.

2. Mengakhiri Terapi

2.1. mesin, pastikan tombol kembali ke angka 0 /off.

2.2. Tidak membiarkan pasien mematikan mesin sendiri


atau langsung bangun setelah terapi selesai.

2.3. Lepas elektode dari pasien.

2.4. Beri tissue bila terapi selesai agar pasien dapat


membersihkan

2.5. Perhatikan reaksi pasien dan efek samping yang


mungkin timbul.

2.6. Kembalikan peralatan serta perlengkapannya ke


posisi semula.

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO TENS
Fisioterapi, SPO

SPO TENS

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
Direktur,
PROSEDUR 30/12/ 2016
OPERASIONAL
Direktur
Tens merupakan satu alat terapi yang menggunakan arus listrik menggunakan elektroterapi frekuensi rendah dan stimulasi frekuensi
Pengertian tinggi untuk merangsang saraf dengan tujuan mengurangi rasa sakit.

Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan modalitas TENS KR-6 OG Giken.
Tujuan

Kebijakan Tens sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.


Prosedur 1. Tahap Orientasi

1.1. Berikan Salam dan Sapa Nama pasien

1.2. Jelaskan Tujuan dan tindakan yang akan dilakukan

1.3. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan.

1.4. Posisikan pasien dalam keadaan senyaman mungkin.

1.5. Pakaian dilepas seperlunya dengan meminta ijin sebelumnya.

2. Pelaksanaan

2.1. Panaskan alat sekitar 5 menit

2.2. Tuang air ke spong elektroda secukupnya

2.3. Jelaskan jika yang dirasakan sedikit sakit tetapi tidak perih. Jika perih
dikhawatirkan luka bakar.

2.4. Pasang elektode sesuai metode.

2.5. Atur waktu 8-12 menit

1. Jelaskan program terapi yang diberikan kepada pasien seperti rasa yang timbul
, waktu yang diperlukan, tujuan, indikasi serta kontra indikasinya.

2. Posisikan pasien senyaman mungkin/ comfortable.(duduk di

TENS

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2


kursi , terlentang atau tengkurap di bed).

1. Pastikan bagian atau area tubuh yang akan dilakukan terapi bersih dan kontak
langsung dengan kulit.

2. Oleskan pad electrode dengan gel yang menempel pada electroda.

3. Pasang pad electroda sesuai dengan kondisi pasien.

 Pemasangan pad electroda pada atau sekitar nyeri

 Paint Point (Atas bawah dari lokasi nyeri)

 Cross (Menyilang pada area nyeri)

 Bracket (Tepat pada lokasi nyeri )

a. b.Pemasangan pad electroda pada dermatome

b. Pemasangan pad electroda pada segmen sumsum tulang belakang


(medulla spinalis)

c. Pemasangan pad electroda pada pleksus

d. Pemasangan pad electroda pada titik akupuntur /trigger point

4. Atur dosis frekuensi dan intensitas (disesuaikan dengan toleransi pasien )

5. Atur timer/ waktu sesuai kebutuhan antara 10- 15 menit.

6. Tanyakan apakah dosis yang di berikan sudah nyaman ataukah ada nyeri.

1. Mengakhiri Terapi

1. Beritahu kepada pasien bahwa terapi sudah selesai jika suara timer alat
berbunyi (berhenti otomatis)

2. Angkat pad electroda dari pasien .

3. Bersihkan gel pada kulit dengan tisu .

4. Tanyakan kepada pasien dan periksa kemungkinan efek samping.

5. Catat tindakan dalam buku register Fisioterapi.

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis


SPO TERAPI INHALASI ULTRASONIC
Fisioterapi, SPO

SPO

TERAPI INHALASI ULTRASONIC

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
Direktur
PROSEDUR 30/12/2016

OPERASIONAL
Direktur

Pengertian Terapi inhalasi adalah suatu cara pemberian obat-obatan dengan penghirupan,
setelah obat-obat tersebut berubah menjadi partikel-partikel melalui cara
aerosol, humidifikasi dan lain-lain dengan mesin ultrasonik

Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan modalitas terapi
Tujuan inhalasi

Kebijakan Terapi Inhalasi Ultrasonic sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.

1. Persiapan
Prosedur
1.1 Pemanasan alat sekitar 5 menit dan mengerti cara – cara penggunaannya.

1.2 Untuk mencegah kontaminasi maka udara ruangan harus bersih, segar dan
memiliki ventilasi yang baik.

1.3 Persiapkan mouth piece dan masker

1.4 Agar anak – anak tidak takut harus dengan pendekatan sebelumnya.

1.5 Posisi pasien comfortable

1.6 Pasien diberitahu program pengobatan, berapa waktu yang dibutuhkan, tujuan
serta kontra indikasinya. Agar pasien mengerti dan tidak takut

2. Pelaksanaan

2.1 Untuk mengurangi sesak napas akibat bronchial obstruksi terlebih dahulu
diberikan bronchodilatator.

2.2 Agar mempercepat pengeluaran sekret , secret yang keluar dianjurkan tidak
ditelan kembali

TERAPI INHALASI ULTRASONIC

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

2.1 Bila perlu dapat dilakukan suction Supaya secret lebih banyak keluar terutama
untuk pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan secret.

2.2 Oksigen diberikan pada pasien yang terlihat sesak atau cyanosis, pertusis, biru
dan lain-lain.

1. Dosis

3.1 Jenis dan jumlah obat tergantung Dokter pengirim.

3.2 Waktu : Anak –anak 10 – 15 menit, Dewasa 15 – 20 menit

3.3 Pengulangan Tergantung Dokter pengirim.

3.4 Untuk kondisi Acut :1-3 kali sehari, Untuk kondisi Kronik sekali sehari

3.5 1 Seri : 6 –10 kali

2. Mengakhiri Terapi.

4.1 Matikan mesin, pastikan tombol kembali ke posisi angka 0

4.2 Tidak membiarkan pasien memegang masker/mouth piece kecuali dalam


keadaan darurat.

4.3 Lanjutkan dengan chest therapy Setelah terapi inhalasi selesai agar secret lebih
banyak keluar dan expansi thorax lebih baik.

4.4 Bersihkan kemudian di sterilkan peralatan untuk mencegah kontaminasi

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis


SPO TERAPI INHALASI JET COMPRESSOR
Fisioterapi, SPO

SPO

TERAPI INHALASI JET COMPRESSOR

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
Direktur,
PROSEDUR 30/12/2016

OPERASIONAL
Direktur

Pengertian Terapi inhalasi adalah suatu cara pemberian obat-obatan dengan penghirupan,
setelah obat-obat tersebut berubah menjadi partikel-partikel melalui cara
aerosol, humidifikasi dan lain-lain

Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan modalitas terapi
Tujuan inhalasi

Kebijakan Terapi Inhalasi Jet Compressor sesuai dengan pedoman pelayanan unit
fisioterapi.

1. Persiapan
Prosedur
1.1 Pemanasan alat sekitar 5 menit dan mengerti cara – cara penggunaannya.

1.2 Untuk mencegah kontaminasi maka udara ruangan harus bersih, segar dan
memiliki ventilasi yang baik. Petugas cuci tangan dan memakai masker

1.3 Persiapkan mouth piece dan masker

1.4 Agar anak – anak tidak takut harus dengan pendekatan sebelumnya.

1.5 Posisikan pasien senyaman mungkin

1.6 Pasien diberitahu program pengobatan, berapa waktu yang dibutuhkan, tujuan
serta kontra indikasinya. Agar pasien mengerti dan tidak takut

1.7 Bersihkan mulut dengan cara kumur-kumur dengan air hangat sebelum
melakukan inhalasi

2. Pelaksanaan
2.1 Untuk mengurangi sesak napas akibat bronchial obstruksi terlebih dahulu
diberikan bronchodilatator.

2.2 Agar mempercepat pengeluaran sekret , secret yang keluar dianjurkan tidak
ditelan kembali

TERAPI INHALASI JET COMPRESSOR

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

STANDAR 2.1 Lakukan suction bila perlu agar secret lebih banyak keluar terutama untuk
pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan secret.
PROSEDUR
2.2 Oksigen diberikan pada pasien yang terlihat sesak atau cyanosis, pertusis,
OPERASIONAL
biru dan lain-lain.

1. Dosis

3.1 Jenis dan jumlah obat tergantung Dokter pengirim.

3.2 Waktu : Anak –anak 10 – 15 menit, Dewasa 15 – 20 menit

3.3 Pengulangan Tergantung Dokter pengirim.

3.4 Untuk kondisi Acut :1-3 kali sehari, Untuk kondisi Kronik sekali sehari

3.5 1 Seri : 6 –10 kali

2. Mengakhiri Terapi.

4.1 Matikan mesin, pastikan tombol kembali ke posisi OFF

4.2 Tidak membiarkan pasien memegang masker/mouth piece kecuali dalam


keadaan darurat.

4.3 Bersihkan mulut dengan cara kumur-kumur dengan air hangat setelah
melakukan inhalasi

4.4 Lanjutkan dengan chest terapi setelah inhalasi selesai agar secret lebih
banyak keluar dan expansi thorax lebih baik.

4.5 Bersihkan peralatan kemudian disterilkan untuk mencegah kontaminasi

4.6 Petugas cuci tangan

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis


SPO INFRA RED
Fisioterapi, SPO

SPO

INFRA RED

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
Direktur
PROSEDUR 30/12/2016

OPERASIONAL
Direktur

Pengertian Sinar infra merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan


panjang gelombang 7.700 – 4 juta A.

Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi dengan modalitas sinar infra merah.
Tujuan

Kebijakan Infra Red sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.

Prosedur 1. Persiapan

1.1 Jelaskan maksud, tujuan terapi

1.2 Pilih alat IRR seperti jenis lampu, besarnya watt.

1.3 Pemanasan alat 5 menit.

1.4 Test sensasi panas, dingin Untuk mencegah luka bakar daerah yang akan
dilakukan penyinaran.

2. Pelaksanaan

2.1 Gunakan reflektor parabola untuk penyinaran lokal.

2.2 Penyinaran general (misalnya punggung) menggunakan lampu yang dipasang


pada reflektor semi sirkuler.

2.3 Pasien diposisikan seenak mungkin.

2.4 Posisi bisa duduk, terlentang atau tengkurap.

2.5 Bersihkan dengan sabun dan dikeringkan dengan handuk Agar penetrasi lebih
dalam daerah yang akan disinar

2.6 Lampu dipasang tegak lurus.

2.7 Dosis

 Pada penggunaan lampu non-luminius jarak lampu antara 45-60 cm, waktu 10-
30 menit.

 Lampu luminius 35-45 cm, waktu 10-30 menit.

1. Mengakhiri Terapi

1.1 Matikan mesin, pastikan tombol dalam keadaan nol.

1.2 Tidak membiarkan pasien mematikan mesin atau bangun sendiri.

1.3 Memperhatikan pasien dan kemungkinan efek samping.

1.4 Kembalikan peralatan ketempat semula.

Unit terkait Seluruh unit terkait

SPO MICRO WAVE DIATHERMY


Fisioterapi, SPO

SPO

MICRO WAVE DIATHERMY

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
Direktur
PROSEDUR 30/12/2016

OPERASIONAL Direktur

Pengertian Micro Wave Diathermy (MWD) adalah Alat terapi yang menggunakan
gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak balik frekuensi
tinggi dengan frekuensi 2450 MHz dengan panjang gelombang 12,25 cm.

Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan dengan modalitas Micro Wave Diathermy.
Tujuan
Kebijakan Micro Wave Diathermy(MWD) sesuai dengan pedoman pelayanan unit
fisioterapi.

Prosedur 1. Memulai Terapi

1.1 Panaskan alat sekitar 5 menit.

1.2 Emitter (electrode) yang telah di pilih dipasang pada lengan emitter dan
dihubungkan ke mesin dengan kabel emitter. Emitter bulat ,medan
elektromagnetik yang dipancarkan berbentuk sirkuler dan paling padat di
daerah tepi. Sedangkan emitter segi empat medan elektromagnetik yang
dipancarkan berbentuk oval dan paling padat di daerah tengah.

1.3 Pemasangan electrode pada daerah vasomotor/ proximal.

1.4 Pastikan mesin ke ground

1.5 Pasien diberitahu program pengobatan agar pasien paham program terapi dan
tidak takut

1.6 Jelaskan berapa waktu yang diperlukan, tujuan, indikasi serta kontra
indikasinya.

1.7 Posisi pasien comfortable

1.8 Pakaian dilepas seperlunya agar area yang diperiksa lebih jelas

MICRO WAVE DIATHERMY

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

1.1 Tes sensasi area yang diobati serta jelaskan rasa yang timbul untuk mencegah
terjadinya luka bakar

1.2 Putar waktu sesuai kebutuhan antara 10-15 menit

1.3 Dosis diberikan sesuai toleransi pasien.

1.4 Kondisi sub acut : intensitas sub thermal : Waktu 10-15 menit, pengulangan 1
x sehari selama 10x

1.5 Kondisi chronic : Intensitas Thermal : Waktu 10-15 menit, pengulangan 1-2 x
sehari selama 10x

1.6 Gangguan sistem peredaran darah. Intensitas, pengulangan dan seri sama
dengan kedua kondisi diatas. Waktu 15 menit
1.7 Pastikan mesin dalam keadaan tuning

1.8 Emitter diatur sehingga sejajar kulit dan jarak sesuai ukuran emitter.

1.9 Kabel tidak boleh menyentuh pasien, bersilangan atau lecet.

1.10 Lakukan pengontrolan, rasa panas, nyeri pusing

1. Mengakhiri Terapi

2.1 Matikan mesin pastikan tombol kembali ke angka 0 atau mesin tetap hidup
dengan dosis 0 (stand – by stand).

2.2 Tidak membiarkan pasien mematikan mesin, kecuali dalam keadaan darurat

2.3 Perhatikan reaksi pasien dan kemungkinan efek samping yang timbul.

2.4 Kembalikan peralatan seperti kondensor ke tempat semula

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO SHORT WAVE DHIATERMY


Fisioterapi, SPO

SPO

SHORT WAVE DHIATERMY

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
Direktur
PROSEDUR 30/12/2016

OPERASIONAL

Direktur
Short Wave Diathermy (SWD) atau Ultra Korte Golf (UKG) adalah alat terapi yang menggunakan gelombang elektromagnetik yang
Pengertian dihasilkan oleh arus bolak balik frekuensi tinggi. Pemakaian SWD yang di perbolehkan adalah frekuensi 13,66 MHz, 27,33 MHz dan
40,98 MHz dan panjang gelombang 7,5 m, 11 m dan 22 m. Namun dalam pengobatan frekuensi yang sering digunakan adalah 27,33
MHz dengan panjang gelombang 11 m.
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan dengan modalitas Short Wave Diathermy.
Tujuan

Short Wave Diathermy sesuai dengan pedoman pelayanan unit fisioterapi.


Kebijakan

Prosedur 1. Memulai Terapi

1.1 Panaskan alat sekitar 5 menit.

1.2 Pilih elektrode dan metode yang akan digunakan

 Through and through (contra planar) : area lokal dan dalam.

 Cross fire : area berongga.

 Longitudinal/Co planar pada area dangkal, luas atau memanjang.

 Monopolar : area lokal dan dangkal

 Cable methode : area silindris dan memanjang

1.3 Pasang electrode pada daerah vasomotor/proximal.

1.4 Pastikan mesin ke ground

1.5 Beritahu program pengobatan pasien agar paham program terapi dan tidak
takut

1.6 Jelaskan berapa waktu yang diperlukan, tujuan, indikasi serta kontra
indikasinya.

1.7 Posisikan pasien comfortable

1.8 Lepas Pakaian pasien seperlunya

SHORT WAVE DHIATERMY

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2 dari 2

1.1 Tes sensasi area yang diobati serta jelaskan rasa yang timbul untuk mencegah
terjadinya luka bakar

1.2 Dosis diberikan sesuai toleransi pasien.

1.3 Kondisi sub acut : intensitas sub thermal : Waktu 10-15 menit, pengulangan 1x
sehari selama 10x

1.4 Kondisi chronic : Intensitas Thermal : Waktu 10-15 menit, pengulangan 1-2x
sehari selama 10x
1.5 Gangguan sistem peredaran darah. Intensitas, pengulangan dan seri sama
dengan kedua kondisi diatas. Waktu 15 menit.

1.6 Pastikan mesin dalam keadaan tuning

1.7 Kabel tidak boleh menyentuh pasien, bersilangan atau lecet.

1.8 Lakukan pengontrolan, rasa panas, nyeri pusing

1. Mengakhiri Terapi

2.1 Matikan mesin pastikan tombol kembali ke angka 0 atau mesin tetap hidup
dengan dosis 0 (stand – by stand).

2.2 Tidak membiarkan pasien mematikan mesin, kecuali dalam keadaan darurat

2.3 Perhatikan reaksi pasien dan kemungkinan efek samping yang timbul.

2.4 Kembalikan peralatan seperti kondensor ke tempat semula.

Unit Terkait Seluruh Fisioterapis

SPO SKRINING PASIEN RUJUKAN MELALUI TELEPON


PMKP, SPO

SPO
SKRINING PASIEN RUJUKAN MELALUI TELEPON

No.Pokok No. Revisi Halaman

Tangerang,

Direktur
Pengertian Identifikasi awal melalui telepon mengenai pasien yang akan di rujuk ke Rumah Sakit

Tujuan Sebagai acuan pelaksanaan skrining rujukan pasien melalui telepon

Kebijakan Skrining dilakukan pada kontak pertama di dalam atau pun di luar Rumah Sakit.

Prosedur 1. Terima telepon dari luar mengenai pasien yang akan dirujuk / dirawat di Rumah Sakit oleh Customer Servise.

2. Tanyakan identitas pasien;

a. Nama Pasien

b. Usia.

c. Jenis kelamin.

d. Nama Rumah Sakit/ Pelayanan Kesehatan yang akan merujuk.

e. Keadaan dan kebutuhan pasien

3. Sambungkan ke bagian UGD dan sampaikan informasi yang telah didapat.

4. Terima telepon tersebut oleh petugas UGD , dan tanyakan kondisi pasien;

a. Keadaan umum

b. Tanda- tanda vital.

c. Anamnesa ringkas.

d. Hasil penunjang.

e. Kebutuhan pasien tersebut.

Berdasarkan hasil skrining tersebut, apakah kebutuhan pasien sesuai dengan sumber daya dan fasilitas yang ada di rumah sakit atau tidak .

5. Kolaborasi dengan dokter jaga , mengenai keadaan pasien tersebut.

6 . Petugas UGD meminta agar pihak perujuk menelepon kembali dalam waktu 10 menit agar dapat dipastikan ruangan di RS tersedia/ tidak.

Unit Terkait Unit Gawat Darurat

SPO PERAWATAN PASIEN DENGAN KONDISI KOMA


PMKP, SPO

SPO
PERAWATAN PASIEN DENGAN KONDISI KOMA

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman

Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,


Direktur

Pengertian Kondisi koma adalah keadaan penurunan kesadaran dan respon dalam bentuk yang berat, kondisinya seperti tidur yang dalam dimana pasien tidak
dapat bangun dari tidurnya.

Tujuan 1. Mamberikan rasa puas secara jasmani dan rohani kepada pasien dengan kondisi koma.

2. Memberikan rasa nyaman dan bebas nyeri pada pasien dengan kondisi koma.

3. Memberikan rasa ikhlas dan tabah kepada keluarga pasien dengan kondisi koma.

Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS

Prosedur 1. Persiapan ;

Dokter penanggung jawab pelayanan ( DPJP) atau dokter jaga melakukan asesment kondisi koma terhadap pasien.

2. Memenuhi kebutuhan emosi;

1. Informasikan ke keluarga terkait kondisi pasien.


2. Bina rohani kepada pasien dengan kondisi terminal
3. Beri kesempatan kepada keluarga untuk memberikan tuntunan menjelang ajal sesuai agamanya
3. Memenuhi kebutuhan jasmani pasien

1. Lakukan evaluasi TTV dan tanda- tanda kehidupan


2. Bantu pasien mendapatkan posisi yang nyaman dalam berbaring
3. Berikan obat- obatan anti nyeri
4. Lakukan personal hygiene
5. Penuhi kebutuhan nutrisi melalui NGT / cairan infus

Unit Terkait 1. Ruang rawat inap


2. ICU/ HCU
3. UGD
4. Bagian bina rohani

SPO PENANGANAN PASIEN SYOK ( HIPOVOLEMIK, SEPTIK , ANAFILAKTIK,


CARDIOGENIC)
PMKP, SPO

SPO
PENANGANAN PASIEN SYOK
( HIPOVOLEMIK, SEPTIK , ANAFILAKTIK,
CARDIOGENIC)

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman


Tetap Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Suatu pertolongan terhada pasien yang mengalami gangguan perfusi jaringan atau syok.

Tujuan 1. Mencegah terjadinya kekurangan oksigen pada jaringan yang akan mengakibatkan penurunan fungsi sel.

2. Mempertahankan tekanan darah.

3. Mrncegah terjadinya gangguan fungsi organ

Kebijakan 1. UU no 23 TH 1992 tentang kesehatan

2. SK Menkes no 1333 TH 1999 tentang Penerapan Standart Pelayanan Rumah Sakit

Prosedur 1. Persiapan Alat

1. Alat bantu pernafasan ( naso/ oro pharingeal tube, ETT)


2. Ecg monitor , tensimeter dan stetoskop.
3. Alat therapi oksigen ( nasal / masker kanule oksigen)
4. Oksigen sentral.
5. Cairan infus ( kristaloid dan koloid)
6. Obat emergency.
2. Pelaksanaan

1. Berikan posisi head down/ posisi syok ( kedua kaki lebih tinggi dari kepala) bila perlu.
2. Bebaskan jalan nafas, bila perlu pasang alat bantu pernafasan.
3. Beri oksigen masker 6- 10 liter permenit.
4. Pasang ECG monitor, cek tanda- tanda vital pasien.
5. Untuk syok hipovolemik , segera pasang infus dua tempat ( upayakan dengan ukuran jarum yang besar) , beri therapi
cairan sesuai therapi medis.
6. Untuk syok septik, berikan therapi antibiotik dan therapi inotropik sesuai dengan therapi medis.
7. Untuk syok anafilatik, berikan antihistamin , berikan bronchodilator bila terjadi bronchospasme, berikan adrenalin sesuai
dengan therapi medis.
8. Untuk syok cardiogenic, berikan obat inotropik sesuai dengan therapi medis.

Unit Terkait UGD, ICU

SPO PELAYANAN RESTRAIN


PMKP, SPO

SPO
PELAYANAN RESTRAIN

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman


Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Pelayanan menggunakan alat pengikat pada pasien gelisah , agresif ataupun non kooperatif

Tujuan Memberikan panduan kepada dokter, dokter gigi, staf keperawatan suatu tehnik pengikatan secara mekanik pada klien yang bertujuan untuk
melindungi atau menghindari menciderai diri, orang lain dan lingkungan.

Kebijakan 1. Pelaksanaan tehnik asuhan keperawatan harus sesuai standar


2. Jaminan mutu dan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan
3. Aspek legal pelaksanaan praktek keperawatan

Prosedur Peralatan ; Tali , kain ataupun kassa gulung

Preinteraksi ;

1. Baca catatan keperawatan dan catatan medis pasien , instruksi restrain / terapi psikofarmakoterapi
2. Siapkan tim
3. Siapkan alat- alat
4. Siapkan lingkungan yang aman
5. Eksplorasi perasaan , fantasi dan ketakutan diri
6. Siapkan medikasi bila perlu sesuai advise dokter;
- Diazepam Injeksi 1 ampul ( IM/ IV)

- CPZ Injeksi 1 ampul ( IM)

- Tab CPZ 100 mg

- Tab Zofredal ( Risperidone) 2mg

Orientasi

1. Berikan salam , panggil pasien dengan namanya ( identifikasi pasien)


2. Jelaskan dan lakukan kontrak ( Prosedur, tujuan, lamanya di restrain kepada pasien dan keluarga bila perlu kontak sepihak)
Tahap Kerja

1. Berbicara secara menyakinkan kepada pasien untuk menghentikan perilakunya


2. Ulangi penjelasan jika tidak menghentikan perilakunya akan dilakukan pengikatan
3. Tawarkan untuk menggunakan medikasi daripada dilakukan pengikatan
4. Jangan membiarkan pasien berfikir tentang keraguan kita untuk melakukan pengikatan
5. Staf yang akan melakukan pengikatan harus sudah berada di tempat ( susunan tim 5-6 orang) ;
- Empat orang menahan masing- masing anggota gerak

- Satu orang mengawasi kepala

- Satu orang melakukan prosedur pengikatan

- Tiap anggota gerak 1 ikatan

- Ikatan pada posisi sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran IV

- Posisi kepala lebih tinggi untuk menghindari aspirasi

6. Monitor tanda- tanda vital tiap 60 menit

7. Tempatkan pasien pada tempat yang mudah dilihat staf

8. Observasi gejala Ekstra Piramidal Sindrome( EPS) dalam 24 jam pertama, bila EPS terapi Dipenhydramin 50 mg ( IM/ IV )

Terminasi

1. Evaluasi perasaan pasien


2. Pastikan pasien nyaman dan ikatannya baik
3. Lakukan kontrak untuk bisa dilepaskan ikatannya ( restrain akan dilepas apabila misal; pasien berjanji tidak memukul
orang lagi)
Doku mentasi

Catat hasil kegiatan dan respon pasien dalam catatan keperawatan

Unit Terkait 1. UGD

2. Rawat Inap

SPO PELAYANAN PASIEN POLI UMUM


PMKP, SPO

SPO
PELAYANAN PASIEN POLI UMUM

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman

Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Proses pemberian pelayanan kepada semua pasien yang memerlukan pelayanan poli umum

Tujuan Memberikan pelayanan dan pengobatan secara maksimal pada pasien poli umum

Kebijakan 1. Pelayanan pasien poli umum saat ini dilakukan di ruang UGD.

2. Apabila terjadi KLB pelayanan pasien poli umum dilakukan di poli karyawan / ruangan lain.

Prosedur 1. Anjurkan pasien untuk mendaftar ke bagian pendaftaran sesuai dengan prosedur pendaftaran pasien UGD.

2. Persilahkan pasien untuk berbaring di tempat tidur.

3. Lakukan cuci tangan

4. Lakukan pemeriksaan tanda- tanda vital.

5. Periksa pasien oleh Dr Jaga UGD, apabila pasien tersebut perlu dilakukan pemeriksaan penunjang ( lab,rontgen ), maka dibuatkan formulir
pemeriksaan oleh dokter jaga.

6. Input administrasi pasien ( biaya pemeriksaan ,obat-obatan dan fasilitas yang digunakan ) pada registrasi UGD
7. Izinkan pasien pulang yang sudah diperiksa oleh dokter jaga,resep dan surat istirahat diberikan kepada pasien .

8. Informasikan pada pasien atau keluarga untuk mengurus administrasin kekasir sesuai prosedur pasien pulang.

Unit Terkait 1. Ruang poly umum UGD

2. Penerangan

3. Bagian penunjang Medis ( lab,rontgen, apotik )

4.Kasir

SPO PELAYANAN PASIEN RESIKO TINGGI PENYAKIT MENULAR


PMKP, SPO

SPO

PELAYANAN PASIEN RESIKO TINGGI PENYAKIT MENULAR

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman

Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Pelayanan yang dilakukan terhadap pasien yang berisiko tinggi menularkan penyakit agar tidak terjadi infeksi nasokomial.

Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah- langkah untuk mencegah terjadinya penularan penyakit pada pelayanan pasien berpenyakit menular.

Kebijakan Surat Keputusan Direktur RS tentang pelayanan pasien resiko tinggi penyakit menular.

Prosedur 1. Jelaskan tentang penyakit pasien

2. Tempatkan pasien di ruang isolasi yang steril

3. Pakai APD ( masker , handscoon , pakaian kerja, kacamata )

4. Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan dengan disenfektan

5. Gunakan alat- alat kesehatan steril

6. Ganti linen setiap hari dan tempatkan linen yang sudah dipakai ditempat infeksius

7. Lakukan kesterilan ruang setelah pasien pulang


Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap

SPO PELAYANAN PASIEN POLI UMUM


PMKP, SPO

SPO
PELAYANAN PASIEN POLI UMUM

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman

Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Proses pemberian pelayanan kepada semua pasien yang memerlukan pelayanan poli umum

Tujuan Memberikan pelayanan dan pengobatan secara maksimal pada pasien poli umum

Kebijakan 1. Pelayanan pasien poli umum saat ini dilakukan di ruang UGD.

2. Apabila terjadi KLB pelayanan pasien poli umum dilakukan di poli karyawan / ruangan lain.

Prosedur 1. Anjurkan pasien untuk mendaftar ke bagian pendaftaran sesuai dengan prosedur pendaftaran pasien UGD.

2. Persilahkan pasien untuk berbaring di tempat tidur.

3. Lakukan cuci tangan

4. Lakukan pemeriksaan tanda- tanda vital.

5. Periksa pasien oleh Dr Jaga UGD, apabila pasien tersebut perlu dilakukan pemeriksaan penunjang ( lab,rontgen ), maka dibuatkan formulir
pemeriksaan oleh dokter jaga.

6. Input administrasi pasien ( biaya pemeriksaan ,obat-obatan dan fasilitas yang digunakan ) pada registrasi UGD

7. Izinkan pasien pulang yang sudah diperiksa oleh dokter jaga,resep dan surat istirahat diberikan kepada pasien .

8. Informasikan pada pasien atau keluarga untuk mengurus administrasin kekasir sesuai prosedur pasien pulang.
Unit Terkait 1. Ruang poly umum UGD

2. Penerangan

3. Bagian penunjang Medis ( lab,rontgen, apotik )

4.Kasir

SPO PELAYANAN PASIEN LANJUT USIA DENGAN KETERGANTUNGAN BANTUAN


PMKP, SPO

SPO
PELAYANAN PASIEN LANJUT USIA DENGAN
KETERGANTUNGAN BANTUAN

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman

Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian 1. Pelayanan pasien lanjut usia adalah rangkaian pelayanan pada pasien yang berusia 60 tahun keatas dengan satu atau lebih masalah kesehatan (
multipatologi) akibat gangguan fungsi jasmani dan rohani dan atau kondisi sosial yang bermasalah ( geriatri).

2. Pasien lanjut usia dengan ketergantungan bantuan adalah pasien yang berusia60 tahun ke atas dengan keterbatasan dalam melakukan kegiatan sehari-
hari dan mengurus diri sehingga sangat membutuhkan bantuan baik dengan alat maupun orang.

Tujuan Memberikan pelayanan multidisiplin yang bermutu dengan asuhan dan kondisi pasien usia lanjut untuk menuju geriatri mandiri dan geriatri dengan
minimal patologi.

Kebijakan 1. Pelayanan pada pasien lanjut usia melibatkan multidisiplin ilmu, dan tersedia dalam suatu tim asuhan.

2. Setiap pasien usia lanjut mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan asuhannya.

Prosedur 1. Lakukan identifikasi pasien dalam hal usia dan penggolongan pasien usia lanjut.

2. Lakukan identifikasi pasien usia lanjut yang datang ke UGD/ poliklinik , melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penungjang yang
sesuai indikasi , untuk dilakukan assesment awal.

3. Rumuskan rencana asuhan pasien oleh Dokter termasuk kebutuhan penggunaan alat bantu sehari- hari untuk kenyamanan dan kemandirian pasien.

4. Berikan penjelasan oleh dokter kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya alat bantu, cara penggunaan alat bantu serta resiko penggunaan alat
bantu dalam jangka waktu lama , jika tidak disertai perawatan yang tidak benar.

5. Berikan edukasi tentang asuhan pasien dengan penggunaan alat bantu agar tidak menimbulkan resiko yang tidak diinginkan misalnya dekubitus,
atropi otot, dll.

6. Lakukan konsultasi / alih rawat ke bagian disiplin ilmu lain jika diperlukan sesuai dengan kebutuhan asuhan pasien.

Unit Terkait 1. UGD

2. Instalasi Rawat Jalan.

3. Instalasi Rawat Inap.

4. ICU

SPO PELAYANAN PASIEN GAWAT DARURAT


PMKP, SPO

SPO

PELAYANAN PASIEN GAWAT DARURAT

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman

Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Proses pemberian pelayan an kepada semua pasien yang memerlukan pelayanan emergency / darurat

Tujuan 1. Memberikan pelayanan medis dengan cepat dan tepat .

2. Untuk mengurangi angka kematian dan meningkatkan angka harapan hidup.

Kebijakan 1. UGD RS. menerima dan melayani pasien dengan kasus-kasus emergency.

2.Pelayanan UGD RS. dibuka selama 24 jam

Prosedur 1. Beritahukan kepada petugas UGD oleh security tentang adanya pasien didepan pintu UGD

2. Jemput dan dorong pasien kedalam ruang UGD serta tempatkan pasien sesuai dengan pemilahan triase.

3. Lakukan cuci tangan .

4.Lakukan pemeriksaan tanda –tanda pital pasien dan beritahukan ke dokter jaga UGD bahwa ada pasien emergency.

5. Informasikan kekeluarga atau penanggung jawab pasien untuk mendaftarkan pasien kebagian pendaftaran sesuai prosedur pendaftaran.

6.Periksa pasien oleh dokter jaga ,bila perlu pasien dilakukan pemeriksaan penunjang ( lab, Rontgen ) atau konsul cito ,maka buarkan formulir
pemeriksaan tersebut.
7. Anjurkan keluarga untuk mencari ruang rawat inap ,apabila pasien dianjurkan oleh dokter jaga untuk dirawat dan berikan surat rawat inap

8. Anjurkan keluarga untuk membuat surat penolakan rawat inap apa bila pasien tidak mau dirawat.

Unit Terkait 1. Ruang UGD / Poly umum

2. Penerangan

3. Ruang rawat Inap

4.Bagian penunjang Medis ( Lab,Ro )

SPO TRIASE
PMKP, SPO

SPO
TRIASE

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman

Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Memilah dan menentukan derajat kegawatan penderita

Tujuan Sebagai acuan menentukan prioritas dan tempat pelayanan medik penderita.

Kebijakan Mendahulukan penderita yang lebih gawat bukan yang datang duluan.

Prosedur 1. Terima pasien UGD


2. Lakukan pemilahan diruang triase.
3. Lakukan anamnesa dan pemeriksaan secara singkat dan cepat untuk menentukan derajat kegawatdaruratan.
4. Bedakan pasien sesuai dengan kegawatannya dan berikan tanda berupa warna ;
a. Hijau adalah pasien tidak gawat dan tidak darurat. Misalnya pasien Common cold, pasien rawat jalan, abses, luka robek.

b. Kuning adalah pasien yang kegawat daruratan masih tidak urgent . misalnya thypoid, hipertensi , DM .

c. Merah adalah pasien gawat darurat ( pasien dengan kondisi mengancam) , misalnya pasien stroke, trombosis, luka bakar, apendic akute , KLL,CVA,
MIA, Asma broncial

5. Prioritaskan pasien sesuai urutan warna; Merah, Kuning, Hijau.


Unit Terkait UGD , POLIKLINIK

SPO PELAYANAN PASIEN POLI UMUM


PMKP, SPO

SPO
PELAYANAN PASIEN POLI UMUM

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman

Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Proses pemberian pelayanan kepada semua pasien yang memerlukan pelayanan poli umum

Tujuan Memberikan pelayanan dan pengobatan secara maksimal pada pasien poli umum

Kebijakan 1. Pelayanan pasien poli umum saat ini dilakukan di ruang UGD.

2. Apabila terjadi KLB pelayanan pasien poli umum dilakukan di poli karyawan / ruangan lain.

Prosedur 1. Anjurkan pasien untuk mendaftar ke bagian pendaftaran sesuai dengan prosedur pendaftaran pasien UGD.

2. Persilahkan pasien untuk berbaring di tempat tidur.

3. Lakukan cuci tangan

4. Lakukan pemeriksaan tanda- tanda vital.

5. Periksa pasien oleh Dr Jaga UGD, apabila pasien tersebut perlu dilakukan pemeriksaan penunjang ( lab,rontgen ), maka dibuatkan formulir
pemeriksaan oleh dokter jaga.

6. Input administrasi pasien ( biaya pemeriksaan ,obat-obatan dan fasilitas yang digunakan ) pada registrasi UGD

7. Izinkan pasien pulang yang sudah diperiksa oleh dokter jaga,resep dan surat istirahat diberikan kepada pasien .

8. Informasikan pada pasien atau keluarga untuk mengurus administrasin kekasir sesuai prosedur pasien pulang.
Unit Terkait 1. Ruang poly umum UGD

2. Penerangan

3. Bagian penunjang Medis ( lab,rontgen, apotik )

4.Kasir

SPO PELAYANAN PASIEN LANJUT USIA DENGAN KETERGANTUNGAN BANTUAN


PMKP, SPO

SPO
PELAYANAN PASIEN LANJUT USIA DENGAN
KETERGANTUNGAN BANTUAN

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman

Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian 1. Pelayanan pasien lanjut usia adalah rangkaian pelayanan pada pasien yang berusia 60 tahun keatas dengan satu atau lebih masalah kesehatan (
multipatologi) akibat gangguan fungsi jasmani dan rohani dan atau kondisi sosial yang bermasalah ( geriatri).

2. Pasien lanjut usia dengan ketergantungan bantuan adalah pasien yang berusia60 tahun ke atas dengan keterbatasan dalam melakukan kegiatan sehari-
hari dan mengurus diri sehingga sangat membutuhkan bantuan baik dengan alat maupun orang.

Tujuan Memberikan pelayanan multidisiplin yang bermutu dengan asuhan dan kondisi pasien usia lanjut untuk menuju geriatri mandiri dan geriatri dengan
minimal patologi.

Kebijakan 1. Pelayanan pada pasien lanjut usia melibatkan multidisiplin ilmu, dan tersedia dalam suatu tim asuhan.

2. Setiap pasien usia lanjut mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan asuhannya.

Prosedur 1. Lakukan identifikasi pasien dalam hal usia dan penggolongan pasien usia lanjut.

2. Lakukan identifikasi pasien usia lanjut yang datang ke UGD/ poliklinik , melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penungjang yang
sesuai indikasi , untuk dilakukan assesment awal.

3. Rumuskan rencana asuhan pasien oleh Dokter termasuk kebutuhan penggunaan alat bantu sehari- hari untuk kenyamanan dan kemandirian pasien.

4. Berikan penjelasan oleh dokter kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya alat bantu, cara penggunaan alat bantu serta resiko penggunaan alat
bantu dalam jangka waktu lama , jika tidak disertai perawatan yang tidak benar.

5. Berikan edukasi tentang asuhan pasien dengan penggunaan alat bantu agar tidak menimbulkan resiko yang tidak diinginkan misalnya dekubitus,
atropi otot, dll.

6. Lakukan konsultasi / alih rawat ke bagian disiplin ilmu lain jika diperlukan sesuai dengan kebutuhan asuhan pasien.

Unit Terkait 1. UGD

2. Instalasi Rawat Jalan.

3. Instalasi Rawat Inap.

4. ICU

SPO PELAYANAN PASIEN GAWAT DARURAT


PMKP, SPO

SPO

PELAYANAN PASIEN GAWAT DARURAT

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman

Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Proses pemberian pelayan an kepada semua pasien yang memerlukan pelayanan emergency / darurat

Tujuan 1. Memberikan pelayanan medis dengan cepat dan tepat .

2. Untuk mengurangi angka kematian dan meningkatkan angka harapan hidup.

Kebijakan 1. UGD RS. menerima dan melayani pasien dengan kasus-kasus emergency.

2.Pelayanan UGD RS. dibuka selama 24 jam

Prosedur 1. Beritahukan kepada petugas UGD oleh security tentang adanya pasien didepan pintu UGD

2. Jemput dan dorong pasien kedalam ruang UGD serta tempatkan pasien sesuai dengan pemilahan triase.

3. Lakukan cuci tangan .

4.Lakukan pemeriksaan tanda –tanda pital pasien dan beritahukan ke dokter jaga UGD bahwa ada pasien emergency.

5. Informasikan kekeluarga atau penanggung jawab pasien untuk mendaftarkan pasien kebagian pendaftaran sesuai prosedur pendaftaran.

6.Periksa pasien oleh dokter jaga ,bila perlu pasien dilakukan pemeriksaan penunjang ( lab, Rontgen ) atau konsul cito ,maka buarkan formulir
pemeriksaan tersebut.

7. Anjurkan keluarga untuk mencari ruang rawat inap ,apabila pasien dianjurkan oleh dokter jaga untuk dirawat dan berikan surat rawat inap

8. Anjurkan keluarga untuk membuat surat penolakan rawat inap apa bila pasien tidak mau dirawat.

Unit Terkait 1. Ruang UGD / Poly umum

2. Penerangan

3. Ruang rawat Inap

4.Bagian penunjang Medis ( Lab,Ro )

SPO TRIASE
PMKP, SPO

SPO
TRIASE

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman

Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Memilah dan menentukan derajat kegawatan penderita

Tujuan Sebagai acuan menentukan prioritas dan tempat pelayanan medik penderita.

Kebijakan Mendahulukan penderita yang lebih gawat bukan yang datang duluan.

Prosedur 1. Terima pasien UGD


2. Lakukan pemilahan diruang triase.
3. Lakukan anamnesa dan pemeriksaan secara singkat dan cepat untuk menentukan derajat kegawatdaruratan.
4. Bedakan pasien sesuai dengan kegawatannya dan berikan tanda berupa warna ;
a. Hijau adalah pasien tidak gawat dan tidak darurat. Misalnya pasien Common cold, pasien rawat jalan, abses, luka robek.

b. Kuning adalah pasien yang kegawat daruratan masih tidak urgent . misalnya thypoid, hipertensi , DM .

c. Merah adalah pasien gawat darurat ( pasien dengan kondisi mengancam) , misalnya pasien stroke, trombosis, luka bakar, apendic akute , KLL,CVA,
MIA, Asma broncial

5. Prioritaskan pasien sesuai urutan warna; Merah, Kuning, Hijau.


Unit Terkait UGD , POLIKLINIK

SPO SISTEM RUJUKAN KE RUMAH SAKIT LAIN


PMKP, SPO

SPO
SISTEM RUJUKAN KE RUMAH SAKIT LAIN

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman

Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Merujuk pasien ke RS lain melalui sistem SPGDT Setempat baik melalui telepon atau mendatangi RS tersebut

Tujuan Sebagai acuan untuk melaksanakan rujukan ke RS lain

Kebijakan Rujukan ke RS lain dilakukan , karena fasilitas yang kurang memadai

Prosedur 1. Jelaskan pada keluarga, bahwa pasien harus di rujuk ke RS lain


2. Buatkan rujukan
3. Hubungi SPGDT Tangerang atau Pusat atau
4. Berikan surat rujukan kepada keluarga untuk mencari tempat di RS lain
5. Antar pasien ke RS rujukan tang dituju
6. a. Arsipkan Surat Rujukan di berkas Rekama Medis ( foto copy)
b. Bila ada pasien BPJS membawa Surat Rujukan, foto Surat Rujukan , kirimkan via WA ke Dr Sulaiman ( 0818158305)
Unit Terkait UGD

Rawat inap

SPO PENANGANAN PASIEN MENINGGAL DI RUANG / INSTALASI


PMKP, SPO

SPO
PENANGANAN PASIEN MENINGGAL DI RUANG /
INSTALASI

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman

Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Kegiatan pelayanan bagi pasien meninggal dan tata cara informasi yang harus dilakukan pada keluarga dan petugas kamar pemulasaran.

Tujuan 1. Memberikan informasi secepatnya kepada keluarga dan pihak yang terkait/ petugas kamar pemulasaran.

2. Mempercepat dalam proses penanganan pelayanan pasien meninggal.

Kebijakan Dilakukan di seluruh ruang / instalasi yang berkaitan dengan pasien meninggal agar proses lebih cepat.

Prosedur 1. Catat dalam buku kematian apabila ada pasien yang meninggal di ruang perawatan atau UGD.

2. Laporkan ke petugas kamar jenazah/ security bahwa ada pasien yang meninggal.

3. Segera pindahkan jenazah ke kamar jenazah , bila jenazah sudah dirapikan, dan apabila jenazah di bawa pulang sebelum 2jam ,
maka keluarga harus menandatangani surat pernyataan.

4. Tanyakan ke keluarga untuk pengantaran jenazah , bila akan memakai ambulance , segera hub petugas ambulance.

5. Serahkan administrasi ke keluarga , untuk mengurus ke kasir.

1. UGD

2. Rawat Inap

3. ICU
Unit Terkait

SPO PENANGANAN, PENGGUNAAN, PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH


PMKP, SPO

SPO
PENANGANAN, PENGGUNAAN, PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH

Prosedur No.Pokok No. Revisi Halaman

Tetap

Tgl Terbit. Tangerang,

Direktur

Pengertian Tranfusi darah merupakan tindakan yang dilakukan bagi pasien yang memerlukan darah dan atau produk darah dengan memasukan darah melalui
vena dengan menggunakan set tranfusi.

Tujuan 1. Meningkatkan volume darah sirkulasi( setelah pembedahan, trauma, atau perdarahan.)

2. Meningkatkan jumlah sel darah merah untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada pasien anemia berat.

3.Memberikan komponen selular tertentu sebagai terapi sulih ( misalnya faktor pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien
hemofilia)

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit tentang Tranfusi darah

Prosedur 1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2. Cuci tangan

3. Lakukan identifikasi pasien dengan menanyakan nama pasien dan tanggal lahir , sesuaikan dengan gelang identifikasi yang dipakai pasien.

4. Gantungkan larutan NaCl 0,9% pada tiang infus.

5. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9 % ( lihat prosedur pemasangan infus) .

6 Lakukan tranfusi darah , sebelumnya periksa identifikasi kebenaran produk darah; periksa kompatibilitas dalam kantong darah, periksa kesesuaian
dengan identifikasi pasien, periksa kedaluwarsa, dan periksa adanya bekuan.

7. Buka set pemberian darah.

8. Cara tranfusi darah;

1. Tusuk kantong NaCl 0,9%


2. Isi selang dengan NaCl 0, 9%
3. Buka klem pengatur pada selang dan hubungkan ke kantong NaCl 0, 9%
4. Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan selang terisi NaCl 0,9%
5. Kantong darah perlahan- lahan dibolak balik 1-2 kali agar sel- selnya tercampur. Kemudian tusuk kantong darah dan buka
klem pada selang dan filter terisi darah.
6. Setelah darah selesai sampai darah habis, pasang kembal cairan infus NaCl 0,9%.
9. Catat tipe, jumlah dan komponen darah yang diberikan.

10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Unit Terkait Instalasi Rawat Inap

43 google

Anda mungkin juga menyukai