Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


SMF ILMU KESEHATAN MATA

RSU THALIA IRHAM GOWA


TAHUN 2019

PRESBIOPIA

1. Pengertian (Defenisi) Penurunan fungsi akomodasi mata karena proses penuaan


2. Anamnesis 1. Penuruna tajam penglihatan dekat pada kedua mata
2. Tegang pada mata
3. Usia ≥ 40 tahun
3. Pemeriksaan Fisik 1. Tajam penglihatan menurun ICD 9CM : 95.02
2. Tonometri normal ICD 9 CM : 95.26
4. Kriteria diagnosis 1. Sesuai kriteria anamnesa
2. Sesuai hasil pemeriksaan visus
3. Sesuai hasil pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Presbiopia
6. Diagnosis Banding 1. Hipermetropia ICD 10 H52.00
2. Adie’s Tonic Pupil ICD 10
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Retinoskopi
2. Refraktometri
8. Terapi Kacamata monofokal/bifocal
9. Edukasi 1. Jaga kesehtan mata
2. Menggunakan kacamata untuk membaca
3. Kontrol ke dokter mata tiap 2 bulan
10. Prognosis Ad vitam : dubia et bonam
Ad sanationam : dubia et bonam
Ad fungsionam : dubia et bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis dr. Darwis Makka, Sp.M, M.Kes
14. Indikator Medis 80% kasus presbyopia diberi resep kacamata
15. Kepustakaan 1. Scuta GL, Cantro LB, Weiss. In : Basic and Clinical Science
Course Clinical Optics. Section 3 .USA. The Foundation Of
The American Academy of Ophthalmology:2011-2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN MATA

RSU THALIA IRHAM GOWA


TAHUN 2019

MIOPIA

1. Pengertian (Defenisi) Kelainan refraksi dimana berkas cahaya sejajar yang berasal dari
jarak tak terhingga difokuskan di depan retina tanpa akomodasi.
2. Anamnesis 1. Penglihatn jauh kabur
2. Mata lelah
3. Memicingkan bola mata dapat dikeluhkan oleh orang tua
pasien
4. Kelainan refraksi makin memberat sejalan dengan waktu
5. Buta senja bisa didapatkan pada miop tinggi yang telah
mengalami perubahan generative
3. Pemeriksaan Fisik 1. Tajam penglihatan menurun ICD 9CM : 95.02
2. Bola mata cenderung menonjol
3. Pupil tampak lebih besar
4. Billik mata depan tampak lebih dalam dari normal
5. Pada pemeriksaan fundus bisa didapatkan myopic crescent,
diskusi optoc besar dan pucat, degenerasi retina, stafiloma
posterior,
6. Perubahan degerasi vitreus
7. Bisa didapatkan ring skotoma pada pemeriksaan lapangan
pandang.
8. Erg tampak subnormal bila sudah atropi korioretina
4. Kriteria diagnosis 1. Sesuai kriteria anamnesa
2. Sesuai hasil pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Miopia
6. Diagnosis Banding 1. Hipermetropia
2. Simple astigmat
3. Mixed astigmat ICD 10
4. Compound Miop Astigmat ICD 10
5. Compound Hipermetrop Astigmat
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Slit Lamp
2. Visus
3. Retinoskopi
4. Funduskopi
5. USG B-Sacn ( untuk Komplikasi )
8. Terapi 1. Lensa Negatif ( konkaf )
2. Contact Lens
3. LASIK
9. Edukasi 1. Jaga kebersihan mata
2. Gunakan kacamata setiap saat kecuali dalam keadaan mandi
dan tidur
3. Kontrol ke dokter mata tiap 6 bulan
10. Prognosis Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad fungsionam : bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis dr. Darwis Makka, Sp.M, M.Kes
14. Indikator Medis Rawat Jalan
15. Keputakaan A.K Khurana, Optics and Refraction in Comprehensive
Ophthalmology, India, 2007
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSAN KASUS
SMF ILMU KESEHATAN MATA

RSU THALIA IRHAM GOWA


TAHUN 2019

GLAUKOMA KRONIK SUDUT TERTUTUP

1. Pengertian (Defenisi) Kelainan neuropati optic yang berkembang secara perlahan,


kronis, dengan ciri khas kerusakan syaraf optic dan kehilangan
lapangan pandang, dengan peningkatan tekanan intraokuler
sebagai faktor resiko utama.
2. Anamnesis 1. Penurunan tajam penglihatan secara perlahan-lahan
2. Nyeri kepala
3. Gangguan (defek) lapangan pandang
3. Pemeriksaan Fisik 1. Tajam penglihatan menurun ICD 9CM : 95.02
2. Tonometri Meningkat ICD 9CM 95.03
4. Kriteria Diagnosis 1. Sesuai kriteria anamnesa
2. Sesuai hasil pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Glaukoma Kronik Sudut Tertutup
6. Diagnosis Banding 1. Glaukoma Primer Sudut Tertutup ICD 10 (H40. 11)
2. Low Tension Glaucoma ICD10 (H40. 12)
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah rutin ( hitung eritrosit, leukosit, trombosit, Hct) GDS,
HbsAg, Anti HcV, CT, BT, PT, APTT
2. Gonioskopi ICD 9CM 95.03
3. Funduskopi ICD 9CM 95.03
4. Perimetri ICD 9CM 95.05
8. Terapi 1. Trabekulektomi ICD 9 CM : 12.1
2. Levofloxacin tetes mata 6 x 1 tetes
3. Tobramisin tetes mata 6 x 1 tetes
4. Acetazolamid 2 x 500
5. KSR 1x1
6. Timol 0,5% tetes mata 2x1 tetes
7. Latanoprost 1x1 tetes
9. Edukasi 1. Jaga kesehtan mata
2. Tidak boleh membasuh mata dengan air (pasca operasi)
3. Memakaibebat mata sekurang-kurangnya 2 minggu pasca
oprasi
4. menggunakan tetes mata antibiotik sesuai aturan pakai
5. follow-up ke dokter mata hari 1, 3, 7, kemudian tiap minggu
sampai 1 bulan pasca operasi
10. Prognosis Ad vitam : dubia et bonam
Ad sanationam : dubia et bonam
Ad fungsionam : dubia et bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis dr. Darwis Makka, Sp.M, M.Kes
14. Indikator Medis 80% dirawat 1 hari ( One Day Care )
15. Kepustakaan 1. Liesegang TJ, Deutch TA, Grand MG.ed. In : Basic and
Clinical Science Course Fundamentals and Principles of
Ophthalmology. Section 10 Glaucoma .USA. The Foundation
Of The American Academy of Ophthalmology:2011-2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSAN KASUS
SMF ILMU KESEHATAN MATA

RSU THALIA IRHAM GOWA


TAHUN 2019

Episkleritis
ICD10 (H15. 1)

1. Pengertian (Defenisi) Peradangan pada episklera yang melibatkan lapisan atas kapsula
Tenon tidak termasuk lapisan bawah Skela
2. Anamnesis 1. Mata merah
2. Rasa tidak nyaman (mata terasa kasar, seperti terbakar dan
foreign body sensation)
3. Silau
4. Air mata berlebihan
3. Pemeriksaan Fisik Tampak kemerahan yang difusi atau nodul
4. Kriteria diagnosis 1. Sesuai kriteria anamnesa
2. Sesuai hasil pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Kerja Episkleritis
6. Diagnosis Banding 1. Pinguekula
2. Bengkak dan inflamasi akibat asing di konjungtiva
3. Skleritis
7. Pemeriksaan Penunjang -
8. Terapi 1. Kompres dingin
2. Steroid topikal (tetes mata)
3. Anti inflasi non steroid sistemik
9. Edukasi (Hospital 1. Jaga kesehtan mata
Health Promotion) 2. Menggunakan tetes mata sesuai aturan pakai
10. Prognosis Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia et bonam
Ad visam : dubia et bonam
Ad cosmeticam : dubia et bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis dr. Darwis Makka, Sp.M, M.Kes
14. Indikator Medis Rawat jalan
15. Kepustakaan 1. Liesegang TJ, Deutch TA, Grand MG.ed. in : Basic and
Clinical Science Course Fundamentals and Principles of
Ophthlmology. Section 8 .USA. The Foundation Of The
American Academy of Ophthalmology:2011-2012
2. Khurana AK, Comprehensive Ophthalmology, 4th edition,
New Age International (P) Limited, Publishers
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSAN KASUS
SMF ILMU KESEHATAN MATA

RSU THALIA IRHAM GOWA


TAHUN 2019

Retinopati Diabetik
ICD10 (36.0)

1. Pengertian (Defenisi) Kelainan retina yang ditemukan pada penderita diabetes mellitus
2. Anamnesis 1. Penurunan tajam penglihatan
2. Riwayat penyakit diabetes mellitus
3. Konsumsi obat Diabetes mellitus
3. Pemeriksaan Fisik 1. Tajam penglihatan menurun ICD 9CM : 95.02
2. Tonometri
3. Slit lamp
4. Pemeriksaan Funduskopi
4. Kriteria diagnosis 1. Sesuai kriteria anamnesa
2. Sesuai hasil pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Kerja Retinopati Diabetik
6. Diagnosis Banding 1. Retinopati Hipertensi
2. Ablatio Retina
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah rutin ( hitung eritrosit, leukosit, trombosit, Hct ) GDS,
Hba1C, GDP. HbsAg, Anti HcV, CT, BT, PT, APTT
2. Pemeriksaan funduskopi direct/indirect dan foto fundus
3. USG B-Scan 95. 13
4. Fluorescein angiography
5. Optical coherence tomography (OCT)
6. EKG
8. Terapi 1. Regulasi gula darah
2. Laser fotokoagulasi
3. Injeksi intravitreal Anti-vascular endothelial growth factor (
anti VEGF )
4. Intervensi bedah mata ( Vitrektomi )
9. Edukasi (Hospital 1. Observasi dan follow up penderita retinopati diabetika secara
Health Promotion) teratur selama 1 tahun
2. Minum obat hipeglikemi oral atau suntikan insulin secara
teratur
3. Kontrol faktor resiko sistemik seperti kontrol gula ketat,
kontrol lipit, tekana darah dan obesitas

10. Prognosis Ad vitam : dubia et bonam


Ad sanationam : dubia et bonam
Ad fungsionam : dubia et bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis dr. Darwis Makka, Sp.M, M.Kes
14. Indikator Medis 80% kasus Retinopati Diabetik dirawat 1 hari (One Day Care)
15. Kepustakaan 1. Liesegang TJ, Deutch TA, Grand MG.ed. In : Basic and
Clinical Science Course Fundamentals and Principles of
Ophthalmology. Section 10 Glaucoma .USA. The Foundation
Of The American Academy of Ophthalmology:2011-2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN MATA
RSU THALIA IRHAM GOWA
TAHUN 2018

Hordeolum Internum

ICD10 (H00.02)
1. Pengertian ( Definisi) Penonjolan / radang akut kelenjar meibom dengan penonjolan kedalam
konjungtiva tarsalis

2. Anamnesis
1. Edema palpebra dan margo palpebra

2. Konjungtiva tarsalis membengkak

3. Keluhan sangat nyeri


3. Pemeriksaan Fisik
1. Palpebra edema, lebih besar dari hordeolum eksternum

2. Edema mengarah kekulit

3. Konjungtiva tarsalis edema

4. Warna kemerahan dan sangat nyeri

5. Stadium lanjut bisa pecah


4. Kriteria Diagnosis
1. Sesuai kriteria anamnesa

2. Sesuai hasil pemeriksaan fisik


5. Diagnosis Kerja
Hordeolum Internum
6. Diagnosis Banding
1. Hordeolum eksternum ICD 10 H00.01

2. Kalazion ICD 10 H00.10


7. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah rutin
8. Terapi
1. Kompres hangat

2. Salep antibiotik

3. Insisi vertikal pada stadium lanjut


9. Edukasi (Hospital Health
Promotion) 1. Jaga kebersihan mata

2. Menjaga daya tahan tubuh


10. Prognosis
Advitam : bonam

Ad sanationam : bonam

Ad fungsionam : bonam
11. Tingkat Evidens
IV
12. Tingkat Rekomendasi
C
13. Penelaah Kritis
dr. Darwis Makka, Sp. M, M.Kes
14. Indikator Medis
Umumnya kasus hordeolum internum dirawat jalan
15. Kepustakaan
1. Liesegang TJ, Deutch TA, Grand MG.ed. In : Basic and Clinical Science
Course Fundamentals and Principles of Ophthalmology, Section 7. USA. The
Foundation of the America Academy of Ophthalmology: 2011-2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSAN KASUS
SMF ILMU KESEHATAN MATA

RSU THALIA IRHAM GOWA


TAHUN 2019

KONJUNGTIVITIS VIRUS

1. Pengertian (Defenisi) Peradangan pada konjungtiva yang disebabkan oleh virus


2..Anamnesis 1 .Mata merah
2. Tanpa atau disertai penurunan penglihatan ringan
3. Ada kotoran mata
4. Foto fobia ringan
5. Air mata berlebih
6. Dapat disertai demam dan nyeri
7. Riwayat kontak dengan penderita yang yang sama
3.Pemeriksaan Fisik 1. Hiperemia,injeksi konjungtiva
2. Eksudat serous
3. Hiperlakrimasi
4. Adenopatipreaurikuler
4.Kriteria diagnosis 1. Sesuai kriteria anamneses
2. Sesuai hasil pemeriksaan fisik
5.Diagnosis Kerja Konjungtivitis Virus
6.Diagnosis Banding 1. Konjungtivitis Virus ICD 10
2. Konjungtivitis alergi ICD 10
7.Pemeriksaan Penunjang 1. Darah rutin (hitung eritrosit,leukosit,trombosit,Hct)
2. Pemeriksaan sitologik sekret konjungtiva)
8.Terapi 1. Antiviraltopical dan oral (acyclovir)
2. Artificial tears
3. Analgetik-antipiretik
9.Edukasi (Hospital Health 1. Jaga kebersihan mata dan tangan
Promotion) 2. Follow-up ke dokter mata
3. Menggunakan kaca mata pelindung

10.Prognosis Ad vitam : bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad visam : bonam
Adcosmeticam: bonam
11.Penelaah Kritis dr. Darwis Makka, Sp.M, M.Kes
12.Indikator Medis Rawat jalan
13.Kepustakaan 1. Liesegang TJ,Deutch TA, Grand MG.ed. In : External
Disease and Cornea. Section 8. USA. The Foundation of
the Amercan Academy of Ophthalmology:2011-2012
2. Khurana AK, in: Comprehensive Ophthalmology;
diseases of theconjungtiva, chapter 4. India. 2007
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSAN KASUS
SMF ILMU KESEHATAN MATA

RSU THALIA IRHAM GOWA


TAHUN 2019

SUSPEK GLAUKOMA

1.Pengertian (Defenisi) Ditemukannya salah satu kelainan berikut,setidaknya pada satu


mata,yaitu:
1. Kerusakan saraf optic atau lapisan serat saraf retina(nerve
fiber layer)yang diduga karena glaukoma(pelebaran atau
asimetris CDR. (cup-disc ratio),takik atau penyempitan
neuroretinal rim,perdarahan diskus optic,atau perubahan
nerver fiber layer yang mencurigakan)
2. Abnormalitas lapangan pandang yang konsisten dengan
glaukoma
3. Peningkatan tekanan intra okuler lebih dari 21 mmHg
2.Anamnesis 1. Penurunan tajam penglihatan secara perlahan-lahan
2. Tidak disertai nyeri
3. Gangguan (defek) Lapangan pandangan
3.Pemeriksaan Fisik 1. Tajam Penglihatan menurun ICD 9CM:95.02
2. Tonometri ICD 9CM 95.03

4.Kriteria diagnosis 1. Sesuai kriteria anamnesa


2. Sesuai hasil pemeriksaan fisik
5.Diagnosis Suspek Glaukoma
6.Diagnosis Banding 1. Glaukoma Primer Sudut Terbuka ICD10(H40.11)
2. Glaukoma Kronik Sudut Tertutup ICD 10(H40.22)
3. Low Tension Glaucoma ICD 10(H40.12)
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Gonioskopi ICD 9 CM 95.03
2. Funduskopi ICD 9CM 95.03
3. Peritmetri ICD 9CM 95.05
8. Terapi Observasi

9.Edukasi Kontrol teratur untuk penegakan diagnosa

10..Prognosis Ad vitam :dubia et bonam


Ad sanationam: dubia et bonam
Ad fungsionam :duiba et bonam
11.Tingkat Evidens IV
12.Tingkat Rekomendasi C
13.Penelaah Kritis dr. Darwis Makka, Sp.M, M.Kes
14.Indikator Medis 80% dirawat 1 hari (one Day Care)
15.Keputakaan 1. Liesegang TJ, Deutch TA, Grand MG.ed. In : Basic and
Clinical Science Course Fundamentals and Principles of
Ophthalmology. Section 10 Glaucoma. USA. The Foundation of
the American Academy of Ophthalmology:2011-2012

Anda mungkin juga menyukai