PRESBIOPIA
MIOPIA
1. Pengertian (Defenisi) Kelainan refraksi dimana berkas cahaya sejajar yang berasal dari
jarak tak terhingga difokuskan di depan retina tanpa akomodasi.
2. Anamnesis 1. Penglihatn jauh kabur
2. Mata lelah
3. Memicingkan bola mata dapat dikeluhkan oleh orang tua
pasien
4. Kelainan refraksi makin memberat sejalan dengan waktu
5. Buta senja bisa didapatkan pada miop tinggi yang telah
mengalami perubahan generative
3. Pemeriksaan Fisik 1. Tajam penglihatan menurun ICD 9CM : 95.02
2. Bola mata cenderung menonjol
3. Pupil tampak lebih besar
4. Billik mata depan tampak lebih dalam dari normal
5. Pada pemeriksaan fundus bisa didapatkan myopic crescent,
diskusi optoc besar dan pucat, degenerasi retina, stafiloma
posterior,
6. Perubahan degerasi vitreus
7. Bisa didapatkan ring skotoma pada pemeriksaan lapangan
pandang.
8. Erg tampak subnormal bila sudah atropi korioretina
4. Kriteria diagnosis 1. Sesuai kriteria anamnesa
2. Sesuai hasil pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Miopia
6. Diagnosis Banding 1. Hipermetropia
2. Simple astigmat
3. Mixed astigmat ICD 10
4. Compound Miop Astigmat ICD 10
5. Compound Hipermetrop Astigmat
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Slit Lamp
2. Visus
3. Retinoskopi
4. Funduskopi
5. USG B-Sacn ( untuk Komplikasi )
8. Terapi 1. Lensa Negatif ( konkaf )
2. Contact Lens
3. LASIK
9. Edukasi 1. Jaga kebersihan mata
2. Gunakan kacamata setiap saat kecuali dalam keadaan mandi
dan tidur
3. Kontrol ke dokter mata tiap 6 bulan
10. Prognosis Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad fungsionam : bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis dr. Darwis Makka, Sp.M, M.Kes
14. Indikator Medis Rawat Jalan
15. Keputakaan A.K Khurana, Optics and Refraction in Comprehensive
Ophthalmology, India, 2007
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSAN KASUS
SMF ILMU KESEHATAN MATA
Episkleritis
ICD10 (H15. 1)
1. Pengertian (Defenisi) Peradangan pada episklera yang melibatkan lapisan atas kapsula
Tenon tidak termasuk lapisan bawah Skela
2. Anamnesis 1. Mata merah
2. Rasa tidak nyaman (mata terasa kasar, seperti terbakar dan
foreign body sensation)
3. Silau
4. Air mata berlebihan
3. Pemeriksaan Fisik Tampak kemerahan yang difusi atau nodul
4. Kriteria diagnosis 1. Sesuai kriteria anamnesa
2. Sesuai hasil pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Kerja Episkleritis
6. Diagnosis Banding 1. Pinguekula
2. Bengkak dan inflamasi akibat asing di konjungtiva
3. Skleritis
7. Pemeriksaan Penunjang -
8. Terapi 1. Kompres dingin
2. Steroid topikal (tetes mata)
3. Anti inflasi non steroid sistemik
9. Edukasi (Hospital 1. Jaga kesehtan mata
Health Promotion) 2. Menggunakan tetes mata sesuai aturan pakai
10. Prognosis Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia et bonam
Ad visam : dubia et bonam
Ad cosmeticam : dubia et bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis dr. Darwis Makka, Sp.M, M.Kes
14. Indikator Medis Rawat jalan
15. Kepustakaan 1. Liesegang TJ, Deutch TA, Grand MG.ed. in : Basic and
Clinical Science Course Fundamentals and Principles of
Ophthlmology. Section 8 .USA. The Foundation Of The
American Academy of Ophthalmology:2011-2012
2. Khurana AK, Comprehensive Ophthalmology, 4th edition,
New Age International (P) Limited, Publishers
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSAN KASUS
SMF ILMU KESEHATAN MATA
Retinopati Diabetik
ICD10 (36.0)
1. Pengertian (Defenisi) Kelainan retina yang ditemukan pada penderita diabetes mellitus
2. Anamnesis 1. Penurunan tajam penglihatan
2. Riwayat penyakit diabetes mellitus
3. Konsumsi obat Diabetes mellitus
3. Pemeriksaan Fisik 1. Tajam penglihatan menurun ICD 9CM : 95.02
2. Tonometri
3. Slit lamp
4. Pemeriksaan Funduskopi
4. Kriteria diagnosis 1. Sesuai kriteria anamnesa
2. Sesuai hasil pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Kerja Retinopati Diabetik
6. Diagnosis Banding 1. Retinopati Hipertensi
2. Ablatio Retina
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah rutin ( hitung eritrosit, leukosit, trombosit, Hct ) GDS,
Hba1C, GDP. HbsAg, Anti HcV, CT, BT, PT, APTT
2. Pemeriksaan funduskopi direct/indirect dan foto fundus
3. USG B-Scan 95. 13
4. Fluorescein angiography
5. Optical coherence tomography (OCT)
6. EKG
8. Terapi 1. Regulasi gula darah
2. Laser fotokoagulasi
3. Injeksi intravitreal Anti-vascular endothelial growth factor (
anti VEGF )
4. Intervensi bedah mata ( Vitrektomi )
9. Edukasi (Hospital 1. Observasi dan follow up penderita retinopati diabetika secara
Health Promotion) teratur selama 1 tahun
2. Minum obat hipeglikemi oral atau suntikan insulin secara
teratur
3. Kontrol faktor resiko sistemik seperti kontrol gula ketat,
kontrol lipit, tekana darah dan obesitas
Hordeolum Internum
ICD10 (H00.02)
1. Pengertian ( Definisi) Penonjolan / radang akut kelenjar meibom dengan penonjolan kedalam
konjungtiva tarsalis
2. Anamnesis
1. Edema palpebra dan margo palpebra
2. Salep antibiotik
Ad sanationam : bonam
Ad fungsionam : bonam
11. Tingkat Evidens
IV
12. Tingkat Rekomendasi
C
13. Penelaah Kritis
dr. Darwis Makka, Sp. M, M.Kes
14. Indikator Medis
Umumnya kasus hordeolum internum dirawat jalan
15. Kepustakaan
1. Liesegang TJ, Deutch TA, Grand MG.ed. In : Basic and Clinical Science
Course Fundamentals and Principles of Ophthalmology, Section 7. USA. The
Foundation of the America Academy of Ophthalmology: 2011-2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSAN KASUS
SMF ILMU KESEHATAN MATA
KONJUNGTIVITIS VIRUS
SUSPEK GLAUKOMA