Anda di halaman 1dari 6

Belajar dari burung Hudhud

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Dra. Hj. Siti Faizah *)

memperkuat bala tentara dan kekuatan dakwahnya. Kisah burung ini unik dan heroik,
patut menjadi ibroh bagi manusia sepanjang zaman. Cerita tersebut diabadikan-Nya dalam
Alquran, Surah An-Naml ayat 22 sampai 23.

Maka tidak lama kemudian (datanglah Hudhud), lalu ia berkata, “Aku telah mengetahui
sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Sab, suatu
berita yang penting dan diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang perempuan yang
memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang
besar.”

ADVERTISEMENT

Nama Hudhud berasal dari bahasa arab. Orang arab telah mengenalnya dan menamai
burung tersebut sejak zaman dahulu kala. Di Indonesia dikenal dengan nama hupo tunggal,
dapat dijumpai di hutan-hutan Kalimantan dan Sumatra.

Sayyid quthb menyebutkan bahwa Hud Hud yang menakjubkan ini bukan sembarang
burung yang bertebaran dimana-mana. Namun, salah satu kepala pasukan jenis burung di
zaman Nabi Sulaiman ini khusus, sebagai bentuk mukjizat luar biasa. Karena memiliki
nalar, kecerdasan, iman, dan piawaiam dalam menyampaikan berita, memiliki kesadaran
watak posisinya dan membuat isyarat yang cerdas.

Tampak sense of belonging yang baik terhadap misi dakwah yang di embannya, dibalik
kemampuan yang Allah Ta’ala anugerahkan, berupa kemampuan terbang sangat jauh dari
Palestina menuju Yaman kemudia kembali ke negeri asalnya. Ilmuan yang pernah meneliti
menyebut bahwa mereka mampu terbang sampai melewati puluhan negara sekalipun.
Terlihat memiliki loyalitas tinggi dan disiplin, semangat memberi dan berkorban.
Dengan kemampuannya, Hudhud menyadari tanggung jawab akan tugas dan misi yang di
embannya dengan baik, yakni memberi dukungan dan loyalitas terhadap Allah Ta’ala
dengan membantu tugas dakwah Nabi Sulaiman dijalan-Nya, "Aku mendapati dia dan
kaumnya menyembah matahari, selain Allah…" (Qs an-Naml: 26)

Menyadari posisi dan peluang dakwah yang biasa dilakukan sebagai salah satu tentara dan
tugas sebagai makhluk Allah Ta’ala, Hudhud memperlihatkan kreativitas dakwah dan
mampu berinisatif, tatkala melihat ratu Bilqis dan rakyatnya menyembah matahari, bukan
mengabdi kepada Allah Ta’ala semata.

Pengorbanan seekor burung yang absen tatkala apel siaga di pagi itu, menjadi bukti sejarah
ketatan makhluk terhadap Sang Pencipta dan Nabi-Nya. Menjadi prestasi dibalik lelah dan
letihnya dan mengukir prestasi dihadapan-Nya.

Hupo juga memiliki metode perlindungan diri yang unik, melumuri bulu tubuhnya dengan
cairan berbau busuk yang dikeluarkan dari sekitar klokoar (dubur) kearah mata untuk
mengusir pemangsa atau hewan pengganggu. Di antara keberkahan hidup mereka tatkala
mau terlibat dalam dakwah, termasuk spesies burung yang jarang ditangkap manusia, baik
untuk dimakan maupun sebagai hewan peliharaan. Sungguh keberkahan bagi orang-orang
yang berimaman tatkala ia sadar akan tuga dakwah dan mau belajar meski kepada seekor
burung Hudhud.

*) Ketua Umum PP Salimah 2015-2020

Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: “Mengapa aku tidak melihat hud-hud,
apakah dia termasuk yang tidak hadir?. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya
dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia
datang kepadaku dengan alasan yang terang”. Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-
hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan
kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku
menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu
serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah
matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-
perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat
petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di
langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu
nyatakan. Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai ´Arsy yang
besar”. Berkata Sulaiman: “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-
orang yang berdusta”. (QS. An-Naml: 21-27)

Faidah:

Imam al-Qurthubiy rahimahullah berkata:

‫عليهم والمحافظة رعيته أحوال االمام تفقد على دليل اآلية هذه في‬. ‫حاله سليمان على يخف لم كيف صغره مع الهدهد إلى فانظر‬
‫الملك بعظام فكيف‬. ‫قال سيرته على كان فإنه عمر هللا ويرحم‬: ‫عمر عنها ليسأل الذئب أخذها الفرات شاطئ على سخلة أن لو‬

Pada ayat ini terdapat dalil bahwa hendaklah seorang pemimpin meninjau dan memeriksa
keadaan-keadaan rakyatnya serta menjaga mereka. Lihatlah burung Hudhud yang amat
kecil tubuhnya, seorang Nabi Sulaiman pun tidak luput darinya perihal kondisinya. Maka
bagaimana dengan perkara-perkara yang lebih besar darinya. Semoga Allah merahmati
Umar, karena sesungguhnya dalam sirah kehidupannya dia pernah berkata: “Andainya saja
seekor anak domba yang berada di tepi sungai Eufrat di makan oleh seekor srigala,
sungguh Allah akan menanyakannya pada Umar”. (Tafsir al-Qurthubiy: 13/178)

2. Perkataan burung Hudhud kepada Nabi Sulaiman “Aku telah mengetahui sesuatu
yang kamu belum mengetahuinya”, hal ini menunjukkan beberapa faidah:

– Para Nabi tidak mengetahui ilmu ghaib. Berita-berita ghaib yang mereka sampaikan
adalah wahyu dari Allah untuk disampaikan kepada umatnya. Adapun ilmu ghaib dari
keahlian mereka sendiri, maka hal itu tidak ada. Hal ini dibuktikan dengan perkataan Nabi
Sulaiman, “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang
berdusta”.

– Kebenaran dapat diambil dari siapapun yang menyampaikannya tanpa memandang


suku, komunitas, tinggi rendahnya kedudukan seseorang, atau tingkat keilmuan seseorang.
Selama sesuatu yang disampaikan adalah kebenaran, maka ia harus diterima.

– Bolehnya mencontoh keindahan akhlak dan adab para hewan sebagai pembelajaran atau
pengetahuan untuk kita.

Imam asy-Sya’rawi rahimahullah berkata:

‫ له يقول السالم عليه سليمان من األقل المخلوق وهو الهدهد هو هذا‬: ‫ليعلمنا جاء قد القول هذا وكأن أنت تعرفه لم ما عرفت لقد‬
ََ ‫غ َراباَ هللا فَبَ َع‬
ِّ ‫ث { الميت سوأة نواري كيف الغراب ي‬
‫ُعلمنا ألم لنا يُعَ ِّل ُمه ما دوننا لمن يهب فهو دوننا هو من مع األدب حسن‬ َُ ‫يَ ْب َح‬
ُ ‫ث‬
‫ األرض فِّي‬. . . }

Inilah seekor burung Hudhud, seekor makhluk yang lebih kecil kedudukannya dari Nabi
Sulaiman ‘alaihissalaam. Akan tetapi ia berkata padanya, “Sungguh aku telah mengetahui
sesuatu yang belum engkau ketahui”. Perkataan ini seolah datang untuk menagajari kita
cara beradab yang baik terhadap orang-orang yang lebih rendah kedudukannya dari kita.
Yaitu memberi kesempatan kepada yang lebih rendah derajatnya dari kita untuk mengajari
kita. Bukankah kita juga pernah diajar oleh burung gagak tentang cara kita menguburkan
mayat? Allah Azza wajalla berfirman: “Maka Allah mengutus seekor burung gagak untuk
menggali-gali bumi, untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya ia
menguburkan saudaranya” (QS. Al-Maidah: 31).” (Tafsir asy-Sya’rawy: 1/3820 versi
Maktabah Syamilah)

– Tidak boleh merendahkan orang-orang yang lebih rendah kedudukannya dari kita,
bahkan hendaklah kita menerima nasehat mereka ketika mereka memberi nasehat, dimana
hal itu demi kebaikan diri kita.
5. Perkataan burung Hudhud “Dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita
penting yang diyakini”, menunjukkan ketelitian burung Hudhud dalam
menyampaikan berita. Hal ini mengajari kita agar bersikap hati-hati dalam
menyampaikan berita serta menjaga sikap kejujuran, utamanya yang berkaitan
dengan agama dan kehormatan seseorang. Sebab hal ini merupakan sesuatu
yang harus dipertanggung jawabakan di hadapan Allah Azza wajalla.
6. Perkataan burung Hudhud “Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah
matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah
perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan
(Allah)”, menunjukkan ketulusan dan keikhlasannya dalam mentauhidkan
Allah Azza wajalla, serta ghirahnya untuk merubah kemungkaran yaitu syirik.
Hal ini juga menunjukkan bahwa para hewan juga beribadah dan mentauhidkan
Allah, mereka bertasbih dan memuji Allah.
7. Makhluk Allah yang rendah kedudukannya di mata manusia, akan Allah
agungkan ketika dia mau meninggikan Allah dan mentauhidkanNya dengan
sebenar-benarnya. Hal ini sebagaimana Hudhud yang kecil. Ketika dia memiliki
ghirah terhadap orang-orang yang menyekutukan Allah, maka Allah muliakan dia
dengan mengabadikan kisahnya di dalam al-Qur’an sebagai pembelajaran untuk
setiap manusia.
8. Perkataan Nabi Sulaiman, “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu
termasuk orang-orang yang berdusta”, menunjukkan kehati-hatiannya dalam
menyebarkan berita walau ia tahu bahwa burung Hudhud telah memperlihatkan
ketakwaan dan ketauhidannya kepada Allah. Hal ini mengajarkan kepada kita
untuk selalu berhati-hati dalam menyebarkan berita dan memperhatikan
kebenarannya. Hendaklah kita tidak mudah menyebarkan berita dan untuk
selalu memastikan kebenarannya ketika datang berita kepada kita yang
berkaitan dengan agama dan kehormatan seseorang atau suatu kaum. Tingginya
seseorang dalam menjaga tauhidnya, tidak lantas menjadikan perkataannya
untuk selalu dibenarkan ketika ia membicarakan agama dan kehormatan suatu
kaum. Hal ini ditunjukkan oleh Sulaiman yang menyikapi burung Hudhud,
dimana ia telah mengetahui ghirah burung Hudhud itu dalam menjaga tauhidnya
kepada Allah.

Ditulis oleh Muhammad Ode Wahyu S.H.

Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar

Anda mungkin juga menyukai