Anda di halaman 1dari 51

KONFLIK BAHASA YANG TERJADI DI INDONESIA (PAPUA)

PENDAHULUAN

Konflik berasal dari kata kerja latin (configere) yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Tidak satu masyarakat pun yang tidak
pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya,
konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, bahasa dan lain sebagainya.

Bangsa Indonesia telah mengenal hubungan antar budaya yang harmonis sejak nenek moyang
menduduki kepulauan Indonesia ratusan abad yang lalu, namun kini setelah banyak
cendekiawan, ulama, politisi, pengusaha maupun ahli hukum yang berwawasan modern, tetap
saja sifat primitif muncul ke permukaan. Lebih-lebih disaat berbagai konflik yang menyeruak
dalam kehidupan bangsa, seperti konflik politik, bisnis, etnis maupun konflik budaya sosial.
Penyebab utamanya adalah

Dalam kehidupan masyrakat multikultural seperti indonesia, antara kelompok suku bangsa
yang satu dan suku bangsa yang lain terdapat perbedaan- perbedaan yang khas. Perbedaan –
perbedaan tersebut mencakup hal – hal sebagai berikut :

1. Perbedaan tata susuanan dan kekerabatan, misalnya patrilineal, matrilineal,


dan parental.

2. Perbedaan seni bangunan rumah, peralatan kerja, dan pakaian-pakaian adat.


3. Perbedaan kesenian daerah, misalnya tarian, musik, seni lukis, dan seni pahat.

4. Perbedaan adat istiadat dalam perkawinan, upacara ritual, dan hukum adat.

5. Perbedaan bahasa daerah, misalnya bahasa Jawa, Sunda, Madura, Bali, Batak,
Papua, Makassar, dan Minangkabau.

Perbedaan di atas, sering kali dapat menjadi pemicu timbulnya konflik antar kelompok suku
bangsa. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor-faktor antara lain sebagai berikut :

a.Hukum adat dan garis kekerabatan yang berbeda.

Adanya sitem kekerabatanmatrilineal, parilineal, dan parental dalam kelompok-kelompok


suku bangsa, memiliki pengaruh yang luas dalam hal tata cara perkawinan, hak menggunakan
marga, hak mengatur ekonomi rumah tangga, dan warisan.

b.Latar belakang sejarah yang berbeda

Akibat latar belakang sejarah yang berbeda akan menghasilkan keadaan sosial budaya yang
tidak sama. Misal, dalam kelompok masyarakat Bali dengan latar belakang sejarah kerajaan
Hindu yang kuat, sementara kelompok masyarakat Demak, Surakarta, dan Yogyakarta
memiliki latar belakang sejarah Islam yang kuat. Adanya perbedaan ini berpengaruh pada tata
upacara ritual, adat perkawinan, gamelan, pakaian adat, dan tarian.

c.Wilayah Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau


Penduduk yang terdapat di daerah terpencil jarang melakukan kontak dengan daerah lain
sehingga memiliki sifat dan karya seni budaya yang spesifik dan unik. Misalnya, suku Asmat
dan suku Laut.

d.Kebudayaan dan bahasa yang tidak sama.

Konflik yang terjadi pada manusia bersumber pada berbagai macam sebab. Begitu
beragamnya sumber konflik yang terjadi antar manusia, sehingga sulit itu untuk
dideskripsikan secara jelas dan terperinci sumber dari konflik. Hal ini dikarenakan sesuatu
yang seharusnya bisa menjadi sumber konflik, tetapi pada kelompok manusia tertentu
ternyata tidak menjadi sumber konflik, demikian halnya sebaliknya. suatu konflik dapat
terjadi karena perbedaan pendapat, salah paham, ada pihak yang dirugikan, dan perasaan
sensitif.

PEMBAHASAN

Seperti halnya yang terjadi pada seorang guru bahasa Indonesia asal Jawa Tengah yang
mendapat tugas untuk mengajar di daerah pedalaman Papua selama beberapa tahun
mengalami sedikit kesalahpahaman dalam penyesuaian diri dengan bahasa setempat di awal
masa pengabdiannya. Sebut saja namanya, Ibu Widya. Suatu sore menjelang maghrib, ketika
baru sebulan menetap di sana, putra Ibu Widya masih asyik bermain dengan teman
bermainnya yang asli Papua. Sebut saja namanya Denias. Saat itu, Bu Widya baru saja
pulang dari rumah Denias. Sebelum beliau pulang, ibu Denias berpesan pada Bu Widya
untuk menyuruh anaknya pulang. Saat memasuki halaman rumahnya, Bu Widya berkata,
“Hei, kau dipanggil mama kau.” Lalu, Denias pulang ke rumahnya. Tapi tak lama, anak itu
kembali bersama ibunya. Bu Widya bingung. Beliau menyuruh Denias pulang karena
dipanggil ibunya, tapi dia malah kembali bersama ibunya.

Setelah dijelaskan oleh tetangganya tersebut, Bu Widya baru mengerti jika di Papua, mereka
menggunakan sistem MD (menjelaskan dijelaskan) seperti dalam bahasa Inggris. Jadi, ketika
Bu Widya menyuruh Denias untuk pulang karena dipanggil ibunya, dia mengira bahwa
beliau menyuruhnya untuk memanggil ibunya. “Dipanggil mama” dalam bahasa Indonesia
biasa berstruktur DM. Namun, bagi masyarakat Papua, “dipanggil mama” berarti “mama
dipanggil”.

Kejadian ini terjadi pada pertengahan tahun 2000-an, saya kurang bisa memberi kepastian
tahunnya. Karena narasumber sendiri juga lupa mengenai kepastian waktu saat peristiwa ini
terjadi. Peristiwa ini terjadi di Pedalaman Papua yang masih sangat tradisional.

Yang terlibat dalam peristiwa kecil ini adalah seorang guru Bahasa Indonesia asal Jawa
Tengah dan sepasang ibu dan anak asli Papua.

Walaupun Papua masih ada dalam kawasan NKRI, hal ini sangat membuktikan bahwa
Indonesia kaya akan perbedaan bahasa. Bentuk alam Indonesia yang kepulauan dan dataran
tinggi menyebabkan terjadi perbedaan kebudayaan, termasuk perbedaan bahasa. Untuk itu,
bahasa Indonesia perlu diajarkan untuk seluruh rakyat Indonesia sebagai bahasa pemersatu
bangsa. Dengan bahasa Indonesia pula akan terjalin sebuah komunikasi yang baik antar
masyarakat Indonesia, serta tidak akan ada lagi kesalahpahaman dalam berbahasa sehari-hari.

Peristiwa yang terjadi di atas adalah sebuah bukti bahwa bahasa Indonesia sangat dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi.

Daerah Papua yang terpencil membutuhkan pembelajaran lebih dalam lagi mengenai bahasa
Indonesia. Terkadang, perbedaan bahasa dapat menyebabkan konflik dalam masyarakat.
Sebuah kata yang sama dapat memiliki arti yang berbeda di setiap daerah di Indonesia.
Misalnya yang terjadi pada peristiwa di atas. Satu kalimat yang dapat diartikan menjadi
beberapa makna yang berbeda. Contoh lain adalah kata ‘Mangkat’ untuk kawasan Jawa
Tengah dan Jawa Timur ternyata memiliki arti yang berbeda. Untuk kawasan Jawa Tengah,
arti kata ‘Mangkat’ adalah berangkat. Dan untuk Jawa TImur, arti kata ‘Mangkat’ adalah
meninggal. Kedua arti yang ada dalam satu kata ini sungguh sangat berbeda. Ini dapat
memicu kesalahpahaman dalam berbahasa. Walaupun masih sama-sama di Pulau Jawa, sudah
dapat menyebabkan adanya perbedaan bahasa.

Sebagian besar penyebab perbedaan bahasa ini adalah adanya perbedaan struktur kebahasaan
di setiap daerah. Struktur inilah yang terkadang menyebabkan kesalahpahaman dalam
berbahasa. Seperti yang ada pada peristiwa di atas.

Kesalahpahaman dalam berbahasa juga dapat disebabkan karena adanya perbedaan cara
pengucapan, logat, dan nada bicara. Misalnya, jika di Jawa Tengah, seseorang berbicara
dengan nada yang halus dan ketika berbicara dengan nada tinggi, maka akan dianggap tidak
memiliki tata krama. sedangkan di Sumatra Utara, Batak, mereka terbiasa berbicara dengan
nada keras dan cepat. Maka ketika dua orang yang berasal dari kedua daerah ini bertemu dan
berbicara, kemungkinan untuk terjadi kesalahpahaman akan lebih besar. Saat si Batak
mengatakan sesuatu dengan nada tinggi, bisa jadi si Jawa akan menganggapnya sebagai
omelan atau bahkan mengira si Batak marah kepadanya.

Selain itu, kondisi kesalahpahaman juga disebabkan karena adanya perbedaan karakter
masyarakat di tiap daerah. Contoh mengenai si Batak dan si Jawa di atas adalah salah satu
contohnya. Karakter orang Batak yang cenderung ceplas ceplos sangat berbeda dengan
karakter orang Jawa yang cenderung lebih memilih diam dan memendam sendiri. perbedaan
karakter ini juga yang mempengaruhi kondisi seseorang dalam berkomunikasi dengan orang
lain.

PENUTUP
Untuk mengatasi masalah kebahasaan ini, dibutuhkan adanya pemersatu bahasa, yaitu Bahasa
Indonesia. Sangat disayangkan, ketika kita mendapati kenyataan bahwa di Pulau Jawa
sendiri, tidak semua masyarakatnya dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar. Seharusnya Pemerintah membuat suatu program yang mengajarkan bahasa Indonesia
yang baik dan benar untuk digunakan berkomunikasi dalam kehidupan masyarakat nasional.
Hal ini akan memberikan sebuah kontribusi yang baik untuk mangatasi kesalahpahaman
bahasa yang terjadi di Indonesia, serta akan terjalin sebuah komunikasi yang baik antar warga
Negara Indonesia.

Sb: http://www.kompasiana.com/shella_sabriani/konflik-bahasa-yang-terjadi-di-indonesia-
papua_5529373d6ea834d3158b458d

LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau dan suku mulai dari Sabang
sampai Merauke. Hampir setiap suku memiliki ciri khas atau kebudayaannya masing-masing, mulai
dari pakaian adat, tarian, lagu, upacara adat, dan tradisi-tradisi lainnya termasuk bagaimana cara
berkomunikasi yang unik dari setiap daerahnya. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang,
dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinterikasi satu sama lain, baik itu dengan
sesama, adat istiadat, norma, pengetahuan, ataupun budaya di sekitarnya. Negara kita memiliki
semboyan “Bhinekka Tunggal Ika” yang berarti walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua, yang
berarti kita sebagai warga Indonesia harus saling menghargai perbedaan yang dimiliki oleh tiap
daerah. Maka dari itu, perlu bagi kita untuk mempelajari tentang keragaman budaya di Indonesia,
mulai dari hukum adat di daerah tertentu, apa saja yang boleh dilakukan dan yang dilarang, serta
cara perbedaan berkomunikasi antar budaya.

BAB II
KARAKTERISTIK BUDAYA

2.1 KARAKTERISTIK BUDAYA


- Komunikasi dan Bahasa

Gaya komunikasi serta bahasa yang tidak sama membedakan suatu kelompok dari kelompok lainnya
dan menjadikannya ciri khas dari budaya tersebut.

- Pakaian dan Penampilan

Selain bahasa, kita dapat melihat perbedaan antar budaya melalui pakaian serta penampilannya.
Setiap budaya memiliki pakaiannya sendiri yang biasa disebut pakaian adat.
- Makanan dan Kebiasaan Makan

Cara memilih, menyiapkan, menyajikan, dan memakan makanan pun berbeda antara budaya satu
dan lainnya.

- Hubungan

Budaya juga mengatur hubungan antara manusia dengan lainnya.

- Nilai dan Norma

Nilai dan norma dalam suatu budaya pasti berbeda-beda, semua tergantung cara pandang dan
kebutuhan manusia itu sendiri.

- Kepercayaan dan Sikap

Agama dipengaruhi oleh budaya dan budaya pun dipengaruhi oleh agama. Sistem kepercayaan
sekelompok orang bergantung pada tingkat perkembangan kemanusiaan dan cara pandangnya.

Setiap daerah mempunyai ciri khas atau karakteristik budaya nya masing-masing sebagai
bentuk jati diri dari daerahnya dan sebagai bentuk pembeda dari budaya lain yang ada di Indonesia.
Berikut yang kami akan bahas merupakan karakteristik kebudayaan dari Nusa Tenggara Barat dan
Batak.

2.2 KARAKTERISTIK ANTARA BUDAYA


Karakteristik budaya Nusa Tenggara Barat

Masyarakat di Nusa Tenggara Barat masih sangat menjunjung tinggi nilai kebudayaan dari
daerahnya. Jadi kebudayaan dan hukum adat disana masih sangat kental. Mereka rutin mengadakan
upacara adat seperti upacara U’a Pu, upacara Perang Topat, dan Bau Nyale. NTB terdiri dari
beberapa suku, dua dari tiga suku bangsa di NTB adalah penduduk asli Pulau Sumbawa. Mereka
disebut Tau Samawa, dan suku yang lainnya adalah Mbojo yaitu masyarakat asli Bima dan Dompu.
Sedangkan penduduk asli Pulau Lombok adalah orang sasak. Meskipun hidup dalam adat istiadat
dan kebiasaan yang berbeda, tetapi masyarakat NTB mampu hidup berdampingan dengan akur dan
memiliki rasa persaudaraan yang tinggi.
 Sistem bahasa

Sistem bahasa yang ada di masyarakat Nusa Tenggara Barat ini dibedakan berdasarkan suku. Bahasa
sasak digunakan oleh suku sasak yang biasa ditemui di pulau Lombok. Ada juga bahasa Sumbawa
yang digunakkan oleh orang-orang di wilayah Sumbawa. Sedangkan suku Bima menggunakan Bahasa
Bima atau Nggahi bojo.

 Pakaian adat

Pakaian adat di NTB juga sangat beragam. Suku sasak menggunakan pakaian adat yang bernama
Lambung (untuk wanita) yang berhias manik-manik di tepi jahitan dan menggunakan kain songket
yang belakangan ini sudah mendunia sebagai selendangnya. Sedangkan untuk laki-laki bernama
Pegon yang bentuknya berupa jas hitam, dan menggunakan wiron atau cute yaitu bati bermotif
nangka dari bahan kain pelung hitam sebagai bawahannya.

Sedangkan pakaian adat suku Bima bernama Rimpu, merupakan bukti bahwa pengaruh kebudayaan
Islam di masyarakat suku Bima sangatlah kuat, bentuknya seperti mukena, menutupi seluruh bagian
tubuh mulai dari badan, sampai kaki. Rimpu sendiri digunakkan berdasarkan kegunaannya. Rimpu
cili khusus untuk wanita yang belum menikah, menutupi seluruh tubuh pemakainya kecuali mata
dan Rimpu colo untuk wanita yang sudah menikah, menutupi seluruh tubuh pemakainya kecuali
wajah.

Untuk para pria Bima menggunakan ikat kepala dari kain tenun yang bernama sambolo. Memakai
kemeja lengan panjang sementara bawahannya berupa sarung songket bernama tembe me’e.
bawahannya dilengkapi dengan salepe atau selendang yang berfungi sebagai ikat pinggang.

 Rumah Adat
Salah satu contoh rumah adat Nusa Tenggara Barat disebut Istana Sultan Sambawa. Istana tersebut
bertingkat tiga. Lantai bawah atau pertama merupakan tempat pengawalan. Bila ada upacara, maka
para pengawal berbaris didepan tangga, sesuai urutan pangkatnya. Anak tangga menandakan urutan
pangkat tersebut.

Lantai kedua adalah tempat kediaman Sultan dan Permaisuri. Disebalah kana berhapan dengan
kamar Sultan alah tempat pangeran pangeran. Sedangkan lantai tiga disediakan untuk para putri dan
keluarga lainnya dari Sultan.

 Tarian Daerah

a. Tari Mpaa Lenggogo, sebuah tarian guna menyambut kehadiran Maulid Nabi Besar Muhammad
SAW. Tari ini juga sering dipertunjukkan pada upacara upacara perkawinan atau upacara khinatan
keluarga raja.

b. Tari Batu Nganga, adalah sebuah tari berlatar belakang cerita rakyat. Mengisahkan tentang
kecintaan rakyat terhadap putri raja yang mesuk kedalam batu. Mereka memohon agar sang putri
dapat keluar dari dalam batu itu.

c. Tari Gora (Gogo Rancah), adlah tarian yang menggambarkan keceriaan dan kegembiraan para
petani yang dengan semangat menanam padi. Tari ini merupakan tari garapan yang diolah dari
sumber tari tradisi suku Sasak, suku Sumbawa, dan suku Bima.

 Kepercayaan

Mayoritas penduduk Nusa Tenggara Barat beragama Islam, namun masih ada yang menganut
kepercayaan animisme dan kepercayaan Boda.

 Senjata Tradisional

Di NTB, senjata tradisional adalah keris. Ada berbagai jenis keris, misalnya sampari dan sondi. Di
Lombok, sondi bernama grantin. Keris merupakan benda pusaka yang diperoleh secara turun
temurun. Dipakai pada saat upara upara adat, juga pada waktu upacara keagaaman, seperti Maulid
Nabi Muhammad SAW, Idut Fitri, Idul Adha dan pada waktu menerima tamu negara.

Karakteristik budaya Batak


Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Daerah asli suku Batak adalah
di Sumatera Utara, tetapi mungkin suku batak sudah banyak di temui di Jakarta dan kota-kota besar
lainnya sebagai imigran. Sebagian masyarakat Indonesia sudah tahu bahwa suku Batak terkesan
galak dan tidak sopan karena logat bicaranya yang keras. Oleh sebab itu, agar tidak terjadi
kesalahpahaman kita harus mempelajari tentang karakteristik budaya Batak.

 Sistem Bahasa
Bahasa Batak Toba adalah salah satu bahsa daerah yang terutama dipertuturkan di daerah sekitar
Danau Toba dan sekitarnya, meliputi Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utaradan Tba
Samosir. Termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.

 Pakaian adat

Suku Batak sendiri sebetulnya terbagi-bagi menjadi beberapa sub-suku. Salah satunya adalah sub-
suku Batak Toba. Sesuai namanya Suku ini adalah suku batak yang mendiami daerah sekitar Danau
Toba, danau terluas di Asia Tenggara. Suku batak Toba memiliki pakaian adat sehari-hari yang yang
terbuat dari kain tenun khas Batak, yakni kain ulos. Secara umum, kain ulos inilah yang menjadi
identitas dan ciri utama pakaian adat Sumatera Utara di kancah nasional.

 Rumah adat

Rumah adat Batak Toba atau biasa disebut Rumah Bolon telah didaulat menjadi perwakilan rumah
adat Sumatera Utaradi kancah nasional. Rumah berbentuk persegi panjang dan masuk dalam
kategori rumah panggung ini umumnya dihuni oleh 4-6 keluarga yang hidup berkeluarga sevara
bersama-sama.
Jika di Jawa dan suku-suku di Sumatera lainnya rumah gaya panggung sengaja dibuat untuk
menghindari serangan binatang buas, rumah adal Bolon justru sengaja dibuat panggung agar
memiliki kolong rumah yang digunakkan sebagai kandang bagi hewan peliharaan mereka seperti
babi, ayam, atau kambing. Pintu utama pada rumah ini sengaja dibuat pendek agar siapa-pun yang
masuk menundukan kepalanya sehingga secara filosofis mereka dianggap menghargai pemilik
rumah.

 Tarian Daerah

Suku Batak Toba memiliki tari tradisional yang unik berupa tari tor-tor. “Tor-Tor” berasalah dari
suara entakan kaki penarinya di atas papan rumah adat Batak.tujuan tari Tor-tor ini dulu untuk
upacara kematian, panen, penyembuhan, dan pesta muda-mudi. Tari Tor-toe mempunyai tiga pesan
utama. Yang pertama adalah menunjukan rasa takut dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kemudian dilanjutkan pesan ritual untuk leluhur dan orang-orang masih hidup yang dihormati.
Terakhir, pesasn untuk khalayak ramai yang hadir dalam upacara.

 Kepercayaan

Umumnya menganut agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik. Namun masih ada yang masih
menganut kepercayaan tadisional yakni: tradisi Malim dan juga kepercayaan animismewalaupun
sudah berkurang.

 Senjata Tradisional

Piso Gaja Dompak merupakan senjata khas suku batak. Nama piso gaja dompak di ambil dari kata
piso yang bermakna pisau yang berperan untuk memotong atau menusuk, serta memiliki betuk
runcing dan tajam. Bernama gaja dopak lantaran bermakna ukiran berpenampang gajah pada
tangkai senjata itu. Selain sebagai benda pusaka, senjata ini juga dipercaya mempunyai kekuatan
supranatural yang akan memberi kekuatan spiritual pada pemiliknya.

2.3 PERBEDAAN ATURAN BUDAYA

Perbedaan aturan budaya di Nusa Tenggara Barat dan Batak

 Hukum adat Nusa Tenggara Barat


Salah satu bentuk perhatian Pemerintah Daerah terhadap eksistensi lembaga dan hukum adat
adalah diresmikannya lembaga adat di Desa Sukrarene, Lombok yang diharapkan sebagai contoh
penerapan hukum adat yang dikembangkan menjadi lembaga pendidikan adat lebih
mengedepankan penanaman nilai moral berbasis kelembagaan adat.

Musyawarah dan mufakat selalu ditekankan dalam suku Sasak. Ketika hukum formal tidak
mampu menyelesaikan persoalan masyarakat, maka hukum adatlah yang dapat digunakkan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut, yang berarti hukum adat di NTB memiliki kedudukan yang
lebih tinggi dari pada hukum formal.

 Hukum adat Batak

Ahli waris dalam hukum adat batak berbeda dengan hukum waris yang diatur dalam Kitab
Undang-undang Hukum Perdata. Hukum adat batakmenempatkan perempuan dan laki-laki dalam
kedudukan yang tidak seimbang berkaitan dengan pewarisan. Sistem pewarisan yang diberlakukan
adalah berdasarkan garis keturunan bapak/laki-laki. Konsekuensi dari sistem patirilineal dalam
pewarisan adalah anak perempuan bukanlah ahli waris dalam keluarga. Hanya anak-anak dalam
keluarga yang dapat menikmati/menguasai harta peninggalan pewaris jika diberikan sebagai
pemberian.

 Dialek bahasa di Nusa Tenggara Barat

Bahasa sasak adalah bahasa yang diucapkan oleh suku Sasak di Pulau Lombok. Bahasa sasak
ini masih berkerabat dengan bahasa Sumbawa dan Bali. Bahasa sasak mempunyai dialek-dialek yang
berbeda menurut wilayah, bahkan dialek di kawasan Lombok Timur kerap sukar dipahami oleh para
penutur Sasak lainnya. Bahasa sasak di Lombok dibedakan menjadu tiga tingkatan yaitu bahasa
sasak halus yang biasanya hanya digunakan oleh keluarga kerajaan atau orang-orang terdahulu,
bahasa sasak madya yang dipakai sehari-hari, dan bahasa sasak biasa.

 Dialek bahasa di Batak

Logat batak sudah dikenal kental oleh seluruh masyarakat Indonesia. Bahkan ketika sedang
berbicara bahasa Indonesia, pasti terlihat dengan jelas dialek kentalnya. Sehingga orang lain yang
mendengar pasti langsung mengetahui kalau orang tersebut berasal dari suku Batak. Orang batak
pada umumnya jika berbicara menggunakan volume suara yang keras, sehingga kadang menarik
banyak perhatian orang-orang. Hal ini dikarenakan karena pemukiman asli orang Batak yang tinggal
di daerah pegunungan, rumah berjauhan dan banyak dilalui oleh angina yang kencang, sehingga
orang batak harus berbicara keras-keras agar terdengar oleh lawan bicaranya.

 Adat pernikahan Nusa Tenggara Barat

Salah satu adat menjelang berlangsungnya profesi pernikahan yang sangat unik dan sarat
akan makna adaah adat yang terdapat dalam budaya suku sasak. Dalam budaya suku sasak,
pernikahan dilaksanakan dengan cara menculik s calon istri oleh calon suami yang disebut dengan
istilah kawin culik. Tapi tentunya penculikkan calon istri ini dilakukan berdasarkan aturan main yang
telah disepakati bersama melalui lembaga adat. Mungkin ini merupakan satu-satunya penculikan di
dunia yang dilegalkan dan harus patuh pada aturan main.

 Adat pernikahan Batak

Suku batak sangat memegang teguh silsilah keluarga. Hal yang sangat dilarang dalam dunia
pernikahan suku batak adalah menikahi orang dengan marga yang sama. Jika ada yang berani
melanggarnya, maka sanksi adatnya akan sangat tinggi, bisa dikeluarkan dari komunitas batak atau
dinilai tidak tahu adat. Maka dari itu, bagi suku batak yang ingin menjalin hubungan hendaknya
menyebutkan terlebih dahulu marga masing-masing.

Suku batak terkenal dengan adat nya yang unik dan rumit. Untuk menyelenggarakan pernikahan bisa
diperlukan waktu yang lama mulai dari pagi hari sampai malam hari, hanya untuk menjalankan
serangkaian adat batak. Pernikahan adat batak merupakan salah satu adat pernikahan paling rumit
di Indonesia. Mulai dari mangaririt, mangalehon tanda, marhori-hori dinding atau marhusip,
martumpol, marhata sinamot, martonggo raja atau maria raja, manjalo pasu-pasu parbagason
(pemberkatan pernikahan), ulaon unjuk (pesta adat), manghiput di ampang atau dialap jual,
ditaruhon jual, paulak une, manjae, sampai maningkir tangga yang tidak boleh terlewatkan.

BAB III
KESIMPULAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman suku, bahasa,
agama, kepercayaan, tradisi, dan budaya. Indonesia dikenal sebagai negara yang unik karena
memiliki beragam budaya. Budaya sendiri terbentuk dari warisan nenek moyang mulai dariagama,
adat istiadat, hukum, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, kepercayaan, dan karya seni yang
menjadi ciri khas dari suatu kelompok.
Antara budaya 1 dengan lainnya miliki kesamaan namun ada perbedaan yang cukup mencolok salah
satunya budaya nusa tenggara barat dengan batak. Dilihat dari berbagai aspek kehidupan, memiliki
perbedaan contohnya bahasa atau logat, logat orang batak cenderung keras berbeda dengan orang
NTB menggunakan bahasa sasak halus. Berbeda namun hampir sepura, semua aspek budaya
dipengaruhi oleh cara pandang dan perkembangan kehidupan msayarakat itu sendiri.

Sb: http://www.duniapublicrelations.com/2016/11/contoh-makalah-perbedaan-komunikasi.html

Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang beribukotakan Denpasar. Bali
merupakan pulau yang dikenal dengan sebuatan pulau dewata. Dan merupakan salah satu
pulau yang meruapakan surga wisata yang memiliki daya tarik berwisata baik untuk
wisatawan asing maupun wisatawan lokal karena daerahnya memiliki keindahan yang sangat
menarik bagi para wisatawan. Masyarakat pulau ini sebagian besar memeluk agama Hindu.
Tidak hanya keindahan daerahnya saja yang menarik bawa wisatawan namun juga keaneka
ragaman kesenian serta kebudayaan yang ada di Bali pun menarik untuk dikenal lebih jauh
oleh para wisatawan.
Bali memang selalu memberikan pesonanya serta memiliki kesenian dan kebudayaan
yang beraneka ragam. Kali ini saya akan mencoba untuk menjelaskan beberapa kesenian
serta kebudayaan yang ada di Bali

Kebudayaan Bali
Kesenian dan kebudayaan yang ada di Bali menjadikan bali mempunya daya tarik yang kuat
bagi para wisatawan yang datang ke daerah tersebut. Beberapa kesenian dan kebudayaan
yang ada di Bali.
Pakaian adat Bali
Bali memiliki banyak macan atau varian dari pakaian adatnya. Untuk perempuan yang
masih remaja menggunakan sanggul gonjer, sedangkan perempuan atau wanita dewasa
menggunakan sanggul tagel, kemudian menggunakan sesentang atau kemben songket, Kain
wastra, Sabuk prada (stagen) untuk membelit pinggul dan dada, Selendang songket bahu ke
bawah, Kain tapih atau sinjang, di sebelah dalam, Beragam ornamen perhiasan, Sering pula
dikenakan kebaya, kain penutup dada, dan alas kaki sebagai pelengkap. Untuk pria
menggunakan ikat kepala atau udeg lalu menggunakan selendang pengikat atau umpal, kain
kampuh, kain wastra, keris, sabuk, kemeja atau jas, serta ornament yang digunakan untuk
menghiasi penampilan sang pria
Rumah adat Bali
Rumah adat Bali harus sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali ajaran terdapat pada
kitab suci Weda yang mengatur soal tata letak sebuah bangunan yang hampir mirip dengan
ilmu Feng Shui dalam ajaran Budaya China. Rumah adat Bali harus memenuhi aspek
pawongan (manusia / penghuni rumah), pelemahan (lokasi / lingkungan) dan yang terahir
parahyangan.
Pada umumnya rumah Bali di penuhi dengan pernak-pernik hiasan, ukiran serta warna
yang alami lalu patung-patung symbol ritual. Bangunan Rumah Adat Bali terpisah-pisah
manjadi banyak bangunan-bangunan kecil - kecil dalam satu area yang disatukan oleh pagar
yang mengelilinginya. Seiring perkembangan jaman mulai ada perubahan pada bangunan
dimana bangunannya tidak lagi terpisah-pisah.

Tari Bali
Bali memiliki berbagai macam jenis tarian daerah yang berasal dari daerah ini diantaranya :
Tari Pendet
Tari Pendet ini ditarikan sebagai tari selamat datang untuk menyambut kedatangan para tamu
dan undangan dengan menaburkan bunga, dan ekspresi penarinya penuh dengan senyuman
manis. Pada awalnya tarian ini digunakan pada acara ibadah di pura sebagai bentuk
penyambutan terhadap dewa yang turun ke dunia.
Tari Panji Semirang
Tarian ini di mainkan oleh perempuan. Tari Panji Semirang adalah tarian yang
menggambarkan seorang putri raja bernama Galuh Candrakirana, yang menyamar menjadi
seorang laki-laki setelah kehilangan suaminya. Dalam pengembaraannya ia mengganti
namanya menjadi Raden Panji.

Tari Condong
Tarian ini merupakan tarian yang cukup sulit untuk diragakan dan tarian ini memiliki durasi
panjang. Tarian ini adalah darian klasik Bali yang memiliki gerakan yang sangat kompleks
dan menggambarkan seorang abdi Raja
Tari Kecak
Tarian ini merupakan tarian yang sangat terkenal dari daerah Bali. Tarian ini dimainkan oleh
puluhan laki-laki yang duduk bari melingkar. Tarian ini menggambarkan kisah Ramayana
saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Lagu tari Kecak diambil dari ritual
tarian sanghyang yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar,
melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan
harapan-harapannya kepada masyarakat.

Alat Musik Daerah


Bali memiliki alat musik tradisional yang khas dari daerah ini, alat musik ini merupakan alat
musik peninggalan turun menurun leluhur mereka, dan berikut beberapa alat musik
tradisional Bali :
Gamelan Bali
Sama seperti daerah lain di Indonesia yang memiliki alat musik gmelan, Bali pun memiliki
alat musik gamelan. Namun gamelan Bali ini memiliki perbedaan dengan gamelan daerah
lain salah satunya yaitu ritme yang dimainkan pada gamelan Bali berjenis ritme yang cepat.

Rindik
Rindik merupakan alat musik khas Bali yang terbuat dari bambu yang bernada selendro. Alat
musik ini dimainkan oleh 2 sampai 4 orang, 2 orang menabuh rindik sisanya meniup seruling.
Alat musik ini digunakan untuk pementasan tarian jogged bumbung dan untuk acara
pernikahan.
Adat Kebudayaan Bali
Masyarakat Bali terdiri dari masyarakat yang beraga Hindu namun semua itu tidak
berpengaruh terhadap masyarakat lain yang tinggal di Bali namun tidak memeluk agama
Hindu. Berikut beberapa upacara yang biasa di lakukan oleh masyarakat bali :
Pernikahan
Untuk acara pernikahan ada beberapa upacara adat yang harus dilewati diantaranya :

Upacara ngekeb : Acara ini bertujuan untuk mempersiapkan calon pengantin wanita dari
kehidupan remaja menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga memohon doa restu kepada
Tuhan Yang Maha Esa agar bersedia menurunkan kebahagiaan kepada pasangan ini serta
nantinya mereka diberikan anugerah berupa keturunan yang baik
Mungkah Lawang (Buka Pintu) : Adat ini adalah adat mengetuk pintu pengantin wanita
sebanyak tiga kali, sebagai bentuk bahwa pengantin pria telah datang untuk menjemput
pengantin wanita dan memohon agar segera dibukakan pintu
Madengen dengan : Upacara ini bertujuan untuk membersihkan diri atau mensucikan kedua
pengantin dari energi negatif dalam diri keduanya. Upacara dipimpin oleh seorang pemangku
adat atau Balian
Mewidhi Widana : Acara ini merupakan acara penyempurnaan pernikahan adat bali untuk
meningkatkan pembersihan diri pengantin yang telah dilakukan pada acara sebelumnya. Lalu
keduanya menuju merajan yaitu tempat pemujaan untuk berdoa mohon izin dan restu Yang
Kuasa.
Mejauman Ngabe Tipat Bantal : Setelah beberapa hari menikah, baru upacara ini
dilaksanakan. Acara ini dilakukan untuk memohon pamit kepada kedua orang tua serta sanak
keluarga pengantin wanita, terutama kepada para leluhur, bahwa mulai saat itu pengantin
wanita telah sah menjadi bagian dalam keluarga besar suaminya
Upacara Potong gigi
Upacara potong gigi ini wajib dilakukan oleh laki-laki dan wanita yang beranjak dewasa yang
di tandai datangnya menstruasi untuk wanita dan membesarnya suara untuk laki-laki. Potong
gigi bukan berarti gigi dipotong hingga habis, melainkan hanya merapikan atau mengikir
enam gigi pada rahang atas, yaitu empat gigi seri dan dua taring kiri dan kanan yang
dipercaya untuk menghilangkan enam sifat buruk yang melekat pada diri seseorang, yaitu
kama (hawa nafsu), loba (tamak), krodha (amarah), mada (mabuk), moha (bingung), dan
matsarya (iri hati atau dengki).

Upacara Kematian
Masyarakat Bali selalu mengadakan upacara kematian di saat ada seseorang atau
kerabat yang meninggal dunia. Upacara kematian ini dikenal dengan nama upacara ngaben.
Upacara ini yaitu upacara pembakaran bagi orang yang sudah meninggal. Pada intinya
upacara ini untuk mengembalikan roh leluhur (orang yang sudah meninggal) ke tempat
asalnya. Seorang Pedanda mengatakan manusia memiliki Bayu, Sabda, Idep, dan setelah
meninggal Bayu, Sabda, Idep itu dikembalikan ke Brahma, Wisnu, Siwa selaku Dewa yang
dipercaya oleh masyarakat atau umat hindu khususnya masyarakat hindu Bali

Kerajinan Khas Bali


Bali memiliki kerajinan tangan yang dibuat oleh masyarakat kerajinan tangan tersebut ada
mulai kerajinan tangan membuat tas anyaman, ukiran bali berupa pajangan ataupun untuk
pintu, kerajinan tangan yang terbuat dari perak maupun kaca, topeng kayu asal Bali, pernak
pernik accessories Bali dan masih banyak lagi.
Diatas sudah dijelaskan beberapa kesenian dan kebudayaan yang ada di Bali.
Sebenarnya maish banyak kesenian dan kebudayaan yang ada di daerah ini. Untuk
mengetahui lebih lengakapnya, semua itu bisa di cari dengan cara membrowsernya di media
internet yang sudah marak dimana-mana. Bali memiliki sebuatan pulau dewata, dan Bali pun
merupakan pulau yang banyak dikunjungi oleh wisatawan manca Negara karena
keindahannya. Sebagai mahasiswa dan warga Negara yang baik kita wajib menjaga dan
melestarian kesenian yang ada di Indonesia khususnya kesenian yang ada di Bali agar tidak
punah di makan oleh jaman dan oleh kemajuan kehidupan yang modern. Karena banyaknya
warga asing yang datang ke pulau ini diharapkan kebudayaan asal daerah ini tidak tercampur
oleh kebudayaan asing yang modern, karena kebudayaan Bali merupakan kebudayaan dari
leluhur yang harus di jaga dan di rawat agar tidak punah.
Sb: http://khantydwi.blogspot.co.id/2013/06/kesenian-dan-kebudayaan-bali.html

Dari banyaknya pulau yang tersebar di Nusantara, Bali


merupakan pulau yang paling terkenal, bahkan lebih
dikenal dibanding Indonesia sendiri. Pertanyaan
“Indonesia di sebelah mana Bali?” walaupun terkesan
sebagai ‘lawakan’, tapi begitulah kenyataan.

Di sebelah barat, Bali dipisahkan dengan Pulau Jawa oleh


Selat Bali dan di sebelah timur, dipisahkan dengan Pulau
Lombok oleh Selat Lombok. Pulau ini terletak di atas dua
lempengan tektonik yang saling tumpang tindih, dan
didominasi oleh sederetan puncak gunung berapi dengan
ketinggian di atas 2.000 meter. Gunung Agung—masih
aktif, dengan ketinggian 3.140 meter—merupakan yang
tertinggi.
“Pantai Bali”. Foto oleh LaVladina/flickr

Bali juga menjadi rantai terakhir dari jajaran pulau-pulau


tropis garis imajiner yang menandai pemisahan zona
ekologi Asialis dan Australasia.

Di sebelah timur, sepanjang selat Lombok yang


memisahkan Pulau Bali dengan Pulau Lombok, konon
ada garis imajiner yang membedakan flora dan fauna dari
sub-tropis berganti menjadi beragam flora dan
fauna Australasia.

Di satu sisi tanah hijau subur, di sisi lain tanah coklat; di


satu sisi terdapat kera, dan tupai, di sisi lain terdapat
komodo dan kakatua.
Garis imajiner pemisah Australasiadengan Asialis
adalah Garis Wallace— antara Borneo dan Sulaweis;
antara Bali di barat dan Lombok di timur. Tapi garis ini
kemudian sedikit dikoreksi dan digeser ke daratan Pulau
Sulawesi oleh Weber; Garis Weber.

Pulau para Dewa ini dibelah oleh sungai, kanal, dan juga
ngarai yang diselimuti hutan. Lembah dan bukitnya
diwarnai hamparan padi. Ujung pantai-pantai yang
indah, dengan danau-danau yang mengisi sisa kawah.

Pemandangan alam pulau ini memperlihatkan sebuah


tempat yang hampir memadukan khayalan dengan
kenyataan. Jangankan manusia, Dewa pun pasti
menganggapnya surga.

Jumlah keseluruhan penduduk Bali mencapai tiga juta


jiwa lebih, meliputi unsur Hindu mayoritas dan unsur
Bali Aga minoritas. Yang terakhir kerap dianggap sebagai
penduduk Asli Bali.
Konon, status “minoritas” mereka merupakan akibat dari
perpindahan penduduk Jawa sejak abad ke-10. Sekarang
kelompok-kelompok kecil masyarakat Bali Aga dapat
ditemui terutama di bagian timur pulau ini.

Pada abad ke-15 Masehi, ketika kerajaan Majapahit


dikalahkan oleh kekuatan kerajaan Islam Demak, ratusan
orang Jawa-Hindu dari berbagai kelompok; bangsawan,
cendekiawan, rohaniwan, seniman, dan rakyat biasa
yang notaben-nya orang-orang setia Majapahit kemudian
ramai-ramai mengungsi ke pulau Bali.

Keyakinan Hidup Orang Bali

Ritual upacara menjelang Tahun Baru Saka | Foto dari: ruanghati.com

Keyakinan orang Bali merupakan fenomena kompleks


yang dilandasi berbagai aspek; Hindu, Siwa, Buda dan
berpadu dengan tradisi leluhur. Oleh karena itu
penyembahan roh-roh halus, nenek-moyang, dan unsur-
unsur alam digabungkan dengan ajaran Hindu.

Dalam beberapa kasus upacara adat dan ritual


keagamaan terdapat perbedaan dari satu wilayah dengan
wilayah lainnya. Sebagian besar orang bali, hampir 95 %,
beragama Hindu, walaupun Hindu yang
berbentuk sinkretis; Hindu-Bali atau kadang disebut juga
Hindu Dharma.

Salah satu upacara penting di Bali adalah pengabuan.


Selama upacara ini berlangsung, gamelan, tarian,
dan sesajen menyertai arak-arakan dengan sebuah
“menara yang dihias” diarak dari rumah duka ke tempat
pengabuan.

“Menuju Pura untuk Perayaan Odalan”. Foto oleh Midori


Adat yang rumit ini sudah agak terkikis dengan
berlalunya waktu, walaupun masih berfungsi sebagai
daya tarik wisata.

Dalam alam keyakinan orang Bali, gunung Mahameru


atau Meru mempunyai kedudukan istimewa. Mahameru
menggambarkan arti penting sebagai inti dari
kehidupan; dari sanalah para Dewa mengatur kehidupan
di Bumi. Gunung sebagai kosmos bahkan menjadi unsur
yang dominan dalam keyakinan dan arsitektur mereka.

“Ritual Upacara di Pura


Besakih”. Foto oleh Davidelit

Bagian penting dari ritual keagamaan yang berhubungan


dengan gunung di Bali, adalah upacara yang dilakukan di
gunung Agung, Sebagai gunung tertinggi dan dianggap
sebagai ‘pusat bumi’.

Di kaki gunung Agung terdapat Pura Besakih. Selain


perayaan dan upacara tahunan yang diatur oleh kalender
keagamaan, di Pura ini juga digelar upacara untuk
penyucian alam semesta yang disebut Eka Dasa Rudra,
setiap 100 tahun sekali.
Kosmologi dan simbolisasi gunung dalam arsitektur Bali
dapat dilihat pada bentuk dan struktur arsitektur Candi
atau karakteristik gerbang yang dibuat menyerupai
menara ada yang berlekuk menyerupai dua bagian
piramida yang terpisah dan menggambarkan dua bagian
gunung, satu bagian gunung Agung dan lainnya
perwujudan gunung Batur.

Simbol umum lainnya adalah meru; puluhan bahkan


ratusan bangunan yang seperti pagoda itu berdiri di
tempat-tempat suci, dan di pelataran candi.

“Gapura Pura Besakih”. Foto oleh Xeviro

Bangunan didirikan pada lapisan batu yang memiliki


serangkaian bentuk atap menyerupai tumpang piramida
itu ditutup oleh daun palem hitam. Jumlah sebelas,
jumlah yang ditetapkan atas dasar keyakinan terkait
dengan tatanan alam semesta.

Keyakinan, upacara, dan perayaan telah membimbing


kehidupan orang Bali dari sejak dilahirkan hingga
membentuk paduan yang mencerminkan karakter budaya
masyarakatnya.

Peraturan agama tidak hanya mengikat bentuk candi dan


pura, tapi juga mengatur tata ruang desa, struktur rumah,
dan sederet hak dan tanggung jawab dalam kehidupan
mereka di Bumi ini; dari makan sampai menjelang tidur,
dari berjalan hingga bertutur.

Kehidupan Sosial dan Budaya Pulau Dewata

Desa merupakan jenis pemukiman utama di Bali. Setiap


Desa dihuni oleh 200 sampai beberapa ribu orang. Di
sekitar lapangan tengah desa terdapat kuren, kumpulan
rumah keluarga yang dibatasi oleh dinding-dinding
tinggi.

Setiap kuren dihuni beberapa keluarga yang


bersembahyang, memasak, dan makan bersama.
Lapangan tengah desa merupakan tempat berkumpul
penduduk desa yang menggunakannya untuk kegiatan
budaya, pertemuan, sosialisasi, dan sebagainya.

Masyarakat Bali dikelompokkan dalam dua macam, Yang


pertama—wangsa—didasarkan atas keturunan, yakni
setiap orang dilahirkan sebagai kaum ningrat
atau sudra (juga dikenal sebagai jaba, yang secara
harfiah berarti orang luas istana).

Kaum ningrat, berikutnya dibagi menjadi tiga kasta, yaitu


pendeta-pendeta (brahmana) bangsawan-bangsawan
yang berkuasa (satriya), dan prajurit-prajurit (wesya).
Sebagian besar penduduk bali adalah sudra.

“Perempuan Bali Bergotong Royong”. Foto


oleh Yves Picq

Penanda sosial kedua didasarkan atas tempat tinggal


seseorang dengan sistem banjar yang merupakan tulang
punggung tatanan ini.

Di setiap desa mungkin terdapat lebih dari


satu banjar, setiap banjar meliputi anggota sekitar
lingkungan desa.

Sistem ini berpusat pada pria dan setiap pria Bali


diwajibkan menjadi anggota suatu banjar, sedang
wanitanya dilarang. Di dalam setiap banjar, seorang
anggota dipilih sebagai ketua dan mendapat setidaknya
beberapa hak istimewa seperti memperoleh tambahan
nasi sewaktu perayaan tertentu.

Sebenarnya, banjar berperan seperti koperasi, lengkap


dengan dana bersama, dan bahkan kepemilikan sawah
bersama.

Meskipun bergelut dengan hantaman globalisasi dan


kerasnya informasi, kebudayaan khas yang telah lama
mengakar pada masyarakat Bali tetap kokoh sebagai ciri
khas mereka.
Mungkin perubahan terjadi, tapi mereka sepertinya bisa
menyelaraskan-nya kembali, beberapa ciri dan cara orang
Bali dalam kehidupan sosial dan Budayanya sebagai
berikut:

Jatakarma Samskara (Upacara Kelahiran)

Berbagai persiapan harus dilakukan untuk menyambut


kelahiran seorang bayi, bahkan persiapan dimulai dari
jauh waktu sejak bayi masih dalam kandungan ibu.

Serangkaian larangan bagi ibu yang sedang hamil


misalnya: tidak boleh memakan makanan berasal dari
hewan; tidak diperbolehkan memakan daging kerbau
atau babi; jangan melihat darah atau orang yang terluka;
tidak boleh melihat orang yang meninggal; dianjurkan
untuk diam di rumah dengan upacara penyucian agar
kelahiran bayi nantinya berjalan normal.

Bapak dari sang bayi harus dapat menghadiri kelahiran


sang bayi dan menemani sang istri. Ketika sang bayi lahir,
dulu, saat bayi lahir, sang bapak lah yang harus
memotong ari-arinya dengan menggunakan pisau bambu.

Ari-ari itu lalu disimpan dan nanti harus dilingkarkan di


leher sang bayi. Pada hari ke-21 setelah kelahiran, sang
bayi akan dipakai-kan pakaian, seperti; gelang dari perak
atau emas sesuai dengan kemampuan dan adat yang ada.
“Ritual Potong Gigi” Foto oleh Abdes Prestaka

Mepandes (Upacara Potong Gigi)

Upacara pada masa transisi dari anak-anak menuju masa


selanjutnya yang dijalankan oleh masyarakat Bali adalah
upacara potong gigi atau mepandes, yaitu mengikir dan
meratakan gigi bagian atas yang berbentuk taring.

Tujuannya adalah untuk mengurangi sifat jahat atau


buruk (sad ripu). Mepandes dilaksanakan oleh
seorang sangging sebagai pelaksana langsung dengan
ditemani seorang Pandita (Pinandita).

Pawiwahan (Upacara Perkawinan)

Upacara transisi lainnya adalah pernikahan


atauPawiwahan. Pawiwahan bagi orang Bali adalah
persaksian di hadapan Sang Hyang Widi dan juga
kepada masyarakat bahwa kedua orang yang yang akan
menikah (mempelai) telah mengikatkan diri sebagai
suami-istri.

Dalam pelaksanaan pernikahan ini, akan terlebih dahulu


dipilih hari yang baik, sesuai dengan persyaratannya, ala-
ayuning. Orang bali punya cara sendiri dalam
menghitung hari dan tanggal baik sesuai dengan
pertanggalan mereka.

Umumnya hari dan waktu yang baik ini dihitung oleh


seorang ahli yang sangat mengerti perhitungan waktu
dalam sistem penanggalan Bali. Hampir semua
masyarakat masih mengenal sistem penanggalan Bali
karena mereka dalam kesehariannya masih menggunakan
kalender Bali.

Tempat melaksanakan pernikahan dapat dilakukan di


rumah mempelai perempuan atau laik-laki sesuai dengan
hukum adat setempat–desa, kala, patra)–
yang Pelaksanaannya dipimpin oleh seorang Pendeta
(Pinandita), Wasi dan atau Pemangku.

Ngaben (Upacara Kematian)

Ngaben adalah upacara kematian pada masyarakat


Bali yang dilakukan dengan cara kremasi. Ngaben
merupakan rangkaian akhir dari roda kehidupan manusia
di Bumi.
Foto dari Ocdp

Menurut ajaran Hindu, roh itu bersifat immortal (abadi),


setelah bersemayam dalam jasad manusia, ketika
manusia tersebut dinyatakan meninggal, roh akan be-
reinkarnasi.

Tapi sebelumnya, roh terlebih dahulu akan melewati


sebuah fase di nirwana untuk disucikan; sesuai dengan
catatan kehidupan selama di bumi (karma).
Ngaben merupakan proses penyucian roh dari dosa-dosa
yang telah lalu.

Oleh karena itu, orang Bali tidak menganggap kematian


sebagai akhir dari segalanya, kematian merupakan bagian
dari fase kehidupan yang baru. Seperti yang tercantum
dalam Bhagavadgita, “akhir dari kehidupan adalah
kematian dan awal dari kematian adalah kehidupan”.

Berkesenian untuk Menyenangkan Dewa

“Pahat Patung”. Foto oleh Jeffri Jaffar

Musik, Tarian, dan juga Patung adalah tiga bidang


kesenian yang menjadi pusat konsentrasi eksplorasi
kreativitas seni masyarakatnya. Bali merupakan tempat
lahirnya salah satu ragam gamelan yang mengagumkan.

Dalam budaya Bali, gamelan sangat penting untuk


kegiatan budaya-sosial, dan keagamaan mereka. Saat ini
sedikitnya ada 20 jenis ansambel berbeda di Pulau Bali.

Sebagian besar berkait erat dengan seni pertunjukan;


yang lain untuk mengiringi upacara keagamaan dan adat.

Suara gamelan Bali berdengung di seantero Pulau Bali; di


pura, di kota, desa, alun-alun, di pasar, istana hingga
panggung-panggung pentas dunia.

Gamelan ditemani oleh instrumen musik lainnya seperti:


gong, saron, ceng-ceng, gambang, dll. Komposisi
instrumen gamelan dapat berubah sesuai dengan wilayah
dan jenis pertunjukan-pertunjukkan yang digelar.
Foto dari: whatindonews.com

Selain seni musik, tarian-tarian khas Bali merupakan seni


pertunjukkan yang menarik perhatian. Tari Bali tidak
selalu memiliki alur. Tujuan utama penari adalah
melakukan setiap tahap gerak dengan ungkapan penuh.
Keindahannya terutama terletak pada dampak visual dan
kinestesis gerak yang mujarad dan digayakan. Beberapa
contoh terbaik dari tarian mujarad atau abstrak ini
adalah Tari Pendet, Tari Gabor, Tari Baris, Tari
Sanghyang, dan Tari legong.

Di Bali terdapat berbagai jenis tarian dengan fungsi yang


berbeda-beda misalnya untuk upacara-upacara
keagamaan, menyambut tamu, pertunjukkan drama atau
musikal, dan masih banyak lagi.
“Tari Legong”.
Foto oleh Crisco

Tari Pendet, Gabor, Baris, dan Sang-hyang berperan


penting dalam kegiatan keagamaan dan digolongkan jenis
tarian suci (wali) atau tarian upacara, sedangkan Legong
ditarikan dalam acara yang tidak memiliki kaitannya
dengan keagamaan. Tari-tari ini diiringi gamelan pelog–
gamelan gong kebyar– dengan berbagai gubahan dan
sususan anda.

Tari Pendet dan Tari Gabor merupakan tarian selamat


datang, ungkapan kegembiraan, kebahagiaan, dan rasa
syukur melalui gerak indah dan lembut. Tarian ini
dilakukan oleh sepasang atau sekelompok penari.

Foto: muhd rushdi samsudin

Pada masa lalu, kedua tari ini merupakan tarian yang


digelar di pura untuk menyambut dan memuja dewa-dewi
yang berdiam di pura selama upacara odalan.

Tari Legong kerap dianggap sebagai lambang keindahan


Bali. Ciri khas tarian ini adalah penarinya membawa
kipas. Keindahan tarian Legong terletak pada hubungan
selaras antara penari dan gamelan.

Tari Jauk

Gamelan yang mengiringi tari Legong adalah Gamelan


Semar Pagulingan. Beberapa Lakon yang biasa
dipentaskan dalam Legong bersumber pada cerita rakyat
milsanya cerita Malat yang mengkisahkan Prabu Lasem,
cerita Kuntir dan Jobog yang mengkisahkan Subali
Sugriwa, kisah Brahma Wisnu tatkala mencari ujung dan
pangkal Lingganya Siwa, dan lain sebagainya.

Selain tari Tari Pendet, Tari Gabor, Tari Baris, Tari


Sanghyang, dan Tari legong, tarian lainnya yang tak kalah
terkenal adalah tari Kecak, juga tari Jauk.

Jawaban dan Tantangan Bali Masa Depan

Kekayaan dan keindahan budaya Bali, telah diwariskan


dengan cukup baik dan dilestarikan oleh para generasi
penerus-nya. Hal ini tentu saja menjadi jawaban yang
luar biasa bagi daerah lainnya di Indonesia.
Mensinergikan kehidupan modern tanpa menyisihkan
kearifan lokal yang menjadi jati diri bangsa.

Hal lainnya yang dapat menjadi jawaban dari Bali adalah


visi mereka yang menginspirasi setiap jiwa untuk
mencintai dan memuliakan budaya sendiri tanpa harus
malu.

Sistem subak ditetapkan menjadi salah satu


Situs Warisan Dunia UNESCO.

Kreativitas manusia Bali dalam berbagai bidang seperti:


teknik membuat patung, tarian, arsitektur, musik dan
berbagai ekspresi kesenian lainnya, dengan percaya diri
mereka perlihatkan ke hadapan dunia.

Meski pariwisata menjanjikan sebagai pendorong


ekonomi, namun dalam beberapa dasawarsa terakhir
perlahan namun pasti telah menimbulkan beberapa
masalah, terutama berupa penurunan lingkungan,
pengikisan tradisi, inflasi, serta peningkatan kejahatan.

Bali beberapa tahun ini bahkan menjadi pintu gerbang


bagi hal-hal yang “berbahaya”. Ini adalah tantangan
untuk Bali di masa depan.
Sb:

Demikian juga Anda dituntut untuk mengetahui berbagai adat, acara-acara sosial keagamaan
dan bahkan ikut terlibat didalamnya. Kalau misalnya Anda berpartisipasi dalam acara tersebut
dan menolak untuk mengikuti segala ritual yang ada maka Anda akan dianggap tidak
menghormati orang atau suatu komunitas tertentu. Etiket dan perilaku selama di Bali harus
benar-benar mencerminkan kepribadian Anda yang positif supaya Anda bisa bergerak lancar
dalam mengeksplorasi segala keindahan disana.
Masalah etiket ini sesungguhnya tak hanya penting
ketika berhadapan dengan komunitas-komunitas sosial saja, melainkan juga ketika Anda
mendatangi jamuan bisnis. Ada tata-norma tertentu yang perlu Anda ikuti ketika masuk dalam
pertemuan bisnis di Bali. Sebagai contoh, ketika Anda berada dalam suasana rapat sebagai tamu
maka sebaiknya bagi Anda untuk minum atau makan ketika sudah ditawari sekalipun Anda
tidak haus atau lapar. Dan patut diingat bahwa menggunakan tangan kiri dianggap sebagai
penghinaan.
Etiket lainnya yang ada di Bali yang bisa dikatakan terbilang unik ialah dalam hal cara
memanggil seseorang. Cara memanggil orang dengan jari Anda diatas merupakan cara yang
buruk dan dilarang. Kesopanan merupakan kata kunci utama ketika Anda berkomunikasi dengan
orang Bali. Makanya, sebelum pergi ke Bali memahami dan bahkan mempelajari berbagai aspek
terkait dengan etiket ini mesti Anda lakukan.

http://bali.panduanwisata.id/uncategorized/etiket-dan-prilaku-di-bali/

4. Sistem Kekuasaan di Bali

Dalam sistem kasta di Bali dikenal dengan adanya pengelompokan masyarakat ke dalam 4 (empat) kasta yakni :
Brahmana, Ksatriya, Weisya, dan Sudra. Dalam hubungan keempat kasta ini masyarakat yang berasal dari kasta
triwangsa, yakni yang berasal dari kasta brahmana, ksatriya, dan weisya sangat memegang peranan
dalam kehidupan masyarakat Bali, bahkan dalam era otonomi daerah dengan pelaksanaan Pilkada peranan kasta
triwangsa juga sangat berperan penting dalam masyarakat untuk memilih Bupati/Wakil Bupati.

Dalam pergaulan sehari-hari pun masyarakat yang berkasta sudra berkedudukan sangat rendah. Seperti misalnya
seorang yang berasal dari kasta sudra harus menggunakan Sor Singgih Basa, untuk menghormati kasta-kasta
yang lebih tinggi. Dalam penggolongan kasta di Bali dibagi menjadi 4 (empat) kelompok yaitu:

a. kasta Brahmana.

Kasta brahmana merupakan kasta yang memiliki kedudukan tertinggi, dalam generasi kasta brahmana ini
biasanya akan selalu ada yang menjalankan kependetaan. Dalam pelaksanaanya seseorang yang berasal dari
kasta brahmana yang telah menjadi seorang pendeta akan memiliki sisya, dimana sisya-sisya inilah yang akan
memperhatikan kesejahteraan dari pendeta tersebut, dan dalam pelaksanaan upacara-upacara keagamaan yang
dilaksanakan oleh anggota sisya tersebut dan bersifat upacara besar akan selalu menghadirkan pendeta tersebut
untuk muput upacara tersebut. Dari segi nama seseorang akan diketahui bahwa dia berasal dari golongan kasta
brahmana, biasanya seseorang yang berasal dari keturunan kasta brahmana ini akan memiliki nama depan “Ida
Bagus untuk anak laki-laki, Ida Ayu untuk anak perempuan, ataupun hanya menggunakan kata Ida untuk anak
laki-laki maupun perempuan”. Dan untuk sebutan tempat tinggalnya disebut dengan griya.

b. Kasta Ksatriya
Kasta ini merupakan kasta yang memiliki posisi yang sangat penting dalam pemerintahan dan politik tradisional
di Bali, karena orang-orang yang berasal dari kasta ini merupakan keturuna dari Raja-raja di Bali pada zaman
kerajaan. Namun sampai saat ini kekuatan hegemoninya masih cukup kuat, sehingga terkadang beberapa desa
masih merasa abdi dari keturunan Raja tersebut. Dari segi nama yang berasal dari keturunan kasta ksariya ini
akan menggunakan nama “Anak Agung, Dewa Agung, Tjokorda, dan ada juga yang menggunakan nama
Dewa”. Dan untuk nama tempat tinggalnya disebut dengan Puri.

c. kasta Wesya

Masyarakat Bali yang berasal dari kasta ini merupakan orang-orang yang memiliki hubungan erat dengan
keturunan raja-raja terdahulu. Masyarakat yang berasal dari kasta ini biasanya merupakan keturunan abdi-abdi
kepercayaan Raja, prajurit utama kerajaan, namun terkadang ada juga yang merupakan keluarga Puri yang
ditempatkan diwilayah lain dan diposisikan agak rendah dari keturunan asalnya karena melakukan kesalahan
sehingga statusnya diturunkan. Dari segi nama kasta ini menggunakan nama seperti I Gusti Agung, I Gusti
Bagus, I Gusti Ayu, ataupun I Gusti. Dinama untuk penyebutan tempat tinggalnya disebut dengan Jero.

d. Kasta Sudra

Kasta Sudra merupakan kasta yang mayoritas di Bali, namun memiliki kedudukan sosial yang paling rendah,
dinama masyarakat yang berasal dari kasta ini harus berbicara dengan Sor Singgih Basa dengan orang yang
berasal dari kasta yang lebih tinggi atau yang disebut dengan Tri Wangsa. Sampai saat ini masyarakat yang
berasal dari kasta ini masih menjadi parekan dari golongan Tri Wangsa. Dari segi nama warga masyarakat dari
kasta Sudra akan menggunakan nama seperti berikut :

- Untuk anak pertama : Gede, Putu, Wayan.

- Untuk anak kedua : Kadek, Nyoman, Nengah

- Untuk anak ketiga : Komang

- Untuk anak keempat : Ketut

Dan dalam penamaan rumah dari kasta ini disebut dengan umah

http://ayinkpi.blogspot.co.id/2011/03/tradisi-kasta-dan-nama-orang-bali.html
Tingkatan Bahasa

Hampir sama dengan bahasa daerah lainnya, Bahasa Bali mempunyai tingkatan bahasa
berdasarkan siapa yang kita ajak ngobrol. Secara teoritis ada istilah ASI, AMI, ASO, BK, AMA,
dll. Tapi agar anda lebih mudah untuk mempelajarinya, saya akan bagi menjadi tiga bagian, yaitu
: Bahasa kasar, Bahasa halus, dan Bahasa sangat halus.

Ada sedikit trivia dengan Bahasa Bali. Beberapa kosakata di Jawa di alus, bisa dianggap kasar
jika digunakan di Bali. Contohnya, dhahar (makan) yang halus di Jawa dianggap kasar di Bali.

Subjek

Berikut adalah daftar subjek seseorang dan sesuatu dalam bahasa Bali. Perlu diingat disini,
pengucapan kata dalam bahasa bali jika dalam dua suku kata, dan suku terakhir berhuruf vokal
"a", maka dibaca "e" mati. Misalnya, raga dibaca rage :

Kasar

 Cang/Icang/Raga = Saya
 Ci/Nyi/Cai/Nyai/Iya = Kamu

Halus :

 Tyang/Tityang = Saya
 Ragane, jrone, idane, druwene = Anda

Untuk menyatakan "kami", saya juga bingung bahasa yang tepat, biasanya dikatakan "I raga".
Sementara untuk bahasa halus anda, umumnya yang digunakan adalah druwene karena "agak"
halus

1. Rumah Adat

Salah satu contoh rumah adat Nusa Tenggara Barat disebut Istana Sultan Sambawa. Istana
tersebut bertingkat tiga. Lantai bawah atau pertama merupakan tempat pengawalan. Bila ada
upacara, maka para pengawal berbaris didepan tangga, sesuai urutan pangkatnya. Anak tangga
menandakan urutan pangkat tersebut.
Lantai kedua adalah tempat kediaman Sultan dan Permaisuri. Disebalah kana berhapan dengan
kamar Sultan alah tempat pangeran pangeran. Sedangkan lantai tiga disediakan untuk para putri
dan keluarga lainnya dari Sultan.

Rumah Adat Nusa Tenggara Barat (NTB)

2. Pakaian Adat

Pakaian adata pria Lombok berupa tutup kepala dengan baju berlengan panjang, kain sarung
sebatas dengkul dan kain sarung yang ditenun. Sedangakan wanitanya memakai kebaya panjang
dengan kain songket. Perhiasannya yang dipakai adalah hiasan bunga dikepala, anting anting,
kalung bersusun, pending, dan gelang.
Pakaian adat pria Sumbawa berupa tutup kepala,baju jas tutup, kain songket dan kain tenun yang
melingkar dipinggang. Wanitanya memakai model baju bodo, dan kain songket. Perhiasan yang
dipakai berupa hiasan bunga dikepala, kalung bersusun, pending, dan gelang tangan.
3. Tari tarian Daerah Nusa Tenggara Barat

a. Tari Mpaa Lenggogo, sebuah tarian guna menyambut kehadiran Maulid Nabi Besar Muhammad
SAW. Tari ini juga sering dipertunjukkan pada upacara upacara perkawinan atau upacara khinatan
keluarga raja.
b. Tari Batu Nganga, adalah sebuah tari berlatar belakang cerita rakyat. Mengisahkan tentang
kecintaan rakyat terhadap putri raja yang mesuk kedalam batu. Mereka memohon agar sang putri
dapat keluar dari dalam batu itu.
c. Tari Gora (Gogo Rancah), adlah tarian yang menggambarkan keceriaan dan kegembiraan para
petani yang dengan semangat menanam padi. Tari ini merupakan tari garapan yang diolah dari
sumber tari tradisi suku Sasak, suku Sumbawa, dan suku Bima.

Tari Mpaa Lenggogo

4. Senjata Tradisional

Di NTB, senjata tradisional adalah keris. Ada berbagai jenis keris, misalnya sampari dan sondi. Di
Lombok, sondi bernama grantin.
Keris merupakan benda pusaka yang diperoleh secara turun temurun. Dipakai pada saat upara
upara adat, juga pada waktu upacara keagaaman, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Idut Fitri,
Idul Adha dan pada waktu menerima tamu negara.
Keris NTB
5. Suku : Suku dan marga yang terdapat di daerah Nusa Tenggara Barat adalah : Sasak, Bali,
Sumbawa, dan Bima.

6. Bahasa Daerah : Sumbawa, Sasak, dan lain lain.

7. Lagu Daerah : Orlen orlen.


Sb: http://www.kebudayaanindonesia.com/2014/04/kebudayaan-nusa-tenggara-barat.html

Pulau Lombok

Pulau Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggarayang
terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelat barat dan Selat Alas di sebelah timur
dari Sumbawa. Pulau ini kurang lebih berbentuk bulat dengan semacam "ekor" di sisi barat dayayang
panjangnya kurang lebih 70 km. Luas pulau ini mencapai 5.435 km², menempatkannya pada
peringkat 108 dari daftar pulau berdasarkan luasnya di dunia. Kota utama di pulau ini adalah Kota
Mataram, dengan jumlah penduduk pada tahun 2001: 2.722.123 jiwa.

Pulau ini didominasi oleh gunung berapi Rinjani yang ketinggiannya mencapai 3.726 meter
di atas permukaan laut dan menjadikannya yang ketiga tertinggi di Indonesia. Gunung ini terakhir
meletus pada bulan Juni-Juli 1994. Pada tahun 1997 kawasan gunung dan danau Segara Anak
ditengahnya dinyatakan dilindungi oleh pemerintah. Daerah selatan pulau ini sebagian besar terdiri
atas tanah subur yang dimanfaatkan untuk pertanian, komoditas yang biasanya ditanam di daerah
ini antara lain jagung, padi, kopi, tembakau dan kapas.

Lombok termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau ini sendiri dibagi menjadi
4kabupaten dan 1 kotamadya:

 Kotamadya Mataram

 Kabupaten lombok barat


 Kabupaten Lombok tenggah

 Kabupaten Lombok timur

 Kabupaten Lombok utara

B. Sejarah suku sasak

Era Pra Sejarah tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat ini belum ada data-data dari
para ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang masa pra sejarah tanah lombok.Suku Sasak
temasuk dalam ras tipe melayu yang konon telah tinggal di Lombok selama 2.000 tahun yang lalu
dan diperkirakan telah menduduki daerah pesisir pantai sejak 4.000 tahun yang lalu, dengan
demikian perdagangn antar pulau sudah aktif terjadi sejak zaman tesebut dan bersamaan dengan itu
saling mempengaruhi antar budaya juga telah menyebar.

LOMB0K MIRAH SASAK ADI merupakan salah satu kutipan dari kitab Negara kertagama,
sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan dan pemerintahaan kerajaan Majapahit. Kata
Lomboq dalam bahasa kawi berarti lurus atau jujur, kata mirah berarti permata, kata sasak berarti
kenyataan, dan kata adi artinya yang baik atau yang utama maka arti keseluruhan yaitu kejujuran
adalah permata kenyataan yang baik atau utama. Makna filosofi itulah mungkin yang selalu di
idamkan leluhur penghuni tanah lombok yang tercipta sebagai bentuk kearifan lokal yang harus
dijaga dan dilestariakan oleh anak cucunya.

Dalam kitab – kitab lama, nama Lombok dijumpai disebut Lomboq mirah dan Lomboq adi
beberapa lontar Lomboq juga menyebut Lombok dengan gumi selaparang atau selapawis.

Asal-usul penduduk pulau Lombok terdapat beberapa Versi salah satunya yaitu Kata sasak
secara etimilogis menurut Dr. Goris. s. berasal dari kata sah yang berarti pergi dan shaka yang berarti
leluhur. Berarti pergi ke tanah leluhur orang sasak ( Lomboq ). Dari etimologis ini diduga leluhur
orang sasak adalah orang Jawa, terbukti pula dari tulisan sasak yang oleh penduduk Lomboq disebut
Jejawan, yakni aksara Jawa yang selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan sasak.

Etnis Sasak merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lomboq, suku sasak merupakan
etnis utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Bukti lain juga menyatakan bahwa
berdasarkan prasasti tong – tong yang ditemukan di Pujungan, Bali, Suku sasak sudah menghuni
pulau Lomboq sejak abad IX sampai XI masehi, Kata sasak pada prasasti tersebut mengacu pada
tempat suku bangsa atau penduduk seperti kebiasaan orang Bali sampai saat ini sering menyebut
pulau Lomboq dengan gumi sasak yang berarti tanah, bumi atau pulau tempat bermukimnya orang
sasak.

Sejarah Lombok tidak lepas dari silih bergantinya penguasaan dan peperangan yang terjadi
di dalamnya baik konflik internal, yaitu peperangan antar kerjaan di lombok maupun ekternal yaitu
penguasaan dari kerajaan dari luar pulau Lombok. Perkembangan era Hindu, Budha, memunculkan
beberapa kerajaan seperti selaparang Hindu, Bayan. Kereajaan-kerajaan tersebut dalam perjalannya
di tundukan oleh penguasaan kerajaan Majapahit dari ekspedisi Gajah Mada pada abad XIII – XIV
dan penguasaan kerajaan Gel – Gel dari Bali pada abad VI. Antara Jawa, Bali dan Lomboq
mempunyai beberapa kesamaan budaya seperti dalam bahasa dan tulisan jika di telusuri asal – usul
mereka banyak berakar dari Hindu Jawa hal itu tidak lepas dari pengaruh penguasaan kerajaan
Majapahit yang kemungkinan mengirimkan anggota keluarganya untuk memerintah atau
membangun kerajaan di Lomboq.

Pengaruh Bali memang sangat kental dalam kebudayaan Lomboq hal tersebut tidak lepas
dari ekspansi yang dilakukan kerajaan Bali sekitar tahun 1740 di bagian barat pulau Lomboq dalam
waktu yang cukup lama. Sehingga banyak terjadi akulturasi antara budaya lokal dengan kebudayaan
kaum pendatang hal tersebut dapat dilihat dari terjelmanya genre – genre campuran dalam
kesenian. Banyak genre seni pertunjukan tradisional berasal atau diambil dari tradisi seni
pertunjukan dari kedua etnik. Sasak dan Bali saling mengambil dan meminjam dan terciptalah genre
kesenian baru yang menarik dan saling melengkapi

Gumi sasak silih berganti mengalami peralihan kekuasaan hingga ke era Islam yang
melahirkan kerajaan Islam Selaparang dan Pejanggik. Islam masuk ke Lomboq sepanjang abad XVI
ada beberapa versi masuknya Islam ke Lomboq yang pertama berasal dari Jawa masuk lewat
Lomboq timur. Yang kedua pengIslaman berasal dari Makassar dan Sumbawa ketika ajaran tersebut
diterima oleh kaum bangsawan ajaran tersebut dengan cepat menyebar ke kerajaan – kerajaan di
Lomboq timur dan Lomboq tengah.

Mayoritas etnis sasak beragama Islam, namun demikian dalam kenyataanya pengaruh Islam
juga berakulturasi dengan kepercayaan lokal sehingga terbentuk aliran seperti waktu telu, jika
dianalogikan seperti abangan di pulau Lomboq saja khususnya di kota Mataram.Jawa. Pada saat ini
keberadaan waktu telu sudah tidak kurang mendapat tempat karena tidak sesuai dengan syariat
Islam. Pengaruh Islam yang kuat menggeser kekuasaan Hindu di pulau Lomboq, hingga saat ini dapat
dilihat keberadaannya hanya di bagian barat

Silih bergantinya penguasaan di Pulau Lomboq dan masuknya pengaruh budaya lain
membawa dampak semakin kaya dan beragamnya khasanah kebudayaan sasak. Sebagai bentuk dari
Pertemuan(difusi, akulturasi, inkulturasi) kebudayaan. Seperti dalam hal Kesenian, bentuk kesenian
di lombok sangat beragam.Kesenian asli dan pendatang saling melengakapi sehingga tercipta genre-
genre baru. Pengaruh yang paling terasa berakulturasi dengan kesenian lokal yaitu kesenian bali dan
pengaruh kebudayaan islam. Keduanya membawa Kontribusi yang besar terhadap perkembangan
ksenian-kesenian yang ada di Lombok hingga saat ini. Implementasi dari pertemuan kebudayaan
dalam bidang kesenian yaitu, Yang merupakan pengaruh Bali ; Kesenian Cepung, cupak gerantang,
Tari jangger, Gamelan Thokol, dan yang merupakan pengaru Islam yaitu Kesenian Rudad, Cilokaq,
Wayang Sasak, Gamelan Rebana.

Suku bangsa sasak yang memdiami pulau Lomboq menggunakan bahasa daerah sasak. Pada
umumnya bahasa daerah sasak dibagi dua yaitu bahasa halus dan bahasa jamaq. Bahasa halus
digunakan untuk berbicara dengan yang lebih tua, orang tua dan dengan golongan bangsawan sasak.
Sedangkan bahasa jamaq digunakan dalam bahasa sehari – hari terutama dalam pergaulan
masyarakat biasa. Masyarakat suku sasak dalam stratifikasi sosialnya dibagi dua kelompok yaitu
golongan bangsawan atau permenak dan kelompok rakyat biasa yang disebut jajar karang atau
kaula. Perbedaan stratifikasi sosial sangat terlihat dalam prosesi upacara, seperti pada upacara
sorong serah aji krama yaitu salah satu bagian dari upacara perkawinan adat sasak. Aji krama (
tingkat keutamaan ) golongan bangsawan mempunyai nilai yang tinggi dibandingkan golongan kaula
dan pelaksanaan tata upacara lebih rumit dibandingkan tata cara perkawinan kalangan masyarakat
biasa. Namun pada saat ini perbedaan stratifikasi sosial tidak seketat dulu hal ini tidak lepas dari
pengaruh modernisasi.

C. Agama Suku Sasak

Sebagian besar penduduk pulau Lombok terutama suku Sasak menganut agama Islam(pulau
Lombok juga dikenal dengan sebutan pulau seribu masjid).

Agama kedua terbesar yang dianut di pulau ini adalah agama Hindu, yang dipeluk oleh para
penduduk keturunan Bali yang berjumlah sekitar 15% dari seluruh populasi di sana.
Penganut Kristen, Buddha dan agama lainnya juga dapat dijumpai, dan terutama dipeluk oleh para
pendatang dari berbagai suku dan etnis yang bermukim di pulau ini.

Organisasi keagamaan terbesar di Lombok adalah Nahdlatul Wathan (NW), organisasi ini
juga banyak mendirikan lembaga pendidikan Islam dengan berbagai level dari tingkat terendah
hingga perguruan tinggi.

Di Kabupaten Lombok Utara, tepatnya di daerah Bayan, terutama di kalangan mereka yang
berusia lanjut, masih dapat dijumpai para penganut aliran Islam Wetu Telu (waktu tiga). Tidak
seperti umumnya penganut ajaran Islam yang melakukan salat lima kali dalam sehari, para penganut
ajaran ini mempraktikan salat wajib hanya pada tiga waktu saja. Konon hal ini terjadi karena
penyebar Islam saat itu mengajarkan Islam secara bertahap dan karena suatu hal tidak sempat
menyempurnakan dakwahnya.

Terdapat juga sebuah kumpulan kecil orang sasak yang disebut Bodha (jumlah: ± 8000
orang) yang menduduki kampung Bentek dan di curam Gunung Rinjani. Agama mereka tidak
mempunyai pengaruh Islam dan amalan utama mereka adalah memuja dewa-dewaanimisme. Ajaran
agama Hindu dan Buddha juga dimasukkan di dalam upacara agama mereka.

Agama Bodha mempercayai adanya lima tuhan yang besar, yang paling tinggi dikenali
sebagai Batara Guru. Tuhan yang lain adalah Batara Sakti dan Batara Jeneng bersama isteri mereka
Idadari Sakti dan Idadari Jeneng. Namun kini, penganut agama Bodha sedang diajarkan mengenai
agama Buddha yang ortodoks oleh sami-sami yang dihantar oleh persatuan besar Buddha terbesar
negara Indonesia.

D. Bahasa

Disamping bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, penduduk pulau Lombok (terutama
suku Sasak), menggunakan bahasa Sasak (bahasa asli) sebagai bahasa utama dalam percakapan
sehari-hari. Di seluruh Lombok sendiri bahasa Sasak dapat dijumpai dalam empat macam dialek yang
berbeda yakni dialek Lombok utara , tengah, timur laut dan tenggara. Selain itu dengan banyaknya
penduduk suku Bali yang berdiam di Lombok (sebagian besar berasal dari eks Kerajaan Karangasem),
di beberapa tempat terutama di Lombok Barat danKotamadya Mataram dapat dijumpai
perkampungan yang menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa percakapan sehari-hari.

E. Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk suku Sasak berasal dari sektor pertanian dengan daerah
tersebur diwilayah kabupaten lombok timur, selain itu juga dalam bidang peternakan dan hanya
sebagian kecil bermata pencahariannya dari Pariwis

F. Kebudayaan

1. Adat istiadat

Adat istiadat suku sasak dapat di saksikan pada saat resepsi perkawinan, dimana perempuan
apabila mereka mau dinikahkan oleh seorang lelaki maka yang perempuan harus dilarikan dulu
kerumah keluarganya dari pihak laki laki, ini yang dikenal dengan sebutan "Merarik" atau "Selarian".
Sehari setelah dilarikan maka akan diutus salah seorang untuk memberitahukan kepada pihak
keluarga perempuan bahwa anaknya akan dinikahkan oleh seseorang, ini yang disebut dengan
"Mesejati" atau semacam pemberitahuan kepada keluarga perempuan. Setalah selesai makan akan
diadakan yang disebut dengan "Nyelabar" atau kesepakatan mengenai biaya resepsi.

2. Presean Simbol Kejantanan Taruna (Pemuda) Sasak

Budaya Presean atau bertarung dengan rotan memang sudah dikenal masyarakat Lombok sejak
lama. Namun budaya yang penuh dengan kekerasan itu berubah menjadi unik ketika dipadukan gaya
bela diri yang unik dan lucu dari pemainnya.

Presean adalah salah salah satu kekayaan budaya bumi gogo rancah (lombok). Acara ini berupa
pertarungan dua lelaki Sasak bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) serta berperisai kulit kerbau
tebal dan keras (ende). Petarung biasa disebut pepadu. Presean bermula dari luapan emosi para
prajurit jaman kerajaan taun jebot (dahulu kala) sehabis mengalahkan lawan di medan perang. Acara
tarung presean ini juga diadakan untuk menguji keberanian/nyali lelaki sasak yang wajib jantan dan
heroik saat itu.

Uniknya dari pertarungan presean, pesertanya tidak pernah dipersiapkan secara khusus. Pepadu
atau petarung diambil dari penonton yang mau adu nyali dan ketangguhan mempermainkan
tongkat rotan dan perisai yang disediakan. Penonton/calon peserta bisa mengajukan diri atau dipilih
oleh wasit pinggir (pakembar sedi). Setelah mendapat lawan, pertarungan akan dimulai dan
dimpimpin oleh wasit tengah (pekembar).

Tarian rotan dari Lombok ini sudah dikenal masyarakat Sasak secara turun temurun. Awalnya
merupakan sebuah bagian dari upacara adat yang menjadi ritual untuk memohon hujan ketika
kemarau panjang. Sebuah tradisi-yang dalam perkembangan kemudian-sekaligus berfungsi sebagai
hiburan yang banyak diminati. Sebagai salah satu upaya melestarikan budaya daerah, Presean
Lombok pun mulai sering dilombakan. Pertandingan diakhir dengan salam dan pelukan
persahabatan antar petarung. Tanda tiada dendam dan semua hanyalah permainan. Benar-benar
sportif.

Adegan seperti ini sering di lakukan masyarakat pulau lombok apa bila ada acara adat, tidak
heran masyarakat sangat antusias untuk menonton acara seperti ini,selain dapat menarik wisatawan
mancanegara wisatawan lokal pun berbondong-bondong menyaksikan acara ini. Dalam adengan
presean tidak jarang salah satu dari orang yang presean mengalami luka yang cukup parah tapi
mereka tetap senang dan bergembira.

Rumah Adat

Salah satu contoh rumah adat Nusa Tenggara Timur disebut Saoata Musalakitana. Rumah Saoata
Musalakitana adalah rumah rumah adat di NTT, untukk tempat tinggal lurah, camat atau
pembesar lainnya. Rumah ini berbentuk panggung dan dibawahnya terdapat balai panjang tempat
menerima tamuyang tiangnya berdiri dari landasan batu besar, sehingga tidak perlu ditanam
dalam tanah.

Rumah Adat Nusa Tenggara Timur


2. Pakaian Adat

Pakaian adat yang dipakai kaum pria di NTT berupa topi dengan bentuk yang khas, baju jas ttup,
selempang kain tenun dan bersarung kain tenun. Sebilah golok terselip didepan perut. Perhiasan
yang dipakai berupa kalung dan pending.
Sedangkan wanitanya memakai hiasan kepala berbentuk bulan sabit, kain tenun yang
menyelempang di bahu dan kain tenun yang menutup bagian dada hingga kaki.perhiasan yang
dipakai adalah subang, kalung, pending, dan gelang tangan. Pakaian ini berdasarkan pakaian adat
Rote.
Pakaian Adat NTT
3. Tari tarian Daerah Nusa Tenggara Timur

a. Tari Perang, tari yang menunjukkan sifat sifat keperkasaan dan kepandaian mempermainkan
senjata. Senjata yag dipakai berupa cambuk dan perisai.
b. Tari Gareng Lameng, dipertunjukkan pada upacara Khinatan. Tari ini berupa upacan selamat
serta mohon berkat kepada Tuhan agar yang dikhinat sehat lahir dan batin dan suksesdalam
hidupnya.
c. Tari Lendo Nusa Malole, berarti tarian ini dari negeri yang indah. Tari garapan yang
menggunakan irirngan musik sasando ini merupakan tari penyambut tamu yang memanfaatkan
gerak gerak tari tertentu agar massa ikut dalam kegembiraan.

Tari Perang
4. Senjata Tradisional

Senjata yang umumnya dipakai oleh penduduk NTT adalah Sundu atau Sudu, semacam keris.
Penduduk menganggapnya sebagai senjata tikam yang keramat. Senjata lainnya adalah Saweo,
Pisau, Kampak, Parang, dan Senapan Tumbuk.

Sundu, Senjata Tradisional NTT


5. Suku : Suku dan marga yang terdapat di daerah Nusa Tenggara Timur adalah : Timor, Rote,
Flores, Sabu, Dawan, Belu, Sumba, Helong, dan lain lain.

6. Bahasa Daerah : Sumba Timor, Hawu, Beku.

7. Lagu Daerah : Potong Bebek, Desaku, Anak Kambing Saya.


http://www.kebudayaanindonesia.com/2014/04/kebudayaan-nusa-tenggara-timur.html

Anda mungkin juga menyukai