Anda di halaman 1dari 21

TUGAS TERSTRUKTUR IDENTITAS NASIONAL

MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN

Dosen Pembimbing : Koesoemadji

Kelompok :
1. Anisa Salsabila Rahmasari (22020117130065)
2. Nabila Wahyu Sharfina Putri (22020117140032)
3. Nia Fenila (22020117130074)
4. Suryani Ningsih (22020117130077)
5. Tamara Bella Santika (22020117130085)

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
PENDAHULUAN

Pada hakikatnya manusia memiliki identitas, karakter, dan kepribadian masing-


masing untuk mencari jati dirinya. Seperti halnya setiap Negara memiliki identitas dan
karakter masing-masing. Negara merupakan suatu organisasi yang dibentuk oleh kelompok
manusia yang memiliki cita-cita bersatu, hidup dalam daerah tertentu, dan mempunyai
pemerintahan yang sama. Negara dan bangsa memiliki pengertian yang berbeda. Apabila
negara adalah organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup manusia maka bangsa lebih
menunjuk pada persekutuan hidup manusia itu sendiri. Di dunia ini masih ada bangsa yang
belum bernegara. Demikian pula orang-orang yang telah bernegara yang pada mulanya
berasal dari banyak bangsa dapat menyatakan dirinya sebagai suatu bangsa. Baik bangsa
maupun negara memiliki ciri khas yang membedakan bangsa atau negara tersebut dengan
bangsa atau negara lain di dunia. Ciri khas sebuah bangsa merupakan identitas dari bangsa
yang bersangkutan. Ciri khas yang dimiliki negara juga merupakan identitas dari negara
yang bersangkutan. Identitas-identitas yang disepakati dan diterima oleh bangsa menjadi
identitas nasional bangsa.

A. Tujuan
1. Mencari pengetahuan tentang Identitas Nasional
2. Mencari tahu perkembangan Identitas Nasional di Indonesia
3. Mencari tahu faktor pendukung adanya Identitas Nasional
4. Mengembangkan diri sebagai Warga Negara Indonesia yang sesuai dengan Identitas
Nasional Indonesia
PEMBAHASAN

1. Pengertian Identitas Nasional

Identitas nasional adalah konsep suatu bangsa tentang dirinya. Ciri khas suatu bangsa
adalah penanda utama identitas bangsa tersebut. Karena menyangkut diri atau ciri suatu
bangsa, maka konfirmasi atau penegasan terhadap identitas nasional suatu bangsa selalu
merujuk atau mengacu pada hakikat bangsa itu sendiri. Dalam konteks Indonesia, identitas
nasional mengacu pada Pancasila sebagai hakikat Indonesia.
Istilah identitas nasional dapat disamakan dengan identitas kebangsaan.Secara
etimologis, istilah identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan “nasional”. Kata
identitas berasal dari kata identity yang memiliki pengertian harfiah ciri, tanda atau jati diri
yang melekat pada seseorang, kelompok atau sesuatu sehingga membedakan dengan yang
lain. Mengacu pada pengertian tersebut, identitas tidak hanya merujuk pada individu atau
perseorangan, tetapi juga pada kelompok.
Sedangkan kata “nasional” merupakan padanan dari kata nation yang artinya bangsa.
Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan hidup masyarakat
yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu
kesatuan ras, bahasa, agama, dan adat istiadat. Sedangkan bangsa dalam pengertian politik
adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan
negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam.Dengan demikian,
“Nasional” menunjuk pada sifat khas kelompok yang memiliki ciri-ciri kesamaan, baik fisik
seperti, budaya, agama, bahasa, maupun non-fisik seperti, keinginan, cita-cita, dan tujuan.
Dari uraian tersebut, dapat diperoleh pemahaman bahwa identitas nasional merupakan jati
diri suatu bangsa atau kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa,
dan sejarahnya, yang dapat membedakannya dengan bangsa yang lain.
Adapun beberapa pandangan terkait dengan pengertian identitas nasional, sebagai
berikut:
1) Menurut Muhamad Erwin, identitas nasional adalah sifat khas yang melekat pada suatu
bangsa atau yang lebih dikenal dengan kepribadian/karakter suatu bangsa.
2) Menurut Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, identitas nasional adalah
kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan
bangsa satu dengan bangsa yang lain
3) Menurut Kaelan dan Achmad Zubaedi Identitas Nasional adalah suatu ciri yang dimiliki
oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.
4) Menurut Koento Wibisono Identitas Nasional adalah manifestasi nilai-nilai budaya yang
tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas, dan
dengan yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya.

Jadi, “Identitas nasional” adalah identitas suatu kelompok masyarakat yang


memiliki ciri dan melahirkan tindakan secara kolektif yang diberi sebutan nasional.
Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki
identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri serta karakter dari bangsa
tersebut. Identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa
atau lebih populer disebut dengan kepribadian suatu bangsa.

IDENTITAS NASIONAL

Identitas (Identity ) Inasional ( Nation)

Sifat Khas/Jati Diri Bangsa

IDENTITAS NASIONAL
Sifat Khas/Jati Diri yang
Melekat pada Suatu Bangsa

2. Urgensi Identitas Nasional

Negara Indonesia berhasil melepaskan diri dari kekuasaan asing, lalu menyatakan
kemerdekaannya. Para pendiri negara segera menyiarkan atau mengabarkan kepada Negara
dan bangsa lain agar mereka mengetahui bahwa di wilayah nusantara telah berdiri Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang merdeka, bersatu, berdaulat dengan cita-cita
besar menjadi negara yang adil dan makmur. Sejak inilah bangsa lain mengenal identitas
nasional Indonesia pertama kali. NKRI memiliki wilayah yang terbentang dari Sabang
sampai Merauke, dari pulau Miangas sampai pulau Rote. NKRI memiliki penduduk yang
pluralis dengan jumlah etnis lebih dari 700 dan bahasa daerah lebih dari 200 tetapi memiliki
identitas nasional bahasa Indonesia. NKRI memiliki pemerintahan yang dipimpin oleh
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia (yang pertama, Soekarno–Hatta) dan
setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya, negara Mesir yang pertama mengakui
hingga akhirnya semua negara di dunia mengakui eksistensi NKRI.
Untuk memperkokoh identitas nasional dalam konteks hubungan internasional, setiap
negara memiliki bendera negara, lambang negara, bahasa negara, dan lagu kebangsaan.
Dengan identitas-identitas tersebut, maka NKRI akan semakin kokoh dan semakin dikenal
oleh bangsa dan masyarakat dunia.
Ketiga, identitas nasional penting bagi kewibawaan negara dan bangsa Indonesia.
Dengan saling mengenal identitas, maka akan tumbuh rasa saling hormat, saling pengertian
(mutual understanding), tidak ada stratifikasi dalam kedudukan antarnegara-bangsa. Dalam
berhubungan antarnegara tercipta hubungan yang sederajat/sejajar, karena masing-masing
mengakui bahwa setiap negara berdaulat tidak boleh melampaui kedaulatan negara lain.
Istilah ini dalam hukum internasional dikenal dengan asas “Par imparem non habet
imperium”. Artinya negara berdaulat tidak dapat melaksanakan yurisdiksi terhadap negara
berdaulat lainnya.

3. Faktor-Faktor Pembentuk Identitas

Suatu penelitian dari Institut Teknologi Bandung (ITB) di akhir tahun 2004
menemukan bahwa ada enam faktor yang menentukan keberhasilan, yaitu: (1) Kreativitas;
(2) Percaya diri/memegang prinsip; (3) Mentalisme berkelimpahan; (4) Integritas; (5)
Idealisme; dan (6)
Kompetensi. Bila kita cermati, lima diantaranya adalah faktor-faktor yang terkait dengan
masalah karakter, yaitu kreativitas, percaya diri, mentalisme berkelimpahan, integritas, dan
idealisme. Itu pertanda bahwa, bagaimanapun juga karakter adalah faktor penting dalam
menentukan keberhasilan. Adapun hal (keadaan, peristiwa) yang memengaruhi
lahir/terbentuknya identitas nasional yaitu :

1) Faktor objektif yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografi;


2) Faktor subjektif yang meliputi faktor historis, sosial, politik dan kebudayaan.
Seperti halnya lahirnya identitas nasional Indonesia. Kondisi geografis-ekologis
yang membentuk bangsa Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang beriklim tropis dan
terletak di persimpangan jalan komunikasi antarwilayah dunia di Asia Tenggara, ikut
mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis (kependudukan), sosial dan
kebudayaan/kultur bangsa indonesia. Selain itu, faktor historis yang dimiliki indonesia ikut
mempengaruhi proses pembentukan masyarakat dan bangsa indonesia beserta identitasnya
melalui interaksi berbagai faktor yang ada di dalamnya.
Sementara menurut Robert de Vantos, kemunculan identitas nasional merupakan
hasil interaksi historis antara empat faktor penting, yaitu faktor primer, faktor pendorong,
faktor penarik, dan faktor reaktif. Faktor primer mencakup etnisitas, teritorial bangsa,
bahasa, agama, dan yang sejenisnya. Sementara faktor pendorong meliputi pembangunan
komunikasi, teknologi, kekuatan militer, dan pembangunan dalam berbagai aspek
kehidupan. Faktor pendorong senantiasa bersifat dinamis, bergerak terus mengikuti
perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakatnya. Sementara untuk faktor penarik
terdapat pada kodifikasi bahasa yang resmi dan bagaimana sistem pendidikannya.
Sedangkan ruang lingkup yang terdapat pada faktor reaktif adalah meliputi penindasan,
dominasi, dan kolektivitas rakyatnya.
Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan
identitas nasional bangsa indonesia, di mana pencarian identitas nasional Bangsa Indonesia
pada dasarnya melekat erat dengan perjuangan bangsa indonesia untuk membangun bangsa
dan negara dengan konsep nama Indonesia.Pada zaman kolonial sebagai bangsa yang
terjajah, semua kekuatan pemersatu Bangsa Indonesia telah dikooptasi oleh kaum penjajah.
Segenap potensi bangsa telah dipecah belah demi menjaga status quo penjajah. Munculnya
Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928,untuk sebagian sangat mendukung upaya pencarian
nasionalisme Indonesia sekaligus penemuan identitas nasional Indonesia.
Terdapat suatu parameter yang dapat digunakan untuk menyatakan sesuatu adalah
menjadi ciri khas suatu bangsa. Parameter artinya suatu ukuran atau patokan yang dapat
digunakan untuk menyatakan sesuatu itu menjadi khas. Parameter identitas nasional berarti
suatu ukuran yang digunakan untuk menyatakan bahwa identitas nasional itu menjadi ciri
khas suatu bangsa. Beberapa unsur yang menjadi komponen identitas nasional, meliputi :

1) Pola perilaku yang nampak dalam kegiatan masyarakat: adat istiadat, tata kelakuan,
kebiasaan. Identitas nasional menggambarkan pola perilaku yang terwujud melalui
aktivitas masyarakat sehari-harinya. Identitas ini menyangkut adat-istiadat, tata kelakuan,
dan kebiasaan. Ramah tamah, hormat kepada orang tua dan gotong royong merupakan
salah satu identitas nasional yang bersumber dari adat-istiadat dan tata kelakuan.
2) Lambang-lambang yang merupakan ciri dari bangsa dan secara simbolis
menggambarkan tujuan dan fungsi bangsa.Lambang-lambang negara ini biasanya
dinyatakan dalam undang-undang, seperti Garuda Pancasila, bendera, bahasa, dan lagu
kebangsaan.
3) Alat-alat pelengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan seperti bangunan,
teknologi, dan peralatan manusia.Identitas yang berasal dari alat perlengkapan ini seperti
bangunan yang merupakan tempat ibadah (borobudur, prambanan, masjid, dan gereja),
peralatan manusia (pakaian adat, teknologi bercocok tanam), dan teknologi (pesawat
terbang, kapal laut, dan lain-lain).
4) Tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa. Identitas yang bersumber dari tujuan ini bersifat
dinamis dan tidak tetap seperti budaya unggul, prestasi dalam bidang tertentu, seperti di
Indonesia dikenal dengan bulu tangkis.

4. Unsur Pembentuk Identitas Nasional Indonesia

Identitas nasional Indonesia pada saat ini terbentuk dari enam unsur yaitu sejarah
perkembangan bangsa Indonesia, kebudayaan bangsa Indonesia, suku bangsa, agama, dan
budaya unggul. Namun demikian, unsur-unsur ini tidak statis dan akan berkembang sesuai
dengan tujuan bangsa Indonesia. Di samping itu, Kondisi geografis merupakan identitas
yang bersifat alamiah. Kedudukan geografis wilayah negara menunjukkan tentang lokasi
negara dalam kerangka ruang, tempat, dan waktu, sehingga untuk waktu tertentu menjadi
jelas batas-batas wilayahnya di atas bumi. Letak geografis tersebut menentukan corak dan
tata susunan ke dalam dan akan dapat diketahui pula situasi dan kondisi lingkungannya.
Bangsa akan mendapat pengaruh dari kedudukan geografis wilayah negaranya. Letak
geografis ini menjadi khas dimiliki oleh sebuah negara yang dapat membedakannya dengan
negara lain. Berikut ini gambaran umum mengenai unsur-unsur pembentuk tersebut :

a) Sejarah

Bangsa Indonesia mengalami kehidupan dalam beberapa situasi dan kondisi social
yang berbeda sesuai perubahan jaman. Bangsa Indonesia secara ekonomis dan politik
pernah mencapai era kejayaan di wilayah Asia Tenggara. Kejayaan dalam bidang ekonomi
bangsa Indonesia pada era pemerintahan kerajaan Majapahit dan Sriwijaya, rakyat
mengalami kehidupan ekonomi yang sejahtera, sedangkan dalam bidang politik memiliki
kekuasaan negara hingga seluruh wilayah nusantara yang meliputi wilayah jajahan Belanda
(sekarang wilayah NKRI) hingga wilayah negara Filipina, Singapura, Malaysia, bahkan
sebagian wilayah Thailand. Realitas perjalanan sejarah mendorong bangsa Indonesia untuk
menjadi bangsa pejuang yang pantang menyerah dalam melawan penjajah untuk meraih dan
mempertahankan kembali harga diri, martabatnya sebagai bangsa, selain itu, dipertahankan
semua potensi sumber daya alam yang ada agar tidak terus-menerus dieksplorasi dan
dieksploitasi yang akhirnya dapat menghancurkan kehidupan bangsa Indonesia di masa
datang. Perjuangan bangsa Indonesia terus berlanjut pada perjuangan meraih dan
mempertahankan kemerdakaan bangsa dari penjajah.

b) Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional adalah
meliputi tiga unsur, yaitu akal budi, peradaban (civility), dan pengetahuan (knowledge).
Kebudayaan, menurut ilmu sosiologis termasuk kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
adat-istiadat. Kebudayaan sebagai indikator identitas nasional bukanlah sesuatu yang
bersifat individual. Apa yang dilakukan sebagai kebiasaan pribadi bukanlah suatu
kebudayaan. Kebudayaan harus merupakan milik bersama dalam suatu kelompok, artinya
para warganya memiliki bersama sejumlah pola-pola berpikir dan berkelakuan yang didapat
dan dikembangkan melalui proses belajar. Hal-hal yang dimiliki bersama ini harus menjadi
sesuatu yang khas dan unik, yang akan tetap memperlihatkan diri di antara berbagai
kebiasaan-kebiasaan pribadi yang sangat variatif.
 Akal budi adalah sikap dan perilaku yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dalam
interaksinya antara sesama (horizontal) maupun antara pimpinan dengan staf, anak
dengan orang tua (vertikal), atau sebaliknya. Bentuk sikap dan perilaku sebagaimana
yang tersebut di atas, adalah hormat-menghormati antar sesama, sopan santun dalam
sikap dan tutur kata, dan hormat pada orang tua.
 Peradaban (civility), peradaban yang menjadi identitas nasional bangsa Indonesia adalah
dapat dilihat dari beberapa aspek yang meliputi aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial,
dan hankam. Identitas nasional dalam masing-masing aspek yang dimaksud adalah :
a) Ideologi adalah sila-sila dalam Pancasila
b) Politik adalah demokrasi langsung dalam pemilu langsung presiden dan wakil presiden
serta kepala daerah tingkat I dan II kabupaten/kota,
c) Ekonomi adalah usaha kecil dan koperasi
d) Sosial adalah semangat gotong royong, sikap ramah tamah, murah senyum, dan setia
kawan
e) Hankam adalah sistem keamanan lingkungan (siskamling), sistem perang gerilya, dan
teknologi kentongan dalam memberikan informasi bahaya, dan sebagainya
 Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi:
a) Prestasi anak bangsa dalam bidang olahraga bulutangkis dunia
b) Karya anak bangsa dalam bidang teknologi pesawat terbang, yaitu pembuatan pesawat
terbang CN 235, di IPTN Bandung, Jawa Barat.
c) Karya anak bangsa dalam bidang teknologi kapal laut, yaitu pembuatan kapal laut Phinisi
d) Prestasi anak bangsa dalam menjuarai lomba olimpiade fisika dan kimia, dan sebagainya

c) Budaya Unggul
Budaya unggul adalah semangat dan kultur kita untuk mencapai kemajuan
dengan cara ”kita harus mengubah, kita harus berbuat terbaik, kalau orang lain mampu,
mengapa kita tidak mampu”. Dalam UUD 1945, menyatakan bahwa bangsa Indonesia
berjuang dan mengembangkan dirinya sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat, bersatu,
maju, makmur, serta adil atau berkesejahteraan. Untuk mencapai kualitas hidup
demikian, nilai kemanusiaan, demokrasi dan keadilan dijadikan landasan ideologis yang
secara ideal dan normatif diwujudkan secara konsisten, konsekuen, dinamis, kreatif,dan
bukan indoktriner.

d) Suku Bangsa
Suku bangsa, yaitu golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif (ada sejak
lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Indonesia dikenal
bangsa dengan banyak suku bangsa, dan menurut statistik hampir mencapai 300 suku
bangsa. Setiap suku mempunyai adat-istiadat, tata kelakuan, dan norma yang berbeda,
namun demikian beragam suku ini mampu mengintegrasikan diri dalam suatu negara
Indonesia untuk mencapai tujuan yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Identitas
nasional dalam aspek suku bangsa adalah adanya suku bangsa yang majemuk.
e) Agama
Identitas nasional dalam aspek agama adalah masyarakat agamis dan memiliki
hubungan antarumat seagama dan antarumat beragama yang rukun. Indonesia merupakan
negara multiagama, karena itu Indonesia dikatakan negara yang rawan disintegrasi bangsa.
Untuk itu menurut Magnis Suseno, salah satu jalan untuk mengurangi risiko konflik
antaragama perlu diciptakan tradisi saling menghormati antara umat agama yang ada.
Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di Indonesia yakni agama Islam, Kristen
Katholik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan sejak masa pemerintahan Abdurrahman
wahid agama Kong Hu Cu diakui oleh pemerintah sebagai agama.

f) Bahasa
Bahasa adalah salah satu atribut bangsa di samping sebagai identitas nasional.
Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung
(lingua franca) berbagai etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Bahasa melayu ini pada
tahun 1928 ditetapkan oleh pemuda dari berbagai suku bangsa Indonesia dalam peristiwa
Sumpah Pemuda sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. Di Indonesia terdapat beragam
bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis namun bahasa
Melayu dahulu dikenal sebagai bahasa penghubung berbagai etnis yang mendiami
kepulauan nusantara. Pada tahun 1928 Bahasa Melayu mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Pada tahun tersebut, bahasa Melayu ditetapkan menjadi bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia
ditetapkan sebagai bahasa nasional.
Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya
menjadi 3 bagian sebagai berikut :
a. Identitas Fundamental, yaitu pancasila merupakan falsafah bangsa, Dasar Negara, dan
Ideologi Negara
b. Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata perundangannya, Bahasa Indonesia,
Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”.
c. Identitas Alamiah, yang meliputi Negara kepulauan (Archipelago) dan pluralisme dalam
suku, bahasa, budaya, dan agama, sertakepercayaan.

Menurut sumber lain, disebutkan bahwa Satu jati diri dengan dua identitas :
1. Identitas Primordial
Orang dengan berbagai latar belakang etnik dan budaya dan berbagai latar belakang
agama.
2. Identitas Nasional
Suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah ada padanan sebelumnya. Istilah
Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa
yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.

5. Sumber Historis, sosiologis, politik tentang Identitas Nasional

a. Sumber Historis
Secara historis, khususnya pada tahap embrionik, identitas nasional Indonesia
ditandai ketika munculnya kesadaran rakyat Indonesia sebagai bangsa yang sedang dijajah
oleh asing pada tahun 1908 yang dikenal dengan masa Kebangkitan Nasional (Bangsa).
Pada saat itu muncullah kesadaran untuk bangkit membentuk sebuah bangsa. Kesadaran ini
muncul karena pengaruh dari hasil pendidikan yang diterima sebagai dampak dari politik
etis (Etiche Politiek).
Pembentukan identitas nasional melalui pengembangan kebudayaan Indonesia telah
dilakukan jauh sebelum kemerdekaan. Menurut Nunus Supardi (2007) kongres kebudayaan
di Indonesia pernah dilakukan sejak 1918 yang diperkirakan sebagai pengaruh dari Kongres
Budi Utomo 1908 yang dipelopori oleh dr. Radjiman Widyodiningrat. Kongres ini telah
memberikan semangat bagi bangsa untuk sadar dan bangkit sebagai bangsa untuk
menemukan jati diri.
Kongres Kebudayaan I diselenggarakan di Solo tanggal 5-7 Juli 1918 yang terbatas
pada pengembangan budaya Jawa. Namun dampaknya telah meluas sampai pada
kebudayaan Sunda, Madura, dan Bali. Kongres bahasa Sunda diselenggarakan di Bandung
tahun 1924. Kongres bahasa Indonesia I diselenggarakan tahun 1938 di Solo. Setelah
proklamasi kemerdekaan, Kongres Kebudayaan diadakan di Magelang pada 20-24 Agustus
1948 dan terakhir di Bukittinggi Sumatera Barat pada 20-22 Oktober 2003. Menurut Tilaar
(2007) kongres kebudayaan telah mampu melahirkan kepedulian terhadap unsur-unsur
budaya lain.
Puncaknya para pemuda yang berasal dari organisasi kedaerahan berkumpul dalam
Kongres Pemuda ke-2 di Jakarta dan mengumandangkan Sumpah Pemuda. Pada saat itulah
dinyatakan identitas nasional yang lebih tegas bahwa “Bangsa Indonesia mengaku bertanah
air yang satu, tanah air Indonesia, berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan menjunjung
bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.

b. Sumber Sosiologis
Secara sosiologis, identitas nasional telah terbentuk dalam proses interaksi,
komunikasi, dan persinggungan budaya secara alamiah baik melalui perjalanan panjang
menuju Indonesia merdeka maupun melalui pembentukan intensif pasca kemerdekaan.
Identitas nasional pasca kemerdekaan dilakukan secara terencana oleh Pemerintah dan
organisasi kemasyarakatan melalui berbagai kegiatan seperti upacara kenegaraan dan proses
pendidikan dalam lembaga pendidikan formal atau non formal. Dalam kegiatan tersebut
terjadi interaksi antaretnis, antarbudaya, antarbahasa, antargolongan yang terus menerus dan
akhirnya menyatu berafiliasi dan memperkokoh NKRI.
Apabila negara diibaratkan sebagai individu manusia, maka secara sosiologis,
individu manusia Indonesia akan dengan mudah dikenali dari atribut yang melekat dalam
dirinya. Atribut ini berbeda dari atribut individu manusia yang berasal dari bangsa lain.

c. Sumber Politik
Secara politis, beberapa bentuk identitas nasional Indonesia yang dapat menjadi
pembangun jati diri bangsa Indonesia meliput i: bendera negara Sang Merah Putih, bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional, lambang negara Garuda Pancasila, dan lagu kebangsaan
Indonesia Raya. Bentuk-bentuk identitas nasional ini telah diatur dalam peraturan
perundangan baik dalam UUD maupun dalam peraturan yang lebih khusus. Bentuk-bentuk
identitas nasional Indonesia pernah dikemukakan pula oleh Winarno (2013) sebagai berikut
: Secara global, identitas nasional indonesia adalah :
1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia
2. Bendera negara adalah Sang Merah Putih
3. Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya
4. Lambang Negara adalah Garuda Pancasila
5. Semboyan Negara adalah Bhinneka Tunggal Ika
6. Dasar Falsafah negara adalah Pancasila
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara adalah UUD Negara Republik Indonesia 1945
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
9. Konsepsi Wawasan Nusantara
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional
Semua bentuk identitas nasional ini telah diatur dan tentu perlu disosialisasikan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Empat identitas nasional pertama meliputi bendera,
bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan diatur dalam peraturan perundangan
khusus yang ditetapkan dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Menurut sumber legal-formal, empat
identitas nasional pertama meliputi bendera, bahasa,dan lambang negara serta lagu
kebangsaan dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Bendera Negara Sang Merah Putih
Ketentuan tentang Bendera Negara diatur dalam UU No.24 Tahun 2009 mulai Pasal
4 sampai Pasal 24.Bendera warna merah putih dikibarkan pertama kali pada tanggal 17
Agustus 1945 namun telah ditunjukkan pada peristiwa Sumpah Pemuda Tahun 1928.
Bendera Negara yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal
17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta disebut Bendera Pusaka
Sang Saka Merah Putih. Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih saat ini disimpan di
Monumen Nasional Jakarta.
2. Bahasa Negara Bahasa Indonesia
Ketentuan tentang Bahasa Negara diatur dalam Undang-undang No. 24 Tahun 2009
mulai Pasal 25 sampai Pasal 45. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara merupakan hasil
kesepakatan para pendiri NKRI. Bahasa Indonesia berasal dari rumpun bahasa Melayu yang
dipergunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) dan kemudian diangkat dan
diikrarkan sebagai bahasa persatuan pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928.
3. Lambang Negara Garuda Pancasila
Ketentuan tentang Lambang Negara diatur dalam Undang-Undang No. 24 Tahun
2009 mulai Pasal 46 sampai Pasal 57. Garuda adalah burung khas Indonesia yang dijadikan
lambang negara. Di tengah-tengah perisai burung Garuda terdapat sebuah garis hitam tebal
yang melukiskan khatulistiwa. Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan
dasar Pancasila sebagai berikut:
a. Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan cahaya di bagian tengah perisai
berbentuk bintang yang bersudut lima;
b. Dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan tali rantai bermata
bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai;
c. Dasar Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri atas
perisai;
d. Dasar Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan kepala banteng di bagian kanan atas
perisai; dan
e. Dasar Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan kapas dan
padi di bagian kanan atas perisai.
Dengan demikian, lambang negara Garuda Pancasila mengandung makna simbol
sila-sila Pancasila. Dengan kata lain, Lambang Negara yang dilukiskan dengan seekor
burung Garuda merupakan satu kesatuan dengan Pancasila. Artinya, lambang negara tidak
dapat dipisahkan dari dasar negara Pancasila.
4. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Ketentuan tentang Lagu kebangsaan Indonesia Raya diatur dalam UU No.24
Tahun 2009 mulai Pasal 58 sampai Pasal 64. Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan
pertama kali dinyanyikan pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928. Lagu
Indonesia Raya selanjutnya menjadi lagu kebangsaan yang diperdengarkan pada setiap
upacara kenegaraan.
5. Semboyan Negara Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Semboyan ini
dirumuskan oleh para the founding fathers mengacu pada kondisi masyarakat Indonesia
yang sangat pluralis yang dinamakan oleh Herbert Feith (1960), seorang Indonesianist
yang menyatakan bahwa Indonesia sebagai mozaic society. Semboyan Bhinneka Tunggal
Ika mengandung makna juga bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang heterogen, tak
ada negara atau bangsa lain yang menyamai Indonesia dengan keanekaragamannya,
namun tetap berkeinginan untuk menjadi satu bangsa yaitu bangsa Indonesia.

6. Dasar Falsafah Negara Pancasila


Pancasila berfungsi sebagai dasar negara, ideologi nasional, falsafah negara,
pandangan hidup bangsa, way of life, dan banyak lagi fungsi Pancasila. Rakyat Indonesia
menganggap bahwa Pancasila sangat penting karena keberadaannya dapat menjadi perekat
bangsa, pemersatu bangsa, dan tentunya menjadi identitas nasional.
Pancasila sebagai identitas nasional tidak hanya berciri fisik sebagai simbol atau
lambang, tetapi merupakan identitas non fisik atau sebagai jati diri bangsa. Pancasila
sebagai jati diri bangsa bermakna nilai-nilai yang dijalankan manusia Indonesia akan
mewujud sebagai kepribadian, identitas, dan keunikan bangsa Indonesia.
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945

Undang-Undang Dasar adalah peraturan perundang-undangan yang tetinggi dalam


negara dan merupakan hukum dasar tertulis yang mengikat berisi aturan yang harus
ditaati. Hukum dasar negara meliputi keseluruhan sistem ketatanegaraan yang berupa
kumpulan peraturan yang membentuk negara dan mengatur pemerintahannya. UUD
merupakan dasar tertulis. Oleh karena itu, UUD menurut sifat dan fungsinya adalah suatu
naskah yang memaparkan karangan dan tugas-tugas pokok cara kerja badan tersebut.
Dengan adanya konstitusi dalam suatu negara yang merdeka, menandakan bahwa negara
ini sebagai negara konstitusional yang menjamin kebebasan rakyat Indonesia untuk
memerintah diri sendiri.

8. Konsepsi Wawasan Nusantara

Wawasan artinya pandanagan, tinjauan, penglihatan atau tanggap indrawi. Kata


nasional menunjukkan kata sifat atau ruang lingkup. Bentuk kata yang berasal dari istilah
nation itu berarti bangsa yang telah mengidentifikasikan diri ke dalam kehidupan
bernegara.

Wawasan nasional merupakan cara pandang suatu bangsa tentang diri dan
lingkungannya. Wawasan merupakan penjabaran dari filsafat bangsa Indonesia sesuai
dengan keadaan geografis suatu bangsa, serta sejarah yang pernah dialaminya.

Wawasan nusantara adalah cara pandang, cara memahami, cara menghayati, cara
bersikap, cara bersikap, cara berpikir, cara bertingkah laku bangsa Indonesia sebagai
interaksi proses psikologis, sosiokultural, dengan aspek kondisi geografis, kekayaan alam,
dan kemampuan alam.

9. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional

Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya


adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif
digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan
yang dihadapi dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman untuk bertindak.

Kebudayaan dapat dimaknai sebagai suatu budi dan daya manusia yang tidak
ternilai harganya dan mempunyai manfaat bagi kehidupan umat manusia, baik pada masa
lampau, masa kini, maupun pada masa yang akan datang. Kebudayaan daerah kita pelihara
dan kita kembangkan menjadi kebudayaan nasional yang dinikmati oleh seluruh bangsa.
Jadi, kebudayaan nasional yaitu suatu perpaduan dan pengembangan berbagai macam
kebudayaan daerah yang terus menerus dilestarikan keberadaannya, sehingga menjadi
milik bersama.

6. Dinamika Dan tantangan Identitas nasional


1. Lunturnya nilai-nilai luhur dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara (contoh:
rendahnya semangat gotong royong, kepatuhan hukum, kepatuhan membayar pajak,
kesantunan, kepedulian, dan lain-lain)
2. Nilai –nilai Pancasila belum menjadi acuan sikap dan perilaku sehari-hari (perilaku jalan
pintas, tindakan serba instan, menyontek, plagiat, tidak disiplin, tidak jujur, malas,
kebiasaan merokok di tempat umum, buang sampah sembarangan, dan lain-lain)
3. Rasa nasionalisme dan patriotisme yang luntur dan memudar (lebih menghargai dan
mencintai bangsa asing, lebih mengagungkan prestasi bangsa lain dan tidak bangga
dengan prestasi bangsa sendiri, lebih bangga menggunakan produk asing daripada produk
bangsa sendiri, dan lain-lain)
4. Lebih bangga menggunakan bendera asing dari pada bendera merah putih, lebih bangga
menggunakan bahasa asing daripada menggunakan bahasa Indonesia.
5. Menyukai simbol-simbol asing daripada lambang/simbol bangsa sendiri, dan lebih
mengapresiasi dan senang menyanyikan lagu-lagu asing dari pada mengapresiasi lagu
nasional dan lagu daerah sendiri.
Contoh Kasus Identitas Nasional

1. Ada berapa budaya Indonesia yang diklaim Malaysia? Adakah contoh


lainnya? Sebutkan, apakah klaim tersebut dimungkinkan terjadi lagi di kemudian
hari?

Jawaban :

Ada tujuh (7) budaya Indonesia, bahkan lebih.

Contoh lain dari budaya Indonesia yang telah di klaim oleh Malaysia, yaitu masakan
Rendang dari Padang, Lumpia dari Semarang dan alat musik Gamelan Jawa. Namun,
ketiganya tidak berhasil di klaim oleh Malaysia karena adanya bukti yang kuat dan
berdasarkan sejarah bahwa semuanya berasal dari Indonesia. Selain itu ada juga Batik, Lagu
Rasa Sayange, Reog Ponorogo, Wayang Kulit, Kuda Lumping, Keris, Angklung, Tari Pendet
dan Tari Piring.

Klaim tersebut masih mungkin untuk terjadi di kemudian hari, karena kebudayaan
Indonesia yang jarang ditemui dan dilestarikan oleh generasi muda, serta banyaknya seniman
atau para ahli budaya yang berpengalaman yang merantau ke luar negeri, tidak hanya ke
Malaysia. Kurangnya kontribusi dari pemerintah dan masyarakat Indonesia juga menjadi
pemicu mudahnya kebudayaan Indonesia mudah diambil oleh negara lain seperti Malaysia.
Masyarakat Indonesia lebih memilih mengikuti kebudayaan-kebudayaan dari luar dibanding
melestarikan kebudayaannya sendiri.

2. Bolehkah sebuah Negara mengklaim kebudayaan bangsa lain karena budaya tersebut
memang telah dijalankan oleh warga negaranya?

Jawaban :

Tidak boleh, karena kebudayaan suatu Negara adalah mutlak milik Negara tersebut. Jika
suatu negara mengklaim suatu kebudayaan negara lain dapat disebut sebagai tindakan
plagitisme, karena negara tersebut mengklaim tanpa meminta izin dari negara yang memiliki
kebudayaan. Kalaupun banyak warga negaranya yang menjalankan kebudayaan dari Negara
lain, kegiatan itu merupakan wujud pembelajaran atau dianggap sebagai edukasi untuk
menambah wawasan mengenai kebudayaan dari Negara lain. Sedangkan Negara yang
bersangkutan tidak berhak mengklaim, kecuali apabila Negara pemilik kebudayaan tersebut
membiarkan atau tidak mengakui kebudayaan itu sebagai miliknya.

3. Bolehkah bangsa Indonesia mengklaim budaya bangsa lain sebagai bagian dari
kebudayaan nasional karena budaya tersebut memang telah disenangi dan
dipraktikkan oleh orang Indonesia? Misalnya, budaya makan sambil berdiri (standing
party).

Jawaban :

Tidak boleh, karena sekali lagi, kebudayaan suatu Negara adalah mutlak milik Negara
tersebut. Banyaknya warga Negara Indonesia yang mempraktekkan kebudayaan dari Negara
lain dapat dianggap sebagai wujud pembelajaran atau edukasi untuk menambah wawasan
mengenai kebudayaan dari Negara lain. Selain itu, budaya makan sambil berdiri marak
dipraktikan oleh masyarakat Indonesia, karena masyarakat mulai meninggalkan budaya
makan sambil duduk. Mereka menganggap hal itu sudah ketinggalan zaman. Maka, karena
tuntutan globalisasi mereka mengikuti kebudayaan dari negara lain.

4. Apa yang perlu dilakukan agar kebudayaan Indonesia sebagai identitas nasional tidak
diklaim oleh Negara lain?

Jawaban :

Sebagai upaya antisipasi terhadap kebudayaan Indonesia yang rentan untuk diklaim oleh
Negara lain, baiknya dilakukan pelestarian budaya oleh generasi muda. Perlu dilakukan
edukasi dan pengenalan budaya nasional sejak dini agar generasi muda Indonesia mengenal
dan mencintai budaya Indonesia sebagai identitas negaranya. Tidak hanya generasi muda,
seluruh masyarakat yang mengenal kebudayaan nasional pun harus menjaga budaya tersebut.

Perlu juga diberikan apresiasi terhadap para seniman dan ahli budaya yang telah berjasa
mempertahankan budaya nasional Indonesia. Perlu adanya upaya perlindungan dengan
hukum yang tegas bagi kebudayaan Indonesia terutama di bagian terluar Indonesia.
Pemerintah juga harusnya memiliki aturan yang melindungi kebudayaan Indonesia.
Sehingga, negara lain akan berpikir dua kali untuk mengklaim kebudayaan kita.

5. Apakah setiap orang Indonesia dapat mengajukan kebudayaan daerahnya sebagai


kebudayaan nasional/identitas nasional? Jika dapat, adakah syaratnya?

Jawaban :

Iya, setiap orang Indonesia dapat mengajukan kebudayaan daerahnya sebagai


kebudayaan nasional/identitas nasional. Syarat untuk mengajukan kebudayaan daerah sebagai
kebudayaan nasional Indonesia adalah :

Syarat pokok suatu unsur budaya dapat menjadi bagian dari kebudayaan nasional
1. Harus merupakan karya Warga Negara Indonesia atau orang – orang terdahulu
yang menetap di wilayah Indonesia.
2. Memiliki ciri khas Indonesia ( asli )
3. Bermutu tinggi dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia
4. Dapat dipahami dan diterima oleh sebagian besar orang Indonesia (dari berbagai
suku) sehingga dapat menjadi wahana komunikasi agar dapat menumbuhkan rasa
saling pengertian dan mempertinggi rasa solidaritas bangsa.
6. Kebudayaan daerah sebagai kearifan lokal, dapatkah luntur? Mengapa demikian?

Jawaban :

Iya, kebudayaan daerah sebagai kearifan local dapat luntur. Kebudayaan daerah
sebagai kearifan lokal dapat luntur apabila masyarakat tidak berupaya menjaga dan
melestarikan kebudayaan dari daerahnya tersebut. Selain itu, jika pemerintah tidak
melindungi kebudayaan dengan aturan dan hukum yang tegas, juga tidak menutup
kemungkinan kebudayaan tersebut dapat luntur karena tidak dianggap penting untuk dijaga
dan dilestarikan.
DAFTAR PUSTAKA

http://safaat.lecture.ub.ac.id/files/2016/09/IDENTITAS-NASIONAL-I.pdf

http://rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id

https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/9-PendidikanKewarganegaraan.pdf

Anda mungkin juga menyukai