Anda di halaman 1dari 9

Abstrak

Tembaga adalah Mineral logam yang terdapat pada endapan porfiri dan endapan
hidrotermal yang memiliki lambing(cu) dan dimanfaatkan karena sifatnya sebagai konduktor panas dan
listrik yang baik. Tembaga pada umumnya di gunakan sebagai komponen alat listrik,

A. Penyebaran Tembaga di Indonesia


Genesa endapan bijih tembaga secara garis besar dapat dibagi 2 (dua) kelompok, yaitu genesa primer
dan genesa sekunder :

1. Genesa Primer

Logam tembaga, proses genesanya berada dalam lingkungan magmatik, yaitu suatu proses yang
berhubungan langsung dengan intrusi magma. Bila magma mengkristal maka terbentuklah batuan beku
atau produk-produk lain. Produk lain itu dapat berupa mineral-mineral yang merupakan hasil suatu
konsentrasi dari sejumlah elemen-elemen minor yang terdapat dalam cairan sisa.

Pada keadaan tertentu magma dapat naik ke permukaan bumi melalui rekahan-rekahan (bagian lemah
dari batuan) membentuk terowongan (intrusi). Ketika mendekati permukaan bumii, tekanan magma
berkurang yang menyebabkan bahan volatile terlepas dan temperatur yang turun menyebabkan bahan
non volatile akan terinjeksi ke permukaan lemah dari batuan samping (country rock) sehingga akan
terbentuk pegmatite dan hidrotermal.

Endapan pegmatite sering dijumpai berhubungan dengan batuan plutonik tapi umumnya granit yang
kaya akan unsur alkali, aluminium, kuarsa dan beberapa muskovit dan biotit.

Endapan hidrotermal merupakan endapan yang terbentuk dari proses pembentukan endapan
pegmatite lebih lanjut, dimana larutan bertambah dingin dan encer. Cirri khas endapan hidrotermal
adalah urat yang mengandung sulfida yang terbentuk karena adanya pengisian rekahan (fracture) atau
celah pada batuan semula.

rendah, tersebar relatif merata dengan jumlah cadangan yang besar. Endapan bahan galian ini erat
hubungannya dengan intrusi batuan Complex Subvolcanic Calcaline yang bertekstur porfitik. Pada
umumnya berkomposisi granodioritik, sebagian terdeferensiasi ke batuan granitik dan monzonit. Bijih
tersebar dalam bentuk urat-urat sangat halus yang membentuk meshed network sehingga derajat
mineralisasinya merupakan fungsi dari derajat retakan yang terdapat pada batuan induknya (hosted
rock). Mineralisasi bijih sulfidanya menunjukkan perkembangan yang sesuai dengan pola ubahan
hidrotermal.

Zona pengayaan pada endapan tembaga porfiri:

 Zona pelindian.
 Zona oksidasi.
 Zona pengayaan sekunder.
 Zona primer.

Reaksi yang terjadi pada proses pengayaan tersebut adalah :


5FeS2 + 14Cu2+ + 14SO42- + 12H2O 7Cu2S + 5Fe2+ + 2H+ + 17SO42-

Sifat susunan mineral bijih endapan tembaga porfiri adalah:

- Mineral utama terdiri : pirit, kalkopirit dan bornit.

- Mineral ikutan terdiri : magnetit, hematite, ilmenit, rutil, enrgit, kubanit, kasiterit, kuebnit dan
emas.

- Mineral sekunder terdiri : hematite, kovelit, kalkosit, digenit dan tembaga natif.

Akibat dari pembentukannya yang bersal dari intrusi hidrotermal maka mineralisasi bijih tembaga
porfiri berasosiasi dengan batuan metamorf kontak seperti kuarsit, marmer dan skarn.

2. Genesa Sekunder

Dalam pembahasan mineral yang mengalami proses sekunder terutama akan ditinjau proses ubahan
(alteration) yang terjadi pada mineral-mineral urat (vein). Mineral sulfida yang terdapat di alam
mudah sekali mengalami perubahan. Mineral yang mengalami oksidasi dan berubah menjadi mineral
sulfida kebanyakan mempunyai sifat larut dalam air. Akhirnya didapatkan suatu massa yang berongga
terdiri dari kuarsa berkarat yang disebut Gossan (penudung besi). Sedangkan material logam yang
terlarut akan mengendap kembali pada kedalaman yang lebih besar dan menimbulkan zona pengayaan
sekunder.

Pada zona diantara permukaan tanah dan muka air tanah berlangsung sirkulasi udara dan air yang aktif,
akibatnya sulfida-sulfida akan teroksidasi menjadi sulfat-sulfat dan logam-logam dibawa serta dalam
bentuk larutan, kecuali unsur besi. Larutan mengandung logam tidak berpindah jauh sebelum proses
pengendapan berlangsung. Karbon dioksit akan mengendapkan unsur Cu sebagai malakit dan azurit.
Disamping itu akan terbentuk mineral lain seperti kuprit, gunative, hemimorfit dan angelesit. Sehingga
terkonsentrasi kandungan logam dan kandungan kaya bijih.

Apabila larutan mengandung logam terus bergerak ke bawah sampai zona air tanah maka akan terjadi
suatu proses perubahan dari proses oksidasi menjadi proses reduksi, karena bahan air tanah pada
umumnya kekurangan oksigen. Dengan demikian terbentuklah suatu zona pengayaan sekunder yang
dikontrol oleh afinitas bermacam logam sulfida.

Logam tembaga mempunyai afinitas yang kuat terhadap belerang, dimana larutan mengandung
tembaga (Cu) akan membentuk seperti pirit dan kalkopirit yang kemudian menghasilkan sulfida-sulfida
sekunder yang sangat kaya dengan kandungan mineral kovelit dan kalkosit. Dengan cara seperti ini
terbentuk zona pengayaan sekunder yang mengandung konsentrasi tembaga berkadar tinggi bila
dibanding bijih primer.
B. Pulau Sumatera

Endapan tembaga porfiri adalah endapan Cu-Mo-Au yang memiliki kadar rendah tetapi tonase
yang besar, dibentuk oleh sistem hydrothermal yang berasosiasi dengan proses intrusi batuan beku
dangkal (Cox,1986 a). Pembentukan endapan ini berhubungan langsung dengan proses tumbukan dan
penunjaman lempeng, misalnya tumbukan lempeng Samudera Hindia dengan lempeng Asia Tenggara.
Endapan tembaga porfiri di Indonesia (Tabel.2) memiliki kedudukan tektonik pada busur-busur
magmatik Tersier, termasuk endapan tembaga Grasberg, Tangse (Taylor and Van Leeuwen, 1980),
Mudik (Grunsky and Smee, 1999), dan semua endapan tembaga porfiri di Kalimantan, Sulawesi, Jawa,
Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.

Endapan tembaga – emas porfiri di Kalimantan dikelompokan dalam dua model endapan versi
yaitu; endapan Cu(Mo-Au) porfiri dan endapan Cu-Au porfiri (Setiabudi, dkk.2004). Untuk model
endapan Cu(Mo-Au) porfiri (Model 17 versi USGS) yaitu di daerah Gunung Ibu, Singkawang, Kalimantan
Barat, model endapan Cu-Au porfiri (Model 20c versi USGS). seperti di daerah Beruang Kanan, Baroi,
Magerang (Kelian), Busang dan lokasi indikasi lainnya. Endapan tembaga-emas porfiri di Pulau Sulawesi
dikelompokan dalam tiga (3) model endapan yaitu ;

(1) endapan Cu-Au porfiri terdapat di daerah, Bulagidun,Tumbulilato, Tapadaa dan Sangihe.

(2) Endapan Molybdenum porfiri terdapat di daerah prospek Malala, dan

(3) endapan Cu-Au dan Mo porfiri seperti di Sasak .


Peta Endapan Cu-Au Tipe Porfiri Pulau Sumatera

B.1. Daerah Prospect Tangse


Daerah prospect Tangse (Cu, Mo) tipe porfiri terletak pada Provinsi Nagroe Aceh Darussalam, dari hasil
penyelidikan alterasi, stockwork fractured porphyry pertama ditemukan hasil kerjasama Pemerintah Inggeris dengan
Pemerintah Republik Indonesia (1976), kemudian dilanjutkan pekerjaan detail sampai kegiatan pemboran oleh PT.
Rio Tinto Indonesia (CRA Group) tahun 1979 - 1981 dan dengan resource/ sumberdaya : 600 Mt @ 0,15 % Cu,
termasuk 30 Mt @ 0,5-0,8 % Cu dan 0,02 % Mo.
Geologi dan mineralisasi Cu-Mo di daerah Tangse ini merupakan perulangan phase intrusi stock dengan komposisi
batuan dominant quartz diorite yang berkembang alterasi dan mineralisasi antara 13 dan 9 Ma.Semula alterasi biotit
dan mineralisasi mengandung (0,1-0,2 % Cu; 60-90 Mo)

B.2 Mudik
Terletak di bagian barat dalam Provinsi Jambi, tepatnya sebelah utara kota Sungai penuh. Geologi daerah
Mudik prospek di dominasi oleh Zona Sesar Besar Sumatera (Great Sumatera Fault Zone), dari sistem “major dextral
fault” yang berumur awal Tersier. Mempunyai arah utara-barat yang dikontrol oleh struktur aktif diperlihatkan adanya
graben dan danau-danau dan munculnya tubuh granit sampai tonalit. Munculnya outcrop dari batuan basaltik
merupakan representasi dari fragmen-fragmen ophiolit yang terpatahkan muncul kepermukaan, merupakan indikasi
penetrasi bagian dalam dari zona patahan (Crow dkk., 1993).
Batuan vulkanik berumur Oligo-Miocen hadir bersamaan dengan unit batuan vulkanik Quarter, akan tetapi
diasumsikan merupakan penerusan batuan vulkanik muda. Batuan vulkanik Quarter terdiri dari batuan andesit/ breksi
basaltik, lava dan tuf yang berhubungan dengan pusat gunungapi Gunung Kerinci. Munculnya stock-stock diorit yang
kecil berumur sama dengan intrusi vulkanik sepanjang bagian barat daerah Mudik area.
Daerah Mudik Cu-Au prospek merupakan hasil lokalisir dari penyontohan endapan sungai secara regional,
serta hasil prospeksi menyusuri sungai/creek dan penemuan batuan alterasi hydrothermal berupa boulder dengan
diameter lebih besar dari 20 meter, terlihat breksiated dan pyritisasi, serta mengandung sampai 7,5 gr/t emas.
Penyebaran batuan bongkah ini meliputi area seluas 2 km². Dari hasil pemetaan daerah prospek Mudik ditempati oleh
batuan granodiorit sepanjang 2,5 km, dengan alterasi lempung, setempat mengandung pyrit dan pada daerah sekeliling
dengan alterasi lempung hingga serisit pada batuan kristal tuf bagian utara dari batuan sumbat (plug) dan batuan
andesit di bagian selatan

C. Pulau Jawa
Pulau Jawa merupakan jalur Busur Magmatik Sunda – Banda, yang timbul karena tumbukan Lempeng Indo-
Australia dengan Lempeng Benua Asia. Secara regional, daerah ini terdapat dalam suatu zona gunungapi andesit basa
(zona gunungapi selatan) yang berarah timur- barat dengan perselingan beberapa ekstrusi pasif dan freatik, yang aktif
dari Eosen Akhir hingga Miosen Bawah. Secara bersamaaan diendapkan pula sedimen-sedimen klastik kontinen
hingga laut dalam di tepi pusat-pusat gunungapi. Rekahan-rekahan sepanjang sesar-sesar geser regional merupakan
tempat-tempat intrusi sub-volkanik dalam yang bersifat menengah sampai asam dan berumur Miosen, yang semakin
muda pergerakannya kearah utara.
Perlipatan dan pengangkatan yang kuat dihasilkan dari kompresi struktural yang dipengaruhi oleh
penunjaman, dimana diperlihatkan oleh singkapan-singkapan formasi Oligosen sampai Pliosen yang tampak
sebagai suatu seri geantiklin dan sinklin disepanjang Pulau Jawa. Lipatan-lipatan berupa lipatan asimetri dan
subparalel dengan zona penunjaman, dengan sumbu-sumbu berarah antara baratlaut – tenggara timur sampai
antara timur timurlaut – barat baratdaya, serta timurlaut –baratdaya. Sesar-sesar geser primer berarah timurlaut
sampai baratlaut, dimana struktur-struktur yang berhubungan dengan pengangkatan atau intrusi memiliki arah
yang sama dengan sedikit berarah antara barat baratdaya – tenggara timur dan timur timurlaut – barat baratlaut.

Ada suatu hubungan khusus antara mineralisasi logam dan gunungapi di Pulau Jawa. Karena kebanyakan
daratan tidak tererosi sampai dalam atau tertutup oleh lapisan-lapisan yang lebih muda, kebanyakan mineralisasi
yang dijumpai sampai saat ini memiliki ciri epithermal dan mesothermal pada batuan induk sediman dan
gunungapi Oligo –Miosen.

Peta Endapan Cu-Au Tipe Porfiri Pulau Jawa


C.1. Gunung Limbung
Di daerah Gunung Limbung dan Gunung Gede ditemukan prospek logam dasar berupa seng, timah hitam
dan tembaga. Mineralisasi terdapat pada lapisan tipis,dan urat massive sulphide serta berupa lensa pada kontak
batuan diorite berumur Miosen dengan batuan sedimen. Prospek Gunung Limbung mempunyai cadangan 3,5 juta
ton bijih dengan kadar 4,6 % seng, 2,4 % timah hitam dan 0,37 % tembaga. Sedangkan untuk daerah Gunung Gede
mempunyai cadangan 1,46 juta bijih dengan kadar 4,12 % seng, 0,9 % timah hitam dan 0,1 % tembag

D. Tanah Toraja

Litologi utama yang menempati daerah uji petik ini adalah Formasi Toraja berumur Oligo-Miosen yang
berbatasan dengan Formasi Latimojong berumur Kapur Akhir yang cukup prospek bagi tempat kedudukan
mineralisasi bahan galian logam, sehingga menarik untuk dilakukan eksplorasi.
Zona-zona mineralisasi logam yang telah diketahui di Kab. Tana Toraja diantaranya adalah mineralisasi tembaga
porfiri di Sassak, mineralisasi logam dasar tipe urat Pariwara dan di Patotong, mineralisasi logam tipe kontak
metasomatik di Talimbangan, mineralisasi tembaga murni diUluwai dan mineralisasi logam dasar tipe
volkanogenik yang mirip dengan endapan sulfida logam tipe Kuroko (Jepang) di Sangkaropi dan di Rumanga serta
Bilolo.

Batuan terobosan granodiorit menyebar setempat, mengintrusi Formasi Latimojong dan Formasi Toraja,
diantaranya di daerah mineralisasi logam Sangkaropi dan tersingkap di sebelah utara bukit Pompangaro.
Umumnya mengalami pelapukan kuat dan gejala ubahan mineral seperti epidotisasi dan serisitisasi, kadang
bersifat granitik. Formasi Makale berumur antara Miosen bawah – Miosen tengah, diendapkan kemudian, disusun
oleh batugamping dan napal. Batu gamping ini membentuk topografi karst.
Peta Potensi Sumber Daya Mineral Logam dan Batu Bara, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan

Daerah mineralisasi tersebar di Sangkaropi, Kab. Tator dan di Rumanga serta Bilolo, Kabupaten Luwu,
yang terdiri dari sfalerit, pirit, galena dan kalkopirit dalam batuan gunung api Lamasi, mengandung urat kuarsa
yang mengalami piritisasi, ubahan mineral terkersikan. Endapan bijih logam sulfida di Sangkaropi mengandung 465
ppm–7,12 % Cu, 436 ppm-4,98 % Pb dan 280 ppm-12,4% Zn. Potensi sumber daya endapan tembaga ini sekitar
2.500.000 ton, selain mineralisasi tembaga diendapkan pula barit dalam jumlah kecil di Bilolo.
D. Gorontalo

E. Kupang

F. Halmahera

G. Tembagapura

Endapan bijih Big Gossan, terletak sekitar 1 km di bagian barat-daya kompleks endapan bijih
skarn Ertsberg, 2 km selatan endapan porfiri Grasberg. Endapan bijih ini merupakan endapan bijih tipe
skarn dengan kadar tembaga sangat tinggi. Pada Akhir 2007, cadangan bijih Big Gossan adalah 52 ,7 juta
ton dengan rata-rata kadar Cu 2,31%, Au 1,1 g/t dan Ag 14,75 g/t. Dimensi endapan bijih Big Gossan
membentuk pola yang tabular, mempunyai panjang lebih dari 1 km, ketinggian sekitar 500 m dan lebar
lebih dari 200m.

Penyusupan (subduksi) lempeng Indo-Australia di bawah lempeng Pasifik yang kemudian diikuti
kolisi antara kedua lempeng tersebut, menyebabkan perlipatan dan pensesaran batuan sedimen
berumur Kenozoikum dan Mesozoikum membentuk Punggungan Tengah (Central Range) di Papua dan
Papua New Guinea dengan ketinggian mencapai lebih dari 5000m. Magmatisme yang diikuti proses
hidrotermal mulai jaman Tersier, menghasilkan batuan-batuan intrusi dan mineralisasi Cu-Au terbentuk
di wilayah Ertsberg-Grasberg. Interaksi lepeng Indo-Australia dan Pasifik, yang sebagian besar
mengasilkan magmatisme berafinitas alkalin sampai sekarang menjadi kajian yang sangat menarik. Cloos
dan Housh (2007) meyakini bahwa magmatisme yang berimplikasi terhadap pembentukan bijih Cu-Au
tipe porfiri disebabkan oleh collisional delamination. Proses ini diawali oleh terputusnya lempeng Indo-
Australia yang menunjam pada 6 juta tahun lalu, diikuti oleh peleburan sebagian dan upwelling lapisan
astenosfer, kemudian menyebabkan peleburan dan metasomatisme mantel litosfer di atasnya.

Anda mungkin juga menyukai