Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MODUL MANAJEMEN KAS

Di Susun oleh:

KELOMPOK 8
Dictio Ferdianto (7)
Rahmat Apriansyah (27)
Robby Nugraha (30)
Salma Adenia (31)

KELAS 5-29
DIII AKUNTANSI
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA
STAN
2019
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 1


BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 6
A. Pengelolaan Kas di Indonesia .................................................................................................. 6
1. Best Practice Pengelolaan Kas ............................................................................................. 6
2. Dasar Hukum Pengelolaan Kas di Indonesia ..................................................................... 7
3. Tujuan Pengelolaan Kas di Indonesia ................................................................................ 7
4. Ruang Lingkup Pengelolaan Kas di Indonesia .................................................................. 7
5. Kerangka Kelembagaan Pengelolaan Kas di Indonesia ................................................... 8
6. Kerangka Prosedur Pengelolaan Kas di Indonesia ........................................................... 8
B. Pelaksanaan Treasury Single Account di Indonesia ...........................................................10
C. Modul Kas SPAN .......................................................................................................................14
1. Definisi .....................................................................................................................................14
2. Fungsi.......................................................................................................................................14
D. Hubungan antara Modul Kas SPAN dan Modul-Modul Lainnya ........................................24
E. Kontrol/Pengendalian ................................................................................................................26
F. Improvement ..............................................................................................................................27
BAB III Kesimpulan...........................................................................................................................28

2
BAB I
PENDAHULUAN

Pengelolaan kas yang baik dibutuhkan oleh suatu organisasi. Tidak ada perbedaan
apakah itu organisasi bisnis, nirlaba, termasuk pemerintah. Semuanya memerlukan
ketersediaan kas demi berlangsungnya aktivitas organisasi. Karena pentingnya kas bagi
organisasi, pengelolaan atau manajemen kas yang baik menjadi vital.
Pada tataran pemerintahan, manajemen kas merupakan bagian dari wewenang Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Dalam pelaksanaannya, Menteri Keuangan
menunjuk Direktorat Pengelolaan Kas Negara (PKN) sebagai Kuasa Bendahara Umum Negara
(BUN) di tingkat pusat.
Pengelolaan kas di Direktorat PKN sebagai bagian dari fungsi treasury Ditjen
Perbendaharaan telah mengalami banyak perubahan. Meski telah mengalami banyak
peningkatan, disadari masih terdapat beberapa aspek manajemen kas yang belum mencapai
tahap yang diharapkan.
Penyusunan modul ini dilaksanakan untuk memenuhi dua tujuan utama. Pertama,
modul ini disusun untuk memetakan secara lengkap proses bisnis terkini yang dijalankan
Direktorat PKN dalam menjalankan fungsinya sebagai Kuasa BUN Pusat. Hal ini dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan informasi proses bisnis yang utuh yang dapat menggambarkan
kejelasan alur kerja dan tanggung jawab. Dengan memetakan secara lengkap proses bisnis
pelaksanaan tugas Kuasa BUN Pusat diharapkan dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
tentang apa yang dilakukan, siapa yang bertanggung jawab, standar apa yang digunakan serta
bagaimana mengukur keberhasilan suatu proses bisnis. Pada tahap selanjutnya, pemetaan ini
bermanfaat dalam tindakan perbaikan dan business process reengineering.
Kedua, modul ini disusun sebagai bagian dari upaya penyempurnaan atas proses bisnis
yang telah dilaksanakan. Disadari terdapat beberapa titik lemah pada manajemen kas yang
perlu disempurnakan. Dalam proses perbaikan dan penyempurnaannya, ditetapkan stategi
yang sistematis, terencana dan menyentuh berbagai aspek dalam manajemen kas serta
memperhatikan skala prioritas yang perlu mendapatkan perhatian.
Konsepsi penyusunan dan penyempurnaan proses bisnis Kuasa BUN Pusat tersebut
dilandaskan pada batasan yang diberikan oleh Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007.
Peraturan Pemerintah ini memberikan kerangka tugas pokok dan fungsi Direktorat PKN
sebagai Kuasa BUN Pusat. Selanjutnya landasan teoritis yang digunakan didasarkan pada
model pengelolaan proses bisnis modern baik pada tingkat kebijakan maupun pada tingkat
operasional.
3
Penyusunan proses bisnis dilakukan dengan menggunakan seluruh informasi yang
tersedia seperti standard operating procedures (SOP), surat edaran, peraturan teknis serta
praktek yang berlangsung sehari-hari. Proses bisnis disajikan dengan menggunakan bagan arus
dokumen dan proses berdasarkan dua pendekatan, yaitu pendekatan fungsi dan kemudian
pendekatan process. Uraian dari tiap-tiap bagan disajikan untuk memberikan penjelasan arus
tersebut. Pada proses bisnis tertentu turut dijelaskan latar belakang dan informasi tambahan
terkait dengan proses tersebut.
Integrasi dan Koneksitas proses bisnis terbentuk oleh elemen-elemen proses bisnis,
terutama yang dijalankan oleh institusi/unit yang berbeda. Konsep integrasi dan koneksitas ini
setidaknya meliputi, (1) mekanisme input-output (transfer) yang digunakan dan dihasilkan
sebuah proses bisnis, termasuk di dalamnya bentuk/media dan interface, (2) keandalan dan
kesesuaian aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian intern (internal control) di masing-
masing unit proses bisnis, (3) penentuan model koneksitas dengan proses bisnis di Satker dan
koneksitasnya dilakukan dengan memperhatikan permasalahan dari praktek pada saat ini,
mengkaji internasional best practice dan kesesuaiannya dengan landasan hukum yang ada
(Undang-Undang). Future proses bisnis yang dihasilkan dari methodology tersebut di atas
terutama diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan Sistem Perbendaharaan dan
Anggaran Negara (SPAN). Oleh karena itu, rekomendasi untuk penyempurnaan proses bisnis
pada saat ini juga memperhatikan blue print rencana pengembangan SPAN, terutama terkait
dengan modernisasi sistem informasi dan IT.
Berkaitan dengan penyempurnaan koneksitas proses bisnis manajemen kas di Satker,
maka peran Satker dalam hal perencanaan kas sangatlah penting. Dalam Modernizing Cash
Management (Lienert, 2009), disebutkan bahwa manajemen kas yang efektif memerlukan
perencanaan arus kas jangka pendek yang akurat dan tepat waktu. Aktifitas perencanaan dan
proyeksi kas ini, diantaranya meliputi pertukaran informasi antara Kementrian Keuangan
dengan kementrian teknis di tingkat operasional. Institusi treasury idealnya dapat memperoleh
informasi dari agency (Satker) selaku entitas yang melakukan transaksi termasuk di dalamnya
perikatan/ komitmen serta proyeksi kas yang dibutuhkan untuk melunasinya (p.9).
Peran dan tanggung jawab Satker dalam manajemen kas diantaranya dipengaruhi oleh
model sistem perbendaharaan dan mekanisme pembayaran dalam rangka pelaksanaan
anggaran di suatu negara. Sedangkan mekanisme yang ditempuh institusi perbendaharaan
untuk menjamin ketersediaan kas pada saat pembayaran jatuh tempo dipengaruhi pula oleh
struktur rekening pemerintah di mana uang negara ditempatkan.
Rumusan Masalah
4
1. Bagaimana Pengelolaan Kas di Indonesia?
2. Bagaimana Pelaksanaan Treasury Single Account (TSA) di Indonesia?
3. Bagaimana Mekanisme Modul Manajemen Kas di Indonesia?

5
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Pengelolaan Kas di Indonesia

1. Best Practice Pengelolaan Kas


Dengan berkembangnya peran pemerintah di berbagai penjuru dunia ke arah dukungan
dan pelaksanaan berbagai layanan secara efi sien, pengelolaan kas menjadi fungsi yang
dominan dari kantor Perbendaharaan di dalam berbagai kementerian keuangan. Selain
memastikan kecukupan kas untuk memenuhi kewajiban, Perbendaharaan juga berupaya untuk
meminimalisir saldo kas yang menganggur selain meminimalkan biaya peminjaman
pemerintah. Saldo kas dapat membantu pembayaran kewajiban, namun kelebihan kas yang
tidak digunakan dapat mengurangi tingkat penerimaan atas sumber daya pemerintah.
Kerap dikatakan bahwa tujuan pengelolaan kas adalah memastikan adanya jumlah dana
yang tepat pada tempat dan waktu yang tepat pula, sehingga mampu memenuhi kewajiban
dengan cara yang paling efektif. Pengelolaan kas meliputi berbagai prosedur dan sistem
pemungutan, pengumpulan serta pencairan kas. Berbagai langkah diterapkan untuk
memastikan ketersediaan kas dan opsi dalam menginvestasikan atau menyimpan surplus kas
akan memiliki implikasi risiko dan biaya. Praktik yang kurang ideal dan pengaturan
kelembagaan yang terfragmentasi dalam pengelolaan kas dapat meningkatkan biaya,
mengurangi kinerja, dan menghalangi pelaksanaan kebijakan pemerintah. Alokasi yang tidak
efisien atas sumber kas tahun berjalan menyebabkan peningkatan biaya cicilan utang, karena
jumlah utang akan membengkak lebih dari seharusnya, pemborosan sumber daya pemerintah
akibat belanja secara terburu-buru pada akhir tahun, serta waktu dan biaya yang meningkat
pada proyek-proyek investasi.
Aspek praktis perencanaan arus kas dikaji dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Kantor
Audit Nasional (National Audit Office, NAO) Inggris, yang telah mengindentifikasi tiga faktor
kunci dalam pengelolaan kas pemerintah secara efektif dan efisien, yaitu:
• Menyimpan uang sebanyak mungkin terpusat di Exchequer (Bendahara Negara).
Upaya ini meminimalkan pinjaman pemerintah, mengurangi biaya bunga, dan
meningkatkan keseimbangan fiskal. Dengan menyimpan kas secara terpusat,
pemerintah juga dapat mengetahui berapa banyak kas yang dimilikinya dan di mana
kas tersebut berada. Hal ini memungkinkan pemerintah untuk dapat mengelola
berbagai risiko terkait penyimpanan kas secara lebih baik, serta mengambil keputusan
6
atas keuangan publik secara menyeluruh dan lebih tepat, khususnya terkait defi sit dan
surplus kas.
• Memprediksi secara akurat arus kas masuk dan arus kas keluar Bendahara Negara
(Exchequer). Keakuratan yang lebih baik memungkinkan Kantor Pengelolaan Utang
meminimalkan jumlah transaksi di menit-menit terakhir pada setiap hari berjalan,
karena secara umum biaya untuk melakukan transaksi pinjaman atau pengembalian
utang yang dilakukan pada setiap akhir hari berjalan akan lebih mahal.
• Meminimalisir biaya pelelangan dan biaya penggunaan layanan perbankan.
2. Dasar Hukum Pengelolaan Kas di Indonesia
• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
• Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah (Lembaran negara RI Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4378).
• Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 154/PMK.05/2014 tentang
Pelaksanaan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara
• Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 59/PB/2013 Tentang Modul Kas
3. Tujuan Pengelolaan Kas di Indonesia
Tujuan utama pengelolaan kas negara di Indonesia adalah penggunaan dana negara secara
efektif dan efisien. Hal ini dapat tercapai diantaranya dengan:

• Menentukan jumlah dana optimal yang diperlukan untuk menjamin kemampuan


mendanai seluruh kegiatan pemerintah.
• Menentukan pembiayaan yang paling ekonomis dan efi sien (baik dari dalam negeri
maupun luar negeri) untuk membiayai berbagai kegiatan pemerintah.
• Meminimalkan jumlah dana menganggur dan melakukan investasi jangka pendek
terhadap dana menganggur sehingga menghasilkan tambahan penerimaan negara.
• Mempercepat penyetoran penerimaan negara sehingga dana tersebut segera tersedia
untuk membiayai kegiatan pemerintah; dan
• Melakukan pembayaran pada waktu yang tepat.
4. Ruang Lingkup Pengelolaan Kas di Indonesia
Sektor publik di Indonesia terdiri dari: (i) Pemerintah Pusat, termasuk kementerian,
lembaga negara non-kementerian, dan Badan Layanan Umum (BLU) yang berada di bawah
kementerian; (ii) Pemerintah Provinsi; dan (iii) Pemerintah Kabupaten/ Kota. Namun,
pengelolaan kas pemerintah saat ini diterapkan hanya pada tingkat pemerintah pusat. Dalam
7
pengelolaan kas pemerintah pusat terdapat sebuah celah utama, yaitu tidak tercakupnya BLU.
BLU adalah badan-badan yang memiliki keleluasaan operasional lebih dibandingkan
kementerian, tetapi sangat bergantung pada pendanaan dari Pemerintah. Akan lebih transparan
dan lebih tidak berisiko apabila sumber dana yang mereka miliki dikelola oleh Perbendaharaan.
Dengan pemberlakuan otonomi daerah, terjadi pemisahan pengelolaan kas negara
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. UU Keuangan Negara memberikan landasan
bagi pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, khususnya untuk hal-hal terkait
pengelolaan keuangan.
5. Kerangka Kelembagaan Pengelolaan Kas di Indonesia
Pihak-pihak yang terlibat:
1. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara,
2. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan,
3. Direktorat Pengelolaan Kas Negara, Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan,
4. Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan (Kanwil) dan Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN),
5. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan,
6. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan,
7. Komite Pengelolaan Aset dan Liabilitas (ALMC),
8. Jaringan Informasi Perencanaan Kas, dan
9. Kementerian-Kementerian Pemerintah Pusat.

6. Kerangka Prosedur Pengelolaan Kas di Indonesia


Menteri Keuangan memiliki kewenangan untuk melaksanakan fungsi-fungsi
pengelolaan kas, yang menurut peraturan, harus meliputi perencanaan kas melalui perkiraan
kas, arus masuk kas, arus keluar kas, surplus kas, dan defi sit kas, serta pelaksanaan TSA.
Selain itu, pengelolaan rekening-rekening bank, pemungutan dan pembayaran pemerintah,
serta remunerasi saldo menganggur juga merupakan bagian dari pengelolaan kas. Dalam
praktiknya, Kementerian Keuangan mendelegasikan kewenangannya dengan menunjuk Ditjen
Perbendaharaan sebagai perwakilan Menteri Keuangan dalam melaksanakan beberapa fungsi
perbendaharaan. Kewenangan ini meliputi penetapan sistem pemungutan dan pembayaran kas
pemerintah, penunjukan bank-bank operasional dan/atau lembaga-lembaga keuangan untuk
pencairan anggaran negara, peningkatan dan pengelolaan dana negara yang diperlukan untuk
melaksanakan anggaran, dan penyetoran/penyimpanan kas. Selain itu, perbendaharaan negara
juga memiliki hak untuk mengelola penempatan kas menganggur, mengelola investasi
8
pemerintah, dan melakukan pembayaran berdasarkan permintaan dari satuan kerja pengguna
anggaran.
Berdasarkan peraturan pemerintah, Kementerian Keuangan bertanggung jawab atas
penyimpanan saldo kas minimum, serta atas pengembangan kebijakan pengelolaan kas yang
baik untuk mengatasi kekurangan kas atau untuk menggunakan surplus kas secara optimal.
Dalam melakukan perencanaan kas,melalui proses bottom up dari satker-satkernya,
kementerian-kementerian, lembaga-lembaga negara, dan pihak lain yang terkait dengan
pemungutan dan pengeluaran anggaran negara harus menyampaikan perkiraan atas
pemungutan penerimaan dan pengeluaran mereka yang terbaru setiap bulan kepada
Kementerian Keuangan. Data perencanan kas yang diperoleh dari satker-satker tersebut harus
terlebih dahulu di setujui oleh Sekretaris Jenderal atau Direktur Jenderal kementerian terkait
sebelum disampaikan kepada KPPN untuk memutakhirkan basis data manajemen keuangan
Kementerian Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan membolehkan pemecahan perkiraan
arus kas tahunan yang tercakup dalam dokumen anggaran menjadi bulanan, mingguan, dan
harian. Peraturan tersebut mengatur pemutakhiran berkala menjadi perkiraan harian, mingguan,
dan bulanan dari semua satuan kerja (lebih dari 24.000) yang dapat digunakan sebagai landasan
pelaksanaan anggaran.
KPPN adalah titik terpenting dalam penerimaan proyeksi arus kas dari satker (kantor
kementerian di daerah) dan menyampaikannya ke Kanwil Perbendaharaan. Kanwil
bertanggung jawab atas penerimaan dan konsolidasi proyeksi arus kas KPPN di daerah mereka
dan atas penyampaian rencana-rencana yang telah dikonsolidasi kepada Direktorat
Pengelolaan Kas Negara (DPKN). DPKN bertanggung jawab atas penyusunan dan
pemutakhiran rencana-rencana arus kas yang diterima oleh Kementerian Keuangan dan atas
penyampaian rencana konsolidasi mutakhir kepada ALMC.
Semua tanggung jawab kelembagaan atas proses-proses pengelolaan kas diperinci di
dalam peraturan yang terdapat dalam gambar berikut:

9
B. Pelaksanaan Treasury Single Account di Indonesia

1. Definisi
TSA didefinisikan sebagai suatu struktur terpadu dari berbagai rekening pemerintah yang
memberikan suatu pandangan terkonsolidasi atas sumber-sumber kas pemerintah (Pattanayak
dan Fainboim, 2011).

• Latar Belakang Penerapan TSA


Penerapan sistem pengelolaan penerimaan dan pembayaran yang terpisah-pisah dan
terpecah-pecah, TSA berpotensi menimbulkan beberapa kelemahan:
o Terdapat dana menganggur (idle cash) tanpa remunerasi memadai
o Dapat menyebabkan borrowing cost yang tidak perlu
o Adanya floats yang menguntungkan bank komersial, namun membebani pemerintah

10
2. Tahapan Penerapan TSA di Indonesia

Penerapan TNP untuk


TSA untuk Rekening
Konsolidasi Penerapan yang
saldo kas TSA untuk Rekening
dikelola
pemerintah ke Rekening Satker
dalam TSA

11
3. Keterkaitan Pengelolaan Kas dengan TSA

4. Rekening dalam TSA

• Deskripsi Aliran Dana dan Rekening TSA


o Sistem Transfer Dana
✓ MPN-G2
✓ BI RTGS
✓ SPAN BIG-eB
✓ BI RTGS/Overbooking
o Prinsip Pengelolaan TSA
✓ Rekening Pemerintah pada bank-bank komersil bersaldo nihil pada akhir
hari,
✓ Saldo penerimaan ditransfer dari Bank Persepsi ke Bank Indonesia pada
hari yang sama, serta untuk pengeluaran ditransfer pada saat jatuh tempo
✓ Optimalisasi idle cash

12
✓ Pelaporan dan akuntabilitas yang lebih baik
a. Treasury National Pooling
Treasury Notional Polling adalah sebuah mekanisme konsolidasi dari
seluruh rekening Pemerintah pada bank umum tertentu tanpa harus melakukan
pemindahbukuan.
• Mekanisme
Saldo seluruh rekening yang masuk dalam TNP dikonsolidasikan pada
akhir hari setelah proses tutup buku dan diberikan jasa giro harian oleh Bank
sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak.

5. Manfaat Penerapan TSA


o Tingkat remunerasi yang lebih menguntungkan.
o Rekening Bendahara pengeluaran dan penerimaan, serta Rekening Lainnya
teradministrasi dengan baik dalam aplikasi TNP.
o Bank tidak mengenakan biaya adminitrasi atas penerapan Treasury Notional
Pooling.
o Para Bendahara tidak perlu mendebet dan menyetorkan ke Kas Negara jasa giro
pada rekening pengeluaran yang dikelolanya.
• Konsep TNP

13
Mekanisme Penatausahaan TNP

C. Modul Kas SPAN


1. Definisi
Modul Kas adalah bagian dari SPAN yang melaksanakan fungsi-fungsi dalam pengelolaan kas
pemerintah, meliputi fungsi pengaturan rekening milik BUN, perencanaan kas, pemindahbukuan
dana, rekonsiliasi bank, dan pelaporan manajerial.
2. Fungsi
Modul Kas SPAN memiliki beberapa fungsi diantaranya yaitu:
i. Pengaturan Rekening Milik BUN
a. Definisi
Perekaman data rekening, pemutakhiran data rekening, penentuan hubungan antar rekening,
dan penutupan rekening.
Contoh Rekening BUN (Bendahara Umum Negara) yang ditatausahakan oleh Kuasa BUN
Pusat :
RPKBUN (Rekening Pengeluaran Kuasa Bendahara Umum Negara) SPAN/Gaji, RR
RPKBUN SPAN/Gaji, RKUN (Rekening Kas Umum Negara) rupiah/valas, Rekening
Khusus di Bank Indonesia atau bank umum syariah, dll
Contoh rekening BUN yang yang ditatausahakan oleh KPPN : Rekening Transito Hibah,
Rekening Transito BLU, Rekening Pengeluaran Bank Indonesia (RPBI), Rekening Persepsi
MPN G2 (khusus KPPN khusus Penerimaan)

14
ISTILAH

• Dalam rangka pelaksanaan APBN, Dit. PKN/KPPN selaku Kuasa BUN membuka
rekening pada Bank Indonesia/Bank Umum, sesuai Peraturan Menteri Keuangan mengenai
tata cara pembukaan dan pengelolaan rekening milik BUN.
• Data rekening milik BUN yang dibuka oleh KPPN, yang meliputi nama rekening, nomor
rekening, nama bank, alamat cabang bank, mata uang, fungsi rekening, dan nomor rekening
tujuan pelimpahan perlu disampaikan kepada Dit. PKN.
• Dit. PKN melakukan penatausahaan rekening milik BUN melalui SPAN.
b. Kegiatan penatausahaan rekening milik BUN
Kuasa BUN Pusat melakukan penatausahaan terhadap rekening milik BUN.
Penatausahaan rekening milik BUN pada aplikasi SPAN meliputi:
1. Perekaman data rekening
• Dit. PKN melakukan setup rekening atas semua rekening milik BUN pada aplikasi SPAN.
Setup rekening merupakan kegiatan:
• input kepemilikan rekening → memasukkan frasa Kementerian Keuangan selaku pemilik
rekening,
• input penggunaan rekening → menentukan fungsi rekening sebagai receivables
(penerimaan/penyetoran) atau payables (pembayaran/pengesahan),
• input informasi rekening → nama rekening pada SPAN, nama rekening pada sistem bank,
nomor rekening, mata uang, pemilik rekening, tanggal rekening aktif/nonaktif, informasi
tambahan, tipe rekening, akses rekening koran, dan nomor rekening tujuan pelimpahan
(dalam rangka penihilan),

15
• input pengendali rekening → meng-input segmen Bagan Akun Standar (BAS) untuk
setiap rekening ke database SPAN.
• BAS yang dimaksud meliputi 12 segmen sebagaimana ditunjukkan tabel di bawah ini
SEGMEN BAS

Dalam rangka penetapan segmen bank, Dit. PKN menetapkan tipe rekening.

16
2. Pemutakhiran Data rekening;
• Dit. PKN melakukan pemutakhiran/perbaikan data rekening milik BUN pada aplikasi
SPAN apabila terdapat perubahan data pada rekening milik BUN.
• Pemutakhiran tersebut adalah perubahan semua data rekening, kecuali perubahan segmen
akun dan segmen bank.
Penentuan Hubungan Antar Rekening
• Dit. PKN melakukan penentuan hubungan antar rekening milik BUN yang telah di-setup
dalam SPAN dengan menentukan rekening asal dan rekening tujuan.
• Penentuan hubungan tersebut dilakukan dengan berpedoman pada ketentuan yang
mengatur mengenai pemindahbukuan dana antar rekening milik BUN.
3. Penentuan Hubungan antar Rekening
Terhadap rekening milik BUN yang telah direkam oleh SPAN, dilakukan penentuan
hubungan antar rekening. Penentuan hubungan antar rekening milik BUN pada aplikasi
SPAN merupakan penentuan hubungan antara rekening asal dan rekening tujuan.
Penentuan hubungan antar rekening milik BUN didasarkan atas ketentuan yang mengatur
mengenai pemindahbukuan dana antar rekening milik BUN.
4. Penutupan Rekening.
Dit. PKN melakukan penutupan rekening milik BUN dalam SPAN:

17
• Setelah melakukan penutupan rekening pada Bank Indonesia/Bank Umum/pos,
• Setelah menerima laporan penutupan rekening dari KPPN, atau
• Dalam rangka pemutakhiran/perbaikan data rekening milik BUN yang terkait perubahan
segmen akun dan/atau segmen bank, yaitu dengan menutup/menonaktifkan rekening yang
segmen akun dan/atau segmen banknya akan diubah dan melakukan setup ulang atas
rekening berkenaan dengan segmen akun dan/atau segmen bank yang telah diperbaiki.

ii. Perencanaan Kas


• Perencanaan kas meliputi aktivitas pengolahan data perkiraan penerimaan dan pengeluaran kas
yang bersumber dari internal dan eksternal SPAN.
• Data yang berasal dari sumber internal SPAN berupa data rencana penarikan dana dan rencana
penerimaan dana pada Modul Penganggaran, rencana pembayaran pada Modul Komitmen, dan
jatuh tempo tagihan pada Modul Pembayaran.
• Sumber data eksternal SPAN berasal dari sistem Cash Planning Information Network (CPIN)
yang beranggotakan unit eselon I lingkup Kementerian Keuangan.
• Perencanaan kas dilakukan dengan menggunakan periodisasi harian, mingguan, dan bulanan
pada satu tahun anggaran.
• Mata uang yang digunakan dalam perencanaan kas meliputi mata uang rupiah dan mata uang
asing sesuai dengan mata uang transaksi yang digunakan dalam Modul Komitmen dan Modul
Pembayaran.
• Perencanaan kas yang menggunakan sumber data dari sistem CPIN dilakukan dengan
mekanisme sebagai berikut:
• unit eselon I lingkup Kementerian Keuangan menyampaikan dan melakukan pemutakhiran
(updating) data pendapatan, belanja dan pembiayaan sesuai tugas dan fungsinya ke sistem
CPIN;
• Direktorat Pengelolaan Kas Negara mengunduh ADK dari sistem CPIN kemudian
mengunggah ke dalam aplikasi SPAN; dan
• Direktorat Pengelolaan Kas Negara membuat laporan perencanaan kas melalui aplikasi SPAN.

Aplikasi SPAN secara otomatis menghasilkan laporan perencanaan kas dan laporan kebutuhan
dana yang bersumber dari data internal SPAN. Laporan perencanaan kas dimaksud berisi

18
proyeksi penerimaan dan pengeluaran negara yang dikategorisasikan sesuai dengan Kementerian
Negara/Lembaga, Bagian Anggaran, KPPN, dan Satker.
Laporan kebutuhan dana berisi kebutuhan dana per BO I Pusat, BO II, Pos Pengeluaran, dan
rekening pengeluaran BI atas SP2D yang diterbitkan oleh KPPN. Laporan kebutuhan dana per
BO I Pusat dimaksud dilakukan sesuai tahapan/periode yang diatur oleh Dirjen Perbendaharaan.

iii. Pemindahbukuan Dana


a. Pengelolaan Kas Bank Persepsi dan Bank Operasional
SETORAN PENERIMAAN NEGARA KE KAS NEGARA

Pengeluaran Negara
Alur Pengeluaran Bank Operasional

19
Tugas Dit. PKN terkait Pengeluaran Negara
+ Menetapkan kebijakan terkait penetapan Bank Operasional I Pusat dan Bank Penyalur
Gaji (BO II)
+ Menetapkan kebijakan pengeluaran negara melalui Bank Operasional I Pusat dan Bank
Penyalur Gaji (BO II) dalam rangka penyaluran dana SP2D Belanja Pegawai dan
Belanja Non Pegawai
PENYEDIAAN KEBUTUHAN DANA
1. Semua SPPT (Surat Persetujuan Pembayaran Tagihan) yang di-approve oleh Kepala
Seksi Pencairan Dana pada hari kerja:
a. Sebelum/sampai dengan pukul 13:30:00 WIB/14:30:00 WITA/15:30:00 WIT,
PPR/penerbitan SP2D-nya diberi tanggal hari kerja berkenaan.
b. Sesudah pukul 13:30:00 WIB/14:30:00 WITA/15:30:00 WIT, PPR/penerbitan SP2D-nya
diberi tanggal hari kerja berikutnya.
2. Semua SPPT yang di-approve oleh Kepala Seksi Pencairan Dana pada hari
libur/diliburkan, PPR/penerbitan SP2D-nya diberi tanggal hari kerja berikutnya.
4. Saat ini proses batch dropping dana setiap satu jam sekali mulai pukul 08.00 sampai
dengan pukul 15.30 WIB, (kecuali pada kondisi tertentu
5. Pada Aplikasi SPAN Disetup: Staf Bank membuat PPR (Payment Proses Request)
tertanggal hari ini paling lambat pukuL 14.30 WIB
6. Kepala Seksi Bank melakukan approval PPR/Penerbitan SP2D tertanggal hari ini (H0)
paling lambat pukul 15:00:00 WIB/16:00:00 WITA/17:00:00 WIT.
b. Pengelolaan Kas Pinjaman dan Hibah
SUBDIT MANAJEMEN KAS PINJAMAN DAN HIBAH
PROSES BANK ACCOUNT TRANSFER (BAT)

20
PROSES BAT SP2D REKSUS adalah proses pemindahbukuan dana dari Reksus ke RKUN
melalui Rekening Antara dalam rangka penggantian dana atas SP2D Reksus yang diterbitkan
oleh KPPN
PROSES BAT DILAKUKAN SECARA ELEKTRONIK MELALUI SPAN
Mekanisme ini diperbaharui yaitu melalui pendebetan reksus Bank Indonesia menggunakan
SP2D langsung menggunakan paygrup reksus Bank Indonesia.
Pendebetan Reksus BI
Dalam waktu dekat akan dilaksanakan inovasi terkini dari Ditjen Perbendaharaan yaitu
pendebetan reksus Bank Indonesia menggunakan SP2D langsung menggunakan paygrup
reksus Bank Indonesia.
Karakteristik yang berbeda adalah :
1. Ada paygrup baru yaitu “RPKBUNP” Reksus Bank Indonesia dengan mata uang rupiah
2. Sumber dana berasal dari Reksus valuta asing di Bank Indonesia
3. Tidak ada lagi penggantian dana dari Reksus ke RKUN
c. Pengelolaan Rekening Lainnya
Contoh Pengelolaan Rekening Lainnya
ALUR MASUK DAN KELUAR REK MIGAS
PMK 138/PMK.02/2013

21
iv. Rekonsiliasi Bank
a. Definisi

Rekonsiliasi bank meliputi aktivitas pencocokan data transaksi pada SPAN dengan rekening koran
yang bersumber dari BI/Bank/Pos. Data transaksi pada SPAN dimaksud bersumber dari data
transaksi keuangan pada Modul Pembayaran, Modul Penerimaan, dan Modul Kas.

Rekening koran diterima dari BI/Bank/Pos dalam bentuk:


1. Elektronik untuk BI/Bank/Pos yang memiliki interkoneksi dengan SPAN; dan
2. Hardcopy untuk Bank/Pos yang tidak memiliki interkoneksi dengan SPAN.
Rekening koran diterima dari BI/Bank/Pos dalam waktu:
1. Paling lambat satu hari setelah tanggal transaksi untuk rekening koran dalam bentuk elektronik;
dan
2. Paling lambat satu hari kerja setelah tanggal transaksi untuk rekening koran dalam bentuk
hardcopy.
Rekonsiliasi bank dilakukan secara harian oleh unit pengelola rekening pada Kuasa BUN.
Mekanisme Rekonsiliasi bank dilakukan secara otomatis atau manual. Rekonsiliasi bank secara
otomatis dilakukan atas rekening koran dalam bentuk elektronik. Rekonsiliasi bank secara manual
dilakukan atas rekening koran dalam bentuk hardcopy.
Rekonsiliasi bank secara otomatis dilakukan dengan cara:
1. Mengunggah rekening koran dalam bentuk elektronik ke dalam aplikasi SPAN; dan
2. Mencocokkan paling sedikit mengenai nama bank, nomor rekening, tanggal transaksi, nomor
referensi, kode transaksi, jumlah transaksi, nilai tiap transaksi, mata uang, jumlah penerimaan,
jumlah pengeluaran dan saldo dalam aplikasi SPAN secara otomatis.
Status Rekonsiliasi meliputi:
1. reconciled, dalam hal data transaksi pada SPAN sama dengan rekening koran yang diterima dari
BI/bank umum/pos;
2. unreconciled, dalam hal data transaksi pada SPAN tidak sama dengan rekening koran yang
diterima dari BI/bank umum/pos atau transaksi tersebut belum direkonsiliasi.
Dalam hal terdapat transaksi dengan status unreconciled, dilakukan verifikasi atas seluruh
transaksi baik pada database SPAN maupun pada rekening koran. Tata cara penyelesaian verifikasi
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Dirjen Perbendaharaan.

22
Rekonsiliasi bank secara manual dilakukan oleh Kuasa BUN dengan cara mencocokkan antara
data rekening koran dalam bentuk hardcopy dan Nota Debet/Nota Kredit dengan data yang ada di
database SPAN. Pencocokan rekening koran dimaksud meliputi nama bank, nomor rekening, mata
uang, tanggal transaksi, nomor referensi, jumlah transaksi, jumlah penerimaan, jumlah
pengeluaran, dan saldo pada suatu rekening.
Rekonsiliasi bank menghasilkan Laporan Rekonsiliasi Bank. Setelah proses Rekonsiliasi bank
selesai, data transaksi secara otomatis diposting ke General Ledger (GL).
b. Gambaran Sistem Aplikasi, Arsitektur
Menu rekonsiliasi :

23
v. Pembukuan dan Pelaporan
a. Gambaran Umum
Untuk memastikan pengawasan dan pembukuan transaksi pada Rek. Milik BUN
(Rek.BUN,Rek.Transito, dan Rek. Pengesahan) telah dilakukan Direktorat PKN/KPPN dengan
benar):
a. Laporan Transaksi yang belum direkonsiliasi dengan status NIHIL.
b. Laporan Hasil Rekonsiliasi Rekening Koran dengan status “unreconciled” nihil.
c. Laporan Konsolidasi Kas KPPN (Buku Putih) wajar dan dapat dijelaskan (penjelasan
kewajaran)
d. Laporan rekonsiliasi CM GL wajar dan dapat dijelaskan

Salah satu indikator validitas Laporan Arus Kas KPPN adalah terpenuhinya kondisi pada 1 a dan
1 b.
b. Gambaran Sistem Aplikasi Arsitektur

Laporan hasil rekonsiliasi rekening koran unrecon :

D. Hubungan antara Modul Kas SPAN dan Modul-Modul Lainnya

Fungsionalitas pengelolaan kas di SPAN meliputi: Pengelolaan Rekening, Perkiraan Kas dan
Pendanaan Harian, Transfer Dana, Rekonsiliasi Bank, Akuntansi dan Pelaporan, dan Pengelolaan
Kas di berbagai Ditjen yang mengelola anggaran non kementerian. Diagram di bawah ini

24
memperlihatkan fitur standar modul pengelolaan kas SPAN Oracle yang terhubung dengan modul-
modul lainnya.

25
E. Kontrol/Pengendalian
Penerapan modul baru pengelolaan komitmen di SPAN akan memfasilitasi pemantauan
rencana arus kas yang diterima dari unit-unit satuan kerja . Informasi yang komprehensif dan tepat
waktu tentang komitmen akan menambah data yang digunakan di dalam perkiraan kas berdasarkan
data historis belanja yang telah dilakukan. Hal ini akan memungkinkan perekaman komitmen dan
proyeksi jadwal pembayaran mereka, serta perkiraan kas secara akurat yang diperlukan untuk
membayar pengeluaran yang telah dilakukan, mengawasi jadwal pembayaran, dan menyelesaikan
isu-isu terkait penundaan pembayaran.
Kementerian Keuangan telah berupaya untuk memperkenalkan pengelolaan pencairan
anggaran yang efi sien sebagai salah satu kriteria dalam evaluasi kinerja pegawai pemerintah.
Namun, tidak mud ah menyatakan bahwa tanggung jawab atas ketidakefi sienan pengelolaan
pencairan kas disebabkan karena adanya masalah di berbagai tingkat pemerintahan yang berbeda.
Selain itu, indikator kinerja untuk program yang tercakup di dalam anggaran kinerja tidak selalu
konsisten dengan indikator untuk evaluasi terhadap kinerja pegawai.

26
F. Improvement
Kementerian-kementerian Keuangan biasanya mengadakan berbagai program pelatihan
pegawai di bidang pengelolaan kas guna memastikan keberlanjutan. Para administrator dan
pengelola keuangan pada tingkatan ini perlu memiliki pemahaman mendasar tentang keseluruhan
tujuan pengelolaan kas serta peranan dan tanggung jawab mereka dalam mendukung pengelolaan
kas yang efisien, baik di dalam lembaga mereka sendiri maupun di tingkat nasional. Program
pelatihan tersebut perlu dilakukan secara berkala dan dimaksudkan untuk memberikan pelatihan
awal bagi pegawai baru dan pelatihan selama masa bakti bagi pegawai lama.
Pengelolaan kas secara aktif dalam Perbendaharaan memerlukan pelatihan teknik-teknik
pengelolaan kas yang lebih khusus. Pengelolaan kas secara aktif di pasar uang mensyaratkan
sejumlah keterampilan yang hingga kini masih belum memadai di hampir semua kementerian
keuangan negara berkembang. Pegawai yang mumpuni dapat direkrut dari berbagai lembaga
keuangan atau dengan pemberian pelatihan formal jangka panjang di lembaga pendidikan
berkualitas bagi pegawai yang ada guna membangun kapasitas. Peluang karir dan insentif yang
baik perlu untuk mempertahankan pegawai khusus tersebut. Sistem front office, pemrosesan
transaksi, operasional, dan risiko kredit perlu diterapkan secara internal guna mendukung
pengelolaan kas secara aktif. Keputusan untuk mengembangkan fungsi pengelolaan kas secara
aktif dalam Perbendaharaan harus dilakukan setelah dilakukannya analisa manfaat-biaya. Banyak
negara lebih memilih untuk mendelegasikan tanggung jawab ini ke bank sentral.

27
BAB III
Kesimpulan

Simpulan

Kerangka-kerangka peraturan untuk mengimplementasikan fitur-fitur standar sebuah


sistem pengelolaan kas yang efektif sekarang telah diterapkan di Indonesia. Pemberlakuan UU
Keuangan Negara dan UU Perbendaharaan Negara, Surat Keputusan Presiden dan Keputusan
Menteri Keuangan yang terperinci menetapkan peran, tanggung jawab, dan prosedur terkait
pengaturan perbankan pemerintah, pengaturan dana untuk melaksanakan anggaran, pengukuhan
komitmen untuk pengadaan barang dan jasa, pelaksanaan pembayaran tersentralisasi dari TSA,
serta pengelolaan kas dan utang. Secara keseluruhan, peraturan-peraturan ini mendukung
pengelolaan kas yang efektif dan sesuai dengan praktik-praktik internasional modern. Tantangan
yang masih tersisa kini kebanyakan terkait dengan peningkatan kelengkapan fungsi pengelolaan
kas dan dukungan terhadap penegakan kepatuhan.
Saat ini, cakupan pengelolaan kas di Indonesia terbatas pada sektor pemerintah pusat.
Kerangka kelembagaan untuk pengelolaan kas di Indonesia, yang dibentuk pada tahun 2004
seiring dengan reorganisasi dalam lingkungan Kementerian Keuangan, bersifat stabil dan berjalan
dengan baik. Implementasi SPAN dapat meningkatkan kualitas dan keteraturan pemutakhiran arus
kas tahunan, sebagai masukan dalam penyusunan rencana kas pemerintah.
Struktur TSA hibrid yang dipilih Indonesia dilandasi oleh berbagai pertimbangan praktis
dan praktik umum internasional. Rekening “tertinggi” TSA dibuka di Bank Indonesia. Kondisi
sebaran geografis Indonesia dan jumlah kantor cabang BI yang terbatas mengharuskan adanya
pengalihan rekening, yang sebelumnya dikelola oleh KPPN di daerah, ke rekening bersaldo nihil
di cabang bankbank komersial, agar bisa melakukan berbagai pembayaran di seluruh penjuru
Indonesia. Lebih dari 2.500 rekening bersaldo nihil juga telah dibuka di bank komersial untuk
memfasilitasi penyetoran penerimaan dan untuk menerapkan penyetoran penerimaan secara
elektronik ke TSA.
Pentahapan penerapan TSA telah sangat sesuai dengan praktik internasional. Tahap
persiapan melibatkan reformasi kelembagaan serta pengembangan dan penerapan arsitektur TSA.
Rekening pemerintah disurvei dan sebagian besar secara bertahap dimasukkan ke dalam

28
ketataaturan TSA. Konsolidasi ini dilakukan secara bertahap, tahap pertama dengan memasukkan
rekening pengeluaran, kemudian rekening penerimaan, dan terakhir rekening bendahara satker.

29

Anda mungkin juga menyukai