Anda di halaman 1dari 23

Titis Wibisono

11160980000007
Teknik Pertambangan
Menurut istilah kriging diambil dari nama seorang
ahli matematika Geologi, yaitu D.G. Krige, yang
pertama kali menggunakan korelasi spasial dan
estimator yang tidak bias.
Istilah kriging diperkenalkan oleh G. Matheron
tahun 1963 untuk menonjolkan metode khusus
dalam rata-rata bergerak terbobot (weighted
moving average) yang meminimalkan variansi dari
hasil estimasi Kriging adalah suatu metode
geostatistika yang memanfaatkan nilai spasial pada
lokasi tersampel dan variogram untuk memprediksi
nilai pada lokasi lain yang belum atau tidak
tersampel dimana nilai prediksi tersebut tergantung
pada kedekatannya terhadap lokasi tersampel.
 Punctual kriging merupakan bentuk kriging yang paling
sederhana.
 Punctual Kriging diberlakukan asumsi kestasioneran dalam
rata-rata (µ) dan variansi (σ2 ). Jika asumsi kestasioneran
tersebut tidak terpenuhi maka punctual kriging
menghasilkan nilai prediksi yang kurang presisi
 punctual kriging merupakan modifikasi dari metode rata-
rata bergerak terbobot (weighted moving average method)
yang meminimalkan variansi galat (error) estimatornya
dengan menggunakan pengali Lagrange.
 Biasa digunakan dalam pemetaan kontur dimana
pengamatannya berupa elevasi atas dari formasi yang
diukur dalam lubang bor
Estimator Kriging 𝑌p merupakan kombinasi linier
khusus dari nilai variabel sampel Yi yang
diketahui atau ditulis secara matematis sebagai
berikut, 𝑌p = ∑ WiY
Dimana :
W = koefisien bobot
Yi = Banyak sample
Dengan 𝑌p adalah nilai sesungguhnya yang tidak
diketahui maka :
 𝑌 p adalah estimasi dari Y p

 p = (𝑌 p − Yp) adalah galat estimasi

 adalah Variansi galat estimasi

 adalah standart deviasi galat


estimasi
Misalkan dibuat suatu estimasi Kriging dari nilai y di titik P
dari 3 (tiga) observasi yang diketahui yaitu:
y1 , y2 dan y3 dengan bobot masing-masing untuk persamaan
Kriging w1 , w2 dan w3 . Untuk mendapatkan solusi yang
diinginkan ini diperlukan 3(tiga) persamaan simultan berikut
dan ditambahkan dengan 1(satu) persamaan persyaratan
pembobotan (yaitu penjumlahan semua bobot adalah
samadengan 1 (satu) ) untuk menjamin ketakbiasan solusi
tersebut. Sehingga setelah dijabarkan terdapat 4(empat)
persamaan sebagai berikut:

w1γ (h11) + w2γ (h12)+ w3γ (h13) = γ (h1P)


w1γ (h21)+ w2γ (h22) + w3γ (h23) = γ (h2P)
w1γ (h31) + w2γ (h32) + w3γ (h33)= γ (h3P)
dengan syarat: w1 + w2 + w3 = 1
(Pers 1)
dimana:γ (hij) adalah semivariansi
terhadap suatu jarak h yang berkorespondensi
secara terpisah antara titik-titik i dan j( i =
1,2,3 ; j = 1,2,3,P ). Dengan demikian ini
menunjukkan suatu sistem persamaan yang
terdiri dari 4 (empat) persamaan dengan 3 (tiga)
variabel yang tak diketahui yaitu: w1 , w2 dan w3
.
Selanjutnya digunakan derajat kebebasan
ekstra untuk meyakinkan bahwa solusi tersebut
memiliki galat estimasi minimum. Untuk itu
ditambahkan suatu variabel slek λ pada sistem
persamaan di atas yang biasanya disebut
sebagai pengali Lagrange. Dengan demikian
sistem persamaan 1 menjadi :
(Pers 2)

Sistem persamaan 2 ini dapat ditulis dalam


bentuk matriks sebagai berikut:
Persamaan untuk menemukan 𝑊𝑖 :
w1 (0)  w2 (12.2)  w3 (11.5)    4.0
w1 (12.2)  w2 (0)  w3 (18.1)    12.1
w1 (11.5)  w2 (18.1)  w3 (0)    7.9
w1  w2  w3  0  1.0
Lalu di buat dalam bentuk Matriks :
 0 12.2 11.5 1  w1   4 
12.2 0 18.1 1  w  12.1
  2   
11.5 18.1 0 1  w3   7.9 
     
 1 1 1 0 
    1 
Dengan menggunakan data matriks tersebut
Maka di dapatkan hasil :

Kemudian digunakan invers untuk menemukan


nilai x dengan cara:
X = A-1 . B
Maka di dapatkan :
Jika berat sudah diketahui maka lokasi p dan q
akan di estimasi dengan :

𝑌p = 0,5954(120)+0.09075(103)+0.3071(142)
=125,1 Meter
𝑌𝑞=0,1676(120)+0,55796(103)+0,2528(142)
=115,7 Meter
Lalu mencari variansi galat estimasi :
= 0.5954(4)+0,0975(12,1)+0,307(7,9)-
0,7298(1)
= 5,25 Meter
= 0,1676(9,6)+0,5796(6,3)+0,2528(12,0)-
0,3711(1)
= 7,91 Meter
Lalu mencari standart deviasi
= 5
=2,3 Meter
= 7,91
=2,8 Meter
sehingga elevasi muka air di lokasi baru ini
dapat dinyatakan sebagai :
𝑌p =125,1 ± 4,6 Meter dengan 95%
probability
𝑌𝑞 = 115,7 ± 5,6 Meter dengan 95% probability
 Metode universal kriging hanya digunakan
pada kondisi data yang non stasioner.
 Dalam geostatistik, variabel regional non
stasioner dianggap memiliki 2 komponen;
Drift/Penyimpangan : terdiri dari nilai
rata- rata permukaan dari variabel regional
yang bervariasi
Residual : perbedaan antara pengukuran
aktual dan drift
 Universal kriging terdiri dari 3 operasi :
1. Drift harus diestimasikan dan dihapus
2. Residu stasioner pada kriging diperlukan untuk
mendapatkan nilai estimasi yang dibutuhkan
3. Estimasi residual dikombinasikan dengan drift untuk
mendapatkan estimasi dari permukaan yang sebenarnya
Jika persamaan di tulis dalam bentuk matriks
maka :
 Persamaan pada matrix untuk estimasi titik p

W1   0.4119 
W   0.0137
 2  
 3
W  0.0934 
W   0.4126 
 4   
W5   0.0957 
    0.7245
   
1   0.0660 
 2   
   0.0229 
 Estimasi muka air pada p :
𝑌𝑝 = 𝑊1 𝑌1 + 𝑊2 𝑌2 + 𝑊3 𝑌3 + 𝑊4 𝑌4 +𝑊5 𝑌5

𝑌𝑝 = 0.4119 120 − 0.0137 103 + 0.0934 142 + 0.4126 115 +0.0957 148

𝑌𝑝 = 122.9 meter

 Eror Varians :
𝑆𝜖 2 =[𝑊]𝑇 [𝐵]
𝑆𝜖 2 = 8.1 𝑚2
 Standart deviasi :
=√8.1
=2,84 Meter
 𝑌p =125,1 ± 8.065 Meter dengan 95% Probability

Anda mungkin juga menyukai