Anda di halaman 1dari 121

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN

CILACAP

SKRIPSI

Oleh:
NINO AUGUSTA SASONGKO
E1A003150

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2010
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)
OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN
CILACAP

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman

Oleh:
NINO AUGUSTA SASONGKO
E1A003150

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2010
HALAMAN PENGESAHAN ISI DAN FORMAT SKRIPSI

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) OLEH BADAN


LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN CILACAP

Oleh :
NINO AUGUSTA SASONGKO
E1A003150

Untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Disetujui dan diterima


Pada tanggal April 2010
Para Penguji / Pembimbing
Penguji I/ Penguji II/ Penguji III/
Pembimbing I Pembimbing II Pembimbing III

H. Djumadi, S.H.,S.U. Rochati, S.H.,M.Hum. Sri Hartini, S.H., M.H


NIP. 19470505 198303 1 001 NIP. 19541009 198403 2 001 NIP. 19630926 199002 2 001

Mengetahui,
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Dekan,

Hj. Rochani Urip Salami, S.H.,M.S.


NIP. 19520603 198003 2 001
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini, saya :

Nama : Nino Augusta Sasongko

NIM : E1A003150

Judul Skripsi : ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

(AMDAL) OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP

KABUPATEN CILACAP

Menyatakan bahwa Skripsi yang saya buat ini adalah betul - betul

hasil karya saya sendiri dan tidak menjiplak dari hasil karya orang lain

ataupun dibuatkan oleh orang lain.

Apabila di kemudian hari terbukti saya melakukan pelanggaran

sebagaimana tersebut di atas, maka saya bersedia dikenai sanksi sesuai

dengan aturan yang ada dari pihak Fakultas.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh.

Purwokerto, 21 April 2010

Nino Augusta Sasongko


NIM. EIA003150
Abstraksi

Dalam proses pembangunan yang semakin berkembang dan berkelanjutan


dianggap perlu suatu kajian mengenai dampak akan pembangunan itu sendiri
seperti tercantum dalam Pasal 22 ayat (1) Undang – Undang nomor 32 tahun
2009, yaitu diwajibkan adanya analisis mengenai dampak lingkungan dari usaha
dan/atau kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting bagi
lingkungan, oleh karena itu dibentuk suatu badan khusus yang mengurus masalah
lingkungan hidup di tingkat daerah yaitu Badan Lingkungan Hidup yang salah
satu tugasnya adalah sebagai pelaksana untuk memfasilitasi kegiatan instansi
terkait dalam hal pengendalian dampak lingkungan, yang meliputi penerapan
AMDAL di daerah.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan
pendekatan perundang-undangan. Sumber data yang diperoleh melalui data
sekunder berupa studi pustaka dan data primer dengan wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Cilacap sebagian besar telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang ditindak
lanjutkan melalui beberapa Surat Keputusan Bupati mengenai AMDAL yang
terdiri dari 4 tahapan. Ketidaksesuaian proses AMDAL oleh Badan Lingkungan
Hidup di kabupaten Cilacap adalah terletak pada pelaksanaan usaha/kegiatan yang
dilaksanakan sebelum dikeluarkannya Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
oleh Bupati. Rendahnya sanksi yang diberikan pada kegiatan yang belum
memiliki AMDAL tetapi sudah berjalan, adalah diantaranya Audit Lingkungan
Hidup wajib, namun hal ini pada kenyataannya dipandang belum cukup kuat
untuk menjerat pelaku pelanggaran atas AMDAL, sehingga dapat memunculkan
pelanggaran sejenis akibat rendahnya “efek jera” dari sanksi yang diberlakukan.

Kata kunci: AMDAL


Abstract

In course the of development that is more developed and continued, it is


necessary to study the impact of development. Just like included in section 22
article (1) law No. 32 in 2009, that is an obligation for an analysis of the impact
for the environment for every effort and/or activity that estimated to have an
important impact for environment, therefore formed a special body that
administers environment problem at region level that is one of the task is facilitate
related resort activity in the case of environment impact control, to cover the
AMDAL activity at the region.
This research used the juridicial legal research method with the legal
approach. The data source collected from secondary data that is literature and
primary data with interview.
The conclusion of this research is that AMDAL were held by the Cilacap’s
environmental government institution have done almost all of the law of AMDAL
according to the Government law No. 27 in 1997 on an analysis of the impact for
the environment that knocked down with several regent letter that AMDAL
consist of 4 steps. The disobedient of this steps is can be found by the effort
and/or activity that begun earlier than it should be, before any elegibility decision
letter by the regent received. the low sanction that given for the activites that not
yet has amdal but still progressing will be an obligatory environment audi, but this
sanction is practically is looked not yet enough to snare infringement executant on
amdal, so that infringement can showed of again because of the low consequence
from this kind of sanction.

Keyword: AMDAL
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan hidayah dan inayah serta karunia-Nya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat agar
dapat mengikuti kesarjanaan pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto.
Dalam penyusunan skripsi yang berjudul “ANALISIS MENGENAI
DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) OLEH BADAN LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN CILACAP”, penulis yakin bahwa tanpa adanya bantuan baik moril
maupun materiil yang tidak sedikit yang telah penulis dapatkan dari berbagai
pihak, maka kelengkapan dari skripsi ini mungkin akan terwujud, meskipun
penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan karena kemampuanlah yang membatasi semua ini, untuk
itu segala kritik dan saran yang sifatnya membengun demi kesempurnaan skripsi
ini sangat penulis harapkan.
Pada kesempatan ini, sudah sepantasnyalah penulis menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan yang setinggi - tingginya kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Ibu Hj. Rochani
Urip Salami, S.H.,M.S.
2. Kepala Bagian Hukum Administrasi Negara, Bapak Sutikno, S.H.
3. Dosen Pembimbing I, Bapak H. Djumadi, S.H.,S.U.
4. Dosen Pembimbing II, Ibu Rochati, S.H.,M.Hum.
5. Dosen Penguji Ibu Sri Hartini, S.H., M.H
6. Bapak Abdul Azis Nasihudin, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing Akademik.
7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Jenderal
Soedirman.
8. Ibu Ully Nasution terima kasih untuk doa dan dukungannya dan Bapak Kadar
Sasongko (alm) atas inspirasinya.
9. Kakak saya Sandra Prima, S.E. dan Agustyawan serta Paman dan Bibi
Goenawan.
10. Bapak Sardjono, S.H. atas bantuannya dan segenap jajaran kantor Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap terutama Bapak Jamaludin. S.T. atas
kerjasama dan dukungannya.
11. Sahabat – sahabat saya Aris, Vanny, Cok Gede, Wahyu, Mar’atus, kost Poker
(Raka, Annisa, Subhan, Sofyan, Eli, Lukito, Bagus), Uci, Rahmat, Yuni,
Bunga. i
12. Rekan – rekan saya dalam bermusik dan futsal
13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun ii
materiil kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. iii

Purwokerto, April 2010 iv

Penulis vi

viii

8
DAFTAR ISI 8

Halaman
10

18

18

19
HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN SURAT PERNYATAAN

ABSTRAKSI

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.
20
A. Latar Belakang Masalah
22
B. Perumusan Masalah
22
C. Tujuan Penelitian
22
D. Manfaat Penelitian
41
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.
41
A. Tinjauan Tentang Lingkungan Hidup dan Hukum Lingkungan
41
1. Pengertian Lingkungan Hidup
41
2. Pengertian Hukum Lingkungan.
42
B. Tinjauan Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
43
(AMDAL)
43
1. Pengertian AMDAL
43
2. Pihak – Pihak yang Terkait Dalam Penyusunan AMDAL
45
3. Sejarah Perkembangan Pelaksanaan AMDAL
45
C. Tinjauan Tentang Badan Lingkungan Hidup
53

108

108

110
1. Pengertian Badan Lingkungan Hidup

2. Tugas dan Wewenang Badan Lingkungan Hidup

BAB III METODE PENELITIAN.

A. Metode Pendekatan

B. Spesifikasi Penelitian

C. Lokasi Penelitian

D. Sumber Data

E. Metode Pengumpulan Data

F. Metode Penyajian Data

G. Metode Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB V PENUTUP.

A. Simpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA.

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Salah satu faktor yang menentukan dalam pembangunan adalah

lingkungan hidup, dimana lingkungan hidup adalah tempat pembangunan

berlangsung. Lingkungan hidup mempunyai arti penting dalam kehidupan

manusia, seperti tercantum dalam Undang – Undang nomor 32 tahun 2009

disebutkan pengertian lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,

yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lain. Ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang,

tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan nusantara dalam

melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya.

Manusia dalam pengertian mengenai lingkungan hidup merupakan salah

satu unsur makhluk hidup, seperti yang tercantum dalam Undang – Undang

lingkungan hidup, dan di sini manusia memiliki pengaruh terhadap kelangsungan

kehidupan makhluk hidup lainnya yang secara naluriah tidak mencemari, merusak

atau menguras lingkungan. Kehidupan makhluk hidup lain selain manusia tidak

tergantung akan ada atau tidaknya manusia tetapi sebaliknya kehidupan manusia

bergantung pada makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan.

Manusia seharusnya berusaha untuk menjaga agar lingkungan yang ada

tetap sehat dan serasi serta terpelihara, bahkan menjadikan lingkungan yang ada
menjadi lebih baik dan lebih indah. Kerusakan yang sudah terjadi hendaknya

diperbaiki sebelum menjadi bertambah parah.

Salah satu upaya adalah membentuk peraturan yang baik dan lengkap,

disertai penerapan dan penegakan yang baik hal ini bertujuan untuk menjaga,

memelihara lingkungan yang baik dan sehat, serta lestari. Dalam menerapkan dan

menegakkan hukum lingkungan diperlukan pelaksana dan penegak hukum yang

cakap, jujur, dan mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan diri

atau golongan serta mementingkan kenikmatan masa depan daripada kenikmatan

sesaat di masa kini.1

Dalam proses pembangunan yang semakin berkembang dan berkelanjutan

dianggap perlu suatu kajian mengenai dampak akan pembangunan itu sendiri

seperti tercantum dalam Pasal 22 ayat (1) Undang – Undang nomor 32 tahun

2009, yaitu diwajibkan adanya analisis mengenai dampak lingkungan dari usaha

dan/atau kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting bagi

lingkungan, oleh karena itu dibentuk suatu badan khusus yang mengurus masalah

lingkungan hidup di tingkat daerah yaitu Badan Lingkungan Hidup yang salah

satu tugasnya adalah sebagai pelaksana untuk memfasilitasi kegiatan instansi

terkait dalam hal pengendalian dampak lingkungan, yang meliputi penerapan

AMDAL di daerah.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) menjadi bentuk kajian

mengenai dampak dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada

1
Hartiwiningsih,2007,Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penegakan Hukum
Pidana Lingkungan, hlm. 20.
lingkungan hidup sebagai penyeimbang dari pertumbuhan pembangunan yang

seringkali menimbulkan dampak yang tidak terduga terhadap lingkungan alam

dan lingkungan sosial. Seperti dalam PP no. 27 tahun 1999 Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan

penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup

yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan

usaha dan/atau kegiatan. Sehingga AMDAL diperlukan dalam setiap proses

pembangunan, baik dari perencanaan hingga nantinya pada pengawasan dan jika

terdapat permasalahan, AMDAL memperhatikan tiap aspek lingkungan yang ada,

baik fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan

masyarakat. Dalam perkembangannya instansi yang terkait dengan urusan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) berada dalam lingkup

Departemen Lingkungan Hidup.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan sebagai penyeimbang antara

lingkungan hidup dan pembangunan memiliki standar – standar yang harus

ditegakan dalam upayanya menjaga keseimbangan kedua aspek tersebut. Dalam

pelaksanaannya lembaga terkait dalam hal ini harus memperhatikan setiap aspek

yang ada dan berhubungan dengan apa yang menjadi pokok persoalan, baik itu

dari pelaku usaha, masyarakat, efek lingkungan, hingga pemerintah sendiri.

Berkaitan dengan pembangunan daerah dan Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL), dapat dilihat bagaimana suatu daerah dalam membangun

membutuhkan suatu kajian mengenai dampak lingkungan hidup atas


pembangunan yang dilakukan serta digunakan dalam merencanakan

pembangunan. Seperti kita ketahui juga setelah munculnya peraturan mengenai

otonomi daerah maka tiap daerah memiliki struktur organisasi tersendiri yang

bertujuan untuk mengoptimalkan potensi serta mengakomodasi kepentingan

daerah tersebut.

Optimalisasi potensi daerah yang ada tentunya memiliki banyak faktor

yang menyertainya, seperti jika mengambil contoh munculnya kerugian

lingkungan akibat eksploitasi di suatu daerah yang merusak daerah lainnya seperti

izin hak penguasaan hutan (HPH) atau izin galian C di kabupaten yang berada di

hulu sungai akan mempengaruhi kabupaten yang berada di hilir sungai atau jika

kita mengambil contoh lain seperti eksploitasi yang berlebihan dan tidak

terkontrol demi meningkatkan pendapatan daerah dapat menghancurkan daerah

itu sendiri di masa depan. Namun jika kita melihat sisi baik dari optimalisasi

daerah, kita dapat menggunakan istilah daerah lebih mengetahui apa yang ada di

daerah daripada pemerintah pusat.

Dalam peraturan Perundang – Undangan mengenai Lingkungan hidup baik

itu yang bersifat umum ataupun peraturan – peraturan yang bersifat khusus

mengenai lingkungan hidup, banyak terdapat pasal – pasal yang berkaitan dengan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dalam peraturan yang ada, terdapat juga

hal –hal yang mempengaruhi proses penanganan Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan seperti pihak – pihak yang terkait dalam proses tersebut.


Dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan sebenarnya terdapat

tingkat kesulitan yang besar. Baik itu dilihat dari dalam lembaga itu sendiri

ataupun dari luar, seperti ketika kita melihat terkadang banyak permasalahan

timbul akibat tuntutan pembangunan yang terkadang membuat manusia

melupakan lingkungan hidupnya.

Dalam penanganan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan terdapat

banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam menilai dampak terhadap

lingkungan. Dalam perkembangannya, setiap aktivitas dalam pembangunan yang

bersentuhan dengan lingkungan hidup, memerlukan suatu standar mengenai Baku

Mutu Lingkungan (BML) yang menjadikan tugas tersebut menjadi tidak mudah,

karena membutuhkan tenaga dan waktu penelitian yang tidak sedikit. Karena itu

beberapa peraturan telah membuat pola yang sistematis untuk pelaksanaan kajian,

untuk memperoleh pendataan yang baik.

Pada setiap kajian, yang mana bertujuan untuk memberikan informasi

yang berujung pada diberi atau tidaknya ijin atas suatu pembangunan, akan

kembali pada tujuan pembangunan itu sendiri dan bagaimana dampaknya bagi

lingkungan. Maksudnya di sini adalah pada setiap kajian analisis mengenai

dampak lingkungan akan memperhatikan semua aspek baik itu dari lingkungan

maupun dari kepentingan pembangunan itu sendiri.

Sebagai salah satu lembaga yang berperan dalam penanganan analisis

mengenai dampak lingkungan di daerah adalah Badan Lingkungan Hidup.. Hal ini

mendorong penulis untuk meneliti proses penanganan Analisis Mengenai dampak


lingkungan, dalam kaitannya dengan Badan Lingkungan Hidup setelah terjadi

perubahan struktur kedinasan pada suatu daerah dengan judul: ”ANALISIS

MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) OLEH BADAN

LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN CILACAP”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di

Kabupaten Cilacap?

2. Hambatan apa saja yang terjadi dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL) di Kabupaten Cilacap?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di

Kabupaten Cilacap.

2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang terjadi dalam Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (AMDAL) di Kabupaten Cilacap.

D. Manfaat Penelitian

A. secara teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta guna menambah pustaka

hukum yang berkaitan dengan hukum lingkungan terutama yang berkaitan

dengan masalah yang di teliti.


B. secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat ikut mengkontribusikan ilmu,

khususnya kepada praktisi hukum dan masyarakat mengenai analisis mengenai

dampak lingkungan, dan menjadi sarana sosialisasi serta landasan untuk pelaku

usaha dalam hal mengurus analisis mengenai dampak lingkungan serta untuk

lebih meningkatkan kinerja lembaga pemerintah terkait, dan mewujudkan

pengabdian terhadap masyarakat dan Negara.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Lingkungan Hidup dan Hukum Lingkungan

1. Pengertian Lingkungan hidup

Lingkungan hidup dalam Undang-Undang no. 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang

dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia,

dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan merupakan

kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam

seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di

atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi

ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik

tersebut.

Manusia hidup di alam dan beradaptasi di tengah – tengah makhluk

hidup lainnya. Lingkungan hidup terbentuk melalui proses yang rumit dan

panjang yang pada akhirnya terbentuk alam yang ada saat ini. Lingkungan

hidup menghasilkan sumber daya yang digunakan oleh manusia. Maka dari

itu seharusnya sebagai bentuk timbal balik atas apa yang diberikan oleh

lingkungan hidup, manusia seharusnya mengusahakan agar lingkungan hidup


menjadi sehat dan serasi serta tetap terpelihara. Jika muncul kerusakan, maka

hendaknya diperbaiki sebelum menjadi lebih parah.2

Alam sebenarnya memiliki sistem yang sangat kompleks, demikian

pula ciri dan wataknya yang sangat beraneka ragam. Namun ada beberapa

watak yang dapat diidentifikasi seperti:

1. Dinamis

Lingkungan hidup sebagai suatu ekosistem berkembang dari waktu ke

waktu dan gejala – gejalanya dapat dilihat dari fenomena – fenomena

yang terjadi, seperti fenomena fisik, biologis, dan sosial.

2. Saling Berinteraksi

Dalam suatu lingkungan biasanya dalam sub sistemnya atau yang lebih

rendah akan saling berinteraksi terus menerus guna mencapai

keseimbangan. Apabila ada pengaruh dari luar maka akan terjadi

interaksi pula untuk mencapai keseimbangn baru

3. Interpendensi

Dalam suatu sistem, setiap bagian dari sistem akan bergantung pada

bagian lainnya. jadi tiap – tiap bagian dari sistem tidak hanya akan saling

kait mengkait dan berhubungan satu dan lainnya, tetapi juga terdapat

saling ketergantungan.

4. Integrasi

Penampilan sistem sebagai suatu konsep kesatuan yang terintegrasi lebih

memiliki keutamaan. Integrasi ini merupakan salah satu konsep


2
Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 2.
pendekatan sistem. Dengan konsep keterpaduan ini maka setiap bagian

dari sistem pembangunan dirancang secara terintegrasi untuk mencapai

tujuan tertentu.

5. Tujuan Sistem

Suatu sistem dibuat dengan tujuan tertentu. Bentuk tujuan dari suatu

sistem merupakan suatu bentuk yang diharapkan (desired output).

Pengukuran tujuan dari suatu sistem yang dirancang, sedapat mungkin

harus jelas dan sejauh mungkin dinyatakan dalam suatu ukuran kualitatif.

6. Organisasi Sistem

Organisasi dalam suatu struktur sistem menyangkut fungsi, struktur, dan

hirarki. Dalam pengorganisasian sistem harus memungkinkan bahwa

masing – masing sub sistem dapat mencapai tujuannya yang selaras

dengan tujuan keseluruhan dari sistem

7. Multi Disiplin

Pendekatan sistem dimaksudkan untuk dapat memecahkan masalah yang

kompleks. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan dari berbagai disiplin.

Pendekatan sistem dilakukan untuk mengambil keputusan dalam

perencanaan dan perancangan sistem.3

2. Pengertian Hukum lingkungan

Hukum lingkungan dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu

bidang ilmu hukum yang paling strategis karena hukum lingkungan

3
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan, hlm. 50 – 53.
mempunyai banyak segi yaitu segi hukum administrasi, segi hukum pidana,

dan segi hukum perdata. Dengan demikian, tentu saja hukum lingkungan

memiliki aspek yang lebih kompleks.

Dalam literatur berbahasa Inggris Hukum lingkungan disebut

enviromental law. Orang Belanda menyebutnya milieurecht, sedangkan

Jerman menyebutnya umweltrecht, Perancis menyebutnya droit de

environment, Malaysia dengan bahasa Melayu memberi nama hukum alam

sekitar, suatu istilah berbau harfiah. Semua istilah pelbagai bahasa bermaksud

untuk menunjukan bagian hukum yang bersangkutan dengan lingkungan fisik

dan menunjukan bagian hukum yang bersangkutan dengan lingkungan fisik

dan dapat diterapkan untuk mengatasi pencemaran, pengurasan, dan

perusakan (verontreiniging, uitputting en aantasting) lingkungan (fisik).

Hukum lingkungan pada umumnya bertujuan menyelesaikan masalah

lingkungan khususnya yang disebabkan oleh manusia. Kerusakan lingkungan

atau penurunan mutu lingkungan bagi manusia dapat dilihat dari nilai – nilai

lingkungan untuk kesehatan, kesejahteraan, dan ketentraman manusia. Nilai

lingkungan yang hilang dan berkurang akibat pemanfaatan tertentu oleh umat

manusia. Menurut Drupsteen, masalah lingkungan merupakan kemunduran

kualitas lingkungan, atau dengan kata lain, bahwa masalah lingkungan yang

menyangkut gangguan terhadap lingkungan antara manusia dan lingkungan

bentuk – bentuknya berupa pencemaran, pengurasan, dan perusakan

lingkungan.4
4
Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 7.
Dalam pengertian sederhana, hukum lingkungan diartikan sebagai

hukum yang mengatur tatanan lingkungan (lingkungan hidup), di mana

lingkungan mencakup semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya

manusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat dalam ruang manusia berada

dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia serta

jasad-jasad hidup lainnya.5 Dalam pengertiannya hukum lingkungan terbagi

menjadi dua yaitu:

a. Hukum Lingkungan Modern

Hukum lingkungan yang lebih berorientasi pada lingkungan atau

Environment-Oriented Law. Dalam hukum lingkungan modern,

ditetapkan ketentuan dan norma - norma guna mengatur tindak perbuatan

manusia dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dari kerusakan dan

kemerosotan mutunya demi untuk menjamin kelestariannya agar dapat

secara langsung terus-menerus digunakan oleh generasi sekarang maupun

generasi - generasi mendatang. Hukum Lingkungan modern berorientasi

pada lingkungan, sehingga sifat dan waktunya juga mengikuti sifat dan

watak dari lingkungan itu sendiri dan dengan demikian lebih banyak

berguru kepada ekologi. Dengan orientasi kepada lingkungan ini, maka

Hukum Lingkungan Modern memiliki sifat utuh menyeluruh atau

5
Hartiwiningsih,2007,Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penegakan Hukum
Pidana Lingkungan, hlm. 2.
komprehensif integral, selalu berada dalam dinamika dengan sifat dan

wataknya yang luwes.6

b. Hukum Lingkungan Klasik

Sebaliknya hukum lingkungan klasik lebih menekankan pada

orientasi penggunaan lingkungan atau Use-Oriented Law. Hukum

Lingkungan Klasik menetapkan ketentuan dan norma-norma dengan

tujuan terutama sekali untuk menjamin penggunaan dan eksploitasi

sumber - sumber daya lingkungan dengan berbagai akal dan kepandaian

manusia guna mencapai hasil semaksimal mungkin, dan dalam jangka

waktu yang sesingkat - singkatnya. Hukum Lingkungan klasik bersifat

sektoral, serta kaku dan sukar berubah. Mochtar Kusumaatmadja

mengemukakan, bahwa sistem pendekatan terpadu atau utuh harus

diterapkan oleh hukum untuk mampu mengatur lingkungan hidup

manusia secara tepat dan baik, sistem pendekatan ini telah melandasi

perkembangan Hukum Lingkungan di Indonesia. Drupsteen

mengemukakan, bahwa Hukum Lingkungan (Millieu recht) adalah

hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam (Naturalijk milleu)

dalam arti seluas - luasnya. Ruang lingkupnya berkaitan dengan dan

ditentukan oleh ruang lingkup pengelolaan lingkungan. Mengingat

pengelolaan lingkungan dilakukan terutama oleh Pemerintah, maka

6
Hartiwiningsih,2007,Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penegakan Hukum
Pidana Lingkungan, hlm. 3.
Hukum Lingkungan sebagian besar terdiri atas Hukum Pemerintahan

(bestuursrecht).

Hukum Lingkungan merupakan instrumen yuridis bagi

pengelolaan lingkungan hidup, dengan demikian hukum lingkungan pada

hakekatnya merupakan suatu bidang hukum yang terutama sekali

dikuasai oleh kaidah - kaidah hukum administrasi negara. Untuk itu

dalam pelaksanaannya aparat pemerintah perlu memperhatikan “Asas -

asas Umum Pemerintahan yang Baik” (Algemene Beginselen van

Behoorlijk Bestuur/General Principles of Good Administration). Hal ini

dimaksudkan agar dalam pelaksanaan kebijaksanaannya tidak

menyimpang dari tujuan pengelolaan lingkungan hidup.7

Dilihat dari fungsinya, hukum lingkungan berisi kaidah – kaidah

tentang perilaku masyarakat yang positif terhadap lingkungannya,

langsung atau tidak langsung. Secara langsung kepada masyarakat

hukum lingkungan menyatakan apa yang dilarang dan apa yang

diperbolehkan. Secara tidak langsung kepada warga masyarakat adalah

memberikan landasan bagi yang berwenang untuk memberikan kaidah

kepada masyarakat.8

Hukum lingkungan dapat dilihat memiliki dua dimensi. Yang

pertama adalah ketentuan tentang tingkah laku masyarakat, semuanya

bertujuan agar anggota masyarakat memenuhi hukum lingkungan yang

7
Id.wikipedia.org. kata kunci “Hukum Lingkungan” . diakses : 26 september 2008.
8
Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 8
bertujuan untuk memecahkan masalah lingkungan. Yang kedua, adalah

dimensi yang memberikan hak, kewajiban, dan wewenang badan – badan

pemerintah dalam mengelola lingkungan.

Dalam hukum nasional, hukum lingkungan menempati titk silang

pelbagai hukum klasik, yaitu hukum publik dan privat. Termasuk hukum

publik adalah hukum pidana, hukum pemerintahan (administratif),

hukum pajak, hukum tata negara, bahkan menurut pendapat penulis

hukum agraria pun berkaitan dengan hukum lingkungan. Kaitannya

dengan UUD 1945 dan hukum tata negara, dapat dilihat Pasal 33 ayat (3)

UUD 1945 yang menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang

terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar –

besarnya untuk kemakmuran rakyat. Ketentuan ini telah dijabarkan ke

dalam Undang – Undang Pokok Agraria Tahun 1960, bahkan telah

ditambah dengan dimensi baru, yaitu ruang angkasa di samping bumi dan

air. Dengan demikian, pemberian hak milik, hak guna bangunan, hak

guna usaha, hak pakai, dan lain – lain harus juga memperhatikan

kepentingan lingkungan. Kalau tanah ini dirusak atau dipergunakan yang

mengakibatkan pencemaran atau rusaknya lingkungan hidup, hak itu

dapat dicabut.

Kaitannya dengan hukum perdata dalam hak dan kewajiban,

pertanggung jawaban, ganti kerugian, perbuatan melawan hukum dan

hukum kontrak.
Penegakan hukum lingkungan pun menjadi titik silang

penggunaan instrumen hukum tersebut, terutama instrumen hukum

pemerintahan dan administratif, perdata dan hukum pidana.

Hukum lingkungan merupakan hukum fungsional, karena

bertujuan untuk menanggulangi pencemaran, pengurasan, dan perusakan

lingkungan sehingga tercipta lingkungan yang baik, sehat, indah, dan

nyaman bagi seluruh rakyat. Untuk fungsi itu mempunyai instrumen

seperti disebutkan sebelumnya yang dipergunakan secara selektif dan

kalau perlu secara simultan.

Penegakan hukum lingkungan Indonesia melibatkan pelbagai

instansi pemerintah sekaligus, seperti polisi, jaksa, pemerintah daerah,

pemerintah pusat terutama Departemen Perdagangan, Departemen

Perindustrian, Departemen Kehutanan, dan Departemen Pekerjaan

Umum, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, laboratorium

kriminal, bahkan lembaga swasta seperti LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat), dan lain – lain.

Kerja sama antar instansi tersebut harus serasi, terkoordinasi, dan

terpadu, inilah yang membedakan dengan bidang hukum klasik yang

lain.karena dapat ditegakkan secara serempak, dan dapat juga sendiri –

sendiri, penciptaan hukum lingkungan perlu pula memperhatikan segi

yang berkaitan antar bidang hukum satu dengan yang lainnya, bahkan

bagian – bagian sektoral di dalam hukum lingkungan sendiri9


9
Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 9.
Pembangunan ekonomi, di samping menimbulkan manfaat berupa

taraf hidup masyarakat, dapat juga menimbulkan kerugian ekonomis

melalui kemerosotan mutu lingkungan, melalui pencemaran dan

perusakan lingkungan bila dilaksanakan tanpa memasukan pertimbangan

lingkungan dalam perencanaan kegiatan. Kerusakan dan pencemaran

lingkungan hari ini umumnya terjadi karena tidak dimasukkannya

pertimbangan lingkungan dalam perencanaan kegiatan.

Dengan berlakunya Undang – Undang No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, terjadi pergeseran kewenangan pengelolaan

lingkungan hidup dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah daerah. Dalam

Pasal 7 ayat (1) kewenangan pengelolaan lingkungan hidup menjadi

kewenangan daerah, sedangkan yang menjadi kewenangan Pemerintah

Pusat hanya kewenangan yang bersifat universal. Kewenangan tersebut

adalah:

1. Penetapan pedoman pengendalian sumber daya alam dan pelestarian

lingkungan;

2. Pengaturan pengelolaan lingkungan dalam pemanfaatan sumber daya

laut di luar 12 mil laut;

3. Penilaian analisis dampak lingkungan (ANDAL) bagi kegiatan

potensial berdampak negatif pada masyarakat luas dan/atau

menyangkut pertahanan dan keamanan yang bersifat lintas batas

propinsi dan negara;


4. Penetapan baku mutu lingkungan hidup dan pedoman tentang

pencemaran lingkungan;

5. Penetapan pedoman tentang konservasi sumber daya alam.10

Dengan berpindahnya kewenangan pengelolaan lingkungan hidup

dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, ada semacam

kecemasan bahwa kemerosotan mutu lingkungan akan terjadi. Ini

disebabkan oleh dua hal. Pertama karena adanya kecenderungan bahwa

Pemerintah Daerah berusaha mengejar Pendapatan Asli daerah (PAD),

yang mengabaikan upaya penyelamatan lingkungan. Kedua adalah

ketidaksiapan SDM Pemerintah Daerah untuk melakukan pengelolaan

lingkungan guna menciptakan pembangunan berkelanjutan.

B. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

1. Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Berdasarkan PP no. 27 tahun 1999, definisi AMDAL ialah kajian

mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang

direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses

pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah suatu studi yang

mendalam tentang dampak negatif dari suatu kegiatan. AMDAL mempelajari

dampak pembangunan terhadap lingkungan hidup dan dampak lingkungan

terhadap pembangunan yang didasarkan pada konsep ekologi, yaitu ilmu

yang mepelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan

10
Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan, hlm. 16 – 17.
hidup, oleh karena itu konsep AMDAL dikatakan sebagai konsep ekologi

pembangunan, yang mempelajari hubungan timbal balik antara pembangunan

dengan lingkungan hidup.11


Pada hakekatnya AMDAL merupakan suatu kajian terhadap suatu

rencana pembangunan agar tetap berwawasan lingkungan. Kegiatan

pembangunan yang dilakukan dijaga agar dalam prosesnya tidak merusak

sistem dalam ekosistem. AMDAL sebagai suatu kajian tersistem digunakan

untuk perencanaan suatu program agar sesuai dengan model sesungguhnya di

alam.
Dokumen AMDAL terdiri dari beberapa bagian:

1. Dokumen kerangka acuan analisis dampak lingkungan (KA-ANDAL);


2. Dokumen analisis dampak lingkungan;
3. Dokumen rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL);

4. Dokumen rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL);

2. Pihak - pihak terkait dalam penyusunan AMDAL.

a. Pemrakarsa

Orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana

usaha/kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam penyusunan studi

AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan

dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki

sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya.

b. Komisi penilai

Suatu komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL.


11
Soemarwoto, Otto,1988,Analisis Dampak Lingkungan, hlm. 43.
c. Masyarakat yang berkepentingan

Masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam

AMDAL berdasarkan alasan - alasan seperti kedekatan jarak tinggal

dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi,

perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai - nilai

atau norma yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses

AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan

masyarakat pemerhati.

3. Sejarah Perkembangan Pelaksanaan AMDAL

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) mulai

dilaksanakan sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun

1986 tentang AMDAL, sebagai perwujudan dari pasal 16 Undang – Undang

Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup yang berbunyi “Setiap rencana yang diperkirakan

mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi dengan

analisis mengenai dampak lingkungan yang pelaksanaannya diatur dengan

peraturan pemerintah”.
Kebijakan tentang AMDAL telah mengalami beberapa kali perbaikan

atau penyempurnaan. Pada tahun 1993 dikarenakan adanya kebijakan

deregulasi dan debirokratisasi maka terbit Peraturan Pemerintah Nomor 51

Tahun 1993 untuk menyempurnakan Peraturan Pemerintah sebelumnya.


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) disempurnakan kembali

pada tahun 1999 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999,

kebijakan ini didorong oleh kebijakan baru di bidang politik yaitu

demokratisasi, reformasi dan otonomi daerah.


Menurut Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tentang Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan, yang kemudian disempurnakan menjadi

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan, Amdal yang semula hanya memiliki satu model,

berkembang dan mempunyai beberapa bentuk. Model AMDAL yang berlaku

hingga saat ini terbagi menjadi 4 model yang terbagi berdasarkan objek kajian

yaitu:
1. AMDAL Proyek Individual
Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha/kegiatan yang

direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses

pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan. Kajian

ini menghasilkan dokumen kerangka acuan Analisis Dampak

Lingkungan, rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan

Lingkungan.
2. AMDAL Kegiatan Terpadu
Hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha atau kegiatan

yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu

kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu

instansi yang bertanggung jawab.


3. AMDAL Kawasan
Hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha atau kegiatan

yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan


hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan satu instansi yang

bertanggung jawab.
4. AMDAL Regional
Hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha atau kegiatan

yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan

hamparan ekosistem zona rencana pengembagan wilayah sesuai dengan

rencana umum tata ruang daerah dan melibatkan kewenangan lebih dari

satu instansi yang bertanggung jawab.12


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di dalam aspek teori, konsep

dan metodologi ANDAL tidak mengalami perubahan sejak tahun 1986 hingga

kini, sedangkan pada tatanan prosedural sejak ditetapkannya Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan, dokumen penapis Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) tidak

diperlukan lagi.

C. Tinjauan Tentang Badan Lingkungan Hidup


1. Pengertian Badan Lingkungan Hidup

Badan Lingkungan Hidup adalah lembaga yang mempunyai tugas

membantu Bupati dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di

bidang lingkungan hidup.

2. Tugas dan Wewenang Badan Lingkungan Hidup

Untuk melaksanakan tugas membantu Bupati tersebut, Badan

Lingkungan Hidup mempunyai tugas dan wewenang yang meliputi:

a. Perumusan kebijakan bidang lingkungan hidup yang meliputi

perencanaan, pengendalian, pengawasan dampak lingkungan hidup,


12
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
termasuk pengembangan model - model konservasi keanekaragaman

hayati, strategi penegakan hukum, pengembangan instrumen ekonomi

dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup;

b. Pelaksanaan pengendalian serta pengawasan pencemaran dan kerusakan

lingkungan, meliputi kegiatan: pengelolaan limbah bahan berbahaya dan

beracun (B3), pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air,

pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara,

pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk kegiatan

biomassa, pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pesisir dan laut,

penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan akibat

bencana (banjir, longsor, kekeringan dan kebakaran hutan), adaptasi

perubahan iklim dan perlindungan atmosfer;

c. Pelaksanaan fasilitasi kegiatan instansi terkait dalam hal pengendalian

dampak lingkungan, yang meliputi: penerapan AMDAL, penerapan

instrumen baru dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan,

penerapan sistem manajemen, ekolabel, produksi bersih dan teknologi

ramah lingkungan, pengembangan perangkat ekonomi lingkungan,

penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar Kompetensi

Personil Bidang Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Strategis (KLS),

Laboratorium Lingkungan;

d. Pelaksanaan penegakan hukum lingkungan baik secara administrasi,

perdata maupun pidana terhadap pelaku pencemaran dan perusakan


lingkungan hidup dengan mengembangkan skema insentif dan disinsentif

serta pelaksanaan perjanjian internasional di bidang pengendalian

dampak lingkungan;

e. Pelaksanaan pelayanan dengan mengacu pada Standar Pelayanan

Minimal (SPM) dibidang lingkungan hidup;

f. Peningkatan kapasitas kelembagaan yang meliputi kegiatan pendidikan

dan pelatihan;

g. Pengkoordinasian serta pengawasan dalam rangka konservasi sumber daya

alam;

h. Pengendalian tata ruang melalui koordinasi dan peningkatan keterpaduan

dalam perencanaan, pengendalian serta evaluasi dalam pengelolaan

lingkungan hidup terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan;

i. Pelaksanaan kegiatan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium

Lingkungan;

j. pembinaan jabatan fungsional di bidang lingkungan hidup;

k. pembinaan serta peningkatan partisipasi masyarakat, lembaga non

pemerintah dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup;

l. pelaksanaan kegiatan-kegiatan tambahan yang meliputi: pelaksanaan

dekonsentrasi, tugas pembantuan dan dana alokasi khusus (DAK) bidang

lingkungan hidup, pelaksanaan program strategis bidang lingkungan hidup

antara lain Adipura, Menuju Indonesia Hijau (MIH) dan Program For

Pollution Control And Rating (PROPER);


m. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup, terdiri dari:

1. Kepala;

2. Sekretariat;

3. Bidang Tata Lingkungan dan Kelembagaan;

4. Bidang Pelestarian dan Pengendalian Lingkungan;

5. Bidang Kebersihan;

6. Bidang Pertamanan;

7. Kelompok Jabatan Fungsional;

8. UPT Laboratorium Lingkungan.

Sekretariat dan Bidang - bidang, masing - masing dipimpin oleh

seorang Sekretaris dan Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung

jawab langsung kepada Kepala Badan.

Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan

perencanaan dan program administrasi ketatausahaan dan ketatalaksanaan,

pengelolaan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kerumah tanggaan dan

pelayanan teknis administratif kepada pimpinan unit organisasi di lingkungan

Badan Lingkungan Hidup. Untuk melaksanakan tugas, Sekretariat mempunyai

fungsi:
1. Penyusunan perencanaan dan program bidang lingkungan hidup;

2. Pelaksanaan proses administrasi kesekretariatan dalam rangka penyusunan

peraturan Perundang - Undangan di bidang lingkungan hidup;

3. Pembinaan administrasi dalam urusan ketatausahaan, perlengkapan rumah

tangga dan kepegawaian;

4. Pengelolaan administrasi dalam urusan keuangan;

5. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas bidang - bidang, UPT dan kelompok

jabatan fungsional di lingkungan Badan Lingkungan Hidup;

6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Sekretariat, membawahi:

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

2. Sub Bagian Keuangan;

3. Sub Bagian Perencanan;

Masing - masing Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian

yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Sekretaris.

Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Sub Bagian:

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, mempunyai tugas:

a. Melakukan pengelolaan urusan surat menyurat dan tata kearsipan;

b. Melakukan tata usaha kepegawaian;

c. Melakukan pengelolaan administrasi tentang kedudukan, hak dan

kewajiban pegawai;
d. Melakukan tata usaha dan pemeliharaan perlengkapan;

e. Melakukan urusan kerumah tanggaan;

f. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

2. Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas:

a. Menghimpun dan menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan

anggaran keuangan;

b. Melakukan pengelolaan keuangan termasuk pengelolaan gaji

pegawai;

c. Melaksanakan pertanggungjawaban atas pelaksanaan pengelolaan

keuangan;

d. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

3. Sub Bagian Perencanaan, mempunyai tugas:

a. Menghimpun data dan menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan

perencanaan program di bidang lingkungan hidup;

b. Melakukan koordinasi penyusunan program di bidang lingkungan

hidup;

c. Menyiapkan dan mengumpulkan bahan dalam rangka penyusunan

peraturan Perundang - Undangan dibidang lingkungan hidup;


d. Melakukan pelaporan dan evaluasi pelaksanaan program;

e. Mengumpulkan dan menyusun dokumentasi data dan peraturan

Perundang - Undangan serta hasil pembangunan;

f. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Bidang Tata Lingkungan Dan Kelembagaan mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas Badan Lingkungan Hidup di bidang tata

lingkungan dan kelembagaan. Untuk melaksanakan tugas, Bidang Tata

Lingkungan dan Kelembagaan mempunyai fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis pembinaan, koordinasi dan pengendalian

AMDAL serta UKL-UPL;

2. Pembinaan dan pengawasan penerapan sistem manajemen lingkungan

terpadu;

3. Pelayanan perijinan bidang lingkungan hidup;

4. Perumusan kebijakan teknis, pembinaan serta pengawasan penerapan

instrumen ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan

hidup;

5. Pembinaan dan pengawasan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI)

dan standar kompetensi personil bidang lingkungan hidup;

6. Perumusan kebijakan teknis serta pengembangan kapasitas kelembagaan

di bidang lingkungan hidup;


7. Penyelenggaraan diklat dan evaluasi hasil pelaksanaan diklat bidang

lingkungan hidup;

8. Penyelenggaraan pelayanan sistem informasi dibidang lingkungan hidup;

9. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Bidang Tata Lingkungan dan Kelembagaan, membawahi:

1. Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup;

2. Sub Bidang Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Lingkungan Hidup.

Masing - masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Tata

Lingkungan dan Kelembagaan.

Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Bidang:

1. Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup, mempunyai tugas:

a. Menyelenggarakan penilaian AMDAL dan pemberian rekomendasi

UKL-UPL;

b. Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan kebijakan teknis serta

pembinaan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan;

c. Melaksanakan pembinaan serta pengawasan penerapan sistem

manajemen lingkungan, ekolabel, produksi bersih dan teknologi

berwawasan lingkungan;

d. Menyelenggarakan pelayanan perijinan bidang lingkungan hidup;


e. Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan kebijakan teknis,

pembinaan serta pengawasan penerapan instrumen ekonomi dalam

pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup;

f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Tata

Lingkungan dan Kelembagaan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sub Bidang Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Lingkungan Hidup,

mempunyai tugas:

a. Melaksanakan pembinaan serta pengawasan penerapan Standar

Nasional Indonesia (SNI) dibidang lingkungan hidup;

b. Melaksanakan pembinaan serta pengawasan penerapan standar

kompetensi personil dibidang lingkungan hidup;

c. Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan kebijakan teknis dan

pembinaan pengembangan kapasitas kelembagaan dibidang

lingkungan hidup;

d. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta melakukan evaluasi

hasil pelaksanaan dibidang lingkungan hidup;

e. Memberikan pelayanan sistem informasi dibidang lingkungan hidup;

f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Tata

Lingkungan dan Kelembagaan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Pelestarian Dan Pengendalian Lingkungan mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas Badan Lingkungan Hidup di bidang pelestarian


dan pengendalian lingkungan. Untuk melaksanakan tugas, Bidang Pelestarian

dan Pengendalian Lingkungan mempunyai fungsi:

1. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pesisir dan laut skala

kabupaten;

2. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah akibat kebakaran

hutan dan/atau lahan;

3. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk kegiatan

produksi biomassa;

4. Penanggulangan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan akibat

bencana;

5. Pelaksanaan serta pemantauan penataan atas perjanjian internasional,

konvensi dan protokol dibidang lingkungan hidup;

6. Penetapan kebijakan pelaksanaan pengendalian dampak perubahan iklim,

perlindungan lapisan ozon dan pemantauan dampak deposisi asam;

7. Pengkoordinasian pengelolaan konservasi keanekaragaman hayati;

8. Pengawasan serta pengendalian pelaksanaan pengelolaan Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbah B3;

9. Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air;

10. Pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara;

11. Penegakan hukum lingkungan hidup;

12. Pengawasan pelaksanaan penataan perijinan di bidang lingkungan hidup;


13. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Bidang Pelestarian dan Pengendalian Lingkungan, membawahi:

1. Sub Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup dan Konservasi Sumber Daya

Alam;

2. Sub Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup.

Masing - masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang

Pelestarian dan Pengendalian Lingkungan.

Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Sub Bidang:

1. Sub Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup dan Konservasi Sumber Daya

Alam, mempunyai tugas:

a. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan operasional dalam rangka

pelestarian fungsi lingkungan hidup dan konservasi sumber daya

alam;

b. Melakukan upaya pemantauan, pelestarian serta pemulihan kualitas

lingkungan hidup dan konservasi sumber daya alam;

c. Menetapkan lokasi untuk pengelolaan konservasi laut;


d. Menetapkan kawasan yang berisiko rawan bencana dan yang berisiko

menimbulkan bencana lingkungan;

e. Melakukan pencegahan serta pengendalian pencemaran dan/atau

kerusakan wilayah pesisir dan laut;

f. Melakukan monitoring kualitas lingkungan pesisir dan laut;

g. Melakukan koordinasi dan penanggulangan kebakaran hutan;

h. Melakukan pengawasan, pengendalian serta penanggulangan

pencemaran dan atau kerusakan yang berkaitan dengan kebakaran

hutan dan atau bencana alam;

i. Melakukan pengawasan serta pengendalian kerusakan lahan dan atau

tanah akibat kegiatan produksi biomassa;

j. Melakukan koordinasi dalam pengelolaan konservasi keanekaragaman

hayati;

k. Menetapkan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup skala

kabupaten;

l. Merumuskan kebijakan pelaksanaan pengendalian dampak perubahan

iklim, perlindungan lapisan ozon dan pemantauan dampak deposisi

asam;

m. Memantau penaatan atas perjanjian internasional, konvensi dan

protokol di bidang lingkungan hidup skala kabupaten;

n. Melakukan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Pelestarian dan

Pengendalian Lingkungan sesuai dengan tugas dan fungsinya.


2. Sub Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup, mempunyai tugas:

a. Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan kebijakan teknis

pengendalian pencemaran dan atau kerusakan pada media lingkungan

(air, tanah dan udara);

b. Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap limbah industri;

c. Melakukan pengawasan pelaksanaan AMDAL, UKL-UPL dan

penataan perijinan bidang lingkungan hidup;

d. Melaksanakan pembinaan, bimbingan teknis dan pemantauan serta

evaluasi pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan;

e. Melakukan penegakan hukum di bidang lingkungan hidup;

f. Melakukan pengawasan pengelolaan penanggulangan dan pemulihan

pencemaran dan atau kerusakan akibat limbah B3;

g. Melaksanakan pengawasan pelaksanaan sistem tanggap darurat;

h. Melaksanakan pemantauan kualitas air dan pengendalian pencemaran

air kepada sumber air;

i. Melaksanakan pemantauan kualitas udara ambien, emisi serta

kebisingan sumber bergerak dan tidak bergerak;

j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

Pelestarian dan Pengendalian Lingkungan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Bidang Kebersihan mempunyai tugas menyusun rumusan kebijakan di

bidang kebersihan yang meliputi perencanaan, pembinaan dan pengawasan


kegiatan kebersihan. Untuk melaksanakan tugas, Bidang Kebersihan

mempunyai fungsi:

1. Penyiapan bahan dalam rangka penyusunan rumusan kebijakan dibidang

pengelolaan limbah domestik;

2. Pelaksanaan pelayanan pengelolaan limbah domestik;

3. Pelaksanaan kegiatan monitoring, pembinaan serta pengawasan

pengelolaan kebersihan;

4. Pengembangan teknologi pemanfaatan limbah domestik yang berwawasan

lingkungan;

5. Pelaksanaan pembinaan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan

limbah domestik;

6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Bidang Kebersihan, membawahi:

1. Sub Bidang Penanggulangan Limbah Domestik;

2. Sub Bidang Pemanfaatan dan Pemusnahan Limbah Domestik.

Masing - masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang

Kebersihan.

Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Sub Bidang:

1. Sub Bidang Penanggulangan Limbah Domestik, mempunyai tugas:


a. Menyiapkan bahan dalam rangka perumusan program pengendalian

pencemaran limbah domestik;

b. Melaksanakan kegiatan pembinaan serta pemberdayaan masyarakat,

monitoring dan pengawasan pengelolaan limbah domestik;

c. Melaksanakan pelayanan kebersihan kota dan jalan umum, tempat

umum serta ditempat - tempat lain yang dipandang perlu;

d. Menyelenggarakan kebersihan selokan/saluran pembuangan air dan

pengurasan WC umum;

e. Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta pemeliharaan

sarana dan prasarana angkutan darat dibidang kebersihan, pertamanan

dan penerangan jalan umum;

f. Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta pemeliharaan

sarana kendaraan/angkutan sampah;

g. Memberikan pelayanan pengangkutan sampah dan air limbah

domestik;

h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Kebersihan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sub Bidang Pemanfaatan dan Pemusnahan Limbah Domestik, mempunyai

tugas:

a. Merumuskan kebijakan pemanfaatan serta pemusnahan limbah

domestik;
b. Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta pemeliharaan

sarana dan prasarana Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan

Tempat Penampungan Akhir (TPA);

c. Melaksanakan kegiatan pembinaan monitoring serta pengawasan

terhadap pemulung dan pemanfaat limbah domestik;

d. Melaksanakan kegiatan pengolahan sampah domestik (pengomposan)

di Tempat Penampungan Akhir (TPA) dan pengolahan air limbah

domestik di Instalasi Pengolah Limbah Tinja (IPLT);

e. Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta pemeliharaan

sarana/prasarana pengelolaan limbah domestik;

f. Menyelenggarakan pemusnahan/penimbunan sampah dengan sistem

sanitary landfill;

g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Kebersihan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Pertamanan mempunyai tugas dalam menyusun kebijakan di

bidang pertamanan yang meliputi perencanaan, pembinaan serta pengawasan

kegiatan pertamanan dan penerangan jalan umum. Untuk melaksanakan tugas,

Bidang Pertamanan mempunyai fungsi:


1. Penyiapan bahan dalam rangka penyusunan rumusan kebijakan dibidang

pertamanan dan penerangan jalan umum;

2. Perumusan dan pelaksanaan kegiatan dibidang pengelolaan pertamanan

dan penerangan jalan umum;

3. Pelaksanaan kegiatan monitoring, pembinaan serta pengawasan

pengelolaan pertamanan dan penerangan jalan umum;

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Bidang Pertamanan, membawahi:

1. Sub Bidang Pengelolaan Pertamanan;

2. Sub Bidang Penerangan Jalan Umum.

Masing - masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang

Pertamanan.

Tugas Pokok dan Fungsi Masing - masing Sub Bidang:

1. Sub Bidang Pengelolaan Pertamanan, mempunyai tugas:

a. Merencanakan kebijakan pengelolaan pertamanan dan ruang terbuka

hijau;

b. Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta perawatan

sarana/prasarana pengelolaan pertamanan dan penghijauan kota;

c. Melaksanakan kegiatan pengadaan bibit, penanaman dan perawatan

tanaman keras/hias;
d. Melaksanakan kegiatan pembuatan taman kota dan/atau hutan kota;

e. Melaksanakan kegiatan pembangunan tugu peringatan atau taman

monumen;

f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Pertamanan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sub Bidang Penerangan Jalan Umum, mempunyai tugas:

a. Membuat perencanaan lampu penerangan jalan umum dan lampu hias,

taman makan dan sarananya;

b. Menyelenggarakan pembuatan/pembangunan penerangan jalan umum,

lampu hias, taman makam serta sarananya;

c. Melaksanakan pembinaan, pemeliharaan/perawatan penerangan jalan

umum, lampu hias, taman makam serta sarananya;

d. Melakukan inventarisasi peralatan (sarana dan prasarana) penerangan

jalan umum, lampu hias, taman makam serta sarananya;

e. Melaksanakan pengelolaan dan administrasi pajak penerapan jalan;

f. Melakukan pencatatan dan registrasi tanah/lahan taman makam yang

dimiliki pemerintah dan taman makam Desa/Kelurahan dalam wilayah

Ibu Kota Kecamatan (IKK);

g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Pertamanan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas Badan Lingkungan Hidup sesuai dengan keahliannya.


1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang

jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan

bidang keahliannya;

2. Setiap kelompok dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang

ditunjuk dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan;

3. Jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban

kerja;

4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan ketentuan

peraturan Perundang - Undangan yang berlaku.

UPT Laboratorium Lingkungan adalah unsur pelaksana teknis yang

mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan Lingkungan Hidup.

UPT dipimpin oleh seorang Kepala UPT yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Badan.

Tata Kerja dalam Badan Lingkungan Hidup dalam pelaksanaannya

sebagai suatu lembaga adalah sebagai berikut:

1. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Badan wajib menerapkan prinsip

koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik didalam lingkungan badan serta

instansi/lembaga lain yang terkait;

2. Setiap pimpinan pada unit organisasi dalam Badan Lingkungan Hidup

melaksanakan koordinasi pengawasan melekat;


3. Setiap pimpinan pada unit organisasi dalam Badan Lingkungan Hidup

bertanggung jawab serta memberikan bimbingan, pedoman dan petunjuk

bagi pelaksanaan tugas bawahan;

4. Setiap pimpinan dan bawahan unit organisasi dilingkungan Badan

Lingkungan Hidup wajib mengikuti dan mematuhi pedoman dan petunjuk

atasan serta melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada atasan

langsung secara berkala dan tepat waktu.

Badan lingkungan hidup sebagai pelaksana tugasnya khususnya di

Cilacap terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 22

Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja satuan kerja perangkat Dinas di

lingkungan pemerintah kabupaten Cilacap. dimana di dalam salah satu

fungsinya tercantum tentang penerapan AMDAL di Kabupaten Cilacap.


BAB III
METODE PENELITIAN

Metode Pendekatan

Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah metode

pendekatan Yuridis Normatif, yaitu pendekatan yang menggunakan konsepsi

legisme positivis yang menyatakan bahwa hukum identik dengan norma tertulis

yang dibuat oleh pejabat yang berwenang, selain itu konsepsi ini melihat hukum

sebagai suatu sistem normatif yang bersifat otonom terlepas dari kehidupan

masyarakat.13

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi yang diguakan dalam penelitian ini adalah spesifikasi

penelitian deskriptif. Spesifikasi penelitian deskriptif oleh Soerjono Soekanto

dalam bukunya Pengantar Penelitian Hukum dijelaskan, penelitian deskriptif

adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti

mungkin dengan manusia, keadaan atau gejala - gejala lainnya, serta hanya

menjelaskan keadaan objek masalahnya tanpa bermaksud mengambil kesimpulan

yang berlaku umum.14

13
Soemitro,Ronny Hanitijio,1998,metodologi penelitian hukum dan jurimetri, hlm. 11.
14
Soekanto,Soerjono,1986,pengantar penelitian hukum, hlm. 9.
C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap,

perpustakaan Universitas Jenderal Soedirman, pusat informasi ilmiah Fakultas

Hukum Universitas Jenderal Soedirman.

D. Sumber Data

Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pokok atau utama yang bersumber dari

peraturan Perundang - Undangan, buku - buku literatur, keputusan -

keputusan, maupun surat - surat resmi yang ada hubungannya dengan objek

penelitian.

Bahan hukum yang ada dikumpulkan, yaitu melakukan penelitian terhadap

dokumen - dokumen yang berkaitan dengan AMDAL, guna mendapatkan

landasan teoritis dan memperoleh informasi dalam bentuk ketentuan formal

dan melalui naskah resmi yang ada.

a. Bahan - bahan hukum primer


Yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas.

Bahan - bahan hukum primer berupa peraturan Perundang - Undangan,

catatan - catatan resmi atau risalah dalam pembuatan peraturan

Perundang - Undangan.
b. Bahan - bahan hukum sekunder
Yaitu semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen -

dokumen resmi, meliputi buku - buku teks, kamus - kamus hukum, jurnal

- jurnal hukum.

Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian

yang berupa keterangan - keterangan wawancara dengan salah satu pihak

terkait dengan objek penelitian sebagai pelengkap data sekunder.

E. Metode Pengumpulan Data

Data sekunder

Data yang diperoleh dari studi pustaka yaitu mengumpulkan bahan - bahan

kepustakaan yang berupa peraturan Perundang - Undangan, literatur dan

dokumen yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.

Data primer

Data yang diperoleh dari wawancara dengan pihak yang terkait dengan

masalah yang diteliti pada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap

untuk melengkapi data sekunder.

F. Metode Penyajian Data

Metode penyajian data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk

uraian yang disusun secara sistematis, logis, dan rasional. Dalam arti keseluruhan

data yang diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang lainnya disesuaikan

dengan pokok permasalahan yang diteliti, sehingga merupakan suatu kesatuan

yang utuh.

G. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data

kualitatif. Pendapat Soejono S. berkaitan dengan analisis data kualitatif adalah

analisis yang bertujuan untuk mengungkapkan apa yang menjadi latar belakang
kebenaran. Dengan demikian jumlah (kuantitas) data sekunder tidak diutamakan

melainkan kualitas data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi

kepustakaan.15

Dalam metode ini akan dilakukan penjabaran dan pembahasan terhadap

hasil penelitian yang didasarkan pada kaidah - kaidah hukum yang relevan dengan

pokok permasalahan dan doktrin hukum yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti.

15
Soekanto,Soerjono,1986,pengantar penelitian hukum, hlm. 11.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai AMDAL oleh Badan Lingkungan

Hidup Kabupaten Cilacap diperoleh data sebagai berikut:

1. Data Sekunder

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dalam Peraturan Pemerintah

No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan

penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang

direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses

pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) di Indonesia

diberlakukan berdasar PP 51 tahun 1993 (sebelumnya PP 29 tahun 1986)

sebagai realisasi pelaksanaan UU No. 4 tahun 1982 tentang Lingkungan

Hidup yang direvisi menjadi UU No. 23 tahun 1997 dan direvisi lagi menjadi

UU No. 32 tahun 2009. AMDAL merupakan instrumen pengelolaan

lingkungan yang diharapkan dapat mencegah kerusakan lingkungan dan

menjamin upaya - upaya konservasi. Hasil studi AMDAL merupakan bagian

penting dari perencanaan pembangunan proyek itu sendiri.


AMDAL bermanfaat untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan

pembangunan agar layak secara lingkungan. Dengan AMDAL, suatu rencana

usaha dan/atau kegiatan pembangunan diharapkan dapat meminimalkan

kemungkinan dampak negatif terhadap lingkungan hidup, dan

mengembangkan dampak positif, sehingga sumber daya alam dapat

dimanfaatkan secara berkelanjutan (sustainable). Kegunaan AMDAL adalah

sebagai berikut:

a. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah;


b. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan

hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan;


c. Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana

usaha dan/atau kegiatan;


d. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan

pemantauan lingkungan hidup;


e. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari

suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif

dan negatif dari suatu rencana usaha/proyek, yang dipakai pemerintah dalam

memutuskan apakah suatu usaha/proyek layak atau tidak layak lingkungan.

Kajian dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun dengan

mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi, sosial budaya

dan kesehatan masyarakat.

AMDAL bukan merupakan ijin, tetapi merupakan persyaratan yang

harus dipenuhi untuk mendapatkan ijin dalam melakukan usaha atau kegiatan
yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang. Keputusan kelayakan

lingkungan hidup (AMDAL) wajib dilampirkan pada saat permohonan ijin

melakukan usaha atau kegiatan.

Suatu rencana kegiatan dapat dinyatakan tidak layak lingkungan, jika

berdasarkan hasil kajian AMDAL, dampak negatif yang ditimbulkannya tidak

dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia. Demikian juga, jika biaya

yang diperlukan untuk menanggulangi dampak negatif lebih besar daripada

manfaat dari dampak positif yang akan ditimbulkan, maka rencana kegiatan

tersebut dinyatakan tidak layak lingkungan. Suatu rencana kegiatan yang

diputuskan tidak layak lingkungan tidak dapat dilanjutkan pembangunannya.

Dokumen AMDAL disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha

dan/kegiatan. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta

jasa konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen

AMDAL harus telah memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di

bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan materi penyusunan AMDAL

diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000 tentang Pedoman

Penyusunan AMDAL.16

Pelaksanaan AMDAL terdiri dari 4 tahapan yaitu:

1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL

Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi kegiatan

wajib AMDAL, yaitu menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib

menyusun AMDAL atau tidak.


16
Kartakusuma,Dana A,2004,Tanya Jawab AMDAL, hlm. 5-6.
2. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat

Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000,

pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu yang

ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang diberikan,

dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu

sebelum menyusun KA-ANDAL.

3. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)

Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk menentukan lingkup

permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses pelingkupan).

4. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL

Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa mengajukan

dokumen KA-ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai.

Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian KA-

ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun

untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.

Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL,

RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah

disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL).

Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun,

pemrakarsa mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi

Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu

maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar
waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk

memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.17

Terdapat 3 hal utama yang perlu diperhatikan dalam pembentukan

Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota yaitu: Kelembagaan, Sumber Daya

Manusia dan Dana.

Dari segi kelembagaan, Komisi Penilai AMDAL Daerah dapat dibentuk jika:

a. Memiliki sekretariat komisi penilai yang berkedudukan di instansi yang

ditugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup di tingkat

Kabupaten/Kota. Komisi penilai AMDAL akan berfungsi secara efektif

jika lembaga yang menaungi komisi penilai mempunyai eselon yang

cukup tinggi, sehingga dapat melakukan koordinasi antar dinas dan

instansi lain yang berkaitan dengan AMDAL;


b. Adanya organisasi lingkungan/lembaga swadaya masyarakat yang

bergerak di bidang lingkungan hidup yang telah lulus mengikuti

pelatihan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dalam

fungsinya sebagai salah satu anggota komisi penilai;


c. Adanya kemudahan akses ke laboratorium yang memiliki kemampuan

menguji contoh uji kualitas sekurang - kurangnya untuk parameter air

dan udara baik laboratorium yang berada di Kabupaten/Kota maupun di

ibukota propinsi terdekat.

Dari segi sumber daya manusia, Komisi Penilai AMDAL Daerah dapat

dibentuk dengan persyaratan:

17
http://www.menlh.go.id/index.php?idx=amdalnet
a. Tersedianya sumber daya manusia yang telah lulus mengikuti pelatihan

Dasar - dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan/atau

Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan/atau

Penilaian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup khususnya di

instansi pemerintah untuk melaksanakan tugas dan fungsi komisi penilai;


b. Tersedianya tenaga ahli sekurang - kurangnya di bidang biogeofisik-

kimia, ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, perencanaan pembangunan

wilayah/daerah, dan lingkungan sebagai anggota komisi penilai dan tim

teknis; Dari segi dana, pemerintah Kabupaten / Kota harus menyediakan

dana yang memadai dalam APBD untuk pelaksanaan tugas Komisi

Penilai AMDAL. Perlu ditegaskan bahwa Komisi Penilai AMDAL

dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada publik, sehingga

pendanaan untuk kegiatan komisi perlu disediakan oleh pemerintah.18

Tata cara pembentukan komisi Penilai AMDAL di daerah Kabupaten/Kota

diatur melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 41 tahun 2000

tentang Pedoman Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota,

sedangkan kewenangan untuk menilai hasil AMDAL di daerah

kabupaten/kota diatur melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor

40 tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Keputusan Menteri Lingkungan

Hidup Nomor 40 tahun 2000 kedudukan komisi Penilai AMDAL terdapat di

tingkat pusat himgga di kabupaten/kota. Kedudukan Komisi Penilai AMDAL:


18
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 41 Tahun 2000 Tentang Pedoman
Pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.
a. Komisi Penilai AMDAL Pusat berada pada Kementerian Lingkungan

Hidup;
b. Komisi Penilai AMDAL Propinsi berada pada Bapedalda Propinsi;
c. Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota berada pada Bapedalda/Bagian

Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.

Kemudian dalam Pasal 1 ayat (6) tertulis Komisi penilai Kabupaten/Kota

berwenang menilai hasil analisis mengenai dampak lingkungan hidup bagi

semua rencana usaha dan/atau kegiatan di luar kewenangan Pusat dan

Propinsi, sebagaimana diatur melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang wajib Dilengkapi dengan

Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

2. Data Primer
Guna melengkapi data sekunder sebagaimana telah diuraikan

sebelumnya, penulis memperoleh data melalui hasil wawancara dengan

narasumber dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap yaitu bapak

Jamaludin S.T. selaku Kepala Sub Bidang Penataan Lingkungan.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan pada Tanggal 8

Februari 2010 diperoleh keterangan sebagai berikut:


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) oleh Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap dilaksanakan oleh segala pihak terkait

dengan koordinasi bersama oleh Badan Lingkungan Hidup. Lebih lanjut

bapak Jamaludin S.T. menerangkan sejak Badan Lingkungan Hidup berdiri

secara otonom pada tahun 2009, sampai saat wawancara ini dilangsungkan
(08 Februari 2010), Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap telah

menyelesaikan dua buah kajian AMDAL yaitu:


1. Revisi RKL dan RPL PT.Semen Holcim;
2. Sutet Rawalo.

Saat wawancara ini dilangsungkan, Badan lingkungan Hidup Kabupaten

Cilacap sedang menyelesaikan kajian AMDAL mengenai Sutet 500kv PLTU

Jateng – Gitet 500kv Kesugihan.

Berkaitan dengan proses pelaksanaan AMDAL oleh Badan

Lingkungan Hidup seperti tercantum dalam Peraturan Pemerintah nomor 27

tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),

Jamaludin S.T. menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya Badan Lingkungan

Hidup mengkoordinasikan kepada semua pihak terkait, berkaitan dengan

proses kajian AMDAL di kabupaten Cilacap. Berkenaan dengan

pelaksanaannya, Jamaludin S.T. menerangkan tentang dasar hukum dari

masing – masing kegiatan dalam kegiatan AMDAL di Kabupaten Cilacap

adalah berdasarkan atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Surat

Keputusan Bupati yang merupakan turunan dari peraturan – peraturan

diatasnya.

B. Pembahasan

1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di Kabupaten Cilacap


a. Proses Penapisan (Screening) wajib AMDAL

Penapisan merupakan terjemahan dari screening yang berarti

menapis atau menyaring. Penapisan merupakan kata benda yang berarti

sesuatu hal dari hasil kegiatan menapis. Penapisan dalam AMDAL adalah
suatu proses untuk menghasilkan sesuatu, yang merupakan bahan untuk

pengambilan keputusan.

Penapisan untuk menentukan suatu proyek pembangunan pada

AMDAL dilakukan secara nasional, hal ini tercantum dalam Keputusan

Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 yang menetapkan

jenis – jenis usaha yang wajib dilengkapi Analisi Mengenai Dampak

Lingkungan. Penapisan di sini digunakan untuk membantu langkah yang

harus diambil oleh Pemerintah daerah, pemrakarsa proyek dan Komisi

AMDAL.19 Penapisan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

1999, dilaksanakan secara satu langkah, yaitu dengan dikeluarkannya

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 yang

dilengkapi dengan daftar kegiatan wajib AMDAL.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 Pasal 2

ayat (2), Menteri yang ditugasi mengelola lingkungan menetapkan jenis –

jenis usaha atau kegiatan yang wajib menyusun ANDAL setelah

mendengar dan memperhatikan saran dan pendapat instansi teknis yang

bertanggung jawab. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 Pasal 2

ayat (3) menyebutkan bahwa penapisan rencana usaha atau kegiatan yang

ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup akan ditinjau secara berkala

sekurang – kurangnya dalam 5 (Lima) tahun.

19
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan, hlm.105.
Penapisan dalam United Nation Environmental Programme

(1988) mempertimbangkan beberapa hal antara lain:

1. Suatu kriteria yang paling sedarhana dalam ukuran luas proyek dan

lokasi proyek;
2. Pembandingan uraian usulan proyek dengan daftar proyek yang

memerlukan AMDAL;
3. Penentuan dampak yang disebabkan adanya perkembangan infra

struktur, di samping itu pertimbangan dengan ambang batas kualitas

lingkungan;
4. Penggunaan analisis yang lebih memadai dan penyiapan tambahan

data baru di samping data yang telah tersedia.20

Pada dasarnya tujuan diadakannya penapisan dalam AMDAL adalah:

1. Untuk menetukan apakah suatu kegiatan proyek atau suatu rencana

kegiatan proyek memerlukan AMDAL atau tidak;


2. Untuk memperpendek proses yang terlalu panjang dalam

menetapkan apakah suatu kegiatan proyek perlu AMDAL;


3. Untuk menentukan aktifitas penyebab dampak, parameter

lingkungan terkena dampak, hal ini bermanfaat untuk menetapkan

kepakaran yang diperlukan dalam tim AMDAL.21

Dengan demikian maka sesuai dengan tata laksana proyek, penapisan

akan terdiri atas 3 (tiga) prosedur berupa prosedur untuk penapisan

kebijaksanaan nasional yaitu untuk butir (1) prosedur untuk

20
United Nation Environmental Proramme (1988). Environmental Impact Assesment, Basic
Procedures for Developng Countries
21
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan. hlm. 106.
kebijaksanaan sektoral butir (2), dan bermanfaat dalam penyusunan

AMDAL butir (3).

Tujuan dilaksanakannya penapisan yaitu untuk menetapkan

apakah suatu proyek perlu dilakukan AMDAL atau tidak, penetapan

suatu proyek akan mempercepat proses pelaksanaan penyusunan

AMDAL sebagai syarat untuk memperoleh ijin.

Penentuan suatu proyek akan menimbulkan dampak atau tidak

dalam beberapa literatur disebutkan sulit untuk ditentukan, namun dalam

perkembangannya didapat kriteria pembangunan yang menimbulkan

dampak terhadap lingkungan yaitu:

1. Penggunaan dan pengubahan lahan


Proyek pembangunan: kota, industri, pertanian, lapangan terbang,

transportasi, jaringan transmisi, pembangunan lepas pantai.

2. Ekstraksi sumberdaya alam


Proyek pembangunan: penggalian, penambangan, penebangan kayu,

pengambilan ikan dan satwa.


3. Pembaharuan/ pemudaan/penggantian sumberdaya alam
Proyek pembangunan: reboisasi, pengelolaan satwa, pemupukan,

pemanfaatan,ulang limbah, penanggulangan banjir.


4. Proses pertanian
Proyek pembangunan: pertanian (pasang surut, tanaman pangan,

holtikultura dan lain –lain), penggembalaan, ranch, irigasi.


5. Proses industri
Proyek pembangunan: penggilingan besi dan baja, industri

petrokimia, pulp, kertas.


6. Transportasi
Proyek pembangunan: jaringan rel kereta api, pesawat terbang,

mobil, kapal dan jaringan pipa.


7. Energi
Proyek pembangunan: PLTA, PLTN, PLTU, PLTD dan PLTB.
8. Perawatan air dan pembuangan limbah
Proyek pembangunan: dumping limbah ke laut, landfill, pemupukan

limbah dalam tanah, penggunaan pestisida dan herbisida.


9. Kepariwisataan
Proyek pembangunan: area perburuan, taman dan lain – lain.

10. Konservasi/ pengamanan pantai


Proyek pembangunan: kawasan wisata pantai, pemandian pantai,

penyelaman, para sailing dan lain – lain.22

Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

1999 dalam Pasal 3 ayat (1) menyebutkan bahwa rencana kegiatan yang

mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan yang wajib

dibuatkan AMDAL adalah kegiatan yang berupa:

1. Perubahan bentang lahan dan bentang alam;


2. Eksploitasi sumberdaya alam baik yang terbarui maupun yang tidak

terbarui;
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan

pemborosan, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup serta

kemerosotan sumberdaya alam dalam pemanfaatannya;


4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan

(alam, buatan, sosial dan budaya);

22
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan. hlm. 107.
5. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi pelestarian

kawasan konservasi sumberdaya alam dan/atau perlindungan cagar

budaya;
6. Introduksi jenis tumbuh – tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik;
7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;
8. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar

untuk mempengaruhi lingkungan hidup;


9. Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi, dan/atau mempengaruhi

pertahanan negara.23

Atas dasar macam pembangunan dan proyek yang tercantum di

atas, maka hampir seluruh kegiatan pembangunan akan menimbulkan

dampak bagi lingkungan, padahal terdapat beberapa proyek yang tidak

menimbulkan dampak dan ada pula proyek yang hanya berdampak

penting di suatu daerah.

Penapisan pada dasarnya adalah suatu kebijakan debirokratisasi

dalam proses perijinan, melakukan efisiensi dalam penyusunan dokumen

AMDAL dan membantu mempermudah pengambilan kebijakan dalam

pengambilan suatu keputusan.

Proses perencanaan suatu proyek sangat erat berkaitan dengan

pengambilan keputusan. Suatu proyek dapat dilaksanakan bila dalam

perencanaan proyek dapat dibuat secara memadai ditinjau dari berbagai

aspek, seperti misalnya studi kelayakan teknis, ekonomi dan lingkungan.

Dalam setiap langkah penyusunan studi kelayakan ini diperlukan suatu

23
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
keputusan dari pengambil kebijakan, demikian pula untuk AMDAL.

Pengambil keputusan yang tertera dalam prosedur tata laksana

pelaksanaan AMDAL adalah instansi yang bertanggung jawab dan

pemraakarsa, kedua pihak ini sangat menentukan dalam pengambilan

keputusan.

Penapisan rencana kegiatan secara garis besar adalah melalui

pengambilan keputusan atas aktifitas yang menimbulkan dampak besar

dan penting terhadap lingkungan. Proyek yang diajukan baik itu oleh

pemerintah melalui kebijakan, program bantuan asing atau dana

pinjaman asing maupun dari sektor swasta akan dinilai apakah kegiatan

tersebut memiliki dampak besar dan penting. Penilaian atas rencana

proyek akan menghasilkan output apakah kegiatan tersebut memiliki

dampak besar dan penting terhadap lingkungan atau tidak, jika tidak,

maka pemrakarsa akan menyusun UKL dan UPL yang kemudian akan

melaksanakan pembangunan. Rencana proyek yang dianggap memilki

dampak besar dan penting terhadap lingkungan akan diwajibkan untuk

menyusun AMDAL, yang kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan

atau audit lingkungan, atau AMDAL yang disusun akan menghasilkan

altenatif dalam pelaksanaan proyek yang jika telah dipilih akan

dilanjutkan dengan pelaksanaan pembangunan yang jika telah berjalan

akan dilakukan pemeriksaan sebagai bentuk pengawasan.24

24
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan. hlm.110.
Sesuai dengan proses pelaksanaan AMDAl, terdapat beberapa

metode penapisan. Menurut Soemarwoto dalam Fandeli penapisan dapat

dilakukan dengan dua metode, metode pertama adalah metode penapisan

satu langkah, caranya dengan membuat daftar berbagai proyek yang

diperkirakan menimbulkan dampak dan proyek – proyek yang tidak

menimbulkan dampak. Dalam menyusun daftar proyek selain aspek

dampak penting yang dipertimbangkan, juga aspek lokasi proyek.25

Daftar proyek kegiatan wajib AMDAL yang ditetapkan oleh Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 adalah

merupakan penapisan satu langkah.

Lokasi proyek yang berada atau berbatasan atau dapat merubah

fungsi kawasan lindung atau bekas kawasan yang mudah berubah sesuai

dengan peraturan Perundangan yang berlaku, menurut Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2000 wajib disusun

AMDAL. Kawasan lindung yang dimaksud dalam penjelasan Pasal 7

ayat (1) Undang – Undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan

Ruang dan Pasal 37 Keputusan Presiden RI Nomor 32 Tahun 1990

Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, adalah sebagai berikut:


1. Kawasan Hutan Lindung;
2. Kawasan Bergambut;
3. Kawasan Resapan Air;
4. Sempadan Pantai;
5. Sempadan Sungai;
6. Kawasan Sekitar Danau/Waduk;
7. Kawasan Sekitar Mata Air;
25
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan. hlm.113 – 115.
8. Kawasan Suaka Alam (terdiri dari Cagar Alam, Suaka Margastwa,

Hutan Wisata, Daerah Perlindungan Plasma Nutfah dan Daerah

Pengungsian Satwa);
9. Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan lainnya (termasuk perairan

laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang

atau terumbu karang dan atol yang mempunyai ciri khas berupa

keragaman dan/atau keunikan ekosistem);


10. Kawasan Pantai Berhutan Bakau (mangrove);
11. Taman Nasional;
12. Taman Hutan Raya;
13. Taman Wisata Alam;
14. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan (termasuk daerah

karst berair, daerah dengan budaya masyarakat istimewa, daerah

lokasi situs purbakala atau peninggalan sejarah yang bernilai tinggi);


15. Kawasan Rawan Bencana Alam.26

Metode 2 (dua) tahap yang dikenal sebelum tahun 1994 dengan

mempergunakan Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) sebagai

dokumen penapisan sudah tidak dikenal lagi, sehingga daftar proyek

yang wajib melaksanakan PIL dan penilaiannya tidak berlaku lagi.

26
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan. hlm. 115.
Metode satu langkah yang mekanisme penapisannya dapat dilihat

pada skema berikut:

Semua Proyek

Penapisan
Dengan dasar daftar sebagai kriteria
(jenis kegiatan, besaran dan lokasi)

Lampiran Kep. Men. LH No. 11/2006

Proyek termasuk daftar wajib Proyek di luar daftar


AMDAL

b. Proses Pengumuman dan Konsultasi Masyarakat

Setiap rencana kegiatan wajib Tidak perlu AMDAL tetapi


harus menyusun dokumen
AMDAL, wajib mengumumkan rencana UKL dan UPL.

kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa melakukan

penyusunan AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi yang

bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan.


Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000,

pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu

yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang

diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat

terlebih dulu.
Bagi masyarakat, AMDAL bermanfaat untuk:

1. Mengetahui sejak dini dampak positif dan negatif akibat adanya

suatu kegiatan, sehingga dapat menghindari terjadinya dampak

negatif dan dapat memperoleh dampak positif dari kegiatan tersebut;


2. Melaksanakan kontrol terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan

upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan pemrakarsa kegiatan,

sehingga kepentingan kedua belah pihak saling dihormati dan

dilindungi;
3. Terlibat dalam proses pengambilan keputusan terhadap rencana

pembangunan yang mempunyai pengaruh terhadap nasib dan

kepentingan mereka.

Maksud dan tujuan dilaksanakannya keterlibatan masyarakat dan

keterbukaan informasi dalam proses Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup (AMDAL) ini adalah untuk:

1. Melindungi kepentingan masyarakat;


2. Memberdayakan masyarakat dalam pengambilan keputusan atas

rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang berpotensi

menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan;


3. Memastikan adanya transparansi dalam keseluruhan proses AMDAL

dari rencana usaha dan/atau kegiatan;


4. Menciptakan suasana kemitraan yang setara antara semua pihak

yang berkepentingan, yaitu dengan menghormati hak - hak semua

pihak untuk mendapatkan informasi dan mewajibkan semua pihak

untuk menyampaikan informasi yang harus diketahui pihak lain yang

terpengaruh.

Prinsip dasar pelaksanaan proses pengumuman dan konsultasi

masyarakat yaitu:

1. Kesetaraan posisi diantara pihak - pihak yang terlibat;


2. Transparansi dalam pengambilan keputusan;
3. Penyelesaian masalah yang bersifat adil dan bijaksana;
4. Koordinasi, komunikasi, dan kerjasama dikalangan pihak - pihak

yang terkait.

Dalam Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004,

masyarakat yang berhubungan dengan kegiatan AMDAL adalah:

1. Masyarakat yang Berkepentingan

Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang

terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam kegiatan AMDAL

berdasarkan alasan - alasan antara lain sebagai berikut: kedekatan

jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor

pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada

lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai - nilai atau norma

yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam kegiatan

AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan

masyarakat pemerhati.
2. Masyarakat Terkena Dampak

Masyarakat terkena dampak adalah masyarakat yang akan

merasakan dampak dari adanya rencana usaha dan/atau kegiatan,

terdiri dari masyarakat yang akan mendapatkan manfaat dan

masyarakat yang akan mengalami kerugian.

3. Masyarakat Pemerhati

Masyarakat pemerhati adalah masyarakat yang tidak terkena dampak

dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, tetapi mempunyai

perhatian terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut, maupun

dampak - dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya.

4. Keterlibatan Masyarakat Dalam kegiatan AMDAL

Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan AMDAL adalah

keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan

tentang AMDAL. Dalam proses ini, masyarakat menyampaikan

aspirasi, kebutuhan, dan nilai - nilai yang dimiliki masyarakat, serta

usulan penyelesaian masalah dari masyarakat yang berkepentingan

dengan tujuan memperoleh keputusan yang terbaik.

5. Wakil Masyarakat Dalam Komisi Penilai AMDAL

Wakil masyarakat dalam Komisi Penilai AMDAL adalah wakil dari

masyarakat terkena dampak yang telah memenuhi kriteria yang

ditetapkan untuk dapat duduk sebagai anggota Komisi Penilai

AMDAL.
Masyarakat memiliki hak untuk:

1. Memperoleh informasi mengenai:


a. Rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib menyusun

AMDAL;
b. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup

(KA-ANDAL);
c. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL);
d. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL);
e. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL);
f. Proses penilaian dokumen AMDAL oleh Komisi Penilai

AMDAL;
g. Sikap instansi yang bertanggung jawab atas saran, pendapat dan

tanggapan masyarakat yang disampaikan;


h. Keputusan hasil penilaian dokumen AMDAL.27

2. Memberikan saran, pendapat, dan/atau tanggapan atas rencana usaha

dan/atau kegiatan yang wajib menyusun AMDAL dan dokumen KA-

ANDAL, ANDAL, RKL, dan RPL dengan ketentuan:

a. Spesifikasi media penyampaian saran, pendapat, dan tanggapan

bentuk tertulis (contoh: surat, e-mail) atau bentuk cetak


(contoh: surat pembaca di media massa), sehingga mudah

didokumentasikan;
b. Memenuhi spesifikasi teknik penyampaian saran, pendapat, dan

tanggapan dengan Menggunakan bahasa Indonesia yang baik

dan benar, menuliskan dengan jelas sehingga mudah dibaca,

menjelaskan dan/atau melampirkan identitas pribadi;


c. Tata cara penyampaian saran, pendapat, dan tanggapan terhadap

rencana usaha dan/atau kegiatan yang diumumkan selama


27
Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat
Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
periode 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal pengumuman

dilaksanakan, dan disampaikan kepada:


1) Instansi yang bertanggung jawab di tingkat Pusat:
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan u.p. Unit

yang membidangi AMDAL, dengan tembusan kepada

Pemrakarsa;
2) Instansi yang bertanggung jawab di tingkat Daerah:
Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I (baca: Pemerintah

Propinsi) u.p. Kepala Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan Daerah Tingkat I, dengan tembusan kepada

Pemrakarsa.28
3) Bupati/Kepala Daerah Tingkat II (baca: Pemerintah

Kabupaten) u.p Kepala Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten, dengan tembusan kepada Camat/Kepala

Kelurahan/Kepala Desa dan Pemrakarsa.29


3. Duduk sebagai anggota Komisi Penilai AMDAL30, khususnya bagi

warga masyarakat terkena dampak yang penetapannya dilaksanakan

berdasarkan ketentuan penetapan lingkup masyarakat terkena

dampak. Penetapan lingkup warga masyarakat terkena dampak pada

tahap penyusunan KA-ANDAL dilakukan atas kesepakatan bersama

antara instansi yang bertanggung jawab, pemrakarsa dan masyarakat

terkena dampak terkait dengan tetap memperhatikan kemungkinan

28
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08 Tahun 2000
Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
29
Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat
Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
30
Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat
Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
penyempurnaannya kembali pada tahap proses penilaian dokumen

ANDAL, RKL, dan RPL di Komisi Penilai.

Hal - hal yang harus diperhatikan dalam menentukan lingkup

masyarakat terkena dampak adalah:

a. Memperhatikan karakter rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan

diusulkan

Contoh:

1) Jenis - jenis usaha dan/atau kegiatan yang membutuhkan

dukungan semua lapisan masyarakat setempat berarti

menjadikan seluruh masyarakat setempat sebagai kelompok

yang terkena dampak (misalnya: proyek pembukaan lahan

pertanian skala besar, pembuatan infrastruktur desa, proyek

peremajaan kota, dan lain - lain);


2) jenis usaha dan/atau kegiatan yang menyebabkan pengaruh

positif atau negatif besar pada satu kelompok masyarakat

tertentu menjadikan hanya sebagian masyarakat menjadi

kelompok yang terkena dampak (misalnya: proyek transmigrasi/

pemindahan pemukim perambah hutan yang akan

mempengaruhi penduduk yang dipindahkan dan penduduk yang

akan menerima, atau proyek pertambangan terhadap masyarakat

suku terasing);
b. Memperhatikan jenis isu pokok/dampak besar dan penting yang

muncul. Sebuah rencana usaha dan/atau kegiatan bisa memiliki


lingkup warga masyarakat yang terkena dampak berbeda - beda

menurut jenis isu pokok/dampak besar dan penting.

Contoh:

Adanya perbedaan antara kelompok warga masyarakat terkena

dampak akibat isu konflik sosial budaya dengan kelompok akibat isu

pencemaran lingkungan, dan lain sebagainya.

c. Mengacu pada batas wilayah dampak yang ditetapkan dalam studi

AMDAL. Warga masyarakat yang terkena dampak haruslah warga

yang memang berada di dalam wilayah dampak yang batas -

batasnya ditetapkan dalam studi AMDAL.


d. Memperhatikan tahapan proses kajian AMDAL. Semakin jelas

permasalahan dan alternatif mitigasi dampak, lingkup warga

masyarakat yang terkena dampak dapat membesar/mengecil.

Contoh:

Identifikasi dampak dan wilayah sebarannya pada saat KA-ANDAL

mungkin hanya menghasilkan satu kelompok masyarakat terkena

dampak, namun pada saat evaluasi dampak akan dapat teridentifikasi

kelompok masyarakat terkena dampak baru. Demikian pula halnya

pada saat ditemukannya alternatif mitigasi dampak dalam RKL dan

RPL, dimana kemudian dapat memunculkan kelompok masyarakat

terkena dampak yang tidak teridentifikasi sebelumnya.

Mekanisme perwakilan dalam hal masyarakat sebagai anggota komisi

penilai AMDAL, pelaksanaannya berdasarkan ketentuan warga


masyarakat terkena dampak memilih sendiri wakilnya yang duduk dalam

Komisi Penilai AMDAL.


Kriteria dan syarat wakil masyarakat terkena dampak adalah:
a. Seseorang yang diakui sebagai juru bicara dan/atau mendapat

mandat dari kelompok masyarakat terkena dampak.

Wujud dari pengakuan ini dapat berupa bukti yang sifatnya formal

(misalnya: surat persetujuan bersama dari kelompok masyarakat

yang diwakili), atau bentuk - bentuk pengakuan lainnya yang

ditetapkan dan disetujui oleh kelompok masyarakat terkena dampak

yang diwakilinya (misalnya: menetapkan tokoh masyarakat formal

seperti Kepala Desa dan LKMD, atau informal seperti tokoh adat

dan tokoh agama setempat sebagai wakil yang disepakati);

b. Menyuarakan semua bentuk aspirasi dan pendapat masyarakat yang

diwakilinya secara apa adanya, termasuk juga pendapat - pendapat

yang saling bertentangan;


c. Melakukan komunikasi dan konsultasi rutin dengan masyarakat yang

diwakilinya.31

Kewajiban Instansi yang bertanggung jawab yang dalam hal ini,

Kementerian Lingkungan Hidup bidang Pengendalian Dampak

Lingkungan di Tingkat Pusat, BAPPEDAL Propinsi di Tingkat Propinsi

dan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (baca: Badan Lingkungan

31
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08 Tahun 2000
Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
Hidup) sebagai instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan

hidup di tingkat Kabupaten32 adalah:

1. Mengumumkan rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan memulai

penyusunan AMDAL dengan ketentuan:


a. Spesifikasi Media Pengumuman
1) Media cetak lokal dan nasional;
2) Papan pengumuman kantor instansi yang bertanggung

jawab di tingkat pusat dan/atau daerah;


3) Media elektronik televisi dan/atau radio;
4) Pusat dan/atau tempat pengumuman resmi yang ditetapkan

dan diatur oleh instansi yang bertanggung jawab.


b. Spesifikasi Tampilan Pengumuman
1) Semua bentuk pengumuman baik tertulis maupun tidak

tertulis harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan

benar, disampaikan dengan jelas dan mudah dimengerti oleh

seluruh lapisan masyarakat;


2) Pengumuman tertulis di media cetak harus berukuran

minimal 5x3 cm2 dan ditulis dengan huruf standar sekurang

- kurangnya berukuran 10. Ukuran minimal tidak boleh

dijadikan alasan tidak lengkapnya lingkup materi yang

disampaikan;
3) Pengumuman pada papan pengumuman harus sekurang -

kurangnya:
a) Ditulis dengan warna hitam dan dasar putih;
b) Ditulis dengan huruf cetak standar dengan ukuran

minimal 12;
c) Berukuran minimal 60 x 100 cm2
32
Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat
Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
4) Pengumuman pada media elektronik dapat berupa berita

ataupun spot iklan, dengan lama minimal 10 (sepuluh) detik

untuk televisi dan 20 (dua puluh) detik untuk radio

c. Tata Cara Pengumuman

Tata cara pengumuman instansi yang berkewajiban harus

mengumumkan:

a. Lokasi usaha dan/atau kegiatan serta dilengkapi dengan peta

wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan;


b. Jenis usaha dan/atau kegiatan;
c. Nama dan alamat pemrakarsa;
d. Tanggal pengumuman tersebut mulai dipasang dan batas

waktu pemberian saran, pendapat dan tanggapan dari warga

masyarakat;
e. Nama dan alamat instansi yang bertanggung jawab

menerima saran, pendapat, dan tanggapan dari warga

masyarakat yang dalam hal ini BLH Kabupaten Cilacap

selaku instansi yang ditugaskan sebagai penganggung

jawab.
2. Mendokumentasikan dan mengolah saran, pendapat, dan tanggapan

dari warga masyarakat yang disampaikan;


3. Menyampaikan rangkuman hasil saran, pendapat, dan tanggapan dari

warga masyarakat serta respon dan sikap atas saran, pendapat, dan

tanggapan warga masyarakat tersebut kepada Komisi Penilai

AMDAL;
4. Menyediakan informasi tentang proses dan hasil keputusan penilaian

dokumen KA-ANDAL dan ANDAL, RKL, dan RPL kepada warga

masyarakat yang berkepentingan;


5. Memfasilitasi terlaksananya dengan baik hak warga masyarakat atas

informasi dan berperanserta dalam kegiatan AMDAL.

Kewajiban – kewajiban Pemrakarsa dalam proses pengumuman dan

konsultasi masyarakat adalah:

1. Mengumumkan rencana usaha dan/atau kegiatan sebelum memulai

penyusunan dokumen AMDAL dengan ketentuan:


a. Spesifikasi Media Pengumuman
1) Papan pengumuman di lokasi rencana usaha dan/atau

kegiatan;
2) Papan pengumuman di lokasi - lokasi strategis yang

ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab di tingkat

pusat atau daerah dan Media elektronik televisi dan/atau

radio;
3) Media lain yang dianggap tepat dengan situasi setempat;

misalnya brosur, surat, media cetak, dan/atau media

elektronik.
b. Spesifikasi Tampilan Pengumuman
Semua bentuk pengumuman baik tertulis maupun tidak tertulis

harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

disampaikan dengan jelas dan mudah dimengerti oleh seluruh

lapisan masyarakat;
c. Tata Cara Pengumuman dengan mengumumkan hal - hal:
1) Nama dan alamat pemrakarsa;
2) Lokasi dan luas usaha dan/atau kegiatan, serta dilengkapi

dengan peta wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan;


3) Jenis usaha dan/atau kegiatan;
4) Produk yang akan dihasilkan;
5) Jenis dan volume limbah yang akan dihasilkan, serta cara

penanganannya;
6) Dampak lingkungan hidup yang akan timbul;
7) Tanggal pengumuman tersebut mulai dipasang dan batas

waktu pemberian saran, pendapat, dan tanggapan dari warga

masyarakat;
8) Nama dan alamat instansi yang bertanggung jawab dalam

menerima saran, pendapat, dan tanggapan dari warga

masyarakat yang dalam hal ini adalah BLH Kabupaten.


2. Menyelenggarakan konsultasi kepada warga masyarakat yang

berkepentingan dalam penyusunan dokumen KA-ANDAL;


3. Memberikan informasi mengenai dokumen KA-ANDAL, ANDAL,

RKL, dan RPL kepada warga masyarakat yang memerlukannya;


4. Menanggapi saran, pendapat, dan tanggapan yang disampaikan oleh

warga masyarakat yang berkepentingan.

Tata Cara Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses AMDAL

Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan memulai

menyusun dokumen AMDAL wajib:

1. Memberitahukan rencananya kepada instansi yang bertanggung

jawab;
2. Mengumumkan rencana usaha dan/atau kegiatannya terhitung sejak

jadwal pengumuman yang telah disepakati bersama instansi yang

bertanggung jawab;
3. Mengumumkan hal - hal:
a. Nama dan alamat pemrakarsa;
b. Lokasi dan luas usaha dan/atau kegiatan, serta dilengkapi

dengan peta wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan;


c. Jenis usaha dan/atau kegiatan;
d. Produk yang akan dihasilkan;
e. Jenis dan volume limbah yang akan dihasilkan, serta cara

penanganannya;
f. Dampak lingkungan hidup yang akan timbul;
g. Tanggal pengumuman tersebut mulai dipasang dan batas waktu

pemberian saran, pendapat, dan tanggapan dari warga

masyarakat;
h. Nama dan alamat instansi yang bertanggung jawab dalam

menerima saran, pendapat, dan tanggapan dari warga

masyarakat yang dalam hal ini adalah BLH Kabupaten.


4. Mengikuti ketentuan spesifikasi media dan teknik pengumuman.

Instansi yang bertanggung jawab wajib mengumumkan

rencana
usaha dan/atau kegiatan yang akan memulai menyusun AMDAL

dengan ketentuan:
a. Mengumumkan hal - hal:
1) Lokasi usaha dan/atau kegiatan serta dilengkapi dengan peta

wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan;


2) Jenis usaha dan/atau kegiatan;
3) Nama dan alamat pemrakarsa;
4) Tanggal pengumuman tersebut mulai dipasang dan batas

waktu pemberian saran, pendapat dan tanggapan dari warga

masyarakat;
5) Nama dan alamat instansi yang bertanggung jawab

menerima saran, pendapat, dan tanggapan dari warga

masyarakat yang dalam hal ini adalah BLH Kabupaten.


b. Mengikuti ketentuan spesifikasi media dan teknik pengumuman

Warga masyarakat yang berkepentingan berhak

menyampaikan saran, pendapat, dan tanggapan terhadap rencana

usaha dan/atau kegiatan yang diumumkan selama periode 30

(tiga puluh) hari kerja sejak tanggal pengumuman dilaksanakan,

dan disampaikan kepada:

1) Instansi yang bertanggung jawab di tingkat Pusat:


Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan u.p. Unit

yang membidangi AMDAL, dengan tembusan kepada

Pemrakarsa;
2) Instansi yang bertanggung jawab di tingkat Daerah:
Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I (baca: Pemerintah

Propinsi) u.p. Kepala Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan Daerah Tingkat I, dengan tembusan kepada

Pemrakarsa.33
3) Bupati/Kepala Daerah Tingkat II (baca: Pemerintah

Kabupaten) u.p Kepala Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten, dengan tembusan kepada Camat/Kepala

Kelurahan/Kepala Desa dan Pemrakarsa.Penyusunan dan

penilaian KA-ANDAL. 34

33
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08 Tahun 2000
Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
34
Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan Masyarakat
Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
c. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)

Kerangka Acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan

hidup yang merupakan hasil pelingkupan yang disepakati oleh

Pemrakarsa/Penyusun AMDAL dan Komisi AMDAL. Kerangka

AMDAL bagi pembuatan ANDAL merupakan pegangan yang diperlukan

untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyusunan ANDAL,

ANDAL harus dilaksanakan sesuai dengan kerangka acuan yang telah

ditetapkan. Pembuatan kerangka acuan tersebut dilakukan bersama antara

instansi yang bertanggung jawab, maksudnya bertujuan untuk

mempercepat penyusunan kerangka acuan tersebut, dengan pengertian

bahwa instansi yang bertanggung jawab harus bersifat memberikan

petunjuk – petunjuk yang diperlukan dalam penyusunan kerangka acuan

tersebut.

Penyusunan kerangka acuan dapat disusun dalam tiga cara yaitu:

1. Kerangka acuan disusun oleh Komisi penilai AMDAL yang diberi

tanggung jawab berdasarkan Keputusan Bupati atau bersama – sama

dengan pemrakarsa proyek (sesuai dengan peraturan pemerintah);


2. Kerangka acuan disusun bersama antara Komisi penilai AMDAL

yang diberi tanggung jawab berdasarkan Keputusan Bupati,

pemrakarsa proyek dan pelaksana AMDAL atau konsultan AMDAL;


3. Kerangka acuan disusun oleh pelaksana AMDAL yang diajukan

kepada pemrakarsa proyek, kemudian dibicarakan bersama instansi

yang bertanggung jawab (dalam hal ini BLH Kabupaten).35

Fungsi pedoman penyusunan KA-ANDAL adalah digunakan

sebagai dasar bagi penyusunan KA-ANDAL baik KA-ANDAL kegiatan

tunggal, KA-ANDAL kegiatan terpadu/ multisektor maupun KA-

ANDAL kegiatan dalam kawasan.

Tujuan penyusunan KA-ANDAL adalah:

a. Merumuskan lingkup dan kedalaman studi ANDAL;


b. Mengarahkan studi ANDAL agar berjalan secara efektif dan efisien

sesuai dengan biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia.

Fungsi dokumen KA-ANDAL adalah:

a. Sebagai rujukan penting bagi pemrakarsa, instansi yang membidangi

rencana usaha atau kegiatan, dan penyusun studi AMDAL tentang

lingkup dan kedalaman studi ANDAL yang akan dilakukan;


b. Sebagai salah satu bahan rujukan bagi penilai dokumen ANDAL

untuk mengevaluasi hasil studi ANDAL.

Dasar pertimbangan penyusunan KA-ANDAL

1. Keanekaragaman

35
Husein,Harun M,1992,Berbagai Aspek Hukum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,
hlm. 76.
ANDAL bertujuan menduga kemungkinan terjadinya dampak dari

suatu rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup.

Rencana usaha dan/atau kegiatan dan rona lingkungan hidup pada

umumnya sangat beraneka ragam. Keanekaragaman rencana usaha

dan/atau kegiatan dapat berupa keanekaragaman bentuk, ukuran,

tujuan, sasaran, dan sebagainya. Demikian pula rona lingkungan

hidup akan berbeda menurut letak geografi, keanekaragaman faktor

lingkungan hidup, pengaruh manusia, dan sebagainya. Karena itu,

tata kaitan antara keduanya tentu akan sangat bervariasi pula.

Kemungkinan timbulnya dampak lingkungan hidup pun akan

berbeda - beda. Dengan demikian KA-ANDAL diperlukan untuk

memberikan arahan tentang komponen usaha dan/atau kegiatan

manakah yang harus ditelaah, dan komponen lingkungan hidup

manakah yang perlu diamati selama menyusun ANDAL.

2. Keterbatasan sumber daya

Penyusunan ANDAL acap kali dihadapkan pada keterbatasan

sumber daya, seperti antara lain: keterbatasan waktu, dana, tenaga,

metode, dan sebagainya. KA-ANDAL memberikan ketegasan

tentang bagaimana menyesuaikan tujuan dan hasil yang ingin dicapai

dalam keterbatasan sumber daya tersebut tanpa mengurangi mutu

pekerjaan ANDAL. Dalam KA-ANDAL ditonjolkan upaya untuk


menyusun priorities manakah yang harus diutamakan agar tujuan

ANDAL dapat terpenuhi meski sumber daya terbatas.

3. Efisiensi

Pengumpulan data dan informasi untuk kepentingan ANDAL perlu

dibatasi pada faktor - faktor yang berkaitan langsung dengan

kebutuhan. Dengan cara ini ANDAL dapat dilakukan secara efisien.

Pihak - pihak yang terlibat dalam penyusunan KA-ANDAL

Pihak - pihak yang secara langsung terlibat dalam penyusunan

KA-ANDAL adalah pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab, dan

penyusun studi ANDAL. Namun dalam pelaksanaan penyusunan KA-

ANDAL (proses pelingkupan) harus senantiasa melibatkan para pakar

serta masyarakat yang berkepentingan sesuai Pasal 33 s/d Pasal 35 PP.

Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL.

Pelingkupan atau skoping berasal dari kata “scoping” yang berarti

bidang/lapangan, jangkauan kesempatan atau keleluasaan. Pelingkupan

dalam AMDAL diartikan sebagai pembatasan ruang lingkup pembatasan

AMDAL dan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan

lingkup permasalahan serta mengidentifikasi dampak besar dan penting

(hipotesis) yang terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan.

Pelingkupan merupakan proses terpenting dalam penyusunan

KA-ANDAL karena melalui proses ini dapat dihasilkan:


a. Dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang

dipandang relevan untuk ditelaah secara mendalam dalam studi

ANDAL dengan meniadakan hal - hal atau komponen lingkungan

hidup yang dipandang kurang penting ditelaah. Penelaahan ini

dilakukan dengan mengidentifikasi masalah utama (main issue) atau

masalah kunci (key issue) dari suatu proyek guna mendapat

gambaran mengenai rencana kegiatan serta hal – hal terkait;


b. Lingkup wilayah studi ANDAL berdasarkan beberapa pertimbangan:

batas proyek, batas ekologis, batas sosial, dan batas administratif;


c. Kedalaman studi ANDAL antara lain mencakup metode yang

digunakan, jumlah sampel yang diukur, dan tenaga ahli yang

dibutuhkan sesuai dengan sumber daya yang tersedia (dana dan

waktu).

Dalam pelingkupan dilakukan penajaman priotitas aspek – aspek

atau komponen yang akan diteliti. Semakin baik hasil pelingkupan

semakin tegas dan jelas arah dari studi ANDAL yang akan dilakukan.

Manfaat dari pelingkupan adalah untuk kepentingan:

1. Identifikasi dampak penting atau masalah utama (main-issue) dari

suatu proyek;
2. Menetapkan komponen – komponen lingkungan akan terkena

dampak nyata;
3. Menetapkan strategi penelitian pada komponen lingkungan yang

akan terkena dampak;


4. Menetapkan parameter atau indikator dari komponen lingkungan

yang akan diukur;


5. Efisiensi waktu studi AMDAL
6. Efisiensi biaya studi AMDAL36

Pelingkupan dampak besar dan penting dilakukan melalui

serangkaian proses berikut:

1. Identifikasi dampak potensial

Pada tahap ini kegiatan pelingkupan dimaksudkan untuk

mengidentifikasi segenap dampak lingkungan hidup (primer,

sekunder, dan seterusnya) yang secara potensial akan timbul sebagai

akibat adanya rencana usaha dan/atau kegiatan. Pada tahapan ini

hanya diinventarisasi dampak potensial yang mungkin akan timbul

tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya

dampak. Dengan demikian pada tahap ini belum ada upaya untuk

menilai apakah dampak potensial tersebut merupakan dampak besar

dan penting.

Identifikasi dampak potensial diperoleh dari serangkaian hasil

konsultasi dan diskusi dengan para pakar, pemrakarsa, instansi yang

bertanggung jawab, masyarakat yang berkepentingan serta

dilengkapi dengan hasil pengamatan lapangan (observasi). Selain itu

identifikasi

36
Husein,Harun M,1992,Berbagai Aspek Hukum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,
hlm. 49
dampak potensial juga dapat dilakukan dengan menggunakan

metode - metode identifikasi dampak berikut ini:

a. penelaahan pustaka; dan/atau


b. analisis isi (content analysis); dan/atau
c. interaksi kelompok (rapat, lokakarya, brainstorming, dan lain -

lain); dan/atau
d. metode ad hoc; dan/atau
e. daftar uji (sederhana, kuesioner, deskriptif); dan/atau
f. matrik interaksi sederhana; dan/atau
g. bagan alir (flowchart); dan/atau
h. pelapisan (overlay); dan/atau
i. pengamatan lapangan (observasi).

2. Evaluasi dampak potensial

Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk menghilangkan/

meniadakan dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau

tidak penting, sehingga diperoleh daftar dampak besar dan penting

hipotesis yang dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah secara

mendalam dalam studi ANDAL. Daftar dampak besar dan penting

potensial ini disusun berdasarkan pertimbangan atas hal - hal yang

dianggap penting oleh masyarakat di sekitar rencana usaha dan/atau

kegiatan, instansi yang bertanggung jawab, dan para pakar. Pada

tahap ini daftar dampak besar dan penting hipotesis yang dihasilkan

belum tertata secara sistematis. Metode yang digunakan pada tahap

ini adalah interaksi kelompok (rapat, lokakarya, brainstorming).

Kegiatan identifikasi dampak besar dan penting ini terutama

dilakukan oleh pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan (yang dalam hal


ini dapat diwakili oleh konsultan penyusun AMDAL), dengan

mempertimbangkan hasil konsultasi dan diskusi dengan pakar,

instansi yang bertanggung jawab serta masyarakat yang

berkepentingan.

3. Pemusatan dampak besar dan penting (Focussing)

Pelingkupan yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk

mengelompokan/mengorganisir dampak besar dan penting yang

telah dirumuskan dari tahap sebelumnya dengan maksud agar

diperoleh isu - isu pokok lingkungan hidup yang dapat

mencerminkan atau menggambarkan secara utuh dan lengkap

perihal:

a. Keterkaitan antara rencana usaha dan/atau kegiatan dengan

komponen lingkungan hidup yang mengalami perubahan

mendasar (dampak besar dan penting);


b. Keterkaitan antar berbagai komponen dampak besar dan penting

yang telah dirumuskan.

Isu - isu pokok lingkungan hidup tersebut dirumuskan melalui 2

(dua) tahapan. Pertama, segenap dampak besar dan penting

dikelompokan menjadi beberapa kelompok menurut keterkaitannya satu

sama lain. Kedua, dampak besar dan penting yang berkelompok tersebut

selanjutnya diurut berdasarkan kepentingannya, baik dari ekonomi,

sosial, maupun ekologis.


Penetapan lingkup wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi

luas wilayah studi ANDAL sesuai hasil pelingkupan dampak besar dan

penting, dan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya, waktu

dan tenaga, serta saran pendapat dan tanggapan dari masyarakat yang

berkepentingan.

Lingkup wilayah studi ANDAL ditetapkan berdasarkan

pertimbangan batas - batas ruang sebagai berikut:

1. Batas proyek

Yang dimaksud dengan batas proyek adalah ruang dimana suatu

rencana usaha dan/atau kegiatan akan melakukan kegiatan pra-

konstruksi, konstruksi dan operasi. Dari ruang rencana usaha

dan/atau kegiatan inilah bersumber dampak terhadap lingkungan

hidup di sekitarnya, termasuk dalam hal ini alternatif lokasi rencana

usaha dan/atau kegiatan. Posisi batas proyek ini agar dinyatakan

juga dalam koordinat.

2. Batas ekologis

Yang dimaksud dengan batas ekologis adalah ruang persebaran

dampak dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan menurut media

transportasi limbah (air, udara), dimana proses alami yang


berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami

perubahan mendasar. Termasuk dalam ruang ini adalah ruang di

sekitar rencana usaha dan/atau kegaitan yang secara ekologis

memberi dampak terhadap aktivitas usaha dan/atau kegiatan.

3. Batas sosial

Yang dimaksud dengan batas sosial adalah ruang di sekitar rencana

usaha dan/atau kegiatan yang merupakan tempat berlangsungnya

berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu

yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai

dengan proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang

diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat suatu

rencana usaha dan/atau kegiatan, seperti jika kita melihat fenomena

sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat akibat adanya suatu

usaha/kegiatan. Jika kita menilik dari kegiatan/usaha maka kita

dapat melihat adanya perubahan perilaku sosial akibat

kegiatan/usaha tersebut, seperti jika kita melihat adanya masalah

yang muncul antara pelaku kegiatan kegiatan/usaha, dengan

masyarakat sekitar akibat permasalahan kecil seperti perbedaan

suku, seperti yang dialami oleh salah satu perusahaan perhutanan

swasta nasional. Permasalahan sosial yang timbul, jika tidak segera

ditanggulangi atau ditemukan solusi akan merusak suatu tatanan

sosial yang sudah ada.


Batas sosial ini sangat penting bagi pihak - pihak yang terlibat dalam

studi ANDAL, mengingat adanya kelompok - kelompok masyarakat

yang kehidupan sosial ekonomi dan budayanya akan mengalami

perubahan mendasar akibat aktifitas usaha dan/atau kegiatan.

Mengingat dampak lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh suatu

rencana usaha dan/atau kegiatan menyebar tidak merata, maka batas

sosial ditetapkan dengan membatasi batas - batas terluar dengan

memperhatikan hasil identifikasi komunitas masyarakat yang

terdapat dalam batas proyek, ekologis serta komunitas masyarakat

yang berada di luar batas proyek dan ekologis namun berpotensi

terkena dampak yang mendasar dari rencana usaha dan/atau kegiatan

melalui penyerapan tenaga kerja, pembangunan fasilitas umum dan

fasilitas sosial. Perubahan sosial ini dapat kita lihat seperti

perubahan pola sosial masyarakat, seperti munculnya budaya

komsumerisme serta hedonisme, atau bahkan seperti pola

perpindahan seperti urbanisasi.

4. Batas administratif

Yang dimaksud dengan batas administrasi adalah ruang dimana

masyarakat dapat secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi

dan sosial budaya sesuai dengan peraturan Perundang - Undangan

yang berlaku di dalam ruang tersebut.


Batas ruang tersebut dapat berupa batas administrasi pemerintahan

atau batas konsesi pengelolaan sumber daya oleh suatu usaha

dan/atau kegiatan (misal, batas HPH, batas kuasa pertambangan).

Dengan memperhatikan batas - batas tersebut di atas dan

mempertimbangkan kendala - kendala teknis yang dihadapi (dana,

waktu, dan tenaga), maka akan diperoleh ruang lingkup wilayah

studi yang dituangkan dalam peta dengan skala yang memadai.

5. Batasan ruang lingkup wilayah studi ANDAL

Yakni ruang yang merupakan kesatuan dari keempat wilayah di atas,

namun penentuannya disesuaikan dengan kemampuan pelaksana

yang biasanya memiliki keterbatasan sumber data, seperti waktu,

dana, tenaga, tehnik, dan metode telaahan.

Dengan demikian, ruang lingkup wilayah studi memang bertitik

tolak pada ruang bagi rencana usaha dan/atau kegaitan, kemudian

diperluas ke ruang ekosistem, ruang sosial dan ruang administratif

yang lebih luas.37

Pemakai hasil ANDAL dan hubungannya dengan penyusunan KA-

ANDAL

37
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 09 Tahun 2000
Tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Menurut Pasal 2 PP Nomor 27 Tahun 1999, Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup merupakan bagian kegiatan studi kelayakan

rencana usaha dan/atau kegiatan.

Hasil studi kelayakan ini tidak hanya berguna untuk para

perencana, tetapi yang terpenting adalah juga bagi pengambilan

keputusan. Karena itu, dalam menyusun KA-ANDAL untuk suatu

ANDAL perlu dipahami bahwa hasilnya nanti akan merupakan bagian

dari studi kelayakan yang akan digunakan oleh pengambil keputusan dan

perencanaan. Sungguhpun demikian, berlainan dengan bagian studi

kelayakan yang menggarap faktor penunjang dan penghambat

terlaksananya suatu usaha dan/atau kegiatan ditinjau dari segi ekonomi

dan teknologi, ANDAL lebih menunjukkan pendugaan dampak yang bisa

ditimbulkan oleh usaha dan/atau kegiatan tersebut terhadap lingkungan

hidup, karena itu, penyusun KA-ANDAL perlu mengikuti diagram alir

penyusunan ANDAL sehingga akhirnya dapat memberikan masukan

yang diperlukan oleh perencana dan pengambil keputusan.

Dokumen KA-ANDAL harus mencerminkan secara jelas dan

tegas wawasan lingkungan hidup yang harus dipertimbangkan dalam

pembangunan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Sehubungan

dengan hal tersebut, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan:


a. Dokumen KA-ANDAL harus menampung berbagai aspirasi tentang

hal - hal yang dianggap penting untuk ditelaah dalam studi ANDAL

menurut pihak - pihak yang terlibat;


b. Mengingat AMDAL adalah bagian dari studi kelayakan, maka dalam

studi ANDAL perlu ditelaah dan dievaluasi masing - masing

alternatif dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang dipandang layak

baik dari segi lingkungan hidup, teknis maupun ekonomis sebagai

upaya untuk mencegah timbulnya dampak negatif yang lebih besar;


c. Mengingat kegiatan - kegiatan pembangunan pada umumnya

mengubah lingkungan hidup, maka menjadi penting memperhatikan

komponen - komponen lingkungan hidup yang berciri:


1) Komponen lingkungan hidup yang ingin dipertahankan dan

dijaga serta dilestarikan fungsinya, seperti antara lain:


a) Hutan Lindung, Hutan Konservasi, dan Cagar Biosfer;
b) Sumber daya air;
c) Keanekaragaman hayati;
d) Kualitas udara;
e) Warisan alam dan warisan budaya;
f) Kenyamanan lingkungan hidup;
g) Nilai - nilai budaya yang berorientasi selaras dengan

lingkungan hidup.
2) Komponen lingkungan hidup yang akan berubah secara

mendasar dan perubahan tersebut dianggap penting oleh

masyarakat di sekitar suatu rencana usaha dan/atau kegiatan,

seperti antara lain:


a) Pemilikan dan penguasaan lahan;
b) Kesempatan kerja dan usaha;
c) Taraf hidup masyarakat;
d) Kesehatan masyarakat.
d. Pada dasarnya dampak lingkungan hidup yang diakibatkan oleh

suatu rencana usaha dan/atau kegiatan tidak berdiri sendiri, satu

sama lain memiliki keterkaitan dan ketergantungan. Hubungan sebab

akibat ini perlu dipahami sejak dini dalam proses penyusunan KA-

ANDAL agar studi ANDAL dapat berjalan lebih terarah dan

sistematis.

Keempat faktor tersebut harus menjadi bagian integral dalam penyusunan

KA-ANDAL terutama dalam proses pelingkupan.38

d. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL

1. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

Pelaksanaan ANDAL dapat pula disebut sebagai proses

pendugaan dampak, karena di dalam proses ini terkandung urutan

kerja yang harus diikuti untuk dapat melakukan pendugaan dampak

lingkungan secara ilmiah.39 Penyajian hasil studi ANDAL dan masalah

– masalah pokok yang diteliti juga harus memenuhi peraturan

Perundang - Undangan yang dikeluarkan pemerinyah secara resmi

baik di tingkat nasional, sektoral maupun daerah/propinsi, khususnya

di dalam penekanan komponen – komponen yang dianggap penting.

38
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 09 Tahun 2000
Tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
39
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan, hlm. 95.
Langkah – langkah dalam menyusun ANDAL terbagi menjadi lima

langkah dasar sebagai berikut:

a. Mempelajari data dasar (basic data);


b. Rona lingkungan (description of enfironmental setting);
c. Analisis dampak (impact assessment) yang terdiri dari identifikasi,

prediksi dan evaluasi;


d. Seleksi usulan aktifitas proyek (selection of proposed action);
e. Penyususnan laporan ANDAL (preparation of environmental

impact statement).40

2. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

merupakan dokumen yang memuat upaya - upaya mencegah,

mengendalikan dan menanggulangi dampak besar dan penting

lingkungan hidup yang bersifat negatif dan meningkatkan dampak

positif yang timbul sebagai akibat dari suatu rencana usaha dan/atau

kegiatan. Dalam pengertian tersebut upaya pengelolaan lingkungan

hidup mencakup empat kelompok aktivitas:

1. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau

mencegah dampak negatif lingkungan hidup melalui pemilihan

atas alternatif tata letak (tata ruang mikro) lokasi, dan rancang

bangun proyek;
2. Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk

menanggulangi, meminimalisasi, atau mengendalikan dampak


40
Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam
Pembangunan, hlm.96.
negatif baik yang timbul di saat usaha dan/atau kegiatan

beroperasi, maupun hingga saat usaha dan/atau kegiatan berakhir

(misalnya: rehabilitasi lokasi proyek);


3. Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat meningkatkan

dampak positif sehingga dampak tersebut dapat memberikan

manfaat yang lebih besar baik kepada pemrakrsa maupun pihak

lain terutama masyarakat yang turut menikmati dampak positif

tersebut;
4. Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat memberikan

pertimbangan ekonomi lingkungan sebagai dasar untuk

memberikan kompensasi atas sumber daya tidak dapat pulih,

hilang atau rusak (baik dalam arti sosial ekonomi dan atau

ekologis) sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas

sumber daya tidak dapat pulih, hilang atau rusak (baik dalam arti

sosial ekonomi dan atau ekologis) sebagai akibat usaha dan/atau

kegiatan.

Mengingat dokumen AMDAL merupakan bagian dari studi

kelayakan, maka dokumen RKL hanya akan bersifat memberikan

pokok - pokok arahan, prinsip - prinsip, kriteria atau persyaratan untuk

pencegahan/penanggulangan/ pengendalian dampak. Bila dipandang

perlu dapat dilengkapi dengan acuan literatur tentang "basic design"

untuk pencegahan/penanggulangan/pengendalian dampak. Hal ini

tidak lain disebabkan karena:


1. Pada taraf studi kelayakan informasi tentang rencana usaha

dan/atau kegiatan (proyek) relatif masih umum, belum memiliki

spesifikasi teknis yang rinci, dan masih memiliki beberapa

alternatif. Hal ini tidak lain karena pada tahap ini memang

dimaksudkan untuk mengkaji sejauh mana proyek dipandang

patut atau layak untuk dilaksanakan ditinjau dari segi teknis dan

ekonomi; sebelum investasi, tenaga, dan waktu terlanjur

dicurahkan lebih banyak. Keterbatasan data dan informasi tentang

rencana usaha atau kegiatan ini sudah barang tentu berpengaruh

pada bentuk kegiatan pengelolaan yang dapat dirumuskan dalam

dokumen RKL;
2. Pokok - pokok arahan, prinsip - prinsip, kriteria atau persyaratan

pengelolaan lingkungan hidup yang tertuang dalam dokumen

RKL selanjutnya akan diintegrasikan atau menjadi dasar

pertimbangan bagi konsultan rekayasa dalam menyusun

rancangan rinci rekayasa;

Di samping itu perlu diketahui bahwa rencana pengelolaan lingkungan

hidup yang tertuang dalam dokumen RKL harus terkait dengan hasil

dokumen ANDAL, dalam arti komponen lingkungan hidup yang

dikelola adalah yang hanya mengalami perubahan mendasar

sebagaimana disimpulkan oleh dokumen ANDAL.


Rencana pengelolaan lingkungan hidup dapat berupa

pencegahan dan penanggulangan dampak negatif, serta peningkatan

dampak positif yang bersifat strategis. Rencana pengelolaan

lingkungan hidup harus diuraikan secara jelas, sistimatis, serta

mengandung ciri - ciri pokok sebagai berikut:

1. Rencana pengelolaan lingkungan hidup memuat pokok - pokok

arahan, prinsip - prinsip, kriteria pedoman, atau persyaratan untuk

mencegah, menanggulangi, mengendalikan atau meningkatkan

dampak besar dan penting baik negatif maupun positif yang

bersifat strategis; dan bila dipandang perlu, lengkapi pula dengan

acuan literatur tentang rancang bangun penanggulangan dampak

dimaksud;
2. Rencana pengelolaan lingkungan hidup dimaksud perlu

dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan bahan

pertimbangan untuk pembuatan rancangan rinci rekayasa, dan

dasar pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup;


3. Rencana pengelolaan lingkungan hidup mencakup pula upaya

peningkatan pengetahuan dan kemampuan karyawan pemrakarsa

usaha dan/atau kegiatan dalam pengelolaan lingkungan hidup

melalui kursus - kursus yang diperlukan pemrakarsa berikut

dengan jumlah serta kualifikasi yang akan dilatih;


4. Rencana pengelolaan lingkungan hidup juga mencakup

pembentukan unit organisasi yang bertanggung jawab di bidang

lingkungan hidup untuk melaksanakan RKL. Aspek - aspek yang


perlu diutarakan sehubungan /dengan hal ini antara lain adalah

struktur organisasi, lingkup tugas dan wewenang unit, serta

jumlah dan kualifikasi personalnya.

Untuk menangani dampak besar dan penting yang sudah

diprediksi dari studi ANDAL, dapat menggunakan salah satu atau

beberapa pendekatan lingkungan hidup yang selama ini kita kenal

seperti:

1. Pendekatan teknologi

Pendekatan ini adalah cara - cara atau teknologi yang digunakan

untuk mengelola dampak besar dan penting lingkungan hidup;

Sebagai misal:

a. Dalam rangka penanggulangan limbah bahan berbahaya dan

beracun, akan ditempuh cara:


1) Membatasi atau mengisolasi limbah;
2) Melakukan minimalisasi limbah dengan mengurangi

jumlah/volume limbah (reduce), menggunakan kembali

limbah (reuse) atau mendaur ulang (recycle);


3) Menetralisasi limbah dengan menambahkan zat kimia

tertentu sehingga tidak membahayakan manusia dan

makhluk hidup lainnya.


b. Dalam rangka mencegah, mengurangi, atau memperbaiki

kerusakan sumberdaya alam, akan ditempuh cara, misalnya:


1) Membangun terasering atau penanaman tanaman penutup

tanah untuk mencegah erosi;


2) Mereklamasi lahan bekas galian tambang dengan

pengaturan tanah atas dan penanaman tanaman penutup

tanah.
c. Dalam rangka meningkatkan dampak positif berupa

peningkatan nilai tambah dari dampak positif yang telah ada,

misalnya melalui peningkatan dan daya guna dari dampak

positif tersebut.
2. Pendekatan sosial ekonomi

Pendekatan ini adalah langkah - langkah yang akan ditempuh

pemrakarsa dalam upaya menanggulangi dampak penting melalui

tindakan - tindakan yang berlandaskan pada interaksi sosial, dan

bantuan peran pemerintah. Sebagai misal:

a. Melibatkan masyarakat di sekitar rencana usaha dan/atau

kegiatan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengelolaan

lingkungan hidup;
b. Permintaan bantuan kepada pemerintah untuk turut

menanggulangi dampak penting lingkungan hidup karena

keterbatasan kemampuan pemrakarsa;


c. Permohonan keringanan bea masuk peralatan pengendalian

pencemaran;
d. Memprioritaskan penyerapan tenaga kerja setempat sesuai

dengan keahlian dan ketrampilan yang dimiliki;


e. Kompensasi atau ganti rugi atas lahan milik penduduk untuk

keperluan rencana usaha dan/atau kegiatan dengan prinsip

saling menguntungkan kedua belah pihak;


f. Bantuan fasilitas umum kepada masyarakat sekitar rencana

usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki pemrakarsa;
g. Menjalin interaksi sosial yang harmonis dengan masyarakat

sekitar guna mencegah timbulnya kecemburuan sosial.


3. Pendekatan institusi

Pendekatan ini adalah mekanisme kelembagaan yang akan

ditempuh pemrakarsa dalam rangka menanggulangi dampak besar

dan penting lingkungan hidup. Sebagai misal:

a. Kerjasama dengan instansi - instansi yang berkepentingan dan

berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup;


b. Pengawasan terhadap hasil unjuk kerja pengelolaan lingkungan

hidup oleh instansi yang berwenang;


c. Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup secara berkala

kepada pihak - pihak yang berkepentingan.

Mengingat dokumen RKL disusun sekaligus dengan dokumen

ANDAL dan RPL, dan ketiganya dinilai sekaligus maka format

dokumen RKL langsung berorientasi pada keempat pokok rencana

pengelolaan lingkungan hidup.


3. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

Pemantauan lingkungan hidup dapat digunakan untuk

memahami fenomena - fenomena yang terjadi pada berbagai

tingkatan, mulai dari tingkat proyek (untuk memahami perilaku

dampak yang timbul akibat usaha dan/atau kegiatan), sampai ke

tingkat kawasan atau bahkan regional, tergantung pada skala keacuhan

terhadap masalah yang dihadapi.

Di samping skala keacuhan, ada 2 (dua) kata kunci yang

membedakan pemantauan dengan pengamatan secara acak atau sesaat,

yakni merupakan kegiatan yang bersifat berorientasi pada data

sistematik, berulang dan terencana.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam

penyusunan dokumen rencana pemantauan lingkungan hidup, yakni:

1. Komponen/parameter lingkungan hidup yang dipantau hanyalah

yang mengalami perubahan mendasar, atau terkena dampak besar

dan penting. Dengan demikian tidak seluruh komponen

lingkungan hidup yang harus dipantau. Hal - hal yang dipandang

tidak penting atau tidak relevan tidak perlu di pantau;


2. Keterkaitan yang akan dijalin antara dokumen ANDAL, RKL dan

RPL. Aspek - aspek yang dipantau perlu memperhatikan benar

dampak besar dan penting yang dinyatakan dalam ANDAL, dan


sifat pengelolaan dampak lingkungan hidup yang dirumuskan

dalam dokumen RKL;


3. Pemantauan dapat dilakukan pada sumber penyebab dampak dan

atau terhadap komponen/parameter lingkungan hidup yang

terkena dampak. Dengan memantau kedua hal tersebut sekaligus

akan dapat dinilai/diuji efektifitas kegiatan pengelolaan

lingkungan hidup yang dijalankan;


4. Pemantauan lingkungan hidup harus layak secara ekonomi. Walau

aspek - aspek yang akan dipantau telah dibatasi pada hal - hal

yang penting saja (seperti diuraikanpada butir (a) sampai (c ),

namun biaya yang dikeluarkan untuk pemantauan perlu

diperhatikan mengingat kegiatan pemantauan senantiasa

berlangsung sepanjang usia usaha dan/atau kegiatan;


5. Rancangan pengumpulan dan analisis data aspek - aspek yang

perlu dipantau, mencakup:


a. Jenis data yang dikumpulkan;
b. Lokasi pemantauan;
c. Frekuensi dan jangka waktu pemantauan;
d. Metode pengumpulan data (termasuk peralatan dan

instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data);


e. Metode analisis data.
6. Dokumen RPL perlu memuat tentang kelembagaan pemantauan

lingkungan hidup. Kelembagaan pemantauan lingkungan hidup

yang dimaksud disini adalah institusi yang bertanggung jawab

sebagai penyandang dana pemantauan, pelaksana pemantauan,

pengguna hasil pemantauan, dan pengawas kegiatan pemantauan.

Koordinasi dan kerjasama antar institusi ini dipandang penting


untuk digalang agar data dan informasi yang diperoleh, dan

selanjutnya disebarkan kepada berbagai penggunanya, dapat

bersifat tepat guna, tepat waktu dan dapat dipercaya.

Berkaitan dengan komisi penilai, syarat pokok yang harus dipenuhi

oleh para penilai untuk mengevaluasi dokumen AMDAL, seperti tercantum

dalam pokok B. Syarat Penggunaan Panduan di dalam SK. Bupati Cilacap

Nomor: 660.1/081/24/2003 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL

Kabupaten Cilacap yaitu:

1. Penilai dokumen harus memenuhi salah satu dari syarat berikut:


a. Sudah pernah menyusun dokumen AMDAL; dan/atau
b. Sudah memperoleh sertifikat penyusun AMDAL (AMDAL B),

kursus penilai AMDAL atau kursus yang sejenis; dan/atau


c. Berpendidikan sarjana/sederajat terutama berlatar belakang masalah

lingkungan atau ahli dalam masalah AMDAL; dan/atau


d. Merupakan wakil masyarakat yang terkena dampak/pemerhati

lingkungan.
2. Penilai harus memiliki dan menggunakan pedoman/panduan penyusunan

AMDAL yang berlaku, seperti antara lain: Panduan Kajian Aspek Sosial

dalam AMDAL.
3. Penilai dapat memahami maksud yang terkandung dalam panduan

penilaian dokumen AMDAL ini dan menggunakannya.

Dari syarat pokok tersebut di atas tampak bahwa tingkat kemanfaatan

panduan ini sangat ditentukan oleh kemampuan pemakainya.


Dari bahasan di atas kita mendapatkan bahwa penilai AMDAL mampu

menilai kelengkapan serta kualitas dari dokumen AMDAL yang dikaji.

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nomor 45 Tahun 2004 tentang

Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai dampak Lingkungan

(AMDAL) Kabupaten Cilacap, dibentuklah Komisi Penilai AMDAL dan Tim

Teknis yang bertugas untuk mengkaji dokumen AMDAL. Komisi penilai

AMDAL berfungsi untuk memberikan masukan dan dasar pertimbangan

dalam pengambilan keputusan kesepakatan kerangka acuan dan kelayakan

lingkungan hidup atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan kepada Bupati

pengambil keputusan dalam menerbitkan keputusan kesepakatan sesuai Pasal

13 dan Pasal 17 Surat Keputusan Bupati Nomor 45 Tahun 2004.

Bupati menerima ANDAL, RKL dan RPL dari pemrakarsa melalui

sekretariat Komisi Penilai sebanyak tiga puluh lima eksemplar. Setelah

dokumen diterima dari pemrakarsa dan kemudian diterima oleh seluruh

peserta rapat Komisi dan Tim Teknis penilaian dokumen AMDAL selambat –

lambatnya sepuluh hari kerja sebelum rapat dilakukan. Rapat ini diketuai oleh

Ketua Tim Teknis untuk melakukan penilaian oleh tim teknis yang kemudian

seluruh saran, pendapat dan tanggapan dicatat oleh petugas dari Sekretariat

Komisi Penilai. Masukan yang diterima oleh Tim Teknis disampaikan pada

rapat Komisi Penilai.

Rapat Komisi Penilai dihadiri oleh seluruh anggota komisi serta

perwakilan dari usaha/kegiatan yang akan dinilai oleh rapat Komisi Penilai.
Dokumen hasil dari rapat Komisi Penilai yang telah ditanggapi dan

disempurnakan diserahkan paling lambat tiga puluh hari kerja setelah hari dan

tanggal rapat Komisi Penilai dilaksanakan, dan jika masih dianggap belum

memenuhi ketentuan perbaikan dan penilaian, maka ketua komisi berhak

meminta pemrakarsa untuk memperbaiki kembali paling lambat empat belas

hari kerja.

Rapat komisi Penilai dilakukan atas dua kali pokok bahasan yaitu:

1. Rapat membahas KA-ANDAL


2. Rapat membahas Andal, RKL dan RPL

Berita acara hasil rapat Komisi Penilai disampaikan kepada Bupati

untuk digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan

kelayakan lingkungan hidup bagi usaha/kegiatan yang bersangkutan.41

Karena dalam usaha/kegiatan kebanyakan, alokasi dana oleh

pengusaha atau pelaku kegiatan, penyusunan AMDAL masuk dalam kegiatan

operasi, sehingga penyusunan dokumen oleh pemrakarsa dilakukan

bersamaan dengan usaha/kegiatan yang dikerjakan. Hal ini adalah

pelanggaran karena AMDAL merupakan persyaratan yang harus dipenuhi

untuk mendapatkan ijin dalam melakukan usaha atau kegiatan yang

diterbitkan oleh pejabat yang berwenang. Keputusan kelayakan lingkungan

41
Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 45Tahun 2004 Tentang Pedoman Tata Kerja
Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Kabupaten Cilacap.
hidup (AMDAL) wajib dilampirkan pada saat permohonan ijin melakukan

usaha atau kegiatan.42

2. Hambatan yang terjadi dalam proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL) di Kabupaten Cilacap

Dalam pelaksanaan proses AMDAL tidak selalu berjalan sesuai

dengan peraturan yang telah ditetapkan, hal ini terjadi juga pada proses

AMDAL di Kabupaten Cilacap. Hambatan yang muncul adalah akibat adanya

pihak yang sudah melaksanakan usaha/kegiatan sebelum dikeluarkannya

Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup oleh Bupati. Hambatan yang terjadi

dalam proses pelaksanaan AMDAL adalah sanksi yang diberikan untuk

kegiatan yang belum memiliki AMDAL tetapi sudah berjalan yang masih

terlalu ringan yaitu hanya berupa Audit Lingkungan Hidup wajib. Bagi

kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan

lingkungan hidup (RKL-RPL) serta dalam operasionalnya menyalahi

peraturan Perundangan di bidang lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut

tidak bisa dikenakan kewajiban AMDAL, untuk hal itu kegiatan tersebut

dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan

Audit Lingkungan yang Diwajibkan. Audit Lingkungan Wajib merupakan

dokumen lingkungan wajib serupa AMDAL yang sifatnya spesifik, dimana

kewajiban yang satu secara otomatis menghapuskan kewajiban lainnya

42
Kartakusuma,Dana A,2004,Tanya Jawab AMDAL, hlm. 13.
kecuali ada kondisi - kondisi khusus yang aturan dan kebijakannya ditetapkan

oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup.Kegiatan yang sudah berjalan yang

kemudian diwajibkan menyusun Audit Lingkungan tidak membutuhkan

AMDAL baru.43

Hambatan ini muncul akibat rendahnya “efek jera” dari sanksi yang

diberlakukan, sehingga dipandang belum cukup kuat untuk menjerat pelaku

pelanggaran atas AMDAL

43
Kartakusuma,Dana A,2004,Tanya Jawab AMDAL, hlm. 11-12.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tersebut di muka maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang dilakukan oleh Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap sebagian besar telah sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan yang ditindaklanjuti melalui beberapa Surat Keputusan

Bupati mengenai AMDAL yang telah dibahas di muka, yang terdiri dari 4

tahapan yaitu:

a. Penapisan (Screening) wajib AMDAL.

Proses ini menentukan apakah suatu rencana usaha/kegiatan wajib

menyusun AMDAL atau tidak. Berdasarkan Kepmen LH no 11 tahun

2006, terdapat beberapa rencana usaha dan bidang kegiatan yang wajib

dilengkapi dengan AMDAL, yaitu: pertahanan dan keamanan, pertanian,

perikanan, kehutanan, perhubungan, teknologi satelit, perindustrian,

prasarana wilayah, energi dan sumber daya mineral, pariwisata,

pengembangan nuklir, pengelolaan limbah B3, dan rekayasa genetika.

Kegiatan yang tidak tercantum dalam daftar wajib AMDAL, tetapi

lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan lindung, termasuk dalam


kategori menimbulkan dampak penting, dan wajib menyusun AMDAL.

Kawasan lindung yang dimaksud adalah hutan lindung, kawasan

bergambut, kawasan resapan air, kawasan sekitar waduk/danau, kawasan

sekitar mata air, kawasan suaka alam, dan lain sebagainya.

b. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat.


Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa

wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu yang ditentukan

dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang diberikan, dan

kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu selama

30 hari kerja dengan melibatkan seluruh pihak yang berkaitan, sebelum

menyusun KA-ANDAL.
c. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL
Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 09/2000, Kerangka

Acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup yang

merupakan hasil pelingkupan yang disepakati oleh Pemrakarsa/Penyusun

AMDAL dan Komisi AMDAL.

d. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL.

Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada

KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL).

Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen ANDAL, RKL

dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai.44

Ketidaksesuaian proses AMDAL oleh Badan Lingkungan Hidup di

kabupaten Cilacap adalah terletak pada pelaksanaan usaha/kegiatan yang

44
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
dilaksanakan sebelum dikeluarkannya Keputusan Kelayakan Lingkungan

Hidup oleh Bupati.

2. Hambatan yang terjadi dalam kegiatan Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL) di Kabupaten Cilacap adalah akibat adanya pihak

yang sudah melaksanakan usaha/kegiatan, menyebabkan timbulnya

pelanggaran hukum. Sanksi yang diberikan pada kegiatan yang belum

memiliki AMDAL tetapi sudah berjalan, adalah diantaranya Audit

Lingkungan Hidup wajib, namun hal ini pada kenyataannya dipandang belum

cukup kuat untuk menjerat pelaku pelanggaran atas AMDAL, sehingga dapat

memunculkan pelanggaran sejenis akibat rendahnya “efek jera” dari sanksi

yang diberlakukan.

B. Saran

Melihat pentingnya proses AMDAL bagi pembangunan dan lingkungan, baik itu

bagi kelangsungan pembangunan saat ini dan yang akan datang serta dampak

usaha/kegiatan terhadap lingkungan biotik dan abiotik, maka diperlukan

penegakan hukum dalam proses AMDAL dan kerjasama yang baik antara para

pihak terkait AMDAL serta instrumen hukum yang memadai, seperti peningkatan

disiplin bagi aparatur yang ada di dalam pelaksanaan proses AMDAL, kemudian

optimalisasi penegakan hukum hukum administrasi negara, pidana serta secara

keperdataan. Penegakan hukum ini dapat berupa penerapan uang paksa atau upaya

paksa dari pihak Badan Lingkungan Hidup yang berwenang kemudian dengan

penerapan sanksi pidana bagi pelanggar, ataupun dengan upaya penuntutan secara
perdata oleh masyarakat. agar tercipta suatu pembangunan yang berwawasan

lingkungan secara berkesinambungan. Jika kita melihat pada hambatan yang

muncul, seharusnya jika terdapat pelanggaran dalam proses pelaksanaan AMDAL,

instansi yang bertanggung jawab mampu menerapkan hukum secara lebih

optimal, maksudnya disini untuk menghindari terjadinya pelanggaran yang sama

serta sebagai role model dari penanggulangan pelanggaran sejenis ke depan,

tindak lanjut dari pelanggaran yang ada adalah dengan memberikan hukuman tang

lebih berat, sehingga tidak terjadi pelanggaran – pelanggaran yang sama di masa

depan.
DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Fandeli,Chafid,2007,Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar


Dalam Pembangunan,Liberty,Yogyakarta.

Hamzah,Andi,2005,Penegakan Hukum Lingkungan,sinar grafika,Jakarta

Hartiwiningsih,2007,Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penegakan


Hukum Pidana Lingkungan,LPP UNS dan UNS Press,Surakarta

Husein,Harun M,1992,Berbagai Aspek Hukum Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan,Bumi Aksara,Jakarta.

Husin,Sukanda,2009,Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia,sinar


grafika,Jakarta

Kartakusuma,Dana A,2004,Tanya Jawab AMDAL, Kementerian Lingkungan


Hidup,Jakarta.

Soekanto,Soerjono,1986,Pengantar Penelitian Hukum,Penerbit Universitas


Indonesia,jakarta

Soemarwoto, Otto,1988,Analisis Dampak Lingkungan,Gadjah Mada


University Press,Yogyakarta

Soemitro,Ronny Hanitijio,1998,Metodologi Penelitian Hukum Dan


Jurimetri,Ghalia Indonesia,Jakarta

B. Peraturan Perundang - Undangan

Undang – undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan


Hidup.

Undang – undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan


Hidup.
Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan – Ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai


Dampak Lingkungan.

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 Tentang Analisis Mengenai


Dampak Lingkungan.

Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tentang Analisis Mengenai


Dampak Lingkungan.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 41 Tahun 2000


Tentang Pedoman Pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08


Tahun 2000 Tentang Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan
Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 09


Tahun 2000 Tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.

Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 22 Tahun 2008 tentang


Organisasi dan Tata Kerja satuan kerja perangkat Dinas di lingkungan
pemerintah kabupaten Cilacap.

Surat Keputusan Bupati Nomor 45 Tahun 2004 tentang Pedoman Tata Kerja
Komisi Penilai Analisis Mengenai dampak Lingkungan (AMDAL)
Kabupaten Cilacap

Surat Keputusan Bupati Cilacap Nomor 76 Tahun 2004 Tentang Keterlibatan


Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

United Nation Environmental Proramme (1988). Environmental Impact


Assesment, Basic Procedures for Developing Countries.

C. Sumber Lainnya

http://Id.wikipedia.org

http://www.menlh.go.id/index.php?idx=amdalnet

Anda mungkin juga menyukai