PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Excellent service, menambah
wawasan tentang Konsep Caring di Sepanjang Rentang Kehidupan, agar kami mahasiswa
mengerti tentang bagaimana perilaku caring dalam proses dan praktik keperawatan, dan sebagai
salah satu sarana belajar mahasiswa
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pelayanan pada dasarnya adalah kegiatan yang di tawarkan oleh organisasi atau perorangan
kepada konsumen (yang dilayani), yang bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki,
sedangkan pelayanan prima merupakan terjemahan dari istilah service excellent yang secara
harfiah berarti pelayanan yang sangat terbaik, karena sesuai dengan standart pelayanan yang
berlaku atau dimiliki oleh instansi yang memberikan pelayanan.
Definisi pelayanan prima mengandung tiga hal pokok, yaitu adanya pendekatan sikap yang
berkaitan dengan kepedulian kepada pelanggan, upaya melayani dengan tindakan yang terbaik,
dan adanya tujuan untuk memuaskan pelanggan dengan beroreantasi pada standart layanan tertentu
(Swastika, 2005: 3).
Dalam memberikan yang prima sebagai usaha untuk mencapai kepuasaan dan loyalitas pelanggan,
pihak produsen jasa dapat berpedoman pada pelayanan prima (service excellent) yang di jelaskan
oleh beberapa penulis. Menurut barata ( 2004: 31 )pelayanan prima ( service excellent ) terdiri dari
enam unsur pokok, antara lain sebagai berikut:
a.Kemampuan ( ability)
b.Sikap ( attitude)
c.Penampilan ( appearance )
d.Perhatian ( attention )
e.Tindakan ( action )
Sedangkan menurut Tjiptono ( 2002: 58) pelayanan prima ( service excellent ) terdiri dari
empat unsur pokok antara lain sebagai berikut.
a.Kecepatan
b.Ketepatan
c.Keramahan
d.Kenyamanan
2
Penerapan prinsip-prinsip pelayanan prima bertujuan untuk meningkatkan pelayanan pada
pelanggan atau konsumen agar lebih maksimal dan berhasil. Prinsip pelayanan prima dalam
kegiatan pemasaran dapa dipahami sebagai suatu pedoman bagi perusahaan atau organisasi, untuk
melaksanakan suatu kegiatan pelayanan prima, yang ingin diterapkan pada para pelanggan atau
konsumen yang ingin dicapainya.
Ditegaskan pelayanan yang berkualitas terhadap masyarakat adalah sesuai dengan sendi-
sendi sebagai berikut.
a. Kesederhanaan, dalam arti bhwa prosedur/ tata cara pelayanan diselenggarakan secara
mudah, lancar, cepat dan tidak berbelit-belit serta mudah dipahami dan dilaksanakan.
c. Keamanan, dalam arti proses serta hasil pelayanan umum dapat memberikan keamanan
dan kenyamanan, serta
d. Keterbukaan, dalam arti bahwa prosedur/ tata cara persyaraan, satuan kerja/ pejabat dan
hal-hal lain, yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara
terbuka agar mudah diketahui dan dipahami masyrakat, baik diminta maupun tidak
diminta,
e. Efisien meliputi persyarata pelayanan umm hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung
dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara
persyratan dengan produk pelayanan umum yang diberikan.
f. Ekonomis
Nilai barang atau jasa pelayanan umum deangan tidak menuntut biaya yang tinggi diluar
kewajaran.
Kondisi dan kemampuan pelanggan (Masyarakat ) untuk membayar secara umum.
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3
g. Keadilan yang merata dalam arti cakupana atau jangkauan pelayanan umum harus
diusahakan seluas mungkin dengan pendistribusian yang merata dan diperlakukan secara
adil.
h. Ketepatan waktu, dalam arti pelaksanaan pelayanan umum dapat diselesaikan dalam
periode waktu yang telah ditentukan.
Dalam dunia bisnis atau instansi pemerintah sering kita mendengar kalimat “ utamakan
pelayanan terhadap para tamu/ pelanggan”, yang berarti senantiasa memerhatikan dan
melayani kebutuhan pihak pengguna barang/ jasa ataupun masyarakat luas/ konsumen
dengan melakukan proses layanan yang baik sesuai yang diinginkan masyarakat atau
pelanggan tersebut.
Ada beberapa hal pokok yang menjadi tujuan pelayanan prima, yaitu sebagai berikut.
Pelayanan prima harus ditunjang oleh kualitas SDM yang handal, mempunyai visi jauh
kedepan dan dapat mengembangkan strategi serta kiat-kiat layanan prima yang mempunyai
keunggulan.
A. Keputusan pihak pelanggan untuk segera membeli produk yang kita tawarkan pada saat
itu juga.
B. Menumbuhkan kepercayaan pelangga terhadap barang/ produk produsen yang
bersangkutan.
C. Mempertahankan pelanggan agar tetap loyal menggunakan produk produsen yang
bersangkutan
D. Dapat mendorong pelanggan untuk kembali lagi membli produk produsen yang
bersangkutan
E. Dapat menghindarkan terjadinya tuntutan-tuntutan terhadap penjual yang tidak perlu.
4
Pelayanan Prima Terhadap Pelanggan Internal
Pelanggan internal adalah orang-orang yang terlibat dalam proses produksi barang/jasa
sejak mulai perencanaan, penciptaan, atau pembuatan barang sampai dengan pemasaran
dan penjualan serta pengadministrasiannya.
Pelanggan eksternal adalah semua pihak atau orang-orang yang berada diluar perusahaan
atau diluar instansi pemerintah, yag menerima pelayanan dan membeli barang/jasa yang
dihasilkan suatu perusahaan.
A. MERUJUK PASIEN
5
RAWAT INAP
B. PASIEN KEHILANGAN
Orang dewasa
Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup, tujuan hidup.
Menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari.
2. Keluarga
Keluarga mempengaruhi respon dan ekspresi kesedihan. Anak terbesar biasanya
menunjukkan sikap kuat, tidak menunjukkan sikap sedih secara terbuka.
4. Pengaruh kultural
Kultur mempengaruhi manifestasi klinis dan emosi.
Kultur “barat” menganggap kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga hanya
diutarakan pada keluarga, kesedihan tidak ditunjukkan pada orang lain. Kultur lain
menganggap bahwa mengekspresikan kesedihan harus dengan berteriak dan menangis
keras-keras.
6
5. Agama
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman. Menyadarkan bahwa kematian
sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan Tuhan akan kematian.
6. Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan menyebabkan shock dan
tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang menanggap bahwa kematian akibat
kecelakaan diasosiasikan dengan kesialan.
Tipe Kehilangan
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang
berhenti bekerja/PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya mendadi
menurun.
Jenis-Jenis Kehilangan
7
5. Kehilangan kehidupan / meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan
dan orang disekitarnya. Sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang
berespon berbeda tentanng kematian.
Berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan
adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
Tipe Berduka
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang meruppakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan,
objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilanngan. Tipe in masih dalam
batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadanng menjurus ke
tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
Tahap-Tahap Berduka
4. Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap sesuatu yang
meninggalkannya. Bisa merasa bersalah dan kurang perhatiannya di masalalu terhadap almarhum.
5. Fase V
8
Kehilangan yang tidak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase
ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.
9
Individu menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara, putus asa. Perilaku yang muncul
seperti menolak makan, susah tidur, dan dorongan libido menurun.
Peran perawat:
Pasien jangan ditinggalkan sendiri
Pintu kamar dibiarkan terbuka
5. Fase penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang berpusat pada
objek kehilangan mulai berkurang.
Peran perawat:
Menemani pasien
Bila mungkin, bicara dengan pasien
Tanyakan apa yang dibutuhkan
Apakah butuh pertolongan perawat
Pintu kamar jangan ditutup
1. Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
2. Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika pasien secara berulang-ulang
melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.
3. Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedudukan akut dan mulai memasuki kembali
secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana pasien belajar untuk menjalani hidup dengan
kehidupan mereka.
Harapan
Perawatan yang terbaik sudah diberikan.
Keyakinan bahwa mati adalah akhir penderitaan dan kesakitan.
Berpartisipasi
Memberi perawatan
Sharing dengan staf.
Support
Dengan support pasien dapat melewati kemarahan, kesedihan, dan denial.
Support bisa digunakan sebagai koping dengan perubahan yang terjadi.
Kebutuhan spiritual
10
Berdoa sesuai kepercayaan
Mendapatkan kekuatan dari Tuhan
Berduka
Kemungkinan berhubungan dengan:
Aktual atau perasaan kehilangan; penyakit kronis dan/atau fatal
Penghalangan respons berduka terhadap kehilangan; kurangnya resolusi dari respons
berduka sebelumnya/hilangnya rasa duka diantisipasi.
Kriteria hasil:
Menunjukkan rasa pergerakan ke arah resolusi dari rasa duka dan harapan untuk masa
depan.
Fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan.
11
Konsep keperawatan Virginia Handerson menyatakan bahwa salah satu peran perawat adalah
membantu agar klien siap meninggal dengan tenang.
Agama dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu spiritual nourishment (gizi ruhani). Seseorang
yang dikatakan sehat secara sempurna tidak hanya cukup gizi makanan tetapi juga gizi rohaninya
harus terpenuhi. Menurut hasil Riset Psycho Spiritual For AIDS Patient, Cancepatients, and for
Terminal Illness Patient, menyatakan bahwa orang yang mengalami penyakit terminal dan
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis
kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapat perhatian
khusus (Dadang Hawari, 1977, 53). Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan, ada sekelompok
pasien yang selalu menunda operasinya sehingga jadwal operasi yang telah dibuat ditunda lagi.
Setelah diselidiki ternyata mereka mengalami ketakutan operasi dan takut mengahadapi kematian
atau tidak bisa bangun lagi, tetapi pada kelompok pasien yang komitmen agamanya baik, hal
tersebut tidak menjadi masalah dan lebih siap menghadapi kematian.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan
orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada individu, keluarga,
kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan aktual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata
dari care yang menunjukkan suatu rasa kepedulian.
12
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi
bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya dengan orang
lain.
Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung jawab, dan ikhlas.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi
bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya dengan orang
lain.
Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional pada klien,
keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan,
dan meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun
nonverbal.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara umum
adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan perhatian, perasaan
empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan cara memberikan tindakan nyata
kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut.
Caring merupakan inti dari keperawatan.
Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan merupakan fokus
terbesar dari tingkat kepuasan klien. Jika klien merasakan penyelenggaraan pelayanan kesaehatan
bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik terhadap mereka sebagai individu, mereka
biasanya menjadi teman sekerja yang aktif dalam merencanakan perawatan. Klien dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa mereka semakin puas saat perawat melakukan caring.
Perawat mempunyai klien yang takut untuk dipasang kateter intravena, perawat tersebut adalah
perawat yang belum terampil dalam memasukkan kateter intravena. Dengan mengetahui siapa
klien, dapat membantu perawat dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
klien.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan sikap perawat
terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai penolong klien,
memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan hubungan dan memberikan prioritas kepada
klien dengan kepribadian khusus.
13
Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari kebudayaan, nilai-nilai,
pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap keperawatan yang berhubungan
dengancaring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang, mendengarkan, memahami klien, caring
dalam spiritual, dan perawatan keluarga.
1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang
merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring. Menurut
Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di” berarti kehadiran tidak
hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan pengertian. Sedangkan “ada dengan”
berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk klien (Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat
membantu menenangkan rasa cemas dan takut klien karena situasi tertekan.
2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat
mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua jenis
sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak merupakan sentuhan
langsung kullit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak mata. Kedua
jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori :
A. Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini. Perlakuan yang ramah
dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan rasa aman kepada klien. Prosedur
dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan kebutuhan klien.
C. Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi perawat
dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah mencegah terjadinya
kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar tidak terjatuh.
Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara bijaksana.
3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan kunci, sebab
hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat. Mendengarkan membantu perawat
dalam memahami dan mengerti maksud klien dan membantu menolong klien mencari cara untuk
mendapatkan kedamaian.
4. Memahami klien
14
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien. Memahami klien
sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat keputusan klinis. Memahami klien
merupakan pemahaman perawat terhadap klien sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya
(Radwin,1995). Pemahaman klien merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien
dan perawat terjalin suatu hubungan yang baik dan saling memahami.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien dapat memahami satu
sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang baik dengan melakukan hal seperti,
mengerahkan harapan bagi klien dan perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit,
atau perasaan yang diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya sosial,
emosional, atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan manusia dengan
manusia, roh dengan roh.
6. Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi keperawatan sering
bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat untuk
menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan klien dan membantu keluarga untuk
aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota keluarga. Menunjukkan
perawatan keluarga dan perhatian pada klien membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat
membentuk hubungan yang baik dengan anggota keluarga klien.
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
BAB III
15
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga , kelompok dan
masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. Keperwatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara
komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental, keterbatasan
pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-
hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya
pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai
kemampuan hidup sehat dan produktif.
3.2 SARAN
Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan seyogyanya memasukkan unsur caring
dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan kepercayaan, komitmen
membantu orang lain dan berbagai unsur caring yang lain harus sudah dibangun sejak perawat
dalam masa pendidikan. Selain itu perlu dilakukan sosialisasi konsep caring pada perawat guna
memberikan pemahaman yang mendalam tentang apa yang harus dilakukan perawat agar bersikap
caring dalam setiap kontak dengan pasien. Indikator-indikator caring harus dikenal dan
diaplikasikan dalam perawatan serta dievaluasi secara terus menerus
DAFTAR PUSTAKA
16
http://andaners.wordpress.com/2009/04/28/konsep-keperawatan-komunitas/
Watson, Jean. (2004). Theory of human Caring. Http: //www2.uchse.edu/son/caring
Meidiana Dwidiyanti. 2008. Keperawatan Dasar. Semarang. Hasani
http://usfinit-engky.blogspot.com/2011/12/makalah-konsep-caring.html
http://teguhyudi-teguhyudi.blogspot.com/2011/07/aplikasi-konsep-caring-dalam-praktek.html
17