Anda di halaman 1dari 14

Jurnal e-Dinamis, Volume II, No.

2 September 2012 ISSN 2338-1035

sering patah atau lecetnya mata pisau


PENGARUH QUENCHING DAN TEMPERING TERHADAP
sehingga umur pakai mata pisau lebih
KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK
singkat.SERTA STRUKTUR
Alasan yang MIKRO
mendasari peneliti
BAJA KARBON SEDANG UNTUK mengambil
MATA PISAU baja PEMANEN
per karena SAWIT
baja
tersebut banyak dipergunakan dalam
ARIEF MURTIONO
bidang teknik atau industri. Baja ini
Departemen Teknik Mesin Fakultas
memiliki Teknik
kekerasan yang tinggi
Universitas Sumatera Utara
sehingga cocok untuk komponen yang
membutuhkan kekerasan, keuletan,
maupun ketahanan terhadap gesekan.
ABSTRAK
Usaha menjaga agar logam lebih tahan
Perlakuan panas (heat treatment) didefenisikangesekan
sebagai atau
kombinasi operasi
tekanan pemanasan
adalah dengan dan
pendinginan yang terkontrol dalam keadaan padat untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu pada
cara perlakuan panas pada baja, hal ini
baja/logam atau paduan. Salah satu metode perlakuan panas tersebut dengan proses quenching
memegang
dan tempering. Proses ini dilakukan pada temperatur peranan
austenite
0 penting
(830 C) selamadalam
45 menit
upaya meningkatkan kekerasan baja
kemudian didinginkan dengan air es dan udara bebas, kemudian di-temper pada temperature
0 0 0 sesuai kebutuhan. Proses ini meliputi
550 C, 600 C, dan 650 C dengan lama waktu penahanan 1 jam dan 2 jam. Hasil pengujian
pemanasan
memperlihatkan bahwa nilai kekerasan optimum adalah bajasetelah quenching pada suhu
825,6 BHN
0 0
830 C dan 333 BHN setelah di-temper selama 1 jam pada suhu 550 C. Hasil pengujian tarik
diperoleh tegangan luluh (yield strength) 607,72MPa dan tegangan batas (ultimate strength) 939
MPa. Besarnya kenaikan butiran dari raw material 5,6 μm menjadi 5,9 μm setelah quenching, dan
setelah tempering naik menjadi 6,12 μm, 6,93 μm, dan 7,15 μm. Dari penelitian ini disimpulkan
bahwa proses tempering dapat menurunkan nilai kekerasan dan kekuatan tarik. Sementara hasil
mikro struktur memperlihatkan bahwa diameter butiran bahan menunjukkan kenaikan diameter
butiran selama proses heat treatment. Dimana korelasi antara diameter butiran dan sifat mekanis
adalah berbanding terbalik sesuai dengan rumus yang dikemukakan oleh Hall and Petch method.

Kata Kunci: Heat Treatment, Baja Karbon Sedang, Sifat Mekanis, Metallografi

1. Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan pada suhu tertentu, dipertahankan
dunia industri yang semakin maju, pada waktu tertentu dan didinginkan
mendorong para pelaku dunia industri pada media tertentu pula. perlakuan
untuk meningkatkan kebutuhan panas mempunyai tujuan untuk
penggunaan dari hasil pengerasan baja meningkatkan keuletan, menghilangkan
yang dibutuhkan konsumen. tegangan internal, menghaluskan butir
Perkembangan teknologi terutama kristal, meningkatkan kekerasan,
dalam pengerasan logam mengalami meningkatkan tegangan tarik logam
kemajuan yang sangat pesat. Untuk dan sebagainya, tujuan ini akan
memenuhi tuntutan konsumen dalam tercapai seperti apa yang diinginkan
teknik pengerasan logam ini peneliti jika memperhatikan faktor yang
mencoba mengangkat permasalahan mempemgaruhinya, seperti suhu
pengerasan logam pada baja karbon pemanasan dan media pendingin yang
sedang, khususnya baja pegas digunakan.
belakang mobil (pegas daun). Baja ini Salah satu proses perlakuan panas
sering digunakan oleh pandai besi pada baja adalah pengerasan
untuk pembuatan mata pisau pemanen (hardening), yaitu proses pemanasan
sawit. Hal yang mendasari penelitian ini baja sampai suhu di daerah atau diatas
adalah sifat mekanis dari mata pisau daerah kritis disusul dengan
pemanen sawit kurang baik, salah pendinginan yang cepat dinamakan
satunya kekerasan yang tidak merata quench, (Djafrie, 1995).
akibat proses penempaan Untuk menghasilkan suatu produk
konvensional, dan sifat tangguh yang yang menuntut keuletan dan tahan
masih rendah yang menyebabkan terhadap gesekan perlu dilakukan

57
Jurnal e-Dinamis, Volume II, No.2 September 2012 ISSN 2338-1035

proses pemanasan ulang atau temper.


Tujuan dari penemperan adalah untuk 2.2 Klasifikasi Baja
meningkatkan keuletan dan Berdasarkan tinggi rendahnya
mengurangi kerapuhan. Pengaruh dari presentase karbon di dalam baja, baja
suhu temper ini akan menurunkan karbon diklasifikasikan sebagai berikut:
tingkat kekerasan dari logam. 1. Baja Karbon Rendah (Low Carbon
Kekerasan merupakan sifat ketahanan Steel) mengandung karbon antara
dari bahan terhadap penekanan. 0,10 s/d 0,30 %. Baja karbon ini
Kekerasan dalam penelitian ini adalah dalam perdagangan dibuat dalam
ketahanan dari baja pegas terhadap plat baja, baja strip dan baja
penekanan dari hasil pengujian Brinell. batangan atau profil.
Penelitian disini membatasi cara 2. Baja Karbon Menengah (Medium
pemanasan logam dengan cara Carbon Steel) mengandung karbon
tempering. antara 0,30% - 0,60% C. Baja
karbon menengah ini banyak
Adapun pembatasan masalah pada digunakan untuk keperluan alat-
skripsi ini yaitu: alat perkakas bagian mesin juga
1. Material yang digunakan adalah dapat digunakan untuk berbagai
baja karbon sedang yang keperluan seperti untuk keperluan
merupakan bahan yang digunakan industri kendaraan, roda gigi,
sebagai pegas mobil (pegas daun) pegas dan sebagainya.
yang dijual di pasaran yang 3. Baja Karbon Tinggi (High Carbon
diaplikasikan sebagai mata pisau Steel) mengandung kadar karbon
egrek/dodos sawit. antara 0,60% - 1,7% C. Baja ini
2. Pemanasan awal dilakukan pada mempunyai tegangan tarik paling
suhu 830°C selama 45 menit tinggi dan banyak digunakan untuk
kemudian di Quenching secara material tools. Salah satu aplikasi
cepat dan udara bebas setelah itu dari baja ini adalah dalam
ditemper pada suhu 550°C, 600°C, pembuatan kawat baja dan kabel
650°C kemudian ditahan selama 1 baja. Berdasarkan jumlah karbon
jam dan 2 jam. yang terkandung didalam baja
3. Pengujian sifat mekanis setelah maka baja karbon ini banyak
dilakukan proses Heat Treatment digunakan dalam pembuatan
meliputi uji kekerasan dan uji tarik. pegas, alat-alat perkakas seperti:
Pengamatan struktur mikro setelah palu, gergaji atau pahat potong..
dilakukan proses Heat Treatment.
2.3 Sifat Mekanik Baja
2. Tinjauan Pustaka Sifat mekanik suatu bahan adalah
2.1 Baja kemampuan bahan untuk menahan
Baja adalah logam paduan antara beban-beban yang dikenakan padanya.
besi (Fe) dan karbon (C), dimana besi Beban-beban tersebut dapat berupa
sebagai unsur dasar dan karbon beban tarik, tekan, bengkok, geser,
sebagai unsur paduan utamanya. puntir, atau beban kombinasi.
Kandungan karbon dalam baja berkisar Sifat-sifat mekanik yang terpenting
antara 0,1% hingga 1,7% sesuai antara lain :
tingkatannya. Dalam proses pembuatan 1. Kekuatan (strength) menyatakan
baja akan terdapat unsur-unsur lain kemampuan bahan untuk
selain karbon yang akan tertinggal di menerima tegangan tanpa
dalam baja seperti mangan (Mn), menyebabkan bahan tersebut
silikon (Si), kromium (Cr), vanadium menjadi patah. Kekuatan ini ada
(V), dan unsur lainnya. beberapa macam, dan ini
Berdasarkan komposisi dalam tergantung pada beban yang
prakteknya baja terdiri dari beberapa bekerja antara lain dapat dilihat
macam yaitu: Baja Karbon ( Carbon dari kekuatan tarik, kekuatan
Steel ), dan Baja Paduan ( Alloy Steel )
58
Jurnal e-Dinamis, Volume II, No.2 September 2012 ISSN 2338-1035

geser, kekuatan tekan, kekuatan pada suatu kondisi tertentu. Sifat


puntir, dan kekuatan bengkok. ini dipengaruhi oleh banyak faktor,
2. Kekerasan (hardness) dapat sehingga sifat ini sulit untuk diukur.
didefenisikan sebagai kemampuan 7. Kelelahan (fatigue) merupakan
bahan untuk bertahan terhadap kecenderungan dari logam untuk
goresen, pengikisan (abrasi), patah apabila menerima tegangan
penetrasi. Sifat ini berkaitan erat berulang-ulang (cyclic stress) yang
dengan sifat keausan (wear besarnya masih jauh dibawah
resistance). Dimana kekerasan ini batas kekuatan elastisitasnya.
juga mempunyai korelasi dengan Sebagian besar dari kerusakan
kekuatan. yang terjadi pada komponen mesin
3. Kekenyalan (elasticity) menyatakan disebabkan oleh kelelahan.
kemampuan bahan untuk Karenanya kelelahan merupakan
menerima tegangan tanpa sifat yang sangat penting tetapi
mengakibatkan terjadinya sifat ini juga sulit diukur karena
perubahan bentuk yang permanen sangat banyak faktor yang
setelah tegangan dihilangkan. mempengaruhinya.
Kekenyalan juga menyatakan 8. Keretakan (creep) merupakan
seberapa banyak perubahan kecenderungan suatu logam
bentuk yang permanen mulai mengalami deformasi plastis yang
terjadi, dengan kata lain besarnya merupakan fungsi waktu,
kekenyalan menyatakan pada saat bahan tersebut
kemampuan bahan untuk kembali menerima beban yang besarnya
ke bentuk dan ukuran semula relatif tetap.
setelah menerima beban yang 2.4 Diagram Fasa Fe-C
menimbulkan deformasi. Diagram kesetimbangan besi karbon
4. Kekakuan (stiffness) menyatakan seperti pada gambar 2.2 adalah
kemampuan bahan untuk diagram yang menampilkan hubungan
menerima tegangan/beban tanpa antara temperatur dimana terjadi
mengakibatkan terjadinya perubahan fasa selama proses
perubahan bentuk (deformasi) atau pendinginan dan pemanasan yang
defleksi. Dalam beberapa hal lambat dengan kadar karbon. Diagram
kekakuan ini lebih penting daripada ini merupakan dasar pemahaman untuk
kekuatan. semua operasi-operasi perlakuan
5. Plastisitas (plasticity) menyatakan panas. Dimana fungsi diagram fasa
kemampuan bahan untuk adalah memudahkan memilih
mengalami sejumlah deformasi temperatur pemanasan yang sesuai
plastis yang permanen tanpa untuk setiap proses perlakuan panas
mengakibatkan terjadinya baik proses anil, normalizing maupun
kerusakan. Sifat ini sangat proses pengerasan.
diperlukan bagi bahan yang akan
diproses dengan berbagai proses
pembentukan seperti, forging,
rolling, extruding dan sebagainya.
Sifat ini sering juga disebut sebagai
keuletan/kekenyalan (ductility).
6. Ketangguhan (toughness)
menyatakan kemampuan bahan
untuk menyerap sejumlah energi
tanpa mengakibatkan terjadinya
kerusakan. Juga dapat dikatakan
sebagai ukuran banyaknya energi
yang diperlukan untuk Gambar 1. Diagram Fasa Baja
mematahkan suatu benda kerja, Karbon

59
Jurnal e-Dinamis, Volume II, No.2 September 2012 ISSN 2338-1035

2.5 Heat Treatment yang cepat. Biasanya ke dalam air


Perlakuan panas atau Heat Treatment tersebut dilarutkan garam dapur
mempunyai tujuan untuk meningkatkan sebagai usaha mempercepat turunnya
keuletan, menghilangkan tegangan temperatur benda kerja dan
internal (internal stress), menghaluskan mengakibatkan bahan menjadi keras.
ukuran butir kristal dan meningkatkan
kekerasan atau tegangan tarik logam. Air memiliki karakteristik yang khas
Beberapa faktor yang dapat yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia
mempengaruhi perlakuan panas, yaitu yang lain. Karakteristik tersebut adalah
suhu pemanasan, waktu yang sebagai berikut (Dugan, 1972;
diperlukan pada suhu pemanasan, laju Hutchinson, 1975; Miller, 1992). Pada
pendinginan dan lingkungan atmosfir kisaran suhu yang sesuai bagi
Perlakuan panas adalah kombinasi kehidupan, yakni 0oC (32o F) – 100oC,
anatara proses pemanasan atau air berwujud cair. Suhu 0oC merupakan
pendinginan dari suatu logam atau titik beku (freezing point) dan suhu 100o
paduannya dalam keadaan padat untuk C merupakan titik didih (boiling point)
mendapatkan sifat-sifat tertentu. Untuk air.
mendapatkan hal ini maka kecepatan
pendinginan dan batas temperatur Perubahan suhu air berlangsung
sangat menentukan lambat sehingga air memiliki sifat
sebagai penyimpan panas yang sangat
1. Quenching
Pengertian pengerasan ialah baik. Sifat ini memungkinkan air tidak
perlakuan panas terhadap baja dengan menjadi panas atau dingin dalam
sasaran meningkatkan kekerasan alami seketika. Air memerlukan panas yang
baja. Perlakuan panas menuntut tinggi dalam proses penguapan.
pemanasan benda kerja menuju suhu Penguapan (evaporasi) adalah proses
pengerasan dan pendinginan secara perubahan air menjadi uap air. Proses
cepat dengan kecepatan pendinginan ini memerlukan energi panas dalam
jumlah yang besar. Oleh karena
kritis
itudalam penelitian ini digunakan air es
2. Tempering dalam proses pendinginan setelah
Tempering didefinisikan sebagai proses proses Heat Treatment karena dapat
pemanasan logam setelah dikeraskan mendinginkan logam yang telah
(quenching) pada temperatur tempering dipanaskan secara cepat. Suhu air es
(di bawah suhu kritis) sehingga berkisar antara 0°C-5°C, densitas
diperoleh ductility tertentu, yang (berat jenis) air maksimum sebesar 1
dilanjutkan dengan proses pendinginan g/cm3 terjadi pada suhu 3,95o C. Pada
(Koswara, 1999). Prosesnya adalah suhu lebih besar maupun lebih kecil
memanaskan kembali berkisar antara dari 3,95o C, densitas air lebih kecil dari
suhu 150oC – 650 oC dan didinginkan satu (Moss, 1993; Tebbut, 1992)
secara perlahan-lahan tergantung sifat
2. Minyak
akhir baja tersebut.
Minyak yang digunakan sebagai fluida
2.6 Media Pendingin pendingin dalam perlakuan
Media pendingin yang digunakan untuk panasadalah benda kerja yang diolah.
mendinginkan baja bermacam-macam. Selain minyak yang khusus digunakan
Berbagai bahan pendingin yang sebagaibahan pendingin pada proses
digunakan dalam proses perlakuan perlakuan panas, dapat juga digunakan
panasantara lain : oli,minyak bakar atau solar.

1. Air 3. Udara

Pendinginan dengan menggunakan Pendinginan udara dilakukan untuk


air akan memberikan daya pendinginan perlakuan panas yang membutuhkan

60
Jurnal e-Dinamis, Volume II, No.2 September 2012 ISSN 2338-1035

pendinginan lambat. Untuk keperluan BHN = ……………..(1)


tersebut udara yang disirkulasikan ke ( )
dalam ruangan pendingin dibuat dimana d adalah diameter jejak dan D
dengan kecepatan yang rendah. Udara adalah diameter indentor.
sebagai pendingin akan memberikan
kesempatan kepada logam untuk 2.8 Pengujian Tarik
membentuk kristal – kristal dan Banyak hal yang dapat kita pelajari
kemungkinan mengikat unsur – unsur dari hasil uji tarik. Bila kita terus
laindari udara. Adapun pendinginan menarik suatu bahan sampai putus, kita
pada udara terbuka akan memberikan akan mendapatkan profil tarikan yang
oksidasi oksigen terhadap proses lengkap berupa kurva. Kurva ini
pendinginan. menunjukkan hubungan antara
tegangan dengan regangan.
4. Garam Perubahan panjang dalam kurva
disebut sebagai regangan teknik(  eng.),
Garam dipakai sebagai bahan yang didefinisikan sebagai perubahan
pendingin disebabkan memiliki sifat panjang yang terjadi akibat perubahan
mendinginkan yang teratur dan cepat. statik (L) terhadap panjang batang
Bahan yang didiginkan di dalam cairan mula-mula (L0). Tegangan yang
garam yang akan mengakibatkan dihasilkan pada proses ini disebut
ikatannya menjadi lebih keras karena dengan tegangan teknik (σeng), dimana
pada permukaan benda kerja tersebut didefinisikan sebagai nilai pembebanan
akan meningkat zat arang. yang terjadi (F) pada suatu luas
penampang awal (A0).
Kemampuan suatu jenis media dalam
mendinginkan spesimen bisa berbeda-
beda, perbedaan kemampuan media
pendingin disebabkan oleh temperatur,
kekentalan, kadar larutan dan bahan
dasar media pending.

2.7 Pengujian Kekerasan


Kekerasan logam didefinisikan
sebagai ketahanan terhadap penetrasi,
dan memberikan indikasi cepat
mengenai perilaku deformasi. Alat uji
kekerasan menekankan bola kecil,
piramida atau kerucut ke permukaan Gambar 2. Kurva tegangan regangan
logam dengan beban tertentu, dan baja
bilangan kekerasan (Brinell atau
piramida Vickers) diperoleh dari Tegangan normal tesebut akibat
diameter jejak. Kekerasan dapat gaya tarik dapat ditentukan
dihubungkan dengan kekuatan luluh berdasarkan persamaan (2).
atau kekuatan tarik logam, Karena
F
sewaktu indentasi, material di sekitar   .…………………… (2)
jejak mengalami deformasi plastis Ao
mencapai beberapa persen regangan Dimana:
tertentu. Bilangan kekerasan Brinell σ = Tegangan tarik (MPa)
(BHN) diberikan oleh persamaan (1). F = Gaya tarik (N)
Dimana bilangan Brinell didefinisikan Ao = Luas penampang spesimen
sebagai tegangan P/A, dalam satuan mula-mula (mm2)
kgf/mm2, diamana P adalah beban dan
A adalah luas permukaan kutub bola Regangan akibat beban tekan
yang membentuk indentasi. Jadi statik dapat ditentukan berdasarkan
persamaan (3).

61
Jurnal e-Dinamis, Volume II, No.2 September 2012 ISSN 2338-1035

L

L
………………………………... (3)
Dimana: L  L-L0
Keterangan:
ε = Regangan akibat gaya tarik
L = Perubahan panjang spesimen
akibat beban tekan (mm) Gambar 3 Perhitungan butiran
Lo = Panjang spesimen mula-mula menggunakan metode planimetri
(mm) Jumlah butir bagian dalam
lingkaran (Ninside) ditambah setengah
Pada prakteknya nilai hasil jumlah butir yang bersingungan
pengukuran tegangan pada suatu (Nintercepted) dengan lingkaran dikalikan
pengujian tarik pada umumnya oleh pengali Jeffries (f) dapat dituliskan
merupakan nilai teknik. Regangan pada persamaan (5).
akibat gaya tarik yang terjadi, panjang = ( + ) ……(5)
akan menjadi bertambah dan diameter Dimana pengali Jeffries yang
pada spesimen akan menjadi kecil, dipergunakan tergantung pada
maka ini akan terjadi deformasi plastis. perbesaran yang digunakan pada saat
Hubungan antara stress dan strain melihat struktur mikro dan dapat
dirumuskan pada persamaan (4) ditetukan melalui tabel 1.
E=σ/ε Untuk selanjutnya setelah
……………………………….. (4) diperoleh nilai NA maka ukuran butir
dapat dihitung dengan rumus sebagai
E adalah gradien kurva dalam berikut
daerah linier, di mana perbandingan d = (3,322 log NA) – 2,95 …(6)
tegangan (σ) dan regangan (ε) selalu
tetap. E diberi nama “Modulus Tabel 1. Hubungan antara perbesaran
Elastisitas” atau “Young Modulus”. yang digunakan dengan pengali Jeffries
Kurva yang menyatakan hubungan Perbesa Pengali Jefrries( f) untuk
antara strain dan stress seperti ini ran (M) menetukan butiran/mm2
kerap disingkat kurvaSS (SS curve). 1 0.0002
10 0.02
2.9. Perhitungan Dimater Butir 25 0.125
Ada beberapa metode yang dapat 50 0.5
dilakukan untuk mengukur besar butir 75 1.125
dari struktur mikro suatu material salah 100 2.0
satunya adalah metode Planimetri yang 150 4.5
dikembangkan oleh Jeffries. Dimana 200 8.0
metode ini cukup sederhana untuk
250 12.5
menetukan jumlah butir persatuan luas
300 18.0
pada bagian-bidang yang dapat
500 50.0
dihubungkan pada standar ukuran butir
ASTM E 112. Metode planimetri ini 750 112.5
melibatkan jumlah butir yang terdapat 1000 200.0
dalam suatu area tertentu yang Sumber: ASTM E 112-96, 2000
dinotasikan dengan NA. Secara
skematis proses perhitungan 3. Metodologi Penelitian
menggunakan metode ini seperti pada
gambar 2. 3.1. Alat-Alat dan Bahan
Adapun peralatan yang di pergunakan
selama penelitian ini adalah:
1. Tungku Pemanas(Furnace Naber)
2. Thermocouple Type-K
62
Jurnal e-Dinamis, Volume II, No.2 September 2012 ISSN 2338-1035

3. Pengerol 3.2 Langkah-Langkah Proses


4. Jangka sorong Pengujian
5. Penjepit specimen Pengujian pertama dilakukan
6. Mesin poles (polisher) pengujian kekerasan yang dilakukan
7. Mikroskop optic terhadap baja karbon sedang yang
8. Mikroskop VB telah mengalami proses heat treatment.
9. Alat uji kekerasan Brinell Kemudian diambil 3 spesimen dengan
10. Mesin Sekrap nilai kekerasan tertinggi untuk
11. Mesin uji tarik Torsee Type AMU- selanjutnya dilakukan pengujian tarik
10 dan pengamatan struktur mikro.

Bahan yang dipergunakan dalam Pengujian Kekerasan


penelitian ini sebagai berikut: Pengujian kekerasan dilakukan di
1. Baja karbon sedang yang laboratorium metallurgi fakultas teknik
merupakan bahan yang digunakan USU. Sebelum diuji kekerasannya,
sebagai per belakang mobil (per spesimen dibersihkan dan diratakan
daun) yang diaplikasikan pada permukanya terlebih dahulu dengan
mata pisau pemanen sawit. mesin polish dan kertas pasir. Setelah
2. Resin dan hardener. itu pengujian kekerasan dilakukan
3. Kertas pasir dengan grade 120, dengan alat brinell dengan
240, 400, 600, 800, 1000, 1200 pembebanan 3000 kg dan diameter
dan 1500. jejak diukur menggunakan teropong
4. Larutan etsa nital 5% indentor.
5. Kain Panel Berikut ini adalah prosedur
6. Larutan alumina percobaan yang dilakukan pada
3.2 Langkah-langkah Penelitian pengujian kekerasan dengan metode
Brinell :
Persiapan Spesimen 1. Spesimen dibersihkan
Adapun banyaknya jumlah spesimen permukaannya dengan mesin
dalam penelitian ini berjumlah 26 polish.
spesimen, dengan perincian 9 2. Setelah bersih, spesimen
spesimen kekerasan, 12 spesimen uji diletakkan pada landasan uji dan
tarik, dan 5 spesimen uji metallografi. bola indentor yang digunakan
adalah bola dengan diameter 10
Proses Heat Treatment mm.
3. Spesimen dinaikkan hingga
Pemanasan awal memberikan menyentuh bola indentor,
pengaruh pada sifat mekanis bahan. kemudian katup hidrolik dikunci.
Setelah dipanaskan pada temperatur 4. Tuas hidrolik ditekan berulang-
830°C, spesimen didinginkan dengan 2 ulang hingga skala pada panel
media pendingin berbeda, yaitu air es menunjukkan angka 3000 kg
(Quenching) dan udara bebas. Dalam kemudian ditahan selama 30 detik.
penelitian ini digunakan thermocouple 5. Setelah 30 detik katup hidrolik
digital untuk mendapatkan pembacaan dibuka untuk mengembalikan
suhu yang akurat di dalam furnace. beban ke posisi semula (0 kg).
Setelah proses hardening selesai, 6. Pengambilan data kekerasan
proses selanjutnya yaitu proses diulang sebanyak 5 kali untuk
tempering dengan variasi temperatur masing-masing spesimen dan
550°C, 600°C, dan 650°C dengan lama diambil data rata-ratanya.
penahanan 1 jam dan 2 jam dan 7. Pengamatan diameter indentasi
semuanya didinginkan pada udara dilakukan dengan menggunakan
bebas. teropong Indentor dan data
diameternya disesuaikan dengan
tabel kekerasan.

63
Jurnal e-Dinamis, Volume II, No.2 September 2012 ISSN 2338-1035

kemudian di mounting mengunakan


Pengujian Tarik resin dan hardener.
Pada penelitian ini pengujian tarik Berikut ini adalah prosedur
dilakukan hanya pada kondisi percobaan yang dilakukan pada pada
pengerolan dibawah temperatur pengujian Metallografi :
rekristalisasi yang memiliki nilai 1. Spesimen yang telah dimounting
kekerasan yang optimal yang diperoleh dengan resin dipolish dengan
dari hasil uji kekerasan. Adapun nilai polisher.
optimal yang diambil yaitu pada 2. Spesimen dipolish dengan kertas
pengerolan dingin dengan suhu 650°C pasir grade 120 dan 240 selama 15
dengan deformasi 5% dan 10% serta menit, kemudian dilanjutkan
pada suhu 600°C dengan deformasi dengan grade 400, 600, 800, 1000,
5%. Pada penelitian ini pengujian tarik dan 1500 selama 15 menit.
menggunakan alat uji tarik Torsee Type 3. Setelah dipolish dengan kertas
AMU-10 dengan kapasitas 10 ton pasir, spesimen dipolish dengan
Berikut ini adalah prosedur bubuk alumina sampai terbentuk
percobaan yang dilakukan pada kilatan seperti cermin.
pengujian tarik dengan menggunakan 4. Etsa nital 5% dituangkan dalam
alat uji tarik Torsee Type AMU-10: wadah atau cawan kemudian
1. Spesimen dibentuk sesuai ukuran spesimen dicelupkan kedalam etsa
menurut standar ASTM E-8M. selama 5-30 detik.
2. Mesin uji tarik dihidupkan 5. Spesimen yang telah dietsa
kemudian disetting alat pembaca dibersihkan dengan cara
grafik dan jarum skala beban pada dicelupkan lagi ke dalam alkohol
panel. kemudian dikeringkan di udara
3. Spesimen dicekam pada chuck bebas atau dikeringkan dengan
atas, kemudian chuck bawah kipas angin.
dinaikkan dengan menekan tombol 6. Pengamatan struktur mikro
UP hingga mencekam spesimen dilakukan dengan menggunakan
secara keseluruhan. alat mikroskop optik rax vision
4. Katup hidrolik (load valve) dibuka yang disambungkan ke program
kemudian mesin (pompa hidrolik) Rax Vision Plus 4.1 pada
dijalankan sampai spesimen putus. komputer.
5. Setelah spesimen putus katup 7. Spesimen diletakkan diatas bidang
hidrolik (load valve) ditutup dan uji atau meja mikroskop kemudian
katup pembuka (unload valve) didekatkan dengan optic
dibuka, kemudian chuck bawah mikroskop.
diturunkan dengan menekan 8. Digunakan perbesaran 200X dan
tombol DOWN. diambil photo dari masing-masing
6. Spesimen yang putus dilepas dari spesimen.
chuck atas dan bawah, kemudian 9. Fokus pada mikroskop diputar
diukur besar pertambahan untuk mendapatkan pengamatan
panjangnya dan dicatat data yang yang baik pada spesimen.
diperoleh dari grafik hasil uji tarik. 10. Setelah didapatkan fokus dan
7. Prosedur yang sama dilakukan pencahayaan yang yang pas,
pada spesimen uji tarik yang lain. diambil photo dari spesimen
dengan mengklik icon Capture
Pengujian Metallografi frame pada program Rax Vision
Pengujian metalografi agar dapat plus 4.1.
diamati mikrostrukturnya, maka terlebih 11. Prosedur yang sama juga
dahulu benda uji di potong yang dilakukan untuk spesimen lainnya.
merupakan bagian dari spesimen 12. Setelah itu diukur diameter masing-
kekerasan yaitu pada bagian ujungnya, masing spesimen dengan metode

64
Jurnal e-Dinamis, Volume II, No.2 September 2012 ISSN 2338-1035

planimetri dan dicatat data hasil


pengukuran.
4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Tabel 4, Data Hasil Kekerasan


Berikut ini adalah data hasil Spesimen Nilai Kekerasan Standar
pengujian sifat mekanis dan uji (BHN) Rata- Deviasi
komposisi sebelum dilakukan Rata
pengerolan dibawah temperatur Hardening 830°C,
rekristalisasi dapat dilihat pada tabel 45 Menit 825.6 37.2
Tempering 1 Jam
Tabel 2. Sifat Mekanis Baja Karbon 550°C 333 9.8
2 Jam
Sedang 307.4 13.3
Sifat Mekanis Tempering 1 Jam
600°C 289 8
Tegangan Luluh (MPa) 782,13
2 Jam
Tegangan Tarik (MPa) 1134,546 303.4 16.1
Elongasi (%) 20 Tempering 1 Jam
650°C 234.6 7.8
Kekerasan (HB) 349,8 2 Jam
229 10.7
Tabel 3. Hasil Uji Komposisi Bahan
Baja Karbon Sedang
Komposisi Unsur 825.6
800
Kimia (%)
Kekerasan (BHN)

700 1 Jam
Fe 98
2 Jam
C 0,596 600
Si 0,0100 500
Mn 0,600 400
P 0,0020 349.8 333 303.4
300
S 0,0020 307.4 289 234.6
229
200
Cr 0,569 RM H T5500C T6000C T6500C
Mo 0,0100 Jenis Perlakuan
Ni 0,0050
Al 0,0200 Gambar 4. Grafik hasil Uji Kekerasan
Cu 0,163
Berikut ini adalah tabel dan grafik
Ti 0,0050
hasil pengujian kekerasan, dimana
V 0,0075
pada proses hardening didinginkan
Sn 0,0094
dengan media pendingin udara bebas
Nb 0,0020 dan lama waktu penahanan proses
Tempering adalah 1 jam dan 2 jam
Hasil Uji Kekerasan Tabel 5. Data Hasil Kekerasan
Berikut ini adalah tabel grafik
kekerasan Spesimen setelah dilakukan Spesimen Nilai Kekerasan Standar
proses perlakuan panas, dimana pada (BHN) Rata- Deviasi
proses hardening didinginkan dengan Rata
media pendingin air es (Quenching)
dan lama waktu penahanan proses Hardening 830°C,
45 Menit 499.2 18.1
Tempering adalah 1 jam dan 2 jam.
1 Jam 303.4 16.1
Tempering
550°C 2 Jam 285.8 11.4
Tempering 1 Jam 281.8 6.4
600°C 2 Jam 275.4 5.9

65
Jurnal e-Dinamis, Volume II, No.2 September 2012 ISSN 2338-1035

1 Jam 550°C 1
Tempering 251.4 21.5 Jam,
650°C 2 Jam pendinginan
233.8 5.8
550 udara

500 499.2
Kekerasan (BHN)

450
1 Jam Hasil Pengamatan Mikrostruktur
2 Jam Setelah Heat Treatment
400
Dalam pengamatan struktur mikro,
350 349.8 perlu dilakukan persiapan benda uji.
303.4 Pengamatan struktur mikro dilakukan
300 281.8
untuk mengamati besar ukuran butir
250 285.8 275.4 251.4 pada nilai-nilai optimal yang diambil
200
233.8 sebelumnya. Dengan menggunakan
RM T5500C T6000C T6500C
H metode planimetri maka dapat
Jenis Perlakuan diketahui besar butir dari
spesimen.Berikut ini adalah gambar
Gambar 5. Grafik Hasil Uji Kekerasan foto mikro hasil heat treatment dengan
Hasil Uji Tarik perbesaran 200X dari raw material
sebelum dilakukan proses perlakuan
Pengujian tarik dilakukan untuk panas (27°C).
mengetahui sifat-sifat mekanis dari
material akibat pengaruh perubahan
suhu. Dalam penelitian ini pengujian
tarik hanya dilakukan pada nilai Pearlit
kekerasan yang optimum dari proses
tempering. Dan dibandingkan dengan
nilai kekuatan tarik dari raw
materialnya. Adapun spesimen yang Ferrit
akan diuji tarik setelah proses
tempering yaitu tempering 550°C 1
Jam, setelah quenching air es dengan
Gambar 6.Foto Mikro Raw Material
kekerasan 333 BHN, tempering 550°C
Perbesaran 200X (Sebelum
2 Jam, setelah quenching air es
Pemanasan)
dengan kekerasan 307,4 BHN, dan
tempering 550°C 1 Jam, pendinginan Berikut ini adalah foto mikro dari
udara terbuka dengan kekrasan 303,4 spesimen yang telah dilakukan
BHN. perlakuan panas.
Tabel 6. Data Hasil Uji Tarik

σy σu ε Standar
Spesimen
(MPa) (MPa) (%) Deviasi
Tempering
550°C 1
Jam , 607.72 939.10 1.04 0.5
setelah
quenching
air es
Tempering (a)
550°C 2
Jam, 613.9 920.2 2.97 0.87
setelah
quenching
air es
Tempering 631.02 861.67 8.5 0.37

66
Jurnal e-Dinamis, Volume II, No.2 September 2012 ISSN 2338-1035

Udara

4.2. Pembahasan
Pada sub-bab ini akan membahas
hubungan antara kekerasan, kekuatan
tarik, serta diameter butir setelah
dilakukan proses Heat
(b) Treatment.Kemudian ditarik garis
regresi linier yang menghubungkan
hubungan dari kekerasan terhadap
diameter butir, kekerasan terhadap kekuatan
tarik, dan kekuatan tarik terhadap diameter
butir yang disesuaikan dengan Hall and Petch
Method.

(c)

(d)

Gambar 7.Foto Mikro Pembesaran


200X (a) Setelah Quenching Air Es, (b)
Setelah Tempering 1 jam hasil
Quenching, (c) Setelah Tempering 2
jam hasil Quenching, (d) Setelah
Tempering 1 jam hasil Hardening
Pendinginan Udara

Spesimen Diameter Butir


Raw Material 5.6 μm

Hardening 830°C, 5.9 μm


Quenching Air Es

Tempering 550°C 1 6.12μm


Jam setelah
Quenching

Tempering 550°C 2 6.93μm


Jam setelah
Quenching

Tempering 550°C 1 7.15μm


Jam Pendinginan

67
Jurnal e-Dinamis, Volume II, No.2 September 2012 ISSN 2338-1035

950

850 825.6 (Quenching


Kekerasan (BHN) Air es)
750

650
y = -149.5x + 1372
550

450 349.8 (Sebelum


Pemanasan) 307.4 (Tempering
350 333 (Tempering
550°C) 303.4(Tempering
550°C)
550°C)
250
5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Diameter Butir (μm)

1250
1134.55
1150 (Sebelum
y = 4.978x - 641.3 PEmanasan)
1050
Tegangan (Mpa)

920.2 (Tempering
950 550°C) 958.22
(Tempering
861.67 550°C) 782.13 (Sebelum
850
(Tempering Pemanasan)
550°C)
750 631.02 y = 2.795x - 245.3 yield
(Tempering
650 607.72
550°C)
613.9 (Tempering (Tempering ultimate
550°C) 550°C)
550
300 310 320 330 340 350 360
Kekerasan (BHN)

68
Jurnal e-Dinamis, Volume II, No.2 September 2012 ISSN 2338-1035

1250
1134.55(Sebelum
1150
Pemanasan)
y = -151.9x + 1948.
1050
Tegangan (Mpa)

950 920.2(Tempering
958.2(Tempering 550°C)
550°C) 861.67
850
782.13(Sebelum (Tempering
Pemanasan) 550°C)
750
691.9(Tempering
650 y = -55.61x + 1032. 613.9(Tempering 550°C)
607.7 (Tempering
550°C) 550°C)
550
5 5.5 6 6.5 7 7.5 8

Diameter Butir (μm)

950

850 825.6 (Quenching


Air es)
Kekerasan (BHN)

750

650
y = -149.5x + 1372
550

450 349.8 (Sebelum


Pemanasan) 307.4 (Tempering
350 333 (Tempering
550°C) 303.4(Tempering
550°C)
550°C)
250
5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Diameter Butir (μm)

pada suhu 550°C selama 1 jam setelah


di- quenching air es.
Kesimpulan  Hasil pengujian tarik maksimum untuk
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian nilai tegangan luluh (yield strength)
ini adalah sebesar 607.72 Mpa dan tegangan batas
(ultimate strength) sebesar 939 Mpa
1. Sifat mekanis bahan baja karbon sedang pada suhu tempering 550°C selama 1
dengan perlakuan Heat Treatment yang jam.
didapatkan dari hasil pengujian:  Meningkatnya suhu tempering
 Hasil uji kekerasan maksimum adalah memiliki kecenderungan menurunkan
825.6 BHN setelah proses hardening nilai kekerasan dan kekuatan tarik
830°C quenching air es. Dan untuk material.
proses tempering adalah 333 BHN

69
Jurnal e-Dinamis, Volume II, No.2 September 2012 ISSN 2338-1035

2. Hubungan antara ukuran butiran dengan 14 Schonmentz, Gruber. 1985. Pengetahuan


kekerasan dan kekuatan tarik berbanding Bahan Dalam Pengerjaan Logam. Aksara,
terbalik, dimana semakin kecil ukuran Bandung,
butiran maka bahan semakin keras dan 15 Soejdono. 1978. Pengetahuan Logam 1.
kekuatan tariknya makin tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
3. Pengaruh dari perlakuan Heat Treatment Jakarta.
yang telah dilakukan, setelah diambil nilai 16 Supardi, Edih. 1999. Pengujian Logam.
optimalnya maka hasil yang diperoleh Angkasa, Bandung.
setelah di-temper masih dibawah dari raw
material, nilai kekerasan raw material
349,8 BHN setelah di-temper menjadi 333
BHN, kekuatan luluh (yield strength) dan
kekuatan batas (ultimate strength) raw
material 782,13 MPa dan 1134,55 MPa
setelah di-temper menjadi 607,72 MPa dan
939 MPa, dan pengamatan struktur mikro
memperlihatkan kenaikan diameter butir
dari raw material 5,6 μm setelah di-temper
menjadi 6,12 μm .

DAFTAR PUSTAKA

1 Amanto, Hari. I999. Ilmu Bahan. Bumi


Aksara, Jakarta.

2 Amstead, BH.1997. Teknologi Mekanik


jilid 1. Erlangga, Jakarta.
3 ASM Handbook.2005. Volume 1,
Properties and Selection: Irons Steels and
High Performance Alloys. ASM
International.

4 ASTM E 10-01. 2004.Standard Test


Method for Brinell Hardness of Metallic
Materials. ASTM International.
5 ASTM E 112-96 rev.2005. Standart Test
Methods for Determining Average Grain
Size. ASTM International
6 Bradbury, EJ. 1990. Dasar Metalurgi
untuk Rekayasawan. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
7 Dieter, George E. 1987. Metalurgi
Mekanik. Erlangga, Jakarta.
8 Djafri, Sriati. 1983. Teknologi Mekanik
Jilid I ,Terjemahan dari Manufacturing
Processes. Erlangga ,Jakarta.
9 Djafri, Sriati. 1987. Metalurgi Mekanik,
Terjemahan dari Mechanical Metallurgy.
Erlangga, Jakarta.
10 Doan, G.E. 1952. The Principles of
Physical Metallurgy. Mc Graw Book
Company, New York.
11 Koswara, Engkos. 1999. Pengujian Bahan
Logam. Humaniora Utama Press,Bandung.
12 Poerwadarminta, 1994. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.
13 Rajan, TJ, Sharma, 1997. Heat Treatment
Principlea and Techniques. Prentice Hall
of India Private Limited,New Delhi.

70

Anda mungkin juga menyukai