Kelompok 1 Ruang Lingkup Hukum Dagang PDF
Kelompok 1 Ruang Lingkup Hukum Dagang PDF
Disusun Oleh:
Kelompok 1
1
RUANG LINGKUP HUKUM DAGANG
Oleh:
PENDAHULUAN
Dalam abad pertengahan ketika bangsa Romawi Sedang mengalami masa
kejayaan, hukum Romawi pada waktu itu dianggap paling sempurna, dan banyak
digunakan di berbagai Negara. Byzantum sebuah kota di Italia menjadi pusat
perniagaan. Dalam perniagaan yang semakin ramai timbullah hal-hal yang tidak
dapat lagi diselesaikan dengan hukum Romawi. Persoalan dagang dan perselisihan
antara para pedagang terpaksa harus diselesaikan oleh mereka sendiri.
Untuk keperluan itu, mereka membentuk badan-badan yang harus mengadili
sengketa antara para pedagang. Selain itu badan-badan tersebut membuat peraturan-
peraturan yang mengatur hubungan antara pedagang. Dengan demikian, lambat laun
timbullah peraturan-peraturan khusus mengenai dagang.
Atas perintah Napoleon, hukum yang berlaku bagi pedagang dibukukan
dalam sebuah buku Code de Commerce (tahun 1807). Disamping itu, disusun kitab-
kitab lainnya yakni:
1. Code Civil adalah yang mengatur hukum sipil/hukum perdata.
2. Code Penal ialah yang menentukan hukum pidana.
Kedua buku itu dibawa dan berlaku di negeri Belanda dan akhirnya dibawa ke
Indonesia. Pada tanggal 1 januari 1809 Code de Commerce (Hukum Dagang)
berlaku di negeri Belanda yang pada waktu itu menjadi jajahannya.
2
Untuk memahami makna hukum dagang, berikut dikutip rumusan hukum
dagang yang dikemukakan oleh para sarjana, yaitu salah satunya sebagai berikut:
Hukum dagang adalah hukum yang mengatur soal-soal perdagangan, yaitu soal-soal
yang timbul karena tingkah laku manusia dalam perdagangan. Untuk penjelasan
lebih lanjut, mari kita simak penjelasan selanjutnya mengenai Ruang Lingkup
Dalam Hukum Dagang.
PEMBAHASAN
3
Eropa di Indonesia (berdasarkan asas konkordansi). Kemudian juga di
nyatakan berlaku bagi orang-orang Timur Asing, akan tetapi tidak berlaku
seluruhnya untuk orang-orang Indonesia (hanya bagian-bagian tertentu saja).
KUHD yang mulai berlaku di Indonesia pada 1 Mei 1848 terbagi
atas dua kitab dan 23 bab. Kitab I terdiri dari 10 bab dan Kitab II terdiri dari
13 bab. Isi pokok dari KUHD Indonesia itu ialah:
a) Kitab Pertama berjudul: Tentang Dagang Umumnya, yang memuat:
Bab I: Dihapuskan (menurut stb. 1938/276 yang mulai berlaku pada
17 Juli 1938,Bab I yang berjudul:"Tentang pedagang-pedagang dan
tentang perbuatan dagang" yang meliputi Pasal 2, 3, 4, dan 5 telah
dihapuskan).
Bab II : Tentang pemegangan buku
Bab III :Tentang beberapa jenis perseroan.
Bab IV :Tentang bursa dagang, makelar, dan kasir.
Bab V :Tentang komisioner, ekspeditor, pengangkut, dan ten tang
juragan-juragan perahu yang melalui sungai dan perairan darat.
Bab VI :Tentang surat wesel dan surat order.
Bab VII :Tentang cek, tentang promes dan kuitansi kepada
pembawa(aan toonder).
Bab VIII :Tentang reklame atau penuntutan kembali dalam hal
kepailitan.
Bab IX :Tentang asuransi atau pertanggungan seumumnya
Bab X:Tentang pertanggungan(asuransi) terhadap bahaya kebakaran
bahaya yang mengancam hasil-hasil pertanian yang belum dipenuhi
dan pertanggungan jiwa.
4
Bab II : Tentang pengusaha-pengusaha kapal dan perusahaan -
perusahaan perkapalan.
Bab III : Tentang nakhoda, anak kapal, dan penumpang.
Bab IV : Tentang perjanjian kerja laut.
Bab VA: Tentang pengangkutan barang
Bab VB : Tentang pengangkutan orang.
Bab VI : Tentang penubrukan.
Bab VII : Tentang pecahnya kapal, perdamparan, dan
diketemukannya barang di laut.
Bab VIII: Dihapuskan (menurut Stb. 1933 No. 47 jo. Stb 1938 No.2
yang mulai berlaku 1 April 1938), Bab VIII yang berjudul: Tentang
persetujuan utang uang dengan premi oleh nakhoda atau pengusaha
pelayaran dengan tanggungan kapal atau muatannya atau dua-
duanya, yang meliputi Pasal 569-591 telah dicabut.
Bab IX: Tentang pertanggungan terhadap segala bahaya laut dan
terhadap bahaya perbudakan.
Bab X: Tentang pertanggungan terhadap bahaya dalam
pengangkutan di daratan, di sungai, dan di perairan darat.
Bab XI : Tentang kerugian laut(avary).
Bab XII : Tentang berakhimya perikatan-perikatan dalam
perdagangan laut.
Bab XIII: Tentang kapal-kapal dan perahu-perahu yang melalui
sungai-sungai dan perairan darat.
Masing-masing kitab dibagi dalam bab-bab, masing-masing bab dibagi
dalam bagian-bagian, dan masing-masing bagian dibagi dalam pasal-
pasal / ayat-ayat.
5
Berdasarkan asas konkordansi maka pada 1 Mei 1948 di Indonesia
diadakan KUH Per. Adapun KUH Per Indonesia ini berasal dari KUH Per
Netherlands yang dikodifikasikan pada 5 Juli 1830 dan mulai berlaku di
Netherlands pada 31 Desember 1830. KUH Per Belanda ini
berasal/bersumber pada KUH Per Prancis (Code Civil) dan Code Civil ini
bersumber pula pada kodifikasi hukum Romawi Corpus Iuris Civilis dari
Kaisar Justinianus(527-565). KUH Per Indonesia ini terbagi atas 4 Kitab,
yakni:
– Kitab I berjudul : Perihal orang (Van Personen), yang memuat
hukum tentang diri seseorang dan hukum kekeluargaan, termasuk
hukum perkawinan.
– Kitab II berjudul : Perihal Benda (Van Zaken),yang memuat hukum
perbendaan serta hukum warisan.
– Kitab III benjudul : Perihal Perikatan(Van Verbintennissen), yang
memuat hukum kekayaan yang mengenai hak-hak dan kewajiban
yang berlaku terhadap orang-orang atau pihak yang
tertentu(perianjian-perjanjian).
– Kitab IV berjudul : Perihal Pembuktian dan Kedaluwarsa(Van
Bewijs en Verjaring), yang memuat perihal alat-alat pembuktian dan
akibat-akibat lewat waktu terhadap hubungan-hubungan hukum.
Bagian-bagian dari KUH Per yang mengatur tentang Hukum Dagang ialah
sebagian terbesar dari Kitab III dan sebagian kecil dari Kitab ll. Ha-hal yang
diatur dalam Kitab III KUH Per ialah mengenai perikatan-perikatan
umumnya dan perikatan-perikatan yang dilahirkan dari persetujuan dan
undang-undang seperti:
a. persetujuan jual beli(contract of sale);
b. persetujuan sewa-menyewa(contract of hire);
6
c. persetujuan pinjaman uang(contract of loan).
Kedua peraturan ini sekarang tidak berlaku lagi karena telah digantikan
oleh Undang-Undang No 79 Tahun 1958 dan undang-undang No 12
Tahun 1967 tentang Koperasi.
7
lembaga kontrak. Interaksi bisnis antara para pelaku bisnis banyak dilakukan
melalui lembaga kontrak.
Dari pengertian pengertian tersebut dapat diambil beberapa karakteristik yaitu
bahwa didalam suatu kontrak terdapat unsur:
a.janji
b.persetujuan
Macam-macam kontrak
Dari segi bentuknya ,kontrak dapat dibedakan antara kontrak yang formal
(formal contract) dan kontrak yang informal (informal contract ).
8
Terbatas(PT dan Koperasi.Bentuk usaha PT pada umumnya membahas tentang PT
Biasa, dan PT BUMN. PT Biasa mencakup PT Tertutup dan PT Terbuka.
9
pembayaran untuk kepentingan nasabahnya, terutama dalam perdagangan
antarnegara. Pekerjaan pengiriman barang juga tidak lagi dilakukan sendiri oleh
para pemilik barang, melainkan menggunakan jasa perusahaan pengiriman barang,
seperti perusahaan ekspedisi dan kapal (EMKU, Titipan Kilat, DHL,kapal laut dan
sebagainya. Pengangkutan barang juga tidak dilakukan sendiri oleh pemilik
barang,melainkan oleh perusahaan jasa pengangkutan barang
10
Dalam dunia perdagangan,lembaga latsgeving ini dimanfaatkan dengan
Dalam riasi. Dalam variasinya itu, unsur atas nama tidak lagi sepenuhnya Namun
unsur penyuruhan selalu dan bahkan menjadi dasar dari diterapkan. kegiatan
pedagang perantara tersebut Distributor yang diterbitkan lam buku Peraturan
Keagenandan Perdagangan 2006) terdapat definisi tentang peranjian keagenan,
yaitu anjian keagenan adalah perjanjian antara prinsipal dan agen di mana
memberikan amanat kepada agen untuk dan atas nama prinsipal prinsipal
menjualkan barang dan atau jasa yang dimiliki atau dikuasai oleh prinsipal
sebenarnya pengertian tersebut bersifat sangat sempit,karena hanya dibatasi pada
pekerjaan"menjualkan barang dan atau jasa Dalam konteks Law tidak hanya
terbatas pada pengertian sebagaimana disebutkan di dalam Himpunan tersebut
Sebagai contoh, Black'sLaw Dictionary mengartikan dalam berbagai pengertian.
11
yang menunjuk pada ketentuan hukum di luar KUHPerdata sebagai sumber
hukum dari kegiatan pedagang perantara, khususnya kegiatan di bidang jasa.
Dalam KUHD dikenal lembaga bursa dagang yang memberikan ini diatur
untuk transaksi efek atau komoditi. Untuk lembaga Bursa Efek berikut dalam
UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM 1995), peraturan
pelaksanaannya. Sedangkan Bursa Komoditi diatur dalam UU No.32 Tahun
1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi(UU Bursa Komoditi 1997) Di
samping itu, KUHD juga mengatur mengenai Makelar, Komisioner, Kasir,
Ekspeditur, dan Pengangkut.Untuk Makelar dan Komisioner yang bergerak
dalam perdagangan efek dan komoditi, di samping KUHD yang juga berlaku
UUPM 1995 dan UU Bursa Komoditi 1997 tersebut di atas.Sedangkan tentang
Kasir,di samping KUHD berlaku pula Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan(UU Perbankan 1998) serta peratura perundangan perbankan
yang terkait lainnya, yang terutama mengatur.
Mengenai organisasi dan tata kerja perbankan.Untuk pengangkutan
mengenai maupun melalui samping baik melalui darat, perairan pedalaman,
terdapat pengaturannya di dalam KUHD, juga terdapat peraturan-peraturan
lainnya yang tersebar di berbagai produk perundang-undangan Intinya adalah,
bahwa untuk perjanjian sementara jasa atau pelayanan berkala, di samping
berlaku hukum Kontrak yang berkaitan dengan aspek perjanjian di antara para
pihak, juga berlaku peraturan perundang-undangan lain yang tersebar baik di
dalam maupun di luar KUHD dan KUH Perdata.
Surat Berharga dalam Bahasa lain disebut pula sebagai commercial paper
atau negotiable instrument. Dikatakan surat berharga karena surat tersebut memiliki
harga atau nilai ekonomis tertentu Dikatakan commercial paper, karena surat
tersebut memang seringkali tidak hanya dijadikan pengganti uang atau sebagai alat
12
pembayaran, tetapi karena surat-surat tersebut juga dijadikan objek perdagangan.
Dikatakan negotiableinstrument karena surat-surat tersebut dapat diperjualbelikan,
tentu saja surat yang bersangkutan (nominal jumlah yang disebutkan di dalam
dengan nilai yang tidak selalu sama dengan disebut value). Hal itu pula yang
menjadi faktor mengapa surat Berharga pula sebagai commercial paper, karena
menjadi objek transaksi commercial di samping sebagai alat pembayaran pengganti
uang tunai.
13
mengatur mengenai bilyet giro,karena bentuk yang terakhir ini diatur di dalam
ketentuan internal Bank Indonesia
14
terjadi antara penerbit atau penarik (drawer), para endosan, dan pemegang
terakhir atau payee. Jika tertarik (drawee) telah melalukan akseptasi, maka
tertarik juga termasuk salah satu pihak yang berkewajiban membayar wesel
kepada pemegangnya.
Pemegang terakhir adalah kreditur wesel. Sedangkan para endosan,
akseptan, dan penarik wesel semuanya adalah para debitur wesel. Namun perlu
dicatat, bahwa seorang tertarik (drawee) yang tidak melakukan akseptasi, ia
tidak berkewajiban untuk membayar wesel tersebut pada saat jatuh tempo.
Hubungan hukum yang timbul dari lembaga surat berharga berakhir dengan
pembayaran dari surat yang bersangkutan. Kecuali jika terjadi sengketa
berkenaan dengan surat berharga tersebut, maka pengakhiran hubungan hukum
juga dapat diputuskan oleh hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan.
15
2/10/DASP 8 Juni 2000.Sebagai surat edaran, maka perubahan pengaturannya
menjadi sangat fleksibel tergantung pada kebijakan Bank Indonesia sendiri
dalam melaksanakan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia. Seharusnya, apabila pembentuk hukum konsisten maka pengaturan
bilyet giro, semestinya dicantumkan dalm undang-undang, karena dalam
lembaga bilyet giro tersebut terdapat hubungan hak dan kewajiban sebagaimana
halnya dalam surat berharga khususnya cek. Sebagaimana telah dikemukakan
tentang surat berharga sebagai formal contract, maka bentuk (form) bilyet giro
sebagai alternatif cek juga seharusnya diatur di dalam undang-undang, bukan
di dalam Surat Edaran BI.
16
KESIMPULAN
Hukum Dagang adalah hukum yang mengatur tentang tingkah laku manusia
yang turut melakukan perdagangan dalam tingkah laku manusia yang turut melakukan
perdagangan dalam usahanya memperoleh keuntungan. Hukum Dagang ialah hukum
yang mengatur hubungan hukum antara manusia-manusia dan badan-badan hukum
satusama lainnya, dalam lapangan perdagangan.
Namun, karena luasnya cakupan hukum dagang, pembahasan ini hanya mencakup
pembahasan hal-hal pokok dari ruang lingkup hukum dagang antara lain meliputi:
hukum perjanjian (kontrak dagang), hukum perusahaan, pedagang perantara dan surat
berharga.
17
DAFTAR PUSTAKA
Kansil, Christine S.T. 2010. Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika.
Sardjono. Agus, dkk. 2014. Pengantar Hukum Dagang. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
18