Anda di halaman 1dari 18

RUANG LINGKUP HUKUM DAGANG

Mata Kuliah: Hukum Dagang dan Pajak


Kode Mata Kuliah: ABKA 4311
Dosen Pengampu: H. Maulana Rizky, M,Acc, Ak

Disusun Oleh:

Kelompok 1

AHMAD RIDHANI AHSAN (A1A313222)


SITI FATIMAH (A1A315028)
MAZERINA (16101113120011)
EVAN CAHYA WIJAYA (1610113210004)
MITA ADIATA (1610113220012)
LINA RAHMADHANIYANTI (161011332008)
WAYAN ARMINI (1610113320026)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2018

1
RUANG LINGKUP HUKUM DAGANG

Oleh:

Ahmad Ridhani Ahsan (A1A313222) Mita Adiata (1610113220012)


Siti Fatimah (A1A315028) Lina Rahmadhaniyanti (161011332008)
Mazerina (16101113120011) Wayan Armini (1610113320026)
Evan Cahya Wijaya (1610113210004)

Pendidikan Ekonomi FKIP ULM Banjarmasin

PENDAHULUAN
Dalam abad pertengahan ketika bangsa Romawi Sedang mengalami masa
kejayaan, hukum Romawi pada waktu itu dianggap paling sempurna, dan banyak
digunakan di berbagai Negara. Byzantum sebuah kota di Italia menjadi pusat
perniagaan. Dalam perniagaan yang semakin ramai timbullah hal-hal yang tidak
dapat lagi diselesaikan dengan hukum Romawi. Persoalan dagang dan perselisihan
antara para pedagang terpaksa harus diselesaikan oleh mereka sendiri.
Untuk keperluan itu, mereka membentuk badan-badan yang harus mengadili
sengketa antara para pedagang. Selain itu badan-badan tersebut membuat peraturan-
peraturan yang mengatur hubungan antara pedagang. Dengan demikian, lambat laun
timbullah peraturan-peraturan khusus mengenai dagang.
Atas perintah Napoleon, hukum yang berlaku bagi pedagang dibukukan
dalam sebuah buku Code de Commerce (tahun 1807). Disamping itu, disusun kitab-
kitab lainnya yakni:
1. Code Civil adalah yang mengatur hukum sipil/hukum perdata.
2. Code Penal ialah yang menentukan hukum pidana.

Kedua buku itu dibawa dan berlaku di negeri Belanda dan akhirnya dibawa ke
Indonesia. Pada tanggal 1 januari 1809 Code de Commerce (Hukum Dagang)
berlaku di negeri Belanda yang pada waktu itu menjadi jajahannya.

2
Untuk memahami makna hukum dagang, berikut dikutip rumusan hukum
dagang yang dikemukakan oleh para sarjana, yaitu salah satunya sebagai berikut:
Hukum dagang adalah hukum yang mengatur soal-soal perdagangan, yaitu soal-soal
yang timbul karena tingkah laku manusia dalam perdagangan. Untuk penjelasan
lebih lanjut, mari kita simak penjelasan selanjutnya mengenai Ruang Lingkup
Dalam Hukum Dagang.

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Dagang dan Sumber Hukum Dagang


a. Pengertian hukum dagang
Setelah pada pelajaran-pelajaran yang lalu diberikan sekadar keterangan ringkas
tentang pengertian dagang, maka dapatlah kini diambil kesimpulan(sebagai
pegangan), “Hukum Dagang adalah hukum yang mengatur tentang tingkah laku
manusia yang turut melakukan perdagangan dalam usahanya memperoleh
keuntungan." Dapat juga dikatakan,Hukum Dagang ialah hukum yang mengatur
hubungan hukum antara manusia-manusia dan badan-badan hukum satusama
lainnya, dalam lapangan perdagangan.
b. Sumber-sumber Hukum Dagang
Hukum Dagang Indonesia terutama bersumber pada(diatur dalam):
a) Hukum tertulis yang dikodifikasikan:
1. Kitab Undang-Undang Hukum dagang (KUHD) atau Wetboek van
Koophandel Indonesia (W.v.K);
2. Kitab Undang-Undang Hukum Sipil (KUHS) atau Burgerlijk Wetboek
Indonesia (BW)
b) Hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, yakni peraturan perundangan
khusus yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan.
1. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang(KUHD)
KUHD Indonesia kira-kira satu abad yang lalu telah dibawa orang
Belanda ke tanah air kita, mula-mula ia hanya berlaku bagi orang-orang

3
Eropa di Indonesia (berdasarkan asas konkordansi). Kemudian juga di
nyatakan berlaku bagi orang-orang Timur Asing, akan tetapi tidak berlaku
seluruhnya untuk orang-orang Indonesia (hanya bagian-bagian tertentu saja).
KUHD yang mulai berlaku di Indonesia pada 1 Mei 1848 terbagi
atas dua kitab dan 23 bab. Kitab I terdiri dari 10 bab dan Kitab II terdiri dari
13 bab. Isi pokok dari KUHD Indonesia itu ialah:
a) Kitab Pertama berjudul: Tentang Dagang Umumnya, yang memuat:
Bab I: Dihapuskan (menurut stb. 1938/276 yang mulai berlaku pada
17 Juli 1938,Bab I yang berjudul:"Tentang pedagang-pedagang dan
tentang perbuatan dagang" yang meliputi Pasal 2, 3, 4, dan 5 telah
dihapuskan).
Bab II : Tentang pemegangan buku
Bab III :Tentang beberapa jenis perseroan.
Bab IV :Tentang bursa dagang, makelar, dan kasir.
Bab V :Tentang komisioner, ekspeditor, pengangkut, dan ten tang
juragan-juragan perahu yang melalui sungai dan perairan darat.
Bab VI :Tentang surat wesel dan surat order.
Bab VII :Tentang cek, tentang promes dan kuitansi kepada
pembawa(aan toonder).
Bab VIII :Tentang reklame atau penuntutan kembali dalam hal
kepailitan.
Bab IX :Tentang asuransi atau pertanggungan seumumnya
Bab X:Tentang pertanggungan(asuransi) terhadap bahaya kebakaran
bahaya yang mengancam hasil-hasil pertanian yang belum dipenuhi
dan pertanggungan jiwa.

b) Kitab Kedua berjudul: Tentang Hak-Hak dan Kewajiban-Kewajiban


yang Terbit dari Pelajaran, yang memuat (Hukum Laut):
Bab I : Tentang kapal-kapal laut dan muatannya.

4
Bab II : Tentang pengusaha-pengusaha kapal dan perusahaan -
perusahaan perkapalan.
Bab III : Tentang nakhoda, anak kapal, dan penumpang.
Bab IV : Tentang perjanjian kerja laut.
Bab VA: Tentang pengangkutan barang
Bab VB : Tentang pengangkutan orang.
Bab VI : Tentang penubrukan.
Bab VII : Tentang pecahnya kapal, perdamparan, dan
diketemukannya barang di laut.
Bab VIII: Dihapuskan (menurut Stb. 1933 No. 47 jo. Stb 1938 No.2
yang mulai berlaku 1 April 1938), Bab VIII yang berjudul: Tentang
persetujuan utang uang dengan premi oleh nakhoda atau pengusaha
pelayaran dengan tanggungan kapal atau muatannya atau dua-
duanya, yang meliputi Pasal 569-591 telah dicabut.
Bab IX: Tentang pertanggungan terhadap segala bahaya laut dan
terhadap bahaya perbudakan.
Bab X: Tentang pertanggungan terhadap bahaya dalam
pengangkutan di daratan, di sungai, dan di perairan darat.
Bab XI : Tentang kerugian laut(avary).
Bab XII : Tentang berakhimya perikatan-perikatan dalam
perdagangan laut.
Bab XIII: Tentang kapal-kapal dan perahu-perahu yang melalui
sungai-sungai dan perairan darat.
Masing-masing kitab dibagi dalam bab-bab, masing-masing bab dibagi
dalam bagian-bagian, dan masing-masing bagian dibagi dalam pasal-
pasal / ayat-ayat.

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata(KUH Per).

5
Berdasarkan asas konkordansi maka pada 1 Mei 1948 di Indonesia
diadakan KUH Per. Adapun KUH Per Indonesia ini berasal dari KUH Per
Netherlands yang dikodifikasikan pada 5 Juli 1830 dan mulai berlaku di
Netherlands pada 31 Desember 1830. KUH Per Belanda ini
berasal/bersumber pada KUH Per Prancis (Code Civil) dan Code Civil ini
bersumber pula pada kodifikasi hukum Romawi Corpus Iuris Civilis dari
Kaisar Justinianus(527-565). KUH Per Indonesia ini terbagi atas 4 Kitab,
yakni:
– Kitab I berjudul : Perihal orang (Van Personen), yang memuat
hukum tentang diri seseorang dan hukum kekeluargaan, termasuk
hukum perkawinan.
– Kitab II berjudul : Perihal Benda (Van Zaken),yang memuat hukum
perbendaan serta hukum warisan.
– Kitab III benjudul : Perihal Perikatan(Van Verbintennissen), yang
memuat hukum kekayaan yang mengenai hak-hak dan kewajiban
yang berlaku terhadap orang-orang atau pihak yang
tertentu(perianjian-perjanjian).
– Kitab IV berjudul : Perihal Pembuktian dan Kedaluwarsa(Van
Bewijs en Verjaring), yang memuat perihal alat-alat pembuktian dan
akibat-akibat lewat waktu terhadap hubungan-hubungan hukum.

Bagian-bagian dari KUH Per yang mengatur tentang Hukum Dagang ialah
sebagian terbesar dari Kitab III dan sebagian kecil dari Kitab ll. Ha-hal yang
diatur dalam Kitab III KUH Per ialah mengenai perikatan-perikatan
umumnya dan perikatan-perikatan yang dilahirkan dari persetujuan dan
undang-undang seperti:
a. persetujuan jual beli(contract of sale);
b. persetujuan sewa-menyewa(contract of hire);

6
c. persetujuan pinjaman uang(contract of loan).

3. Peraturan-Peraturan Khusus(di Luar KUHD)


Hukum Dagang selain diatur dalam KUHD dan KUH Per juga dibagi
terdapat dalam berbagai peraturan-peraturan khusus (yang belum
dikodifikasikan) seperti misalnya:
a. Peraturan tentang Koperasi
1) dengan Badan Hukum Eropa (Stb. 1949/179);
2) dengan Badan Hukum Indonesia (Stb. 1933/108).

Kedua peraturan ini sekarang tidak berlaku lagi karena telah digantikan
oleh Undang-Undang No 79 Tahun 1958 dan undang-undang No 12
Tahun 1967 tentang Koperasi.

b. Peraturan Pailisemen (Stb.1905/217 jo. Stb. 1906/348);


c. Undang-Undang Oktroi (Stb. 1922/54);
d. Peraturan Hak Milik Industri (Stb. 1912/545);
e. Peraturan lalu lintas (Stb. 1933/66 jo. 249);
f. Peraturan Maskapai Andil Indonesia (Stb. 1939/589 jo. 717);
g. Peraturan tentang Perusahaan Negara (Perpu No.19 Tahun 1960
jo.Undang-Undang No.1 Tahun 1961) dan Undang-Undang No.9 Tahun
1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara(Persero,Perum,Pejan)

2.2 Hukum kontrak


Kontrak adalah suatu lembaga hukum (legal institusion ) yang menjadi dasar dari
hampir sebagian besar bisnis (business relationship ) termasuk perdagangan .setiap
penjualan harta benda (properties),jasa (servies) dan hubungan kerja melibatkan

7
lembaga kontrak. Interaksi bisnis antara para pelaku bisnis banyak dilakukan
melalui lembaga kontrak.
Dari pengertian pengertian tersebut dapat diambil beberapa karakteristik yaitu
bahwa didalam suatu kontrak terdapat unsur:
a.janji

b.persetujuan

c.kewajiban timbal balik

d.yang dapat dipaksakan pelaksanaannya melalui perangkat hukum

Macam-macam kontrak

Dari segi bentuknya ,kontrak dapat dibedakan antara kontrak yang formal
(formal contract) dan kontrak yang informal (informal contract ).

a. Formal contract diartikan sebagai kontrak yang ditentukan bentuknya oleh


undang-undang.
b. Informal contract diartikan sebagai kontrak yang bentuknya tidak ditentukan
oleh undang-undang.

2.3 Hukum Perusahaan

Hukum Perusahaan mengatur dua kategori hukum, yaitu:

(1) hukum yang mengatur bentuk-bentuk perusahaan, dan

(2) hukum yang mengatur kegiatan usaha .

Hukum yang mengatur bentuk-bentuk perusahaan pada umumnya mencakup


bentuk-bentuk usaha persekutuan (partnership) dan bentuk usaha berbadan hokum
(corporation).Bentuk usaha persekutuan meliputi bentuk usaha Firma,Commanditer
Vennotschap(CV). Sedangkan bentuk usaha berbadan hukum meliputi Perseroan

8
Terbatas(PT dan Koperasi.Bentuk usaha PT pada umumnya membahas tentang PT
Biasa, dan PT BUMN. PT Biasa mencakup PT Tertutup dan PT Terbuka.

Buku ini hanya membahas Hukum Perusahaan dalam kaitannya dengan


bentuk-bentuk perusahaan saja, karena pembahasan tentang Hukum Perusahaan
yang berkenaan dengan kegiatan usaha pada umumnya dibahas dalam konteks
hukum hukum yang khusus mengenai kegiatan usaha yang bersangkutan, seperti:
Hukum Perbankan, Hukum Asuransi, dan lain-lainnya Pembahasan tentang bentuk
usaha berbadan hukum dalam buku ini juga tidak mencakup Koperasi karena bentuk
ini juga dibahas secara khusus di dalam Hukum Koperasi.Demikian pula
pembahasan tentang PT Terbuka juga tidak dilakukan dalam buku ini karena materi
itu dibahas secara khusus dalam Hukum Pasar Modal. Namun demikian, di dalam
buku ini akan disinggung sedikit tentang perbedaan antara PT Tertutup(Private
company) dengan PT Terbuka(public company).

2.4 Pedagang perantara

Dalam dunia bisnis modern, jarang terjadi pertemuan langsung antara


produsen dan konsumen. Pada umumnya arus barang mulai dari produsen
konsumen melewati berbagai perantara perdagangan, mulai dari distributor,
pengangkut barang, perantara pembayaran seperti Bank, dan sebagainya. Dengan
demikian, pedagang perantara(agency) menjadi sesuatu yang niscaya dalam dunia
perdagangan KUHD mengatur berbagai macam jenis pedagang perantara, seperti:
bursa dagang, makelar, kasir, komisioner, ekspeditur, dan pengangkut. Saat ini
bursa dagang yang sudah dikenal adalah Bursa Efek dan Bursa Komoditi. Makelar
dan komisioner yang dikenal saat ini juga banyak melakukan kegiatan di bursa
dagang tersebut,seperti para pialang saham atau pedagang efek. Sedangkan
pekerjaan kasir sebagaimana diatur di dalam KUHD saat ini dilakukan oleh
lembaga perbankan. Lembaga ini melakukan pembayaran atau menerima

9
pembayaran untuk kepentingan nasabahnya, terutama dalam perdagangan
antarnegara. Pekerjaan pengiriman barang juga tidak lagi dilakukan sendiri oleh
para pemilik barang, melainkan menggunakan jasa perusahaan pengiriman barang,
seperti perusahaan ekspedisi dan kapal (EMKU, Titipan Kilat, DHL,kapal laut dan
sebagainya. Pengangkutan barang juga tidak dilakukan sendiri oleh pemilik
barang,melainkan oleh perusahaan jasa pengangkutan barang

Contoh-contoh tersebut di atas menunjukkan bahwa peran pedagang sangat


penting. Oleh karenanya, perantara dalam dunia perdagangan cukup dari kegiatan
yang melibatkan kalah penting pula mengetahui aspek pedagang perantara tersebut
Dalam buku ini, istilah yang akan digunakan terkait dengan pedagang perantara
adalah: lastgeving yang kadang secara berganti-ganti dengan penyuruhan,
pemberian kuasa, atau keagenan. Ketiganya merujuk pada lastgeving atau agency.
Untuk istilah pemberi kuasa sering digunakan istilah principal, sedangkan untuk
penerima kuasa sering digunakan istilah agen.

Landasan utama dari kegiatan pedagang perantara yang disuruh (perjanjian),


khususnya antara pihak yang menyuruh dan pihak mengenalnya untuk melakukan
suatu pekerjaan atau urusan.Hukum Perdata sebagai lembaga lastgeving. Subekti
menerjemahkan lastgeving dengan istilah uhan' atau pemberian kuasa.

Pengertian penyuruhan atau yang lebih banyak dikenal sebagai pemberian


kuasa adalah suatu persetujuan dengan mana seorang memberikan kekuasaan
kepada orang lain,yang menerimanya,untuk dan atas namanya menyelenggarakan
suatu urusan. Dari pengertian ini dapat d unsur unsur pemberian kuasa, yaitu:

1. Pemberian kuasa adalah persetujuan(kontrak);


2. persetujuan itu adalah penyuruhan atau pemberian kuasa untuk
menyelenggarakan suatu urusan:
3. Pihak yang disuruh akan melakukan pekerjaannya atas nama(on behal) yang
menyuruh.

10
Dalam dunia perdagangan,lembaga latsgeving ini dimanfaatkan dengan
Dalam riasi. Dalam variasinya itu, unsur atas nama tidak lagi sepenuhnya Namun
unsur penyuruhan selalu dan bahkan menjadi dasar dari diterapkan. kegiatan
pedagang perantara tersebut Distributor yang diterbitkan lam buku Peraturan
Keagenandan Perdagangan 2006) terdapat definisi tentang peranjian keagenan,
yaitu anjian keagenan adalah perjanjian antara prinsipal dan agen di mana
memberikan amanat kepada agen untuk dan atas nama prinsipal prinsipal
menjualkan barang dan atau jasa yang dimiliki atau dikuasai oleh prinsipal
sebenarnya pengertian tersebut bersifat sangat sempit,karena hanya dibatasi pada
pekerjaan"menjualkan barang dan atau jasa Dalam konteks Law tidak hanya
terbatas pada pengertian sebagaimana disebutkan di dalam Himpunan tersebut
Sebagai contoh, Black'sLaw Dictionary mengartikan dalam berbagai pengertian.

Dalam sistem hukum di Indonesia, pengertian keagenan sebagaimana


didefinisikan dalam Black's Law Dictionary tersebut biasanya dipahami dalam
konteks pedagang perantara atau perantara perdagangan yang bersumber pada
perjanjian penyuruhan(lastgeving).Tentu saja dalam pelaksanaannya perjanjian
penyuruhan yang dimaksud diimplementasikan secara bervariasi.Pada bagian
berikut akan dipaparkan bentuk variasi tersebut.Namun,sebelum itu, untuk m lebih
variasi variasi tersebut, terlebih dahulu akan dikemukakan sumber-sumber hukum
bagi kegiatan pedagang perantara.

a. Sumber Hukum Kegiatan Pedagang Perantara


Seperti disebutkan di atas bahwa kegiatan pedagang perantara dilandaskan
pada penyuruhan untuk melakukan suatu pekerjaan atau menyelenggarakan
suatu urusan. Sebagai suatu kontrak, maka tentu saja ketentuan hukum
perjanjian berlaku pula bagi pelaksanaan kegiatan pedagang perantara. Namun
selain hukum perjanjian, hukum Perdata juga mengindikasikan sumber-sumber
hukum atau peraturan-peraturan lainnya yang menjadi sumber dari kegiatan
pedagang perantara. Hal ini dapat dilihat dari teks Pasal 1601 KUH Perdata

11
yang menunjuk pada ketentuan hukum di luar KUHPerdata sebagai sumber
hukum dari kegiatan pedagang perantara, khususnya kegiatan di bidang jasa.
Dalam KUHD dikenal lembaga bursa dagang yang memberikan ini diatur
untuk transaksi efek atau komoditi. Untuk lembaga Bursa Efek berikut dalam
UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM 1995), peraturan
pelaksanaannya. Sedangkan Bursa Komoditi diatur dalam UU No.32 Tahun
1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi(UU Bursa Komoditi 1997) Di
samping itu, KUHD juga mengatur mengenai Makelar, Komisioner, Kasir,
Ekspeditur, dan Pengangkut.Untuk Makelar dan Komisioner yang bergerak
dalam perdagangan efek dan komoditi, di samping KUHD yang juga berlaku
UUPM 1995 dan UU Bursa Komoditi 1997 tersebut di atas.Sedangkan tentang
Kasir,di samping KUHD berlaku pula Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan(UU Perbankan 1998) serta peratura perundangan perbankan
yang terkait lainnya, yang terutama mengatur.
Mengenai organisasi dan tata kerja perbankan.Untuk pengangkutan
mengenai maupun melalui samping baik melalui darat, perairan pedalaman,
terdapat pengaturannya di dalam KUHD, juga terdapat peraturan-peraturan
lainnya yang tersebar di berbagai produk perundang-undangan Intinya adalah,
bahwa untuk perjanjian sementara jasa atau pelayanan berkala, di samping
berlaku hukum Kontrak yang berkaitan dengan aspek perjanjian di antara para
pihak, juga berlaku peraturan perundang-undangan lain yang tersebar baik di
dalam maupun di luar KUHD dan KUH Perdata.

2.5. SURAT BERHARGA

Surat Berharga dalam Bahasa lain disebut pula sebagai commercial paper
atau negotiable instrument. Dikatakan surat berharga karena surat tersebut memiliki
harga atau nilai ekonomis tertentu Dikatakan commercial paper, karena surat
tersebut memang seringkali tidak hanya dijadikan pengganti uang atau sebagai alat

12
pembayaran, tetapi karena surat-surat tersebut juga dijadikan objek perdagangan.
Dikatakan negotiableinstrument karena surat-surat tersebut dapat diperjualbelikan,
tentu saja surat yang bersangkutan (nominal jumlah yang disebutkan di dalam
dengan nilai yang tidak selalu sama dengan disebut value). Hal itu pula yang
menjadi faktor mengapa surat Berharga pula sebagai commercial paper, karena
menjadi objek transaksi commercial di samping sebagai alat pembayaran pengganti
uang tunai.

Purwosutjipto membedakan antara surat berharga(waardepapier) dengan surat


yang berharga(papieren van waarde).2 Surat berharga adalah surat bukti tuntutan
utang, pembawa hak, dan mudah diperjualbelikan. Sedangkan surat yang berharga
adalah surat bukti utang yang sukar diperjualbelikan. Dalam kelompok surat yang
berharga Purwosutjipto mencontohkan surat-surat dengan klausula atas nama.
Salah satunya adalah saham atas nama 3 Tampak bahwa perbedaan yang diutarakan
Purwosutjipto hanya pada sifatnya,yaitu mudah atau sukar diperjualbelikan.

Sebagai suatu dokumen yang membuktikan pemilikan harta kekayaan atau


membuktikan suatu piutang,surat-surat tersebut jelas mempunyai nilai ekonomis
dan mungkin juga dapat diperdagangkan, sebagaimana halnya surat saham,
obligasi, dan konosemen.Akan tetapi, karena fungsinya bukan untuk menggantikan
uang tunai, maka Hoeber tidak memasukkan dokumen-dokumen tersebut sebagai
bagian dari commercial paper,melainkan sebagai commercial documents.

Apabila kita bandingkan dengan bentuk-bentuk surat berharga yang diatur di


dalam KUHD, kategori yang diutarakan Hoeber memang benar.Sebagaimana
diketahui bahwa surat berharga yang diatur dalam KUHD meliputi wesel, surat
sanggup, dan cek.KUHD tidak mengatur tentang saham dan obligasi, karena untuk
kedua bentuk commer documents ini diatur dalam UU Perseroan Terbatas d UU
Pasar Modal.KUHD memang mengatur mengenai konosemen, tetapi pengaturannya
di secara terintegrasi di dalam ketentu tentang pengangkutan. KUHD juga tidak

13
mengatur mengenai bilyet giro,karena bentuk yang terakhir ini diatur di dalam
ketentuan internal Bank Indonesia

a. Hakikat Surat Berharga


Pada hakekatnya surat berharga adalah kontrak dan hukum. Dengan
demikian, bagi surat berharga berlaku dua ketentuan law) hukum perjanjian
(contract law) dan hukum kebendaan (property Surat berharga disebut sebagai
kontrak, karena di dalamnya terkandung janji (promises) dari pihak-pihak
yang terlibat (pembuat atau penandatangan). Misalnya, dalam sebuah wesel,
seorang tertarik (drawee) yang telah melakukan akseptasi mempunyai
kesanggupan dan karenanya berkewajiban membayar wesel tersebut pada saat
jatuh tempo(time instrument) atau pada saat diunjukkan oleh pembawa
(demand instrument). Bila drawee tidak membayar, penerbitnya (drawer)
tersebut berkewajiban untuk membayar kepada pemegang surat tersebut
(payee).

b. Hubungan Hukum dalam Lembaga Surat Berharga


Sebagai suatu kontrak, penerbitan surat berharga melahirkan hubungan
hukum antara pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Meskipun surat berharga
memiliki eksistensinya sendiri, namun sebagai pengganti uang tunai atau
sebagai instrumen kredit, biasanya penerbitan surat berharga terkait dengan
suatu perikatan pokok. Misalnya, wesel digunakan untuk membayar harga
barang yang diimport. Cek digunakan untuk membayar harga pelayanan jasa
hukum atau jasa lainnya. Surat sanggup diterbitkan sebagai janji dari seorang
debitur untuk membayar kembali kredit yang telah dinikmatinya. Sertifikat
deposito diterbitkan karena seseorang bersedia menyimpan uangnya di bank
untuk jangka waktu tertentu.
Hubungan hukum dalam lembaga surat berharga ditentukan oleh jenis atau
macam surat berharga yang bersangkutan. Dalam wesel, hubungan hukum yang

14
terjadi antara penerbit atau penarik (drawer), para endosan, dan pemegang
terakhir atau payee. Jika tertarik (drawee) telah melalukan akseptasi, maka
tertarik juga termasuk salah satu pihak yang berkewajiban membayar wesel
kepada pemegangnya.
Pemegang terakhir adalah kreditur wesel. Sedangkan para endosan,
akseptan, dan penarik wesel semuanya adalah para debitur wesel. Namun perlu
dicatat, bahwa seorang tertarik (drawee) yang tidak melakukan akseptasi, ia
tidak berkewajiban untuk membayar wesel tersebut pada saat jatuh tempo.
Hubungan hukum yang timbul dari lembaga surat berharga berakhir dengan
pembayaran dari surat yang bersangkutan. Kecuali jika terjadi sengketa
berkenaan dengan surat berharga tersebut, maka pengakhiran hubungan hukum
juga dapat diputuskan oleh hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan.

c. Macam-macam Surat Berharga


Dilihat dari pengaturan surat berharga yang dikenal di Indonesia, macam-
macam surat berharga dapat dikelompokkan ke dalam 2(dua) kelompok yaitu
surat berharga yang diatur di dalam KUHD, dan surat berharga yang diatur di
luar KUHD. surat berharga yang diatur di dalam KUHD antara lain: wesel,
surat sanggup, dan cek. Apabila pembatasan pengertian surat berharga hanya
sampai unsur atau sifat mudah dialihkan(transferable) atau dapat pada
diperdagangkan(negotaible), dan tidak sampai pada fungsinya sebagai
pengganti uang tunai atau sebagai pernyataan berutang sejumlah uang,maka
konosemen(bill of lading) dapat dimasukkan pula sebagai surat berharga.
Surat berharga yang diatur di luar KUHD antara lain sertifikat deposito dan
bilyet giro. Sebagai salah satu bentuk surat berharga yang diakui dalam praktik,
sebenarnya legalitas bilyet giro belum begitu kuat, karena sampai saat ini
pengaturan bilyet giro baru pada level surat Edaran dan surat Direktur Bl yaitu:
SEBI No. 4/670/UPPB/Pb tgl 24 Januari 1972, yang disempurnakan dengan
SK Dir 28/32/KEP/DIR 4 Juli,95 dan SE 28/32/UPG 4 Juli 1995 serta SE

15
2/10/DASP 8 Juni 2000.Sebagai surat edaran, maka perubahan pengaturannya
menjadi sangat fleksibel tergantung pada kebijakan Bank Indonesia sendiri
dalam melaksanakan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia. Seharusnya, apabila pembentuk hukum konsisten maka pengaturan
bilyet giro, semestinya dicantumkan dalm undang-undang, karena dalam
lembaga bilyet giro tersebut terdapat hubungan hak dan kewajiban sebagaimana
halnya dalam surat berharga khususnya cek. Sebagaimana telah dikemukakan
tentang surat berharga sebagai formal contract, maka bentuk (form) bilyet giro
sebagai alternatif cek juga seharusnya diatur di dalam undang-undang, bukan
di dalam Surat Edaran BI.

16
KESIMPULAN

Hukum Dagang adalah hukum yang mengatur tentang tingkah laku manusia
yang turut melakukan perdagangan dalam tingkah laku manusia yang turut melakukan
perdagangan dalam usahanya memperoleh keuntungan. Hukum Dagang ialah hukum
yang mengatur hubungan hukum antara manusia-manusia dan badan-badan hukum
satusama lainnya, dalam lapangan perdagangan.

Hukum Dagang Indonesia terutama bersumber pada(diatur dalam):

a. Hukum tertulis yang dikodifikasikan:


1. Kitab Undang-Undang Hukum dagang (KUHD) atau Wetboek van Koophandel
Indonesia (W.v.K);
2. Kitab Undang-Undang Hukum Sipil (KUHS) atau Burgerlijk Wetboek
Indonesia (BW).
b. Hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, yakni peraturan perundangan khusus
yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan.

Namun, karena luasnya cakupan hukum dagang, pembahasan ini hanya mencakup
pembahasan hal-hal pokok dari ruang lingkup hukum dagang antara lain meliputi:
hukum perjanjian (kontrak dagang), hukum perusahaan, pedagang perantara dan surat
berharga.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hasyim, Farida. 2009. Hukum Dagang. Jakarta: Sinar Grafika

Kansil, Christine S.T. 2010. Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika.

Purwosutjipto, H.M.N. 2007. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2: bentuk-


bentuk perusahaan, Cet. 11. Jakarta: Djambatan.

Sardjono. Agus, dkk. 2014. Pengantar Hukum Dagang. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Soekardono, R. 1993. Hukum Dagang Indonesia. Jakarta: PT Dian Rakyat.

18

Anda mungkin juga menyukai