Anda di halaman 1dari 137

2012

Akuntansi
Pemerintahan
Indonesia

Oman Rusmana Univ. Jenderal Soedirman


Dwi Martani Universitas Indonesia
Warsidi Univ. Jenderal Soedirman
Nunuy Nur Afiah Universitas Padjadjaran
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab ini terdapat beberapa pokok bahasan mengenai gambaran
umum akuntansi pemerintahan dan materi yang akan disajikan dalam buku
ini, antara lain:
1. Mengapa akuntansi pemerintahan dan bukan akuntansi sektor publik?
2. Identifikasi karakteristik yang membedakan antara pemerintah dan
swasta.
3. Lembaga-lembaga yang bertanggung jawab untuk menetapkan standar
pelaporan keuangan pemerintah.
4. Tujuan pelaporan keuangan pemerintah Indonesia dan Amerika.
5. Komponen-komponen laporan keuangan untuk pemerintahan.
6. Permasalahan akuntan pemerintah daerah dan solusinya.
7. Masa depan akuntansi pemerintahan.
8. Materi buku, dan sasaran pengguna buku.
2

MENGAPA AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAN BUKAN AKUNTANSI


SEKTOR PUBLIK?

Istilah dalam buku ini sengaja dipilih Akuntansi Pemerintahan, dan bukan
Akuntansi Sektor Publik, dengan alasan:
1. Mayoritas pembahasan di sektor publik adalah pemerintahan, sisanya sedikit
membahas sektor non-profit.
2. Nama standar yang menjadi acuan buku ini adalah Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP). Oleh karena itu sangat janggal apabila buku ini mengacu
kepada SAP tetapi menggunakan istilah Akuntansi Sektor Publik.
3. Mata kuliah akuntansi pemerintahan telah dipinggirkan dengan beberapa
alasan, sehingga digantikan dengan akuntansi sektor publik. Padahal mata
kuliah akuntansi sektor publik banyak membahas akuntansi pemerintahan.
4. Akuntansi pemerintahan dan akuntansi sektor publik memiliki bidang garap
masing-masing. Masing-masing memiliki penekanan sendiri-sendiri terhadap
tujuan pengajarannya.

KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAN ORGANISASI NON-PROFIT

Bagi sebagian besar pembaca mungkin bertanya-tanya, “Mengapa pemerintahan


dan organisasi non-profit menggunakan praktek akuntansi yang sangat berbeda
dari organisasi swasta atau entitas bisnis yang profit-oriented?”

Sebagaimana kita ketahui bahwa organisasi bisnis/swasta merupakan entitas


yang profit oriented, yaitu organisasi yang mempunyai tujuan menyediakan atau
menjual barang/jasa dengan maksud untuk memperoleh laba yang akan dinikmati
oleh para pemilik atau anggota. Sumber pendanaannya berasal dari investor,
kreditur, dan para anggota. Sedangkan pemerintah dan organisasi non-profit
memiliki tujuan dan layanan yang berbeda dari entitas bisnis. Tujuan dari
pemerintah dan organisasi non-profit adalah menyediakan layanan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagian besar sumber dana yang
diperoleh pemerintah dan organisasi non-profit berasal dari pajak,
donasi/sumbangan, hutang, laba perusahaan negara atau daerah dan sumber
lainnya. Seringkali sulit untuk memperkirakan besarnya keuntungan, manfaat
atau imbal balik langsung bagi masyarakat secara proporsional. Pemerintah
sebagai manajemen yang mengelola keuangan negara memiliki tugas khusus dan
dituntut untuk mempertanggungjawabkan penggunaan sumber-sumber dana
tersebut kepada masyarakat selaku pembayar pajak, donatur, kreditur, dan pihak-
pihak lain yang berkepentingan.

Pada masing-masing negara, ruang lingkup pemerintahan dan organisasi non-


profit berbeda-beda dan tidak ada definisi yang pasti dan komprehensif bagi
semua sistem pemerintahan di setiap negara. Namun yang pasti, pemerintah dan
organisasi non-profit di setiap negara memiliki ruang lingkup dan peranan yang
besar dalam pelayanan masyarakat umum. Contohnya, di Amerika Serikat
pemerintahan dibagi menjadi general purpose governments dan special purpose
governments.
3

• Pemerintah pusat (states), provinsi (counties), kotamadya (municipalilies)


termasuk juga desa disebut sebagai pemerintahan dengan tujuan umum
(general purpose government), yaitu pemerintahan yang menyediakan berbagai
macam jenis pelayanan bagi penduduknya (misalnya layanan perlindungan dari
kepolisian, pemadam kebakaran, sanitasi, pembangunan dan pemeliharaan
jalan raya dan jembatan, serta kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

• Sekolah, perguruan tinggi dan universitas umum termasuk contoh kategori


bidang pemerintahan dengan tujuan khusus (special purpose government), yaitu
pemerintah hanya menyediakan atau menangani fungsi yang terbatas (seperti
pendidikan, drainase dan pengendalian banjir, irigasi, konservasi tanah dan air,
serta pengadaan air). Special purpose government ini memiliki kekuasaan untuk
mengenakan dan memungut pajak serta memperoleh pendapatan dari berbagai
sumber lainnya yang diijinkan oleh hukum pemerintah untuk mendanai
layanan-layanan yang mereka sediakan.

Di Amerika Serikat, organisasi non-profit terdiri dari beberapa bentuk dan


melayani berbagai fungsi yang berbeda-beda meliputi perguruan tinggi dan
universitas-universitas swasta, berbagai jenis organisasi layanan kesehatan,
perpustakaan dan museum, asosiasi profesi dan perdagangan, organisasi sosial,
serta organisasi keagamaan.

Sementara itu, pemerintahan di Inggris diklasifikasikan menjadi departemen-


departemen pemerintah pusat (seperti pendidikan dan ilmu pengetahuan,
transportasi, kesehatan, lingkungan hidup, energi, keamanan sosial, dan lain-lain);
pemerintah daerah (seperti counties/kabupaten, regions/provinsi, dan
districts/daerah otonom); serta organisasi di bidang industri nasional (seperti
kereta api, kantor pos, penerbangan, dan lain-lain).

Di Indonesia sendiri, pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah


daerah (termasuk perusahaan negara/daerah). Sedangkan organisasi non-profit
terdiri dari bermacam-macam bentuk diantaranya organisasi di bidang
pendidikan, kesehatan, dan organisasi-organisasi massa, berbagai LSM dan lain-
lain sebagainya.

Pemerintahan dan organisasi non-profit memiliki perbedaan yang penting dari


organisasi bisnis (swasta), termasuk perbedaan dalam prinsip-prinsip akuntansi
dan pelaporan keuangannya. Dalam Statement of Financial Accounting Concepts
Nomor 4, Financial Accounting Standards Board (FASB) menyatakan beberapa
karakteristik yang membedakan antara pemerintahan dan entitas non-profit
dengan organisasi bisnis, antara lain:
• Receipts of significant amounts of resources from resource providers who do not
expect to receive either repayment or economic benefits proportionate to the
resources provided.
• Operating purposes that are other than to provide goods or services at a profit or
profit equivalent.
4

• Absence of defined ownership interest that can be sold, transferred, or redeemed,


or that convey entitlement to a share of a residual distribution of resources in the
event of liquidation of the organization.

Governmental Accounting Standards Board (GASB) membedakan entitas


pemerintah di Amerika Serikat dari entitas non-profit dan dari entitas bisnis
dengan memberikan penekanan bahwa keberadaan pemerintah dalam lingkungan
dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Selanjutnya, kekuasaan
tersebut akan didelegasikan kepada lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Negara bagian yang merupakan tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi akan
mengawasi aktivitas-aktivitas tingkat pemerintahan yang lebih rendah.
Pendapatan pada masing-masing tingkatan pemerintah diperoleh terutama dari
para pembayar pajak. Masyarakat para pembayar pajak sangat berperan sebagai
penyedia sumber dana bagi pemerintah, meskipun kadang mereka tidak
memperoleh imbal balik layanan pemerintah yang proporsional dengan pajak
yang mereka bayarkan.

Semenjak pemerintah diperbolehkan memonopoli pelayanan yang mereka


sediakan untuk masyarakat, sulit untuk mengukur efisiensi atas pelayanan
tersebut secara tepat. Selain itu juga sangat sulit untuk mengukur kuantitas atau
kualitas yang optimal bagi beberapa pelayanan pemerintah, sebagai contoh,
sejauh manakah pelayanan polisi dirasakan cukup oleh masyarakat? GASB juga
menyatakan bahwa sulitnya menentukan kuantitas dan kualitas pelayanan
pemerintah yang optimal dikarenakan perolehan sumber dana tersebut berasal
dari pajak yang dikenakan secara wajib dan dipaksakan (bukan sukarela).

Untuk membedakan, misalnya seorang pelanggan yang membeli sebuah produk


komersial dapat memilih antara kualitas yang bagus, lebih bagus, atau paling
bagus. Pembeli tersebut secara sukarela dapat membayar dengan jumlah yang
sesuai dengan kualitas produk yang diinginkan. Sedangkan dalam pelayanan
pemerintah memiliki situasi yang lebih kompleks. Contohnya, dua orang wajib
pajak mungkin membayar pajak dengan jumlah yang sama besar, namun dalam
menikmati pelayanan pemerintah bisa saja berbeda baik kuantitas maupun
kualitasnya. Misalnya jika salah satu dari mereka menyekolahkan anaknya di
sekolah umum (negeri) sedangkan yang lain tidak, berarti yang mendapatkan
pelayanan pemerintah adalah yang menyekolahkan anaknya pada sekolah yang
mendapat fasilitas dan subsidi dari pemerintah sedangkan yang tidak
menyekolahkan anaknya tidak menikmati fasilitas dan layanan tersebut.

LEMBAGA PENYUSUN STANDAR PELAPORAN KEUANGAN


PEMERINTAH

Gambar berikut menunjukkan sumber-sumber utama dari standar akuntansi dan


pelaporan keuangan untuk organisasi bisnis dan organisasi non-profit, serta
pemerintah pusat dan pemerintah daerah di Amerika Serikat. GASB dan FASB
merupakan badan yang sejajar/setingkat dibawah pengawasan Financial
Accounting Foundation (FAF). FAF khusus, FASB menetapkan standar untuk
organisasi bisnis dan organisasi non-profit bukan pemerintahan. GASB
5

menetapakan standar untuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah, termasuk


organisasi non-profit pemerintahan. Sedangkan Federal Accounting Standards
Advisory Board (FASAB) menetapkan standar untuk pemerintah federal serta
lembaga-lembaga dan departemen-departemennya.

Financial • Comptroller General


Accounting • Director of the Office of
Foundation Management and Budget
• Secretary of the Treasury

Financial Governmental
Accounting Accounting Federal Accounting
Standards Standards Board Standards Advisory
Board (FASB) (GASB) Board (FASAB)

Non- Federal
Business State and local Governmental government and
governmental
(for-profit) governmental not-for-profit its agencies and
not-for-profit
organizations organizations organizations
organizations department

Gambar 1.1
Badan Penyusun Standar Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
di Amerika Serikat

Otoritas untuk menyusun standar akuntansi dan pelaporan bagi organisasi non-
profit dibagi antara FASB dan GASB karena sejumlah organisasi non-profit
(khususnya perguruan tinggi, universitas dan rumah sakit) adalah milik
pemerintah, tetapi sebagian besar diantaranya merupakan bagian-bagian dari
pemerintah yang independen (bukan milik pemerintah). Dengan demikian, GASB
memiliki tanggung jawab untuk menyusun standar akuntansi dan pelaporan
keuangan bagi organisasi non-profit milik pemerintah. Sedangkan FASB memiliki
tanggung jawab untuk menyusun standar akuntansi dan pelaporan keuangan bagi
organisasi non-profit bukan pemerintah.

Undang-undang Federal menyerahkan tanggung jawab untuk menyusun dan


mengembangkan struktur keuangan yang sehat/baik bagi pemerintah federal
kepada tiga lembaga, yaitu Comptroller General, Director of the Office Management
and Budget, dan Secretary of the Treasury. Pada tahun 1990, ketiga lembaga
tersebut membuat Federal Accounting Standards Advisory Board (FASAB) atau
badan penasehat standar akuntansi bagi pemerintah federal untuk memberikan
rekomendasi mengenai prinsip-prinsip dan standar akuntansi bagi pemerintah
federal dan lembaga-lembaganya. Maksudnya adalah untuk memaksimalkan
kemungkinan bahwa standar akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah
federal konsisten atau sesuai dengan standar akuntansi dan pelaporan keuangan
yang disusun oleh GASB dan dapat diaplikasikan oleh FASB.

American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) secara formal


menjadikan GASB, FASAB, dan FASB sebagai badan otoritas untuk menyusun
6

Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) bagi pemerintah pusat dan


daerah, pemerintah federal, serta organisasi bisnis dan organisasi non-profit
bukan pemerintah. Singkatnya, GASB adalah pihak independen yang berwenang
untuk merumuskan standar akuntansi pemerintahan di Amerika Serikat. GASB
menetapkan standar pelaporan keuangan untuk pemerintah pusat dan daerah
termasuk pemerintah kota dan organisasi yang membrikan pelayanan khusus
seperti pendidikan, kesehatan, dan lainnya.

Sementara itu, ada empat pilar standar akuntansi yang berlaku di Indonesia
meliputi:
1. Standar Akuntansi Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) digunakan oleh entitas yang memiliki
akuntabilitas publik signifikan. SAK disusun oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dengan mengadopsi
International Financial Reporting Standards (IFRS).
2. Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP)
SAK ETAP digunakan oleh entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik
signifikan. SAK ETAP diadaptasi dari International Financial Reporting
Standard for Small and Medium-sized Entities (IFRS for SMEs). Seperti halnya
SAK, penyusunan SAK ETAP merupakan tanggung jawab DSAK IAI.
3. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah)
SAK Syariah digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah, baik
entitas syariah maupun entitas konvensional. SAK Syariah disusun oleh
Dewan Standar Akuntansi Syariah menggunakan model pengembangan SAK
konvensional dengan mengacu kepada fatwa Majelis Ulama Indonesia.
4. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) digunakan oleh entitas pemerintah,
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. SAP disusun oleh Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang hasil kerjanya dikukuhkan
dengan Peraturan Pemerintah.

SAP merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan dan


penyajian laporan keuangan pemerintah. SAP dirumuskan oleh sebuah komite
independen yang disebut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang
dibentuk oleh Menteri Keuangan. Dasar hukum yang memperkuat kedudukan
KSAP adalah Undang-undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara dan Undang-undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara yang mengamanatkan tugas penyusunan SAP kepada Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dan selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan
Presiden RI Nomor 84 Tahun 2004.

KSAP terdiri dari Komite Konsultatif Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite


Konsultatif) dan Komite Kerja Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite Kerja).
Komite Konsultatif bertugas memberi konsultasi dan/atau pendapat dalam rangka
perumusan konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Komite Kerja bertugas mempersiapkan, merumuskan dan
menyusun konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Selanjutnya KSAP menyampaikan konsep Peraturan Pemerintah
7

tentang Standar Akuntansi Pemerintah kepada Menteri Keuangan untuk proses


penetapan menjadi Peraturan Pemerintah. Proses Baku Penyusunan dan Pihak
yang terlibat dalam Penyusunan SAP oleh KSAP dapat digambarkan dalam
Gambar berikut:

Proses Baku Penyusunan (Due Process) SAP


Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar
Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP
Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
Penulisan Draf SAP oleh Kelompok Kerja
Pembahasan Draf oleh Komite Kerja
Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan
Peluncuran Draf SAP (Exposure Draft)
Dengar Pendapat Publik Terbatas (Limited Public Hearing) dan Dengar
Pendapat Publik (Public Hearings)
Pembahasan Tanggapan dan Masukan terhadap Draf SAP
Finalisasi Standar

Sosialisasi KSAP
Pihak Eksternal KSAP seminar/diseminasi/diskus
Produk KSAP
yang terlibat i dengan para pengguna,
Struktur KSAP Standar Akuntansi
Badan Pemeriksa Pemerintahan program pendidikan
Komite Konsultatif SAP Keuangan profesional berkelanjutan,
Interpretasi Pernyataan
Komite Kerja SAP Pendapat Publik Terbatas training of trainers (TOT)
Standar Akuntansi
Kelompok Kerja SAP (Limited Public Hearing) Pemerintahan (IPSAP) fasilitasi konsultasi teknis
Dengar Pendapat Publik Buletin Teknis. terkait penerapan SAP
(Public Hearings) Berbasis Akrual (help
desk).

KSAP bertujuan meningkatkan akuntabilitas dan keandalan pengelolaan keuangan


pemerintah melalui penyusunan dan pengembangan standar akuntansi
pemerintahan, termasuk mendukung pelaksanaan penerapan standar tersebut.
Dalam mencapai tujuan tersebut, KSAP mengacu pada praktek-praktek terbaik
internasional, diantaranya dengan mengadaptasi International Public Sector
Accounting Standards (IPSAS) yang diterbitkan oleh International Federation of
Accountant (IFAC). Dalam menyusun SAP, KSAP menggunakan materi/referensi
yang dikeluarkan oleh:
1. International Federation of Accountants (IFAC).
2. International Accounting Standards Board (IASB)
8

3. International Monetary Fund (IMF)


4. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia)
5. Financial Accounting Standard Board (FASB) – USA
6. Governmental Accounting Standard Board (GASB) – USA
7. Pemerintah Indonesia, berupa peraturan-peraturan di bidang keuangan negara
dan akuntansi pemerintah.
8. Organisasi profesi lainnya di berbagai negara yang membidangi pelaporan
keuangan, akuntansi, dan audit pemerintahan

Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, SAP


ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (terbaru adalah PP Nomor 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. SAP diterapkan di lingkup
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan
pemerintah pusat/daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan
organisasi tersebut wajib menyajikan laporan keuangan.

TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Dalam Concepts Statement Nomor 1 tentang tujuan dari pelaporan keuangan,


GASB menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan tujuan dari pelaporan
keuangan pemerintah. Pemerintah harus menunjukkan akuntabilitasnya dalam
mempertanggungjawabkan kepada masyarakat mengenai pengelolaan dan
pengalokasian sumber-sumber dana yang diperoleh.

Akuntabilitas pemerintah didasarkan pada kepercayaan bahwa masyarakat


mempunyai hak untuk mengetahui, hak untuk mendapatkan fakta-fakta secara
terbuka dari wakil-wakil rakyat yang telah mereka pilih. Pelaporan keuangan
memainkan peran yang penting bagi pemerintah dalam menjalankan tugas-tugas
dan pertanggungjawaban kepada publik dalam suatu lingkungan pemerintahan
yang demokratis.

Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa cara bagaimana laporan keuangan


pemerintah pusat dan daerah digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi,
sosial, dan politik serta penilaian akuntabilitas di Amerika Serikat.

Perbandingan Tujuan Pelaporan Keuangan


Pemerintah dan Organisasi Non-Profit di Amerika Serikat

Pemerintah Pusat dan


Pemerintah Federal Organisasi Non-Profit
Daerah
Pelaporan keuangan Pelaporan keuangan Laporan keuangan
digunakan dalam hendaknya dapat membantu hendaknya menyediakan
pengambilan keputusan mencapai akuntabilitas dan informasi yang berguna
ekonomi, sosial, dan politik dimaksudkan untuk dalam:
serta penilaian akuntabilitas membantu pengguna laporan • Pembuatan keputusan
terutama dengan: dalam mengevaluasi: alokasi sumber daya
• Membandingkan hasil • Integritas anggaran • Penilaian management
keuangan aktual dengan • Kinerja operasi stewardship dan kinerja
9

anggaran yang telah • Stewardship • Penilaian sumber-sumber


ditetapkan • Kesesuaian antara sistem ekonomi, kewajiban,
• Menilai kondisi keuangan dan pengendalian kekayaan bersih, dan
dan hasil operasi perubahan-perubahan di
• Menilai kepatuhan dengan dalamnya
keuangan yang
dihubungkan dengan
hukum, aturan, dan regulasi
• Penilaian dalam
mengevaluasi efisiensi dan
efektivitas
Sumber: GASB Concepts Sumber: FASB Statement of Sumber: FASB Concepts
Statement No. 1, Federal Accounting Statement No. 4, pp.
par. 32 Concepts No. 1 par. 19-23
134

Konsep akuntabilitas sebagai tujuan dari pelaporan keuangan pemerintahan erat


hubungannya dengan konsep GASB dengan apa yang disebut sebagai ekuitas antar
periode (equity interperiod). Singkatnya, pelaporan keuangan hendaknya dapat
membantu para penggunanya dalam menilai apakah pendapatan pada tahun
tersebut mencukupi untuk mendanai pelayanan-pelayanan yang disediakan pada
tahun tersebut dan apakah para wajib pajak di masa yang akan datang akan
menanggung beban untuk pelayanan-pelayanan yang telah disediakan
sebelumnya.

Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 (terbaru


adalah PP Nomor 71 Tahun 2010) tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
di Indonesia, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib menyajikan
laporan keuangan dengan mengacu kepada SAP. Tujuan umum laporan keuangan
pemerintah adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi
anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan
mengenai alokasi sumber daya.

Tujuan pelaporan keuangan menurut regulasi otoritatif di Indonesia, yaitu PP 71


Tahun 2010, menyatakan bahwa pelaporan keuangan pemerintah seharusnya
menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai
akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun
politik dengan:
(a) menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya
keuangan; (b) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode
berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran; (c) Menyediakan informasi
mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas
pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai; (d) Menyediakan informasi
mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan
mencukupi kebutuhan kasnya; (e) Menyediakan informasi mengenai posisi
keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber
penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang
berasal dari pungutan pajak dan pinjaman; (f) Menyediakan informasi mengenai
perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau
penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
10

Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan


informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi,
transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran
lebih, surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus
kas suatu entitas pelaporan. Gambar berikut ini menunjukkan ringkasan dan
tujuan pelaporan keuangan pemerintah:

Tujuan Tujuan Pelaporan Keuangan Khusus, menyediakan informasi mengenai Akuntansi Pemerintah,
Pelaporan • sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan menyediakan laporan
Keuangan • kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran • Laporan Realisasi Anggaran
Umum: • jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil • Laporan Saldo Anggaran Lebih
yang telah dicapai • Neraca
• Akuntabilitas
• bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya • Laporan Arus Kas
• Pembuatan
• posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, • Laporan Operasional
keputusan
baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan
ekonomi, • Laporan Perubahan Ekuitas
pinjaman
sosial, • Catatan atas Laporan Keuangan
maupun • perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan,
politik sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan


informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan
akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya,
dengan menyediakan informasi mengenai: (1) perubahan posisi dan penggunaan
sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah; (2) ketaatan
realisasi terhadap anggaran; (3) cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan
memenuhi kebutuhan kasnya; (4) potensi pemerintah untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan; dan (5) evaluasi kemampuan entitas
pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.

Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna mengenai (1)


indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan
anggaran, dan (2) indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai
dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang telah ditetapkan.

PERBEDAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAN LAPORAN


KEUANGAN ENTITAS BISNIS (SWASTA)

Tabel di bawah ini merupakan beberapa aspek perbedaan antara laporan


keuangan pemerintahan dan laporan keuangan entitas bisnis (swasta) menurut
Likierman and Taylor dalam Mahsun dkk. (2006).

Perbedaan Laporan Keuangan Pemerintah dan


Laporan Keuangan Entitas Bisnis (Swasta)

Laporan Keuangan Laporan Keuangan Entitas


Aspek Perbedaan
Pemerintahan Bisnis (Swasta)
Fokus Laporan Keuangan Fokus pada masalah finansial Fokus pada aspek finansial.
dan politik.
11

Lingkup Laporan Keuangan Pada bagian organisasi. Organisasi secara


keseluruhan.
Akuntabilitas Pertanggungjawaban ditujukan Pertanggungjawaban
pada pihak legislatif/parlemen ditujukan kepada para
dan masyarakat. pemegang saham dan
kreditur.
Orientasi Laporan Keuangan Orientasi pada jangka panjang Orientasi pada jangka
karena terkait dengan konsep panjang tidak dapat
politik dan kenegaraan. dilakukan secara mendetail
karena dibatasi oleh adanya
ketidakpastian pasar.
Aturan Pelaporan Ditentukan oleh Standar Ditentukan oleh Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP). Akuntansi Keuangan (SAK),
pasar modal dan praktek
akuntansi.
Pihak Pemeriksa Laporan Diperiksa oleh Badan Pengawas Diperiksa oleh pihak auditor
Keuangan Keuangan (BPK). independen.
Penggunaan Dasar Sebagian masih menggunakan Sepenuhnya menggunakan
Akuntansi dasar akuntansi kas. dasar akuntansi akrual.

KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Sebagai perbandingan, dapat kita lihat komponen-komponen laporan keuangan di


Amerika Serikat. Gambar di bawah ini menunjukkan laporan keuangan minimal
yang harus dipenuhi dalam pelaporan keuangan eksternal untuk tujuan umum
bagi pemerintah di Amerika Serikat sesuai GASB Statement Nomor 34.

Management’s Discussion and


Analysis (MD&A)

Government-wide Fund Financial


Financial Statements Statements
Notes to the Financial Statements

Required Supplementary
Information (RSI)
[other than MD&A]

Gambar 1.2
Laporan Keuangan Pokok Pemerintahan menurut GASB

Pusat dari model (gambar) diatas adalah Management’s Discussion and Analysis
(MD&A). GASB menetapkan laporan keuangan dasar dan informasi tambahan
yang dibutuhkan (Required Supplementary Information/RSI) sesuai tujuan umum
pemerintahan. MD&A menyediakan analisis tujuan atas aktivitas-aktivitas
keuangan pemerintah juga memperbandingkan arus tahun lalu sebagai dasar
informasi pemerintahan yang lebih luas. MD&A digunakan untuk menganalisis
posisi laporan keuangan dan hasil operasi serta untuk memperbaiki hasil aktivitas
tahun sebelumnya.
12

Laporan keuangan dasar (Basic Financial Statement) meliputi Government-wide


Financial Statement dan (Fund Financial Statement). Government-wide Financial
Statement dimaksudkan untuk menyediakan pandangan yang lebih lengkap dan
menyeluruh atas aset dan hasil dari aktivitas-aktivitas keuangan pemerintah.
Laporan ini menyajikan secara utuh tentang laporan pemerintahan dan membantu
dalam penilaian akuntabilitas operasional apakah pemerintah telah menggunakan
sumber-sumber daya secara efisien dan efektif serta kesesuaiannya dengan
tujuan. GASB menyimpulkan bahwa dalam pelaporan akuntabilitas operasional,
pendekatan terbaik adalah dengan menggunakan basis akuntansi yang secara
esensial sama dan fokus pengukurannya sama dengan yang digunakan pada
organisasi bisnis, yaitu accrual basis dan fokus pengukuran arus suber daya
ekonomi.

Fund Financial Statement atau laporan keuangan dana adalah jenis lain dari
laporan keuangan dasar. Laporan keuangan dana ini membantu dalam penilaian
akuntabilitas fiskal, yaitu apakah pemerintah telah mendapatkan dan
membelanjakan sumber daya ekonomi sesuai dengan rencana anggaran serta
dalam kepatuhannya dengan hukum dan regulasi yang berlaku. Dana pemerintah
lebih fokus pada arus jangka pendek dari sumber daya ekonomi saat ini daripada
arus sumber daya ekonomi.

Bagi sebagian pengguna yang sangat berkepentingan dengan informasi keuangan


pemerintahan membutuhkan lebih banyak informasi secara rinci selain yang
terdapat pada MD&A, Basic Financial Statement (Government-wide Financial
Statement dan Fund Financial Statement) serta RSI. Untuk pemerintah pusat dan
daerah, rincian yang lebih lengkap dapat ditemukan pada Comprehensive Annual
Financial Reports (CAFR) atau laporan keuangan komprehensif tahunan. Standar
untuk isi dari CAFR ditetapkan dalam GASB’s Codification of Governmental
Accounting and Financial Reporting Standard. CAFR hendaknya memuat bagian-
bagian Introductory Section (bagian pendahuluan), Financial Section (bagian
keuangan), dan Statistical Section (bagian statistik).

Introductory Section terdiri dari beberapa poin seperti halaman judul, dan
halaman isi, letter of transmittal (seperti nama, alamat, tanda tangan pimpinan
eksekutif dan nama unit pemerintahannya), dan poin lainnya yang
dimiliki/disediakan manajemen. Financial Section sebaiknya meliputi (1) laporan
auditor, (2) MD&A, (3) Basic Financial Statement (Government-wide Financial
Statement dan Fund Financial Statement), (4) RSI, dan (5)informasi pelengkap
lainnya seperti laporan dana kombinasi dan laporan dana individual serta
skedulnya. Sebagai tambahannya CAFR juga dapat memuat bagian statistik. Bagian
ini secara khusus menyajikan tabel-tabel dan diagram yang menunjukkan data
sosial dan ekonomi, tren/kecenderungan keuangan, dan kapasitas/kemampuan
fiskal pemerintah secara terinci yang mungkin dibutuhkan oleh para pembaca
yang berkepentingan dengan aktivitas-aktivitas dari unit pemerintahan tersebut.

Di Indonesia (sesuai UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU


Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara), laporan keuangan
pemerintah pokok setidak-tidaknya terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan
13

(CaLK). Di samping menyajikan keempat laporan keuangan pokok tersebut, suatu


entitas pelaporan diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja Keuangan berbasis
akrual dan Laporan Perubahan Ekuitas. Penjelasan lebih lanjut mengenai laporan
keuangan pemerintahan di Indonesia akan dibahas pada bab tersendiri dalam
buku ini.

PERMASALAHAN AKUNTAN PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA


DAN SOLUSINYA

Sebelum reformasi keuangan negara di Indonesia, seorang penyelenggara negara


hanya diminta untuk melaporkan satu jenis laporan saja yaitu laporan realisasi
anggaran ditambah dengan nota perhitungan anggaran. Sementara itu, sejak
berlakunya Undang-undang (UU) mengenai Keuangan Negara Nomor 17 Tahun
2003, pemerintah pusat dan pemerintah daerah diwajibkan melaporkan laporan
realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 bahkan memberi peluang bagi
lembaga penyelenggara negara yang mampu untuk memberikan tambahan
laporan, yaitu laporan kinerja keuangan dan laporan perubahan ekuitas dana.
Munculnya revisi terhadap Standar Akuntansi Pemerintah menurut PP 71 Tahun
2010 mewajibkan pemerintah untuk membuat 7 jenis laporan keuangan yakni
laporan realisasi anggaran, laporan saldo anggaran lebih, neraca, laporan
operasional, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan.

Tabel 1
Perubahan pelaporan pemerintah

Durasi 2001 2003 2005 2010 2015

• Momentum • Otonomi Daerah • Reformasi Keuangan • Standar Akuntansi • Revisi SAP • Pelaksanaan Revisi SAP
Daerah Pemerintah • Pelaksanaan Basis Akrual
• Basis Akuntansi • Basis Kas • Kewajiban Basis Akrual • Basis CTA • Kewajiban Basis Akrual • Pelaksanaan PP 71 Tahun
• Laporan • Pertanggungjawaban • LRA, Neraca, LAK, Catatan • Mandatory: LRA, Neraca, • Mandatory: LRA, Laporan 2010.
Anggaran Negara atas LK. LAK, Catatan atas LK. Perubahan SAL, Neraca,
Voluntary: Laporan Kinerja Laporan Operasional,
Keuangan dan Laporan Laporan Perubahan
Perubahan Ekuitas Ekuitas, Laporan Arus Kas
dan Catatan atas LK

Timbulnya istilah teknis yang baru dalam pengelolaan keuangan, menjadi


tambahan kesulitan dalam menghadapi keruwetan dalam akuntansi
pemerintahan. Hal ini dikarenakan canggihnya pemikiran yang berada di balik
paket UU Keuangan Negara. Bentuk laporan keuangan yang sudah business like,
menjadikan pengelolaan dengan menggunakan UU Keuangan Negara yang baru
menjadi lebih akuntabel dan adanya self balancing dalam setiap pencatatan
transaksi keuangannya.

Perubahan-perubahan yang terus terjadi dalam peraturan pemerintah, muncul


secara beruntun sejak adanya UU Otonomi Daerah (Otda), yang mendahului UU
Keuangan Negara. UU Otda (UU Nomor 22 dan 25 Tahun 1999) mensyaratkan
adanya sistem baru dalam pengelolaan keuangan daerah, sementara infrastruktur
14

UU Keuangan Negara waktu itu belum diundangkan (baru ada tahun 2003).
Sementara itu, tulang punggung yang sangat penting dalam pelaporan keuangan
pusat dan daerah sebagai mandat UU Keuangan Negara, yaitu terbentuknya
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) baru menghasilkan PP mengenai
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) pada tahun 2005. Belum lagi perubahan
dalam UU Otda di tahun 2004, juga berimbas terhadap pedoman pengelolaan
keuangan daerah.

Aturan teknis dalam pengelolaan keuangan daerah yang menjadi fenomenal bagi
pemerintahan daerah setelah adanya UU Otda 1999 adalah Kepmendagri Nomor
29 Tahun 2005. Dengan demikian, maka digantilah Manual Akuntansi Keuangan
Daerah (MAKUDA) tahun 1981, dengan aturan tersebut. Tetapi dengan adanya UU
Otda yang baru, Pemerintah Daerah (Pemda) belajar mengimplementasikan
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2005 dengan biaya yang tentu saja tidak sedikit.
Pada tahun 2006, timbul lagi aturan baru berupa Permendagri Nomor 13 Tahun
2006. Hingga sekarang Permendagri tersebut telah mengalami beberapa
perubahan.

Perubahan akan terus terjadi, dan hingga tahap sekarang ini aturan teknis
pengelolaan keuangan negara belum final, akan selalu terdapat perubahan. PP
Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP menganut asas kas menunju akrual (cash
towards accruals). Sementara itu dalam UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara pasal 12 dan 13 dinyatakan bahwa APBN dan APBD
menggunakan dasar akrual. Penggunaan dasar akrual ini menurut UU, sudah
harus dilaksanakan selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008 (UU Nomor 1
Tahun 2004 pasal 70). Pemerintah belum bisa melaksanakan basis akrual tahun
2008, maka tahun 2010 dilaksanakan revisi terhadap SAP dengan ditetapkannya
PP 71 Tahun 2010.

Dalam implementasinya, akuntansi pemerintahan mengalami kendala. Hal ini


dikarenakan prasyarat adanya akuntan yang terlatih yang mengerjakan semua itu.
Kendala sumber daya manusia menjadi permasalahan yang serius di dalam
implementasi Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) di pemerintahan daerah.
Berbeda dengan pemerintah pusat, yang memiliki Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara (STAN) yang fokus pada penyediaan tenaga akuntan tingkat pelaksana di
pemerintah pusat, pemerintah daerah otomatis harus menyediakan tenaga
akuntannya sendiri. Masalah yang sering dihadapi oleh pemerintah daerah adalah:
1. Tenaga akuntan didapat dari pendidikan tinggi yang tidak spesifik
mempelajari akuntansi.
2. Rekruitmen dari tenaga akuntan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
memerlukan waktu perencanaan dan strategi yang matang.
3. Karakteristik pemerintah daerah yang belum menempatkan pegawainya
dengan prinsip the right man in the right place, terutama untuk akuntan.
Sering dilaksanakan rotasi jabatan.
4. Tuntutan UU terhadap bagian keuangan yang memahami secara utuh
akuntansi dan peraturan perundang-undangannya. Memahami UU Keuangan
Negara saja belum cukup untuk menjadi akuntan di pemerintah daerah.
Diperlukan pemahaman yang lengkap terhadap akuntansi dan peraturan
perundang-undangannya.
15

Strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka menutup
kebutuhan tenaga akuntan adalah:
1. Mengangkat lulusan jurusan akuntansi dan menempatkannya di Badan
Pengawas Keuangan Daerah (BPKD), dinas, atau bagian keuangan untuk
mengerjakan proses akuntansi. Sementara itu untuk mendidik akuntan, perlu
sumber daya yang memadai. Mahasiswa akuntansi harus menempuh
pendidikan 144 SKS (kira-kira 4 tahun) sebagai sarjana akuntansi. Fokus
sarjana akuntansi adalah akuntan bisnis, bukan akuntansi pemerintahan.
Akuntansi pemerintahan hanyalah mata kuliah minor dan pilihan, bukan mata
kuliah utama. Akibatnya ketertarikan mahasiswa sedikit karena bukan kajian
utama.

2. Mengangkat banyak akuntan menjadi PNS sementara kapasitas pengangkatan


PNS oleh Pemda terbatas. Strategi pertama nampaknya sulit untuk dilakukan
karena keterbatasan formasi pegawai untuk pengangkatan akuntan.
Seringkali berpindahnya lulusan akuntan ke bagian yang bukan bidang
akuntansi menjadi permasalahan juga. Disamping itu, kebutuhan Pemda
bukan hanya akuntan, tetapi lulusan perguruan tinggi dari multi disiplin.

3. Strategi lainnya adalah mendidik PNS yang ada di pemerintah daerah dengan
serangkaian pendidikan akuntansi pemerintahan. Pendidikan akuntansi
pemerintahan harus berlandaskan logika akuntansi ilmiah, dan bukan
berfokus pada aturan. Aturan seringkali berubah, sebagai contoh,
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 yang empat tahun kemudian diganti
dengan Kepmendagri Nomor 13 Tahun 2006. Untuk mengantisipasi
perubahan tersebut, tentu pemerintah daerah harus memiliki tenaga yang
cukup andal dalam menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahan (SAP). Apalagi
urusan sistem akuntansi pemerintahan sekarang bukan lagi monopoli
pemerintah pusat, namun telah menjadi kewenangan dari pimpinan
pemerintah daerah. Rasionalnya aturan selalu berubah, namun logika
akuntansi akan tetap. Oleh karena itu dibutuhkan perumusan mengenai
konsep akuntansi yang sedang terbangun dan akan digunakan sebagai basis
perubahan.

4. Pendidikan akuntansi (dan bukan sosialisasi aturan akuntansi) di pemerintah


daerah terutama untuk para pengelola keuangan daerah, akan sangat
bermanfaat. Hal ini dikarenakan:
• Aturan dalam akuntansi yang cepat sekali berubah.
• Pemerintah daerah adalah pihak yang menetapkan sistem akuntansi.
• Tingginya turnover pegawai akuntansi di pemerintah daerah,
mengakibatkan perlunya pendidikan yang lengkap bagi pegawai yang
baru.

MASA DEPAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Permasalahan yang perlu dikaji saat ini adalah:


16

”Apakah pendidikan akuntansi bagi pemerintah daerah telah telah berbasiskan


pada suatu kerangka pendidikan akuntansi yang mampu mengantisipasi perubahan
peraturan dalam keuangan dan akuntansi pemerintahan daerah atau hanya
sekedar memahami peraturan yang ada dan mematuhinya, yang kemudian akan
berubah di masa depan?”

Jawaban sementara tentunya adalah tahap sekarang pendidikan akuntansi di


pemerintah daerah baru pada tahap memahami peraturan yang ada dan berusaha
mematuhinya. Jika di masa depan ada perubahan aturan maka aturan akuntansi
yang lama dianggap berubah sama sekali dan sulit untuk mengantisipasi
perubahan aturan.

Pendidikan akuntansi pemerintahan dapat disusun dengan menggunakan


kerangka pendidikan akuntansi yang telah digunakan dalam pendidikan tinggi
akuntansi. Di dunia pendidikan akuntansi, seorang mahasiswa yang akan
menyelesaikan pendidikan sebagai sarjana akuntansi wajib menempuh mata
kuliah Akuntansi Keuangan yang terdiri dari:
1. Pengantar Akuntansi I
2. Pengantar Akuntansi II
3. Akuntansi Keuangan Menengah I
4. Akuntansi Keuangan Menengah II
5. Akuntansi Keuangan Lanjutan I
6. Akuntansi Keuangan Lanjutan II

Referensi utama akuntansi keuangan di Indonesia adalah Prinsip-prinsip


Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) di Indonesia, terutama Standar Akuntansi
Keuangan (SAK). Mata kuliah relevan lainnya adalah mata kuliah Akuntansi
Manajemen, Auditing, dan Sistem Informasi. Sarjana akuntansi lulusan perguruan
tinggi negeri di Indonesia, sebenarnya difokuskan untuk mempersiapkan mereka
menjadi lulusan yang siap bekerja di dunia swasta.

Salah satu sebab tidak menariknya mata kuliah akuntansi pemerintahan


barangkali karena mata kuliah akuntansi pemerintahan sebelum munculnya
Standar Akuntansi Pemerintahan, hanya membahas anggaran pemerintah pusat
dan akuntansi pemerintahan di Amerika Serikat yang gagal diterapkan di
Pemerintahan Indonesia. Materi akuntansi pemerintahan yang demikian tentu
saja mendekati pepatah ’Jauh panggang dari api’. Terlalu jauh antara praktek di
pemerintahan dengan apa yang diajarkan di bangku perkuliahan. Oleh karena itu,
sekaranglah saatnya dunia pendidikan mereformasi pendidikan akuntansi
pemerintahan dengan materi-materi baru yang membahas teori serta praktek
akuntansi pemerintahan di Indonesia. Sebagai ilustrasi, pada Program Pendidikan
Profesi Akuntansi dan Magister akuntansi, telah terdapat pembahasn Akuntansi
Pemerintahan secara Khusus dan Program Kekhususan Keuangan dan Akuntansi
Pemerintahan, dengan fokus pada akuntansi keuangan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Konsentrasi ini didesain untuk memberikan bekal teknis bagi
para mahasiswa untuk memahami akuntansi yang diterapkan pada pemerintahan.
17

Apabila dilihat dari perkembangan akuntansi pemerintahan, maka model


pengembangan mata kuliah akuntansi pemerintahan dapat dirumuskan dalam
materi-materi sebagai berikut:
1. Akuntansi Keuangan Pemerintah
2. Akuntansi Manajemen dan Anggaran Pemerintah
3. Auditing Laporan Keuangan Pemerintah

Materi buku ini akan difokuskan pada akuntansi keuangan pemerintahan dengan
menjelaskan konsep-konsep dasar akuntansi pemerintahan. Pembahasan
dihindarkan sebisa mungkin membahas konsep dasar dan bukan aturan/regulasi
akuntansi pemerintahan. Konsep dasar akan berguna bagi mahasiswa untuk
menyikapi perubahan-perubahan yang akan terjadi di aturan keuangan dan
akuntansi pemerintahan. Alasan fokus pada akuntansi keuangan:
1. Akuntansi keuangan adalah state of the art dari akuntansi itu sendiri, dimana
kecanggihan dan reformasi akuntansi ditunjukkan dalam akuntansi
pemerintahan.
2. Materi akuntansi keuangan merupakan materi dasar.
3. Audit laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi keuangan.

MATERI BUKU

Materi buku ini merupakan materi buku tingkat pengantar dan intermediate. Para
pembaca diasumsikan telah memiliki pengetahuan mengenai dasar-dasar
akuntansi swasta. Pengetahuan dasar ini perlu untuk mengantarkan pemahaman
yang lebih mendalam terhadap materi akuntansi pemerintahan. Materi buku ini
diupayakan sebisa mungkin menghindari aturan perundang-undangan, yang bagi
beberapa orang aturan perundang-undangan ini menjadi hal yang menyulitkan.

Materi pembahasan Akuntansi Pemerintah, dapat dirinci sebagai berikut:


1. PENDAHULUAN
2. KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN
3. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI PEMERINTAHAN
4. SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA, ANGGARAN DAN AKUNTANSI
5. PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
6. SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN: BUKTI TRANSAKSI DAN JURNAL
7. SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN: BUKU BESAR DAN NERACA SALDO
8. SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN: PENYESUAIAN DAN NERACA LAJUR
9. SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN: PENYELESAIAN DAN KOREKSI
10. SOAL KOMPREHENSIF SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Secara skematis, sistematika pembahasan dalam buku ini dapat digambarkan


seperti berikut ini:
18

Pendahuluan (Bab 1)
Keuangan Negara dan Akuntansi Pemerintahan (Bab2)
Prinsip-Prinsip Akuntansi Pemerintahan (Bab 3)

Siklus
Bab 5 Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan
Pengelolaan
Bab 6 Siklus Akuntansi Pemerintahan-Bukti Transaksi
Keuangan Negara,
dan Jurnal
Anggaran dan
Bab 7 Siklus Akuntansi Pemerintahan-Buku Besar dan
Akuntansi (Bab 4)
Neraca Saldo
Bab 8 Siklus Akuntansi Pemerintahan-Penyesuaian dan
Neraca Lajur
Bab 9 Siklus Akuntansi Pemerintahan-Penyelesaian dan
Persamaan Dasar Koreksi.
Akuntansi
Pemerintahan
(Bab 5)

Bab 10 Soal Komprehensif Siklus Akuntansi Pemerintahan

Gambar 1.3
Sistematika Pembahasan

Setiap bab dari buku ini dilengkapi dengan: 1) pertanyaan, 2) soal, dan 3) tugas.
Disamping itu, disediakan pula buku tanya jawab akuntansi pemerintahan, berupa
manual penyelesaian soal-soal yang ada di buku ini.

UNTUK SIAPA BUKU INI DITULIS?

Buku ini ditulis dengan tujuan untuk membantu pemahaman akuntansi yang
selama ini acapkali dikacaukan dengan anggaran. Anggaran bukanlah akuntansi,
dan akuntansi tidak sama dengan anggaran. Namun akuntansi dan anggaran di
pemerintahan tidak dapat dipisahkan. Pemahaman akuntansi yang benar akan
menuntun kita untuk tidak terpaku dan berfokus pada aturan, namun akan
mendapatkan pemahaman akuntansi yang lebih rasional. Buku ini ditujukan
kepada:
1. Para manajer di level Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/ Kota yang
berkaitan dengan anggaran dan pelaporan Akuntansi Pemerintah.
2. Anggota DPRD, sebagai wakil rakyat yang akan menganalisis Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah.
3. Auditor dan pembuat kebijakan akuntansi pemerintah.
4. Mahasiswa Jurusan Akuntansi
19

5. Dosen Akuntansi Pemerintahan


6. Peminat Akuntansi Pemerintahan

Buku ini diharapkan akan memberikan wawasan sebagai pengantar memahami


aturan-aturan yang berlaku dalam bidang akuntansi pemerintahan daerah. Perlu
diingat bahwa aturan (seperti UU dan aturan lainnya) akan selalu berubah, maka
penulis menghimbau agar para pembaca membekali diri dengan ilmu akuntansi
sehingga dapat mengatasi hambatan untuk bekerja dengan lebih baik.

PERTANYAAN

1. Mengapa bidang akuntansi sektor publik sebagian besar merupakan pemerintahan


2. Jelaskan level pemerintahan di Indonesia, mulai dari pusat, provinsi, kabupaten dan
kota. Siapakah penguasa di setiap level tersebut?
3. Jelaskan perbedaan setiap level pemerintahan dari segi pendapatan pemerintah
tersebut
4. Jelaskan perbedaan setiap level pemerintahan dari segi pengeluaran/belanja
pemerintah tersebut
5. Jelaskan perbedaan setiap level pemerintahan dari segi pembiayaan pembangunan
pemerintah tersebut.
6. Jelaskan perbedaan laporan keuangan pemerintah dengan laporan keuangan swasta
7. Jelaskan keidentikan laporan keuangan pemerintah berbasis akrual dengan laporan
keuangan swasta.
8. Identifikasi permasalahan dalam akuntansi pemerintah Indonesia.
9. Jelaskan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia beserta proses penyusunan
dan standard setter masing-masing standar akuntansi.
10. Bagaimana posisi standar akuntansi pemerintah dibandingkan dengan standar
akuntansi yang lainnya yang berlaku di Indonesia dan yang berlaku secara
internasional.

SOAL-SOAL

1. Diskusikan teori old public administration, new public management dan new public
service pengaruhnya terhadap akuntansi pemerintah.
2. Diskusikan pengaruh regulasi keuangan negara dan akutansi yang berpengaruh
terhadap pengakuan, pengukuran dan pengungkapan pelaporan keuangan
pemerintah.
3. Diskusikan evolusi format laporan keuangan pemerintah sejak tahun sebelum tahun
2001 hingga sekarang. Apakah pengaruh adanya good governance terhadap
akuntansi pemerintah?
20

TUGAS

Mahasiswa diminta untuk mendapatkan satu laporan keuangan pemerintah lengkap


untuk tahun-tahun terakhir, dan satu laporan keuangan swasta untuk tahun-tahun
terakhir. Mahasiswa diminta untuk membandingkan:
1. Format laporan keuangan pemerintah dan swasta
2. Mendeskripsikan perbedaan laporan keuangan dengan menulis laporan mini riset
berdasarkan studi kasus.
3. Studi kasus ditulis dengan metodologi ilmiah.
Setelah membaca bab 2, diharapkan mahasiswa dapat menganalisis
perubahan paradigma dalam pengelolaan keuangan Negara terutama yang
berkaitan dengan akuntansi pemerintahan, perubahan basis akuntansi yang
dianut pemerintah Indonesia dan mampu membandingkan dengan basis
akuntansi yang berlaku secara internasional. Mahasiswa diharapkan mampu
memahami esensi perubahan dalam regulasi keuangan dan akuntansi
pemerintahan dan mampu mengantisipasi perubahan di masa depan.

Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca mampu untuk:


1. Menjelaskan latar belakang reformasi keuangan negara.
2. Mengetahui bentuk reformasi keuangan negara.
3. Mengetahui landasan hukum dan berbagai produk hukum yang berkaitan
dengan reformasi keuangan negara.
4. Mengetahui lingkup pengelolaan keuangan negara.
5. Mengetahui lingkup pengelolaan keuangan daerah.
6. Menjelaskan azas-azas dalam pengelolaan keuangan negara.
7. Menjelaskan kekuasaan dan proses pendelegasian wewenang pengelolaan
keuangan negara.
8. Menjelaskan kekuasaan dan proses pendelegasian wewenang pengelolaan
keuangan daerah.
9. Menjelaskan perubahan paradigma dalam akuntansi pemerintahan beserta
aspek-aspeknya.
10. Menjelaskan pengertian akuntansi dasar kas (cash basis), dasar kas
modifikasian (modified cash basis), dasar akrual modifikasian (modified accrual
basis), dan dasar akrual (accrual basis).
11. Menjelaskan perbedaan akuntansi dasar kas (cash basis), dasar kas
modifikasian (modified cash basis), dasar akrual modifikasian (modified accrual
basis), dan dasar akrual (accrual basis).
12. Menjelaskan pengertian teknik pembukuan tunggal (single entry) dan
pembukuan berpasangan (double entry).
13. Menjelaskan pengertian dan perbedaan laporan anggaran dan laporan
akuntansi.
2

LATAR BELAKANG REFORMASI KEUANGAN NEGARA


Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik yaitu mengacu
pada penerapan prinsip good governance, pemerintah Republik Indonesia telah
melakukan reformasi di bidang pengelolaan/manajemen keuangan negara.
Reformasi manajemen keuangan negara merupakan salah satu agenda yang terus
dilaksanakan Pemerintah Indonesia, baik pada pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Salah satu pertimbangan yang melatarbelakangi reformasi
pengelolaan keuangan negara ini adalah perubahan sistem pemerintahan.

Otonomi daerah yang dimulai tahun 2001 berdampak pada perubahan hubungan
keuangan antara pusat dan daerah dimana sebagian besar urusan fungsi
pemerintahan yang menyangkut pelayanan dasar diserahkan penanganannya
kepada pemerintah daerah, termasuk pengelolaan anggaran yang digunakan
untuk belanja atas pelayanan-pelayanan dasar wajib tersebut. Hal ini mutlak
memerlukan suatu metode pengawasan yang memadai. Salah satu bentuknya
adalah keterlibatan masyarakat (stakeholder).

Bentuk reformasi pengelolaan keuangan negara ini antara lain dilakukan dengan
cara:
• Penataan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum.
• Penataan kelembagaan.
• Penataan sistem pengelolaan keuangan negara.
• Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan.

Untuk melaksanakan reformasi manajemen keuangan negara baik pada


pemerintah pusat maupun pemerintah daerah diperlukan landasan hukum yang
memadai dan andal. Pada tahun 2004 telah ditetapkan UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai pengganti UU
Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999. Setelah perubahan
dimaksud, produk hukum yang mendasari pengelolaan keuangan negara/daerah
selengkapnya sebagai berikut:
a. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
b. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
c. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara.
d. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
e. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah.
f. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum.
g. PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan PP 71
Tahun 2010.
h. PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
i. PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah.
3

Tiga undang-undang pertama dikenal sebagai paket undang-undang di bidang


keuangan negara.

LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN NEGARA

Manajemen/pengelolaan keuangan negara meliputi penerimaan dan pengeluaran


uang melalui Kas Umum Negara baik secara objek, subjek, proses dan tujuan.
Fokus pengelolaan keuangan negara/daerah tidak hanya pada arus kas, tetapi juga
utang, piutang, dan aset jangka panjang. Dalam melakukan pengelolaan keuangan
tidak hanya memperhatikan kepentingan satu tahun anggaran tetapi
menggunakan perspektif waktu jangka panjang.

Pasal 1 butir (5) PP Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(PKD) mengartikan Keuangan Daerah sebagai ”semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan
uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah tersebut”. Selanjutnya Pasal (2) menyebutkan bahwa
pengelolaan keuangan daerah mencakup:
a. Hak daerah memungut pajak-retribusi daerah dan melakukan pinjaman.
b. Kewajiban daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan
membayar tagihan.
c. Penerimaan daerah.
d. Pengeluaran daerah.
e. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain: uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain.
f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah.

AZAS-AZAS DALAM KEUANGAN NEGARA

Dalam rangka pengelolaan keuangan negara dikenal adanya beberapa azas yang
sudah lazim digunakan selama ini yaitu:
1. Azas tahunan, artinya membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun
tertentu.
2. Azas universalitas mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan
utuh dalam dokumen anggaran.
3. Azas spesialitas mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci
secara jelas peruntukannya.
4. Azas kesatuan menghendaki agar semua pendapatan dan belanja
negara/daerah disajikan dalam satu dokumen anggaran.

Selanjutnya pengelolaan keuangan negara/daerah juga mengadopsi azas-azas


baru yang berasal dari best practises yang telah diterapkan di berbagai negara
untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan keuangan negara/daerah secara
akuntabel dan transparan. Azas-azas dimaksud terdiri dari:
1. Akuntabilitas berorientasi pada hasil
4

Pemerintah wajib mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan negara,


baik pertanggungjawaban keuangan (financial accountability) maupun
pertanggungjawaban kinerja (performance accountability).
2. Profesionalitas
Keuangan negara harus dikelola secara profesional. Oleh karena itu sumber
daya manusia di bidang keuangan harus profesional, baik di lingkungan
Bendahara Umum Negara/Daerah maupun di lingkungan Pengguna
Anggaran/Barang.
3. Proporsionalitas
Sumber daya yang tersedia dialokasikan secara proporsional terhadap hasil
yang akan dicapai. Hal ini diakomodasi dengan diterapkannya prinsip
penganggaran berbasis kinerja.
4. Keterbukaan
Pengelolaan keuangan dilaksanakan secara transparan, baik dalam
perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban,
maupun hasil pemeriksaan.
5. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri
Pemeriksaan atas tanggung jawab dan pengelolaan keuangan negara/daerah
dilakukan oleh badan pemeriksa yang independen, dalam hal ini adalah Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Pemeriksaan oleh BPK dilaksanakan sesuai dengan
amanat undang-undang dan hasil pemeriksaan disampaikan langsung kepada
parlemen. Kedudukan BPK terhadap pemerintah adalah independen, dengan
kata lain BPK merupakan external auditor pemerintah.

KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

Berdasarkan Pasal 6 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,


Presiden selaku kepala pemerintahan adalah pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan negara. Untuk membantu Presiden dalam pelaksanaan kekuasaan
tersebut maka sebagian wewenang:
a. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil
pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan.
b. Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang kementerian/lembaga yang dipimpinnya.
c. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan
daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah
dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada


hakekatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia,
sementara setiap menteri/pimpinan lembaga pada hakekatnya adalah Chief
Operasional Officer (COO) untuk suatu fungsi pemerintah tertentu.

Secara singkat, proses pendelegasian wewenang pengelolaan keuangan negara


adalah:
Keuangan negara disahkan oleh DPR atau DPRD menjadi UU atau Peraturan
Daerah (Perda) → Presiden dan Kepala Daerah adalah pelaksana UU atau Perda →
5

Presiden mendelegasikan wewenangnya kepada Menteri Keuangan sedangkan


Kepala Daerah mendelegasikan wewenangnya kepada Sekretaris Daerah.

KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Gambar di bawah ini merupakan skema pembagian kekuasaan Pengelola


Keuangan Daerah (PKD).

CHIEF EXECUTIVE OFFICER


GUBERNUR/BUPATI/
WALIKOTA

SEKRETARIS DAERAH

CHIEF OPERATING OFFICER CHIEF FINANCIAL OFFICER


SKPD PENGGUNA ANGGARAN SKPKD/PPKD/BUD

KUASA PENGGUNA ANGGARAN KUASA BUD

Ket:
SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah PPKD = Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
SKPKD= Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah BUD = Bendahara Umum Daerah

Gambar 2.1
Pengelolaan Keuangan Daerah

Pada pemerintah daerah, kekuasaan untuk mengelola keuangan daerah yang


diterima oleh gubernur/bupati/walikota dilaksanakan oleh:
a. Sekretaris Daerah sebagai koordinator dalam pengelolaan keuangan daerah (PP
Nomor 58 tahun 2005). Sekretaris Daerah bertugas dalam mengkoordinasikan
pengelolaan keuangan daerah. Disamping itu Sekretaris Daerah adalah sebagai
pimpinan tim anggaran pemerintah daerah dan memberikan persetujuan
pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran-Satuan Kerja Perangkat Daerah
(DPA-SKPD).
b. Satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD
sebagai CFO, dan
c. Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna
anggaran/barang daerah sebagai COO.
6

PERUBAHAN PARADIGMA AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Reformasi dalam keuangan negara di Indonesia erat kaitannya dengan akuntansi


pemerintahan karena aspek akuntansi yang paling terpengaruh oleh reformasi
keuangan negara tersebut adalah akuntansi pemerintahan. Sedangkan aturan
yang paling berpengaruh adalah UU mengenai Keuangan Negara dan
Perbendaharan Negara. Dengan adanya Peraturan Pemerintah (PP) mengenai
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) maka lengkap sudah infrastruktur
akuntansi dalam pemerintahan, dan tumbuhlah suatu cabang baru yang
membentuk paradigma menjadi suatu bidang kajian yang penulis sebut dengan
akuntansi pemerintahan.

Paradigma merupakan cara pandang terhadap suatu realitas. Seperti halnya


reformasi keuangan negara di Indonesia, paradigma dalam akuntansi
pemerintahan pun telah berubah, dari mekanistik dan birokratik menjadi lebih
fleksibel, dinamis dan lebih bersifat bisnis. Perubahan yang signifikan ini dapat
dielaborasi dalam beberapa aspek.

Aspek akuntansi pemerintah yang mengalami perubahan yang signifikan antara


lain adalah sebagai berikut:

1. Pengakuan dan Pengukuran Dasar Kas menuju Dasar Akrual


Aspek pertama perubahan akuntansi pemerintahan adalah perubahan dari
dasar kas menjadi dasar akrual. Untuk menuju dasar akrual, maka diperlukan
masa transisi atau penyesuaian dengan kondisi masing-masing entitas dimana
akuntansi pemerintahan diaplikasikan. Studi International Federation of
Accountant (IFAC) dan Public Sector Committee (PSC) mengidentifikasi bahwa
antara dasar kas dan dasar akrual terdapat 2 modifikasi yang dipakai, yaitu 1)
dasar modifikasi kas (modified cash basis) dan 2) dasar modifikasi akrual
(modified accrual basis). Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

Modified Modified
Cash Accrual
Cash Accrual

Gambar 2.2
Skema Dasar Akuntansi

Transisi antara masing-masing dasar akuntansi berbeda dari satu negara ke


negara lain. Hal ini tergantung dari:
a. Kondisi sosial dan politik negara yang bersangkutan.
b. Dasar akuntansi yang digunakan sekarang.
c. Kualitas dan jangkauan informasi yang tersedia.
d. Sumber daya yang dialokasikan untuk transisi tersebut.
e. Periode waktu yang disediakan untuk transisi menuju dasar akrual.

Secara teoritis, manfaat dari dasar akrual jauh lebih besar daripada dasar kas.
Oleh karena itu, mengaplikasikan dasar akrual merupakan tujuan dari
7

akuntansi pemerintahan. Namun demikian perlu dipertimbangkan apakah


tujuan akuntansi pemerintahan itu sesuai dengan tujuan nasional dari masing-
masing negara. Jika manfaat yang dihasilkan oleh penerapan dasar akrual
lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan untuk penerapan dasar akrual
tersebut, maka dasar modifikasi kas atau modifikasi akrual lebih tepat
digunakan di negara tersebut.

Dasar Kas (Cash Basis) adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi
dan kejadian pada saat kas diterima atau dibayarkan. Fokus
pengukurannya ada pada saldo kas dan perubahan saldo kas, yaitu
mengukur hasil-hasil keuangan untuk satu periode dengan membedakan
antara kas yang diterima dan kas yang dikeluarkan. Dasar ini meliputi
pembahasan mengenai saldo kas, penerimaan kas, dan pengeluaran kas.
Keterbatasan dasar kas, antara lain adalah:
• Pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi yang lebih
kompleks yang tidak dapat disediakan oleh akuntansi dasar kas.
• Informasi dasar kas kurang relevan bagi para pengambil keputusan,
karena dasar kas hanya berfokus pada aliran kas dan mengabaikan
aliran sumber daya lainnya.
• Akuntansi dasar kas tidak dapat memberikan informasi modal
(aktiva) secara akurat.
• Publik mempunyai keterbatasan untuk meminta pertanggungjawaban
pemerintah atas penggunaan sumber daya. Informasi dasar kas
berarti pemerintah mempertanggungjawabkan kas yang digunakan,
tetapi tidak disebutkan pertanggungjawaban atas aktiva dan
kewajiban.

Dasar Kas Modifikasian (Modified Cash Basis) pada dasarnya mirip


dengan dasar kas dalam mengakui transaksi dan kejadian pada saat kas
diterima atau dibayarkan, hanya saja diantara keduanya terdapat
beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut antara lain karena pada dasar
kas modifikasian:
• Pembukuan masih dibuka pada akhir periode dengan ditambah suatu
jangka waktu tertentu setelah tahun buku.
• Penerimaan dan pengeluaran yang terjadi selama periode
perpanjangan tersebut, namun berasal dari transaksi periode
sebelumnya, diakui sebagai pendapatan dan pengeluaran dari tahun
fiskal sebelumnya.
• Arus kas pada awal periode pelaporan yang telah
dipertanggungjawabkan pada periode sebelumnya, dikurangkan dari
aliran kas periode saat ini.

Terdapat persamaan antara dasar kas dan dasar kas modifikasian, yaitu
dalam hal pengakuan dan pelaporan saldo kas. Hanya saja, dalam dasar
kas modifikasian masih dibuka pembukuan untuk mengakui suatu jumlah
yang diterima dan dibayar selama periode perpanjangan tertentu. Pos-
pos dasar kas modifikasian dan dasar kas adalah pos-pos dasar kas
modifikasian termasuk saldo neto jumlah diterima dan dibayar selama
periode tertentu yang terjadi di periode sebelumnya.
8

Dasar Akrual Modifikasian (Modified Accrual Basis) mengakui


transaksi dan peristiwa pada saat transaksi atau peristiwa terjadi, dan
bukan pada saat kas diterima atau dibayarkan. Perbedaan utama dasar
akrual modifikasian dari dasar akrual adalah:
• Aset fisik dibiayakan (expensed) pada waktu pembelian.
• Seluruh aset dan kewajiban lainnya diakui seperti dasar akrual.

Elemen-elemen yang diakui dalam dasar akrual modifikasian, adalah:


• Aset-aset Keuangan
• Kewajiban
• Kewajiban Bersih/ Aset-aset Keuangan Bersih
• Pendapatan dan Biaya Modifikasi Akrual
Dasar akrual modifikasian menyediakan informasi mengenai sumber
daya, alokasi sumber daya dan penggunaan sumber-sumber keuangan
bagi para pemakai laporan keuangan.

Dasar Akrual (Accrual Basis) mengakui transaksi dan peristiwa pada


saat transaksi atau peristiwa terjadi, dan bukan saat kas diterima atau
dibayarkan. Elemen dasar akrual adalah aset, kewajiban, laba bersih,
pendapatan dan biaya. Pengukuran akuntansi akrual berfokus pada
pengukuran sumber daya ekonomis dan perubahan sumber daya tersebut
pada suatu entitas. Model pelaporan pada dasar akrual yaitu Laporan
Posisi Keuangan (Neraca), Laporan Kinerja Keuangan dan Laporan Arus
Kas.

Secara skematis elemen adopsi dasar kas menuju dasar akrual dapat
digambarkan sebagai berikut:

Elemen Adopsi Dasar Kas menuju Dasar Akrual


Dasar Dasar
Dasar Dasar
Keterangan Modifikasi Modifikasi
Kas Akrual
Kas Akrual
Perbedaan pengukuran Banyak perbedaan Seragam

Jangkauan elemen laporan


keuangan: Lebih
Sederhana
• Definisi elemen kompleks
• Rincian definisi elemen

Pentingnya pertimbangan Sangat


Tidak penting
(judgements) dalam akuntansi penting

Biaya untuk pengembangan


dan monitoring sistem
Murah Mahal
akuntansi (dapat ditentukan
secara tepat).

Biaya dan manfaat dari masing-masing dasar akuntansi berbeda tergantung


kepada:
9

• karakteristik dan hakikat suatu entitas


• tipe dan tujuan laporan
• nilai informasi bagi pemakai
• biaya (cost) pengembangan dan pemeliharaan system

Manfaat-manfaat adopsi dasar kas menjadi akrual, dapat digambarkan sebagai


berikut:

Manfaat Adopsi Dasar Kas menjadi Dasar Akrual


Dasar Dasar
Dasar Dasar
Keterangan Modifikasi Modifikasi
Kas Akrual
Kas Akrual
Incremental Benefits less benefits more benefits
Improved Decision Making less quality of f.i.? more quality of f.i.?
Obligation to be Accountable less obligation more obligation
Opportunity Cost not having info having info

Cash toward accruals adalah suatu basis yang menyatakan bahwa mengakui
pendapatan dan belanja pada saat dikeluarkan kas; serta mengakui aset,
kewajiban dan ekuitas dana dengan dasar akrual (pada saat terjadinya
peristiwa atau transaksi). Pengertian dari berbagai variasi transisi antara cash
dan accrual adalah relatif, tergantung pihak yang mengeluarkan definisinya.
Untuk akuntansi pemerintahan di Indonesia, maka pembahasan cash toward
accruals akan menjadi lebih relevan. Hal ini dikarenakan di Indonesia
menggunakan istilah ini sebagai transisi menuju penerapan akrual di tahun
2009.

Jika pengertian dasar kas dan dasar akrual tidak diperdebatkan lagi oleh para
ahli akuntansi, lain halnya dengan modifikasi kas dan modifikasi akrual.
Beberapa penulis dan referensi menunjukkan penggunaan istilah modifikasi
kas dan modifikasi akrual dengan pengertian yang sangat bervariasi antara
satu dengan yang lain, tergantung penerapannya masing-masing.

2. Teknik Pembukuan Tunggal (Single Entry) menjadi Pembukuan


Berpasangan (Double Entry)

Pembukuan Tunggal (Single Entry) adalah tata cara pembukuan dengan


mencatat pada suatu pos laporan keuangan yang terpisah antara satu
sama lainnya. Pos-pos laporan keuangan dalam model pembukuan
tunggal hanya dicatat pada suatu pos saja dalam laporan keuangan, dan
tidak ada kaitannya antara satu pos dengan pos yang lain. Teknik
pembukuan single entry tidak mengkaitkan satu pos dengan pos yang lain,
masing-masing pos dalam laporan keuangan tidak memiliki hubungan
secara matematis dengan pos yang lainnya. Pada umumnya teknik
pembukuan tunggal diterapkan bersama dengan basis kas. Hal ini
dikarenakan, basis kas merupakan basis yang paling sederhana.
10

Sebagai contoh, sebelum reformasi akuntansi pemerintahan, semua


pencatatan di pemerintahan menggunakan sistem tata buku tunggal. Buku
tunggal yang dimaksud biasanya disebut buku kas umum.

Pembukuan Berpasangan (Double Entry). Pada tahun 1419 Luca


Pacioli, ahli matematika Italia, menerbitkan buku pertama akuntansi
tentang sistem pembukuan berpasangan. Sistem tata buku berpasangan
ini merupakan dasar yang kokoh bagi perkembangan akuntansi karena
dalam sistem ini setiap transaksi yang terjadi dicatat dengan
memperlihatkan kedua aspeknya (akun-akun dicatat dengan
pasangannya) sehingga menghasilkan keseimbangan.

Sejak digunakannya sistem tata buku berpasangan dalam akuntansi


pemerintahan, setiap pencatatan transaksi harus dianalisa terlebih
dahulu. Analisa dilakukan dengan menghubungkan transaksi dengan
persamaan akuntansi. Rasionalnya setiap transaksi akan mempengaruhi
persamaan akuntansi baik sisi debet (kiri) dan sisi kredit (kanan). Tata
buku berpasangan akan mencatat setiap transaksi di dua buku yang
berbeda. Apabila setiap transaksi langsung dicatat dalam dua atau lebih
buku yang berbeda maka tentu saja tidak praktis dan akan merepotkan.
Untuk meringkas kegiatan tersebut, maka transaksi dianalisis dan
hasilnya ditulis dalam bentuk jurnal, debet dan kredit.

3. Laporan Anggaran dan Laporan Akuntansi

Laporan Anggaran. Sebelum reformasi keuangan negara, penyelenggara


negara hanya diminta untuk melaporkan satu jenis laporan saja yaitu
laporan realisasi anggaran ditambah dengan nota perhitungan anggaran.
Laporan realisasi anggaran merupakan laporan yang dihasilkan dari
proses atau siklus anggaran (siklus anggaran akan dijelaskan lebih lanjut
pada bab 4).

Sementara itu, sejak berlakunya Undang-undang (UU) mengenai


Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003, semua Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) diwajibkan melaporkan laporan realisasi anggaran,
neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Adanya
perubahan ini diharapkan akan menunjukkan model peningkatan
akuntabilitas dalam akuntansi pemerintahan.

Laporan Akuntansi merupakan laporan yang dihasilkan dari proses


akuntansi (proses dan siklus akuntansi akan dijelaskan lebih lanjut pada
bab 4). Berdasarkan praktik akuntansi pemerintahan yang berkembang di
Indonesia, laporan akuntansi dapat dihasilkan dari proses akuntansi dan
tanpa proses akuntansi.

• Laporan yang dihasilkan dari proses akuntansi. Laporan ini


dihasilkan dari proses akuntansi dimulai dari pengidentifikasian bukti
11

transaksi, jurnal, buku besar, daftar saldo buku besar, dan


tersusunnya laporan. Laporan jenis pertama inilah yang dapat diaudit,
dan kemungkinan akan menghasilkan audit dengan opini wajar tanpa
syarat.
• Laporan yang dihasilkan tanpa proses akuntansi. Laporan ini
dihasilkan dengan menggunakan informasi penerimaan dan
pengeluaran kas, serta inventarisasi aset pada akhir tahun. Informasi
aset, kewajiban dan ekuitas dana dihasilkan dari informasi yang tidak
tersistem.

Laporan keuangan yang dihasilkan tanpa proses akuntansi, dapat


dipastikan banyak informasi yang tidak lengkap dan tidak akurat. Oleh
karena itu maka UU Perbendaharan Negara mewajibkan agar laporan
keuangan pemerintahan dihasilkan dari proses akuntansi. Selanjutnya,
untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan negara, maka laporan pertanggungjawaban keuangan
pemerintah harus disusun menurut Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP).

Teknik pembukuan dan dasar akuntansi berhubungan dalam hal


keduanya saling mendukung. Single entry mendukung basis kas. Double
entry mendukung basis akrual. Hubungan ini dapat digambarkan:

Basis Basis
Kas Akrual
Single Double
Entry Entry

Gambar 2.3
Hubungan Basis Kas, Basis Akrual, Single Entry, dan Double Entry

Menurut basis cash toward accrual yang dianut oleh Standar Akuntansi
Pemerintah Indonesia aset kewajiban dan ekuitas diakui berbasis akrual,
sementara pendapatan dan belanja diakui berbasis kas. Basis akrual di
pemerintah Indonesia mengakui transaksi pada saat terjadinya.

PERTANYAAN

1. Jelaskan latar belakang reformasi keuangan negara dan bentuknya


12

2. Sebutkan landasan hukum dan berbagai produk hukum yang berkaitan dengan
reformasi keuangan negara.
3. Sebutkan lingkup pengelolaan keuangan negara dan daerah
4. Jelaskan azas-azas dalam pengelolaan keuangan negara.
5. Jelaskan kekuasaan dan proses pendelegasian wewenang pengelolaan keuangan
Negara dan daerah.
6. Jelaskan perubahan paradigma dalam akuntansi pemerintahan beserta aspek-
aspeknya.
7. Jelaskan pengertian dan perbedaan akuntansi dasar kas (cash basis), dasar kas
modifikasian (modified cash basis), dasar akrual modifikasian (modified accrual
basis), dan dasar akrual (accrual basis).
8. Jelaskan pengertian teknik pembukuan tunggal (single entry) dan pembukuan
berpasangan (double entry).
9. Bagaimana hubungan antara teknik pembukuan dan dasar akuntansi. Analisa dan
ambil kesimpulan dari hubungan tersebut.
10. Jelaskan pengertian dan perbedaan laporan anggaran dan laporan akuntansi.

SOAL-SOAL

1. Diskusikan metode implementasi yang mungkin dilaksanakan untuk penerapan


basis akrual dalam akuntansi pemerintah Indonesia pada tahun 2015.
2. Diskusikan arah perubahan standar akuntansi pemerintah Indonesia setelah
implementasi basis akrual pada tahun 2015.
3. Diskusikan lembaga apa yang mungkin akan menjadi referensi acuan
pengembangan akuntansi pemerintah Indonesia setalah tahun 2015

TUGAS

Suatu pemerintah daerah memiliki realisasi pendapatan sebesar 100 juta dan belanja
sebesar 80 juta. Dari belanja tersebut, 60 juta sebagai belanja operasional dan 20 juta
sebagai belanja modal. Berikan contoh yang jelas, bagaimana pengakuan dan
pengukuran transaksi tersebut apabila menggunakan:
1. Basis Kas
2. Basis Modifikasi Kas
3. Basis Modifikasi Akrual
4. Basis Akrual
5. Basis Cash Toward Accrual yang berlaku di Indonesia.
BAB 3
PRINSIP-PRINSIP
AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Tujuan bab 3, adalah memahamkan pembaca mengenai prinsip, kerangka
konseptual, standar dan kebijakan akuntansi pemerintahan di Indonesia.
Pembaca diharapkan dapat menganalisis dan sintesa terhadap posisi prinsip,
kerangka konseptual, standar dan kebijakan akuntansi pemerintahan di
Indonesia dengan perkembangan referensi internasional dan penerapan praktis
dalam kebijakan akuntansi pemerintahan di dalam laporan keuangan
pemerintah Indonesia.

Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca mampu untuk:


1. Menjelaskan pengertian kerangka konseptual akuntansi pemerintahan.
2. Menjelaskan aspek-aspek penting dalam lingkungan akuntansi
pemerintahan yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tujuan
akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah.
3. Mengetahui entitas pelaporan keuangan pemerintah.
4. Mengetahui pengguna laporan keuangan pemerintah.
5. Menjelaskan tujuan umum pelaporan keuangan pemerintah.
6. Menjelaskan peranan laporan keuangan pemerintah.
7. Menjelaskan asumsi-asumsi dasar dalam pelaporan keuangan pemerintah.
8. Menjelaskan karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah.
9. Menjelaskan kendala informasi yan relevan dan andal dalam laporan
keuangan pemerintah.
10. Menjelaskan prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dalam akuntansi
pemerintahan.
11. Menjelaskan pengakuan dan pengukuran unsur laporan keuangan.
12. Menjelaskan esensi Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang berbasis
cash toward accrual dan akrual.
PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI PEMERINTAHAN, KERANGKA
KONSEPTUAL, STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DAN
KEBIJAKAN AKUNTANSI.
Prinsip-prinsip akuntansi pemerintah adalah keseluruhan konsep, ketentuan, cara,
prosedur, metode, teknik yang tersedia baik di Indonesia maupun di dunia
Internasional baik secara teoretis maupun praktis untuk mencatat, mengklasifikasi,
mengikhtisarkan, menyesuaikan, melaporkan dan menganalisis transaksi keuangan
pemerintah.
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah merupakan konsep dasar dalam
penyusunan standar akuntansi pemerintah, yang bersumberkan dari prinsip
akuntansi yang berterima umum. Kerangka konseptual ditetapkan bersama standar
Akuntansi Pemerintah dan menjadi pedoman penyusunan standar akuntansi.

Kaitan antara Kebijakan Akuntansi, Standar Akuntansi, Prinsip Akuntansi, dan PABU

Ketentuan/praktik yang tidak


Prinsip-prinsip akuntansi
diatur dalam standar akuntansi termasuk:
(accounting principles):
peraturan pemerintah atau badan lain,
semua konsep, ketentuan, prosedur, metoda, teknik,
kebiasaan, dan konvensi.
yang tersedia secara teoretis atau praktis .

Standar akuntansi (accounting standards) Praktik-praktik sehat (sound practices)

Prinsip Akuntansi Berterima Umum

Kerangka Konseptual dan Standar Akuntansi

Entitas Akuntansi Pemerintah mempertimbangkan PABU


dan memilih Kebijakan Akuntansi

Kebijakan Akuntansi (accounting policy):


konsep, ketentuan, prosedur, metoda, teknik, yang secara praktis digunakan oleh
entitas akuntansi untuk mencatat, mengklasifikasi, mengikhtisarkan, menyesuaikan,
melaporkan dan menganalisis transaksi keuangan suatu entitas akuntansi pemerintah.

Standar akuntansi pemerintah adalah konsep, ketentuan, cara, prosedur, metode,


teknik yang tersedia baik di Indonesia maupun di dunia Internasional baik secara
teoretis maupun praktis untuk mencatat, mengklasifikasi, mengikhtisarkan,
menyesuaikan, melaporkan dan menganalisis transaksi keuangan pemerintah, yang
telah dipilih oleh Badan yang berwenang untuk menyusun standar dan dikodifikasi
menjadi Standar.
Meskipun dinyatakan bahwa kerangka konseptual merupakan basis untuk
penyusunan standar akuntansi, namun dimungkinkan standar akuntansi
menyimpang dari kerangka konseptual. Kerangka konseptual akuntansi pemerintah
Indonesia menyatakan apabila ada pertentangan antara kerangka konseptual
akuntansi maka yang dipakai adalah standar akuntansi. Sebagai ilustrasi, dalam
Kerangka konseptual dinyatakan bahwa aset diakui berdasarkan nilai historis,
namun pengakuan persediaan dalam neraca pemerintah menggunakan nilai
pembelian terakhir. Ketidak sesuaian ini menunjukkan bahwa yang didahulukan
dalam praktik akuntansi pemerintah adalah standar akuntansi diatas kerangka
konseptual.
Kebijakan akuntansi adalah konsep, ketentuan, cara, prosedur, metode, teknik yang
dipilih dari PABU, Kerangka Konseptual, Standar, atau praktik sehat yang digunakan
dan dipilih oleh suatu entitas, kemudian ditetapkan sebagai kerangka penyusunan
laporan keuangan untuk periode tertentu.

Prinsip
Akuntansi
yang
berterima
Umum

Kerangka Kebijakan Standar


Konseptual
Akuntansi Akuntansi

Praktik-praktik
sehat (sound
practices)

Pemerintah sebagai lembaga yang khas memiliki sejarah tersendiri dalam


pengembangan prinsip-prinsip pemerintahannya. Di Amerika, pengembangan
prinsip-prinsip akuntansi pemerintahan sejajar dan berkembang sesuai dengan
perkembangan dalam bidang akuntansi swasta. Namun walaupun di Amerika
perkembangan akuntansi berkembang pesat, di Indonesia pengembangan akuntansi
terlihat stagnan. Hal ini disebabkan adanya UU yang menghambat perkembangan
akuntansi yaitu menurut ICW 1927 yang mewajibkan Negara menerapkan stelsel kas
dalam pengelolaan keuangan Negara. Akuntansi pemerintah di Indonesia baru
berkembang setelah ditetapkannya UU Keuangan Negara No. 17 Tahun 2003 tentang
kewajiban menggunakan basis akrual dalam pelaporan keuangan Negara.

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN


Kerangka konseptual akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip yang
mendasari penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Kerangka konseptual merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan, baik pemerintah pusat maupun daerah. Kerangka
konseptual merupakan acuan dan rujukan penting bagi penyusun standar yang
disebut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), penyusun laporan
keuangan, pemeriksa, dan para pengguna laporan keuangan dalam mencari solusi
atas permasalahan akuntansi yang mungkin belum dinyatakan dalam SAP.

LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Sebagaimana dijelaskan dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan,


lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap karakteristik
tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya. Berikut ini merupakan beberapa
aspek penting dari lingkungan pemerintahan yang perlu dipertimbangkan dalam
menentukan tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya.

1. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang diberikan


a. Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan
Pihak eksekutif menyusun anggaran dan menyampaikannya kepada pihak
legislatif untuk mendapatkan persetujuan. Setelah mendapat persetujuan, pihak
eksekutif melaksanakannya dalam batas-batas apropriasi dan ketentuan
perundang-undangan yang berhubungan dengan apropriasi tersebut. Pihak
eksekutif bertanggung jawab atas penyelenggaraan keuangan tersebut kepada
pihak legislatif dan rakyat.

b. Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar pemerintah


Tiga lingkup pemerintahan di Indonesia yaitu pemerintah pusat, pemerintah
propinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah yang menghasilkan
pendapatan (baik pajak maupun bukan pajak) yang lebih besar akan digunakan
sistem bagi hasil, alokasi dana umum, hibah, atau subsidi antar entitas
pemerintahan.

c. Adanya pengaruh proses politik


Salah satu ciri yang penting dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat dan
keseimbangan fiskal adalah berlangsungnya proses politik untuk
menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada di masyarakat.

d. Hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah


Seringkali efisiensi pelayanan yang diberikan pemerintah dibandingkan dengan
pungutan yang digunakan untuk pelayanan tersebut sulit diukur sehubungan
dengan monopoli pelayanan oleh pemerintah. Pengukuran kualitas dan
kuantitas berbagai pelayanan yang diberikan pemerintah adalah relatif sulit.

2. Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian


a. Anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan sebagai
alat pengendalian
Fungsi anggaran di lingkungan pemerintah mempunyai pengaruh penting
dalam akuntansi dan pelaporan keuangan, antara lain karena:
• Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.
• Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan
antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan.
• Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi
hukum.
• Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.
• Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan
pemerintah sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada
publik.

b. Investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan


Fungsi aset bagi pemerintah berbeda dengan fungsi bagi organisasi komersial.
Pemerintah menginvestasikan dana yang besar dalam bentuk aset yang tidak
secara langsung menghasilkan pendapatan bagi pemerintah, seperti gedung
perkantoran, jembatan, jalan, taman, dan kawasan reservasi. Sebagian besar
aset tersebut tidak menghasilkan pendapatan secara langsung bagi pemerintah,
bahkan menimbulkan komitmen pemerintah untuk memeliharanya di masa
mendatang.

c. Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan pengendalian


Akuntansi dana (fund accounting) merupakan sistem akuntansi dan pelaporan
keuangan yang lazim diterapkan di lingkungan pemerintah yang memisahkan
kelompok dana menurut tujuannya, sehingga masing-masing merupakan
entitas akuntansi yang mampu menunjukkan keseimbangan antara belanja dan
pendapatan atau transfer yang diterima. Akuntansi dana dapat diterapkan
untuk tujuan pengendalian masing-masing kelompok dana selain kelompok
dana umum (the general fund) sehingga perlu dipertimbangkan dalam
pengembangan pelaporan keuangan pemerintah.

ENTITAS PELAPORAN DAN PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN


PEMERINTAH

Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan, yang terdiri
dari:
• Pemerintah pusat
• Pemerintah daerah
• Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya,
jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi tersebut wajib
menyajikan laporan keuangan.

Kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah antara lain:


• Masyarakat
• Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa
• Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman
• Pemerintah

TUJUAN DAN PERANAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Tujuan umum pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan


informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan
membuat keputusan ekonomi, sosial, maupun politik.

Untuk memenuhi tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi


mengenai pendapatan, belanja, transfer, dana cadangan, pembiayaan, aset,
kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas suatu entitas pelaporan yang dituangkan
dalam empat laporan keuangan pokok yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Pelaporan keuangan oleh entitas pelaporan memiliki beberapa peran diantaranya


untuk kepentingan:

• Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

• Manajemen
Memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah.

• Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
(stakeholders).

• Keseimbangan antargenerasi (intergenerational equity)


Memberikan informasi mengenai kecukupan penerimaan pemerintah untuk
membiayai seluruh pengeluaran, dan apakah generasi yang akan datang akan ikut
menanggung beban pengeluaran tersebut.

ASUMSI DASAR PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan adalah anggapan yang diterima sebagai
suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan,
yang terdiri dari:

• Asumsi kemandirian entitas


Setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai
kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya
asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan
melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh.

• Asumsi kesinambungan entitas


Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan
berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak
bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.

• Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement)


Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang
diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar
memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.

KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu


diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Berikut
ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan
pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:

• Relevan
Relevan artinya informasi yang terdapat dalam laporan keuangan sesuai dengan
maksud/kepentingan para penggunanya serta berguna dalam proses pengambilan
keputusan. Informasi dikatakan relevan apabila: (1) memiliki manfaat umpan
balik (feedback value), (2) memiliki manfaat prediktif (predictive value), (3) tepat
waktu, dan (4) disajikan selengkap mungkin.

• Andal
Laporan keuangan dikatakan andal apabila informasi yang terdapat di dalamnya
tidak menyesatkan dan bebas dari kesalahan material, menyajikan setiap fakta
secara jujur, serta dapat diverifikasi (diuji). Informasi yang andal memenuhi
karakteristik: (1) penyajian jujur, (2) dapat diverifikasi (verifiability), dan (3)
netralitas.

• Dapat dibandingkan
Informasi dalam laporan keuangan dapat dibandingkan dengan laporan keuangan
periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.
Perbandingan dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.

• Dapat dipahami
Sedapat mungkin penyajian informasi dalam laporan keuangan dapat dipahami
oleh para pengguna. Informasi tersebut dinyatakan dalam bentuk serta istilah
yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.

KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN DAN ANDAL

Untuk mencapai kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan
laporan keuangan yang relevan dan andal seringkali menemui beberapa kendala
akibat adanya keterbatasan (limitation) ataupun karena alasan kepraktisan. Berikut
ini merupakan hal-hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan
laporan keuangan pemerintah, yaitu:
• Materialitas
Laporan keuangan pemerintah harus memuat informasi yang memenuhi kriteria
materialitas. Suatu informasi dikatakan material apabila kelalaian atau kesalahan
dalam penyajian informasi tersebut akan berpengaruh pada keputusan ekonomi
yang diambil para penggunanya.

• Pertimbangan biaya dan manfaat


Biaya yang dikeluarkan dalam penyusunan/penyajian informasi dalam laporan
keuangan harus lebih kecil dari manfaat yang bisa diperoleh atas informasi
tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semestinya
menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya
penyusunannya.

• Keseimbangan antar karakteristik kualitatif


Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu
keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan dari
laporan keuangan pemerintah.

PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN

Para pembuat standar akuntansi, penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan,


serta para pengguna laporan keuangan hendaknya dapat memahami dan mentaati
ketentuan atau prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan. Berikut ini adalah
delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan
pemerintah:

• Basis akuntansi
Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menentukan kapan
pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan pelaporan
keuangan. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah
adalah basis kas (cash basis) untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan basis akrual (accrual
basis) untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.
Dalam akuntansi berbasis kas, transaksi ekonomi dan kejadian lain diakui ketika
kas diterima dari kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah) atau
dibayarkan dari kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah).
Sedangkan dalam akuntansi berbasis akrual, transaksi ekonomi dan peristiwa-
peristiwa lain diakui pada saat terjadinya transaksi/peristiwa tersebut, bukan
pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.

Entitas pelaporan yang menyajikan Laporan Kinerja Keuangan diperkenankan


untuk menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan
menggunakan sepenuhnya basis akrual (fully accrual basis), baik dalam
pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan, maupun dalam pengakuan aset,
kewajiban, dan ekuitas dana. Namun, entitas pelaporan tersebut tetap menyajikan
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) berdasarkan basis kas. Rekonsiliasi dari LRA
berbasis akrual ke LRA berbasis kas wajib disajikan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK).

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
pemerintah diwajibkan menerapkan basis akuntansi akrual secara penuh atas
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja negara paling lambat tahun
anggaran 2008.

• Prinsip nilai historis (historical cost)


Dalam laporan keuangan, pencatatan aset dan kewajiban berdasarkan nilai
historisnya. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut
pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban tersebut di masa yang
akan datang.

Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih
obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat
digunakan nilai wajar.

• Prinsip realisasi (realization)


Dalam akuntansi komersial digunakan prinsip yang disebut penandingan antara
biaya dengan pendapatan (matching-cost against revenue principle) pada suatu
periode akuntansi. Berbeda dengan akuntansi komersial, akuntansi pemerintahan
menggunakan prinsip realisasi. Artinya, pendapatan yang tersedia dan telah
diotorisasikan melalui anggaran pemerintah pada suatu tahun fiskal akan
digunakan (direalisasikan) untuk membayar hutang dan belanja dalam periode
tersebut.

• Prinsip substansi mengungguli bentuk formal (substance over form)


Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa
lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu
dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan
hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak
konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus
diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
• Prinsip periodisitas (periodicity)
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu dibagi
menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan
posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang
digunakan adalah tahunan. Namun, periode bulanan, triwulanan, dan semesteran
juga dianjurkan.

• Prinsip konsistensi (consistency)


Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari
periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal
ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi
ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah
dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memberikan
informasi yang lebih baik dibanding metode lama. Pengaruh atas perubahan
penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

• Prinsip pengungkapan lengkap (full disclosure)


Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat
ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau Catatan atas
Laporan Keuangan.

• Prinsip penyajian wajar (fair presentation)


Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Faktor pertimbangan
sehat bagi penyusun laporan keuangan diperlukan ketika menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Pertimbangan sehat mengandung
unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian
sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak
dinyatakan terlalu rendah sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral dan
tidak andal.

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN

Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria


pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan
menjadi bagian yang melengkapi unsur dalam laporan keuangan (aset, kewajiban,
ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan). Kriteria yang perlu dipenuhi
oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui yaitu:
• Kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan terjadi.
• Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur
atau dapat diestimasi dengan andal.
• Perlu mempertimbangkan aspek materialitas.

Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan
setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan
menggunakan nilai perolehan historis. Pengukuran pos-pos laporan keuangan
menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing
dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Suatu standar akuntansi diturunkan dari kerangka konseptual. Standar Akuntansi


Pemerintahan (SAP) merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah. SAP dirumuskan oleh
sebuah komite independen yang disebut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
(KSAP). SAP ini dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) yang menyajikan secara terperinci elemen-elemen standar
akuntansi dalam pemerintahan.

Saat ini PSAP yang telah ditetapkan oleh KSAP adalah sebagai berikut:
1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan.
2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran.
3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas.
4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan.
5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan.
6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi.
7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap.
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan.
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban.
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan
Peristiwa Luar Biasa.
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian.

Dalam rangka memudahkan pemahaman dan penerapannya, diterbitkan pula


Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) dan Buletin
Teknis. IPSAP adalah klarifikasi, penjelasan dan uraian lebih lanjut atas PSAP.
Sedangkan Buletin Teknis adalah informasi yang memberikan arahan dan pedoman
dalam mengatasi masalah-masalah akuntansi dan pelaporan keuangan yang timbul.

Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, SAP ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah (terbaru adalah PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan). SAP diterapkan di lingkup pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah,
jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi tersebut wajib
menyajikan laporan keuangan.

Update dengan pp 71 tahun 2010


Sistem Akuntansi dan Pengukuran Kinerja

Sistem akuntansi berbeda dengan prinsip dan standar. Sistem akuntansi adalah
metode, prosedur, teknik, atau cara untuk mencatat, mengklasifikasi,
mengikhtisarkan, melaporkan dan memberi masukan analisis informasi keuangan
yang disediakan bagi suatu entitas. Pertimbangan utama dalam sebuah sistem
akuntansi adalah adanya pengendalian intern. Sistem akuntansi harus
memperhatikan lingkungan pengendalian, analisis risiko, aktivitas pengendalian,
komunikasi dan informasi, dan pemantauan (COSO, 2009).

Monitoring dalam Sistem Akuntansi Menurut Coso (2009)


Gambar 1

Namun sistem akuntansi tidak bisa dilepaskan dari Standar Akuntansi. Sistem
akuntansi pemerintahan pasti harus diatur dengan regulasi yang dibuat oleh
pemerintah dengan memperhatikan standar akuntansi. Sistem terdiri dari komponen
input, proses dan output. Komponen lainnya berupa outcome. Untuk menghitung
kinerja pemerintah daerah, maka diperlukan konsep efisiensi, efektivitas, dan
ekonomis dengan memperhatikan input, proses, output dan outcome.
Pemerintah menyusun sistem akuntansi pemerintahan yang mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintahan. Sistem akuntansi pemerintahan pada tingkat pemerintah
pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Sistem akuntansi pada tingkat
pemerintah daerah diatur dengan peraturan Gubernur/bupati/walikota, dengan
mengacu pada Peraturan Daerah tentang pengelolaan keuangan daerah yang
berpedoman pada peraturan pemerintah.

Didalam literatur sektor publik, maka kinerja keuangan dapat dilihat dari efisiensi,
efektivitas, dan ekonomis. Efisiensi terjadi apabila rasionalitas nilai anggaran
dibandingkan dengan nilai hasil kerja. Efektivitas terjadi apabila rasionalitas kerja
anggaran dengan pencapaian hasil. Ekonomi terjadi apabila terdapat penghematan
nilai anggaran dalam pencapaian hasil. Dalam penilaian akuntabilitas penganggaran
daerah, biasanya disertakan Equity yang merupakan ketepatan sasaran pemanfaat.
Mardiasmo (2002) dan Pendlebury (1996) dan DFid menggambarkan konsep efisien,
efektif dan ekonomi serta equity sebagai berikut
Economy
Efficiency
Effectiveness

Input Process Output Outcome Impact

e
s
Cost
s Effectiveness
Equity

E
Bahan dan Alat Masyarakat yang q Pelatihan dan praktik Terciptanya Pengurangan
untuk Pelatihan Las terlatih las lapangan kerja kemiskinan
Sebagai illustrasi, misalkan suatu kegiatan pelatihan las karbit untuk meningkatkan
jumlah entrepreneur las di perdesaan. Pelatihan tersebut diidentifikasi

Input Bahan Las Karbit, Peralatan Las Karbit, Pelatih Las Karbit dan Peserta
Proses Pelatihan peserta agar mahir dalam las karbit.
Output Jumlah tenaga terlatih las karbit
Outcome Meningkatnya jumlah entrepreneur di perdesaan.

Analisalah efisiensi, efektivitas, dan ekonomi pelatihan las karbit dengan


mempertimbangkan informasi berikut ini:
Input Las karbit
Input Peralatan Las Karbit
Input Pelatih Las Karbit

PERTANYAAN

1. Siapakah yang bisa memanfaatkan kerangka konseptual akuntansi pemerintahan


2. Sebutkan ciri utama struktur pemerintahan di Indonesia
3. Sebutkan ciri keuangan pemerintah Indonesia
4. Jelaskan asumsi dasar pelaporan keuangan pemerintah
5. Jelaskan dan berikan contoh karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah
6. Jelaskan kendala informasi yang relevan dan andal, berikan contoh factor lain untuk
mengatasi kendala tersebut.
7. Jelaskan persyaratan pengakuan dan pengukuran standar akuntansi pemerintah
Indonesia. Berikan contoh untuk masing-masing komponen
8. Jelaskan persyaratan pengungkapan di dalam standar akuntansi pemerintah
Indonesia.
9. Jelaskan mekanisme pencatatan basis cash toward accrual dan outputnya.
10. Jelaskan mekanisme pencatatan basis accrual dalam pemerintahan di Indonesia, dan
output yang dihasilkan dari basis akrual.

SOAL-SOAL

1. Diskusikan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk konteks Negara Indonesia.
2. Diskusikan alasan mengapa di Indonesia penyusun standar akuntansi pemerintah
hanya KSAP. Hal ini berbeda dengan penyusun standar akuntansi Amerika yang
terdiri dari GASB dan FASAB.
3. Basis cash toward accrual di Indonesia hanya berumur 10 tahun dari tahun 2005
sampai 2015. Jelaskan mengapa hal itu terjadi.

TUGAS
15

Dapatkan 1 kebijakan akuntansi untuk suatu entitas pemerintah di Indonesia.


Hubungkan butir-butir kebijakan akuntansi untuk entitas tersebut dengan standar
akuntansi yang relevan. Berikan referensi berupa nomor standard dan paragraph dalam
standar.

Bahan Bacaan
DFID, Department of International Development. (2011, July). DFID’s Approach to Value for Money
(VfM). Retrieved from http://www.dfid.gov.uk/:
http://www.dfid.gov.uk/Documents/publications1/mar/multilateral_aid_review.pdf

Mardiasmo. (2001). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Offset.


BAB 4
SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN
NEGARA , ANGGARAN DAN AKUNTANSI
Secara umum dalam bab ini pembaca diharapkan untuk memahami siklus
anggaran dan siklus akuntansi dalam pemerintahan di Indonesia. Pembaca
diharapkan mampu untuk mendeskripsikan dan menganalisa serta
mensitesakan model ringkas pelaporan pemerintah baik laporan anggaran
maupun akuntansi dalam memahami kompleksitas yang ditemui dalam
laporan anggaran dan akuntansi pemerintah Indonesia.

Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan


mampu untuk:
1. Menjelaskan tahapan dalam siklus pengelolaan keuangan negara.
2. Menjelaskan pelaksanaan anggaran/perbendaharaan pada pemerintah
pusat dan pemerintah daerah dalam siklus pengelolaan keuangan
negara.
3. Menjelaskan sistem penerimaan dan sistem pembayaran dalam
pelaksanaan anggaran di satuan kerja pada siklus pengelolaan keuangan
negara.
4. Menjelaskan sistem dan prosedur akuntansi dalam pelaksanaan
anggaran pada siklus pengelolaan negara.
5. Menjelaskan sistem akuntansi bagi pengguna anggaran dan bendahara
umum pada pengelolaan keuangan negara.
6. Mengetahui macam-macam opini atas laporan keuangan pemerintahan
yang diberikan oleh pemeriksa.
7. Mengetahui kriteria yang digunakan pemeriksa dalam menentukan opini
atas laporan keuangan pemerintahan.
8. Menjelaskan tahapan dalam siklus anggaran pemerintah daerah.
9. Menjelaskan jadwal penyusunan dan penetapan anggaran pemerintah
daerah.
10. Menjelaskan tahapan dalam siklus akuntansi.
11. Menjelaskan perbedaan siklus anggaran dengan siklus akuntansi.
2

SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

Siklus pengelolaan keuangan negara merupakan rangkaian dari perencanaan,


pelaksanaan dan evaluasi terhadap kegiatan dalam sistem pengelolaan keuangan
Negara. Pengelolaan keuangan Negara adalah pengelolaan anggaran pendapatan
dan belanja Negara. Anggaran dalam sektor pemerintahan adalah segalanya. Tidak
ada satu transaksipun yang berbasiskan kepada anggaran.

Pada pengelolaan keuangan negara, siklus terdiri dari perencanaan dan


penganggaran, pelaksanaan anggaran/perbendaharaan, akuntansi, pemeriksaan,
dan pertanggungjawaban.

1. Perencanaan dan Penganggaran


Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
penyempurnaan penganggaran dilakukan melalui pendekatan berikut ini:
• Pengintegrasian antara Rencana Kerja dan Anggaran
Rencana kerja dan anggaran merupakan satu kesatuan dan disusun secara
terintegrasi.
• Penyatuan Anggaran (unified budget)
Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) memiliki satu dokumen
anggaran. Tidak ada lagi pemisahan antara anggaran rutin dan
pembangunan. Dengan pendekatan ini diharapkan tidak terjadi duplikasi
anggaran.
• Penganggaran Berbasis Kinerja
Alokasi anggaran sesuai dengan hasil yang akan dicapai, terutama berfokus
pada output atau keluaran dari kegiatan yang dilaksanakan.
• Penggunaan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM)
Dalam rangka menjaga kesinambungan program/kegiatannya, pemerintah
daerah dituntut menyusun anggaran dengan perspektif waktu jangka
menengah. Selain menyajikan anggaran yang dibutuhkan selama tahun
berjalan, pemerintah daerah juga dituntut memperhitungkan implikasi
biaya yang akan menjadi beban APBD Pemerintah daerah pada tahun
anggaran berikutnya sehubungan dengan adanya program/kegiatan
tersebut.
• Klasifikasi Anggaran
Pemerintah menggunakan klasifikasi anggaran yang dikembangkan
mengacu pada Government Finance Statistic (GFS). Klasifikasi anggaran
tersebut terdiri dari klasifikasi menurut fungsi, menurut organisasi, dan
menurut jenis belanja.

Tahap perencanaan pada pemerintah pusat dikoordinir oleh Bappenas sedang


pada pemerintah daerah dikoordinir oleh satuan kerja perencanaan daerah.
Tahap penganggaran pada pemerintah pusat dipimpin oleh Kementerian
Keuangan sedangkan pada pemerintah daerah dikelola oleh Tim Anggaran
Pemerintah Daerah.

Penyusunan rencana kerja dimulai pada bulan Januari dengan menyiapkan


rancangan kebijakan umum, program indikatif, dan pagu indikatif, yang
diperlukan oleh Kementrian/Lembaga/SKPD untuk menyusun Rencana Kerja
3

dan Anggaran-KL/Rencana Kerja dan Anggaran-Satuan Kerja perangkat Daerah


(RKA-KL/SKPD). Rancangan RKP/RKPD ini selesai bulan Juni untuk selanjutnya
disampaikan ke DPR/DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan.
Setelah disepakati bersama dengan DPR/DPRD, maka kebijakan umum,
program prioritas, dan plafon anggaran sementara, akan menjadi dasar bagi
Kementrian/Lembaga/SKPD untuk menyusun RKA. RKA ini selanjutnya
digunakan untuk menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah (RAPBN/D) yang wajib disampaikan ke legislatif untuk dibahas
dan diperbaiki sebelum disetujui untuk ditetapkan menjadi APBN/APBD.
Proses pengesahan RAPBN dilakukan setelah ada persetujuan oleh DPR, pada
RAPBD ada tambahan proses evaluasi. Evaluasi atas RAPBD yang telah disetujui
oleh DPRD dilakukan oleh gubernur untuk RAPBD kabupaten/kota dan
Mendagri untuk RAPBD provinsi.

2. Pelaksanaan Anggaran/Perbendaharaan
Pada pemerintah pusat, pelaksanaan APBN dimulai dengan diterbitkannya
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Segera setelah suatu tahun
anggaran dimulai, maka DIPA harus segera diterbitkan untuk dibagikan kepada
satuan-satuan kerja sebagai pengguna anggaran pada kementrian/lembaga.

Pada pemerintah daerah, setelah terbit Peraturan Daerah tentang APBD,


SKPD wajib menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). Pada
pemerintah daerah masih diperlukan Surat Penyediaan Dana (SPD) yaitu suatu
dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan.
Setelah DPA dan SPD terbit, maka masing-masing satuan kerja wajib
melaksanakan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

Dalam pelaksanaan kegiatan oleh satuan kerja terdapat dua sistem yang terkait
dengan pelaksanaan anggaran, yaitu sistem penerimaan dan sistem
pembayaran.

• Sistem Penerimaan
Seluruh penerimaan negara/daerah harus disetor ke Rekening Kas Umum
Negara/Daerah dan tidak diperkenankan digunakan secara langsung oleh
satuan kerja yang melakukan pemungutan (azas bruto). Pendapatan diakui
setelah uang disetor ke rekening Kas Umum Negara/Daerah (basis kas).
Oleh karena itu penerimaan wajib disetor ke Rekening Kas Umum
selambat-lambatnya pada hari berikutnya. Dalam rangka mempercepat
penerimaan pendapatan, Bendahara Umum Negara/Daerah dapat
membuka rekening penerimaan pada bank. Bank yang bersangkutan wajib
menyetorkan penerimaan pendapatan setiap sore hari ke Rekening Kas
Umum Negara/Daerah.

• Sistem Pembayaran
Dalam sistem pembayaran terdapat dua pihak yang terkait, yaitu Pengguna
Anggaran/Barang dan Bendahara Umum Daerah. Terdapat dua cara
pembayaran, yaitu pembayaran yang dilakukan secara langsung oleh BUD
kepada yang berhak menerima pembayaran atau lebih dikenal dengan
sistem LS (pembayaran langsung). Pembayaran dengan sistem LS
4

dilakukan untuk belanja dengan nilai yang cukup besar atau di atas jumlah
tertentu. Cara lainnya adalah dengan menggunakan Uang Persediaan (UP)
melalui Bendahara Pengeluaran. Pengeluaran dengan UP dilakukan untuk
belanja yang nilainya kecil di bawah jumlah tertentu untuk membiayai
keperluan sehari-hari perkantoran.

3. Akuntansi
Sistem dan prosedur akuntansi sangat diperlukan dalam pelaksanaan anggaran,
tujuannya adalah:
• Untuk menetapkan prosedur yang harus diikuti oleh pihak-pihak yang
terkait sehingga jelas pembagian kerja dan tanggung jawab diantara mereka.
• Terselenggaranya pengendalian intern untuk menghindari terjadinya
penyelewengan.
• Untuk menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban
entitas pelaporan dalam pengelolaan keuangan.

Setiap entitas pelaporan terdiri dari dua bagian entitas akuntansi, yaitu sebagai
pengguna anggaran bendahara umum.

• Pengguna Anggaran
Sistem ini diterapkan pada satuan kerja sesuai dengan perannya sebagai
pengguna anggaran, bagian sistem ini terutama untuk mencatat transaksi
yang menjadi kewenangannya, diantaranya adalah pendapatan (pendapatan
bukan pajak atau retribusi daerah, umumnya terkait dengan jasa yang
dikelola instansi tersebut), belanja (dilakukan dengan menggunakan uang
persediaan maupun dengan sistem langsung) dan aset yang dikelola dan
digunakan. Dari kegiatan akuntansi oleh satuan kerja sebagai pengguna
anggaran, pada akhir periode akan menghasilkan tiga laporan, yaitu Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).

• Bendahara Umum
Bagian ini terutama mengelola pendapatan pajak dan pendapatan lain yang
tidak diserahkan pengelolaannya kepada satuan kerja pengguna anggaran
(pendapatan bunga dan hasil investasi), belanja (belanja bunga, hibah dan
dana perimbangan), pembiayaan (investasi dalam bentuk penyertaan modal,
obligasi dan pemberian pinjaman jangka kepada pihak lain). Dari
pelaksanaan akuntansi ini oleh bendahara umum ini, ada 4 jenis laporan
yang dihasilkan, yaitu LRA, Neraca, Laporan Arus Kas (LAK) dan CaLK.

Hubungan dua bagian sistem tersebut dapat digambarkan dalam gambar


berikut ini.
5

Konsolidasi
Level Input Proses Output Pengguna
Satuan Kerja Perangkat Bukti
Sistem LRA
Daerah (SKPD) Transaksi, Kepala
Akuntansi Neraca Dikonsolida
Realisasi Daerah
SKPD CaLK si di
Anggaran menyampaik
SKPKD/BUD
Satuan Kerja Pengelola Bukti Sistem LRA , diaudit BPK an kepada
Keuangan Daerah Transaksi, Akuntansi Neraca RI DPRD dan
(SKPKD)/Bendahara Realisasi SKPKD/BUD LAK masyarakat
Umum Daerah (BUD) Anggaran CaLK

Gambar 4.1
Sistem Akuntansi SKPD dan BUD

4. Pemeriksaan
Pemerintah pusat maupun daerah wajib mempertanggungjawabkan
pengelolaan keuangannya kepada rakyat yang diwakili oleh DPR/DPRD, namun
lembaga perwakilan tersebut tidak mempunyai informasi secara penuh
mengenai laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah dari
eksekutif. Oleh karena itu diperlukan pihak yang kompeten dan independen
untuk menguji laporan pertanggungjawaban tersebut. Lembaga yang
berwenang untuk melakukan pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban
tersebut adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Pemeriksaan keuangan oleh BPK akan menghasilkan pernyataan pendapat


(opini) tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan. Ada empat macam opini yang diberikan pemeriksa, yaitu:
a. Wajar tanpa pengecualian.
b. Wajar dengan pengecualian.
c. Tidak wajar.
d. Menolak memberikan opini.

Sedangkan kriteria yang digunakan dalam menentukan opini antara lain:


a. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
b. Kecukupan pengungkapan.
c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
d. Efektivitas sistem pengendalian intern.

Hasil setiap pemeriksaan yang dilaksanakan oleh BPK disusun dan disajikan
dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Selanjutnya LHP dimaksud
disampaikan kepada DPR/DPRD/DPD sesuai dengan kewenangannya (kecuali
yang memuat rahasia negara) dan kepada pemerintah. LHP atas laporan
keuangan selambat-lambatnya disampaikan kepada legislatif 2 (dua) bulan
setelah diterimanya laporan keuangan dari pemerintah. Dalam rangka
transparansi dan partisipasi publik, LHP yang telah disampaikan kepada
legislatif dinyatakan terbuka untuk umum. Dengan demikian masyarakat dapat
memperoleh kesempatan untuk mengetahui hasil pemeriksaan.

5. Pertanggungjawaban
6

Pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan.


Laporan keuangan yang disampaikan ke DPR/DPRD adalah laporan keuangan
yang telah diperiksa oleh BPK. Laporan keuangan yang telah diaudit ini
disampaikan kepada lembaga legislatif selambat-lambatnya 6 bulan setelah
tahun anggaran berakhir. Selain laporan keuangan tersebut, juga dilampirkan
ikhtisar laporan keuangan perusahaan daerah dan satuan kerja lainnya yang
pengelolaanya diatur secara khusus seperti misalnya Badan Layanan Umum
(BLU).

SIKLUS ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang akan dicapai


oleh suatu entitas dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran moneter.
Pada umumnya siklus anggaran terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut:
1. Penyusunan/Persiapan Anggaran
2. Ratifikasi Anggaran
3. Pelaksanaan Anggaran
4. Pelaporan dan Evaluasi

Siklus dan proses penganggaran di setiap negara berbeda satu dengan yang
lainnya, namun pada dasarnya mempunyai urut-urutan yang sama makna dan
tujuannya. Menurut buku panduan tentang ”Analisis dan Advokasi Anggaran
Pemerintah Daerah di Indonesia”, yang diterbitkan oleh Yayasan Asia (The Asia
Foundation) dari Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB)
proses/siklus anggaran dapat dibagi kedalam 4 (empat) tahapan, yaitu:

1. Penyusunan Anggaran
Tahapan penyusunan anggaran terdiri dari pengumpulan aspirasi masyarakat
melalui forum pertemuan komunitas Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang), proses penyusunan kegiatan oleh satuan kerja
perangkat daerah (dinas/instansi) sampai dengan penyiapan draft usulan
APBD diserahkan oleh kepala daerah (pihak eksekutif) kepada DPRD (pihak
legislatif) untu dibahas dan disetujui bersama. Dalam proses penyusunan
anggaran yang memerlukan waktu beberapa bulan, Tim Anggaran Eksekutif
yang beranggotakan unsur-unsur dari Sekretariat Daerah, BAPPEDA dan
Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) mempunyai fungsi dan peranan
yang sangat penting. Walaupun masyarakat dimintai pendapatnya dalam
proses penentuan prioritas program namun pada akhirnya proses
penyusunan program dilakukan secara tertutup di masing-masing Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

2. Penetapan Anggaran
Penetapan anggaran merupakan tahapan yang dimulai ketika pihak eksekutif
menyerahkan usulan anggaran kepada pihak legislatif. Pada umumnya proses
ini ditandai dengan pidato dari kepala daerah (Bupati/Walikota) di hadapan
anggota DPRD. Selanjutnya DPRD akan melakukan pembahasan untuk
beberapa waktu. Selama masa pembahasan akan terjadi diskusi antara pihak
Panitia Anggaran Legislatif dengan Tim Anggaran Eksekutif dimana pada
7

kesempatan ini pihak legislatif berkesempatan untuk menanyakan dasar-


dasar kebijakan eksekutif dalam membahas usulan anggaran tersebut.

3. Pelaksanaan Anggaran
Pelaksanaan Anggaran adalah tahapan yang dimulai sejak APBD disahkan
melalui peraturan daerah pada setiap akhir tahun sebelum tahun anggaran
baru dimulai. Tahapan pelaksanaan berlangsung selama 1 (satu) tahun
terhitung mulai awal tahun anggaran baru pada bulan Januari setiap
tahunnya. Tahapan Pelaksanaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
pihak eksekutif melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
jumlahnya sesuai dengan struktur organisasi pemerintah daerah yang
bersangkutan.

4. Tahapan Auditing (Pemeriksaan)


Tahapan auditing mencakup antara lain penelaahan atas pelaksanaan
anggaran untuk waktu satu tahun anggaran yang bersangkutan. Tahapan
pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan internal yang dilakukan oleh Badan
Pengawas Daerah (BAWASDA) dan BPKP, serta pemeriksaan eksternal oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

1. PENYUSUNAN 2. PENETAPAN
ANGGARAN ANGGARAN
Dilakukan oleh eksekutif Anggaran ditetapkan
(Dinas/Instansi) dengan oleh DPRD. Prosesnya
mempertimbangkan dilakukan melalui
aspirasi masyarakat serangkaian
yang dirumuskan pembahasan dengan
melalui proses pihak eksekutif.
Musrenbang.

4. AUDITING 3. PELAKSANAAN
ANGGARAN ANGGARAN
Auditing dilakukan oleh Eksekutif merupakan
beberapa pihak antara pengguna anggaran
lain adalah Bawasda, yang telah ditetapkan.
BPKP, dan BPK. Kepala Daerah
bertanggung jawab
terhadap penggunaan
anggaran.

Gambar 4.2
Proses dan Siklus Anggaran Pemerintah Daerah
8

Apabila dijabarkan secara rinci, setiap tahapan mempunyai siklus waktu yang
berbeda. Tahap 1 dan 2 (Penyusunan Anggaran dan Penetapan Anggaran)
memerlukan waktu 12 bulan, Tahap 3 (Pelaksanaan Anggaran) berlangsung 12
bulan, dan Tahap 4 (Auditing Anggaran) memerlukan waktu 6 bulan. Dengan
demikian proses anggaran di Indonesia memerlukan waktu 30 bulan (dua
setengah tahun).

Dalam UU Nomor 25 Tahun 2004, SKB Nomor 0259/M.PPN/1 Tahun 2005 dan PP
Nomor 58 Tahun 2005, diberikan alokasi penjadwalan waktu untuk Tahap 1 dan 2
(Penyusunan dan Penetapan Anggaran) yang mempunyai siklus waktu 12 bulan,
meskipun pada kenyataannya setiap pemerintahan kabupaten/kota mempunyai
variasi tersendiri dalam pengatuaran waktunya. Berikut ini disajikan contoh
jadwal penyusunan dan penetapan anggaran pemerintah daerah:

Jadwal Penyusunan dan Penetapan Anggaran Pemerintah Daerah


Waktu Kegiatan
Januari • Tahun Anggaran dimulai.
• BAPPEDA merumuskan 1 dokumen yang disebut Kerangka Ekonomi Daerah,
yaitu proyeksi dari penerimaan dan pengeluaran yang didasarkan pada
anggaran tahun sebelumnya.
Kerangka ini memuat daftar aktivitas daerah yang mengacu pada RPJMD
(Rencana Pengeluaran Jangka Menengah Daerah) dan Rencana Strategis
(Renstra) SKPD. Semua kegiatan yang terkait dengan pelayanan publik akan
didiskusikan dalam suatu pertemuan yang disebut forum Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang).
Musrenbang pertama untuk tingkat desa sebaiknya dapat dimulai pada bulan
Januari.
Februari • Musrenbang tingkat kecamatan diselenggarakan bulan Februari.
• Dilanjutkan forum musyawarah tingkat SKPD.
Maret • Musrenbang tingkat Kabupaten/Kota.
April – • Semua aktivitas/program kerja yang berasal dari masing-masing SKPD
Mei dikoordinasikan dan dicantumkan dalam bentuk dokumen yang disebut
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Juni – • Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) , yaitu kebijakan umum


Agustus tentang APBD yang disusun berdasarkan pada RKPD.
• Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) bagi setiap
satuan kerja.
• Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RK-SKPD).
• Setiap Unit Kerja mempersiapkan estimasi anggaran yang terkait dengan RK-
SKPD dan menyampaikan kepada pemerintah daerah.

September • Kompilasi anggaran yang diajukan oleh setiap SKPD.

Oktober • Finalisasi Anggaran yang dipersiapkan oleh Panitia Anggaran Eksekutif


dikoordinasdikan oleh Sekretaris Daerah.
• Penyiapan rancangan Perda APBD untuk disetujui DPRD.
• Pembahasan oleh Unsur Legislatif dan Eksekutif.
9

November • Pembahasan dan pengesahan anggaran oleh DPRD.

Desember • Penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang ditetapkan oleh


Bupati/Walikota.

Secara singkat, siklus dan mekanisme APBD dapat dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu perencanaan, pelaksanaan dan monitoring, dan evaluasi dan audit. Semua
tahap atau proses tersebut dapat dibagi menjadi input proses dan output. Siklus
ini dapat dilihat di bawah ini:

SIKLUS AKUNTANSI

Dari sudut pemakai, akuntansi merupakan suatu fungsi yang menyediakan


informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan
mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Sementara dari sudut proses
kegiatannya, akuntansi merupakan proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan, penganalisaan, dan penafsiran data keuangan suatu unit ekonomi
tertentu dengan cara tertentu. Dengan demikian, akuntansi harus mencakup:
identifikasi data yang relevan, proses atau analisis data, dan pengubahan dari data
menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang
tertuang dalam laporan keuangan.
10

Prosedur pencatatan transaksi sampai menjadi laporan keuangan disebut proses


akuntansi atau siklus akuntansi. Siklus akuntansi dimulai dari analisa transaksi
keuangan dan diakhiri dengan analisa laporan keuangan. Hasil akhir yang paling
penting dari siklus akuntansi adalah laporan keuangan. Berikut ini merupakan
tahapan-tahapan dalam siklus akuntansi:

1. Menganalisis
transaksi
keuangan unit Siklus
usaha (entitas)
2. Menjurnal
transaksi
Selanjutnya
10. Menganalisis
laporan keuangan

9. Menyiapkan
Siklus
3. Memposting ke
neraca saldo sebelumnya rekening buku
setelah
besar
penutupan

8. Menjurnal dan
4. Menyiapkan
memposting
neraca saldo
penutupan

7. Menyiapkan 5. Menjurnal dan


laporan memposting
keuangan penyesuaian
6. Menyiapkan
neraca saldo
setelah
penyesuaian

Gambar 4.3
Siklus Akuntansi

Siklus akuntansi dimulai dengan adanya suatu transaksi yang harus didukung
dengan bukti. Setiap transaksi yang terjadi harus dibuktikan dengan dokumen-
dokumen sumber. Atas dasar dokumen/bukti tersebut, setiap transaksi dianalisa
dan dicatat secara kronologis (berdasarkan urutan waktu) dalam jurnal. Setiap
transaksi yang telah dianalisa, diklasifikasikan dan dicatat dalam jurnal kemudian
dipindahkan ke perkiraan/rekening/akun dalam buku besar dan buku besar
pembantu. Proses pemindahan ini disebut pembukuan (posting).

Selanjutnya, neraca saldo disusun atas dasar saldo-saldo dari setiap akun buku
besar. Penyesuaian diperlukan untuk membuat akun-akun dalam buku besar
mencerminkan kondisi yang sebenarnya pada akhir periode akuntansi. Setelah
menjurnal dan memposting penyesuaian yang diperlukan, dibuatlah neraca saldo
11

setelah penyesuaian. Dengan dasar penyesuaian tersebut maka dapat disusun


laporan keuangan. Dalam akuntansi pemerintahan, laporan keuangan tersebut
terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK),
Laporan Kinerja Keuangan dan Catatan atas Laporan Keuangan. Selain keempat
laporan keuangan pokok tersebut, dapat juga menyelenggarakan laporan
keuangan tambahan seperti Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas
Dana.

Pada akhir periode akuntansi, akun-akun nominal harus ditutup dengan membuat
ayat-ayat penutup dalam jurnal penutup untuk kemudian diposting ke buku besar.
Setelah semua ayat penyesuaian dipindahkan ke akun buku besar dan akun
nominal sudah ditutup, maka dihitung saldo dari setiap akun buku besar untuk
menyusun neraca saldo setelah penutupan. Setelah tahap penutupan dan dibuat
daftar saldo setelah penutupan serta pembalikan, maka Neraca Awal dapat
disusun.

PERBEDAAN ANTARA SIKLUS ANGGARAN DAN SIKLUS


AKUNTANSI

Terdapat perbedaan antara siklus anggaran dan siklus akuntansi. Penekanan


siklus anggaran adalah ketaatan terhadap aturan dan pencapaian target yang telah
ditetapkan sebelumnya. Sementara itu penekanan siklus akuntansi adalah
pencatatan realisasi transaksi tanpa terlewat satu transaksi pun.

Anggaran ditetapkan di masa lalu, maka dapat dipastikan dalam siklus akuntansi
akan terdapat transaksi yang tidak dapat dianggarkan sebelumnya. Hal ini adalah
suatu hal yang wajar, dikarenakan anggaran merupakan prediksi di masa yang
akan datang. Jarang terjadi prediksi yang pasti tepat seratus persen, oleh karena
itu pasti akan terdapat perbedaan antara pencatatan anggaran dan akuntansi.
Pencatatan transaksi yang tidak dianggarkan sebelumnya disebut dengan
transaksi non-anggaran. Transaksi non-anggaran dipastikan akan terjadi dalam
siklus akuntansi. Titik singgung antara siklus anggaran dengan siklus akuntansi
adalah terletak pada tahap pelaksanaan anggaran.
Ringkasan perbedaan antara siklus anggaran dan siklus akuntansi dapat dilihat
dalam tabel berikut ini.

Perbedaan Antara Siklus Anggaran dengan Siklus Akuntansi

Perbedaan Siklus Anggaran Siklus Akuntansi


12

Fungsi Alat perencanaan, pengendalian, Mencatat, mengklasifikasi,


kebijakan fiskal, politik, koordinasi menggolongkan, menganalisis,
dan komunikasi, penilaian, kinerja, mengikhtisarkan, melaporkan, dan
pemotivasi, menciptakan ruang menginterpretasi transaksi.
publik.
Tujuan pencatatan Kepatuhan. Pencatatan transaksi.
Membandingkan antara anggaran
dan realisasi.

Sistem Tata buku tunggal (single entry). Tata buku berpasangan (double
Pembukuan entry).
Output Laporan Laporan Perbandingan antara Neraca, Laporan Kinerja Keuangan,
Anggaran dan Realisasi Anggaran. Laporan Arus Kas, Laporan
Perubahan Ekuitas.
Informasi yang Informasi terbatas (penerimaan Informasi yang lebih luas.
dihasilkan dan pengeluaran kas).
Rentang waktu Lebih dari satu periode fiskal. Satu periode fiskal (satu tahun).

Transaksi yang Hanya transaksi yang dianggarkan. Mencatat semua transaksi, baik
dicatat yang dianggarkan maupun tidak
dianggarkan.

PERTANYAAN

1. Jelaskan tahapan dalam siklus pengelolaan keuangan negara.


2. Sebutkan macam-macam opini atas laporan keuangan pemerintahan yang diberikan
oleh pemeriksa, dan kriteria yang digunakan pemeriksa dalam menentukan opini
atas laporan keuangan pemerintahan.
3. Berikan ilustrasi tahapan dalam siklus anggaran pemerintah daerah dan jadwal
penyusunan dan penetapan anggaran pemerintah daerah.
4. Jelaskan tahapan dalam siklus akuntansi pemerintah, apakah tepat gambaran siklus
akuntansi yang statis.
5. Jelaskan perbedaan siklus anggaran dengan siklus akuntansi.
6. Jelaskan format anggaran Indonesia sebelum reformasi yang menggunakan
anggaran berimbang dan dinamis. Berikan ilustrasi berupa model sederhana dalam
bentuk T account.
7. Jelaskan format anggaran Indonesia setelah reformasi yang menggunakan anggaran
deficit. Berikan ilustrasi dalam bentuk I Account, dengan menampilkan
surplus/deficit dan surplus/deficit neto.
8. Bandingkan dan analisislah perbedaan antara anggaran berimbang dan dinamis
dengan anggaran deficit.
9. Jelaskan laporan akuntansi yang berbasiskan pada PP 24 Tahun 2005 yang
menganut basis akuntansi cash toward accruals.
10. Jelaskan laporan akutnansi yang berbasiskan pada PP 71 Tahun 2010 yang
menganut basis akuntansi accruals.
13

SOAL-SOAL

1. Diskusikan siklus pengelolaan keuangan negara sebelum diundangkannya UU No. 17


Tahun 2003.
2. Diskusikan irisan antara siklus anggaran dan siklus akuntansi. Benarkah siklus
tersebut statis?
3. Diskusikan pernyataan berikut ”anggaran adalah segalanya dalam anggaran” dan
”jurnal adalah segalanya dalam akuntansi.”

TUGAS

Dapatkan time table penyusunan anggaran pemerintah pusat tahun 2013. Analisislah
time table tersebut dengan sudut pandang siklus anggaran dan siklus akuntansi.
Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca mampu untuk:
1. Menjelaskan pengertian dana umum dan ekuitas dana.
2. Menjelaskan fungsi ekuitas dana dalam akuntansi pemerintahan.
3. Menjelaskan pengertian elemen-elemen ekuitas dana.
4. Menjelaskan pengertian ekuitas dana lancar dan rumus
penghitungannya.
5. Menjelaskan pengertian ekuitas dana investasi dan rumus
penghitungannya.
6. Menjelaskan pengertian ekuitas dana cadangan dan rumus
penghitungannya.
7. Menjelaskan persamaan akuntansi pemerintahan.
8. Membuat persamaan akuntansi pemerintahan.
9. Menerapkan persamaan akuntansi pemerintahan untuk menganalisis
transaksi sederhana di pemerintahan.
10. Menjelaskan setiap akibat transaksi dalam akuntansi pemerintahan dan
pengaruhnya terhadap persamaan akuntansi.
11. Menyusun neraca awal sederhana dari persamaan akuntansi
pemerintahan.
12. Menjelaskan contoh penyesuaian dan pengaruhnya terhadap persamaan
akuntansi dan neraca.
2

DANA UMUM DAN EKUITAS DANA

Untuk memahami akuntansi pemerintahan menurut Standar Akuntansi


Pemerintahan (SAP), maka kita perlu mengetahui mengenai mekanisme akuntansi
dana umum yang dianut oleh SAP. Standar Akuntansi Pemerintahan Indonesia
menganut konsep dana umum, sebagaimana dinyatakan secara implisit dalam
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan paragraf 15, sebagai berikut:

“Akuntansi dana dapat diterapkan untuk tujuan pengendalian masing-


masing kelompok dana selain kelompok dana umum (the general fund)
sehingga perlu dipertimbangkan dalam pengembangan pelaporan keuangan
pemerintah.”

Pernyataan ini dapat diinterpretasikan bahwa akuntansi pemerintahan di


Indonesia menganut konsep dana umum. Hanya saja, dalam standar selanjutnya
tidak ditemukan penjelasan lebih lanjut mengenai dana umum ini. Dana umum ini
dalam praktiknya terdapat pada sisi ekuitas di neraca pemerintah.

Menurut Suwardjono (2005: 504), dana (fund) mempunyai dua pengertian yang
saling dirancukan. Dana dapat diartikan sebagai kas (uang), aset likuid, atau
sumber keuangan (financial resources) yang dapat digunakan untuk mendanai
suatu kegiatan, program, atau proyek dalam rangka mencapai tujuan tertentu
(spesifik). Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa
kegiatan, program, atau proyek yang didanai dengan aset likuid tersebut.

Pengertian dana menurut General Accounting Standard Board (GASB) Codification


(Wilson and Katellus, 2004:34):

“A fund is formally defined as a fiscal and accounting entity with self balancing
set of accounts recording cash and other financial resources, together with all
related liabilities and residual equities or balances and changes there in, which
are segregated for the purpose of carrying on spesific activities or attaining
certain objectives in accordance with special regulations, restrictions, or
limitations.”

Konsep dana sangat fundamental bagi akuntansi pemerintah. Sebagaimana


dinyatakan di dalam definisi tersebut, suatu dana adalah merupakan entitas fiskal
yang terpisah yang memiliki sumber daya sendiri dan melaporkan kewajibannya
sendiri dan hasil operasi untuk periode fiskal. Lebih jauh, suatu dana secara
konseptual memiliki catatan akuntansi tersendiri (misalnya jurnal, buku besar)
dan dapat menyiapkan laporan keuangan sendiri secara terpisah. Dengan
demikian suatu dana merupakan entitas akuntansi tersendiri. Konsep ini
memandang bahwa kegiatan, program, proyek atau unit kegiatan lainnya sebagai
kesatuan atau entitas yang berdiri sendiri dan menjadi pusat pelaporan disebut
3

dengan dana. Sumber keuangan yang dianggarkan dan diserahkan untuk


pelaksanaan kegiatan dipertanggungjawabkan melalui kegiatan tersebut sebagai
dana yang berdiri sendiri terpisah dengan dana yang lain. Dengan demikian
diperlukan seperangkat sistem akuntansi yang dapat menghasilkan data akuntansi
dan laporan keuangan untuk pertanggungjawaban kesatuan dana tersebut.

Penjelasan mengenai pos ekuitas dalam neraca dapat ditemukan di dalam Buletin
Teknis Nomor 03 tentang Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dengan Konversi, yang menyatakan:

”Pendekatan yang digunakan untuk menyajikan pos-pos ekuitas ke dalam


format neraca berdasarkan SAP, dilakukan dengan pendekatan self
balancing.”

Pendekatan self balancing di dalam neraca yang digunakan oleh SAP merupakan
selisih antara saldo Aset dan Kewajiban. Dari penjelasan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa ekuitas dana di dalam neraca merupakan:
1. kelompok dana umum
2. penyeimbang (self balancing) terhadap akun aset dan kewajiban

Saldo dana dalam neraca dapat diinterpretasi sebagai dana likuid yang siap
digunakan adalah ekuitas dana lancar Selisih Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
dan dana cadangan. Untuk menggunakan SiLPA dan dana cadangan perlu
ketetapan hukum yang mengatur penggunaan dana SiLPA yang tersedia.

PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Pemisahan antara eksekutif dan legislatif sebagai wakil dari rakyat dalam
pemerintahan menimbulkan perlunya pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban
pemerintah terhadap keuangan rakyat yang dikelolanya diwujudkan dalam
bentuk pelaporan neraca yang mengharuskan bahwa aset pemerintah harus
ditunjukkan asalnya, apakah dari kewajiban ataukah milik pemerintah sendiri
(ekuitas dana). Dengan demikian, maka hubungan fungsional bahwa aset harus
selalu sama dengan kewajiban dan ekuitas dana harus selalu dipertahankan.
Hubungan fungsional antara aset, kewajiban dan ekuitas dana dalam akuntansi
disebut dengan persamaan akuntansi.

Persamaan akuntansi adalah hubungan fungsional antar akun (tempat mencatat


transaksi) dalam suatu sistem akuntansi, akibat dimintanya pertanggungjawaban
atas dasar konsep entitas pelaporan dan kemandirian entitas yang menghendaki
agar kekayaan yang dikelola oleh pemerintah dapat ditunjukkan sumber atau
4

asalnya. Secara sederhana, persamaan akuntansi pemerintah dapat digambarkan


sebagai berikut:

Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana

Dengan menggunakan notasi, maka persamaan tersebut dapat ditulis:

A = K + ED

Di dalam sistem akuntansi pemerintahan yang berlaku di Indonesia berdasarkan


Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), maka Ekuitas Dana pemerintah dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Ekuitas Dana Lancar
2. Ekuitas Dana Investasi
3. Ekuitas Dana Cadangan

Setiap kelompok dibagi menjadi akun-akun yang spesifik sesuai dengan dana yang
dimaksudkan. Setiap kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ekuitas Dana Lancar


Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka
pendek. Dengan kata lain Ekuitas Dana Lancar sama dengan aset lancar
dikurangi kewajiban jangka pendek.

Pasangan Akun dalam Ekuitas Dana Lancar


Akun Sub Ekuitas Dana Lancar Akun Lawan
SiLPA/SiKPA (Selisih Lebih/Kurang Kas di Kas Daerah, Kas di Bendahara
Perhitungan Anggaran) Pengeluaran, dan Investasi Jangka Pendek
Pendapatan yang Ditangguhkan Kas di Bendahara Penerimaan
Cadangan Piutang Piutang
Cadangan Persediaan Persediaan
Dana yang Harus Disediakan untuk Hutang Jangka Pendek
Pembayaran Hutang Jangka Pendek

2. Ekuitas Dana Investasi


Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam
dalam aset non-lancar selain dana cadangan, dikurangi dengan kewajiban
jangka panjang. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan bersih
pemerintah daerah yang tertanam dalam kekayaan berjangka panjang.
Penyajian Ekuitas Dana Investasi di neraca dapat diperoleh dengan
menjumlahkan:
• Investasi Jangka Panjang
• Aset Tetap
• Aset Lainnya
5

Dikurangi:
• Jumlah Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka
Panjang

Pasangan Akun dalam Ekuitas Dana Investasi


Akun Sub Ekuitas Dana Investasi Akun Lawan
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Investasi Jangka Panjang
Panjang
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Aset Lainnya
Dana yang Harus Disediakan untuk Hutang Jangka Panjang
Pembayaran Hutang Jangka Panjang

3. Ekuitas Dana Cadangan


Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang
dicadangkan untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sesuai peraturan
perundang-undangan. Dengan kata lain Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan
kekayaan bersih pemerintah daerah yang tertanam dalam Dana Cadangan.
Dengan demikian jumlah yang disajikan di neraca adalah sebesar jumlah Dana
Cadangan. Dana cadangan ini tersimpan di dalam rekening di bank yang diatur
dengan peraturan daerah.

Pasangan Akun dalam Ekuitas Dana Cadangan


Akun Sub Ekuitas Dana Cadangan Akun Lawan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Dana Cadangan

Adanya 3 jenis Ekuitas Dana di dalam akuntansi pemerintahan Indonesia, akan


mengubah struktur persamaan akuntansi, menjadi sebagai berikut:

A = K + EDL + EDI + EDC

Dari persamaan diatas, A adalah Aset, K adalah Kewajiban, EDL adalah Ekuitas
Dana Lancar, EDI adalah Ekuitas Dana Investasi, dan EDC adalah Ekuitas Dana
Cadangan.

Untuk mengecek ketepatan dalam penjumlahan angka-angka di dalam setiap


kelompok ekuitas dana, dapat menggunakan rumus berikut ini:

EDL = Aset Lancar - Kewajiban Jangka Pendek

EDI = Investasi Jangka Panjang + Aset Tetap + Aset Lainnya –


Kewajiban Jangka Panjang

EDC = Dana Cadangan


6

Pemerintah melaksanakan operasional kegiatan pelayanannya kepada masyarakat


dengan berdasarkan pada anggaran. Jika dilihat dari segi transaksi, terdapat 3
tahap anggaran yaitu pada saat disahkan, diotorisasi, dan direalisasi. Anggaran
pemerintah akan berpengaruh terhadap persamaan akuntansi pemerintah pada
saat direalisasi atau saat terjadinya transaksi (dasar akrual) dan pada saat
peneriman atau pengeluaran kas (dasar kas).

Hubungan posisi keuangan awal dan posisi keuangan akhir setelah transaksi yang
berdasarkan anggaran pemerintah, dapat digambarkan dalam notasi persamaan
akuntansi sebagai berikut.
Posisi keuangan awal:
A = K + EDL + EDI + EDC

Posisi keuangan akhir:


A’ = K’ + EDL’ + EDI’ + EDC’

Tanda ’ dalam persamaan di atas menunjukkan bahwa komposisi dan jumlah


rupiah aset, kewajiban, dan ekuitas dana berubah setelah adanya transaksi tetapi
jumlah rupiah aset total akan selalu sama dengan jumlah rupiah kewajiban dan
ekuitas dana. Apabila elemen penyebab perubahan ekuitas dipisahkan maka
selama periode fiskal terjadinya transaksi, ekuitas awal tidak akan berubah dan
sebagai gantinya timbul elemen-elemen Pendapatan (P), Belanja Operasi (BO),
Belanja Modal (BM), Pendapatan Pembiayaan (PF), dan Belanja Pembiayaan (BF)
dalam persamaan di atas. Pada akhir periode, persamaan akuntansi pemerintah
akan menjadi sebagai berikut:

A = K + (EDL + P – BO) + (EDI + BM) + EDC + PB - BB

ILUSTRASI TRANSAKSI

Untuk menggambarkan transaksi-transaksi yang terjadi dalam pemerintahan


daerah yang disederhanakan, maka untuk memudahkan akan diilustrasikan
sebagai berikut:
Contoh 1
Kabupaten Makmur, pada tahun 2005 baru pertama kali mengadakan
inventarisasi dan dihasilkan data sebagai berikut (dalam jutaan rupiah):
Kas di Kas Daerah Rp 5.000
Persediaan 2.000
Aset Tetap 3.000
Dana Cadangan 1.000
Hutang Jangka Pendek 1.500
Hutang Jangka Panjang 2.500
7

Buatlah persamaan akuntansi pemerintah atas inventarisasi yang dilakukan oleh


Kabupaten Makmur!

Dari soal contoh 1, kita dapat menyusun persamaan akuntansi sesuai dengan data
hasil inventarisasi neraca awal Kabupaten Makmur sebagai berikut:

(dalam jutaan rupiah)


Kas di Aset Dana Hutang Hutang Ekuitas Ekuitas Ekuitas
Persedia-
Kas Tetap Cadang- Jangka Jangka Dana Dana Dana
an
Daerah an Pendek Panjang Lancar Investasi Cad.
DEBET (Rp) KREDIT (Rp)
5.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 5.500 500 1.000

Neraca awal singkat atas transaksi pencatatan tersebut adalah sebagai berikut:

Kabupaten Makmur
Neraca Awal
Per 31 Desember 2005
(dalam jutaan rupiah)
Aset Kewajiban
Aset Lancar Hutang Jangka Pendek Rp 1.500
Kas di Kas Daerah Rp 5.000 Hutang Jangka Panjang 2.500
Persediaan 2.000 Total Kewajiban 4.000
Total Aset Lancar 7.000 Ekuitas Dana
Aset Tetap dan Lainnya Ekuitas Dana Lancar 5.500
Aset Tetap 3.000 Ekuitas Dana Investasi 500
Dana Cadangan 1.000 Ekuitas Dana Cadangan 1.000
Total Aset Tetap dan Lainnya 4.000 Total Ekuitas Dana 7.000
Jumlah Kewajiban dan
Jumlah Aset Rp 11.000 Rp 11.000
Ekuitas

Untuk mengecek ketepatan angka-angka dalam ekuitas dana, maka digunakan


persamaan sebagai berikut (dalam jutaan rupiah):
Ekuitas Dana Lancar (EDL) = Aset Lancar – Kewajiban Jangka Pendek
= Rp 7.000 – Rp 1.500
= Rp 5.500

Ekuitas Dana Investasi (EDI) = Aset Tetap – Kewajiban Jangka Panjang


= Rp 3.000 – Rp 2.500
= Rp 500

Ekuitas Dana Cadangan (EDC) = Dana Cadangan


= Rp 1.000

Berikut ini adalah neraca awal Kabupaten Makmur dengan rincian akun ekuitas
dana.
8

Kabupaten Makmur
Neraca Awal
Per 31 Desember 2005
(dalam jutaan rupiah)
Aset Kewajiban
Aset Lancar Hutang Jangka Pendek Rp 1.500
Kas di Kas Daerah Rp 5.000 Hutang Jangka Panjang 2.500
Persediaan 2.000 Total Kewajiban 4.000
Total Aset Lancar 7.000 Ekuitas Dana
Aset Tetap dan Lainnya Ekuitas Dana Lancar
Aset Tetap 3.000 SiLPA 5.000
Dana Cadangan 1.000 Cadangan Persediaan 2.000
Dana YHD untuk Pembayaran
Total Aset Tetap dan Lainnya 4.000 (1.500)
Hutang Jangka Pendek
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Aset
3.000
Tetap
Dana YHD untuk Pembayaran
(2.500)
Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana
1.000
Cadangan
Total Ekuitas Dana 7.000
Jumlah Kewajiban dan
Total Aset Rp 11.000 Rp 11.000
Ekuitas
Ket: YHD= Yang Harus Disediakan

Contoh 2
Selama Tahun 2006, APBD Kabupaten Makmur ditetapkan dan direalisasikan
sebagai berikut:
(dalam jutaan rupiah)
Pos APBD APBD Realisasi APBD
Pendapatan Rp 19.000 Rp 20.000
Belanja Operasi 16.000 15.000
Belanja Modal /Aset Tetap 10.000 10.000
Surplus/(Defisit) (7.000) (5.000)
Penerimaan Pembiayaan_ dari Hutang Jangka Panjang 8.000 7.000
Pengeluaran Pembiayaan_ Pembentukan Dana Cadangan (7.000) (5.000)
Sisa Lebih/(Kurang Pembiayaan) 1.000 2.000
SiLPA /(SiKPA) (6.000) (3.000)

Secara deskriptif, transaksi akuntansi keuangan yang terjadi pada Kabupaten


Makmur dalam tahun 2006 dapat diikhtisarkan sebagai berikut (dalam jutaan
rupiah):
A. Inventarisasi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 11.000
B. Realisasi pendapatan asli Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 20.000
C. Realisasi belanja operasi Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 15.000
D. Realisasi belanja modal Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 10.000
9

E. Korolari: pengakuan aset atas realisasi belanja modal Pemerintah Daerah


Kabupaten Makmur Rp 10.000
F. Realisasi penerimaan pembiayaan dari hutang jangka panjang Rp 7.000
G. Korolari: pengakuan hutang jangka panjang Rp 7.000
H. Pengeluaran pembiayaan berupa pembentukan dana cadangan pemerintah
daerah untuk pembuatan bandara di Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur
Rp 5.000
I. Korolari: pengakuan atas penambahan dana cadangan Rp 5.000

Bagaimanakah pengaruh dari realisasi APBD Kabupaten Makmur terhadap


persamaan akuntansi pemerintah Kabupaten Makmur?

Penjelasan Transaksi A
Transaksi A adalah berupa pencatatan neraca awal, yang berasal dari inventarisasi
aset dan kewajiban. Dalam transaksi ini dicatat aset yang bisa diidentifikasi serta
kewajiban yang dimiliki oleh Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2005. Selisih
antara total aset dan kewajiban, masing-masing akan diidentifikasi dan
dikelompokkan ke dalam ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas
dana cadangan. Penjelasan atas transaksi pertama ini telah diuraikan di Contoh 1.

Penjelasan Transaksi B
Transaksi B adalah realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten Makmur sesuai
dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten
Makmur adalah Rp 20.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut
akan menambah aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar
Rp 20.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan menambah jumlah
ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 20.000. Transaksi realisasi pendapatan
pemerintah ini hanya akan menambah kas dan tidak mengubah komposisi aset
lainnya.

Penjelasan Transaksi C
Transaksi B adalah realisasi belanja operasi pemerintah Kabupaten Makmur
sesuai dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi belanja operasi pemerintah
Kabupaten Makmur adalah Rp 15.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi
anggaran tersebut akan mengurangi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur
berupa kas sebesar Rp 15.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan
mengurangi jumlah ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 15.000. Transaksi
realisasi belanja operasi pemerintah ini hanya akan mengurangi kas, tidak
mengubah komposisi aset lainnya. Sebagai lawannya, transaksi realisasi belanja
operasi pemerintah akan mengurangi ekuitas dana lancar (SiLPA).
Persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut:
(dalam jutaan rupiah)

Hutang Hutang Ekuitas Ekuitas Ekuitas


Tran- Kas di Kas Persedia- Aset Dana Keterangan
Jangka Jangka Dana Dana Dana
saksi Daerah an Tetap Cadangan Transaksi
Pendek Panjang Lancar Investasi Cadangan
DEBET (Rp) KREDIT (Rp)
A 5.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 5.500 500 1.000 Neraca Awal
B 20.000 20.000 Pendapatan
25.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 25.500 500 1.000
C (15.000) (15.000) Belanja Operasi
10.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 10.500 500 1.000
D (10.000) (10.000) Belanja Modal
0 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 500 500 1.000
Belanja Modal:
E 10.000 10.000
Pengakuan Aset Tetap
0 2.000 13.000 1.000 1.500 2.500 500 10.500 1.000
Penerimaan
Pembiayaan dari
F 7.000 7.000
Hutang Jangka
Panjang
7.000 2.000 13.000 1.000 1.500 2.500 7.500 10.500 1.000
Pengakuan Hutang
G 7.000 (7.000)
Jangka Panjang
7.000 2.000 13.000 1.000 1.500 9.500 7.500 3.500 1.000
Pengeluaran
H (5.000) (5.000)
Pembiayaan
2.000 2.000 13.000 1.000 1.500 9.500 2.500 3.500 1.000
Pencatatan
I 5.000 5.000 Penambahan Dana
Cadangan
2.000 2.000 13.000 6.000 1.500 9.500 2.500 3.500 6.000
Penjelasan Transaksi D
Transaksi D adalah realisasi belanja modal pemerintah Kabupaten Makmur sesuai
dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi belanja modal pemerintah Kabupaten
Makmur adalah Rp 10.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut
akan mengurangi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar
Rp 10.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan mengurangi jumlah
ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 10.000. Transaksi realisasi belanja operasi
pemerintah ini bukan hanya akan mengurangi kas, tetapi juga akan mengubah
komposisi aset lainnya, yaitu bertambahnya aset tetap sebagai akibat belanja
modal. Sebagai lawannya, transaksi realisasi belanja modal pemerintah akan
mengurangi ekuitas dana lancar (SiLPA) Rp 10.000.

Penjelasan Transaksi E
Transaksi pengakuan aset tetap dan pengakuan hutang jangka panjang
merupakan transaksi yang berbeda dengan transaksi yang terjadi di sektor
swasta. Transaksi belanja modal sebesar Rp 10.000 akan mempengaruhi akun kas
di sisi Debet, berupa pengurangan kas, dan ekuitas dana lancar berupa
bertambahnya belanja modal sebesar Rp 10.000. Bertambahnya belanja secara
langsung akan berpengaruh terhadap SiLPA di akhir periode. Pencatatan transaksi
dengan metode ini hanya akan mempengaruhi aset berupa kas dan ekuitas dana
berupa SiLPA. Sementara untuk pengakuan adanya aset terhadap transaksi ini
memerlukan satu tahap pencatatan transaksi sebagai aset. Pengakuan atas aset
sebagai penambahan aset tetap sebesar Rp 10.000, dan diimbangi dengan
penambahan atas ekuitas dana investasi untuk pos Ekuitas Dana Investasi-
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap sebesar Rp 10.000. Oleh karena itu, untuk
mencatat transaksi ini dilakukan 2 langkah, yaitu 1) mengakui penurunan kas dan
penambahan belanja modal sebesar Rp 10.000, dan 2) mengakui penambahan aset
tetap Rp 10.000 dan penambahan Ekuitas Dana Investasi-Diinvestasikan dalam
Aset Tetap sebesar Rp 10.000. Langkah yang kedua di dalam akuntansi
pemerintahan dikenal dengan jurnal korolari.

Masalah lain yang muncul adalah pertanyaan, ”Mengapa pencatatan transaksi


tidak langsung mengurangi kas dan menambah aset tetap sebesar Rp 10.000?”
Apabila pencatatan dalam persamaan akuntansi dilakukan dengan cara ini, maka
akan mengakibatkan 1) tidak tercatatnya belanja modal, 2) tidak tercatatnya
penambahan didalam Ekuitas dana Investasi-Diinvestasikan dalam Aset Tetap.
Untuk mengatasi kelemahan karena pencatatan model sektor swasta, maka dalam
persamaan akuntansi pemerintah pencatatan harus dilakukan dua tahap, yaitu
tahap pertama mencatat pengeluaran kas dan penambahan belanja modal atau
realisasi belanja modal, dan tahap kedua mengakui penambahan aset tetap dan
penambahan Ekuitas Dana Investasi-Diinvestasikan dalam Aset Tetap.
12

Penjelasan Transaksi F
Transaksi F adalah realisasi penerimaan pembiayaan pemerintah Kabupaten
Makmur sesuai dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi penerimaan
pembiayaan pemerintah Kabupaten Makmur adalah Rp 7.000 yang berasal dari
hutang jangka panjang. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut
akan menambah aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar
Rp 7.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan menambah jumlah
ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 7.000. Transaksi realisasi belanja operasi
pemerintah ini bukan hanya akan menambah ekuitas dana lancar (SiLPA), tetapi
juga akan mengubah komposisi kewajiban jangka panjang, yaitu bertambahnya
kewajiban jangka panjang sebagai akibat dari penerimaan pembiayaan, yang perlu
dibayar di masa yang akan datang.

Penjelasan Transaksi G
Transaksi ini adalah kasus penerimaan kas dari penerimaan pembiayaan atau
realisasi pendapatan pembiayaan. Transaksi penerimaan pembiayaan sebesar Rp
7.000 berasal dari hutang jangka panjang akan mempengaruhi akun kas di sisi
Debet, berupa penambahan kas, dan ekuitas dana lancar berupa bertambahnya
penerimaan pembiayaan sebesar Rp 7.000. Bertambahnya penerimaan
pembiayaan secara langsung akan berpengaruh terhadap SiLPA pada akhir
periode. Pencatatan transaksi dengan metode ini hanya akan mempengaruhi aset
berupa kas dan ekuitas dana berupa SiLPA. Sementara untuk pengakuan adanya
hutang jangka panjang terhadap transaksi ini memerlukan satu tahap pencatatan
transaksi sebagai hutang jangka panjang. Pengakuan atas transaksi pembiayaan
sebagai penambahan hutang jangka panjang sebesar Rp 7.000, dan diimbangi
dengan penambahan atas Ekuitas Dana Investasi-Dana yang Harus Disediakan
untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang sebesar Rp 7.000.

Muncul pertanyaan, ”Mengapa pencatatan transaksi tersebut tidak langsung


menambah kas dan hutang jangka panjang masing-masing sebesar Rp 7.000,
seperti halnya di persamaan akuntansi sektor swasta?” Apabila pencatatan dalam
persamaan akuntansi dilakukan dengan cara ini, maka akan mengakibatkan 1)
tidak tercatatnya penerimaan pembiayaan, 2) tidak tercatatnya penambahan
didalam Ekuitas Dana Investasi-Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran
Hutang Jangka Panjang. Untuk mengatasi kelemahan karena pencatatan model
sektor swasta tersebut, maka dalam persamaan akuntansi pemerintah pencatatan
harus dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama mencatat penerimaan kas dan
penambahan penerimaan pembiayaan atau realisasi penerimaan pembiyaan dari
hutang jangka panjang, dan tahap kedua adalah mengakui penambahan kewajiban
jangka panjang dan penambahan Ekuitas Dana Investasi-Dana yang Harus
Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang.
13

Penjelasan Transaksi H
Transaksi H adalah realisasi pengeluaran pembiayaan pemerintah Kabupaten
Makmur sesuai dengan APBD untuk membentuk dana cadangan. Untuk tahun
2006, realisasi pengeluaran pembiayaan pemerintah Kabupaten Makmur adalah
Rp 5.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut akan mengurangi
aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar Rp 5.000 di
sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan mengurangi jumlah ekuitas dana
lancar (SiLPA) sebesar Rp 5.000. Transaksi realisasi belanja pembiayaan
pemerintah ini bukan hanya akan mengurangi kas, tetapi akan mengubah
komposisi aset lainnya berupa perubahan pada dana cadangan. Sebagai lawannya,
transaksi realisasi belanja operasi pemerintah akan mengurangi ekuitas dana
lancar (SiLPA) sebesar Rp 5.000.

Penjelasan Transaksi I
Transaksi pengakuan dana cadangan dan pengakuan penambahan atas ekuitas
dana cadangan merupakan transaksi yang berbeda dengan transaksi yang terjadi
di sektor swasta. Transaksi belanja pembiayaan sebesar Rp 5.000 akan
mempengaruhi akun kas di sisi Debet, berupa pengurangan kas, dan ekuitas dana
lancar berupa bertambahnya ekuitas dana cadangan sebesar Rp 5.000.
Bertambahnya belanja pembiayaan secara langsung akan berpengaruh terhadap
SiLPA di akhir periode. Pencatatan transaksi dengan metode ini hanya akan
mempengaruhi aset berupa kas dan ekuitas dana cadangan. Sementara untuk
pengakuan adanya aset berupa dana cadangan terhadap transaksi ini memerlukan
satu tahap pencatatan transaksi lagi. Pengakuan atas dana cadangan sebesar Rp
5.000, perlu diimbangi dengan penambahan atas ekuitas dana cadangan Rp 5.000.
Oleh karena itu langkah untuk mencatat transaksi ini dilakukan sebanyak 2
langkah, yaitu 1) mengakui penurunan kas dan penambahan belanja pembiayaan
sebesar Rp 5.000, dan 2) mengakui penambahan dana cadangan Rp 10.000 dan
penambahan ekuitas dana cadangan sebesar Rp 10.000.

Masalah lain yang muncul adalah pertanyaan, ”Mengapa pencatatan transaksi


tidak langsung mengurangi kas dan menambah dana cadangan sebesar Rp 5.000?”
Apabila pencatatan dalam persamaan akuntansi dilakukan dengan cara ini, maka
akan mengakibatkan 1) tidak tercatatnya belanja pembiayaan, 2) tidak tercatatnya
penambahan didalam ekuitas dana cadangan. Untuk mengatasi kelemahan karena
pencatatan model sektor swasta, maka dalam persamaan akuntansi pemerintah
pencatatan harus dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama mencatat pengeluaran
kas dan penambahan belanja pembiayaan atau realisasi belanja pembiayaan, dan
tahap kedua mengakui penambahan dana cadangan dan penambahan ekuitas
dana cadangan.
14

CONTOH PENYESUAIAN DALAM PERSAMAAN AKUNTANSI

Setiap akhir tahun, di dalam akuntansi pemerintahan perlu diperhatikan pos-pos


yang memerlukan penyesuaian. Penyesuaian diperlukan karena tidak setiap akun
dalam neraca menunjukkan kondisi yang sebenarnya. Sebagai misal, adalah akun
Persediaan di dalam neraca Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006 adalah
sama dengan jumlah persediaan pada awal tahun 2006 (neraca awal). Untuk
memastikan bahwa akun tersebut angkanya telah tepat, maka diperlukan
pengecekan nilai jumlah persediaan (stock opname). Kasus lainnya misalnya,
pemerintah Kabupaten Makmur menyusutkan asetnya untuk mendapatkan nilai
wajar dalam aset tetap di neraca.

Adanya transaksi yang belum tercatat, atau akun pada akhir tahun belum
menunjukkan angka yang tepat menunjukkan bahwa di dalam akuntansi
pemerintahan perlu dilakukan penyesuaian (judgement) terhadap akun-akun yang
muncul. Hasil dari penilaian tersebut adalah munculnya jurnal penyesuaian, untuk
memperbaiki laporan sehingga mencerminkan keadaan yang wajar.

Contoh 3
Dalam kasus Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006, untuk memastikan
keadaan yang sebenarnya, dilakukan stock opname terhadap persediaan dan
ternyata nilai wajar dari persediaan Kabupaten Makmur jumlahnya adalah Rp
3.000 juta. Disamping itu, pada awal tahun anggaran DPRD Kabupaten Makmur
memberi mandat agar menyusutkan aset tetap di Kabupaten Makmur sebesar Rp
500 juta per tahun.

Bagaimana pengaruh adanya penyesuaian ini terhadap persamaan akuntansi dan


neraca?

Pengaruh terhadap persamaan akuntansi Kabupaten Makmur sampai dengan


penyesuaian dapat digambarkan dalam tabel berikut (dalam jutaan rupiah):
Hutang Hutang
Tran- Kas di Kas Aset Dana Ekuitas Dana Ekuitas Dana Ekuitas Dana
Persediaan Jangka Jangka Keterangan Transaksi
saksi Daerah Tetap Cadangan Lancar Investasi Cadangan
Pendek Panjang

DEBET (Rp) KREDIT (Rp)


A 5.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 5.500 500 1.000 Neraca Awal
B 20.000 20.000 Pendapatan
25.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 25.500 500 1.000
C (15.000) (15.000) Belanja Operasi
10.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 10.500 500 1.000
D (10.000) (10.000) Belanja Modal
0 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 500 500 1.000
Belanja Modal: Pengakuan
E 10.000 10.000
Aset Tetap
0 2.000 13.000 1.000 1.500 2.500 500 10.500 1.000
Penerimaan Pembiayaan
F 7.000 7.000
dari Hutang Jk. Panjang
7.000 2.000 13.000 1.000 1.500 2.500 7.500 10.500 1.000
Pengakuan Hutang Jangka
G 7.000 (7.000)
Panjang
7.000 2.000 13.000 1.000 1.500 9.500 7.500 3.500 1.000
H (5.000) (5.000) Pengeluaran Pembiayaan
2.000 2.000 13.000 1.000 1.500 9.500 2.500 3.500 1.000
Pencatatan Penambahan
I 5.000 5.000
Dana Cadangan
2.000 2.000 13.000 6.000 1.500 9.500 2.500 3.500 6.000 *
Penyesuaian nilai
J 1.000 1.000 persediaan menjadi
Rp3.000
2.000 3.000 13.000 6.000 1.500 9.500 3.500 3.500 6.000
Penystn. Aset Tetap
K (500) (500) (Terbentuk Pos
Akumulasi Penystn.)
2.000 3.000 12.500 6.000 1.500 9.500 3.500 3.000 6.000 **
Ket: * Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian
** Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
16

Penjelasan Transaksi J
Transaksi J adalah pengakuan terhadap hasil stock opname yang menunjukkan
persediaan pemerintah Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006. Jumlah
persediaan hasil stock opname pada akhir tahun 2006 di pemerintah Kabupaten
Makmur adalah Rp 3.000. Hal ini menunjukkan perbedaan dengan nilai
persediaan pada awal tahun sejumlah Rp 2.000. Perbedaan sebesar Rp 1.000 perlu
diperbaiki dengan cara menambahkan masing-masing Rp 1.000 pada akun
persediaan (sebagai tambahan aset lancar) dan pada akun Cadangan Persediaan
(ekuitas dana lancar).

Penjelasan Transaksi K
Transaksi K adalah penyusutan aset tetap pada akhir tahun. Seiring dengan
semakin lamanya digunakan, aset tetap (selain tanah) akan mengalami penurunan
manfaat karena aus atau rusak akibat pemakaian. Dalam rangka penyajian nilai
wajar terhadap aset-aset tersebut dilakukan penyusutan. Selain itu, aset tetap juga
dapat direvaluasi, dihentikan penggunaannya, atau dilepaskan (dijual).

Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas


dan manfaat dari suatu aset. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan,
seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset
tersebut. Penyusutan ini bukan untuk alokasi biaya sebagaimana penyusutan di
sektor komersial, tetapi untuk menyesuaikan nilai sehingga dapat disajikan secara
wajar. Pengertian ini berdampak pada transaksi yang harus dibuat pada saat
mengakui penyusutan, dimana tidak ada pengakuan beban penyusutan melainkan
hanya penurunan nilai aset.

Nilai penyusutan untuk masing-masing periode dicatat dengan cara mengurangi


nilai tercatat aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap. Jumlah
penyusutan pada tahun 2006 di pemerintah Kabupaten Makmur adalah Rp 500.
Penyusutan ini akan mengurangi aset tetap sebesar Rp 500 (dengan terbentuknya
akun/pos baru berupa Akumulasi Penyusutan yang merupakan akun lawan dari
aset tetap) dan mengurangi Ekuitas Dana Investasi–Diinvestasikan pada Aset
Tetap. Atau dengan kata lain Akumulasi Penyusutan bertambah (kredit) dan
Ekuitas Dana Investasi–Diinvestasikan pada Aset Tetap berkurang (Debet).

Teknik lain yang dapat digunakan adalah mengurangi penyusutan langsung


terhadap aset tetap dan Ekuitas Dana Investasi–Diinvestasikan pada Aset Tetap
sesuai dengan nilai wajarnya.

Dengan adanya penyesuaian tersebut, maka neraca setelah dilakukannya


penyesuaian adalah sebagai berikut:
17

Kabupaten Makmur
Neraca
Per 31 Desember 2006
(dalam jutaan rupiah)
Aset Kewajiban
Aset Lancar Hutang Jangka Pendek Rp 1.500
Kas di Kas Daerah Rp 2.000 Hutang Jangka Panjang 9.500
Persediaan 3.000 Total Kewajiban 11.000
Total Aset Lancar 5.000 Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Lancar
SiLPA 2.000
Aset Tetap dan Lainnya Cadangan Persediaan 3.000
Aset Tetap 13.000 Dana YHD untuk Pembayaran
(1.500)
Akumulasi Penyusutan (500) Hutang Jangka Pendek
Nilai Buku Aset Tetap 12.500 Ekuitas Dana Investasi
Dana Cadangan 6.000 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 12.500
Total Aset Tetap dan Dana YHD untuk Pembayaran
18.500 (9.500)
Lainnya Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana
Cadangan 6.000
Total Ekuitas Dana 12.500
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
Jumlah Aset Rp 23.500 Rp 23.500
Dana
Ket: YHD=Yang Harus Disediakan

KOROLARI DALAM PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Bagian ini disarikan dari Sinaga (2005). Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005,
menggunakan basis modifikasi kas menuju akrual (cash towards accrual). Basis ini
mengharuskan penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dengan basis akrual
sedangkan pendapatan, belanja, dan pembiayaan menggunakan basis kas. Aset,
kewajiban, dan ekuitas merupakan unsur Neraca sedangkan pendapatan, belanja,
dan pembiayaan merupakan unsur Laporan Realisasi Anggaran. Dengan kata lain,
Neraca disajikan dengan basis akrual dan Laporan Realisasi Anggaran dan
Laporan Arus Kas disajikan dengan basis kas.

Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran merupakan laporan-laporan yang saling


berhubungan. Pendapatan yang merupakan isi Laporan Realisasi Anggaran
didefinisikan sebagai semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah
yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah. Selanjutnya belanja yang juga menjadi isi Laporan Realisasi
Anggaran didefinisikan sebagai semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun
18

anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh


pemerintah.

Ekuitas dana lancar merupakan unsur neraca sehingga pendapatan dan belanja
seharusnya langsung mempengaruhi ekuitas dana lancar dalam neraca. Akan
tetapi penerimaan pendapatan dan pengeluaran belanja berdasarkan basis kas
hanya mempengaruhi jumlah kas tetapi tidak secara langsung mempengaruhi
ekuitas dana lancar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa akun-akun
pendapatan dan belanja merupakan akun pembantu ekuitas dana lancar.
Penerimaan pendapatan dicatat terlebih dahulu dalam akun pendapatan dan
pengeluaran belanja dicatat dalam akun belanja kemudian pada akhir tahun
ditutup ke akun ekuitas dana lancar (bandingkan dengan pengertian pendapatan
dan biaya sebagai akun pembantu modal dalam akuntansi komersial). Seluruh
penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus ada dalam anggaran, artinya
harus melalui atau tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pendapatan,
belanja, dan pembiayaan yang merupakan unsur Laporan Realisasi Anggaran akan
diakui atau dicatat pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Pendapatan, belanja,
dan pembiayaan hanya mempengaruhi kas dan tidak mempengaruhi komponen
lainnya dalam pos neraca pada saat penerimaan dan pengeluaran kas. Akibat
perlakuan seperti ini, neraca hanya terdiri dari kas pada sisi debet dan ekuitas
pada sisi kredit. Ekuitas pun hanya muncul pada akhir periode pada saat
pendapatan dan biaya ditutup ke ekuitas dana lancar.

Perlakuan-perlakuan penerimaan dan pengeluaran dalam penerapan basis kas


menuju akrual ini dapat diuraikan sebagai berikut:

Pada saat penerimaan pendapatan dicatat dalam persamaan:


Kas = Ekuitas Dana Lancar Pendapatan

Kas merupakan unsur atau akun neraca yang disebut juga dengan akun riil (real
account) sedangkan pendapatan adalah unsur Laporan Realisasi Anggaran yang
disebut juga akun nominal (nominal account).

Pada saat pengeluaran kas untuk belanja dicatat dalam persamaan:


(Kas) = (Ekuitas Dana Lancar) Belanja
Belanja merupakan nominal account.

Pada saat pengeluaran belanja untuk perolehan aset tetap berupa gedung
misalnya akan dijurnal:
(Kas) = (Ekuitas Dana Lancar) Belanja Modal

Pertanyaannya, ”Mengapa tidak langsung dijurnal ke aset tetap yang


bersangkutan?” Seharusnya, seperti halnya di akuntansi komersial, pengeluaran
19

untuk perolehan aset tetap (belanja modal untuk pembangunan gedung) dapat
dicatat dalam persamaan akuntansi pemerintah sebagai berikut:

(Kas) = Gedung & Bangunan Belanja Modal

Akun gedung dan bangunan dan akun kas merupakan akun riil (real account). Jika
dilakukan penjurnalan seperti di atas maka pengeluaran tersebut tidak akan
mempengaruhi belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran. Perlakuan seperti ini
hanya mempengaruhi akun-akun neraca. Oleh karena seluruh transaksi kas
pemerintahan harus melalui Laporan Realisasi Anggaran maka pengeluaran untuk
belanja modal tidak dapat dijurnal langsung ke aset yang bersangkutan, tetapi
harus melalui Laporan Realisasi Anggaran terlebih dahulu.

Contoh lain, misalnya pengeluaran untuk pembayaran pokok hutang. Pembayaran


pokok hutang akan dicatat dalam persamaan akuntansi pemerintah sebagai
berikut:
(Kas) = Pengeluaran Pembiayaan Pokok Hutang Bayar pokok hutang

Pengeluaran uang kas untuk pembayaran hutang tidak dikredit secara langsung
pada kewajiban di Neraca, melainkan dijurnal ke unsur Laporan Realisasi
Anggaran yaitu Pengeluaran Pembiayaan untuk Pembayaran Pokok Hutang.

Dari uraian di atas terlihat bahwa setiap pengeluaran pemerintah atau


penerimaan pemerintah harus melalui Laporan Realisasi Anggaran. Oleh
karena itu, penerimaan dan pengeluaran mempengaruhi unsur-unsur dalam
Laporan Realisasi Anggaran dan kas di Neraca sekaligus. Jadi yang terpengaruh di
Neraca hanya akun kas. Akan tetapi penerimaan dan pengeluaran uang tidak
hanya mempengaruhi kas di Neraca.

Pengeluaran uang untuk membayar pengadaan aset tetap yang merupakan belanja
modal selain mempengaruhi kas juga mempengaruhi aset tetap yang
bersangkutan dan akun pasangannya dalam kelompok ekuitas. Contohnya
pengadaan aset tetap berupa bangunan tersebut. Contoh lainnya, penerimaan
uang dari pinjaman akan menambah kas tetapi sekaligus juga menambah
kewajiban yang harus muncul di Neraca. Untuk itu harus ada mekanisme agar
pengeluaran kas tidak hanya mempengaruhi kas tetapi juga unsur neraca lainnya
yang terkait sekaligus juga masuk dalam Laporan Realisasi Anggaran. Demikian
juga halnya dengan penerimaan pinjaman yang masuk dalam Laporan Realisasi
Anggaran tetapi juga harus masuk dalam kewajiban di Neraca. Mekanisme ini yang
disebut dengan jurnal korolari.

Melalui mekanisme jurnal korolari, pengeluaran belanja untuk pembelian aset


tetap seperti pembelian gedung dicatat sebagai pengeluaran belanja modal.
20

Selanjutnya, agar perolehan aset tersebut muncul dalam Neraca maka perlu dibuat
jurnal pendamping (jurnal korolari). Jurnal korolari dibuat dengan mendebet aset
yang bersangkutan dan mengkredit akun Ekuitas Dana Diinvestasikan dalam
kelompok Ekuitas. Misalkan dikeluarkan belanja modal sebesar Rp 100 miliar
untuk pembelian gedung, maka agar dapat masuk dalam Neraca dan Laporan
Realisasi Anggaran harus dibuat persamaan akuntansi sebagai berikut:

(Kas) = EDL - SiLPA Belanja Modal


(100) = (100)
Persamaan ini akan mempengaruhi belanja modal dalam Laporan Realisasi
Anggaran. Pencatatan tersebut belum masuk dalam akun aset tetap berupa
gedung dan akun ekuitasnya. Untuk itu dibuatkan persamaan korolari:

Gedung dan Bangunan = Diinvestasikan dalam Aset Tetap Korolari Belanja Modal
100 = 100

Dengan penjurnalan di atas, Pengeluaran Kas akan dicatat dalam Neraca dan
Laporan Realisasi Anggaran. Bukan hanya itu, akun Gedung dan Bangunan dalam
kelompok aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap pada kelompok
Ekuitas juga dicatat sebesar jumlah yang sama. Dari uraian di atas terlihat bahwa
jurnal korolari digunakan agar transaksi yang mempengaruhi akun Neraca
(selain kas) dan Laporan Realisasi Anggaran dapat dicatat pada waktu yang
sama.

Pertanyaannya adalah ”Apakah tidak ada mekanisme lain yang dapat


memungkinkan dapat disajikannya unsur neraca selain kas?” Jawabnya adalah
”Ada”. Akun-akun yang dimaksud bisa saja dicatat pada akhir tahun dengan
menggunakan jurnal penyesuaian. Seluruh buku besar untuk akun-akun terkait
dibuka pada saat penyusunan neraca lajur. Akan tetapi dapat dibayangkan begitu
rumitnya menghimpun semua bukti transaksi untuk dilakukan penyesuaian pada
akhir tahun dengan mekanisme ini.
21

PERTANYAAN

1. Konsep dana apakah yang dianut oleh akuntansi pemerintah di Indonesia?


Jelaskan!
2. Tuliskan Persamaan Akuntansi Pemerintah!
3. Apakah perbedaan antara persamaan akuntansi pemerintah dengan
persamaan akuntansi bisnis?
4. Apakah perbedaan antara pos ekuitas (modal) di laporan keuangan swasta
dengan pos ekuitas dana di dalam akuntansi pemerintahan?
5. Apakah yang dimaksud dengan ekuitas dana lancar? Tuliskan rumusnya!
6. Apakah yang dimaksud dengan ekuitas dana investasi? Tuliskan rumusnya!
7. Apakah yang dimaksud dengan ekuitas dana cadangan? Tuliskan rumusnya!
8. Berikan beberapa contoh sub akun yang terdapat dalam ekuitas dana lancar!
9. Berikan beberapa contoh sub akun yang terdapat dalam ekuitas dana
investasi!
10. Berikan beberapa contoh sub akun yang terdapat dalam ekuitas dana
cadangan!
11. Jika pemerintah daerah menerima pendapatan pajak, akun apakah yang
terpengaruh dalam persamaan akuntansi pemerintahan?
12. Jika pemerintah daerah membeli aset tetap dengan anggarannya, akun apakah
yang terpengaruh dalam persamaan akuntansi pemerintahan?
13. Apakah perlu ada penyesuaian dalam akuntansi pemerintahan? Jelaskan dan
berikan contohnya!
14. Berikut ini adalah kasus untuk penganggaran pemerintah daerah dan
pencatatan persamaan akuntansi. Sebagai ilustrasi, di Pemda Gemah Ripah
proses anggaran untuk tahun 2004 dimulai pada bulan Maret 2003. Dengan
menggunakan anggaran kinerja dan partisipasi dari masyarakat, anggaran
disetujui akhir Desember 2003 dan segera dilaksanakan mulai 1 Januari 2004.
Pelaksanaan berlangsung mulai tanggal 1 Januari 2004 hingga 31 Desember
2004. Kapankah transaksi yang mempengaruhi persamaan akuntansi
berlangsung? Apakah persamaan akuntansi terpengaruh dalam penyusunan
anggaran?
15. Data yang dikutip dari laporan Pemda Balda tahun anggaran 2000
dianggarkan Rp 95.000 untuk pendapatan dan Rp 100.000 untuk belanja.
Sedangkan pada tahap realisasi, Pendapatan Rp 90.000 dan Belanja Rp
75.000. Diasumsikan bahwa belanja hanya satu jenis dan pendapatan hanya
pendapatan pajak. Saldo awal kas yang seluruhnya berasal dari saldo tahun
lalu adalah sebesar Rp 20.000. Sumber penerimaan pembiayaan Pemda hanya
berasal dari saldo tahun lalu tetapi masih menganggarkan penyertaan pada
PDAM sebesar Rp 15.000 dan terealisasi sebesar Rp 12.000. Seluruh
pembiayaan diotorisasi dengan jumlah yang sama dengan anggarannya. Aset
Pemda di samping kas hanya aktiva tetap senilai Rp 2.000.000 dan selama
22

tahun 2000 belanja untuk penambahan aktiva tetap tidak ada. Buatlah
persamaan akuntansinya dan susunlah neraca dari persamaan tersebut!
16. Pada Neraca Pemda B per 31 Desember 2005 diketahui bahwa:
 Kas Daerah Rp 50 juta
 Persediaan 45 juta
 Piutang Pajak 60 juta
 Investasi Jangka Panjang 100 juta
 Aset Tetap 200 juta
 Aset Lainnya 85 juta
 Dana Cadangan 300 juta
 Hutang Jangka Pendek 30 juta (termasuk Perhitungan
Fihak Ketiga/PFK Rp 5 juta)
 Hutang Jangka Panjang 150 juta
Berapakah Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana
Cadangan yang disajikan dalam neraca Pemda B per 31 Desember 2005?
17. Dari data pembukuan Pemda A ditemukan Saldo Kas di Kas Daerah per 31
Desember 2005 adalah Rp 1.000 juta. Setelah ditelusuri ternyata terdapat kas
sebesar Rp 45 juta yang belum disetor oleh Bendahara Penerimaan ke Kas
Daerah sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah kas sebesar Rp 45 juta
tersebut diketahui baru disetor ke Kas Daerah pada tanggal 6 Januari 2006.
Selain itu dari laporan bendahara pengeluaran status SKPD ditemukan adanya
sisa uang persediaan sebesar Rp 50 juta yang belum disetor ke Kas Daerah
sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah tersebut baru disetor pada tanggal
5 Januari 2006. Laporan Keuangan Pemda A untuk Tahun Anggaran (TA) 2005
baru diselesaikan dan diterbitkan pada tanggal 31 Maret 2006. Bagaimana
penyajian kas Pemda A di neraca per 31 Desember 2005?
18. Dalam ekuitas dana pemerintahan, terdapat kemungkinan masing-masing
ekuitas dana bernilai negatif atau positif. Jelaskan dan analisa kondisi negatif
atau positif masing-masing ekuitas dana tersebut, dan hubungkan dengan
kondisi keuangan dari suatu pemerintah daerah!
19. Apakah arti pencatatan korolari dalam akuntansi pemerintahan?
20. Mengapa harus ada pencatatan korolari?
21. Apakah selain pencatatan korolari tidak ada teknik akuntansi yang lain yang
dapat digunakan?
22. Adakah istilah lain untuk pencatatan korolari? Jelaskan!
23. Jelaskan pencatatan korolari dalam akuntansi pemerintahan! Transaksi apa
sajakah yang memerlukan pencatatan korolari dalam akuntansi
pemerintahan?
23

SOAL-SOAL

Soal 1
Pemerintah Kabupaten A akan dimekarkan menjadi Kabupaten B dan C mulai
Januari tahun 2004. Untuk pemekaran tersebut, maka diidentifikasi aset-aset
Kabupaten A semuanya menjadi milik dari Kabupaten B. Kabupaten C tidak
mendapat aset apapun dari proses pemekaran itu. Untuk menunjang pelayanan
masyarakat di Kabupaten C, maka pada tahun tersebut Kabupaten C mendapat
dana transfer dari pemerintah berupa Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 400
miliar. Anggaran pertama ditetapkan oleh pemerintah pusat. Berikut ini adalah
APBD dan realisasi APBD Kabupaten C untuk tahun 2004:
(dalam milyaran rupiah)
Pos APBD APBD Realisasi APBD
Pendapatan
Pajak Daerah Rp 10 Rp 10
Retribusi Daerah 5 5
PAD lainnya 2 5
DAU 400 400
Total Pendapatan Asli Daerah (PAD) 417 420
Belanja
Belanja Operasi
Belanja Pemilihan Umum 10 10
Belanja Bupati dan Wakil Bupati 15 15
Belanja DPRD 10 10
Belanja Pelayanan Umum 200 190
Total Belanja Operasi 235 225
Belanja Modal /Aset Tetap
Belanja Gedung 100 100
Belanja Kendaraan 50 50
Belanja Tanah 35 35
Total Belanja Aktiva Tetap 185 185
Total Belanja 420 410
Surplus/(Defisit) (3) 10
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan_Dari Hutang Jk Panjang 15 15
Pengeluaran Pembiayaan_Membuat Dana Cadangan 10 10
Total Pembiayaan 5 5
Sisa Lebih/(Kurang) Pembiayaan Rp 2 Rp 15

Diminta:
1. Adakah neraca awal pemerintah kabupaten C?
2. Berdasarkan transaksi Kabupaten C, buatlah:
a. persamaan akuntansi atas realisasi anggaran tersebut
b. laporan neraca
3. Dengan kondisi di bawah ini, buatlah persamaan akuntansi untuk
penyesuaian:
24

a. jumlah persediaan pada akhir tahun adalah Rp 5 miliar


b. penyusutan aktiva tetap per tahun adalah 5%
4. Setelah disesuaikan, buatlah laporan keuangan neraca!

Soal 2
a. APBD Pemkab ABC tahun 2001 mencantumkan informasi sebagai berikut.
Pos APBD APBD Realisasi APBD
Pendapatan
Penerimaan cicilan penjualan rumah dinas Rp 62.500 Rp 62.500
Penerimaan pajak hiburan 162.500 175.000
Penggunaan SiLPA 400.000 250.000
Penerimaan Pengembalian Pinjaman PDAM 250.000
Belanja
Pembayaran bunga pinjaman 75.000 75.000
Pembelian Persediaan 50.000 40.000
Pembayaran pokok pinjaman Luar Negeri 250.000 250.000
Pembayaran pokok pinjaman Pemerintah Pusat 500.000 500.000

Realisasi pembayaran hutang dan biaya bunga tahun 2001 adalah sebagai
berikut :
Jenis Hutang Pokok Pinjaman Biaya Bunga
Hutang kepada Luar Negeri Rp 250.000 Rp 25.000
Hutang kepada Pemerintah Pusat 500.000 50.000

Hutang jangka panjang dan biaya bunga yang akan jatuh tempo tahun 2002
adalah sebagai berikut :
Jenis Hutang Pokok Pinjaman Biaya Bunga
Hutang kepada Luar Negeri Rp 250.000 Rp 20.000
Hutang kepada Pemerintah Pusat 500.000 40.000

Tagihan penjualan angsuran yang akan diterima tahun 2002 adalah sebesar
Rp 62.500.
Hasil perhitungan fisik persediaan Alat Tulis Kantor (ATK) per 31 Desember
2001 adalah sebesar Rp 10.000.

b. Pos-pos Neraca akhir tahun 2000 adalah sebagai berikut :


Aset
Aset Lancar
Kas Rp 400.000
Persediaan 100.000
Piutang Pajak 155.000
Bagian Lancar Penjualan Angsuran 62.500
Aset Tetap 3.000.000
Tagihan Penjualan Angsuran 187.500
Dana Cadangan 5.000
Total Aset Rp 3.910.000
25

Hutang
Hutang Jangka Pendek
Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang Rp 750.000
Hutang Biaya Pinjaman 75.000
Total Hutang Jangka Pendek 825.000
Hutang Jangka Panjang
Hutang Luar Negeri 1.000.000
Hutang kepada Pemerintah Pusat 2.000.000
Total Hutang Jangka Panjang 3.000.000
Ekuitas
Ekuitas Dana Lancar
Akumulasi SiLPA 400.000
Cadangan untuk persediaan 100.000
Cadangan untuk piutang 217.500
Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek (825.000)
Total Ekuitas Dana Lancar (107.500)
Ekuitas Dana Diinvestasikan
Diinvestasikan dalam aset tetap 3.000.000
Diinvestasikan dalam aset lainnya 187.500
Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang (3.000.000)
Total Ekuitas Dana Diinvestasikan 187.500
Ekuitas Dana Cadangan 5.000
Total Hutang dan Ekuitas Rp 3.910.000

Diminta:
1. Buatlah persamaan akuntansi, dengan transaksi penyesuaiannya! Kolom
Ekuitas Dana cukup dibuat 3 kolom saja.
2. Buatlah laporan keuangan neraca pemerintah daerah yang terdiri dari
tahun 2001!

Soal 3
Data yang dikutip dari laporan Pemda Bagus Tahun Anggaran 2001 adalah sebagai
berikut:
Penerimaan
Tahap/jenis Pendapatan Belanja
Pembiayaan
Pengesahan Rp 10.000 Rp 13.000 Rp 1.500
Realisasi 9.000 10.000 1.500

Diasumsikan bahwa pendapatan hanya diperoleh dari pendapatan yang berasal


dari pajak-pajak daerah. Saldo awal kas yang seluruhnya berasal dari saldo tahun
lalu adalah Rp 1.500. Sedangkan sumber penerimaan pembiayaan Pemda selain
berasal dari saldo tahun lalu juga berasal dari Pinjaman Pemerintah Pusat sebesar
Rp 1.500. Tidak dilakukan pengeluaran pembiayaan untuk tahun 2001. Belanja
dilakukan hanya untuk belanja pegawai Rp 10.000 dan pembangunan gedung
sekolah senilai Rp 3.000 dan realisasinya belanja pegawai Rp 7.500, belanja
26

pembangunan gedung Rp 2.500. Sedangkan data yang diambil dari neraca per 31
Desember 2000 adalah sebagai berikut:
Kas Rp 1.500
Aset Tetap 3.000
Dana Cadangan 500
Total Aset Rp 5.000
Ekuitas
Ekuitas Dana Lancar
Akumulasi SiLPA Rp 1.500
Ekuitas Dana Diinvestasikan
Diinvestasikan dalam aset tetap 3.000
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana cadangan 500
Total Ekuitas Rp 5.000

Diminta:
1. Buatlah persamaan akuntansi pemerintahannya!
2. Buatlah laporan keuangan neraca pemerintah akhir tahun 2001!

TUGAS

Dapatkan salah satu laporan keuangan neraca pemerintah pusat atau daerah.
Pastikan laporan keuangan neraca yang ditampilkan dalam laporan keuangan
pemerintah tersebut telah lengkap. Lakukanlah hal berikut ini:
1. Gunakan persamaan akuntansi pemerintahan untuk menguji ketepatan
penyajian ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas dana
cadangan!
2. Berikan komentar Anda tentang hubungan laporan keuangan neraca
pemerintahan dan persamaan akuntansi!
27

Lampiran
Perubahan Standar Akuntansi Berbasis Akrual

Pembagian ekuitas dana tidak bermakna apa-apa dan membingungkan secara


konseptual. Pembagian ekuitas dana tidak berguna. Tidak mendapat dukungan teoritis
rasional.
BAB 6
SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN:
BUKTI TRANSAKSI DAN JURNAL
Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan
mampu untuk:
1. Menjelaskan bukti transaksi.
2. Menjelaskan bukti transaksi utama?
3. Menjelaskan bukti transaksi pendukung?
4. Menjelaskan pengertian jurnal.
5. Menjelaskan syarat-syarat penjurnalan.
6. Mengetahui aturan debet dan kredit serta aturan kontra akun dalam
akun ekuitas dana.
7. Menjelaskan dan membuat kode akun sederhana dalam akuntansi
pemerintahan daerah.
8. Menjelaskan bukti/formulir jurnal dalam akuntansi pemerintahan.
9. Mengetahui format jurnal umum.
10. Menjelaskan prosedur menjurnal.
11. Membuat jurnal umum atas transaksi aset, kewajiban, ekuitas,
pendapatan, belanja, dan pembiayaan manual dalam akuntansi
pemerintahan.
12. Membuat jurnal korolari dalam akuntansi pemerintahan.
2

ANALISIS BUKTI TRANSAKSI

Secara singkat aktivitas akuntansi adalah suatu proses identifikasi (penentuan),


pengukuran dan komunikasi (penyampaian) informasi ekonomis. Informasi
ekonomis yang dihasilkan tersebut terdiri dari data keuangan mengenai suatu
transaksi yang dinyatakan dalam bentuk uang. Transaksi-transaksi tersebut harus
mengalami proses identifikasi dan pengukuran terlebih dahulu sebelum dicatat ke
dalam jurnal.

Transaksi merupakan suatu kejadian/peristiwa/kegiatan yang dapat mengubah


posisi keuangan suatu entitas. Berdasarkan jenisnya, transaksi terbagi menjadi:
a. Transaksi kas, yaitu transaksi yang mengakibatkan pertambahan atau
pengurangan kas. Contoh: Pencairan SPMU (…), Penerimaan Piutang,
Pembayaran Belanja Gaji, dll.
b. Transaksi non-kas, yaitu transaksi yang mengakibatkan perubahan pada aset,
Hutang, pendapatan, dan belanja tetapi tidak mempengaruhi kas. Contoh:
Penerimaan Aktiva Tetap dari Donatur, Pembebasan Hutang.

Seperti telah dibahas pada bab 4 tentang siklus akuntansi, proses awal dalam
siklus akuntansi adalah menganalisis transaksi keuangan unit usaha (entitas).
Dalam proses analisis transaksi tersebut, keberadaan bukti transaksi sangat
penting. Bukti transaksi adalah semua media pendokumentasian dari transaksi
atau kejadian ekonomi.

Dalam akuntansi sektor swasta, bukti transaksi dibedakan menjadi bukti intern
dan bukti ekstern. Bukti-bukti transaksi yang dikeluarkan oleh perusahaan
disebut bukti intern, sedangkan bukti yang diterima dari luar perusahaan disebut
bukti ekstern. Contoh dari bukti transaksi dalam sektor swasta umumnya berupa
kuitansi, faktur, cek, tagihan pembayaran dan nota pembelian atau penjualan.
Bukti tersebut memberikan keterangan rinci mengenai sifat, pihak-pihak yang
terlibat, serta jenis barang atau jasa yang tercakup dalam transaksi tersebut.

Dalam akuntansi pemerintahan, bukti transaksi pada umumnya dibagi menjadi 3


bagian, yaitu:
• BKM (bukti transaksi kas masuk)
• BKK (bukti transaksi kas keluar)
• BM (bukti transaksi memorial/non-kas)

Contoh dari bukti transaksi dalam akuntansi pemerintahan yaitu:


Kas : Surat Tanda Setoran (STS), Surat Perintah Membayar (SPM)
Piutang : Daftar Piutang
Persediaan : BA (Berita Acara?) Penerimaan Barang, Daftar Persediaan
Aktiva Tetap : BA (.....) Penerimaan Inventaris, Daftar Aktiva
3

Hutang : Surat Perjanjian (Akad Kredit), Dokumen Penarikan Pinjaman


Pendapatan : Surat Tanda Setoran (STS), Daftar Pembukuan Administratif (DPA)
Belanja : Surat Perintah Membayar (SPM), Daftar Pembukuan Administratif
(DPA)

Bendahara Bendahara
Penerimaan Pengeluaran

SPD SPP
STS SSP
SPM SP2D

Kas Negara

Gambar 6.1
?

Bukti transaksi utama?

Bukti transaksi pendukung?

Proses dan sistem penerimaan?

Proses dan sistem pengeluaran?


4

JURNAL

Dokumen pembukuan merupakan bukti tertulis yang mendasari pencatatan suatu


transaksi. Transaksi-transaksi dicatat berdasarkan informasi yang diberikan oleh
dokumen pembukuan. Bukti dokumen tersebut dicatat pertama kali dalam sebuah
daftar yang disebut jurnal. Karena itu jurnal sering disebut dengan the book of
original entries atau buku ayat asli.

Mencatat transaksi ke dalam buku jurnal disebut dengan menjurnal. Jurnal


(journal) adalah buku catatan transaksi secara kronologis sesuai dengan urutan
tanggal terjadinya. Jurnal mencatat akun-akun yang akan terpengaruh oleh
transaksi beserta jumlah dan keterangan ringkas tentang transaksi.

Setiap transaksi yang akan dicatat, terlebih dahulu harus dianalisa. Tahap-tahap
dalam menganalisa suatu transaksi adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan perkiraan/rekening/akun yang dipengaruhi transaksi tersebut.
2. Menetapkan akun-akun yang terpengaruh tersebut bertambah atau
berkurang.
3. Menetapkan penambahan atau pengurangan tersebut mengakibatkan
perkiraan yang bersangkutan harus didebet atau harus dikredit dalam jurnal.

Oleh karena itu terdapat beberapa persyaratan yang harus diketahui oleh seorang
akuntan dalam membuat jurnal dalam akuntansi pemerintahan, antara lain
sebagai berikut:

1. Pemahaman bahwa jurnal merupakan implikasi dari sistem tata buku


berpasangan (double entry system)
Sebelum reformasi akuntansi pemerintahan, semua pencatatan di
pemerintahan menggunakan sistem tata buku tunggal. Sistem tata buku
tunggal merupakan sistem yang mencatat transaksi ekonomi dalam satu buku.
Buku tunggal yang dimaksud biasanya buku kas umum.

Sejak digunakannya sistem tata buku berpasangan dalam akuntansi


pemerintahan, setiap pencatatan transaksi harus dianalisa terlebih dahulu.
Analisa dilakukan dengan menghubungkan transaksi dengan persamaan
akuntansi. Rasionalnya setiap transaksi akan mempengaruhi persamaan
akuntansi baik sisi debet (kiri) dan sisi kredit (kanan). Tata buku berpasangan
akan mencatat setiap transaksi di dua buku yang berbeda. Apabila setiap
transaksi langsung dicatat dalam dua atau lebih buku yang berbeda maka
tentu saja tidak praktis dan akan merepotkan. Untuk meringkas kegiatan
tersebut, maka transaksi dianalisis dan hasilnya ditulis dalam bentuk jurnal,
debet dan kredit.
5

2. Mengetahui aturan debet, kredit, saldo normal, dan aturan kontra akun
Istilah debet dan kredit dalam akuntansi menunjukkan sisi sebelah kiri dan
kanan. Debet dan kredit bukan berarti debet sama dengan tambah dan kredit
sama dengan kurang, tetapi menunjukkan kolom kiri atau kanan. Saldo
normal klasifikasi kode akun ditunjukkan melalui tabel berikut ini:

Nama Akun Saldo Normal Penambahan Pengurangan


Aset Debet Debet Kredit
Kewajiban/ Hutang Kredit Kredit Debet
Ekuitas Dana Kredit Kredit Debet
Pendapatan Kredit Kredit Debet
Belanja Debet Debet Kredit
Pendapatan Pembiayaan Kredit Kredit Debet
Belanja Pembiayaan Debet Debet Kredit

Secara khusus, aturan debet dan kredit untuk akun ekuitas dana menurut
Standar Akuntansi Pemerintahan adalah sebagai berikut:
a. Ekuitas Dana Lancar
Akun Sub Ekuitas Dana Lancar Saldo Normal Penambahan Pengurangan
SiLPA/SiKPA (Selisih
Lebih/Kurang Perhitungan Kredit Kredit Debet
Anggaran)
Pendapatan yang Ditangguhkan Kredit Kredit Debet
Cadangan Piutang Kredit Kredit Debet
Cadangan Persediaan Kredit Kredit Debet
Dana yang Harus Disediakan
untuk Pembayaran Hutang Debet Debet Kredit
Jangka Pendek

b. Ekuitas Dana Investasi


Akun Sub Ekuitas Dana
Saldo Normal Penambahan Pengurangan
Investasi
Diinvestasikan dalam Investasi
Kredit Kredit Debet
Jangka Panjang
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Kredit Kredit Debet
Diinvestasikan dalam Aset
Kredit Kredit Debet
Lainnya
Dana yang Harus Disediakan
untuk Pembayaran Hutang Debet Debet Kredit
Jangka Panjang

c. Ekuitas Dana Cadangan


Akun Sub Ekuitas Dana
Saldo Normal Penambahan Pengurangan
Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Kredit Kredit Debet
Cadangan
6

3. Memiliki kode akun


Untuk memudahkan dalam mengklasifikasi tiap transaksi ke dalam akun
tetentu yang dipengaruhi oleh transaksi tersebut, biasanya dirancang suatu
daftar akun. Begitu juga dalam akuntansi pemerintahan, dalam melaksanakan
analisis transaksi diperlukan daftar akun yang harus dibuat secara kompatibel
dengan akun anggaran. Daftar akun biasanya disertai dengan penjelasan dan
petunjuk tentang tata cara pencatatan di dalamnya serta tentang jenis-jenis
transaksi yang dapat dicatat dalam tiap akun. Dalam akuntansi bisnis
sekalipun, seorang pegawai pembukuan tidak boleh mengarang sendiri nama
akun untuk mencatat transaksi, apalagi di dalam akuntansi pemerintahan.
Daftar akun ini sudah ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan untuk
daftar akun instansi pemerintah pusat dan keputusan menteri dalam negeri
untuk daftar akun pemerintah daerah.

Setiap nama akun ditetapkan dan diberi kode untuk memudahkan


penjurnalan dan cek silang (cross check) apabila ada kesalahan. Kode akun
dalam akuntansi, dapat disusun menggunakan metode pengkodean angka,
huruf atau gabungan angka dan huruf. Metode manapun yang dipilih, kode
akun harus dibuat secara sistematis. Pada umumnya kode awal diberikan
untuk akun neraca dan kemudian untuk akun anggaran (pendapatan dan
belanja). Suatu kode akun harus menjadi alat identifikasi yang bersifat unik
dan tepat. Pada umumnya digunakan 3 cara sistem penyusunan kode akun:
• Block account codes
• Group account codes
• Decimal account codes

Pada pemerintahan daerah misalnya, urusan kode akun ini menjadi hal yang
kompleks, karena banyaknya informasi yang harus diolah dan struktur
organisasi yang kompleks juga. Sebagai contoh, menurut Permendagri Nomor
13 Tahun 2006, diperlukan kode akun untuk:
a. kode dan klasifikasi urusan pemerintahan daerah dan organisasi
b. susunan kode akun keuangan daerah
c. kode rekening pendapatan propinsi
d. kode rekening pendapatan kabupaten/kota
e. kode dan klasifikasi fungsi
f. klasifikasi belanja daerah menurut fungsi untuk keselarasan dan
keterpaduan pengelolaan keuangan negara
g. kode dan daftar program dan kegiatan menurut urusan pemerintahan
daerah
h. kode rekening belanja daerah
i. kode rekening pembiayaan daerah
7

Permendagri ini hanya memberikan gambaran umum semata dan tidak


mengatur secara spesifik kode akun yang diperlukan dalam akuntansi
pemerintahan daerah. Oleh karena itu pemerintahan daerah harus
mengembangkan sendiri kode akunnya. Kode akun secara umum yang
digunakan dalam pemerintahan daerah adalah Aset, Kewajiban, Ekuitas,
Pendapatan, dan Belanja termasuk juga Pembiayaan.

4. Memiliki bukti transaksi


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, keberadaan bukti transaksi sangat
penting sebagai media pendokumentasian dari transaksi atau peristiwa
ekonomi.

5. Memiliki bukti jurnal


Bukti jurnal adalah pendokumentasian bukti transaksi ke dalam alat/media
untuk melakukan pencatatan akuntansi. Bukti jurnal memuat kode serta sisi
debet dan kredit perkiraan Buku Besar dari masing-masing transaksi, nama
dan tanda tangan/paraf dari petugas/pejabat pembuat bukti, petugas/pejabat
validasi bukti, dan petugas pembuku bukti. Bukti jurnal ini adalah sebagai
dasar melakukan pencatatan dalam Buku Jurnal.

Bukti Jurnal berdasarkan jenis transaksi, digolongkan menjadi:


a. Bukti jurnal Kas Masuk (BKM), yaitu dokumen yang mendukung jurnal
penerimaan kas. Pemegang Kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) membuat BKM berdasarkan dokumen dasar berupa Surat Tanda
Setoran (STS) atau bukti pemotongan/pemungutan Pajak-pajak
Pusat/Negara. Bendaharawan Umum Daerah/Pengelola Keuangan Daerah
membuat BKM berdasarkan STS ke Kas daerah.
b. Bukti jurnal Kas Keluar (BKK), yaitu dokumen yang mendukung jurnal
pengeluaran kas oleh Bendaharawan atau Kas Daerah. Pemegang kas
pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) membuat BKK berdasarkan
dokumen dasar berupa bukti-bukti pengeluaran anggaran (misalnya:
kuitansi pembelian, BA (berita acara?) serah terima barang/pekerjaan).
Pengelola Keuangan Daerah membuat BKM mendasarkan SPM (Surat
Perintah Membayar).
c. Bukti jurnal non-kas/Bukti jurnal Memorial (BM), yaitu dokumen yang
mendukung penambahan dan atau pengurangan terhadap pendapatan,
belanja, pembiayaan, aset, Hutang, dan ekuitas dari transaksi non-kas.
8

Contoh Bukti Jurnal:

Pemerintah Kabupaten XXX ABC 0000000000


Unit Kerja: ………………………. (Nomor Seri Tercetak)
BUKTI JURNAL KAS MASUK

Nomor: 00xx/JKM/201x Tanggal: ………..201x


Kode Rek Uraian Debet Kredit
4,xx,xxx,1,01 Kas di Kas Daerah Rp xxx
4,xx,xxx,1,04 Piutang - Pajak Hotel Rp xxx
Keterangan:
Penerimaan Piutang Pajak Hotel bulan
Januari 201x sesuai STS No:… Tgl: …
Dibuat oleh: Diverifikasi & disahkan oleh: Dibukukan oleh:
Nama :……………... Nama :……………… Nama :………………
Paraf :……………... Paraf :……………… Paraf :………………
Tanggal:……………... Tanggal:……………… Tanggal:………………

PENJURNALAN TRANSAKSI

Rancangan buku jurnal berkembang dari yang mula-mula naratif sifatnya,


kemudian menjadi jurnal standar. Berdasarkan jenisnya, jurnal terdiri dari jurnal
transaksi, jurnal penyesuaian, jurnal penutupan, jurnal pembalikan, jurnal
reklasifikasi, dan jurnal koreksi. Sedangkan berdasarkan format sajiannya, jurnal
terbagi menjadi format jurnal umum (memorial dua kolom) dan jurnal khusus
(multi kolom). Pembahasan pada bab ini akan dijelaskan mengenai jurnal
transaksi dengan format jurnal umum. Berikut ini adalah contoh format jurnal
umum:
Halaman: 01
Jumlah (Rp)
Tanggal Uraian Transaksi Ref.
Debet Kredit
20XX
Jan 01 Kas xxx
Pendapatan xxx
(Pencatatan realisasi PAD)

Proses pencatatan suatu transaksi dalam sebuah buku jurnal disebut


menjurnal/penjurnalan (journalizing). Prosedur menjurnal pada jurnal umum
adalah sebagai berikut:
1. Pada kolom tanggal diisi dengan tahun dan bulan (cukup dicatat satu kali pada
setiap halaman, kecuali jika tahun dan bulan tersebut berganti) serta tanggal
(dicatat setiap tanggal terjadinya transaksi).
2. Menuliskan ayat jurnal pada kolom uraian transaksi.
• Nama akun yang akan didebet ditulis di sebelah kiri sekali dalam kolom
uraian dan jumlah uangnya dimasukkan dalam kolom debet.
9

• Nama akun yang akan dikredit ditulis di bawah akun yang didebet dan agak
masuk ke kanan, lalu jumlah uangnya dimasukkan dalam kolom kredit.
3. Penjelasan singkat mengenai transaksi dapat ditulis di bawah setiap ayat
jurnal.

Nama-nama akun yang digunakan dalam jurnal harus sesuai dengan nama-nama
akun yang ada dalam buku besar. Lajur referensi baru digunakan setelah ayat-ayat
jurnal dipindahkan ke akun-akun yang bersangkutan dalam buku besar. Sebagai
contoh, beberapa transaksi Kabupaten Makmur akan digunakan untuk
menunjukkan penjurnalan transaksi.

Contoh:
Kabupaten Makmur, pada tahun 2005 baru pertama kali mengadakan
inventarisasi dan dihasilkan data sebagai berikut (dalam jutaan rupiah):
Kas di Kas Daerah Rp 5.000
Persediaan 2.000
Aset Tetap 3.000
Dana Cadangan 1.000
Hutang Jangka Pendek 1.500
Hutang Jangka Panjang 2.500

Selama Tahun 2006, APBD Kabupaten Makmur ditetapkan dan direalisasikan


sebagai berikut:

Realisasi
Pos APBD APBD
APBD
Pendapatan Rp 19.000 Rp 20.000
Belanja Operasi 16.000 15.000
Belanja Modal (Aset Tetap) 10.000 10.000
Surplus/Defisit (7.000) (5.000)
Penerimaan Pembiayaan (Dari Hutang Jangka Panjang) 8.000 7.000
Pengeluaran Pembiayaan (Pembentukan Dana Cadangan) (7.000) (5.000)
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan 1.000 2.000
Surplus/Defisit Neto (6.000) (3.000)

Secara deskriptif, transaksi akuntansi keuangan yang terjadi pada Kabupaten


Makmur, dalam tahun 2006 dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
A. Inventarisasi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 11.000.
B. Realisasi pendapatan asli Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 20.000.
C. Realisasi belanja operasi Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 15.000.
D. Realisasi belanja modal Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 10.000.
E. Korolari: Pengakuan aset atas realisasi belanja modal Pemerintah Daerah
Kabupaten Makmur Rp 10.000.
F. Realisasi penerimaan pembiayaan dari hutang jangka panjang Rp 7.000.
10

G. Korolari: Pengakuan hutang jangka panjang Rp 7.000.


H. Pengeluaran pembiayaan berupa pembentukan dana cadangan Pemda untuk
pembuatan Bandara di Pemkab Makmur Rp 5.000.
I. Korolari: Pengakuan atas penambahan dana cadangan Rp 5.000

Diminta untuk membuat:


1. Kode akun untuk menampung transaksi yang berlaku untuk semua transaksi
tersebut, menggunakan metode penyusunan kode akun angka dan sistem
blok.
2. Jurnal untuk transaksi inventarisasi.
3. Jurnal untuk transaksi realisasi anggaran tahun 2006.

Jawaban:

1. Kode Akun
Kode Akun Nama Akun
1 Aset
100 Kas di Kas Daerah
110 Persediaan
150 Aset Tetap
190 Dana Cadangan
2 Kewajiban
200 Hutang Jangka Pendek
250 Hutang Jangka Panjang
3 Ekuitas Dana
30 Ekuitas Dana Lancar
300 SiLPA Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan
301 Cadangan Persediaan
302 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek
32 Ekuitas Dana Investasi
320 Diinvestasikan dalam Aset Tetap
321 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang
35 Ekuitas Dana Cadangan
350 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
4 Pendapatan
400 Pendapatan
5 Belanja
500 Belanja Operasi
501 Belanja Modal (Aset Tetap)
6 Pembiayaan
600 Penerimaan Pembiayaan (dari Hutang Jangka Panjang)
601 Pengeluaran Pembiayaan (Pembentukan Dana Cadangan)
Ket: YHD= yang Harus Disediakan
11

2. Jurnal Inventarisasi
Pada contoh ini, kolom tanggal diisi dengan urutan terjadinya transaksi sesuai
abjad.

(dalam jutaan rupiah)


Jumlah (Rp)
Tanggal Uraian Ref.
Debet Kredit
A Kas di Kas Daerah 100 5.000
Persediaan 110 2.000
Aset Tetap 150 3.000
Dana Cadangan 190 1.000
Hutang Jangka Pendek 200 1.500
Hutang Jangka Panjang 250 2.500
SiLPA/SiKPA 300 5.000
Cadangan Persediaan 301 2.000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 320 3.000
Diinvestasikan dalam Dana Cadang. 350 1.000
DYHD u. Pembayaran Hutang J. Pendek 302 -1.500
DYHD u. Pembayaran Hutang J. Panjang 321 -2.500
(Pencatatan Inventarisasi Aset Pemerintah
Daerah)

3. Jurnal Transaksi
(dalam jutaan rupiah)
Jumlah (Rp)
Tanggal Uraian Ref.
Debet Kredit
B Kas 100 20.000
Pendapatan 400 20.000
(Pencatatan realisasi Pendapatan Asli
Daerah/PAD)

C Belanja Operasi 500 15.000


Kas 100 15.000
(Pencatatan belanja operasi)

D Belanja Modal 501 10.000


Kas 100 10.000
(Pencatatan belanja modal)

E Aset Tetap 150 10.000


Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 320 10.000
(Pencatatan jurnal korolari atas aset tetap
yang dibeli dari belanja modal)

F Kas 100 7.000


Penerimaan Pembiayaan 600 7.000
(Pencatatan realisasi penerimaan pembiayaan
hutang jangka panjang)

G DYHD u. Pembayaran Hutang J. Panjang 321 7.000


Hutang Jangka Panjang 250 7.000
(Jurnal korolari untuk pengakuan hutang
jangka panjang)
12

H Pengeluaran Pembiayaan 601 5.000


Kas 100 5.000
(Pengeluaran pembiayaan untuk pembentukan
dana cadangan)

I Dana Cadangan 190 5.000


Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 350 5.000
(Jurnal korolari penambahan dana cadangan)

JURNAL KOROLARI

Selain jurnal transaksi, jurnal penyesuaian, jurnal penutupan, jurnal pembalikan,


dan jurnal koreksi, dalam akuntansi pemerintah juga diselenggarakan suatu
pencatatan yang disebut dengan jurnal korolari. Jurnal korolari dibuat ketika ada
transaksi yang mempengaruhi neraca pemerintah. Sebelumnya, korolari dalam
persamaan akuntansi pemerintahan juga dibahas dalam bab 5 (Persamaan Dasar
Akuntansi Pemerintahan).

Jurnal korolari dibuat untuk memasukkan pos-pos neraca terhadap sistem


pencatatan akuntansi pencatatan akuntansi pemerintahan. Pos-pos yang
terpengaruh dengan jurnal korolari adalah:

1. Pencatatan belanja modal. Pencatatan belanja modal memerlukan jurnal


korolari, dikarenakan belanja modal memerlukan pencatatan belanja modal di
laporan realisasi anggaran dan pengeluaran kas di pos kas neraca dan laporan
arus kas. Sedangkan pencatatan pada nilai aset tetap di neraca, belum bisa
diakui dari jurnal tersebut. Oleh karena itu diperlukan jurnal korolari setelah
pengakuan belanja modal tersebut.

Pencatatan belanja modal


Belanja Modal Rp xxx
Kas di Kas Negara Rp xxx

Aset tetap Rp xxx


Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp xxx

2. Pencatatan pelepasan aset tetap. Pencatatan pelepasan aset tetap


memerlukan jurnal korolari karena pelepasan aset tetap memerlukan
pencatatan penerimaan pelepasan aset tetap di laporan realisasi anggaran dan
penerimaan kas di pos kas neraca dan laporan arus kas. Sedangkan
pencatatan pengurangan nilai aset tetap di neraca, belum bisa diakui dari
jurnal tersebut. Oleh karena itu diperlukan jurnal korolari setelah pelepasan
aset tersebut.
13

Pelepasan aset tetap


Kas di Kas Negara/Daerah Rp xxx
Penerimaan Pelepasan Aset Tetap Rp xxx

Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp xxx


Aset Tetap Rp xxx

3. Pencatatan dana cadangan. Dana cadangan pada umumnya dipisahkan dari


kas daerah atau kas negara. Dana cadangan baru bisa dipergunakan oleh
eksekutif apabila ada persetujuan dari DPR/DPRD. Pencatatan dana cadangan
memerlukan jurnal korolari, dikarenakan pencatatan dana cadangan
memerlukan pencatatan pengeluaran kas atau dana pemerintah di laporan
realisasi anggaran dalam bentuk belanja pembiayaan dan pengeluaran kas di
pos kas neraca dan laporan arus kas. Sedangkan pencatatan penambangan
dana cadangan di neraca, belum bisa diakui dari jurnal tersebut. Oleh karena
itu diperlukan jurnal korolari setelah pembentukan dana cadangan tersebut.

Pencatatan dana cadangan


Belanja Pembiayaan Rp xxx
Kas Rp xxx

Dana Cadangan Rp xxx


Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Rp xxx

Pencairan dana cadangan


Kas Rp xxx
Penerimaan Pembiayaan Penggunaan Dana Cadangan Rp xxx

Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Rp xxx


Dana Cadangan Rp xxx

4. Pencatatan penerimaan hutang. Penerimaan hutang dalam pemerintahan


digunakan untuk membiayai pengeluaran operasi dan belanja modal. Dana
cadangan baru bisa dipergunakan oleh eksekutif apabila ada persetujuan dari
DPR/DPRD. Pencatatan dana cadangan memerlukan jurnal korolari,
dikarenakan pencatatan dana cadangan memerlukan pencatatan pengeluaran
kas atau dana pemerintah di laporan realisasi anggaran dalam bentuk belanja
pembiayaan dan pengeluaran kas di pos kas neraca dan laporan arus kas.
Sedangkan pencatatan penambangan dana cadangan di neraca, belum bisa
diakui dari jurnal tersebut. Oleh karena itu diperlukan jurnal korolari setelah
pembentukan dana cadangan tersebut.
14

Pencatatan penerimaan hutang


Kas Rp xxx
Penerimaan Pembiayaan Rp xxx

Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Hutang Rp xxx


Hutang Rp xxx

Pencatatan Pembayaran hutang


Belanja Pembiayaan Rp xxx
Kas Rp xxx

Hutang Rp xxx
Dana yang Harus Disediakan untuk Pemb. Hutang Rp xxx
15

SOAL PILIHAN BERGANDA

PERTANYAAN

SOAL-SOAL

TUGAS
BAB 7
SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN:
BUKU BESAR DAN NERACA SALDO
Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan
mampu untuk:
1. Menjelaskan pengertian dan fungsi buku besar.
2. Mengetahui macam-macam format buku besar.
3. Menjelaskan pengertian posting.
4. Menjelaskan prosedur posting.
5. Melakukan posting dalam buku besar menggunakan T-account.
6. Menjelaskan fungsi buku besar pembantu.
7. Menjelaskan fungsi buku besar pembantu kas.
8. Mengetahui format buku besar pembantu kas.
9. Menjelaskan pengertian dan fungsi neraca saldo.
10. Menjelaskan langkah-langkah dalam menyusun neraca saldo.
11. Membuat neraca saldo.
12. Menjelaskan beberapa penyebab tidak seimbangnya neraca saldo dan
cara mendeteksi letak kesalahan yang mungkin terjadi.
2

BUKU BESAR

Buku Besar (ledger) merupakan suatu buku yang berisi kumpulan rekening atau
akun dalam kategori yang sama yang dicatat dalam jurnal dan digunakan dalam
keseluruhan aktivitas akuntasi suatu entitas. Akun dalam buku besar berfungsi
sebagai media atau wadah dalam meringkas transaksi yang klasifikasinya sejenis.

Berdasarkan hubungannya dengan neraca dan laporan laba rugi (sektor swasta)
atau laporan realisasi anggaran (sektor pemerintahan), akun dalam buku besar
dapat digolongkan menjadi:
• Akun riil (permanent/real account), yaitu akun-akun yang saldonya akan
terlihat dalam neraca seperti aset, kewajiban dan ekuitas.
• Akun nominal (temporary/nominal account), yaitu akun-akun yang saldonya
akan terlihat dalam laporan realisasi anggaran seperti pendapatan dan belanja.

Jumlah buku besar akan berkembang, dan jumlahnya akan mengikuti atau sesuai
dengan jumlah rekening yang ada di pedoman rekening atau chart of accounts. Jika
seandainya pemerintah daerah memiliki jumlah akun sebanyak 1.000 akun, maka
jumlah buku besar yang harus disediakan adalah juga 1.000.

Bentuk buku besar yang paling sederhana disebut dengan T-account. Dinamakan
akun T, karena bentuknya seperti huruf T dan digunakan dalam diskusi mengenai
akuntansi. Akun T ini merupakan bahasa kedua bagi akun. Dan merupakan
implikasi atau keharusan karena penggunaan sistem double entry. Berbeda dengan
sistem single entry, yang tidak memiliki buku besar dalam pencatatannya.

Format Buku Besar Bentuk T


Kode Rekening: ...............
Diisi dengan nama rekening/akun

Diisi dengan tanggal dan jumlah transaksi Diisi dengan tanggal dan jumlah transaksi

Format Buku Besar Bentuk 2 Kolom (Skontro)

Nama Rekening: .................... Kode Rekening: ...............


Tgl. Uraian Ref. Debet Tgl. Uraian Ref. Kredit
3

Format Buku Besar Bentuk 3 Kolom

Nama Rekening: .............. Kode Rekening: ................


Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit Saldo

Format Buku Besar Bentuk 4 Kolom

Nama Rekening: .............. Kode Rekening: ................


Saldo
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Debet Kredit

Proses pemindahan ayat jurnal ke buku besar disebut pembukuan atau posting.
Pemindahan dari jurnal ke buku besar format T-account relatif lebih mudah. Oleh
karena itu, berikut ini hanya akan dijelaskan contoh prosedur pemindahan suatu
ayat jurnal ke buku besar dengan format yang lebih kompleks yaitu bentuk dua
kolom (skontro):
1. Mencatat tanggal dalam rekening/akun yang bersangkutan.
2. Memindahkan jumlah uang dari jurnal ke rekening/akun yang bersangkutan.
• Apabila akun tersebut didebet dalam jurnal, maka jumlah uangnya
dipindahkan ke kolom debet dalam akun yang bersangkutan.
• Apabila akun tersebut dikredit dalam jurnal, maka jumlah uangnya
dipindahkan ke kolom kredit dalam akun yang bersangkutan.
3. Mencantumkan nomor halaman buku jurnal dalam kolom referensi
pemindahan dari akun tersebut.
4. Mencantumkan nomor (kode) akun buku besar dalam kolom referensi
pemindahan pada buku jurnal.
Halaman: 1
Jumlah (Rp)
Tanggal Uraian Transaksi Ref.
Debet Kredit
20XX
Jan 01 Kas 100 20.000
Pendapatan 400 20.000
(Pencatatan realisasi PAD)
1 2 4
Nama Rekening: Kas Kode Rekening: 100
Tgl Uraian Ref. Debet Tgl. Uraian Ref. Kredit
20XX
Jan 01 1 20.000

3
4

Contoh:
Berikut ini merupakan jurnal inventarisasi dan jurnal transaksi yang terjadi di
Kabupaten Makmur pada tahun 2006.

1. Jurnal Inventarisasi
(dalam jutaan rupiah)
Jumlah (Rp)
Tanggal Uraian Ref.
Debet Kredit
A Kas di Kas Daerah 100 5.000
Persediaan 110 2.000
Aset Tetap 150 3.000
Dana Cadangan 190 1.000
Hutang Jangka Pendek 200 1.500
Hutang Jangka Panjang 250 2.500
SiLPA/SiKPA 300 5.000
Cadangan Persediaan 301 2.000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 320 3.000
Diinvestasikan dalam Dana Cadang. 350 1.000
DYHD u. Pembayaran Hutang J. Pendek 302 -1.500
DYHD u. Pembayaran Hutang J. Panjang 321 -2.500
(Pencatatan Inventarisasi Aset Pemda)

2. Jurnal Transaksi
(dalam jutaan rupiah)
Jumlah (Rp)
Tanggal Uraian Ref.
Debet Kredit
B Kas 100 20.000
Pendapatan 400 20.000
(Pencatatan realisasi Pendapatan Asli
Daerah/PAD)

C Belanja Operasi 500 15.000


Kas 100 15.000
(Pencatatan belanja operasi)

D Belanja Modal 501 10.000


Kas 100 10.000
(Pencatatan belanja modal)

E Aset Tetap 150 10.000


Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 320 10.000
(Pencatatan jurnal korolari atas aset tetap
yang dibeli dari belanja modal)

F Kas 100 7.000


Penerimaan Pembiayaan 600 7.000
(Pencatatan realisasi penerimaan pembiayaan
hutang jangka panjang)

G DYHD u. Pembayaran Hutang J. Panjang 321 7.000


Hutang Jangka Panjang 250 7.000
(Jurnal korolari untuk pengakuan hutang
jangka panjang)
5

H Pengeluaran Pembiayaan 601 5.000


Kas 100 5.000
(Pengeluaran pembiayaan untuk pembentukan
dana cadangan)

I Dana Cadangan 190 5.000


Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 350 5.000
(Jurnal korolari penambahan dana cadangan)

Postinglah jurnal Kabupaten Makmur di atas ke dalam buku besar bentuk T!

Jawab: 100 110


Kas Persediaan
5.000 15.000 2.000
20.000 10.000
7.000 5.000 150
2.000 Aset Tetap
190 3.000
Dana Cadangan 10.000
1.000
5.000 200
Hutang Jangka Pendek
300 1.500
SiLPA/SiKPA
5.000 250
Hutang Jangka Panjang
301 2.500
Cadangan Persediaan
2.000 320
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
350 3.000
Diinvestasikan dalam Dana Cad. 10.000
1.000
5.000 321
Dana YHD utk Pmbyrn. H.J. Panjang
302 2.500
DYHD u. Pembyr UJ. Pendek 7.000
1.500
500
400 Belanja Operasi
Pendapatan 15.000
20.000
501
600 Belanja Modal
Penerimaan Pembiayaan 10.000
7.000
601
Pengeluaran Pembiayaan
5.000
6

BUKU BESAR PEMBANTU

Buku Besar Pembantu (sub-ledger) digunakan untuk mencatat rincian


rekening/akun tertentu yang ada di buku besar. Rekening-rekening buku besar
yang biasanya membutuhkan buku besar pembantu ialah Piutang, Persediaan,
Investasi Jangka Panjang, Aktiva Tetap dan Hutang. Beberapa rekening objek
Pendapatan dan objek Belanja/Biaya, umumnya juga memerlukan Buku Besar
Pembantu.

Format Buku Besar Pembantu kurang lebih sama dengan Format Buku Besar,
hanya merupakan sub dari buku besar. Konsep buku besar pembantu adalah
sebagai berikut:

Piutang Pendapatan Pajak


Hotel Hotel A
25.000 5.000

Hotel B
5.000

Hotel C
5.000

Hotel D
5.000

Hotel E
5.000

BUKU BESAR PEMBANTU KAS

Adanya perubahan dalam dalam dasar pencatatan dari basis kas (cash basis) ke
basis akrual (accrual basis), dibutuhkan adanya buku besar pembantu kas. Buku
besar pembantu kas ini berisi rincian pendapatan-pendapatan, misalnya
pendapatan pajak reklame dan pendapatan retribusi parkir yang telah diterima
pembayarannya atau telah diterima kasnya. Terdapat dua macam buku pembantu
kas, yaitu buku besar pembantu penerimaan kas dan buku besar pembantu
pengeluaran kas.
7

Format Buku Besar Pembantu Penerimaan Kas

Nama Rekening: ............................... Kode Rekening:...........................


Tgl. Ref. Nomor STS Uraian Debet Kredit Saldo

Format Buku Besar Pembantu Pengeluaran Kas

Nama Rekening: ............................... Kode Rekening:...........................


Tgl. Ref. No. SKO No. SPM No. Cek Uraian Debet Kredit Saldo

NERACA SALDO

Untuk mengikhtisarkan saldo-saldo dalam buku besar, disusunlah neraca saldo.


Neraca Saldo atau Daftar Saldo merupakan daftar rekening/akun-akun beserta
saldo yang menyertainya dalam suatu periode tertentu, sebagai ringkasan dari
buku besar. Neraca saldo juga berguna untuk memeriksa kebenaran pencatatan
dalam jurnal dan buku besar dengan melihat apakah jumlah debet sama besar
dengan jumlah kredit.

Data-data untuk menyusun neraca saldo diperoleh dari buku besar. Proses
penyusunan neraca saldo adalah sebagai berikut:
1. Jumlahkan lajur debet dan lajur kredit setiap rekening/akun dalam buku besar.
2. Hitung saldo setiap akun, yaitu selisih jumlah debet dengan jumlah kredit.
3. Apabila jumlah debet lebih besar, maka saldonya adalah saldo debet.
Cantumkan dalam lajur debet pada neraca saldo.
4. Apabila jumlah kredit lebih besar, maka saldonya adalah saldo kredit.
Cantumkan dalam lajur kredit pada neraca saldo.

Berdasarkan ilustrasi transaksi pada Kabupaten Makmur sebelumnya, dari buku


besar dapat dibuat neraca saldo sebagai berikut:
8

KABUPATEN MAKMUR
NERACA SALDO
Per 31 Desember 2006
(dalam jutaan rupiah)
Kode
Nama Akun Debet (Rp) Kredit (Rp)
Akun
1 Aset
100 Kas di Kas Daerah 2.000
110 Persediaan 2.000
150 Aset Tetap 13.000
190 Dana Cadangan 6.000
2 Kewajiban
200 Hutang Jangka Pendek 1.500
250 Hutang Jangka Panjang 9.500
3 Ekuitas Dana
30 Ekuitas Dana Lancar
300 SiLPA/SiKPA (Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan) 5.000
301 Cadangan Persediaan 2.000
302 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek -1.500
32 Ekuitas Dana Investasi
320 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 13.000
321 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang -9.500
35 Ekuitas Dana Cadangan
350 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 6.000
4 Pendapatan
400 Pendapatan 20.000
5 Belanja
500 Belanja Operasi 15.000
501 Belanja Modal (Aset Tetap) 10.000
6 Pembiayaan
600 Penerimaan Pembiayaan (Dari Hutang Jk Panjang) 7.000
601 Pengeluaran Pembiayaan (Pemb. Dana Cadangan) 5.000
Jumlah Rp 53.000 Rp 53.000

KESALAHAN PADA NERACA SALDO

Fungsi neraca saldo salah satunya adalah untuk memeriksa kebenaran pencatatan
dalam jurnal dan buku besar dengan melihat apakah jumlah debet dan jumlah
kredit sama besar. Namun, apabila jumlah debet dan kredit ternyata tidak sama
besar, mungkin saja telah terjadi beberapa kesalahan teknis dalam membuat
neraca saldo. Berikut ini adalah beberapa kemungkinan penyebab tidak
seimbangnya antara sisi debet dan kredit pada neraca saldo dan formula dalam
mencari kemungkinan letak kesalahan tersebut:
9

1. Jumlah sisi debet dan kredit tidak sama besar.


Misalkan jumlah sisi debet adalah Rp 10.900 sedangkan jumlah sisi kredit
adalah Rp 11.100, maka kita dapat menggunakan formula sebagai berikut:
(Rp 11.100 – Rp 10.900): 2 = Rp 100
Hal ini berarti kemungkinan telah terjadi kesalahan penempatan pada akun
yang bersaldo Rp 100.

2. Transposisi angka.
Transposisi angka adalah kesalahan penempatan dalam penulisan angka,
misalnya seharusnya Rp 150 tetapi ditulis Rp 105. Cara untuk mendeteksinya
adalah dengan menghitung selisih antara jumlah debet dan kredit, jika hasilnya
habis dibagi dengan 9 maka kemungkinan telah terjadi transposisi angka lalu
telusurlah. Contoh: jumlah debet Rp 125.300 dan jumlah kredit Rp 117.200,
perhitungannya adalah Rp 125.300 – Rp 117.200 = Rp 8.100 (hasilnya habis
dibagi dengan 9), maka ada kemungkinan telah terjadi transposisi angka
sehingga jumlah sisi debet dan kredit tidak seimbang.

3. Kesalahan dalam meletakkan tanda pisah ribuan.


Cara mendeteksi kemungkinan salah dalam meletakkan tanda pisah ribuan
adalah dengan menghitung selisih antara jumlah debet dan kredit, jika hasilnya
habis dibagi dengan 9 maka carilah angka-angka yang mirip dengan hasil
baginya. Dari contoh nomor dua di atas, Rp 8.100 habis dibagi dengan 9.
Carilah angka-angka yang mirip dengan Rp 8.100.
10

SOAL PILIHAN BERGANDA

PERTANYAAN

SOAL-SOAL

TUGAS
BAB 8
SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN:
PENYESUAIAN DAN NERACA LAJUR
Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan
mampu untuk:
1. Menjelaskan pengertian penyesuaian didalam akuntansi pemerintahan.
2. Menjelaskan perbedaan jurnal penyesuaian antara akuntansi
pemerintahan dengan swasta.
3. Menjelaskan implikasi basis cash toward accruals dalam akuntansi
pemerintahan terhadap jurnal penyesuaian.
4. Menjelaskan jenis-jenis (objek) penyesuaian di akuntansi pemerintahan.
5. Membuat jurnal penyesuaian untuk setiap transaksi yang mungkin
dalam akuntansi pemerintahan.
6. Memposting jurnal penyesuaian ke buku besar.
7. Membuat Neraca Saldo Disesuaikan.
8. Menjelaskan pengertian neraca lajur atau kertas kerja.
9. Menjelaskan fungsi neraca lajur dalam pembuatan laporan keuangan
pemerintahan.
10. Menjelaskan fungsi kolom-kolom dalam neraca lajur.
11. Membuat neraca lajur.
12. Meneliti kesalahan dalam neraca lajur.
2

JURNAL PENYESUAIAN

Ayat jurnal penyesuaian (adjusting journal entry) merupakan jurnal yang dibuat
pada akhir periode akuntansi untuk menyesuaikan saldo-saldo buku besar,
sehingga mencerminkan angka yang benar dan wajar. Penyesuaian berarti
pencatatan atau pengakuan (penjurnalan dan posting) data-data transaksi
tertentu pada akhir periode sehingga jumlah rupiah yang terdapat dalam tiap
akun sesuai dengan kenyataan pada akhir periode tersebut dan statement
keuangan yang dihasilkan menggambarkan keadaan yang senyatanya pada
tanggal statement (neraca).

Penyesuaian diperlukan dengan pertimbangan berikut ini:


• Kepraktisan
• Alokasi periodik
• Asas akrual

Penyesuaian dicatat dalam jurnal umum 2 kolom dan di posting ke akun buku
besar yang bersangkutan. Segera setelah setiap kali melakukan posting dari tiap
ayat jurnal penyesuaian ke dalam buku besar yang bersangkutan, seluruh akun
ditentukan saldonya, dilanjutkan dengan menyusun neraca saldo disesuaikan.

PENYESUAIAN PADA SEKTOR SWASTA

Sebagaimana diketahui bahwa umur suatu organisasi atau perusahaan dibagi


dalam satuan waktu yang disebut periode akuntansi dimana lamanya satu periode
akuntansi umumnya adalah satu tahun (12 bulan). Pada akhir akuntansi akan
disusun laporan keuangan berdasarkan data yang ada pada neraca saldo. Untuk
menyusun laporan keuangan, terlebih dahulu dilakukan penyesuaian terhadap
beberapa akun pada neraca saldo karena akun-akun tetentu tidak menunjukkan
keadaan yang sesungguhnya. Berikut ini merupakan akun-akun yang umumnya
mengalami penyesuaian (objek penyesuaian) pada perusahaan sektor swasta:
1. Penyusutan aktiva/aset tetap
2. Beban/biaya yang dibayar di muka
3. Beban/biaya yang masih harus dibayar
4. Penghasilan/pendapatan yang diterima di muka
5. Penghasilan/pendapatan yang masih harus diterima
6. Pemakaian perlengkapan/persediaan
7. Kerugian piutang
3

PENYESUAIAN PADA SEKTOR PEMERINTAHAN

Objek penyesuaian yang terjadi pada sektor pemerintahan pada umumnya adalah:
1. Penyusutan
2. Penyesuaian nilai persediaan
3. Pendapatan yang ditangguhkan
4. Reklasifikasi hutang jangka panjang ke jangka pendek
5. Pembentukan dana cadangan
6. Taksiran piutang pajak (cadangan piutang)
7. Perhitungan fihak ketiga

Berikut ini adalah penjelasan masing-masing objek penyesuaian dalam akuntansi


pemerintahan di atas:

1. Penyusutan
Penyusutan bisa dilaksanakan dengan 3 tujuan:
a. Penentuan nilai aset yang wajar (Standar Akuntansi Pemerintah)
Penyusutan di sektor pemerintahan bukan ditujukan untuk alokasi dana,
tetapi ditujukan untuk menyajikan secara wajar nilai aset pemerintah.
Untuk mencatat penyusutan, maka dijurnal sebagai berikut:

Diinvestasikan pada Aset tetap Rp xxx


Akumulasi Penyusutan Rp xxx

Diinvestasikan pada aset tetap termasuk Ekuitas Dana Investasi (EDI).


Pada saat akuntan mencatat suatu transaksi pengadaaan aset tetap,
akuntan pemerintah akan mencatat dengan 2 jurnal:
• Jurnal anggaran/jurnal kas
Misalnya pada APBD dianggarkan pengadaan gedung sebesar Rp 2
miliar. Pada waktu realisasi pengadaan gedung, akan dicatat sebagai
berikut:
Belanja Modal – Pengadaan Gedung Rp 2 M
Kas Rp 2 M

• Jurnal korolari/jurnal neraca


Gedung Rp 2 M
Diinvestasi pada aset tetap Rp 2 M

b. Alokasi biaya (Sektor Komersial)


Penyusutan di sektor pemerintahan ditujukan untuk alokasi biaya. Untuk
mencatat penyusutan, maka dijurnal sebagai berikut:
4

Belanja Penyusutan – Non Kas Rp xxx


Akumulasi Penyusutan Rp xxx

Akun belanja penyusutan ini akan muncul dalam Laporan Kinerja


Keuangan (LKK).

c. Pembentukan dana cadangan penggantian aset tetap (Kepmendagri


Nomor 29 Tahun 2002)
Untuk tujuan ini, maka diperlukan jurnal pembentukan dana cadangan
aset tetap, namun jurnal ini tidak akan mengurangi nilai aset.

Belanja Penyusutan Rp xxx


Kas Rp xxx

Cadangan Penggantian Aset Rp xxx


Diinvestasikan Dalam Dana Cadangan Rp xxx

2. Penyesuaian Nilai Persediaan


Kebijakan nilai persediaan di dalam akuntansi pemerintahan menganut
metode fisik dan bukan perpetual, dengan alasan kepraktisan, dan pada
umumnya instansi pemerintahan menyimpan persediaan dengan jumlah yang
tidak material. Kecuali untuk instansi tertentu yang persediannya material,
maka dibuat dengan metode perpetual.

Jurnal untuk mencatat transaksi persediaan, jika nilai persediaan akhir lebih
besar daripada nilai persediaan awal:

Persediaan Rp xxx
Cadangan Persediaan Rp xxx

Jurnal untuk mencatat transaksi persediaan, jika nilai persediaan akhir lebih
kecil daripada nilai persediaan awal:

Cadangan Persediaan Rp xxx


Persediaan Rp xxx

Contoh:
• Nilai persediaan akhir lebih besar daripada nilai persediaan awal.
Saldo awal persediaan di neraca Kabupaten Makmur adalah Rp
100.000.000. Pada akhir periode dilaksanakan stock opname terhadap
persediaan yang dimiliki di seluruh instansi Pemerintah Kabupaten
Makmur. Hasil dari stock opname tersebut, menunjukkan nilai persediaan
5

yang ada di seluruh dinas dan instansi Pemerintah Kabupaten Makmur


adalah Rp 120.000.000. Buatlah jurnal penyesuaian atas transaksi ini!
Jurnal persediaan di neraca awal:

Persediaan Rp 100.000.000
Cadangan Persediaan Rp 100.000.000

Agar persediaan menunjukkan nilai yang sebenarnya pada akhir periode,


maka dibuat jurnal penyesuaian persediaan, dengan jurnal:

Persediaan Rp 20.000.000
Cadangan Persediaan Rp 20.000.000

• Nilai persediaan akhir lebih kecil daripada nilai persediaan awal.


Saldo awal persediaan di neraca Kabupaten Makmur adalah Rp
100.000.000. Pada akhir periode dilaksanakan stock opname terhadap
persediaan yang dimiliki di seluruh instansi Pemerintah Kabupaten
Makmur. Hasil dari stock opname tersebut, menunjukkan nilai persediaan
yang ada di seluruh dinas dan instansi Pemerintah Kabupaten Makmur
adalah Rp 80.000.000. Buatlah jurnal penyesuaian atas transaksi ini!
Jurnal persediaan di neraca awal:

Persediaan Rp 100.000.000
Cadangan Persediaan Rp 100.000.000

Agar persediaan menunjukkan nilai yang sebenarnya pada akhir periode,


maka dibuat jurnal penyesuaian persediaan, dengan jurnal:

Cadangan Persediaan Rp 20.000.000


Persediaan Rp 20.000.000

3. Pendapatan yang Ditangguhkan


Pendapatan yang ditangguhkan timbul karena penggunaan metode cash
toward accrual (CTA). Dalam metode CTA pendapatan baru diakui pada saat
kas diterima di Kas Daerah atau Kas Negara. Dengan demikian,
konsekuensinya adalah kas di bendahara penerimaan belum dapat diakui
sebagai pendapatan.

Kas di Bendahara Penerimaan Rp xxx


Pendapatan Ditangguhkan Rp xxx
6

Contoh:
Misalnya di bendahara penerimaan pada tanggal 31 Desember terdapat kas
dari hasil pembayaran pajak sebesar Rp 150.000.000. Kas akan disetor pada
tanggal 2 Januari tahun berikutnya. Untuk tujuan pelaporan keuangan, maka
pada tanggal 31 Desember akan dibuat jurnal penyesuian dengan jurnal
sebagai berikut;

Kas di Bendahara Penerimaan Rp 150.000.000


Pendapatan Ditangguhkan Rp150.000.000

4. Reklasifikasi Hutang Jangka Panjang ke Jangka Pendek


Penyesuaian pada akhir tahun diperlukan untuk mereklasifikasi hutang
jangka panjang ke dalam jangka pendek. Jurnal penyesuaian yang diperlukan
ini memerlukan 2 langkah, yaitu 1) mengurangi hutang jangka panjang, dan 2)
menambah hutang jangka pendek.

Hutang Jangka Panjang Rp xxx


Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jk. Panjang Rp xxx

Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jk. Pendek Rp xxx


Hutang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo Rp xxx

Rasional:
• Jurnal untuk mencatat timbulnya hutang
Kas Rp xxx
Pendapatan Pembiayaan Rp xxx

Dana YHD untuk Pemb. Hutang Jk. Pendek/Panjang Rp xxx


Hutang Rp xxx

• Jurnal untuk mencatat pembayaran hutang


Belanja Pembiyaaan- Pembayaran Hutang Rp xxx
Kas di Kas Negara Rp xxx

Hutang Jangka Pendek/Panjang Rp xxx


Dana YHD untuk Pemb. Hutang Jk. Pendek/Panjang Rp xxx

Ilustrasi:
Menurut Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2004, pada tahun 2004
memiliki hutang jangka panjang yang jatuh tempo sebesar Rp 82 triliun.
Buatlah jurnal untuk mencatat penyesuaian reklasifikasi hutang jangka
panjang terhadap hutang jangka pendek untuk tahun 2004!
7

Hutang Jangka Panjang Rp 82 T


Dana YHD untuk Pemb. Hutang Jk. Panjang Rp 82 T

Dana YHD untuk Pemb. Hutang Jk. Pendek Rp 82 T


Hutang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo Rp 82 T

5. Pembentukan Dana Cadangan


Dana cadangan dibentuk dengan persetujuan legislatif untuk tujuan tertentu,
yang tidak dapat didanai dengan dana dalam 1 tahun anggaran. Jadi
merupakan tabungan bagi pemerintah daerah. Bahkan sekarang ini, APBN dan
APBD menurut UU Keuangan Negara menganut paradigma Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) atau Medium Term Expenditure
Framework (MTEF). MTEF merupakan kerangka penyusunan anggaran
dengan mendasarkan pada kebijakan, yang mana kebijakan tersebut tidak
didasarkan pada 1 tahun anggaran, namun direncanakan dalam jangka waktu
menengah (lebih dari 1 tahun, biasanya 3-5 tahun), dengan dinyatakan pada
perkiraan maju (forward estimate). Lawan dari MTEF adalah Single Year
Expenditure Framework (SYEF) yang dianut oleh negara kita sebelumnya.
Pembentukan dana cadangan ini merupakan bagian dari implementasi
terhadap KPJM.

Belanja Pembiayaan – Dana Cadangan Rp xxx


Kas di Kas Daerah Rp xxx

Dana Cadangan Rp xxx


Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Rp xxx

Contoh:
Untuk membuat lapangan terbang Wirasaba menjadi lapangan terbang
komersial di daerah Barlingmascakeb, diperlukan dana sebesar Rp 10 miliar.
Untuk mengumpulkan dana tersebut kemampuan APBD Purbalingga adalah
Rp 5 miliar per tahun. Akuntan pemerintah daerah Purbalingga akan mencatat
penyesuaian pembentukan dana cadangan pada tahun pertama dengan jurnal
sebagai berikut:

Belanja Pembiayaan – Dana Cadangan Rp 5 M


Kas di Kas Daerah Rp 5 M

Dana Cadangan Rp 5 M
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Rp 5 M
8

6. Taksiran Piutang Pajak (Cadangan Piutang)


Pemerintah (Dinas atau Badan pemungut pajak) mengidentifikasi sejumlah
pajak yang seharusnya sudah diterima di Kas Negara, namun belum disetor
oleh para wajib pajak. Untuk itu diperlukan adanya pengakuan terhadap
piutang pajak ini.

Jurnal yang dibuat untuk penyesuaian pajak pada akhir tahun fiskal adalah:

Piutang Pajak Rp xxx


Cadangan Piutang Rp xxx

Ilustrasi:
Pemerintah Kabupaten Makmur menugaskan Dinas Pendapatan Daerah
(Dipenda) untuk mengelola segala jenis pajak kabupaten. Pada akhir tahun,
Dipenda mengindentifikasi terdapat pajak yang seharusnya dibayar oleh
wajib pajak, namun belum diterima di Kas Daerah sebesar Rp 50.000.000.
Untuk mencatat pengakuan piutang pajak ini, maka Pemerintah Kabupaten
Makmur akan mencatat transaksi ini dengan jurnal penyeseuaian:

Piutang Pajak Rp 50.000.000


Cadangan Piutang Rp 50.000.000

7. Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)


Disesuaikan untuk mengakui adanya kewajiban di masa yang akan datang
terhadap pihak ketiga. Jurnal penyesuaian yang dibuat untuk transaksi ini
adalah:

Hutang PFK Rp xxx


Dana YHD untuk Pemb. Hutang Jk. Pendek Rp xxx

Ilustrasi:
Pemerintah Daerah memotong gaji PNS 2,5% untuk disetorkan kepada dana
pensiun. Pada akhir periode, dana yang belum disetor kepada dana pensiun
untuk Kabupaten Makmur adalah Rp 50.000.000. Jurnal penyesuaian yang
harus dibuat untuk pengakuan transaksi ini adalah:

Hutang FPK Rp 50.000.000


Dana YHD untuk Pemb. Hutang
Jk. Pendek Rp 50.000.000
9

NERACA LAJUR

Pada akhir periode akuntansi, laporan keuangan sudah dapat disusun


berdasarkan catatan pada neraca saldo, ayat-ayat penyesuaian serta neraca saldo
disesuaikan. Namun sebagai langkah alternatif sebelum laporan keuangan
disusun, dapat digunakan neraca lajur atau kertas kerja (working sheet).
Tujuannya adalah untuk membantu mempermudah dalam penyusunan laporan
keuangan.

Neraca lajur merupakan kolom-kolom yang digunakan dalam proses akuntansi


keuangan manual. Neraca lajur dibuat pada akhir periode dalam format lembar
kerja (spreadsheet). Format ini biasanya akan ditampilkan dengan kolom untuk
menyajikan jumlah saldo tiap akun dalam bentuk 8 kolom, 10 kolom, atau 12
kolom.

Apabila pada akhir periode akuntansi digunakan neraca lajur untuk membantu
penyusunan laporan keuangan, maka ayat penyesuaian dicatat dalam neraca lajur
pada kolom Penyesuaian. Dalam neraca lajur juga sekaligus tersedia kolom Neraca
Saldo Disesuaikan untuk mengetahui jumlah atau saldo rekening/akun setelah
mengalami penyesuaian. Setelah dicatat dalam neraca lajur dan jurnal, maka ayat
penyesuaian tersebut juga dipindahkan (posting) ke buku besar. Berikut ini adalah
contoh format neraca lajur dalam akuntansi pemerintahan.

Kabupaten Makmur
Neraca Lajur
per Desember 20XX

Kode NS P NSD LRA NRC LAK


Nama Akun
Akun D K D K D K D K D K D K

Selain Kode Akun dan Nama Akun, neraca lajur terdiri dari beberapa kolom (lajur)
utama yaitu kolom untuk Neraca Saldo (NS), Penyesuaian (P), Neraca Saldo
Disesuaikan (NSD), Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca (NRC), dan Laporan
Arus Kas (LAK). Apabila standar akuntansi pemerintahan yang diterapkan adalah
full accrual maka akan disediakan tambahan kolom untuk Laporan Operasional
(LO) dan Laporan Perubahan Ekuitas Dana (LPED).
10

Contoh:
Berikut ini merupakan neraca saldo Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006.

KABUPATEN MAKMUR
NERACA SALDO
Per 31 Desember 2006
(dalam jutaan rupiah)
Kode
Nama Akun Debet (Rp) Kredit (Rp)
Akun
1 Aset
100 Kas di Kas Daerah 2.000
110 Persediaan 2.000
150 Aset Tetap 13.000
190 Dana Cadangan 6.000
2 Kewajiban
200 Hutang Jangka Pendek 1.500
250 Hutang Jangka Panjang 9.500
3 Ekuitas Dana
30 Ekuitas Dana Lancar
300 SiLPA/SiKPA (Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan) 5.000
301 Cadangan Persediaan 2.000
302 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek -1.500
32 Ekuitas Dana Investasi
320 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 13.000
321 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang -9.500
35 Ekuitas Dana Cadangan
350 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 6.000
4 Pendapatan
400 Pendapatan 20.000
5 Belanja
500 Belanja Operasi 15.000
501 Belanja Modal (Aset Tetap) 10.000
6 Pembiayaan
600 Penerimaan Pembiayaan (Dari Hutang Jk Panjang) 7.000
601 Pengeluaran Pembiayaan (Pemb. Dana Cadangan) 5.000
Jumlah Rp 53.000 Rp 53.000

Selanjutnya, penyesuaian yang dilakukan Kabupaten Makmur adalah sebagai


berikut:
• Untuk memastikan keadaan yang sebenarnya, dilakukan stock opname
terhadap persediaan dan ternyata nilai wajar dari persediaan Kabupaten
Makmur jumlahnya adalah Rp 3.000 juta.
• Pada awal tahun anggaran, DPRD Kabupaten Makmur memberi mandat agar
menyusutkan aset tetap di Kabupaten Makmur sebesar Rp 500 juta per tahun.

Dari data neraca saldo dan penyesuaian tersebut, buatlah neraca lajur hingga
kolom neraca untuk Kabupaten Makmur!
11

Kabupaten Makmur
Neraca Lajur
per Desember 2006
(dalam jutaan rupiah)
Kode NS P NSD LRA NRC
Nama Akun
Akun D K D K D K D K D K
1 Aset
100 Kas di Kas Daerah 2.000 - - - 2.000 - - - 2.000 -
110 Persediaan 2.000 - 1.000 - 3.000 - - - 3.000 -
150 Aset Tetap 13.000 - - - 13.000 - - - 13.000 -
190 Dana Cadangan 6.000 - - - 6.000 - - - 6.000 -
2 Kewajiban
200 Hutang Jangka Pendek - 1.500 - - - 1.500 - - - 1.500
250 Hutang Jangka Panjang - 9.500 - - - 9.500 - - - 9.500
3 Ekuitas Dana
30 Ekuitas Dana Lancar
300 SiLPA/SiKPA - 5.000 - - - 5.000 - - - 5.000
301 Cadangan Persediaan - 2.000 - 1.000 - 3.000 - - - 3.000
302 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek - (1.500) - - - (1.500) - - - (1.500)
32 Ekuitas Dana Investasi
320 Diinvestasikan dalam Aset Tetap - 13.000 500 - - 12.500 - - - 12.500
321 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang - (9.500) - - - (9.500) - - - (9.500)
35 Ekuitas Dana Cadangan
350 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan - 6.000 - - - 6.000 - - - 6.000
4 Pendapatan
400 Pendapatan - 20.000 - - - 20.000 - 20.000 - -
5 Belanja
500 Belanja Operasi 15.000 - - - 15.000 - 15.000 - - -
501 Belanja Modal (Aset Tetap) 10.000 - - - 10.000 - 10.000 - -
6 Pembiayaan
600 Penerimaan Pembiayaan (Dari Hutang Jk Panjang) - 7.000 - - - 7.000 - 7.000 - -
601 Pengeluaran Pembiayaan (Pemb. Dana Cadangan) 5.000 - - - 5.000 - 5.000 - - -
53.000 53.000
Akumulasi Penyusutan - 500 500 - - - 500
1.500 1.500 54.000 54.000 30.000 27.000 24.000 27.000
SiKPA - 3.000 3.000 -
30.000 30.000 27.000 27.000
12

SOAL PILIHAN BERGANDA

PERTANYAAN

SOAL-SOAL

TUGAS
BAB 9
SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN:
PENYELESAIAN DAN KOREKSI
Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan
mampu untuk:
1. Menjelaskan pengertian dan fungsi jurnal penutup dalam akuntansi
pemerintahan.
2. Membandingkan jurnal penutup akuntansi pemerintahan dengan
akuntansi sektor swasta.
3. Membuat jurnal penutup.
4. Memposting jurnal penutup ke buku besar.
5. Membuat neraca saldo setelah penutupan.
6. Menjelaskan pengertian jurnal pembalik dalam akuntansi pemerintahan.
7. Menjelaskan kegunaan jurnal pembalik dan akibat jurnal pembalik jika
tidak dibuat.
8. Membandingkan jurnal pembalik akuntansi pemerintahan dengan
akuntansi sektor swasta.
9. Membuat jurnal pembalik.
10. Menjelaskan koreksi dan kesalahan laporan keuangan.
11. Menjelaskan jurnal koreksi dan kesalahan laporan keuangan.
12. Menjelakan kegunaan jurnal koreksi dan kesalahan laporan keuangan.
2

PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Laporan keuangan adalah hasil akhir yang terpenting dari siklus atau proses
akuntansi untuk menyajikan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan
oleh berbagai pihak pengguna. Dalam siklus akuntansi apabila telah sampai pada
tahap penyesuaian, sebenarnya laporan keuangan sudah dapat disusun. Hanya
saja, untuk lebih mempermudah dalam penyusunan laporan keuangan secara
manual, diberikan alternatif untuk menyusun neraca saldo disesuaikan dan neraca
lajur terlebih dahulu.

Pada akuntansi sektor swasta, laporan keuangan utama terdiri dari laporan laba
rugi, neraca, dan laporan perubahan modal ditambah dengan laporan arus kas dan
catatan atas laporan keuangan. Sedangkan pada akuntansi pemerintahan terdiri
dari empat laporan keuangan pokok, yaitu laporan realisasi anggaran, neraca,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Selanjutnya dapat juga
memberikan informasi tambahan berupa laporan kinerja keuangan (laporan
operasional) dan laporan perubahan ekuitas dana.

Pembahasan mengenai laporan keuangan dalam akuntansi pemerintahan


selanjutnya akan dijelaskan secara lebih rinci pada bab 10 (Laporan Keuangan
Pemerintah).

JURNAL PENUTUP

Setelah laporan keuangan dibuat, tahap penyelesaian dalam siklus akuntansi


meliputi tahap menyiapkan jurnal penutup, neraca saldo setelah penutupan, dan
terakhir adalah menyiapkan jurnal pembalik.

Pada saat akhir periode pembukuan dibuat ayat jurnal penutupan (closing journal
entry). Jurnal penutup ini merupakan prosedur penutupan akun-akun temporer
(nominal) pada akhir periode akuntansi. Tujuannya adalah untuk membuat akun-
akun nominal tersebut menjadi bersaldo nol pada awal tahun pembukuan periode
akuntansi selanjutnya.

Ayat-ayat penutupan yang akan dibuat merujuk pada saldo rekening/akun yang
terdapat pada neraca saldo disesuaikan. Ayat-ayat penutupan dicatat dalam jurnal
umum dua kolom lalu diposting ke dalam akun buku besar yang bersangkutan.
Dalam akuntansi sektor swasta, akun-akun penghasilan dan biaya ditutup ke akun
ikhtisar laba rugi, lalu akun ikhtisar laba rugi tersebut akan ditutup ke akun modal
pemilik (perseorangan) atau laba ditahan (perseroan), kemudian menutup akun
prive ke akun modal pemilik (perseorangan) atau akun laba ditahan ke akun
dividen (perseroan).
3

Penutupan pembukuan dalam akuntansi pemerintahan pada dasarnya sama


seperti dalam akuntansi sektor swasta, hanya saja nama akun yang digunakan
berbeda. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam penutupan pembukuan dan
penjurnalannya dalam akuntansi pemerintahan:

1. Tutup seluruh akun pendapatan dan penerimaan ke akun ikhtisar


surplus/defisit.
Pendapatan Rp xxx
Penerimaan Pembiayaan Rp xxx
Ikhtisar Surplus/Defisit Rp xxx

2. Tutup seluruh akun belanja dan pengeluaran ke akun ikhtisar surplus/defisit.


Ikhtisar Surplus/Defisit Rp xxx
Belanja Operasi Rp xxx
Belanja Modal Rp xxx
Pengeluaran Pembiayaan Rp xxx

3. Tentukan saldo yang merupakan selisih antara jumlah sisi debit dengan kredit
akun ikhtisar surplus/defisit, lalu tutup ke akun ke akun SiLPA/SiKPA.
• Apabila akun ikhtisar surplus/defisit sisi kredit (langkah 1) lebih kecil dari
sisi debit (langkah 2).
SiLPA/SiKPA Rp xxx
Ikhtisar Surplus/Defisit Rp xxx
• Apabila akun ikhtisar surplus/defisit sisi kredit (langkah 1) lebih besar dari
sisi debit (langkah 2).
Ikhtisar Surplus/Defisit Rp xxx
SiLPA/SiKPA Rp xxx

4. Pindahkan (posting) akun-akun tersebut ke buku besar.

Contoh:
Berikut ini adalah neraca saldo disesuaikan Kabupaten Makmur akhir tahun 2006.
(dalam jutaan rupiah)
Kode NSD
Nama Akun
Akun D K
1 Aset
100 Kas di Kas Daerah 2.000 -
110 Persediaan 3.000 -
150 Aset Tetap 13.000 -
160 Akumulasi Penyusutan - 500
190 Dana Cadangan 6.000 -
2 Kewajiban
200 Hutang Jangka Pendek - 1.500
250 Hutang Jangka Panjang - 9.500
3 Ekuitas Dana
4

30 Ekuitas Dana Lancar


300 SiLPA/SiKPA - 5.000
301 Cadangan Persediaan - 3.000
302 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek - (1.500)
32 Ekuitas Dana Investasi
320 Diinvestasikan dalam Aset Tetap - 12.500
321 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang - (9.500)
35 Ekuitas Dana Cadangan
350 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan - 6.000
4 Pendapatan
400 Pendapatan - 20.000
5 Belanja
500 Belanja Operasi 15.000 -
501 Belanja Modal (Aset Tetap) 10.000 -
6 Pembiayaan
600 Penerimaan Pembiayaan (Dari Hutang Jk Panjang) - 7.000
601 Pengeluaran Pembiayaan (Pemb. Dana Cadangan) 5.000 -
54.000 54.000

Buatlah jurnal penutup Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006 lalu postinglah
ke buku besar!
Jawab:
• Jurnal penutup
(dalam jutaan rupiah)
Jumlah
Tgl. Uraian Ref.
Debit (Rp) Kredit (Rp)
2006 31 Pendapatan 100 20.000
Des Penerimaan Pembiayaan 400 7.000
Ikhtisar Surplus/Defisit 27.000

31 Ikhtisar Surplus/Defisit 30.000


Belanja Operasi 500 15.000
Belanja Modal 501 10.000
Pengeluaran Pembiayaan 601 5.000

31 SiLPA/SiKPA 300 3.000


Ikhtisar Surplus/Defisit 700 3.000

Jurnal di atas dapat pula dicatat dalam satu jurnal sebagai berikut:
(dalam jutaan rupiah)
Jumlah
Tgl. Uraian Ref.
Debit (Rp) Kredit (Rp)
2006 31 Pendapatan 100 20.000
Des Penerimaan Pembiayaan 400 7.000
SiLPA/SiKPA 300 3.000
Belanja Operasi 500 15.000
Belanja Modal 501 10.000
Pengeluaran Pembiayaan 601 5.000
• Buku Besar
5

Nama Rekening: Ikhtisar Surplus/Defisit Kode Rekening: 700


Tgl Uraian Ref. Debet Tgl. Uraian Ref. Kredit
‘06 31 Menutup akun 15.000 ‘06 31 Menutup akun 20.000
Des belanja operasi Des pendapatan

31 Menutup akun 10.000 31 Menutup akun 7.000


belanja modal penerimaan pembiy.

31 Menutup akun 5.000 31 Ditutup ke 3.000


pengeluaran pemby. SiLPA/SiKPA

Nama Rekening: SiLPA/SiKPA Kode Rekening: 300


Tgl Uraian Ref. Debet Tgl. Uraian Ref. Kredit
‘06 31 Dari ikhtisar 3.000 ‘06 31 Saldo sebelum 5.000
Des surplus/defisit Des penutupan

31 Saldo setelah 2.000


penutupan

Dengan demikian saldo rekening pendapatan, belanja operasi, belanja modal,


penerimaan pembiayaan, dan pengeluaran pembiayaan bersaldo nol.
Sedangkan saldo rekening SiLPA/SiKPA setelah penutupan adalah sebesar Rp
2.000. Saldo inilah yang akan muncul dalam neraca Kabupaten Makmur per 31
Desember 2006.

NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN

Segera setelah setiap kali melakukan posting dari ayat jurnal penutupan ke dalam
akun yang bersangkutan, seluruh akun kembali ditentukan saldonya yang
dilanjutkan dengan menyusun neraca saldo setelah penutupan. Berikut ini dibuat
Neraca Saldo Setelah Penutupan (NSSP) yang berasal dari Neraca Saldo
Disesuaikan (NSD) dan Jurnal Penutupan (JP).
(dalam jutaan rupiah)
Kode NSD JP NSSP
Nama Akun
Akun D K D K D K
1 Aset
100 Kas di Kas Daerah 2.000 - - - 2.000 -
110 Persediaan 3.000 - - - 3.000 -
150 Aset Tetap 13.000 - - - 13.000 -
160 Penyusutan - 500 - - - 500
190 Dana Cadangan 6.000 - - - 6.000 -
2 Kewajiban
200 Hutang Jangka Pendek - 1.500 - - - 1.500
250 Hutang Jangka Panjang - 9.500 - - - 9.500
3 Ekuitas Dana
30 Ekuitas Dana Lancar
300 SiLPA/SiKPA - 5.000 3.000 - - 2.000
301 Cadangan Persediaan - 3.000 - - - 3.000
302 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek - (1.500) - - - (1.500)
32 Ekuitas Dana Investasi
320 Diinvestasikan dalam Aset Tetap - 12.500 - - - 12.500
321 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang - (9.500) - - - (9.500)
35 Ekuitas Dana Cadangan
350 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan - 6.000 - - - 6.000
4 Pendapatan
400 Pendapatan - 20.000 20.000 - - -
5 Belanja
500 Belanja Operasi 15.000 - - 15.000 - -
501 Belanja Modal (Aset Tetap) 10.000 - - 10.000 - -
6 Pembiayaan
600 Penerimaan Pembiayaan (dari Hutang Jangka Panjang) - 7.000 7.000 - - -
601 Pengeluaran Pembiayaan (Pembentukan Dana Cadangan) 5.000 - - 5.000 - -
54.000 54.000 30.000 30.000 24.000 24.000
JURNAL PEMBALIK

Jurnal pembalik (reversing entries) adalah jurnal yang digunakan untuk


memindahkan akun riil (permanen) ke rekening nominal (temporer) pada awal
periode akuntansi selanjutnya. Jurnal pembalik disebut juga jurnal penyesuaian
kembali karena merupakan kebalikan dari jurnal penyesuaian. Membuat jurnal
pembalik sifatnya adalah optional, yaitu merupakan pilihan alternatif yang tidak
harus dilakukan.

Pada akuntansi sektor swasta, jurnal penyesuaian yang boleh dan perlu dibalik
adalah jurnal penyesuaian untuk pos-pos transitoris dan pos-pos antisipasi. Pos-
pos transitoris meliputi biaya dibayar di muka dan pendapatan diterima di muka.
Sedangkan pos-pos antisipasi meliputi biaya yang belum dibayar dan pendapatan
yang belum diterima.

Pada akuntansi pemerintahan, jurnal penyesuaian yang perlu dibalik adalah untuk
reklasifikasi Utang jangka panjang yang jatuh tempo, dari klasifikasi sebagai utang
jangka panjang kepada jangka pendek. Pada awal periode berikutnya utang
tersebut perlu diklasifikasi lagi sebagai utang jangka panjang

Contoh, Pemda D memiliki Utang jangka Pendek sebesar Rp2.000 dan Utang
Jangka Panjang Rp30.000. Dari hutang jangka panjang tersebut sebesar Rp3.000
merupakan utang jangka panjang yang telah jatuh tempo.

Penyesuaian atas Reklasifikasi hutang jangka panjang menjadi hutang jangka


pendek:

Hutang Jangka Panjang 3.000


Hutang Jangka Panjang yang jatuh Tempo 3.000

Pada awal periode maka direklasifikasi:

Hutang Jangka Panjang yang jatuh Tempo 3.000


Hutang Jangka Panjang 3.000

Menjurnal reklasifikasi utang jangka panjang ke dalam utang jangka panjang yang
telah jatuh tempo. Artinya konversi dari utang jangka panjang ke jangka pendek.
Mengapa harus direklasifikasi? Bukankah sama-sama hutang, sama-sama harus
dibayar.
8

Prosedur pencatatan jurnal pembalik adalah sebagai berikut: ...........................................

Contoh: ..........................................................................................................................................................

KOREKSI KESALAHAN

Jurnal koreksi diperlukan apabila suatu tansaksi dijurnal pada rekening/akun


yang salah atau memasukkan jumlah rupiah yang salah dan diketahui sudah
diposting ke buku besar. Fungsi dari jurnal koreksi ini adalah untuk menetralkan
kesalahan dan mencatat transaksi sebagaimana yang seharusnya.

Contoh: pembayaran hutang jangka panjang Rp 500 telah dijurnal dan diposting
dengan mendebet hutang jangka pendek.
Buku besar:
Rekening yang salah

Hutang Jangka Pendek Kas


Rp 500 Rp 500

Seharusnya

Hutang Jangka Panjang Kas


Rp 500 Rp 500

Jurnal Koreksi:

Hutang Jangka Panjang Rp 500


Hutang Jangka Pendek Rp 500

Posting jurnal koreksi:

Hutang Jangka Panjang Hutang Jangka Pendek


Koreksi Rp 500 Rp 500 Koreksi Rp 500
9

SOAL PILIHAN BERGANDA

PERTANYAAN

SOAL-SOAL

TUGAS
10
SOAL 1-6 DIKERJAKAN DALAM KERTAS SECARA MANUAL
GUNAKAN NOTEBOOK, KALKULATOR SEBAGAI ALAT BANTU
SOAL 1
PERSAMAAN AKUNTANSI
Waktu: 30 Menit
Pemerintah Daerah Mekar adalah sebuah Kota yang merupakan hasil pemekaran dari Kota Asal.
Berikut ini adalah Neraca Awal sesaat setelah pemekaran yang terjadi pada tanggal 31 Desember 2010.

Aset Lancar
Kas 200,000
Piutang Pajak Daerah 12,000
Persediaan 100,000
Aset Tetap
Tanah 200,000
Bangunan 140,000
Jalan, Irigasi dan Jembatan 50,000
Kendaraan 70,000
Investasi di Perusahaan Daerah 100,000
Dana Cadangan 50,000
Jumlah Aset 922,000
Utang
Utang Jangka Pendek 100,000
Utang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo 50,000
Utang Jangka Panjang 600,000

1 Buatlah persamaan akuntansi


2 Berapakah jumlah total Ekuitas Dana Lancar
3 Berapakah jumlah total Ekuitas Dana Investasi
4 Berapakah jumlah total Ekuitas Dana Cadangan
5 Tunjukkan persamaan akuntansi dengan basis akrual.

Halaman 1
4. NERACA LAJUR, JURNAL PENUTUP
DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Data yang dihimpun untuk penyesuaian akhir tahun 2005:

1. Laporan Keadaan Kas Bendahara Penerima di Dinas Kehutanan menunjukkan bahwa penerimaan
yang belum disetor ke Kas Daerah sebesar Rp6.500.000,00.

2. Surat Ketetapan Pajak yang belum dilunasi menurut Dispenda sebesar Rp25.600.000,00

3. Rekapitulasi hasil inventarisasi barang persediaan di seluruh unit menunjukkan jumlah persediaan
sebesar Rp60.375.000,00

4. Penyusutan peralatan dan mesin dihitung dan ditetapkan sebesar Rp6.450.000.000,00

5. Penyusutan gedung dan bangunan dihitung dan ditetapkan sebesar Rp2.245.000.000,00

6. Penyusutan Jalan, jaringan dan irigasi dihitung dan ditetapkan sebesar Rp1.145.000.000,00

7. Hutang yang kepada Pemerintah Pusat yang jatuh tempo tahun 2006 sebesar Rp23.400.000,00

INSTRUKSI
1 Berdasarkan data di atas buatlah jurnal, buku besar, dan neraca saldo per 31 Desember 2005
2 Buatlah Kertas Kerja Penyusunan Laporan Keuangan dalam bentuk 10 atau 12 Kolom.
3 Buatlah Laporan Keuangan berupa Neraca, LRA, LAK, LPE, SAL, LO, dan CALK.

Dalam pengerjaan boleh dengan bantuan komputer EXCEL,


dikumpulkan harus dalam bentuk print out dan softcopy.

Page 1 Soal Lengkap soal akuntansi pemerintahan

Anda mungkin juga menyukai