Akuntansi
Pemerintahan
Indonesia
Istilah dalam buku ini sengaja dipilih Akuntansi Pemerintahan, dan bukan
Akuntansi Sektor Publik, dengan alasan:
1. Mayoritas pembahasan di sektor publik adalah pemerintahan, sisanya sedikit
membahas sektor non-profit.
2. Nama standar yang menjadi acuan buku ini adalah Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP). Oleh karena itu sangat janggal apabila buku ini mengacu
kepada SAP tetapi menggunakan istilah Akuntansi Sektor Publik.
3. Mata kuliah akuntansi pemerintahan telah dipinggirkan dengan beberapa
alasan, sehingga digantikan dengan akuntansi sektor publik. Padahal mata
kuliah akuntansi sektor publik banyak membahas akuntansi pemerintahan.
4. Akuntansi pemerintahan dan akuntansi sektor publik memiliki bidang garap
masing-masing. Masing-masing memiliki penekanan sendiri-sendiri terhadap
tujuan pengajarannya.
Financial Governmental
Accounting Accounting Federal Accounting
Standards Standards Board Standards Advisory
Board (FASB) (GASB) Board (FASAB)
Non- Federal
Business State and local Governmental government and
governmental
(for-profit) governmental not-for-profit its agencies and
not-for-profit
organizations organizations organizations
organizations department
Gambar 1.1
Badan Penyusun Standar Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
di Amerika Serikat
Otoritas untuk menyusun standar akuntansi dan pelaporan bagi organisasi non-
profit dibagi antara FASB dan GASB karena sejumlah organisasi non-profit
(khususnya perguruan tinggi, universitas dan rumah sakit) adalah milik
pemerintah, tetapi sebagian besar diantaranya merupakan bagian-bagian dari
pemerintah yang independen (bukan milik pemerintah). Dengan demikian, GASB
memiliki tanggung jawab untuk menyusun standar akuntansi dan pelaporan
keuangan bagi organisasi non-profit milik pemerintah. Sedangkan FASB memiliki
tanggung jawab untuk menyusun standar akuntansi dan pelaporan keuangan bagi
organisasi non-profit bukan pemerintah.
Sementara itu, ada empat pilar standar akuntansi yang berlaku di Indonesia
meliputi:
1. Standar Akuntansi Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) digunakan oleh entitas yang memiliki
akuntabilitas publik signifikan. SAK disusun oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dengan mengadopsi
International Financial Reporting Standards (IFRS).
2. Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP)
SAK ETAP digunakan oleh entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik
signifikan. SAK ETAP diadaptasi dari International Financial Reporting
Standard for Small and Medium-sized Entities (IFRS for SMEs). Seperti halnya
SAK, penyusunan SAK ETAP merupakan tanggung jawab DSAK IAI.
3. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah)
SAK Syariah digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah, baik
entitas syariah maupun entitas konvensional. SAK Syariah disusun oleh
Dewan Standar Akuntansi Syariah menggunakan model pengembangan SAK
konvensional dengan mengacu kepada fatwa Majelis Ulama Indonesia.
4. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) digunakan oleh entitas pemerintah,
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. SAP disusun oleh Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang hasil kerjanya dikukuhkan
dengan Peraturan Pemerintah.
Sosialisasi KSAP
Pihak Eksternal KSAP seminar/diseminasi/diskus
Produk KSAP
yang terlibat i dengan para pengguna,
Struktur KSAP Standar Akuntansi
Badan Pemeriksa Pemerintahan program pendidikan
Komite Konsultatif SAP Keuangan profesional berkelanjutan,
Interpretasi Pernyataan
Komite Kerja SAP Pendapat Publik Terbatas training of trainers (TOT)
Standar Akuntansi
Kelompok Kerja SAP (Limited Public Hearing) Pemerintahan (IPSAP) fasilitasi konsultasi teknis
Dengar Pendapat Publik Buletin Teknis. terkait penerapan SAP
(Public Hearings) Berbasis Akrual (help
desk).
Tujuan Tujuan Pelaporan Keuangan Khusus, menyediakan informasi mengenai Akuntansi Pemerintah,
Pelaporan • sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan menyediakan laporan
Keuangan • kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran • Laporan Realisasi Anggaran
Umum: • jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil • Laporan Saldo Anggaran Lebih
yang telah dicapai • Neraca
• Akuntabilitas
• bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya • Laporan Arus Kas
• Pembuatan
• posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, • Laporan Operasional
keputusan
baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan
ekonomi, • Laporan Perubahan Ekuitas
pinjaman
sosial, • Catatan atas Laporan Keuangan
maupun • perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan,
politik sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
Required Supplementary
Information (RSI)
[other than MD&A]
Gambar 1.2
Laporan Keuangan Pokok Pemerintahan menurut GASB
Pusat dari model (gambar) diatas adalah Management’s Discussion and Analysis
(MD&A). GASB menetapkan laporan keuangan dasar dan informasi tambahan
yang dibutuhkan (Required Supplementary Information/RSI) sesuai tujuan umum
pemerintahan. MD&A menyediakan analisis tujuan atas aktivitas-aktivitas
keuangan pemerintah juga memperbandingkan arus tahun lalu sebagai dasar
informasi pemerintahan yang lebih luas. MD&A digunakan untuk menganalisis
posisi laporan keuangan dan hasil operasi serta untuk memperbaiki hasil aktivitas
tahun sebelumnya.
12
Fund Financial Statement atau laporan keuangan dana adalah jenis lain dari
laporan keuangan dasar. Laporan keuangan dana ini membantu dalam penilaian
akuntabilitas fiskal, yaitu apakah pemerintah telah mendapatkan dan
membelanjakan sumber daya ekonomi sesuai dengan rencana anggaran serta
dalam kepatuhannya dengan hukum dan regulasi yang berlaku. Dana pemerintah
lebih fokus pada arus jangka pendek dari sumber daya ekonomi saat ini daripada
arus sumber daya ekonomi.
Introductory Section terdiri dari beberapa poin seperti halaman judul, dan
halaman isi, letter of transmittal (seperti nama, alamat, tanda tangan pimpinan
eksekutif dan nama unit pemerintahannya), dan poin lainnya yang
dimiliki/disediakan manajemen. Financial Section sebaiknya meliputi (1) laporan
auditor, (2) MD&A, (3) Basic Financial Statement (Government-wide Financial
Statement dan Fund Financial Statement), (4) RSI, dan (5)informasi pelengkap
lainnya seperti laporan dana kombinasi dan laporan dana individual serta
skedulnya. Sebagai tambahannya CAFR juga dapat memuat bagian statistik. Bagian
ini secara khusus menyajikan tabel-tabel dan diagram yang menunjukkan data
sosial dan ekonomi, tren/kecenderungan keuangan, dan kapasitas/kemampuan
fiskal pemerintah secara terinci yang mungkin dibutuhkan oleh para pembaca
yang berkepentingan dengan aktivitas-aktivitas dari unit pemerintahan tersebut.
Tabel 1
Perubahan pelaporan pemerintah
• Momentum • Otonomi Daerah • Reformasi Keuangan • Standar Akuntansi • Revisi SAP • Pelaksanaan Revisi SAP
Daerah Pemerintah • Pelaksanaan Basis Akrual
• Basis Akuntansi • Basis Kas • Kewajiban Basis Akrual • Basis CTA • Kewajiban Basis Akrual • Pelaksanaan PP 71 Tahun
• Laporan • Pertanggungjawaban • LRA, Neraca, LAK, Catatan • Mandatory: LRA, Neraca, • Mandatory: LRA, Laporan 2010.
Anggaran Negara atas LK. LAK, Catatan atas LK. Perubahan SAL, Neraca,
Voluntary: Laporan Kinerja Laporan Operasional,
Keuangan dan Laporan Laporan Perubahan
Perubahan Ekuitas Ekuitas, Laporan Arus Kas
dan Catatan atas LK
UU Keuangan Negara waktu itu belum diundangkan (baru ada tahun 2003).
Sementara itu, tulang punggung yang sangat penting dalam pelaporan keuangan
pusat dan daerah sebagai mandat UU Keuangan Negara, yaitu terbentuknya
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) baru menghasilkan PP mengenai
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) pada tahun 2005. Belum lagi perubahan
dalam UU Otda di tahun 2004, juga berimbas terhadap pedoman pengelolaan
keuangan daerah.
Aturan teknis dalam pengelolaan keuangan daerah yang menjadi fenomenal bagi
pemerintahan daerah setelah adanya UU Otda 1999 adalah Kepmendagri Nomor
29 Tahun 2005. Dengan demikian, maka digantilah Manual Akuntansi Keuangan
Daerah (MAKUDA) tahun 1981, dengan aturan tersebut. Tetapi dengan adanya UU
Otda yang baru, Pemerintah Daerah (Pemda) belajar mengimplementasikan
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2005 dengan biaya yang tentu saja tidak sedikit.
Pada tahun 2006, timbul lagi aturan baru berupa Permendagri Nomor 13 Tahun
2006. Hingga sekarang Permendagri tersebut telah mengalami beberapa
perubahan.
Perubahan akan terus terjadi, dan hingga tahap sekarang ini aturan teknis
pengelolaan keuangan negara belum final, akan selalu terdapat perubahan. PP
Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP menganut asas kas menunju akrual (cash
towards accruals). Sementara itu dalam UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara pasal 12 dan 13 dinyatakan bahwa APBN dan APBD
menggunakan dasar akrual. Penggunaan dasar akrual ini menurut UU, sudah
harus dilaksanakan selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008 (UU Nomor 1
Tahun 2004 pasal 70). Pemerintah belum bisa melaksanakan basis akrual tahun
2008, maka tahun 2010 dilaksanakan revisi terhadap SAP dengan ditetapkannya
PP 71 Tahun 2010.
Strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka menutup
kebutuhan tenaga akuntan adalah:
1. Mengangkat lulusan jurusan akuntansi dan menempatkannya di Badan
Pengawas Keuangan Daerah (BPKD), dinas, atau bagian keuangan untuk
mengerjakan proses akuntansi. Sementara itu untuk mendidik akuntan, perlu
sumber daya yang memadai. Mahasiswa akuntansi harus menempuh
pendidikan 144 SKS (kira-kira 4 tahun) sebagai sarjana akuntansi. Fokus
sarjana akuntansi adalah akuntan bisnis, bukan akuntansi pemerintahan.
Akuntansi pemerintahan hanyalah mata kuliah minor dan pilihan, bukan mata
kuliah utama. Akibatnya ketertarikan mahasiswa sedikit karena bukan kajian
utama.
3. Strategi lainnya adalah mendidik PNS yang ada di pemerintah daerah dengan
serangkaian pendidikan akuntansi pemerintahan. Pendidikan akuntansi
pemerintahan harus berlandaskan logika akuntansi ilmiah, dan bukan
berfokus pada aturan. Aturan seringkali berubah, sebagai contoh,
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 yang empat tahun kemudian diganti
dengan Kepmendagri Nomor 13 Tahun 2006. Untuk mengantisipasi
perubahan tersebut, tentu pemerintah daerah harus memiliki tenaga yang
cukup andal dalam menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahan (SAP). Apalagi
urusan sistem akuntansi pemerintahan sekarang bukan lagi monopoli
pemerintah pusat, namun telah menjadi kewenangan dari pimpinan
pemerintah daerah. Rasionalnya aturan selalu berubah, namun logika
akuntansi akan tetap. Oleh karena itu dibutuhkan perumusan mengenai
konsep akuntansi yang sedang terbangun dan akan digunakan sebagai basis
perubahan.
Materi buku ini akan difokuskan pada akuntansi keuangan pemerintahan dengan
menjelaskan konsep-konsep dasar akuntansi pemerintahan. Pembahasan
dihindarkan sebisa mungkin membahas konsep dasar dan bukan aturan/regulasi
akuntansi pemerintahan. Konsep dasar akan berguna bagi mahasiswa untuk
menyikapi perubahan-perubahan yang akan terjadi di aturan keuangan dan
akuntansi pemerintahan. Alasan fokus pada akuntansi keuangan:
1. Akuntansi keuangan adalah state of the art dari akuntansi itu sendiri, dimana
kecanggihan dan reformasi akuntansi ditunjukkan dalam akuntansi
pemerintahan.
2. Materi akuntansi keuangan merupakan materi dasar.
3. Audit laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi keuangan.
MATERI BUKU
Materi buku ini merupakan materi buku tingkat pengantar dan intermediate. Para
pembaca diasumsikan telah memiliki pengetahuan mengenai dasar-dasar
akuntansi swasta. Pengetahuan dasar ini perlu untuk mengantarkan pemahaman
yang lebih mendalam terhadap materi akuntansi pemerintahan. Materi buku ini
diupayakan sebisa mungkin menghindari aturan perundang-undangan, yang bagi
beberapa orang aturan perundang-undangan ini menjadi hal yang menyulitkan.
Pendahuluan (Bab 1)
Keuangan Negara dan Akuntansi Pemerintahan (Bab2)
Prinsip-Prinsip Akuntansi Pemerintahan (Bab 3)
Siklus
Bab 5 Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan
Pengelolaan
Bab 6 Siklus Akuntansi Pemerintahan-Bukti Transaksi
Keuangan Negara,
dan Jurnal
Anggaran dan
Bab 7 Siklus Akuntansi Pemerintahan-Buku Besar dan
Akuntansi (Bab 4)
Neraca Saldo
Bab 8 Siklus Akuntansi Pemerintahan-Penyesuaian dan
Neraca Lajur
Bab 9 Siklus Akuntansi Pemerintahan-Penyelesaian dan
Persamaan Dasar Koreksi.
Akuntansi
Pemerintahan
(Bab 5)
Gambar 1.3
Sistematika Pembahasan
Setiap bab dari buku ini dilengkapi dengan: 1) pertanyaan, 2) soal, dan 3) tugas.
Disamping itu, disediakan pula buku tanya jawab akuntansi pemerintahan, berupa
manual penyelesaian soal-soal yang ada di buku ini.
Buku ini ditulis dengan tujuan untuk membantu pemahaman akuntansi yang
selama ini acapkali dikacaukan dengan anggaran. Anggaran bukanlah akuntansi,
dan akuntansi tidak sama dengan anggaran. Namun akuntansi dan anggaran di
pemerintahan tidak dapat dipisahkan. Pemahaman akuntansi yang benar akan
menuntun kita untuk tidak terpaku dan berfokus pada aturan, namun akan
mendapatkan pemahaman akuntansi yang lebih rasional. Buku ini ditujukan
kepada:
1. Para manajer di level Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/ Kota yang
berkaitan dengan anggaran dan pelaporan Akuntansi Pemerintah.
2. Anggota DPRD, sebagai wakil rakyat yang akan menganalisis Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah.
3. Auditor dan pembuat kebijakan akuntansi pemerintah.
4. Mahasiswa Jurusan Akuntansi
19
PERTANYAAN
SOAL-SOAL
1. Diskusikan teori old public administration, new public management dan new public
service pengaruhnya terhadap akuntansi pemerintah.
2. Diskusikan pengaruh regulasi keuangan negara dan akutansi yang berpengaruh
terhadap pengakuan, pengukuran dan pengungkapan pelaporan keuangan
pemerintah.
3. Diskusikan evolusi format laporan keuangan pemerintah sejak tahun sebelum tahun
2001 hingga sekarang. Apakah pengaruh adanya good governance terhadap
akuntansi pemerintah?
20
TUGAS
Otonomi daerah yang dimulai tahun 2001 berdampak pada perubahan hubungan
keuangan antara pusat dan daerah dimana sebagian besar urusan fungsi
pemerintahan yang menyangkut pelayanan dasar diserahkan penanganannya
kepada pemerintah daerah, termasuk pengelolaan anggaran yang digunakan
untuk belanja atas pelayanan-pelayanan dasar wajib tersebut. Hal ini mutlak
memerlukan suatu metode pengawasan yang memadai. Salah satu bentuknya
adalah keterlibatan masyarakat (stakeholder).
Bentuk reformasi pengelolaan keuangan negara ini antara lain dilakukan dengan
cara:
• Penataan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum.
• Penataan kelembagaan.
• Penataan sistem pengelolaan keuangan negara.
• Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan.
Pasal 1 butir (5) PP Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(PKD) mengartikan Keuangan Daerah sebagai ”semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan
uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah tersebut”. Selanjutnya Pasal (2) menyebutkan bahwa
pengelolaan keuangan daerah mencakup:
a. Hak daerah memungut pajak-retribusi daerah dan melakukan pinjaman.
b. Kewajiban daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan
membayar tagihan.
c. Penerimaan daerah.
d. Pengeluaran daerah.
e. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain: uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain.
f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah.
Dalam rangka pengelolaan keuangan negara dikenal adanya beberapa azas yang
sudah lazim digunakan selama ini yaitu:
1. Azas tahunan, artinya membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun
tertentu.
2. Azas universalitas mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan
utuh dalam dokumen anggaran.
3. Azas spesialitas mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci
secara jelas peruntukannya.
4. Azas kesatuan menghendaki agar semua pendapatan dan belanja
negara/daerah disajikan dalam satu dokumen anggaran.
SEKRETARIS DAERAH
Ket:
SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah PPKD = Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
SKPKD= Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah BUD = Bendahara Umum Daerah
Gambar 2.1
Pengelolaan Keuangan Daerah
Modified Modified
Cash Accrual
Cash Accrual
Gambar 2.2
Skema Dasar Akuntansi
Secara teoritis, manfaat dari dasar akrual jauh lebih besar daripada dasar kas.
Oleh karena itu, mengaplikasikan dasar akrual merupakan tujuan dari
7
Dasar Kas (Cash Basis) adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi
dan kejadian pada saat kas diterima atau dibayarkan. Fokus
pengukurannya ada pada saldo kas dan perubahan saldo kas, yaitu
mengukur hasil-hasil keuangan untuk satu periode dengan membedakan
antara kas yang diterima dan kas yang dikeluarkan. Dasar ini meliputi
pembahasan mengenai saldo kas, penerimaan kas, dan pengeluaran kas.
Keterbatasan dasar kas, antara lain adalah:
• Pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi yang lebih
kompleks yang tidak dapat disediakan oleh akuntansi dasar kas.
• Informasi dasar kas kurang relevan bagi para pengambil keputusan,
karena dasar kas hanya berfokus pada aliran kas dan mengabaikan
aliran sumber daya lainnya.
• Akuntansi dasar kas tidak dapat memberikan informasi modal
(aktiva) secara akurat.
• Publik mempunyai keterbatasan untuk meminta pertanggungjawaban
pemerintah atas penggunaan sumber daya. Informasi dasar kas
berarti pemerintah mempertanggungjawabkan kas yang digunakan,
tetapi tidak disebutkan pertanggungjawaban atas aktiva dan
kewajiban.
Terdapat persamaan antara dasar kas dan dasar kas modifikasian, yaitu
dalam hal pengakuan dan pelaporan saldo kas. Hanya saja, dalam dasar
kas modifikasian masih dibuka pembukuan untuk mengakui suatu jumlah
yang diterima dan dibayar selama periode perpanjangan tertentu. Pos-
pos dasar kas modifikasian dan dasar kas adalah pos-pos dasar kas
modifikasian termasuk saldo neto jumlah diterima dan dibayar selama
periode tertentu yang terjadi di periode sebelumnya.
8
Secara skematis elemen adopsi dasar kas menuju dasar akrual dapat
digambarkan sebagai berikut:
Cash toward accruals adalah suatu basis yang menyatakan bahwa mengakui
pendapatan dan belanja pada saat dikeluarkan kas; serta mengakui aset,
kewajiban dan ekuitas dana dengan dasar akrual (pada saat terjadinya
peristiwa atau transaksi). Pengertian dari berbagai variasi transisi antara cash
dan accrual adalah relatif, tergantung pihak yang mengeluarkan definisinya.
Untuk akuntansi pemerintahan di Indonesia, maka pembahasan cash toward
accruals akan menjadi lebih relevan. Hal ini dikarenakan di Indonesia
menggunakan istilah ini sebagai transisi menuju penerapan akrual di tahun
2009.
Jika pengertian dasar kas dan dasar akrual tidak diperdebatkan lagi oleh para
ahli akuntansi, lain halnya dengan modifikasi kas dan modifikasi akrual.
Beberapa penulis dan referensi menunjukkan penggunaan istilah modifikasi
kas dan modifikasi akrual dengan pengertian yang sangat bervariasi antara
satu dengan yang lain, tergantung penerapannya masing-masing.
Basis Basis
Kas Akrual
Single Double
Entry Entry
Gambar 2.3
Hubungan Basis Kas, Basis Akrual, Single Entry, dan Double Entry
Menurut basis cash toward accrual yang dianut oleh Standar Akuntansi
Pemerintah Indonesia aset kewajiban dan ekuitas diakui berbasis akrual,
sementara pendapatan dan belanja diakui berbasis kas. Basis akrual di
pemerintah Indonesia mengakui transaksi pada saat terjadinya.
PERTANYAAN
2. Sebutkan landasan hukum dan berbagai produk hukum yang berkaitan dengan
reformasi keuangan negara.
3. Sebutkan lingkup pengelolaan keuangan negara dan daerah
4. Jelaskan azas-azas dalam pengelolaan keuangan negara.
5. Jelaskan kekuasaan dan proses pendelegasian wewenang pengelolaan keuangan
Negara dan daerah.
6. Jelaskan perubahan paradigma dalam akuntansi pemerintahan beserta aspek-
aspeknya.
7. Jelaskan pengertian dan perbedaan akuntansi dasar kas (cash basis), dasar kas
modifikasian (modified cash basis), dasar akrual modifikasian (modified accrual
basis), dan dasar akrual (accrual basis).
8. Jelaskan pengertian teknik pembukuan tunggal (single entry) dan pembukuan
berpasangan (double entry).
9. Bagaimana hubungan antara teknik pembukuan dan dasar akuntansi. Analisa dan
ambil kesimpulan dari hubungan tersebut.
10. Jelaskan pengertian dan perbedaan laporan anggaran dan laporan akuntansi.
SOAL-SOAL
TUGAS
Suatu pemerintah daerah memiliki realisasi pendapatan sebesar 100 juta dan belanja
sebesar 80 juta. Dari belanja tersebut, 60 juta sebagai belanja operasional dan 20 juta
sebagai belanja modal. Berikan contoh yang jelas, bagaimana pengakuan dan
pengukuran transaksi tersebut apabila menggunakan:
1. Basis Kas
2. Basis Modifikasi Kas
3. Basis Modifikasi Akrual
4. Basis Akrual
5. Basis Cash Toward Accrual yang berlaku di Indonesia.
BAB 3
PRINSIP-PRINSIP
AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Tujuan bab 3, adalah memahamkan pembaca mengenai prinsip, kerangka
konseptual, standar dan kebijakan akuntansi pemerintahan di Indonesia.
Pembaca diharapkan dapat menganalisis dan sintesa terhadap posisi prinsip,
kerangka konseptual, standar dan kebijakan akuntansi pemerintahan di
Indonesia dengan perkembangan referensi internasional dan penerapan praktis
dalam kebijakan akuntansi pemerintahan di dalam laporan keuangan
pemerintah Indonesia.
Kaitan antara Kebijakan Akuntansi, Standar Akuntansi, Prinsip Akuntansi, dan PABU
Prinsip
Akuntansi
yang
berterima
Umum
Praktik-praktik
sehat (sound
practices)
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan, yang terdiri
dari:
• Pemerintah pusat
• Pemerintah daerah
• Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya,
jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi tersebut wajib
menyajikan laporan keuangan.
• Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
• Manajemen
Memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah.
• Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
(stakeholders).
Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan adalah anggapan yang diterima sebagai
suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan,
yang terdiri dari:
• Relevan
Relevan artinya informasi yang terdapat dalam laporan keuangan sesuai dengan
maksud/kepentingan para penggunanya serta berguna dalam proses pengambilan
keputusan. Informasi dikatakan relevan apabila: (1) memiliki manfaat umpan
balik (feedback value), (2) memiliki manfaat prediktif (predictive value), (3) tepat
waktu, dan (4) disajikan selengkap mungkin.
• Andal
Laporan keuangan dikatakan andal apabila informasi yang terdapat di dalamnya
tidak menyesatkan dan bebas dari kesalahan material, menyajikan setiap fakta
secara jujur, serta dapat diverifikasi (diuji). Informasi yang andal memenuhi
karakteristik: (1) penyajian jujur, (2) dapat diverifikasi (verifiability), dan (3)
netralitas.
• Dapat dibandingkan
Informasi dalam laporan keuangan dapat dibandingkan dengan laporan keuangan
periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.
Perbandingan dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
• Dapat dipahami
Sedapat mungkin penyajian informasi dalam laporan keuangan dapat dipahami
oleh para pengguna. Informasi tersebut dinyatakan dalam bentuk serta istilah
yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.
Untuk mencapai kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan
laporan keuangan yang relevan dan andal seringkali menemui beberapa kendala
akibat adanya keterbatasan (limitation) ataupun karena alasan kepraktisan. Berikut
ini merupakan hal-hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan
laporan keuangan pemerintah, yaitu:
• Materialitas
Laporan keuangan pemerintah harus memuat informasi yang memenuhi kriteria
materialitas. Suatu informasi dikatakan material apabila kelalaian atau kesalahan
dalam penyajian informasi tersebut akan berpengaruh pada keputusan ekonomi
yang diambil para penggunanya.
• Basis akuntansi
Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menentukan kapan
pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan pelaporan
keuangan. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah
adalah basis kas (cash basis) untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan basis akrual (accrual
basis) untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.
Dalam akuntansi berbasis kas, transaksi ekonomi dan kejadian lain diakui ketika
kas diterima dari kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah) atau
dibayarkan dari kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah).
Sedangkan dalam akuntansi berbasis akrual, transaksi ekonomi dan peristiwa-
peristiwa lain diakui pada saat terjadinya transaksi/peristiwa tersebut, bukan
pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih
obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat
digunakan nilai wajar.
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan
setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan
menggunakan nilai perolehan historis. Pengukuran pos-pos laporan keuangan
menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing
dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Saat ini PSAP yang telah ditetapkan oleh KSAP adalah sebagai berikut:
1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan.
2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran.
3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas.
4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan.
5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan.
6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi.
7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap.
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan.
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban.
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan
Peristiwa Luar Biasa.
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian.
Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, SAP ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah (terbaru adalah PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan). SAP diterapkan di lingkup pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah,
jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi tersebut wajib
menyajikan laporan keuangan.
Sistem akuntansi berbeda dengan prinsip dan standar. Sistem akuntansi adalah
metode, prosedur, teknik, atau cara untuk mencatat, mengklasifikasi,
mengikhtisarkan, melaporkan dan memberi masukan analisis informasi keuangan
yang disediakan bagi suatu entitas. Pertimbangan utama dalam sebuah sistem
akuntansi adalah adanya pengendalian intern. Sistem akuntansi harus
memperhatikan lingkungan pengendalian, analisis risiko, aktivitas pengendalian,
komunikasi dan informasi, dan pemantauan (COSO, 2009).
Namun sistem akuntansi tidak bisa dilepaskan dari Standar Akuntansi. Sistem
akuntansi pemerintahan pasti harus diatur dengan regulasi yang dibuat oleh
pemerintah dengan memperhatikan standar akuntansi. Sistem terdiri dari komponen
input, proses dan output. Komponen lainnya berupa outcome. Untuk menghitung
kinerja pemerintah daerah, maka diperlukan konsep efisiensi, efektivitas, dan
ekonomis dengan memperhatikan input, proses, output dan outcome.
Pemerintah menyusun sistem akuntansi pemerintahan yang mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintahan. Sistem akuntansi pemerintahan pada tingkat pemerintah
pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Sistem akuntansi pada tingkat
pemerintah daerah diatur dengan peraturan Gubernur/bupati/walikota, dengan
mengacu pada Peraturan Daerah tentang pengelolaan keuangan daerah yang
berpedoman pada peraturan pemerintah.
Didalam literatur sektor publik, maka kinerja keuangan dapat dilihat dari efisiensi,
efektivitas, dan ekonomis. Efisiensi terjadi apabila rasionalitas nilai anggaran
dibandingkan dengan nilai hasil kerja. Efektivitas terjadi apabila rasionalitas kerja
anggaran dengan pencapaian hasil. Ekonomi terjadi apabila terdapat penghematan
nilai anggaran dalam pencapaian hasil. Dalam penilaian akuntabilitas penganggaran
daerah, biasanya disertakan Equity yang merupakan ketepatan sasaran pemanfaat.
Mardiasmo (2002) dan Pendlebury (1996) dan DFid menggambarkan konsep efisien,
efektif dan ekonomi serta equity sebagai berikut
Economy
Efficiency
Effectiveness
e
s
Cost
s Effectiveness
Equity
E
Bahan dan Alat Masyarakat yang q Pelatihan dan praktik Terciptanya Pengurangan
untuk Pelatihan Las terlatih las lapangan kerja kemiskinan
Sebagai illustrasi, misalkan suatu kegiatan pelatihan las karbit untuk meningkatkan
jumlah entrepreneur las di perdesaan. Pelatihan tersebut diidentifikasi
Input Bahan Las Karbit, Peralatan Las Karbit, Pelatih Las Karbit dan Peserta
Proses Pelatihan peserta agar mahir dalam las karbit.
Output Jumlah tenaga terlatih las karbit
Outcome Meningkatnya jumlah entrepreneur di perdesaan.
PERTANYAAN
SOAL-SOAL
1. Diskusikan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk konteks Negara Indonesia.
2. Diskusikan alasan mengapa di Indonesia penyusun standar akuntansi pemerintah
hanya KSAP. Hal ini berbeda dengan penyusun standar akuntansi Amerika yang
terdiri dari GASB dan FASAB.
3. Basis cash toward accrual di Indonesia hanya berumur 10 tahun dari tahun 2005
sampai 2015. Jelaskan mengapa hal itu terjadi.
TUGAS
15
Bahan Bacaan
DFID, Department of International Development. (2011, July). DFID’s Approach to Value for Money
(VfM). Retrieved from http://www.dfid.gov.uk/:
http://www.dfid.gov.uk/Documents/publications1/mar/multilateral_aid_review.pdf
2. Pelaksanaan Anggaran/Perbendaharaan
Pada pemerintah pusat, pelaksanaan APBN dimulai dengan diterbitkannya
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Segera setelah suatu tahun
anggaran dimulai, maka DIPA harus segera diterbitkan untuk dibagikan kepada
satuan-satuan kerja sebagai pengguna anggaran pada kementrian/lembaga.
Dalam pelaksanaan kegiatan oleh satuan kerja terdapat dua sistem yang terkait
dengan pelaksanaan anggaran, yaitu sistem penerimaan dan sistem
pembayaran.
• Sistem Penerimaan
Seluruh penerimaan negara/daerah harus disetor ke Rekening Kas Umum
Negara/Daerah dan tidak diperkenankan digunakan secara langsung oleh
satuan kerja yang melakukan pemungutan (azas bruto). Pendapatan diakui
setelah uang disetor ke rekening Kas Umum Negara/Daerah (basis kas).
Oleh karena itu penerimaan wajib disetor ke Rekening Kas Umum
selambat-lambatnya pada hari berikutnya. Dalam rangka mempercepat
penerimaan pendapatan, Bendahara Umum Negara/Daerah dapat
membuka rekening penerimaan pada bank. Bank yang bersangkutan wajib
menyetorkan penerimaan pendapatan setiap sore hari ke Rekening Kas
Umum Negara/Daerah.
• Sistem Pembayaran
Dalam sistem pembayaran terdapat dua pihak yang terkait, yaitu Pengguna
Anggaran/Barang dan Bendahara Umum Daerah. Terdapat dua cara
pembayaran, yaitu pembayaran yang dilakukan secara langsung oleh BUD
kepada yang berhak menerima pembayaran atau lebih dikenal dengan
sistem LS (pembayaran langsung). Pembayaran dengan sistem LS
4
dilakukan untuk belanja dengan nilai yang cukup besar atau di atas jumlah
tertentu. Cara lainnya adalah dengan menggunakan Uang Persediaan (UP)
melalui Bendahara Pengeluaran. Pengeluaran dengan UP dilakukan untuk
belanja yang nilainya kecil di bawah jumlah tertentu untuk membiayai
keperluan sehari-hari perkantoran.
3. Akuntansi
Sistem dan prosedur akuntansi sangat diperlukan dalam pelaksanaan anggaran,
tujuannya adalah:
• Untuk menetapkan prosedur yang harus diikuti oleh pihak-pihak yang
terkait sehingga jelas pembagian kerja dan tanggung jawab diantara mereka.
• Terselenggaranya pengendalian intern untuk menghindari terjadinya
penyelewengan.
• Untuk menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban
entitas pelaporan dalam pengelolaan keuangan.
Setiap entitas pelaporan terdiri dari dua bagian entitas akuntansi, yaitu sebagai
pengguna anggaran bendahara umum.
• Pengguna Anggaran
Sistem ini diterapkan pada satuan kerja sesuai dengan perannya sebagai
pengguna anggaran, bagian sistem ini terutama untuk mencatat transaksi
yang menjadi kewenangannya, diantaranya adalah pendapatan (pendapatan
bukan pajak atau retribusi daerah, umumnya terkait dengan jasa yang
dikelola instansi tersebut), belanja (dilakukan dengan menggunakan uang
persediaan maupun dengan sistem langsung) dan aset yang dikelola dan
digunakan. Dari kegiatan akuntansi oleh satuan kerja sebagai pengguna
anggaran, pada akhir periode akan menghasilkan tiga laporan, yaitu Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
• Bendahara Umum
Bagian ini terutama mengelola pendapatan pajak dan pendapatan lain yang
tidak diserahkan pengelolaannya kepada satuan kerja pengguna anggaran
(pendapatan bunga dan hasil investasi), belanja (belanja bunga, hibah dan
dana perimbangan), pembiayaan (investasi dalam bentuk penyertaan modal,
obligasi dan pemberian pinjaman jangka kepada pihak lain). Dari
pelaksanaan akuntansi ini oleh bendahara umum ini, ada 4 jenis laporan
yang dihasilkan, yaitu LRA, Neraca, Laporan Arus Kas (LAK) dan CaLK.
Konsolidasi
Level Input Proses Output Pengguna
Satuan Kerja Perangkat Bukti
Sistem LRA
Daerah (SKPD) Transaksi, Kepala
Akuntansi Neraca Dikonsolida
Realisasi Daerah
SKPD CaLK si di
Anggaran menyampaik
SKPKD/BUD
Satuan Kerja Pengelola Bukti Sistem LRA , diaudit BPK an kepada
Keuangan Daerah Transaksi, Akuntansi Neraca RI DPRD dan
(SKPKD)/Bendahara Realisasi SKPKD/BUD LAK masyarakat
Umum Daerah (BUD) Anggaran CaLK
Gambar 4.1
Sistem Akuntansi SKPD dan BUD
4. Pemeriksaan
Pemerintah pusat maupun daerah wajib mempertanggungjawabkan
pengelolaan keuangannya kepada rakyat yang diwakili oleh DPR/DPRD, namun
lembaga perwakilan tersebut tidak mempunyai informasi secara penuh
mengenai laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah dari
eksekutif. Oleh karena itu diperlukan pihak yang kompeten dan independen
untuk menguji laporan pertanggungjawaban tersebut. Lembaga yang
berwenang untuk melakukan pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban
tersebut adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Hasil setiap pemeriksaan yang dilaksanakan oleh BPK disusun dan disajikan
dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Selanjutnya LHP dimaksud
disampaikan kepada DPR/DPRD/DPD sesuai dengan kewenangannya (kecuali
yang memuat rahasia negara) dan kepada pemerintah. LHP atas laporan
keuangan selambat-lambatnya disampaikan kepada legislatif 2 (dua) bulan
setelah diterimanya laporan keuangan dari pemerintah. Dalam rangka
transparansi dan partisipasi publik, LHP yang telah disampaikan kepada
legislatif dinyatakan terbuka untuk umum. Dengan demikian masyarakat dapat
memperoleh kesempatan untuk mengetahui hasil pemeriksaan.
5. Pertanggungjawaban
6
Siklus dan proses penganggaran di setiap negara berbeda satu dengan yang
lainnya, namun pada dasarnya mempunyai urut-urutan yang sama makna dan
tujuannya. Menurut buku panduan tentang ”Analisis dan Advokasi Anggaran
Pemerintah Daerah di Indonesia”, yang diterbitkan oleh Yayasan Asia (The Asia
Foundation) dari Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB)
proses/siklus anggaran dapat dibagi kedalam 4 (empat) tahapan, yaitu:
1. Penyusunan Anggaran
Tahapan penyusunan anggaran terdiri dari pengumpulan aspirasi masyarakat
melalui forum pertemuan komunitas Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang), proses penyusunan kegiatan oleh satuan kerja
perangkat daerah (dinas/instansi) sampai dengan penyiapan draft usulan
APBD diserahkan oleh kepala daerah (pihak eksekutif) kepada DPRD (pihak
legislatif) untu dibahas dan disetujui bersama. Dalam proses penyusunan
anggaran yang memerlukan waktu beberapa bulan, Tim Anggaran Eksekutif
yang beranggotakan unsur-unsur dari Sekretariat Daerah, BAPPEDA dan
Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) mempunyai fungsi dan peranan
yang sangat penting. Walaupun masyarakat dimintai pendapatnya dalam
proses penentuan prioritas program namun pada akhirnya proses
penyusunan program dilakukan secara tertutup di masing-masing Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
2. Penetapan Anggaran
Penetapan anggaran merupakan tahapan yang dimulai ketika pihak eksekutif
menyerahkan usulan anggaran kepada pihak legislatif. Pada umumnya proses
ini ditandai dengan pidato dari kepala daerah (Bupati/Walikota) di hadapan
anggota DPRD. Selanjutnya DPRD akan melakukan pembahasan untuk
beberapa waktu. Selama masa pembahasan akan terjadi diskusi antara pihak
Panitia Anggaran Legislatif dengan Tim Anggaran Eksekutif dimana pada
7
3. Pelaksanaan Anggaran
Pelaksanaan Anggaran adalah tahapan yang dimulai sejak APBD disahkan
melalui peraturan daerah pada setiap akhir tahun sebelum tahun anggaran
baru dimulai. Tahapan pelaksanaan berlangsung selama 1 (satu) tahun
terhitung mulai awal tahun anggaran baru pada bulan Januari setiap
tahunnya. Tahapan Pelaksanaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
pihak eksekutif melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
jumlahnya sesuai dengan struktur organisasi pemerintah daerah yang
bersangkutan.
1. PENYUSUNAN 2. PENETAPAN
ANGGARAN ANGGARAN
Dilakukan oleh eksekutif Anggaran ditetapkan
(Dinas/Instansi) dengan oleh DPRD. Prosesnya
mempertimbangkan dilakukan melalui
aspirasi masyarakat serangkaian
yang dirumuskan pembahasan dengan
melalui proses pihak eksekutif.
Musrenbang.
4. AUDITING 3. PELAKSANAAN
ANGGARAN ANGGARAN
Auditing dilakukan oleh Eksekutif merupakan
beberapa pihak antara pengguna anggaran
lain adalah Bawasda, yang telah ditetapkan.
BPKP, dan BPK. Kepala Daerah
bertanggung jawab
terhadap penggunaan
anggaran.
Gambar 4.2
Proses dan Siklus Anggaran Pemerintah Daerah
8
Apabila dijabarkan secara rinci, setiap tahapan mempunyai siklus waktu yang
berbeda. Tahap 1 dan 2 (Penyusunan Anggaran dan Penetapan Anggaran)
memerlukan waktu 12 bulan, Tahap 3 (Pelaksanaan Anggaran) berlangsung 12
bulan, dan Tahap 4 (Auditing Anggaran) memerlukan waktu 6 bulan. Dengan
demikian proses anggaran di Indonesia memerlukan waktu 30 bulan (dua
setengah tahun).
Dalam UU Nomor 25 Tahun 2004, SKB Nomor 0259/M.PPN/1 Tahun 2005 dan PP
Nomor 58 Tahun 2005, diberikan alokasi penjadwalan waktu untuk Tahap 1 dan 2
(Penyusunan dan Penetapan Anggaran) yang mempunyai siklus waktu 12 bulan,
meskipun pada kenyataannya setiap pemerintahan kabupaten/kota mempunyai
variasi tersendiri dalam pengatuaran waktunya. Berikut ini disajikan contoh
jadwal penyusunan dan penetapan anggaran pemerintah daerah:
Secara singkat, siklus dan mekanisme APBD dapat dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu perencanaan, pelaksanaan dan monitoring, dan evaluasi dan audit. Semua
tahap atau proses tersebut dapat dibagi menjadi input proses dan output. Siklus
ini dapat dilihat di bawah ini:
SIKLUS AKUNTANSI
1. Menganalisis
transaksi
keuangan unit Siklus
usaha (entitas)
2. Menjurnal
transaksi
Selanjutnya
10. Menganalisis
laporan keuangan
9. Menyiapkan
Siklus
3. Memposting ke
neraca saldo sebelumnya rekening buku
setelah
besar
penutupan
8. Menjurnal dan
4. Menyiapkan
memposting
neraca saldo
penutupan
Gambar 4.3
Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi dimulai dengan adanya suatu transaksi yang harus didukung
dengan bukti. Setiap transaksi yang terjadi harus dibuktikan dengan dokumen-
dokumen sumber. Atas dasar dokumen/bukti tersebut, setiap transaksi dianalisa
dan dicatat secara kronologis (berdasarkan urutan waktu) dalam jurnal. Setiap
transaksi yang telah dianalisa, diklasifikasikan dan dicatat dalam jurnal kemudian
dipindahkan ke perkiraan/rekening/akun dalam buku besar dan buku besar
pembantu. Proses pemindahan ini disebut pembukuan (posting).
Selanjutnya, neraca saldo disusun atas dasar saldo-saldo dari setiap akun buku
besar. Penyesuaian diperlukan untuk membuat akun-akun dalam buku besar
mencerminkan kondisi yang sebenarnya pada akhir periode akuntansi. Setelah
menjurnal dan memposting penyesuaian yang diperlukan, dibuatlah neraca saldo
11
Pada akhir periode akuntansi, akun-akun nominal harus ditutup dengan membuat
ayat-ayat penutup dalam jurnal penutup untuk kemudian diposting ke buku besar.
Setelah semua ayat penyesuaian dipindahkan ke akun buku besar dan akun
nominal sudah ditutup, maka dihitung saldo dari setiap akun buku besar untuk
menyusun neraca saldo setelah penutupan. Setelah tahap penutupan dan dibuat
daftar saldo setelah penutupan serta pembalikan, maka Neraca Awal dapat
disusun.
Anggaran ditetapkan di masa lalu, maka dapat dipastikan dalam siklus akuntansi
akan terdapat transaksi yang tidak dapat dianggarkan sebelumnya. Hal ini adalah
suatu hal yang wajar, dikarenakan anggaran merupakan prediksi di masa yang
akan datang. Jarang terjadi prediksi yang pasti tepat seratus persen, oleh karena
itu pasti akan terdapat perbedaan antara pencatatan anggaran dan akuntansi.
Pencatatan transaksi yang tidak dianggarkan sebelumnya disebut dengan
transaksi non-anggaran. Transaksi non-anggaran dipastikan akan terjadi dalam
siklus akuntansi. Titik singgung antara siklus anggaran dengan siklus akuntansi
adalah terletak pada tahap pelaksanaan anggaran.
Ringkasan perbedaan antara siklus anggaran dan siklus akuntansi dapat dilihat
dalam tabel berikut ini.
Sistem Tata buku tunggal (single entry). Tata buku berpasangan (double
Pembukuan entry).
Output Laporan Laporan Perbandingan antara Neraca, Laporan Kinerja Keuangan,
Anggaran dan Realisasi Anggaran. Laporan Arus Kas, Laporan
Perubahan Ekuitas.
Informasi yang Informasi terbatas (penerimaan Informasi yang lebih luas.
dihasilkan dan pengeluaran kas).
Rentang waktu Lebih dari satu periode fiskal. Satu periode fiskal (satu tahun).
Transaksi yang Hanya transaksi yang dianggarkan. Mencatat semua transaksi, baik
dicatat yang dianggarkan maupun tidak
dianggarkan.
PERTANYAAN
SOAL-SOAL
TUGAS
Dapatkan time table penyusunan anggaran pemerintah pusat tahun 2013. Analisislah
time table tersebut dengan sudut pandang siklus anggaran dan siklus akuntansi.
Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca mampu untuk:
1. Menjelaskan pengertian dana umum dan ekuitas dana.
2. Menjelaskan fungsi ekuitas dana dalam akuntansi pemerintahan.
3. Menjelaskan pengertian elemen-elemen ekuitas dana.
4. Menjelaskan pengertian ekuitas dana lancar dan rumus
penghitungannya.
5. Menjelaskan pengertian ekuitas dana investasi dan rumus
penghitungannya.
6. Menjelaskan pengertian ekuitas dana cadangan dan rumus
penghitungannya.
7. Menjelaskan persamaan akuntansi pemerintahan.
8. Membuat persamaan akuntansi pemerintahan.
9. Menerapkan persamaan akuntansi pemerintahan untuk menganalisis
transaksi sederhana di pemerintahan.
10. Menjelaskan setiap akibat transaksi dalam akuntansi pemerintahan dan
pengaruhnya terhadap persamaan akuntansi.
11. Menyusun neraca awal sederhana dari persamaan akuntansi
pemerintahan.
12. Menjelaskan contoh penyesuaian dan pengaruhnya terhadap persamaan
akuntansi dan neraca.
2
Menurut Suwardjono (2005: 504), dana (fund) mempunyai dua pengertian yang
saling dirancukan. Dana dapat diartikan sebagai kas (uang), aset likuid, atau
sumber keuangan (financial resources) yang dapat digunakan untuk mendanai
suatu kegiatan, program, atau proyek dalam rangka mencapai tujuan tertentu
(spesifik). Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa
kegiatan, program, atau proyek yang didanai dengan aset likuid tersebut.
“A fund is formally defined as a fiscal and accounting entity with self balancing
set of accounts recording cash and other financial resources, together with all
related liabilities and residual equities or balances and changes there in, which
are segregated for the purpose of carrying on spesific activities or attaining
certain objectives in accordance with special regulations, restrictions, or
limitations.”
Penjelasan mengenai pos ekuitas dalam neraca dapat ditemukan di dalam Buletin
Teknis Nomor 03 tentang Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dengan Konversi, yang menyatakan:
Pendekatan self balancing di dalam neraca yang digunakan oleh SAP merupakan
selisih antara saldo Aset dan Kewajiban. Dari penjelasan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa ekuitas dana di dalam neraca merupakan:
1. kelompok dana umum
2. penyeimbang (self balancing) terhadap akun aset dan kewajiban
Saldo dana dalam neraca dapat diinterpretasi sebagai dana likuid yang siap
digunakan adalah ekuitas dana lancar Selisih Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
dan dana cadangan. Untuk menggunakan SiLPA dan dana cadangan perlu
ketetapan hukum yang mengatur penggunaan dana SiLPA yang tersedia.
Pemisahan antara eksekutif dan legislatif sebagai wakil dari rakyat dalam
pemerintahan menimbulkan perlunya pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban
pemerintah terhadap keuangan rakyat yang dikelolanya diwujudkan dalam
bentuk pelaporan neraca yang mengharuskan bahwa aset pemerintah harus
ditunjukkan asalnya, apakah dari kewajiban ataukah milik pemerintah sendiri
(ekuitas dana). Dengan demikian, maka hubungan fungsional bahwa aset harus
selalu sama dengan kewajiban dan ekuitas dana harus selalu dipertahankan.
Hubungan fungsional antara aset, kewajiban dan ekuitas dana dalam akuntansi
disebut dengan persamaan akuntansi.
A = K + ED
Setiap kelompok dibagi menjadi akun-akun yang spesifik sesuai dengan dana yang
dimaksudkan. Setiap kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dikurangi:
• Jumlah Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka
Panjang
Dari persamaan diatas, A adalah Aset, K adalah Kewajiban, EDL adalah Ekuitas
Dana Lancar, EDI adalah Ekuitas Dana Investasi, dan EDC adalah Ekuitas Dana
Cadangan.
Hubungan posisi keuangan awal dan posisi keuangan akhir setelah transaksi yang
berdasarkan anggaran pemerintah, dapat digambarkan dalam notasi persamaan
akuntansi sebagai berikut.
Posisi keuangan awal:
A = K + EDL + EDI + EDC
ILUSTRASI TRANSAKSI
Dari soal contoh 1, kita dapat menyusun persamaan akuntansi sesuai dengan data
hasil inventarisasi neraca awal Kabupaten Makmur sebagai berikut:
Neraca awal singkat atas transaksi pencatatan tersebut adalah sebagai berikut:
Kabupaten Makmur
Neraca Awal
Per 31 Desember 2005
(dalam jutaan rupiah)
Aset Kewajiban
Aset Lancar Hutang Jangka Pendek Rp 1.500
Kas di Kas Daerah Rp 5.000 Hutang Jangka Panjang 2.500
Persediaan 2.000 Total Kewajiban 4.000
Total Aset Lancar 7.000 Ekuitas Dana
Aset Tetap dan Lainnya Ekuitas Dana Lancar 5.500
Aset Tetap 3.000 Ekuitas Dana Investasi 500
Dana Cadangan 1.000 Ekuitas Dana Cadangan 1.000
Total Aset Tetap dan Lainnya 4.000 Total Ekuitas Dana 7.000
Jumlah Kewajiban dan
Jumlah Aset Rp 11.000 Rp 11.000
Ekuitas
Berikut ini adalah neraca awal Kabupaten Makmur dengan rincian akun ekuitas
dana.
8
Kabupaten Makmur
Neraca Awal
Per 31 Desember 2005
(dalam jutaan rupiah)
Aset Kewajiban
Aset Lancar Hutang Jangka Pendek Rp 1.500
Kas di Kas Daerah Rp 5.000 Hutang Jangka Panjang 2.500
Persediaan 2.000 Total Kewajiban 4.000
Total Aset Lancar 7.000 Ekuitas Dana
Aset Tetap dan Lainnya Ekuitas Dana Lancar
Aset Tetap 3.000 SiLPA 5.000
Dana Cadangan 1.000 Cadangan Persediaan 2.000
Dana YHD untuk Pembayaran
Total Aset Tetap dan Lainnya 4.000 (1.500)
Hutang Jangka Pendek
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Aset
3.000
Tetap
Dana YHD untuk Pembayaran
(2.500)
Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana
1.000
Cadangan
Total Ekuitas Dana 7.000
Jumlah Kewajiban dan
Total Aset Rp 11.000 Rp 11.000
Ekuitas
Ket: YHD= Yang Harus Disediakan
Contoh 2
Selama Tahun 2006, APBD Kabupaten Makmur ditetapkan dan direalisasikan
sebagai berikut:
(dalam jutaan rupiah)
Pos APBD APBD Realisasi APBD
Pendapatan Rp 19.000 Rp 20.000
Belanja Operasi 16.000 15.000
Belanja Modal /Aset Tetap 10.000 10.000
Surplus/(Defisit) (7.000) (5.000)
Penerimaan Pembiayaan_ dari Hutang Jangka Panjang 8.000 7.000
Pengeluaran Pembiayaan_ Pembentukan Dana Cadangan (7.000) (5.000)
Sisa Lebih/(Kurang Pembiayaan) 1.000 2.000
SiLPA /(SiKPA) (6.000) (3.000)
Penjelasan Transaksi A
Transaksi A adalah berupa pencatatan neraca awal, yang berasal dari inventarisasi
aset dan kewajiban. Dalam transaksi ini dicatat aset yang bisa diidentifikasi serta
kewajiban yang dimiliki oleh Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2005. Selisih
antara total aset dan kewajiban, masing-masing akan diidentifikasi dan
dikelompokkan ke dalam ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas
dana cadangan. Penjelasan atas transaksi pertama ini telah diuraikan di Contoh 1.
Penjelasan Transaksi B
Transaksi B adalah realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten Makmur sesuai
dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten
Makmur adalah Rp 20.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut
akan menambah aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar
Rp 20.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan menambah jumlah
ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 20.000. Transaksi realisasi pendapatan
pemerintah ini hanya akan menambah kas dan tidak mengubah komposisi aset
lainnya.
Penjelasan Transaksi C
Transaksi B adalah realisasi belanja operasi pemerintah Kabupaten Makmur
sesuai dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi belanja operasi pemerintah
Kabupaten Makmur adalah Rp 15.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi
anggaran tersebut akan mengurangi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur
berupa kas sebesar Rp 15.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan
mengurangi jumlah ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 15.000. Transaksi
realisasi belanja operasi pemerintah ini hanya akan mengurangi kas, tidak
mengubah komposisi aset lainnya. Sebagai lawannya, transaksi realisasi belanja
operasi pemerintah akan mengurangi ekuitas dana lancar (SiLPA).
Persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut:
(dalam jutaan rupiah)
Penjelasan Transaksi E
Transaksi pengakuan aset tetap dan pengakuan hutang jangka panjang
merupakan transaksi yang berbeda dengan transaksi yang terjadi di sektor
swasta. Transaksi belanja modal sebesar Rp 10.000 akan mempengaruhi akun kas
di sisi Debet, berupa pengurangan kas, dan ekuitas dana lancar berupa
bertambahnya belanja modal sebesar Rp 10.000. Bertambahnya belanja secara
langsung akan berpengaruh terhadap SiLPA di akhir periode. Pencatatan transaksi
dengan metode ini hanya akan mempengaruhi aset berupa kas dan ekuitas dana
berupa SiLPA. Sementara untuk pengakuan adanya aset terhadap transaksi ini
memerlukan satu tahap pencatatan transaksi sebagai aset. Pengakuan atas aset
sebagai penambahan aset tetap sebesar Rp 10.000, dan diimbangi dengan
penambahan atas ekuitas dana investasi untuk pos Ekuitas Dana Investasi-
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap sebesar Rp 10.000. Oleh karena itu, untuk
mencatat transaksi ini dilakukan 2 langkah, yaitu 1) mengakui penurunan kas dan
penambahan belanja modal sebesar Rp 10.000, dan 2) mengakui penambahan aset
tetap Rp 10.000 dan penambahan Ekuitas Dana Investasi-Diinvestasikan dalam
Aset Tetap sebesar Rp 10.000. Langkah yang kedua di dalam akuntansi
pemerintahan dikenal dengan jurnal korolari.
Penjelasan Transaksi F
Transaksi F adalah realisasi penerimaan pembiayaan pemerintah Kabupaten
Makmur sesuai dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi penerimaan
pembiayaan pemerintah Kabupaten Makmur adalah Rp 7.000 yang berasal dari
hutang jangka panjang. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut
akan menambah aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar
Rp 7.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan menambah jumlah
ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 7.000. Transaksi realisasi belanja operasi
pemerintah ini bukan hanya akan menambah ekuitas dana lancar (SiLPA), tetapi
juga akan mengubah komposisi kewajiban jangka panjang, yaitu bertambahnya
kewajiban jangka panjang sebagai akibat dari penerimaan pembiayaan, yang perlu
dibayar di masa yang akan datang.
Penjelasan Transaksi G
Transaksi ini adalah kasus penerimaan kas dari penerimaan pembiayaan atau
realisasi pendapatan pembiayaan. Transaksi penerimaan pembiayaan sebesar Rp
7.000 berasal dari hutang jangka panjang akan mempengaruhi akun kas di sisi
Debet, berupa penambahan kas, dan ekuitas dana lancar berupa bertambahnya
penerimaan pembiayaan sebesar Rp 7.000. Bertambahnya penerimaan
pembiayaan secara langsung akan berpengaruh terhadap SiLPA pada akhir
periode. Pencatatan transaksi dengan metode ini hanya akan mempengaruhi aset
berupa kas dan ekuitas dana berupa SiLPA. Sementara untuk pengakuan adanya
hutang jangka panjang terhadap transaksi ini memerlukan satu tahap pencatatan
transaksi sebagai hutang jangka panjang. Pengakuan atas transaksi pembiayaan
sebagai penambahan hutang jangka panjang sebesar Rp 7.000, dan diimbangi
dengan penambahan atas Ekuitas Dana Investasi-Dana yang Harus Disediakan
untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang sebesar Rp 7.000.
Penjelasan Transaksi H
Transaksi H adalah realisasi pengeluaran pembiayaan pemerintah Kabupaten
Makmur sesuai dengan APBD untuk membentuk dana cadangan. Untuk tahun
2006, realisasi pengeluaran pembiayaan pemerintah Kabupaten Makmur adalah
Rp 5.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut akan mengurangi
aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar Rp 5.000 di
sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan mengurangi jumlah ekuitas dana
lancar (SiLPA) sebesar Rp 5.000. Transaksi realisasi belanja pembiayaan
pemerintah ini bukan hanya akan mengurangi kas, tetapi akan mengubah
komposisi aset lainnya berupa perubahan pada dana cadangan. Sebagai lawannya,
transaksi realisasi belanja operasi pemerintah akan mengurangi ekuitas dana
lancar (SiLPA) sebesar Rp 5.000.
Penjelasan Transaksi I
Transaksi pengakuan dana cadangan dan pengakuan penambahan atas ekuitas
dana cadangan merupakan transaksi yang berbeda dengan transaksi yang terjadi
di sektor swasta. Transaksi belanja pembiayaan sebesar Rp 5.000 akan
mempengaruhi akun kas di sisi Debet, berupa pengurangan kas, dan ekuitas dana
lancar berupa bertambahnya ekuitas dana cadangan sebesar Rp 5.000.
Bertambahnya belanja pembiayaan secara langsung akan berpengaruh terhadap
SiLPA di akhir periode. Pencatatan transaksi dengan metode ini hanya akan
mempengaruhi aset berupa kas dan ekuitas dana cadangan. Sementara untuk
pengakuan adanya aset berupa dana cadangan terhadap transaksi ini memerlukan
satu tahap pencatatan transaksi lagi. Pengakuan atas dana cadangan sebesar Rp
5.000, perlu diimbangi dengan penambahan atas ekuitas dana cadangan Rp 5.000.
Oleh karena itu langkah untuk mencatat transaksi ini dilakukan sebanyak 2
langkah, yaitu 1) mengakui penurunan kas dan penambahan belanja pembiayaan
sebesar Rp 5.000, dan 2) mengakui penambahan dana cadangan Rp 10.000 dan
penambahan ekuitas dana cadangan sebesar Rp 10.000.
Adanya transaksi yang belum tercatat, atau akun pada akhir tahun belum
menunjukkan angka yang tepat menunjukkan bahwa di dalam akuntansi
pemerintahan perlu dilakukan penyesuaian (judgement) terhadap akun-akun yang
muncul. Hasil dari penilaian tersebut adalah munculnya jurnal penyesuaian, untuk
memperbaiki laporan sehingga mencerminkan keadaan yang wajar.
Contoh 3
Dalam kasus Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006, untuk memastikan
keadaan yang sebenarnya, dilakukan stock opname terhadap persediaan dan
ternyata nilai wajar dari persediaan Kabupaten Makmur jumlahnya adalah Rp
3.000 juta. Disamping itu, pada awal tahun anggaran DPRD Kabupaten Makmur
memberi mandat agar menyusutkan aset tetap di Kabupaten Makmur sebesar Rp
500 juta per tahun.
Penjelasan Transaksi J
Transaksi J adalah pengakuan terhadap hasil stock opname yang menunjukkan
persediaan pemerintah Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006. Jumlah
persediaan hasil stock opname pada akhir tahun 2006 di pemerintah Kabupaten
Makmur adalah Rp 3.000. Hal ini menunjukkan perbedaan dengan nilai
persediaan pada awal tahun sejumlah Rp 2.000. Perbedaan sebesar Rp 1.000 perlu
diperbaiki dengan cara menambahkan masing-masing Rp 1.000 pada akun
persediaan (sebagai tambahan aset lancar) dan pada akun Cadangan Persediaan
(ekuitas dana lancar).
Penjelasan Transaksi K
Transaksi K adalah penyusutan aset tetap pada akhir tahun. Seiring dengan
semakin lamanya digunakan, aset tetap (selain tanah) akan mengalami penurunan
manfaat karena aus atau rusak akibat pemakaian. Dalam rangka penyajian nilai
wajar terhadap aset-aset tersebut dilakukan penyusutan. Selain itu, aset tetap juga
dapat direvaluasi, dihentikan penggunaannya, atau dilepaskan (dijual).
Kabupaten Makmur
Neraca
Per 31 Desember 2006
(dalam jutaan rupiah)
Aset Kewajiban
Aset Lancar Hutang Jangka Pendek Rp 1.500
Kas di Kas Daerah Rp 2.000 Hutang Jangka Panjang 9.500
Persediaan 3.000 Total Kewajiban 11.000
Total Aset Lancar 5.000 Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Lancar
SiLPA 2.000
Aset Tetap dan Lainnya Cadangan Persediaan 3.000
Aset Tetap 13.000 Dana YHD untuk Pembayaran
(1.500)
Akumulasi Penyusutan (500) Hutang Jangka Pendek
Nilai Buku Aset Tetap 12.500 Ekuitas Dana Investasi
Dana Cadangan 6.000 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 12.500
Total Aset Tetap dan Dana YHD untuk Pembayaran
18.500 (9.500)
Lainnya Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana
Cadangan 6.000
Total Ekuitas Dana 12.500
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
Jumlah Aset Rp 23.500 Rp 23.500
Dana
Ket: YHD=Yang Harus Disediakan
Bagian ini disarikan dari Sinaga (2005). Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005,
menggunakan basis modifikasi kas menuju akrual (cash towards accrual). Basis ini
mengharuskan penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dengan basis akrual
sedangkan pendapatan, belanja, dan pembiayaan menggunakan basis kas. Aset,
kewajiban, dan ekuitas merupakan unsur Neraca sedangkan pendapatan, belanja,
dan pembiayaan merupakan unsur Laporan Realisasi Anggaran. Dengan kata lain,
Neraca disajikan dengan basis akrual dan Laporan Realisasi Anggaran dan
Laporan Arus Kas disajikan dengan basis kas.
Ekuitas dana lancar merupakan unsur neraca sehingga pendapatan dan belanja
seharusnya langsung mempengaruhi ekuitas dana lancar dalam neraca. Akan
tetapi penerimaan pendapatan dan pengeluaran belanja berdasarkan basis kas
hanya mempengaruhi jumlah kas tetapi tidak secara langsung mempengaruhi
ekuitas dana lancar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa akun-akun
pendapatan dan belanja merupakan akun pembantu ekuitas dana lancar.
Penerimaan pendapatan dicatat terlebih dahulu dalam akun pendapatan dan
pengeluaran belanja dicatat dalam akun belanja kemudian pada akhir tahun
ditutup ke akun ekuitas dana lancar (bandingkan dengan pengertian pendapatan
dan biaya sebagai akun pembantu modal dalam akuntansi komersial). Seluruh
penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus ada dalam anggaran, artinya
harus melalui atau tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pendapatan,
belanja, dan pembiayaan yang merupakan unsur Laporan Realisasi Anggaran akan
diakui atau dicatat pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Pendapatan, belanja,
dan pembiayaan hanya mempengaruhi kas dan tidak mempengaruhi komponen
lainnya dalam pos neraca pada saat penerimaan dan pengeluaran kas. Akibat
perlakuan seperti ini, neraca hanya terdiri dari kas pada sisi debet dan ekuitas
pada sisi kredit. Ekuitas pun hanya muncul pada akhir periode pada saat
pendapatan dan biaya ditutup ke ekuitas dana lancar.
Kas merupakan unsur atau akun neraca yang disebut juga dengan akun riil (real
account) sedangkan pendapatan adalah unsur Laporan Realisasi Anggaran yang
disebut juga akun nominal (nominal account).
Pada saat pengeluaran belanja untuk perolehan aset tetap berupa gedung
misalnya akan dijurnal:
(Kas) = (Ekuitas Dana Lancar) Belanja Modal
untuk perolehan aset tetap (belanja modal untuk pembangunan gedung) dapat
dicatat dalam persamaan akuntansi pemerintah sebagai berikut:
Akun gedung dan bangunan dan akun kas merupakan akun riil (real account). Jika
dilakukan penjurnalan seperti di atas maka pengeluaran tersebut tidak akan
mempengaruhi belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran. Perlakuan seperti ini
hanya mempengaruhi akun-akun neraca. Oleh karena seluruh transaksi kas
pemerintahan harus melalui Laporan Realisasi Anggaran maka pengeluaran untuk
belanja modal tidak dapat dijurnal langsung ke aset yang bersangkutan, tetapi
harus melalui Laporan Realisasi Anggaran terlebih dahulu.
Pengeluaran uang kas untuk pembayaran hutang tidak dikredit secara langsung
pada kewajiban di Neraca, melainkan dijurnal ke unsur Laporan Realisasi
Anggaran yaitu Pengeluaran Pembiayaan untuk Pembayaran Pokok Hutang.
Pengeluaran uang untuk membayar pengadaan aset tetap yang merupakan belanja
modal selain mempengaruhi kas juga mempengaruhi aset tetap yang
bersangkutan dan akun pasangannya dalam kelompok ekuitas. Contohnya
pengadaan aset tetap berupa bangunan tersebut. Contoh lainnya, penerimaan
uang dari pinjaman akan menambah kas tetapi sekaligus juga menambah
kewajiban yang harus muncul di Neraca. Untuk itu harus ada mekanisme agar
pengeluaran kas tidak hanya mempengaruhi kas tetapi juga unsur neraca lainnya
yang terkait sekaligus juga masuk dalam Laporan Realisasi Anggaran. Demikian
juga halnya dengan penerimaan pinjaman yang masuk dalam Laporan Realisasi
Anggaran tetapi juga harus masuk dalam kewajiban di Neraca. Mekanisme ini yang
disebut dengan jurnal korolari.
Selanjutnya, agar perolehan aset tersebut muncul dalam Neraca maka perlu dibuat
jurnal pendamping (jurnal korolari). Jurnal korolari dibuat dengan mendebet aset
yang bersangkutan dan mengkredit akun Ekuitas Dana Diinvestasikan dalam
kelompok Ekuitas. Misalkan dikeluarkan belanja modal sebesar Rp 100 miliar
untuk pembelian gedung, maka agar dapat masuk dalam Neraca dan Laporan
Realisasi Anggaran harus dibuat persamaan akuntansi sebagai berikut:
Gedung dan Bangunan = Diinvestasikan dalam Aset Tetap Korolari Belanja Modal
100 = 100
Dengan penjurnalan di atas, Pengeluaran Kas akan dicatat dalam Neraca dan
Laporan Realisasi Anggaran. Bukan hanya itu, akun Gedung dan Bangunan dalam
kelompok aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap pada kelompok
Ekuitas juga dicatat sebesar jumlah yang sama. Dari uraian di atas terlihat bahwa
jurnal korolari digunakan agar transaksi yang mempengaruhi akun Neraca
(selain kas) dan Laporan Realisasi Anggaran dapat dicatat pada waktu yang
sama.
PERTANYAAN
tahun 2000 belanja untuk penambahan aktiva tetap tidak ada. Buatlah
persamaan akuntansinya dan susunlah neraca dari persamaan tersebut!
16. Pada Neraca Pemda B per 31 Desember 2005 diketahui bahwa:
Kas Daerah Rp 50 juta
Persediaan 45 juta
Piutang Pajak 60 juta
Investasi Jangka Panjang 100 juta
Aset Tetap 200 juta
Aset Lainnya 85 juta
Dana Cadangan 300 juta
Hutang Jangka Pendek 30 juta (termasuk Perhitungan
Fihak Ketiga/PFK Rp 5 juta)
Hutang Jangka Panjang 150 juta
Berapakah Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana
Cadangan yang disajikan dalam neraca Pemda B per 31 Desember 2005?
17. Dari data pembukuan Pemda A ditemukan Saldo Kas di Kas Daerah per 31
Desember 2005 adalah Rp 1.000 juta. Setelah ditelusuri ternyata terdapat kas
sebesar Rp 45 juta yang belum disetor oleh Bendahara Penerimaan ke Kas
Daerah sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah kas sebesar Rp 45 juta
tersebut diketahui baru disetor ke Kas Daerah pada tanggal 6 Januari 2006.
Selain itu dari laporan bendahara pengeluaran status SKPD ditemukan adanya
sisa uang persediaan sebesar Rp 50 juta yang belum disetor ke Kas Daerah
sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah tersebut baru disetor pada tanggal
5 Januari 2006. Laporan Keuangan Pemda A untuk Tahun Anggaran (TA) 2005
baru diselesaikan dan diterbitkan pada tanggal 31 Maret 2006. Bagaimana
penyajian kas Pemda A di neraca per 31 Desember 2005?
18. Dalam ekuitas dana pemerintahan, terdapat kemungkinan masing-masing
ekuitas dana bernilai negatif atau positif. Jelaskan dan analisa kondisi negatif
atau positif masing-masing ekuitas dana tersebut, dan hubungkan dengan
kondisi keuangan dari suatu pemerintah daerah!
19. Apakah arti pencatatan korolari dalam akuntansi pemerintahan?
20. Mengapa harus ada pencatatan korolari?
21. Apakah selain pencatatan korolari tidak ada teknik akuntansi yang lain yang
dapat digunakan?
22. Adakah istilah lain untuk pencatatan korolari? Jelaskan!
23. Jelaskan pencatatan korolari dalam akuntansi pemerintahan! Transaksi apa
sajakah yang memerlukan pencatatan korolari dalam akuntansi
pemerintahan?
23
SOAL-SOAL
Soal 1
Pemerintah Kabupaten A akan dimekarkan menjadi Kabupaten B dan C mulai
Januari tahun 2004. Untuk pemekaran tersebut, maka diidentifikasi aset-aset
Kabupaten A semuanya menjadi milik dari Kabupaten B. Kabupaten C tidak
mendapat aset apapun dari proses pemekaran itu. Untuk menunjang pelayanan
masyarakat di Kabupaten C, maka pada tahun tersebut Kabupaten C mendapat
dana transfer dari pemerintah berupa Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 400
miliar. Anggaran pertama ditetapkan oleh pemerintah pusat. Berikut ini adalah
APBD dan realisasi APBD Kabupaten C untuk tahun 2004:
(dalam milyaran rupiah)
Pos APBD APBD Realisasi APBD
Pendapatan
Pajak Daerah Rp 10 Rp 10
Retribusi Daerah 5 5
PAD lainnya 2 5
DAU 400 400
Total Pendapatan Asli Daerah (PAD) 417 420
Belanja
Belanja Operasi
Belanja Pemilihan Umum 10 10
Belanja Bupati dan Wakil Bupati 15 15
Belanja DPRD 10 10
Belanja Pelayanan Umum 200 190
Total Belanja Operasi 235 225
Belanja Modal /Aset Tetap
Belanja Gedung 100 100
Belanja Kendaraan 50 50
Belanja Tanah 35 35
Total Belanja Aktiva Tetap 185 185
Total Belanja 420 410
Surplus/(Defisit) (3) 10
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan_Dari Hutang Jk Panjang 15 15
Pengeluaran Pembiayaan_Membuat Dana Cadangan 10 10
Total Pembiayaan 5 5
Sisa Lebih/(Kurang) Pembiayaan Rp 2 Rp 15
Diminta:
1. Adakah neraca awal pemerintah kabupaten C?
2. Berdasarkan transaksi Kabupaten C, buatlah:
a. persamaan akuntansi atas realisasi anggaran tersebut
b. laporan neraca
3. Dengan kondisi di bawah ini, buatlah persamaan akuntansi untuk
penyesuaian:
24
Soal 2
a. APBD Pemkab ABC tahun 2001 mencantumkan informasi sebagai berikut.
Pos APBD APBD Realisasi APBD
Pendapatan
Penerimaan cicilan penjualan rumah dinas Rp 62.500 Rp 62.500
Penerimaan pajak hiburan 162.500 175.000
Penggunaan SiLPA 400.000 250.000
Penerimaan Pengembalian Pinjaman PDAM 250.000
Belanja
Pembayaran bunga pinjaman 75.000 75.000
Pembelian Persediaan 50.000 40.000
Pembayaran pokok pinjaman Luar Negeri 250.000 250.000
Pembayaran pokok pinjaman Pemerintah Pusat 500.000 500.000
Realisasi pembayaran hutang dan biaya bunga tahun 2001 adalah sebagai
berikut :
Jenis Hutang Pokok Pinjaman Biaya Bunga
Hutang kepada Luar Negeri Rp 250.000 Rp 25.000
Hutang kepada Pemerintah Pusat 500.000 50.000
Hutang jangka panjang dan biaya bunga yang akan jatuh tempo tahun 2002
adalah sebagai berikut :
Jenis Hutang Pokok Pinjaman Biaya Bunga
Hutang kepada Luar Negeri Rp 250.000 Rp 20.000
Hutang kepada Pemerintah Pusat 500.000 40.000
Tagihan penjualan angsuran yang akan diterima tahun 2002 adalah sebesar
Rp 62.500.
Hasil perhitungan fisik persediaan Alat Tulis Kantor (ATK) per 31 Desember
2001 adalah sebesar Rp 10.000.
Hutang
Hutang Jangka Pendek
Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang Rp 750.000
Hutang Biaya Pinjaman 75.000
Total Hutang Jangka Pendek 825.000
Hutang Jangka Panjang
Hutang Luar Negeri 1.000.000
Hutang kepada Pemerintah Pusat 2.000.000
Total Hutang Jangka Panjang 3.000.000
Ekuitas
Ekuitas Dana Lancar
Akumulasi SiLPA 400.000
Cadangan untuk persediaan 100.000
Cadangan untuk piutang 217.500
Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek (825.000)
Total Ekuitas Dana Lancar (107.500)
Ekuitas Dana Diinvestasikan
Diinvestasikan dalam aset tetap 3.000.000
Diinvestasikan dalam aset lainnya 187.500
Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang (3.000.000)
Total Ekuitas Dana Diinvestasikan 187.500
Ekuitas Dana Cadangan 5.000
Total Hutang dan Ekuitas Rp 3.910.000
Diminta:
1. Buatlah persamaan akuntansi, dengan transaksi penyesuaiannya! Kolom
Ekuitas Dana cukup dibuat 3 kolom saja.
2. Buatlah laporan keuangan neraca pemerintah daerah yang terdiri dari
tahun 2001!
Soal 3
Data yang dikutip dari laporan Pemda Bagus Tahun Anggaran 2001 adalah sebagai
berikut:
Penerimaan
Tahap/jenis Pendapatan Belanja
Pembiayaan
Pengesahan Rp 10.000 Rp 13.000 Rp 1.500
Realisasi 9.000 10.000 1.500
pembangunan gedung Rp 2.500. Sedangkan data yang diambil dari neraca per 31
Desember 2000 adalah sebagai berikut:
Kas Rp 1.500
Aset Tetap 3.000
Dana Cadangan 500
Total Aset Rp 5.000
Ekuitas
Ekuitas Dana Lancar
Akumulasi SiLPA Rp 1.500
Ekuitas Dana Diinvestasikan
Diinvestasikan dalam aset tetap 3.000
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana cadangan 500
Total Ekuitas Rp 5.000
Diminta:
1. Buatlah persamaan akuntansi pemerintahannya!
2. Buatlah laporan keuangan neraca pemerintah akhir tahun 2001!
TUGAS
Dapatkan salah satu laporan keuangan neraca pemerintah pusat atau daerah.
Pastikan laporan keuangan neraca yang ditampilkan dalam laporan keuangan
pemerintah tersebut telah lengkap. Lakukanlah hal berikut ini:
1. Gunakan persamaan akuntansi pemerintahan untuk menguji ketepatan
penyajian ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas dana
cadangan!
2. Berikan komentar Anda tentang hubungan laporan keuangan neraca
pemerintahan dan persamaan akuntansi!
27
Lampiran
Perubahan Standar Akuntansi Berbasis Akrual
Seperti telah dibahas pada bab 4 tentang siklus akuntansi, proses awal dalam
siklus akuntansi adalah menganalisis transaksi keuangan unit usaha (entitas).
Dalam proses analisis transaksi tersebut, keberadaan bukti transaksi sangat
penting. Bukti transaksi adalah semua media pendokumentasian dari transaksi
atau kejadian ekonomi.
Dalam akuntansi sektor swasta, bukti transaksi dibedakan menjadi bukti intern
dan bukti ekstern. Bukti-bukti transaksi yang dikeluarkan oleh perusahaan
disebut bukti intern, sedangkan bukti yang diterima dari luar perusahaan disebut
bukti ekstern. Contoh dari bukti transaksi dalam sektor swasta umumnya berupa
kuitansi, faktur, cek, tagihan pembayaran dan nota pembelian atau penjualan.
Bukti tersebut memberikan keterangan rinci mengenai sifat, pihak-pihak yang
terlibat, serta jenis barang atau jasa yang tercakup dalam transaksi tersebut.
Bendahara Bendahara
Penerimaan Pengeluaran
SPD SPP
STS SSP
SPM SP2D
Kas Negara
Gambar 6.1
?
JURNAL
Setiap transaksi yang akan dicatat, terlebih dahulu harus dianalisa. Tahap-tahap
dalam menganalisa suatu transaksi adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan perkiraan/rekening/akun yang dipengaruhi transaksi tersebut.
2. Menetapkan akun-akun yang terpengaruh tersebut bertambah atau
berkurang.
3. Menetapkan penambahan atau pengurangan tersebut mengakibatkan
perkiraan yang bersangkutan harus didebet atau harus dikredit dalam jurnal.
Oleh karena itu terdapat beberapa persyaratan yang harus diketahui oleh seorang
akuntan dalam membuat jurnal dalam akuntansi pemerintahan, antara lain
sebagai berikut:
2. Mengetahui aturan debet, kredit, saldo normal, dan aturan kontra akun
Istilah debet dan kredit dalam akuntansi menunjukkan sisi sebelah kiri dan
kanan. Debet dan kredit bukan berarti debet sama dengan tambah dan kredit
sama dengan kurang, tetapi menunjukkan kolom kiri atau kanan. Saldo
normal klasifikasi kode akun ditunjukkan melalui tabel berikut ini:
Secara khusus, aturan debet dan kredit untuk akun ekuitas dana menurut
Standar Akuntansi Pemerintahan adalah sebagai berikut:
a. Ekuitas Dana Lancar
Akun Sub Ekuitas Dana Lancar Saldo Normal Penambahan Pengurangan
SiLPA/SiKPA (Selisih
Lebih/Kurang Perhitungan Kredit Kredit Debet
Anggaran)
Pendapatan yang Ditangguhkan Kredit Kredit Debet
Cadangan Piutang Kredit Kredit Debet
Cadangan Persediaan Kredit Kredit Debet
Dana yang Harus Disediakan
untuk Pembayaran Hutang Debet Debet Kredit
Jangka Pendek
Pada pemerintahan daerah misalnya, urusan kode akun ini menjadi hal yang
kompleks, karena banyaknya informasi yang harus diolah dan struktur
organisasi yang kompleks juga. Sebagai contoh, menurut Permendagri Nomor
13 Tahun 2006, diperlukan kode akun untuk:
a. kode dan klasifikasi urusan pemerintahan daerah dan organisasi
b. susunan kode akun keuangan daerah
c. kode rekening pendapatan propinsi
d. kode rekening pendapatan kabupaten/kota
e. kode dan klasifikasi fungsi
f. klasifikasi belanja daerah menurut fungsi untuk keselarasan dan
keterpaduan pengelolaan keuangan negara
g. kode dan daftar program dan kegiatan menurut urusan pemerintahan
daerah
h. kode rekening belanja daerah
i. kode rekening pembiayaan daerah
7
PENJURNALAN TRANSAKSI
• Nama akun yang akan dikredit ditulis di bawah akun yang didebet dan agak
masuk ke kanan, lalu jumlah uangnya dimasukkan dalam kolom kredit.
3. Penjelasan singkat mengenai transaksi dapat ditulis di bawah setiap ayat
jurnal.
Nama-nama akun yang digunakan dalam jurnal harus sesuai dengan nama-nama
akun yang ada dalam buku besar. Lajur referensi baru digunakan setelah ayat-ayat
jurnal dipindahkan ke akun-akun yang bersangkutan dalam buku besar. Sebagai
contoh, beberapa transaksi Kabupaten Makmur akan digunakan untuk
menunjukkan penjurnalan transaksi.
Contoh:
Kabupaten Makmur, pada tahun 2005 baru pertama kali mengadakan
inventarisasi dan dihasilkan data sebagai berikut (dalam jutaan rupiah):
Kas di Kas Daerah Rp 5.000
Persediaan 2.000
Aset Tetap 3.000
Dana Cadangan 1.000
Hutang Jangka Pendek 1.500
Hutang Jangka Panjang 2.500
Realisasi
Pos APBD APBD
APBD
Pendapatan Rp 19.000 Rp 20.000
Belanja Operasi 16.000 15.000
Belanja Modal (Aset Tetap) 10.000 10.000
Surplus/Defisit (7.000) (5.000)
Penerimaan Pembiayaan (Dari Hutang Jangka Panjang) 8.000 7.000
Pengeluaran Pembiayaan (Pembentukan Dana Cadangan) (7.000) (5.000)
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan 1.000 2.000
Surplus/Defisit Neto (6.000) (3.000)
Jawaban:
1. Kode Akun
Kode Akun Nama Akun
1 Aset
100 Kas di Kas Daerah
110 Persediaan
150 Aset Tetap
190 Dana Cadangan
2 Kewajiban
200 Hutang Jangka Pendek
250 Hutang Jangka Panjang
3 Ekuitas Dana
30 Ekuitas Dana Lancar
300 SiLPA Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan
301 Cadangan Persediaan
302 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek
32 Ekuitas Dana Investasi
320 Diinvestasikan dalam Aset Tetap
321 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang
35 Ekuitas Dana Cadangan
350 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
4 Pendapatan
400 Pendapatan
5 Belanja
500 Belanja Operasi
501 Belanja Modal (Aset Tetap)
6 Pembiayaan
600 Penerimaan Pembiayaan (dari Hutang Jangka Panjang)
601 Pengeluaran Pembiayaan (Pembentukan Dana Cadangan)
Ket: YHD= yang Harus Disediakan
11
2. Jurnal Inventarisasi
Pada contoh ini, kolom tanggal diisi dengan urutan terjadinya transaksi sesuai
abjad.
3. Jurnal Transaksi
(dalam jutaan rupiah)
Jumlah (Rp)
Tanggal Uraian Ref.
Debet Kredit
B Kas 100 20.000
Pendapatan 400 20.000
(Pencatatan realisasi Pendapatan Asli
Daerah/PAD)
JURNAL KOROLARI
Hutang Rp xxx
Dana yang Harus Disediakan untuk Pemb. Hutang Rp xxx
15
PERTANYAAN
SOAL-SOAL
TUGAS
BAB 7
SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN:
BUKU BESAR DAN NERACA SALDO
Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan
mampu untuk:
1. Menjelaskan pengertian dan fungsi buku besar.
2. Mengetahui macam-macam format buku besar.
3. Menjelaskan pengertian posting.
4. Menjelaskan prosedur posting.
5. Melakukan posting dalam buku besar menggunakan T-account.
6. Menjelaskan fungsi buku besar pembantu.
7. Menjelaskan fungsi buku besar pembantu kas.
8. Mengetahui format buku besar pembantu kas.
9. Menjelaskan pengertian dan fungsi neraca saldo.
10. Menjelaskan langkah-langkah dalam menyusun neraca saldo.
11. Membuat neraca saldo.
12. Menjelaskan beberapa penyebab tidak seimbangnya neraca saldo dan
cara mendeteksi letak kesalahan yang mungkin terjadi.
2
BUKU BESAR
Buku Besar (ledger) merupakan suatu buku yang berisi kumpulan rekening atau
akun dalam kategori yang sama yang dicatat dalam jurnal dan digunakan dalam
keseluruhan aktivitas akuntasi suatu entitas. Akun dalam buku besar berfungsi
sebagai media atau wadah dalam meringkas transaksi yang klasifikasinya sejenis.
Berdasarkan hubungannya dengan neraca dan laporan laba rugi (sektor swasta)
atau laporan realisasi anggaran (sektor pemerintahan), akun dalam buku besar
dapat digolongkan menjadi:
• Akun riil (permanent/real account), yaitu akun-akun yang saldonya akan
terlihat dalam neraca seperti aset, kewajiban dan ekuitas.
• Akun nominal (temporary/nominal account), yaitu akun-akun yang saldonya
akan terlihat dalam laporan realisasi anggaran seperti pendapatan dan belanja.
Jumlah buku besar akan berkembang, dan jumlahnya akan mengikuti atau sesuai
dengan jumlah rekening yang ada di pedoman rekening atau chart of accounts. Jika
seandainya pemerintah daerah memiliki jumlah akun sebanyak 1.000 akun, maka
jumlah buku besar yang harus disediakan adalah juga 1.000.
Bentuk buku besar yang paling sederhana disebut dengan T-account. Dinamakan
akun T, karena bentuknya seperti huruf T dan digunakan dalam diskusi mengenai
akuntansi. Akun T ini merupakan bahasa kedua bagi akun. Dan merupakan
implikasi atau keharusan karena penggunaan sistem double entry. Berbeda dengan
sistem single entry, yang tidak memiliki buku besar dalam pencatatannya.
Diisi dengan tanggal dan jumlah transaksi Diisi dengan tanggal dan jumlah transaksi
Proses pemindahan ayat jurnal ke buku besar disebut pembukuan atau posting.
Pemindahan dari jurnal ke buku besar format T-account relatif lebih mudah. Oleh
karena itu, berikut ini hanya akan dijelaskan contoh prosedur pemindahan suatu
ayat jurnal ke buku besar dengan format yang lebih kompleks yaitu bentuk dua
kolom (skontro):
1. Mencatat tanggal dalam rekening/akun yang bersangkutan.
2. Memindahkan jumlah uang dari jurnal ke rekening/akun yang bersangkutan.
• Apabila akun tersebut didebet dalam jurnal, maka jumlah uangnya
dipindahkan ke kolom debet dalam akun yang bersangkutan.
• Apabila akun tersebut dikredit dalam jurnal, maka jumlah uangnya
dipindahkan ke kolom kredit dalam akun yang bersangkutan.
3. Mencantumkan nomor halaman buku jurnal dalam kolom referensi
pemindahan dari akun tersebut.
4. Mencantumkan nomor (kode) akun buku besar dalam kolom referensi
pemindahan pada buku jurnal.
Halaman: 1
Jumlah (Rp)
Tanggal Uraian Transaksi Ref.
Debet Kredit
20XX
Jan 01 Kas 100 20.000
Pendapatan 400 20.000
(Pencatatan realisasi PAD)
1 2 4
Nama Rekening: Kas Kode Rekening: 100
Tgl Uraian Ref. Debet Tgl. Uraian Ref. Kredit
20XX
Jan 01 1 20.000
3
4
Contoh:
Berikut ini merupakan jurnal inventarisasi dan jurnal transaksi yang terjadi di
Kabupaten Makmur pada tahun 2006.
1. Jurnal Inventarisasi
(dalam jutaan rupiah)
Jumlah (Rp)
Tanggal Uraian Ref.
Debet Kredit
A Kas di Kas Daerah 100 5.000
Persediaan 110 2.000
Aset Tetap 150 3.000
Dana Cadangan 190 1.000
Hutang Jangka Pendek 200 1.500
Hutang Jangka Panjang 250 2.500
SiLPA/SiKPA 300 5.000
Cadangan Persediaan 301 2.000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 320 3.000
Diinvestasikan dalam Dana Cadang. 350 1.000
DYHD u. Pembayaran Hutang J. Pendek 302 -1.500
DYHD u. Pembayaran Hutang J. Panjang 321 -2.500
(Pencatatan Inventarisasi Aset Pemda)
2. Jurnal Transaksi
(dalam jutaan rupiah)
Jumlah (Rp)
Tanggal Uraian Ref.
Debet Kredit
B Kas 100 20.000
Pendapatan 400 20.000
(Pencatatan realisasi Pendapatan Asli
Daerah/PAD)
Format Buku Besar Pembantu kurang lebih sama dengan Format Buku Besar,
hanya merupakan sub dari buku besar. Konsep buku besar pembantu adalah
sebagai berikut:
Hotel B
5.000
Hotel C
5.000
Hotel D
5.000
Hotel E
5.000
Adanya perubahan dalam dalam dasar pencatatan dari basis kas (cash basis) ke
basis akrual (accrual basis), dibutuhkan adanya buku besar pembantu kas. Buku
besar pembantu kas ini berisi rincian pendapatan-pendapatan, misalnya
pendapatan pajak reklame dan pendapatan retribusi parkir yang telah diterima
pembayarannya atau telah diterima kasnya. Terdapat dua macam buku pembantu
kas, yaitu buku besar pembantu penerimaan kas dan buku besar pembantu
pengeluaran kas.
7
NERACA SALDO
Data-data untuk menyusun neraca saldo diperoleh dari buku besar. Proses
penyusunan neraca saldo adalah sebagai berikut:
1. Jumlahkan lajur debet dan lajur kredit setiap rekening/akun dalam buku besar.
2. Hitung saldo setiap akun, yaitu selisih jumlah debet dengan jumlah kredit.
3. Apabila jumlah debet lebih besar, maka saldonya adalah saldo debet.
Cantumkan dalam lajur debet pada neraca saldo.
4. Apabila jumlah kredit lebih besar, maka saldonya adalah saldo kredit.
Cantumkan dalam lajur kredit pada neraca saldo.
KABUPATEN MAKMUR
NERACA SALDO
Per 31 Desember 2006
(dalam jutaan rupiah)
Kode
Nama Akun Debet (Rp) Kredit (Rp)
Akun
1 Aset
100 Kas di Kas Daerah 2.000
110 Persediaan 2.000
150 Aset Tetap 13.000
190 Dana Cadangan 6.000
2 Kewajiban
200 Hutang Jangka Pendek 1.500
250 Hutang Jangka Panjang 9.500
3 Ekuitas Dana
30 Ekuitas Dana Lancar
300 SiLPA/SiKPA (Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan) 5.000
301 Cadangan Persediaan 2.000
302 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek -1.500
32 Ekuitas Dana Investasi
320 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 13.000
321 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang -9.500
35 Ekuitas Dana Cadangan
350 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 6.000
4 Pendapatan
400 Pendapatan 20.000
5 Belanja
500 Belanja Operasi 15.000
501 Belanja Modal (Aset Tetap) 10.000
6 Pembiayaan
600 Penerimaan Pembiayaan (Dari Hutang Jk Panjang) 7.000
601 Pengeluaran Pembiayaan (Pemb. Dana Cadangan) 5.000
Jumlah Rp 53.000 Rp 53.000
Fungsi neraca saldo salah satunya adalah untuk memeriksa kebenaran pencatatan
dalam jurnal dan buku besar dengan melihat apakah jumlah debet dan jumlah
kredit sama besar. Namun, apabila jumlah debet dan kredit ternyata tidak sama
besar, mungkin saja telah terjadi beberapa kesalahan teknis dalam membuat
neraca saldo. Berikut ini adalah beberapa kemungkinan penyebab tidak
seimbangnya antara sisi debet dan kredit pada neraca saldo dan formula dalam
mencari kemungkinan letak kesalahan tersebut:
9
2. Transposisi angka.
Transposisi angka adalah kesalahan penempatan dalam penulisan angka,
misalnya seharusnya Rp 150 tetapi ditulis Rp 105. Cara untuk mendeteksinya
adalah dengan menghitung selisih antara jumlah debet dan kredit, jika hasilnya
habis dibagi dengan 9 maka kemungkinan telah terjadi transposisi angka lalu
telusurlah. Contoh: jumlah debet Rp 125.300 dan jumlah kredit Rp 117.200,
perhitungannya adalah Rp 125.300 – Rp 117.200 = Rp 8.100 (hasilnya habis
dibagi dengan 9), maka ada kemungkinan telah terjadi transposisi angka
sehingga jumlah sisi debet dan kredit tidak seimbang.
PERTANYAAN
SOAL-SOAL
TUGAS
BAB 8
SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN:
PENYESUAIAN DAN NERACA LAJUR
Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan
mampu untuk:
1. Menjelaskan pengertian penyesuaian didalam akuntansi pemerintahan.
2. Menjelaskan perbedaan jurnal penyesuaian antara akuntansi
pemerintahan dengan swasta.
3. Menjelaskan implikasi basis cash toward accruals dalam akuntansi
pemerintahan terhadap jurnal penyesuaian.
4. Menjelaskan jenis-jenis (objek) penyesuaian di akuntansi pemerintahan.
5. Membuat jurnal penyesuaian untuk setiap transaksi yang mungkin
dalam akuntansi pemerintahan.
6. Memposting jurnal penyesuaian ke buku besar.
7. Membuat Neraca Saldo Disesuaikan.
8. Menjelaskan pengertian neraca lajur atau kertas kerja.
9. Menjelaskan fungsi neraca lajur dalam pembuatan laporan keuangan
pemerintahan.
10. Menjelaskan fungsi kolom-kolom dalam neraca lajur.
11. Membuat neraca lajur.
12. Meneliti kesalahan dalam neraca lajur.
2
JURNAL PENYESUAIAN
Ayat jurnal penyesuaian (adjusting journal entry) merupakan jurnal yang dibuat
pada akhir periode akuntansi untuk menyesuaikan saldo-saldo buku besar,
sehingga mencerminkan angka yang benar dan wajar. Penyesuaian berarti
pencatatan atau pengakuan (penjurnalan dan posting) data-data transaksi
tertentu pada akhir periode sehingga jumlah rupiah yang terdapat dalam tiap
akun sesuai dengan kenyataan pada akhir periode tersebut dan statement
keuangan yang dihasilkan menggambarkan keadaan yang senyatanya pada
tanggal statement (neraca).
Penyesuaian dicatat dalam jurnal umum 2 kolom dan di posting ke akun buku
besar yang bersangkutan. Segera setelah setiap kali melakukan posting dari tiap
ayat jurnal penyesuaian ke dalam buku besar yang bersangkutan, seluruh akun
ditentukan saldonya, dilanjutkan dengan menyusun neraca saldo disesuaikan.
Objek penyesuaian yang terjadi pada sektor pemerintahan pada umumnya adalah:
1. Penyusutan
2. Penyesuaian nilai persediaan
3. Pendapatan yang ditangguhkan
4. Reklasifikasi hutang jangka panjang ke jangka pendek
5. Pembentukan dana cadangan
6. Taksiran piutang pajak (cadangan piutang)
7. Perhitungan fihak ketiga
1. Penyusutan
Penyusutan bisa dilaksanakan dengan 3 tujuan:
a. Penentuan nilai aset yang wajar (Standar Akuntansi Pemerintah)
Penyusutan di sektor pemerintahan bukan ditujukan untuk alokasi dana,
tetapi ditujukan untuk menyajikan secara wajar nilai aset pemerintah.
Untuk mencatat penyusutan, maka dijurnal sebagai berikut:
Jurnal untuk mencatat transaksi persediaan, jika nilai persediaan akhir lebih
besar daripada nilai persediaan awal:
Persediaan Rp xxx
Cadangan Persediaan Rp xxx
Jurnal untuk mencatat transaksi persediaan, jika nilai persediaan akhir lebih
kecil daripada nilai persediaan awal:
Contoh:
• Nilai persediaan akhir lebih besar daripada nilai persediaan awal.
Saldo awal persediaan di neraca Kabupaten Makmur adalah Rp
100.000.000. Pada akhir periode dilaksanakan stock opname terhadap
persediaan yang dimiliki di seluruh instansi Pemerintah Kabupaten
Makmur. Hasil dari stock opname tersebut, menunjukkan nilai persediaan
5
Persediaan Rp 100.000.000
Cadangan Persediaan Rp 100.000.000
Persediaan Rp 20.000.000
Cadangan Persediaan Rp 20.000.000
Persediaan Rp 100.000.000
Cadangan Persediaan Rp 100.000.000
Contoh:
Misalnya di bendahara penerimaan pada tanggal 31 Desember terdapat kas
dari hasil pembayaran pajak sebesar Rp 150.000.000. Kas akan disetor pada
tanggal 2 Januari tahun berikutnya. Untuk tujuan pelaporan keuangan, maka
pada tanggal 31 Desember akan dibuat jurnal penyesuian dengan jurnal
sebagai berikut;
Rasional:
• Jurnal untuk mencatat timbulnya hutang
Kas Rp xxx
Pendapatan Pembiayaan Rp xxx
Ilustrasi:
Menurut Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2004, pada tahun 2004
memiliki hutang jangka panjang yang jatuh tempo sebesar Rp 82 triliun.
Buatlah jurnal untuk mencatat penyesuaian reklasifikasi hutang jangka
panjang terhadap hutang jangka pendek untuk tahun 2004!
7
Contoh:
Untuk membuat lapangan terbang Wirasaba menjadi lapangan terbang
komersial di daerah Barlingmascakeb, diperlukan dana sebesar Rp 10 miliar.
Untuk mengumpulkan dana tersebut kemampuan APBD Purbalingga adalah
Rp 5 miliar per tahun. Akuntan pemerintah daerah Purbalingga akan mencatat
penyesuaian pembentukan dana cadangan pada tahun pertama dengan jurnal
sebagai berikut:
Dana Cadangan Rp 5 M
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Rp 5 M
8
Jurnal yang dibuat untuk penyesuaian pajak pada akhir tahun fiskal adalah:
Ilustrasi:
Pemerintah Kabupaten Makmur menugaskan Dinas Pendapatan Daerah
(Dipenda) untuk mengelola segala jenis pajak kabupaten. Pada akhir tahun,
Dipenda mengindentifikasi terdapat pajak yang seharusnya dibayar oleh
wajib pajak, namun belum diterima di Kas Daerah sebesar Rp 50.000.000.
Untuk mencatat pengakuan piutang pajak ini, maka Pemerintah Kabupaten
Makmur akan mencatat transaksi ini dengan jurnal penyeseuaian:
Ilustrasi:
Pemerintah Daerah memotong gaji PNS 2,5% untuk disetorkan kepada dana
pensiun. Pada akhir periode, dana yang belum disetor kepada dana pensiun
untuk Kabupaten Makmur adalah Rp 50.000.000. Jurnal penyesuaian yang
harus dibuat untuk pengakuan transaksi ini adalah:
NERACA LAJUR
Apabila pada akhir periode akuntansi digunakan neraca lajur untuk membantu
penyusunan laporan keuangan, maka ayat penyesuaian dicatat dalam neraca lajur
pada kolom Penyesuaian. Dalam neraca lajur juga sekaligus tersedia kolom Neraca
Saldo Disesuaikan untuk mengetahui jumlah atau saldo rekening/akun setelah
mengalami penyesuaian. Setelah dicatat dalam neraca lajur dan jurnal, maka ayat
penyesuaian tersebut juga dipindahkan (posting) ke buku besar. Berikut ini adalah
contoh format neraca lajur dalam akuntansi pemerintahan.
Kabupaten Makmur
Neraca Lajur
per Desember 20XX
Selain Kode Akun dan Nama Akun, neraca lajur terdiri dari beberapa kolom (lajur)
utama yaitu kolom untuk Neraca Saldo (NS), Penyesuaian (P), Neraca Saldo
Disesuaikan (NSD), Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca (NRC), dan Laporan
Arus Kas (LAK). Apabila standar akuntansi pemerintahan yang diterapkan adalah
full accrual maka akan disediakan tambahan kolom untuk Laporan Operasional
(LO) dan Laporan Perubahan Ekuitas Dana (LPED).
10
Contoh:
Berikut ini merupakan neraca saldo Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006.
KABUPATEN MAKMUR
NERACA SALDO
Per 31 Desember 2006
(dalam jutaan rupiah)
Kode
Nama Akun Debet (Rp) Kredit (Rp)
Akun
1 Aset
100 Kas di Kas Daerah 2.000
110 Persediaan 2.000
150 Aset Tetap 13.000
190 Dana Cadangan 6.000
2 Kewajiban
200 Hutang Jangka Pendek 1.500
250 Hutang Jangka Panjang 9.500
3 Ekuitas Dana
30 Ekuitas Dana Lancar
300 SiLPA/SiKPA (Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan) 5.000
301 Cadangan Persediaan 2.000
302 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek -1.500
32 Ekuitas Dana Investasi
320 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 13.000
321 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang -9.500
35 Ekuitas Dana Cadangan
350 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 6.000
4 Pendapatan
400 Pendapatan 20.000
5 Belanja
500 Belanja Operasi 15.000
501 Belanja Modal (Aset Tetap) 10.000
6 Pembiayaan
600 Penerimaan Pembiayaan (Dari Hutang Jk Panjang) 7.000
601 Pengeluaran Pembiayaan (Pemb. Dana Cadangan) 5.000
Jumlah Rp 53.000 Rp 53.000
Dari data neraca saldo dan penyesuaian tersebut, buatlah neraca lajur hingga
kolom neraca untuk Kabupaten Makmur!
11
Kabupaten Makmur
Neraca Lajur
per Desember 2006
(dalam jutaan rupiah)
Kode NS P NSD LRA NRC
Nama Akun
Akun D K D K D K D K D K
1 Aset
100 Kas di Kas Daerah 2.000 - - - 2.000 - - - 2.000 -
110 Persediaan 2.000 - 1.000 - 3.000 - - - 3.000 -
150 Aset Tetap 13.000 - - - 13.000 - - - 13.000 -
190 Dana Cadangan 6.000 - - - 6.000 - - - 6.000 -
2 Kewajiban
200 Hutang Jangka Pendek - 1.500 - - - 1.500 - - - 1.500
250 Hutang Jangka Panjang - 9.500 - - - 9.500 - - - 9.500
3 Ekuitas Dana
30 Ekuitas Dana Lancar
300 SiLPA/SiKPA - 5.000 - - - 5.000 - - - 5.000
301 Cadangan Persediaan - 2.000 - 1.000 - 3.000 - - - 3.000
302 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek - (1.500) - - - (1.500) - - - (1.500)
32 Ekuitas Dana Investasi
320 Diinvestasikan dalam Aset Tetap - 13.000 500 - - 12.500 - - - 12.500
321 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang - (9.500) - - - (9.500) - - - (9.500)
35 Ekuitas Dana Cadangan
350 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan - 6.000 - - - 6.000 - - - 6.000
4 Pendapatan
400 Pendapatan - 20.000 - - - 20.000 - 20.000 - -
5 Belanja
500 Belanja Operasi 15.000 - - - 15.000 - 15.000 - - -
501 Belanja Modal (Aset Tetap) 10.000 - - - 10.000 - 10.000 - -
6 Pembiayaan
600 Penerimaan Pembiayaan (Dari Hutang Jk Panjang) - 7.000 - - - 7.000 - 7.000 - -
601 Pengeluaran Pembiayaan (Pemb. Dana Cadangan) 5.000 - - - 5.000 - 5.000 - - -
53.000 53.000
Akumulasi Penyusutan - 500 500 - - - 500
1.500 1.500 54.000 54.000 30.000 27.000 24.000 27.000
SiKPA - 3.000 3.000 -
30.000 30.000 27.000 27.000
12
PERTANYAAN
SOAL-SOAL
TUGAS
BAB 9
SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN:
PENYELESAIAN DAN KOREKSI
Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan
mampu untuk:
1. Menjelaskan pengertian dan fungsi jurnal penutup dalam akuntansi
pemerintahan.
2. Membandingkan jurnal penutup akuntansi pemerintahan dengan
akuntansi sektor swasta.
3. Membuat jurnal penutup.
4. Memposting jurnal penutup ke buku besar.
5. Membuat neraca saldo setelah penutupan.
6. Menjelaskan pengertian jurnal pembalik dalam akuntansi pemerintahan.
7. Menjelaskan kegunaan jurnal pembalik dan akibat jurnal pembalik jika
tidak dibuat.
8. Membandingkan jurnal pembalik akuntansi pemerintahan dengan
akuntansi sektor swasta.
9. Membuat jurnal pembalik.
10. Menjelaskan koreksi dan kesalahan laporan keuangan.
11. Menjelaskan jurnal koreksi dan kesalahan laporan keuangan.
12. Menjelakan kegunaan jurnal koreksi dan kesalahan laporan keuangan.
2
Laporan keuangan adalah hasil akhir yang terpenting dari siklus atau proses
akuntansi untuk menyajikan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan
oleh berbagai pihak pengguna. Dalam siklus akuntansi apabila telah sampai pada
tahap penyesuaian, sebenarnya laporan keuangan sudah dapat disusun. Hanya
saja, untuk lebih mempermudah dalam penyusunan laporan keuangan secara
manual, diberikan alternatif untuk menyusun neraca saldo disesuaikan dan neraca
lajur terlebih dahulu.
Pada akuntansi sektor swasta, laporan keuangan utama terdiri dari laporan laba
rugi, neraca, dan laporan perubahan modal ditambah dengan laporan arus kas dan
catatan atas laporan keuangan. Sedangkan pada akuntansi pemerintahan terdiri
dari empat laporan keuangan pokok, yaitu laporan realisasi anggaran, neraca,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Selanjutnya dapat juga
memberikan informasi tambahan berupa laporan kinerja keuangan (laporan
operasional) dan laporan perubahan ekuitas dana.
JURNAL PENUTUP
Pada saat akhir periode pembukuan dibuat ayat jurnal penutupan (closing journal
entry). Jurnal penutup ini merupakan prosedur penutupan akun-akun temporer
(nominal) pada akhir periode akuntansi. Tujuannya adalah untuk membuat akun-
akun nominal tersebut menjadi bersaldo nol pada awal tahun pembukuan periode
akuntansi selanjutnya.
Ayat-ayat penutupan yang akan dibuat merujuk pada saldo rekening/akun yang
terdapat pada neraca saldo disesuaikan. Ayat-ayat penutupan dicatat dalam jurnal
umum dua kolom lalu diposting ke dalam akun buku besar yang bersangkutan.
Dalam akuntansi sektor swasta, akun-akun penghasilan dan biaya ditutup ke akun
ikhtisar laba rugi, lalu akun ikhtisar laba rugi tersebut akan ditutup ke akun modal
pemilik (perseorangan) atau laba ditahan (perseroan), kemudian menutup akun
prive ke akun modal pemilik (perseorangan) atau akun laba ditahan ke akun
dividen (perseroan).
3
3. Tentukan saldo yang merupakan selisih antara jumlah sisi debit dengan kredit
akun ikhtisar surplus/defisit, lalu tutup ke akun ke akun SiLPA/SiKPA.
• Apabila akun ikhtisar surplus/defisit sisi kredit (langkah 1) lebih kecil dari
sisi debit (langkah 2).
SiLPA/SiKPA Rp xxx
Ikhtisar Surplus/Defisit Rp xxx
• Apabila akun ikhtisar surplus/defisit sisi kredit (langkah 1) lebih besar dari
sisi debit (langkah 2).
Ikhtisar Surplus/Defisit Rp xxx
SiLPA/SiKPA Rp xxx
Contoh:
Berikut ini adalah neraca saldo disesuaikan Kabupaten Makmur akhir tahun 2006.
(dalam jutaan rupiah)
Kode NSD
Nama Akun
Akun D K
1 Aset
100 Kas di Kas Daerah 2.000 -
110 Persediaan 3.000 -
150 Aset Tetap 13.000 -
160 Akumulasi Penyusutan - 500
190 Dana Cadangan 6.000 -
2 Kewajiban
200 Hutang Jangka Pendek - 1.500
250 Hutang Jangka Panjang - 9.500
3 Ekuitas Dana
4
Buatlah jurnal penutup Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006 lalu postinglah
ke buku besar!
Jawab:
• Jurnal penutup
(dalam jutaan rupiah)
Jumlah
Tgl. Uraian Ref.
Debit (Rp) Kredit (Rp)
2006 31 Pendapatan 100 20.000
Des Penerimaan Pembiayaan 400 7.000
Ikhtisar Surplus/Defisit 27.000
Jurnal di atas dapat pula dicatat dalam satu jurnal sebagai berikut:
(dalam jutaan rupiah)
Jumlah
Tgl. Uraian Ref.
Debit (Rp) Kredit (Rp)
2006 31 Pendapatan 100 20.000
Des Penerimaan Pembiayaan 400 7.000
SiLPA/SiKPA 300 3.000
Belanja Operasi 500 15.000
Belanja Modal 501 10.000
Pengeluaran Pembiayaan 601 5.000
• Buku Besar
5
Segera setelah setiap kali melakukan posting dari ayat jurnal penutupan ke dalam
akun yang bersangkutan, seluruh akun kembali ditentukan saldonya yang
dilanjutkan dengan menyusun neraca saldo setelah penutupan. Berikut ini dibuat
Neraca Saldo Setelah Penutupan (NSSP) yang berasal dari Neraca Saldo
Disesuaikan (NSD) dan Jurnal Penutupan (JP).
(dalam jutaan rupiah)
Kode NSD JP NSSP
Nama Akun
Akun D K D K D K
1 Aset
100 Kas di Kas Daerah 2.000 - - - 2.000 -
110 Persediaan 3.000 - - - 3.000 -
150 Aset Tetap 13.000 - - - 13.000 -
160 Penyusutan - 500 - - - 500
190 Dana Cadangan 6.000 - - - 6.000 -
2 Kewajiban
200 Hutang Jangka Pendek - 1.500 - - - 1.500
250 Hutang Jangka Panjang - 9.500 - - - 9.500
3 Ekuitas Dana
30 Ekuitas Dana Lancar
300 SiLPA/SiKPA - 5.000 3.000 - - 2.000
301 Cadangan Persediaan - 3.000 - - - 3.000
302 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek - (1.500) - - - (1.500)
32 Ekuitas Dana Investasi
320 Diinvestasikan dalam Aset Tetap - 12.500 - - - 12.500
321 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang - (9.500) - - - (9.500)
35 Ekuitas Dana Cadangan
350 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan - 6.000 - - - 6.000
4 Pendapatan
400 Pendapatan - 20.000 20.000 - - -
5 Belanja
500 Belanja Operasi 15.000 - - 15.000 - -
501 Belanja Modal (Aset Tetap) 10.000 - - 10.000 - -
6 Pembiayaan
600 Penerimaan Pembiayaan (dari Hutang Jangka Panjang) - 7.000 7.000 - - -
601 Pengeluaran Pembiayaan (Pembentukan Dana Cadangan) 5.000 - - 5.000 - -
54.000 54.000 30.000 30.000 24.000 24.000
JURNAL PEMBALIK
Pada akuntansi sektor swasta, jurnal penyesuaian yang boleh dan perlu dibalik
adalah jurnal penyesuaian untuk pos-pos transitoris dan pos-pos antisipasi. Pos-
pos transitoris meliputi biaya dibayar di muka dan pendapatan diterima di muka.
Sedangkan pos-pos antisipasi meliputi biaya yang belum dibayar dan pendapatan
yang belum diterima.
Pada akuntansi pemerintahan, jurnal penyesuaian yang perlu dibalik adalah untuk
reklasifikasi Utang jangka panjang yang jatuh tempo, dari klasifikasi sebagai utang
jangka panjang kepada jangka pendek. Pada awal periode berikutnya utang
tersebut perlu diklasifikasi lagi sebagai utang jangka panjang
Contoh, Pemda D memiliki Utang jangka Pendek sebesar Rp2.000 dan Utang
Jangka Panjang Rp30.000. Dari hutang jangka panjang tersebut sebesar Rp3.000
merupakan utang jangka panjang yang telah jatuh tempo.
Menjurnal reklasifikasi utang jangka panjang ke dalam utang jangka panjang yang
telah jatuh tempo. Artinya konversi dari utang jangka panjang ke jangka pendek.
Mengapa harus direklasifikasi? Bukankah sama-sama hutang, sama-sama harus
dibayar.
8
Contoh: ..........................................................................................................................................................
KOREKSI KESALAHAN
Contoh: pembayaran hutang jangka panjang Rp 500 telah dijurnal dan diposting
dengan mendebet hutang jangka pendek.
Buku besar:
Rekening yang salah
Seharusnya
Jurnal Koreksi:
PERTANYAAN
SOAL-SOAL
TUGAS
10
SOAL 1-6 DIKERJAKAN DALAM KERTAS SECARA MANUAL
GUNAKAN NOTEBOOK, KALKULATOR SEBAGAI ALAT BANTU
SOAL 1
PERSAMAAN AKUNTANSI
Waktu: 30 Menit
Pemerintah Daerah Mekar adalah sebuah Kota yang merupakan hasil pemekaran dari Kota Asal.
Berikut ini adalah Neraca Awal sesaat setelah pemekaran yang terjadi pada tanggal 31 Desember 2010.
Aset Lancar
Kas 200,000
Piutang Pajak Daerah 12,000
Persediaan 100,000
Aset Tetap
Tanah 200,000
Bangunan 140,000
Jalan, Irigasi dan Jembatan 50,000
Kendaraan 70,000
Investasi di Perusahaan Daerah 100,000
Dana Cadangan 50,000
Jumlah Aset 922,000
Utang
Utang Jangka Pendek 100,000
Utang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo 50,000
Utang Jangka Panjang 600,000
Halaman 1
4. NERACA LAJUR, JURNAL PENUTUP
DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
1. Laporan Keadaan Kas Bendahara Penerima di Dinas Kehutanan menunjukkan bahwa penerimaan
yang belum disetor ke Kas Daerah sebesar Rp6.500.000,00.
2. Surat Ketetapan Pajak yang belum dilunasi menurut Dispenda sebesar Rp25.600.000,00
3. Rekapitulasi hasil inventarisasi barang persediaan di seluruh unit menunjukkan jumlah persediaan
sebesar Rp60.375.000,00
6. Penyusutan Jalan, jaringan dan irigasi dihitung dan ditetapkan sebesar Rp1.145.000.000,00
7. Hutang yang kepada Pemerintah Pusat yang jatuh tempo tahun 2006 sebesar Rp23.400.000,00
INSTRUKSI
1 Berdasarkan data di atas buatlah jurnal, buku besar, dan neraca saldo per 31 Desember 2005
2 Buatlah Kertas Kerja Penyusunan Laporan Keuangan dalam bentuk 10 atau 12 Kolom.
3 Buatlah Laporan Keuangan berupa Neraca, LRA, LAK, LPE, SAL, LO, dan CALK.