Anda di halaman 1dari 5

PRESENTASI ARTIKEL JURNAL

STASE KEPERAWATAN DEWASA

Relaksaki Progresif terhadap Intensitas Nyeri Post Operasi BPH (Benigna Prostat
Hyperplasia)
Jurnal Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang : Aprina, Noven Ilham Yowanda, Sunarsih

DISUSUN OLEH:

Riyo Nurihsan
20184030072

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
A. RESUME ARTIKEL JURNAL UTAMA
1. Citation
Aprina, Noven Ilham Yowanda, Sunarsih ; Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang
2. Background
BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) merupakan suatu penyakit dimana terjadi pembesaran dari
kelenjar prostat akibat hyperplasia jinak dari sel-sel yang biasa terjadi pada laki-laki berusia lanjut.
kelainan ini ditentukan pada usia 40 tahun dan frekuensinya makin bertambah sesuai dengan
penambahan usia, sehingga pada usia di atas 80 tahun kira-kira 80% dari laki-laki yang menderita
kelaininan ini. Menurut beberapa referensi di Indonesia, sekitar 90% laki-laki yang berusia 40 tahun
ke atas mengalami gangguan berupa pembesaran kelenjar prostat (Bufa, 2006 dalam Samidah &
Romadhon, 2015).
BPH juga dapat terjadi apabila pasien berusia lebih dari 40 tahun karena kelenjar prostat
membesar disebabkan oleh perubahan kesimbangan testoteron dan estrogen. BPH (Benigna Prostat
Hyperplasia) menjadi masalah global pada pria usia lanjut. Di dunia, hampir 30 juta pria menderita
BPH(Benigna Prostat Hyperplasia). Pada usia 40 tahun sekitar 40%, usia 60-70 tahun meningkat
menjadi 50% dan usia lebih dari 70 tahun mencapai 90%. Diperkirakan sebanyak 60% pria usia lebih
dari 80 tahun memberikan gejala Lower Urinary Tract sympstons (LUTS). Di Amerika Serikat,
hampir 14 juta pria menderita BPH (Benigna Prostat Hyperplasia). Prevalensi dan kejadian BPH
(Benigna Prostat Hyperplasia) di Amerika Serikat terus meningkat pada tahun 1994-2000 dan tahun
1998-2007. Peningkatan jumlah insiden ini akan terus berlangsung sampai beberapa dekade
mendatang (Sampekalo dkk, 2015). Menurut WHO pada tahun 2012, diperkirakan bilangan
penderita BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) adalah sebanyak 30 juta, bilangan ini hanya pada kaum
pria kerana wanita tidak mempunyai kalenjar prostat, maka oleh sebab itu, BPHterjadi hanya pada
kaum pria (Samidah & Romadhon, 2015).
Pembedahan adalah merupakan tindakan intervensi untuk mengobati diagnose BPH.
Pembedahan merupakan tindakan infasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang
akan ditangani untuk dilakukan perbaikan. Pembedahan selalu berubungan dengan insisi yang untuk
membuka atau merobek jaringan dengan tujuan menyembuhkan, sehingga efek samping dari
pembedahan adalah sakit atau Nyeri.
Nyeri menurut asosiasi internasional untuk penelitian nyeri (International Association for The
study of pain, IASP, 1979) mendefnisikan nyeri sebagai suatu subjektif pengalaman emosional yang
tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual, potensial, atau yang
dirasakan dalam kejadiankejadian saat terjadi kerusakan (Sulistyo, 2013). Nyeri merupakan salah
satu keluhan utama pada pasien yang mengalami post pembedahan, sekitar 75% pasien yang
menjalani operasi BPH mengalami gangguan rasa nyaman nyeri akibat pengeloaan manajemen nyeri
yang tidak adekuat (Susanto dalam pinandita, dkk, 2012).
Relaksasi progresif merupakan salah satu manajemen nyeri pada pasien post operasi BPH,
Relaksasi progresif pada seluruh tubuh memakan waktu sekitar 15 menit. Klien member perhatian
pada tubuh, memperlihatkan daerah ketegangan. Daerah yang tegangdigantikan dengan rasa hangat
dan relaksasi. Latihan relaksasi progresif meliputi kombinasi latihan pernafasan yang terkontrol dan
rangkaian kontraksi serta relaksasi kelompok otot (Potter & Perry, 2006).
3. Research Question
Bagaimana pengaruh relaksasi progresif terhadap penurunan nyeri post BPH (Benigna Prostat
Hyperplasia) di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung?
4. Study Design
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain kuasi eksperimen (quasy
experiment ) yang diperluas dengan rancangan one group pretest-posttest.
5. Time and Setting
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2017
6. Sample
Populasi sebanyak 51 pasien dengan responden 20 pasien yang menjalini post operasi BPH
dengan mengunakan Accidental Sampling
7. Instrumen
Alat pengumpul data penelitian ini adalah lembar NRS dengan menggunakan skala nyeri 0-
10 dan lembar observasi. Intrumen yang digunakan dalam terapi latihan relaksasi progresif.
8. Procedure
Menggunakan SOP relaksasi progresif dengan cara megukur skala nyeri sebelum dan sesudah
diberikan relaksasi progresif.
9. Analysis data
Analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji Wilcoxon.
10. Result
a. Analisa univariat
Nyeri Mean Median SD Min-Maks
Sebelum 5.20 5.00 0.834 4-6
Sesudah 3.60 4.00 0.681 4-6

b. Analisa Bivariat
Nyeri Mean SD SE p-value n
Sebelum 5.20 0.834 0.182
0.000 20
Sesudah 3.60 0.681 0.152
11. Discussion
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa intensitas nyeri sebelum diberikan relaksasi progresif
adalah 5.20 dengan sandar deviasi 0.834 yang termasuk dalam katagori sedang. Tapi setelah
diberikan intervensi keperawatan berupa relaksasi progresif tingkat nyeri berubah skalanya menjadi
3.60 dengan standar deviasi 0.681 yang temasuk dalam katagori ringan. Selisih perbedaan nyeri
sebelumdan sesudah diberikan terapi relaksaki progresif adalah 0.253sehingga dapat disimpulkan
terdapat perbedaan yang bermakna antara skla rata-rata intensitas nyeri pasca operasi BPH sebelum
dan sesudah diberikan terapi relaksasi progresif.
Menurut Potter dan Perry (2005) menyatakan bahwa kemampuan seseorang dalam
mempersepsikan nyeri dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperi usia, jenis kelamin, lingkungan,
kecemasan dan lain-lain. Dimana faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan
toleransi terhadap nyeri, dan memengaruhi sikap namun s ejalan dengan proses penyembuhan.hasil
penelitian menunjukan bahwa tidak ada orang yang tidak mengalami nyeri setelah operasi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan di dalam Smeltzer & Bare (2002) dimana nyeri yang dialami klien post
operasi muncul disebabkan oleh rangsangan mekanik luka yang menyebabkan tubuh menghasilkan
mediator-mediator kimia nyeri, sehingga muncul nyeri pada setiap klien post operasi. Sedangkan
menurut Sjamsuhidayat R (dalam Pringtahayuningtyas, 2015) nyeri yang dirasakan setiap orang
bersifat subjektif, yang berarti setiap orang memiliki tingkat
12. Analisa menurut kelompok
Penelitian ini sangat baik dalam mengetahui pengaruh intervensi keperawatan relaksasi
progresif dalam menurunkan nyeri paska operasi BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) dengan hasil
penurunan rata-rata mean skala nyeri dari 5.20 menjadi 3.60.
13. Masukan
Mungkin dapat dijelaskan teknik relaksasi progresif apa yang digunakan dalam penelitian
ini, selain itu apakah ada hubungan tingkat umur pendidikan dan latar belakang sosial dengan nyeri
paska operasi BPH.
Selain itu sekiranya perlu dijelaskan sample penelitian yang diambil mengunakan cara
operasi yang seperti apa? Apakah mengunakan TURP atau mengunakan operasi terbuka?
14. Limitation of the study
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak dijelaskanya Pasien stadium BPH keberapa
yang diambil menjadi subjek penelitian selain itu cara operasi apa yang dilakukan pada pasien yang
menjadi subjek penelitian.
B. TELAAH KRITIS JURNAL
Penggunaan Hasil Penelitian
1. Apakah penelitian relevan dengan praktek?
Ya, penelitian ini relevan dengan praktik karena penelitian ini ditulis oleh perawat,
menggambarkan intervensi keperawatan yang digunakan untuk memanajemen nyeri
post operasi BPH dengan meneliti keefektifan teknik relaksasi progresif terhadap
penurunan skala nyeri pasien.

2. Apakah hasil penelitian dapat diaplikasikan oleh perawat?


Ya, hasil penelitian dapat diaplikasikan oleh perawat di seting klinik baik pada
tatanan perawat klinik keperawatan seperti:
a. Dapat digunakan untuk mengurangi nyeri paska operasi BPH
b. Teknik relaksasi progresif dapat digunakan sebagai terapi keperawatan
pendamping terapi farmakologi untuk meningkatkan penurunan skala nyeri
yang dirasakan oleh pasien
c. Dapat sebagai media edukasi kepada pasien untuk mengalikasikan teknik
relaksasi progresif untuk meminimalkan rasa nyeri yang diderita.

3. Apakah keuntungan penelitian lebih besar daripada resikonya jika hasil penelitian
diaplikasikan oleh perawat?
Ya, keuntungan yang diperoleh lebih besar yaitu menurunkan skala nyeri pasien post
operasi BPH dengan kemungkinan minim dampak negariv yang mungkin muncul.

4. Kemukakan tentang pendapat anda mengenai hasil penelitian ini, apakah dapat diaplikasikan
pada praktek keperawatan anda saat ini, jika ya kemukakan alasannya dan jika tidak
kemukakan alasannya.
Ya, penelitian ini dapat diaplikasikan pada praktik keperawatan pada saat ini. Hal
tersebut dikarenakan:
a. Karena teknik relaksasi progresif mudah diaplikasikan dalam tatanan klinik
dan tidak membutuhkan persiapan yang banyak
b. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat karena teknik relaksasi progresif dalam
penelitian ini memiliki hasil yang efektif dalam menurunkan skala nyeri
pasien post operasi BPH

Anda mungkin juga menyukai