Anda di halaman 1dari 7

KEBUTUHAN NUTRISI PADA PENYAKIT KRONIK

1. DIABETES
Diabetes adalah penyakit metabolisme yang dalam keadaan hiperglikemia
dikarenakan terjadi gangguan sekresi pada insulin. Insulin, kerja insulin, atau
keduanya (ADA, 2012).
Insulin adalah hormon untuk mengatur gula darah dalam tubuh. Produksi
insulin yang kurang dalam tubuh menyebabkan gangguan dalam meregulasi kadar
glukosa darah dan akan menganggua proses perpindahan glukosa dari darah ke dalam
sel-sel. Kadar glukosa yang meningkat namun diiringi dengan pembakaran lemak dan
protein tetap meninggi mengakibatkan keton dalam darah (aseton) dan sampah
metabolisme meningkat. Konsumsi makanan dengan kadar gula tinggi merupakan
salah satu kondisi yang menyebabkan kurangnya produksi insulin. Untuk
mempertahankan kadar gula darah dalam tubuhnya agar tetap stabil yaitu dengan
pengaturan gizi yang dikonsumsi. Semua penyandang DM terlebih untuk penyandang
DM yang obesitas harus melakukan diet dengan pembatasan kalori agar berat badan
penyandang DM mencapai batas ideal. Prinsip pengaturan gizi pada penyandang DM
yaitu makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing
individu. Pembatasan kalori dilakukan dengan pembatasan lemak total dan lemak
jenuh untuk mencapai kadar glukosa dan lipid darah yang normal.

Diet DM meliputi :
a. Jadwal makan
Jadwal makan bagi penyandang DM harus diikuti sesuai intervalnya yaitu setiap 3
jam. Diit DM diberikan dengan cara 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan
selingan dengan jarak antara 3 jam.
b. Jumlah makanan
- Makan dalam jumlah sedikit tetapi sering
- Pembatasan kalori sesuai dengan berat badan penyandang DM

c. Jenis nutrisi

- Karbohidrat : gandum, beras merah, oatmeal (jumlah karbohidrat 45-65%)

- Protein : kacang hijau, kacang merah, kedelai, susu (jumlah protein 10-15%)
- Serat : sayuran dan buah-buahan , dan gandum, Gandum dan semua produk

makanan berbahan dasar gandum dapat meningkatkan sensitivitas insulin


sehingga

mampu mensekresikan insulin yang cukup.

- Lemak : minyak zaitun, alpukat (jumlah lemak 20-25%)

2. CKD (Chronic Kidney Disease

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan suatu proses patofisiologis yang


mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan dengan
atau tanpa penurunan Laju Filtrasi Glomerular (LFG).

Tujuan diet CKD adalah mencapai dan mempertahankann status gizi optimal dengan
tidak memberatkan kerja ginjal; mencegah dan menurunkan kadar ureum yang tinggi,
mengatur keseimbagan cairan dan elektrolit; mencegah atau mengurangi
progresivitas gagal ginjal dengan memperlambat penurunan laju filtrasiglomerulus.

Manajemen Nutrisi CKD :

Caring for Australian with Renal Impairment (CARI) menjelaskan bahwa asupan
protein kurang dari 0,6 g/kgBB/hari tidak menunjukkan hasil yang signifikan
terhadap penurunan progresivitas dari kerusakan ginjal itu sendiri maka pasien
CKD stadium 3-4 kebutuhan proteinnya adalah sebesar 0,75-1,0 g/kgBB/hari.
Protein berasal dari sayur-sayuran, produk susu, dan daging non merah. British
Dietetic Association menyatkan bahwa asupan protein pada pasien dengan
hemodialisis adalah sebesar 1,1 g/kgBB/hari dan pada pasien dengan dialisis
peritoneal adalah sebesar 1,0-1,2 g/kgBB/hari. Selain dengan pembatasan asupan
protein, pasien dengan CKD disarankan mendapatkan asupan energi yang adekuat
di mana pada pasien berusia kurang dari 60 tahun membutuhkan 126-167 KJ/hari
(hemodialisis) dan 146 KJ/hari (dialisis peritoneal) serta lebih dari 60 tahun
membutuhkan 126-146 KJ/hari.

Asupan phosphor adekuat jika 800 – 1000 mg/hari dan kurang jika kurang dari
800 mg/hari, asupan kalium adekuat jika 8 - 17 mg/kgBB/hari dan kurang jika
kurang dari 8 mg/kgBB/hari
3. PPOK

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang
ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif
nonreversibel atau reversibel parsial.

Pemberian nutrisi yang adekuat penting untuk penatalaksanaan pada pasien


PPOK karena pada umumnya pasien akan jatuh dalam keadaan malnutrisi, karena
bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat
karena hipoksemia kronik dan hiperkapni menyebabkan terjadi hipermetabolisme.
Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK karena berkolerasi dengan derajat
penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah. dan menurunnya fungsi paru
akibat hilangnya kekuatan otot-otot respirasi dan menurunnya kapasitas ventilasi.

Hubungan yang penting antara nutrisi dan fungsi paru melalui efek
katabolisme yaitu dengan melihat status gizi. Jika asupan kalori berkurang, maka
tubuh akan memecah protein yang terdapat dalam otot-otot pernapasan. Hilangnya
lean body mass pada setiap otot akan berdampak pada fungsi otot tersebut. Malnutrisi
akan memperberat kondisi PPOK karena akan menurunkan massa otot pernapasan.

Pada pasien dengan asupan oral yang tidak adekuat, dapat dipertimbangkan
pemberian dukungan nutrisi berupa enteral nutrisi (EN) dan/atau parenteral nutrisi
(PN). Menurut ESPEN (European Society for Parenteral and Enteral Nutrition),
evidens tentang keuntungan pemberian EN dan/atau PN pada pasien PPOK masih
terbatas, meskipun demikian kombinasi dengan latihan fisik dan farmakoterapi
anabolik berpotensi untuk meningkatkan status gizi.

Pada gangguan ventilasi pada PPOK tidak dapat mengeluarkan CO2 yang
terjadi akibat metabolisme karbohidrat. Komposisi nutrisi yang seimbang dapat
berupa tinggi lemak rendah karbohidrat. Kebutuhan protein seperti pada umumnya,
protein dapat meningkatkan ventilasi semenit oxigen comsumptiondan respons
ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapni. Tetapi pada PPOK dengan gagal napas
kelebihan pemasukan protein dapat menyebabkan kelelahan. Diperlukan
keseimbangan antara kalori yang masuk dengan kalori yang dibutuhkan. Dianjurkan
pemberian nutrisi dengan komposisi seimbang, yakni porsi kecil dengan waktu
pemberian yang lebih sering, bila perlu nutrisi dapat diberikan secara terus menerus
(nocturnal feedings) dengan pipa nasogaster.

Pasien yang merokok membutuhkan asupan vitamin C yang lebih tinggi


dibandingkan asupan normal. Selain itu, mineral bertanggung jawab terhadap proses
kontraksi otot seperti kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) yang penting untuk
dimonitoring karena seluruh kontraksi otot perlu bernafas.

Respiratory quotient (RQ) merupakan rasio antara karbondioksida dengan


oksigen yang dikonsumsi oleh organisme pada waktu tertentu. Terdapat perbedaan
jumlah karbondioksida yang diproduksi ketika masing-masing makronutrien
(karohidrat, lemak dan protein) yang dikonsumsi. RQ untuk karbohidrat adalah 1,
lemak adalah 0.7, dan protein adalah 0.8. Maka baik untuk pasien PPOK untuk
meningkatkan asupan lemak dan menurunkan asupan karbohidrat sehingga dapat
menurunkan kadar CO2 dalam darah. Anjuran asupan karbohidrat sebanyak 40-55%,
lemak sebanyak 30-45% dan protein sebanyak 15-20% dari total kalori sehari.

4. Kanker
Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak
terkendali dan kemampuan sel abnormal tersebut untuk menyerang jaringan biologis
di sekitarnya, baik dengan pertumbuhan langsung (invansi) maupun menyebar ke
organ yang jauh (metastasis).
Kanker dapat menyebabkan efek merugikan yang berat bagi status gizi. Tidak
hanya sel kanker yang mengambil zat gizi dari tubuh pasien, tapi pengobatan dan
akibat fisiologis dari kanker dapat mengganggu dalam mempertahankan kecukupan
gizi. Beberapa efek potensial dari kanker terhadap gizi :
Kehilangan berat badan akibat:

a. Berkurangnya makanan yang masuk, mungkin diinduksi oleh perubahan kadar


neotransmiter (serotin) pada susunan saraf pusat; peningkatan kadar asam laktat yang
diproduksi oleh metabolisme anaerob, metode metabolisme yang disenangi oleh
tumor; stres psikologis, disguesia (perubahan dalam pengecapan); dan tidak suka
terhadap makanan tertentu. Sekitar 70% dari individu dengan kanker mengalami
keengganan atau tidak suka pada makanan tertentu, karena perubahan ambang
pengecapan terhadap beberapa komponen bau dan rasa.

b. Meningkatnya kecepatan metabolisme basal.


c. Meningkatnya glukoneogenesis (produksi glukosa dengan pecahan glikogen,
lemak, dan
protein tubuh) yang disebabkan oleh ketergantungan tumor pada metabolisme
anaerob.

d. Penurunan sintesis protein tubuh “Kaheksia kanker” adalah bentuk malnutrisi


berat yang ditandai dengan anoreksia, cepat kenyang, penurunan berat badan,
anemia, lemah, kehilangan otot. Walaupun dukungan gizi yang adekuat dapat
membantu mencegah kehilangan otot dan berat badan, hanya terapi kanker yang
sukses yang dapat memperbaiki/mengembalikan sindrom kaheksia kanker ini.

Kebutuhan kalori:

Perkiraan : stres berat; malabsorpsi : 35 kkal/kg

Kebutuhan protein :

a. Pasien kanker tanpa stres : 1 – 1.2 g/kg


b. Hiperkatabolik : 1.2 – 1.6 g/kg
c. Stres berat : 1.5 – 2.5 g/kg
d. Transplantasi sel punca hematopoetik : 1.5 – 2 g/kg

Kebutuhan lemak :

± 30% dari total energi

Kebutuhan mikronutrien :

Kesulitan makan / anoreksia Perlu suplementasi vitamin & mineral. Menurut American
Institute for Cancer Research (AICR) pada pasien kanker yang menjalani terapi radiasi dan
kemoterapi sebaiknya tidak mengkonsumsi suplementasi vitamin dan mineral yang berperan
sebagai antioksidan dalam jumlah yang melebihi upper of safe intake yaitu vitamin C 2000
mg/hari, vitamin E 250 mg/hari, dan selenium 400ug/hari. Anjuran konsumsi kalium, natrium
dan chlorida masing-masing 45 – 145 meq/hari, calcium 60 meq/hari, magnesium 35
meq/hari, dan fosfat 23 mmol.

Branched Chain Amino Acids :

(Valin, Isoleucine, Leucine)

-Asam amino esensial, untuk fungsi sel normal

-Memperbaiki sistem imun, morbiditas dan QOL


-Memperbaiki keseimbangan nitrogen dan sintesis protein

-Meningkatkan nafsu makan  me↑ kecukupan kalori

•Perbaikan anoreksia : n=25 pasien kanker

BCAA vs plasebo : 55% vs 16%; p<0,05

OMEGA 3 : Eicosapentaenoic Acid (EPA)

- EPA : asam lemak tak jenuh ganda (PUFA)


- Menghambat penurunan berat badan, membantu me↑ berat badan, dan me↑
harapan respons terapi.
- EPA secara bermakna mengurangi proses peradangan yang menyebabkan gangguan
nutrisi pada pasien kanker.
DAFTAR PUSTAKA

Giajati, sukma. 2017. “Gambaran Konsumsi Gizi Pada penyandang Diabetes Melitus”.
(Proposal Penelitian). Semarang:UNDIP

Rachmawati. 2014. “Hubungan Pengetahan Gizi Dengan Asupan Energi, Protein, Phosphor,
Dan Kalium Pasien Penyakit Ginjal Kronik Dengan Hemodialisis Rutin Di Rsud
Tugurejo Semarang” Journal of Nutrition College, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014,
Halaman 271-277. Semarang:UNDIP

Winaktu. 2016. “Pemberian Nutrisi Pada Pasien Payah Ginjal Kronik”. J. Kedokt Meditek
Volume 22, No. 60. Jakarta : UKRIDA

Enderina. 2016. “Gambaran Status Gizi Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Di
Rawat Inap Rsud Arifin Achmad Pekanbaru” JOM FK Volume 3 No. 2.

Marischa. 2017. “Malnutrisi Pada Pasien Kanker”. Medula, Volume 7, Nomor 4 . Lampung :
UNILA

Anda mungkin juga menyukai