Anda di halaman 1dari 16

Macam-macam Hazard

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu faktor penting dalam
kelancaran produksi sehingga program K3 harus diterapkan di perusahaan dan bukan
hanya sekedar wacana. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi dalam
lingkungan kerja yang dapat terjadi karena kondisi lingkungan kerja yang tidak aman
ataupun karena human error. Dari data historis pada tahun 2013 terdapat 22 kali
kecelakaan kerja. Setelah diteliti ternyata terdapat kecelakaan kerja kecil sebesar
90%, kecelakaan sedang sebesar 5% dan kecelakaan berat sebesar 5%. Sistem
manajemen K3 juga dinyatakan dalam Undang-undang Tenaga Kerja yang baru
disahkan (UU No. 13/ 2003), yaitu pada pasal 86 dan pasal 87. Pada pasal 86, undang
undang tersebut menetapkan bahwa setiap pekerja/ buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan atas
moral dan kesusilaan, dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama. Pada pasal 87, undang-undang tersebut menyebutkan bahwa
setiap perusahaan harus menerapkan sistem manajemen K3, untuk diintegrasikan
dalam sistem manajemen umum perusahaan. (1)

Dalam terminology keselamatan dan kesehatan kerja (K3), bahaya diklasifikasikan


menjadi 2 (dua), yaitu: (2)

1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)


Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulnya kecelakaan yang dapat
menyebabkan luka (injury) hingga kematian, serta kerusakan property perusahaan.
Dampaknya bersifat akut. Jenis bahaya keselamatan antara lain:

I. Bahaya Mekanik

Dapat disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik seperti tersayat,
terjatuh, tertindih dan terpeleset.

II. Bahaya Elektrik

Sentuhan langsung dan sentuhan tidak langsung dari pekerja pada


instalasi listrik bisa menimbulkan bahaya atau tidak tergantung dari
tegangan, arus, waktu serta kondisi badan manusia. Besarnya voltase
tegangan serta waktu maksimum yang diijinkan untuk tersentuh oleh
pekerja berdasarkan IEC (Ion Energy Card) adalah:

Tabel 1. Tegangan sentuh yang diijinkan oleh IEC (5)

Tegangan Sentuh (Volt) Waktu maksimum yang diijinkan


(detik)
<50 ~

50 5

75 1

90 0,5

110 0,2

150 0,1

220 0,05

280 0,03

III. Bahaya Kebakaran

Kebakaran merupakan kejadian yang dapat menimbulkan kerugian


pada jiwa, peralatan produksi, proses produksi dan pencemaran
lingkungan kerja. Khususnya pada kejadian kebakaran yang besar
dapat melumpuhkan bahkan menghentikan proses usaha, sehingga ini
memberikan kerugian yang sangat besar. Kebakaran sendiri dapat
disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat flammable (mudah
terbakar) (4)

2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)

Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan, menyebabkan gangguan


kesehatan dan penyakit akibat kerja, dampaknya bersifat kronis. Jenis bahaya
kesehatan antara lain:

A. Bahaya Fisik:

I. Kebisingan

a) Pengertian kebisingan

Bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki bagi manusia. Terdapat


dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan
intensitasnya.(3)

Biasanya suatu kebisingan terdiri atas campuran sejumlah


gelombang sederhana dari beraneka frekuensi. Telinga manusia
mampu mendengar frekuensi antara 16 – 20.000 Hz. Sedangkan
intensitas kebisingan yang dianjurkan bedasarkan Kep. Men. No. 51
tahun 1999 adalah 85 dB untuk 8 jam kerja. Adapun tingkat paparan
kebisingan maksimal selama satu hari pada ruang proses produksi
berdasarkan KepMenKes RI No 261/MenKes/SK/II/1998:

Tabel 1. Tingkat Paparan Kebisingan (3)

No Tingkat Pemaparan Harian


kebisingan
Lama kerja/hari
NAB: dB

1 85 8 jam

2 88 4 jam

3 91 2 jam

4 94 1 jam

5 97 30 menir

6 100 15 menit

NAB = Nilai Ambang Batas

dB = desibel

b) Jenis kebisingan

Jenis kebisingan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut: (3)

1) Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi luas,


misalnya mesin-mesin, kipas angin, dan dapur pijar.

2) Kebisingan kontinyu dengan spektrum 
frekuensi sempit,


misalnya gergaji sirkuler, 
dan katup gas. 


3) Kebisingan terputus-putus (intermittent) 
misalnya bising lalu


lintas, suara kapal terbang di lapangan udara. 


4) Kebisingan impulsif, misalnya pukulan tukul, tembakan bedil,


dan ledakan.

5) Kebisingan impulsif berulang seperti mesin tempa di


perusahaan

c) Pengaruh bising (3)


1) Efek psikologis: stress, kelelahan, hlang efisiensi, dan
ketidaktenangan
2) Efek fisiologis: kerusakan pada indra pendengar yang bisa
menyebabkan ketulian
3) Efek terhadap tenaga kerja:

 Mengurangi kenyamanan dalam bekerja

 Mengganggu komunikasi atau percakapan antarpekerja

 Mengurangi konsentrasi

 Menurunkan daya dengar, baik yang bersifat sementara maupun


permanen

 Tuli akibat kebisingan

d) Pengukuran kebisingan (3)

Pengukuran kebisingan biasanya dilakukan dengan tujuan


memperoleh data kebisingan di perusahaan atau dimana saja,
sehingga dapat dianalisis dan dicari pengendaliannya.

Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan adalah:

 Sound level meter dengan satuan intensitas

kebisingan desibel (dB). Alat ini mampu mengukur kebisingan


antara 30-130 dB dan frekuensi antara 20-20000 Hz. Alat
kebisingan yang lain adalah yang dilengkapi dengan octave band
analyzer dan noise dose meter.1

 Audiogram

Alat untuk mengukur ambang pendengaran seseorang pada


frekuensi tertentu, dengan tingkat minimum suara yang masih
dapat didengar pada setiap frekuensi dibandingkan dengan ambang
rata-rata pendengaran dewasa normal, dan perbedaaan dalam
desibel di antara 2 ambang di setiap frekuensi dalam bentuk grafik
audiogram.

e) Cara mengurangi akibat kebisingan (3)

 Mengurangi pajanan bising 
(perbaikan/perubahan


secara teknik). 


 Memeriksa pendengaran periodik. 


 Penggunaan APD. 

II. Getaran

a) Pengertian getaran

Getaran adalah gerakan bolak-balik cepat (reciprocating),


memantul ke atas dan ke bawah atau ke belakang dan ke depan.
Gerakan tersebut terjadi secara teratur dari benda atau media
dengan arah bolak balik dari kedudukannya.(4) Adapun NAB (Nilai
Ambang Batas) getaran maksimal dalam satu hari, sebagai berikut:

Tabel2. Nilai Ambang Batas getaran (5)

Jumlah waktu pemajaman Nilai percepatan pada frekuensi


dominan
Perhari kerja
M/det 2 gravitasi
4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,40

2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61

1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81

Kurang dari 1 jam 12 1,22


1G = 9.81m/det2

b) Jenis getaran

1) Getaran seluruh tubuh (whole body vibration) Getaran seluruh


tubuh dapat terjadi bila seluruh tubuh dirambati oleh getaran.
Getaran akan merambat tubuh pada posisi duduk di kursi, saat
berdiri atau pada posisi terlentang di lantai/ tempat yang
bergetar. NAB (Nilai Ambang Batas) untuk getaran seluruh
tubuh adalah 0.5 m/detik2.(5) Getaran seluruh tubuh ini dapat
mengakibatkan: denyut jantung meningkat, uptake oksigen
meningkat, pengaruh pada hemodinamik aliran darah sentral
maupun perifer.(3)

2) Getaran tangan-lengan (tool-hand vibration) dihubungungkan


dengan getaran yang menggunakan peralatan tangan. Alat
manual yang pada waktu bekerjanya bergetar dan
mengakibatkan getaran mekanis pada tangan dan lengan banyak
terdapat dan digunakan di perusahaan. Hand Arm Vibration
atau getaran lengan tangan, sering disebut juga vibrasi
segmental. Getaran jenis ini dapat memapari tubuh pekerja
karena adanya perambatan getaran dari mesin atau peralatan
kerja yang bergetar ke tangan pekerja. NAB (nilai ambang
batas) untuk getaran tangan-lengan adalah 4 m/detik2 Getaran
jenis ini dapat mengakibatkan: The hand arm vibration
syndrome (HAVS).(5)

c) Pengaruh getaran:(3)

 Gangguan kenyamanan kerja; pengaruh getaran kepada


tenaga kerja hanya terbatas pada tidak dimungkinkannya
bekerja secara nyaman.

 Terganggunya tugas yang terjadi bersamaan dengan cepat


timbulnya kelelahan.

 Gangguan dan bahaya kesehatan.

d) Perlindungan terhadap getaran

getaran suatu benda dapat dihindari dengan meletakan peredam di


bawah benda itu terhadap benda yang bergetar, asalkan frekuensi
diri dari bahan jauh lebih rendah dari frekuensi- frekuensi
getaran.(3)

III. Radiasi

a) Jenis radiasi:(3)

1) Radiasi elektromagnetis

 gelombang mikro (gelombang radio, televisi, radar dan


telepon)

Gelombang mikro mempunyai frekuensi 30 kilo hertz –


300 giga hertz dan panjang gelombang 1 mm – 300 cm.
Radiasi gelombang mikro yang pendek < 1 cm yang
diserap oleh permukaan kulit dapat menyebabkan kulit
seperti terbakar. Sedangkan gelombang mikro yang
lebih panjang (> 1 cm) dapat menembus jaringan yang
lebih dalam. (4)

 radiasi laser
 radiasi panas
 sinar infra merah
 sinar ultra ungu ( sinar matahari, las listrik,
laboratorium yang menggunakan lampu penghasil
sinar ultra violet)
Panjang felombang sinar ultra violet berkisar 1 – 40
nm. Radiasi ini dapat berdampak pada kulit dan
mata.(4)

 sinar X (Ro)
 sinar Gama.

2) Radiasi radioaktif, yaitu: radiasi atau sinar dari zat


radioaktif

b) Pengaruh radiasi:(3)

 Radiasi gelombang mikro: problematika radiasi sehubungan


dengan penggunaan gelombang mikro pada tingkat yang
membahayakan kesehatan atau keselamatan sudah
sewajarnya mendapat perhatian yang memadai. Pandangan
seperti itu menjadi lebih penting lagi mengingat
penggunaan gelombang mikro semakin meningkat. 


 Radiasi sinar laser kepada tenaga kerja adalah terhadap


mata dan kulit. 


 Radiasi sinar infra merah dapat menyebabkan katarak pada


mata. 


 Radiasi sinar ultra ungu dapat menyebabkan konyungtivitis


fotoelektrika. 


 Radiasi sinar radioaktif dapat menyebabkan penyakit


kanker. 


c) Pengendalian dan pencegahan efek radiasi:(4)

 Sumber radiasi tertutup;


 Berupaya menghindari atau berada pada jarak yang sejauh
mungkin dari sumber- sumber radiasi tersebut;
 Berupaya agar tidak terus menerus kontak dengan benda
yang dapat menghasilkan radiasi sinar tersebut;
 Memakai alat pelindung diri;
 Secara rutin dilakukan pemantauan

IV. Iklim Kerja

a) Pengertian iklim kerja

Menurut Suma’mur
adalah kombinasi dari suhu udara,


kelembaban udara, kecepatan gerakan, dan suhu radiasi.
Kombinasi keempat faktor tersebut bila dihubungkan dengan
produksi panas oleh tubuh dapat disebut dengan tekanan panas.
Dari suatu penelitian diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja
manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur
sekitar 24 derajat Celsius sampai 27 derajat Celsius.(3) Suhu
nyaman pada saat bekerja adalah antara 24°C - 26°C, dan selisih
suhu di dalam dan di luar tidak lebih dari 5°C. Kelembaban udara
yg baik berkisar antara 65% - 95%. NAB (Nilai Ambang Batas)
iklim kerja berdasarkan ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) yang
diperkenankan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel3. ISBB yang diperkenankan(5)

Pengaturan waktu kerja setiap jam ISBB (c)

Beban kerja

Waktu kerja Waktu istirahat Ringan Sedang Berat

Kerja terus - 30,0 26,7 25,0


menerus (8 jam
sehari)

75% 25% 30,6 28,0 25,9

50% 50% 31,4 29,4 27,9

25% 75% 32,2 31,1 30,0

 Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 - 200 Kkal/jam


 Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200 - 350 Kkal/jam

 Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350 - 500 Kkal/jam

b) Jenis iklim kerja (3)

1) Iklim kerja panas

Merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat


disebabkan oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara,
suhu radiasi, dan sinar matahari. Panas sebenarnya
merupakan energi kinetik sebagai hasil samping
metabolisme dan panas tubuh yang dikeluarkan ke
lingkungan sekitar. Agar tetap seimbang antara pengeluaran
dan pembentukan panas maka tubuh mengadakan usaha
pertukaran panas dari tubuh ke lingkungan sekitar melalui
kulit dengan cara konduksi, konveksi, radiasi dan
evaporasi.

 Konduksi, merupakan pertukaran di antara tubuh dan


benda-benda sekitar dengan melalui sentuhan atau kontak.
Konduksi akan menghilangkan panas daripada tubuh
apabila benda-benda sekitar lebih dingin suhunya, dan akan
menambah panas kepada tubuh apabila benda-benda sekitar
lebih panas daripada tubuh manusia.

 Konveksi, adalah petukaran panas dari badan dengan


lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh. Pada
proses ini pembuangan panas terbawa oleh udara disekitar
tubuh.

 Radiasi, merupakan tenaga dari gelombang elektromagnetik


dengan panjang gelombang yang lebih panjang dari sinar
matahari.

 Evaporasi, adalah keringat yang keluar melalui kulit akan


cepat menguap bila udara di luar badan kering dan terdapat
aliran angin sehingga terjadi pelepasan panas di permukan
kulit, maka cepat terjadi penguapan yang akhirnya suhu
badan bisa menurun.

Terhadap paparan cuaca kerja panas, secara fisiologis tubuh


akan berusaha menghadapinya dengan maksimal, dan bila
usaha tersebut tidak berhasil akan timbul efek yang
membahayakan. Karena kegagalan tubuh dalam
menyesuaikan dengan lingkungan panas maka timbul
keluhan- keluhan sepert kelelahan, heat cramps, heat
exhaustion, dan heat stroke.

2) Iklim kerja dingin

Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi kerja


dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot.
Kondisi semacam ini dapat meningkatkan tingkat kelelahan
seseorang.

c) Pengukuran iklim kerja (3)

Untuk mengetahui iklim kerja disuatu tempat kerja dilakukan


pengukuran besarnya tekanan panas salah satunya dengan
mengukur ISBB atau Indeks Suhu Basah dan Bola (Tim Hiperkes,
2004), macamnya adalah:
1) Untuk pekerjaan diluar gedung


ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu


kering
2

2) Untuk pekerjaan didalam gedung


ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi

Alat yang dapat digunakan adalah Arsmann psychrometer untuk


mengukur suhu basah, temometer kata untuk menguku kecepatan
udara dan termometer bola untuk mengukur suhu radiasi. Selain
itu pengukuran iklim kerja dapat mengunakan questemt digital.
0
Adapun standar NAB iklim kerja adalah 28 C (Kep.Men
no.51/Men/1999).

d) Pengaruh yang dapat ditimbulkan dari iklim kerja yang buruk: (3)

1) Kelelahan


Orang bekerja maksimal 40 jam/minggu atau 8 jam sehari.


Setelah 4 jam bekerja seseorang harus beristirahat, karena
terjadi penurunan kadar gula dalam darah.
Tenaga kerja
akan merasa cepat lelah karena pengaruh lingkungan kerja
yang tidak nyaman akibat tekanan panas.

2) Heat cramps, dapat terjadi sebagai akibat bertambahnya


keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari
dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang otot,
lemah dan pingsan


3) Heat exhaustion, biasanya terjadi karena cuaca yang sangat


panas terutama bagi mereka yang belum beradaptasi
tehadap udara panas tubuh kehilangan cairan dan elektrolit.

Penderita biasanya mengeluarkan keringat banyak tetapi
suhu badan normal atau subnormal, tekanan darah
menurun, denyut nadi lebih cepat

4) Heat stroke, terjadi karena pengaruh suhu panas yang


sangat tinggi, sehingga suhu badan naik, kulit kering dan
panas. Heat stroke dapat mengakibatkan thermoregulatory
terganggu, jantung berdebar, nafas pendek dan 
cepat,
tekanan darah naik atau turun, tidak berkeringat, suhu
badan tinggi dan hilang kesadaran. 
(3,5)

5) Prickly heat/heat rash/mikaria rubra yaitu timbulnya


bintik-bintik merah di kulit dan agak gatal 
karena
terganggunya fungsi kelenjar keringat. 
(5)

e) Pengendalian iklim kerja (5)

 Isolasi Sumber Panas 


 V entilasi umum 


 Permeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala dan secara


khusus. 


 Penyediaan air minum dalam jumlah yang memadai. 


 Menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan. 


 Pengaturan lamanya kerja dan istirahat 


 Alat pelindung diri (APD) yang terdiri dari kacamata (goggles),


topi, celemek, pakaian kerja 
yang dilapisi dengan alumunium, sarung
tangan kulit (gauntlets), dan sepatu kerja. 


V. Penerangan

a) Pengertian penerangan

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan


seorang tenaga kerja melihat pekerjaannya dengan teliti, cepat, dan
tanpa upaya yang tidak perlu, serta membantu menciptakan
lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan.(3) Penerangan
yang baik adalah penerangan yang tidak menyilaukan, tidak
menimbulkan panas berlebih, tidak menghasilkan gas, tidak
menimbulkan bayangan kontras, tidak berkedip dan pencahayaan
merata. Sumber penerangan terdiri atas cahaya alam atau matahari
serta cahaya buatan berupa lampu filamen (pijar), fluoresen (neon)
dan merkuri. Untuk pencahayaan matahari, luas jendela yang
dianjurkan adalah 1/10 sampai 1/6 luas lantai.(5) adapun standar
penerangan berdasarkan Peraturan Menteri Perburuhan No.7 th
1964

Tabel4. Standar Iluminasi (Penerangan) (3)

Kerja Standar Penerangan


Pekerjaan kasar, rutin, detail besar, bahan 100-200 lux
kontras jelas


Pekerjaan sedang tanpa konsentrasi besar


200-500 lux
Pekerjaan halus, kontras kurang,
pekerjaan luas, menyangkut inspeksi dan
bahan baku mutu
500-1.000 lux

Pekerjaan sangat halus, tepat dan teliti


1.000-2.000 lux

b) Jenis penerangan (3)

 Penerangan diklasifikasikan berdasarkan cara


pendistribusiannya menjadi:

1) Penerangan langsung (direct lighting), hampir semua


cahaya didistribusikan ke bawah (90- 100%), paling efisien
digunakan karena banyaknya cahaya yang mencapai
permukaan kerja adalah maksimum, namun sering
menimbulkan bayangan dan kesilauan (bila cahaya terlalu
kuat).

2) Penerangan semi langsung (semi-direct lighting), distribusi


cahaya diarahkan ke bawah (60-90%)


3) General difuse, kurang lebih 40-60% cahaya diarahkan ke


bawah dan 40-60% diarahkan ke atas.

4) Semi-indirect lighting, 60-90% cahaya didistribusikan ke


arah atas dan 10- 40% ke arah bawah, untuk itu nilai
pantulan dari langit-langit harus tinggi agar cahaya lebih
banyak yang dipantulkan ke bawah.

5) Indirect lighting, distribusi cahaya ke atas 90- 100%, tidak


menimbulkan bayangan dan kesilauan, tetapi mengurangi
efisiensi cahaya.

 Adapun tipe penerangan yang dapat digunakan di


perusahaan adalah:

1) Penerangan umum (general lighting)



2) Penerangan lokal (localized general ligting)

c) Pengukuran penerangan (3)

Pengukuran intensitas penerangan dilakukan dengan menggunakan


alat Luxmeter atau lighmeter. Alat ini bekerja berdasarkan
pengubahan energi cahaya menjadi energi listrik oleh photo
electric cell.
Intensitas penerangan diukur dengan dua cara,
yaitu:


1) Penerangan umum, diukur setiap meter persegi luas lantai,


dengan tinggi pengukuran kurang lebih 85 cm dari lantai.

2) Penerangan lokal, diukur di tempat atau meja kerja pada


obyek yang dilihat oleh tenaga kerja.

Intensitas penerangan dinyatakan dalam Lux.

d) Pengaruh penerangan (3)

Penerangan yang baik dapat memberikan keuntungan pada tenaga


kerja:

 peningkatan produksi dan menekan biaya

 memperbesar kesempatan dengan hasil kualitas yang


meningkat

 menurunkan tingkat kecelakaan kerja

 memudahkan pengamatan dan pengawasan

 mengurangi ketegangan mata

 mengurangi terjadinya kerusakan barang-barang yang


dikerjakan.

Penerangan yang buruk dapat berakibat:

 kelelahan mata

 memperpanjang waktu kerja

 keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala

 kerusakan indra mata

 kelelahan mental
 menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja.

e) Pengendalian masalah penerangan (3)

 Pemilihan lampu yang tepat, untuk tujuan penyelenggaraan


penerangan yang baik.

 Penempatan sumber cahaya terhadap meja dan mesin juga


diperhitungkan letak jendela terhadap kemungkinan timbulnya
kesilauan.

 Penggunaan alat pelapis yang tidak mengkilat atau mengkilat


untuk hal-hal tertentu.

 Penyaringan sinar matahari langsung.

B. Bahaya Kimia,

a) Pengertian bahaya kimia

Bahan kimia adalah semua bahan baku yang digunakan dalam


proses produksi dan atau proses kerja, serta sisa-sisa proses
produksi dan atau proses kerja. Bahan ini dapat berbentuk padatan
seperti debu, serat, atau partikel yang berasal dari debu rokok, debu
logam, debu mineral (silika, asbes); cairan misalnya semprotan
pembasmi seranggga; serta gas atau uap seperti O2, N2, CO2, Pb,
NO2, H2S, dan lain-lain.(5)

b) Pengendalian bahaya kimia

Faktor kimia dapat dikendalikan secara mekanis atau teknis untuk


mengeliminasi atau mengurangi pemaparan melalui cara-cara
substitusi, otomatisasi, isolasi sumber kontaminan, segregasi
(proses pemisahan/pemencilan) dan penyediaan ventilasi.(5)

C. Bahaya Ergonomi

Faktor ergonomi yang menyebabkan gangguan kesehatan kerja adalah


mencakup posisi kerja, cara Kerja, tata letak, dan beban kerja. Beberapa faktor
lain yang harus diperhatikan dalam penerapan ergonomi yaitu faktor manusia
sebagai pelaku/pengguna menjadi titik sentralnya, faktor antropometri yang
digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu sarana kerja sesuai dengan
ukuran tubuh penggunanya dimana ukuran alat kerja menentukan sikap, gerak
dan posisi tenaga kerja, dengan demikian penerapan anthropometri diperlukan
guna menjamin sistem kerja yang baik, dan yang terakhir adalah semua faktor
yang berhubungan dengan sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, seperti
penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang memiliki ukuran
tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi akan berpengaruh
terhadap hasil kerjanya. Oleh karna itu perlu diperhatikan penggunaan kursi yang
sesuai standar (ergonomi). Ukuran dan karakteristik kursi kerja yang baik
ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel5. Ukuran kursi kerja menurut Oborne


Desain kursi Ukurun (cm)

Tinggi penyangga punggung 48-63


Lebar penyangga punggung 35-38
Tinggi kursi 43-50
Lebar alas dudukan 40-43
Panjang alas dudukan 35-40
Tinggi penyangga lengan (dari alas dudukan) 2-24

D. Bahaya Biologi

a) Pengertian bahaya biologi

Berkaitan dengan makhluk hidup yang berada di lingkungan kerja


yaitu bakteri, virus, protozoa dan fungi (jamur) yang bersifat
patogen. Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh
pekerja melalui beberapa cara yaitu inhalasi (pernafasan), digesti
(pencernaan), serta kontak melalui kulit, mata, hidung dan mulut.
Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh faktor biologi adalah infeksi,
parasit dalam tubuh, menghasilkan toxin atau racun bagi tubuh,
reaksi alergi serta iritasi.(5)

b) Pengendalian bahaya biologi:(5)

 Gunakan peralatan yang bersifat melindungi dari bahaya


kontak langsung (safety equipment and facility design). 


 Peran pekerja dalam pengendalian bahaya di tempat kerja


(worker initiated workplace controls). 


 Bekerja dengan azas kehati – hatian (carefully executed


techniques). 


 Gunakan alat pelindung diri. 



E. Bahaya Psikologi

Faktor psikologi penyebab gangguan kesehatan kerja lebih disebabkan oleh


stress kerja karena adanya hubungan dengan orang (relationship), hubungan
dengan pekerjaan, dan hubungan dengan lingkungan kerja.(5)

DAFTAR PUSTAKA:
1. Restuputri DP, Sari RP. Analisis kecelakaan kerja dengan menggunakan metode
hazard and operability study (HAZOP). Jurnal ilmiah teknik industri. 2015;14(1).

2. Ratnasari ST. Analisis resiko keselamatan kerja pada proses pengeboran panas
bumi rif darat #4 PT APEXINDO pratama duta Tbk tahun 2009. FKMUI. 2009

3. Agus, Hudyono. Penayakit akibat kerja disebabkan faktor fisik. J kedokt. Meditek.
2011;17(43).

4. International Labour Organization Jakarta. Keselamatan dan kesehatan kerja


(sarana untuk produktivitas). Available at:
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/publication/wcms_237650.pdf. Diakses pada 31 Oktober 2017

5. Soleman A, Sitania FD. Pedoman kesehatan dan keselamatan kerja industry


kerajinan kerang mutiara. Arika. 2011.

Anda mungkin juga menyukai