Anda di halaman 1dari 12

SKABIES

ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT

ANATOMI

kulit dibagi menjadi epidermis, dermis, dan subkutis (adneksa kulit)

1) EPIDERMIS
 Lapisan paling luar
 Ketebalan berbeda-beda: tebal (1mm: telapak tangan,kaki), tipis (0,1mm: kelopak
mata, pipi, dahi)
 Tidak memiliki pemb. Darah, mendapat nutrisi melalui proses difusi lewat
dermoepidermal juncrtion

Lapisan: stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum basalis

a) Stratum korneum:
 Terdiri dari 25-30 lapisan keratinosit yang sudah mati (korneosit) yang
berfungsi untuk beri penguatan terhadap trauma mekanis, produksi sitokin
dan perlindungan terhadap UV
 Sebagai water, mikroba, dan injury barrier
 mencegah terjadinya penguapan air dari lapis-lapis kulit lebih dalam
sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit,
b) Stratum Lucidum
 Hanya terlihat pada orang yang memiliki kulit yang tebal
 Terdiri dari 3-5 lapisan keratinosit mati yang jernih
c) Stratum granulosum
 2-5 lapis keratinosit dan sel langerhans
 Mengandung lamellar granules/keratohyalin granules (KG)
d) Stratum spinosum
 8-10 lapis Keratinosit berbentuk polygonal dan sel langerhans
 Desmosome: penyambung antar sel keratinosit (struktur mirip taji/spina)
untuk menahan trauma fisik)
 Mempertahankan kekuatan dan kelenturan kulit
e) Stratum basalis/stratum germinativum
 Lapisan sel keratinosit kuboid/kolumnar/toraks yang berjajar tegak lurus
diatas lapisan lamina basalis yang didalamnya terjadi proses mitosis dan
akan bergeser ke lapisan atas sambil mengalami proses keratinisasi 
apoptosis (sekitar 4 minggu)
 Terdapat sel melanosit, langerhans

`Tipe sel: sek keratinosit, melanosit, Langerhans, merkel


a) Keratinosit
 Sel yang menyusun 90% lapisan epidermis
 Tersusun atas keratin yang mengalami diferensiasi dari struktur yang
dalam ke luar dan berakhir pd stratum korneum yang keratinositnya sudah
tidak berinti
b) Sel melanosit
 Menyusun 8% lapisan epidermis
 Menghasilkan pigmen melanin, menyerap energy radiasi dari sinar
matahari, dan melindungi kulit dari paparan sinar UV
 Berasal dari neural crest dan terakumulasi dalam organel melanosom yang
akan diakumulasikan oleh dendritic ke sekitar keratinosit
 ditemukan di lapisan basal epidermis dan folikel rambut, retina, saluran
uveal, dan leptomening.
c) Sel Langerhans
 Berasal dari sum-sum tulang dan bermigrasi ke epidermis
 Berfungsi sebagai antigen presenting cells  menelan antigen asing 
mengolah menjadi fragmen peptide kecil  mempresentasikan ke limfosit
 aktivasisistem kekebalan tubuh
 Mudah rusak oleh sinar UV
d) Sel merkel
 Berasal daari neural crest
 Berfungsi untuk sensasi sentuhan ringan
2) DERMIS
Dibagi menjadi 2 lapisan:
a) Dermis papiler
 Bagian superfisial dari dermis
 Terdiri dari jaringan ikat longgar, serat elastis, serat retikuler, dan
beberapa serat kolagen
b) Dermis reticular
 Pembuluh darah
 Serabut elastis, dan serabut kolagen
 Fibroblast, sel mast, ujung saraf limfatik
 Mengandung folikel rambut, saraf, kel. Sebasea, dan kel. Sudorifera
#fungsi serabut elastin: memberi elastisitas pada kulit
#fungsi serabut kolagen (70% di dermis): memberi ketangguhan dan kekuatan structural

3) HIPODERMIS/SUBKUTIS
 Mengandung jaringan ikat dan jaringan adipose (Lemak subkutan)
 Bayi dan orang tua kurang dari orang dewasa Karena itu lebih peka terhadap
dingin

FISIOLOGI
Fungsi Sistem Integumener
• Perlindungan tubuh:
 Terhadap fisik (sel keratin dan gikolipid)
 Keratin membantu kulit tahan air dan melindungi dari lecet dan bakteri
 Glikolipid mencegah difusi zat air dan zat larut air di antara sel
 Bahan kimia:
Sekresi kulit: human defensing (natural antibiotic), melanin (cegah kerusakan dari sinar
UV)
 Biological
 Sel Langerhans di epidermis menghadirkan antigen ke limfosit
 Makrofag kulit (garis pertahanan 2) - menyerang bakteri dan virus yang telah
menembus epidermis
• Mengatur suhu tubuh
 Saat panas: dilatasi pemb.darah di lapisan dermis, stimulasi aktivitas kel.
Keringat, evaporasi keringat dari kulit untuk membantu mengeluarkan panas dari
tubuh
 Saat dingin: konstriksi pemb.darah
• Sensory perception
 Meissner: sentuhan ringan
 Paccini: sensasi tekanan dan vibrasi
 Reseptor nyeri
 Suhu: Thermoreseptor: dingin: terstimulasi saat suhu tubuh mencapai 95F/35C-
41F/5C
Panas: terstimulasi saat suhu tubuh mencapai 86 F/30C-113F/45F
• Mengatur kehilangan air
• Sintesis kimia: sintesis vitamin D

DEFINISI

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei
var. hominis beserta produknya. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida,
ordo Acarina, famili Sarcoptidae.

EPIDEMIOLOGI

- Menjangkit semua umur, ras, dan tingkat ekonomi sosial.


- Di indo, angka kejadian skabies adlh 5,6-12,95% (Depkes RI), dan skabies menduduki urutan
ke 3 dari 12 penyakit kuilit tersering di indonesia.
- prevalensi tinggi di lingkungan dgn kepadatan penghuni dan kontak interpersonal yang tinggi
spt asrama, oanti asuhan, dan penjara.

MORFOLOGI

- tungau kecil berbentuk oval, punggunya


cembung dan bag., perutnya rata.
- ukuran betian 300-350 mikrometer & jantan
150-200 um (lbh kecil)
- stadium dewasa: punya 4 pasang kaki (2 psg
kaki depan, 2 belakang). fungsi kaki depan utk
melekat. Kaki belakang pada betina berakhir
dgn rambut, pd yg jantan kaki ke3 berakhir dgn
rambut dan kaki ke 4 sbg alat perekat.

- dapat hidup 2-3 hari pada temperature


ruangan, dan akan immobile pada suhu <20C

SIKLUS HIDUP

 seluruh siklus hidup terjadi pada


manusia
 Var lain bisa memiliki siklus hidup pada
mamalia seperti anjing, kucing, babi,
dan kuda mereka juga bisa mengiritasi kulit manusa, tetapoi tidak bisa bereproduksi pada
manusia

Telur terinkubasi dan menetas dalam 3-4 hari (90% akan mati)  larva (memiliki 3 pasang kaki)
bermigrasi ke kulit dan menggali terowongan di stratum korneum dalam 3-4 hari  menjadi
nimfa (4 kaki)  tungau dewasa melakukan kopulasi, tungau jantan mati setelah kopulasi
sedangkan tungau betina membuat terowongan serpentine menggunakan enzim proteolitik untuk
melarutkan stratum korneum epidermis dan menaruh telurnya  tungau betina terus
memperpanjang terowongan selama sisa hidupnya (1-2 bulan)

tungau dewasa msk ke dlm kulit manusia → membuat terowongan di stratum korneum (S. scabei
tdk bisa menembus lbh dlm dari lap. st. korneum) → tungau betina bertelur → telur menetas dlm
2-3 hari mjd larva → larva mjd nimfa dlm 3-4 hari

*tungau jantan akan mati stlh melakukan kopulasi/kdg bertahan hidup utk bbrp hari.

* pd sebagian infeksi, jumlah tungau betina ±10-15 ekor dan terkadang terowongan sulit utk
diidentifikasi

* siklus hidup S. scabei tjd sepenuhnya pada host (manusia), namun bs hidup di tmpt tidur,
pakaian, permukaan lain pd suhu kamar slm 2-3 hari dan masih mampu berinfestasi dan
menggali terowongan.

CARA PENULARAN

 Tungau betina merangkak dengan kecepatan 2,5cm/menir pada kulit yang hangat
 kontak dengan objek terinfestasi (cth: handuk, selimut, lapisan furnitur)
 hubungan langsung kulit ke kulit (dari orang yg carrier)

*orang yg terinfeksi Sarcoptes scabei dpt menyebarkannya tanpa menunjukan gejala.

PATOFISIOLOGI

tungau masuk ke dlm lapisan kulit → terbentuk lesi primer akibet infeksi s. scabei (umumnya
berupa terowongan) → ketika menggali terowongan, tungau mengeluarkan sekret yg dpt
melisiskan stratum korneum → sekret dan eskret tsb sebabkan sensitisasi shg timbul lesi
sekunder berupa papul, vesikell, pustul, kdg berupa bula. →apabila digaruk dpt terbentuk lesi
tersier berupa eskoriasi, eksematisasi, dan pioderma.

#sekret dan eskret  sensitisasi imun dan humoral  peningkatan Ig E di serum dan kulit  Ig
E pada kulit terikat pada sel mas ataupun sel basal  picu proses degranulasi (oleh komplemen)
 mediator reaksi alergi (vasoaktivamin) terlepas; histamine, heparin, serotonin

#histamin: mediator penyebab vasodilatasi, pengeluaran protein, rasa gatal, memicu repon
peradangan

 Tungau hanya dpt ditemukan pada lesi primer


 Terowongan berisi tungau, telur, dan hasil metabolisme. terowongan berwarna putih
abu2, tipis dan kecil spt benang dgn struktur linear/berkelok ± 10mm/1cm, hasil dari
pergerakan tungau dlm stratum korneum. Di ujung terowongan terdapat vesikel/papul.
terowongan dpt ditemukan bila belum tdpt lesi sekunder.
 Lesi primer bersifat sgt menular melalu krusta yg berisi tungau. krusta tsb menyediakan
makanan dan perlindungan bagi tungau shg tungau dpt bertahan hidup.
 Karena kelangsungan hidup S. scabei bergantung pd kemampuan utk bertelur, tungau ini
sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum korneum yang relatif lebih longgar
dan tipis seperti sela-sela jari tangan, telapak tangan bagian lateral, pergelangan tangan
bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita),
umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria).

GEJALA

4 tanda kardinal:
1. pruritus nokturna
2. menyerang sekelompok orang
3. ditemukan terowongan (kunikulus)
4. ditemukan parasit Sarcoptes scabei

- rasa gatal lebih hebat pada malam hari karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang
lebih lembab dan panas. Sensasi gatal yang hebat seringkali mengganggu tidur dan penderita
menjadi gelisah. pd paparan inisial gatal timbul setelah 3-4 mg, namun pd paparan ulang gatal
timbul dlm wkt bbrp jam. pd infeksi rekuren, gejala dpt timbul dlm 4-6 hari krn sudah ada reaksi
sensitisasi sblmnya.

KLASIFIKASI SKABIES

 Skabies berkrusta (skabies norwegia)


 ditandai dgn dermatosis berkrusta pd tangan dan kaki, kuku yg distrofikm,
skuama yg generalisata.
 sangat menular tapi rasa gatalnya sedikit.
 tungau dpt ditemukan dlm jumlah yg sgt banyak.
 terutama terjadi pd pasien dgn usia lbh tua, imunokompromais, retardasi mental,
dan psikosis.
 Skabies Nodular
 Nodular jika lama tidak diterapi
 Sering pada anak, bayi, immunocomprimised
 Nodul berwarna pink kecoklatan d: 2-20mm

FAKTOR RISIKO

yg memudahkan transmisi dan infestasi sarcoptes scabei

- sosio ekonomi rendah


- kebersihan buruk
- hubungan seksual yg bersifat promiskuitas
- kesalahan diagnosis
- perkembangan demografik (keadaan penduduk dan ekologi)

yang rentan terkena:

 anak-anak atau usia muda, dewasa muda yang aktif secara seksual, penghuni rumah
jompo, penghuni fasilitas kesehatan jangka panjang, penghuni sekolah berasrama,
penghuni tempat lain yang keadaannya ramai dengan kebersihan rendah
 orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah, dan pendapatan keluarga yang
rendah.
 pasien dengan presepsi sensori yang menurun seperti pada orang yang menderita kusta,
orang imunokompromais, dan orang berusia tua memiliki risiko tersendiri untuk penyakit
kulit ini.
 Individu yang mengalami hiposensitisasi ketika terinfestasi parasit seringkali tidak
menimbulkan keluhan klinis, namun menjadi pembawa (karier) bagi individu lain

DIAGNOSIS

Dapat diteggakan bila ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal / ditemukan Sarcoptes scabiei.

ANAMNESIS

 Riwayat dan pemeriksaan keluarga dan orang yang sering kontak


 Riwayat penyakit dahulu (pruiritus,eczema,peny kulit)

PEMERIKSAAN FISIK

- inspeksi :
1) LESI PRIMER
a) ditemukan terowongan/kunikulus berwarna putih keabuan dengan panjang 2-
10mm
 pd terowongan yg masih utuh, dpt ditemukan tungau dewasa, larva, nimfa,
maupun skibala yg merupakan poin diagnosis pasti.
 Letak lesi primer sering di pergelangan tangan, sela jari tangan, axilla, siku,
genitalia (skrotum), areola mammae
b) Nodul berwarna pink kecoklatan d: 2-20mm
c) Crusted scabies: lesi hiperkeratotis, berkrusta, kuku distrofik
2) LESI TERSIER (bekas garukan)
Excoriations, eczema, eritoderma, pioderma

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) cari terowongan  pada ujung terdapat papul/vesikel  dicongkel menggunakan jarum
 tari diatas object glass  tutup dengan kaca  mikroskop cahaya
2) menyikat dengan sikat dan tamping diatas kertas putih  kaca pembesar
3) biopsy irisan: lesi dijepit dengan 2 jari  buat irisan tipis dengan pisau  mikroskop
4) biopsy eksisional dan pewarnaan hematoksisilineosin
# pd kasus skabies klasik, jumlah tungau sedikit shg pelru bbp lokasi kerokan kulit.
5) PCR: ditemukan sarcpotes DNA pada skala epidermal
6) peningkatan Ig E dan eosinophilia

DIAGNOSIS BANDING

meliputi hampir semua dermatosis dengan keluhan pruritus, sehingga disebut juga "the greatest
imitator"

a) Prurigo : Biasanya berupa papul, gatal, predileksi bagian ekstensor ekstremitas, dan
biasanya gatal pada malam hari. Biasanya pada anak
b) Pedikulosis korporis: hanya bekas garukan dan biasanya disertai pembesaran kelenjar
getah bening regional
c) dermatitis

TATALKSANA

→ dilakukan kpd penderita dan seluruh anggota keluarga atau org yg dekat dgn penderita
meskipun tdk menimbulkan gejala.

syarat obat yg ideal: efektif thdp semua stadium tungau, tidak timbulkan iritasi dan tidak toksik,
tidak berbau, tdk mewarnai, tdk merusak pakaian, mudah diperoleh dan murah.

Tatalaksana umum meliputi:

 Obat:
 Permetrin krim 5%
 Aman dan efektif pd anak usia 2 bulan atau lebih, dan merupakan obat
pilihan untuk pengobatan skabies.
 Dpt membunuih tungau dan telur.
 Aplikasi hanya 1x dan diapus setalah 10 jam. bila belum sembuh dpt
diulang setelah seminggu.
 first line topical therapy for scabies
 efektif untuk mengontrol scabies, pada lingkungan yang endemis
 Krotamiton losio 10% dan Krotamiton krim 10%
 utk skabies pd dewasa.
 efek: sbg antiskabies dan antigatal.
 Sulfur presipitatum 5%-10%
 u/ skabies pd anak (bs u/ < 2 bln) & dewasa.
 tdk efektif ps stadium telur. penggunaan minimal 3 hari
 berbau, mengotori pakaian, dan bs sebabkan iritasi.
 Benzyl Benzoat Losio 25%
 efektif pd semua stadium
 penggunaan minimal 3 hari
 sulit diperoleh, sering sebabkan iritasi, bs bikin makin gatala dan panas.
 Gamma benzene hexachloride 1% krim (Lindane losio 1%)
 tdk dianjurkan sbg lini pertama. penggunaan berlebihan mjd raqcun bagi
otak dan bag. lain dr sistem saraf.
 Penggunaan lindane harus terbatas pada pasien yg alamiu gagal
pengobatan dgn obat lain.
 tdk boleh utk bayi prematur, ibu hamil/menyusui, org dgn gangguan
kejang, iritasi kulit, dan pd bayi, anak2, dan org dewasa dgn berat <110
pon
 Ivermektin
 agen antiparasit oral utk infeksi cacing, tdpt bukti aman dan efektif u/
skabies. namun tdk disetujui o/ FD.
 Ivermektin oral digunakan untuk pasien yang mengalami gagal pengobatan
atau tidak dapat mentoleransi obat topikal. Hanya tersedia dengan resep
dokter.
 untuk scabies yang sudah persisten dan resisten terhadap permetrin
 interrupt glutamate-induced and γ-aminobu- tyric acid–induced
neurotransmission in parasites, leading to their paralysis and death.

# Pruritus may be partially alleviated with an oral antihistamine, such as hydroxyzine


hydrochloride (Atarax), diphenhydramine hydrochloride (Benadryl), or cyproheptadine
hydrochloride (Periactin). In rare cases, prednisone may be used to treat severe pruritus.

 Edukasi:
(a) Mandi dengan air hangat dan keringkan badan;
(b) Pengobatan skabisid topikal yang dioleskan di seluruh kulit, kecuali wajah, sebaiknya
dilakukan pada malam hari sebelum tidur
(c) Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan
(d) Ganti pakaian, handuk, sprei yang digunakan, dan selalu cuci dengan teratur, bila
perlu direndam dengan air panas, karena tungau akan mati pada suhu 130˚C
(e) Hindari penggunaan pakaian, handuk, sprei bersama anggota keluarga serumah
(f) Setelah periode waktu yang dianjurkan, segera bersihkan skabisid dan tidak boleh
mengulangi penggunaan skabisid yang berlebihan setelah seminggu sampai dengan 4
minggu yang akan datang
(g) Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang sama dan
ikut menjaga kebersihan.

Follow-up

Patients with scabies may need to be reexamined at 2 weeks and again at 1 month after
treatment. If a patient has persistent lesions at the 1-month check-up, reinfection or persistent
infection should be suspected.

PENCEGAHAN

a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.


b. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara teratur minimal 2 kali dalam
seminggu. (>60C)
c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
d. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai terinfeksi tungau
skabies.
f. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup.

PROGNOSIS

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakain obat, serta syarat pengobatan dapat
menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hiegene), maka penyakit ini memberikan
prognosis yang baik.

Anda mungkin juga menyukai