Anda di halaman 1dari 18

BELL’S PALSY

DEFINISI

kelumpuhan atau paralisis wajah unilateral, karena gangguan nervus fasialis perifer
(LMN) yang bersifat akut (timbulnya mendadak) dengan penyebab yang tidak
teridentifikasi (idiopatik) dan dengan perbaikan fungsi yang terjadi dalam 6 bulan
(Berg 2009).

# MOTOR NEURON EFFERENT (motoric)

Jaras motoric:

 lower motor neuron: dr nucleus (di pons n.VII – motorik)


 upper motor neuron: otak-pons

#urutan: otak-pons-efektor (efferent)

ANATOMI

ANATOMI CNS DAN PNS

1. OTAK
 Secara fissure longitudinal: hemisfer kanan dan kiri
 Penghubung kanan dan kiri: corpus collusum
 lobus korteks otak:
o Depan central sulcus: 1 gyrus  primary motor cortex (untuk motoric)
o Belakang central sulcus: 1 gyrus: somatosensory kortex (untuk sensorik)
o Lobus: parietal: menerima dan memproses input sensoris
o Lobus temporal: vision dan pendengaran
o Lobus occipital: visual input
o Lobus frontal: volunteer motor activity, speaking ability, dan berfikir
2. MEDULA SPINALIS:

 12 saraf cranial dan 31 saraf spinal


 Saraf spinal: gabungan dorsal dan ventral root di medula spinalis

 Dorsal root: sensori neuron afferent (menuju ke otak)


 Ventral root: motory neuron efferent (menuju ke organ)
 Sensor, afferent (masuk ke otak): dorsal horn
 Motoric, efferent:
o Lateral horn: autonomic (involunter, co: otot polos, otot jantung)
o Ventral horn: somatic (volunteer)
 CNS: gaada nervus adanya neuron
 Nucleus: sekumpulan cell bodies di CNS
 Nervus: sekumpulan neuron akson dan dilapisi jaringan ikat
 Ganglion: sekumpulan neuronal cell bodies yang terletak diluar CNS (untuk sinaps)
 Dermatom: spinal nerve yang membawa serabut sensorik dari permukaan tubuh tertentu ke
otak/interstisial organ

ANATOMI SARAF CRANIALIS

1. N. I (n. olfactorius)
 Sebsoris
 Fungsi: penghidu
2. N. II (n. opticus)
 Sensoris
 Fungsi: pengllihatan
3. N. III (n. occulomotorius)
 Motoris
 Fungsi:
o Menggerakan mata kearah atas, bawah, medial, eksorotasi
(m. rectus oculi), m. oblique inferior)
o Membuka mata (m. levator palpebral)
o Akomodasi mata (m. cilliaris)
o Konstriksi pupil (m. spinchter pupilae)
4. N.IV (n. trochlearis)
 Motoris
 Fungsi:
o Endorotasi otot mata (m. oblique superior)
5. N.V (n. trigeminus)
5.1 N. Opthalmicus
 Sensorik
 Kulit dahi, kepala, kelopak mata, hidung, kornea
5.2 N. Maxillaris
 Sensoris
 Rahang atas, mucosa hiduung, sinus maxillaris, palatum
5.3 N. Mandibularis
 Motoric: otot pengunyah, m. mylohyoid
 Sensorik: kulit pipi, rahang bawah
6. N.VI (n. abducens)
 Motoric
 Menggerakan mata kearah medial (M. rectur medialis)
7. N.VII (n. fascialis)
 Motoric: otot wajah , kulit kepala, m. stapedius
 Sensorik: 2/3 anterior lidah
 Parasimpatik secretomotoric: glandula submandibularis,
sublingualis, lakrimalis
8. N. VIII (n. vestibulocochlear)
8.1 N. Vestibularis
 Sensoris
 utriculus, sacculus, canalis semisirkularis, gerakan kepala
8.2 N. Cochlearis
 sensoris
 organ corti untuk pendengaran
9. N. IX (n. glossopharingeus)
 Sensorik: 1/3 posterior lidah
 Motoric: m. stylofaringeus: bantu telan makanan
10. N.X (n. vagus)
 Motoric: jantung, pemb. Besar thorax
 Sensorik: tract respiratori, tract digestivus, hati, ginjal, prankeas
11. N.XI (n. accesorius)
 Motoric
 M. sternocleidomastoideus, m. traoezius
12. N.XII (n. hipoglossus)
 Motoric
 Otot pergerakan lidah

ANATOMI SARAF FASCIALIS

TEORI I

Akar saraf:

1. Akar mototorik
 Berasal dari n. fascialis
 Membawa serabut motoric ke otot wajah
 Inti motoric: ventrolateral pontomedulari junction
2. Akar intermedius
 Berasal dari nucleus salivatorius anterior
 Membawa serabut parasimpatis ke kel. Lakrimal, submandibular,
sublingual dan serabut aferen untuk pengecapan pada 2/3 anterior lidah

Akar saraf muncul dari pontomedullary junction (permukaan anterior antara pons dan
medulla oblongata)  berjalan secara lateral melalui cerebellopalantine  meatus
akustikus internus  canalis fascialis ganglion geniculatum (paling sempit) 
muncul cabang baru selain n. intermedius, yaitu n. petrosus

n. petrosus:
Lainnya, berjalan ke posterior
ganglion n. intermedius: sepanjang dinding kavum timpani
geniculatum fosa ganglion geniculatum   M. stapedius
cranial media  n. intermedius
 N. corda timpani (diatas
foramen lacerum  for. Stylomastoideus): kel.
ganglion Sublingual,
pterigopalatina  submandibular, 2/3 ant
glandula lakrimalis lidah
dan palatina  M. occipitalis, m
styloideus, sensasi kulit
meatus auditori eks
 Superior Kel. Parotid:
persarafi otot-otot wajah
Muscles of the mouth * otot2 ekspresi muka:
1. Orbicularis oris muscle: encircles the mouth; Frontalis, orbicularis
2. Buccinator muscle: maxilla and mandible → oculi, orbicularis oris,
angle of the mouth. It forms the muscular buccinator, platysma
base of the cheek;
3. Levator labii superioris muscle: above the
infraorbital foramen → upper lip;
4. Depressor labii inferioris muscle: mandible underneath the mental foramen →
lower lip;
5. Levator labii superioris alaeque nasi muscle: medial orbital wall → upper lip and
and nostrils;
6. Mentalis muscle: forms the furrow between chin and lip;
7. Risorius muscle ("laughing muscle"): cheek → angle of the mouth;
8. Levator anguli oris muscle: underneath the infraorbital foramen → angle of the
mouth;
9. Depressor anguli oris muscle: lower border of mandible → angle of the mouth;
10. Zygomaticus major and minor muscles: zygomatic arch → angle of the mouth;
Muscles of the nose
• Nasalis muscle: maxilla → nasal cartilages;
• Procerus muscle: nasal bridge → skin between eyebrows;
Muscles of the eyelid
• Orbicularis oculi muscle: encircles the eye;
• Depressor supercilii muscle: medial angle of eye → skin of the eyebrow;
• Corrugator supercilii muscle: above the root of the nose → skin of the eyebrow;
Muscles of the cranium and neck
• Epicranius muscle: forehead, outer surface of the back of the head (occipitofrontalis
muscle), above the ear (temporoparietal muscle) → fibrous layer on the scalp
(galea aponeurotica);
• Platysma muscle: above the mandible (parotid fascia) → at the height of the 2nd rib
(pectoral fascia);
Muscles of the external ear

Auricular muscles: Temporal fascia (anterior auricular muscle), galea aponeurotica


(superior auricular muscle), mastoid process (posterior auricular muscle) → pinna;

TEORI II:

Akar saraf

1. SVE: special visceral efferent


2. GVE: general visceral efferent
3. SVA: special visceral afferent
4. GSA: general somatic afferent
Pons  ke-4nya memasuki meatus akustikus internus  canalis fascialis
(terdapat segmen labirintis yang sangat sempit  mudah terkompresi) 
ganglion geniculatum  bercabang

GVE: GSA, SVE, SVA:


For. Petrosus mayor  n. Belok ke ganglion geniculi  n.
petrosus mayor  for. Lacerum intermedius
 ganglion pterygopalatina 
kel. lakrimal

CN VII bercabang menjadi 4 untuk mensyarafi daerah2 muka yang memilki nucleus

• SVE
• GVE, SVA, GSAnervus intermedius

Perjalanan CN VII

Saraf berjalan dari pons menuju internal akustikus meatus di cranium (ke-4nya:
bolongan, facial kanal bercabang terbagi menjadi nervus intermedius (SVA, GSA,
GVE) dan SVE (lengkungan nya sbg tanda dari geniculate ganglion) menjadi n.
petrossus mayor  percabangannya bernama ganglion geniculi
1. SVE: facial expression, stapedius, stylohyoid, posterior belly digastric
2. GVE: ganglion submandibular, pterigopalatina
3. SVA: 2/3 anterior lidah
4. GSA: kulit sekitar telinga

* otot2 ekspresi muka:


Frontalis, orbicularis oculi, orbicularis oris, buccinator, platysma

HISTOLOGI SARAF

Struktur saraf

Nervus  nervus fascicle  kumpulan


akson (struktur akson: selubung myelin
mengelilingi axon)

Neuron:

 satuan fungsional saraf yang bertanggung jawab sebagai transmisi impuls


saraf ke dan dari SSP
 diameter: 5-150 mikrometer
 terdiri dari: badan sel, dendrit, akson
1. badan sel:
o bagian yang paling besar
o terdapat inti sel ditengah yang berbentuk sferis/oval
2. dendrit:
o perluasan membrane plasma neuron
o bersifat reseptif: yang menerima rangsangan pertama dari sel
sensorik, akson, dan neuron lainnya
o mempunyai banyak cabang sehingga banyak terminal sinaps yang
dapat menerima rangsangan
o terdapat spina (duri) di permukaan dendrit yang membentuk sinaps
dengan neuron lainnya
3. akson:
o meneruskan impuls ke sel efektor (otot dan kelenjar)
o berasal dari badan sel akson hillock (daerah pada badan neuron
berbentuk pyramid)
o ketebalan akson berpengaruh pada kecepatan rangsang

 klasifikasi neuron:
1. berdasarkan percabangannya:

a) neuron unipolar
b) neuron bipolar
c) neuron multipolar
2. berdasarkan fungsinya:
a) neuron sensoris (aferent)
neuron yang menerima rangsang sensoris pada ujung dendritnya
dan meneruskanimouls saraf ke SSP
b) neuron motoric (efferent)
neuron yang berasal dari SSP dan meneruskan impuls ke efektor
c) neuron messenger (interneuron)
neuron yang terletak di SSP dan berfungsi sebagai penghubung
antara saraf sensoris dan motoris

Sel-Sel Neuralgia:

 sel yang berfungsi untuk memberikan dukuungan metabolic dan mekanik


serta perlindungan pada neuron
 sel yang terdapat pada SSP:
1. Astrosits: sebagai penyerap ion-ion dan neurotransmitter yang dilepas ke
dalam ruang neurotransmitter
2. Sel mikroglia: fagosit untuk membersihkan struktur yang rusak pada SSP
dan melindungi jar. Saraf dari MO dan pembentukan tumor
3. Sel ependim: untuk memfasilitasi CSF
4. Sel schwan: membungkus axon bermielin maupun tanpa myelin
#sela antara sel schwan dan selubung myelin disebut nodus ranvier

FISIOLOGI SARAF
 Afferent: dari organ ke otak
 Sensory stimuli: panca indra
 Visceral stimuli: dari organ dalam
 Somatic: volunteer
 Autonomic: involunteer
 Enteric nervus system: untuk organ digestivus

Fisiologi Simpatis Dan Parasimpatis

Distribusi Input Sensorik Dan Output Motorik Pada Kortex Somatosensori

Jaras motorik

1. Lateral pathway (voluntary movement)


 lateral corticospinal tract (distal muscle)
 anterior corticospinal tract (proximal muscle)
 rubrospinal tract
2. anterior medial pathway (untuk posture dan balance)

Neuromuskular Junction
1. potensial aksi di motor neuron
2. picu membuka voltage gate  Ca masuk ke akson terminal
3. terbentuk vesikel berisi Ach dan akan eksositosis keluar ke gap junction
4. Ach binding dengan Ach reseptor
5. Gate Na-K terbuka Na masuk, K keluar (depolarisasi)  terjadi endplate
potensial  potensial aksi
6. Na menuju ke sarkoplasma dan menyebabkan terbukanya voltage gate  ca
pada sarkoplasma keluar dan berikatan dengan troponin C
7. Merangsang tropomiosin untuk berputar hingga kepala myosin dapat berikatan
dengan aktin dari tropomyosin
8. Myosin berikatan dengan aktin  kontraksi otot

EPIDEMIOLOGI

 23 kasus per 100.000 orang


 65-70% acute unilateral facial paralysis, right side 63%, rekurensi 4-14%
 Pasien dengan DM 29% lebih risiko terkena bells palsy, rekurensi lebih tinggi
 Laki dan perempuan sama, tapi pada usia 10-19 tahun perempuan lebih
banyak dari laki
 Secara umum lebih banyak pada pasien lebih dari 65 tahun (59 kasus per
100.000 orang), dan lower pada anak dibawah 13 tahun (13 kasus per 100.000
orang), paling tinggi pada usia 20-40 tahun

ETIOPATOFISIOLOGI

Belum diketahui secara pasti (idiopatik), diduga bahwa penyebabnya karena saraf
yang mengendalikan otot wajah membengkak, terinfeksi, atau terhambat sehingga
aliran darah berkurang

11. Kompresi CN VII

 Pada facial canal bagian segmen labirintin (antara meatus acusticus dan

foramen stilomastoid) bagian tersempit  jika ada edema  kompresi

iskemi  paralisis 

o


12. Herpes simplex virus 


 Terdapat gejala primer infeksi di mulut contoh: cold sores


 Virus travel ke akson saraf sensorik dan dorman di ganglion geniculate 
predisposisi/strss virus teraktivasi lagi (karena trauma, stress)  akibatkan
lokal damage pada myelin saraf
 Virus travel ke akson saraf sensorik dan dorman di ganglion geniculate 
predisposisi/strss virus teraktivasi lagi (karena trauma, stress)  respon
inflamasi  edema  penjepitan n. fascialis  kompresi  iskemia 
paralisis

3. Faktor lain: HIV, microvaskular disease (HT dan DM), pajanan angin ke arah
wajah

pajanan angin dingin ke arah wajah:

saraf oedem  pasokan darah terhenti karena terjepit (biasanya di formaen


stilohyoid)

PATOGENESIS
Ket gambar:

 ungu unt upper face


 biru unt lower face

Nucleus n 7 di pons dibagi menjadi UPPER FACE dan LOWER FACE

 Upper face dapet persarafan pada otak dari yg kontralateral dan ipsilateral
kalau lesi di hemisfer kontralateral, masih dipersyarafi oleh hemisfer
ipsilateral  masih bisa gerakin alis tapi senyum jatuh
 Lower face: hanya dapet dari kontralateral otak

BELLS PALSY: kerusakan dari pons ke muka dan harus ke 2 neuron

SIMPLE NYA:

Oren: upper face Ijo: lowe face


Penjelasan:
Nukleus CN VII di pons terbagi 2, yg atas untuk upper face, yg bwh untuk lower face

 kalau lesi di A (di saraf perifer): paralisis ipsilateral upper dan lower (tidak
bisa naikkan alis dan muka)bells palsy
 kalau lesi di B (di saraf sentral): paralisis kontralateral lower muscle tp masih
bisa angkat alis ok upper nukleus dipersarafi dari 2 bagian otak

MANIFESTASI KLINIS

Secara umum:

Gejala kelumpuhan otot wajah yang timbul mendadak, nyeri, pegal linu,

1. Facial paralisis
 dahi tidak dapat dikerutkan (n. cab temporal)
 kelopak mata tidak dapat menutupi bola mata pada sisi yang lumpuh
(lagophthalmus)
 gerakan bola mata pada sisi yang lumpuh lambat dan berputar ke atas bila
memejamkan mata: BELL SIGN
 sudut mulut tidak bisa diangkat, lipat nasolabialis mendatar pada sisi yang
lumpuh dan meloncong ke sisi yang sehat (n. cab temporal)
2. Gejala pada mata
 Epiphora (mata berair terus): karena gabisa menutup mata  gabisa
masuk ke kanal untuk draiinase
 Blurred vision: : kel. Lakrimal menurun  mata kering  abrasi kornea
 penurunan visus
 Lagoftalmus (tidak bisa menutup mata)
3. Gejala pada pendengaran
• 1/3 pasien mengeluh hiperakusis: pendengaran sensitive (n. corda timpani)
(ok stapedius muscle)
4. Taste disorder  pengecapan terganggu
5. Facial spasm
 Sinkinesis: abnormal kontraksi dari otot facial saat tersenyum
 Crocodile tears: pasien nangis saat makan

Berdasarkan lokasinya:

1. Lesi di foramen stilomastoideus


 Mulut tertarik kearah yang sehat
 Lipatan kulit dahi menghilang
 Gejala yang berhubungan dengan otot wajah
2. Lesi di kanalis fascialis (melibatkan chorda timpani)
 Mulut tertarik kearah yang sehat
 Lipatan kulit dahi menghilang
 Gejala yang berhubungan dengan otot wajah
 Hilangnya ketajaman pengecapan 2/3
 Salivasi di sisi yang terkena berkurang
3. Lesi di kanalis fascialis (melibatkan stapedius)
 Mulut tertarik kearah yang sehat
 Lipatan kulit dahi menghilang
 Gejala yang berhubungan dengan otot wajah
 Hilangnya ketajaman pengecapan 2/3
 Salivasi di sisi yang terkena berkurang
 Hiperakusis (sensitivitas berlebih terhadap suara)
4. Lesi di ganglion geniculatum
 Mulut tertarik kearah yang sehat
 Lipatan kulit dahi menghilang
 Gejala yang berhubungan dengan otot wajah
 Hilangnya ketajaman pengecapan 2/3
 Salivasi di sisi yang terkena berkurang
 Hiperakusis (sensitivitas berlebih terhadap suara)
 Nyeri pada bagian dalam dan dalam liang telinga
 Ggn lakrimasi

PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis, menurut Rontall 2009

 Keterlibatan saraf fasialis yang difus  paralisis otot2 wajah, dengan


atau tanpa gangguan pengecapan 2/3 anterior lidah, perubahan
produksi kelenjar saliva dan lakrimal
 Onset akut, terjadi dalam 1-2d, progresif, kelumpuhan maksimal 3w,
penyembuhan dalam 6m

ANAMNESIS

 Dari gejala klinis


 Riwayat penyakit sebelumnya (DM, HSV)

PEMERIKSAAN FISIK
Harus di seluruh bagian muka, karena BP serang seluruh muka upper dan lower Initial
inspeksi: jidat datar, kalau diminta angkat alis, sisi yg palsy akan ttp datar, kl disuruh
senyum laterisasi ke opposite palsy

1. PEMERIKSAAN SARAF MOTORIK


10 otot utama wajah yang bertanggung jawab pada ekspresi muka:
 M. frontalis: mengangkat alis ke atas
 M. superrcilier: mengerutkan alis
 M. piramidalis: mengangkat dan mengerutkan hidung ke atas
 M. orbicularis oculi: memejamkan kedua mata kuat-kuat
 M. zigomatikus: tertawa lebar sambil memperlihatkan gigi
 M. reveler komunis: memoncongkan mulut kedepan sambil
memperlihatkan gigi
 M. businator: menggembungkan kedua pipi
 M. orbicularis oris: bersiul
 M. triangularis: menarik kedua sudut bibir kebawah
 M. mentalis: memoncongkan mulut yang tertutup

Pada setiap gerakan, kita bandingkan kanan dan kiri:

 Gerakan normal dan simetris  3


 Diantaranya  2
 Sedikit ada gerakan  1
 Tidak ada gerakan sama sekali  0
Total: 30

2. Gustometri (sensoris pengecapan)


 Untuk ngetes pengecapan pada 2/3 anterior lidah yang dipersyarafi n.
korda timpani cabang dari n. fascialis
 Penderita diminta menjulurkan lidah dengan mata terpejam lalu taruh
bubuk untuk mengetes rasa  minta pasien untuk mengetakan rasa apa
 Tidak bisa mengecap: augesia/hipogeusia
3. Stetoskop balance test
 Untuk memeriksa hiperakusis
 Gesek stetoskop dikedua telinga pasien, tanyakan lebih keras yang
mana
4. Pemeriksaan house brickman
Untuk menilai grade dari bells palsy

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Uji fungsi saraf:

 EMG (elektromiografi)
 ENOG (elektroneografi)

Imaging:

 CT scan/MRI: diilakukan jika parase tidak ada perbaikan dalam sebulan


 Foto mastoid: kelainan pada mastoid (co: mastoiditis  lesi di kanalis fasialis)

DIAGNOSIS NEUROLOGIS:

 Diagnosis klinis: deskripsi gejala dan temuan klinis yang diperoleh Contoh:
hemiparese nervus cranialis VII kontralateral
 diagnosis topis: diagnosis berdasar gejala dan tanda yang diperoleh
dihubungkan dengan lokalisasi lesi di susunan saraf
contoh: (lesi di) hemisfer serebri sinistra, (lesi di) pons dll
 diagnosisi etiologis: diagnosis berdasarkan gejala dan tanda/lokalisasi lesi
dihubungkan dengna proses patologi/penyebabnya di susunan saraf contoh:
tumor medula spinalis, infeksi selaput otak
 diagnosis patologis: sesuai histopatologi susunan jaringan yang terkena

pada bells palsy

 diagnosis klinis: bells palsy


 diagnosis topis: tgt lesi (paralisis NVII perifer dekstra/sinistra)
 diagnosis etiologis: tgt etiolog
 diagnosis patologis: infeksi, trauma (tgt)

DIAGNOSIS BANDING

1. Strokelesi nya UMNgejala nya UMN

 Gejala stroke: FAST (drooping Face, weakness Arm dan leg, Memory, Time)
 Lesi pada motor cortex
 Sama-sama paralisis wajah  saat disuruh senyum dan menaikan alis 
gejalanya salah satu (krn UMN yg ipsi masih bergerak)

2. Guillan Barre syndrome: serang N perifer karena autoimunpelemahan otot 2


sisi tubuh dimulai dari kaki sampai ke atas bisa juga sampai otot pada mata
(paralisis dr kaki jg)
3. Lyme disease: ok bakteri, digigit kuti sampai 4 minggu baru mincum gejala 
bisa paralisis otot tapi cari bekas gigitan, pasien mengeluh numbness (sensorik
oleh CN V  baal, paralisis)

TATALAKSANA

1. Corticosteroid
 Guideline AAN 2012, steroid sangat efektif untuk penyembuhan
fungsi CN VII bells palsy onset baru.
 Guideline AAO-HNSF 2013, penggunaan kortikosteroid dalam 72 jam
sejak onset.
 Antiviral dapat dipertimbangkan jika etiologi bells palsy adalah virus
telah ditegakkan dan harus kombinasi kortikosteroid
 Penelitian di Scottland, pengobatan dgn steroid dapat memberikan
kesembuhan komplit dalam 3-9 bulan, tp penggunaan acyclovir tanpa
kortikosteroid tidak menunjukkan efek signifikan jika diberi plasebo,
dan tidak ada manfaat tambahan pemberian antiviral dengan
kortikosteroid dibandingkan hanya kortikosteroid aja.
 Dosis rekomendasi pengobatan bells palsy
Pasien dewasa: prednisone 1mg/kg atau 60mg/d selama 7 hari, kmd
tappering off, total 10 hari
Pasien anak: prednisone 2mg/kg selama 6 hari, kmd tapering off total
10 hari
o Predinoson
Merupakan glukokortikoid yang diserap di GIT, memiliki efek
anti inflamasi dan immune-modulating effect
Efek samping: Retensi urin, hipokalemia, miopati, ulkus
peptikum, headache, haid tidak teratur, katarak, glaukoma, gejala
laten DM
2. Antiviral
 AAN 2001 menyarankan penggunaan acyclovir untuk bells palsy is only
possibly effective and that therapy with this agenr alone is not effective in
facial recovery
 Guideline 2012, belum pasti keuntungannya, lebih baik tidak.
Obat antivirus yang digunakan jika terbukti diagnosis bells palsy karena
virus
o HSV: Acyclovir (Zovirax) 400mg oral 5x/d sampai 10 hari
o Varicella zoster: 800mg oral 5x/d
o HSV: Valacyclovir 500mg 2x/d oral sampai 5 hari (dpt jd pengganti
acyclovir)
o Varicella zoster: 1000mg oral 3x/d
 Acyclovir (zovirax)
Prodrug diaktivasi dengan fosforilasi (kl di virus pada spesifik timidin
kinase)  menghambat replikasi virus. obat ini hambat virus HSV-1 dan
2
 Valacyclovir (valtrex)
Prodrug yang akan diubah menjadi acyclovir, lebih mahal tp
penggunaannya dapat dalam dosis lebih kecil dibanding acyclovir.

3. Local eye treatment


 Pasien risiko mata kering, abrasi kornea dan ulkus kornea diberikan
topical ocular lubrication (dengan air mata buatan saat siang hari dan
lubrikasi dengan ophtalmic oitment pada malam hari).
 Kalau sudah abrasi kornea: menutup kelopak mata dengan tape atau patch
selama 1-2 hari, harus dipastikan kelopak mata tertutup
 Kalau ada ektropion kelopak mata bawah: dapat digunakan tape pada
kelopak bawah trs ditarik ke lateral
 Dapat di injeksi botulinum toxin transkutan/subkonjungtival dengan
tujuan levator muscle agar kelopak mata ptosis (turun ke bawah) dan
melindungi kornea, dapat membantu relaksasi otot wajah setelah ada
spasme

4. Dekompresi saraf fasialis


Operasi dapat di pertimbangkan pada pasien dengan bells palsy komplit dan
tidak berpengaruh pada pengobatan, dengan 90% degenerasi akson (terlihat
pada EMG saraf fasialis dalam 3 minggu setelah onset)  bagian yang mau
diatasi harus di MRI

5. Fisioterapi
Biar otot ga paralisis

PROGNOSIS

Secara prognosis dibagi 3:

Group 1: complete recovery dari fungsi facial motor, tanpa sekuele


Group 2: incomplete recovery dari fungsi facial motor, tetapi tanpa defek secara
kosmetik pada mata (di mata keliatan kalo turun getoh)

Group 3: permanen neurologic sekuele yang terlihat secara kosmetik dan klinis

Dengan risiko ini, bells palsy bisa jadi prognosis buruk:

 Usia diatas 60 tahun


 Komplit paralisis
 Penurunan pengecapan atau saliva pada sisi yang [ara;osos
 Sakit di post auricular
 Penurunan produksi lakrimasi •

Sekuele:

 Incomplete motor regenerationoral incompetence, epiphora (air mata nya


luber2), nasal obstruction
 Incomplete sensory regeneration  dysgeusia atau ageusia (gangguan atau
kehilangan pengecapan)
 Reinervasi menyimpang dari facial nerve  tjd saat repair daro facial nerve
salah konek ke fiber otot lain (saat ada gerakan volunter di inisiasi, ada
gerakan involunter mengikuti contoh mau tutup mata tapi bibir ikut gerak2)

Anda mungkin juga menyukai