Anda di halaman 1dari 17

AUDITING II

Analisis Kasus

“Audit Kecurangan Terhadap Fungsi Penjualan dan Fungsi Penerimaan


Kas Pada CV.Liga Cipta Garmindo”

Dosen Pembimbing : Eva Anggra Yunita, S.E.,M.Si.

DISUSUN OLEH

1. Abid Ardiansyah(4317500111)
2. Indah Ari wulandari
3. Salsa

AKUNTANSI 4A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Audit
Kecurangan Terhadap Fungsi Penjualan dan Fungsi Penerimaan Kas Pada CV.Liga Cipta
Garmindo” semoga dengan dibuatnya makalah ini semoga penbaca dapat memahami tentang
makalah tersebut

Berbagai sumber referensi dasar dan esensial yang relevan dari buku auditing lainnya dan

internet memang sengaja kami pilih dan kami gunakan untuk pembahasan dan membangun penyajian

komperehensif agar mudah dipahami dan memenuhi harapan pembaca.

Kami memahami bahwa makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan baik dari segi

teknis maupun isi. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi pembuatan makalah selanjutnya. Oleh karena itu, penulis berharap agar makalah ini dapat

dijadikan sebagai bahan pembelajaran berguna bagi pembacanya.

Tegal, 15 Maret 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Latar belakang dalam penelitian ini yaitu penjualan dan penerimaan kas merupakan
masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan, antara lain rawan terhadap kecurangan,
perusahaan perlu melakukan tindakan untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya kecurangan
agar perusahaan tidak mengalami kerugian, dan sistem pengendalian internal dalam
perusahaan serta metode bisnis yang digunakan menentukan tingkat efektivitas, efisiensi, dan
ekonomis perusahaan. Rumusan masalah yang diteliti yaitu bagaimana cara mendeteksi,
mengidentifikasi, dan mencegah kecurangan terhadap fungsi penjualan dan penerimaan kas
pada perusahaan yang diteliti. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menilai
aktivitas kegiatan perusahaan, menilai apakah kegiatan penjualan dan penerimaan kas telah
terlaksana dengan baik, menilai apakah telah terjadi tindakan kecurangan atau tindakan-
tindakan yang memungkinkan untuk dapat terjadi kecurangan yang tidak diketahui oleh
perusahaan, dan mengevaluasi dan memberikan saran serta rekomendasi perbaikan atas
kelemahan yang ditemukan.
Sebagai contoh di Indonesia dapat dikemukakan kasus yang terjadi pada PT. Kimia
Farma Tbk (PT. KF). PT. KF adalah badan usaha milik negara yang sahamnya telah
diperdagangkan di bursa. Berdasarkan indikasi oleh Kementrian BUMN dan pemeriksaan
Bapepam (Bapepam, 2002) ditemukan adanya salah saji dalam laporan keuangan yang
mengakibatkan lebih saji (overstatement) laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember
2001 sebesar Rp 32,7 miliar yang merupakan 2,3% dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih.
Salah saji ini terjadi dengan cara melebih sajikan penjualan dan persediaan pada 3 unit usaha
dan dilakukan dengan menggelembungkan harga persediaan pada unit distribusi PT. KF per
31 Desember 2001. Selain itu manajemen PT. KF melakukan pencatatan ganda atas
penjualan pada 2 unit usaha. Pencatatan ganda itu dilakukan pada unit-unit yang tidak
disamping oleh auditor eksternal.
Terhadap auditor eksternal yang mengaudit laporan keuangan PT. KF per
31Desember 2001, Bapepam menyimpulkan auditor eksternal telah melakukan prosedur audit
sampling yang telah diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan tidak
ditemukan adanya unsur kesengajaan membantu manajemen PT. KF menggelembungkan
keuntungan. Bapepam mengemukakan proses audit tersebut tidakberhasil mendeteksi adanya
penggelembungan laba yang dilakukan PT. KF. Atas temuan ini kepada PT. KF Bapepam
memberikan sanksi administratif sebesar Rp 500 juta. Rp 1 milyar terhadap direksi lama PT.
KF dan Rp 100 juta kepada auditor eksternal (Bapepam 2002).

Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Windy yang berjudul Audit
Kecurangan Terhadap Fungsi Penjualan dan Piutang Pada PT. Planetama Holiday Tourindo
juga ditemukan beberapa temuan diantaranya yaitu perusahaan tidak melakukan penelitian
mengenai pelanggan baru secara detail mengenai pelanggan, perusahaan tidak memiliki
kebijkan mengenai pemberian sanksi atas keterlambatan pembayaran piutang yang telah jatuh
tempo, perusahaan tidak memiliki bagian internal audit yang independen untuk melaksanakan
pemeriksaan terhadap laporan penjualan dan pelaksanaan sistem dan prosedur yang telah
ditetapkan oleh perusahaan, perusahaan tidak pernak melakukan konfirmasi piutang secara
periodik kepada pelanggan, dan di dalam perusahaan tidak terdapat kebijakan yang memadai
untuk mendukung kegiatan penjualan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian
deskriptif. Metode pengumpulan datanya diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
Rekomendasi yang diberikan oleh peneliti adalah perusahaan seharusnya membuat
kebijakan dan persyaratan mengenai pelanggan baru yang ingin melakukan transaksi secara
kredit, sehingga jumlah pelanggan yang sering terlambat melunasi piutangnya dapat
berkurang, perusahaan sebaiknya menetapkan kebijakan untuk pemberian sanksi kepada
pelanggan yang terlambat melunasi hutangnya, perusahaan sebaiknya membentuk bagian
internal audit yang bertugas membantu manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya
dengan memberikan analisa, penilaian, saran, dan komentar mengenai kegiatan yang
diperiksanya, sehingga kebijakan yang ada benar-benar dapat terkendali, perusahaan harus
membuat konfirmasi piutang dan harus memberikan secara periodik kepada pelanggan, dan
rekomendasi yang terakhir perusahaan membuat kebijakan mengenai penjualan dan piutang
dalam perusahaan yang bertujuan untuk terhindar dari kerugian yang materil.
Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis yang berjudul Audit Kecurangan
Terhadap Fungsi Penjualan Dan Fungsi Penerimaan Kas Pada CV. Liga Cipta Garmindo juga
ditemukan beberapa kelemahan-kelemahan yang dapat berpotensi untuk terjadi tindakan
kecurangan. Dalam kegiatan distribusinya CV. Liga Cipta Garmindo melakukan penjualan
produk dengan mempercayai sales yang memasarkan produknya. Penjualan yang dilakukan
tidak hanya penjualan tunai saja, tetapi juga melayani penjualan kredit. Penjualan kredit tidak
segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang usaha dan barulah
kemudian pada hari jatuh temponya, terjadi aliran kas masuk (cash in flow) yang berasal dari
pengumpulan piutang tersebut. Oleh karena itu peneliti melihat bahwa besar peluang dan
kemungkinan yang dapat terjadi untuk melakukan tindakan kecurangan. Karena dari aktivitas
penjualan sampai penagihan piutang sering kali dilakukan oleh orang yang sama. Di sisi lain
bahwa perusahaan ini tidak memiliki auditor internal. Hal ini menjadi sorotan bagi peneliti
karena besar kemungkinan untuk terjadi kecurangan. Kecurangan yang dilakukan dapat
berakibat pada berkurangnya pendapatan yang diterima oleh perusahaan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah terjadinya
kecurangan adalah dengan pelaksanaan pengendalian intern yang baik. Pengendalian intern
merupakan suatu rencana organisasi dan metode bisnis yang digunakan untuk meningkatkan
efektivitas, efisiensi, dan ekonomis perusahaan. Diharapakan dari pelaksanaan pengendalian
intern yang baik dapat mengurangi penyelewengan dan mendeteksi kecurangan sedini
mungkin. Namun kadang kala pengendalian intern saja tidak cukup untuk mencegah dan
mendeteksi terjadinya fraud (kecurangan), oleh karena itu perlu dilakukan audit kecurangan
untuk mengetahui apakah telah terjadi kecurangan atau tidak yang dilakukan oleh pihak
internal perusahaan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
apakah pengendalian internal siklus penjualan pada CV. Liga Cipta Garmindo
telah berjalan dengan baik.

C. TUJUAN
Tujuan yang hendak dicapai dalam analisis ini adalah :
1. Untuk mengevaluasi pengendalian siklus penjualan dan penerimaan kas
CV. Liga Cipta Garmindo.
2. Memberikan Pemecahan yang dihadapi CV. Liga Cipta Garmindo
mengenai pengendalian intern yang dijalankan pada siklus penjualan
dan penerimaan kas.
D. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian, adapun manfaat penelitian yang diperoleh sebagai
berikut:
1. Manfaat Akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para
mahasiswa sebagai referensi untuk menambah pengetahuan mengenai pengendalian
internal dalam siklus penjualan. Serta dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian
berikutnya.

2. Manfaat Praktik Hasil penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi para pengambil
keputusan di perusahaan dalam mengembangkan pengendalian internal yang ada di
siklus penjualan perusahaan.
BAB II

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data


Jenis data dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif
adalah metode yang prosedur penelitiannya bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif berupa kata-kata lisan dari orang-orang
dan data yang dapat diamati.
Pengertian metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2009:1) : “Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekanan makna daripada
generalisasi”.
Masalah dalam penelitian kualitatif bersifat sementara, tentative dan akan
berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan (Sugiyono, 2007:238).

Jenis data dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder.
 Data primer adalah data yang langsung dari sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber aslinya dan menggunakan metode pengumpulan data
yang original. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara,
observasi langsung pada perusahaan, dan dokumentasi.
 Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul dan
dipublikasikan kepada masyarkat pengguna data. Data sekunder dalam penelitian ini
berupa data literatur atau studi kepustakaan terhadap materi pembelajaran yang
mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode yang dilakukan dalam mengumpulkan data antara lain:
1. Wawancara Wawancara dilakukan kepada direktur, bagian penjualan dan bagian
keuangan yang berhubungan dengan fungsi penjualan dan penerimaan kas.
Wawancara dilakukan dengan maksud untuk memperoleh informasi langsung
mengenai kebijakan dan prosedur yang dijalankan oleh perusahaan.
2. Observasi Observasi atau pengamatan langsung dilakukan terhadap aktivitas yang
dilakukan perusahaan dalam hal yang berkaitan dengan penjualan dan penerimaan
kas.
3. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data berupa
dokumen perusahaan, seperti fotokopi catatan peneriman kas, laporan penjualan
harian, faktur penjualan.
4. Penelitian kepustakaan Penelitian kepustakaan dilakukan melalui studi literatur atau
studi kepustakaan yang diperoleh melalui buku-buku referensi, internet, dan sumber
lainnya yang bersangkutan dengan masalah yang diteliti untuk memperoleh data
yang relevan.

C. Metode Penyajian Data


Metode penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian secara mendetail terhadap masalah-
masalah berupa fakta dimana pelaksanaan dan hasil penelitian tidak terbatas pada
pengumpulan dan penyusunan data atau hanya untuk memberi gambaran secara objektif
tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti tetapi meliputi analisis dan
interpretasi data. Rancangan penelitian ini berupa pemahaman kasus pada CV. Liga Cipta
Garmindo dimana penelitian membahas suatu kasus lebih mendalam dan menarik
kesimpulan atas masalah yang dibahas.
BAB III

PEMBAHASAN

A. PERUSAHAAN MEMBERIKAN KEBIJAKAN KEPADA SALES DAN CUSTOMER


UNTUK MEMBUAT KESEPAKATAN DALAM MENENTUKAN TANGGAL JATUH
TEMPO PEMBAYARAN PENJUALAN KREDIT

Perusahaan tidak memiliki batas jatuh tempo tetap bagi customer untuk melunasi
hutangnya, semua tergantung dari kesepakatan antara sales perusahaan dengan customer
yang bersangkutan. Bagian penjualan hanya akan menerima sales order yang dibuat oleh
sales. Sales dapat memanipulasi tanggal jatuh tempo yang disepakati. Misalnya :

 Customer sanggup melunasi hutangnya 10 hari pada saat tanggal pembelian, namun
oleh sales dilaporkan bahwa customer sanggup melunasi hutangnya 20 hari sejak
tanggal pembelian. Dengan demikian bagian penagihan akan mendapatkan uang lebih
awal dari tanggal yang dilaporkan, mengingat bagian sales dan bagian penagihan
sering dilakukan oleh orang yang sama.

Dalam hal ini seharusnya perusahaan memiliki kebijakan dalam menentukan tanggal
penagihan yang tertulis dan berlaku bagi seluruh customer tanpa membeda-bedakan berapa
hari tanggal penjualan. Selain itu pemisahan tugas antara bagian sales dan bagian
penagihan juga harus dibedakan, karena mudah untuk melakukan tindakan kecurangan.
Hal ini disebabkan karena perusahaan ingin memberikan kebebasan bagi customer
untuk menentukan tanggal kapan ia dapat melunasi hutangnya, selain itu adanya rangkap
jabatan antara bagian sales dan penagihan dimaksudkan untuk lebih mempermudah
mengingat kapan tanggal jatuh tempo penagihan.
Akibatnya bagian sales dan juga yang merupakan bagian penagihan dapat melakukan
penyelewengan terhadap uang pelunasan piutang dari pelanggan. Bagian penagihan dapat
menggunakan hasil penagihan piutang tersebut dahulu untuk kepentingan pribadinya. Hal
ini dikenal dengan istilah lapping, dimana tagihan hari ini dari pelanggan A akan dipakai
terlebih dahulu secara pribadi dan bila nanti saatnya menagih pelanggan B maka akan
dimasukkan atau diakui sebagai penagihan pelanggan A dan seterusnya. Prinsip yang
dipakai disini adalah tutup lubang gali lubang.
Dalam hal ini sebaiknya perusahaan mempunyai batas jatuh tempo penagihan yang
sama, seperti setiap customer yang melakukan pembelian kredit harus melunasi hutangnya
paling lama 30 hari dari tanggal transaksi, dan batas jatuh tempo harus dijelaskan tertulis
pada faktur penjualan. Namun apabila customer mampu melunasi hutangnya sebelum
tanggal jatuh tempo, customer dapat mengkonfirmasi kepada bagain keuangan yang ada di
kantor dengan cara menghubungi kantor, kemudian bagian penagihan keuangan yang akan
memberitahu kepada bagian penagihan kepada customer yang bersangkutan, dengan
demikian adanya pengawasan antara bagian keuangan dengan bagian penjualan.

B. PERUSAHAAN TIDAK MEMILIKI PEDOMAN DALAM PEMBERIAN POTONGAN


HARGA YANG JELAS DAN TERTULIS KEPADA CUSTOMER.

Perusahaan tidak memiliki pedoman tertulis kepada customer mengenai besarnya


potongan harga yang diberikan. Potongan harga diberikan khusus untuk pelanggan yang
membayar barang belanjaannya secara tunai. Besarnya potongan tersebut tergantung pada
banyaknya barang yang dibeli. Potongan harga tersebut diberikan berkisar antara 5-10% dan
disampaikan secara lisan saja. Hal ini dapat memberikan peluang bagi sales untuk membuat
keputusan pribadi dalam menentukan besarnya potongan yang diberikan. Bisa saja ia
melaporkan pada perusahaan bahwa potongan yang diberikan 10% padahal kenyataannya
potongan yang ia berikan kepada customer hanya sebesar 5%, kelebihan dari 5% tersebut
tentu akan ia gunakan untuk keuntungan pribadi.
Dalam hal pemberian potongan harga perusahaan sebaiknya memiliki kebijakan dan
prosedur yang diberikan secara tertulis (formal). Hal ini dimaksudkan agar perusahaan
mempunyai peraturan konsisten yang jelas dan terarah sehingga memudahkan pekerjaan
agar dalam melakukan pekerjaan mempunyai keseragaman aturan sehingga tidak
mengakibatkan kesalahan persepsi yang berbeda-beda dan berakhir pada tercapainya tujuan
yang telah disepakati.
Perusahaan menganggap kebijakan seperti ini tidak perlu tuliskan dikarenakan
banyak faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas penerimaan seperti kondisi ekonomi yang
selalu berubah-ubah membuat perusahaan menganggap dapat memperlambat pengambilan
keputusan apabila sewaktu-waktu terdapat perubahan sehingga tidak perlu membuat
kebijakan potongan harga agar dapat dengan mudah dan cepat harga dapat disesuaikan
dengan perubahan situasi dan kondisi.
Akibatnya kegiatan melayani customer tidak berjalan efektif dan merata dalam arti
terdapat customer yang tidak diberikan potongan harga atau potongan harga yang diberikan
tidak sesuai dengan kondisi customer. Sales akan selalu melaporkan kepada perusahaan
besarnya potongan harga yang diberikan lebih besar dari seharusnya, padahal kenyataanya
potongan yang diberikan tidak sebesar yang dilaporkan, sehingga besar kelebihan uang
yang dibayar tersebut dapat digunakan oleh sales untuk kepentingan pribadi.
Perusahaan sebaiknya sudah melampirkan besarnya potongan pada kwitansi
pembayaran yang dilakukan secara tunai, dan besarnya potongan tersebut diberikan sama
besar bagi perusahaan yang melakukan pembayaran secara tunai. Perusahaan harus
menentukan secara tetap besarnya potongan penjualan yang akan diberikan, seperti
pembelian dibawah 100 lusin diberikan potongan 5% dan pembelian diatas 100 lusin
diberikan potongan 10%.

C. PERUSAHAAN TIDAK MEMILIKI INTERNAL AUDITOR.

Perusahaan tidak memiliki internal auditor yang menilai kinerja perusahaan. Direktur
memeriksa kembali laporan keuangan yang dibuat oleh bagian keuangan sebulan sekali dan
sesekali meninjau kinerja karyawannya.
Direktur memberikan kepercayaan yang besar terhadap karyawannya sehingga tidak
perlu dilakukan pemantauan secara berlebihan. Direktur merasa tidak memerlukan adanya
internal auditor karena pengawasan secara keseluruhan dapat dilakukan sendiri oleh direktur.
Hal ini disebabkan karena perusahaan telah mempertimbangkan besarnya cost yang
harus dikeluarkan apabila perusahaan membentuk internal auditor. Perusahaan juga telah
mempercayakan seluruh kegiatan pekerjaan kepada karyawan yang terlibat dalam bagiannya
masing-masing, khususnya bagian keuangan.

Akibatnya peluang terjadinya kecurangan dan penyelewengan yang dilakukan


karyawan lebih besar karena pemantauan tidak dilakukan secara periodik. Laporan keuangan
hanya akan diperiksa sebulan sekali dapat memberikan peluang pada bagian keuangan untuk
melakukan tindakan kecurangan, seperti penghapusan piutang, dll.
Perusahaan sebaiknya meningkatkan pengendalian internal dengan melakukan
pemantauan terhadap aktivitas di dalam perusahaan secara rutin. Dengan pengawasan yang
rutin maka dapat dilihat kelemahan yang terdapat dalam perusahaan sehingga dapat dicari
solusi untuk perbaikan kedepannya. Dengan perusahaan membentuk internal auditor, maka
kegiatan perusahaan menjadi lebih terkontrol sehingga apabila terdapat kecurangan ataupun
penyelewengan dapat segera terdeteksi.

D. SISTEM PENCATATAN YANG MASIH DILAKUKAN SECARA MANUAL

Dalam pencatatan dan pemyusunan laporan keuangan semuanya masih dilakukan


secara manual, sehingga sering terjadi kesalahan dalam pencatatan dan perhitungan keuangan
perusahaan. Sebaiknya perusahaan mulai beralih pada penggunaan teknologi informatika
seperti penggunaan Software Akuntansi yang dapat mempermudah dan meminimalisasikan
kecurangan.

Hal ini disebabkan perusahaan belum menggunakan system computer karena


keterbatasan kemampuan tenaga kerjanya untuk menggunakan computer, akibatnya
karyawan akan dengan mudah melakukan tindakan kecurangan dengan mamanipulasi laporan
keuangan yang ada.

Maka dari itu sebaiknya perusahaan beralih dengan menggunakan system computer
karena akan lebih mudah bagi perusahaan untuk mengakses seluruh data dan laporan
keuangan perusahaan secara keseluruhan karena data-data tersimpan dalam database server
computer. Selain itu peluang bagi karyawan untuk melakukan tindak kecurangan akan
semakin sempit.
BAB IV

KESIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam menganalisis dan mengevaluasi


sistem penjualan dan penerimaan kas pada CV.Liga Cipta Garmindo, secara garis besar
proses penjualan dapat dikatakan telah berjalan dengan baik, namun disamping itu masih ada
beberapa prosedur yang harus diperbaiki seperti adanya rangkap jabatan yang sangat rawan
terhadap tindakan kecurangan, terutama pada penjualan yang dilakukan secara tunai. Untuk
fungsi penerimaan kas secara garis besar proses pencatatan juga telah berjalan dengan baik,
laporan harian dan bulanan tercatat dengan rapi, namun akan lebih baik jika pencatatan
dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer, karena akan mempermudah bagi
perusahaan untuk mengontrol pencatatan yang ada, dan serta meminimalisasikan tindakan
kecurangan.
Berdasarkan pengamatan audit serta uraian dan evaluasi pada bab-bab sebelumnya,
penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perusahaan tidak memiliki kebijakan yang pasti dalam menentukan tanggal jatuh
tempo penjualan kredit, karena keputusan tanggal jatuh tempo disepakati oleh sales
dengan customer yang bersangkutan. Dan pada saat penagihan, antara sales dengan
bagian penagihan sering dilakukan oleh orang yang sama. Hal ini tentu akan
memberikan peluang bagi sales tersebut untuk mengambil kesempatan untuk
melakukan tindakan kecurangan. 2. Perusahaan tidak memiliki kebijakan untuk
memberikan sanksi ataupun denda kepada pelanggan yang terlambat membayar
piutang yang telah jatuh tempo. Hal ini menyebabkan banyak pelanggan yang
melakukan pembayaran tidak tepat pada waktu jatuh tempo.
3. Secara keseluruhan pembagian struktur organisasi dan pembagian kerja pada
perusahaan ini sudah berjalan dengan baik, namun terhadap beberapa karyawan
masih sering terjadi adanya rangkap jabatan antara bagian sales dan bagian
penagihan, mengingat karyawan tersebut yang sudah bekerja cukup lama pada
perusahaan serta kurangnya tenaga kerja untuk penjualan yang terdapat di Jakarta.
4. Perusahaan tidak memiliki pedoman dalam pemberian potongan harga yang jelas dan
tertulis kepada customer sehingga mengakibatkan kegiatan dalam melayani
customer tidak berjalan efektif dan tidak merata dalam arti terdapat customer yang
diberikan potongan harga tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
5. Perusahaan tidak memiliki bagian internal auditor yang independen untuk memeriksa
seluruh kegiatan internal perusahaan, khususnya terhadap laporan penjualan dan
laporan penerimaan kas. Kegiatan pengawasan secara keseluruhan masih dilakukan
sendiri oleh direktur perusahaan.
6. Sistem pencatatan laporan keuangan masih dilakukan secara manual, sehingga rentan
terjadinya kesalahan pencatatan dan mempermudah bagi bagian keuangan untuk
melakukan manipulasi dalam pencatatan.

B. IMPLIKASI

Dari hasil analisis diatas, dapat diidentifikasikan adanya temuan-temuan audit yang
merugikan perusahaan, yang disebabkan karena lemahnya pengendalian internal yang
terdapat dalam perusahaan, khususnya pada bagian penjualan dan keuangan, sehingga
mengakibatkan ada pihak-pihak tertentu yang berusaha untuk mengambil kesempatan untuk
melakukan tindakan kecurangan. Terlebih lagi apabila kelemahan-kelemahan tersebut
dibiarkan lebih lanjut tentu akan memberikan dampak yang semakin buruk bagi perusahaan
sehingga akan sangat merugikan perusahaan.

Setelah auditor melakukan audit kecurangan pada CV. Liga cipta Garmindo
ditemukan beberapa kecurangan yang memang pernah terjadi pada perusahaan ini. Dalam hal
efisiensi tenaga kerja, adanya penggabungan antara bagian sales dengan bagian penagihan
ditemukan kecurangan dalam bentuk penyalahgunaan dokumen, dimana pada kasus ini besar
uang yang diserahkan pada bagian kasir tidak sesuai dengan jumlah yang diterimanya.
Adanya lebih bayar tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi. Kecurangan seperti ini
dapat terbukti karena ditemukan adanya penggandaaan faktur yang dilakukan oleh bagian
penjualan yang juga merupakan bagian penagihan tersebut. Total kerugian akibat
penggandaan faktur tersebut berjumlah Rp 8.370.000,00, dimana seharusnya dibutuhkan
pengawasan yang lebih ketat agar tidak ada kemudahan bagi karyawan untuk mengambil
dokumen dari yang seharusnya.
Pada bagian keuangan mengingat semua sistem pencatatan masih dilakukan secara
manual sehingga didapati bahwa kasir sering melakukan manipulasi pada laporan penerimaan
kas, karena kurangnya pengawasan pada bagian keuangan sehingga didapati adanya
pelanggaran uang kas dimana terdapat selisih antara jumlah kas yang diterima dengan yang
seharusnya. Diketahui bahwa selisih tersebut sebesar Rp 6.550.000,00. Hal ini dapat
diketahui dengan membandingkan faktur penjualan dengan pencatatan yang terdapat dalam
buku besar perusahaan. Melihat hal ini seharusnya bagian keuangan meningkatkan
pengawasannya terhadap keberadaan uang kas yang dikelolah oleh kasir, dengan
meningkatkan ketelitian dalam memeriksa bukti penerimaan kas masuk dengan buku catatan
kasir atau pun dengan melakukan cash opname.
Selain itu adanya penyelewengan yang dilakukan oleh bagian keuangan dan bagian
penjualan yang melakukan kerja sama bahwa dilaporkan bahwa ada terjadinya retur
penjualan padahal pada kenyataannya tidak, sehingga mengakibatkan berkurangnya piutang
perusahaan sebesar Rp. 3.600.000,00. Hal ini dapat diketahui setelah dilakukan
pengkonfirmasian dengan bagian gudang mengenai barang yang diretur.
Lemahnya pengendalian internal dalam perusahaan akan memungkinkan untuk
terjadinya kecurangan-kecurangan lain yang dapat terjadi seperti yang sudah dijelaskan pada
bagian fraud scenario dan temuan audit, mengingat fungsi penjualan dan penerimaan kas
merupakan bagian yang rawan untuk terjadi tindakan fraud. Dampak dari segala tindakan
kecurangan ini adalah perusahaan harus menanggung sejumlah kerugian materiil, maka
sangat dianjurkan kepada perusahaan untuk melakukan peninjauan kembali pelaksanaan
operasi yang selama ini dijalankan dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan sehingga
dapat meminimalisasi terjadinya kecurangan.
C. SARAN

Berdasarkan pada simpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Sebaiknya perusahaan mempunyai kebijakan dalam menentukan batas jatuh tempo


penagihan yang sama, seperti setiap customer yang melakukan pembelian kredit harus
melunasi hutangnya dan batas jatuh tempo harus dijelaskan tertulis pada faktur penjualan.

2. Sebaiknya perusahaan menetapkan kebijakan untuk memberikan sanksi kepada


pelanggan yang terlambat bagi pelanggan yang terlambat melunasi hutangnya pada saat
jatuh tempo, yaitu berupa sanksi denda yang harus dibayar oleh pelanggan yang terlambat
melunasi hutangnya. Dengan demikian pelanggan tentu akan berusaha untuk menaati
peraturan yang merupakan kebijakan dari perusahaan.

3. Sebaiknya perusahaan memiliki pembagian tugas yang jelas antara masing-masing


karyawan sehingga tidak adanya rangkap jabatan sehingga dapat meminimalisasikan
tindakan kecurangan, seperti terjadinya lapping.

4. Sebaiknya pimpinan perusahaan membuat pedoman secara tertulis dalam menentukan


besarnya potongan harga yang akan diberikan kepada customer. Dengan demikian proses
transaksi penjualan akan berjalan dengan efektif dan customer dapat memperoleh
informasi dengan jelas dan tepat.

5. Sebaiknya perusahaan membentuk bagian internal audit yang bertugas untuk membantu
direktur dalam mengontrol internal perusahaan, khususnya terhadap fungsi penjualan dan
penerimaan kas dengan menganalisa, melakukan penilaian dan memberikan saran dan
komentar kepada direktur sebagai masukan sehingga kebijakan perusahaan dapat
terkendali dengan baik.

6. Sebaiknya perusahaan beralih dengan menggunakan sistem komputer karena akan lebih
mudah bagi perusahaan untuk mengakses seluruh data dan laporan keuangan perusahaan
secara keseluruhan karena semua data-data tersimpan dalam server komputer. Selain itu
peluang bagi karyawan untuk melakukan tindakan kecurangan juga semakin sempit.
REFERENSI

http://thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00465-AK%20Ringkasan001.pdf
(Diakses pada tanggal 15 maret 2019)

Anda mungkin juga menyukai