Setiap hari ribuan manusia yang berada di Ibukota Provinsi Lampung berlalu lalang melintasi
setiap jalan yang ada untuk menjalankan rutinitas kesehariannya. Transportasi menjadi faktor
penting untuk mengangkut ribuan warga ini, mulai dari bus, truck, kendaraan pribadi sampai
dengan sepeda motor.
Dengan banyaknya aktivitas warga membuat transportasi di Kota Bandar Lampung terutama
pada jam-jam pagi hari dan sore hari sepulang kerja menjadi padat. Pemandangan macet
sudah menjadi hal yang wajar di kota Bandar Lampung dan masyarakat memang dipaksa
untuk biasa dengan kedaan yang seperti ini.
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tertentu dimana tersendatnya atau bahkan terhentinya
lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi dari kapasitas jalan
yang ada. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutama yang tidak mempunyai
transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan
dengan kepadatan penduduk.
Kemacetan lalu lintas merupakan masalah utama yang dihadapi oleh kota-kota besar di dunia,
terutama di negara-negara berkembang. Masalah kemacetan lalu lintas sangat dirasakan
ketika jam-jam sibuk, baik pada pagi hari maupun jam sibuk sore hari, yaitu saat orang
berpergian dari rumah ke tempat kerja, sekolah atau aktivitas lainnya, dan juga
saat mereka pulang kembali kerumahnya masing-masing. Penyebab kemacetan bisa
beragam. Perbandingan jumlah kendaraan tidak diimbangi dengan jumlah luas jalan yang
ada. Pertambahan panjang jalan tidak mungkin mengikuti jumlah kendaraan.
Kedua, ketidaktertiban dan ketidakpatuhan pemakai jalan terhadap rambu-rambu lalu
lintas pun juga penyebab terjadinya kemacetan baik kendaraan umum maupun
kendaraan pribadi. Selain angkutan umum dan angkutan pribadi, salah satu faktor penting
penyebab kemacetan yang terjadi di dalam kota adalah pola pergerakan lalu lintas dan lokasi
kemacetan. Saat ini, pemerintah belum mampu secara maksimal melakukan manajemen
terhadap sistem transportasi di Indonesia khususnya pada Kota Bandar Lampung.
Pemerintah kota Bandar Lampung kemudian membuat beberapa terobosan untuk mengatasi
kemacetan tersebut. Mulai dari rekayasa lalu lintas hingga pembangunan infrastruktur
,diantaranya pembangunan Jalan layang (fly over) diantara persimpangan jalan yang menjadi
pusat kemacetan dalam mengatasi stagnansi kemacetan yang terjadi.
Diantaranya pembuatan Jalan layang (fly over) diantara persimpangan jalan yang menjadi
pusat kemacetan lalu lintas. Pembangunan fly over ini bertujuan untuk memperlancar arus
yang tadinya macet di suatu tempat. Kemajuan ini tentunya akan sangat membantu
kelancaran aktivitas penduduk kota Bandar Lampung. Jalan layang (fly over) adalah jalan
yang dibangun tidak sebidang melayang menghindari daerah/kawasan yang selalu
mengahadapi permasalahan kemacetan lalu lintas. Penelitian ini fokus pada dampak aspek
sosial AMDAL yang ditimbulkan dari aktivitas pembangunan infrastruktur khususnya fly
over pada masyarakat di sekitar Jl. Gajah Mada dan Jl. Antasari Bandar Lampung.
BAB II
PEMBAHASAN
Di dalam bab ini akan memberikan pembahasan mengenai komponen yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan AMDAL berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal No. 299
Tahun 1996 tentang Aspek Sosial Dalam Penyusunan Amdal. Diantaranya, yaitu: Demografi,
Ekonomi, dan Budaya.
1. DEMOGRAFI
Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah
yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan, dan
kebudayaan serta kegiatan perekonomian. Secara geografis terletak pada 5020’ sampai
dengan 5030’ Lintang Selatan dan 105028’ sampai dengan 105037’ Bujur Timur.
Ibukota Bandar Lampung berada di Teluk Betung. Bandar Lampung terletak di ujung
selatan Pulau Sumatera, memiliki luas wilayah daratan 19.722 Ha (197,22 km2) dan
luas perairan kurang lebih 39,82 km2. Bandar Lampung memiliki 20 kecamatan dan
terdiri dari 126 kelurahan. Secara administratif, kota Bandar Lampung dibatasi oleh:
Sebagai Ibukota provinsi, Bandar Lampung memiliki keuntungan karena setiap kegiatan
baik dari pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan dan perekonomian lebih cepat
bertumbuh dibanding dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi Lampung.
Kota Bandar Lampung terletak pada ketinggian 0 – 700 meter diatas permukaan laut
dengan empat karakteristik topografi yang dimiliki, yaitu:
1. Daerah pantai yaitu sekitar Teluk Betung bagian Selatan dan Panjang.
2. Daerah perbukitan yaitu sekitar Teluk Betung bagian Utara.
3. Daerah dataran tinggi serta sedikit bergelombang terdapat di sekitar
Tanjung Karang bagian Barat yang dipengaruhi oleh gunung Balau serta
perbukitan Batu Serampok dibagian Timur Selatan.
4. Teluk Lampung dan pulau-pulau kecil bagian Selatan.
Penduduk yang tinggal di Kota Bandar Lampung terdiri dari berbagai macam suku.
Jumlah penduduk yang berada di setiap kecamatan di Bandar Lampung juga beraneka
ragam sesuai dengan besarnya luas wilayah setiap kecamatan dan pertumbuhan yang
secara alami terjadi baik kelahiran maupun kematian serta perpindahan penduduk. Jumlah
penduduk, luas wilayah setiap kecamatan bisa dilihat melalui tabel-tabel di bawah ini.
Tabel 1. Penduduk Kota Bandar Lampung berdasarkan Jenis Kelamin
tahun 2010-2016 (jiwa)
Kecamatan Luas
(1) (2)
Panjang 15.75
Kedamaian 8.21
Enggal 3.49
Tanjung Karang Barat 14.99
Kemiling 24.24
Langkapura 6.12
Kedaton 4.79
Rajabasa 13.53
Sukarame 14.75
Sukabumi 23.6
Jumlah 197.22
Kota Bandar
Lampung 493,211 485,876 101.51
2. EKONOMI
Adanya perubahan pendapatan yang dialami oleh beberapa informan yang memiliki
kegiatan usaha di daerah tersebut. Perubahan pendapatan terjadi sejak dilakukannya
proses pembangunan hingga proses penelitian dilakukan. Banyak faktor yang
menyebabkan perubahan pendapatan tersebut yaitu salah satunya semakin ramainya
tempat usaha dan banyak nya lapangan pekerjaan.
Kesempatan berusaha di daerah tersebut sejauh ini banyak mengalami perubahan dari
sebelumnya saat pembangunan belum dilakukan. melihat adanya kegiatan usaha baru dari
masyarakat setelah dilakukannya pembangunan tersebut. Sehingga penulis menyimpulkan
bahwa terjadi peningkatan pendapatan yang dialami oleh setiap warga yang memiliki
kegiatan usaha di daerah tersebut tetapi belum membuat kesempatan usaha yang baru.
2015 2014 2013 2012 2011 2010
Ketenagakerj
Ketenagakerj Ketenagakerj Ketenagakerj Ketenagakerj Ketenagakerj Ketenagakerj
aan
aan aan aan aan aan aan
Tingkat
Pengangguran 8.51 8.29 10.67 12.32 12.09 11.92
Terbuka (TPT)
Tingkat
Partisipasi
61.77 59.58 58.70 58.23 61.13 62.84
Angkatan
Kerja (TPAK)
Sumber: BPS Kota Bandar Lampung 2016
3. SOSIAL BUDAYA
Masyarakat sekitar pembangunan Fly Over merasakan adanya perubahan yang terjadi
dari segi interaksi antara satu warga dengan warga yang lain. Proses pelaksanaan
kebijakan pembangunan fly over tersebut tidak menyebabkan masyarakat menjadi
kurang berinteraksi antara satu warga dengan yang lainnya.
Pembangunan fly over Gajahmada-Antasari berpengaruh kepada dampak psikologis
yang dirasakan oleh warga yaitu mengenai kenyamanan mereka dalam proses
pembangunan fly over tersebut. Penyebab ketidaknyamanan yang dirasakan oleh warga
beragam mulai dari polusi suara yang ditimbulkan, polusi udara yang tidak bisa
dikontrol dan kemacetan yang semakin parah karena jalan semakin sempit dampak dari
pembangunan fly over tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasildan pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut dapat dilihat bahwa gambaran
menuut parameter Keputusan Kepala BAPPEDA 1996 tentang aspek penyusunan AMDAL yang
ruang lingkupnya ada demografi ,ekonomi dan budaya . Komponen tersebut harus dilakukan dengan
proses yang teliti dan cermat untuk tujuan pembangunan yang layak serta berkelanjutan. Dalam
implementasinya, memang tidak semua sub komponen memiliki data. jadi setiap pembangunan yang
di lakukan tentunya juga tergantung pada saat turun langsung ke lapangan atau observasi Karena tidak
semua lokasi sesuai dengan indikator atau sub komponen yang ada.