Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Jembatan Suramadu adalah Jembatan yang melintasi Selat Madura, yang mana Jembatan ini
menghubungkan antara Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan), Indonesia.
Jembatan Suramadu yang merupakan Jembatan terpanjang di Indonesia untuk saat ini memiliki
panjang sebesar 5.438 meter dengan lebar kurang lebih 30 meter. Jembatan ini menyediakan
empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter. Jembatan ini
juga menyediakan lajur khusus bagi pengendara sepeda motor disetiap sisi luar Jembatan.
Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway), Jembatan penghubung
(approach bridge), dan Jembatan utama (main bridge). Perkiraan biaya yang dihabiskan untuk
pembangunan Jembatan ini adalah sekitar 4,5 triliun rupiah.

Jembatan Suramadu diresmikan awal pembangunannya oleh Presiden Megawati Soekarnoputri


pada tanggal 20 Agustus 2003 dan diresmikan pembukaannya oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada tanggal 10 Juni 2009. Pembuatan Jembatan ini dilakukan dari tiga sisi, baik sisi
Bangkalan maupun sisi Surabaya.

Pembangunan Jembatan Suramadu ini diharapkan dapat membuka Wilayah Madura menjadi
lebih accessible sehingga mampu meningkatkan perekonomian masyarakatnya. Seperti halnya
pembangunan infrastruktur lainnya, pembangunan Jembatan Suramadu pasti menimbulkan
dampak sosial, dan ekonomi bagi masyarakt sekitarnya (KPUBPP, 2011).
BAB II

PEMBAHASAN

Di dalam bab ini akan memberikan pembahasan mengenai komponen yang perlu diperhatikan
dalam penyusunan AMDAL berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal No. 299 Tahun 1996
tentang Aspek Sosial Dalam Penyusunan Amdal. Diantaranya, yaitu: Demografi, Ekonomi, dan
Budaya.

1. DEMOGRAFI

Jembatan Suramadu adalah Jembatan yang melintasi Selat Madura, yang mana Jembatan ini
menghubungkan antara Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan), Indonesia.
Jembatan Suramadu yang merupakan Jembatan terpanjang di Indonesia untuk saat ini memiliki
panjang sebesar 5.438 meter dengan lebar kurang lebih 30 meter. Jembatan ini menyediakan
empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter. Jembatan ini
juga menyediakan lajur khusus bagi pengendara sepeda motor disetiap sisi luar Jembatan.
Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway), Jembatan penghubung
(approach bridge), dan Jembatan utama (main bridge).

Pembangunan Jembatan Suramadu baik pada


masa prakonstruksi, konstruksi, maupun
pasca konstruksi memiliki dampak langsung
terhadap penduduk, baik yang ada pada wilayah
sekitar kaki Suramadu bagian Surabaya dan
Kec.Labang, Kab.Bangkalan,
Madura. Jumlah manusia atau penduduk disekitar
kaki suramadu yang merasakan dampaknya
secara langsung pasca pembangunan Jembatan Suramadu ditunjukkan dengan adanya penurunan
jumlah tenaga kerja yang drastis pada tahun 2007 sebesar 1770 orang dari 3784 pada tahun
sebelumnya, padahal perkembangan jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga kerja serta
nilai produksinya rata-rata meningkat dari tahun 2002 hingga 2008 (sebelum diopersikannya
jembatan Suramadu (Hotijah, 2010). Jadi jumlah penduduk yang terkena dampak sekitar 2014
orang yang mengalami pengangguran pada tahun 2007).

2. EKONOMI

Kondisi perekonomian khususnya pendapatan daerah kabupaten Bangkalan sebelum adanya


jembatan Suramadu menunjukkan angka yang positif. Setiap tahun terjadi peningkatan sebesar 5 –
6 persen. Berdasarkan hasil penelitian Hotijah (2010), terhadap pendapatan daerah Kab.Bangkalan
menunjukkan adanya perkembangan dari segi jumlah perusahaan industri kecil, jumlah tenaga
kerja, serta nilai produksi dari tahun 2002 sampai dengan 2009 (sebelum pengoperasian jembatan
Suramadu) yang mengalami peningkatan tiap tahunnya

Perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Bangkalan tahun 2002 – 2009

Tahun Pendapatan daerah Perkembangan


(Juta Rupiah)

2002 2.085.885,48 -
2003 2.180.542,43 4,54

2004 2.575.129,14 18,10

2005 2.697.572,26 4,75

2006 2.822.831,39 4,64

2007 2.960.986,54 4,89

2008 3.102.725,52 4,79

2009 3.257.069,05 4,97

Sumber : Buku Bangkalan dalam Angka dalam Hotijah (2010)

Kondisi sosial ekonomi juga berkaitan dengan pendapatan masyarakat yang menggantungkan
hidupnya pada hasil laut yakni sebagai nelayan. kondisi perekonomian nelayan baik yang tinggal
di daerah pesisir Madura dan pesisir Surabaya yang ada di sekitar kaki Suramadu sisi Surabaya
pada awalnya masih dapat dikatakan normal. Hal tersebut ditandai dengan masih aktifnya
nelayan untuk melaut karena sumberdaya perikanan yang masih melimpah sebelum adanya
proyek pembangunan Jembatan Suramadu. Melimpahnya sumberdaya perikanan merupakan
faktor penunjang utama terciptanya kesejahteraan masyarakat, terutama bagi warga masyarakat
pesisir Madura maupun Surabaya yang bermata pencaharian sebagai nelayan.

3. BUDAYA

Sebelum adanya Jembatan Suramadu keadaan sosial budaya Masyarakat khsusnya di sisi Madura
sangatlah primitif, hal ini disebabkan sulitnya akses transportasi untuk menuju kota besar seperti
Surabaya. Sedangkan tranportasi itu sendiri merupakan urat nadi kehidupan politik, ekonomi,
sosial-budaya bagi masyarakat yang mendiami suatu wilayah. Adanya kesulitan transortasi
tersebut menyebabkan masyarakat Madura tidak terlalu mengikuti perkembangan zaman karena
jauhnya akses menuju kota metropolitan yang pada saat itu hanya mengandalkan kapal ferry di di
pelabuhan Ujung maupun Kamal. Pelabuhan Ujung Kamal merupakan satu-satunya akses yang
dapat dilalui untuk menuju pulau Jawa terutama Kota Surabaya. Pada saat-saat tertentu
penumpang kapal ferry pasti mengalami peningkatan jumlah penumpang yang pesat, sehingga
hal demikian sangatlah memicu emosi masyarakat untuk lebih tertib dalam budaya antri agar
bisa menaiki kapal fery. Menurut Effendi (2013), budaya “toron” (pulang kampung) bagi
masyarakat madura menjadi menu wajib bagi mereka. Akibatnya peningkatan mobilitas manusia
dan barang tak dapat dihindari, sedangkan dari segi kapasitas kapal feri tidak bisa ditambah lagi
karena dapat menganggu alur pelayaran yang ada.

Selain adanya tradisi pulang kampung, keadaan sosial budaya dalam masyarakat Madura
khususnya Kab.Bangkalan sebelum adanya Jembatan Suramadu adalah hampir tidak pernah
mengalami kasus yang negatif (peredaran narkoba). Dengan demikian dapat dikatakan pula
bahwa budaya yang dianut oleh masyarkat Madura adalah budaya yang benar-benar dijaga
kearifannya oleh masyarakatnya dari turun-temurun.

BAB III

PENUTUPAN
KESIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut dapat dilihat bahwa gambaran
menuut parameter Keputusan Kepala BAPPEDA 1996 tentang aspek penyusunan AMDAL yang ruang
lingkupnya ada demografi ,ekonomi dan budaya . Komponen tersebut harus dilakukan dengan proses
yang teliti dan cermat untuk tujuan pembangunan yang layak serta berkelanjutan. Dalam
implementasinya, memang tidak semua sub komponen memiliki data. jadi setiap pembangunan yang di
lakukan tentunya juga tergantung pada saat turun langsung ke lapangan atauobservasi Karena tidak semua
lokasi sesuai dengan indikator atau sub komponen yang ada,

Anda mungkin juga menyukai