com ScienceDirect
Procedia Ilmu Sosial dan Perilaku 157 (2014) 33 44
18770428 © 2014 Para Penulis. Diterbitkan oleh Elsevier Ltd. Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BYNCND
(http://creativecommons.org/licenses/byncnd/3.0/). Peerreview di bawah tanggung jawab Symbiosis International University
(SIU). doi: 10.1016 / j.sbspro.2014.11.007
Konferensi Hubungan Internasional Menuju India Baru Paradigma dan Pengembangan (IRC2013)
Kemitraan di Asia dan Afrika:
Kemitraan PemerintahSwasta untuk Pembangunan Inklusif: Peran
Sektor Korporasi Swasta dalam Penyediaan Perawatan Kesehatan
Layanan
Anitha Medhekar *
Sekolah Bisnis dan Hukum, Central Queensland University, Roackhampton, Australia
Abstrak
Bepergian ke luar negeri untuk perawatan medis, juga dikenal sebagai pariwisata kesehatan adalah fenomena yang berkembang.
Wisata medis adalah penyediaan perawatan medis swasta yang hemat biaya oleh rumah sakit perusahaan seperti Apollo dan
Fortis, dalam kemitraan dengan pemerintah, medis dan industri pariwisata untuk pasien asing yang membutuhkan operasi elektif,
diagnostik, bedah kosmetik dan alternatif yang bepergian ke India di pencarian nilai. Menteri Keuangan, dalam pidato anggaran
10 20032007, menyerukan India untuk menjadi "Tujuan Kesehatan Global" kelas dunia dan menarik investasi asing langsung
sebagai jalur untuk pembangunan ekonomi. Dengan demikian di satu sisi, India memberikan perawatan kesehatan dunia pertama
kepada pasien asing dan di sisi lain, berjuang untuk memberikan akses yang setara ke perawatan kesehatan dan infrastruktur
primer bagi jutaan orang yang hidup dalam kemiskinan. Tujuan makalah ini adalah untuk mengkaji secara kritis pengembangan
layanan kesehatan yang berkelanjutan dan inklusif (prokaum miskin) oleh sektor korporasi swasta, dalam kemitraan publik
swasta (KPS) dengan pemerintah.
© (http://creativecommons.org/licenses/byncnd/3.0/). Peerreview © Peerreview 2014 2014 The The under Authors. Penulis.
di bawah tanggung jawab tanggung jawab Diterbitkan oleh oleh dari Elsevier Symbiosis Elsevier Symbiosis Ltd.
International Internasional Ini adalah akses Universitas Universitas terbuka (SIU). artikel (SIU).
di bawah lisensi CC BYNCND
Kata kunci: Sektor korporasi; pengembangan, perjalanan medis; kemitraan publikswasta
1. Pendahuluan
Bepergian ke luar negeri untuk perawatan medis telah berkembang secara fenomenal pada abad ke21 dan
merupakan salah satu ekspor perdagangan layanan kesehatan yang tumbuh paling cepat oleh rumah sakit perusahaan
swasta (Chanda, 2002 dan 2007; Chee, 2007;
Arunanondchai dan Fink, 2007;
Bookman dan Bookman, 2007; Chinai dan Goswami, 2007; Cattaneo, 2009;
* Penulis yang sesuai. Tel .: + 61749309220; fax: + 00000000000.
Alamat email : a.medhekar@cqu.edu.au
34 Anitha Medhekar / Procedia Ilmu Sosial dan Perilaku 157 (2014) 33 44
Smith dan Puczko, 2009; Smith et al., 2009; Turner, 2010; Hopkins et al., 2010 ; Lunt et al., 2010; Medhekar dan
Ali, 2012). Ada peningkatan perdagangan lintas batas dan perjalanan untuk layanan perawatan kesehatan ke negara
negara seperti: India, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia dan Meksiko dari pasien dari negara maju dan
berkembang untuk perawatan diagnostik, bedah, nonbedah dan terapi alternatif dalam pencarian nilai untuk uang.
Motivasi utama untuk perjalanan medis ke negara di luar negeri adalah biaya operasi rendah, kurang atau tidak ada
waktu tunggu, teknologi dan fasilitas medis mutakhir, kualitas perawatan kesehatan, staf medis berkualifikasi,
privasi, kerahasiaan, serta memiliki liburan (Connell, 2006;
Carrera dan Bridges, 2006;
Menurut laporan United Nation Development Program (2006, p. 367), India adalah negara terpadat kedua di
dunia setelah China. Ini merupakan 17% dari populasi dunia dan menyumbang 35% dari penduduk miskin dunia
dan 40% dari tingkat buta huruf dunia (hal.367). Dampak ekonomi dan sosial dari perkembangan dan pertumbuhan
industri pariwisata medis untuk negaranegara berkembang seperti India pada khususnya, sangat signifikan dalam
menghasilkan peluang kerja (Bookman dan Bookman, 2007) dan memiliki efek berganda pada berbagai sektor
ekonomi seperti : sektor kesehatan, industri medis, industri pariwisata, layanan kesehatan gabungan, perhotelan,
pemasaran, baik dan minuman, transportasi dan pembangunan infrastruktur yang diperlukan untuk menarik
wisatawan asing. Lebih lanjut, institusi pendidikan juga memainkan peran utama dalam pengembangan sumber daya
manusia yang diperlukan untuk industri ini, dan mempengaruhi kebijakan untuk memiliki reformasi perawatan
kesehatan yang universal dan inklusif.
Industri pariwisata medis dapat dilihat sebagai inovasi dalam perawatan kesehatan dan pembangunan ekonomi.
Dengan demikian, pendekatan KPS untuk pengembangan sistem perawatan kesehatan India yang berkelanjutan
harus diadopsi untuk mendapatkan devisa di satu sisi (Medhekar, 2011 & 2012), tetapi juga untuk menyediakan
“perawatan kesehatan universal di India pada tahun 2020” (Reddy dkk., 2011, hlm. 760) di sisi lain.
Dengan demikian, pengembangan kebijakan ekonomi makro yang promasyarakat miskin dan
reformasi sektor kesehatan dalam ekonomi domestik ditekankan oleh rencana lima tahunan ke11 (Komisi
Perencanaan, 2006) dan rencana 5 tahun ke5 (201217) 'Menuju Lebih Cepat, Berkelanjutan, dan Lagi
Pertumbuhan Inklusif '(Komisi Perencanaan, 2011). Laporan Pembangunan Dunia (World Bank, 2009) juga
memfokuskan pada respon kebijakan untuk memobilisasi sumber daya seperti tenaga kerja untuk memastikan
pembangunan inklusif dan pengurangan kemiskinan. Pendapatan valuta asing dari pariwisata medis dapat digunakan
untuk memberikan layanan medis yang lebih baik kepada orang miskin India yang hidup dalam kemiskinan
(Medhekar, 2012) dan juga akan menyediakan lebih dari 40 juta pekerjaan untuk orang India (Deloitte, 2008), selain
itu, pengembangan negara sektor kesehatan, pariwisata dan fasilitas infrastruktur yang akan menguntungkan negara
ini secara luas.
Perdagangan jasa perawatan kesehatan adalah industri yang menguntungkan miliaran dolar untuk India pada
abad 21 (RNCOS, 2010). Bookman dan Bookman (2007) melaporkan bahwa sekitar 272.000 wisatawan medis
mengunjungi India untuk wisata medis, senilai US $ 656 juta dalam valuta asing. Diperkirakan bahwa pasar
pariwisata medis India bernilai $ AS2,5 miliar dalam valuta asing pada tahun 2012 (Deloitte, 2008). Pada tahun
2009, ekonomi berkembang yang sedang berkembang, India menduduki peringkat kedua setelah Thailand sebagai
tujuan medis kelas dunia (Nagaraj, 2009) untuk operasi khusus yang rumit karena biaya operasi yang rumit dan
jumlah wisatawan medis yang rendah (IMT, 2009; Healy, 2009), namun hanya menghabiskan 4,6% dari PDB pada
200102, (Komisi Perencanaan, 2006) pada total pengeluaran kesehatan, yang mengakibatkan ketidaksetaraan akses
ke penduduk miskinnya sendiri. Menurut Neelankhantan (2003), 150.000 wisatawan medis asing mengunjungi India
pada tahun 2002 dan hampir setengahnya berasal dari negaranegara Arab Timur Tengah. Pada tahun 2005, hampir
150.000 wisatawan medis mengunjungi India, dan pada tahun 2012, tumbuh setiap tahun pada tingkat 30% (CII dan
Mckinsey, 2002). Federasi Kamar Dagang India dan industri (FICCI, 2008) studi juga memproyeksikan bahwa
kesehatan dan pasar asuransi diperkirakan akan tumbuh sebesar $ 2,2 miliar pada tahun 2012.
Beberapa Negara Pemerintah di India seperti Andhra Pradesh, Kerala, Gujarat dan Maharashtra dalam kemitraan
dengan rumah sakit perusahaan swasta telah mempromosikan dan menarik wisatawan medis asing (Medhekar,
2013a) untuk operasi yang sangat kompleks seperti penggantian pinggul dan lutut, mata, kanker, prosedur gigi,
reproduksi, surrogacy dan transplantasi organ. Misalnya pada tahun 2006, 'Tahun Pariwisata Medis' diumumkan
oleh Pemerintah Negara Bagian Kerala (Marcelo, 2003) dan pada tahun 2013 Konfederasi Industri India (CII) dalam
PPP dengan Pemerintah Kerala akan menyelenggarakan Konferensi Pariwisata Kesehatan Kerala keempat yang
bertujuan untuk mempromosikan Kerala sebagai tujuan Wisata Medis ke dunia (BusIndia, 2013). Rumah sakit
perusahaan utama yang menyediakan perawatan medis untuk asing
35 Anitha Medhekar / Procedia Sosial dan Ilmu Perilaku 157 (2014) 33 44
pasien adalah Kelompok Rumah Sakit Apollo, Wockhardt, Fortis Healthcare, Max India, Institut Ilmu Pengetahuan
Medis India, Pusat Penelitian Jantung Birla , Christian Medical College, Rumah Sakit Memorial Tata, Sancheti,
Jaslok Hopsital, Asian Heart Institute, Kokilaben Hopsital yang menerima pasien dari negara berkembang seperti
Mauritius, Seychelles, Maladewa, Bangladesh Sri Lanka, Bhutan, Nepal, Oman, UEA, Bahrain, Qatar, Saudi Arabia
Afrika dan negaranegara maju Inggris, Amerika Serikat, Kanada dan Australia. Selanjutnya, Grup Rumah Sakit
Apollo juga telah mendirikan cabang di Sri Lanka, Bangladesh, Ghana, Mauritius, Kenya, Nigeria, Oman, Qatar dan
Kuwait (Medindia, 2006; Herrick, 2007; AMTA, 2010) untuk memberikan perawatan dunia pertama kepada pasien
asing di negara asal mereka, tanpa harus melakukan perjalanan ke India.
Setelah privatisasi, liberalisasi dan inisiatif keuangan swasta selama tahun 1990an dan inisiatif reformasi
Kebijakan Ekonomi Baru dari rencana lima lima tahun; penyediaan layanan kesehatan dibuka untuk sektor korporasi
swasta, menarik investasi langsung asing. Strategi kesehatan makroekonomi Organisasi Kesehatan Dunia untuk
investasi di bidang kesehatan, sebagai jalur pengembangan ekonomi diadopsi oleh negaranegara berkembang
(WHO, 2000) dan Menteri Keuangan India, dalam rencana anggaran lima tahunan lima tahun 20032007,
menyerukan India untuk menjadi “Tujuan Kesehatan Global” kelas dunia (MOT, 2012; GOI, 2003, 2008a),
sehingga mendukung perdagangan dalam layanan kesehatan. Di satu sisi, India menyediakan perawatan medis kelas
dunia di fasilitas mutakhir untuk pasien asing dan di sisi lain, berjuang untuk menyediakan akses yang adil ke
infrastruktur kesehatan dan perawatan dasar kesehatan bagi jutaan orang yang hidup dalam kemiskinan ( Gupta,
2008; Tattara, 2010; Medhekar, 2013a & 2013b). Ibu kota kota menarik sebagian besar investasi perusahaan swasta
dalam perawatan kesehatan. Namun, negara bagian terbelakang tertinggal dalam kesehatan, pendidikan, dan fasilitas
infrastruktur lainnya yang diperlukan untuk mendukung pembangunan inklusif. Dengan demikian penting untuk
memiliki pendekatan PPP di sektor sosial (GOI, 2003; Medhekar, 2012) untuk strategi pengembangan yang inklusif
untuk tidak hanya memperlakukan pasien asing yang mendatangkan pendapatan devisa yang sangat dibutuhkan,
tetapi juga untuk memastikan bahwa orang miskin atau populasi yang kurang beruntung memiliki akses ke fasilitas
kesehatan kelas dunia pertama dan perawatan medis dengan biaya gratis atau bersubsidi, oleh rumah sakit sektor
swasta. Rumah sakit swasta ini di satu sisi menghasilkan keuntungan dengan mengobati pasien asing, tetapi juga
memetik manfaat subsidi dari pemerintah. Tujuan dari makalah ini adalah untuk memeriksa perkembangan industri
pariwisata medis yang berkelanjutan dan inklusif oleh sektor swasta korporasi dalam kemitraan dengan pemerintah.
Bagian pendahuluan dari makalah ini memberikan latar belakang pentingnya perdagangan dalam layanan kesehatan
oleh industri pariwisata medis yang disediakan oleh sektor korporasi. Bagian kedua mengedepankan tinjauan
literatur singkat tentang pariwisata medis. Bagian ketiga secara kritis mengkaji inisiatif kebijakan pemerintah untuk
mendukung pengembangan berkelanjutan industri pariwisata medis dan kemitraan publikswasta yang diperlukan
untuk pembangunan inklusif dan berkelanjutan. Bagian empat memberikan diskusi dan implikasi kebijakan, diikuti
oleh kesimpulan.
2. Tinjauan Literatur
2.1. Wisata Medis Wisata
medis adalah contoh perdagangan internasional dalam layanan perawatan kesehatan yang telah tumbuh secara
dramatis di abad ini terutama karena biaya rendah, tidak ada periode menunggu untuk pembedahan, staf medis
profesional yang memenuhi syarat, terjangkau dan kemudahan perjalanan dan kerjasama Komisi Internasional
(IHSG) kesehatan (Connell, 2006; Milstein dan Smith, 2006; Bookman dan Bookman, 2007; Keckley, 2008;
Woodman, 2008; Smith dkk., 2009; Medhekar, 2013b). Menurut General Aggreement on Trade in Services
(GATS), ini adalah modus perdagangan kedua dalam layanan kesehatan (Chanda; 2002). Klasifikasi Organisasi
Perdagangan Dunia dalam perdagangan internasional dalam layanan, GATS mendefinisikan empat mode pasokan
melalui mana layanan dapat diperdagangkan (WTO, 1991). Ini bisa diterapkan untuk wisata medis. Mode 1,
berkaitan dengan pasokan peralatan medis dari negara maju ke negara berkembang. Wisata medis termasuk dalam
Modus 2 dari GATS, yang melibatkan pergerakan pasien medis ke negara di mana layanan kesehatan diberikan
kepada pasien asing. "Negara tujuan" adalah "pengekspor" sementara "negara asal" pasien menjadi "pengimpor"
layanan. Mode3, berhubungan dengan di mana para profesional medis yang berkualifikasi dan berpengalaman
bergerak antar negara dan mode4 adalah tentang menarik investasi asing langsung di fasilitas infrastruktur
kesehatan dan medis rumah sakit dan kemitraan publikswasta (PPP) yang diperlukan untuk keberlanjutannya
(Medhekar dan Ali). , 2012). Pertumbuhan perdagangan dalam layanan perawatan kesehatan melalui industri
pariwisata medis telah mengarah ke global outsourcing perawatan kesehatan dan operasi untuk tujuan yang
terjangkau di Asia, di mana perawatan medis dunia pertama di harga dunia ketiga, diberikan kepada pasien asing
yang mencari nilai ( Baliga, 2006; Turner, 2007; Bies dan Zacharia, 2007; Smith dan Forgione, 2007; Deloitte,
2008). Tabel1 menunjukkan dengan jelas bahwa India memiliki biaya
36 Anyta Medhekar / Procedia Social and Behavioral Sciences 157 (2014) 33 44
keuntungan untuk operasi kompleks antara tujuan wisata medis populer.
Tabel 1: Perbandingan Biaya untuk Pembedahan Terpilih
Negara Jantung By Pass Hip Replace
ment
Knee Replac ement
Histerektomi
Australia $ 33.340 $ 23.800 $ 20.089 $ 7.113 AS (US $) $ 130.000 $ 43.000 $ 40.000 $ 20.000 India (US $) $ 9.300
$ 9,000 $ 8,500 $ 3,000
Thailand (US $) $ 11.000 $ 12.000 $ 10.000 $ 4.500
Singapura $ 18.500 $ 12.000 $ 13.000 $ 6.000
Malaysia (US $) $ 9000 $ 10.000 $ 8000 $ 3000
Korea (US $) $ 34.150 $ 11.400 $ 24.100 $ 12.700
Sumber: Disusun dari American Medical Association (2008) American Medical Association dan Medibank Private
(angka dari 2006/2007 harga tahun finansial) dan Josef Woodman (2012).
Literatur akademis tentang bepergian ke kapal untuk perawatan medis dapat ditinjau dari berbagai sudut seperti;
bedah kosmetik, gigi, reproduksi, surrogacy, berbagai model wisata medis, hukum, asuransi kesehatan etis,
akreditasi dan kualitas, kebijakan ekonomi kesehatan, kesetaraan dalam akses ke perawatan medis tetapi tidak
banyak pada pembangunan ekonomi inklusif dan pertumbuhan oleh rumah sakit swasta dan PPP. Tujuan utama dari
wisatawan medis adalah melakukan perjalanan ke atas untuk diagnostik dan operasi kompleks seperti yang terlihat
dari Tabel1, untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Smith dan Forgione (2007) telah
mengidentifikasi faktor ekonomi, politik, dan peraturan yang mempengaruhi pilihan pasien dari negara tertentu dan
bahwa pilihan fasilitas medis internasional dipengaruhi oleh biaya, kualitas perawatan, pelatihan dokter dan
akreditasi.
Bookman dan Bookman (2007) telah mempelajari faktor permintaan dan pasokan untuk negaranegara
berkembang dan telah mengklasifikasikan tiga bentuk wisata medis: invasif, diagnostik, dan gaya hidup dan
pariwisata medis yang didefinisikan, "sebagai perjalanan dengan tujuan meningkatkan kesehatan seseorang,
pariwisata medis adalah kegiatan ekonomi yang memerlukan perdagangan jasa dan merupakan gabungan dari
setidaknya dua sektor: obatobatan dan pariwisata ”(hal. 1). CaballeroDanell dan Mugomba (2007) telah
menggambarkan saluran distribusi dan model pemasaran untuk industri pariwisata medis dengan mengidentifikasi
para pemangku kepentingan utama. Model mereka mengidentifikasi sembilan faktor: masalah sosial, saluran
komunikasi, produk, pasar sasaran, infrastruktur, kerangka hukum, pencitraan merek, operator, dan manfaat
pelanggan. Motivasi untuk bepergian ke Hong Kong untuk perawatan medis dipelajari oleh Ye, et al. (2008).
Selanjutnya, Heung, Kucukusta, dan Song (2010) telah mengusulkan model permintaan dan penawaran pariwisata
medis terpadu. Internet juga merupakan faktor pendorong dalam menyebarluaskan informasi, layanan perawatan
kesehatan dan membuat perjalanan medis menjadi fenomena global, di mana para pasien potensial mendapatkan
akses ke informasi dan promosi kesehatan global, bersama dengan pilihan tujuan, biaya operasi, waktu tunggu,
kualitas, turis atraksi, kondisi sosial, ekonomi dan politik di suatu negara sebelum mereka membuat keputusan untuk
bepergian ke luar negeri untuk perawatan medis (Karuppan, 2009; Lunt et al., 2010; Cormany dan Baloglu, 2011;
Medhekar dan Newby, 2013).
Pariwisata medis halal berkembang secara global. India memiliki banyak pasien Muslim yang bepergian dari
negaranegara Asia Selatan, Afrika, dan Timur Tengah untuk perawatan medis. Ini menghadapi persaingan dari
Malaysia dan Dubai. Global Health City didirikan di Chennai pada tahun 2012, sebagai Rumah Sakit Medis
Pariwisata Halal pertama. Ini disertifikasi oleh Halal India dan International Halal Integrity Alliance Malaysia; yang
merupakan mitra Kamar Dagang dan Industri Syariah Arab Saudi, menyediakan perawatan medis khusus untuk
pasien Muslim asing bersama dengan makanan bersertifikat halal, obatobatan, dan ruang doa. Berdasarkan pasar
kesehatan halal yang berkembang ini Medhekar dan Haq (2010) mengusulkan tipologi Muslim yang peka budaya
untuk memasarkan wisata medis India kepada pasien Muslim. Turner (2010) telah mengusulkan standar kualitas dan
etika untuk mengatur industri pariwisata medis global di tingkat nasional dan internasional, untuk melindungi pasien
ketika mereka bepergian ke luar negeri untuk perawatan medis. Dengan globalisasi layanan kesehatan, melek
kesehatan merupakan faktor kunci. Medhekar dan Ferdous (2012) dengan demikian mengadopsi 4
37 Anitha Medhekar / Procedia Sosial dan Ilmu Perilaku 157 (2014) 33 44
jenis melek kesehatan dari Jaringan Nasional Perpustakaan Kedokteran dan mengembangkan literasi kesehatan yang
kompeten secara budaya untuk wisatawan medis dan pariwisata medis penyedia jasa; untuk memahami dan
menginterpretasikan informasi visual yang terkait dengan data medis dan grafik (literasi visual); mengevaluasi dan
menerapkan informasi kesehatan (literasi informasi); mengoperasikan, dan meneliti informasi yang relevan dari
internet (melek komputer); dan untuk menghitung dan memahami data yang terkait dengan laporan kesehatan
wisatawan medis (keaksaraan numerik).
Medhekar dan Newby (2013) mengusulkan Model Pencarian Informasi Perawatan Medis di Luar Negeri.
Temuan empiris mereka menyimpulkan bahwa pasien medis potensial membuat keputusan dan mencari informasi
internal (pengalaman pribadi) dan eksternal (internet, cetak, media, keluarga, teman, dokter, penyedia layanan
medis, dan penyedia asuransi kesehatan) sebelum mengambil keputusan untuk bepergian ke luar negeri untuk
perawatan. Isuisu etis dan ekuitas yang terkait dengan sektor korporasi swasta dan pariwisata medis dibangkitkan,
di mana jutaan orang miskin tidak memiliki akses ke perawatan kesehatan dan pembedahan kelas dunia yang
terjangkau; dan negara berkembang mengobati pasien dari negaranegara maju Amerika Serikat, Inggris, Kanada,
Eropa dan Australia (Fleck, 2002; Sengupta dan Nundy, 2005; Turner, 2007 & 2010; Varman dan Vikas, 2007;
Singh, 2008; Vijaya, 2010; Pocock dan Phua, 2011; Meghani, 2011; Medhekar, 2013b).
3. Inisiatif Kebijakan
Pemerintah Pemerintah India mengambil inisiatif untuk mempromosikan India sebagai 'Tujuan Kesehatan
Global' (GOI, 2003, 2008a & 2010) ke seluruh dunia dan memperkenalkan MedicalVisa (MVisa) pada tahun 2003,
yang berlaku untuk setahun dan Medical Escort Visa (MX) untuk keluarga dan temanteman yang menyertainya
(Chinai dan Goswami 2007). Lebih lanjut, untuk mengurangi penundaan birokrasi dan mempercepat visa pada
kedatangan (VoA) skema untuk wisatawan medis diperkenalkan pada tahun 2010 (The Hindu, 2012). Badan
Akreditasi Nasional untuk Rumah Sakit (NABH) badan sertifikasi, dari Pemerintah India telah disetujui oleh
Masyarakat Internasional Kualitas dalam Perawatan Kesehatan (ISQUAH), untuk mempromosikan peraturan
seragam di tingkat negara dan pusat, kualitas fasilitas dan perawatan kesehatan, standar etika dan akses yang sama
terhadap perawatan kesehatan untuk merawat pasien asing dan domestik (Anon, 2009). National Association of
Health Tourism juga mengambil tanggung jawab promosi pengobatan alternatif melalui komisi tinggi India di luar
negeri dan pameran pariwisata pariwisata untuk membangun merekIndia. Pasien asing mencari akreditasi
internasional untuk kualitas fasilitas dan layanan kesehatan dan sebagainya, badan akreditasi yang berbasis di AS,
Joint Commission International (JCI), juga telah mengakreditasi 17 rumah sakit dan 3 fasilitas medis di India (JCI,
2013).
Dewan penasehat Perdana Menteri Perdagangan dan Industri, menyatakan bahwa ... 'perawatan pasien asing
secara hukum merupakan' ekspor 'dan yang sama memenuhi syarat untuk semua insentif fiskal yang diperluas untuk
mengekspor pendapatan ...' (GOI, 2003). Sebagai contoh, bea masuk untuk teknologi medis, peralatan medis yang
menyelamatkan jiwa dan mesin berkurang dan pemerintah juga memberikan 100% insentif investasi langsung asing
untuk pengembangan prasarana medis, inisiatif penelitian dan pengembangan. Lebih lanjut, tingkat depresiasi
peralatan medis yang digunakan meningkat dari 25% menjadi 40%. Tanah perdana diberikan dengan tarif bersubsidi
untuk membangun rumah sakit dan infrastruktur kesehatan ke rumah sakit swasta perusahaan yang bergerak dalam
bisnis pariwisata medis (Gupta, 2008); dengan janji memberikan perawatan kesehatan gratis untuk sejumlah pasien
miskin. Namun apakah janji dan komitmen ini oleh rumah sakit swasta untuk merawat orang miskin, sebagai
imbalan dari semua subsidi dan dukungan untuk pengembangan industri pariwisata medis, masih bisa
diperdebatkan. Pemerintah juga menyelenggarakan pameran pariwisata medis, pameran, dan konferensi di negara
maju dan berkembang dalam kemitraan dengan rumah sakit perusahaan swasta dan pemerintah asing, operator tur
medis untuk mempromosikan pariwisata medis ke India. Berdasarkan hal ini, investasi asing langsung (FDI)
didorong untuk mengembangkan fasilitas dan infrastruktur medis pertama dunia, mengimpor peralatan dan
teknologi medis, dengan mengurangi bea masuk, menyetujui pinjaman dengan suku bunga rendah, membangun
hotel dan akomodasi, jalan dan fasilitas bandara berkualitas internasional. untuk memudahkan kedatangan dan
keberangkatan wisatawan medis dari kapal (GOI, 2008a; BMHRC, 2009; Chinai dan Goswami, 2007; Chanda,
2007). Pemerintah telah mengambil semua insentif kebijakan untuk mendukung perdagangan dalam pariwisata
medis, tetapi belum mewajibkan pada rumah sakit perusahaan untuk memperlakukan kuota penduduk miskin
setempat sebagai tanggung jawab sosial perusahaan mereka, untuk mencapai salah satu tujuan kunci dari lima tahun
ke12 ( 20122017) rencana, 'Menuju Pertumbuhan Lebih Cepat, Berkelanjutan dan Lebih Inklusif', dalam
meningkatkan kesehatan penduduk miskin setempat.
4. Kemitraan PublikPribadi (KPS) untuk Pembangunan Inklusif
Dalam mengejar pertumbuhan dan pertumbuhan ekonomi, pemerintah mengadopsi berbagai langkah alternatif
untuk menyediakan dan membiayai infrastruktur ekonomi dan sosial baru dengan korporatisation, deregulasi,
privatisasi,
38 Anitha Medhekar / Procedia Sosial dan Behavioral Sciences 157 (2014) 33 44
komersialisasi, komodifikasi semua layanan publik termasuk perawatan kesehatan. Setelah krisis keuangan India
1990, berbagai sektor dibuka untuk reformasi pasar bebas oleh pemerintah Rao. Deregulasi, korporatisasi dan
inisiatif privatisasi (Labonte, 2003; Coburn, 2003) diadopsi di bawah inisiatif reformasi kebijakan ekonomi baru
untuk membiayai banyak proyek infrastruktur. Inisiatif Keuangan Publik (PFI) atau Kemitraan PemerintahSwasta
(PPP), inisiatif Thatcher dan pemerintahan Reagan di Inggris dan AS (Augustyn dan Knowles, 2000; Montanheiro,
Kuznik et al., 2003) diadopsi oleh pemerintah India ( Komisi Perencanaan, 2007; Basu dan Nundy, 2008). Schaeffer
dan Loveridge, 2002) mendefinisikan Kemitraan PemerintahSwasta (KPS) sebagai “pengaturan antara entitas
pemerintah dan sektor swasta untuk tujuan menyediakan infrastruktur publik, fasilitas masyarakat dan layanan
terkait. Kemitraan seperti itu ditandai dengan pembagian investasi, risiko, tanggung jawab, dan penghargaan di
antara para mitra ”(p.170).
Makalah ini menunjukkan bahwa PPP mendefinisikan kerjasama antara kementerian pemerintah kesehatan,
pariwisata, kesejahteraan sosial, transportasi dan infrastruktur kesehatan, pendidikan, rumah sakit umum dan
layanan perawatan kesehatan di satu sisi, dan rumah sakit sektor swasta perusahaan di sisi lain, yang tidak akan
hanya meningkatkan keunggulan kompetitif industri pariwisata medis antara berbagai pemegang saham: seperti
pemerintah pusat dan negara bagian dan departemennya, rumah sakit swasta perusahaan dan bisnis lain yang terlibat
dalam mendukung industri pariwisata medis, tetapi juga akan mengarah pada pembangunan inklusif jika kebijakan
yang sesuai dan peraturan dikembangkan untuk menerapkan dan meningkatkan akses ke fasilitas perawatan
kesehatan dan pengobatan untuk penduduk miskin lokal di negara berkembang seperti India dan Thailand. Rauniyar
dan Kanbur (2010), meninjau dan menyintesis Asian Development Bank (ADB) literatur tentang pertumbuhan
inklusif dan pembangunan inklusif dan merangkum bahwa itu harus melibatkan kombinasi dari langkahlangkah
yang saling memperkuat untuk mengurangi kemiskinan seperti (i) mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang pro
kaum miskin yang berkelanjutan , (ii) memastikan tingkat bermain politik atau pemerintahan yang baik (iii) jaring
pengaman sosial untuk pembangunan sosial yang inklusif. Di bawah strategi penanggulangan kemiskinan, dari
ADB, ditekankan bahwa “pertumbuhan ekonomi dapat secara efektif mengurangi kemiskinan, hanya jika disertai
dengan program komprehensif untuk pengembangan sumber daya manusia, pengembangan modal sosial, gender dan
pembangunan, dan perlindungan sosial” (Rauniyar dan Kanbur, 2010, hal 456).
Tabel 2: Model Kemitraan PemerintahSwasta untuk Pengembangan Inklusif dalam Penyediaan Perawatan
Kesehatan
1) Perusahaan Swasta
1) Rumah sakit sektor rumah sakit umum
2) Pusat & Negara 2)Farmasi
Pemerintah. perusahaan
3) Kementerian Kesehatan 3) Allied Healthcare
Kemitraan PemerintahSwasta
4) Kementerian layanan
untuk Pengembangan Inklusif dalam
Pariwisata 4)Asuransi Kesehatan
PenyediaanKesehatan
5) Kementerian Sosial 5)Akreditasi JCI
Kesejahteraan6) Staf Medis
6) Pemerintah. Akreditasi 7) Bisnis pariwisata
7) Kementerian 8) Tur medis
Operator transportasi
8) Sekolah Kedokteran 9) Transportasi Pribadi
9)Infrastruktur
Sumber: Dikembangkan untuk makalah ini.
Dengan meningkatnya permintaan global untuk layanan kesehatan dan medis, PPP antara pemegang saham
utama pemerintah, ADB, LSM, sektor swasta sangat penting untuk merencanakan, melaksanakan dan memberikan
fasilitas infrastruktur pendidikan, medis, kesehatan dan pariwisata untuk pengembangan inklusif (GOI, 2003). ; Ali,
2007; Nag, 2007; Fernando, 2008; GOI, 2008b; Komisi Perencanaan, 2011; Medhekar, 2012 dan 2013b), serta
untuk menjamin kualitas layanan medis, kebutuhan infrastruktur, harga, akreditasi dan penanganan hukum apa pun
perselisihan yang sama untuk pasien domestik miskin dan asing yang kurang beruntung setempat. Jadi pemerintah
pusat dan negara bagian di India seharusnya tidak hanya mengatur, tetapi juga memfasilitasi dengan rumah sakit
perusahaan swasta dan membentuk PPP dengan berbagai pemegang saham (dalam dan luar negeri) untuk
pengembangan inklusif sektor kesehatan, sehingga kebijakan makro yang promasyarakat miskin dikembangkan dan
populasi lokal yang kurang beruntung juga mendapat manfaat dari akses ke perawatan kesehatan dunia pertama
yang disediakan oleh rumah sakit swasta perusahaan seperti: Apollo, Sancheti, Wockhardt, Kokilaben Dhirubhai
Ambani Hopsital dan Penelitian Medis dan Fortis. Ini akan mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi makro
dan tujuan kesetaraan secara simultan oleh negara dalam pengembangan layanan kesehatan, yang berkualitas baik,
terjangkau, universal inklusif (prokaum miskin), setara dan
39 Anitha Medhekar / Procedia Sosial dan Ilmu Perilaku 157 (2014) ) 33 44
etis. Semua pemegang saham utama dalam industri perawatan kesehatan harus bekerja sama dalam kemitraan untuk
penyediaan dan pemberian solusi perawatan kesehatan inovatif yang efisien, efektif dan adil bagi semua orang India,
pertama dan kedua bagi orang asing; seperti yang terlihat dari Tabel2, yang dapat diterapkan untuk setiap negara
berkembang, untuk keberhasilan pelaksanaan tujuan bersama pembangunan inklusif dan akses ke fasilitas perawatan
kesehatan dan pengobatan untuk penduduk miskin yang kurang beruntung di dalam negeri dan bukan hanya pasien
lokal yang kaya dan asing.
Studi pada sektor pariwisata medis India pada 2002, oleh Konfederasi Industri India (CII), bekerja sama dengan
konsultan manajemen internasional, McKinsey & Company, menguraikan peluang besar dan pertumbuhan potensial
untuk sektor ini. Pariwisata medis di India tumbuh pada tingkat 30 persen per tahun dan diproyeksikan oleh Federasi
Kamar Dagang dan Industri India (ICCI) bahwa pasar perawatan kesehatan di India akan bernilai sekitar US $ 2,2
miliar per tahun, 5,2 % dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2010, menjadi antara US $ 50 miliar dan US $
69 miliar, atau 6,2% dan 8,5% dari PDB pada 2020 (Chinai dan Goswami, 2007; CII dan McKinsey, 2002; Ernst
and Young, 2006; FICCI, 2008). Selanjutnya, rumah sakit perusahaan terkemuka seperti Fortis dan Apollo telah
bermitra dengan fasilitas medis dan pengajaran John Hopkins Medicine International di negaranegara barat, yang
terkenal di dunia karena kualitas perawatan mereka. Wockhardt Group juga berafiliasi dengan Harvard Medical
International, yang mengelola total 26 rumah sakit di seluruh benua dan luar negeri. Rumah sakit ini secara aktif
mencari mitra asing untuk mempromosikan pariwisata medis dan berkolaborasi dan bekerja sama dengan operator
tur seperti Thomas Cook dan lainnya dalam bisnis resor perhotelan (Sengupta dan Nundy, 2005; Ernst and Young,
2006; FICCI, 2008; Hopkins et al., 2010; JCI, 2013,) bersama dengan berbagi keahlian medis, pengetahuan dan
berkolaborasi internasional dengan sekolah kedokteran dan rumah sakit terbaik di dunia.
Menurut Medhekar (2013b), “mengingat sifat global pariwisata medis sebagai ekspor layanan perawatan
kesehatan di luar negeri, tidak hanya kemitraan pemerintahswasta nasional tetapi juga pendekatan GPPP global
diperlukan antara semua permintaan utama dan pemegang saham sisi pasokan termasuk domestik penduduk lokal
untuk keberhasilan industri perawatan kesehatan global ini, dan pengalihan global asuransi kesehatan untuk
komplikasi terkait perjalanan medis, dan masalah hukum dan etika lainnya ”(hal.15). Setiap prakarsa pertumbuhan
yang mengurangi kemiskinan dan prokaum miskin dapat didefinisikan sebagai pembangunan yang inklusif. For
example, in case of health sector, the role of corporate private hospitals in the provision of healthcare should not
only be focussed on treating foreign patients and affluent Indians, but should also provide access to first world
medical facilities and treatment to poor disadvantaged groups. This has given rise to two tiered healthcare system in
India one for the foreign patients and local rich Indians and other for the poor disadvantaged group with lack of
access to even primary healthcare (Sengupta, 2008; Hopkins et al., 2010; Medhekar, 2013b).
In case of India the public health service is provided by (i) Health subcentres (ii) Primary health centres, (iii)
Community health centres and (iv) District hospitals The private sector provides range of health infrastructure
facilities and healthcare services such as (i) private dispensaries, (ii) hospitals, (iii) medical centres managed by
charitable organisations and Non Government Organisations and (iv) private corporate hospitals which caters to
foreign medical tourists and also local rich Indians (Krishnamurthi, 2004). There is also absence of regulation and
policies by the government to enforce the private corporate hospitals to earmark a portion of their profits or via
taxation of medical tourism profits for equitable and inclusive development and access of world class healthcare for
the poor population of India. (Reddy et al., 2011), have proposed healthcare reform initiatives for
“universal healthcare in India by
2020”, with three goals to ensure excess and quality of healthcare to all Indians, reduce the financial burden of
healthcare on individuals; and empower people to take responsibility of their own health and make the healthcare
system accountable for their actions (p.760).
5. Discussion and Policy Implications:
How can we have inclusive economic and social development in healthcare sector in India, to reduce the rich
and poor divide in provision and access to first world healthcare at a subsidised rate for the poor by the private
corporate sector through PPP? This has been discussed in the 12th, 5 year plan (20122017) “Towards Faster,
Sustainable and More Inclusive Growth”, that although the total health expenditure was 5.0% of GDP in the 11th
plan India has still not closed the healthdivide in the areas of empowerment through education, childcare, and
strategy for better healthcare for the poor (Planning Commission, 2011). The policy is there, but the problem lies in
the lack of focus in the implementation of this strategy for which political will at all levels of government and
different ministries is required along with PPP with the corporate private sectors providing health and education
mainly to the rich Indians and foreigners who have the ability to pay. Poverty may be declining; however the
40 Anitha Medhekar / Procedia Social and Behavioral Sciences 157 ( 2014 ) 33 – 44
trickledown effect is not working in the health sector, where we need to adopt the millennium development goals
(MDG) of reducing poverty by 2015. Government policy is geared to attract huge foreign direct investment in the
medical tourism sector which is driven by the corporate private sector to promote macroeconomic growth by trade
in healthcare services, earn foreign exchange revenues and create employment opportunities; without taking into
account the goal of inclusive development in healthcare by corporate sector by adopting Global PPP (GPPP)
approach, where world is soon becoming a 'Global Hopsital', and where people are making choices in terms of
where to travel for surgery based on key factors such as: cost, no waiting time, JCI quality, safety and security,
privacy and confidentiality. Unlike Singapore, there is a conflict in India between the policy objectives of four
government ministries: trade, tourism, health and family welfare and social services. In order to prevent government
failure as well as market failure, India needs to learn from Singapore, a global player and a competitor in the
medical tourism industry, regarding the management of providing equity in access and delivery of healthcare to the
local poor population, by adopting the 'three M framework' of the Singapore government which funds 32 percent of
national healthcare for its own local population: (i) Medfund is a government subsidy scheme for those who cannot
afford medical care, (ii) Medisave, is compulsory health saving scheme, covering 85% of the population and (iii)
Medishield which is a government funded health insurance scheme (Medhekar, 2013b).
The positive or negative effects or consequences of the development and growth of medical tourism on a
developing country such as India are significant, resulting in managerial and policy implications for the healthcare
sector. (i) Corporate hospitals are catering to foreign patients and the rich in India. This means that public scarce
resources are diverted to treat the rich domestic and foreign patients (Varman and Vikas, 2007; Hopkins et al., 2010;
Turner, 2007 and 2010), resulting in trade off and opportunity cost, where the local poor patients are deprived of
access to healthcare facilities and specialist doctors. The lower middle class and the poor disadvantaged groups
cannot pay high price and find corporate private hospitals unaffordable and thus do not have access to world class
healthcare facilities and specialist doctors. This has led to growing healthgap between the rich Indians in the urban
cities and the urban and rural poor; (ii) In India, the best specialist surgeons who are trained at a subsidies rate in the
public medical educational institutions which cost the government nearly $100 million annually (Sengupta and
Nundy, 2005; Sengupta, 2011) are changing jobs from public hospitals, to work at the private corporate hospitals
like Apollo, Fortis, Jahangir, Sancheti, Ruby Hall and Wockhardt due to higher wages, better working conditions,
job satisfaction and world class medical facilities, resulting in internal brain drain which benefits the medical
tourism industry. To prevent this migration from public to private government can retain and attract specialists'
doctors to the public system by improving the medical facilities and provide better wages and working conditions.
There is also evidence of return of medical professionals from developed countries to their country of birth, to work
in the private corporate hospitals (Hazarika, 2010). This can result in shortage of skilled and specialist doctors in the
public hospitals and long queue for poor patients;
iii) Seeking complex medical treatment in India is a cheaper cost effective attractive option for foreigners and
nonresident Indians. However, at the same time it is important to maintain good reputation of the Indian private
corporate hospitals, to make sure that Indian legal and medical ethical system, insurance and liability is fairly
established to support any medical malpractice cases by foreigners against Indian hospitals and doctors, which
includes surgery and postsurgery care; (iv) The recent 2012 rape incidents in Delhi, and 2013 case in Mumbai,
confirms that safety and security of the locals including foreign medical tourists is very critical, if India wants to
reap the benefits and be a global player in this industry. If quality and safety is compromised, it will deter not only
tourist but also medical patients from choosing India as a safe destination for tourism and quality of healthcare
treatment; (v) There are many positive impacts of private provision of healthcare to foreigners by corporate sector as
it generates employment opportunities in high skilled areas (Bookman and Bookman, 2007) medical and allied
healthcare services, transport, hospitality, tourism services; building medical and other tourism infrastructure
facilities; investment in training medical specialist to work in super speciality hospitals; (vi) trade in healthcare
services/ medical tourism like international education and tourism attracts foreign direct investment and earns
foreign exchange, but on the other hand it is subject to exchange rate fluctuations and rising cost of healthcare for
local population; (vii) It is essential to have dialogue and GlobalPPP to discuss various issues (health/medical
tourism and nontourism) at the destination, international and national policy level (health, tourism, social welfare
and infrastructure), in context of healthcare and medical tourism such as: regulation, legal, ethical, (Saniotis, 2007;
Lum, 2009; Nemie and Kassim, 2009), quality of healthcare, international accreditation, safety and security of the
medical tourists, insurance and liability issues, confidentiality and privacy, country infrastructure issues, spread of
virus and super bugs (Snyder & Crooks, 2012; JCI, 2013), cleanliness and hygiene of the hospitals and country,
41 Anitha Medhekar / Procedia Social and Behavioral Sciences 157 ( 2014 ) 33 – 44
code of conduct by professionals are some very critical issues for sustainable development and growth of medical
tourism and healthcare sector in India.
(viii) Improving health and education is essential for sustaining inclusive growth in developing countries like
India where millions are living in poverty, along with the ageing population which can cause economic, social and
political instability as poor and ageing means; poor health and less empowerment; (ix) Inefficiency in healthcare
service delivery is due to poor quality of healthcare which is measured by life expectancy, infant and maternal
mortality followed by high level of corruption in spending and employee's absenteeism, and increasing use of
private healthcare by the people Singh (2008). This can be eliminated only if the private sector and the 3 levels of
governments work together to improve on quality, corruption, safety, security, and absenteeism; (x) Governments
can pass regulation to earmark all tax revenue earned from the private medical tourism industry, by reinvesting the
revenue into the domestic healthcare system and thus providing equal access to medical treatment and facilities for
the disadvantaged rural population of India living below the poverty line and enhance local health benefits. (xi) In
case of the old and retired people from all sections of the society and particularly middle class and upper middle
class families are living alone. The private agencies which provide homenursing facilities are growing and this is
not regulated and accredited by the government. There are many cases where the families and agencies who are
caring for caring for the old people in their own home, are taking advantage of their vulnerable age. There is a
business opportunity for the major corporate private sector hospitals with partnership with government subsidy to
encourage them to build and provide old age nursing homes based on high, medium and low care health facilities as
in developed countries, so that old people can be taken care of and not abused by their family members and private
carers at home. Medical tourism can act as a driver for improving healthcare facilities and service delivery at a
subsidised cost not only to the poor but also to the ageing population by user pay system based on ability to pay
principle. This will assure inclusive development and publicprivate provision of healthcare to all disadvantaged
groups in the current context of decentralisation and globalisation of health care delivery; as economic growth and
availability of first world healthcare alone does not guarantee inclusive development in access to healthcare.
6. Conclusions
Macroeconomic policy of sustainable and inclusive development and growth is a concern for India because the
benefits of equal access to first world healthcare facilities and treatment from the medical tourism industry have not
been equitably shared and tricked down to the poorest of poor (people below the poverty line) in urban as well as
rural India. Increase in macroeconomic development and growth, which increases inequality, is not inclusive or pro
poor. To meet the objective of the 12th five year plan (20122017) as outlined by the Planning Commission (2011),
it is necessary to improve the quality of facilities and medical staff at the public hospitals who serve the
economically backwards and those living below the poverty line, by having a Universal Health Coverage and to
improve efficiency, effectiveness and accountability in the delivery of healthcare services to the poor, under the
umbrella of National Rural Health Mission. Private corporate hospitals are for the rich Indians and the foreigners.
The Indian government may be of the opinion that by supporting the development of medical tourism the market
forces will automatically take care of inclusive development and growth, where the benefits from trade in healthcare
services will reach the poorest of poor population. In reality, various studies have shown that private hospitals have
refused free treatment to poor patients, in return of government measure to support the development and growth of
medical tourism (CII and Mckinsey, 2002; Smith et al., 2009; Voigt and Laing, 2010; Basu and Nundy, 2008;
Gupta, 2008). Further, given the slow growth rate projected in the coming year for the Indian economcy for 2013
2014, the rupee has depreciated since August 2013, against US dollar (Das, 2013) and other major currencies. This
will make India an attractive low cost destination for medical tourists as well as make import of medical equipment
and certain medicine expensive and thus increase the cost of medical treatment for domestic patients.
The new economic policy reform strategy that started in 1990 was oriented towards privatisation, foreign
investment and development of industry through free market. However, since the 11th five year (Planning
Commission 2007) plan the government is concerned about inclusive development and growth with a human face in
all sectors. The corporate sector hospitals need to play a major role by PPP, for making medical tourism propoor in
providing cost effective, innovative solutions by adopting urban slums and rural villages to ensure inclusive and
sustainable development of first world healthcare facilities in regions that are economically underdeveloped and
support the idea of universal access to healthcare for the poorest. Further, political commitment is essential between
42 Anitha Medhekar / Procedia Social and Behavioral Sciences 157 ( 2014 ) 33 – 44
the key stake holders for providing efficient, effective, equitable and accredited quality of health care for the long
term sustainability of the medical tourism industry for the host country, given the increasing competition, as well as
to guarantee well developed rural infrastructure facilities such as roads in particular to have easy access to health
and educational facilities, quality of service, affordable price, accreditation of public and corporate private hospitals
and handling of any legal disputes for all patients (domestic and foreign) to ensure universal access to healthcare.
Finally, if the population of the country is in good health, they will generate wealth, and promote sustainable
inclusive development and growth for all sectors of the economy.
References
Ali, I. (2007). Inequality and the imperative for inclusive growth in Asia. Asian Development Review, 24(2), 116. Ali, MM
(2012). Outbound Medical Tourism: The Case of Bangladesh, World Review of Business Research, 2(4), 5070. American
Medical Association (AMA) (2008). American Medical Association and Medibank Private, 78(10), 3843. AMTA (The Asian
Medical Tourism Association) (2010). Retrieved June 1, 2010, from http://www.healthtourism.com/medical
tourism/conferences/. Anon (2009). “NABH Accreditation Lauded”, Quality India, 2(5), 49. Arunanondchai, J. & Fink,
C. (2007). Trade in health services in the ASEAN region. World Bank Research Paper, No 4147. Augustyn, MM & Knowles, T.
(2000). Performance of tourism partnerships: a focus on York. Tourism Management, 21(4), 341351. Baliga, H. (2006). Medical
tourism is the new wave of outsourcing from India. India Daily. Retrieved April 2, 2010, from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2234298/. Basu, RV & Nundy, M. (2008). Blurring of Boundaries:
PublicPrivate Partnerships in Health Services in India. Economic & Political Weekly,
43(4), 6271. Bies, W. & Zacharia, L. (2007). Medical Tourism: Outsourcing Surgery. Mathematical & Computer
Modelling, 46, 114459. BMHRC (2009). Medical Tourism India: BM Birla Heart Research Centre (BMHRC)
http://www.medicaltourismindia.com/bmbirla.htm
(viewed on Sunday 692009). Bookman, MZ & Bookman, KR (2007). Medical Tourism in Developing Countries,
Palgrave Macmillan, New York. Brotman, BA (2010). Medical Tourism Private Hospitals: Focus India. Journal of Health Care
Finance, 37(1), 4550. BusIndia (2013). CII to organise Kerala Health Tourism 2013 from Oct 31Nov 2 in Kochi. Retrieved
September 1, 2013, from
http://www.hospitalitybizindia.com/detailNews.aspx?aid=17640&sid=1. CaballeroDanell, S. & Mugomba, C. (2007).
Medical tourism and its entrepreneurial opportunities: A conceptual framework for entry into the
industry. Unpublished master's thesis, University of Gothenburg, Gothenburg, Sweden. Carrera, PM & Bridges, JF
(2006). Globalisation and healthcare: understanding health and medical tourism. Expert Review of
Pharmacroeconomics & Outcomes Research, Future Drugs, 7(1), 447445. Cattaneo, O. (2009). Trade in Health
Services: What's in it for developing countries? Policy Research Working Paper 5115, The World Bank,
November. Chanda, R. (2002). Trade in Health Services. Bulletin of World Health Organisation, 80(2), 158163.
Chanda, R. (2007). Foreign Investments in hospitals in India: Status and Implications, India: Ministry of Health and Family
Welfare and WHO
Country office, New Delhi. Chee, H. (2007). Medical tourism in Malaysia: International movement of healthcare
consumers and the commodification of healthcare, Asia
Research Institute Working Paper Series No. 83. Chinai, R. & Goswami, R. (2007). Medical visas mark growth of
Indian medical tourism. Bulletin World Health Organisation, 85 (3), 164165. CII & Mckinsey (2002). Healthcare in India: The
road ahead. New Delhi: Confederation of Indian Industries & Mckinsey & Company, New
Delhi. Coburn, D. (2003). Income ineqaulity, social cohesion, and the health status of populatios: The role of neo
libraliam. In Health and Social Justice: Politics, ideology, and inequlaity in the distribution of desease: A public health reader. R
Hofricher, ed., 335355, San Francisco, CA. Connell, J. (2006). Medical Tourism: Sea, sun, sand and ... surgery. Tourism
Management, 26(6), 10931100. Cormany, D. & Baloglu, S. (2011). Medical travel facilitator websites: An Exploratory study of
web page contents and services offered to the
prospective medical tourist. Tourism Management, 32, 709716. Das, S. (2013). Falling Rupee boots medical tourism;
imports hurts. Retrieved October 4, 2013, from http://www.business
standard.com/article/economypolicy/fallingrupeeboostsmedicaltourismimportshurt113100200918 Deloitte
(2008). Medical Tourism: Consumers in Search of Value. Deloitte Centre for Health Solutions, Washington, DC, Douglas, DE
(2007). Is Medical Tourism the Answer? Frontiers of Health Services Management. 24(2), 3540. Ernst & Young (2006). Health
Quotient: making ideas meet opportunities. Health Sciences India, Ernst & Young, Private Ltd., New Delhi. Fernando, N. (2008).
Rural development outcomes and drivers: An overview and some lessons. EARD Special Studies, Asian Development
Bank. FICCI (2008). Fostering Quality Healthcare for All, Federation of Indian Chamber of Commerce & Ernst &
Young, New Delhi. Fleck, IM (2002). Last chance therapies: can a just and caring society do healthcare rationing when life itself
is at stake? Yale Journal of Health
Policy Law Ethics, 2(2), 225298. Government of India (GOI) (2003). Health Sector in India, 2003 Budget Papers,
GOI, New Delhi. Government of India (GOI) (2008a). Eleventh Five Year plan 200712, Volume11: Social Sector, Planning
Commission, GOI, Oxford University
Press, New Delhi. Government of India (GOI) (2008b), Public and Private Partnerships in India, Ministry of Finance,
New Delhi.
43 Anitha Medhekar / Procedia Social and Behavioral Sciences 157 ( 2014 ) 33 – 44
Government of India (GOI) (2010), Ministry of Tourism Annual Report (201011), New Delhi. Gupta, A. (2008). Medical
tourism in India: winners and losers. Indian Journal of Medical Ethics, 5(1), Retrieved June 30, 2011, from
http://www.ijme.in/161ed04.html. Hazarika, I. (2010). Medical tourism: its potential impacts on the health workforce
and health systems in India. Health Policy and Planning,
26(4), http://heapol.oxfordjournals. Healy, C. (2009). Surgical tourism and the globalisation of healthcare. Irish Journal
of Medical Science, 178(2), 125127. Herrick, DM (2007). Medical tourism: Global competition in healthcare (NCPA Policy
Rep. No. 304), Retrieved October 2, 2009, from
http://www.ncpa.org/pub/st/st304. Heung, V., Kucukusta, D. & Song, H. (2010). A Conceptual Model of Medical
Tourism: Implications for Future Research. Journal of Travel &
Tourism Marketing, 27(3), 236251. Horowitz, MD & Rosensweig, JA (2007). Medical TourismHealth Care in the
Global Economy. The Physician Executive, 33(6), 2431. Hopkins, L., Labonte, R., Runnels, V. & Packer, C. (2010). Medical
tourism today: What is the state of existing knowledge? Journal of Public
Health Policy, 31(2), 185198. Indian Medical Tourism (IMT) (2009), India ranks 2nd in med tourism, Retrieved
August 15, 2009, from
http://www.medicaltourism.org/consortium.jsp?sect=consortiumdetail&id=6. JCI (2013). Joint Commission
International Accreditation Standards for Hospitals4th Edition, Retrieved August 20, 2013, from
http://www.jointcommissioninternational.org/. Karuppan, CM (2009). Healthcare Tourism: Accelerating diffusion
through a more effective use of communication channels. Journal of
Communication in Health, 3(1), 2436. Keckley, PH (2009). Medical tourism: updates and implications. Washington,
DC: Deloitte Center for Health Solutions. Krishanamurthi, G. (2004). Some issues of governance in rural health sector, Retrieved
June 1, 2013, from
www.irma.ac.in/silver/themepaper/GKM.pdf. Labonte, R. (2003). Globalisation, trade and health: unpacking the links
and defining public policy options. In Health and Social Justice: Politics,
ideology, and inequlaity in the distribution of desease: A public health reader. R Hofricher, ed., 469500, San Francisco,
CA:. Lum, L. (2009). At the forefront of medical tourism law. Diverse Issues in Higher Education, 26(10), 6. Lunt, N., Hardey,
M., & Mannion, R. (2010). Nip, Tuck and Click: Medical Tourism and the Emergence of WebBased Health Information, The
Open Medical Informatics Journal, (4), 111. Lunt, N. & Carrera, P. (2010). Medical tourism: Assessing the evidence
on treatment abroad. Maturitas, 66(1), 27–32. MacReady, N. (2007). Developing countries court medical tourists. The Lancet,
369, 1849–1850. Marcelo, R. (2003). India Fosters Growing 'Medical Tourism' Sector, Financial Times, Retrieved July 2, 2003,
from
http://yaleglobal.yale.edu/display.article?id=2016. Medhekar, A. (2011). PublicPrivate Partnerships for Sustainable
Growth of Medical Tourism, Medical Tourism Magazine, pp.15, Official
Magazine of the Medical Tourism Association, USA. Medhekar, A. & Haq, F. (2010). Marketing Indian Medical
Tourism to Muslim Patients in an Islamic Way. In proceedings of the 1st
International Conference on Islamic Marketing and Branding: Exploring Issues and Challenges, pp.117, University of Malaysia.
Medhekar, A., & Ali, MM (2012). A CrossBorder Trade in Healthcare services: Bangladesh to India. The Business and
Management Review,
2(1), 113. Medhekar, A. (2012), Growth of Medical Tourism in India and PublicPrivate Partnerships. In:
Development Management in the TwentyFirst
Century. Edited by Kartik Roy & Sandip Kar Chapter 7, pp.7390, Nova Science, New York. Medhekar, A. & Ferdous,
T. (2012). Importance of Culturally Competent Health Literacy for Medical Tourism. In Proceedings of 1st
International Conference on Tourism and Hospitality Research, 1, pp. 5560, Singapore Press. Medhekar, A. & Newby,
L. (2013). Information Search to Travel Abroad for Medical Treatment: An Empirical Study. In the proceedings of 7th
International Conference on Healthcare Systems and Global Business Issues, Edited by Dennis Emmett, Marshall University,
USA, pp. 7796, presented at Jaipur National University, India. Medhekar, A. (2013a). “Maharashtra Medically Yours: A Global
Player in Medical Tourism”, COSMOS Journal, BiAnnual, 2(5), pp. 3853. Medhekar, A. (2013b). Government Initiatives for
Developing Medical Tourism: India, Singapore & Australia. In the proceedings of 2nd
International Conference on Tourism and Hospitality Research, pp.716, Singapore. Medindia (2006). Apollo to Open
Superspecialty Hospital in Oman by Yearend. Retrieved March 3, 2010, from
http://www.medindia.net/news/view_news_main.asp?x=11060. Meghani, Z. (2011). A Robust, Particularist Ethical
Assessment of Medical Tourism. Developing World Bioethics, 11(1), 1629. Milstein, A. & Smith, M. (2006). America's new
refugees—seeking affordable surgery offshore. Jurnal Kedokteran New England. 355(16),
16371640. Ministry of Tourism (MOT) (2012). Incredible India Theme Brochures Government of India,” Retrieved
July 7, 2013, from
http://tourism.gov.in/Tourism. Montanheiro, L., F. Kuznik, & Ochojski, A. (2003). Public and Private Sector
Partnerships: Sustainable Success eds. England, Sheffield Hallam
University Press, UK. Nag, RM (2007). Financial education for inclusive development, Retrieved July 15, 2013, from
http://www.adb.org/Documents/Speeches/2007/ms2007089.asp. Nagaraj, NM (2009). India emerges 2nd in medical
tourism race, Retrieved August 15, 2009, from
http://timesofindia.indiatimes.com/india/Indiaemerges2ndinmedicaltourismrace/articleshow/4321310.cms,. Nemie, P. &
Kassim, J. (2009). Crossborder issues in the development of medical tourism in Malaysia: Legal challenges and opportunities.
Journal of Law and Medicine, 17(1), 5973. Neelankantan, S. (2003). India's global ambitions, Far Eastern Economic
Review 6 November 03. Planning Commission (2006). Towards Faster and more Inclusive Growth: An approach to the Eleventh
Five Year Plan, Government of India,
New Delhi. Planning Commission (2007). Eleventh Five (5) Year Plan 20072012, Planning Commission India.
Retrieved July 7, 2009, from
44 Anitha Medhekar / Procedia Social and Behavioral Sciences 157 ( 2014 ) 33 – 44
http://planningcommission.nic.in/plans/planrel/fiveyr/welcome.html. Planning Commission (2011). Faster, Sustainable
and More Inclusive Growth: An approach to the Twelfth Five Year Plan 20122017,
Government of India, New Delhi. Pocock, N. & Phua, K. (2011). 'Medical tourism and policy implications for health
systems: a conceptual framework from a comparative study of Thailand, Singapore and Malaysia. Globalization and Health,
7(12), Retrieved July 7, 2012, from http://www.globalizationandhealth.com/content. Rauniyar, G. & Kanbur, R. (2010). Inclusive
growth and inclusive development: a review and synthesis of Asian Development Bank literature.
Journal of the Asia Pacific Economy, 15(4), 455469. Reddy, KS, Patel, V., Jha, P., Shiva Kumar, AK, & Dandona, L.
(2011). Towards achievement of universal health care in India by 2020: a call
for action. The Lancet, 337, 760768. RNCOS (2010). Booming Medical Tourism in India, Industry Report, New Delhi.
Saniotis, A. (2007). Changing ethics in medical practice: a Thai perspective. Indian Journal of Medical Ethics, 4 (1), 2425.
Schaeffer, PV & Loveridge, S. (2002). Towards an understanding of types of publicprivate cooperation. Public Performance and
Management
Review, 26(2), 169189. Sengupta, A. (2011). Medical Tourism: Reverse Subsidy for the Elite. Signs, 36(2), 312319.
Sengupta, A. (2008). Medical tourism in India: Winners and losers. Indian Journal of Medical Ethics, 5(1), 45. Sengupta, A. &
Nundy, S. (2005). The private health sector in India. British Medical Journal, 331, 11578. Singh, N. (2008). Decentralisation and
Public Delivery of Health Care Services in India. Health Affairs, 27(4) 9911001. Singh, N. (2012). Exploring the factors
influencing the travel motivations of US medical tourists, Current Issues in Tourism, p: 119. Smith, M. & Puczko, L. (2009).
Health and Wellness Tourism. Oxford: Butterworth, Elsevier, MA, USA. Smith, R., Chanda, R. & Tangcharoensathien, V.
(2009). Trade in healthrelated services. The Lancet, 73(9663), 593601. Smith, P. & Forgione, (2007). Global Outsourcing of
Healthcare: A Medical Tourism Decision Model. Journal of Information Technology Case
and Application Research, 9(3), 19. Snyder, J. & Crooks, AA (2012). New Ethical Perspectives on Medical Tourism in
the Developing World, Developing World Bioethics, 12, 3
6. Tattara, G. (2010). Medical tourism and domestic population health. Department of Economics, Ca'Foscari
University of Venice, Italy. Taleghani, M., Chirani, E., & Shaabani, A. (2011). Health Tourism, Tourist Satisfaction and
Motivation, Interdisciplinary. Journal of
Contemporary Research in Business, 3(4), 546555. The Hindu (2012). '941 foreigners avail VoA facility', In the
Hindu, Retrieved July 14, 2012, from
http://www.thehindubusinessline.com/news/travel/article3764211. Turner, L. (2007). First World Health Care at Third
World Prices: Globalisation, Bioethics and Medical Tourism. BioSocieties, 2(3), 303325. Turner, L. (2010). Quality in
healthcare and globalization of health services: accreditation and regulatory oversight of medical tourism
companies. International Journal for Quality in Healthcare, 23(1) 17. United Nations Development Programme (2006).
Human Development Report, New York, Palgrave Macmillan, p. 367. Varman, R. & Vikas, RM (2007). Rising markets and
failing health: an Inquiry into subaltern healthcare consumption under neoliberalism.
Journal of Macromarketing, 27, 162172. Vijaya, R. (2010). Medical Tourism: Revenue Generation or International
Transfer of Healthcare Problems? Journal of Economic Issues, XLIV
(1), 5369. Voigt, C. & Laing, JH (2010). Journey into Parenthood: Commodification of Reproduction as a New
Tourism Niche Market. Journal of Travel
& Tourism Marketing, 27(3), 252268. World Health Organisation (WHO) (2001). “Macroeconomics and Health:
Investing in Health for Economic Development”, Report of the
Commission on Macroeconomics and Health, Geneva. Woodman, J. (2008). Patients beyond borders: Everybody's
guide to affordable world class medical travel (2nd Edn.), Chapel Hill, NC: Healthy
Travel Media. World Bank (2009). World Development Report 2009: Reshaping economci geography. Wshington DC,
World Bank. World Trade Organisation (1991). Service Sectoral classification List Note by the Secretariet, WTO, Geneva,
WTO No.MTN/GNS/W/120. Ye, BH, Yuen, PP, Qiu, HZ, & Zhang, VH (2008). Motivation of medical tourists: An exploratory
case study of Hong Kong medical
tourists. Paper presented at the Asia Pacific Tourism Association (APTA) Annual Conference, Bangkok, Thailand.