Anda di halaman 1dari 5

KATA PENGANTAR

Semoga berkah

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
resume ini. Kemudian shalawat dan salam tak lupa diucapkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita ke alam yang terang benderang, penuh
ilmu pengetahuan.
Alhamdulillah penulis dapat meringaks sehingga terselesaikan resume ini,
yang mudah-mudahan bermanfaat baik bagi pembaca maupun penulis sendiri.
Resume ini berjudul “Isu-Isu Gender (Dalam Konteks Kekinian di Indonesia)”.
Resume ini diringkas dari buku berjudul

Penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian resume ini, baik dalam bentuk semangat, motivasi, maupun dalam
pengadaan buku.
Penulis menyadari bahwa resume ini belum sepenuhnya sempurna. Maka
dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca dengan harapan
penulis dapat membuat makalah lain yang lebih baik. Semoga resume ini dapat
memenuhi tujuan pembuatannya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jambi, 14 Juni 2010

Penulis

1
ISU-ISU GENDER
(Dalam Konteks Kekinian di Indonesia)
Asli bukan palsu

Pembahasan gender tidak terlepas dari ketidaksetaraan antara perempuan dan


laki-laki. Oleh karena itu masalah tersebut harus diatasi dengan mengetengahkan
konsep pembangunan berwawasan gender (gender and development GAD) sebagai
konsep peranan perempuan dalam pembangunan. Konsep GAD ini merupakan
cerminan yang menempatkan perempuan dan laki-laki sesuai dengan fungsi, hak,
kewajiban, dan kodratnya. Tetapi dari implementasinya belum terncermin konsep
GAD tersebut. Sehingga isu-isu gender meliputi diskriminasi perempuan dalam
kesetaraan dan keadilan gender.
Pada dasarnya diskriminasi gender adalah setiap pembedaan atau pembatasan
seseorang karena alasan gender, sehingga mengkibatkan penolakan pengakuan,
penolakan keterlibatan, pelanggaran atas pengakuan hak asasinya, dan penolakan
persamaan antara laki-laki dan perempuan, serta hak dasarnya dalam bidang politik,
ekonomi, sosial, dan budaya. Beberapa bentuk diskriminasi antara lain:
a. Diskriminasi secara langsung, adalah jika seseorang diperlukan dengan berbeda
secara langsung dalam bentuk diskriminasi akibat prilaku, sikap, atau akibat dari
suatu aturan.
b. Diskriminasi secara tidak langsung, adalah jika suatu peraturan atau kebijakan
sama tetapi berakibat hanya pada kelompok atau jenis kelamin tertentu saja.
c. Diskriminasi sistemik, terjadi sebagai hasil ketidakadilan yang berakar dalam
sejarah, adat, norma, dan struktur masyarakat yang mewariskan keadaan
diskriminatif.
Dari berbagai diskriminasi yang bersumber dari keyakinan gender, maka akan
muncullah ketidakadilan gender. Bentuk diskriminasi dan ketidakadilan itu dasarnya
adalah karena keyakinan di masyarakat (konstruksi sosial). Misalnya perempuan
tidak bisa dari pemimpin karena perempuan itu lembut, keibuan, dan bersifat
emosional, sedangkan pria tegas, keras, dan rasional.

2
Adapun bentuk-bentuk ketidakadilan gender tersebut antara lain:
a. Subordinasi
Subordinasi di sini berhubungan dengan hal politik dan proses pengambilan
keputusan dan pengendali kekuasaan. Meskipun jumlah perempuan mencapai
50%, namun mereka ditentukan dan dipimpin oleh kaum laki-laki. Subordinasi
tersebut tidak hanya secara global malainkan juga dalam birokrasi pemerintahan.
b. Marginaslisasi
Marginaslisasi terjadi dalam budaya, birokrasi, maupun program
pembangunan. Misalnya dalam program pertanian ”green revolition”, di sini
kaum perempuan secara sistematis disingkirkan.
c. Stereotip
Stereotip adalah suatu bentuk ketidakadilan budaya yakni pemberian label
negatif yang memojokkan kaum perempuan sehingga berakibat pada posisi dan
kondisi kaum perempuan. Misalnya label kaum perempuan sebagai ”ibu rumah
tangga”.
d. Beban Kerja
Dari observasi menunjukkan bahwa kaum perempuan mengerjakan hampir
90% dari pekerjaan domestik. Sehingga walaupun mereka bekerja di tempat
kerja, mereka juga harus mengerjakan pekerjaan domestik.
e. Sosialisasi Keyakinan Gender
Sosialisasi keyakinan gender mengakibatkan tersosialisasinya citra, posisi,
kodrat, dan penerimaan nasib perempuan yang ada. Dengan kata lain segenap
manifestasi dan ketidakadilan gender juga merupakan proses penjinakan
sehingga kaum wanita sendiri menganggap kondisi atau posisi seperti itu sebagai
norma dan kodrati.

Untuk menghentikan ketidakadilan gender diperlukan usaha multidisiplin dan


berbagai kegiatan, di antaranya:
1. Kekerasan bagi Perempuan

3
Sejarah manusia secara global tidak hanya diwarnai dengan kemajuan, namun
juga dotori oleh kekerasan, seperti tindakan pemaksaan, perkosaan, pembantaian,
pembunuhan, dan peperangan. Namun sebagian dari kekerasan itu sering tidak
dianggap serius dan cenderung membudaya, walaupun mengancam keselamatan
tubuh dan nyawa kaum perempuan.
Untuk menghapus segala bentuk tindak kekerasan terhadap kaum perempuan
in family, within the community and state ciolence sebagai bagian dari
penghapusan diskriminasi kaum perempuan hendaknya didasari atas kebijakan
nasional ”zero tolerance policy” (tindak kekerasan sekecil apapun tidak dapat
ditoleransi).
2. Kesehatan Reproduksi Perempuan
Pembahasan kesehatan reproduksi tidak terlepas dari persoalan hak-hak
reproduksinya. Dokumen ICPD Kairo tentang hak-hak reproduksi yang
merupakan bagian dari hak-hak asasi manusia dan harus dipahami oleh setiap
individu mencakup tiga hal pokok, yaitu:
a. Hak pasangan dan individu untuk menentukan secara bebas dan bertanggung
jawab tentang jumlah dan jarak kelahiran anak-anaknya, berdasarkan
pengetahuan dan informasi yang dimilikinya.
b. Hak untuk mendapatkan pelayanan dan informasi tentang kesehatan seksual
dan reproduksi yang berkualitas.
c. Hak untuk membuat keputusan yang bebas dari diskriminasi, paksaan, atau
kekerasan.
Masalah krusial yang berkaitan dengan masalah hak reproduksi misalnya
pembatasan jumlah anak dan ”matherial care” kematian di Indonesia yang
mencapai 420 : 100.000. Adapun penyebab kematian adalah pendarahan setelah
melahirkan. Oleh karena itu, kematian perempuan sebagai ibu harus diaudit,
mengapa dan apa sebabnya.
Adapun upaya yang telah dilakukan pemerintah dengan mengadopsi dua
pendekatan paket terpadu, pertama yaitu paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Esensial (PKRE) dengan muatan materi tentang kesehatan ibu dan bayi, Keluarga
Berencana (KB), pencegah serta penanganan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)
dan HIV, serta kemandulan. Kedua paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi

4
Konfrehensif (PKRK) yang materinya terdiri dari empat materi di atas ditambah
dengan materi penanganan usia lanjut.

3. Tenaga Kerja Perempuan


Masalah kaum perempuan bekerja, khususnya di luar negeri merupakan
primadona jika bicara tentang isu-isu gender. Persoalan kaum perempuan bekerja
ini sangat kompleks karena berkaitan dengan situasi, lingkungan sosial budaya,
dan tradisi masyarakat yang kadang memberi citra dan penilaian kurang positif
bahwa paling tepat kaum perempuan hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga
(domestik).
Padahal secara konsepsional teoristis kaum perempuan sebagai mitra kaum
laki-laki dalam segala bidang semakin jelas adanya. Di Indonesia hal ini
didukung oleh Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 yang menyatakan
bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas perkerjaan dan penghidupan yang
layak. Dengan demikian perempuan dan laki-laki berhak memiliki pekerjaan
yang sama dan masing-masing bebas memilih profesi yang sesuai dengan
keahliannya.
Berkaitan dengan banyaknya kaum perempuan yang bekerja di luar negeri,
bukan hanya itu namun juga masalah banyaknya pengangguran di Indonesia dan
besarnya peluang kerja di luar negeri. Untuk menyikapi hal ini diperlukan
peningkatan pendidikan antara lain memperbaiki sistem pendidikan, peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan peningkatan kualitas pembinaan produktivitas.
Oke oce

Anda mungkin juga menyukai