Materi
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru
Tahun 2012
KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN PROFESI GURU
3 Jam Pelajaran
Pengarah
Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd
Penanggung Jawab
Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd
Tim Penyusun
Dra. Dian Mahsunah, M.Pd
Dian Wahyuni, SH, M.Ed
Drs. Arif Antono
Dra. Santi Ambarukmi, M.Ed
Editor
Prof. Dr. Sudarwan Danim
Marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulisan bahan untuk mata ajar Kebijakan
Pengembangan Profesi Guru dapat diselesaikan. Bahan ajar ini dikembangkan dari rambu-
rambu struktur kurikulum Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) tahun 2012.
Kehadiran bahan ajar ini diharapkan menjadi penguat bagi peserta PLPG untuk memenuhi
standar kompetensi lulusan yang telah dirumuskan.
Substansi bahan ajar ini berkaitan dengan kebijakan pembinaan dan pengembangan
profesi guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, khususnya tentang
peningkatan kompetensi, penilaian kinerja, pengembangan karir, perlindungan dan
penghargaan, serta etika profesi guru. Substansi sajian ini diharapkan dapat menginspirasi
peserta PLPG untuk memahami secara lebih mendalam dan mengaplikasikan secara baik hal-
hal yang berkaitan dengan kebijakan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa pencapaian standar kompetensi lulusan bagi
peserta PLPG merupakan salah satu prasyarat untuk mewujudkan guru yang profesional, yang
mampu mengelola proses pembelajaran yang bermutu. Hal ini menjadi bagian integral dari
upaya mentransformasi visi Badan Pengembangan SDMPK da PMP, yaitu tersele ggara ya
layanan prima untuk membentuk SDM pendidikan dan kebudayaan yang profesional dan
ber artabat serta pe ja i a utu pe didika ya g tersta dar e jadi realitas.
Kami yakin dan percaya bahwa substansi bahan ajar ini sangat relevan bagi peserta
PLPG untuk memahami dan kemudian mengaplikasi-kan aneka kebijakan dalam
pengembangan profesi guru. Kami mengucap-kan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan bahan ajar ini. Mudah-mudahan kehadiran bahan ajar ini
dapat mengoptimasi peserta PLPG untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
pada satuan pendidikan tempatnya menjalankan tugas-tugas profesional.
Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru mengharuskan bahwa guru
profesional memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1 atau Diploma IV dan
bersertifikat pendidik. Salah satu pola sertifikasi guru dalam jabatan adalah Pendidikan dan
Pelatihan Profesi Guru (PLPG) yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki
program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah.
Salah satu mata ajar dalam PLPG tahun 2012 adalah Kebijakan Pengembangan Profesi
Guru. Bahan ajar ini ditulis dan dikembangkan bersama oleh Tim Pusat Pengembangan Profesi
Pendidik dengan editor Prof. Dr. Sudarwan Danim dari rambu-rambu struktur kurikulum PLPG
tahun 2012. Kehadiran bahan ajar ini diharapkan menjadi sumber belajar dan penguat bagi
peserta PLPG untuk memenuhi standar kompetensi lulusan yang telah disepakati oleh
pengembang sesuai dengan regulasi yang ada.
Secara keseluruhan, substansi bahan ajar ini berkaitan dengan kebijakan pembinaan dan
pengembangan profesi guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
khususnya tentang peningkatan kompetensi, penilaian kinerja, pengembangan karir,
perlindungan dan penghargaan, serta etika profesi guru. Substansi sajian ini diharapkan dapat
menginspirasi peserta PLPG untuk memahami secara lebih mendalam dan mengaplikasikan
secara baik hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan pengembangan profesi guru sebagaimana
dimaksud.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa pencapaian standar kompetensi lulusan bagi
peserta PLPG merupakan prasyarat untuk mewujudkan guru yang profesional, yang mampu
mengelola proses pembelajaran yang bermutu. Kami yakin dan percaya bahwa substansi
bahan ajar ini sangat relevan bagi peserta PLPG untuk memahami dan kemudian
mengaplikasikan aneka kebijakan dalam pengembangan profesi guru.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
dalam penyusunan bahan ajar ini. Mudah-mudahan kehadiran bahan ajar ini dapat
mengoptimasi peserta PLPG untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di
sekolahnya.
Hal.
SAMBUTAN ii
PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Standar Kompetensi 2
C. Deskripsi Bahan Ajar 2
D. Langkah-langkah Pembelajaran 3
REFLEKSI AKHIR 87
ACUAN 91
A. Latar Belakang
Pada peradaban bangsa mana pun, termasuk Indonesia, profesi guru bermakna strategis karena
penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan,
pembudayaan, dan pembangun karakter bangsa. Makna strategis guru sekaligus meniscayakan
pengakuan guru sebagai profesi. Lahirnya Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, merupakan bentuk nyata pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinya. Di dalam
UU No. 14 Tahun 2005 ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Sebagai implikasi dari UU No. 14 Tahun 2005, guru harus menjalani proses sertifikasi untuk
mendapatkan Sertifikat Pendidik. Guru yang diangkat sejak diundangkannya UU ini, menempuh
program sertifikasi guru dalam jabatan, yang diharapkan bisa tuntas sampai dengan tahun 2015.
Pada spektrum yang lebih luas, pengakuan atas profesi guru secara lateral memunculkan
banyak gagasan. Pertama, diperlukan ekstrakapasitas untuk menyediakan guru yang profesional
sejati dalam jumlah yang cukup, sehingga peserta didik yang memasuki bangku sekolah tidak
terjebak pada ngarai kesia-siaan akibat layanan pendidikan dan pembelajaran yang buruk.
Kedua, regulasi yang implementasinya taat asas dalam penempatan dan penugasan guru agar
tidak terjadi diskriminasi akses layanan pendidikan bagi mereka yang berada pada titik-titik terluar
wilayah negara, di tempat-tempat yang sulit dijangkau karena keterisolasian, dan di daerah-daerah
yang penuh konflik.
Ketiga, komitmen guru untuk mewujudkan hak semua warga negara atas pendidikan yang
berkualitas melalui pendanaan dan pengaturan negara atas sistem pendidikan.
Keempat, meningkatkan kesejahteraan dan status guru serta tenaga kependidikan lainnya
melalui penerapan yang efektif atas hak asasi dan kebebasan profesional mereka.
Kelima, menghilangkan segala bentuk diskriminasi layanan guru dalam bidang pendidikan dan
pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan jender, ras, status perkawinan, kekurangmampuan,
orientasi seksual, usia, agama, afiliasi politik atau opini, status sosial dan ekonomi, suku bangsa, adat
istiadat, serta mendorong pemahaman, toleransi, dan penghargaan atas keragaman budaya
komunitas.
Keenam, mendorong demokrasi, pembangunan berkelanjutan, perdagangan yang fair, layanan
sosial dasar, kesehatan dan keamanan, melalui solidaritas dan kerjasama di antara anggota
organisasi guru di mancanegara, gerakan organisasi kekaryaan internasional, dan masyarakat
madani.
Beranjak dari pemikiran teoritis di atas, diperlukan upaya untuk merumuskan kebijakan dan
pengembangan profesi guru. Itu sebabnya, akhir-akhir ini makin kuat dorongan untuk melakukan kaji
ulang atas sistem pengelolaan guru, terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen,
pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi dan kompetensi,
penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir,
pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan guru di
B. Standar Kompetensi
Substansi material Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dituangkan ke dalam rambu-rambu
struktur kurikulum yang menggambarkan standar kompetensi lulusan. Berkaitan dengan mata ajar
Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, kompetensi lulusan PLPG yang diharapkan disajikan berikut
ini.
1. Memahami kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Memahami esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofesian guru secara
berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya.
3. Memahami makna, persyaratan, prinsip-prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi nilai
penilaian kinerja guru.
4. Memahami esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan dengan
keprofesian dan karir.
5. Memahami konsep, prinsip atau asas, dan jenis-jenis penghargaan dan perlindungan kepada
guru, termasuk kesejahteraannya.
6. Memahami dan mampu mengaplikasikan esensi etika profesi guru dalam pelaksanaan proses
pendidikan dan pembelajaran secara profesional, baik di kelas, di luar kelas, maupun di
masyarakat.
Seperti dijelaskan di muka, bahwa substansi material Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
dituangkan ke dalam rambu-rambu struktur kurikulum yang menggambarkan standar kompetensi
lulusan. Berkaitan dengan mata ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, deskripsi umum bahan
ajarnya disajikan berikut ini.
1. Pengantar ringkas. Mengulas serba sekilas mengenai kebijakan umum pembinaan dan
pengembangan profesi guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Peningkatan kompetensi guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi, prinsip, jenis
program pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan
dampak ikutanya.
3. Penilaian kinerja guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan makna, persyaratan, prinsip,
tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi nilai penilaian kinerja guru.
4. Pengembangan karir guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi dan ranah
pembinaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan dengan keprofesian dan karir.
5. Perlindungan dan penghargaan guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan konsep, prinsip
atau asas, dan jenis-jenis penghargaan dan perlindungan kepada guru, termasuk
kesejahteraannya.
D. Langkah-langkah Pembelajaran
Bahan ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru ini dirancang untuk dipelajari oleh peserta PLPG,
sekali guru menjdi acuan dalam proses pembelajaran bagi pihak-pihak yang tergamit di dalamnya.
Selama proses pembelajaran akan sangat dominan aktivitas pelatih dan peserta PLPG. Aktivitas
peserta terdiri dari aktivitas individual dan kelompok. Aktivitas individual peserta mengawali akivitas
kelompok. Masing-masing aktivitas dimaksud disajikan dalam gambar.
Langkah-langkah aktivitas pembelajaran di atas tidaklah rijid. Namun demikian, melalui
aktivitas itu diharapkan peserta PLPG mampu memahami secara relatif luas dan mendalam tentang
Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, khususnya di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.
Materi sajian pada Bab I ini berupa pengantar umum yang mengulas serba
sekilas mengenai kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi
guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sajian materi
ini dimaksudkan sebagai pengantar materi utama yang disajikan pada bab-
bab berikutnya, yaitu peningkatan kompetensi, penilaian kinerja,
pengembangan karir, perlindungan dan penghargaan, serta etika profesi.
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengalami kecepatan dan percepatan luar
biasa, memberi tekanan pada perilaku manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan
hidupnya. Di bidang pendidikan, hal ini memunculkan kesadaran baru untuk merevitalisasi kinerja
guru dan tenaga kependidikan dalam rangka menyiapkan peserta didik dan generasi muda masa
depan yang mampu merespon kemajuan IPTEK, serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Peserta didik dan generasi muda sekarang merupakan manusia Indonesia masa depan yang
hidup pada era global. Globalisasi memberi penetrasi terhadap kebutuhan untuk mengkreasi model-
model dan proses-proses pembelajaran secara inovatif, kreatif, menyenangkan, dan transformasional
bagi pencapaian kecerdasan global, keefektifan, kekompetitifan, dan karakter bangsa. Negara-negara
yang berhasil mengoptimasi kecerdasan, menguasai IPTEK, keterampilan, serta karakter bangsanya
akan menjadi pemenang. Sebaliknya, bangsa-bangsa yang gagal mewujudkannya akan menjadi
pecundang.
Aneka perubahan era globalisasi, agaknya menjadi ciri khas yang berjalan paling konsisten.
Manusia modern menantang, mencipta, sekaligus berpotensi diterpa oleh arus perubahan.
Perubahan peradaban ini menuntut pertaruhan dan respon manusia yang kuat agar siap menghadapi
tekanan internal dan eksternal, serta menunjukkan eksistensi diri dalam alur peradaban.
Pada era globalisasi, profesi guru bermakna strategis, karena penyandangnya mengemban
tugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan pembangun
karakter bangsa. Esensi dan eksistensi makna strategis profesi guru diakui dalam realitas sejarah
pendidikan di Indonesia. Pengakuan itu memiliki kekuatan formal tatkala tanggal 2 Desember 2004,
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono mencanangkan guru sebagai profesi. Satu tahun kemudian,
lahir Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sebagai dasar legal
pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinya.
Metamorfosis harapan untuk melahirkan UU tentang Guru dan Dosen telah menempuh
perjalanan panjang. Pencanangan Guru sebagai Profesi oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono
menjadi salah satu akselerator lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 itu. Di dalam UU ini disebutkan bahwa
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Telah lama berkembang kesadaran publik bahwa tidak ada guru, tidak ada pendidikan formal.
Telah muncul pula kesadaran bahwa tidak ada pendidikan yang bermutu, tanpa kehadiran guru yang
profesional dengan jumlah yang mencukupi. Pada sisi lain, guru yang profesional nyaris tidak berdaya
tanpa dukungan tenaga kependidikan yang profesional pula. Paralel dengan itu, muncul pranggapan,
jangan bermimpi menghadirkan guru yang profesional, kecuali persyaratan pendidikan,
kesejahteraan, perlindungan, dan pemartabatan, dan pelaksanaan etika profesi mereka terjamin.
Selama menjalankan tugas-tugas profesional, guru dituntut melakukan profesionalisasi atau
proses penumbuhan dan pengembangan profesinya. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar
Pengembangan profesi dan karir diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru
dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Inisiatif
meningkatkan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan upaya untuk memberikan
penghargaan, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan terhadap guru.
1. Prinsip-prinsip Umum
Secara umum program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan menggunakan
prinsip-prinsip seperti berikut ini.
a. Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
b. Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.
c. Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung sepanjang hayat.
d. Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas guru dalam
proses pembelajaran.
e. Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan
dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
2. Prinsip-pinsip Khusus
Secara khusus program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan menggunakan
prinsip-prinsip seperti berikut ini.
a. Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam kompetensi dan
indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
b. Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi guru sebagai tenaga pendidik
profesional yakni memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
c. Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
PKB dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai perwujudan hasil PK Guru dan
didukung dengan hasil evaluasi diri. Apabila hasil PK Guru masih berada di bawah standar
kompetensi yang ditetapkan atau berkinerja rendah, maka guru diwajibkan untuk mengikuti program
PKB yang diorientasikan sebagai pembinaan untuk mencapai kompetensi standar yang disyaratkan.
Sementara itu, guru yang hasil penilaian kinerjanya telah mencapai standar kompetensi yang
disyaratkan, maka kegiatan PKB diarahkan kepada pengembangan kompetensi agar dapat memenuhi
tuntutan masa depan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya sesuai dengan kebutuhan sekolah
dalam rangka memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas kepada peserta didik.
Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PKB diakui sebagai salah satu unsur
utama yang diberikan angka kredit untuk pengembangan karir guru dan kenaikan pangkat/jabatan
fungsional guru, selain kegiatan pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan lain yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah. Kegiatan PKB diharapkan dapat menciptakan guru yang
profesional, yang bukan hanya sekadar memiliki ilmu pengetahuan yang luas, tetapi juga memiliki
kepribadian yang matang. Dengan kepribadian yang prima dan penguasaan IPTEK yang kuat, guru
diharapkan terampil dalam menumbuhkembangkan minat dan bakat peserta didik sesuai dengan
bidangnya.
Secara umum, keberadaan PKB bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di
sekolah/madrasah yang berimbas pada peningkatan mutu pendidikan. Secara khusus, tujuan PKB
disajikan berikut ini.
E. Uji Kompetensi
Untuk mengetahui kompetensi seorang guru, perlu dilakukan uji kompetensi. Uji kompetensi
dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi, dirumuskan profil kompetensi guru menurut level
tertentu yang sekaligus menentukan kelayakan dari guru tersebut. Dengan demikian, tujuan uji
kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari
standar kompetensi yang diujikan.
Kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan empiris yang kuat,
sehingga bias dipertanggungjawabkan baik secara akademik, moral, maupun keprofesian. Dengan
demikian, disamping hasil penilaian kinerja, uji kompetensi menjadi salah satu basis utama desain
program peningkatan kompetensi guru. Uji kompetensi esensinya berfokus pada keempat
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru seperti yang telah dijelaskan di atas, yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan
karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu
menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik karena peserta didik
memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum,
Topik ini berkaitan dengan penilaian kinerja guru. Materi sajian terutama
berkaitan dengan makna, persyaratan, prinsip, tahap-tahap pelaksanaan,
dan konversi nilai penilaian kinerja guru. Peserta PLPG diminta mengikuti
materi pembelajaran secara individual, melaksanakan diskusi kelompok,
menelaah kasus, membaca regulasi yang terkait, menjawab soal latihan,
dan melakukan refleksi.
A. Latar Belakang
Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru profesional mampu berpartisipasi dalam pembangunan
nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan YME, unggul dalam
IPTEK, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian.
Masa depan masyarakat, bangsa dan negara, sebagian besar ditentukan oleh guru. Karena
itu, profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan
fungsional guru. Agar fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional guru dilaksanakan
sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan penilaian kinerja guru (PK Guru) yang
menjamin terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan.
Pelaksanaan PK Guru dimaksudkan untuk mewujudkan guru yang profesional, karena harkat
dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan profesi guru. Untuk memberi pengakuan
bahwa setiap guru adalah seorang profesional di bidangnya dan sebagai penghargaan atas prestasi
kerjanya, maka PK Guru harus dilakukan terhadap guru di semua satuan pendidikan formal yang
diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Guru yang dimaksud tidak
terbatas pada guru yang bekerja di satuan pendidikan di bawah kewenangan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi juga mencakup guru yang bekerja di satuan pendidikan di
lingkungan Kementerian Agama.
Hasil PK Guru dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil kinerja guru sebagai masukan
dalam penyusunan program PKB. Hasil PK Guru juga merupakan dasar penetapan perolehan angka
kredit guru dalam rangka pengembangan karir guru sebagaimana diamanatkan dalam Permenneg
PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jika
semua ini dapat dilaksanakan dengan baik dan obyektif, maka cita‐ ita pemerintah untuk
e ghasilka i sa ya g erdas komprehensif dan berdaya sai g ti ggi lebih epat direalisasikan.
B. Pengertian
Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PK Guru adalah penilaian dari tiap butir
kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya.
Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuannya dalam penguasaan
pengetahuan, penerapan pengetahuan dan keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan
sesuai amanat Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru.
DIKLAT DASAR
memberi layanan pendidikan
yang berkualitas
INTERNALLY &
EKSTERNALLY
PKB
DIKLAT LANJUTAN N ˂ SM PK
PK N ≥ SM (KEPASTIAN, KEMANFAATAN dan
DRIVEN
KEADILAN)
DIKLAT
PENGEMBANGAN
Hasil PK Guru diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan berbagai kebijakan yang terkait
dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai ujung tombak pelaksanaan proses pendidikan
dalam menciptakan insan yang cerdas, komprehensif, dan berdaya saing tinggi. PK Guru merupakan
acuan bagi sekolah/madrasah untuk menetapkan pengembangan karir dan promosi guru. Bagi
guru, PK Guru merupakan pedo a u tuk e getahui u sur‐u sur ki erja ya g di ilai da
merupakan sarana untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan individu dalam rangka memperbaiki
kualitas kinerjanya, khususnya pada empat fokus utama, seperti disebutkan di atas.
C. Persyaratan
Persyaratan penting dalam sistem PK Guru yaitu harus valid, reliabel, dan praktis.
1. Sistem PK Guru dikatakan valid bila aspek yang dinilai benar-benar mengukur komponen-
komponen tugas guru dalam melaksanakanpembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas lain
yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
2. Sistem PK Guru dikatakan reliabel atau mempunyai tingkat kepercayaan tinggi jika proses yang
dilakukan memberikan hasil yang sama untuk seorang guru yang dinilai kinerjanya oleh siapapun
dan kapan pun.
3. Sistem PK Guru dikatakan praktis bila dapat dilakukan oleh siapapun dengan relatif mudah,
dengan tingkat validitas dan reliabilitas yang sama dalam semua kondisi tanpa memerlukan
persyaratan tambahan.
D. Prinsip Pelaksanaan
Pri sip‐pri sip uta a dala pelaksanaan PK Guru adalah sebagai berikut.
1. Sesuai dengan prosedur dan mengacu pada peraturan yang berlaku.
2. Menilai kinerja yang dapat diamati dan dipantau, yang dilakukan guru dalam melaksanakan
tugas ya sehari‐hari, yaitu dala elaksa akan kegiatan pembelajaran, pembimbingan,
F. Prosedur Pelaksanaan
PK Guru dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal tahun ajaran (penilaian formatif) dan akhir
tahun ajaran (penilaian sumatif), khususnya untuk pertamakalinya. PK Guru formatif digunakan
untuk menyusun profil kinerja guru dan harus dilaksanakan dalam kurun waktu 6 (enam) minggu di
awal tahun ajaran. Berdasarkan profil kinerja guru ini dan hasil evaluasi diri yang dilakukan oleh guru
secara mandiri, sekolah/madrasah menyusun rencana PKB. Bagi guru‐guru de ga PK Guru di ba ah
standar, maka program PKB diarahkan untuk pencapaian standar kompetensi tersebut.
Sementara itu, bagi guru‐guru de ga PK Guru ya g telah encapai atau di atas standar,
program PKB diorientasikan untuk meningkatkan atau memperbaharui pengetahuan, keterampilan,
dan sikap dan perilaku keprofesiannya. PK Guru sumatif digunakan untuk menetapkan perolahan
angka kredit guru pada tahun tersebut. PK Guru sumatif juga digunakan untuk menganalisis
kemajuan yang dicapai guru dalam pelaksanaan PKB, baik bagi guru yang nilainya masih di bawah
standar, telah mencapai standar, atau melebihi standar kompetensi yang ditetapkan. PK Guru
sumatif harus sudah dilaksanakan 6 (enam) minggu sebelum penetapan angka kredit seorang guru.
Secara spesifik terdapat perbedaan prosedur pelaksanaan PK Guru pembelajaran atau
pembimbingan dengan prosedur pelaksanaan PK Guru untuk tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah. Meskipun demikian, secara umum kegiatan penilaian PK Guru di tingkat
sekolah dilaksanakan dalam 4 (empat) tahapan sebagaimana berikut.
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan, hal‐hal yang harus dilakukan oleh penilai maupun guru yang akan
dinilai, yaitu:
a. memahami Pedoman PK Guru, terutama tentang sistem yang diterapkan dan posisi PK Guru
Tabel 3.1 Konversi Nilai Kinerja Hasil PK Guru ke persentase Angka Kredit
Persentase
Nilai Hasil PK Guru Sebutan
Angka kredit
91 – 100 Amat baik 125%
76 – 90 Baik 100%
61 – 75 Cukup 75%
51 – 60 Sedang 50%
≤ 50 Kurang 25%
4. Tahap Pelaporan
Setelah nilai PK Guru formatif dan sumatif diperoleh, penilai wajib melaporkan hasil PK Guru
kepada pihak yang berwenang untuk menindaklanjuti hasil PK Guru tersebut. Hasil PK
Guru formatif dilaporkan kepada kepala sekolah/koordinator PKB sebagai masukan untuk
merencanakan kegiatan PKB tahunan. Hasil PK Guru sumatif dilaporkan kepada tim penilai
tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, atau tingkat pusat sesuai dengan kewenangannya.
Laporan PK Guru sumatif ini digunakan oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi,
atau pusat sebagai dasar perhitungan dan penetapan angka kredit (PAK) tahunan yang
selanjutnya dipertimbangkan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru. Laporan
mencakup: (1) laporan dan evaluasi per kompetensi sesuai format; (ii) rekap hasil PK Guru
sesuai format; dan (iii) dokumen pendukung lainnya.
Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah dan
mengurangi beban jam mengajar tatap muka, dinilai dengan menggunakan dua instrumen,
yaitu: (i) instrumen PK Guru pembelajaran atau pembimbingan; dan (ii) instrumen PK Guru
pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Hasil PK Guru
pelaksanaan tugas tambahan tersebut akan digabungkan dengan hasil PK Guru
pelaksanaan pembelajaran atau pembimbingan sesuai persentase yang ditetapkan dalam
aturan yang berlaku.
2. Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah
yang mengurangi jam mengajar tatap muka guru.
Hasil akhir nilai kinerja guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah (Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Laboratorium, Kepala
Perpustakaan, dan sejenisnya) yang mengurangi jam mengajar tatap muka diperhitungkan
berdasarkan prosentase nilai PK Guru pembelajaran/pembimbingan dan prosentase nilai PK
Guru pelaksanaan tugas tambahan tersebut.
a. Untuk itu, nilai hasil PK Guru Kelas/Mata Pelajaran atau PK Guru Bimbingan dan
Konseling/Konselor, atau PK Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah perlu diubah terlebih dahulu ke skala 0 ‐ 100.
b. Masi g‐ asi g hasil ko ersi ilai ki erja guru untuk unsur pembelajaran/ pembimbingan
dan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, kemudian
dikategorikan ke dalam Amat Baik (125%), Baik(100%), Cukup (75%), Sedang (50%), atau
Kurang (25%) sebagaimana diatur dalam Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009.
c. Angka kredit per tahun asi g‐ asi g unsur pembelajaran/ pembimbingan dan tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang diperoleh oleh guru dihitung
menggunakan rumus tertentu.
d. Angka kredit unsur pembelajaran/pembimbingan dan angka kredit tugas tambahan yang
relevan dengan fungsi sekolah/madrasah dijumlahkan sesuai prosentasenya untuk
memperoleh total angka kredit dengan perhitungan sebagai berikut:
1) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah total angka kreditnya = 25% angka
kredit pembelajaran/pembimbingan + 75 angka kredit tugas tambahan sebagai kepala
sekolah.
2) Guru dengan tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah total angka kreditnya =
50% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 50% Angka Kredit Tugas Tambahan
sebagai Wakil Kepala Sekolah.
3) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan/
laboratorium/bengkel, atau ketua program keahlian; total angka kredit = 50% angka
kredit pembelajaran/pembimbingan + 50% Angka Kredit Tugas Tambahan sebagai
Pustakawan/Laboran.
3. Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah tetapi tidak mengurangi jam mengajar tatap muka guru
Angka kredit tugas tambahan bagi guru dengan tugas tambahan lain yang tidak mengurangi jam
mengajar tatap muka, langsung diperhitungkan sebagai perolehan angka kredit guru pada
periode tahun tertentu. Banyaknya tugas tambahan untuk seorang guru maksimum dua tugas
per tahun. Angka kredit kumulatif yang diperoleh diperhitungkan sebagai berikut.
H. Penilai PK Guru
1. Kriteria Penilai
Penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah. Apabila Kepala Sekolah tidak dapat
melaksanakan sendiri (misalnya karena jumlah guru yang dinilai terlalu banyak), maka Kepala
Sekolah dapat menunjuk Guru Pembina atau Koordinator PKB sebagai penilai. Penilaian
kinerja Kepala Sekolah dilakukan oleh Pengawas Sekolah. Penilai harus memiliki kriteria
sebagai berikut.
a. Menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan jabatan/pangkat guru/kepala
sekolah yang dinilai.
b. Memiliki Sertifikat Pendidik.
c. Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dan menguasai bidang tugas Guru/Kepala
Sekolah yang akan dinilai.
d. Memiliki komitmen yang tinggi untuk berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran.
e. Memiliki integritas diri, jujur, adil, dan terbuka.
f. Memahami PK Guru dan dinyatakan memiliki keahlian serta mampu untuk menilai kinerja
Guru/Kepala Sekolah.
Dalam hal Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Guru Pembina, dan Koordinator PKB
memiliki latar belakang bidang studi yang berbeda dengan guru yang akan dinilai maka
penilaian dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah dan/atau Guru Pembina/Koordinator PKB dari
Sekolah lain atau oleh Pengawas Sekolah dari kabupaten/kota lain yang sudah memiliki
sertifikat pendidik dan memahami PK Guru.
2. Masa Kerja
Masa kerja tim penilai kinerja guru ditetapkan oleh Kepala Sekolah atau Dinas Pendidikan
paling lama tiga (3) tahun. Kinerja penilai dievaluasi secara berkala oleh Kepala Sekolah atau
Dinas Pendidikan denga e perhatika pri sip‐pri sip pe ilaia ya g berlaku. U tuk
sekolah yang berada di daerah khusus, penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah
dan/atau Guru Pembina setempat. Jumlah guru yang dapat dinilai oleh seorang penilai
adalah 5 sampai dengan 10 guru per tahun.
PROFESI
PEMBINAAN
DAN
PENGEMBANGAN GURU PROFESIONAL
PROFESI GURU DENGAN
AKSESIBILITAS
PENGEMBANGAN
KARIR
KARIR
Pembinaan dan pengembangan karir meliputi: (1) penugasan, (2) kenaikan pangkat, dan (3)
promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan dengan jenjang jabatan
2. Promosi
Kegiatan pengembangan dan pembinaan karir yang kedua adalah promosi. Promosi dimaksud dapat
berupa penugasan sebagai guru pembina, guru inti, instruktur, wakil kepala sekolah, kepala sekolah,
pengawas sekolah, dan sebagainya. Kegiatan promosi ini harus didasari atas pertimbangan prestasi
dan dedikasi tertentu yang dimiliki oleh guru.
Peraturan Pemerintah No. 74 tentang Guru mengamanatkan bahwa dalam melaksanakan
tugas keprofesian, guru berhak mendapatkan promosi sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
Promosi dimaksud meliputi kenaikan pangkat dan/atau kenaikan jenjang jabatan fungsional.
A. Pengantar
Jumlah guru yang banyak dengan sebaran yang sangat luas merupakan potensi bagi mereka untuk
mendidik anak bangsa di seluruh Indonesia secara nyaris tanpa batas akses geografis, sosial,
ekonomi, dan kebudayaan. Namun demikian, kondisi ini yang menyebakan sebagian guru
terbelenggu dengan fenomena sosial, kultural, psikologis, ekonomis, kepegawaian, dan lain-lain.
Fenomena ini bersumber dari apresiasi dan pencitraan masyarakat terhadap guru belum
begitu baik, serta perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan kesejahteraan, dan
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi mereka belum optimum. Sejarah pendidikan di
Indonesia menunjukkan bahwa perlakuan yang cenderung diskriminatif terhadap sebagian guru telah
berlangsung sejak zaman pemerintah kolonial Belanda. Hal ini membangkitkan kesadaran untuk
terus mengupayakan agar guru mempunyai status atau harkat dan martabat yang jelas dan
mendasar. Hasilnya antara lain adalah terbentuknya Undang-Undang (UU) Nomomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen.
Diundangkannya UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan langkah maju
untuk mengangkat harkat dan martabat guru, khususnya di bidang perlindungan hukum bagi mereka.
Materi perlindungan hukum terhadap guru mulai mengemuka dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. UU ini diperbaharui dan kemudian diganti dengan UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Penjabaran pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru itu
pernah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan. Di
dalam PP ini perlindungan hukum bagi guru meliputi perlindungan untuk rasa aman, perlindungan
terhadap pemutusan hubungan kerja, dan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
Sejak lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008, dimensi perlindungan guru
mendapatkan tidik tekan yang lebih kuat. Norma perlindungan hukum bagi guru tersebut di atas
kemudian diperbaharui, dipertegas, dan diperluas spektrumnya dengan diundangkannya UU No. 14
tahun 2005. Dalam UU ini, ranah perlindungan terhadap guru meliputi perlindungan hukum,
perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Termasuk juga di
dalamnya perlindungan atas Hak atas Kekayaan Intelektual atau HaKI.
Sepanjang berkaitan dengan hak guru atas beberapa dimensi perlindungan sebagaimana
dimaksudkan di atas, sampai sekarang belum ada rumusan komprehensif mengenai standar operasi
dan prosedurnya. Atas dasar itu, perlu dirumuskan standar yang memungkinkan terwujudnya
B. Definisi
1. Perlindungan bagi guru adalah usaha pemberian perlindungan hukum, perlindungan
profesi, dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan HaKI yang
diberikan kepada guru, baik berstatus sebagai PNS maupun bukan PNS.
2. Perlindungan hukum adalah upaya melakukan perlindungan kepada guru dari tindak
kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi atau perlindungan hukum atau
perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi
atau pihak lain.
3. Perlindungan profesi adalah upaya memberi perlindungan yang mencakup perlindungan
terhadap PHK yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian
imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan
terhadap profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam
melaksanakan tugas.
4. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) kepada guru mencakup perlindungan
terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja,
bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.
5. Perlindungan HaKI adalah pengakuan atas kekayaan intelektual sebagai karya atau prestasi
yang dicapai oleh guru dengan cara melegitimasinya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
6. Perjanjian kerja adalah perjanjian yang dibuat dan disepakati bersama antara
penyelenggara dan/atau satuan pendidikan dengan guru.
7. Kesepakatan kerja bersama merupakan kesepakatan yang dibuat dan disepakati bersama
secara tripartit, yaitu penyelenggara dan/atau satuan pendidikan, guru, dan Dinas
Pendidikan atau Dinas Ketenagakerjaan pada wilayah administratif tempat guru bertugas.
8. Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan secara cuma-cuma dalam bentuk
konsultasi hukum oleh LKHB mitra, asosiasi atau organisasi profesi guru, dan pihak lain
kepada guru.
9. Advokasi adalah upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka pemberian perlindungan
hukum, perlindungan profesi, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta
perlindungan HaKI bagi guru. Advokasi umumnya dilakukan melalui kolaborasi beberapa
lembaga, organisasi, atau asosiasi yang memiliki kepedulian dan semangat kebersamaan
untuk mencapai suatu tujuan.
10. Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa guru berdasarkan perundingan yang
melibatkan guru LKBH mitra, asosiasi atau organisasi profesi guru, dan pihak lain sebagai
mediator dan diterima oleh para pihak yang bersengketa untuk membantu mencari
penyelesaian yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang bersengketa. Mediator tidak
mempunyai kewenangan membuat keputusan selama perundingan.
E. Asas Pelaksanaan
Pelaksanaan perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan K3, dan perlindungan HaKI
bagi guru dilakukan dengan menggunakan asas-asas sebagai berikut:
1. Asas unitaristik atau impersonal, yaitu tidak membedakan jenis, agama, latar budaya, tingkat
pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi guru.
2. Asas aktif, dimana inisiatif melakukan upaya perlindungan dapat berasal dari guru atau
lembaga mitra, atau keduanya.
3. Asas manfaat, dimana pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru memiliki manfaat bagi
peningkatan profesionalisme, harkat, martabat, dan kesejahteraan mereka, serta
sumbangsihnya bagi kemajuan pendidikan formal.
4. Asas nirlaba, dimana upaya bantuan dan perlindungan hukum bagi guru dilakukan dengan
menghindari kaidah-kaidah komersialisasi dari lembaga mitra atau pihak lain yang peduli.
5. Asas demokrasi, dimana upaya perlindungan hukum dan pemecahan masalah yang dihadapi
oleh guru dilakukan dengan pendekatan yang demokratis atau mengutamakan musyawarah
untuk mufakat.
6. Asas langsung, dimana pelaksanaan perlindungan hukum dan pemecahan masalah yang
dihadapi oleh guru terfokus pada pokok persoalan.
7. Asas multipendekatan, dimana upaya perlindungan hukum bagi guru dapat dilakukan dengan
pendekatan formal, informal, litigasi, nonlitigasi, dan lain-lain.
8. Penghargaan Lainnya
Penghargaan lainnya untuk guru dilakukan melalui program kerjasama pendidikan antarnegara,
khususnya bagi mereka yang berprestasi. Kerjasama antarnegara ini dilakukan, baik di kawasan
Asia maupun di kawasan lainnya. Kerjasama antarnegara bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman dan saling pengertian antaranggotanya.
Melalui kerjasama ini, guru-guru berprestasi yang terpilih diberi kesempatan untuk
mengikuti pelatihan singkat bidang keahlian atau teknologi pembelajaran, studi kebudayaan,
studi banding, dan sejenisnya. Kerjasama ini antara lain telah dilakukan dengan negara-negara
Asean, Jepang, Australia, dan lain-lain.
Penghargaan lainnya yang diberikan kepada guru adalah Anugerah Konstitusi tingkat
nasional bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk semua jenis dan jenjang. Penerima
penghargaan ini adalah guru-guru PKn terbaik yang diseleksi secara berjenjang mulai dari tingkat
sekolah, kabupaten/kota, provinsi, sampai ke tingkat nasional.
G. Tunjangan Guru
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa dalam
melaksanakan tugas keprofesian guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup
minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum
tersebut meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa
tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait
dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.
Pemenuhan hak guru untuk memperoleh penghasilan didasari atas pertimbangan prestasi dan
pengakuan atas profesionalitasnya. Dengan demikian, penghasilan dimaksud merupakan hak yang
diterima oleh guru dalam bentuk finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas keprofesian yang
ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan mencerminkan martabat guru sebagai
pendidik profesional.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan tonggak
sejarah bagi peningkatan kesejahteraan guru di Indonesia. Menyusul lahirnya UU ini,
pemerintah telah mengatur beberapa sumber penghasilan guru selain gaji pokok, yaitu tunjangan
yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan
tunjangan khusus.
1. Tunjangan Profesi
Guru profesional dituntut oleh undang-undang memiliki kualifikasi akademik tertentu dan
empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional atau akademik.
Sertifikasi guru merupakan proses untuk memberikan sertifikat pendidik kepada mereka.
Sertifikat pendidik dimaksud merupakan pengakuan negara atas derajat keprofesionalan guru.
Seiring dengan proses sertifikasi inilah, pemerintah memberikan tunjangan profesi
kepada guru. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen yang menamanatkan bahwa Pemerintah memberikan tunjangan profesi kepada guru
5. Maslahat Tambahan
Salah satu komponen penghasilan yang diberikan kepada guru dalam rangka implementasi
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah pemberian maslahat
tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip
penghargaan atas dasar prestasi (Pasal 15 ayat 1). Maslahat tambahan merupakan tambahan
kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan,
beasiswa, dan penghargaan bagi guru, serta kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi
putra dan putri guru, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh guru dari
pemerintah dan/atau pemerintah daerah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 19 ayat (2),
dimana pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin terwujudnya maslahat tambahan bagi
guru. Tujuan pemberian maslahat tambahan ini adalah untuk: (1) memberikan
penghargaan terhadap prestasi, dedikasi, dan keteladanan guru dalam melaksanakan tugas; (2)
memberikan penghargaan kepada guru sebelum purna tugas terhadap pengabdiannya dalam
dunia pendidikan; dan (3) memberikan kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih
baik dan bermutu kepada putra/putri guru yang memiliki prestasi tinggi. Dengan demikian,
pemberian maslahat tambahan akan bermanfaat untuk: (i) mengangkat citra, harkat, dan
martabat profesi guru; (2) memberikan rasa hormat dan kebanggaan kepada penyandang
profesi guru; (3) merangsang guru untuk tetap memiliki komitmen yang konsisten terhadap
profesi guru hingga akhir masa bhakti; dan (4) meningkatnya motivasi guru dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional.
Topik ini berkaitan dengan etika profesi guru. Materi sajian terutama
berkaitan dengan esensi etika profesi guru dalam pelaksanaan proses
pendidikan dan pembelajaran secara profesional, baik di kelas, di luar
kelas, maupun di masyarakat. Peserta PLPG diminta mengikuti materi
pembelajaran secara individual, melaksanakan diskusi kelompok, menelaah
kasus, membaca regulasi yang terkait, menjawab soal latihan, dan
melakukan refleksi.
B. Definisi
Berbicara mengenai Kode Etik Guru dan etika profesi guru dengan segala dimensinya tidak terlepas
dengan dimensi organisasi atau asosiasi profesi guru dan kewenangannya, Kode Etik Gutu itu sendiri,
Dewan Kehormatan Guru, pembinaan etika profesi guru, dan lain-lain. Oleh karena itu, beberapa
frasa yang terkait dengan ini perlu didefinisikan.
1. Organisasi atau asosiasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan
dan diurus oleh guru atau penyandang profesi sejenis untuk mengembangkan profesionalitas
anggotanya.
2. Kewenangan organisasi atau asosiasi profesi guru adalah kekuatan legal yang dimilikinya dalam
menetapkan dan menegakkan kode etik guru, melakukan pembinaan dan pengembangan
profesi guru, dan memajukan pendidikan nasional.
3. Kode Etik Guru adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia
sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik,
anggota masyarakat, dan warga negara.
4. Dewan Kehormatan Guru adalah perangkat kelengkapan organisasi atau asosiasi profesi guru
yang dibentuk untuk menjalankan tugas dalam memberikan saran, pendapat, pertimbangan,
penilaian, penegakkan, dan pelanggaran disiplin organisasi dan etika profesi guru.
5. Pedoman sikap dan perilaku adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik
dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas
profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik, serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di luar sekolah.
6. Pembinaan etika profesi adalah proses kerja yang dilakukan secara sistematis untuk
menciptakan kondisi agar guru berbuat sesuai dengan norma-norma yang dibolehkan dan
menghindari norma-norma yang dilarang dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah,
serta menjalani kehidupan di masyarakat.
Materi sajian pada bagian ini berupa refleksi akhir Sajian materi ini
dimaksudkan sebagai penutup dan refleksi atas materi utama yang
disajikan pada bab-bab sebelumnya. Oleh karena kebijakan pembinaan
dan pengembangan guru senantiasa bermetamorfosis, peserta PLPG yang
sudah dinyatakan lulus sekalipun diharapkan tetap mengikuti
perkembangan kebijakan lanjutan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pendidikan Nasional.
Peraturan Bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag tentang
Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, tanggal 3 Oktober 2011
Peoduk hukum yang berkaitan dengan Penilaian Kinerja, Pengembangan Keprofesian Guru
Berkelanjutan, Sertifikasi Guru, dan Uji Kompetensi Guru
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Kode Etik Guru, Bandung, Alfabeta, Bandung, 2010
Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru: Dari Induksi ke Profesional Madani, Media
Perhalindo, Jakarta, 2011.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Pelindung:
Hamid Muhammad, Ph.D
Pengarah:
Dr. Thamrin Kasman
Drs. Wowon Widaryat, M.Si.
Dr. Supriano, M.Ed.
Drs. Purwadi Sutanto, M.Si.
Drs. M. Mustaghirin Amin, M.B.A.
Ir. Sri Renani Pantjastuti, M.P.A.
Penyusun: Penyunting:
Pangesti Wiedarti, M.Appl.Ling., Ph.D. (081328175350) Pangesti Wiedarti, M.Appl.Ling., Ph.D.
Prof. Dr. Kisyani-Laksono (08123167348) Prof. Dr. Kisyani-Laksono
Pratiwi Retnaningdyah, Ph.D. (082140591164) Penanggung Jawab:
Soie Dewayani, Ph.D. (082117522572) Yudistira W. Widiasana, M.Si.
Wien Muldian, S.S. (0811889829) Sekretariat:
Dr. Susanti Sufyadi (082119172202) Satriyo Wibowo, M.A.
Dwi Renya Roosaria, S.H. (0818801304) Katman, M.A.
Dr. Dewi Utama Faizah (082298521251) Desain Sampul:
Sulastri, M.Si. (081310101524) Wien Muldian, S.S.
Nilam Rahmawan, S.Psi. (085777925527) Layout:
Endang Sadbudhy Rahayu, M.B.A. (085776147844) Kambali
R. Achmad Yusuf SA, M.Ed. (08129732414)
Billy Antoro, S.Pd. (081284096776)
ISBN: 978-602-1389-15-7
KATA SAMBUTAN
Desain Induk ini disusun guna memberi arahan strategis bagi kegiatan literasi
di lingkungan satuan pendidikan dasar dan menengah. Pelaksanaan GLS akan
melibatkan unit kerja terkait di Kemendikbud dan juga pihak-pihak lain yang
peduli terhadap pentingnya literasi. Kerja sama semua pemangku kepentingan di
bidang pendidikan sangat diperlukan untuk melaksanakan gerakan bersama yang
terintegrasi dan efektif.
KATA SAMBUTAN i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR BAGAN v
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Landasan Filosoi dan Landasan Hukum 4
C. Tujuan 5
D. Sasaran 5
BAB II KONSEP DASAR 7
A. Literasi 7
B. Komponen Literasi 7
C. Literasi di Sekolah 8
D. Ihwal Literasi di Sekolah 10
BAB III PELAKSANAAN LITERASI DI SEKOLAH 17
A. Rancangan Program Literasi di Sekolah 17
B. Peran Pemangku Kepentingan 18
C. Tahapan Pengembangan Literasi di Sekolah 26
D. Strategi 30
E. Peningkatan Kapasitas 32
F. Target Pencapaian 33
BAB IV MONITORING DAN EVALUASI 39
A. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 39
B. Dinas Pendidikan Provinsi 40
C. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota 40
D. Satuan Pendidikan 41
BAB V PENUTUP 43
GLOSARIUM 44
REFERENSI 45
LAMPIRAN 47
A. Latar Belakang
Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang berhasil mengurangi
angka buta huruf. Data UNDP tahun 2014 mencatat bahwa tingkat kemelekhurufan
masyarakat Indonesia mencapai 92,8% untuk kelompok dewasa, dan 98,8%
untuk kategori remaja. Capaian ini sebenarnya menunjukkan bahwa Indonesia
telah melewati tahapan krisis literasi dalam pengertian kemelekhurufan. Meskipun
demikian, tantangan yang saat ini dihadapi adalah rendahnya minat baca.
Selain ketersediaan buku di seluruh Indonesia belum memadai, pemerintah juga
menghadapi rendahnya motivasi membaca di kalangan peserta didik. Hal ini
memprihatinkan karena di era teknologi informasi, peserta didik dituntut untuk
memiliki kemampuan membaca dalam pengertian memahami teks secara analitis,
kritis, dan relektif.
Masyarakat global dituntut untuk dapat mengadaptasi kemajuan teknologi
dan keterbaruan/kekinian. Deklarasi Praha (Unesco, 2003) mencanangkan
pentingnya literasi informasi (information literacy), yaitu kemampuan untuk
mencari, memahami, mengevaluasi secara kritis, dan mengelola informasi menjadi
pengetahuan yang bermanfaat untuk pengembangan kehidupan pribadi dan
sosialnya.
Dalam era global ini, literasi informasi menjadi penting. Deklarasi Alexandria
pada tahun 2005 (sebagaimana dirilis dalam www.unesco.org) menjelaskan bahwa
literasi informasi adalah:
2. Landasan Hukum
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Sasaran
Sasaran gerakan literasi sekolah adalah ekosistem sekolah pada jenjang
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
A. Literasi
Kegiatan literasi selama ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis.
Namun, Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi juga
mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga
bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa,
dan budaya (UNESCO, 2003).
Deklarasi UNESCO itu juga menyebutkan bahwa literasi informasi terkait
pula dengan kemampuan untuk mengidentiikasi, menentukan, menemukan,
mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan
mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan. Kemampuan-
kemampuan itu perlu dimiliki tiap individu sebagai syarat untuk berpartisipasi
dalam masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak dasar manusia menyangkut
pembelajaran sepanjang hayat.
C. Komponen Literasi
Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup
keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk
cetak, visual, digital, dan auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai
literasi informasi.
Clay (2001) dan Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf) menjabarkan
bahwa komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar, literasi
perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual. Dalam konteks
Indonesia, literasi dini diperlukan sebagai dasar pemerolehan berliterasi tahap
selanjutnya. Komponen literasi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Literasi Dini [Early Literacy (Clay, 2001)], yaitu kemampuan untuk menyimak,
memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang
dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di
rumah. Pengalaman peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu
menjadi fondasi perkembangan literasi dasar.
Dalam konteks sekolah, subjek dalam kegiatan literasi adalah peserta didik,
pendidik, tenaga kependidikan (pustakawan, pengawas), dan kepala sekolah.
Semua komponen warga sekolah ini berkolaborasi dalam Tim Literasi Sekolah (TLS)
di bawah koordinasi kepala sekolah dan dikuatkan dengan SK kepala sekolah. TLS
bertugas untuk membuat perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen program. TLS
dapat memastikan terciptanya suasana akademik yang kondusif, yang mampu
membuat seluruh anggota komunitas sekolah antusias untuk belajar.
a. Lingkungan Fisik
1) Karya peserta didik dipajang di sepanjang lingkungan sekolah, termasuk koridor
dan kantor (kepala sekolah, guru, administrasi, bimbingan konseling).
2) Karya peserta didik dirotasi secara berkala untuk memberi kesempatan yang
seimbang kepada semua peserta didik.
3) Buku dan materi bacaan lain tersedia di pojok-pojok baca di semua ruang kelas.
4) Buku dan materi bacaan lain tersedia juga untuk peserta didik dan orang tua/
pengunjung di kantor dan ruangan selain ruang kelas.
5) Kantor kepala sekolah memajang karya peserta didik dan buku bacaan untuk
anak.
6) Kepala sekolah bersedia berdialog dengan warga sekolah.
b. Lingkungan Sosial dan Afektif
1) Penghargaan terhadap prestasi peserta didik (akademik dan nonakademik)
diberikan secara rutin (tiap minggu/bulan). Upacara hari Senin merupakan salah
satu kesempatan yang tepat untuk pemberian penghargaan mingguan.
2) Kepala sekolah terlibat aktif dalam pengembangan literasi.
3) Merayakan hari-hari besar dan nasional dengan nuansa literasi, misalnya
merayakan Hari Kartini dengan membaca surat-suratnya.
4) Terdapat budaya kolaborasi antarguru dan staf, dengan mengakui kepakaran
masing-masing.
5) Terdapat waktu yang memadai bagi staf untuk berkolaborasi dalam menjalankan
program literasi dan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaannya.
6) Staf sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam
menjalankan program literasi.
c. Lingkungan Akademik
1) Terdapat TLS yang bertugas melakukan asesmen dan perencanaan. Bila
diperlukan, ada pendampingan dari pihak eksternal.
2) Disediakan waktu khusus dan cukup banyak untuk pembelajaran dan pembiasaan
literasi: membaca dalam hati (sustained silent reading), membacakan buku
dengan nyaring (reading aloud), membaca bersama (shared reading), membaca
terpandu (guided reading), diskusi buku, bedah buku, presentasi (show-and-tell
presentation).
3) Waktu berkegiatan literasi dijaga agar tidak dikorbankan untuk kepentingan lain.
4) Disepakati waktu berkala untuk TLS membahas pelaksanaan gerakan literasi
sekolah.
5) Buku iksi dan noniksi tersedia dalam jumlah cukup banyak di sekolah. Buku
cerita iksi sama pentingnya dengan buku berbasis ilmu pengetahuan.
a. Kemendikbud
• Membuat kebijakan literasi.
• Menjabarkan desain induk pelaksanaan GLS.
• Menyusun panduan pelaksanaan, petunjuk teknis, dan semua dokumen
pendukung pelaksanaan GLS.
• Melaksanakan sosialisasi GLS kepada dinas pendidikan provinsi,
kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat.
• Merancang dan melaksanakan pelatihan literasi untuk warga sekolah dan
masyarakat.
• Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan GLS di tingkat
provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan.
• Membuat rencana tindak lanjut GLS berdasarkan hasil monitoring dan
evaluasi pelaksanaan GLS.
b. LPMP
• Melaksanakan pemetaan awal data kebutuhan literasi sekolah GLS.
• Berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota
untuk pelaksanaan GLS.
• Merencanakan dan melaksanakan pendampingan dan pelatihan
kepada warga sekolah untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam
memberikan pelayanan pendidikan terutama pelaksanaan pembelajaran
yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik.
• Melaksanakan supervisi pelaksanaan GLS.
• Melaksanakan pemetaan akhir data kebutuhan literasi sekolah dan GLS.
• Melaporkan hasil pemetaan akhir ke Ditjen Dikdasmen Kemendikbud.
• Melakukan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan GLS di
satuanpendidikantingkat provinsi dan lingkungan dinas pendidikan
kabupaten/kota.
• Membuat rencana tindak lanjut berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi
pelaksanaan GLS.
e. Satuan Pendidikan
• Mengidentiikasi kebutuhan sekolah dengan mengacu pada kondisi
pemenuhan indikator Standar Pelayanan Minimal.
• Melaksanakan tahapan kegiatan GLS yang meliputi pembiasaan,
pengembangan dan pembelajaran.
• Melaksanakan pelatihan guru untuk meningkatkan kemampuan guru
dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mampu
meningkatkan kemampuan literasi peserta didik.
f. Masyarakat
• Ikut terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan GLS untuk meningkatkan
kemampuan literasi warga sekolah.
• Menyelenggarakan gerakan publik, antara lain gerakan membacakan buku
untuk anak, gerakan mengumpulkan buku anak dan menyalurkannya ke
taman-taman bacaan, dan gerakan untuk menghidupkan taman-taman
bacaan di ruang publik yang ramah anak.
b. LPMP
• Melaksanakan pemetaan awal data kebutuhan literasi sekolah GLS.
• Berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota
untuk pelaksanaan GLS.
• Merencanakan dan melaksanakan pendampingan dan pelatihan
kepada warga sekolah untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam
memberikan pelayanan pendidikan terutama pelaksanaan pembelajaran
yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik.
• Melaksanakan supervisi pelaksanaan GLS.
• Melaksanakan pemetaan akhir data kebutuhan literasi sekolah dan GLS.
• Melaporkan hasil pemetaan akhir ke Ditjen Dikdasmen Kemendikbud.
• Melakukan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan GLS di satuan
pendidikan tingkat provinsi dan lingkungan dinas pendidikan kabupaten/
kota.
• Membuat rencana tindak lanjut berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi
pelaksanaan GLS.
e. Satuan Pendidikan
• Mengidentiikasi kebutuhan sekolah dengan mengacu pada kondisi
pemenuhan standar nasional pendidikan.
• Melaksanakan tahapan kegiatan GLS yang meliputi pembiasaan,
pengembangan dan pembelajaran.
• Melaksanakan pelatihan guru untuk meningkatkan kemampuan guru
dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mampu
meningkatkan kemampuan literasi peserta didik.
• Memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah dengan maksimal untuk
memfasilitasi pembelajaran.
• Mengelola perpustakaan sekolah dengan baik.
• Menginventarisasi semua prasarana yang dimiliki sekolah (salah satunya
buku).
• Menciptakan ruang-ruang baca yang nyaman bagi warga sekolah.
• Melaksanakan kegiatan 15 menit membaca sebelum pembelajaran bagi
seluruh warga sekolah.
• Mengawasi dan mewajibkan peserta didik membaca sejumlah buku sastra
dan menyelesaikannya dalam kurun waktu tertentu.
• TLS mendukung dan terlibat aktif dalam kegiatan GLS.
• Merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang melibatkan orang tua
dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran mereka terhadap literasi
agar perlakuan yang diberikan kepada peserta didik di sekolah bisa
ditindaklanjuti di dalam keluarga dan di tengah masyarakat.
f. Masyarakat
• Ikut terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan GLS untuk meningkatkan
kemampuan literasi warga sekolah.
• Menyelenggarakan gerakan publik, antara lain gerakan membacakan buku
untuk anak, gerakan mengumpulkan buku anak dan menyalurkannya ke
taman-taman bacaan, dan gerakan untuk menghidupkan taman-taman
bacaan di ruang publik yang ramah anak.
PEMBELAJARAN 3
PENGEMBANGAN 2
PEMBIASAAN 1
Pada Tabel 3.1 berikut dipaparkan tahap dan kegiatan literasi sekolah.
TAHAPAN KEGIATAN
PEMBIASAAN 1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran
(belum ada melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring (read
tagihan) aloud) atau seluruh warga sekolah membaca dalam hati
(sustained silent reading).
PENGEMBANGAN 1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran
(ada tagihan melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring,
sederhana untuk membaca dalam hati, membaca bersama, dan/atau membaca
penilaian terpandu diikuti kegiatan lain dengan tagihan non-akademik,
non-akademik) contoh: membuat peta cerita (story map), menggunakan
graphic organizers, bincang buku.
D. Strategi
1. Strategi Umum
2. Strategi Pelaksanaan
Kemendikbud, Dinas
Pendidikan Provinsi,
Sosialisasi
Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota
Kapasitas Pemangku
Kepentingan
Pelatihan Kepsek
Pelaksanaan GLS
Pelatihan Tenaga
Ketersediaan Sarana dan Kependidikan
Prasarana
Tanggung Jawab
Pemda dan Sekolah
E. Peningkatan Kapasitas
Peningkatan kapasitas di semua lini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan:
1. Sosialisasi
Sosialisasi dilakukan dengan tujuan agar program dan kebijakan GLS
tersampaikan ke publik secara masif dan efektif. Semua lapisan masyarakat
dapat dengan mudah mengakses informasi penting seputar kegiatan literasi.
Masyarakat perlu dilibatkan dalam kegiatan sosialisasi tersebut. Oleh karena itu,
kegiatan sosialisasi sebaiknya dikemas semenarik mungkin untuk memikat minat
masyarakat.
2. Lokakarya
Lokakarya diperlukan untuk menyamakan persepsi dan menentukan langkah
bersama dalam gerakan literasi. Forum ini mengundang sejumlah pihak terkait
dan berkompeten untuk membahas berbagai persoalan dari sudut pandang ilmiah
mengenai problematika literasi dan cara terbaik penanganannya. Lokakarya dapat
menghasilkan rekomendasi dan kesepakatan di bidang literasi yang mengikat
semua pihak untuk menjalankannya secara konsisten.
3. Pendampingan
Pendampingan adalah upaya untuk memastikan keberlangsungan program
literasi sekolah terus-menerus dilaksanakan. Pendampingan dilakukan melalui dua
cara, yaitu pendampingan teknis dan pendampingan operasional.
F. Target Pencapaian
Program literasi sekolah diharapkan dapat menciptakan ekosistem sekolah
yang literat, yang akhirnya, menumbuhkan budi pekerti peserta didik. Ekosistem
sekolah yang literat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1. apabila ada kebijakan daerah terkait GLS, maka perlu dilakukan monitoring
dan evaluasi terhadap implementasi kebijakan tersebut (terhadap program
dan kegiatan yang dijabarkan merujuk kebijakan tersebut);
2. dampak pelaksanaan sosialiasi kepada pemangku kepentingan tingkat
provinsi dan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota di wilayahnya
masing-masing; dan
3. dampak pelaksanaan kegiatan-kegiatan terkait GLS di tingkat provinsi
terhadap kemampuan literasi warga sekolah.
D. Satuan Pendidikan
Melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan program dan
kegiatan literasi di sekolah masing-masing.
Desain Induk GLS ini diharapkan dapat memberikan fondasi dan arahan
konseptual untuk memahami bagaimana sebaiknya GLS dilaksanakan, mulai dari
tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan.
Desain induk ini diharapkan berkembang secara kreatif dan inovatif dari
tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota hingga masyarakat pegiat literasi.
Untuk mendukung desain induk ini dilengkapi dengan panduan praktis dalam
bentuk media: cetak, elektronik, dan digital (infograis, poster, dan videograis)
untuk memandu guru, tenaga kependidikan, kepala sekolah, warga sekolah dan
pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan kegiatan GLS.
Akhir kata, terbitnya Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah Pendidikan Dasar
dan Menengah ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas kepada
semua pihak untuk berperan aktif dalam menyukseskan GLS.
Membaca dalam hati (sustained silent reading): Membaca buku secara mandiri
tanpa bersuara.
Peta cerita: Peta pemahaman terhadap struktur dan elemen-elemen cerita yang
disajikan dalam bentuk diagram atau bagan.
Mullis, I. V. S., Martin, M. O., Foy, P., & Drucker, K. T. (2012). PIRLS 2011
International Results in Reading.
http://doi.org/10.1097/01.tp.0000399132.51747.71
OECD. (2014). PISA 2012 Results in Focus. Programme for International Student
Assessment, 1–44.
http://doi.org/10.1787/9789264208070-en
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007 tentang Pedoman bagi
Kepala Daerah dalam Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Negara
dan Bahasa Daerah.
Senge, Peter M. 1990. The Fifth Discipline: The Art & Practice of The Learning
Organization. New York: Currency Doubleday.
Unesco. 2006. Literacy for Life. Education for All Global Monitoring Report.
LAMPIRAN 1
PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
Pasal 2
Pasal 3
(1) PBP dilaksanakan sejak hari pertama masuk sekolah untuk jenjang sekolah
dasar atau sejak hari pertama masuk sekolah pada MOPDB untuk jenjang
sekolah menengah pertama, sekolahmenengah atas, sekolah menengah
kejuruan, dan sekolah pada jalur pendidikan khusus.
(2) PBP dilaksanakan melalui kegiatan pada MOPDB, pembiasaan, interaksi dan
komunikasi, serta kegiatan saat kelulusan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) PBP dilaksanakan:
a. dalam bentuk kegiatan umum, harian, mingguan, bulanan, tengah tahunan,
dan/atau tahunan;
b. melalui interaksi dan komunikasi antara sekolah, keluarga, dan/atau masya-
rakat.
(4) Pelaksanaan PBP yang melibatkan pihak terkait di luar sekolah disesuaikan
dengan kondisi sekolah dan mengikuti Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
(1) Pemantauan dan evaluasi kegiatan MOPDB dilaksanakan pada awal tahun
pelajaran baru olehpemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Pemantauan dan evaluasi kegiatan pembiasaan serta interaksi dan komunikasi
di sekolah dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun oleh
pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
(3) Pemantauan dan evaluasi kegiatan saat kelulusan dilaksanakan pada akhir
tahun pelajaran oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya.
Pasal 6
Penumbuhan Budi Pakerti pada satuan pendidikan anak usia dini dan pendidikan
masyarakat agar menyesuaikan dengan kondisi masing-masing.
Pasal 8
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 21Tahun 2015 tentang Gerakan Pembudayaan Karakter di
Sekolah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 9
TTD.
ANIES BASWEDAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 23 Juli 2015
TTD
YASONNA H. LAOLY
TTD
A. Pengantar
B. Metode Pelaksanaan
1) Sekolah Dasar
Metode pelaksanaan kegiatan PBP untuk jenjang pendidikan sekolah dasar
masih merupakan masa transisi dari masa bermain di pendidikan anak usia
dini (taman kanak-kanak akhir) memasuki situasi sekolah formal. Metode
pelaksanaan dilakukan dengan mengamati dan meniru perilaku positif guru dan
kepala sekolah sebagai contoh langsung di dalam membiasakan keteraturan
dan pengulangan. Guru berperan juga sebagai pendamping untuk mendorong
peserta didik belajar mandiri sekaligus memimpin teman dalam aktivitas
kelompok, yaitu: bermain, bernyanyi, menari, mendongeng, melakukan
simulasi, bermain peran di dalam kelompok.
2) Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas/Kejuruan/Khusus
Metode pelaksanaan kegiatan PBP untuk jenjang SMP, SMA/SMK, dan sekolah
pada jalur pendidikan khusus dilakukan dengan kemandirian peserta didik
membiasakan keteraturan dan pengulangan, yang dimulai sejak dari masa
orientasi peserta didik baru, proses kegiatan ekstra kurikuler, intra kurikuler,
sampai dengan lulus.
Jenis kegiatan PBP untuk semua jenjang pendidikan didasarkan pada tujuh
nilai-nilai dasar kemanusiaan yang tercantum pada poin A, yaitu jenis kegiatan
yang mengandung nilai-nilai internalisasi sikap moral dan spiritual; keteguhan
menjaga semangat kebangsaan dan kebhinnekaan untuk merekatkan persatuan
bangsa; memelihara lingkungan sekolah, yaitu melakukan gotong-royong untuk
menjaga keamanan, ketertiban, kenyamanan, dan kebersihan lingkungan sekolah;
interaksi sosial positif antar peserta didik; interaksi social positif antara peserta
didik dengan igur orang dewasa; penghargaan terhadap keunikan potensi peserta
didik untuk dikembangkan; dan penguatan peran orang tua dan unsur masyarakat
yang terkait.
D. Cara Pelaksanaan
Kegiatan wajib:
Guru dan peserta didik berdoa bersama sesuai dengan keyakinan masing-
masing, sebelum dan sesudah hari pembelajaran, dipimpin oleh seorang peserta
didik secara bergantian dibawah bimbingan guru.
Contoh-contoh pembiasaan baik yang dapat dilakukan oleh sekolah:
Kegiatan wajib:
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara sekolah, peserta didik dan
orang tua. Interaksi positif antara tiga pihak tersebut dibutuhkan untuk membangun
persepsi positif, saling pengertian dan saling dukung demi terwujudnya pendidikan
yang efektif.
Kegiatan wajib:
Sekolah mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa pada setiap tahun
ajaran baru untuk mensosialisasikan: (a) visi; (b) aturan; (c) materi; dan (d)
rencana capaian belajar siswa agar orang tua turut mendukung keempat poin
tersebut.
Contoh-contoh pembiasaan baik yang dapat dilakukan oleh sekolah:
Peserta didik hadir di sekolah bukan hanya belajar akademik semata, tapi
juga belajar bersosialisasi. Interaksi positif antar peserta didik akan mewujudkan
pembelajaran dari rekan(peer learning) sekaligus membantu siswa untuk belajar
bersosialisasi.
Kegiatan wajib:
Kegiatan wajib:
Kegiatan wajib:
Mengadakan pameran karya siswa pada setiap akhir tahun ajaran dengan
mengundang orang tua dan masyarakat untuk memberi apresiasi pada siswa.
Contoh-contoh pembiasaan baik yang dapat dilakukan dan/atau didukung
oleh sekolah:
TTD.
ANIES BASWEDAN
TTD.
No Nama Institusi
1 Pangesti Wiedarti, M.Appl.Ling., Ph.D. Prodi Sastra Indonesia, Fakultas
(Ketua) Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Yogyakarta
2 Wien Muldian, S.S. (Wakil Ketua) Biro Komunikasi dan Layanan
Masyarakat Kemendikbud
3 Dr. Susanti Sufyadi Direktorat Pembinaan Sekolah
(Sekretaris) Dasar
Anggota
4 Dr. Dewi Utama Faizah Direktorat Pembinaan Sekolah
Dasar
5 Dwi Renya Roosaria, S.H. Reading Bugs-Komunitas Read
Aloud Indonesia
6 Prof. Dr. Kisyani-Laksono Prodi Sastra Indonesia, Fakutas
Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Surabaya
7 Pratiwi Retnaningdyah, Ph.D. Prodi Sastra Inggris, Fakultas
Bhasa dan Seni, Universitas
Negeri Surabaya
8 Soie Dewayani, Ph.D. Yayasan Litara Bandung
9 Lanny Anggraini, S.Pd., M.A. Direktorat Pembinaan Sekolah
Dasar
10 Waluyo, S.S, M.A. Direktorat Pembinaan Sekolah
Dasar
11 Dra. Mujiyem, M.M. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Pertama
12 Dra. Ninik Purwaning Setyorini, M.A. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Pertama
13 Sulastri, S.Pd., M.Si. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Pertama
14 Umi Syarifah Hidayati, S.Pd. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Pertama
1. Tujuan
Setelah selesai mempelajari materi ini, peserta dapat
a. menjelaskan dasar hukum pelaksanaan PTK oleh guru.
b. mengidentifikasi karakteristik penelitian tindakan kelas
c. membedakan penelitian tindakan kelas dengan penelitian kelas
d. menjelaskan manfaat penelitian tindakan kelas.
e. menjelaskan keterbatasan dan persyaratan penelitian tindakan kelas
f. menjelaskan cara-cara mengidentifikasi masalah
g. merinci langkah-langkah untuk merencanakan perbaikan
h. menjelaskan langkah-langkah melaksanakan PTK
i. mendeskripsikan teknik untuk merekam dan menganalisis data
j. menjelaskan langkah-langkah merencanakan tindak lanjut
k. membuat proposal penelitian tindakan kelas
l. menjelaskan sistematika sebuah laporan PTK.
m. membedakan karya ilmiah penelitian dan nonpenelitian.
n. merumuskan bagian-bagian tertentu dari sebuah artikel.
2. Uraian Materi
1. Pengertian PTK
4-1
Berdasarkan berbagai sumber seperti Mettetal (2003); Kardi (2000), dan Nur
(2001) Penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR)
didefinisikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Dalam model
penelitian ini, si peneliti (guru) bertindak sebagai pengamat (observer) sekaligus
sebagai partisipan.
Dengan demikian PTK tidaklah sekedar penyelesaian masalah, melainkan
juga terdapat misi perubahan dan peningkatan. PTK bukanlah penelitian yang
dilakukan terhadap seseorang, melainkan penelitian yang dilakukan oleh praktisi
terhadap kinerjanya untuk melakukan peningkatan dan perubahan terhadap apa
yang sudah mereka lakukan. PTK bukanlah semata-mata menerapkan metode ilmiah
di dalam pembelajaran atau sekedar menguji hipotesis, melainkan lebih memusatkan
perhatian pada perubahan baik pada peneliti (guru) maupun pada situasi di mana
mereka bekerja.
Dengan mengikuti alur berpikir itu, PTK menjadi penting bagi guru karena
membantu mereka dalam hal: memahami lebih baik tentang pembelajarannya,
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan, sekaligus dapat melakukan
tindakan untuk meningkatkan belajar siswanya.
Saat seorang guru melaksanakan PTK berarti guru telah menjalankan misinya
sebagai guru professional, yaitu (1) membelajarkan, (2) melakukan pengembangan
profesi berupa penulisan karya ilmiah dari hasil PTK, sekaligus (3) melakukan
ikhtiar untuk peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran sebagai bagian
tanggungjawabnya.
2. Prinsip-Prinsip PTK
4-2
pada tahap perencanaan. Jadi pedoman siklus PTK bukan ditentukan oleh
ketercukupan data yang diperoleh peneliti, melainkan mengacu kepada seberapa
jauh tindakan yang dilakukan itu sudah dapat memperbaiki kinerja yang
menjadi alasan dilaksanakan PTK tadi.
d. PTK dapat dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yang dilakukan dengan
menganalisis kekuatan (S=Strength) dan kelemahan (W=Weaknesses) yang
dimiliki, dan factor eksternal (dari luar) yaitu peluang atau kesempatan yang
dapat diraih ( O=Opprtunity), maupun ancaman (T=Treath). Empat hal tersebut
bisa dipandang dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai
tindakan.
e. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang
berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
PTK sejauh mungkin menggunakan prosedur pengumpulan data yang dapat
ditangani sendiri oleh guru dan ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang
bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik-teknik
perekaman yang cukup sederhana, namun dapat menghasilkan informasi yang
cukup berarti dan dapat dipercaya.
f. Metode yang digunakan harus cukup reliabel, sehingga memungkinkan guru
mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan,
mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta
memperoleh data yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis yang
dikemukakannya. Oleh karena itu, meskipun pada dasarnya memperbolehkan
kelonggaran, namun penerapan asas-asas dasar tetap harus dipertahankan.
g. Masalah penelitian yang dipilih guru seharusnya merupakan masalah yang
cukup merisaukannya. Pendorong utama pelaksanaan PTK adalah komitmen
profesional untuk memberikan layanan yang terbaik kepada siswa.
h. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten, memiliki
kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan anak-anak manusia, PTK
juga hadir dalam suatu konteks organisasional, sehingga penyelenggaraannya
harus mengindahkan tata-krama kehidupan berorganisasi.
i. Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun
dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroom-exceeding
perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas
dan/atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah
secara keseluruhan.
3. Karakteristik PTK
4-3
(2) Apakah saya sudah memberi contoh yang memadai?
(3) Apakah saya sudah memberi kesempatan bertanya kepada siswa?
(4) Apakah saya sudah memberi latihan yang memadai?
(5) Apakah hasil latihan siswa sudah saya beri balikan?
(6) Apakah bahasa yang saya gunakan dapat dipahami siswa?
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru akan dapat memperkirakan penyebab
dari masalah yang dihadapi dan akan mencoba mencari jalan keluar untuk
memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki proses dan hasil
pembelajaran secara beretahap dan bersiklus. Pola siklusnya adalah: perencanaan-
pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi, yang dilanjutkan dengan perencanaan-
pelaksanaan-observasi-refleksi (yang sudah direvisi) dan seterusnya secara berulang.
4-4
pengumpulan bantuan orang lain
data
8 Hasil penelitian Langsung dimanfaatkan Menjadi milik peneliti,
oleh guru, dan belum tentu dimanfaatkan
dampaknya dapat oleh guru
dirasakan oleh siswa
Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat yang cukup besar, baik bagi guru,
pembelajaran, maupun bagi sekolah. Manfaat PTK bagi guru antara lain sebagai
berikut. a) PTK dapat dijadikan masukan untuk memperbaiki pembelajaran
yang dikelolanya; b) Guru dapat berkembang secara profesional, karena dapat
menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang
dikelolanya melalui PTK; c) PTK meningkatkan rasa percaya diri guru; d) PTK
memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan.
4-5
Manfaat bagi pembelajaran/siswa, PTK bermanfaat untuk meningkatkan
proses dan hasil belajar siswa, di samping guru yang melaksanakan PTK dapat
menjadi model bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya.
Bagi sekolah, PTK membantu sekolah untuk berkembang karena adanya
peningkatan/kemajuan pada diri guru dan proses pendidikan di sekolah tersebut.
Keterbatasan PTK terutama terletak pada validitasnya yang tidak
mungkin melakukan generalisasi karena sasarannya hanya kelas dari guru yang
berperan sebagai pengajar dan peneliti. PTK memerlukan berbagai kondisi agar
dapat berlangsung dengan baik dan melembaga. Kondisi tersebut antara lain,
dukungan semua personalia sekolah, iklim yang terbuka yang memberikan
kebebasan kepada para guru untuk berinovasi, berdiskusi, berkolaborasi, dan
saling mempercayai di antara personalia sekolah, dan juga saling persaya antara
guru dengan siswa. Birokrasi yang terlampau ketat merupakan hambatan bagi
PTK.
Latihan
Setelah mempelajari uraian dan contoh di atas, cobalah Anda kerjakan latihan
berikut bersama teman-teman Anda!
1. Rumuskan pengertian penelitian tindakan kelas dengan kata-kata Anda
sendiri!
2. Coba identifikasi masalah yang sering Anda hadapi dalam mengelola
pembelajaran. Diskusikan dengan teman-teman Anda, bagaimana cara
terbaik untuk memecahkan masalah tersebut, kemudian lakukan analisis
apakah cara yang Anda temukan tersebut dapat disebut sebagai penelitian
tindakan kelas? Berikan argumentasi, mengapa kelompok Anda berpendapat
seperti itu?
3. Melakukan refleksi berarti memantulkan kembali pengalaman yang sudah
Anda jalani, sehingga Anda dapat melihat kembali apa yang sudah terjadi.
Menurut Anda, apa gunanya seorang guru melakukan refleksi?
4. Di antara karakteristik PTK yang telah diuraikan dalam kegiatan belajar ini,
yang mana menurut Anda yang paling penting, yang benar-benar
membedakannya dengan penelitian formal? Berikan alasan atas Jawaban
Anda.
4-6
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PTK
1. Perencanaan dan pelaksanaan PTK
PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri atas 4 tahap,
yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi (Gambar 1).
Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk
merevisi rencana, jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil
memperbaiki praktek atau belum berhasil menyelesaikan masalah yang menjadi
kerisauan guru.
2. Mengidentifikasi Masalah
Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau
disadari oleh guru. Guru merasa ada sesuatu yang tidak beres di dalam kelasnya,
yang jika tidak segera diatasi akan berdampak bagi proses dan hasil belajar
siswa. Masalah yang dirasakan guru pada tahap awal mungkin masih kabur,
sehingga guru perlu merenungkan atau melakukan refleksi agar masalah
tersebut menjadi semakin jelas. Setelah permasalahan-permasalahan diperoleh
melalui proses identifikasi, selanjutnya guru melakukan analisis terhadap
4-7
masalah-masalah tersebut untuk menentukan urgensi penyelesaiannya. Dalam
hubungan ini, akan ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk
diatasi, atau yang dapat ditunda penyelesaiannya tanpa mendatangkan kerugian
yang besar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih permasalahan PTK
adalah sebagai berikut: (1) permasalahan harus betul-betul dirasakan penting
oleh guru sendiri dan siswanya, (2) masalah harus sesuai dengan kemampuan
dan/atau kekuatan guru untuk mengatasinya, (3) permasalahan memiliki skala
yang cukup kecil dan terbatas, (4) permasalahan PTK yang dipilih terkait dengan
prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah.
Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah seorang
guru dituntut jujur pada diri sendiri dan melihat pembelajaran yang dikelolanya
sebagai bagian penting dari pekerjaannya. Berbekal kejujuran dan kesadaran
guru dapat mengajukan pertanyaan berikut pada diri sendiri.
1) Apa yang sedang terjadi di kelas saya?
2) Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu?
3) Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya?
4) Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut tidak segera diatasi?
5) Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau
memperbaiki situasi yang ada?
Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada kesimpulan
bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang tertentu, berarti ia sudah
berhasil mengidentifikasi masalah. Langkah berikutnya adalah menganalisis dan
merumuskan masalah.
4-8
d. Bagaimana kaitan materi bahan belajar dengan tugas yang diberikan?;
Dengan terumuskannya masalah secara operasional, Anda sudah mulai
dapat membuat rencana perbaikan atau rencana PTK.
4. Merencanakan Perbaikan
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, guru perlu membuat
rencana tindakan atau yang sering disebut dengan rencana perbaikan. Langkah-
langkah dalam menyusun rencana perbaikan adalah sebagai berikut.
a. Rumuskan cara perbaikan yang akan ditempuh dalam bentuk hipotesis
tindakan.
Hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara yang terbaik untuk
mengatasi masalah. Dugaan atau hipotesis ini dibuat berdasarkan kajian dari
berbagai teori, kajian hasil penelitian yang pernah dilakukan dalam masalah
yang serupa, diskusi dengan teman sejawat atau dengan pakar, serta refleksi
pengalaman sendiri sebagai guru. Berdasarkan hasil kajian tersebut, guru
menyusun berbagai alternatif tindakan. Contoh hipotesis tindakan:
Penggunaan concept mapping dan penekanan operasi dasar dapat meningkatkan
pemahaman konsep Matematika Siswa Kelas VI SDN Ketintang.
b. Analisis kelayakan hipotesis tindakan
Setelah menetapkan alternatif hipotesis yang terbaik, hipotesis ini masih perlu
dikaji kelayakannya dikaitkan dengan kemungkinan pelaksanaannya.
Kelayakan hipotesis tindakan didasarkan pada hal-hal berikut.
1) Kemampuan dan komitmen guru sebagai pelaksana. Guru harus bertanya
pada diri sendiri apakah ia cukup mampu melaksanakan rencana
perbaikan tersebut dan apakah ia cukup tangguh untuk menyelesaikannya?
2) Kemampuan dan kondisi fisik siswa dalam mengikuti tindakan tersebut;
Misalnya jika diputuskan untuk memberi tugas setiap minggu, apakah
siswa cukup mampu menyelesaikannya.
3) Ketersediaan prasarana atau fasilitas yang diperlukan. Apakah sarana atau
fasilitas yang diperlukan dalam perbaikan dapat diadakan oleh siswa,
sekolah, ataukah oleh guru sendiri.
4) Iklim belajar dan iklim kerja di sekolah. Dalam hal ini, guru perlu
mempertimbangkan apakah alternatif yang dipilihnya akan mendapat
dukungan dari kepala sekolah dan personil lain di sekolah.
5. Melaksanakan PTK
Setelah meyakini bahwa hipotesis tindakan atau rencana perbaikan sudah layak,
kini guru perlu mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perbaikan.
a. Menyiapkan Pelaksanaan
Ada beberapa langkah yang perlu disiapkan sebelum merealisasikan rencana
4-9
yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan atau
perbaikan.
Terkait dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, guru tentu perlu
menyiapkan berbagai bahan seperti tugas belajar yang dibuat sesuai
dengan hipotesis yang dipilih, media pembelajaran, alat peraga, dan buku-
buku yang relevan.
Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan, misalnya
gambar-gambar, meja tempat mengumpulkan tugas, atau sarana lain yang
terkait.
Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan dengan
proses dan hasil perbaikan. Dalam hal ini guru harus menetapkan apa
yang harus direkam, bagaimana cara merekamnya dan kemudian
bagaimana cara menganalisisnya. Agar dapat melakukan hal ini, guru
harus menetapkan indikator keberhasilan. Jika indikator ini sudah
ditetapkan, guru dapat menentukan cara merekam dan menganalisis data.
Jika perlu, untuk memantapkan keyakinan diri, guru perlu
mensimulasikan pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini, guru dapat
bekerjasama dengan teman sejawat atau berkolaborasi dengan dosen
LPTK.
b. Melaksanakan Tindakan
Setelah persiapan selesai, kini tiba saatnya guru melaksanakan tindakan
Oleh karena itu, metode penelitian yang sedang dilaksanakan tidak boleh
mengganggu komitmen guru dalam mengajar. Ini berarti, guru tidak
boleh mengorbankan siswa demi penelitian yang sedang dilaksanakannya.
Tambahan tugas guru sebagai peneliti harus disikapi sebagai tugas
profesional yang semestinya memberi nilai tambah bagi guru dan
4-10
menginformasikan kepada orang tua siswa jika selama pelaksanaan PTK,
Perencanaan Bersama
Observasi yang baik diawali dengan perencanaan bersama antara
pengamat dengan yang diamati, dalam hal ini teman sejawat yang akan
membantu mengamati dengan guru yang akan mengajar. Perencanaan
bersama ini bertujuan untuk membangun rasa saling percaya dan
menyepakati beberapa hal seperti fokus yang akan diamati, aturan yang
akan diterapkan, berapa lama pengamatan akan berlangsung, bagaimana
sikap pengamat kepada siswa, dan di mana pengamat akan duduk.
Fokus
Fokus pengamatan sebaiknya sempit/spesifik. Fokus yang sempit atau
spesifik akan menghasilkan data yang sangat bermanfaat begi
perkembangan profesional guru.
Membangun Kriteria
Observasi akan sangat membantu guru, jika kriteria keberhasilan atau
sasaran yang ingin dicapai sudah disepakati sebelumnya.
Keterampilan Observasi
Seorang pengamat yang baik memiliki minimal 3 keterampilan, yaitu: (1)
dapat menahan diri untuk tidak terlalu cepat memutuskan dalam
menginterpretasikan satu peristiwa; (2) dapat menciptakan suasana yang
memberi dukungan dan menghindari terjadinya suasana yang
menakutkan guru dan siswa; dan (3) menguasai berbagai teknik untuk
menemukan peristiwa atau interaksi yang tepat untuk direkam, serta
alat/instrumen perekam yang efektif untuk episode tertentu. Di dalam
suatu observasi, hasil pengamatan berupa fakta atau deskripsi, bukan
pendapat atau opini.
Dilihat cara melakukan kegiatannya, ada empat jenis observasi yang dapat
dipilih, yaitu: observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar
observasi, melainkan hanya menggunakan kertas kosong untuk merekam
proses pembelajaran yang diamati. Observasi terfokus secara khusus
4-11
ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran.
Observasi terstruktur menggunakan instrumen observasi yang terstruktur
dengan baik dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal
membubuhkan tanda cek (V) pada tempat yang disediakan. Observasi
Balikan (Feedback)
sistematik dilakukan lebih rinci dalam hal kategori data yang diamati.
4-12
perbaikan belum berhasil menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru,
maka hasil analisis data dan refleksi digunakan untuk merencanakan kembali
tindakan perbaikan, bahkan bila perlu dibuat rencana baru. Siklus PTK
berakhir, jika perbaikan sudah berhasil dilakukan. Jadi, suatu siklus dalam
PTK sebenarnya tidak dapat ditentukan lebih dahulu berapa banyaknya.
4-13
Halaman Pengesahan
Berisi identitas peneliti dan penelitian yang akan dilakukan, yang
ditandatangani oleh ketua peneliti dan ketua/kepala lembaga yang
mengesahkan. Di perguruan tinggi yang mengesahkan proposal penelitian
adalah Ketua Lembaga Penelitian dan Dekan.
Kerangka Proposal
1. Judul Penelitian
2. Bidang Ilmu
3. Kategori Penelitian
Golongan/pangkat/NIP
Jabatan fungsional
Jurusan
Institusi
Jumlah
5. Susunan Tim Peneliti
Anggota
6. Lokasi Penelitian
7. Biaya Penelitian
8. Sumber Dana
b. Perencanaan PTK
Berdasarkan format proposal tersebut di atas, tugas peneliti selanjutnya
adalah mengembangkan rancangan (desain) PTK. Rancangan tersebut
adalah:
1) Judul
Judul PTK dinyatakan dengan jelas dan mencerminkan tujuan, yaitu
mengandung maksud, kegiatan atau tindakan, dan penyelesaian
masalah.
2) Latar Belakang
Berisi informasi tentang pentingnya penelitian dilakukan, mengapa Anda
tertarik dengan masalah ini? Apakah masalah tersebut merupakan
masalah riil yang Anda hadapi sehari-hari? Apakah ada manfaatnya
apabila diteliti dengan PTK? Untuk ini perlu didukung oleh kajian
literatur atau hasil-hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan baik
oleh Anda sendiri maupun orang lain.
3) Permasalahan
Masalah dalam PTK harus diangkat dari pengalaman sehari-hari. Anda
perlu mengkaji masalah tersebut, melakukan analisis, dan jika perlu
menanyakan kepada para siswa Anda tentang masalah tersebut. Setelah
Anda yakin dengan masalah tersebut, rumuskan ke dalam bentuk
kalimat yang jelas. Biasanya rumusan masalah dibuat dalam bentuk
kalimat Tanya.
4-14
4) Cara Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah dilakukan setelah Anda melakukan analisis dan
pengkajian terhadap masalah yang akan diteliti, sehingga ditemukan cara
pemecahannya. Untuk menemukan cara pemecahan terhadap suatu
masalah, Anda dapat melakukannya dengan mengacu pada pengalaman
Anda selama ini, pengalaman teman Anda, mencari dalam buku literatur
dan hasil penelitian, atau dengan berkonsultasi dan berdiskusi dengan
teman sejawat atau para pakar. Cara penyelesaian masalah yang Anda
tentukan atau pilih harus benar-benar “applicable”, yaitu benar-benar
dapat dan mungkin Anda laksanakan dalam proses pembelajaran.
5) Tujuan dan manfaat PTK
Berdasarkan masalah serta cara penyelesaiannya, Anda dapat
merumuskan tujuan PTK. Rumuskan tujuan ini secara jelas dan terarah,
sesuai dengan latar belakang masalah dan mengacu pada masalah dan
cara penyelesaian masalah. Sebutkan pula manfaat dari PTK ini, yaitu
nilai tambah atau dampak langsung atau pengiring terhadap
kemampuan siswa Anda.
6) Kerangka Teoritis dan Hipotesis
Dalam bagian ini, Anda diminta untuk memperdalam atau memperluas
pengetahuan teoritis Anda berkaitan dengan masalah penelitian yang
akan diteliti. Hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari buku-buku
dan hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah tersebut. Kajian
teoritis ini sangat berguna untuk memperkaya Anda dengan variabel
yang berkaitan dengan masalah tersebut. Selain itu, Anda juga akan
memperoleh masukan yang dapat membantu Anda dalam melaksanakan
PTK, terutama dalam merumuskan hipotesis.
7) Rencana Penelitian
Mencakup penataan penelitian, faktor-faktor yang diselidiki, rencana
kegiatan (persiapan, implementasi, observasi dan interpretasi, analisis,
dan refleksi), data dan cara pengumpulan data, dan teknik analisis data
penelitian.
8) Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian berisi bentuk aktivitas terkait dengan penelitian dan
rancangan waktu kapan dilaksanakan dan dalam jangka berapa lama.
Untuk membuat jadwal penelitian Anda harus menginventarisasi jenis-
jenis kegiatan yang akan dilakukan dimulai dari awal perencanaan,
penyusunan proposal sampai dengan selesainya penulisan laporan.
Jadwal PTK umumnya ndisusun dalam bentuk bar chart.
9) Rencana Anggaran
Cantumkan anggaran yang akan digunakan dalam PTK Anda, terutama
jika PTK ini dibiayai oleh sumber dana tertentu. Rencana biaya meliputi
kegiatan sebagai berikut: persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan
laporan. Pada tiap-tiap tahapan diuraikan jenis-jenis pengeluaran yang
4-15
dilakukan serta berapa banyak alokasi dana yang disediakan untuk tiap-
tiap kegiatan.
Latihan
Setelah mengkaji dengan cermat semua uraian untuk memantapkan
pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut.
1. Langkah-langkah PTK merupakan satu siklus yang berulang sampai tujuan
perbaikan yang dirancang dapat terwujud. Coba gambarkan siklus tersebut
dengan cara Anda sendiri dan jelaskan kapan siklus tersebut dapat berakhir.
2. Tahap observasi dan interpretasi merupakan satu tahap yang dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Coba diskusikan dengan teman Anda
mengapa kedua tahap tersebut harus dilakukan bersamaan dan mengapa
observasi harus disertai dengan interpretasi.
3. Agar observasi dapat dimanfaat secara efektif, berbagai prinsip dan aturan harus
diikuti. Pilih tiga aturan yang menurut Anda paling penting dan jelaskan
mengapa aturan tersebut harus diikuti.
4. Analisis data akan membantu guru melakukan refleksi. Beri alasan yang
mendukung pendapat tersebut disertai sebuah contoh.
5. Apa yang dikerjakan guru berdasarkan hasil analisis data dan refleksi? Jelaskan
jawaban Anda dengan contoh.
Tugas: Susunlah sebuah proposal PTK untuk menyelesaikan masalah yang Anda
hadapi di sekolah Anda masing-masing. Gunakan format proposal PTK seperti yang
sudah dijelaskan di dalam modul ini.
Di dalam modul ini, karya tulis ilmiah yang akan dibahas terdiri dari dua
macam, yaitu laporan hasil penelitian khususnya laporan penelitian tindakan kelas
dan artikel ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian dan nonpenelitian.
1. Laporan Penelitian Tindakan Kelas.
Laporan PTK merupakan pernyataan formal tentang hasil penelitian, atau hal
apa saja yang memerlukan informasi yang pasti, yang dibuat oleh seseorang atau
badan yang diperintahkan atau diharuskan untuk melakukan hal itu. Ada beberapa
jenis laporan misalnya rapor sekolah, laporan hasil praktikum, dan hasil tes
laboratorium. Sedangkan laporan PTK termasuk jenis laporan lebih tinggi
penyajiannya. Tujuan menulis laporan secara sederhana adalah untuk mencatat,
memberitahukan, dan merekomendasikan hasil penelitian. Dalam penelitian,
laporan merupakan laporan hasil penelitian yang berupa temuan baru dalam bentuk
teori, konsep, metode, dan prosedur, atau permasalahan yang perlu dicarikan cara
pemecahannya. Namun untuk mengimplementasikannya memerlukan waktu yang
4-16
cukup panjang. Hasil penelitian formal dipublikasikan melalui seminar, pengkajian
ulang, analisis kebijakan, pendiseminasian dan sebagainya, yang memerlukan waktu
cukup lama, sehingga pada saat dilakukan implementasi, temuan tersebut sudah
kedaluwarsa dan tidak sesuai lagi.
Laporan PTK perlu dibuat oleh para peneliti untuk beberapa kepentingan
antara lain sebagai berikut.
a) Sebagai dokumen penelitian, dan dapat dimanfaatkan oleh guru atau dosen
untuk diajukan sebagai bahan kenaikan pangkat/pengembangan karir.
b) Sebagai sumber bagi peneliti lain atau peneliti yang sama dalam memperoleh
inspirasi untuk melakukan penelitian lainnya.
c) Sebagai bahan agar orang atau peneliti lain dapat memberikan kritik dan
saran terhadap penelitian yang dilakukan.
d) Sebagai acuan dan perbandingan bagi peneliti untuk mengambil tindakan
dalam menangani masalah yang serupa atau sama.
Sistematika laporan merupakan bagian yang sangat mendasar dalam sebuah
laporan, karena akan merupakan kerangka berpikir yang dapat memberikan arah
penulisan, sehingga memudahkan anda dalam menulis laporan. Sistematika atau
struktur ini harus sudah anda persiapkan sebelum penelitian dilakukan, yaitu pada
saat anda menulis proposal. Setelah PTK selesai dilakukan, anda mulai melihat
kembali struktur tersebut untuk dilakukan perbaikan dan penyempurnaan sesuai
dengan pengalaman anda dalam melakukan PTK, serta data informasi yang sudah
dikumpulkan dan dianalisis.
Pada dasarnya, laporan PTK hampir sama dengan laporan jenis penelitian
lainnya. Meskipun begitu, setiap institusi bisa saja menetapkan format tersendiri
yang bisa berbeda dengan format dari institusi lain. Format yang ditetapkan oleh
Lembaga Penelitian Unesa, misalnya, bisa berbeda dari format yang digunakan oleh
Ditjendikti atau Universitas Terbuka. Apabila PTK yang anda lakukan memperoleh
pendanaan dari institusi tertentu, maka sistematika laporan juga perlu disesuaikan
dengan format yang telah ditentukan oleh pihak pemberi dana penelitian. Namun
bila dibandingkan satu sama lain, sebenarnya setiap format menyepakati beberapa
komponen yang dianggap perlu dicantumkan dan dijelaskan. Sistematika laporan
PTK di bawah ini merupakan modifikasi dari berbagai sumber:
Halaman Judul
Judul laporan PTK yang baik mencerminkan ketaatan pada rambu-rambu
seperti: gambaran upaya yang dilakukan untuk perbaikan pembelajaran,
tindakan yang diambil untuk merealisasikan upaya perbaikan pembelajaran,
dan setting penelitian. Judul sebaiknya tidak lebih dari 15 kata.
Lembar Pengesahan
Gunakan model lembar pengesahan yang ditetapkan oleh institusi terkait.
Kata Pengantar
Abstrak
Abstrak sebaiknya ditulis tidak lebih dari satu halaman. Komponen ini
merupakan intisari penelitian, yang memuat permasalahan, tujuan, prosedur
4-17
pelaksanaan penelitian/tindakan, hasil dan pembahasan, serta simpulan dan
saran.
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab ini memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang
permasalahan pentingnya masalah diselesaikan, identifikasi masalah, analisis
dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta definisi istilah bila
dianggap perlu. Urutan penyajian bisa disusun sebagai berikut:
A. Latar Belakang Masalah (data awal dalam mengidentifikasi masalah,
analisis masalah, dan pentingnya masalah untuk diselesaikan)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Operasional (bila perlu)
4-18
hal yang mendasar yaitu hasil perubahan (kemajuan) pada diri siswa,
lingkungan, guru sendiri, motivasi dan aktivitas belajar, situasi kelas, hasil
belajar. Kemukakan grafik dan tabel secara optimal, hasil analisis data yang
menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematik
dan jelas.
A. Deskripsi per siklus (data tentang rencana, pengamatan, refleksi),
keberhasilan dan kegagalan, lengkap dengan data)
B. Pembahasan dari tiap siklus
Bab V Simpulan dan Saran
A. Simpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
2. Artikel Ilmiah
Kegiatan menyusun karya ilmiah, baik berupa laporan hasil penelitian maupun
makalah nonpenelitian, merupakan kegiatan yang erat kaitannya dengan aktivitas
ilmiah.
Beberapa kualifikasi yang diperlukan untuk dapat menulis karya ilmiah
dengan baik antara lain adalah:
a. Pengetahuan dasar tentang penulisan karya ilmiah, baik yang berkenaan dengan
teknik penulisan maupun yang berkenaan dengan notasi ilmiah. Di samping itu,
keterampilan menggunakan bahasa tulis dengan baik dan benar sesuai dengan
kaidah-kaidah yang berlaku
b. Memiliki wawasan yang luas mengenai bidang kajian keilmuan
c. Pengetahuan dasar mengenai metode penelitian.
Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau
buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah dengan mengikuti
pedoman atau konvensi yang telah disepakati atau ditetapkan. Artikel ilmiah bisa
diangkat dari hasil penelitian lapang, hasil pemikiran dan kajian pustaka, atau hasil
pengembangan proyek. Dari segi sistematika penulisan dan isi suatu artikel dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu artikel hasil penelitian dan artikel
nonpenelitian. Secara umum, isi artikel hasil penelitian meliputi: judul artikel, nama
penulis, abstrak dan kata kunci, pendahuluan, metode, hasil dan pembahasan,
kesimpulan dan saran, serta daftar rujukan. Sedangkan artikel nonpenelitian berisi
judul, nama penulis, abstrak dan kata kunci, pendahuluan, bagian inti, penutup, dan
daftar rujukan.
Isi artikel penelitian diuraikan sebagai berikut:
1. Judul
Judul artikel berfungsi sebagai label yang menginformasikan inti isi yang
terkandung dalam artikel secara ringkas. Pemilihan kata sebaiknya dilakukan
dengan cermat agar selain aspek ketepatan, daya tarik judul bagi pembaca juga
dipertimbangkan. Judul artikel sebaiknya tidak lebih dari 15 kata.
2. Nama Penulis
4-19
Nama penulis artikel ditulis tanpa gelar, baik gelar akademik maupun gelar
lainnya. Nama lembaga tempat penulis bekerja biasanya ditulis di bawah nama
penulis, namun boleh juga dituliskan sebagai catatan kaki di halaman pertama.
Apabila penulis lebih dari dua orang, maka nama penulis utama saja yang
dicantumkan di bawah judul, sedangkan nama penulis lainnya dituliskan dalam
catatan kaki.
3. Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak dan kata kunci (key words) berisi pernyataan yang mencerminkan ide-ide
atau isu-isu penting di dalam artikel. Untuk artikel hasil penelitian, prosedur
penelitian (untuk penelitian kualitatif termasuk deskripsi tentang subjek yang
diteliti), dan ringkasan hasil penelitian, tekanan diberikan pada hasil penelitian.
Sedangkan untuk artikel nonpenelitian, abstrak berisi ringkasan isi artikel yang
dituangkan secara padat, bukan komentar atau pengantar dari penyunting.
Panjang abstrak 50-75 kata, dan ditulis dalam satu paragraf.
Kata kunci adalah kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang
dibahas dalam artikel atau istilah-istilah yang merupakan dasar pemikiran
gagasan dalam karangan asli berupa kata tunggal atau gabungan kata. Jumlah
kata kunci antara 3-5 kata. Perlu diingat bahwa kata kunci tidak diambil dari kata-
kata yang sudah ada di dalam judul artikel. Kata kunci sangat bermanfaat bagi
pihak lain yang menggunakan mesin penelusuran pustaka melalui jaringan
internet untuk menemukan karya seseorang yang sudah dipublikasikan secara
online.
4. Pendahuluan
Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah abstrak dan kata kunci.
Bagian ini menyajikan kajian pustaka yang berisi paling sedikit tiga gagasan: (1)
latar belakang masalah atau rasional penelitian, (2) masalah dan wawasan rencana
pemecahan masalah, (3) rumusan tujuan penelitian (dan harapan tentang manfaat
hasil penelitian).
Sebagai kajian pustaka, bagian ini harus disertai rujukan yang dapat dijamin
otoritas keilmuan penulisnya. Kajian pustaka disajikan secara ringkas, padat dan
mengarah tepat pada masalah yang diteliti. Aspek yang dibahas dapat mencakup
landasan teoretis, segi historis, atau segi lainnya yang dianggap penting. Latar
belakang atau rasional hendaknya dirumuskan sedemikian rupa, sehingga
mengarahkan pembaca ke rumusan penelitian yang dilengkapi dengan rencana
pemecahan masalah dan akhirnya ke rumusan tujuan.
Apabila anda menulis artikel nonpenelitian, maka bagian pendahuluan berisi
uraian yang mengantarkan pembaca pada topik utama yang akan dibahas. Bagian
ini menguraikan hal-hal yang mampu menarik pembaca sehingga mereka tertarik
untuk mengikuti bagian selanjutnya. Selain itu, bagian ini juga diakhiri dengan
rumusan singkat tentang hal-hal yang akan dibahas.
5. Bagian Inti
Bagian ini berisi 3 (tiga) hal pokok, yaitu metode, hasil, dan pembahasan. Pada
bagian metode disajikan bagaimana penelitian dilaksanakan. Uraian disajikan
dalam beberapa paragraf tanpa atau dengan subbagian. Yang disajikan pada
4-20
bagian ini hanyalah hal yang pokok saja. Isi yang disajikan berupa siapa sumber
datanya (subjek atau populasi dan sampel), bagaimana data dikumpulkan
(instrumen dan rancangan penelitian), dan bagaimana data dianalisis (teknik
analisis data). Apabila di dalam pelaksanaan penelitian ada alat dan bahan yang
digunakan, maka spesifikasinya perlu disebutkan.
Untuk penelitian kualitatif, uraian mengenai kehadiran peneliti, subjek penelitian
dan informan, beserta cara memperoleh data penelitian, lokasi dan lama
penelitian, serta uraian tentang pengecekan keabsahan hasil penelitian
(triangulasi) juga perlu dicantumkan.
Bagian hasil adalah bagian utama artikel ilmiah. Bagian ini menyajikan hasil
analisis data. Yang dilaporkan dalam bagian ini adalah hasil analisis saja,
sedangkan proses analisis data misalnya perhitungan statistik, tidak perlu
disajikan. Proses pengujian hipotesis, ternasuk pembandingan antara koefisien
hasil perhitungan statistik dengan koefisien tabel, tidak perlu disajikan. Yang
dilaporkan hanyalah hasil analisis dan hasil pengujian data. Hasil analisis dapat
disajikan dalam bentuk grafik atau tabel untuk memperjelas penyajian hasil secara
verbal, yang kemudian dibahas.
Bagian terpenting dari artikel hasil penelitian adalah pembahasan. Dalam
pembahasan disajikan: (1) jawaban masalah penelitian atau bagaimana tujuan
penelitian dicapai, (2) penafsiran temuan penelitian, (3) pengintegrasian temuan
penelitian ke dalam kumpulan penelitian yang telah mapan, dan (4) menyusun
teori baru atau memodifikasi teori yang telah ada sebelumnya. Jawaban atas
masalah penelitian hendaknya disajikan secara eksplisit. Penafsiran terhadap hasil
penelitian dilakukan dengan menggunakan logika dan teori-teori yang ada.
Pengintegrasian temuan penelitian ke dalam kumpulan yang ada dilakukan
dengan membandingkan temuan itu dengan temuan penelitian yang telah ada
atau dengan teori yang ada, atau dengan kenyataan yang ada di lapangan.
Pembandingan harus disertai rujukan. Jika penelitian ini menelaah teori
(penelitian dasar), teori yang lama dapat dikonfirmasi atau ditolak sebagian atau
seluruhnya. Penolakan sebagian dari teori harus disertai dengan modifikasi teori,
dan penolakan terhadap seluruh teori harus disertai rumusan teori yang baru.
Untuk penelitian kualitatif, bagian ini dapat pula memuat ide-ide peneliti,
keterkaitan antara kategori-kategori dan dimensi-dimensi serta posisi temuan atau
penelitian terhadap temuan dan teori sebelumnya.
Untuk artikel nonpenelitian, bagian inti ini dapat sangat bervariasi bergantung
pada topik yang dibahas. Yang perlu diperhatikan dalam bagian ini adalah
pengorganisasian isi yang dapat berupa fakta, konsep, prosedur, atau prinsip. Isi
yang berbeda memerlukan penataan dengan urutan yang berbeda pula.
6. Penutup
Istilah penutup digunakan sebagai judul bagian akhir dari sebuah artikel
nonpenelitian jika isinya berupa catatan akhir atau yang sejenisnya. Namun
apabila bagian akhir berisi kesimpulan hasil pembahasan sebelumnya, maka
istilah yang dipakai adalah kesimpulan. Pada bagian akhir ini dapat juga
ditambahkan saran atau rekomendasi.
4-21
Untuk artikel hasil penelitian, bagian penutup berisi kesimpulan dan saran yang
memaparkan ringkasan dari uraian yang disajikan pada bagian hasil dan
pembahasan. Kesimpulan diberikan dalam bentuk uraian verbal, bukan
numerikal. Saran disusun berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat. Saran dapat
mengacu pada tindakan praktis, atau pengembangan teoretis, atau penelitian
lanjutan.
7. Daftar Rujukan/Pustaka
Daftar rujukan berisi daftar dokumen yang dirujuk dalam penyusunan artikel.
Semua bahan pustaka yang dirujuk yang disebutkan dalam batang tubuh artikel
harus disajikan dalam daftar rujukan dengan urutan alfabetis. Gaya selingkung
dalam menyusun daftar pustaka bisa bervariasi, bergantung pada disiplin ilmu
yang menjadi payung artikel ilmiah anda atau jurnal yang akan memuat artikel
anda. Bidang Pendidikan atau Psikologi sering menggunakan format APA
(American Psychological Association), sedangkan disiplin ilmu Sejarah
menggunakan Turabian Style atau Chicago Manual, dan bidang Bahasa dan Sastra
menggunakan MLA (Modern Language Association). Apapun gaya yang anda
gunakan, pastikan bahwa gaya penulisan anda konsisten dan sesuai dengan
format yang ditetapkan oleh jurnal/media yang akan menampung tulisan anda.
Untuk itu, anda perlu mencermati lebih dahulu format seperti apa yang harus
anda ikuti sebelum mulai menulis/menyunting artikel ilmiah anda. Secara umum,
yang dicantumkan dalam rujukan (berupa buku) adalah: nama pengarang, tahun
penerbitan, judul, kota tempat penerbitan, dan nama penerbitnya.
Latihan
1. Bedakan artikel hasil penelitian dengan artikel nonpenelitian dari dimensi isi
artikel.
2. Bagian terpenting dari artikel hasil penelitian adalah pembahasan. Apa saja
yang seharusnya disajikan dalam pembahasan?
3. Berdasarkan prosedur pemecahan masalah, ada dua jenis makalah ilmiah,
apa sajakah? Buatlah perbedaan antara keduanya.
4. Bagaimana aturan yang harus diikuti dalam menyusun Daftar Pustaka?
5. Jelaskan sistematika sebuah laporan PTK.
6. Diberikan informasi tentang hasil penelitian/kasus pembelajaran, peserta
dapat merumuskan bagian-bagian tertentu dari sebuah artikel.
4-22
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016
MATERI PEDAGOGIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen disebutkan
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Gurulah yang menjadi ujung tombak pendidikan, sebab guru secara
langsung berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan
siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan bermoral tinggi. Guru
dituntut untuk memiliki kemampuan yang diperlukan sebagai pendidik dan pengajar.
Sebagai pengajar guru dituntut harus menguasai bahan ajar yang diajarkan dan
terampil dalam mengajarkannya. Cara mengajar seorang guru akan tercermin dalam
proses mengajar belajar.
Dalam proses mengajar belajar, penguasaan materi pelajaran dan cara
menyampaikannya merupakan syarat yang sangat essensial. Oleh karena itu proses
mengajar belajar harus diupayakan sebaik mungkin dan perlu mendapat perhatian
yang serius. Penguasaan guru terhadap materi pelajaran dan pengelolaan kelas
sangatlah penting, namun demikian belum cukup untuk menghasilkan pembelajaran
yang optimal. Komponen lain dalam pembelajaran yang sangat penting dikusai oleh
guru adalah tentang pemahaman mereka tentang karakteristik siswa yang diajarnya,
penguasaan terhadap teori-teori belajar agar dapat mengarahkan peserta didik
berpartisipasi secara intelektual dalam belajar, sehingga belajar menjadi bermakna
bagi siswa. Guru juga harus mampu merencanakan pembelajaran, memilih media
pembelajaran yang tepat, melaksanakan proses dan melakukan penilaian. Guru juga
perlu mengerti bagaimana seharusnya melakukan refleksi pembelajaran sehingga
guru dapat melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran yang telah
dilakukan.
1
B. Tujuan
Tujuan penyusunan bahan ajar kompetensi pedagogik ini adalah membantu guru
calon peserta PLPG mendapatkan sumber belajar untuk menambah wawasan para
guru tentang: (1) kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran, (2)
karakteristik siswa dan teori-teori belajar (3) pengelolaan kegiatan pembelajaran agar
lebih profesional di bidangnya sesuai dengan kurikulum yang berlaku, dan (4)
bagaimana melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan agar dapat
memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan.
C. Peta Kompetensi
Peta kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru sesuai dengan permendikbud
No16 tahun 2007 adalah sebagai berikut.
2
2. Menguasai teori belajar 2.1 Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip
dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata
pembelajaran pelajaran yang diampu.
yang mendidik. 2.2 Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode,
dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif
dalam mata pelajaran yang diampu.
3. Mengembangkan 3.1 Memahami prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum yang terkait kurikulum.
dengan mata 3.2 Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu.
pelajaran yang diampu. 3.3 Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diampu.
3.4 Memilih materi pembelajaran yang diampu yang
terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan
pembelajaran.
3.5 Menata materi pembelajaran secara benar sesuai
dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik
peserta didik.
3.6 Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.
4. Menyelenggarakan 4.1 Memahami prinsip-prinsip perancangan
pembelajaran yang pembelajaran yang mendidik.
mendidik. 4.2 Mengembangkan komponen-komponen rancangan
pembelajaran.
3
4.4 Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas,
di laboratorium, dan di lapangan dengan
memperhatikan standar keamanan yang
dipersyaratkan.
5
10. Melakukan tindakan 10.1 Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
reflektif untuk peningkatan dilaksanakan.
kualitas 10.2 Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan
pembelajaran. pengembangan pembelajaran dalam mata pelajaran
yang diampu.
10.3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata
pelajaran yang diampu.
D. Ruang Lingkup
Penyusunan sumber belajar ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran ringkas
bagi guru tentang kompetensi pedagogik yang harus dikuasai Guru. Dalam sumber
belajar ini akan dibahas secara singkat 8 kegiatan pembelajaran dimana pada
masing-masing kegiatan pembelajaran akan diberikan Tujuan, Indikator Pencapaian
Kompetensi, Uraian Materi, Latihan, Umpan Balik dan Tindak Lanjut, serta Daftar
Pustaka yang bisa dirujuk untuk mempelajari lebih jauh uraian materi yang telah
diberikan.
Materi yang dibahas dalam sumber belajar ini tertuang dalam 8 kegiatan belajar
sebagai berikut ini.
Kegiatan Belajar 1 : Karakteristik Siswa
Kegiatan Belajar 2 : Teori Belajar
Kegiatan Belajar 3 : Kurikulum 2013
Kegiatan Belajar 4 : Desain Pembelajaran
Kegiatan Belajar 5 : Media Pembelajaran
Kegiatan Belajar 6 : Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan Belajar 7 : Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran
Kegiatan Belajar 8 : Refleksi Pembelajaran dan PTK
6
E. Saran Cara Penggunaan Sumber Belajar
Sumber belajar ini secara khusus diperuntukkan bagi guru yang akan mengikuti
pendidikan dan pelatihan kompetensi guru (PLPG) setelah menempuh Ujian
Kompetensi Guru (UKG) atau sedang belajar mandiri secara individu atau dengan
teman sejawat.
Berikut ini beberapa saran dalam cara penggunaan dan pemanfaatan sumber belajar
ini.
1. Bacalah sumber belajar ini secara runtut, dimulai dari Pendahuluan, agar dapat
lebih mudah dan lancar dalam mempelajari kompetensi dan materi dalam sumber
belajar ini.
2. Materi di dalam sumber belajar ini lebih bersifat ringkas dan padat, sehingga
dimungkinkan untuk menelusuri literatur lain yang dapat menunjang penguasaan
kompetensi.
3. Setelah melakukan aktivitas membaca sumber belajar, barulah berusaha sekuat
pikiran, untuk menyelesaikan latihan dan/atau tugas yang ada. Jangan tergoda
untuk melihat kunci dan petunjuk jawaban. Kemandirian dalam mempelajari
sumber belajar ini akan menentukan seberapa jauh penguasaan kompetensi.
4. Setelah memperoleh jawaban atau menyelesaikan tugas, bandingkan dengan
kunci atau petunjuk jawaban.
5. Lakukan refleksi berdasarkan proses belajar yang telah dilakukan dan
penyelesaian latihan/tugas.. Hasil refleksi yang dapat terjadi antara lain
ditemukan beberapa bagian yang harus direviu dan dipelajari kembali, ada bagian
yang perlu dipertajam atau dikoreksi, dan lain lain.
6. Setelah mendapatkan hasil refleksi, rencanakan dan lakukan tindak lanjut yang
relevan.
7
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016
MATERI PEDAGOGIK
BAB II
KARAKTERISTIK SISWA
A. Tujuan
Modul ini disusun untuk menjadi bahan belajar bagi guru terkait materi
karakteristik siswa dalam program Guru Pembelajar. Tujuan belajar yang akan
dicapai adalah memahami tahap-tahap perkembangan siswa sehingga dapat
menyediakan materi pelajaran dan metode penyampaian yang sesuai dengan
karakteristik siswa sesuai dengan tahap perkembangannya
C. Uraian Materi
Siswa sebagai subyek pembelajaran merupakan individu aktif dengan berbagai
karakteristiknya, sehingga dalam proses pembelajaranjh terjadi interaksi timbal
balik, baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Oleh
karena itu, salah satu dari kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru adalah
memahami karakteristik anak didiknya, sehingga tujuan pembelajaran, materi
yang disiapkan, dan metode yang dirancang untuk menyampaikannya benar-benar
sesuai dengan karakteristik siswanya.
Perbedaan karakteristik anak salah satunya dapat dipengaruhi oleh
perkembangannya. Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu
1
sejak masa konsepsi, yaitu masa pertemkuan spermatozoid dengan sel telur
sampai dengan dewasa.
1. Metode dalam psikologi perkembangan
Ada dua metode yang sering dipakai dalam meneliti perkembangan manusia, yaitu
longitudinal dan cross sectional. Dengan metode longitudinal, peneliti mengamati
dan mengkaji perkembangan satu atau banyak orang yang sama usia dalam waktu
yang lama. Misalnya penelitan Luis Terman (dalam Clark, 1984) yang mengikuti
perkembangan sekelompok anak jenius dari masa prasekolah sampai masa
dewasa waktu mereka sudah mencapai karier dan kehidupan yang mapan.
Perbedaan karakteristik setiap saat itulah yangt diasumsikan sebagai tahap
perkembangan. Penelitian dengan metode longitudinal mempunyai kelebihan,
yaitu kesimpulan yang diambil lebih meyakinkan, karena membandingkan
karakteristik anak yangbvsama pada usia yang berbeda-beda, sehingga setiapo
perbedaan dapat diasumsiukan sebagai hasil perkembangan dan pertumbuhan.
Tetapi, metode ini memerlukan waktu sangat lama untuk mendapat hasil yang
sempurna.
Dengan metode cross sectional, peneliti mengamati dan mengkaji banyak anak
dengan berbagai usia dalam waktu yang sama. Misalnya, penelitian yang pernah
dilakukan oleh Arnold Gessel (dalam Nana Saodih Sukmadinata, 2009) yang
mempelajari ribuan anak dari berbagai tingkatan usia, mencatat ciri-ciri fisik dan
mentalnya, pola-pola perkembangan dan memampuannya, serta perilaku mereka.
Perbedaan karakteristik setiap kelompok itulah yang diasumsikan sebagai tahapan
perkembangan. Dengan pendekatan cross-sectional, proses penelitian tidak
memerlukan waktu lama, hasil segera dapat diketahui. Kelemahannya, peneliti
menganalisis perbedaan karakteristik anak-anak yang berbeda, sehingga
diperlukan kehati-hatian dalam menarik kesimpulan, bahwa perbedaan itu
semata-mata karena perkembangan.
2. Pendekatan dalam psikologi perkembangan
Manusia merupakan kesatuan antara jasmani dan rohani yang tidak dapat dipisah-
pisahkan. Manusia merupakan individu yang kompleks, terdiri dari banyak aspek,
termasuk jsamani, intelektual, emosi, moral, social, yang membentuk keunikan
2
pada setiap orang. Kajian perkembangan manuasi dapat menggunakan
pendekatan menyeluruh atau pendekatan khusus (Nana Sodih Sukmadinata,
2009). Menganalisis seluruh segi perkembangan disebut pendekatan menyeluruh
/ global. Segala segi perkembangan dideskripsikan dalam pendekatan ini, seperti
perkembangan fisik, motorik, social, intelektual, moral, intelektual, emosi, religi,
dsb.
Walaupun demikian, untuk mempermudah penelitian, pembahasan dapat
dilakukan per aspek perkembangan. Misalnya, ada peneliti yang memfokuskan
kajiannya pada perkambangan aspek fisik saja, aspek intelektual saja, aspek moral
saja, aspek emosi saja, dsb. Inilah yang dikenal dengan pendekatan khusus
(spesifik).
3. Teori perkembangan
Ada berbagai teori perkembangan. Dalam buku ini akan dibahas beberapa teori
yang sering menjadi acuan dalam bidang pendidikan, yaitu teori yang termasuk
teori menyeluruh / global ( Rousseau, Stanley Hall, Havigurst), dan teori yang
termasuk khusus / spesifik (Piaget, Kohlbergf, Erikson), seperti yang diuraikan
dalam Nana Saodih Sukmadinata (2009).
a. Jean Jacques Rousseau
Jean Jacques Rousseau merupakan ahli pendidikan beraliran liberal yang
menjadi pendorong pembelajaran discovery. Rousseau mulai mendakan
kajian pada 1800an. Menurutn Rousseau, perkembangan anak terbagi
menjadi empat tahap, yaitu
1) Masa bayi infancy (0-2 tahun).
Oleh Rousseau, usia antara 0-2 tahun adalah masa perkembangan fisik.
Kecepatan pertumbuhan fisik lebih dominan dibandingkan perkembangan
aspek lain, sehingga anak disebut sebagai binatang yang sehat.
2) Masa anak / childhood (2-12 tahun)
Masa antara 2-12 tahun disebut masa perkembangan sebagai manusia
primitive. Kecuali masih terjadi pertumbuhan fisik secara pesat, aspek lain
sebagai manusia juga mulai berkembang, misalnya kemampuan berbicara,
berfikir, intelektual, moral, dll.
3
3) Masa remaja awal / pubescence (12-15 tahun)
Masa usia 12-15, disebut masa remaja awal / pubescence, ditandai dengan
perkembangan pesat intelektual dan kemampuan bernalar juga disebut
masa bertualang.
4) Masa remaja / adolescence (15-25 tahun)
Usia 15-25 tahun disebut maswa remaja / adolescence. Pada masa ini
tejadi perkembangan pesat aspek seksual, social, moral, dan nurani, juga
disebut masa hidup sebagai manusia beradab.
b. Stanley Hall
Stanley Hall, seorang psikolog dari Amerika Serikat, merupakan salah satu
perintis kajian ilmiah tentang siklus hidup (life span) yang berteori bahwa
perubahan menuju dewasa terjadi dalam sekuens (urutan) yang universal
bagian dari proses evolusi, parallel dengan perkembangan psikologis, namun
demikian, factor lingkungan dapat mempengaruhi cepat lambatnya
perubahan tersebut. Misalnya, usia enam tahun adalah usia masuk sekolah di
lingkungan tertentu, tetapi ada yang memulai sekolah pada usia lebih lambat
di lingkungan yang lain. Konsekuensinya, irama perkembangan anak di kedua
lingkungan tersebut dapat berbeda. Stanley Hall membagi masa
perkembangan menjadi empat tahap, yaitu:
1) Masa kanak-kanak / infancy (0-4 tahun)
Pada usia-usia ini, perkembangan anak disamakan dengan binatang, yaitu
melata atau berjalan.
2) Masa anak / childhood (4-8 tahun)
Oleh Hall, masa ini disebut masa pemburu, anak haus akan pemahaman
lingkungannya, sehingga akan berburu kemanapun, mempelajari
lingkungan sekitarnya.
3) Masa puber / youth 8-12 tahun)
Pada masa ini anak tumbuh dan berkembang tetapi sebhagai makhluk yang
belum beradab. Banyak hal yang masih harus dipelajari untuk menjadi
4
makhluk yang beradab di lingkungannya, seperti yangt berkaitan dengan
social, emosi, moral, intelektual.
4) Masa remaja / adolescence (12 – dewasa)
Pada masa ini, anak mestinya sudah menjadi manusia beradab yang dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan dunia yang selalu berubah.
Perspektif life span seperti yang dipelopori oleh Stanley Hall dkk. Dapat
dibuktikan pada tahap masa remaja sampai dewasa. Misalnya, pada
masyarakat tertentu yang masih terbelakang, anak justru cepat menjadi
dewasa. Karena pendidikan hanya tersedia sampai sekolah dasar,
masayrakat cenderung mulai bekerja dan berkeluarga dalam usia muda.
Sebaliknya, pada masyarakat yang semua warganegaranya mencapai
pendidikan tinggi, anak-anak menjadi dewasa pada usia yang lebih lanjut.
c. Robert J. Havigurst
Robert J. Havigurst dari Universitas Chicago mulai mengembangkan konsep
developmental task (tugas perkembangan) pada tahun 1940an, yang
menggabungkan antara dorongan tumbuh / berkembang sesuai dengan
kecepatan pertumbuhannya denga tantangan dan kesempatan yang diberikan
oleh lingkungannya. Havigurst menyusun tahap-tahap perkembangan menjadi
lima tahap berdasarkan problema yang harus dipecahkan dalam setiap fase.,
yaitu:
1) Masa bayi / infancy (0 – ½ tahun)
2) Masa anak awal / early childhood (2/3 – 5/7 tahun)
3) Masa anak / late childhood (5/7 tahun – pubesen)
4) Masa adolesense awal / early adolescence (pubesen – pubertas_)
5) Masa adolescence / late adolescence (pubertas – dewasa)
Menurut teori ini, dalam perkembangan, anak melewati delapan tahap
perkembangan (developmental stages) Aada sepuluh tugas perkembangan
yang harus dikuasai anak pada setiap fase, yaitu:
1) Ketergantungan – kemandirian
2) Memberi – menerima kasih saying
3) Hubungan social
5
4) Perkembangan kata hati
5) Peran biososio dan psikologis
6) Penyesuaian dengan perubahan badan
7) Penguasaan perubahan badan dan motorik
8) Memahai dan mengendalikan lingkungan fisik
9) Pengembangan kemampuan konseptual dan sistem symbol
10) Kemampuan meolihat hubungan denganh alam semesta
Dikuasai atau tidaknya tugas perkembangan pada setiap fase akan
mempengaruhi penguasaan tugas-tugas pada fase berikutnaya.
d. Jean Piaget
Jean Piaget latar belakangnya adalah pakar biology dari Swiss yang hidup pada
tahun 1897 sampai tahun 1980 (Harre dan Lamb), 1988). Teri-teorinya
dikembangkan dari hasil pengamatan terhadap tiga orang anak kandungnya
sendiri, kebanyakan berdasarkan hasil pengamatan pembicaraanya dengan
anak atau antar anak-anak sendiri. Piaget lebih memfokuskan kajiannya dalam
aspek perkembangan kognitif anak dan mengelompokkannya dalam empat
tahap, yaitu:
1) Tahap sensorimotorik (0-2 tahun)
Tahap ini juga disebut masa discriminating dan labeling. Pada masa ini
kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak reflex, bahasa awal, dan
ruang waktu sekarang saja.
2) Tahap praoperasional (2-4 ahun)
Pada tahap praoperasional, atau prakonseptual, atau disebut juga dengan
masa intuitif, anak mulai mengembangkan kemampuan menerima stimulus
secara terbatas. Kemampuan bahasa mulai berkembang, pemikiran masih
statis, belum dapat berfikir abstrak, dan kemampuan persepsi waktu dan
ruang masih terbatas.
6
3) Tahap operasional konkrit (7-11 tahun)
Tahap ini juga disebut masa performing operation. Pada masa ini, anak
sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan,
menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi.
4) Tahap operasonal formal (11-15 tahun)
Tahap ini juga disebut masa proportional thinking. Pada masa ini, anak
sudah mampu berfikir tingkat tinggi, seperti berfikir secara deduktif,
induktif, menganalisis, mensintesis, mampu berfikir secara abstrak dan
secara reflektif, serta mampu memecahkan berbagai masalah.
e. Lawrence Kohlberg
Mengacu kepada teori perkembangan Piaget yang berfokus pada
perkembangan kognitif, Kohlberg lebih berfokus pada kognitif moral atau
moral reasoning. Kemampuan kognitif moral seseorang dapat diukur dengan
menghadapkannya dengan dilemna moral hipotesis yang terkait dengan
kebenaran, keadilan, konflik terkait aturan dan kewajiban moral.
Manurut Kohlberg, perkembangan moral kognitif anak terbagi menjadi tiga
tahapan, yaitu:
1) Preconventional moral reasoning
a) Obidience and paunisment orientation
Pada tahap ini, orientasi anak masih pada konsekuensi fisik dari
perbuatan benar – salahnya, yaitu hukuman dan kepatuhan. Mereka
hormat kepada penguasa, penguasalah yang menetapkan aturan /
undang-undang, mereka berbuat benar untuk menghindari hukuman.
b) Naively egoistic orientation
Pada tahap ini, anak beorientasi pada instrument relative. Perbuatan
benar adalah perbuatan yang secara instrument memuaskan
keinginannya sendiri dan (kadang-kadang) juga orang lain.
Kepeduliannya pada keadilan / ketidakadilan bersifat pragmatic, yaitu
apakah mendatangkan keuntungan atau tidak.
7
2) Conventional moral reasoning
a) Good boy orientation
Pada tahap ini, orientasi perbuatan yang baik adalah yang
menyenangkan, membantu, atau diepakati oleh orang lain. Orientasi
ini juga disebut good / nice boy orientation. Anak patuh pada karakter
tertentu yang dianggap alami, cenderung mengembangkan niat baik,
menjadi anak baik, saling berhubungan baik, peduli terhadap orang
lain.
b) Authority and social order maintenance orientation
Pada tahap ini, orientasi anak adalah pada aturan dan hukum. Anak
menganggap perlunya menjaga ketertiban, memenuhi kewajiban dan
tugas umum, mencegah terjadinya kekacauan system. Hukum dan
perintah penguasa adalah mutlak dan final, penekanan pada kewajiban
dan tugas terkait dengan perannya yang diterima di masyarakat dan
public.
3) Post conventional moral reasoning
a) Contranctual legalistic orientation
Pada tahap ini, orientasi anak pada legalitas kontrak social. Anak mulai
peduli pada hak azasi individu, dan yang baik adalah yang disepakati
oleh mayoritas masyarakat. Anak menyadari bahwa nilai (benar/salah,
baik/buruk, suka/tidak sukad, dll) adalah relative, menyadari bahea
hukum adalah intrumen yang disetujui untuk mengatur kehidupan
masyarakat, dan itu dapat diubha melalui diskusi apabila hukum gagal
mengetur masyarakat.
b) Conscience or principle orientation
Pada tahap ini, orientasi adalah pada prinsip-prinsip etika yang bersifat
universal. Benar-salah harus disesuaikan dengan tuntutan prinsip-
prinsip etika yang bersifat ini sari dari etika universal. Aturan hukum
legal harus dipisahkan dari aturan moral. Masing-masing (kukum legal
dan moral) harus diakui terpisah, masing-masing mempunyai
8
penerapannya sendiri, tetapi tetap mengacu pada nilai-nilai etika /
moral.
9
Pada tahap Basic trust vs mistrust (infancy – bayi), anak baru mulai mengenal
dunia, perhatian anak adalah mencari rasa aman dan nyaman. Lingkungan dan
sosok yang mampu menyediakan rasa nyaman / aman itulah yang dipercaya
oleh anak, sebalinya, yang menjadikan sebaliknya, cenderung tidak dipercaya.
Rasa aman dan nyaman ini terkait dengan kebutuhan primer seperti makan,
minum, pakaian, kasih sayang. Sosok ibu atau pengasuh biasanya sangat
dipercaya karena setiap mendatangkan kenyamanan. Sedangkan orang yang
dianggap asing akan ditolaknya.
Pada tahap Autonomy vs shame and doubt (toddler – masa bermain), anak
tidak ingin sepenuhnya tergantung pada orang lain. Aanak mulai mempunyai
keinginan dan kemauan sendiri. Dalam masa ini, orangtua perlu memberikan
kebebasan yang terkendali, karena apabila anak terlalu dikendalikan / didikte,
pada diri anak dapat tumbuh rasa selalu was-was, ragu-ragu, kecewa.
Pada tahap Initiative vs guilt (preschool – prasekolah), pada diri anak mulai
tumbuh inisiatif yang perlu difasilitasi, didorong, dan dibimbing oleh orang
dewasa disekitarnya. Anak mulai bertanggungjawab atas dirinya sendiri.
Berbagai aktifitas fisik seperti bermain, berlari, lompat, banyak dilakukan.
Kurangnya dukungan dari lingkungan, misalnya terlalu dikendalikan,
kurangnya fasilitas, sehingga inisiatifnya menjadi terkendala, pada diri anak
akan timbul rasa kecewa dan bersalah.
Pada tahap ini, Industry vs inferiority (schoolage – masa sekolah), anak
cenderung luar biasa sibuk melakukan berbagai aktifitas yang diharapkan
mempunyai hasil dalam waktu dekat. Keberhasilan dalam aktifitas ini akan
menjadikan anak merasa puas dan bangga. Sebaliknya, jika gagal, anak akan
merasa rendah diri. Oleh karena itu, anak memerlukan bmbngan dan fasilitasi
agar tidak gagal dan setiap aktifitasnya.
Pada tahap Identity vs role confusion (asolescence – remaja), anak dihadapkan
pada kondisi pencarian identittas diri. Jatidiri ini akan akan berpengaruh besar
pada masa depannya. Pengaruh lingkungan sangat penting. Lingkungan yang
baik akan menjadikan anak memiliki jati diri sebagai orang baik, sebaliknya
lingkunganh yang tidak baik anak membawanya menjadi pribadi yang kurang
10
baik. Orang tua harus menjamin bahwa anak berada dalam lingkungan yang
baik, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi, misalnya menjadi
anggota geng anak nakal, anak jalanan, pemabuk, narkoba, dll., adalah
disebabkan karena anak keliru dalam membangun identitas diri.
Pada tahap Intimacy vs isolation (young adulthood – dewasa awal), anak mulai
menyadari bahwa meskipun dalam banyak hal memerlukan komunikasi
dengan masyarakat dan teman sebaya, dalam hal-hal tertentu, ada yang
memang harus bersifat privat. Ada hal-hal yang hanya dibicarakan dengan
orang tertentu, ada orang tertentu tempat mencurahkan isi hati, memerlukan
orang yang lebih dekat secara pribadi, termasuk pasangan lawan jenis.
Kegagalan pada tahp ini dapat mengakibatkan anak merasa terisolasi di
kehidupan masyarakat.
Tahap Generativity vs stagnation (middle adulthood – dewasa tengah-tengan)
menandai munculnya rasa tanggungjawab atas generasi yang akan datang.
Bentuk kepedulian ini tidak hanya dalam bentuk peran sebagai orangtua,
tetapi juga perhatian dan kepeduliannya pada anak-anak yang merupakan
generasi penerus. Ada rasa was-was akan generasi penerusnya
(keturunannya), seperti apakah mereka nanti, bahagiakah, terpenuhi
kebutuhannyakah? Atau akan stagnan, bertenti sama sekali.
Tahap ini, Ego integrity vs despair (later adulthood – dewasa akhir), adalah
tahap akhir dari siklus kehidupan. Individu akan melakukan introspeksi,
mereview kembali perjalanan kehidupan yang telah dilalui dari hari ke hari,
dari tahun ke tahun, dari karier satu ke karier lainnya. Yang pali ng diharapkan
adalah jika tidak ada penyesalan.
D. Daftar Pustaka
1. Clark, b. (1984). Growing Up Gifted. Boston, MA: . Prentice Hall.
2. Harre, R. & Lamb, R. (eds). (1988). The encyclopedic Dictionary of Psychology.
Cambridge, MA: MIT Press.
11
3. Sugiman, Sumardiyono, Marfuah (2016). Guru Pembelajar : Modul
Matematika SMP – Karakteristik Siswa . Jakarta: Dtjen Guru Dan Tenaga
Kependidikan.
4. Sukmadinata, N.S.(2009). Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
12
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016
MATERI PEDAGOGIK
BAB III
TEORI BELAJAR
C. Uraian Materi
Dalam proses mengajar belajar, penguasaan seorang guru dan cara
menyampaikannya merupakan syarat yang sangat essensial. Penguasaan guru
terhadap materi pelajaran dan pengelolaan kelas sangatlah penting, namun
demikian belum cukup untuk menghasilkan pembelajaran yang optimal. Selain
menguasai materi matematika guru sebaiknya menguasai tentang teori-teori
belajar, agar dapat mengarahkan peserta didik berpartisipasi secara intelektual
dalam belajar, sehingga belajar menjadi bermakna bagi siswa. Hal ini sesuai
dengan isi lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru yang menyebutkan bahwa penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik menjadi salah satu unsur kompetensi pedagogik
yang harus dimiliki guru.
Jika seorang guru akan menerapkan suatu teori belajar dalam proses
belajar mengajar, maka guru tersebut harus memahami seluk beluk teori belajar
tersebut sehingga selanjutnya dapat merancang dengan baik bentuk proses
belajar mengajar yang akan dilaksanakan. Psikologi belajar atau disebut dengan
Teori Belajar adalah teori yang mempelajari perkembangan intelektual (mental)
1
siswa. Di dalamnya terdiri atas dua hal, yaitu: (1) uraian tentang apa yang terjadi
dan diharapkan terjadi padaintelektual anak, (2) uraian tentang kegiatan
intelektual anak mengenai hal-hal yang bisa dipikirkan pada usia tertentu.
Terdapat dua aliran dalam psikologi belajar, yakni aliran psikologi tingkah laku
(behavioristic)dan aliran psikologi kognitif.
1. Teori belajar behavioristik
Psikologi belajar atau disebut juga dengan teori belajar adalah teori
yang mempelajari perkembangan intelektual (mental) individu (Suherman, dkk:
2001: 30). Didalamnya terdapat dua hal, yaitu 1) uraian tentang apa yang terjadi
dan diharapkan terjadi pada intelektual; dan 2) uraian tentang kegiatan
intelektual anak mengenai hal-hal yang bisa dipikirkan pada usia tertentu. Dikenal
dua teori belajar, yaitu teori belajar tingkah laku (behaviorism) dan teori belajar
kognitif. Teori belajar tingkah laku dinyatakan oleh Orton (1987: 38) sebagai
suatu keyakinan bahwa pembelajaran terjadi melalui hubungan stimulus
(rangsangan) dan respon (response). Berikut dipaparkan empat teori belajar
tingkah laku yaitu teori belajar dari Thorndike, Skinner, Pavlov, dan Bandura.
a. Teori Belajar dari Thorndike
Edward Lee Thorndike (1874 – 1949) mengemukakan beberapa hukum
belajar yang dikenal dengan sebutan Law of effect. Belajar akan lebih
berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan
rasa senang atau kepuasan. Rasa senang atau kepuasan ini bisa timbul
sebagai akibat anak mendapatkan pujian atau ganjaran lainnya. Stimulus ini
termasuk reinforcement. Setelah anak berhasil melaksanakan tugasnya
dengan tepat dan cepat, pada diri anak muncul kepuasan diri sebagai
akibat sukses yang diraihnya. Anak memperoleh suatu kesuksesan yang pada
gilirannya akan mengantarkan dirinya ke jenjang kesuksesan berikutnya.
Teori belajar stimulus-respon yang dikemukakan oleh Thorndike ini disebut
juga teori belajar koneksionisme.Pada hakikatnya belajar merupakan proses
pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Terdapat beberapa dalil
atau hukum yang terkait dengan teori koneksionisme yaitu hukum kesiapan
2
(law of readiness), hukum latihan (law of exercise) dan hukum akibat (law of
effect).
1) Hukum kesiapan (law of readiness) menjelaskan kesiapan seorang anak
dalam melakukan suatu kegiatan. Seorang anak yang mempunyai
kecenderungan untuk bertindak atau melakukan kegiatan tertentu
kemudian melakukan kegiatan tersebut, maka tindakannya akan
melahirkan kepuasan bagi dirinya. Tindakan-tindakan lain yang dia
lakukan tidak menimbulkan kepuasan bagi dirinya.
2) Hukum latihan (law of exercise) menyatakan bahwa jika hubungan
stimulus- respon sering terjadi, akibatnya hubungan akan semakin kuat,
sedangkan makin jarang hubungan stimulus-respon dipergunakan, maka
makin lemah hubungan yang terjadi. Hukum latihan pada dasarnya
menggunakan dasar bahwa stimulus dan respon akan memiliki
hubungan satu sama lain secara kuat, jika proses pengulangan sering
terjadi, makin banyak kegiatan ini dilakukan maka hubungan yang
terjadi akan bersifat otomatis. Seorang anak yang dihadapkan pada
suatu persoalan yang sering ditemuinya akan segera melakukan
tanggapan secara cepat sesuai dengan pengalamannya pada waktu
sebelumnya.
3) Hukum akibat (law of effect) menjelaskan bahwa apabila asosiasi yang
terbentuk antara stimulus dan respon diikuti oleh suatu kepuasan maka
asosiasi akan semakin meningkat. Hal ini berarti bahwa kepuasan yang
terlahir dari adanya ganjaran dari guru akan memberikan kepuasan bagi
anak, dan anak cenderung untuk berusaha melakukan atau meningkatkan
apa yang telah dicapainya itu.
Selanjutnya Thorndike mengemukakan hukum tambahan sebagai berikut:
1) Hukum reaksi bervariasi (law of multiple response)
Individu diawali dengan proses trial and error yang menunjukkan
bermacam- macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat dalam
memecahkan masalah yang dihadapi.
3
2) Hukum sikap (law of attitude)
4
3) Syarat utama terjadinya hubungan stimulus-respons bukan kedekatan,
tetapi adanya saling sesuai antara stimulus dan respons.
4) Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang lain maupun pada
individu lain.
Implikasi dari aliran pengaitan ini dalam kegiatan belajar mengajar sehari-
hari adalah bahwa:
1) Untuk menjelaskan suatu konsep, guru sebaiknya mengambil contoh
yang sekiranya sudah sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Alat
peraga dari alam sekitar akan lebih dihayati.
2) Metode pemberian tugas, metode latihan (drill dan practice) akan lebih
cocok untuk penguatan dan hafalan. Dengan penerapan metode tersebut
siswa akan lebih banyak mendapatkan stimulus sehingga respon yang
diberikan pun akan lebih banyak.
3) Hierarkis penyusunan komposisi materi dalam kurikulum merupakan hal
yang penting.Materi disusun dari materi yang mudah, sedang, dan sukar
sesuai dengan tingkat kelas, dan tingkat sekolah. Penguasaan materi yang
lebih mudah sebagai akibat untuk dapat menguasai materi yang lebih
sukar. Dengan kata lain topik (konsep) prasyarat harus dikuasai dulu agar
dapat memahami topik berikutnya.
5
c. Teori Belajar Skinner
Burhus Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan
mempunyai peranan yang amat penting dalam proses belajar. Terdapat
perbedaan antara ganjaran dan penguatan. Ganjaran merupakan respon
yang sifatnya menggembirakan dan merupakan tingkah laku yang sifatnya
subjektif, sedangkan penguatan merupakan sesuatu yang mengakibatkan
meningkatnya kemungkinan suatu respon dan lebih mengarah pada hal-hal
yang dapat diamati dan diukur.
Skinner menyatakan bahwa penguatan terdiri atas penguatan positif dan
penguatan negatif. Penguatan dapat dianggap sebagai stimulus positif, jika
penguatan tersebut seiring dengan meningkatnya perilaku anak dalam
melakukan pengulangan perilakunya itu. Dalam hal ini penguatan yang
diberikan pada anak memperkuat tindakan anak, sehingga anak semakin
sering melakukannya. Contoh penguatan positif diantaranya adalah pujian
yang diberikan pada anak. Sikap guru yang bergembira pada saat anak
menjawab pertanyaan, merupakan penguatan positif pula. Untuk mengubah
tingkah laku anak dari negatif menjadi positif, guru perlu mengetahui
psikologi yang dapat digunakan untuk memperkirakan (memprediksi) dan
mengendalikan tingkah laku anak. Guru di dalam kelas mempunyai tugas
untuk mengarahkan anak dalam aktivitas belajar, karena pada saat
tersebut, kontrol berada pada guru, yang berwenang memberikan instruksi
ataupun larangan pada anak didiknya.
Penguatan akan berbekas pada diri anak. Mereka yang mendapat pujian
setelah berhasil menyelesaikan tugas atau menjawab pertanyaan biasanya
akan berusaha memenuhi tugas berikutnya dengan penuh semangat.
Penguatan yang berbentuk hadiah atau pujian akan memotivasi anak untuk
rajin belajar dan mempertahankan prestasi yang diraihnya. Penguatan seperti
ini sebaiknya segera diberikan dan tak perlu ditunda-tunda. Karena
penguatan akan berbekas pada anak, sedangkan hasil penguatan diharapkan
positif, maka penguatan yang diberikan tentu harus diarahkan pada
6
respon anak yang benar. Janganlah memberikan penguatan atas respon anak
jika respon tersebut sebenarnya tidak diperlukan.
Skinner menambahkan bahwa jika respon siswa baik (menunjang efektivitas
pencapaian tujuan) harus segera diberi penguatan positif agar respon
tersebut lebih baik lagi, atau minimal perbuatan baik itu dipertahankan.
Sebaliknya jika respon siswa kurang atau tidak diharapkan sehingga tidak
menunjang tujuan pengajaran, harus segera diberi penguatan negatif agar
respon tersebut tidak diulangi lagi dan berubah menjadi respon yang
sifatnya positif. Penguatan negatif ini bisa berupa teguran, peringatan, atau
sangsi (hukuman edukatif).
7
dengan mengontrol lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh
kekuatan lingkungan itu.
2) Beyond reinforcement
Bandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu bergantung pada
reinforcement. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus dipilah-
pilah untuk direforse satu persatu, bisa jadi orang malah tidak belajar
apapun. Menurutnya, reinforcement penting dalam menentukan apakah
suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu-
satunya pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu
hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya.
Belajar melalui observasi tanpa ada reinforcement yang terlibat, berarti
tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi.
3) Self-regulation/cognition
Teori belajar tradisional sering terhalang oleh ketidaksenangan atau
ketidakmampuan mereka untuk menjelaskan proses kognitif. Konsep
bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri
sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara
mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, dan mengadakan
konsekuensi bagi bagi tingkah lakunya sendiri.
Prinsip dasar belajar sosial (social learning) adalah:
1) Sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui peniruan
(imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling).
2) Dalam hal ini, seorang siswa mengubah perilaku sendiri melalui penyaksian
cara orang/sekelompok orang yang mereaksi/merespon sebuah stimulus
tertentu.
3) Siswa dapat mempelajari respons-respons baru dengan cara pengamatan
terhadap perilaku contoh dari orang lain, misalnya: guru/orang tuanya.
Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan
moral siswa ditekankan pada perlunya pembiasaan merespons (conditioning)
dan peniruan (imitation).
8
Teori belajar sosial memiliki banyak implikasi untuk penggunaan di dalam
kelas, yaitu:
1) Siswa sering belajar hanya dengan mengamati orang lain, yaitu guru.
2) Menggambarkan konsekuensi perilaku yang dapat secara efektif meningkatkan
perilaku yang sesuai dan menurunkan yang tidak pantas. Hal ini dapat
melibatkan berdiskusi dengan pelajar tentang imbalan dan konsekuensi dari
berbagai perilaku.
3) Modeling menyediakan alternatif untuk membentuk perilaku baru untuk
mengajar. Untuk mempromosikan model yang efektif, seorang guru harus
memastikan bahwa empat kondisi esensial ada, yaitu perhatian, retensi,
motor reproduksi, dan motivasi
4) Guru dan orangtua harus menjadi model perilaku yang sesuai dan berhati-
hati agar mereka tidak meniru perilaku yang tidak pantas,
5) Siswa harus percaya bahwa mereka mampu menyelesaikan tugas-
tugas sekolah. Sehingga sangat penting untuk mengembangkan rasa
efektivitas diri untuk siswa. Guru dapat meningkatkan rasa efektivitas diri
siswa dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri siswa, memperlihatkan
pengalaman orang lain menjadi sukses, danmenceritakan pengalaman
sukses guru atau siswa itu sendiri.
6) Guru harus membantu siswa menetapkan harapan yang realistis untuk prestasi
akademiknya. Guru harus memastikan bahwa target prestasi siswa tidak lebih
rendah dari potensi siswa yang bersangkutan.
7) Teknik pengaturan diri menyediakan metode yang efektif untuk meningkatkan
perilaku siswa.
9
dimilikinya, mengelaborasi materi baru dengan menguraikannya secara rinci, dan
menggeneralisasi hubungan antara materi baru dengan informasi yang telah ada
dalam memori siswa. Aktivitas mental seperti inilah yang membantu siswa
mereformulasi informasi baru atau merestrukturisasi pengetahuan yang telah
dimilikinya menjadi suatu struktur kognitif yang lebih luas/lengkap sehingga
mencapai pemahaman mendalam.
Lev Semenovich Vygotsky merupakan tokoh penting dalam konstruktivisme
sosial. Vygotsky menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstruksi suatu
konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Ada dua konsep penting dalam
teori Vygotsky, yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) dan scaffolding.
Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat
perkembangan aktual (yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan
masalah secara mandiri) dan tingkat perkembangan potensial (yang didefinisikan
sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa
atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu). Yang
dimaksud dengan orang dewasa adalah guru atau orang tua.
Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama
tahap- tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan
memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin
besar setelah ia dapat melakukannya. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk,
dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah
pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan
siswa itu belajar mandiri.
10
Berdasarkan uraian di atas, Vygotsky menekankan bahwa pengkonstruksian
pengetahuan seorang individu dicapai melalui interaksi sosial. Proses
pengkonstruksian pengetahuan seperti yang dikemukakan Vygotsky paling tidak
dapat diilustrasikan dalam beberapa tahap seperti pada Gambar 2. Tahap
perkembangan aktual (Tahap I) terjadi pada saat siswa berusaha sendiri
menyudahi konflik kognitif yang dialaminya. Perkembangan aktual ini dapat
mencapai tahap maksimum apabila kepada mereka dihadapkan masalah
menantang sehingga terjadinya konflik kognitif di dalam dirinya yang memicu
dan memacu mereka untuk menggunakan segenap pengetahuan dan
pengalamannya dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Perkembangan potensial (Tahap II) terjadi pada saat siswa berinteraksi dengan
pihak lain dalam komunitas kelas yang memiliki kemampuan lebih, seperti
teman dan guru, atau dengan komunitas lain seperti orang tua. Perkembangan
potensial ini akan mencapai tahap maksimal jika pembelajaran dilakukan secara
kooperatif (cooperative learning) dalam kelompok kecil dua sampai empat
orang dan guru melakukan intervensi secara proporsional dan terarah. Dalam hal
ini guru dituntut terampil menerapkan teknik scaffolding yaitu membantu
kelompok secara tidak langsung menggunakan teknik bertanya dan teknik
probing yang efektif, atau memberikan petunjuk (hint) seperlunya.
Proses pengkonstruksian pengetahuan ini terjadi rekonstruksi mental yaitu
berubahnya struktur kognitif dari skema yang telah ada menjadi skema baru
yang lebih lengkap. Proses internalisasi (Tahap III) menurut Vygotsky merupakan
aktivitas mental tingkat tinggi jika terjadi karena adanya interaksi sosial. Jika
dikaitkan dengan teori perkembanga mental yang dikemukakan Piaget,
internalisasi merupakan proses penyeimbangan struktur-struktur internal dengan
masukan-masukan eksternal. Proses kognitif seperti ini, pada tingkat
perkembangan yang lebih tinggi diakibatkan oleh rekonseptualisasi terhadap
masalah atau informasi sedemikian sehingga terjadi keseimbangan
(keharmonisan) dari apa yang sebelumnya dipandang sebagai pertentangan atau
konflik. Pada level ini, diperlukan intervensi yang dilakukan secara sengaja oleh
11
guru atau yang lainnya sehingga proses asimilasi dan akomodasi berlangsung
dan mengakibatkan terjadinya keseimbangan (equilibrium).
Aplikasi pemikiran Vygotsky untuk mempelajari matematika menumbuhkan
pemahaman matematika dari koneksi pemikiran dengan bahasa matematika yang
baru dalam mengkreasipengetahuan.Mengkonstruksi pengetahuan merupakan
fokus yang krusial dari pembelajaran Matematika. Vygotsky percaya bahwa siswa
belajar untuk menggunakan bahasa baru dengan internalisasi pengetahuan dari
kata yang mereka katakan, pengembangan budaya siswa dari pengetahuan kata
dua proses fungsi. Pertama, pada tingkat sosial dan kedua, pada tingkat
individual dimana pengetahuan kata digeneralisasikan sebagai pemahaman.
Siswa menggunakandan menginternalisasikan kata-kata baru yang saat itu
diperoleh dari orang lain. Mereka selalu menemukan diri mereka
sendiri dalam Zona Pengembangan Proksimal (ZPD) sebagai pelajaran baru. ZPD
merupakan tempat pengetahuan seseorang di antara pengetahuan saat itu
dengan pengetahuan potensialnya.
12
bernama persegipanjang, tetapi ia belum menyadari ciri-ciri bangun
persegipanjang tersebut.
b) Tahap Analisis (Deskriptif)
Pada tingkat ini siswa sudah mengenal bangun-bangun geometri berdasarkan ciri-
ciri dari masing-masing bangun. Dengan kata lain, pada tingkat ini siswa sudah
terbiasa menganalisis bagian-bagian yang ada pada suatu bangun dan
mengamati sifat-sifat yang dimiliki oleh unsur-unsur tersebut. Sebagai contoh,
pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa suatu bangun
erupaka persegipa ja g kare a ba gu itu e pu yai empat sisi, sisi-sisi
yang berhadapan sejajar, dan semua sudutnya siku-siku.
d) Tahap Deduksi
Pada tingkat ini (1) siswa sudah dapat mengambil kesimpulan secara deduktif,
yakni menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus, (2) siswa mampu
memahami pengertian-pengertian pangkal, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan
terorema-teorema dalam geometri, dan (3) siswa sudah mulai mampu menyusun
bukti-bukti secara formal. Ini berarti bahwa pada tingkat ini siswa sudah
memahami proses berpikir yang bersifat deduktif-aksiomatis dan mampu
menggunakan proses berpikir tersebut.
13
Sebagai contoh untuk menunjukkan bahwa jumlah sudut-sudut dalam
jajargenjang adalah 360° secara deduktif dibuktikan dengan menggunakan
prinsip kesejajaran. Pembuktian secara induktif yaitu dengan memotong-motong
sudut-sudut benda jajargenjang, kemudian setelah itu ditunjukkan semua
sudutnya membentuk sudut satu putaran penuh atau 360° belum tuntas dan
belum tentu tepat. Seperti diketahui bahwa pengukuran itu pada dasarnya
mencari nilai yang paling dekat dengan ukuran yang sebenarnya. Jadi, mungkin
saja dapat keliru dalam mengukur sudut- sudut jajargenjang tersebut. Untuk itu
pembuktian secara deduktif merupakan cara yang tepat dalam pembuktian pada
matematika.
Anak pada tahap ini telah mengerti pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak
didefinisikan, di samping unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma atau
problem, dan teorema. Anak pada tahap ini belum memahami kegunaan dari
suatu sistem deduktif. Oleh karena itu, anak pada tahap ini belum dapat
e jawab perta yaa : e gapa sesuatu itu perlu disajika dala be tuk
teore a atau dalil?
14
siswa sudah memahami adanya geometri-geometri yang lain di samping
geometri Euclides.
Selain mengemukakan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif dalam
memahami geometri, van Hiele juga mengemukakan bahwa terdapat tiga unsur
yang utama pembelajaran geometri yaitu waktu, materi pembelajaran dan
metode penyusun yang apabila dikelola secara terpadu dapat mengakibatkan
meningkatnya kemampuan berpikir anak kepada tahap yang lebih tinggi
dari tahap yang sebelumnya.
Menurut van Hiele, semua anak mempelajari geometri dengan melalui tahap-
tahap tersebut, dengan urutan yang sama, dan tidak dimungkinkan adanya
tingkat yang diloncati. Akan tetapi, kapan seseorang siswa mulai memasuki
suatu tingkat yang baru tidak selalu sama antara siswa yang satu dengan
siswa yang lain. Proses perkembangan dari tahap yang satu ke tahap berikutnya
terutama tidak ditentukan oleh umur atau kematangan biologis, tetapi lebih
bergantung pada pengajaran dari guru dan proses belajar yang dilalui siswa. Bila
dua orang yang mempunyai tahap berpikir berlainan satu sama lain, kemudian
saling bertukar pikiran maka kedua orang tersebut tidak akan mengerti.
Menurut van Hiele seorang anak yang berada pada tingkat yang lebih rendah
tidak mungkin dapat mengerti atau memahami materi yang berada pada
tingkat yang lebih tinggi dari anak tersebut. Kalaupun anak itu dipaksakan untuk
memahaminya, anak itu baru bisa memahami melalui hafalan saja bukan
melalui pengertian. Adapun fase-fase pembelajaran yang menunjukkan tujuan
belajar siswa dan peran guru dalam pembelajaran dalam mencapai tujuan
itu. Fase-fase pembelajaran tersebut adalah: 1) fase informasi, 2) fase
orientasi, 3) fase eksplisitasi, 4) fase orientasi bebas, dan 5) fase integrasi.
Berdasar hasil penelitian di beberapa negara, tingkatan dari van Hiele berguna
untuk menggambarkan perkembangan konsep geometrik siswa dari SD sampai
Perguruan Tinggi.
Van de Walle (1990:270) membuat deskripsi aktivitas yang lebih sederhana
dibandingkan dengan deskripsi yang dibuat Crowley. Menurut Van de Walle
aktivitas pembelajaran untuk masing-masing tiga tahap pertama adalah:
15
a. Aktivitas tahap 0 (visualisasi)
Aktivitas siswa pada tahap ini antara lain:
1) Melibatkan penggunaan model fisik yang dapat digunakan untuk
memanipulasi.
2) Melibatkan berbagai contoh bangun-bangun yang bervariasi dan
berbeda sehingga sifat yang tidak relevan dapat diabaikan.
3) Melibatkan kegiatan memilih, mengidentifikasi dan mendeskripsikan
berbagai bangun, dan
4) Menyediakan kesempatan untuk membentuk, membuat, menggambar,
menyusun atau menggunting bangun.
b. Aktivitas tahap 1 (analisis)
Aktivitas siswa pada tahap ini antara lain:
1) Menggunakan model-model pada tahap 0, terutama model-model yang
dapat digunakan untuk mendeskripsikan berbagai sifat bangun.
2) Mulai lebih menfokuskan pada sifat-sifat dari pada sekedar identifikasi
3) Mengklasifikasi bangun berdasar sifat-sifatnya berdasarkan nama
bangun tersebut.
4) Menggunakan pemecahan masalah yang melibatkan sifat-sifat bangun.
16
4. Teori Belajar Ausubel
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Ausubel
memberi penekanan pada proses belajar yang bermakna. Teori belajar
Ausubel terkenal dengan belajar bermakna dan pentingnya pengulangan
sebelum belajar dimulai. Menurut Ausubel belajar dapat dikalifikasikan ke
dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau
materi pelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan atau
penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagimana siswa dapat mengaitkan
informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada, yang meliputi fakta, konsep,
dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada
siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu
dalam bentuk final, maupun dengan bentuk belajar penemuan yang
mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi
yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan
informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi
belajar bermakna. Akan tetapi, siswa itu dapat juga hanya mencoba-coba
menghafalkan informasi baru itu, tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep
yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi belajar hafalan.
Menurut Ausubel & Robinson (dalam Dahar: 1989) kaitan antar kedua dimensi
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
17
Gambar 3. Bentuk-bentuk belajar (menurut Ausubel & Robinson, 1969)
Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru
pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
seseorang. Dalam belajar bermakna informasi baru diasimilasikan pada
subsume-subsume yang telah ada. Ausubel membedakan antara belajar
menerima dengan belajar menemukan. Pada belajar menerima siswa hanya
menerima, jadi tinggal menghapalkannya, sedangkan pada belajar menemukan
konsep ditemukan oleh siswa, jadi siswa tidak menerima pelajaran begitu
saja. Selain itu terdapat perbedaan antara belajar menghafal dengan
belajar bermakna, pada belajar menghapal siswa menghafalkan materi yang
sudah diperolehnya, sedangkan pada belajar bermakna materi yang telah
diperoleh itu dikembangkannya dengan keadaan lain sehingga belajarnya lebih
dimengerti.
Menurut Ausubel (dalam Dahar, 1988:116) prasyarat-prasyarat belajar
bermakna ada dua sebagai berikut. (1) Materi yang akan dipelajari harus
bermakna secara potensial; kebermaknaan materi tergantung dua faktor,
yakni materi harus memiliki kebermaknaan logis dan gagasan-gagasan yang
relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa. (2) Siswa yang akan
18
belajar harus bertujuan untuk melaksanakan belajar bermakna. Dengan
demikian mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna.
19
yang lebih sempit, dan bagimana konsep-konsep yang tingkatannya lebih tinggi
sekarang mengambil arti baru.
20
di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep
dan struktur- struktur matematika itu. Siswa harus dapat menemukan
keteraturan dengan cara mengotak-atik bahan-bahan yang berhubungan dengan
keteraturan intuitif yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa dalam
belajar, haruslah terlibat aktif mentalnya agar dapat mengenal konsep dan
struktur dalam materi yang sedang dibicarakan. Dengan demikian materi yang
mempunyai suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami oleh
anak.
Dalam bukunya (Bruner, 1960) mengemukakan empat tema pendidikan, yakni:
(1) Pentingnya arti struktur pengetahuan. Kurikulum hendaknya mementingkan
struktur pengetahuan, karena dalam struktur pengetahuan kita menolong para
siswa untuk melihat. (2) Kesiapan (readiness) untuk belajar. Menurut Bruner
(1966:29), kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih
sederhana yang memungkinkan seorang untuk mncapai keterampilan-
keterampilan yang lebih tinggi. (3) Nilai intuisi dalam proses pendidikan. Intuisi
adalah teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif
tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-
formulasi itu merupakan kesimpulan-kesimpulan yang sahih atau tidak, serta (4)
motivasi atau keinginan untuk belajar beserta cara-cara yang dimiliki para guru
untuk merangsang motivasi itu.
21
Kita menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan dengan minilai apakah cara
kita memperlakukan pengetahuan itu cocok dengan tugas yang ada.
Bruner menyebut pandangannya tentang belajar atau pertumbuhan kognitif
sebagai konseptualisme instrumental . Pandangan ini berpusat pada dua prinsip,
yaitu: (1) pengetahuan seseorang tentang alam didasarkan pada model-model
tentang kenyataan yang dibangunnya dan (2) model-model semacam itu mula-
mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, kemudian model-model itu diadaptasi
pada kegunaan bagi orang yang bersangkutan.
Pendewasaan pertumbuhan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang
menurut Bruner adalah sebagai berikut.
a. Pertumbuhan intelektual ditunjukkan oleh bertambahnya ketidak-
tergantungan respons dari sifat stimulus. Dalam hal ini ada kalanya seorang
anak mempertahankan suatu respons dalam lingkungan stimulus yang
berubah-ubah, atau belajar mengubah responnya dalam lingkungan stimulus
yang tidak berubah. Melalui pertumbuhan, seseorang memperoleh kebebasan
dari pengontrolan stimulus melalui proses-proses perantara yang mengubah
stimulus sebelum respons.
b. Pertumbuhan intelektual tergantung pada bagaimana seseorang
menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjdi suatu sistem simpanan (storage
system) yang sesuai dengan lingkungan. Sistem inilah yang memungkinkan
peningkatan kemampuan anak untuk bertindak di atas informasi yang
diperoleh pada suatu kesempatan. Ia melakukan ini dengan membuat
ramalan-ramalan, dan ektrapolasi-ekstrapolasi dari model alam yang
disimpannya.
c. Pertumbuhan intelektual menyangkut peningkatan kemampuan seseorang
untuk berkata pada dirinya sendiri atau pada orang lain, dengan
pertolongan kata-kata dan simbol-simbol, apa yang telah dilakukan atau apa
yang dilakukan.
22
keterampilan itu adalah yang disebut tiga cara penyajian (modes of presents),
yaitu:
a. Cara penyajian enaktif
Cara penyajian enaktif adalah melalui tindakan, anak terlibat secara langsung
dalam memanipulasi (mengotak-atik )objek, sehingga bersifat manipulatif.
Anak belajar sesuatu pengetahuan secara aktif, dengan menggunakan benda-
benda konkret atau situasi nyata. Dengan cara ini anak mengetahui suatu aspek
dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata. Cara ini terdiri atas
penyajian kejadian-kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik. Dalam
cara penyajian ini anak secara langsung terlihat.
b. Cara penyajian ikonik
23
Menerapkan Metode Penemuan dalam Pembelajaran
Salah satu dari model-model instruksional kognitif yang paling berpengaruh adalah
model belajar penemuan Jerome Bruner (1966). Selanjutnya Bruner memberikan
arahan bagaimana peran guru dalam menerapkan belajar penemuan pada siswa,
sebagai berikut.
a. Merencanakan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para
siswa untuk memecahkan masalah. Guru hendaknya menggunakan sesuatu
yang sudah dikenal oleh siswa, kemudian guru mengemukakan sesuatu yang
berlawanan, sehingga terjadi konflik dengan pengalaman siswa. Akibatnya
timbullah masalah, yang akan merangsang siswa untuk menyelidiki masalah
itu, menyusun hipotesis-hipotesis, dan mencoba menemukan konsep-konsep
atau prinsip-prinsip yang mendasari masalah tersebut.
b. Urutan pengajaran hendaknya menggunakan cara penyajian enaktif, ikonik,
kemudian simbolik karena perkembangan intelektual siswa diasumsikan
mengikuti urutan enaktif, ikonik, kemudian simbolik.
c. Pada saat siswa memcahkan masalah, guru hendaknya berperan sebagai
pembimbing atau tutor. Guru hendaknya tidak mengungkap terlebih dahulu
prinsip atau aturan yang akan dipelajari, guru hendaknya memberikan saran-
saran jika diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya memberikan umpan balik
pada saat yang tepat untuk perbaikan siswa.
d. Dalam menilai hasil belajar bentuk tes dapat berupa tes objektif atau tes
esay, karena tujuan-tujuan pembelajaran tidak dirumuskan secara mendetail.
Tujuan belajar penemuan adalah mempelajari generalisasi-generalisasi
dengan menemukan sendiri generalisasi-generalisasi itu.
D. Daftar Pustaka
Bruner, J.S.1960. the Process of Education. Cambridge. Havard University Press.
Crowly, L. Mary. 1987. The van Hiele Model of The Development of Geometric
Thought. Learning and Teaching Geometry. K-12. pp. 1 – 16. NCTM, USA. Dahar,
Ratnawilis. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
24
Flavell, J. H. (1963). The Developmental Psychology of Jean Piaget. New York: D.
Van Nostrand Company.
Fuys, D., Geddes, d., and Tischler. 1988. The van Hiele Model Tinking in Geometry
among Adolescent. Journal for research in Mathematics Education.
Number 3. Volume XII.
Imam Sujadi, dkk. 2016. Teori Belajar, himpunan, dan Logika Matematika. Guru
Pembelajar Modul Matematika SMP. Jakarta: PPPPTK Kemdikbud.
Schunk, D. H. 2012. Learning Theories an Educational Perspective sixth edition.
Diterjemahkan oleh : Eva Hamdiah dan Rahmat Fajar. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Suherman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: JICA.
Sulaiman, Dadang. 1988. Teknologi/Metodologi Pengajaran. Jakarta:P2LPTK.
Sweller, J. (2004). Instructional Design Consequences of an Analogy
between Evolution by Natural Selection and Human Cognitive Architecture.
Instructional Science, 32(1-2), 9-31.
Taylor. 1993. Vygotskian Influences in Mathematics Education with Particular
25
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016
MATERI PEDAGOGIK
BAB IV
KURIKULUM 2013
C. Uraian Materi
Kurikulum sebagai satu kesatuan dari beberapa komponen pastilah ada memiliki
peran dan fungsi. Peran kurikulum yaitu:
a. Peran konservatif. Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai
budaya sebagai warisan masa lalu.
b. Peran kreatif. Dalam peran kreatifnya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru
sehingga dapat membantu siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi
yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat
yang senantiasa bergerak maju secara dinamis.
c. Peran kritis dan evaluatif. Kurikulum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya
mana yang perlu dipertahankan, dan mana yang harus dimiliki oleh siswa.
1
b. Suplementasi. Kurikulum sebagai alat pendidikan harus dapat memberikan
pelayanan kepada setiap siswa.
c. Eksplorasi. Kurikulum harus dapat menemukan dan mengembangkan minat dan
bakat masing-masing siswa.
d. Keahlian. Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai
dengan keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat siswa.
2
Indonesia disesuaikan dengan tuntutan perubahan jaman. Kurikulum tyang telah
diberlakukan sampai saat ini adalah Kurikulum 1947, Kurikulum 1952, Kurikulum 1964,
Kurikulum 1968. Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004
(Kurikulum berbasis kompetensi/KBK), Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan/KTSP), dan saat ini diterapkan Kurikulum 2013 secara berjenjang.
Komponen terpenting implementasi kurikulum adalah pelaksanaan proses
pembelajaran yang diselenggarakan di dalam dan/atau luar kelas untuk membantu
peserta didik mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses
menyatakan bahwa proses pembelajaran menggunakan pendekatan atau metode
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Di
antara pendekatan dan metode yang dianjurkan dalam Standar Proses tersebut
adalah pendekatan saintifik, inkuiri, pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran berbasis projek pada semua mata pelajaran. Pendekatan/metode
lainnya yang dapat diimplementasikan antara lain pembelajaran kontekstual dan
pembelajaran kooperatif.
Walaupun banyak guru SMP di Indonesia telah mengenal metode-metode tersebut,
pengimplementasian metode-metode tersebut di kelas merupakan hal yang belum
biasa. Untuk mengimplementasikannya, guru memerlukan panduan operasional yang
memberikan gambaran utuh kegiatan-kegiatan pembelajaran operasional apa saja
yang dilaksanakan pada tahap pendahuluan, inti, dan penutup. Sehubungan dengan
hal tersebut, perlu diterbitkan panduan proses pembelajaran yang secara rinci
memberikan petunjuk operasional bagaimana metode-metode tersebut
diimplementasikan pada kegiatan belajar mengajar pada tahap pendahuluan, inti,
dan penutup.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dan
Kurikulum 2006. Di dalam kerangka pengembangan kurikulum 2013, hanya 4 standar
yang berubah, yakni Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses, Standar Isi,
dan Standar Penilaian. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
3
keterampilan. Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat
Kompetensi untuk mencapai Kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada
satu satuan pendidikan untuk mencapai SKL. Standar Penilaian Pendidikan adalah
kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik.
Pada Kurikulum 2013, penyusunan kurikulum dimulai dengan menetapkan SKL
berdasarkan kesiapan siswa, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah
kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka
dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan
kewenangan menyusun silabus, tetapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih
diberikan kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani
dengan tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan
memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang memberatkan guru.
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Tantangan internal. Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi
pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8
Standar Nasional Pendidikan yang meliputi SI, standar proses, SKL, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan
lainnya terkait perkembangan penduduk usia produktif Indonesia. Jumlah
penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035
pada saat angkanya mencapai 70%.
2. Tantangan eksternal. Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus
globalisasi dan berbagai isu yang terkait pendidikan. Tantangan eksternal juga
terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas
teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan.
Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student
Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-
anak Indonesia tidak menggembirakan. Hal ini antara lain dikarenakan banyak
4
materi uji yang ditanyakan tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut.
1. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan
dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan
masyarakat;
2. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang dipelajari
di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber
belajar;
3. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
4. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti
kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
5. Mengembangkan Kompetensi Inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) Kompetensi Dasar. Semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan
untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam KI;
6. Mengembangkan Kompetensi Dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Dalam kurikulum 2013, proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik,
yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan.
Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara soft skills serta hard
skills siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya
ke apaka berpikir sai s, terke ba gka ya sense of inquiry da ke a pua
berpikir kreatif siswa. Model pembelajaran harus mampu menghasilkan kemampuan
untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana hal itu diperoleh siswa.
Penguatan materi pada Kurikulum 2013 dilakukan dengan pengurangan materi yang
tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.
5
Juga menambahkan materi yang dianggap penting dalam perbandingan
internasional, serta penguatan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Cakupan
materi di SMP meliputi bilangan rasional, real, pengenalan aljabar, himpunan,
geometri dan pengukuran (termasuk transformasi, bangun tidak beraturan), dan
statistika dan peluang (termasuk metode statistik sederhana.
Secara umum, perbaikan Kurikulum 2013 bertujuan agar selaras antara ide, desain,
dokumen, dan pelaksanaannya. Secara khusus, perbaikan Kurikulum 2013 bertujuan
menyelaraskan KI-KD, silabus, pedoman mata pelajaran, pembelajaran, penilaian,
dan buku teks.
Perbaikan tersebut dilaksanakan berdasarkan prinsip perbaikan kurikulum sebagai
berikut.
1. Keselarasan
Dokumen KI-KD, Silabus, Buku Teks Pelajaran, Pembelajaran, dan Penilaian Hasil
Belajar harus selaras dari aspek kompetensi dan lingkup materi.
2. Mudah Dipelajari
Lingkup kompetensi dan materi yang dirumuskan dalam KD mudah dipelajari
oleh peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis dan aspek
pedagogis.
3. Mudah Diajarkan
Lingkup kompetensi dan materi yang dirumuskan pada KD mudah diajarkan oleh
guru sesuai dengan gaya belajar peserta didik, karakteristik mata pelajaran,
karakteristik kompetensi, dan sumber belajar yang ada di lingkungan.
4. Terukur
Kompetensi dan materi yang diajarkan terukur melalui indikator yang mudah
dirumuskan dan layak dilaksanakan.
5. Bermakna untuk Dipelajari
Kompetensi dan materi yang diajarkan mempunyai kebermaknaan bagi peserta
didik sebagai bekal kehidupan.
6
Standar Penilaian.
1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Berdasarkan analisis kebutuhan, potensi, dan karakteristik sosial, ekonomi, dan
budaya daerah, maka ditetapkan SKL sebagai kriteria kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. SKL sebagai
acuan utama pengembangan ketujuh standar pendidikan lainnya. SKL terdiri 3
ranah yaitu sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Ranah sikap mencakup 4
elemen yaitu proses, individu, sosial, dan alam. Ranah pengetahuan mencakup 3
elemen yaitu proses, obyek, dan subyek, sedangkan ranah ketrampilan terbagi 3
elemen yaitu proses, abstrak, dan kongkrit. Setiap elemen digunakan kata-kata
operasional yang berbeda. Selanjutnya SKL diterjemahkan kedalam Kompetensi
Inti yang berada dibawahnya.
Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas:
a. Dimensi Sikap. Manusia yang memiliki pribadi yang beriman, berakhlak
mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya, yang
dicapai melalui: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan.
b. Dimensi Pengetahuan. Manusia yang memiliki pribadi yang menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban, yang dicapai melalui: mengetahui,
memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.
c. Dimensi Keterampilan. Manusia yang memiliki pribadi yang berkemampuan
pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret,
yang dicapai melalui: mengamati; menanya; mencoba dan mengolah;
menalar; mencipta; menyajikan dan mengomunikasikan
Perumusan kompetensi lulusan antarsatuan pendidikan mempertimbangkan
gradasi setiap tingkatan satuan pendidikan dan memperhatikan kriteria sebagai
berikut: perkembangan psikologis anak, lingkup dan kedalaman materi,
kesinambungan, dan fungsi satuan pendidikan.
7
Tabel. 1. Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A; SMP/MTs/SMPLB/Paket B; dan
SMA/MA/SMALB/Paket C memiliki kompetensi pada dimensi sikap
SD/MI/SDLB/ SMP/MTs/SMPLB/ SMA/MA/SMALB/
Paket A Paket B Paket C
RUMUSAN
Memiliki perilaku yang Memiliki perilaku yang Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap: mencerminkan sikap: mencerminkan sikap:
1. beriman dan bertakwa 1. beriman dan bertakwa 1. beriman dan bertakwa
kepada Tuhan YME, kepada Tuhan YME, kepada Tuhan YME,
2. berkarakter, jujur, dan 2. berkarakter, jujur, dan 2. berkarakter, jujur, dan
peduli, peduli, peduli,
3. bertanggungjawab, 3. bertanggungjawab 3. bertanggungjawab,
4. pembelajar sejati 4. pembelajar sejati 4. pembelajar sejati
sepanjang hayat, dan sepanjang hayat, dan sepanjang hayat, dan
5. sehat jasmani dan 5. sehat jasmani dan 5. sehat jasmani dan
rohani rohani rohani
8
Memiliki pengetahuan Memiliki pengetahuan Memiliki pengetahuan
faktual, konseptual, faktual, konseptual, faktual, konseptual,
prosedural, dan prosedural, dan prosedural, dan
metakognitif pada tingkat metakognitif pada tingkat metakognitif pada tingkat
dasar berkenaan dengan: teknis dan spesifik teknis, spesifik, detil, dan
1. ilmu pengetahuan, sederhana berkenaan kompleks berkenaan
2. teknologi, dengan: dengan:
3. seni, dan 1. ilmu pengetahuan, 1. ilmu pengetahuan,
4. budaya. 2. teknologi, 2. teknologi,
3. seni, dan 3. seni,
Mampu mengaitkan 4. budaya. 4. budaya, dan
pengetahuan di atas 5. humaniora.
dalam konteks diri sendiri, Mampu mengaitkan
keluarga, sekolah, pengetahuan di atas Mampu mengaitkan
masyarakat dan dalam konteks diri sendiri, pengetahuan di atas
lingkungan alam sekitar, keluarga, sekolah, dalam konteks diri sendiri,
bangsa, dan negara. masyarakat dan keluarga, sekolah,
lingkungan alam sekitar, masyarakat dan
bangsa, negara, dan lingkungan alam sekitar,
kawasan regional. bangsa, negara, serta
kawasan regional
dan internasional.
9
diri sendiri, keluarga, teknologi, seni, dan teknologi, seni, dan
sekolah, masyarakat budaya terkait dengan budaya terkait dengan
dan lingkungan alam masyarakat dan masyarakat dan
sekitar, bangsa, dan lingkungan alam lingkungan alam
negara. sekitar, bangsa, sekitar, bangsa,
negara, dan kawasan negara, kawasan
regional. regional, dan
internasional.
Konseptual Terminologi/ Terminologi/ Terminologi/
istilah yang istilah dan klasifikasi, istilah dan klasifikasi,
digunakan, klasifikasi, kategori, prinsip, kategori, prinsip,
kategori, prinsip, dan generalisasi dan teori, generalisasi,
generalisasi yang digunakan teori,model, dan
berkenaan dengan terkait dengan struktur yang
ilmu pengetahuan, pengetahuan teknis digunakan terkait
teknologi, seni dan dan spesifik tingkat dengan pengetahuan
budaya terkait dengan sederhana berkenaan teknis dan spesifik,
diri sendiri, keluarga, dengan ilmu detail dan kompleks
sekolah, masyarakat pengetahuan, berkenaan dengan
dan lingkungan alam teknologi, seni, dan ilmu pengetahuan,
sekitar, bangsa, dan budaya terkait dengan teknologi, seni, dan
negara. masyarakat dan budaya terkait dengan
lingkungan alam masyarakat dan
sekitar, bangsa, lingkungan alam
negara, dan kawasan sekitar, bangsa,
regional. masyarakat negara, kawasan
dan lingkungan alam regional, dan
sekitar, bangsa, internasional.
negara, dan kawasan
regional.
10
Prosedural Pengetahuan tentang Pengetahuan tentang Pengetahuan tentang
cara melakukan cara melakukan cara melakukan
sesuatu atau kegiatan sesuatu atau kegiatan sesuatu atau kegiatan
yang berkenaan yang terkait dengan yang terkait dengan
dengan ilmu pengetahuan teknis, pengetahuan teknis,
pengetahuan, spesifik, algoritma, spesifik, algoritma,
teknologi, seni, dan metode tingkat metode, dan kriteria
budaya terkait dengan sederhana berkenaan untuk menentukan
diri sendiri, keluarga, dengan ilmu prosedur yang sesuai
sekolah, masyarakat pengetahuan, berkenaan dengan
dan lingkungan alam teknologi, seni, dan ilmu pengetahuan,
sekitar, bangsa dan budaya terkait dengan teknologi, seni, dan
negara. masyarakat dan budaya, terkait
lingkungan alam dengan masyarakat
sekitar, bangsa, dan lingkungan alam
negara, dan kawasan sekitar, bangsa,
regional. kawasan negara, kawasan
regional. regional, dan
internasional. sekitar,
bangsa, negara,
kawasan regional, dan
internasional.
Metakognitif Pengetahuan tentang Pengetahuan tentang Pengetahuan tentang
kekuatan dan kekuatan dan kekuatan dan
kelemahan diri sendiri kelemahan diri sendiri kelemahan diri sendiri
dan menggunakannya dan menggunakannya dan menggunakannya
dalam mempelajari dalam mempelajari dalam mempelajari
ilmu pengetahuan, pengetahuan teknis pengetahuan teknis,
teknologi, seni dan dan spesifik tingkat detail, spesifik,
budaya terkait dengan sederhana berkenaan kompleks, kontekstual
diri sendiri, keluarga, dengan ilmu dan kondisional
11
sekolah, masyarakat pengetahuan, berkenaan dengan
dan lingkungan alam teknologi, seni, dan ilmu pengetahuan,
sekitar, bangsa dan budaya terkait dengan teknologi, seni, dan
negara. masyarakat dan budaya terkait dengan
lingkungan alam masyarakat dan
sekitar, bangsa, lingkungan alam
negara, dan kawasan sekitar, bangsa,
regional. negara, kawasan
regional, dan
internasional.
12
2. Kompetensi Inti (KI)
Kompetensi inti (KI) merupakan standar penilaian yang harus dimiliki secara
berbeda pada setiap tingkatan dan kelas. KI merupakan komponen penilaian
yang akan dapat mengejawantahkan/mewujudkan isi dari SKL. Isi KI harus
mencerminkan harapan dari SKL Kompetensi inti (KI) terdiri dari KI-1 sampai
dengan KI-4. Rumusan setiap KI berbeda sesuai dengan aspeknya. Untuk
mencapai kemampuan yang terdapat di dalam KI perlu diterjemahkan kedalam
KD yang sesuai dengan aspek pada setiap KI.
Uraian tentang KI untuk jenjang SMP/MTs dapat dilihat pada tabel berikut.
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS VII KELAS VIII KELAS IX
1. Menghargai dan 1. Menghargai dan 1. Menghargai dan
menghayati ajaran menghayati ajaran menghayati ajaran
13
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS VII KELAS VIII KELAS IX
agama yang dianutnya agama yang dianutnya agama yang
dianutnya
2. Menghargai dan 2. Menghargai dan 2. Menghargai dan
menghayati perilaku menghayati perilaku menghayati perilaku
jujur, disiplin, tanggung jujur, disiplin, tanggung jujur, disiplin,
jawab, peduli (toleransi, jawab, peduli (toleransi, tanggungjawab,
gotong royong), santun, gotong royong), santun, peduli (toleransi,
percaya diri, dalam percaya diri, dalam gotong royong),
berinteraksi secara berinteraksi secara santun, percaya diri,
efektif dengan efektif dengan dalam berinteraksi
lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan secara efektif dengan
alam dalam jangkauan alam dalam jangkauan lingkungan sosial dan
pergaulan dan pergaulan dan alam dalam
keberadaannya keberadaannya jangkauan pergaulan
dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan 3. Memahami dan 3. Memahami dan
(faktual, konseptual, dan menerapkan menerapkan
prosedural) berdasarkan pengetahuan (faktual, pengetahuan (faktual,
rasa ingin tahunya konseptual, dan konseptual, dan
tentang ilmu prosedural) berdasarkan prosedural)
pengetahuan, teknologi, rasa ingin tahunya berdasarkan rasa
seni, budaya terkait tentang ilmu ingin tahunya tentang
fenomena dan kejadian pengetahuan, teknologi, ilmu pengetahuan,
tampak mata seni, budaya terkait teknologi, seni,
fenomena dan kejadian budaya terkait
tampak mata fenomena dan
kejadian tampak
mata
4. Mencoba, mengolah, 4. Mengolah, menyaji, dan 4. Mengolah, menyaji,
14
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS VII KELAS VIII KELAS IX
dan menyaji dalam ranah menalar dalam ranah dan menalar dalam
konkret (menggunakan, konkret (menggunakan, ranah konkret
mengurai, merangkai, mengurai, merangkai, (menggunakan,
memodifikasi, dan memodifikasi, dan mengurai, merangkai,
membuat) dan ranah membuat) dan ranah memodifikasi, dan
abstrak (menulis, abstrak (menulis, membuat) dan ranah
membaca, menghitung, membaca, menghitung, abstrak (menulis,
menggambar, dan menggambar, dan membaca,
mengarang) sesuai mengarang) sesuai menghitung,
dengan yang dipelajari di dengan yang dipelajari di menggambar, dan
sekolah dan sumber lain sekolah dan sumber lain mengarang) sesuai
yang sama dalam sudut yang sama dalam sudut dengan yang
pandang/teori pandang/teori dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang
sama dalam sudut
pandang/teori
Kompetensi inti sikap spiritual (KI-1) dan kompetensi inti sikap sosial (KI-2)
dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu:
keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan
karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses
pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru
dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
15
Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
dan kemampuan peserta didik, dan kekhasan masing-masing mata pelajaran.
Kompetensi dasar untuk Mata Pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan
Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan meliputi empat
kelompok sesuai dengan pengelompokan kompetensi inti sebagai berikut.
Kompetensi dasar yang berkenaan dengan sikap spiritual (mendukung KI-1) dan
sikap sosial (mendukung KI-2) ditumbuhkan melalui pembelajaran tidak langsung
(indirect teaching) yaitu pada saat peserta didik belajar tentang pengetahuan
(mendukung KI-3) dan keterampilan (mendukung KI-4). Pembelajaran langsung
berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari
KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses
pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-
2. Pembelajaran KI-1 dan KI-2 terintegrasi dengan pembelajaran KI-3 dan KI-4.
4. Indikator
Indikator pencapaian kompetensi (IPK) merupakan penanda pencapaian KD yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. IPK dikembangkan sesuai dengan karakteristik
siswa, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam
kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Dalam
mengembangkan IPK perlu mempertimbangkan: (a) tuntutan kompetensi yang
dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD; (b) karakteristik mata
pelajaran, siswa, dan sekolah; (c) potensi dan kebutuhan siswa, masyarakat, dan
lingkungan/daerah.
16
indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal
yang dikenal sebagai indikator soal.
17
dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi. Kata kerja operasional
pada IPK pencapaian kompetensi aspek pengetahuan dapat mengacu pada
ranah kognitif taksonomi Bloom, aspek sikap dapat mengacu pada ranah afektif
taksonomi Bloom, aspek keterampilan dapat mengacu pada ranah psikomotor
taksonomi Bloom.
IPK pada Kurikulum 2013 untuk KD yang diturunkan dari KI-1 dan KI-2
dirumuskan dalam bentuk perilaku umum yang bermuatan nilai dan sikap yang
gejalanya dapat diamati sebagai dampak pengiring dari KD pada KI-3 dan KI-4.
IPK untuk KD yang diturunkan dari KI-3 dan KI-4 dirumuskan dalam bentuk
perilaku spesifik yang dapat diamati dan terukur.
18
Silabus disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang sederhana
sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan format
dimaksudkan agar penyajiannya lebih efisien, tidak terlalu banyak halaman
namun lingkup dan substansinya tidak berkurang, serta tetap
mempertimbangkan tata urutan materi dan kompetensinya. Penyusunan silabus
ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide, desain, dan pelaksanaan
kurikulum, kemudahan bagi guru dalam mengajar, kemudahan bagi peserta didik
dalam belajar, keterukuran pencapaian kompetensi, kebermaknaan, dan
kebermanfaatan untuk dipelajari sebagai bekal untuk kehidupan dan kelanjutan
pendidikan peserta didik.
19
Kompetensi inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap
tingkat kelas atau program yang menjadi landasan pengembangan kompetensi
dasar. Kompetensi inti mencakup: sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan,
dan keterampilan yang berfungsi sebagai pengintegrasi muatan pembelajaran,
mata pelajaran atau program dalam mencapai standar kompetensi lulusan.
20
KETERKAITAN SKL, KI, DAN KD DALAM PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN
KI1-
KD1*)
IPK*)
S Penilaian
KI2- Sikap*) S
KD2*) IPK*)
Materi Kegiatan Pengeta
K Pem-
Keteram-
Pembela- huan
bela- jaran
K
KI3-KD- IPK jaran pilan
L
3 L
IPK
KI4-KD-
4
*) UNTUK MAPEL:
PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI
PEKERTI PENDIDIKAN
SILABUS
PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN.
Pada bagian ini akan diberikan contoh analisis keterkaitan KI dan KD dengan indikator
pencapaian kompetensi dan materi pembelajaran pada topik kekongruenan dan
kesebangunan.
21
Kompetensi Indikator Pencapaian Materi
Kompetensi Inti
Dasar Kompetensi Pembelajaran
22
4 Mengolah, 4.5. Menyelesa 4.5.1. Memilih srategi
menyaji, dan menalar ikan yang tepat dalam
dalam ranah konkret permasalahan menyelesaikan masalah
(menggunakan, nyata hasil nyata yang berkaitan
mengurai, merangkai, pengamatan dengan kekongruenan
memodifikasi, dan yang terkait dan kesebangunan.
membuat) dan ranah penerapan 4.5.2. Menyelesaikan
abstrak (menulis, kesebangunan masalah yang berkaitan
membaca, dan dengan kekongruenan
menghitung, kekongruenan dan kesebangunan.
menggambar, dan
mengarang) sesuai
dengan yang
dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang
sama dalam sudut
pandang/teori
Pengembangan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dan Materi Pembelajaran
Pengembangan indikator dan materi pembelajaran merupakan merupakan 2
kemampuan yang harus dikuasai seorang guru sebelum mengembangkan RPP dan
melaksanakan pembelajaran. Melalui pemahaman keterkaitan kompetensi (SKL-KI-
KD), maka pendidik yang mengampu mata pelajaran Matematika dapat merumuskan
indikator pencapaian kompetensi pengetahuan terkait dengan dimensi pengetahuan
dan dimensi proses kognitif serta indikator keterampilan berkaitan tidak hanya
keterampilan bertindak tetapi juga keterampilan berpikir yang juga dikatakan sebagai
keterampilan abstrak dan konkret.
23
Standar Nasional Pendidikan yang meliputi SI, standar proses, SKL, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan
lainnya terkait perkembangan penduduk usia produktif Indonesia. Jumlah
penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035
pada saat angkanya mencapai 70%.
2. Tantangan eksternal. Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus
globalisasi dan berbagai isu yang terkait pendidikan. Tantangan eksternal juga
terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas
teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan.
Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student
Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-
anak Indonesia tidak menggembirakan. Hal ini antara lain dikarenakan banyak
materi uji yang ditanyakan tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.
24
6. Mengembangkan Kompetensi Dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
D. Daftar Pustaka
Anglin, W. S. 1994. Mathematics: A Concise History and Philosophy. New York:
Springer-Verlag.
Boyer, Carl B. 1968. A History of Mathematics. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Cooke, R. 1997. The History of Mathematics. A Brief Cource. New York: John
Wiley & Sons, Inc.
25
Sumardyono. 2003. Sejarah Topik Matematika Sekolah. Seri Paket Pembinaan
Penataran. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika
(PPPG Matematika)
Sumardyono. 2004. Karakteristik Matematika dan Implikasinya terhadap
Pembelajaran Matematika. Seri Paket Pembinaan Penataran. Yogyakarta:
Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika (PPPG Matematika)
Sumardyono. 2012. Sejarah dan Filsafat Matematika. Modul Diklat Pasca UKA.
Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Matematika (PPPPTK Matematika)
Tim Penyusun. 2016. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun
2016. Jakarta: Direktorat PSMP.
Yogi Anggraena. 2016. Kurikulum Matematika 1 dan Aljabar 1. Bahan ajar diklat.
Jakarta: Kemdikbud PPPPTK
26
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016
MATERI PEDAGOGIK
BAB V
DESAIN PEMBELAJARAN
C. Uraian Materi
1. Pendekatan saintifik (dalam pembelajaran) dan metode saintifik
Pada Permendikbud No. tahu di yataka bahwa Pe belajara pada
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis
proses keilmuan. Pendekatan saintifik dapat menggunakan beberapa strategi
seperti pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk
pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya, misalnya
Discovery Learning, Project-based Learning, Problem-based Learning, Inquiry
learning .
Pada kalimat di atas tersua tiga istilah yang disusun secara hirarkis, yakni
pendekatan, strategi, dan model. Dalam beberapa buku teks pembelajaran,
1
istilah pendekatan diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang (perspektif)
terhadap proses pembelajaran (Sanjaya, 2007: 127). Dalam ranah pendidikan
bahasa, Douglas Brown (2001: 14) yang merujuk pendapat Edward Anthony
(1963), juga menyatakan tiga komponen hirarkis yang kurang lebih sama yakni
pendekatan, metode, dan teknik. Di sini pendekatan dipandang sebagai
seperangkat asumsi atau prinsip tentang bahasa dan pembelajaran bahasa. Dua
istilah di bawahnya yakni metode dan teknik, kurang lebih mempunyai
kedudukan yang sejajar dengan istilah strategi dan model dalam Permendikbud.
Pendekatan saintifik sangat relevan dengan teori belajar Bruner, Piaget, dan
Vygotsky berikut ini. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan.
Ada empat hal pokok yang berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin &
Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya
apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses kognitif
dalam proses penemuan, peserta didik akan memperoleh sensasi dan kepuasan
intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya
cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan
penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan.
Keempat, dengan melakukan penemuan, retensi ingatan peserta didik akan
2
menguat. Empat hal di atas bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan
dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya
seseorang mengintegrasikan stimulus, yang dapat berupa persepsi, konsep,
hukum, prinsip, atau pengalaman baru, ke dalam skema yang sudah ada di dalam
pikirannya. Asimilasi terjadi jika ciri-ciri stimulus tersebut cocok dengan ciri-ciri
skema yang telah ada. Apabila ciri-ciri stimulus tidak cocok dengan ciri-ciri skema
yang telah ada, seseorang akan melakukan akomodasi.
Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang cocok dengan ciri-ciri
rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok
dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya
penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi. Apabila pada
seseorang akomodasi lebih dominan dibandingkan asimilasi, ia akan memiliki
skemata yang banyak tetapi kualitasnya cenderung rendah. Sebaliknya, apabila
asimilasi lebih dominan dibandingkan akomodasi, seseorang akan memiliki
skemata yang tidak banyak, tetapi cenderung memiliki kualitas yang tinggi.
Keseimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi diperlukan untuk
perkembangan intelek seseorang, menuju ke tingkat yang lebih tinggi.
Piaget (Carin & Sund, 1975) menyatakan bahwa pembelajaran yang bermakna
tidak akan terjadi kecuali peserta didik dapat beraksi secara mental dalam
bentuk asimilasi dan akomodasi terhadap informasi atau stimulus yang ada di
3
sekitarnya. Bila hal ini tidak terjadi, guru dan peserta didik hanya akan terlibat
dalam belajar semu (pseudo-learning) dan informasi yang dipelajari cenderung
mudah terlupakan.
4
b. Membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah
secara sistematik,
c. Memperoleh hasil belajar yang tinggi,
d. Melatih peserta didik dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam
menulis karya ilmiah, serta
e. Mengembangkan karakter peserta didik.
5
a. Melakukan pengamatan terhadap aspek-aspek dari suatu fenomena untuk
mengidentifikasi masalah
b. Merumuskan pertanyaan berkaitan dengan masalah yang ingin diketahui dan
menalar untuk merumuskan hipotesis atau jawaban sementara berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki,
c. Mencoba/mengumpulkan data atau informasi dengan berbagai teknik,
d. Mengasosiasi/menganalisis data atau informasi untuk menarik kesimpulan,
e. Mengkomunikasikan kesimpulan,
f. Mencipta.
6
Kegiatan penutup ditujukan untuk beberapa hal pokok. Pertama, pengayaan
materi pelajaran yang dikuasai peserta didik. Pengayaan dapat dilakukan dengan
memberikan tugas kepada peserta didik membaca buku-buku pelajaran atau
sumber informasi lainnya untuk memantapkan pemahaman materi yang telah
dibelajarkan atau memahami materi lain yang berkaitan. Guru juga dapat meminta
peserta didik mengakses sumber-sumber dari internet, baik berupa animasi
maupun video yang berkaitan dengan materi yang telah dibelajarkan. Dalam hal
ini, sebaiknya guru memberikan situs-situs internet yang berkaitan dengan materi
pelajaran yang telah dibelajarkan. Pengayaan dapat juga dilakukan dengan
meminta peserta didik melakukan percobaan di rumah, yang berkaitan dengan
materi yang telah dibelajarkan, yang dapat dilakukan dengan aman. Kedua, guru
dapat memberikan kegiatan remedi apabila ada peserta didik yang belum
mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain itu, guru dapat memberi PR dan
memberitahuhan materi/ kompetensi berikutnya yang akan dipelajari.
Beberapa buku teks menyatakan terdapat empat atau lima langkah dalam metode
ilmiah. Salah satunya seperti yang dikemukakan oleh Gay, Mills, dan Airasian
(2012: 6) yang mengemukakan 5 langkah metode ilmiah yakni :
a. Mengidentifikasi masalah. Pada tahap ini boleh dikata muncul sebuah situasi
yakni situasi masalah yang dapat muncul sebagai hasil dari pengamatan
terhadap fe o e a atau gejala ya g e arik atau ya g a eh . Ada bagia
dari perstiwa atau fenomena itu yang belum dapat dijelaskan secara masuk
akal. Maka perlu menetapkan atau merumuskan apa masalah yang ingin
dipecahkan.
b. Merumuskan hipotesis. Hipotesis atau jawaban sementara ini bersifat tentatif,
yang diduga dapat menjawab permasalahan di atas. Hipotesis berfungsi untuk
memprediksi atau menjelaskan sebab-sebab dari masalah yang telah
dirumuskan. Dikatakan sementara karena hipotesis ini dapat dibentuk
berdasarkan akal sehat, dugaan murni, spekulasi, imajinasi, maupun asumsi
tertentu. Dalam kesempatan tertentu kegiatan ini mencakup pula studi
kepustakaan.
7
c. Mengumpulkan data. Langkah ini dimaksudkan untuk mengumpulkan fakta
atau data sebanyak mungkin dari lapangan dengan teknik-teknik tertentu
misalnya wawancara, kuesioner, observasi, dan sebagainya. Data merupakan
fakta yang sudah diolah dan disajikan dalam bentuk dan cara yang sistematis.
Bentuknya dapat berupa statistik, gambar, tabel, grafik, dan dokumen-
dokumen. Sedangkan fakta biasanya sering disebut data mentah. Fakta atau
data inilah yang harus diolah pada langkah berikutnya.
d. Menganalisis data. Langkah ini dimaksudkan pertama-tama untuk menjawab
masalah yang telah ditetapkan pada langkah awal. Dengan kata lain untuk
membuktikan apakah hipotesis yang dirumuskan sebelumnya benar atau
tidak.
e. Menarik simpulan.
Lima langkah inilah yang dijadikan sudut pandang atau asumsi dasar
(=pendekatan) pembelajaran seperti yang dimaksudkan dalam Permendikbud No.
103 Tahun 2014. Sebagai sebuah pendekatan pembelajaran, pendekatan saintifik
terdiri atas lima langkah kegiatan belajar yakni mengamati (observing), menanya
(questioning), mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting), menalar atau
mengasosiasi (associating), mengomunikasikan (communicating).
9
Mengomunikasikan. Siswa menyampaikan simpulan hasil analisis secara lisan,
tertulis, atau menyampaikan melalui media lain. Pada kegiatan ini, siswa dapat
juga memajang/memamerkan hasilnya di ruang kelas, atau mengunggah (upload)
di blog yang dimiliki. Guru memberikan umpan balik, memberikan penguatan,
serta memberikan penjelasan/informasi lebih luas. membantu peserta didik untuk
menentukan butir-butir penting dan simpulan yang akan dipresentasikan, baik
dengan atau tanpa memanfaatkan teknologi informasi.
6. Model-model Pembelajaran
f. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning)
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning), selanjutnya
disingkat PBM, mula-mula dikembangkan di sekolah kedokteran, McMaster
University Medical School di Hamilton, Canada pada 1960-an (Barrows, 1996).
PBM dikembangkan sebagai respon atas fakta bahwa mahapeserta didik
mengalami kesulitan di tahun pertama perkuliahan, seperti pada mata kuliah
Anatomi, Biokimia, dan Fisiologi. Mereka tidak termotivasi menempuh mata
kuliah-mata kuliah tersebut karena tidak melihat relevansinya dengan profesi
mereka kelak. Selain itu, juga didapati fakta bahwa para dokter muda yang
baru lulus dari sekolah kedokteran itu memiliki pengetahuan yang sangat
kaya, tetapi kurang memiliki keterampilan memadai untuk memanfaatkan
pengetahuan tersebut dalam praktik sehari-hari. Atas dasar itu, para pengajar
merancang pembelajaran yang mendasarkan pada masalah atau kasus aktual.
Pembelajaran dimulai dengan penyajian masalah klinis yang dapat
10
diselesaikan dengan menggunakan pengetahuan medis yang relevan.
Perkembangan selanjutnya, PBM secara lebih luas diterapkan di berbagai
mata kuliah di perguruan tinggi dan di berbagai mata pelajaran di sekolah.
11
Kegiatan pembelajaran terdiri atas tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti, dan
penutup. Tahap-tahap orientasi terhadap masalah, organisasi belajar,
penyelidikan individual maupun kelompok, dan pengembangan dan penyajian
hasil penyelesaian masalah merupakan tahap inti pembelajaran. Tahap
analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah merupakan tahap penutup.
Tahap Deskripsi
12
Tahap Deskripsi
penyelesaian
masalah
Pada PBP, peserta didik terlibat secara aktif dalam memecahkan masalah
dalam bentuk suatu projek. Peserta didik aktif mengelola pembelajarannya
dengan bekerja secara nyata yang menghasilkan produk riil. PBP dapat
mereduksi kompetisi di dalam kelas dan mengarahkan peserta didik lebih
13
kolaboratif daripada bekerja sendiri-sendiri. Di samping itu PBP dapat juga
dilakukan secara mandiri melalui bekerja mengkonstruk pembelajarannya
melalui pengetahuan serta keterampilan baru, dan mewujudkannya dalam
produk nyata.
14
d. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan
produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan
tema/topik yang disusun dalam bentuk produk (laporan atau hasil karya).
Produk tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan
dan umpan balik untuk perbaikan produk.
e. Pembelajaran dirancang dalam pertemuan tatap muka dan tugas mandiri
dalam fasilitasi dan monitoring oleh guru. Pertemuan tatap muka dapat
dilakukan di awal pada langkah penentuan projek dan di akhir
pembelajaran pada langkah penyusunan laporan dan presentasi/publikasi
hasil projek, serta evaluasi proses dan hasil projek.
5. Penyusunan 4. Penyelesaian
laporan dan projek dengan
presentasi/publikas fasilitasi dan
i hasil projek monitoring guru
15
a. Penentuan projek
Pada langkah ini, peserta didik menentukan tema/topik projek bersama guru.
Peserta didik diberi kesempatan untuk memilih/menentukan projek yang akan
dikerjakannya baik secara kelompok ataupun mandiri dengan catatan tidak
menyimpang dari tema.
Pada bagian ini, peserta didik memilih tema/topik untuk menghasilkan produk
(laporan observasi/penyelidikan, rancangan karya seni, atau karya
keterampilan) dengan karakteristik mata pelajaran dengan menekankan
keorisinilan produk. Penentuan produk juga disesuaikan dengan kriteria tugas,
dengan mempertimbangkan kemampuan peserta didik dan
sumber/bahan/alat yang tersedia.
b. Perancangan langkah-langkah penyelesaian projek
Peserta didik merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian projek dari
awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan projek ini
berisi perumusan tujuan dan hasil yang diharapkan, pemilihan aktivitas untuk
penyelesaian projek, perencanaan sumber/bahan/alat yang dapat mendukung
penyelesaian tugas projek, dan kerja sama antaranggota kelompok.
Pada kegiatan ini, peserta didik mengidentifikasi bagian-bagian produk yang
akan dihasilkan dan langkah-langkah serta teknik untuk menyelesaikan
bagian-bagian tersebut sampai dicapai produk akhir.
c. Penyusunan jadwal pelaksanaan projek
Peserta didik dengan pendampingan guru melakukan penjadwalan semua
kegiatan yang telah dirancangnya.Berapa lama projek itu harus diselesaikan
tahap demi tahap. Peserta didik menyusun tahap-tahap pelaksanaan projek
dengan mempertimbangkan kompleksitas langkah-langkah dan teknik
penyelesaian produk serta waktu yang ditentukan guru.
d. Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring guru
Langkah ini merupakan pelaksanaan rancangan projek yang telah dibuat.
Peserta didik mencari atau mengumpulkan data/material dan kemudian
16
mengolahnya untuk menyusun/mewujudkan bagian demi bagian sampai
dihasilkan produk akhir.
Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan projek di antaranya dengan: a)
membaca, b) membuat disain, c) meneliti, d) menginterviu, e) merekam, f)
berkarya, g) mengunjungi objek projek, dan/atau h) akses internet. Guru
bertanggung jawab membimbing dan memonitor aktivitas peserta didik dalam
melakukan tugas projek mulai proses hingga penyelesaian projek. Pada
kegiatan monitoring, guru membuat rubrik yang akan dapat merekam
aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan tugas projek.
e. Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil projek
Hasil projek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis, disain,
karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lan dipresentasikan dan/atau
dipublikasikan kepada peserta didik yang lain dan guru atau masyarakat dalam
bentuk presentasi, publikasi (dapat dilakukan di majalah dinding atau
internet), dan pameran produk pembelajaran.
17
presentasi/publikasi hasil projek, dan evaluasi proses dan hasil kegiatan
projek.
Tabel 2. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek
Langkah-langkah Deskripsi
Langkah -1 Guru bersama dengan peserta didik
Penentuan projek menentukan tema/topik projek
h. Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuaan bukanlah
sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan
18
sendiri. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak
terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan peserta didik
berkembang secara utuh baik intelektual, mental, emosi, maupun pribadinya.
Oleh karena itu dalam proses perencanaan pembelajaran, guru bukanlah
mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat menemukan sendiri
materi yang harus dipahaminya. Pembelajaran adalah proses memfasilitasi
kegiatan penemuan (inquiry) agar peserta didik memperoleh pengetahuan
dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat
sejumlah fakta).
Tahap Deskripsi
19
Tahap Deskripsi
20
i. Pembelajaran Menemukan (Discovery Learning)
Pembelajaran menemukan (Discovery Learning), adalah Pembelajaran untuk
menemukan konsep, makna, dan hubungan kausal melalui pengorganisasian
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik.
Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan
memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan
menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada peserta didik; (3) kegiatan
untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Tahap Deskripsi
21
Tahap Deskripsi
D. Daftar Pustaka
Anglin, W. S. 1994. Mathematics: A Concise History and Philosophy. New York:
Springer-Verlag.
Courant, Richart & Robbins, Herbert. 1981. What is Mathematics, An Elementary
Approach To Ideas and Methods. New York: Oxford University Press.
Sumardyono. 2004. Karakteristik Matematika dan Implikasinya terhadap
Pembelajaran Matematika. Seri Paket Pembinaan Penataran. Yogyakarta: Pusat
Pengembangan Penataran Guru Matematika (PPPG Matematika)
Sumardyono. 2012. Sejarah dan Filsafat Matematika. Modul Diklat Pasca UKA.
Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Matematika (PPPPTK Matematika)
22
Yogi Anggraena. 2016. Kurikulum Matematika 1 dan Aljabar 1. Guru Pembelajar
Modul Matematika SMP. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika (PPPPTK Matematika)
23
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016
MATERI PEDAGOGIK
BAB VI
MEDIA PEMBELAJARAN
C. Uraian Materi
Proses pembelajaran tentunya akan dapat dilaksanakan dengan lebih baik apabila telah
dirancang dengan baik pula. Selain itu, guru perlu memerluas wawasan tentang berbagai
pendekatan, model, metode, maupun strategi pembelajaran. Pembelajaran perlu dibuat
agar siswa dapat membangun pengetahuannya sehingga pembelajaran dapat berpusat
pada siswa. Oleh sebab itu, guru perlu mencari cara lain dalam mengajar agar lebih
efektif. Menurut Forsyth, Jolliffe, & Stevens (2004:
69), learning is an active process. In order to learn a person has to take part in various
learning activities. Interaction is an essential element of learning . Pe dapat tersebut
memberi pengertian bahwa belajar merupakan suatu proses aktif. Untuk belajar,
seseorang perlu mengambil bagian dalam berbagai aktivitas belajar. Interaksi merupakan
unsur penting dalam belajar. Akibatnya, seseorang perlu berinteraksi secara langsung
dengan apa yang sedang dipelajarinya. Keterlibatan pebelajar dalam aktivitas secara aktif
dapat membantunya untuk belajar. Kegiatan belajar seharusnya dirancang agar bervariasi
agar memungkinkan pebelajar untuk mendapatkan pengalaman yang bervariasi pula.
1
Pernyataan-pernyataan tersebut sejalan dengan Piaget yang berpendapat bahwa belajar
merupakan suatu proses pengonstruksian dimana seseorang membangun pengetahuan
melalui interaksi dengan lingkungan (Arends, 2012: 330; Kryiacou, 2009: 24).
Menurut Piaget, siswa usia SMP sudah dapat melakukan operasi formal dimana anak
sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal abstrak sehingga
penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Akan tetapi, Brunner
mengungkapkan dalam teorinya bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi
kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Dalil ini menyatakan bahwa
manipulasi benda-benda diperlukan dalam pengonstruksian pemahaman siswa
(Suherman, et al., 2001: 43 - 45). Hal ini didukung oleh pernyataan Boggan, Harper,
dan Whitmire (2010: 5) bahwa siswa pada segala tingkat pendidikan dan kemampuan
akan mendapat keuntungan dari penggunaan alat peraga manipulatif. Dengan kata lain,
penggunaan alat peraga manipulatif dapat berpengaruh positif terhadap kualitas
pembelajaran.
Selain media pembelajaran berupa media fisik alat peraga, terdapat pula media
pembelajaran ICT. Media tersebut memanfaatkan potensi perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi dalam mengefektifkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Terdapat hubungan yang positif antara penggunaan teknologi
dengan prestasi belajar seperti yang terjadi di Singapura jika teknologi digunakan secara
tepat. Hal tersebut berbeda dengan yang terjadi di Amerika Serikat di mana tidak
terdapat hubungan di antara keduanya (Alsafran & Brown, 2012: 1). Artinya, belum tentu
siswa yang mendapat pembelajaran yang menggunakan teknologi, dalam hal ini
komputer, selalu mendapat prestasi yang baik jika tidak digunakan secara tepat.
Penggunaan alat tersebut baik media fisik alat peraga maupun media ICT dapat
dilakukan pada semua tingkat pendidikan, bukan hanya di Sekolah Dasar saja. Bahkan,
siswa baik yang berkemampuan tinggi, sedang, maupun rendah akan mendapat
keuntungan jika mendapat pembelajaran dengan menggunakan alat peraga maupun
media ICT. Keuntungan ini mungkin saja dalam aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Media pembelajaran dapat digunakan sebagai jembatan siswa dalam
memahami konsep abstrak dari obyek matematika melalui pemanipulasian benda-
2
benda nyata baik secara individu, kelompok, maupun klasikal. Oleh sebab itu penggunaan
media pembelajaran baik media fisik berupa alat peraga maupun media ICT dalam
pembelajaran matematika perlu dipelajari oleh para guru.
Newby, et al. (2006: 308) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan pemilihan dan
pengaturan informasi, kegiatan, metode, dan media untuk membantu siswa mencapai
tujuan belajar yang telah direncanakan. Dalam pembelajaran terjadi pengaturan siswa
untuk dapat belajar melalui kegiatan yang akan dilaksanakan, pemilihan metode dan
media yang akan digunakan, serta adanya target pengetahuan atau kemampuan yang
akan diperoleh setelah mengikuti serangkaian kegiatan. Semua hal tersebut dilakukan
atau digunakan agar dapat membantu siswa untuk mencapai target berupa tujuan belajar
yang telah direncanakan sebelum pembelajaran dilaksanakan.
Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan guna mencapai suatu tujuan
pembelajaran didefinisikan sebagai media pembelajaran (Smaldino, et al., 2005: 9).
Dengan demikian, media pembelajaran adalah segala alat yang dapat membantu
tercapainya tujuan pembelajaran. Senada dengan definisi tersebut, Newby, et al. (2006:
308) mendefinisikan media pembelajaran sebagai saluran dari komunikasi yang
membawa pesan dengan tujuan yang berkaitan den gan pembelajaran yang dapat berupa
cara atau alat lain yang dengannya informasi dapat disampaikan atau dialami siswa.
3
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa media pembelajaran juga dapat berupa cara
atau alat untuk berkomunikasi dengan siswa. Segala sesuatu yang digunakan sebagai
penyampai pesan pembelajaran diidentifikasi sebagai media pembelajaran. Dengan kata
lain, media pembelajaran membantu siswa dalam mendapat atau membangun informasi
atau pengetahuan.
Dari beberapa pendapat tersebut, media dapat diartikan sebagai alat fisik komunikasi
yang berfungsi menyampaikan informasi (pengetahuan) dari sumber ke penerima
informasi. Adapun media pembelajaran merupakan alat atau perantara untuk
memfasilitasi komunikasi dari sumber belajar ke siswa dan mendukung proses belajar
guna mencapai tujuan belajar.
Media teks merupakan jenis media yang paling umum digunakan. Media ini berupa
karakter huruf dan bilangan yang disajikan dalam buku, poster, tulisan di papan tulis, dan
sejenisnya (Smaldino, et al., 2005: 9; Newby, et al., 2006: 21).
Media audio meliputi segala sesuatu yang dapat didengar misalnya suara seseorang,
musik, suara mesin, dan suara-suara lainnya.
Media visual meliputi berbagai bagan, gambar, foto, grafik baik yang disajikan dalam
poster, papan tulis, buku, dan sebagainya.
Media bergerak merupakan media yang berupa gambar bergerak misalnya video/film
dan animasi.
Adapun media manipulatif adalah benda tiga dimensi yang dapat disentuh dan digunakan
dengan tangan oleh siswa.
4
Manusia juga dapat berperan sebagai media pembelajaran. Siswa dapat belajar dari guru,
siswa yang lain, atau orang lain.
5
e peragaka dala ko teks i i adalah e jadika ko sep da pri sp ate atika
jelas secara visual, atau konkrit (dapat disentuh), atau bekerja pada suatu konteks.
Dala edia pe belajara , terdapat pula istilah hands-onmaterials ya g dapat
diartikan sebagai material atu benda yang dapat dipegang. Istilah ini dapat pula diartikan
sebagai alat (peraga) manipulative karena dapat dioperasikan (dimanipulasi)
menggunakan tangan untuk memperagakan suatu hal. Menurut Posamentier, Smith, dan
Stepelman (2010: 6), hand-on materials atau alat peraga manipulatif adalah benda nyata
yang memungkinkan siswa dapat menyelidiki, menyusun, memindah, mengelompokkan,
mengurutkan, dan menggunakannya ketika mereka menemui konsep model dan soal-
soal matematika. Alat peraga manipulatif di sini dapat dimaknai sebagai alat yang
digunakan untuk membantu siswa memahami matematika melalui benda nyata yang
tidak hanya dapat digunakan oleh guru saja, tetapi juga siswa. Siswa dapat menyentuh,
mengontrol, dan mengoperasikan alat peraga manipulatif tersebut dalam rangka
mempelajari benda itu sendiri atau membantu mempelajari hal lain yang terkait
dengannya. Alat peraga manipulatif membantu penyelidikan dalam pembelajaran.
Alat peraga berupa model dalam kaitannya dengan media mengacu pada representasi
konkret konstruksi mental atau ide-ide (Johnson, Berger, & Rising, 1973: 235).
Representasi konkret dari konstruksi mental atau ide dapat diartikan sebagai gambar atau
benda nyata yang dapat menggambarkan obyek atau konsep abstrak, di mana kedua hal
ini ada dalam matematika.
Salah satu tipe media yang memfasilitasi untuk melakukan gerakan fisik untuk belajar
adalah alat peraga manipulatif. Media ini berupa benda tiga dimensi yang dapat disentuh
maupun dikontrol oleh pebelajar ketika belajar (Smaldino, et al., 2005: 9, 214). Lebih
lanjut, alat peraga manipulatif mengacu pada benda-benda konkret yang, ketika
digunakan siswa dan guru, dapat memberikan kesempatan siswa untuk mencapai tujuan
tertentu (Jackson & Phillips, 1973: 301). Dengan belajar menggunakan media tersebut
diharapkan dapat mempermudah siswa dalam mengonstruksi pemahamannya.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga manipulatif
adalah media berupa benda nyata tiga dimensi yang dapat menggambarkan secara
konkret suatu obyek, ide, model, atau konsep abstrak dan memungkinkan untuk
6
digerakkan atau dimanipulasi secara fisik dalam kaitannya dengan pembentukan
konsep bagi penggunanya, dalam hal ini siswa.
7
Pythagoras, jumlah sudut bangun datar.
Gambar 2. Penemuan Rumus Volum Limassama dengan Sepertiga Volum Balok Selain
media pembelajaran matematika berupa alat peraga matematika, juga terdapat alat yang
juga digunakan dalam pembelajaran matematika tetapi bukan merupakan alat peraga
karena bukan merupakan model, jembatan, dan tidak memperagakan konsep/prinsip
matematika tertentu. Alat tersebut yaitu:
a. Alat bantu untuk menerampilkan konsep-konsep matematika
8
Media pembelajaran ini secara jelas dimaksudkan agar siswa lebih terampil dalam
mengingat, memahami atau menggunakan konsep- konsep matematika. Jenis alat ini
biasanya berbentuk permainan ringan dan memiliki penyelesaian yang rutin (tetap).
9
c. Alat sebagai sumber masalah untuk belajar
Media pembelajaran yang digolongkan ke dalam jenis ini adalah alat yang menyajikan
suatu masalah yang tidak bersifat rutin atau teknis tetapi membutuhkan kemampuan
problem-solving yang heuristik dan bersifat investigatif. Contoh alat ini adalah permainan
menara hanoi yaitu permainan menemukan langkah yang paling sedikit dalam
memindahkan semua cakram dari tiang A (awal) ke tiang C (akhir) dengan bantuan
tiang B (tengah). Selain menemukan cara yang efektif untuk memindah cakram
(menyelesaikan masalah), pola bilangan akan terbentuk jika permainan ini dilakukan
beberapa kali dengan banyak cakram yang berbeda dan berurutan yang diperoleh
dari banyak langkah minimal yang diperlukan.
D. Daftar Pustaka
Bell, H. (1978). Teaching and Learning Mathematics (In Secondary School). Dubuque,
Iowa: Wim. C. Brown Company Publisher.
Cooney, Davis Anderson. (1975). Dynamics of Teaching Secondary School
Mathematics. Boston:Hougton Mifflin Company.
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Pedoman Memilih dan Menyusun bahan
Ajar.Jakarta: Direktorat Sekolah menengah Pertama,
Novak. J.D. (1986). Learning How to Learn. Melbourne: The Press Syndicate of
University of Cambridge.
Nanang Priatna. 2016. Pemanfaatan Media dan Pengembangan Materi
Pembelajaran. Bahan ajar diklat. Jakarta: Kemdikbud PPPPTK
10
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016
MATERI PEDAGOGIK
BAB VII
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
C. Uraian Materi
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1
angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1
telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip
pembelajaran yang digunakan:
1. dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2. dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka
sumber belajar;
3. dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah;
4. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
5. dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6. dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7. dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing
ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
2
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut
wuri handayani);
11. pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;
12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa
saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pembelajaran; dan
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.
Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang mencakup
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian
hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN
Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan
kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi
memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang
diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.
3
pembelajaran berbasis penyingkapan/ penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk
mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik
individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning).
Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut
Sikap Pengetahuan Keterampilan
Menerima Mengingat Mengamati
Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji
- - Mencipta
Karakteristik proses pembelajaran di SMA/ MA/ SMALB/ SMK/ MAK/ Paket C/ Paket C
Kejuruan secara keseluruhan berbasis mata pelajaran, meskipun pendekatan tematik
masih dipertahankan.
Standar Proses pada SDLB, SMPLB, dan SMALB diperuntukkan bagi tuna netra, tuna
rungu, tuna daksa, dan tuna laras yang intelegensinya normal.
Secara umum pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang taksonomi
tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara umum sudah
4
dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut, capaian pembelajaran dapat
dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif, affektif dan psikomotor.
Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikan di berbagai negara dilakukan
secara adaptif sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi
dalam bentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Desain Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan
pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan
penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan
skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan
pembelajaran yang digunakan.
a. Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan
kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:
1) Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan);
2) Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
3) Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran;
4) kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;
5
5) tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A);
6) materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi;
7) pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
8) penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
9) alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum
untuk satu semester atau satu tahun; dan
10) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar
atau sumber belajar lain yang relevan.
11) Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi lulusan dan Standar
Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola
pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai
acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.
6
3) kelas/semester;
4) materi pokok;
5) alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan
beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang
tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;
6) tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
7) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
8) materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
ketercapaian kompetensi;
9) metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;
10) media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran;
11) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar,
atau sumber belajar lain yang relevan;
12) langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti,
dan penutup; dan
13) penilaian hasil pembelajaran.
7
3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,
motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan
berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program
pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata
pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis,
dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
8
Komponen-komponen yang sudah disebutkan di atas secara operasional
diwujudkan dalam bentuk format berikut ini.
B. Kompetensi Dasar
1. KD pada KI-1
2. KD pada KI-2
3. KD pada KI-3
4. KD pada KI-4
D. Materi Pembelajaran
(Dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, sumber
belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari
lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran
reguler, pengayaan, dan remedial).
E. Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama: (...JP)
a. Kegiatan Pendahuluan
Mengamati
b. Kegiatan Inti
Menanya
Mengumpulkan informasi/mencoba
Menalar/mengasosiasi
Mengomunikasikan
c. Kegiatan Penutup
2. Pertemuan Kedua: (...JP)
9
a. Kegiatan Pendahuluan
Mengamati
b. Kegiatan Inti
Menanya
Mengumpulkan informasi/mencoba
Menalar/mengasosiasi
Mengomunikasikan
c. Kegiatan Penutup
3. Pertemuan seterusnya.
10
Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan memperhatikan beberapa
ketentuan berikut:
1) Indikator pencapaian kompetensi meliputi indikator pengetahuan, dan
keterampilan.
2) Setiap KD dari KI- 3 dan KI-4 dikembangkan sekurang-kurangnya dalam dua
indikator pencapaian kompetensi.
3) Rumusan indikator pencapaian kompetensi untuk KD yang diturunkan dari KI-
3 dan KI-4, sekurang-kurangnya mencakup kata kerja operasional (dapat
diamati dan diukur) dan materi pembelajaran.
4) Indikator pencapaian kompetensi pengetahuan dijabarkan dari Kompetensi
Dasar (KD-3) yang merupakan jabaran dari Kompetensi Inti (KI-3) di setiap
mata pelajaran. Penyusunan instrumen penilaian ditentukan oleh kata kerja
operasional yang ada di dalam KD dan indikator pencapaian kompetensi yang
dirumuskan. Kata kerja operasional pada indikator pencapaian kompetensi
juga dapat digunakan untuk penentuan item tes (pertanyaan/soal), seperti
dicontohkan pada tabel berikut (Morrison, et.al., 2011):
Kemampuan mengingat menyebutkan
memberi label
mencocokkan
memberi nama
membuat urutan
memberi contoh
menirukan
memasangkan
Kemampuan memahami membuat penggolongan
menggambarkan
membuat ulasan
menjelaskan
mengekspresikan
mengenali ciri
menunjukkan
menemukan
membuat laporan
11
Tujuan yang Diukur Kata Kerja yang Biasa Digunakan
mengemukakan
membuat tinjauan
memilih
menceritakan
Kemampuan menerapkan menerapkan
pengetahuan (aplikasi)
memilih
mendemonstrasikan
memperagakan
menuliskan penjelasan
membuat penafsiran
menuliskan operasi
mempraktikkan
menuliskan rancangan persiapan
membuat jadwal
membuat sketsa
membuat pemecahan masalah
menggunakan
Kemampuan menganalisis menuliskan penilaian
membuat suatu perhitungan
membuat suatu pengelompokan
menentukan kategori yang dipakai
membandingkan
membedakan
membuat suatu diagram
membuat inventarisasi
memeriksa
melakukan pengujian
Kemampuan mengevaluasi membuat suatu penilaian
menuliskan argumentasi atau alasan
menjelaskan apa alasan memilih
membuat suatu perbandingan
menjelaskan alasan pembelaan
menuliskan prakiraan
meramalkan apa yang akan terjadi
Kemampuan merancang mengumpulkan
menyusun
membuat disain (rancangan)
merumuskan
membuat usulan bagaimana mengelola
mengatur
merencanakan
membuat suatu persiapan
12
Tujuan yang Diukur Kata Kerja yang Biasa Digunakan
membuat suatu usulan
menulis ulasan
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
a. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
1) Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembelajaran
a) SD/MI : 35 menit
b) SMP/MTs : 40 menit
c) SMA/MA : 45 menit
d) SMK/MAK : 45 menit
2) Rombongan belajar
Jumlah rombongan belajar per satuan pendidikan dan jumlah maksimum
peserta didik dalam setiap rombongan belajar dinyatakan
No Satuan Jumlah Rombongan Jumlah Maksimum Peserta
Pendidikan Belajar Didik Per Rombongan Belajar
1 SD/MI 6-24 28
2 SMP/MTs 3-33 32
3 SMA/MA 3-36 36
4 SMK 3-72 36
5 SDLB 6 5
6 SMPLB 3 8
7 SMALB 3 8
13
4) Pengelolaan Kelas dan Laboratorium
a) Guru wajib menjadi teladan yang baik bagi peserta didik dalam
menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya serta
mewujudkan kerukunan dalam kehidupan bersama.
b) Guru wajib menjadi teladan bagi peserta didik dalam menghayati dan
mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
c) Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik dan
sumber daya lain sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses
pembelajaran.
d) Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus
dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.
e) Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah
dimengerti oleh peserta didik.
f) Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan
kemampuan belajar peserta didik.
g) Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan
keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.
h) Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan
hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
i) Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat.
j) Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
k) Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik
silabus mata pelajaran; dan
l) Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan
waktu yang dijadwalkan.
14
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib:
a) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b) memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat
dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan
memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan
internasional, serta disesuaikan dengan karakteristik dan jenjang peserta
didik;
c) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
d) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai; dan
e) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik
dan /atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan
penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya
berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan
karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.
a) Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih
adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai,
15
menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran
berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong peserta didik
untuk melakuan aktivitas tersebut.
b) Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik
aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan
kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk
memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat
disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan
karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok,
disarankan yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project
based learning).
c) Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan sub topik)
mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong
peserta didik untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan.
Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan
pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning) dan pembelajaran
yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning).
3) Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara individual
maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
a) seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh
untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun
tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
16
b) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c) melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik
tugas individual maupun kelompok; dan
d) menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
2. Instrumen penilaian
Instrumen penilaian adalah alat yang dipakai untuk melakukan penilaian
peserta didik. Instrumen penilaian dirancang untuk aspek sikap, pengetahuan
dan keterampilan pada setiap pertemuan, sehingga akan tertulis instrumen
untuk pertemuan pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga, dan
seterusnya. Instrumen penilaian sikap yang utama adalah jurnal yang
digunakan untuk mencatat perilaku yang sangat baik dan/atau kurang baik
yang berkaitan dengan indikator dari sikap spiritual dan sikap sosial.
Instrumen penilaian untuk pengetahuan dan keterampilan disesuaikan
dengan teknik penilaian yang dipilih. Rancangan instrumen penilaian dapat
disajikan dalam lampiran-lampiran yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari
RPP.
17
3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
Pada bagian ini direncanakan pelaksanaan pembelajaran remedial dan
pengayaan. Pembelajaran remedial pada dasarnya mengubah strategi atau
metode pembelajaran untuk KD yang sama. Bentuknya dapat berupa
pembelajaran ulang, bimbingan perorangan, pemanfaatan tutor sebaya, dan
lain-lain. Pembelajaran pengayaan berupa perluasan dan/atau pendalaman
materi dan/atau kompetensi. Strategi pembelajaran pengayaan dapat dalam
bentuk tugas mengerjakan soal-soal dengan tingkat kesulitan lebih tinggi,
meringkas buku-buku referensi dan mewawancarai nara sumber. Peserta
didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan belajar, diberi kesempatan
mengikuti pembelajaran remedial yang dilakukan setelah suatu kegiatan
penilaian (bukan di akhir semester) baik secara individual, kelompok, maupun
kelas. Bagi peserta didik yang berhasil mencapai atau melampaui ketuntasan
belajar dapat diberi program pengayaan sesuai dengan waktu yang tersedia
baik secara individual maupun kelomok.
18
3. Proses Pengawasan
a. Pemantauan
Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan
melalui antara lain, diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan,
perekaman, wawancara, dan dokumentasi.
b. Supervisi
Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran yang dilakukan melalui
antara lain, pemberian contoh pembelajaran di kelas, diskusi, konsultasi,
atau pelatihan.
c. Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran
disusun dalam bentuk laporan untuk kepentingan tindak lanjut
pengembangan keprofesionalan pendidik secara berkelanjutan.
4. Tindak Lanjut
Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk:
a. Penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja yang
memenuhi atau melampaui standar; dan
b. pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program
pengembangan keprofesionalan berkelanjutan.
D. Daftar Pustaka
Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah.
Permendikbud No. 53 Tahun 2015 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik
dan Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan menengah.
Tim Penyusun. 2016. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun
2016. Jakarta: Direktorat PSMP.
19
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016
MATERI PEDAGOGIK
BAB VIII
PENILAIAN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN
C. Uraian Materi
Mutu pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah sistem
penilaian (assesment) yang dilakukan oleh guru. Setiap penilaian didasarkan pada tiga
elemen mendasar yang saling berhubungan, yaitu: aspek prestasi yang akan dinilai
(kognisi), tugas-tugas yang digunakan untuk mengumpulkan bukti tentang prestasi
1
siswa (observasi), dan metode yang digunakan untuk menganalisis bukti yang
dihasilkan dari tugas-tugas (interpretasi) (NRC: 2001).
Berdasarkan Permendikbud No. 81A tahun 2013 istilah penilaian (assesment) terdiri
dari tiga kegiatan, yakni pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Ketiga istilah tersebut
memiliki makna yang berbeda, walaupun memang saling berkaitan. Pengukuran
adalah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan suatu kriteria atau
ukuran. Penilaian adalah proses mengumpulkan informasi/ bukti melalui pengukuran,
menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil pengukuran.
Evaluasi adalah proses mengambil keputusan berdasarkan hasil-hasil penilaian.
Berdasarkan Permendikbud No. 53 tahun 2015 penilaian hasil belajar oleh pendidik
adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta
didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan,
dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis,
selama dan setelah proses pembelajaran. Penilaian dilakukan melalui observasi,
penilaian diri, penilaian antar peserta didik, ulangan, penugasan, tes praktek,
proyek, dan portofolio yang disesuaikan dengan karakteristik kompetensi.
2
1. Penilaian Pembelajaran
Aspek yang dinilai dalam penilaian matematika meliputi pemahaman konsep
(comprehension), melakukan prosedur, representasi dan penafsiran, penalaran
(reasoning), pemecahan masalah dan sikap. Penilaian dalam aspek representasi
melibatkan kemampuan untuk menyajikan kembali suatu permasalahan atau
obyek matematika melalui hal-hal berikut: memilih, menafsirkan,
menerjemahkan, dan menggunakan grafik, tabel, gambar, diagram, rumus,
persamaan, maupun benda konkret untuk memotret permasalahan sehingga
menjadi lebih jelas. Penilaian dalam aspek penafsiran meliputi kemampuan
menafsirkan berbagai bentuk penyajian seperti tabel, grafik, menyusun model
matematika dari suatu situasi.
Penilaian aspek penalaran dan bukti meliputi identifikasi contoh dan bukan
contoh, menyusun dan memeriksa kebenaran dugaan (conjecture), menjelaskan
hubungan, membuat generalisasi, menggunakan contoh kontra, membuat
kesimpulan, merencanakan dan mengkonstruksi argumen-argumen matematis,
menurunkan atau membuktikan kebenaran rumus dengan berbagai cara.
3
reflektif. Bentuk penilaian non-autentik mencakup: (1) tes, (2) ulangan, dan (3)
ujian.
4
c. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen
yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
d. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
e. Holistik/menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh
pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan
berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan
kemampuan peserta didik.
f. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku.
g. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
h. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.
Prinsip khusus untuk penilaian autentik meliputi:
5
4. Lingkup dan Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
Lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup kompetensi sikap
spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan. Sasaran penilaian hasil belajar oleh pendidik terhadap kompetensi
sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial meliputi tingkatan sikap: menerima,
menanggapi, menghargai, menghayati, dan mengamalkan nilai spiritual dan nilai
sosial. Sasaran penilaian hasil belajar oleh pendidik terhadap kompetensi
pengetahuan meliputi tingkatan kemampuan mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan
metakognitif.
6
penguasaan substansi; dan (2) ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu
belajar. Kriteria ketuntasan minimal kompetensi sikap ditetapkan dengan
predikat B = baik. Skor rerata untuk ketuntasan kompetensi pengetahuan dan
keterampilan disesuaikan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) masing-
masing kelas/ satuan pendidikan.
6. Instrumen Penilaian
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilaksanakan dengan menggunakan
instrumen penilaian. Dalam Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015 dinyatakan
bahwa instrument penilaian harus memenuhi persyaratan: (1) substansi yang
merepresentasikan kompetensi yang dinilai; (2) konstruksi yang memenuhi
persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan; dan (3)
penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik dalam
pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan teknik penilaian tes dan
nontes. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Teknik
penilaian tes terdiri dari tes tulis, tes lisan, tes praktek. Penilaian dengan teknik
tes tulis dapat menggunakan: (1) soal obyektif, (2) soal isian, dan (3) soal
uraian/terbuka. Penilaian dengan teknik tes lisan menggunakan daftar
pertanyaan lisan. Teknik nontes biasanya digunakan untuk mengevaluasi bidang
sikap atau keterampilan.
7
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan,
dan penugasan. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban
singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi
pedoman penskoran. Kompetensi ranah pengetahuan dalam pembelajaran
matematika dimaknai sebagai perilaku yang diharapkan dari peserta didik ketika
mereka berhadapan dengan konten matematika, dan dapat terdiri atas domain:
(1) pemahaman, (2) penyajian dan penafsiran, (3) penalaran dan pembuktian.
7. Prosedur Penilaian
Prosedur penilaian dimaksudkan sebagai langkah-langkah terurut yang harus
ditempuh dalam melaksanakan penilaian. Langkah-langkah tersebut merupakan
8
tahapan dari kegiatan permulaan sampai kegiatan akhir dalam rangka
pelaksanaan penilaian.
9
D. Daftar Pustaka
Nanang Priatna. 2016. Pemanfaatan Media dan Pengembangan Materi
Pembelajaran. Bahan ajar diklat. Jakarta: Kemdikbud PPPPTK
Tim Penyusun. 2016. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun
2016. Jakarta: Direktorat PSMP.
10
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016
MATERI PEDAGOGIK
BAB XIX
REFLEKSI PEMBELAJARAN DAN PTK
C. Uraian Materi
Refleksi pembelajaran merupakan kegiatan evaluasi diri bagi seorang guru dalam
melihat kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Evaluasi diri guru dalam
melaksanakan pembelajaran dapat berupa (1) penilaian tertulis maupun lisan oleh
peserta didik (siswa) terhadap gurunya, (2) penilaian atau observasi pelaksanaan
pembelajaran oleh teman sejawat, dan (3) evaluasi diri guru dengan melakukan
analisis hasil tes tertulis, lisan maupun penugasan terhadap siswa yang diampunya.
Refleksi pembelajaran perlu dilakukan guru dalam upaya untuk mengetahui
kekurangan dan kelemahan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dengan
mengetahui kekurangan dan kelemahan dalam melaksanakan pembelajaran, guru
dapat memperbaiki pembelajaran berikutnya.
Kegiatan refleksi pembelajaran menjadi sangat perlu dilakukan, karena selama ini
sebagian besar guru kurang mengetahui seberapa jauh keberhasilan pembelajaran
yang telah dilaksanakan. Permasalahan yang terjadi pada seorang guru antara lain
1
bahwa guru merasa kurang berhasil dalam melaksanakan pembelajaran apabila
sebagian besar siswanya mendapat nilai kurang dalam suatu tes atau ujian,
sebaliknya merasa bangga atau berhasil apabila sebagian besar siswa mendapat nilai
tinggi dari tes atau ujian. Permasalahan lain yang sering dihadapi guru adalah kurang
memahami bahwa sering terjadi miskonsepsi, penurunan motivasi, dan minat
belajar rendah saat proses pembelajaran berlangsung.
Dari uraian permasalahan di atas maka diperlukan bahan referensi berupa modul
yang diharapkan dapat digunakan guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran,
dengan melakukan refleksi pembelajaran serta melakukan penelitian tindakan kelas
(PTK).
1. Kegiatan Refleksi dalam Pembelajaran
Dalam setiap kegiatan pembelajaran guru seharusnya memulai dari (1) kegiatan
menyusun perencanaan, kemudian (2) melaksanakan pembelajaran, (3)
melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan (4)
tindak lanjut.
Keempat kegiatan ini dilaksanakan secara terus menerus sehingga pada akhirnya
guru mendapatkan kepuasan dalam mengajar dan siswa mendapatkan kepuasan
dalam belajar. Yang terjadi pada umumnya dalam pembelajaran adalah guru
kurang memahami adanya miskomunikasi atau miskonsepsi antara guru dan
siswa.
Guru merasa apa yang disampaikan telah jelas dan dapat diterima dengan baik
oleh siswa, sementara siswa belum dan bahkan tidak mengetahui dan memahami
apa yang dijelaskan oleh guru. Hal ini terjadi pada guru yang
melaksanakan pembelajaran konvensional dengan tahapan pembelajaran, (1)
menjelaskan konsep, (2) menjelaskan latihan soal, (3) memberikan soal latihan,
dan (4) ulangan harian. Pada tahap selesai menjelaskan konsep matematika
biasa ya guru berta ya kepada para siswa sudah jelas a ak-anak?, sebagian kecil
siswa e jawab sudah pak/bu guru , tetapi sebagian besar siswa tidak
menjawab. Dengan jawaban siswa tersebut tanpa ekspresi guru melanjutkan ke
tahapan berikutnya yaitu memberikan dan menjelaskan contoh-contoh soal, dan
dilanjutkan memberikan soal-soal latihan. Apa yang terjadi setelah guru berkeliling
2
mengamati siswa mengerjakan soal tersebut hanya sebagian kecil yang dengan
lancar dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Dan pada akhirnya nilai
ulangan harian hanya sebagian kecil yang mendapat nilai di atas KKM. Dari uraian
di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa perlu adanya kegiatan
introspeksi diri dalam pelaksanaan pembelajaran, apakah pembelajaran yang kita
laksanakan sudah efektif sehingga terjadi proses belajar pada siswa atau belum.
Kegiatan tersebut berupa refleksi terhadap pembelajaran yang kita laksanakan.
Ada beberapa pengertian kegiatan reflektif dalam pembelajaran, (1) Kegiatan
refleksi pembelajaran adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar
mengajar berupa penilaian tertulis maupun lisan (umumnya tulisan) oleh anak
didik kepada guru, berisi ungkapan kesan, pesan, harapan serta kritik membangun
atas pembelajaran yang diterimanya, (2) Kegiatan refleksi pembelajaran sebagai
suatu kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar pada prinsipnya
merupakan kegiatan menilai pendidik oleh peserta didik, (3) Kegiatan refleksi
pembelajaran merupakan kegiatan penilaian (evaluasi) proses dan hasil belajar
siswa dalam rangka untuk memperoleh balikan terhadap proses belajar
mengajar, dan (4) Kegiatan refleksi pembelajaran merupakan kegiatan
mendiagnosis kesulitan belajar siswa dalam rangka perbaikan proses
pembelajaran.
Penilaian tersebut dapat dilakukan secara tertulis maupun secara lisan oleh
peserta didik kepada pendidiknya. Penilaian dari peserta didik dapat berisi
ungkapan curahan hatinya yang berupa kesan, pesan, harapan serta kritikan
yang bersifat membangun atas proses belajar mengajar yang diterimanya sejak
awal hingga akhir proses tersebut. Oleh karena itu, apa pun hasil kegiatan reflektif
ini seharusnya diterima dengan bijaksana dan berani memperbaiki diri ke depan
jika hasilnya kurang disukai peserta didik. Manusia adalah tempatnya salah,
sehingga peserta didik dan pendidik yang sama-sama manusia juga dapat berbuat
salah. Oleh sebab itu, maka kegiatan reflektif menjadi sangat penting, apalagi
dalam perkembangan jaman saat ini yang penuh dengan tantangan menghadapi
pengaruh globalisasi yang membawa pada perubahan sikap peserta didik maupun
pendidik dalam memaknai proses belajar mengajar yang ideal.
3
Dalam kegiatan reflektif, guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap
peserta didik di kelasnya dan guru dapat memastikan bahwa semua peserta didik
mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pembelajaran, dengan demikian tidak dapat disanggah, bahwa refleksi dalam
pendidikan itu sangat penting, tetapi memang lebih penting lagi adalah untuk
melakukannya.
Mengapa refleksi itu penting dan seharusnya dilakukan oleh guru? Karena melalui
refleksi dapat diperoleh informasi positif tentang bagaimana cara guru
meningkatkan kualitas pembelajarannya sekaligus sebagai bahan observasi untuk
mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran itu tercapai. Selain itu, melalui
kegiatan ini dapat tercapai kepuasan dalam diri peserta didik yaitu memperoleh
wadah yang tepat dalam menjalin komunikasi positif dengan guru.
Dari dua pengertian kegiatan refleksi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan
bahwa refleksi pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dirancang oleh guru
untuk memperoleh umpan balik (balikan) dari suatu pembelajaran yang telah
dilaksanakan, dengan tujuan memperbaiki pembelajaran yang akan dilakukan.
4
pembelajaran yang akan datang, dan (3) kritik membangun peserta didik
terhadap guru dan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Ungkapan kesan peserta didik terhadap pembelajaran terdiri dari kesan positif
dan kesan negative. Kesan positif misalnya: guru menjelaskan konsep dengan
bahasa yang jelas dan menarik, berpenampilan menarik, menggunakan media
pembelajaran yang menarik, dan sebagainya. Sedang kesan negatif antara
lain: penjelasan dan suara guru tidak jelas, guru berpakaian kurang rapi,
tulisan kurang jelas sulit dibaca dan sebagainya. Berikut contoh instrumen
penilaian guru oleh peserta didik.
Berika ta da √ pada kolo YA atau TIDAK pada tabel berikut, sesuai
dengan kesan
Anda, setelah Anda mengikuti pembelajaran.
Tabel 1. Instrumen penilaian guru oleh peserta didik.
PENILAIAN KETERANGAN
5
Selanjutnya tuliskan pesan-pesan dan kritik membangun Anda terhadap
guru, supaya pembelajaran yang akan datang lebih baik.
Pesan:
………………………………………………………………………………………………..………………………
………………………………………………………………………...................................................
Kritik Membangun:
………………………………………………………………………………………………..………………………
……………………………………………………………………………..............................................
b. Evaluasi Pembelajaran
Ditinjau dari bahasa, evaluasi terjemahan dari kata evaluation yang
diterje ahka de ga pe ilaia , sehi gga a tara pe ilaia da evaluasi
dapat dipandang sebagai dua istilah yang semakna. Istilah lain evaluasi dapat
diartikan suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari suatu
obyek. Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses berkelanjutan tentang
pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan
yang dibuat dalam merancang suatu sistem pembelajaran. Pengertian
tersebut di atas mempunyai implikasi- implikasi sebagai berikut:
1) Evaluasi adalah suatu proses yang dilaksanakan terus menerus sebelum,
pada saat, dan sesudah pembelajaran
2) Proses evaluasi senantiasa diarahkan ke tujuan tertentu yakni untuk
mendapatkan jawaban-jawaban tentang bagaimana memperbaiki
pembelajaran.
3) Evaluasi menuntut penggunaan alat ukur yang akurat dan bermakna untuk
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan.
6
3) Mengenal latar belakang siswa (psikis, fisik dan lingkungan) yang berguna
bagi penempatan maupun penentuan penyebab kesulitan belajar siswa
dan juga berfungsi sebagai masukan guru bimbingan konseling.
4) Sebagai umpan balik bagi guru yang pada saatnya dapat digunakan dalam
menyusun program remedial dan pengayaan.
7
mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program
belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai
kegiatan belajar untuk program itu. Dengan kata lain penilaian ini berorientasi
pada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan
program belajar dengan kemampuan yang telah dimiliki siswa
Seperti telah diuraikan di atas bahwa penilaian formatif adalah penilaian yang
dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat
keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Penilaian formatif
berorientasi pada proses, yang akan memberikan informasi kepada guru
apakah program atau proses belajar mengajar masih perlu diperbaiki. Jenis
penilaian ini yang dapat digunakan guru sebagai suatu kegiatan reflektif
pembelajaran, sesuai dengan fungsinya bahwa penilaian formatif dapat
digunakan untuk melihat keberhasilan proses pembelajaran dan bisa
memberikan informasi apakah pembelajaran perlu perbaikan atau tidak.
Dengan kata lain penilaian formatif dapat digunakan sebagai bahan reflektif
pembelajaran untuk mendeteksi kesulitan belajar yang disebabkan oleh faktor
pedagogis.
Kesulitan belajar yang disebabkan oleh faktor pedagogis adalah kesulitan
belajar siswa, yang sering dijumpai adalah faktor kurang tepatnya guru
mengelola pembelajaran dan menerapkan metodologi. Misalnya guru masih
kurang memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki siswa, guru langsung
masuk ke materi baru. Ketika terbentur kesulitan siswa dalam pemahaman,
guru mengulang pengetahuan dasar yang diperlukan. Kemudian melanjutkan
lagi materi baru yang pembelajarannya terpenggal. Jika ini berlangsung dan
bahkan tidak hanya sekali dalam suatu tatap muka, maka akan muncul
kesulitan umum yaitu kebingun gan karena tidak terstrukturnya bahan ajar
yang mendukung tercapainya suatu kompetensi. Ketika menerangkan bagian-
bagian bahan ajar yang menunjang tercapainya suatu kompetensi bisa saja
sudah jelas, namun jika secara keseluruhan tidak dikemas dalam suatu
struktur pembelajaran yang baik, maka kompetensi dasar dalam
penguasaan materi dan penerapannya tidak selalu dapat diharapkan berhasil.
8
Dengan kata lain, struktur pelajaran yang tertata secara baik akan
memudahkan siswa, paling tidak mengurangi kesulitan belajar siswa. Kejadian
yang dialami siswa da seri g u ul e urut guru adalah: Ketika dijelaska
e gerti, ketika e gerjaka se diri tidak bisa . Jika guru e a ggapi ya
hanya dengan menyatakan: memang hal itu yang sering dikemukakan siswa
kepada saya, berarti guru tersebut tidak merasa tertantang
profesionalismenya untuk mencari penyebab utama, menemukan, dan
mengatasi masalahnya. Kesulitan itu dapat terjadi karena guru kurang
memberikan latihan yang cukup di kelas dan memberikan bantuan kepada
yang memerlukan, meskipun ia sudah berusaha keras menjelaskan materinya.
Hal ini terjadi karena guru belum menerapkan hakekat belajar matematika,
yaitu bahwa belajar matematika hakekatnya berpikir dan mengerjakan
matematika. Berpikir ketika mendengarkan penjelasan guru, mempunyai
implikasi bahwa tanya jawab merupakan salah satu bagian penting dalam
belajar matematika. Dengan tanya jawab ini proses diagnosis telah diawali.
Ini berarti diagnostic teaching, pembelajaran dengan senantiasa sambil
mengatasi kesulitan siswa telah dilaksanakan dan hal ini yang dianjurkan.
Secara umum, cara guru memilih metode, pendekatan dan strategi dalam
pembelajaran akan berpengaruh terhadap kemudahan atau kesulitan siswa
dalam belajar siswa. Perasaan lega atau bahkan sorak sorai pada saat bel
berbunyi pada akhir jam pelajaran matematika adalah salah satu indikasi
adanya beban atau kesulitan siswa yang tak tertahankan. Jika demikian maka
guru perlu introspeksi pada system pembelajaran yang dijalankannya,
bentuk instrospeksi sebaiknya berupa kegiatan reflektif dengan menganalisis
hasil tes formatif yang telah dilaksanakan.
9
seorang guru dan profesi seorang dokter, seorang dokter dalam menetapkan
jenis penyakit dan jenis obat yang akan diberikan, melalui kegiatan diagnosa
terhadap pasiennya. Kegiatan dokter dalam mendiagnosa pasien biasanya
melalui wawancara dan dokumen kemajuan pemeriksaan sebelumnya.
Sedangkan seorang guru dalam menetapkan jenis kesulitan belajar peserta
didik salah satunya dapat melalui kegiatan penilaian atau tes.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) diagnosis mempunyai arti (1)
penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya.
(2) pemeriksaan terhadap suatu hal. Demikian pula halnya pekerjaan guru.
Sebelum memberikan pembelajaran perbaikan (pembelajaran remidi), guru
perlu terlebih dahulu mencari penyebab kesulitan belajar siswanya atau
mendiagnosis kesulitan siswa dalam belajar. Beberapa referensi maupun
pengalaman mengelola pembelajaran menunjukkan bahwa kesulitan belajar
belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor.
Tingkat dan jenis sumber kesulitannya beragam. Mengutip Brueckner dan
Bond, dalam Rahmadi (2004: 6) mengelompokkan sumber kesulitan itu
menjadi lima faktor, yaitu:
1) Faktor Fisiologis. Yang dimaksud kesulitan belajar siswa yang dapat
ditimbulkan oleh faktor fisiologis, yaitu kesulitan belajar yang disebabkan
karena gangguan fisik seperti gangguan penglihatan, pendengaran,
gangguan sistem syaraf dan lain-lain.Dalam hubungannya dengan faktor-
faktor di atas, umumnya guru matematika tidak memiliki kemampuan
atau kompetensi yang memadai untuk mengatasinya. Yang dapat
dilakukan guru hanyalah memberikan kesempatan kepada siswa yang
memiliki gangguan dalam penglihatan atau pendengaran tersebut untuk
duduk lebih dekat ke meja guru. Selebihnya, hambatan belajar tersebut
hendaknya diatasi melalui kerjasama dengan pihak yang memiliki
kompetensi dalam mengatasi kesulitan siswa seperti tersebut di atas,
misalnya dengan guru SLB. Sementara pemerintah sudah membuka
program sekolah insklusi dengan pengawasan dan pembimbingan dari
guru-guru SLB.
10
2) Faktor Sosial. Lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah
sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar matematika siswa,
suatu keluarga yang tercipta suasana kondusif dalam belajar akan
menjadikan anak termotivasi tinggi dalam belajar dan nyaris tidak
ada kesulitan belajar. Demikian juga pergaulan siswa di masyarakat
dan di sekolah yang mengutamakan suasana belajar yang kondusif
maka siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi pula.
3) Faktor Emosional. Siswa akan cepat emosi, mudah tersinggung,
mudah marah, dapat menghambat belajarnya, keadaan siswa
seperti tersebut diatas disebabkan oleh masalah-masalah sebagai
berikut: siswa mengkonsumsi minuman keras, ekstasi dan
sejenisnya, siswa kurang tidur, ada masalah keluarga sehingga
siswa sulit untuk melupakannya, dan sebagainya.
4) Faktor Intelektual. Siswa yang mengalami kesulitan belajar
disebabkan oleh faktor intelektual, umumnya kurang berhasil dalam
menguasai konsep, prinsip, atau algoritma, walaupun telah
berusaha mempelajarinya. Siswa yang mengalami kesulitan
mengabstraksi, menggeneralisasi, berpikir deduktif dan mengingat
konsep-konsep maupun prinsip-prinsip biasanya akan selalu
merasa bahwa matematika itu sulit. Siswa demikian biasanya
juga mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah terapan
atau soal cerita. Untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan
belajar matematika karena faktor intelektual dengan memberikan
waktu lebih lama dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru. Karena pada dasarnya siswa tersebut butuh waktu lebih lama
dalam berfikir, dan menyelesaikan tugas dibanding siswa-siswa yang
lain.
5) Faktor Pedagogis. Faktor lain yang menyebabkan siswa kesulitan
belajar adalah faktor pedagogis yaitu faktor kurang tepatnya guru
mengelola pembelajaran dan menerapkan metodologi. Misalnya
guru masih kurang memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki
11
siswa, guru langsung masuk ke materi baru. Ketika menerangkan
bagian-bagian bahan ajar yang menunjang tercapainya suatu
kompetensi bisa saja sudah jelas, namun jika secara keseluruhan
tidak dikemas dalam suatu struktur pembelajaran yang baik, maka
kompetensi dasar dalam penguasaan materi dan penerapannya
tidak selalu dapat diharapkan berhasil. Secara umum, cara guru
memilih metode, pendekatan dan strategi dalam pembelajaran
akan berpengaruh terhadap kemudahan atau kesulitan siswa dalam
belajar. Perasaan lega atau bahkan sorak sorai pada saat bel
berbunyi pada akhir jam pelajaran matematika adalah salah satu
indikasi adanya beban atau kesulitan siswa yang tak tertahankan.
Jika demikian maka guru perlu introspeksi pada sistem
pembelajaran yang dilaksanakan.
12
sejak awal sampai berakhir penelitian. Jenis ini yang biasanya dilakukan
guru saat ini.
3) Penelitian Tindakan Kelas Empiris. Penelitian dilakukan dengan cara
merencanakan, mencatat pelaksanaan dan mengevaluasi pelaksanaan
dari luar arena kelas, jadi dalam penelitian jenis ini peneliti harus
berkolaborasi dengan guru yang melaksanakan tindakan di kelas.
4) Penelitian Tindakan Kelas Eksperimental (Chein, 1990). PTK eksperimental
diselenggarakan dengan peneliti (guru) berupaya menerapkan berbagai
macam pendekatan, model, metode atau strategi pembelajaran secara
efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar-mengajar. Di dalam
kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat
lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai
suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan
peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka
untuk mencapai tujuan pengajaran.
b. Model Penelitian Tindakan Kelas
Pada modul ini dikenalkan tiga model penelitian tindakan kelas yaitu,
1) Model Penelitian Tindakan Kelas menurut Kurt Lewin
Kurt Lewin menyatakan bahwa dalam satu siklus pada penelitian tindakan
kelas terdiri dari empat langkah, yakni: (1) Perencanaan (planning), (2) aksi
atau tindakan (acting), (3) Observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting)
Berikut skematis model penelitian tindakan kelas manurut Kurt Lewin
13
yang prinsip antara keduanya. Model ini banyak dipakai karena sederhana
dan mudah dipahami. Rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup
sejumlah siklus, masing-masing terdiri dari tahap-tahap: perencanaan
(plan), pelaksanaan dan pengamatan (act & observe), dan refleksi
(reflect). Tahapan-tahapan ini berlangsung secara berulang- ulang, sampai
tujuan penelitian tercapai. Dituangkan dalam bentuk gambar, rancangan
Kemmis & McTaggart akan tampak sebagai berikut:
14
Gambar 3. Model PTK menurut John Elliot
Dari ketiga model di atas dapat disimpulkan bahwa: (1) penelitian tindakan
kelas terdiri dari beberapa siklus (minimum tiga siklus), dan (2) setiap siklus
terdiri dari beberapa langkah yaitu (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c)
pengamatan/ observasi, dan (d) refleksi, namun sebetulnya kegiatan
pelaksanaan dan pengamatan dilakukan secara bersamaan. Sehingga alur
model penelitian tindakan kelas dapat disederhanakan sebagai berikut:
15
c. Tahap Penelitian Tindakan Kelas (Siklus Penelitian)
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,di mana,
kapan, dan bagaimana penelitian dilakukan. Penelitian sebaiknya
dilakukan secara kolaboratif, sehingga dapat mengurangi unsur
subyektivitas. Karena dalam penelitian ini ada kegiatan pengamatan
terhadap diri sendiri, yakni pada saat menerapkan pendekatan, model
atau metode pembelajaran sebagai upaya menyelesaikan masalah
pada saat praktik penelitian. Dalam kegiatan ini peneliti perlu juga
menjelaskan persiapan-persiapan pelaksanaan penelitian seperti: rencana
pelaksanaan pembelajaran, instrumen pengamatan (observasi) terhadap
proses belajar siswa maupun instrumen pengamatan proses pembelajaran.
16
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini berupa kegiatan implementasi atau penerapan perencanaan
tindakan di kelas yang menjadi subyek penelitian. Pada kegiatan
implementasi ini guru (peneliti) harus taat atas perencanaan yang telah
disusun. Yang perlu diingat dalam implementasi atau praktik penelitian ini
berjalan seperti biasa pada saat melaksanakan pembelajaran sebelum
penelitian, tidak boleh dibuat-buat yang menyebabkan pembelajaran
menjadi kaku. Dan kolaborator disarankan melakukan pengamatan secara
obyektif sesuai dengan kondisi pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.
Hal ini penting mengingat penelitian tindakan mempunyai tujuan
memperbaiki proses pembelajaran.
3) Tahap Pengamatan (observasi)
Pada tahap pengamatan ini ada dua kegiatan yang diamati yaitu, kegiatan
belajar siswa, dan kegiatan pembelajaran. Pengamatan terhadap proses
belajar siswa dapat dilakukan sendiri oleh guru pelaksana (peneliti)
sambil melaksanakan pembelajaran, sedang pengamatan terhadap proses
pembelajaran tentu tidak bisa dilakukan sendiri oleh guru pelaksana. Untuk
itu guru pelaksana (peneliti) minta bantuan teman sejawat (kolaborator)
melakukan pengamatan, dalam hal ini kolaborator melakukan pengamatan
berdasar pada instrumen yang telah disusun oleh peneliti. Hasil
pengamatan kolaborator nantinya akan bermanfaat atau akan digunakan
oleh peneliti sebagai bahan refleksi untuk perbaikan pembelajaran
berikutnya.
4) Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi ini dilaksanakan ketika kolaborator sudah selesai
melakukan pengamatan terhadap peneliti pada saat melaksanakan
pembelajaran, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan
hasil pengamatan dalam peneliti melakukan implementasi rancangan
tindakan. Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika kolaborator
mengatakan kepada peneliti tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan
baik dan bagian mana yang belum. Dari hasil refleksi dapat digunakan
17
sebagai bahan pertimbangan dalam merancang kegiatan (siklus)
berikutnya. Jadi pada intinya kegiatan refleksi adalah kegiatan evaluasi,
analisis, pemaknaan, penjelasan, penyimpulan dan identifikasi tindak lanjut
dalam perencanaan siklus selanjutnya.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk
membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, dari
tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain
adalah evaluasi. Apabila dikaitkan dengan "bentuk tindakan" sebagaimana
disebutkan dalam uraian ini, maka yang dimaksud dengan bentuk
tindakan adalah siklus tersebut. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak
pernah merupakan kegiatan tunggal tetapi selalu berupa rangkaian
kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus.
d. Tahapan Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan kelas
Ada beberapa langkah penyusunan proposal penelitian tindakan kelas, antara
lain : (1) menentukan judul penelitian, (2) menyusun latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, (3) menentukan teori
pendukung, kerangka berfikir dan hipotesis tindakan, (4) menentukan metode
penelitian, dan (5) menyusun instrumen penelitian. Adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut:
1) Menentukan/menyusun judul penelitian,
Guru dalam menyusun penelitian tindakan kelas harus bertolak dari
permasalahan yang terjadi di kelas, yang terdiri dari permasalahan guru
maupun permasalahan siswa. Permasalahan terjadi karena adanya
kesenjangan antara idealisme dari harapan yang diinginkan dengan
kenyataan yang ada dan terjadi dalam pembelajaran di kelas. Adapun
ketentuan dalam menentukan masalah sebagai berikut: (1) instrospeksi
diri bahwa ada masalah dalam pembelajaran di kelas, (2) menuliskan
masalah, (3) mengidentifikasi masalah yang esensial (4) menentukan
alternatif solusi dari masalah yang teridentifikasi, (5) merumuskan
masalah, dan (6) menuliskan judul penelitian tindakan kelas.
a) Contoh masalah belajar dan mengajar matematika di kelas
18
Sebagian besar siswa kurang menyukai mata pelajaran matematika.
Minat belajar matematika rendah
Siswa mengantuk saat pelajaran matematika pada jam terakhir
Sebagian besar siswa belum memahami luas permukaan bangun
ruang
Nilai rata-rata ulangan harian matematika selalu kurang dari KKM
Sebagian besar siswa tidak mengerjakan PR
Guru belum menguasai strategi pembelajaran yang inovatif.
Alat peraga matematika di sekolah kurang tersedia.
19
d) Perumusan Masalah
Rumusan masalah dari masalah dan solusi terpilih di atas adalah:
i. Bagaimana menerapkan model kooperatif STAD yang dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika?
ii. Apakah dengan menerapkan model kooperatif STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika?
20
pembelajaran yang dapat menyelesaikan masalah, dan (2)
pertanyaan apakah dapat diselesaikan masalah tersebut dangan solusi
terpilih. Contoh perumusan masalah dari judul di atas:
i. Bagaimana menerapkan model kooperatif STAD yang dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika?
ii. Apakah dengan menerapkan model kooperatif STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika?
Hal yang prinsip yang perlu dicamkan dalam perumusan masalah PTK
adalah bahwa masalah PTK tidak terfokus pada pertanyaa apakah
namun lebih pada pertanyaan bagaimana, karena PTK berorientasi
pada tindakan bukan hasil. Dengan memahami dan mendapatkan
bagaimana menerapkannya itu, maka masalah serupa dapat teratasi
dan bersifat spesifik sesuai karakteristik kelas atau siswa yang
dihadapi.
c) Tujuan Penelitian
Tujuan utama dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah
peningkatan mutu pembelajaran yang akan berujung pada
peningkatan mutu pendidikan. Oleh sebab itu tujuan penelitian ini
harus sesuai dengan rumusan masalah yang ada. Untuk itu tujuan
penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah di atas adalah :
i. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model kooperatif STAD
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika.
ii. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar matematika
melalui penerapan model kooperatif STAD.
d) Manfaat penelitian,
Hasil penelitian tindakan kelas tidak bisa digeneralisasi, maka manfaat
penelitian ini hanya ada manfaat praktis, tidak ada manfaat
teoritisyang pada umumnya hanya ditulis sebagai manfaat manfaat
penelitian. Diharapkan penelitian bermanfaat bagi siswa sebagai
21
subyek penelitian, bagi guru/teman sejawat sebagai acuan guru lain
dalam menulis penelitian, dan bagi lembaga dalam hal ini sekolah.
22
c) Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan mencerminkan dugaan sementara atau prediksi
perubahan yang akan terjadi pada subyek penelitian apabila dikenai
suatu tindakan. Hipotesis tindakan pada PTK umumnya dalam bentuk
kecenderungan atau keyakinan pada proses dan hasil belajar yang
akan muncul setelah suatu tindakan dilakukan. Hipotesis tindakan
berupa kalimat pernyataan yang seolah-olah menjawab rumusan
masalah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Co toh hipotesis ti daka : Melalui pe erapa odel kooperatif
learning tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar operasi hitung
be tuk aljabar .
23
Seting penelitian terdiri dari tiga komponen yaitu : (1) tempat
penelitian, (2) waktu penelitian, dan (3) subyek penelitian. Tempat
penelitian menyebutkan/ mendeskripsikan kelas dan satuan
pendidikan dimana penelitian dilakukan, waktu penelitian
menyebutkan mulai dan sampai bulan apa penelitian dilakukan, dan
subyek penelitian menyebutkan jumlah siswa yang menjadi
sasaran/subyek penelitian.
b) Prosedur Penelitian
Yang perlu dideskripsikan dalam prosedur penelitian adalah (1) jenis
dan model PTK, dan (2) siklus penelitian. Adapun penjelasannya adalah
sebagai berikut:
i. Jenis dan Model Penelitian
Jenis penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian tindakan kelas
partisipan yaitu peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian
sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa penyusunan
laporan. Misal model penelitian yang diambil adalah model Kurt
Lewin.
ii. Siklus Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa siklus setiap siklus
terdiri dari empat tahapan yaitu (1) Perencanaan (planning), (2)
Pelaksanaan (acting), (3) Pengamatan (observing), dan (4) refleksi
(reflecting). Adapun rincian keempat tahapan tersebut sebagai
berikut:
(1). Perencanaan (planning)
Perencanaan pada penelitian ini terdiri dari (1) rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) tiga kompetensi dasar (KD),
yaitu KD te ta g ……, KD te ta g …. Da KD te ta g, ( )
lembar kerja siswa (LKS), dan (3) instrumen tes, observasi
kegiatan belajar siswa dan instrumen observasi kegiatan
pembelajaran.
24
(2). Pelaksanaan (acting)
Penelitian dilaksanakan minimum tiga siklus dengan satu siklus
minimum tiga kali pertemuan, siklus pertama KD 1, siklus
kedua KD 2, siklus ketiga KD 3 dan seterusnya. Adapun
pelaksanaan proses pembelajaran menerapkan model
kooperatif learning tipe STAD dengan langkah-langkah sebagai
berikut: …………….
25
Pada bagian ini perlu dideskripsikan (1) instrument penelitian yang akan
dipakai untuk memperoleh data, dan (2) jenis data yang akan diperoleh,
berikut contoh instrument dan data penelitian.
i. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian terdiri dari (1) instrumen pengamatan proses
belajar siswa dengan skala penilaian (1-4), (2) instrumen pengamatan
kegiatan pembelajaran dengan skala penilaian (1-4), dan (3) intrumen
tes berupa tes pilihan ganda dan uraian dengan skala penilaian (1-100).
ii. Data Penelitian
Mengacu instrument penelitian di atas, maka data penelitian terdiri
dari (1) data kualitatif hasil pengamatan menggunakan instrumen (1)
dan (2) di atas, dengan ketentuan bahwa : 4 : sangat baik, 3 : baik, 2 :
cukup dan 1 : kurang dan (2) data kuantitatif hasil tes hasil belajar
siswa dengan skala penilaian (1-100).
26
Gambar 5. Teknik Analisis Data
e) Indikator Kinerja
Seperti telah diuraikan di depan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan penelitian yang pelaksanaannya terdiri dari beberapa
tahapan (siklus) disarankan minimum tiga siklus. Untuk menandai
berakhirnya siklus penelitian diperlukan adanya indikator kinerja.
Indikator kinerja ditetapkan peneliti sesuai dengan permasalahan yang
ingin diselesaikan/ditingkatkan, misalnya masalah yang ingin
diselesaikan dan ditingkatkan dalam penelitian adalah motivasi belajar,
maka indikator kinerja yang ditetapkan menunjukkan persentase
minimal yang yang ditunjukkan siswa setelah mengikuti pembelajaran.
Misalnya: indikator kinerja dalam penelitian ini adalah (1) keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran minimal 70 %, dan (2) jumlah
siswa yang mencapai KKM minimal 75 %.
f) Jadwal Penelitian
Berbeda dengan waktu penelitian yang hanya disebutkan rentang
waktu awal sampai akhir penelitian, maka jadwal penelitian
disebutkan secara rinci mulai minggu keberapa bulan apa mulai
menyusun proposal sampai akhir penyusunan laporan penelitian.
Contoh:
BULAN
D. Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hermawan, H. (2006). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: CV Citra
Praya.
LPMP NTB. (2012). Bahan Ajar Kompetensi Pedagogik. Mataram: Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan NTB.
Sumardi, dkk. 2016. Refleksi, PTK, dan Pengembangan Keprofesian Guru. Bahan
ajar diklat. Jakarta: Kemdikbud PPPPTK
Taniredja, T., Faridli, E. M., & Harmianto, S. (2011). Model-Model Pembelajaran
Inovatif. Bandung: Alfabeta.
28
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
GURU KELAS TK
BAB I
PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
HERMAN
RUSMAYADI
A. KOMPETENSI INTI
Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu.
B. KOMPETENSI DASAR
Menguasai konsep dasar matematika, sains, bahasa, pengetahuan sosial, agama, seni,
pendidikan jasmani, kesehatan dan gizi sebagai sarana pengembangan untuk setiap bidang
pengembangan anak TK/PAUD
C. MATERI AJAR
1. PEMBELAJARAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI
Mengajarkan matematika kepada anak usia dini sangat dimungkinkan bila pendidik
memiliki konsep dasar yang jelas dalam memahami dan mengimplementasikannya secara
bertahap dengan pendekatan kebiasaaan yang biasa dilakukan anak dalam kehidupan
kesehariannya. Pelajaran matematika harus dijadikan sesuatu yang menyenangan.
Menjadikan matematika sebagai bagian dari kehidupan merupakan langkah yang tepat.
Dengan mencintai matematika dapat membuat daya analisa anak kelak menjadi tajam.
Hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari terkadang tidak terlepas dari
matematika itu sendiri. Disadari atau tidak, sebenarnya kita sudah terbiasa dengan berbagai
angka dan perhitungan matematis, namun dengan pendekatan bahasa dan istilah yang
berbeda. Seperti misalnya hubungan antara benda satu dengan benda lainnya yang
mencerminkan adanya korelasi dan hubungan sebab akibat yang merupakan dasar dalam
pembelajaran matematika
Apa Itu Matematika
a. Pengertian Matematika
1) Matematika dapat dipahami sebagai suatu pembelajaran tentang pola dan hubungan.
Segala sesuatu yang ada dalam alam ini tidak terlepas dari pola - pola dan hubungan
yang merupakan konsep matematika.
1
2) Matematika merupakan cara berpikir. Orang yang memahami matematika akan terus
berlatih untuk berpikir analisis. Jika anak mendapatkan pelajaran matematika,
diharapkan kemampuan berpikir analisis di masa dewasa akan tajam dan terasah.
3) Matematika adalah terkait seni. Ketika anak belajar tentang bentuk - bentuk simetris
seperti (diamond, bujur sangkar), bunga - bunga dan lain - lain, anak sekaligus belajar
tentang seni dan juga matematika. Karena dengan menggunakan media seni, kita jga
belajar matematika. Dengan matematika, bisa menghasilkan karya seni.
4) Matematika adalah bahasa. Ketika seseorang berbahasa, maka ia menggunakan
matematika juga dalam konsep berbahasanya. Isi atau ungkapan dari bahasa adalah
hasil pemikiran matematika baik berupa bahasa verbal, non verbal ataupun bahasa
simbol.
5) Matematika merupakan alat. Sebagai alat, maka matematika menolong anak untuk
melakukan sesuatu dalam kehidupan sehari - hari.
Oleh karena itu matematika dapat dipahami sebagai :
a) Suatu pembelajaran tentang pola dan hubungan
b) Matematika merupakan cara berpikir analisis
c) Matematika adalah seni bentuk - bentuk simetris (diamond, bujur sangkar),
bunga-bunga, dll. Dengan menggunakan media seni, kita juga bisa belajar
matematika. Dengan matematika, bisa menghasilkan karya seni.
d) Matematika adalah bahasa bahasa digunakan untuk mengekspresikan isi pikiran,
baik bahasa verbal maupun bahasa simbol.
e) Matematika merupakan alat untuk mengevaluasi sesuatu (assessment).
b. Prinsip-prinsip Belajar Matematika
Dalam mempelajari matematika untuk anak usia dini, ada prinsip-prinsip yang perlu
diperhatikan oleh pendidik, yaitu :
1). Rencanakan pengalaman yang nyata sehingga anak dapat terlibat secara aktif.
2). Observasi anak agar memahami kebutuhan dan minatnya.
3). Berikan kesempatan anak belajar sesuai dengan tahapan mereka.
4). Pendidik sebagai fasilitator, bukan sekedar pemberi pengetahuan.
2
5). Beberapa area pengetahuan tidak dapat diajarkan tetapi harus dialami anak agar
anak bisa mempelajarinya.
6). Berikan anak permasalahan dan konflik untuk memunculkan kemampuan berpikir,
akomodasi dan adaptasi.
7). Merancang aktivitas yang sesuai dengan area perkembangan anak (sesuai ZPD).
8). Orang dewasa atau anak yang lebih pintar harus menolong anak agar dapat
menjembatani kesenjangan antara sesuatu yang telah dipelajari anak dan sesuatu
yang potensial yang bisa dimunculkan.
9). Membuat bermain menjadi kegiatan bermakna. Hubungkan matematika dengan
pengalaman sehari - hari.
10). Bertanyalah kepada anak hal - hal yang menarik.
11). Doronglah anak untuk dapat menjelaskan pikirannya melalui kata - kata, gambar,
tulisan dan symbol.
12). Dorong anak untuk berbicara, baik kepada guru maupun anak lain.
13). Pelajaran berurutan mulai dari enactive (konkrit) sampai pada simbolik.
14). Bangunlah pembelajaran matematika berdasarkan pembelajaran sebelumnya.
15). Gunakan model dan benda - benda manipulatif yang berbeda untuk membantu anak
mempelajari matematika
c. Konsep Dasar Matematika
Pemahaman terhadap matematika meliputi beberapa konsep dasar yang saling
berkaitan. Konsep-konsep dasar ini merupakan kerangka penting untuk membangun
pemahaman terhadap matematika secara lebih mendalam. Bagi anak usia dini konsep-konsep
matematika harus dijelaskan dengan cara yang konkrit dan adanya keterlibatan secara
langsung. Konsep-konsep dasar yang dapat diajarkan pada anak usia dini meliputi:
1) Mencocokkan (Matching)
a) Mencocokkan diartikan sebagai seperangkat (a set) benda-benda yang memiliki
konsep yang menyatu.
b) Dua kemungkinan untuk mendefiniskan seperangkat adalah :
(1) Memberi nama benda itu sesuai dengan perangkatnya
3
(2) Menyebutkan satu atau lebih benda-benda dari kumpulannya yang
memungkinkan kita untuk menentukan apakah benda tersebut menjadi anggota
atau tidak dari perangkat itu. Apakah ada hubungan antara benda itu dengan
benda lainnya.
c) Hampir semua benda dapat dikatakan seperangkat. Misalnya : sepasang sepatu,
seperangkat tas, sejumlah anak perempuan, dsb.
d) Istilah-istilah yang digunakan untuk seperangkat (a set):
(1) Set umum
(2) Anggota
(3) Set kosong
(4) Subset
(5) Set pelengkap
(6) Set irisan
e) Mencocokkan adalah pemahaman bahwa satu perangkat memiliki jumlah yang
sama dengan perangkat lainnya.
f) Set melibatkan hubungan 1 – 1.
Misalnya : 1 anak, 1 roti; 2 kaki, 2 sepatu
g) Merupakan komponen dasar dari angka.
h) Mencocokkan biasanya berhubungan dengan perbandingan seperti : lebih dari,
kurang dari atau sama dengan.
i) Di dalam proses Mencocokkan, anak memilih pengalaman- pengalaman yang
memiliki ciri yang sama atau tidak.
j) Ada 5 karakteristik dari atribut mencocokkan :
(1) Karakteristik persepsi
(2) Jumlah objek yang akan dipasangkan
(3) Nyata
(4) Secara fisik bergabung atau tidak bergabung.
(5) Ada kelompok dari jumlah yang sama atau tidak sama.
k) Bagaimana menilai kemampuan anak dalam mencocokkan
4
(1) Mengamati kegiatan yang dilakukan anak. Ct: bagaimana anak menggunakan
waktu untuk membariskan mainan dan meletakkannya bersama dalam bentuk
pasangan. Apakah anak melaporkan bahwa dia memerlukan beberapa mainan
lagi ?
(2) Menginterview/bertanya tentang kegiatannya. Ct: Mintalah anak bercerita
tentang benda-be da ya g berpasa ga itu. Berta ya Bagai a a ka u tahu
bahwa piringnya tidak cukup untuk beruang-berua g itu? , Apa ya g dapat
kamu lakukan untuk meyakinkan berua g bah a piri g ya ukup?
l) Kegiatan memasangkan
1) Beberapa property yang sama
(a) Memasangkan properti yang sama
5
3) Memasangkan gambar yang sama
4) Memasangkan pola
Susunan pola yang di sebelah kiri
merupakan contoh pola. Kantong
di bawahnya adalah tempat penyimpanan
lembar-lembar pola. Di sebelah kanan
berupa kotak-kotak (4x4), yang bisa
ditempelkan pola-pola yang cocok dengan pola-pola di sebelah kiri.
5) Memasangkan benda setengah
contoh : Menggunakan 2 batang stik
es krim dan digambar menyatu.
6) Memasangkan ju lah
6
8) Memasangkan arah
8
(c) Bimbing anak untuk meletakkan benda terbesar ke dalam simpai selanjutnya.
(d) Berta yalah ke bali kepada a ak, A bil be da ya g terbesar sela jut ya
da letakka di si pai berikut ya!
(e) Bimbing anak untuk meletakkan benda terbesar selanjutnya ke dalam simpai
berikutnya.
(f) Ulangi pertanyaan itu sampai semua benda diletakkan di simpai selanjutnya
dari yang paling besar sampai paling kecil.
(8) Biarkanlah anak-anak mendapatkan konsep seriasi lebih dulu sebelum
mengenalkan kata seperti besar, lebih besar, dan paling besar
(9) Tipe-tipe seriasi yang lain adalah :
(a) Dobel seriasi
(b) Bilangan ordinal
(c) Urutan bilangan
(d) Grafik
(10) Kegiatan membandingkan
(a) Urutan (b) Serupa tapi tak sama
3) Klasifikasi (Classification)
9
a) Klasifikasi adalah kegiatan meletakkan benda-benda ke dalam sebuah
kelompok/kelompok dengan cara memilah (sorting) benda-benda yang memiliki satu
atau lebih ciri yang sama atau menyerupai.
b) Memilah adalah kegiatan yang dilakukan anak pada saat melakukan pengelompokkan.
c) Memilah melibatkan pemecahan set (perangkat) ke dalam set-set baru yang cocok
dengan anak (penggabungan dan pengelompokkan)
d) Metode klasifikasi / pemilahan konvensional adalah dengan membagi set umum ke
dalam 2 kelompok – pertama : semua anggota benda yang digolongkan ke dalam
properties yang dipilih – kedua : semua anggota benda yang tidak tergolong property
yang dipilih.
e) Ketrampilan memasangkan adalah awal dari pemilahan. Memilah bukan hanya
hubungan 1 – 1 , tetapi melibatkan beberapa benda ke dalam 1 kelompok.
Misalnya ;
Pekerjaan : pemadam kebakaran
Benda terkait : helm, selang, mobil pemadam kebakaran, jas, tabung, dan lain-lain.
f) Memilah adalah ketrampilan dasar dari pola (patterning), grafik (graphing), bangun
(geometry) dan pengukuran (measurement).
g) Benda-benda bisa dipilah atau dikelompokkan bersama berdasarkan pada atribut-
atribut berikut :
(a) Warna; (b) Bentuk; (c) Ukuran (besar/kecil, tebal/tipis, dsb); (d) Bahan (kayu,
plastic, kertas, dsb); (d) Tekstur (halus/kasar, dsb); (e) Pola (bergaris, bulat-bulat, dsb);
(f) Fungsi (alat tulis, pertukangan, dsb); (g) Asosiasi (memasangkan tongkat/lilin,
susu/gelas, dsb); (h) Kelompok kelas (mamalia, buah-buahan, dsb); (i) Ciri umum
(memiliki handle, pegangan, dsb).
h) Contoh pemilahan sehari-hari :
(a) Memanggil nama seseorang; (b) Mengambil mangkok dari lemari; (c) Mengambil
uang logam dari dompet (d) Memberikan seseorang obeng.
i) Ketrampilan klasifikasi :
10
(a) Mengamati persamaan dan perbedaan; (b) Membuat order (urutan) dan hubungan
pada benda-benda /peristiwa-peristiwa yang tidak berkaitan; (c) Berpikir analitis; (d)
Berpikir kreatif; (e) Mengekspresikan pikiran.
j) Strategi pembelajaran dan kegiatan memilah :
(a) Ambil properti yang dapat diamati
(b) Perlu memandu anak dalam mendeskripsikan properti ketika awal kegiatan
memilah diperkenalkan.
Tanyalah pertanyaan-pertanyaan seperti berikut :
(1) Dapatkah ka u e eritaka te ta g be da i i ?
(2) Apa kesa aa dari be da-be da i i?
(3) Apa perbedaa dari kelo pok be da i i ?
(4) Apakah ada ara lai u tuk e ilah ya?
(c) Atur anak dalam kelompok kecil sesuai kemampuan bahasa mereka. Misalnya :
anak yang kemampuan berbahasanya tinggi dalam satu kelompok. Bagaimanapun
ketika anak lebih nyaman dalam menyampaikan pikirannya mereka dapat belajar
dari temannya dalam kelompok kecil itu.
(d) Ijinkan anak untuk berinisiatif dalam memberikan kriteria pemilahan.
(e) Mencari kemungkinan dari satu material daripada memilah bahan-bahan yang
berbeda dengan satu cara. Keuntungannya adalah :
(1) Anak didorong untuk berpikir kreatif
(2) Kesempatan anak untuk mengalami banyak kemungkinan yang benar.
k) Sasaran kegiatan pengelompokkan :
(a) Kesadaran terhadap mengorganisasi benda-benda dengan cara yang berbeda; (b).
Memungkinkan anak mengamati, mengidentifikasi dan mendeskripsikan; (c). Property
dari benda-benda atau properti umum dari semua benda di dalam satu set; (d). Mampu
memilih suatu properti dan menggunakannya secara konsisten untuk
mengelompokkan semua benda dalam 1 set; (e). Mengembangkan fleksibilitas
pemikiran dengan mendorong mengelompokkan kembali dari benda-benda yang
11
sama, setiap saat sesuai dengan properti yang berbeda; (f). Anak dapat menjelaskan
pengelompokkan mereka secara verbal.
l) Kegiatan bermain klasifikasi :
Keterampilan mencocokkan merupakan ketrampilan awal yang diperlukan agar anak
dapat memilah sesuatu yang lebih dari hubungan 1-1 karena banyak yang
diklasifikaiskan menjadi 1 kelompok. Ketika anak diperkenalkan dengan kancing
beraneka bentuk, warna, dan corak, anak tahu bagaimana memilah benda yang
beragam. Anak perlu belajar memilah dari benda yang sederhana kemudian ke
kompleks. Anak yang bisa melakukan pemilahan dengan baik akan lebih mudah dalam
berpikir. Dalam memilah dibutuhkan ketrampilan berfikir dan analisis serta fleksibilitas
dalam berpikir.Ketika anak menghadapi masalah maka ia akan memiliki
kelenturan/fleksibel sehingga lebih mudah menghadapi segala sesuatu.
Level Pemilahan
(1) Usia 3-4 tahun
Level 1 : pemilahan sederhana ke dalam
2 kelompok atau lebih.
(a) Warna
(b) Bentuk
(c) Ukuran
(d) Tipe/jenis
Level 2 : pemilahan berdasarkan pemberian
label pada 2 kelompok atau lebih.
(a) Besar/kecil
(b) Kasar/halus
(c) Keras/lunak
(d) Tinggi/rendah
Level 3 : pemilahan benda-benda yang tidak
menjadi milik satu kelompok.
(2) Usia 4-6 tahun
Level 1 : memilah benda-benda lebih dari 2
kelompok
(a) Memilah melalui atribut fisik
(b) Memilah berdasarkan pengetahuan misalnya nama kelompok,
bahan-bahan, asosiasi, fungsi, dsb.
Level 2 : memilah ke dalam 2 kelompok menggunakan kategori yang berbeda.
Level 3 : memilah set yang tumpang tindih dan membuat matrik.
12
4) Geometri : Bentuk (Shape) dan Ruang (Space)
Geometri merupakan pembelajaran tentang bentuk-bentuk dan hubungan spasial. Ini
memberikan kepada anak satu kesempatan yang terbaik untuk menghubungan matematika
dengan dunia nyata.
a) Spasial sense
Spasial sense merupakan perasaan intuitif terhadap sekeliling anak dan benda-benda
yang ada di dalamnya.
(1) Pengetahuan fisik yang pertama anak tentang ruang
(a) Menggapai mainan gantungan; (b) Memasukkan bola-bola ke dalam suatu
wadah sampai tidak ada bola lagi yang dapat masuk ke dalamnya; (c) Memandang
ibunya dari sudut yang berbeda, dari depan, samping, dan sebagainya;
(2) Spasial sense merupakan alat yang utama untuk pemikiran matematis. Untuk
mengembangkan spasial sense, anak harus memiliki banyak pengalaman yang
berfokus pada hubungan-hubungan geometri; arah, orientasi, sudut pandang
benda dalam ruang, bentuk-bentuk dan ukuran relative suatu benda dan
bagaimana perubahan dalam bentuk berhubungan dengan perubahan dalam
ukuran.
(3) Spasial sense berguna dalam :
(a) Menulis angka dan huruf; (b) Membaca table tentang suatu informasi; (c)
Mengikuti instruksi; (d) Membuat diagram; (e) Membaca peta; (e) Memvisualisasi
benda yang digambarkan secara verbal
b) Pengalaman spasial
Untuk mengembangkan kemampuan spasial, anak perlu mengetahui 4 konsep
topologi: (1) Proximitas: posisi, arah, jarak; (2) Separasi: sebagian dan seluruhnya,
batas; (3) Order: yang pertama sampai yang terakhir; (4) Enclosure: di dalam/di luar,
figure/dasar, batas
13
c) Bentuk
Bentuk merupakan pembelajaran tentang figure yang sudah tetap, property dan
hubungannya dengan yang lain. Suatu bentuk merupakan kelengkapan luar dari suatu
obyek yang membedakan antara sesuatu yang di dalam obyek dan di luar yang bukan
menjadi milik obyek itu.
Perubahan geometri terjadi dalam : (1). Topologi (lembar geometri karet,) berkaitan
dengan mengendur dan menyusut, misalnya : balon, roti yang mengembang; (2).
Proyeksi (geomteri bayangan), berkaitan dengan perubahan bentuk dan ukuran
melalui perubahan dalam sudut pandang, misalnya : sudut pandang yang berbeda
terhadap kotak cereal; (3). Euclidean (luncuran geometri, terbalik dan berputar),
berkaitan dengan perubahan orientasi dan lokasi ketika sesuatu terbalik atau berputar,
misalnya : dari 4 stick es krim, bisa dibentuk beberapa bentuk berbeda.
d) Pengalaman geometri
(1) Galilah obyek-obyek 3 dimensi melalui identifikasi, memasangkan, dan memilah ;
(2) Menghubungkan obyek-obyek 3 dimensi ke dalam bentuk-bentuk 2 dimensi; (3)
Menggali, mengidentifikasi, menciptakan dan menggambar bentuk-bentuk
(memfokuskan pada bentuk-bentuk yang berbeda dari bentuk-bentuk yang
sama/different forms of the same shapes); (5) Mengidentifikasi, menciptakan dan
menarik garis/paths (a) garis lurus, (b) garis lengkung, (c) garis bersudut, (d) garis
lengkung terbuka, (e) garis bersudut terbuka, (f) garis lengkung tertutup, (g) garis
bersudut tertutup; (6) Menggabungkan bentuk (tessellation) dengan menggunakan
tanggram; (7) Sub-pembagian bentuk (sebagian/seutuhnya, pecahan); (8) Mengubah
bentuk; (9) Papan geometri; (10) Gerakan geometri; (11) Simetri Simetri lipat &
simetri putar; (12) Bentuk 2 dimensi menuju ke 3 dimensi.
e) Permainan dan aktivitas
(1) Geometri tali;
(2). Tangram;
(3). Permainan bentuk dengan bilangan kesukaan.
14
Anak menyebutkan bilangan kesukaan, kemudian membentuk suatu bangunan khusus
dengan jumlah bilangan tersebut.
Misalnya :
(1) A menyebutkan nomor kesukaannya 7, maka ia dapat mengambil benda (misalnya
kubus tipis) dan membentuknya beraneka bentuk yang penting setiap bentuk
jumlahnya 7.
(2) B menyebutkan nomor kesukaan 5, maka dapat membentuk aneka formasi dengan
batang korek api. Setiap formasi jumlahnya 5.
(3) Demikian seterusnya dengan C, D, dst dengan benda-benda yang dipakai untuk
membangun lebih beragam misalnya: stick es krim, tangram, binatang-binatang
kecil, dsb
Setelah itu setiap peserta harus memilih 1 design yang paling disukai, dan ditata
di kelas.
Dari desain-desain yang ada, anak telah belajar tentang pola dan grafik.
Guru bisa bertanya misalnya :
Design angka berapa yang paling banyak
penggemarnya ?
Design angka berapa yang paling sedikit
penggemarnya ?
Design angka berapa yang ada 5 ?
Perhatikan design angka 4 dan 5 !
Design angka 5 lebih banyak berapa
buah dibandingkan jumlah design angka 4 ?
15
Guru menunjukkan suatu design yang berjumlah 7 terdiri dari 3 kubus kuning
dan 4 kubus merah, dengan posisi ada yang mendatar dan tegak, guru bisa
bertanya :
Lihatlah desain ini!
Desain ini terdiri dari berapa warna ?
Warna kuning berjumlah berapa ?
Warna merah berjumlah berapa ?
Bisakah kamu menyebutkan bahwa 7 merupakan penjumlahan dari
bilangan berapa ?
Berapa jumlah kubus yang posisinya tegak ?
Berapa jumlah kubus yang posisinya melintang/mendatar ?
Dsb
5) Pola (Patterning)
Matematika digambarkan sebagai pembelajaran tentang pola. Ini menyentuh semua
topik-topik matematika. Belajar tentang pola akan mendukung anak dalam hal melihat
hubungan, menemukan koneksi, membuat generalisasi dan meramalkan.
16
a) Media pola
Banyak media yang dapat digunakan untuk menciptakan dan menggali pola : (1). Pola fisik
– tubuh anak, misalnya : pola aksi, pola posisi, kata-kata lucu, langkah menari, lagu-lagu,
sajak (rhyme); (2). Pola-pola obyek – dibeli atau dari barang bekas, barang-barang berpola
dapat menggunakan barang tak terpakai (limbah) ataupun membeli, misal: Barang limbah
: etiket roti, tusuk gigi, kulit spageti, kerang, kunci bekas, Barang-barang umum : sendok,
garpu, pisau plastic, sepatu, alat-alat music, Pensil/krayon/spidol/penghapus; (3). Pola-
pola bergambar missal: kertas kado, perangko, pola-pola kalender; (4). Pola-pola simbolik:
nomor/bilangan, misalnya kartu angka 1-100, dsb., bbjat, mis : pola-pola nama TINA TINA
TINA, Tanda-tanda, misalnya *0*0*0*
b) Pola di lingkungan
Banyak dijumpai di sekitar anak dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya : lampu merah – kuning – hijau, bunga-bunga, pola bergaris, dsb.
c) Pola di alam
Musim (kemarau dan penghujan), siang dan malam, daur hidup binatang dan manusia,
sayuran dan buah-buahan merupakan pola yang ada di alam yang perlu dikenali anak.
d) Tipe-tipe pola
Pola ada bermacam-macam, yaitu :
(1). Pola berulang; Mulai dengan pola AB, kemudian dilanjutkan ke pola AAB atau ABB,
ABC, dsb.; (2). Pola bertumbuh, misalnya AB, ABB, ABBB, ABBBB, dsb.; (2). Pola
berhubungan, misalnya : Satu anak 2 mata, dua anak 4 mata, tiga anak 6 mata, dsb.;
e) Bagaimana mengajar anak usia dini tentang pola ?
Berikut ini beberapa langkah untuk membantu anak usia dini memahami pola :
(1) Mengenali dan mengalami pola. Mulailah dengan pola sederhana AB. Misalnya : buku,
kuku, duku, suku; (2) Mengenali dan mengalami pola menggunakan media lain; (3)
Mengajak anak melukiskan dan berbicara tentang pola. Terangkan mengenai observasi
yang baik; (3) Memperluas dan menghasilkan kembali pola, misalnya : menggunakan kartu
berpola; (4) Menciptakan pola dengan variasi yang berbeda dari berbagai media, Misalnya
: pola gambar atau obyek atau fisik; (5) Menterjemahkan pola dari satu media ke media
17
lain, Misalnya : fruit kebab (dari stereoform) ke gambar fruit kebab; (6) Mengisi pola yang
hilang dari suatu rangkaian; (7) Anak harus mulai dengan pola dari tubuh mereka yang
lebih konkrit dan kemudian berpindah ke pola obyek yang diikuti oleh pola gambar dan
simbolik; (8) Fokus pada anak usia 4-5 tahun – mengulang peristiwa dan desain; (9) Anak
usia 4-6 tahun dapat mengalami pola perluasan berikut sesuai dengan usia mereka,
misalnya: menghitung (4-6 tahun), bilangan genap dan bilangan ganjil ( 6 tahun),
pengelompokkan / perkalian (5 & 6 tahun), pola bertumbuh (5 & 6 tahun), pola dalam
simetri (5 & 6 tahun), pola sekeliling (6 tahun), pola di alam (6 tahun)
f) Pertanyaan untuk anak.
Beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan adalah :
(1) Apa yang kamu lihat ?; (2) Apa selanjutnya?; (3) Apakah ada yang melihat / tahu cara
lain?; (4) Berapa cara yang dapat kamu gunakan untuk menciptakan pola AB menggunakan
tusuk roti hijau dan biru?; (5) Ceritakan tentang pola yang kamu buat!; (6) Seperti apa pola
itu ; (7) Bagaimana pola-pola ini berbeda?
6) Urutan baku (Number Sense)
Number sense mencakup suatu pemahaman yang kaya tentang hubungan bilangan.
Meskipun menghitung adalah alat yang lebih dulu digunakan untuk memahami bilangan,
namun tidak boleh hanya menekankan itu saja.
Anak perlu diberikan kesempatan untuk memahami bilangan dalam 7 hubungan: (a)
Lebih atau kurang (more or less); (b) Menghitung/kardinalitas (counting/cardinality); (c) Lebih,
lebih 2, kurang 1, kurang 2; (d) Spasial, (e) Benchmark 5 dan 10; (f) Bilangan relatif (relative
sense); (g) Part-part whole/ number bond
(1) Sifat bilangan
Di dalam proses menghitung, anak sering melakukan beberapa kesalahan seperti :
a). Lompat urutan (skip sequence) 1,2,3,5,7,10
b). Lompat hitungan (skip counting) o o o o o
1 2 3 4
c). Menghitung dobel (double counting) 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7
18
Menurut Piaget, bilangan merupakan sintesis 2 jenis hubungan yang diciptakan anak
antara benda-benda (melalui abstraksi reflektif).
a). Order : kemampuan mengurutkan benda secara mental sehingga setiap benda
dihitung tanpa pengaturan spasial.
b). Inklusi hirarki (hierarchical inclusion) : kemampuan memasukkan semua benda
secara mental ke dalam suatu hubungan seperti saat benda dihitung maka
benda itu tergolong benda yang telah dihitung. Misalnya : satu di dalam dua,
dua di dalam tiga, tiga di dalam empat, dsb.
Untuk menghitung dengan benar, anak perlu memperhatikan 3 aturan berikut:
a). Stable order rule : menghitung kata-kata untuk diingat dalam order tertentu.
b). One – to – one rule : anak dapat menghitung satu kata untuk satu benda
c). Abtsraction rule : kumpulan benda apa saja dapat dihitung
Perkembangan dari konsep bilangan dimulai ketika anak mengamati :
a) Aturan kardinalitas (cardinality rule)
b) Bilangan yang dihitung terakhir menunjukkan jumlah bilangan.
c) Aturan urutan tidak berhubungan (order irrelevance rule)
d) Kemampuan menghitung sejumlah benda dalam urutan apapun dan
mendapatkan hasil yang sama.
(2) Proses membangun number sense
Menurut Piaget ada 2 cara mengajarkan berhitung pada anak.
a) Count in sequence : b) Count in sets of number
1 2 3 4 5 6
Cara ke 2 lebih mudah dipahami anak, karena dua adalah 1 lebih 1. Tiga adalah 2 lebih
1. Empat artinya 3 lebih 1. Lima artinya 4 lebih 1, dan seterusnya.
19
Jadi pada awalnya ajarkan anak menghitung secara berurutan, misalnya diri kiri ke
kanan, atau dari atas ke bawah. Setelah itu baru diajarkan dengan cara acak, yang
memiliki kesulitan lebih tinggi. Anak perlu menguasai arah (direction) dengan baik.
Mana yang lebih banyak ? Anak akan cenderung menyebutkan bahwa benda yang
diletakkan berjauhan lebih banyak, sedangkan benda yang diletakkan berdekatan akan
dikatakan lebih sedikit.
20
(3) Implikasi mengajar number sense secara bermakna
Dalam mengerjakan tugas-tugas, anak akan belajar tentang :
(a) Macam-macam pengalaman sensorial seperti meraba, melihat, mendengarkan,
bergerak, dll.; (b) Anak belajar mengulang-ulang berbagai pengalaman; (c)
Pembelajaran mulai paling sederhana sampai ke yang lebih rumit; (d)
Pembelajaran dimulai dari yang konkret sampai ke abstrak yang melalui tahap-
tahap :
(1) konsep (concept)
(2) menghubungkan (connecting)
(3) simbolik (symbolic)
(4) Bagaimana mengajar penulisan bilangan ?
(a) Pra-syarat : anak perlu mengenali symbol lebih dulu; (b) Proses : pengenalan
symbol – penulisan symbol – operasi symbol; (c) Mengajarkan pola dan bentuk dari
bilangan-bilangan; (d) Jangan mengajarkan konsep matematika (misalnya :
menghitung, hubungan 1-1) sementara mengajarkan menulis karena belajar
menulis bukan termasuk ketrampilan matematika; (f) Anak dapat berlatih menulis
dengan: (1) menulis di udara; (2) menulis di telapak tangan; (3) menulis di punggung
teman; (4) menulis di kertas/papan; (5) menyambung titik titik (dot to dot); (6)
number templates
(5) Media bermain :
a). Bilangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ditulis dengan 2 warna, misalnya ungu dan hijau.
Setiap anak ketika menuliskan angka tersebut di udara sambil mengatakan
ungu, hijau (berdasarkan tarikan gerakan menulis)
Anak sering menuliskan bilangan terbalik-balik. Ini disebabkan anak masih
kebingungan tentang arah. Karena itu perlu bantuan pengenalan bilangan
menggunakan dua macam warna.
b). Dengan menggunakan Work Math, bisa diletakkan angka 5. Anak diminta
meletakkan benda-benda kecil yang berjumlah dan berwarna tertentu
berdasarkan pengelompokkan warna.
21
c). Estimasi
Anak perlu berpikir tentang jumlah. Tidak semua anak yang bisa menghitung
bisa mengetahui sejumlah benda, bisa mengucapkannya, tetapi mereka tidak
mengetahui makna dari kata-kata tersebut sebagai suatu jumlah.
Karena itu perlu diajarkan menghitung dengan cara berikut :
d) Estimasi jumlah
e) Konsep : more or less
Level 1.
Ada dadu yang bertuliskan more dan less.
Sejumlah kubus plastik tipis dibagikan kepada 2 anak.
Mereka secara bergantian meletakkannya di kotak barisan 2 lajur.
Untuk pertama kali masing-masing meletakkan jumlah kubus terserah.
Ketika dadu dilemparkan, jika ya g u ul tulisa less , aka kubus ya g
lebih sedikit mendapatkan semua kubus dari pasangan mainnya.
Level 2 :
Dadu bertuliska ore , ore , less
22
A ak ele parka dadu, jika e dapatka ore , aka ia berhak
menambah dengan 2 dadu lagi. Jika e dapatka less , aka dadu ya
harus diambil 1.
(b) Nona mempunyai 4 boneka. Berapa jumlah boneka yang diperlukan supaya
bo eka No a e jadi ? + …… =
(c) Dimas mempunyai beberapa kelereng. Bima memberinya 4.
23
Sekarang kelereng Dimas jadi 7. Berapa jumlah kelereng Dimas mula- ula ? ….. +
4=7
(2) Memisahkan – unsur-unsur dihilangkan
(a) Dinda mempunyai 5 permen. Dia memberikan ke Nia 2. Tinggal berapa permen
Dinda ? 5 – = ………
(b) Bagas mempunyai 6 mobil-mobilan. Diberikan kepada adiknya 2. Tinggal berapa
mobil-mobilan Bagas ? 6 – = …..
(c) Dewa mempunyai sejumlah kue. Diberikan Iwan 4, sekarang kue Dewa tinggal 1.
Berapa jumlah kue Dewa mula- ula ? ….. – 4 = 1
(3) Part-part whole – hubungan antara set dan subset
(a) Ninik mempunyai 4 apel merah dan 2 apel hijau. Berapa jumlah apel Ninik
semuanya ?
(b) Devi mempunyai 8 pita. 5 pita berwarna biru dan sisanya kuning. Berapa jumlah
pita ku i g Devi? + ….. = 8
(4) Membandingkan – membandingkan antara 2 set yang terpisah
(a) Evi mempunyai 2 es krim. Arya mempunyai 5 es krim.
Berapakah es krim lagi agar jumlahnya sama dengan es krim Arya ? 5 – = ……
(b) Tom mempunyai 4 buku cerita. Tim mempunyai 2 buku cerita lebih banyak
daripada Tom. Berapa jumlah buku cerita Tim ?
24
membutuhkan stimulasi melalui alat-alat indera (sebagai reseptor-reseptor otak diseluruh
bagian tubuh). Perkembangan otak manusia dapat terbagi dalam 4 tahapan berdasarkan usia
yaitu : 0 - 4 tahun mencapai 50 %; 4 - 8 tahun, mencapai 80 %; 8 - 18 tahun
mendekati 100%.
a. Konsep dasar Pembelajaran Sains Anak usia Dini
1) Pengertian Sains
“ai s didefi isika dala ebster e ollegiate di tio ary yak i pe getahua ya g
diperoleh elalui pe belajara da pe buktia atau pe getahua ya g eli gkupi suatu
kebenaran umum dari hukum - hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan
melalui metode ilmiah. Sains dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan
pengetahuan yang dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk
menggambarkan dan menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi di alam.
Manusia mengetahui banyak hal di muka bumi ini baik melalui penangkapan indera
maupun hasil olah pikir. Kumpulan hal-hal yang diketahui tersebut dinamakan pengetahuan.
Sedangkan Ilmu Pengetahuan adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan
logis dengan mempergunakan metode-metode tertentu.
Berdasarkan definisi di atas sudah menimbulkan kesan rumit atau sulit dalam
memahami dan mempelajari ilmu pengetahuan atau sains. Oleh karena itu tidak heran jika
timbul mitos di masyarakat bahwa sains hanya dapat dipahami dan dimengerti oleh
sekelompok orang dengan melakukan serangkaian penelitian. Istilah penelitian itu sendiri
sudah menimbulkan kerumitan. Seolah-olah penelitian itu hanya dapat dilakukan oleh para
pakar, para ilmuan dan mereka-mereka yang kesehariannya disesaki oleh referensi-referensi
ilmiah. Padahal setiap orang dan pada semua tingkatan usia dapat melakukan penelitian tanpa
ia sadari bahwa ia telah melakukan penelitian. Penelitian secara sederhana dapat dilakukan
ha ya de ga bera gkat dari suatu perta yaa , Me gapa? da berusaha e ari ja aba
baik dari diri sendiri maupun dari sumber lain yang lebih mengetahui. Bagi seorang siswa,
penelitian dapat dimulai ketika ia mulai bertanya kepada gurunya, bertanya kepada orang
tuanya, atau bahkan bertanya kepada teman-teman sebaya yang telah bersentuhan langsung
dengan obyek yang dipertanyakan. Science is built up of facts as a house of stones, but a
25
collection of fact is no more a science than a pile of stones is a house (Henry Poincare, La Science
et l’Hypothese, ). The goal of edu atio is to produ e i depe de tly thi ki g a d a ti g
individuals (Albert Einstein).
Sains adalah kerangka pengetahuan. Pembelajaran sains itu penting karena: (1) Sains
adalah bagian penting dari budaya manusia, yang mempunyai nilai tertinggi dari kapasitas
berpikir manusia; (2) Adanya laboratorium yang ditindaklanjuti dengan penelitian dapat
digunakan untuk mengembangkan bahasa, logika, serta kemampuan memecahkan masalah
dalam kelas; (3) Untuk jangka waktu panjang, dapat diciptakan saintis-saintis muda; (4) Negara
sangat tergantung kepada kemampuan teknis dan saintifik dari masyarakatnya untuk
persaingan ekonomi global serta keperluan nasional.
Ada 3 area sains yang diajarkan dalam kurikulum, yaitu:
(1) Sains kehidupan: Biologi (tubuh manusia), Zoologi (hewan), Botani (tumbuhan
(2) Sains bumi, meliputi: Geologi (kulit keras bumi), astronomi (langit, musim, luar
angkasa)
(3) Fisika: ilmu kimia (benda padat dan cair), ilmu fisika (keseimbangan dan gerakan)
26
positif. Seorang anak yang tidak siap atau ragu-ragu karena alas an apapun juga
akan kurang kemauannya untuk berinteraksi dengan orang dan hal-hal yang
berhubun- gan dengan sains.
(2) Sikap bukan pembawaan dari lahir atau bakat. Ahli kejiwaan berpendapat bahwa
sikap itu dipelajari dan disusun lewat pengalaman selagi anak-anak berkembang
(Halloran, 1970; Oskamp,1977), sikap seorang anak dapat berubah melalui
pengalaman. Guru dan orangtua mempunyai pengaruh terbesar atas sikap sains
(George & Kaplan, 1998)
(3) Sikap adalah hasil Yang dinamis dari pengalaman yang bertindak sebagai factor
pengaruh ketika anak memasuki pengalaman-pengalaman baru. Akibatnya sikap
membawa suatu emosional dan intelektual, yang keduanya mengarah kepada
pembentukan keputusan dan membentuk evaluasi. Keputusan dan evaluasi ini
dapat menyebabkan seorang anak menetapkan prioritas dan memegang pilihan-
pilihan yang berbeda.
Selain pembentukan sikap, pembelajaran sains yang produktif juga dapat
mengembangkan tiga aspek penting lainnya yakni : (1) Pengembangan dari sikap anak-anak;
(2) Pengembangan dari pemikiran anak dan ketrampilan kinestetik (motorik kasar, halus serta
koordinasi mata dan tangan, demikian juga dengan pelatihan, perasaan); (3) Pengembangan
ilmu pengetahuan yang diban- gun dari pengalaman di dalam setting yang alami.
Tabel 1. Sikap mental dari saintis muda (Martin, Sexton, Franklin & Gerlovich, 2005)
EMOSIONAL INTELEKTUAL
Dari keingintahuan yang besar Dari pengalaman pembelajaran yang positip
anak-anak untuk belajar dan pada anak-anak, kita dapat mengembangkan
memperoleh pengalaman mereka:
baru, kita dapat meningkatkan
mereka untuk membangun:
Rasa ingintahu yang besar Ada keinginan untuk mencari sumber Informasi
Ketekunan Ada ketidakpercayaan; keinginan untuk menunjukkan
atau untuk mempunyai nilai alternatif dari bukti yang
digambarkan
27
Pendekatan positif terhadap Mengabaikan generalisasi secara luas ketika ada
kesalahan keterbatasan bukti
Pikiran yang terbuka Mempunyai toleransi terhadap opini lain, penjelasan
atau nilai yang digambarkan
Bekerjasama dengan yang lain Mempunyai keinginan untuk menahan keputusan
sampai semua bukti atau informasi ditemukan dan
diujikan
Menolak untuk mempercayai dalam superstition atau
menerima klaim tanpa bukti
Terbuka terhadap perubahan pemikiran mereka ketika
bukti-bukti terhadap perubahan telah diberikan terbuka
terhadap pertanyaan mengenai ide mereka.
28
yang tersedia saat ini tidak menyediakan bahan-bahan penelitian yang dibutuhkan olch
seorang guru. Seorang guru harus mampu mengevaluasi setiap pengetahuan anak-anak dan
konseptual serta perkembangan skill/kemahiran, sebaik tingkat metakognisi anak-anak
mengenai pengetahuannya, kemahiran dan konsep, juga menyediakan lingkungan
pembelajaran anak-anak dimana setiap anak dapat bergerak mengembangkan dalam semua
aspek. Pertanyaan kunci untuk instruksi ini adalah bagaimana mengadaptasi tujuan
instruktusional ke pengetahuan yang telah ada dan kemahiran dari murid, sebaik bagaimana
memilih teknik instruktusional sehingga akan lebih efektif.
Tabel 2. Bagan Kemahiran Proses Sains (Martin, Sexton, Franklin & Gerlovich, 2005)
Kemahiran Dasar Pra Taman Kanak-kanak Taman Kanak-kanak
Observasi X X
Klasifikasi X X
Komuniaksi X X
Pengukuran X X
Estimasi X X
Prediksi X X
Kesimpulan X
29
3) Pembelajaran sains secara alami
Pembelajaran sains terhadap anak-anak yang terbaik adalah ketika mereka termotivasi. Oleh
karena itulah maka pemberian pembelajaran harus menarik, menyenangkan, menantang,
melalui interaksi dengan lingkungan, dilakukan bersama antara yang seusia dengan dewasa,
dengan menggunakan benda konkrit.
Adapun pembelajaran ini dapat dilakukan melalui penyelidikan untuk melihat: pola,
perhubungan, proses, dan masalah. Pembelajaran sains juga dapat mengembangkan bahasa.
Pembelajaran sains dilaksanakan secara kooperatif. Adapun prinsip dan teknik digunakan
untuk membantu murid bekerjasama lebih efektif. Kerjasama adalah sesuatu yang bernilai, hal
ini dimaksudkan agar anak-anak dapat melihat kerjasama mempunyaitujuan yang kuat,
melihat teman sebagai teman berkolaborasi yang potensial, dan untuk memilih kerjasama
sebagai kemungkinan pilihan yang layak untuk berkompetisi dan pekerjaan individual.
Adapun prinsip pembelajaran sains adalah kooperatif, yakni : (1). Adanya keterkaitan
yang positif; (2).Sebagai individu yang dapat diperhitungkan; (3). Adanya interaksi yang
simultan; (4). Adanya partisipasi yang setara. Pada pembelajaran secara berkelompok, anak-
anak diharapkan dapat bekerjasama dengan cara berdiskusi antar teman sebelum akhirnya
ditanyakan kepada guru. Anak- anak berdiskusi tentang prosedur maupun kandungan isinya.
Selain berdiskusi dengan satu kelompok mereka juga dirangsang untuk berdiskusi antar
kelompok sebelum bertanyan pada gurunya. Apabila satu kelompok dapat mengerjakan tugas
dengan cepat maka dapat membantu kelompok lain yang belum selesai.
Tujuan dari pembelajaran sains pada anak usia dini adalah (1) Mempersiapkan anak-
anak dengan pengalaman yang dapat membantu mereka menjadi terpelajar secara saintifik;
(2) Membimbing anak-anak saat mereka mempelajari kandungan arti dan membangun indera
berdasarkan pengalaman oleh pemahaman terfokus dengan menggunakan ide sains,
kemahiran, dan sikap mental; (3) Berbagi tanggungjawab dengan anak-anak terhadap apa yang
mereka pelajari; (4) Mengadaptasi kurikulum, mengatur waktu dan mengatur praktek,
termasuk untuk tema pelajaran yang mengambil waktu beberapa hari atau minggu; (5)
Menguji kemajuan dalam berbagai cara untuk mengelompokkan mana yang anak-anak ketahui
dan dapat lakukan.
30
4) Kegiatan Pembelajaran Sains untuk anak usia dini
a) Meniup Air Berwarna
Experimen
(1) Sediakan air, sabun cair, pewarna, sedotan, kertas gambar, gelas plastik bekas air
mineral.
b) Membuat gelembung
Eksperimen
(1) Masukkan sabun cair ke dalam wadah.
31
(2) Tambahkan pewarna yang kita inginkan.
(3) Tambahkan air secukupnya.
(4) Tambahkan tepung jagung (maizena) kira 2 sendok makan dan gliseryn kemudian
aduk jadi satu sampai rata.
(5) Cedok dengan tangan kanan menggenggam, kemudian tiuplah dari lubang tangan
kanan kita yang menggenggam, maka akan ke luar gelembung seperti balon
(bubbles). Tahan dengan tangan kita sebelah kiri. Tiup terus perlahan-lahan sampai
balon (bubbles) menggelembung maksimal. Lepaskan tiupan kita dan amatilah
bubles tersebut.
Pertanyaan
(1) Apa yang terjadi ketika bubles diletakkan di tangan kita yang basah ?
(2) Bagaimana jika tangan kita kering, apa yang terjadi terhadap bubles itu ?
(3) Berapa lama bubles bisa bertahan di tangan tanpa pecah ?
c) Melukis dengan Air dan Cat
Experimen
(1) Sediakan wadah, air, cat, minyak, kuas, kertas putih
(2) Isi wadah dengan air.
(3) Campur cat lukis dengan minyak sedikit,
aduk dengan kuas
(4) Masukkan cat tersebut ke dalam air.
(5) Usap permukaan air dengan kertas.
Pertanyaan
(1) Bagaimana posisi cat ketika dimasukkan ke dalam air ?
(2) Apa yang terjadi pada lukisan jika minyak terlalu banyak ?
32
(2) Isi gelas plastik dengan air sampai penuh.
(3) Masukkan es batu ke dalam gelas berisi air tersebut.
Pertanyaan
(1) Apakah air dalam gelas itu tumpah ketika diberi es batu ?
(2) Mengapa demikian ?
e) Benang Mengangkat Es Batu
Experimen
(1) Sediakan sebongkah kecil es batu, garam
sedikit, benang kasur.
(2) Taburi es batu dengan garam sedikit pada
permukaan atas.
(3) Tarik permukaan es batu yang telah diberi garam dengan tali.
Pertanyaan
(1) Apa yang terjadi ketika tali ditempelkan pada pemukaan es batu ?
(2) Mengapa tali bisa mengangkat es batu ?
(3) Mana yang lebih dingin : es batu saja atau es batu yang diberi garam ?
f) Membuat Mentega
Experimen
(1) Sediakan susu cream cair berbagai jenis , cangkir plastik yang ada tutupnya.
(2) Masukkan masing-masing susu cair ke dalam gelas plastik kira-kira ¼ tinggi gelas.
Jika susu terlalu banyak, maka waktu yang diperlukan untuk mengocok akan
semakin lama.
(3) Tutup gelas plastik dengan rapat.
(4) Kocok-kocok sampai susu menjadi mengkristal
(5) Pisahkan cairan susu dengan kristal/gumpalan yang diperoleh dari hasil kocokan
tersebut. Gumpalan tersebut disebut mentega
Pertanyaan
(1) Perubahan apa yang terjadi setelah susu dikocok-kocok ?
(2) Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengkristalkan cairan susu tersebut ?
33
(3) Apa perbedaan dari mentega yang terbuat dari susu cream cair yang berbeda-
beda ?
h) Membuat Es Krim
Experimen.
34
(1) Sediakan susu cair berbagai rasa, kantong plastik kecil, kantong plastik besar,
garam, es batu, tali.
(2) Masukkan susu cair ke dalam kantong plastik. Boleh rasa vanila, coklat atau
campuran keduanya.
(3) Keluarkan udaranya sebelum kantong plastik diikat rapat dengan karet/tali.
(4) Ambil kantong plastik yang lebih besar dan isi dengan es batu.
(5) Taburi es batu dengan garam yang banyak.
(6) Masukkan plastik susu ke dalam plastik es. Plastik es harus berada di tengah-tengah
es batu.
(7) Kocok-kocok sampai susu cair di dalam plastik mengalami perubahan menjadi
membeku seperti es krim. Jika kedinginan, bungkuslah plastik dengan handuk.
Pertanyaan
(1) Apa yang menyebabkan cairan susu menjadi mengental ?
(2) Apa pengaruh garam pada proses pembuatan es krim ?
(3) Mengapa ada es krim yang rasanya asin tetapi ada yang rasanya tawar seperti
susunya ?
35
Experimen
(1) Sediakan wadah plastik, air, plastisin, gelas plastik
(2) Masukkan plastisin ke dalam air kemudian letakkan gelas plastik yang juga berisi air
di atas plastisin itu. Usahakan agar plastisin tidak tenggelam.
Pertanyaan
Bagaimana caranya agar plastisin tidak tenggelam sekalipun membawa beban ?
36
Pendidik juga perlu mengucapkan kalimat dengan bahasa yang benar. Jika orang dewasa
memberikan contoh kata-kata yang keliru, maka anak akan meniru kata-kata tersebut.
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang dewasa untuk
memfasilitasi pembelajaran bahasa anak, antara lain:
(a) Pembelajaran bahasa bagi anak-anak menjadi mudah apabila mereka memiliki
lingkungan dan stimulasi yang tepat.
(b) Bayi belajar da e dapat ide u tuk bi ara dari e de gar ora g-orang
disekitarnya bercakap-cakap.
(c) Anak siap belajar untuk membuat suara dari bahasa yang ia pelajari. Bila seorang anak
hidup dalam lingkungan dimana dua bahasa dipakai maka ia akan dapat membunyikan
suara kedua bahasa tersebut.
(d) Pertama-tama kita harus menjadi pendengar yang baik. Bicaralah sebanyak mungkin
dengan bayi dan mencoba membuat percakapan pribadi dengan mereka. Usahakan
agar anak melihat bahasa tubuh anda.
(e) Biarkan anak memahami perkataan dan perasaan kita dengan cara mencocokkan apa
yang kita katakan dengan apa yang kita lakukan atau yang kita katakan dengan ekspresi
wajah kita.
(f) Sangatlah penting untuk mengaitkan antara perkembangan bahasa dengan
perkembangan lingkungan dan sosial anak-anak. Kurikulum seharusnya diletakkan
pada kerangka budaya.
(g) Pendidik terlampau sering membuat setting belajar untuk anak usia dini terkesan mirip
sekolah . Akibat ya ba yak pe didik terdoro g ulai e gajarka e ba a,
menulis, berhitung dan aspek formal lain dari pembelajaran. Sesungguhnya
membelajarkan anak usia dini memerlukan waktu lebih lama sampai anak siap
menerima.
(h) Belajar membaca dan menulis akan terserap jauh lebih cepat dan efektif oleh anak-
anak yang sudah memiliki latar belakang pemahaman dan kemampuan verbal.
(i) Untuk menambah kosa-kata anak, pendidik harus menggunakan kata-kata tersebut
secara ekspresif. Penggunaan kosa-kata baru sebaiknya dilakukan berulangkali. Dan
37
kata-kata tersebut hendaknya bermakna dan menyentuh perasaan anak-anak sehingga
tidak mudah dilupakan.
3) Lingkungan
Lingkungan tempat anak itu berada juga harus merupakan lingkungan yang aktif,
yaitu lingkungan yang kaya dengan bahasa. Orang dewasa bisa meletakkan banyak kata
di lingkungan bermain anak. Di mana-mana anak dapat melihat tulisan sehingga menolong
a ak dala e pelajari keaksaraa . Misal ya : kalau ada eja, dapat diberi tulisa e
j a , dll. Pe didik ya g aktif aka e ba a li gku ga di luar a ak ya g kaya de ga
bahasa ke dalam pikiran anak dan juga mengeluarkan segala sesuatu yang ada di dalam
pikiran anak ke luar melalui bahasa yang diucapkan anak. Dengan demikian pengetahuan
anak akan terus bertambah.
b. Perkembangan bahasa anak
38
mainannya (misal : memukul- untuk menarik perhatian orang
mukul mainan ke lantai) dewasa di sekitarnya
39
- Mengerti dan melaksanakan 3 Misal : Ibu, aku lebih suka baju
perintah yang berwarna merah. Yang
hijau tidak bagus.
40
Mampu mendengarkan dengan benar dan tepat memainkan bagian yang penting
dalam belajar dan berkomunikasi dan penting dalam tahap-tahap pertama dari belajar
membaca.
(a) Tahapan dalam mendengarkan :
1) Baru lahir : mendengarkan dengan suara-suara (bayi baru terkaget-keget
mendengarkan suara)
2) Infants and todlers: mendengarkan eksperimen, bisa memberikan respon,
Menunjukkan ketertarikannya pada buku-buku bergambar, Menyebutkan
benda bergambar dan berpartisipasi
3) Early preschoolers : bercerita, menyanyi, bermain dengan jari, menyebutkan
nama-nama, mengenal irama dll
4) Kindergarten-first graders : Sudah bisa membedakan dan menghubungkan
bunyi dan simbol
(b) Activitas yang mendukung mendengarkan
1) Bermain dengan mendengarkan musik; 2) Membuat gambar di buku dan
berhubungan dengan musik; 3) Menjabarkan sesuatu/benda fungsi/kegunaannya
contoh : pendidik memberikan eksperien tentang buah atau benda; 4)
menceritakan tentang cerita/dongeng; 5) memperdengarkan suara-suara (sound
effects); 6) memperdengarkan cerita dengan music, 7) mempertanyakan apa yang
di dengarkan; 8) cerita dengan kabel (telepon)
(c) Yang penting dilakukan pendidik dalam proses mendengarkan
1) Menjadi model yang baik; 2) berkomunikasi yang jelas kepada anak
memberikan penguasaan pengetahuan dan memberikan ktivitas yang
berkenaan dengan mendengarkan
(2) Berbicara
Cara terbaik untuk mendorong perkembangan bahasa anak-anak adalah
menyisihkan waktu untuk berbicara dengan anak-anak. Doronglah anak-anak untuk
41
mengungkapkan pendapat, melontarkan pertanyaan dan mengambil keputusan. Anak-
anak belajar kata-kata baru dengan mendengar kata-kata tersebut yang digunakan dalam
konteks. Anak-anak juga belajar banyak dengan mendengarkan pembicaraan. Hendaknya
orang dewasa tidak mengoreksi apa yang anak-anak katakan atau mengkritik cara mereka
mengungkapkan diri. Peragakan cara pengucapan kata yang benar dengan menerangkan
kata dalam pembicaraan.
Unsur-unsur berbicara, meliputi:
(a) perkembangan kosa kata
Untuk menambah perbendaharaan kata, anak dapat diajak untuk membaca sedini
mungkin. Dengan melihat gambar, anak dapat mengeksplorasi serta ada dialog antara
orangtua dan anak. Misal : Putri salju seda g apa, ak ? .
Pada awalnya, batita masih terbatas kosakatanya. Tetapi, mereka tetap bisa paham jika
kita menggunakan kalimat yang pendek dan sederhana. Kita bisa berbicara dengan
topik :
(1) Peristiwa yang telah terjadi
Co toh : Pagi i i ibu e jatuhka aka a ku i g. Ka u telah e ba tu ibu
(2) Peristiwa yang sedang terjadi
Co toh : Coba ka u pega g topi u. Ibu juga punya topi seperti itu. Mirip
pu ya u ya?
(3) Peristiwa yang akan terjadi
o toh : ibu aka eihat dari si i aktu ka u e bereska balok
ai a u…Ya, aktu ka u e doro g ereka : Boo !’. Nah, sekarang kamu
bisa tidur sia g
Cara ini efektif untuk membantu batita menghadapi perubahan aktivitas yang
terjadi.
(b) Ekspresi
Gunakan bahasa yang singkat, jelas, dan benar (jangan gunakan bahasa kekanakan).
Selain itu, berbicara dengan pelan dan dibantu dengan ekspresi wajah atau gerakan
42
tubuh. Ini membantu anak untuk mengulangi kata-kata yang diucapkan. Sebab,
sebelum mereka bisa bicara sebenarnya mereka telah paham makna kata2 tersebut.
Walaupun anak belum bisa bicara, namun perhatikanlah suara, bahasa tubuh, dan
ekspresi wajah. Sehingga, kita akan memahami perasaan anak dan mereka juga akan
merasa dihargai. Dengan demikian, anak aka e aha i bah a ia e iliki po er
melalui kata-katanya.
Co toh : a ak berkata, aku i gi itu . Ketika li gku ga paha , ia tidak perlu erebut
mainan atau sebaliknya tidak mengungkapkan keinginannya.
(c) Lafal ucapan
Ketika anak menggunakan bahasa kanak-kanaknya, jangan ditirukan atau diolok-olok.
JANGAN DISALAHKAN. Yang penting, gunakan kata-kata anak, kemudian diikuti dengan
kata-kata ya g be ar. Co toh : Ade’ au u u? Iya, a a a bilka susu ya ya..
(3) Membaca
Membaca bukan sekedar membaca sepintas saja, tetapi membaca harus melibatkan
pikiran untuk memaknainya. Jika ada seorang bayi dikatakan bisa membaca, kita perlu
mencermati, apakah dia benar-benar membaca. Mungkin bayi itu bisa mengenal
simbolnya, tapi tentunya belum bisa mengetahui artinya. Membaca memerlukan proses
yang panjang, dari mengenal simbol sampai pada memaknai tulisan.
Sebelum bisa membaca, anak-anak harus tahu dan menggunakan perbendaharaan
kata-kata dasar yang baik. Anak hanya dapat memahami kata-kata yang mereka lihat
tercetak jika mereka telah menemui kata-kata tersebut dalam pembicaraan. Anak-anak
yang dapat berbicara dengan baik dan banyak cenderung menjadi pembaca yang baik pula.
Untuk mendukung perilaku keaksaraan, anak harus banyak dikenalkan dengan buku.
Buku-buku yang dikenalkan pada anak perlu disesuaikan dengan tingkat kebutuhan anak.
Banyak sekali buku-buku cerita yang dijual di toko-toko buku.
Buku cerita lebih tepat digunakan untuk menambah kosa kata anak, bukan khusus
untuk tujuan belajar membaca. Anak tetap perlu menggunakan buku bacaan yang
berbeda-beda, supaya mereka bisa melihat perbedaan tingkatan dari tiap-tiap buku.
43
Dalam mengenalkan anak pada suatu huruf agar dapat membaca, dapat melalui 3
cara, yaitu :
a) Menggunakan phonics.
Anak perlu membedakan antara huruf dan bunyi. Jika anak dapat mengenal bunyi dari
suatu huruf, maka anak akan lebih mudah menghubungkan konsonan dan vokal.
Misal ya : Huruf s dibu yika desis seperti suara ular es.... , da huruf
dibunyika e ...... Maka kata ’sa a’ dapat diu apka sa a
b) Menggunakan kata bermakna.
Anak membaca kata karena kata tersebut
mempunyai makna yang dapat dimengerti
anak. Janganlah mengajarkan kata-kata yang
tidak umum tanpa memberikan konteks atau petunjuk mengenai maknanya. Gambar
dengan kata-kata, label pada objek, tanda dalam situasi-situasi, semuanya ini
memberikan suatu konteks kepada kata itu. Misal ya : Kata ata’ diba a a ak
bersa aa de ga ada ya ga bar ata
Karakteristik Materi Membaca :
a). Tahap awal
(1) pendek dan dapat diperkirakan; (2) berulang-ulang; (3) menggunakan bahasa
yang sederhana; (4) menggunakan irama; (5) teksnya sederhana, mudah diingat;
(6) gambar dan teks sesuai; (7) gambar sangat dominan
b). Tahap berkembang
(1) lebih panjang; (2) lebih kompleks; (3) kosa kata cukup banyak; (4) panjang teks
mengimbangi gambar
c). Tahap mandiri
(1) illustrasi gambar sedikit saja; (2) kosa kata banyak dan menantang; (3) anak
berpikir untuk memahami makna dari cerita; (4) lebih banyak karakter yang
dikenalkan pada anak; (5) unsur-unsur cerita lebih berkembang; (6) bahasa yang
lebih rumit diperkenalkan; (7) ada pembagian bab.
44
(4) Menggambar dan menulis
a) Bagaimana kaitan antara menggambar dan menulis ?
Kaitan antara menggambar dan menulis antara lain: (1) Menulis dan menggambar
sama-sama memerlukan keahlian psikomotor, (2) Menulis dan menggambar
mempunyai kemampuan kognitif yang sama, (3) Menulis dan menggambar sesuai
dengan tahap perkembangan anak (4) Menulis dan menggambar mempuyai
manfaat/tujuan/kegunaan
b) Memfasilitasi Anak Usia Dini melalui Menggambar dan Menulis
Menggambar dan menulis melibatkan ketrampilan psikomotor yang sama.
Keduanya melibatkan ketrampilan motorik halus. Saat anak 2 tahun memegang
pensil atau crayon tentunya dia akan mencoret-coret sesukanya di kertas yang ada.
Anak berusia 6 tahun akan menghasilkan goresan yang berbeda. Dia menggambar
dan menulis dengan kontrol yang baik dan gambar /tulisannya mencerminkan
sesuatu yang ada dalam pikirannya. Dengan menggambar/menulis anak dapat
mengekspresikan dirinya. Karena itu anak perlu mendapatkan kesempatan yang
cukup dengan dukungan alat-alat yang beragam serta pendidik yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir anak.
Selain anak menggambarkan sesuatu yang ada dalam pikirannya ke dalam kertas,
anak juga perlu menceritakan makna dari gambar yang dibuatnya. Pendidik anak
usia dini memainkan peran yang penting dalam mengenalkan anak pada kekuatan
komunikasi antara gambar yang dibuatnya dengan kata-kata yang dapat
dimunculkan anak. Jika pendidik dapat membuat pengalaman menggambar ini
menjadi menantang, merangsang, dan memuaskan, maka anak benar-benar akan
menguasai sistem simbol yang beragam di masyarakat modern ini.
Setelah anak menggambar, pendidik perlu menghargai karya seni yang telah dibuat
anak dengan menyimpannya dalam portofolio atau memasangnya dalam papan
di di g. Te tu saja kita tidak e asa g karya a ak ya g ’bagus’ saja, tetapi se ua
karya anak mendapatkan perlakuan yang sama. Dengan sentuhan seni dari
pendidik misalnya memberikan pigura dari kertas atau menempelkan sedikit
45
hiasan, maka gambar anak akan tampak cantik dan membuat anak bangga pada
karyanya. Perlu diingat, bahwa karya anak perlu diberi nama dan tanggal
pembuatannya.
c) Tahap perkembangan menulis
1) Karakteristik Penulis Tahap Awal
Memahami tata bahasa dasar
Mengetahui perbedaan antara tulisan dan gambar
Mengetahui bahwa tulisan memiliki pesan (cerita)
Me ggu aka i gata da ga bar u tuk e ulis suatu erita.
Dapat menirukan proses menulis
Memahami sifat dan tujuan tulisan
Menunjukkan minat pada tulisan
Mulai memahami konsep tulisan :
Memahami hubungan beberapa huruf/bunyi
Mengenali lingkungan tulisan
Mengenali beberapa nama
2) Karakteristik Penulis Tahap Perkembangan
Teks lebih penting daripada gambar
Menguasai konsep tulisan
Menguasai hubungan huruf/bunyi
Mulai mengenali pola-pola huruf hidup (vokal) dan kombinasinya
Kosa kata berkembang
Memahami tanda baca, huruf kapital pada awal kalimat
Menulis sambil memahami isinya
3) Karakteristik penulis Tahap Mandiri
mengenali kata-kata umum
menulis dengan lancar
menyesuaikan makna kata dengan konteks dapat menarik kesimpulan
dari tulisan
46
Kemampuan anak untuk menulis sesuai tahap perkembangan, antara lain :
(1) Coretan acak.
Anak mencoret-coret secara acak. Kadang berupa lingkaran, atau sekedar
coretan saja.
(2) Simbol seperti huruf
Bentuk seperti huruf tanpa spasi mulai muncul.
(3) Barisan huruf
Dalam tahap ini, anak mulai menulis rentetan huruf-huruf yang dapat dibaca.
(4) Awal muncul bunyi
Anak menulis huruf dan dapat membedakan huruf dengan kata. Anak menulis
belum mengenal spasi. Pesan yang ditulis sesuai dengan gambar yang dibuat.
(5) Huruf mati (konsonan) mewakili kata
Anak menggunakan huruf kapital atau huruf kecil secara bercampur, mulai
mengenal spasi antar kata, dan dapat menulis kalimat.
6) Bunyi di awal, tengah, dan akhir
Anak mulai dapat mengeja kata dengan benar, dan menulis nama, kata-kata
yang mewakili benda-benda di lingkungannya
7) Tahap transisi
Menulis dengan ejaan yang terbaca
8) Ejaan standard
Anak dapat mengeja kata dengan benar dan mampu menggabungkan kata-kata
menjadi kalimat.
e. Membuat perencanaan pembelajaran bahasa
Sebelum kegiatan pembelajaran yang menunjang pengembangan bahasa dijalankan,
pendidik perlu menyusun perencanaan pembelajaran (lesson plan). Dalam membuat lesson
plan, pendidik tidak asal membuat perencanaan kegiatan karena merasa senang dengan suatu
kegiatan atau merasa memiliki kegiatan yang bagus, lalu langsung saja menerapkan dalam
pembelajaran. Seharusnya, pendidik berpikir tentang cakupan aspek apa saja yang akan
digunakan sehingga benar-benar dapat mengoptimalkan kemampuan berbahasa anak.
47
Dalam mengembangkan pembelajaran bahasa dapat menggunakan salah satu dari 3
pendekatan yang ada. Pendekatan tersebut adalah :
1) Pendekatan Tradisional (Traditional Approach)
Pembelajaran bahasa yang lebih menekankan pada aspek latihan berulang-ulang
(drilling)
2) Bahasa Keseluruhan (Whole Language)
Anak diajarkan bahasa dalam bentuk teks yang harus dipahami maknanya secara
menyeluruh. Di dalam pendekatan ini tidak diajarkan phonics.
3) Integrasi Keaksaraan Seimbang (Balanced Literacy Integrated Skills)
Anak diajarkan bahasa dengan cara penggabungan antara pendekatan tradisional dan
bahasa keseluruhan.
Untuk dapat melihat perbedaan di antara ke tiga pendekatan di atas, maka berikut ini
disajikan sekilas review.
48
Berikut ini adalah bagan yang berpusat pada suatu tema pembelajaran, kemudian
dikembangkan menurut aspek membaca, menulis, berbicara dan mendengarkan. Misalnya
saja dalam kegiatan bercerita (story telling) dan menyanyi anak akan mengembangkan
kemampuan mendengarkan dan berbicara. Saat bermain dengan kosa kata (thematic
vocabulary) anak mengembangkan ketrampilan membaca, menulis, mendengarkan dan juga
berbicara ataupun saat berbagi (sharing) anak akan belajar berbicara dan mendengarkan.
Whole Language Program
Bercerit
a
Keaksar Kosa
aan kata
Tema
Lagu Menulis
Berbagi
Story
Free Telling
Thematic
Motor Vocabulary
Play
Tema
Gross 49
Sharing
Motor
f. Kegiatan yang Pendukung Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini
1) Permainan yang mendukung pengembangan bahasa
(a) Judul : Pilih 1 benda
Kegiatan :
Anak dibagi dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok mendapatkan 10 macam
benda. Anak kemudian diminta untuk memilih dari 10 benda itu menjadi 5 saja.
Anak bisa memikirkan mana benda-benda yang lebih penting.
Setelah beberapa saat, anak diminta untuk memilih lagi menjadi 3. Dan setelah itu
diminta memilih 1 benda saja. Kemudian setiap kelompok diminta berbicara untuk
memberikan alasan mengapa mereka memilih benda tersebut.
Tujuan : melatih ketrampilan berbicara
(b) Judul : Monkeys see, monkeys do (Pisang Monyet)
Kegiatan :
Pe didik e ye bu yika ga bar, lalu berkata Mo key see o key do lalu
menunjukkan gambar, dan peserta menirukan gerakan gambar itu. (Ada banyak
pose monyet yang harus ditirukan anak)
Tujuan : untuk melihat apakah anak bisa memahami gambar.
(c) Judul : Ulangi gerakanku
Kegiatan :
Anak diminta membuat lingkaran.
A ak berkata, Ula gi … ula gi… ula gi… (sambil kedua telunjuknya digoyang-
goyang di samping telinga. Teman di sebelah kanannya menirukan dengan telunjuk
50
dari tangan kirinya, dan teman di sebelah kirinya menirukan dengan telunjuk dari
gerakan tangan kanannya. Setelah itu menunjuk ke anak lain untuk menirukan apa
ya g dia lakuka , sa bil berkata, Pass to .....
Tujuan : untuk mengetahui konsentrasi anak.
(d) Judul : Rock Rock
Kegiatan : Semua anak melingkar sambil berpegangan tangan.
Pe didik berkata ‘o k ro k tepuk kali, ke udia salah satu anak mulai
e yebutka a a bi ata g ke udia diikuti tepuka ta ga kali ( aya
diikuti tepuk plok plok . De ikia seterus ya, setiap a ak e yebutka
binatang yang belum disebut temannya dan diikuti dengan tepukan dua kali.
R O C K bisa diganti-ganti, misalnya : nama-nama benda yang lunak, nama-nama
binatang yang bisa terbang, dsb.
Tujuan : untuk meningkatkan kosa kata dan intelektual anak
(e) Judul : Menebak suara binatang
Kegiatan :
Setiap anak mendapatkan tulisan yang tidak boleh dibuka (berisi nama binatang).
Kemudian setiap anak harus bersuara seperti binatang yang ada di dalam kertas
yang diperolehnya (anak tidak boleh berbicara, hanya bersuara saja) dan mencari
pasangan suara yang sama
“iapa ya g tidak e dapatka pasa ga ? Tebak a a bi ata g itu !
Tujuan : membaca kata sederhana tentang nama binatang, mengenali bunyi.
(f) Judul : Moving family
Kegiatan :
Anak-anak duduk dalam lingkaran dan mendapatkan potongan kertas bertuliskan
ayah, ibu, kakak, adik. Kemudian pendidik menyebutkan tulisan itu, misalnya
ayah , aka a ak ya g e ba a tulisa ayah dapat berdiri. Ketika pe didik
e gu apka ibu , aka a ak ya g e ba a tulisa ibu berdiri, da ketika
pe didik e yebutka keluarga , aka se ua a ak baik ya g e ega g tulisa
ayah , ibu , a ak berdiri berdekata .
51
Tujuan : mengenalkan tulisan untuk dibaca, mendengarkan bunyi.
(g) Judul : Memancing kata
Kegiatan :
Anak memancing kartu kata. Kata yang didapat anak kemudian dituliskan dalam
secarik kertas.
Tujuan : mengenalkan anak pada huruf-huruf, melatih anak untuk menulis kata.
(h) Judul : Action Relay
Kegiatan :
Anak dibagi dalam 4 kelompok. Pendidik melakukan 1 gerakan yang sama diulang
4 kali, yang harus ditirukan oleh anak di samping kanan. Sementara anak tersebut
menirukan gerakan pendidik tadi, pendidik tetap terus melakukan gerakan lain
yang juga diulang 4 kali yang kemudian ditirukan anak di sampingnya. Demikian
terus menerus gerakan tersebut ditirukan oleh teman-teman selanjutnya.
Tujuan : melatih konsentrasi anak
52
Tujuan : meningkatkan ketrampilan mendengar, menumbuhkan imajinasi anak.
53
2) Seorang anak akan dapat mengatur perilakunya dan menjaga hubungan
kelekatan dengan orang yang dekat dengannya yang merupakan kunci
kemampuan bertahan hidupnya secara fisik dan psikologis.
3) Perkembangan social sangat berhubungan dengan perkembangan kognisi.
Seorang bayi berusia 6 bulan ke atas bertemu dg wanita selain ibunya, dia mulai
bisa mengenali bahwa dia bukan ibunya. Seorang bayi mengenali ibunya
dengan menunjukkan senyum
4) Seorang anak akan memelihara hubungan dengan orang lain jika orang tersebut
banyak menunjukkan fungsinya yang bertanggungjawab pada diri anak itu.
5) Jika orangtua tidak mampu menjalankan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan
anak, maka anak akan mengalami hambatan dalam perkembangan emosi dan
kemampuan berpikirnya.
6) Perilaku anak seperti tersenyum, memanggil, menangis, menggelayut
menunjukkan perilaku kelekatan pada orang yang ada di hati anak.
Harslow pernah melakukan percobaan dengan simpanse. Dalam
penelitiannya ia memberikan simpanse suatu makanan yang dibungkus dengan
logam dan suatu benda (bukan makanan) yang dibungkus dengan bulu-bulu.
Ternyata simpanse memilih makanan yang dibungkus logam, tapi hanya sebentar,
lalu pindah ke makanan yang dibungkus bulu-bulu. Bayi sekalipun diberi makanan
tetapi jika ibunya tidak memberikan dengan rasa kasih sayang, mungkin saja anak
tidak mau makan/minum. Jadi kebutuhan anak yang utama adalah rasa nyaman.
Apapun yang dibutuhkan anak seperti rasa lapar, haus, ganti popok, dll akan
terpenuhi jika rasa nyaman terlebih dahulu diperoleh anak itu.
Anak merasa lekat pada seseorang, hanya lewat perasaannya. Kadang di
lembaga anak usia dini seorang anak lekat pada guru yang satu, tetapi tidak pada
guru yang lain. Atau mungkin pada pembantu yang satu bukan yang lain. Mungkin
saja seorang anak tidak mau sama sekali pada orang lain. Jika seseorang dekat
pada seorang anak, maka orang tersebut akan bisa membaca segala tanda dari
anak. Baik saat bayi tersenyum ataupun menangis. Misalnya : seorang bayi
54
menangis, maka orang yang terdekat akan mengetahui apakah tangis bayi itu
tangis kelaparan, kedinginan, ketakutan, tidak nyaman, dsb. Orang tersebut akan
mudah mengenali tangis anak yang terdengar berbeda-beda, sehingga diapun
merespon dengan cara yang berbeda-beda. Dia sangat mengetahui bahwa jika
tangisnya menunjukkan rasa lapar, maka bayi tersebut langsung diam begitu
mendengar sang ibu yang sedang membuatkan air minum dan ia mendengar suara
air termos dituang ke dalam botol. Ibu mungkin merespon tangis bayi anak yang
menunjukkan rasa tidak nyaman dengan menggendongnya, atau tangis karena
mengompol dengan segera mengganti popok si bayi, dll.
(b) Psychoanalytic Explanation (Sigmund Freud)
Teori ini mengatakan bahwa kelekatan anak bukan pada sesuatu yang
psikis, tetapi lebih pada makanan..Anak terikat pada pengasuh karena makanan,
karena kebutuhan rasa lapar terpenuhi Saat lahir kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi adalah rasa lapar. Jadi dia tidak perduli siapa yang memberikan makanan
pada bayi, dia hanya perlu kebutuhan rasa lapar dan haus terpenuhi. Teori Maslow
menyebutkan bahwa kebutuhan yang mendasar adalah makanan. Lihat di panti
asuhan, mereka merasa dekat dengan pengasuh yang sering memberi makanan
kepada mereka. Bayi jika tidak diberi makanan, dia akan mati. Bayi masih bisa
merasa bertahan tanpa kasih sayang asal ada makanan.
Dengan adanya attachment anak dapat membangun hubungan dari simple
to complex. Anak sudah tahu cara bagiamana agar ia dapat didekati oleh
orangtuanya. Jadi antara yang psychoanality dan ethological bisa saling memahami.
Freud memang hanya pada instink. Bowlby tidak hanya pada makanan, tetapi lebih
keseluruhan, termasuk attachment.
Anak mengetahui cara untuk menyesuaikan diri. Kemampuan ini dimiliki
anak lebih baik daripada orangtua.
Studi mengenai situasi yang asing oleh Mary Ainsworth (murid dari John Bowlby)
mengatakan bahwa anak memiliki beberapa kelekatan, yaitu :
(a) Kelekatan yang berdasar rasa aman (secure attachment )
55
(1) anak lebih baik dilatih untuk mengeksplor segala sesuatu sendiri, jika
memungkinkan orangtua menjauh, sehingga anak bisa melalukan segala sesuatu
atas kemauan sendiri; (2) kemandirian akan membuat anak lebih mudah memiliki
kelekatan yang nyaman. Anak berada dalam situasi yang beragam, kadang bisa
mandiri kadang bisa bersama ibu, atau orang lain; (3) Anak perlu membangun rasa
percaya pada orang lain dan lingkungannya.; (4) Anak yang mendapatkan
penghargaan dari orang-orang yang dicintainya, akan memberikan rasa percaya diri
pada anak itu; (5) Karakter yang terbangun pada masa usia dini seperti
kemandirian, ketekunan, percaya diri, dll akan berdampak pada hubungan yang
baik di masa selanjutnya.
(b) Kelekatan yang berdasar rasa tidak aman (insecure attachment)
Anak bisa ditakut-takuti ibunya karena :ia percaya pada ibunya, juga
karena dia tidak bisa membedakan yang riil dan imajinasi, logika anak belum
berjalan dengan baik.
Orangtua yang sering menunjukkan perilaku cemas dalam kehidupan
sehari-harinya akan memicu anak untuk mudah cemas pula. Orangtua yang berada
dalam kondisi sosial yang rendah, hubungan dengan orang lain yang sangat kurang,
kurang dapat mengendalikan diri, mudah marah, dll akan mudah terinternalisasi
dalam diri anak. Orangtua juga sering menunjukkan sikap yang tidak konsisten pada
anak baik secara langsung maupun tidak langsung Perilaku-perilaku tersebut
memicu rasa tidak nyaman bagi anak.
Kelekatan tidak nyaman akan muncul ketika anak mengalami kecemasan
pada beberapa hal berikut, yaitu :
1) Menghindari orang lain (avoidant attachment)
Anak tampak selalu menghindari dari orang-orang yang tidak dekat dengan
dirinya. Anak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa mempercayai
orang sehingga dia bisa dekat dengan orang tersebut.
2) Kecemasan Resistant (Resistant Attachment)
56
Anak dekat dengan ibu ketika akan ditinggal bersama orang asing. Namun
setelah ibu datang kembali, ia merasa marah dan tidak mau mendekat kepada
ibu.
3) Kecemasan disorganisasi (disorganized attachment).
Disorganized attachment bisa terjadi ketika anak mendapatkan perlakuan yang
berbeda dari orang-orang di sekelilingnya, sehingga dia kesulitan untuk
membedakan perilaku orang-orang di sekitarnya. Misalnya : ada anak yang
ragu-ragu dengan pengasuhnya, karena perilaku pembantunya ketika ada
orangtuanya baik, ketika tidak ada orangtuanya menjadi tidak baik.
2) Kecemasan pada orang asing (stranger anxiety) dan Kecemasan ketika berpisah
(separation anxiety)
57
Secara berangsur, orangtua/pengasuh mulai menjauh dari anak, sampai
akhirnya anak berani untuk ditinggalkan di sekolah sendiri.
3) Tipe-tipe Temperamen pada Anak :
Temperamen karakteristik bawaan yang mempengaruhi cara anak dalam bereaksi
terhadap situasi tertentu
(a) Easy Child
memiliki mood (suasana hati) yang cenderung stabil dan positif
memiliki respon yang baik terhadap hal-hal baru dan perubahan yang ada
cepat mengembangkan pola makan dan tidur yang teratur
mudah menerima jenis makanan baru
mudah tersenyum pada orang asing
adaptif terhadap situasi yang baru
dapat menerima rasa frustrasi tanpa terlalu gusar
beradaptasi dengan cepat terhadap rutinitas baru dan aturan permainan yang
baru
58
memiliki respon yang lama terhadap perubahan dan hal-hal yang baru
pola makan dan tidur lebih teratur dibandingkan difficult child, namun masih di
bawah easy child
menunjukkan respon awal yang negatif (masih tahap ringan) terhadap stimulus
baru
secara berangsur-angsur akan menyukai stimulus baru apabila dimunculkan
secara berulang-ulang dan tanpa tekanan
b) Perkembangan Psikososial pada Usia 0-18 bulan
Rasa percaya anak pada lingkungannya terpengaruh oleh kondisi anak saat masa bayi
(0-18 bulan). Menurut Erick Erickson, anak usia ini mengalami masa trust vs mistrust. Anak
yang pada waktu bayi kurang mendapatkan perlindungan dan kenyamanan dari orangtua dan
lingkungannya, maka anak itu akan tumbuh dengan perasaan tidak percaya dan seringkali
merasa curiga pada orang di sekelilingnya (mistrust).
Orangtua/ pengasuh yang responsive akan sesuai untuk menumbuhkan rasa percaya
anak pada dunia sekitar.
59
Anak selalu bergerak dan tidak bisa diam. Ia menyukai benda-benda yang
mendukung aktivitas motoriknya, misal : panjatan, bola, sepeda roda tiga,dll.
(d) Assertiveness
Anak sudah mampu mengungkapkan apa yang ia inginkan melalui observasi dengan
li gku ga . Ia juga a pu elakuka pe olaka , isal : berkata tidak au
ketika diminta melakukan sesuatu.
(e) Adanya ritualitas (kebiasaan yang diulang-ulang)
Jika anak sudah menyukai sesuatu maka ia cenderung untuk terus melakukan hal
yang sama. Contoh : hanya mau memakai baju yang sama, makan dengan caranya
sendiri, dll.
(f) Impulsif dan masih kurang kontrol diri
Sikap anak masih sangat dipengaruhi oleh pola pikir yang egosentris. Mereka belum
bisa menunda keinginannya dan menuntut untuk dipenuhi segera. Selain itu,
apabila keinginan tidak dituruti mereka bisa sampai temper tantrum.
(g) Mengembangkan rasa takut
Anak belajar untuk mengembangkan rasa takut dari lingkungannya. Sumber rasa
takut yang sering muncul adalah suara yang keras, binatang, ruangan gelap,
berpisah dengan orangtua, berada di situasi baru, maupun objek yang besar dan
bermesin.
(h) Keterampilan berbahasa masih belum optimal
Walaupun sudah memiliki asertivitas namun hal tersebut belum didukung dengan
keterampilan berbahasa yang baik. Mereka terkadang masih kesulitan untuk
mengungkapkan apa yang mereka ingingkan dengan bahasa yang mudah dipahami.
(i) Orientasi pada proses dan bukanlah hasil
Konsep yang dipahami oleh anak adalah "di sini" dan "saat ini". Jika melakukan
suatu hal, mereka lebih terfokus pada proses dan bukan hasilnya. Sebagai contoh :
anak berulang-ulang mencuci tangan bukan karena ingin tangannya bersih, tetapi
karena senang bermain air.
(j) Rentang perhatian masih belum tetap
60
Untuk hal-hal yang ia sukai, anak mampu memberikan perhatian yang penuh.
Tetapi, jika tidak maka ia akan cepat bosan dan berganti ke hal lain.
(k) Sibuk, penuh rasa ingin tahu dan eksplorasi
Rasa ingin tahu anak usia ini sangat tinggi. Mereka seringkali mengungkapkannya
dengan bentuk-bentuk pertanyaan maupun dengan mengeksplorasi sendiri.
(l) Lack of Understanding (masih kurangnya pemahaman)
Anak masih belum paham sepenuhnya tentang apa yang harus dilakukan. Tidaklah
mengherankan apabila ketika mereka bersikeras melakukan sesuatu sendiri, tetap
saja ada kesalahan yang terjadi. Selain itu, mereka belum paham tentang suatu
keteraturan dan sebab akibat. Misalnya : menurut anak meletakkan mainan di
kotak mainan sama saja apabila ia meletakkan mainan di ruang tamu.
(m) Kemampuan sosial meningkat, namun keterampilan social masih kurang
Anak sudah mau bermain bersama dengan orang lain, namun karena masih sangat
egosentris mereka cenderung masih belum mau berbagi dengan temannya.
(n) Imitator
Masa ini adalah masa peniruan bagi anak. Anak akan cepat meniru apa yang
dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya melalui observasi
2) Karakteristik pengasuh yang tepat bagi toddler
(a) Memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar mandiri namun juga
membantunya ketika mengalami kesulitan
(b) Mendengarkan anak dengan perhatian penuh ketika mereka berbicara. Hal ini
membantu anak untuk mengembangkan keterampilan dalam berkomunikasi.
(c) Menghargai keunikan individu pada diri anak
61
maksimal, namun orang dewasa hendaklah menghargai usaha anak, sehingga mereka akan
mampu percaya pada kemampuan diri sendiri.
Apabila anak dicela dan disalahkan ketika mereka mencoba, maka yang akan muncul
adalah sikap ragu-ragu dan perasaan malu. Sebagai contoh adalah anak yang dimarahi karena
Hal yang sering dibahas pada masa perkembangan ini adalah tentang toilet training, yakni
kemandirian anak dalam mengatur pengeluaran air besar maupun kecil. Proses ini tidak
sekedar melatih kemandirian fisik, namun juga kesadaran bagi anak bahwa mereka telah
mampu mengontrol diri mereka sendiri.
e) Perkembangan Sosioemosional pada Anak usia 4-6 tahun
(1) Emosi yang umum terjadi pada anak :
(a) marah
Penyebab : bertengkar soal mainan, tidak tercapai keinginan, dan adanya serangan dari
anak lain. Reaksi emosi biasanya menangis, berteriak, dan cenderung agresif. Oleh
sebab itu, anak perlu belajar tentang cara mengendalikan rasa marah dengan positif.
(b) takut
Pembiasaan, peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan
berperan penting dalam menimbulkan rasa takut. Misal : film yang menakutkan, cerita
hantu, tubuh yang teruka, dll. Reaksi anak panik, lari, bersembunyi, menghindar,
menangis.
(c) cemburu
Anak menjadi cemburu saat ia mengira perhatian orang tua beralih pada orang lain di
dalam keluarga. Pada saat ini, muncullah sibling rivalry (persaingan antar saudara
kandung). Anak yang lebih muda dapat mengungkapkan kecemburuannya dengan
terbuka dan dapat berperilaku seperti anak kecil, misal : mengompol, pura-pura sakit,
atau menjadi pembangkang. Perilaku ini bertujuan untuk menarik perhatian.
Pertengkaran antara saudara kandung juga kerapkali terjadi. Tetapi apabila orangtua
dapat membantu mengatasi hal ini, maka kerjasama antar anak akan dapat terjalin.
62
(d) rasa ingin tahu
Anak punya rasa ingin tahu terhadap apa yang dilihatnya, dan diawali dengan dirinya
sendiri. Kemudian,biasanya rasa ingin tahu tersebut dimediasi dengan bentuk-bentuk
pertanyaan.
(e) iri hati
Anak sering merasa iri dengan barang-barang yang dimiliki orang lain dan ingin
memilikinya. Biasanya reaksinya kemudian dengan mengungkapkan keinginannya
untuk memiliki atau mengambil barang tersebut.
(f) gembira
Anak merasa gembira ketika mendapatkan kejutan, tertawa bersama orang lain,
berhasil mengatasi suatu hal yang sulit dan terlibat dalam suatu kelompok. Seringkali,
emosi gembira diekspresikan dengan cara tertawa, melompat-lompat, atau memeluk
benda dan orang yang menimbulkan rasa gembira.
(g) sedih
Anak merasa sedih karena kehilangan sesuatu yang dicintai atau dianggap penting bagi
dirinya, seperti orang-orang dekat, binatang serta mainan kesayangan. Secara khas,
anak mengungkapkan kesedihannya dengan menangis atau kehilangan minat terhadap
kegiatan hariannya, misal : pola makan.
(h) kasih sayang
Anak-anak belajar mencintai orang, binatang, atau benda yang menyenangkannya.
Ketika sudah lebih besar, anak bisa mengungkapkan perasaan sayangnya melalui kata-
kata. Namun, ketika masih kecil anak menyatakannya secara fisik dengan memeluk,
menepuk dan mencium objek kasih sayangnya.
(i) malu
Perasaan malu pada anak sering muncul jika ada orang asing. Perasaan ini juga muncul
ketika anak berpikir tentang reaksi orang terhadap apa yang mereka lakukan.
63
Anak banyak belajar melalui lingkungan sekitarnya, dengan cara observasi, imitasi serta
modeling. Mereka mulai dapat menetapkan rencana dan melakukannya sendiri. Sekaligus,
mereka belajar untuk memahami bahwa apa yang mereka lakukan haruslah dapat diterima
oleh lingkungan sekitarnya. Di sinilah, anak mulai mengembangkan konsep diri sekaligus
kesadaran moral.
Apabila inisiatif yang dilakukan anak tidak diterima oleh lingkungan, maka akan muncul
perasaan bersalah. Jika ini terjadi terus menerus, maka implikasinya adalah anak akan
membatasi diri sendiri, tidak berani mencoba hal baru, serta menjadi kurang spontan.
64
pendidikan, dan apabila terjadi harus marah kepadanya, maka kemarahannya itupun harus
bertujuan mendidik.
Orang tua (ayah dan ibu), tenaga pendidik, harus selalu mendorong dan menolong
anak-anaknya dalam melakukan hal-hal yang baik yaitu dengan memberikan teladan yang baik,
elalui u apa da perbuata . Hal i i sejala de ga sabda ‘asulullah “AW: Allah akan
memberikan rahmat kepada orang tua yang mendorong dan membantu anaknya dalam
melakukan hal-hal yang baik .
Pertumbuhan dan perkembangan anak di usia dini amat penting dan menentukan. Apa
yang terbentuk di usia itu akan mempengaruhi tingkat kecerdasan dari watak / kepribadian
anak selanjutnya. Oleh karena itu, maka pendidikan di usia dini amat penting dan strategis
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia melalui beberapa tingkat
keadaan, menurut ilmu kejiwaan, pada masa usia dini itulah yang memegang peranan sangat
penting. Pada masa usia dini itu harus diberikan pendidikan yang baginya merupakan dasar
yang perlu dimiliki. Kemudian, barulah ia sendiri yang mengembangkan pendidikan itu. Sebab
jika masa usia dini terdapat salah satu segi pendidikan dasar yang tidak terisi, maka apabila ia
dewasa nanti pada umumnya sulit baginya untuk mengisinya, sehingga segi itu akan kosong
selama-lamanya.
Menyadari akan hal tersebut di atas, maka betapa pentingnya peran dan
tanggungjawab orang tua dan tenaga pendidik terhadap masa depan serta pendidikan anak.
Hendaknya segala amal perbuatan dan kata-katanya selalu ditujukan untuk membentuk
watak, moral dan kepribadian seseorang.
Media pendidikan
(a) Orang Tua dan Keluarga
Orang tua dan keluarga merupakan media pendidikan yang paling utama dan pertama.
Orang tua harus menyadari hal ini. Segala perilaku, perbuatan dan sikap hidup mereka akan
jadi contoh dan mempengaruhi pembentukan kepribadian anak.
(b) Masyarakat / Lingkungan
Termasuk didalamnya kawan bermain anak. Membangun lingkungan kondusif sangat
penting. Memperhatikan dan memikirkan/memilih kawan bermain anak juga tidak kalah
pentingnya.
(c) Tempat Ibadah
Berbeda dengan pendidikan umum, pendidikan agama Islam sangat memandang tempat
ibadah sebagai pusat pendidikan yang tidak kalah pentingnya. Dalam masyarakat Islam
selalu ada Masjid atau Mushola. Hal itu karena perintah menegakkan shalat melalui shalat
berja a’ah erupaka ke ajiba ya g sa gat diteka ka . Da kare a itu sejak ke il a ak
sudah dikenalkan dengan tempat ibadah.
Oleh karena itu menjadikan tempat ibadah sebagai pusat pendidikan bagi anak dengan
melengkapinya dengan fasilitas pendidikan seperti : TPA, Perpustakaan sangat perlu.
(d) Sekolah
Mengenai peranan sekolah bagi pendidikan agama sudah sama-sama kita ketahui. Disana
diajarkan pengetahuan agama secara sistematis, akan tetapi mengacu pada psikologi anak
usia dini, maka di TK dan SD, pelajaran agama hendaknya ditekankan pada pendidikan.
Guru tidak sekedar mengajar, anak tidak sekedar bisa menjawab soal ketika ulangan atau
ujian, tetapi anak harus dibimbing dan diamati untuk dapat melakukan perintah agama.
66
Dibiasakan shalat, e ghafal da e aha i do’a, berpuasa, dibi bi g da dia asi
akhlaknya.Dalam hal ini guru harus dapat memberi contoh.
Metode pendidikan
(a) Menggunakan bahan yang sederhana dan mudah dipahami
(1) Tidak perlu rumit dan mahal. Sebab semakin rumit suatu bahan/media makin kurang
kelenturan pengembangan imajinasi anak; (2) Sesuaikan tingkat usia dan kemampuan anak
serta berikan rangsangan agar anak dapat bekerja sama; (3) Bersifat edukatif dan tidak
membahayakan bagi anak
(b) Metode keteladanan
(1) Memberi contoh dan suri tauladan yang baik kepada anak; (2) Menampilkan contoh-
contoh dalam bentuk photo pahlawan, cerita kepahlawanan, cerita keluhuran ahklak Nabi,
Sahabat dan lain-lain
(c) Metode pengalaman keagamaan
(1) Anak diajak shalat berjamaah (2) Mengenal alam; (3) Menolong fakir miskin; (4)
Berkurban; (5) Mengumpulkan infaq; (6) Membantu korban bencana alam dan lain-lain
(d) Metode bermain peran
(1) Misalnya berperan tentang hidup orang kaya yang dermawan; (2) Pemuda yang
menolong orang kena musibah dan lain-lain
(e) Metode observasi
(1) Anak diajak melihat musium, pameran keagamaan; (2) Ikut shalat berjamaah tarawih,
shalat ied; (2) Melihat serta membantu panti asuhan dan lain-lain
67
(e Me ge al ju lah raka’at dala sholat (subuh, dzhuru, asar, aghrib, isya ; (f)
Me gikuti sholat berja a’ah; (g Me ba aka surah-surah pe dek Al Qur’a ; (h
Me ba a do’a – do’a pe dek sesudah sholat; (i Melakuka dzikir bersa a
(2) Kenalkan pada anak tentang sarana dan prasarana sholat, dengan cara ajak anak
melakukan sholat berjamaah di rumah atau di Masjid/Mushola. Hasil yang diharapkan,
anak usia dini dapat : (a) Melakukan gerakan berwudlu secara berurutan; (b) Mengajak
sholat bila mendengarkan suara/bunyi adzan; (c) Mengenal saat waktu sholat wajib; (d)
Menyiapkan sarana sholat, seperti; sarung, mukena, sajadah, peci; (e) Merawat
kebersihan dan merapikan tempat sholat
b) Merangsang/mengenalkan kemampuan berbicara/bahasa:
(1) Berikan kesempatan anak untuk mengamati, mendengarkan, meniru dan
mengucapkan kalimat thoyibah, dengan cara mengucapkan kalimat thoyibah dekat
atau bersama anak dalam setiap melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari. Hasil
yang diharapkan, anak usia dini dapat:
Me gu apka Bis illahirroh a irrohi sebelu elakuka sesuatu kegiata
da Alha dulillahirobbil ala ii setelah elakuka sesuatu kegiata
Me gu apka kali at Maa syaa Allah, “ubha allah, Allahu Akbar apabila
mengagumi sesuatu kebesaran Allah
Mengucapka kali at Astagfirullah bila terla jur e buat kesalaha atau
sedang marah
Me gu apka kali at I a lillahi bila seda g e gala i atau e dapatka
suatu musibah
Me gu apka kali at Laa Ilaaha Illallah bila seda g kaget
(2) Kenalkan pada anak tentang tata cara bergaul/berbicara dengan orang lain, dengan
cara ajaklah anak bermain bersama atau berkunjung ke tempat
saudara/kerabat/sahabat. Hasil yang diharapkan, anak usia dini dapat:
a. Me gu apka sala Assala u’alaiku
b. Me balas sala Wa’alaiku sala
c. Me gu apa I sya Allah bila berja ji
68
d. Me gu apka Al Ha dulillah e syukuri ada ya ik at ya g telah diteri a
c) Merangsang/mengenalkan kemampuan Mengenal Allah SWT, Rasul-Rasul dan Malaikat:
(1) Berikan kesempatan anak untuk mengamati, mendengarkan, meniru dan mengenal
Allah, de ga ara ajaklah a ak ber ai , berdo’a bersa a da tu jukka ga bar atau
bentuk-bentuk ciptaan Allah. Hasil yang diharapkan, anak usia dini dapat:
(a) Me ba aka do’a - do’a pe dek dala kehidupa sehari-hari
(b) Me ba aka do’a asuk asjid :
Allahu ahtah lii ab aaba birah atika
(c) Me ba aka do’a keluar asjid:
Allahu ai i as-aluka i fadhlik
(d) Mengenal dan memahami segala sesuatu di dunia ini adalah ciptaan Allah dan akan
kembali kepada Allah
(e) Mengenal nama-nama Rasul Allah
(2) Kenalkan sifat-sifat Allah dan mukzizat Rasul, dengan cara ajaklah anak bermain dan
bercerita atau membacakan buku sejarah Rasul. Hasil yang diharapkan, anak usia dini
dapat: (a) Mengenal sifat-sifat Allah, diantaranya: Allah Maha Pencipta, Allah Maha
Pengasih, Allah Maha Penyayang, Allah Maha Pandai, Allah Maha Mendengar; (b)
Mengenal mukzizat Rasul Allah, diantaranya: Nabi Muhammad SAW, mukzizatnya Al
Qur’a , Nabi Isa As, ukzizat ya bisa e gobati ora g sakit, Nabi Musa, ukzizat ya
bisa membelah lautan, Nabi Sulaiman, mukzizatnya bisa bahasa binatang, Nabi
Ibrahim, mukzizatnya tidak mempan dibakar api
(3) Kenalkan Malaikat dan tugasnya, dengan cara ajaklah anak bermain dan bercerita. Hasil
yang diharapkan, anak usia dini dapat : (a) Mengenal Malaikat dan tugasnya,
diantaranya:Malaikat Raqib dan Atid, Tugasnya selalu mengawasi kita dan mencatat
perbuatan baik dan buruk kita, Malaikat Mikail, Tugasnya membagi-bagi rezeki,
Malaikat Jibril Tugasnya menyampaikan wahyu kepada rasul
69
(1) Berikan kesempatan anak untuk mengamati, mendengarkan, meniru gerakan dan
ba aa dala sholat, de ga ara ajak a ak elakuka sholat berja a’ah di ru ah
atau di Masjid/Mushola. Hasil yang diharapkan, anak usia dini dapat: (a) Melakukan
sholat Tahiyatul Masjid; (b) Duduk di masjid/mushola dengan tertib; (c) Menyuarakan
adzan dan iqamat ; (d) Melakukan semua gerakan sholat secara berurutan dan tertib;
(e Me ge al ju lah raka’at dala sholat (subuh, dzhuru, asar, aghrib, isya ; (f
Me gikuti sholat berja a’ah; (g Me ba aka surah-surah pe dek Al Qur’a ; (h
Me ba a do’a – do’a pe dek sesudah sholat; (i Melakuka dzikir bersa a
(2) Kenalkan pada anak tentang sarana dan prasarana sholat, dengan cara ajak anak
melakukan sholat berjamaah di rumah atau di Masjid/Mushola. Hasil yang diharapkan,
anak usia dini dapat: (a) Melakukan gerakan berwudlu secara berurutan; (b) Mengajak
sholat bila mendengarkan suara/bunyi adzan; (c) Mengenal saat waktu sholat wajib; (d)
Menyiapkan sarana sholat, seperti; sarung, mukena, sajadah, peci; (e) Merawat
kebersihan dan merapikan tempat sholat
b) Merangsang/mengenalkan kemampuan berbicara/bahasa:
(1) Berikan kesempatan anak untuk mengamati, mendengarkan, meniru dan
mengucapkan kalimat thoyibah, dengan cara mengucapkan kalimat thoyibah dekat
atau bersama anak dalam setiap melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari. Hasil yang
diharapkan, anak usia dini dapat:
(a) Me gu apka Bis illahirroh a irrohi sebelu elakuka sesuatu kegiata
da Alha dulillahirobbil ala ii setelah elakuka sesuatu kegiata
(b) Me gu apka kali at Maa syaa Allah, “ubha allah, Allahu Akbar apabila
mengagumi sesuatu kebesaran Allah
(c) Me gu apka kali at Astagfirullah bila terla jur e buat kesalaha atau
sedang marah
(d) Mengucapka kali at I a lillahi bila seda g e gala i atau e dapatka
suatu musibah
(e) Me gu apka kali at Laa Ilaaha Illallah bila seda g kaget
70
(2) Kenalkan pada anak tentang tata cara bergaul/berbicara dengan orang lain, dengan
cara ajaklah anak bermain bersama atau berkunjung ke tempat
saudara/kerabat/sahabat. Hasil yang diharapkan, anak usia dini dapat:
(a) Me gu apka sala Assala u’alaiku
(b) Me balas sala Wa’alaiku sala
(c) Me gu apa I sya Allah bila berja ji
(d) Me gu apka Al Ha dulillah e syukuri ada ya ikmat yang telah diterima
(e) Menegur dan mengingatkan kewajiban sholat kepada yang lain
(1) Berikan kesempatan anak untuk mengamati, mendengarkan, meniru dan mengenal
Allah, dengan ara ajaklah a ak ber ai , berdo’a bersa a da tu jukka ga bar atau
bentuk-bentuk ciptaan Allah. Hasil yang diharapkan, anak usia dini dapat :
Me ba aka do’a - do’a pe dek dala kehidupa sehari-hari.
Me ba aka do’a asuk asjid:
Allahu ahtah lii ab aaba birah atika
Me ba aka do’a keluar asjid:
Allahu ai i as-aluka i fadhlik
Mengenal dan memahami segala sesuatu di dunia ini adalah ciptaan Allah
dan akan kembali kepada Allah
Mengenal nama-nama Rasul Allah dan silsilahnya
(2) Kenalkan sifat-sifat Allah dan mukzizat Rasul, dengan cara ajaklah anak bermain dan
bercerita atau membacakan buku sejarah Rasul. Hasil yang diharapkan, anak usia dini
dapat: (a) Mengenal sifat-sifat Allah, diantaranya: Allah Maha Pencipta, Allah Maha
Pengasih, Allah Maha Penyayang, Allah Maha Pandai, Allah Maha Mendengar; (b)
71
Mengenal mukzizat Rasul Allah, diantaranya: Nabi Muhammad SAW, mukzizatnya Al
Qur’a , Nabi Isa As, ukzizat ya bisa e gobati ora g sakit, Nabi Musa, ukzizat ya
bisa membelah lautan, Nabi Sulaiman, mukzizatnya bisa bahasa binatang, Nabi
Ibrahim, mukzizatnya tidak mempan dibakar api
(3) Kenalkan Malaikat dan tugasnya, dengan cara ajaklah anak bermain dan bercerita. Hasil
yang diharapkan, anak usia dini dapat:
a. Mengenal Malaikat dan tugasnya, diantaranya;
(a) Malaikat Raqib dan Atid,
Tugasnya selalu mengawasi kita dan mencatat perbuatan baik dan buruk
kita
(b) Malaikat Mikail,
Tugasnya membagi-bagi rezeki
(c) Malaikat Jibril,
Tugasnya menyampaikan wahyu kepada rasul
d) Merangsang/mengenalkan kemampuan Mengenal Surga dan Neraka :
Ajaklah a ak ber ai , berdo’a bersa a, da ber erita tu jukka ga bar atau buku
cerita. Hasil yang diharapkan, anak usia dini dapat :
(1) Mengenal Surga, yang diimajinasikan dengan suatu tempat yang seindah-indahnya
dan sempurna, yaitu tempat bagi orang-orang yang patuh.
(2) Mengenal Neraka, yang diimajinasikan dengan suatu tempat yang sangat
mengerikan dan menakutkan, yaitu tempat bagi orang-orang yang tidak disayang
oleh Allah, karena tidak patuh.
Patuh di sini (dapat diartikan menurut, taat, tertib, disiplin) tidak perlu dikembangkan
seperti orang dewasa, karena imajinasi dan pengertian pemahaman anak masih belum
sempurna
e) Merangsang/mengenalkan kemampuan Mengenal Halal dan Haram :
Ajaklah a ak ber ai , berdo’a bersa a, da ber erita tu jukka ga bar atau buku
cerita. Hasil yang diharapkan, anak usia dini dapat: (1) Mengenal Halal, yaitu: Perbuatan dan
tingkah laku yang baik yang diperbolehkan oleh aturan dan agama, Makanan dan minuman
72
yang bersih, sehat, bergizi dan diperbolehkan oleh aturan dan agama (2) Mengenal Haram,
yaitu: Perbuatan dan tingkah laku yang tidak baik yang tidak diperbolehkan oleh aturan dan
agama, Makanan dan minuman yang basi, kotor dan tidak diperbolehkan oleh aturan dan
agama Cara mengembangkan kemampuan keagamaan bagi anak usia dini di atas, hendaknya
Tenaga Pendidik, Pengasuh, Orang Tua, membiasakan diri melakukan tata keagaamaan
sebagai rangsangan secara langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan keagaamaan
anak, terutama yang dapat dilihat, didengar dan dirasakan oleh anak. Sehingga apa yang
dilihat, didengar dan dirasakan oleh anak menjadi pengalaman untuk melakukan kegiatan/tata
keagamaan, yang akan tumbuh dan berkembang dalam jiwa anak sebagai dasar
perkembangan keagamaan di masa dewasanya.
73
(2) Program seni anak usia dini harus meliputi :
(a) Pengalaman sensori; (b) Pengalaman indah dan kreatif; (c) Waktu, ruang, dan
bahan-bahan untuk membuat karya seni; (d) Memperkenalkan kata-kata seni
dalam berbagai bentuk dan gaya
(3) Kriteria untuk melaksanakan kegiatan seni :
(a) Mempersilakan anak berekspresi secara individual; (b) Ada keseimbangan
antara proses menghasilkan karya seni dan produk dari karya seni itu sendiri; (c)
Memberikan anak keterbukaan sehingga anak dapat berkarya secara kreatif;(d)
Membolehkan anak menemukan dan bereksperimen; (e) Anak berperan aktif dan
terlibat terus menerus; (f) Anak mendapatkan kesempatan secara naluri untuk
mengeluarkan ide-ide yang akan menginsprirasinya; (g) Menggunakan bahan-
bahan seni yang ada; (h) Semua anak mendapatkan kesempatan dan bisa
mengerjakannya
b. Ragam Kegiatan Seni Anak Usia dini
1) Gambar
Menggambar sering juga disebut sebagai seni grafik dengan menggunakan crayon,
kapur, dan cat. Kegiatan menggambar dapat dikembangkan melalui :
a) Seni grafis, dimana anak dapat menggambar menggunakan pensil, krayon, kapur dan
spidol. Dapat menggunakan kertas yang berbeda warna, tekstur permukaan, dan
bentuknya menarik untuk kegiatan menggambar.
b) Mengencat, anak mengecat pada kursi maupun meja, atau melakukan kegiatan
fingerpainting. Pada kegiatan pengecatan anak menggunakan kuas bahkan seluruh
anggota badannya untuk menciptakan pola tertentu.
c) Menulis, anak memulai pengalaman menulis dengan cara menekankan suatu benda ke
alas atau kertas. Kegiatan ini terus berkembang sehingga menghasilkan coretan yang
bermakna.
Tahapan kegiatan menggambar meliputi :
a) Scribbling merupakan tahap pertama dalam kegiatan menggambar yang diawali
dengan kegiatan memasukkan krayon atau pensil ke dalam mulut oleh anak. Gambar
74
pada tahap ini berupa coretan-coretan acak yang diciptakan dari garis hasil gerakan
sederhana tangan berbentuk garis maupun bulatan.
Gambar 1
Gambar Tahap Scribbling
c) Schematic, pada tahap menggambar ini anak menggambar lebih detail sebagai hasil
observasi dan perencanaan terhadap objek yang dilihatnya. Anak senang
memperlihatkan hasil gambarnya kepada orang lain, terutama orang-orang
terdekatnnya seperti anggota keluarga dan gurunya. Tahap ini dimulai dengan
memperlihatkan apa yang mereka ketahui ke dalam gambar dan berasumsi apa yang
mereka gambar disukai guru.
Gambar 3
75
Tahap Menggambar Schematic
2) Gerak
Gerak disebut juga tarian. Anak selalu bergoyang dan mengangguk ketika mendengar
musik. Bergerak merupakan cara paling baik untuk membantu anak belajar mencintai dan
mengapresiasi musik. Menurut penjabaran tersebut, gerak dapat dijadikan sarana untuk
memahami musik yang didengar anak. Latihan bergerak dalam merespon musik dapat dimulai
sejak dini agar anak terbiasa bergerak berirama sesuai musik yang diputarkan sehingga
menghasilkan tarian ekspresif.
Hal paling penting dalam mengajarkan tari adalah proses anak bergerak menciptakan
tarian, bukan pada hasil tariannya. Pengalaman menari harus direncanakan mencakup gerak
kreatif dan terstruktur. Anak mengikuti instruksi guru atau musik.
Aktivitas gerak kreatif adalah aktivitas yang dihasilkan dari interpretasi anak terhadap
instruksi dengan caranya sendiri, gerak mereka bisa jadi tidak sesuai dengan musik yang
mengiringi. Sebagai contoh ketika musik diputar dalam irama lambat anak akan bergerak
lambat, atau sebaliknya. Ketika musik cepat anak juga akan bergerak cepat.
Pengalaman gerak terstruktur dapat diajarkan menggunakan berbagai tepuk menjadi
ritme yang sederhana. Guru biasa menggunakan instruksi tepuk tangan untuk mengarahkan
anak dalam bergerak yang sudah dipahami dan memiliki ciri khas pada masing-masing tingkat
kelas. Atau dapat juga digunakan isntruksi menggunakan drum ketika melangkah/bergerak.
Perkembangan gerak yang lebih kompleks adalah menari. Tarian dapat digunakan agar
anak mampu mengekspresikan dirinya melalui gerakkan. Tarian memberi kesempatan agar
anak dapat mengeksplorasi waktu, ruang, dan energi dalam mengekspresikan dirinya. Tari
76
dapat dimasukkan dalam kurikulum agar anak memahami bagian suatu cerita, bagian gerakkan
dan unsur kebudayaan masing-masing.
3) Berkarya dalam Art Station
Anak dilatih menciptakan karya seni dari berbagai bahan limbah dan bahan-bahan
yang ada di lingkungan. Kelas/halaman terbuka dapat disusun untuk 3 proyek, misalnya :
a) Melukis dengan berbagai media
Bahan :
Alat tulis (crayon, spidol, cat air & kuas, arang, kapur, dsb)
Kertas
Balon kecil diisi sedikit air
Benang kasur
Pengait balon
Balok kayu
Kelereng
Karet
Garpu dan sendok, dan sebagainya
Kegiatan :
Anak dapat melukis dengan balon, benang kasur, pengait balon, krayon dsb.
78
Kegiatan :
Membuat aneka karya dari barang bekas
79
Anak perlu mendapatkan penjelasan dari sebelum berkarya, dengan memberikan
aturan-aturan. Aturan yang perlu dipikirkan adalah :
(1) Membatasi jumlah anak dalam setiap sentra.
(2) Menggunakan celemek selama kegiatan seni agar pakaian tidak kotor.
(3) Menggunakan alat-alat seni dengan tepat.
(4) Hanya menggunakan barang-barang / bahan-bahan yang diperlukan.
(5) Menyelesaikan kegiatan seni sampai tuntas.
(6) Berbagi bahan-bahan dengan teman.
(7) Menghormati teman lain.
(8) Mengembalikan barang-barang yang sudah dipakai ke tempat semula.
(9) Membersihkan semua perkakas setelah dipakai.
4) Musik Dan Anak
a) Pentingnya Musik bagi Anak Usia Dini
Setiap anak dilahirkan dengan potensi untuk belajar berbicara dan memahami bahasa
ibunya, demikian pula semua anak dilahirkan dengan potensi untuk mempelajari dan
memahami musik sesuai dengan budayanya.
Sikap anak terhadap musik sangat mudah dipengaruhi oleh instruksi dan lingkungan.
Anak usia dini peka terhadap pembelajaran musik yang diberikan melalui nyanyian dan
gerakan. Karena itu pada masa yang penting ini, anak dapat diajak untuk menggunakan
tubuhnya sebagai instrumen dengan berbagai cara dalam berbagai jenis musik. Jika anak sering
mendapatkan stimulasi dalam menyanyi dan bergerak anak lebih mampu menunjukkan
kemampuan musiknya di sekolah dasar nantinya.
Kemampuan musik yang dimiliki anak sejak awal dapat dikenali oleh orang dewasa,
sebagaimana diamati pada tahap usia berikut :
(1) Usia 1 tahun
Pada bulan-bulan pertama, seorang bayi bisa menerima musik, bereaksi dengan
mata mereka, menoleh ke arah sumber suara, dan sering menjadi tenang dan tertidur
ketika mendengarkan musik. Respon fisik dan vokal segera mengikuti, saat bayi mulai
80
sering mendengarkan musik, meskipun suara dan musik mungkin tidak berhubungan
dengan apa yang didengarkan. Semakin sering mendengarkan tampaknya bisa
menggantikan tahap pendengaran pasif dan kesenangan anak. Imitasi terhadap bunyi
dan gerakan yang dibuat oleh orang lain menunjukkan kemampuan untuk memusatkan
perhatian, dan anak bisa mengulang bunyi-bunyi dan gerakan-gerakan itu secara
spontan untuk menambah perhatian dan persetujuan orang dewasa atau anak lain
yang lebih tua.
Kemampuan bayi untuk duduk sendiri, merangkak, merayap dan akhirnya
berjalan, muncul setelah bisa menggunakan bahasa ekpresif. Anak usia toddler bisa
menambahkan kata terakhir pada sajak-sajak yang terkenal, mengucapkan atau
menyanyi sederhana kemudian menggunakan gerakan dan bunyi-bunyi yang dia lihat
dari lingkungannya. Saat anak di tempat tidur, biasanya mengeluarkan bunyi-bunyian
dari mulutnya sambil memegang mainan apa saja yang dapat dipegangnya.
Anak usia 18 bulan memiliki banyak cara untuk mencapai suatu tempat atau
dalam meraih benda-benda (merangkak, merayap, berjalan, bergulung, dan lain-lain)
dan menggunakan tangannya dengan kepandaian yang terus berkembang. Anak
senang dengan gerakan-gerakan ritmis baik yang dimunculkan oleh dirinya sendiri
ataupun orang dewasa. Anak senang dipegang, digoyang, atau diayun dan dinyanyikan
ketika dia lelah, sedih, dan sebagainya, dan mampu menunjukkan perubahan setelah
mendapatkan rangsangan musik, lagu atau syair (chants) yang gembira dan sesuai
dengan hatinya.
Mendengarkan musik di radio, televisi atau rekaman bisa menyenangkan anak
sejenak apalagi jika musik / lagunya pernah dikenal atau disenanginya. Gerakan
memukul-mukulkan benda dengan stik, membanting, mengepal dan sebagainya,
kadang muncul dari anak ketika mendengarkan rhytm/irama-irama khusus. Anak
senang karena bisa mengeluarkan energinya dan mendengarkan volume dari bunyi-
bunyian itu meskipun bunyi-bunyi tersebut tidak menyenangkan bagi orang dewasa.
81
(2) Usia 2 tahun
Anak usia 2 tahun sudah mulai mengalami kemajuan dalam hal motorik kasar
dan halusnya. Dia sering menggunakan lengannya secara ekspresif untuk
keseimbangan dan merespon musik yang dia senangi. Dia dapat menirukan
rhytm/irama ketika bermain dengan orang dewasa. Memiliki keinginan untuk mandiri
dan mencoba benda-benda sendiri seperti makan dan berpakaian berlawanan dengan
kesenangan yang ditunjukkannya mengulang-ulang cerita, syair dan lagu-lagu
kesukaannya.
Permainan-permainan dengan bola besar dan kantong biji-bijian dapat
dimainkan bersama orang dewasa. Anak sangat menyukai boneka dan mainan lunak.
Anak mulai mengenal kaset lagu-lagu anak hanya dari bungkusnya, tapi masih sulit
merespon musik/lagu dari TV/radio. Anak mulai senang memukul-mukul panci untuk
menimbulkan bunyi-bunyian yang bagi orang dewasa tidak menyenangkan. Pada usia-
usia ini anak lebih menonjol pada visual daripada auditori.
(3) Usia 3 tahun
Anak usia 3 tahun semakin matang dan berkembang secara keseluruhan. Dia
masih sangat aktif, perkembangan motorik kasar dan halusnya dapat berkembang
dengan kontrol yang lebih baik. Ketrampilan memanjat, berayun, mendorong, dan
sebagainya perlu terus mendapatkan pelatihan.
Anak lebih cekatan menggunakan jari-jarinya dan dapat menekan tuts piano
atau memetik senar alat musik. Bahkan anak dapat menyesuaikan gerakan tubuhnya
mengikuti irama musik. Gerakan badan dan lengannya lebih luwes, juga berbagai
langkah dapat dilakukan anak. Anak dapat mengikuti gerakan senam yang dicontohkan
.
Perkembangan bahasa anak semakin berkembang. Dalam aktivitas bermainnya
anak senang mengiringi dengan percakapan (celoteh), nyanyian, atau syair. Anakpun
mulai senang menyanyi dalam kelompok baik berdua, bertiga atau berempat.
Meskipun dalam menyanyi mereka mengeluarkan suara dari nada dasar yang tidak
sama, tetapi anak umumnya menikmati menyanyi bersama.
82
Anak usia 3 tahun senang bermain dengan orang dewasa. Mereka bisa bermain
tebak-tebakan suara, dan menirukan irama-irama sederhana. Anak juga senang
menirukan tepukan-tepukan berpola dari . Biasanya jika anak senang dengan syair,
lagu atau tepukan-tepukan khusus, ia akan meminta mengulanginya kembali beberapa
kali.
(4) Usia 4 tahun
Fungsi dunia bagi anak usia 4 tahun lebih besar dibandingkan anak usia 3 tahun.
Banyak permainan yang antangan menantang disenangi anak usia 4 tahun, misalnya
panjat tali, game yang bervariasi, naik sepeda, dan sebagainya. Rasa kompetisi untuk
menguasai suatu ketrampilan fisik baru muncul. Menyanyikan lagu-lagu permainan dan
juga menyanyi kelompok merupakan kesenangan bagi anak.
Perkembangan motorik halus melibatkan menggambar suatu obyek dengan
tujuan. Melukis, menggunting, bermain puzzle beberapa keping, dan alat musik seperti
perkusi senang dilakukan anak. Kemampuan untuk memilih dan memasangkan obyek
juga menunjukkan kemampuan yang lebih tinggi. Anak bisa memasangkan dan
mengelompokkan sumber bunyi, volume bunyi, pitch dan durasi. Hal ini sering hanya
mendapatkan sedikit perhatian dari orang dewasa, padahal ketika anak berusia 5 tahun
ia perlu mendapatkan tugas-tugas membedakan bunyi-bunyi yang terstruktur yang
bisa menunjang anak dalam pembelajaran kesiapan membaca.
Anak usia 4 tahun tidak hanya bisa mengelompokkan dan menghasilkan bunyi,
nada dan ritmik dalam berbagai pola, tetapi mereka juga bisa mengekspresikan ide-ide
dalam suatu cerita atau lirik dalam suatu lagu. Anak juga bisa melakukan improvisasi
dari nada-nada sederhana yang sudah dikenalnya.
Suara anak mulai nyaman didengar ketika anak berusia 4 tahun. Jika mereka
menyanyi dalam kelompok, suara mereka sudah mulai menyatu. Anak bisa menyanyi
dengan diiringi alat musik. Anak juga senang menyanyi dengan syair-syair yang lucu
yang mudah sekali diingatnya dan akan terus dinyanyikannya berulang-ulang.
83
(5) Usia 5 tahun
Anak usia 5 tahun sudah tidak mengalami masalah dengan ketrampilan fisiknya,
sangat menikmati kelompok sosial, bahkan sudah memiliki teman-teman dekat
(sahabat). Dia dapat mengajak anak untuk bergabung dalam suatu kelompok, demikian
pula dirinya dapat menjadi anggota kelompok yang baik. Anak usia ini jarang menangis
di kelas, berbeda dengan anak usia 1 atau 2 tahun yang lebih sering menangis karena
memperebutkan suatu mainan.
Kemampuan motorik dan intelektual anak berkembang dengan baik. Hal ini
dapat diamati dari kemampuan anak untuk menari dan menyesuaikan dengan irama
musik. Anak dapat bergerak mengikuti respon dari tanda-tanda yang dilihatnya. Anak
dapat memainkan alat musik dengan tepat, baik dalam mengingat pola dan merespon
perintah non verbal. Anak dapat bekerja dengan teman sebaya ataupun sendirian
untuk menciptakan orkestra sederhana dan mengiringi suatu nyanyian sederhana. Ia
pun dapat memainkan lagu menggunakan alat musik dengan membaca not lagu dari
buku. Anak dapat menciptakan dan memainkan melodinya sendiri.
(6) Usia 6 tahun
Anak usia dini sudah memiliki kesiapan dalam hal membaca, menulis dan
matematika. Fisik, mental, dan emosi sudah dapat digunakan untuk mengikuti
kegiatan-kegiatan sekolah. Mereka mudah beradaptasi dengan hal-hal baru.
Sebagian besar anak usia 6 tahun sudah mengalami kegiatan musik baik dengan
sekolah maupun musik khusus. Mereka menyukai menyanyi lagu-lagu pilihan sendiri
dan dapat melepaskan emosi dan energinya melalui suara-suara yang dikeluarkannya.
dapat mengajarkan anak menyanyi dengan nada yang tepat, mood, dan kepekaan
terhadap berbagai lagu. Anak lebih mampu berkonsentrasi dan menyanyi dengan lebih
baik, seiring dengan kematangan anak dalam hal membaca dan menulis. Anak sudah
bisa diajak dalam bermain musik secara kelompok. Mereka senang belajar keras dan
menghasilkan karya yang baik.
84
b) Pengalaman Musik
Berdasarkan pemahaman terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, perlu
memiliki inisiatif untuk menumbuhkan pengalaman musik anak melalui ketrampilan-
ketrampilan, konsep dan sikap yang sesuai. perlu mengingat bahwa dalam perkembangan
musik, sebagaimana dalam proses pertumbuhan, setiap anak adalah unik dan setiap pola
pertumbuhan musik anak harus dipahami dan dihargai.
Berikut ini adalah ketrampilan-ketrampilan yang perlu ditumbuhkan dalam diri anak
dalam hal musik :
(1) Mendengarkan
Sebagian besar anak dilahirkan dengan kemampuan untuk mendengar.
Kemampuan untuk mendengarkan bagaimanapun juga tidak hanya sekedar
mendengar tetapi juga memusatkan perhatian pada bunyi yang diterimanya.
Kemampuan untuk memperhatikan ini bukan bawaan dari lahir, tetapi suatu
ketrampilan yang perlu dipelajari, dan anak perlu dilatih dan dibantu untuk
mendapatkannya. Ketrampilan mendengarkan semacam itu penting bagi anak untuk
memahami lingkungannya dan dapat berkomunikasi.
Perkembangan ketrampilan mendengarkan aktif merupakan dasar dari
bergerak, menyanyi, bermain dan kreatifitas musik dan kelanjutan menulis, membaca,
dan menampilkan musik. Jika kita melihat lebih dekat pada ketrampilan mendengarkan
aktif, maka terdapat 3 komponen ketrampilan, yaitu:
a. Kesadaran pendengaran (auditory awareness).
Kesadaran pendengaran merupakan kesadaran seorang anak untuk mengetahui
asal suara. Seorang bayi berusia 3 minggu dapat menggerakkan kepalanya ke arah
bunyi yang ditimbulkan oleh gerakan ibunya. Misalnya: seorang ibu memeras air
yang ada di handuk kecil setelah menyeka sang anak. Bunyi itu dapat dikenali anak
yang menunjukkan bahwa anak memiliki kesadaran pendengaran terhadap bunyi-
bunyi di sekelilingnya.
b. Pembedaan pendengaran (auditory discrimination)
85
Pembedaan pendengaran adalah kemampuan untuk membedakan kualitas suara,
elemen apa yang digunakan sehingga mengeluarkan suara itu.
Anak bisa membedakan bunyi-bunyi yang didengarnya. Misalnya saja bunyi bel
pintu dan bunyi telepon yang berdering dapat dikenalinya. Latihan yang dapat
dilakukan adalah ajak anak mendengar bunyi angin, AC, daun-daun jatuh, dan
sebagainya.
c. Urutan pendengaran (auditory sequencing)
Anak perlu mengetahui urutan dari suatu bunyi. Mana yang lebih dulu, dan mana
yang kemudian perlu diketahui anak. Kemampuan ini merupakan kemampuan
mendengarkan yang lebih tinggi. Anak prasekolah menggunakan urutan
pendengaran dan kemampuan mengingat ketika dia duduk di dekat dan bermain
tepuk tangan. kemudian membuat suatu tepukan berpola dan bisa ditirukan anak
semirip mungkin.
Anak biasanya senang mendengarkan suatu musik atau lagu karena tertarik pada
melodi atau rhtym / iramanya. Anak dapat dilatih dengan diminta menutup mata
kemudian diperdengarkan bunyi-bunyian yang berbeda dari arah yang berbeda
pula. Anak kemudian diminta untuk mengidentifikasi dari mana arah bunyi tersebut
dan menebak benda apa yang dibunyikan. Untuk menunjukkan arah bunyi, anak
dapat menunjukkan jarinya ke arah asal bunyi. Jika anak sudah menguasai satu
bunyi, maka tingkat kesulitan dapat ditambah dengan membunyikan 2 benda
sekaligus dari arah yang berbeda. Kegiatan ini akan merangsang kepekaan anak
terhadap bunyi-bunyian.
Ketika anak semakin matang dan rangsangan pendengarannya dalam kehidupan
sehari-hari semakin kompleks dan maju, maka ketrampilan anak mendengar aktif
makin halus dan berkembang. Hal ini diperlukan untuk mendukung kesiapan dalam
membaca.
(2) Bergerak
Sejak bayi, anak sudah menunjukkan kemampuan untuk bergerak. Setiap
gerakan merupakan ungkapan dari keberadaan dan ekspresi dari anak. Gerakan anak
86
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu gerakan sadar dan gerakan tidak sadar. Gerakan tidak
sadar merupakan karakteristik bayi yang menunjukkan kematangan fisik dan
intelektual. Gerakan tidak sadar merupakan respon terhadap lingkungan internalnya
yang muncul secara spontan sebagai reaksi anak terhadap stimulus yang diterimanya.
Lingkungan eksternal anak juga memberikan stimulus terhadap gerakan tidak sadar
anak. Ketika kita meniup mata anak, maka secara otomatis anak akan mengedipkan
matanya. Gerakan sadar bisa direncanakan dan spontan. Anak berpikir apakah dia akan
mengambil mainan di ujung ruang, berjalan, dan mungkin selanjutnya secara spontan
dia akan lari.
Sebagian besar gerakan anak berirama. Ketika bayi, irama biasanya tidak
disadari. Saat anak bertumbuh, dia mulai membuat gerakan tubuhnya berirama
sebagai respon terhadap bunyi musik yang keras. Gerakan bermain memegang
peranan penting dalam penguasaan dari konsep musik oleh anak. Dia menggunakan
seluruh tubuhnya untuk mengeksplor dan mengekspresikan perubahan-perubahan
dalam tempo, dinamika, atau pitch atau mengekspresikan semangat dalam menyanyi.
Kita mengamati bahwa pada masa kanak-kanak awal, gerakan merupakan
kesenangan yang besar bagi anak. Mereka selalu ingin bebas bergerak, dari mulai
wajah gembira, tertawa selalu mengiringi respon fisik anak secara spontan.
Perpindahan dari gerakan anak menuju ke konsep musik dapat terjadi secara alami dan
menyenangkan bagi anak yang menyukai musik.
(3) Menyanyi
Semua anak suka menyanyi. Mereka mulai membuat bunyi pada bulan
pertama. Bayi umumnya menggumam, mengoceh atau mengeluarkan bunyi-bunyian
lain untuk menirukan suara-suara yang didengar di lingkungannya. Makin besar usia
anak, maka bunyi-bunyian itu menjadi semakin jelas dan berwujud menjadi ucapan,
nyanyian, chanting, dan sebagainya. Chanting merupakan bunyi yang ditimbulkan anak
antara berbicara dan bernyanyi.
Anak akan mengembangkan chant secara spontan ke dalam lagu yang kreatif
seiring pengan pertambahan ketrampilan mendengarkan dan kosa katanya. Pada saat
87
yang sama, anak akan meningkatkan ketrampilan vokalnya ke dalam lagu-lagu yang
didengar dari atau teman. Semakin anak dapat mengontrol suaranya, dia akan
menyanyi dengan melody yang lebih baik, juga interval dan iramanya.
tidak dapat terlalu menekankan pentingnya menyanyi bagi anak.
Mendengarkan nyanyian yang bagus merupakan faktor yang paling penting dalam
perkembangan dan kemampuan vokal. Banyak lagu yang beragam membantu anak
memusatkan perhatian terhadap sesuatu, meningkatkan kesenangan, dan merangsang
partisipasi. Yang terpenting, anak senang dan bisa menyanyi merupakan kunci
pertumbuhan anak dalam hal musik. Perlu diingat bahwa nyanyian tradisional juga
perlu tetap diajarkan kepada anak, dengan demikian anak tetap melestarikan lagu
daerah masing-masing yang merupakan kekayaan budaya bangsa dan tidak boleh
ditinggalkan. Anak bisa diminta untuk menyanyikan lagu-lagu tradisional, kemudian
direkam. Satu anak menyanyikan satu lagu, sehingga terkumpul beberapa lagu dengan
penyanyi yang berbeda-beda. Suatu saat kaset tersebut diperdengarkan kembali dan
anak dapat belajar untuk mengidentifikasi suara siapa yang menyanyikan lagu itu.
Apabila dana memungkinkan, maka kaset atau CD tersebut dapat digandakan dan
dibagikan kepada masing-masing anak.
(4) Bermain
Anak harus memiliki kesempatan untuk mendengarkan dan menghasilkan
berbagai bunyi-bunyian, misalnya suara besar, suara kecil, dan suara keheningan. Anak
memang tidak harus menggunakan alat musik untuk mengenalkan konsep musik,
cukup dengan memperhatikan lingkungan sehari-hari yang penuh dengan bunyi-
bunyian unik dan menarik. Anakperlu mengeksplor bunyi-bunyian tersebut sambil dia
mengeksplor dunia di sekelilingnya. Tetesan air, sobekan kertas, patahnya kuku,
sendok yang beradu dan masih banyak lagi bunyi-bunyian yang dapat ditimbulkan dari
lingkungan sekitar yang akan mempertajam kesadaran anak dan memperkaya
pengalaman anak dalam kehidupan sehari-hari.
Tersedianya alat-alat musik memberikan kesempatan pada anak untuk
membuat sendiri musik-musik yang mereka senangi. Alat-alat musik dengan nada-nada
88
yang tidak sumbang menolong anak mengenali ketepatan nada. Dengan alat musik
yang sesuai dengan usia anak, anak dapat belajar secara sederhana baik secara individu
maupun kelompok. Khususnya bagi anak-anak yang memiliki kecerdasan musikal,maka
kesempatan untuk bermain dengan alat-alat musik akan mengembangkan potensi
anak dalam bidang musik.
(5) Menciptakan
Kreatifitas sebagai suatu proses alami perlu dikembangkan dengan baik. Ketika
kreatifitas ini berkembang, anak perlu kosa kata dasar dari pengalaman dan
ketrampilan musik sehingga anak dapat mengekspresikan ide-idenya melalui kata-kata
yang dapat disampaikannya ke dalam gerakan dan musik. perlu memberikan peluang
dan dukungan sehingga anak mampu bereksplorasi dan menemukan sesuatu lebih
jauh.
Ada beberapa macam mencipta :
a. Mencipta melalui mendengarkan aktif
b. Mencipta melalui gerakan
c. Mencipta melalui menyanyi
d. Mencipta melalui bermain
c) Pembelajaran Musik
Semua pengalaman akan terbawa ke dalam pembelajaran, mulai dari
pengalaman irama yang sederhana dari mulai diayun-ayun menjelang tidur sampai pada
permainan irama yang lebih menantang saat menyanyi. Ketika pengalaman musik dikaitkan
dengan rentang perkembangan, pembelajaran diperoleh tanpa kesulitan. Ketika konsep
diinternalisasi dan diintegrasikan oleh anak, dia akan tumbuh dalam kemampuan untuk
menginterpretasikan dan menciptakan. Kepuasan dan kesenangan diperolehnya dari ekspresi
musik spontan sebelumnya yang diperluas penggunaannya secara sadar. Area-area
pembelajaran musik yang penting adalah :
(1) Rhytm
89
Di dalam konteks musik, rhytm adalah semua kata yang kita gunakan untuk
melukiskan dasar waktu atau komponen tempo dari musik : beat, meter, durasi suara, pola
rhytm, dan tempo. Dalam hal ini, rhytm adalah unsur-unsur yang terorganisasi yang
membuat musik keluar dari bunyi nadanya.
Di dalam konteks yang lebih luas, kita menyadari arti lain tentang dasar rhytm dari
manusia : detak jantung, bernafas, berjalan, berlari, pola bicara, tidur dan bangun, dan
lainnya. Di dalam lingkungan sehari-hari, kita mengamati perubahan musim, siang dan
malam, perubahan bentuk bulan, pasang surut air laut. Rhtym merupakan dasar dari alam
semesta dan kehidupan kita sehari-hari dan mengaitkan kita dengan karya seni. Anak usia
dini mulai mengembangkan pemahaman dan penguasaan terhadap musik melalui
penguasaan akan ritmik.
Kepribadian seseorang ada kaitannya dengan rhtym. Orang dewasa dapat belajar
mengendalikan rhytm, misalnya dengan menarik nafas, yoga, dan sebagainya. Dengan
ketenangan, biasanya akan diikuti dengan tempo yang lambat, dinamika yang lembut. Hal
tersebut merupakan suatu hal yang alamiah. Anak usia dini dapat dilatih belajar rhtym
dengan bermain dalam kelompok kecil. Misalnya : menjadikan rhtym sebagai identitas
kelompok. Jika memanggil kelompok A, maka kelompok A harus menjawab dengan
memainkan rhytm yang menjadi identitas kelompok mereka.
(2) Melody dan Harmoni
Melody bisa diartikan sebagai urutan dari nada yang dirubah atau diulang. Suara
manusia menghasilkan melodi. Harmoni adalah suatu urutan dari satu atau lebih nada-
nada yang dirubah atau diulang, yang ditambahkan ke dalam garis melodi yang menonjol
untuk memperkaya dan melengkapinya. Biasanya dua atau lebih bunyi musik dihasilkan
secara bersama-sama untuk menghasilkan harmoni. Jadi, harmoni akan menyertai melodi.
Anak usia dini masih kesulitan untuk memahami konsep harmoni. Anak hanya
merespon harmoni dengan bergerak, menyanyi dan bermain dengan beberapa tingkat
pembedaan pendengaran dan kreatifitas. Anak menikmati musik yang bagus dan dengan
bimbingan, anak dapat menggunakan instrumen musik. Dalam permainan ensambel musik
90
untuk anak yang lebih besar, akan dapat dinikmati suara berbagai alat musik yang
dimainkan secara harmonis.
Musik dan matematika biasanya berhubungan. Jika anak mengetahui pola di musik,
maka mereka akan mudah menemukan pola-pola yang ada di matematika. Maka tidak
terlalu salah adanya pandangan bahwa anak yang pandai di bidang musik, biasanya
menonjol di sekolah.
(3) Timbre
Timbre merupakan kualitas suara yang unik yang dihasilkan oleh alat musik atau
suara yang berbeda-beda. Setiap anak memiliki timbre sesuai dengan ciri khas masing-
masing. Dalam permainan anak yang matanya ditutup dengan saputangan, anak dapat
dengan mudah mengenali nama temannya hanya dari timbre yang dihasilkan oleh suara
teman tersebut. Anak juga dapat belajar mengenal timbre dari benda-benda dengan
meminta anak mengambil barang apa saja yang ada di sekitar mereka, kemudian mereka
membunyikannya. Bunyi-bunyian yang memiliki timbre hampir sama, berkumpul menjadi
satu kelompok. bisa meminta anak menirukan rhytm yang dibunyikannya, mulai dari
sederhana sampai kompleks. Setelah itu satu persatu kelompok bunyi yang sama
dihentikan sampai akhirnya berhenti semua.
(4) Dinamika
Dinamika merupakan tingkat kekerasan dan kelembutan suara atau alat musik yang
dimainkan. Anak usia dini dapat dilatih menyanyi atau memainkan alat musik dengan
memperhatikan faktor dinamika ini. Misalnya mengangkat tangannya ke atas, maka anak-
anak menyanyi dengan suara keras, jika menurunkan tangannya, suara anak semakin
pelan, demikian terus menerus. Dinamika berbeda dengan tempo. Jika dinamika
menekankan faktor keras – lembut, tempo lebih menekankan pada faktor cepat – lambat.
91
Peranan pendidik dalam pembelajaran musik cukup dominan. Beberapa peranan
pendidik adalah :
92
3. Lama kegiatan
- Anak usia 2-3 tahun : 10-20 menit
- Anak usia 4-6 tahun : 20-40 menit
Jika anak bertambah besar, misalnya di semester II tentunya waktu dapat
disesuaikan dengan kebutuhan anak. Berikan waktu untuk break/istirahat sejenak
jika akan berpindah dari satu sesi ke sesi berikutnya. Juga jika waktu bermain telah
selesai, perlu memberi tanda sehingga anak mengetahui bahwa harus segera
mengakhiri atau berpindah ke kegiatan yang lain.
4. Menetapkan peraturan bermain
Peraturan perlu ditetapkan dengan jelas agar anak tidak bermain dengan
semaunya. Dalam menetapkan peraturan perlu menggunakan bahasa dan perintah
yang jelas sehingga anak memahami. Berikan pula contoh-contoh yang nyata.
5. Selalu mendorong keterlibatan anak secara aktif dan kreatif
93
kegiatan seni, persiapan sebelum kegiatan memegang peranan penting, tetapi dalam proses
anak yang lebih dominan.
Stimulasi kreatifitas yang diberikan kepada anak usia dini perlu disesuaikan dengan
kondisi lingkungan dan anak. Pendidik perlu pandai mengelola dan memanfaatkan lingkungan
di sekitar anak sehingga menjadi media pembelajaran yang efektif yang dapat
mengembangkan seluruh potensi anak.
Perkembangan fisik mencakup keterampilan motorik kasar (otot besar) dan motorik
halus (otot kecil). Perkembangan fisik seringkali diartikan akan terjadi dengan sendirinya tanpa
perlu dukungan dari lingkungan. Perkiraan ini tidak hanya keliru tetapii juga perlu diingat
bahwa perkembangan fisik sama pentingnya sebagaimana aspek perkembangan lainnya untuk
dipelajari.
Seiring dengan perkembangan fisik seorang anak yang semakin baik dengan dapat
melakukan banyak tugas-tugas atau tanggungjawab yang dapat dilakukannya sendiri, seperti:
mengenakan pakaian sendiri, mengenakan sepatu dll maka anak juga akan mengembangkan
sosial emosional yaitu rasa percaya diri. Pada gilirannya, semakin mereka ingin mencoba hal-
hal baru dan hal tersebut akan mempengaruhi aspek-aspek perkembangan lainnya.
Keuntungan lain dari perkembangan fisik, sebagaimana yang dikemukakan pada
laporan kesehatan, bahwa perkembangan fisik memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap kesehatan seseorang. Perkembangan fisik diusia dini membantu prestasi akademis
anak, kesehatan secara umum, harga diri, pengelolaan stress dan perkembangan sosial.
Penelitian otak juga menjelaskan bahwa anak-anak yang beraktivitas akan memperkuat jalinan
sel-sel syarafnya.
Beberapa pembahasan dalam perkembangan fisik antara lain adalah : Perubahan
dalam ukuran badan, Perubahan bentuk badan, Perubahan Otot, Pertumbuhan Tulang,
Penambahan Kemampuan Motorik Kasar, Pengaruh Hormon dalam Perkembangan Fisik,
94
Pertumbuhan fisik yang tidak sesuai, Perbedaan jenis kelamin dalam perkembangan motorik
kasar.
1) Perubahan Fisik Anak Usia Dini
Sejak lahir anak mulai mengalami perkembangan fisik yang pesat. Perubahan-
perubahan yang terjadi antara lain :
a. Perubahan Ukuran Badan
Tanda-tanda yang paling terlihat pada pertumbuhan fisik adalah perubahan bentuk
tubuh anak. Sewaktu bayi perubahan terjadi sangat cepat dibandingkan dengan waktu lain
setelah kelahiran. Diakhir tahun pertama, tinggi bayi meningkat 50% dibanding saat baru lahir,
sedangkan diusia 2 tahun peningkatanya mencapai 75%. Dari segi beratnya menunjukan
peningkatan yang serupa. Saat usia 5 bulan, beratnya mencapai dua kali lipat, diusia 1 tahun
mencapai tiga kali lipat dan usia 2 tahun mencapai 4 kali lipat. Semakin bertambahnya usia,
pertumbuhan tersebut akan semakin lambat kecepatannya.
b. Perubahan Bentuk Badan
Sesuai dengan peningkatan ukuran tubuh anak secara keseluruhan, tiap bagian tubuh
juga tumbuh dengan ukuran yang berbeda. Pada saat dalam kandungan, kepala janin
berkembang lebih dahulu kemudian baru diikuti bagian tubuh. Setelah lahir, kepala dan dada
terus bertumbuh tetapi badan dan kaki menyusul kemudian.
Pada masa pubertas, proses pertumbuhan fisik bayi tidak berurutan (ex. Pertama
tangan kemudian kaki). Itulah sebabnya bentuk fisik bayi tidak proposional-kaki dan tangannya
terlihat lebih panjang atau besar.
c. Perubahan Otot
Berat tubuh/lemak tubuh meningkat pada 2 minggu terakhir dalam tahap kehidupan
janin dalam kandungan dan berlanjut setelah kelahiran hingga mencapai puncaknya diusia 9
bulan. Lemak tubuh pada bayi akan membantu menjaga suhu badan bayi tersebut. Pada tahun
kedua tubuh anak lebih kelihatan kurus, kecendrungan tersebut berlanjut sampai pada masa
pertengahan usia dini (Fomon & Nelson, 2002).
Pada saat lahir, bayi perempuan memiliki badan yang lebih gemuk daripada bayi laki-
laki. Perubahan ini terus bertahan sampai usia sekolah. Pada usia anak sekitar 8 tahun, anak
95
perempuan mulai bertambah lemak pada bagian lengan, kaki, badan dan keadaan ini berlanjut
hingga masa pubertas. Namun sebaliknya pada anak laki-laki, jumlah lemak ditempat-tempat
tersebut akan berkurang (Siervogel et al; 2000). Lambat laun otot akan bertambah pada masa
bayi dan kanak-kanak kemudian meningkat secara tajam pada saat remaja. Pada masa
pubertas, otot anak laki-laki berkembang lebih cepat 150% dibanding anak perempuan.
Demikian juga dengan jumlah sel darah merah dan kemampuan oksigen dari paru-paru ke
oksigen lebih banyak jumlahnya pada anak laki-laki. Bersamaan dengan itu, anak laki-laki akan
memperoleh otot yang lebih kuat daripada anak perempuan. Perbedaan tersebut memberikan
kontribusi bahwa penampilan anak laki-laki lebih atletis diwaktu usia remaja.
d. Pertumbuhan Tulang
Anak-anak pada usia yang sama akan berbeda dalam pertumbuhan fisiknya. Cara
terbaik untuk memperkirakan kematangan fisik anak adalah dengan menggunakan umur
tulang, dengan mengukur perkembangan dari tulang badan. Seiring penambahan usia, bentuk
badan akan kelihatan lebih kurus sampai usia remaja. Dalam usia pertumbuhan, anak
perempuan lebih cepat perkembangannya daripada anak laki-laki, serta kematangan fisiknya
lebih cepat dari anak laki-laki dan itu mempengaruhi keberadaan mereka dilingkungan.
96
Diusia 2 tahun, cara berjalan anak menjadi lancar dan sudah memiliki irama langkah.
Keadaan tersebut membuat anak lebih aman untuk bermain diluar. Diusia ini anak sudah dapat
mulai berlari dan melompat. Pada usia antara 3 – 6 tahun, anak sudah mulai meloncat dan
berlari kencang serta melompat-lompat dengan berirama. Pada akhirnya anak akan dapat
mengkombinasikan kemampuan gerakan diatas dan bawah dengan lebih efektif. Sebagai
contoh: anak usia 3 tahun sudah dapat melempar sebuah bola dengan tegas. Diusia 4-5 tahun,
anak dalam bermain sudah melibatkan bahu, hanya menggunakan badan saja tanpa ikut
menggerakan tangan dan kaki dengan lancar dan fleksibel.
Selama usia sekolah, peningkatan keseimbangan, kekuatan dan kelincahan dalam hal
berlari, meloncat, melompat dan kemapuan memainkan bola akan lebih meningkat dan
matang.
97
g. Pertumbuhan Fisik yang Tidak Seimbang
Sistem dalam tubuh berbeda sesuai dengan keunikannya, secara perlahan akan
membuat suatu sistem dalam pertumbuhannya. Pertumbuhan fisik sangat dipengaruhi oleh
penyerapan gizi yang baik, sedangkan penyerapan gizi didalam tubuh sangat dipengaruhi oleh
sistem kelenjar getah bening yang diproduksi oleh tubuh. Seperti kita ketahui bahwa kelenjar
getah bening ini tumbuh dengan sangat pesat pada masa bayi dan masa usia dini, kemudian
jumlah pertumbuhannya berkurang diusia remaja. Sistem kelenjar getah bening ini juga
membantu melawan infeksi, dengan demikian juga akan membantu menjaga daya tahan
tubuh.
98
(1) Perkembangan motorik kasar
Motorik kasar anak akan berkembang sesuai dengan usianya (age
appropriateness). Orang dewasa tidak perlu melakukan bantuan terhadap kekuatan otot
besar anak. Jika anak telah matang, maka dengan sendirinya anak akan melakukan gerakan
yang sudah waktunya untuk dilakukan. Misalnya : seorang anak usia 6 bulan belum siap
duduk sendiri, maka orang dewasa tidak perlu memaksakan dia duduk di sebuah kursi.
Gerakan motorik kasar untuk anak : (a) Merayap; (b) Merangkak; (c) Berdiri;(d)
Memanjat; (e) Berjalan; (f) Berlari; (g) Menendang; (h) Menangkap; (i) Melompat; (j)
Meluncur;(k) Lompat tali
Merayap Merangkak
99
Lompatan kanguru; (I) Melompat dengan trampoline kecil; (j) Melompat seperti katak;
(k) Berjalan dengan papan titian maju, mundur, ke samping, membawa benda; (l)
Mengambil dan meletakkan kepingan dari dan ke mangkuk; (m)
Membungkuk/mengumpulkan makanan; (n) Bermain terowongan; (0) Bermain kursi
ditutup selimut; (p) Menginjak alas dengan berbagai bahan seperti kartun /plastic
bekas telur, kain perca, potongan gelas aqua, sabut kelapa. dsb); (q) Melemparkan
barang-barang ke mulut harimau; (r) Kursi bermusik; (s) Bermain dengan aturan dll.
100
Ketika anak sedang makan, maka cara memegang sendoknya pun akan lebih baik,
menyerupai cara orang dewasa memegang.
Salah satu contoh adalah saat anak mencoret Anak senang mencoret-coret (mark-
makings) menggunakan beberapa alat tulis seperti crayon, spidol kecil, spidol
besar, pensil warna, kuas, dsb. Coretan ini akan makin bermakna seiring dengan
perkembangan kemampuan motorik halus dan kognisi anak.
(Kegiatan Menjimpit)
(b) Koordinasi tangan mata
Koordinasi mata tangan memiliki 2 aspek yaitu
Kemampuan menolong diri sendiri (self help skill)
101
Kemampuan untuk menolong diri sendiri misalnya : mencuci tangan, menyisir
rambut, menggosok gigi, memakai pakaian, makan dan minum sendiri, dsb
Kemampuan untuk pembelajaran
Koordinasi tangan dan mata anak dapat dilatih dengan banyak melakukan aktivitas
misalnya: membuka bungkus permen, membawa gelas berisi air tanpa tumpah,
membawa bola di atas piring tanpa jatuh, mengupas buah, bermain playdough,
meronce, menganyam, menjahit, melipat, menggunting, mewarna, menggambar
dan menulis, menumpuk mainan, dsb
Setiap gerakan yang dilakukan anak akan melibatkan koordinasi tangan dan mata juga
gerakan motorik kasar dan halus. Makin banyak gerakan yang dilakukan anak, maka makin
102
banyak pula koordinasi yang diperlukannya. Karena itu, anak perlu mendapatkan banyak
kegiatan yang menunjang motorik kasar dan halus anak, yang tentunya dirancang dengan baik
seduai dengan usia perkembangan anak.
(Kesehatan adalah keadaan yang komplit fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari
penyakit dan kelemahan).
Batasan tersebut, apa yang dimaksud dengan sehat atau kesehatan tercakup:
1) Keadaan sehat badan / fisik / jasmani adalah fisik yang tidak sakit / bebas dari penyakit,
tidak cacat dan tidak lemah. Semua organ tubuh dalam keadaan dan berfungsi normal
/ tidak ada gangguan fungsi organ tubuh.
2) Keadaan jiwa sehat paling tidak mencakup 3 aspek :
(a) Pikiran sehat yaitu yang dicerminkan oleh cara berpikir yang positif, masuk akal
(logis), dan runtut (alur yang teratur).
(b) Emosi sehat yaitu yang dicerminkan oleh kemampuan untuk mengekpresikan
perasaan gembira dan bersyukur apabila mendapat rezki dan terhindar dari
musibah; bersedih dan kecewa apabila mendapat musibah atau tak mendapatkan
103
sesuatu yang diharapkan, serta mampu bangkit untuk berusaha memperbaiki;
mengekpresikan rasa takut, kawatir dan lain sebagainya.
(c) Spiritual sehat yaitu memiliki keyakinan adanya kekuasaan dan kekuatan Tuhan,
dan selalu berupaya melaksanakan amal ibadah serta melaksanakan perintahnya.
3) Dalam arti sosial, mampu berinteraksi atau berhubungan / berkomunikasi dengan
individu lain, anggota keluarga, kelompok dan masyarakat saling menghargai dan
bertoleransi dalam batas-batas tertentu.
4) Dalam arti ekonomis, memiliki kegiatan yang produktif menghasilkan sesuatu yang
bernilai dan perihal penghematan sampai kepada menghasilkan nilai tambah.
Keempat aspek tersebut yaitu fisik, mental, sosial dan ekonomi menunjukkan bahwa
kesehatan besifat holistik dan komprehensif dan sebagai landasan memberikan pelayanan,
pendidikan dan pola pengasuhan pada anak usia dini yang mencakup aspek pertumbuhan dan
perkembangan anak, sesuai dengan pasal 17 ayat (1) : Kesehata a ak disele ggaraka u tuk
ewujudka pertu buha da perke ba ga a ak .
b. Penyelenggaraan Kesehatan Anak Usia Dini
Kesehatan masyarakat (Winslow, 1920) adalah : ilmu dan seni dalam (1) mencegah
penyakit, (2) memperpanjang hidup manusia dan (3) mempertinggi derajat kesehatan serta
effisiensi, melalui usaha-usaha masyarakat yang terorganisir untuk :
1) Perbaikan sanitasi lingkungan,
2) Pemberantasan penyakit-penyakit menular,
3) Pendidikan untuk kebersihan perorangan,
4) Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini
dan pengobatan.
5) Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan
hidup yang layak untuk memelihara kesehatannya,
Pendidikan dan pengasuhan kesehatan terhadap anak usia dini merupakan bagian dari
usaha kesehatan masyarakat dengan sasaran yang spesifik yaitu anak usia 0 – 6 tahun. Oleh
karena itu pendidikan dan pengasuhan anak usia dini di bidang kesehatan merupakan
tanggung jawab semua pihak. Peningkatan dan kerjasama dilakukan antara orang tua/keluarga
104
dan masyarakat termasuk organisasi kemasyarakatan dan pemerintah (pendidikan, kesehatan
dan sektor lainnya).
GENETI
KA
DERAJAT
LINGKUNGAN PELAYANAN
KESEHATAN
KESEHATAN
PERI-
LAKU
Sumber : Hendrik L BLUM, Planning for Health, Development and Aplication of Social
Change Theory (New York : Human Sciences Press, 1974), p. 3.
105
mencakup pengalaman dalam interaksi membentuk menjadi individu yang tumbuh dan
berkembang menjadi seorang individu yang sadar akan eksistensinya.
Faktor lingkungan sebelum lahir (prenatal)
Faktor lingkungan sebelum lahir adalah kondisi ibu pada waktu hamil. Kondisi kesehatan
ibu sangat menentukan. Ibu yang mengalami gizi kurang sering melahirkan bayi BBLR,
hambatan petumbuhan otak dan rentan terhadap infeksi penyakit.
Faktor lingkungan setelah lahir
Lingkungan sebagai ruang hidup dan sumber kehidupan yang bisamenjadi faktor positif
dan faktor negatif (risiko). Faktor positif memberikan peningkatan kualitas hidup, faktor
risiko sebagai media gangguan dan sumber penyakit.
(b) Perilaku
Yang dimaksud dengan perilaku adalah sikap, tindakan dan persepsi ibu/orang tua
terhadap semasa hamil dan terhadap anak usia dini, bagaimana perilaku ibu terhadap
pemberian ASI, rasa kasih terhadap anak dan lain sebagainya memiliki pengaruh besar
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.
(c) Pelayanan Kesehatan
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan
prenatal dan ante natal. Prenatal merupakan pelayaan sebelum bayi lahir yang ditujukan
kepada pelayanan ibu hamil. Pada ante natal pelayanan kesehatan dasar diberikan kepada
kesehatan anak sejak lahir di antaranya pemberian imunisasi, pemanrtauan petumbuhan dan
pemerkembangan serta pemeriksanaan kesehatan dan pengobatan ketika sakit. Ketersedian
dan fungsi pelayanan kesehatan, akses dan kerjasama dengan unit pelayanan kesehatan
adalah penting.
(d) Genetika
Yang dimaksud dengan faktor-faktor yang dibawa akibat keturunan baik faktor bawaan
yang normal maupun yang patologik. Setiap anak dilahirkan dengan faktor bawaan yang
106
masing-masing unik. Hidung mancung, raut muka lonjong/bulat, mata jeli dsb dibawa sejak
lahir. Demikian juga dengan gizi lebih, orang tua yang bergizi lebih memiliki anak cenderung
bergizi lebih. Oleh karena itu faktor-faktor genetika merupakan salah satu perhatian dan hal
yang dicermati dalam melakukan pendidikan dan pemeliharaan kesehatan dan gizi kepada
anak usia dini. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam tumbuh dan kembang anak tersebut
sering juga disebut lingkungan bio-fisiko- psiko-sosial.
d. Riwayat Alamiah Timbulnya Penyakit
Anak usia dini sangat rentan terhadap penyakit. Untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan kesehatan perlu dipahami riwayat alamiah perjalanan penyakit.
dan an
Sanitasi
tepat
pertumbuhan Lingkungan Penemuan Pengobatan Penyediaa
pengawasan
107
lingkungan/ke dari Pencegahan komplikasi untuk
rja proses
penyakit
Karsinogen dan mengguna
Pemeriksanaa Pengendali kecacatan. kan dan
Penyediaan
n kesehatyan lebih lanjut
Pencegahan
an mengemba
Berkala
penyebaran
pencemara fasilitas ngakan
n dan untuk lembaga
penyakit
alergi menular membatasa rehabilitasi
Pencegahan n .
komplikasi ketidak Mengemb
dan
kecacatan
mampuan alikan ke
dan dalam
kematian lingkunga
sosial
kemasyara
katan
Terjadinya suatu peyakit, merupakan proses dari mulai sebelum masa sakit, sampai
kepada masa sakit. Proses tersebut berjalan terus menerus. Interaksi faktor-faktor agent, host
dan environment yang terjadi sebelum terjadi sakit disebut periode prepatogenesis. Setelah
interaksi terjadi dan terjadi sakit, perubahan bentuk dan fungsi jaringan dan sampai kepada
peyembuhan, karier, cacat atau meninggal disebut periode patogenesis. Untuk meningkatkan
dan mencegah terjadinya peyakit, sampai kepada penyembuhan dan mengurangi kecacatan
terdapat tiga tahap yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier
(Leavell & Clark, 1965).
Di dalam tiga tahap pencegahan tersebut ada lima tingkatan usaha yang dilakukan pada
masa sebelum sakit dan pada masa sakit. Pada sebelum masa sakit (1) meningkatkan nilai
kesehatan (heath promotion), (2) memberikan perlindunga khusus, dan pada masa sakit (3)
108
mengenal jenis penyakit tingkat awal serta memberikan pengobatan yang tepat dan segera,
(4) pembatasan kecacatan dan (5) rehabilitasi.
Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah perkembangan penyakit sebelum
penyakit itu terjadi. Pencegahan ini dilakukan pada prepatogenesis, yaitu dilakukan dengan
upaya peningkatan kesehatan serta memberikan perlindungan secara spesifik, dengan
imunisasi, sanitasi lingkungan dan pencegahan kecelakaan. Pencegahan primer dilakukan
terhadap anak usia dini dengan memberikan gizi yang baik, menjaga kebersihan
perseorangan/diri lingkungan yang bersih dan pemberian kekebalan melalui imunisasi.
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mendeteksdi secara dini dan mengobati penyakit
segera. Pencegahan tertier ditujukan untuk suatu penyakit yang dapat menyebabkan cacat
atau gejala sisa, agar supaya individu yang terkena dapat hidup dengan ketergantungan fisik
maupun nonfisik yang minimal. Pencegahan sekunder dan primer dilakukan oleh tenaga-
tenaga kesehatan melalui unit-unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
2) Kecacingan
Penyebab : Cacing perut yaitu diantaranya cacing gelang, cacing cambuk da cacing
tambang. Ynag sering menjangkiti adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides). Cara penularan
: kecacingan ditularkan melalui telur cacing yang mengkontaminasi makanan dan atau
109
minuman, tanah yang terpegang dan masuk mulut. Cara pencegahan : menjaga kebersihan
perorangan, mandi 2 kali sehari, memotong dan membersihkan kuku, menjaga kebersihan
makanan dan minuman, buang air besar di WC, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan,
3) Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit endemik di beberapa daerah, sering
menimbulkan/terjadi wabah.
Gejala-gejala Demam Berdarah yang harus diwaspadai :
(a) Mendadak panas tinggi selama 2-7 hari.
(b) Dapat diikuti dengan timbulnya bintik-bintik merah pada kulit.
(c) Kadang-kadang disertai perdarahan pada hidung/mimisan,
(d) Mungkin terjadi muntah dan berak darah.
(e) Sering rasa nyeri di hulu hati.
(f) Bila sudah menjadi parah penderita gelisah, tangan dan kaki dingin dan berkeringat.
Penyebab : Virus dengue. Cara penularan : melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Cara
pencegahan : Demam Berdarah Dengue dapat dicegah dengan memberantas jentik-jentik
nyamuk Aedes aegypti dengan cara melakukan PSN.
4) Tuberkulosis
Penyakit ini terdapat pada daerah pemukiman yang padat, perumahan / rumah yang
kurang ventilasinya serta kurang kena sinar matahari. Penyebab : Mycobacterium tuberculosa,
Cara penularan: Penyakit ini disebarkan melalui pernafasan, bersin dan batuk. Cara
pencegahan: Dapat dicegah dengan imunisasi BCG dan perbaikan lingkungan rumah tempat
tinggal.
5) Flu Burung
Flu burung (Avian Influenza) adalah penyakit yang menyerang unggas dan babi. Tanda-
tanda ayam terjangkit flu burung diantaranya adalah jengger berubah menjadi warna biru,
timbul borok dikaki, terjadi kematian mendadak. Penyebab : Virus avian influenza tipe H5N1.
Cara penularan : menular dari unggas ke uggas, dari unggas ke manusia.melalui air liur, lendir
dan kotoran unggas yang sakit. Flu burung juga dapat menular melalui udara yang tercemar
110
oleh virus H5N1 yang berasal dari kotoran unggas yang sakit. Penularan dari unggas ke manusia
terutama bila terjadi persinggungan langsung dengan unggas yang sakitt (yang terinfeksi flu
burung). Cara pencegahan : anak-anak tidak boleh memegang atau bermain dengan unggas.
Unggas harus dikandangkan. Bila anda mengalami gejala flu, pilek, demam yang disertai sesak
nafas setelah memegang unggas atau berada di lingkungan dimana terdapat unggas yang mati
mendadak. Menggunakan penutup hidung / mulut, sarung tangan dan sepatu / penutup kaki
ketika memegang unggas. Tidak mengusap tangan dan hidung dan mata setelah memegang
unggas. Setelah memegang unggas segera mencuci tangan dan membersihkan badan dengan
sabun. Memasak daging unggas dan telur sampai matang.
6) Difteri
Gejala awal penyakit ini adalah radang tenggorokan, hiilang nafsu makan, dan demam
ringan. Penyebab : Corynebacterium diphtheriae. Cara penularan : kontak langsung fisik dan
pernafasan. Pecegahannya dengan imunisasi .
7) Pertusis
Penyakit ini disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari, penyakit pada saluran
pernafasan. Penyebab : bakteri Bordetella pertusis. Cara penularan : drouplet infektion,
percikan ludah dari batuk dan bersin. Cara pencegahan : imunisasi
8) Tetanus
Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang tetapi melalui kotoran yang masuk ke
dalam luka yang dalam. Penyebab : Clostridium tetani. Pencegahan : imunisasi.
9) Campak
Tanda-tanda penyakit ini demam, batuk dan pilek, mata merah, timbul ruam / bercak
kemerahan pada muka dan leher kemudian menyebar ke seluruh tubuh. (tergantung pada
ketahanan tubuh anak). Penyebab : Virus measles. Penyebaran : droplet batuk dan berrsin.
Pencegahan : imunisasi, menjaga kesehatan dengan gizi yang cukup.
10) Poliomielitis
Penyakit ini sering disebut sebagai lumpuh layu akut (Acute flaccid Paralysis = AFP).
Penyebab : Virus polio. Penyebaran : melalui kotoran manusia (tinja) yang mengandung virus
polio. Pencegahan : imunisasi dan kebersihan perorangan dan kebersihan lingkungan.
111
11) Hepatitis B
Penyakit ini disebut juga penyakit kuning. Peyebab : Virus hepatitis B. Pencegahan :
dengan imunisasi dan kebersihan perorangan.
f. Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit-penyakit tersebut maka :
(1) Anak selalu diberi minum dengan air matang; (2) Makan makanan yang tidak
terkontaminasi kuman/bakteri; (3) Cuci tangan sebelum makan; (4) Cuci tangan sesudah
dari WC; (5) Cuci tangan setelah memegang binatang; (6) Cuci tangan setelah bermain; (7)
Kuku tangan dan kaki selalu bersih dan pendek; (8) Tidak bermain di kandang hewan; (9)
Memakai alas kaki; (10) Alat makan tidak bergantian; (11) Baju / pakaian tidak bergantian;
(12) Dilatih dan dibiasakan buang air besar/kecil di WC/peturasan kamar mandi.; (13)
Dilatih dan dibiasakan membuang sampah di tempat sampah.
g. Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
dimaksudkan untuk memberi kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit tertentu, belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Ada
2 jenis kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit, yakni kekebalan tidak spesifik dan kekebalan
spesifik.
Imunisasi Aktif (Active Immunization) yang diberikan pada anak adalah:
(a) BCG untuk mencegah penyakit TBC
(b) DPT/HB untuk mencegah penyakit-penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Dan
Hepatitis B
(c) Polio untuk mencegah penyakit poliomielitis.
(d) Campak untuk mencegah penyakit campak (measles).
Anak harus diimunisasi lengkap sebelum umur 1 tahun. Imunisasi merupakan upaya
pencegahan terhadap penyakit-penyakit : TBC, Hepatitis B (sakit kuning), Polio, Difteri, Batuk
100 hari, Tetanus dan Campak.
Anak dalam keadaan sakit ringan seperti batuk, pilek, diare dan sakit kulit bukan
halangan untuk diimunisasi.
h. Lingkungan Sehat Dan Rumah Sehat
112
Lingkungan sehat merupakan faktor terbesar yang berpengaruh terhadap derajat
kesehatan. Di dalam teori simpul, lingkungan merupakan media penularan penyakit. Untuk
memberikan lingkungan yang aman dan sehat, harus mengenali ciri-ciri lingkungan dan rumah
yang sehat, sarana sanitasi yang sehat, dan memahami kaitannya dengan penyakit-penyakit
yang sering terjadi di masyarakat.
1) Lingkungan Sehat
Ciri-ciri lingkungan sehat adalah :
(1) Bersih dan rapi
(2) Tidak ada genangan air
(3) Sampah tidak berserakan, tersedia bak/tempat pembuangan sampak
(4) Memberikan udara segar dan rasa nyaman
(5) Tersedia air bersih yang cukup
(6) Tersedia jamban yang sehat
(7) Tidak terdapat vektor penyakit, lalat, tikus, kecoa dan nyamuk serta binatang-binatang
yang berbahaya lainnya..
Lingkungan yang tidak mempunyai ciri-ciri tersebut diatas, maka dapat dikatakan
lingkungan tidak/kurang sehat. Misalnya lingkungan dengan sampah yang menumpuk
berserakan, bau, tidak enak dipandang mata, terdapat genangan air, banyak lalat, kecoak,
bahkan tikus, tidak ada jamban dan tidak ada persediaan air bersih.
Keadaan lingkungan yang tidak sehat akan menimbulkan hal-hal sebagai berikut:
(1) Lingkungan yang tidak rapi dan bersih, kotor, tidak teratur dan tidak enak dipandang
mata.
(2) Bila ada genangan air selain berbahaya (licin, dan lainnya) bisa menjadi tempat
berkembangnya vector penyakit.
(3) Tidak tersedianya jamban dan air bersih, akan menimbulkan perasaan tidak nyaman,
bau, dan akan buang air besar di sembaranmg tempat. Dan dapat menjadi media
penularan penyakit.
2. Rumah Sehat
113
Fungsi Rumah
(1) Rumah sebagai tempat tinggal, untuk memenuhi kebutuhan fisik/jasmani.
(2) Rumah sebagai tempat untuk kebutuhan-kebutuhan rokhani/mental.
(3) Rumah sebagai tempat perlindungan dari penyakit dan gangguan
kesehatan.
Rumah Sehat : tempat tinggal yang memberikan kondisi bagi penghuninya hidup sehat
(produktif dan ekonomis), mendukung dan meningkatkan fungsi keluarga.
Fungsi keluarga :
(1) Fungsi keagamaan, dimana keluarga dapat mengembangkan dan mampu menjadi
wahana yang pertama dan utama untuk membawa seluruh anggotanya melaksanakan
ajaran Ketuhan Yang Maha Esa dengan penuh iman dan taqwa terhadap tuhan Yang
Maha Esa.
(2) Fungsi kebudayaan, dimana keluarga mampu megembangkan menjadi manusia
berbudaya, memiliki harkat dan martabat.
(3) Fungsi cinta kasih, menumbuhkan cinta kasih sesama anggota keluarga dan antar
sesama.
(4) Fungsi perlindungan, keluarga menjadi pelindung utama yang kokoh.
(5) Fungsi reproduksi, keluarga menjadi pengatur reproduksi, secara sehat dan berencana.
(6) Fungsi sosial (interaksi sosial diantara keluarga, interpersonal),
(7) Fungsi pendidikan, keluarga merupaka salah satu pusat pendidikan bagi anak/keluarga.
(8) Fungsi ekonomi, keluarga menjadi unit yang mandiri untuk menuju kesejahteraan.
(9) Fungsi pemeliharaan lingkungan, keluarga mampu memberikan kontribusi dan
memberikan terbaik untuk lingkungan dan untuk masa depan.
Lingkungan sehat akan mendukung suatu kondisi rumah sehat. Rumah sebagai
kebutuhan dasar baik sebagai tempat tinggal maupun untuk kehidupan rumah tangga
khususnya dalam pola pengasuhan anak. Keluarga memiliki peranan besar dalam menjaga
keturunan khususnya keamanan dan memberikan kondisi yang kondusif perkembanagn fisik
dan mental serta sosial anak yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Syarat-syarat Rumah Sehat:
114
(1) Pencahayaannya cukup, baik pencahayaan alam dan atau pencahayaan buatan yang
dapat meerangi seluruh ruangan minimum intensitasnya 60 luxminimal cahaya untuk
dapat membaca).
(2) Ventilasi / sirkulasi udara cukup, sehingga menghasilkan udara dalam ruang nyaman
dengan tempetratur 22oC dan kelembaban 50-70 %.
(3) Lantai bersih dan tidak licin
(4) Atap tidak bocor.
(5) Dinding kuat, bersih dan kering.
(6) Terdapat sumber / tersedia sarana air bersih
(7) Terdapat jamban yang sehat
(8) Terdapat sarana pembuangan sampah.
(9) Terdapat sarana pembuangan limbah
(10) Kebersihan di dalam rumah terjaga dengan baik.
(11) Jarak yang cukup dari kandang ternak piaraan.
(12) Halaman bersih.
Lingkungan dan rumah yang memenuhi syarat kesehatan dapat memberikan
lingkungan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak serta melatih dan
membiasakan perilaku hidup besih dan sehat.
Fasilitas sanitasi memberikan pengalaman dan perilaku yang diharapkan. Misalnya
fasilitas tempat pembuanagn sampah anak akan sejak dini mengenal tempat sampah dan
menggunakannya. Fasilitas WC sejak dini anak menghenal WC dan sebagai pendidikan
membuang air besar/toileting.
i. Pemberian Gizi Seimbang Anak Usia Dini
Gizi berasal dari bahasa Arab Al Gizzai ya g artinya makanan dan manfaatnya untuk
kesehatan. Dapat juga diartikan sebagai sari makanan yang bermanfaat bagi kesehatan. Dalam
ilmu gizi, banyak digunakan istilah yang bercampur dengan istilah sehari-hari yang biasa
digunakan sehingga sering menimbulkan kekeliruan pengertian. Istilah-istilah tersebut di
antaranya nutrien, makanan, bahan makanan dan hidangan.
115
1) Ilmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu makanan dalam hubungannya
dengan kesehatan optimal.
2) Nutrien adalah zat gizi penyusun bahan makanan yang diperlukan oleh tubuh untuk
menyediakan energi, membangun, memelihara jaringan tubuh serta mengatur proses
kehidupan dalam tubuh. Zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan adalah meliputi
karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin.
3) Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur
/ ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh yang berguna bagi tubuh.
4) Bahan makanan adalah hasil produksi pertanian, perikanan dan peternakan, seperti
beras, jagung, daging, ikan laut, sayur, buah-buahan telur, susu dan lainnya.
5) Hidangan adalah satu atau beberapa jenis makanan yang disajikan untuk dimakan
seperti hidangan untuk makan malam terdiri dari nasi, lauk, sayuran dan buah-buahan
dan lainnya.
6) Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan makanan.
7) Status gizi adalah keadaan tubuh akibat konsumsi makanan penggunaan zat-zat gizi.
Makanan yang dipilih sehari-hari dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya bila makanan tidak dipilih dengan baik,
tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi tertentu. Pemberian makanan yang sebaik-
baiknya adalah harus memperhatikan kemampuan tubuh seseorang untuk mencerna
makanan, umur, jenis kelamin, jenis aktifitas, dan kondisi tertentu seperti sakit, hamil dan
menyusui.
Kandungan Zat Gizi
Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia yang terdapat dalam bahan makanan
terdiri atas (1) karbohidrat, (2) protein, (3) lemak, (4) vitamin dan (5) mineral..
(1) Karbohidrat
Karbohidrat sebagai sumber energi yang utama dan sumber panas yang diperlukan
oleh system tubuh dan dibutuhkan dalam jumlah yang banyak. Fungsi utama karbohidrat
adalah menyediakan energi bagi tubuh. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori. Sebagian
karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa, untuk keperluan
116
energi segera, sebagian disimpan sebagai glicogen dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian
diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan
lemak.
Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacangan
dan gula serta hasil bahan olahannya seperti bihun, mie, roti tepung-tepungan, sirup dan
sebagainya.. Sayur dan buah tidak banyak mengandung karbohidrat. Sementara makanan yang
berasal dari hewani seperti daging, ayam, ikan dan telur sedikit mengandung karbohidrat.
(2) Lemak
Lemak adalah sumber energi (1gr = 9kal) kedua yang diperlukan untuk melindungi
organ tubuh dan merupakan cadangan energi yang ada dalam tubuh. Mengkonsumsi lemak
sangat penting untuk setiap anak. Fungsi: (a) Pemberi kalori; (b) Pelarut vitamin A, D, E dan K.
Sumber : (a) Jenuh: lemak / minyak dari hewani; (b) Tak jenuh: minyak dari nabati
(3) Protein
Protein merupakan zat gizi yag sangat penting, karena paling erat hubungannya dengan
proses kehidupan. Na a protei berasal dari kata protebos ya g arti ya ya g perta a atau
ya g terpe ti g . Protei diklasifikasika dari berbagai ara ada ya g berdasarka atas
komponen-komponen yang menyusunnya, ada yang berdasarkan fugsi fisiologiknya dan ada
yang mengklasifikasikan atas dasar sumbernya.
Berdasarkan sumbernya protein diklasifikasikan menjadi :
(a) Protein hewani , yaitu protein dalam bahan makanan yang berasal dari binatang
seperti dari daging, ayam, susu dan sebagainya.
(b) Protein nabati, yaitu protein yang berasal dari bahan makanan tumbuh-tubuhan
seperti protein dari jagung, terigu dan sebagainya.
Protein merupakan sumber energi yang ketiga (1gr = 4kal). Protein penting bagi tubuh,
karena protein dapat digunakan sebagai anti bodi untuk menjaga system kekebalan tubuh dari
bakteri dan kuman-kuman. Fungsi: (a) Pembangun sel jaringan tubuh; (b) Mengganti sel tubuh
yang rusak; (c) Membuat enzim dan hormone; (d) Membuat protein darah; (e) Menjaga
keseimbangan asam basa; (f)Pemberi kalori. Sumber: (a) Hewani: daging sapi, daging ayam,
117
ikan, telur, udang, kerang, kepiting, susu; (b) Nabati: tempe, tahu, oncom, kedele, kacang-
kacangan
(4) Vitamin
Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan
pada umumnya tidak bisa dibentuk oleh tubuh. Zat-zat ini diperoleh melalui makanan.
Istilah vitamin pertama kali digunakan oleh Cashmir Funk di Polandia pada tahun 1912.
Pertama kali zat yang dinamakan vitamin ini ditemukan dalam dedak beras yang bisa
menyembuhkan penyakit beri-beri. Zat ini diperlukan untuk hidup (vita) dan mengandung
unsur nitrogen (amine), oleh sebab itu disebut vitamine. Vitamin termasuk kelompok zat
pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Penggolongan vitamin yaitu vitamin
larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, K) dan vitamin larut dalam air (vitamin B dan C)
Tabel 1 : Vitamin dan Fungsinya
Vitamin Fungsi
Vitamin A Untuk pemeliharaan kesehatan mata
Vitamin D Untuk kesehatan tulang
Vitamin E Untuk kesuburan
Vitamin K Untuk Pembekuan darah
Vitamin C Untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi
Bitamin B Untuk mencegah penyakit beri-beri
Vitamin B12 Untuk meningkatkan nafsu makan.
(5) Mineral
Mineral berperanan penting dalam pemeliharaan fungsi-fungsi tubuh baik pada tingkat
sel, jaringan, organ maupun secara keseluruhan. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro
dan mineral mikro.
Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang besar
yaitu lebih dari 100 mg setiap harinya. Mineral mikro adalah mineral yang dibutuhkan kurang
dari 100 mg setiap harinya. Jumlah mineral mikro hanya 15 mg setiap harinya.
Tabel 2 : Peranan Mineral Makro dan Mikro
Mineral Peranan
Mineral Makro
1. Natrium (Na) 1 Menjaga keseimbangan cairan tubuh.2
118
2. Klor (Cl) 2. Menjaga keseimbangan cairan tubuh.
3. Kalium (K) 3. Menjaga keseimbangan cairan tubuh.
4. Kalsium (Ca) 4. Pembentukan tulang dan gigi.
5. Fospor (P) 5. Pengaturan keseimbangan dan alat transportasi
zat-zat gizi, pengerasan gigi dan tulang..
6. Magnesium (Mg) 6. Mencegah kerusakan gigi, katalisator reaksi-
reaksi biologik
7. Sulfur (S) 7. Pembentukan tulang rawan, kulit, rambut dan
kuku.
Mineral Mikro
1. Besi (Fe) 1. Pembentukan darah, Metabolisme energi,
kemampuan belajar, dan sistem
kekebalan,pelarut obat-obatan dalam tubuh.
2. Seng (Zn) 2. Metabolisme, kekebalan
3. Yodium (I) 3. Mengatur petumbuhan dan perkembangan
4. Selenium 4. Anti oksidan
5. Tembaga (Cu) 5. Mencegah anemia.
6 Mangan (Mn) 6. Metabolisme
7 Fluor (F) 7. Pengerasan email gigi.
8. Krom (Cr) 8. Metabolisme.
9. Molibden (Mo) 9. Metabolisme.
(6) AIR
Air atau cairan tubuih merupakan bagian utama tubuh yaitu 55-60 persen dari berat
badan atau 70 % dari bagian tubuh tanpa lemak. Anak-anak lebih besar dari angka tersebut,
dan bayi waktu lahir kurang lebih 75 % dari berat badannya. Cairan tubuh berkaitan erat
dengan mineral yang terlarut di dalamnya. Semua proses kehidupan berlangsung di dalam
cairan tubuh yang mengandung mineral.
Tubuh dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tetapi hanya bertahan
beberapa hari tanpa air. Kandungan air setiap individu relatif berbeda satu sama lain,
tergantung jaringan otot dan lemak. Sel-sel yang aktif secara metabolik seperti sel-sel visera
yaitu jantung, paru-paru dan jerohan mempunyai konsentrasi air paling tinggi, jaringan tulang
dan gigi paling sedikit. Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel.
j. Gizi Seimbang
Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan
dan tinggi badan atau tubuh lainnya, tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang
119
keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang sedang dalam proses
tumbuh.
Bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan, maka disebut gizi seimbang
atau gizi baik. Bila jumlah asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan disebut gizi kurang. Bila
jumlah asupan zat gizi melebihi dari yang dibutuhkan disebut gizi lebih.
Dalam keadaan baik dan sehat atau bebas dari penyakit, pertumbuhan seorang anak
akan normal. Sebaliknya bila dalam keadaan gizi tidak seimbang, pertumbuhan seorang anak
akan terganggu, misalnya anak tersebut akan kurus, pendek atau gemuk.
Gangguan pertumbuhan dapat terjadi dalam waktu singkat dan dapat terjadi pula
dalam waktu yang cukup lama. Gangguan pertumbuhan dalam waktu singkat sering terjadi
pada perubahan berat badan sebagai akibat menurunnya nafsu makan, sakit seperti diare dan
infeksi saluran pernafasan atau karena kurang cukupnya makanan yag dikonsumsi. Sedangkan
gangguan pertumbuhan yang berlangsung dalam waktu yang lama dapat terlihat pada
hambatan pertambahan tinggi badan.
Keadaan gizi yang seimbang tidak hanya penting bagi pertumbuhan yang normal, tetapi
juga bagi prosers-proses lainnya termasuk di dalamnya adalah proses perkembangan anak,
kecerdasan, pemeliharaan kesehatan dan untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
120
diperoleh dari dipeoleh berraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai
sehingga memenuhi kebutuhan gizi guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses
kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan. Gizi sembang diberikan kepada anak usia
dini karena tidak semua bahan makanan mengandug zat gizi yang lengkap. Menu seimbang
mulai diberikan kepada anak setelah usia bayi 6 bulan.
2) Konsep Dasar Gizi Seimbang
Setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
ineral) dalam jumlah yang cukup, tidak kelebihan dan tidak kekurangan. Selain itu
membutuhkan air dan serta untuk memperlancar berbagai proses faali dalam tubuh.
Komposisi zat gizi dari setiap jenis makanan memimiliki keunggulan dan kelemahan
tertentu, ada yang mengandug kalori tinggi tetapi kurang mengandung protein atau vitamin
dan mineral demikian sebaliknya. Untukmendapatkan masukan zat gizi yang cukup diperlukan
mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beraneka ragam.
Makanan yang beraneka ragam tersebut aka memenuhi kebutuhan tubuh.
Berdasarka fu gsi uta a zat gizi ya g dala il u gisi dipopulerka de ga istilah Tri Gu a
Maka a , yaitu perta a aka a sebagai sumber zat tenaga, kedua sebagai sumber zat
pengatur dan ketiga sebagai sumber zat pembangun. Gizi Seimbang adalah asupan zat gizi
sesuai dengan kebutuhan baik kualitas maupun kuantitasnya secara umum dan memiliki Tri
Guna Makanan seperti digambarkan pada Logo Gizi Seimbang.
Pada logo Gizi Seimbang, ada 4 kelompok makanan yaitu : makanan pokok, lauk pauk,
sayur dan buah, dan satu kelompok lagi di luar kelompok tersebut yaitu miyak dan gula yang
digunakan seperlunya.
121
Seperlunya
2-3 porsi
3-8 porsi
122
(k) Hindari minuman beralkohol
(l) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
(m) Bacalah label pada makanan yang dikemas
123
membuang ASI pertama (kolostrum) yang berwarna kekuning-kuningan karena mengandung
zat gizi yang bermutu tinggi dan zat kekebalan tubuh yang sangat diperlukan bayi.
2) Keunggulan ASI dan Manfaat Menyusui
(a) Aspek Gizi
(1) ASI pertama yang keluar disebut kolostrum.
Kolostrum mengandung: Protein, Vitamin A yang tinggi, Karbohidrat dan lemak
yang rendah, Zat kekebalan untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi
khususnya diare.
Kolostrum juga membantu pengeluaran mekonium yaitu kotoran bayi yang
pertama yang berwarna hitam kehijau-hijauan. Jumlah kolustrum yang diproduksi
bervariasi tergantung dari isapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran
(2) ASI mudah dicerna.
ASI mengandung enzym-enzym untuk mencernakkan zat-zat gizi yang terdapat
dalam ASI tersebut. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi berguna untuk
pertumbuhan dan perkemangan kecerdasan bayi/anak.
(3) ASI memiliki perbandingan antara Whey dan casein yang sesuai untuk bayi.
Ratio Whey terhadap casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan
dengan susu sapi. ASI mengandung Whey lebih banyak yaitu 65 : 35, komposisi ini
menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap dibandingkan susu sapi. Susu sapi
perbandingannya adalah 20 : 80, mengandung lebih banyak casein yang tidak
mudah diserap.
(4) ASI memiliki Taurin (sejenis asam amino kedua terbanyak terdapat dalam ASI dan
tidak terdapat dalam susu sapi). Taurin mempunyai fungsi sebagai neuro
transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak.
(5) ASI memiliki Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) Adalah asam
lemak tak jenuh rantai panjang/poly unsaturated fatty acids, diperlukan untuk
pembetukan sel-sel otak yang optimal). Dalam ASI, DHA dan AA jumlahnya sangat
mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak dikemudian hari .
124
DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk / disintesa dari substansi pembentuknya
yaitu masing-masing dari omega 3 (asam linoleat) dan omega 6 (asan linoleat). DHA
dan omega 3, terdapat juga pada ikan, sehingga ikan sangat baik dan dianjurkan
untuk dikonsumsi ibu menyusui.
(b) Aspek Imunologik
Sebagian zat kekebalan diperoleh bayi baru lahir dari ibunya melalui plancenta yang
membantu melindungi bayi dari serangan penyakit antara lain penyakit campak yang terjadi
selama 6 bulan hari pertama sejak bayi baru lahir.
Bayi yang diberi ASI lebih terlindungi terhadap penyakit infeksi terutama diare, dan
mempunyai kesemapatan hidup lebih besar dinbandungkan dengan bayi-bayi diberi susu
botol.
ASI memiliki keunggulan :
(1) Bersih / bebas kontaminasi meskipun kemungkinan terkontaminasi melalui puting susu
(2) Memiliki zat anti infeksi.
Immunoglobulin, terutama immunoglobulin (Ig A), kadarnya lebih tinggi dalam
kolostrum dibandingkan dengan ASI Secretory IgA tidak diserap tetapi melumpuhkan
bakteri patogen, E. Coli dan berbagai virus dalam saluran pencernaan.
(3) Memiliki lysosim, suatu enzym yang juga melindungi bayi terhadap bakteri dan virus
yag merugikan.
Lysosim terdapat dalam jumlah 300x lebih banyak pada ASI dari pada susu sapi, enzym
ini aktif mengatasi bakteri E. Coli dan Salmonella.
(4) Memiliki sel darah putih, selama 2 minggu pertama ASI mengandung lebih dari 4000
sel per mil, terdiri dari tiga macam yaitu :
Bronchus Asosiated Lymphosite Tissue (BALT), yang menghasilkan antibodi
terhadap infeksi saluran pernafasan.
Gut Asosiated Lymphoste Tissue (GALT), yang menghasilkan antibodi terhadap
saluran pencernaan.
125
Mammary Asosuated Lymphosite Tissue (MALT), yang menyalurkan antibodi
melalui jaringan payudara ibu. Sel-sel memproduksi IgA, laktoferin, lysosim dan
interferon. Interferon menghambat aktivitas virus tertentu.
(5) Memiliki faktor bifidus sejenis karbohidrat yang mengandung Nitrogen., menunjang
pertumbuhan bakteri laktobacterus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus
bayi yang berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan. Kotoran
bayi bersifat menjadi asam yang bebeda dengan kotoran bayi yang mendapat susu
botol.
(c) Aspek Psikologik Menyusui
(1) Meningkatkan rasa percaya diri ibu untuk menyusui
Rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui.
Rasa percaya diri mampu memproduksi ASI yang mencukupi untuk bayi, besar
pengaruhnya bagi keberhasilan menyusui. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu.
Kemauan yang besar dan kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi
hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI..
(2) Hubungan/interaksi ibu-bayi.
Pertumbuhan dan perkembangan psikologi bayi tergantung pada kesatuan ikatan Ibu-
bayi tersebut. Hubungan interaksi ibu dan bayi paling mudah terjadi selama 30 menit
pertama dan mulai terjalin beberapa menit sesudah dilahirkan, karena itu penting
sekali bayi mulai disusui sedini mugkin yaitu dalam waktu 30 menit setelah bayi
dilahirkan.
126
Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4,3 point lebih tinggi
pada usia 18 bulan, 4-6 ponit lebih lebih tinggi pada usia 3 tahun, 8,3 point lebih tinggi pada
usia 8,5 tahun dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI
(e) Aspek Neorologis
Koordiasi saraf menelan, mengisap, bernafas dapat terjadi pada bayi yang baru lahir belum
baik dan sempurna. Dengan mengisap payu dara, ketidak sempurnaan koordinasi saraf
tersebut dapat berkembang lebih baik dan sempurna.
(f) Aspek Ekonomis
Menyusui secara ASI Ekslusif ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi
paling sedikitnya 6 bulan.
(g) Aspek Penundaan Kehamilan.
Menyusui secara ASI Ekslusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat
digunakan sebagai alat kotrasepsi alamiah yang dikenal dengan metode Amenorea Laktasi
(MAL). MAL harus memenuhi tiga kriteria yaitu : tidak haid, menyusi secara ekslusif dan
umur bayi kurang dari 6 bulan.
Tabel 3 : Komponen Unggul yang Terkandung dalam ASI yang dapat Melindungi Bayi dari
Berbagai Penyakit
No Komponen Peranan
1. Faktor Bifidus Mendukung Proses Perkembangan bakteri yang
menguntungkan dalam usus bayi untuk
mencegah pertumbuhan bakteri yang
merugikan (patogen)
2 Laktoferin Mengikat zat besi dalam ASI sehingga zat besi
tidak digunakan oleh bakteri patogen untuk
pertumbuhannya
3 Laktoperoksidase Membunuh bakteri pathogen
4 Faktor anti stapillococcus Menghambat pertumbuhan stapilococcus
pathogen
5 Sel fagosit Memakan bakteri pathogen
6 Komplemen Memperkuat kegiatan fagosit
7 Sel limposit dan makrofag Mengeluarkan anti bodi untuk meningkatkan
imunitas terhadap penyakit
127
8 Lisosim Membantu pencegahan terjadinya infeksi
9 Interferon Menghambat pembentukan virus
10 Faktor Pertumbuhan Membantu pertumbuhan selaput usus bayi
epidermis sebagai perisai untuk menghindari zat zat
merugikan yang masuk ke peredaran darah
3) ASI Eksklusif
A“I Eksklusif ialah pe beria A“I saja pada bayi sejak lahir sa pai usia bula ta pa
e beri aka a da i u a lai . A“i diberika segera setelah bayi lahir, paling lambat
30 menit pertama setelah bayinya lahir. ASI Eksklusif diberikan karena ASI ibu sampai bayi usia
6 bulan mengandung zat gizi yang dapat dikatakan sempurna dan kuantitasnya cukup.
4) MP-ASI
Untuk tumbuh kembang optimal anak membutuhkan asupan gizi yang cukup. Bagi bayi
usia 0-6 bulan pemberian ASI saja sudah cukup, namun bagi bayi diatas 6 bulan diperlukan
makanan selain ASI yaitu berupa Makanan Pendamping ASI disingkat MP-ASI MP-ASI harus
mengandung zat gizi sesuai dengan kebutuhan. MP-ASI diberikan setelah bayi berusia 6 bulan
karena pada bayi usia enam bulan, ASI ibu kuantitasnya sudah mulai menurun (lihat tabel 4).
Tabel 4 : Volume ASI
Umur Bayi Volume ASI / hari
1-2 hari 100 mL
2 minggu ke 2 500 mL
3 minggu s/d 6 bulan 700-800 mL
6 bulan berikutnya 400-600 mL
12 bulan keatas 300-500 mL
Sumber : Suhardjo, 1989
Tabel 5 : Pola Makanan Balita
UMUR JENIS MAKANAN
ANAK
MAKANAN MAKANAN MAKANAN
ASI
LUMAT LEMBIK KELUARGA
0-6 bulan
6-9 bulan ASI diteruskan
9-12 bulan ASI diteruskan
1-2 tahun ASI diteruskan
> 2 tahun
128
Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk menanggulangi dan mencegah terjadinya gizi
buruk, dan gizi kurang sekaligus mempertahankan status gizi baik pada bayi dan anak 12-24
bulan.
Beberapa persyaratan pembuatan MP-ASI yang perlu diperhatikan antara lain : (1) Bahan
makanan mudah diperoleh; (2) Mudah diolah; (3) Harga terjangkau; (4) Dapat diterima sasaran
dengan baik; (5) Kandungan zat gizi memenuhi kecukupan gizi sasaran; (6) Jenis MP-ASI
disesuaikan dengan umur sasaran; (7) Bebas dari kuman penyakit, pengawet, pewarna dan
racun (8) Memenuhi nilai sosial, ekonomi, budaya dan agama.
Penyakit Akibat Makanan
(1) Penyakit Kurang Energi dan Protein (KEP)
Penyakit Kekurangan Energi dan Protein ini adalah karena defisit asupan karbohidrat dan
protein. Di dalam klinik dibedakan kwashiorkor, marasmus, dan marasmickwashiorkor.
Tanda-tanda umum KEP :
Badan kurus, berat badan pada KMS berada di bawah garis merah (BGM) atau
daerah pita kuning bagian bawah.
Lemah, lesu,
Cengeng,
Selera makan kurang.
(2) Kwasiorkor sebagai KEP dengan zat protein sebagai penyebab dominan-nya.
Tanda-tandanya :
Anak terlihat apatis,
Rambut kepala halus dan jarang, berwarna kemerahan dan kusam, tidak hitam
mengkilat,
Oedema,
129
Muka berkerut seperti orang tua, kulit daerah pantat berlipat-lipat
Apatis
Marasmickwashiorkor merupakan kombinasi energi dan protein sebagai penyebabnya.
(4) Penyakit Kurang Vitamin A (KVA)
Kekurangan (defisiensi) Vitamin A terjadi pada anak yang menderita Kurang Energi
Protein atau gizi buruk. Gangguan karena kekurangan Vitamin A disebut Xeroftalmia. Kata
xeroptalmia artinya mata kering, karena terjadinya kekeringan pada selaput lendir
(konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata. Xeroftalmia akibat konsumsi makanan tidak
cukup mengandung vitamin A. Salah satu tanda awal kekurangan vitamin A adalah buta senja
(niktalopia), yaitu ketidak mampuan menyesuaikan penglihatan dari cahaya terang ke cahaya
samar-samar / senja
130
Kekurangan zat besii (Fe) atau defisiensi besi merupakan defisiensi gizi yang paling
umum. Diagnose berdasarkan data klinik dan laboratorium. Tanda-tanda umum: (1) muka
pucat; (2) badannya lemah; (3) apatis.
(6) Penyakit Defisiensi Yodium
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium adalah sekumpulan gejala yang timbul karena
tubuh kekurangan unsur yodium secara terus-menerus, dalam jangka waktu yang lama. GAKY
dapat berupa : bayi lahir kretin dimana terdapat dua atau lebih kelainan sebagai berikut : a)
gangguan perkembangan mental; b) gangguan pendengaran/tuli; (c) gangguan pertumbuhan
fisik (terlambat); (d) gangguan bicara.
(7) Gizi Lebih
Kondisi ini disebabkan karena ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dengan
kebutuhan energi. Gizi lebih apabila berat badan menurut umur >+ 2 SD, atau dikatakan gemuk
apabila berat badan menurut tinggi badan >+ 2 SD.
l. KADARZI (Keluarga Sadar Gizi)
Masalah gizi terjadi pada setiap siklus kehidupan yaitu sejak di dalam kandungan (janin),
lahir menjadi bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Masalah gizi ini dipengaruhi oleh banyak
faktor yang saling terkait dan secara tidak langsung dipengaruhi kualitas dan jangkauan
pelayanan kesehatan, pola asuh yang tidak memadai serta ketahanan pangan tingkat rumah
tangga. Sampai saat ini masalah gizi utama yang masih banyak ditemukan di masyarakat adalah
antara lain : Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY),
Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Vitamin A (KVA).
Di tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan zat gizi dan penyakit infeksi
yang saling terkait. Jika anak atau seseorang kurang asupan zat gizi yang cukup akan
mengalami kekurangan gizi dan mudah sakit, begitu juga sebaliknya. Di tingkat keluarga dan
masyarakat masalah gizi dipengaruhi oleh (1) tingkat kemampuan keluarga menyediakan
bahan pangan bagi anggota keluarganya baik jumlah maupun jenisnya sesuai dengan
kebutuhan. (2) Kemampuan dan pengetahuan keluarga dalam hal kebersihan perseorangan
dan lingkungan. (3) Pengetahuan, sikap dan ketrampilan keluarga dalam (a) memilih,
mengolah dan membagi makanan antar anggota keluarga sesuai dengan kebutuhan, (b)
131
memberikan perhatian dan kasih sayang dalam mengasuh anak. (c) memanfaatkan fasilitas
pelayaan kesehatan dan gizi yang tersedia. (4) Tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan dan
gizi yang terjangkau dan yang memadai.
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) diharapkan mampu mengatasi masalah gizi di atas.
Keluarga dikatakan sadar gizi apabila sudah mempraktekkan perilaku gizi yang baik dan benar,
perilaku gizi tersebut antara lain: Bisa mengkonsumsi aneka ragam makanan, selalu memantau
status gizi / pertumbuhan anggota keluarganya, hanya menggunakan garam berryodium, dan
memberikan dukungan kepada ibu melahirkan untuk menerapkan ASI Eksklusif. Tahap awal
untuk mencapai indikator tersebut setiap keluarga minimal ada seorang anggota keluarga yang
sadar dan bersedia melakukan perubahan kearah keluarga yang berperilaku gizi yang baik dan
benar (kader keluarga sadar gizi). Kader tersebut bisa seorang ayah, ibu, anak / siapapun yang
terhimpun dalam keluarga tsb.
1) Pengertian dan Ruang Lingkup KADARZI.
Keluarga Sadar Gizi adalah keluarga yang mampu mengenali masalah gizi setiap anggota
keluarganya dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi anggota
keluarganya.
2) Indikator Perilaku Gizi
Mencermati perkembangan masalah gizi dan pengalaman di dalam pelaksanaan program
perbaikan gizi, diperlukan pergeseran orientasi program perbaikan gizi, mengacu pada
paradigma sehat. Pendekatan perbaikan gizi akan lebih difokuskan pada peningkatan status
gizi melalui pendidikan gizi dan pemberdayaan keluarga menuju Keluarga Sadar Gizi.
Keluarga yang dikatakan keluarga sadar gizi apabila dapat melaksanakan seluruh perilaku
gizi yang baik dan benar, yaitu :
(a) Mampu memantau tumbuh kembang anak setiap bulan secara teratur, dengan
menimbang berat badan.
(b) Memberikan hanya ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan.
(c) Makan beraneka ragam untuk mencapai gizi seimbang.
(d) Menggunakan garam beryodium dalam masakan sehari-hari.
(e) Meminum kapsul vitamin A kepada bayi dan anak balita.
132
Bayi 6-11 bulan mendapat kapsul vitamin A biru, dan anak balita 12-59 bulan mendapat
kapsul vitamin A merah. Keluarga sadar gizi yang memiliki anak usia dini, maka
mempraktekkan perilakunya gizi kepada anak usia dini yaitu memberikan hanya ASI sejak lahir
sampai usia 6 bulan (ASI-Eksklusif), memantau tumbuh kembang anak setiap bulan secara
teratur, dengan menimbang berat badan, memberi MP-ASI sampai umur 12 bulan, memberi
akan beraneka ragam untuk mencapai gizi seimbang, menggunakan garam beryodium dalam
masakan sehari-hari dan meminumkan kapsul vitamin A kepada bayi dan anak balita.
Bayi 6-11 bulan mendapat kapsul vitamin A biru, dan anak balita 12-59 bulan mendapat
kapsul vitamin A merah serta mengimunisasi lengkap pada bayinya sebelum usia 1 tahun.
Pemahaman kesehatan dan gizi merupakan hal penting bagi para peserta latihan untuk
dipahami secara holistik dan komprehensif serta kaitannya dengan upaya yang akan
digunakan untuk pengelolaan dan khususnya pendidikan anak usia dini di lapangan dan untuk
dapat melakukan / menjalin kerja sama baik dengan ibu/orang tua, masyarakat maupun
dengan instansi-instansi terkait.
Dengan pemahaman yang holistik dan komprehensif akan mempermudah
megembangkan substansi/materi untuk implementasi pemeliharaan kesehatan dan
pemberian gizi seimbang pada anak usia dini, yang pada gilirannya akan diperoleh generasi
penerus yang sehat, cedas dan ceria.
133
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
GURU KELAS TK
BAB II
STRUKTUR KURIKULUM PAUD
HERMAN
RUSMAYADI
A. KOMPETENSI INTI
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu.
B. KOMPETENSI DASAR
21.1 Memahami kemampuan anak TK/PAUD dalam setiap bidang pengembangan.
21.2 Memahami kemajuan anak dalam setiap bidang pengembangan di TK/PAUD
21.3 Memahami tujuan setiap kegiatan pengembangan
C. MATERI AJAR
1. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini merupakan gambaran
pencapaian Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak pada akhir layanan PAUD usia 6
(enam) tahun. Kompetensi Inti mencakup:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual.
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial.
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan.
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang kompetensi PAUD dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
KOMPETENSI INTI
KI 1 Menerima ajaran agama yang dianutnya
Memiliki perilaku hidup sehat, rasa ingin tahu, kreatif dan estetis, percaya diri,
disiplin, mandiri, peduli, mampu menghargai dan toleran kepada orang lain,
KI 2 mampu menyesuaikan diri, tanggungjawab, jujur, rendah hati dan santun
dalam berinteraksi dengan keluarga, pendidik, dan teman
1
Mengenali diri, keluarga, teman, pendidik, lingkungan sekitar, agama, teknologi,
seni, dan budaya di rumah, tempat bermain dan satuan PAUD dengan cara:
KI 3 mengamati dengan indera (melihat, mendengar, menghidu, merasa, meraba);
menanya; mengumpulkan informasi; menalar, dan mengomunikasikan melalui
kegiatan bermain
Menunjukkan yang diketahui, dirasakan, dibutuhkan, dan dipikirkan melalui
KI 4 bahasa, musik, gerakan, dan karya secara produktif dan kreatif, serta
mencerminkan perilaku anak berakhlak mulia
2. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan tingkat kemampuan dalam konteks muatan
pembelajaran, tema pembelajaran, dan pengalaman belajar yang mengacu pada Kompetensi
Inti. Rumusan Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik dan
kemampuan awal anak serta tujuan setiap program pengembangan. Kompetensi Dasar dibagi
menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti yaitu:
a. Kelompok 1: kelompok Kompetensi Dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-
1;
b. Kelompok 2: kelompok Kompetensi Dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2;
c. Kelompok 3: kelompok Kompetensi Dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-
3; dan
d. Kelompok 4: kelompok Kompetensi Dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-
4.
Uraian dari setiap Kompetensi Dasar untuk setiap kompetensi inti sebagai berikut:
2
mampu 2.7 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap sabar (mau
menghargai dan menunggu giliran, mau mendengar ketika orang lain berbicara)
toleran kepada untuk melatih kedisiplinan
orang lain, mampu 2.8 Memiliki perilaku yang mencerminkan kemandirian
menyesuaikan diri, 2.9 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli dan mau
jujur, rendah hati membantu jika diminta bantuannya
dan santun dalam 2.10 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap menghargai dan
berinteraksi toleran kepada orang lain
dengan keluarga, 2.11 Memiliki perilaku yang dapat menye-suaikan diri
pendidik, dan 2.12 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap tanggungjawab
teman 2.13 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap jujur
2.14 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap rendah hati dan
santun kepada orang tua, pendidik, dan teman
KI-3. Mengenali 3.1 Mengenal kegiatan beribadah sehari-hari
diri, keluarga, 3.2 Mengenal perilaku baik sebagai cerminan akhlak mulia
teman, pendidik, 3.3 Mengenal anggota tubuh, fungsi, dan gerakannya untuk
lingkungan pengembangan motorik kasar dan motorik halus
sekitar,agama,tekn 3.4 Mengetahui cara hidup sehat
ologi, seni, dan 3.5 Mengetahui cara memecahkan masalah sehari-hari dan
budaya di rumah, berperilaku kreatif
tempat bermain 3.6 Mengenal benda-benda disekitarnya (nama, warna, bentuk,
dan satuan PAUD ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi, dan ciri-ciri lainnya)
dengan cara: 3.7 Mengenal lingkungan sosial (keluarga, teman, tempat tinggal,
mengamati dengan tempat ibadah, budaya, transportasi)
indera (melihat, 3.8 Mengenal lingkungan alam (hewan, tanaman, cuaca, tanah, air,
mendengar, batu-batuan, dll)
menghidu, merasa, 3.9 Mengenal teknologi sederhana (peralatan rumah tangga,
meraba); menanya; peralatan bermain, peralatan pertukangan, dll)
mengumpulkan 3.10 Memahami bahasa reseptif (menyimak dan membaca)
informasi; menalar; 3.11 Memahami bahasa ekspresif (mengungkapkan bahasa )
dan 3.12 Mengenal keaksaraan awal melalui bermain
mengomunikasikan
3.13 Mengenal emosi diri dan orang lain
melalui kegiatan
3.14 Mengenali kebutuhan, keinginan, dan minat diri
bermain
3.15 Mengenal berbagai karya dan aktivitas seni
3
secara produktif 4.6 Menyampaikan tentang apa dan bagaimana benda-benda di
dan kreatif, serta sekitar yang dikenalnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola,
mencerminkan sifat, suara, tekstur, fungsi, dan ciri-ciri lainnya) melalui berbagai
perilaku anak hasil karya
berakhlak mulia 4.7 Menyajikan berbagai karya yang berhubungan dengan
lingkungan sosial (keluarga, teman, tempat tinggal, tempat
ibadah, budaya, transportasi) dalam bentuk gambar, bercerita,
bernyanyi, dan gerak tubuh
4.8 Menyajikan berbagai karya yang berhubungan dengan
lingkungan alam (hewan, tanaman, cuaca, tanah, air, batu-
batuan, dll) dalam bentuk gambar, bercerita, bernyanyi, dan
gerak tubuh
4.9 Menggunakan teknologi sederhana untuk menyelesaikan tugas
dan kegiatannya (peralatan rumah tangga, peralatan bermain,
peralatan pertukangan, dll)
4.10 Menunjukkan kemampuan berbahasa reseptif (menyimak
dan membaca)
4.11 Menunjukkan kemampuan berbahasa ekspresif
(mengungkapkan bahasa secara verbal dan non verbal)
4.12 Menunjukkan kemampuan keaksaraan awal dalam berbagai
bentuk karya
4.13 Menunjukkan reaksi emosi diri secara wajar
4.14 Mengungkapkan kebutuhan, keinginan dan minat diri
dengan cara yang tepat
4.15 Menunjukkan karya dan aktivitas seni dengan menggunakan
berbagai media
4
2.2 Memiliki perilaku yang jawab, peduli, kreatif, kritis, percaya diri, disiplin, mandiri,
mencerminkan hidup mampu bekerja sama, mampu menyesuaikan diri, dan
sehat santun
2.3 Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap
ingin tahu
2.4 Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap
kreatif
2.5 Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap
estetis
2.6 Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap
percaya diri
2.7 Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap
taat terhadap aturan
sehari-hari untuk
melatih kedisiplinan
2.8 Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap
sabar (mau menunggu
giliran, mau
mendengar ketika
orang lain berbicara)
untuk melatih
kedisiplinan
2.9 Memiliki perilaku yang
mencerminkan
kemandirian
2.10 Memiliki perilaku
yang mencerminkan
sikap peduli dan mau
membantu jika diminta
bantuannya
2.11 Memiliki perilaku
yang
mencerminkan
sikap menghargai
dan toleran
kepada orang lain
perilaku yang
5
dapat menye-
suaikan diri
2.12 Memiliki perilaku
yang
mencerminkan
sikap
tanggungjawab
2.13 Memiliki perilaku
yang
mencerminkan
sikap jujur
2.14 Memiliki perilaku
yang
mencerminkan
sikap rendah hati
dan santun kepada
orang tua,
pendidik, dan
teman
3.1 Mengenal kegiatan Mulai mengucap- kan doa- Mengucapkan doa-doa
beribadah sehari-hari doa pendek dan melakukan pendek, melakukan ibadah
4.1 Melakukan kegiatan ibadah sesuai dengan sesuai dengan agama nya
beribadah sehari-hari agama yang dianutnya (misal: doa sebelum
dengan tuntunan orang memulai dan selesai
dewasa kegiatan)
Berperilaku sesuai dengan
ajaran agama yang
dianutnya (misal: tidak
bohong, tidak berkelahi)
Menyebutkan hari-hari
besar agama
Menyebutkan tempat
ibadah agama lain
Menceritakan kembali
tokoh-tokoh keagamaan
(misal: nabi-nabi)
3.2 Mengenal perilaku Bersikap sopan dan peduli Berperilaku sopan dan
baik sebagai cerminan melalui perkataan dan peduli melalui perkataan
akhlak mulia perbuatan- nya dengan dan perbuat- annya secara
4.2 Menunjukkan perilaku bimbingan (misal: spontan (misal:
santun sebagai cerminan mengucap- kan maaf, mengucapkan maaf,
akhlak mulia permisi, terima kasih) permisi, terima kasih)
6
Mulai menunjuk-kan sikap Mau menolong orang tua,
mau menolong orang tua, pendidik, dan teman
pendidik, dan teman
7
Melakukan kegiatan yang
menunjuk-kan anak
mampu
memanfaat- kan alat
permainan di dalam dan
luar ruang
Melakukan kegiatan yang
menunjuk-kan anak
mampu mengguna-kan
anggota badan untuk
melakukan gerakan halus
yang terkontrol (misal:
meronce)
3.4 Mengetahui cara Mulai terbiasa melakukan Melakukan kebiasaan hidup
hidup sehat hidup bersih dan sehat bersih dan sehat (misal:
4.4 Mampu menolong diri mandi 2x sehari; memakai
sendiri untuk hidup sehat baju bersih; membuang
sampah pada
empatnya)
Melakukan kegiatan yang Mampu melindungi diri dari
menunjuk-kan anak percobaan kekerasan,
mampu mengenali bagian termasuk kekerasan seksual
tubuh yang harus dilindungi dan bullying (misal dengan
dan cara melindungi dari berteriak dan/atau berlari)
kekerasan, termasuk Mampu menjaga keamanan
kekerasan seksual diri dari benda-benda
berbahaya (misal: listrik,
pisau, pembasmi serangga)
Mulai terbiasa mengkon- Terbiasa mengkonsum-si
sumsi makanan dan makanan dan minuman
minuman yang bersih, yang bersih, sehat, dan
sehat dan bergizi bergizi
Mengguna-kan toilet tanpa Menggunakan toilet
bantuan dengan benar tanpa
bantuan
3.5 Mengetahui cara Mampu memecah-kan Mampu memecahkan
memecahkan masalah masalah sederhana yang sendiri masalah sederhana
sehari-hari dan dihadapi dibantu oleh yang dihadapi
berperilaku kreatif orang dewasa
4.5 Menyelesaikan Melanjutkan kegiatan Menyelesai-kan tugas
masalah sehari-hari secara sampai selesai meskipun menghadapi
kreatif kesulitan
8
3.6 Mengenal benda- Melakukan kegiatan yang Melakukan kegiatan yang
benda disekitarnya menunjuk-kan anak menunjukkananak mampu
(nama, warna, bentuk, mampu mengenal benda mengenal benda dengan
ukuran, pola, sifat, dengan mengelom- pokkan mengelom-pokkan berbagai
suara, tekstur, fungsi, berbagai benda benda di lingkungan-nya
dan ciri-ciri lainnya) berdasarkan ukuran (misal: berdasar-kan ukuran, pola,
4.6 Menyampaikan besar-kecil, panjang- fungsi, sifat, suara, tekstur,
tentang apa dan pendek, tebal-tipis berat- fungsi, dan ciri-ciri
bagaimana benda-benda ringan) lainnya
di sekitar yang dikenalnya
(nama, warna, bentuk, Melakukan kegiatan yang Melakukan kegiatan yang
ukuran, pola, sifat, suara, menunjuk-kan anak menunjuk-kan anak mampu
tekstur, fungsi, dan ciri-ciri mampu mengenal benda mengenal benda dengan
lainnya) melalui berbagai dengan memasang- kan menghubung-kan satu
hasil karya benda dengan benda dengan benda yang
pasangannya lain
Melakukan kegiatan yang Melakukan kegiatan yang
menunjuk-kan anak menunjuk-kan anak mampu
mampu mengenal benda mengenal benda dengan
dengan mengurut- kan menghubung-kan nama
benda benda dengan tulisan
berdasarkan ukuran dari sederhana melalui berbagai
yang terpendek sampai aktivitas (misal:
yang terpanjang, terkecil- menjodohkan, menjiplak,
terbesar meniru)
9
3.7 Mengenal lingkungan Menyebut nama anggota Menyebutkan nama
sosial (keluarga, keluarga lain, teman, dan anggota keluarga dan
teman, tempat tinggal, jenis kelamin mereka teman serta ciri-ciri khusus
tempat ibadah, mereka secara lebih rinci
budaya, transportasi) (warna kulit, warna rambut,
4.7 Menyajikan berbagai jenis rambut, dll)
karya yang berhubungan Menyebut tempat di Menjelaskan lingkungan
dengan lingkungan sosial lingkungan sekitarnya sekitarnya secara
(keluarga, teman, tempat sederhana
tinggal, tempat ibadah,
budaya, transportasi) Menyebut-kan arah ke Menyebutkan arah ke
dalam bentuk gambar, tempat yang sering tempat yang sering
bercerita, bernyanyi, dan dikunjungi pada radius dikunjungi dan alat
gerak tubuh yang lebih jauh (pasar, transportasi yang
taman bermain) digunakan
Menyebut kan dan Menyebutkan peran-peran
mengetahui perlengkap- dan pekerjaan termasuk
an/atribut yang berhubung- didalamnya
an dengan pekerjaan perlengkapan/atribut dan
orang-orang yang ada di tugas-tugas yang dilaku-kan
sekitarnya dalam pekerjaan tersebut
Mengikuti aturan Membuat dan mengikuti
aturan
3.8 Mengenal lingkungan Menunjuk nama dan Menceritakan peristiwa-
alam (hewan, kegunaan benda-benda peristiwa alam dengan
tanaman, cuaca, tanah, alam melakukan percobaan
air, batu-batuan, dll) sederhana
4.8 Menyajikan berbagai
karya yang berhubungan
dengan lingkungan alam
(hewan, tanaman, cuaca,
tanah, air, batu-batuan,
dll) dalam bentuk gambar,
bercerita, bernyanyi, dan
gerak tubuh
Mengung-kapkan hasil Mengungkap-kan hasil
karya yang dibuatnya karya yang dibuatnya
secara sederhana yang secara lengkap/ utuh yang
berhubung an dengan berhubungan dengan
benda-benda yang ada di benda-benda yang ada di
lingkungan alam lingkungan alam
Menunjuk-kan proses Menceritakan perkembang-
perkem-bangbiakan biakan makhluk hidup
10
makhluk hidup (misal:
kupu-kupu, ayam, katak)
3.9 Mengenal teknologi Mengguna- kan cara Melakukan kegiatan
sederhana (peralatan penggunaan benda-benda dengan menggunakan alat
rumah tangga, teknologi sederhana (misal: teknologi sederhana sesuai
peralatan bermain, gunting, sekop, palu, fungsinya secara aman dan
peralatan cangkul, pisau, gunting bertanggung jawab.
pertukangan, dll) kuku, sikat gigi, sendok
4.9 Menggunakan pembuka tutup botol,
teknologi sederhana untuk spons, roda pada
menyelesaikan tugas dan kendaraan)
kegiatannya (peralatan Mengenali bahan Membuat alat-alat
rumah tangga, peralatan bahan pembuatan teknologi sederhana (misal:
bermain, peralatan tehnologi sederhana baling-baling, pesawat-
pertukangan, dll) pesawatan, kereta-
keretaapian, mobil-
mobilan, telepon-teleponan
dengan benang)
11
bahasa secara verbal dan Mencerita-kan gambar Menunjuk- kan perilaku
non verbal) yang ada dalam buku senang membaca buku
terhadap buku-buku yang
dikenali
Berbicara sesuai dengan Mengungkap-kan perasaan,
kebutuhan (kapan harus ide dengan pilihan kata
bertanya, berpendapat) yang sesuai ketika
berkomuni kasi
3.14 Mengenali Memilih satu macam dari Memilih satu macam dari 3
kebutuhan, keinginan, 2-3 pilihan yang tersedia atau lebih pilihan yang
dan minat diri (misal: mainan, makanan, tersedia
pakaian)
12
4.14 Mengungkapkan Memilih satu dari berbagai Memilih kegiatan/ benda
kebutuhan, keinginan dan kegiatan/ benda yang yang paling sesuai dengan
minat diri dengan cara disediakan yang dibutuhkan dari
yang tepat beberapa pilihan yang ada
13
6. Mengucapkan salam dan
membalas salam
II. Fisik-motorik 1. Menirukan gerakan 1. Melakukan gerakan tubuh
A. Motorik Kasar binatang, pohon tertiup secara terkoordinasi untuk
angin, pesawat terbang, melatih kelenturan,
dsb keseimbangan, dan
2. Melakukan gerakan kelincahan
menggantung (bergelayut) 2. Melakukan koordinasi
3. Melakukan gerakan gerakan mata-kaki-tangan-
melompat, meloncat, dan kepala dalam menirukan
berlari secara terkoordinasi tarian atau senam
4. Melempar sesuatu secara 3. Melakukan permainan fisik
terarah dengan aturan
5. Menangkap sesuatu secara 4. Terampil menggunakan
tepat tangan kanan dan kiri
6. Melakukan gerakan 5. Melakukan kegiatan
antisipasi kebersihan diri
7. Menendang sesuatu secara
terarah
8. Memanfaatkan alat
permainan di luar kelas
14
mengelus, mencolek,
mengepal, memelintir,
memilin, memeras)
III. Kognitif
A. Belajar dan 1. Mengenal benda 1. Menunjukkan aktivitas
Pemecahan berdasarkan fungsi (pisau yang bersifat eksploratif
Masalah untuk memotong, pensil dan menyelidik (seperti:
untuk menulis) apa yang terjadi ketika air
2. Menggunakan benda- ditumpahkan)
benda sebagai permainan 2. Memecahkan masalah
simbolik (kursi sebagai sederhana dalam
mobil) kehidupan sehari-hari
3. Mengenal konsep dengan cara yang fleksibel
sederhana dalam dan diterima sosial
kehidupan sehari-hari 3. Menerapkan pengetahuan
(gerimis, hujan, gelap, atau pengalaman dalam
terang, temaram, dsb) konteks yang baru
4. Mengetahui konsep banyak 4. Menunjukkan sikap kreatif
dan sedikit dalam menyelesaikan
15
5. Mengkreasikan sesuatu masalah (ide, gagasan di
sesuai dengan idenya luar kebiasaan)
sendiri yang terkait dengan
berbagai pemecahan
masalah
6. Mengamati benda dan
gejala dengan rasa ingin
tahu
7. Mengenal pola kegiatan
dan menyadari pentingnya
waktu
8. Memahami
posisi/kedudukan dalam
keluarga, ruang, lingkungan
sosial (misal: sebagai
peserta didik/anak/teman)
16
sama atau kelompok yang
sejenis, atau kelompok
berpasangan yang lebih
dari 2 variasi
7. Mengenal pola ABCD-ABCD
8. Mengurutkan benda
berdasarkan ukuran dari
paling kecil ke paling besar
atau sebaliknya
IV. Bahasa
A. Memahami 1. Menyimak perkataan orang 1. Mengerti beberapa
bahasa lain (bahasa ibu atau perintah secara bersamaan
bahasa lainnya) 2. Mengulang kalimat yang
2. Mengerti dua perintah yang lebih kompleks
diberikan bersamaan 3. Memahami aturan dalam
3. Memahami cerita yang suatu permainan
dibacakan 4. Senang dan menghargai
4. Mengenal perbendaharaan bacaan
kata mengenai kata sifat
(nakal, pelit, baik hati,
berani, baik, jelek, dsb)
5. Mendengar dan
membedakan bunyi-
bunyian dalam Bahasa
Indonesia (contoh, bunyi
dan ucapan harus sama)
17
B. Mengungkapkan 1. Mengulang kalimat 1. Menjawab pertanyaan
Bahasa sederhana yang lebih kompleks
2. Bertanya dengan kalimat 2. Menyebutkan kelompok
yang benar gambar yang memiliki
3. Menjawab pertanyaan bunyi yang sama
sesuai pertanyaan 3. Berkomunikasi secara lisan,
4. Mengungkapkan perasaan memiliki perbendaharaan
dengan kata sifat (baik, kata, serta mengenal
senang, nakal, pelit, baik simbol-simbol untuk
hati, berani, baik, jelek, dsb) persiapan membaca,
5. Menyebutkan kata-kata menulis dan berhitung
yang dikenal 4. Menyusun kalimat
6. Mengutarakan pendapat sederhana dalam struktur
kepada orang lain lengkap (pokok kalimat-
7. Menyatakan alasan predikat-keterangan)
terhadap sesuatu yang 5. Memiliki lebih banyak kata-
diinginkan atau kata untuk mengekpresikan
ketidaksetujuan ide pada orang lain
8. Menceritakan kembali 6. Melanjutkan sebagian
cerita/dongeng yang cerita/dongeng yang telah
pernah didengar diperdengarkan
9. Memperkaya 7. Menunjukkkan
perbendaharaan kata pemahaman konsep-
10. Berpartisipasi dalam konsep dalam buku cerita
percakapan
18
V. Sosial-
emosional 1. Menunjukkan sikap mandiri 1. Memperlihatkan
A. Kesadaran Diri dalam memilih kegiatan kemampuan diri untuk
2. Mengendalikan perasaan menyesuaikan dengan
3. Menunjukkan rasa percaya situasi
diri 2. Memperlihatkan kehati-
4. Memahami peraturan dan hatian kepada orang yang
disiplin belum dikenal
5. Memiliki sikap gigih (tidak (menumbuhkan
mudah menyerah) kepercayaan pada orang
6. Bangga terhadap hasil karya dewasa yang tepat)
sendiri 3. Mengenal perasaan sendiri
dan mengelolanya secara
wajar (mengendalikan diri
secara wajar)
B. Rasa tanggung 1. Menjaga diri sendiri dari 1. Tahu akan hak nya
jawab untuk diri lingkungannya 2. Mentaati aturan kelas
sendiri dan 2. Menghargai keunggulan (kegiatan, aturan)
orang lain orang lain 3. Mengatur diri sendiri
3. Mau berbagi, menolong, 4. Bertanggung jawab atas
dan membantu teman perilakunya untuk kebaikan
diri sendiri
C. Perilaku 1. Menunjukan antusiasme 1. Bermain dengan teman
Prososial dalam melakukan sebaya
permainan kompetitif 2. Mengetahui perasaan
secara positif temannya dan merespon
2. Menaati aturan yang secara wajar
berlaku dalam suatu 3. Berbagi dengan orang lain
permainan 4. Menghargai
3. Menghargai orang lain hak/pendapat/karya orang
4. Menunjukkan rasa empati lain
5. Menggunakan cara yang
diterima secara sosial
dalam menyelesaikan
masalah (menggunakan
fikiran untuk
menyelesaikan masalah)
6. Bersikap kooperatif dengan
teman
7. Menunjukkan sikap toleran
8. Mengekspresikan emosi
yang sesuai dengan kondisi
19
yang ada (senang-sedih-
antusias dsb)
9. Mengenal tata krama dan
sopan santun sesuai
dengan nilai sosial budaya
setempat
VI. Seni
A. Anak mampu 1. Senang mendengarkan 1. Anak bersenandung atau
menikmati berbagai macam musik atau bernyanyi sambil
berbagai alunan lagu kesukaannya mengerjakan sesuatu
lagu atau suara 2. Memainkan alat 2. Memainkan alat
musik/instrumen/benda musik/instrumen/benda
yang dapat membentuk bersama teman
irama yang teratur
20
10. Mengkombinasikan
berbagai warna ketika
menggambar atau
mewarnai
5. PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
a. Perencanaan pengelolaan kelas
Rencana pengelolaan kelas mencakup penataan lingkungan belajar serta
pengorganisasian anak dan kelas (dapat di dalam maupun di luar ruangan). Pengelolaan kelas
disesuaikan dengan model pembelajaran yang akan digunakan. Model-model pembelajaran
tersebut di antaranya adalah:
1) model pembelajaran kelompok berdasarkan sudut-sudut kegiatan;
2) model pembelajaran kelompok berdasarkan kegiatan pengaman;
3) model pembelajaran berdasarkan area (minat); dan
4) model pembelajaran berdasarkan sentra.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum 2013 adalah
pendekatan tematik terpadu. Dalam model pembelajaran tematik terpadu di PAUD, kegiatan-
kegiatan yang dilakukan untuk satu tema, sub tema, atau sub-sub tema dirancang untuk
mencapai secara bersama-sama kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan
mencakup sebagian atau seluruh aspek pengembangan.
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui pembelajaran langsung dan tidak
langsung yang terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung adalah
proses pembelajaran melalui interaksi langsung antara anak dengan sumber belajar yang
dirancang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Pembelajaran langsung berkenaan dengan
21
pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang terkandung dalam Kompetensi Inti-3
(pengetahuan) dan Kompetensi Inti-4 (keterampilan).
Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang tidak dirancang secara khusus
namun terjadi dalam proses pembelajaran langsung. Melalui proses pembelajaran langsung
untuk mencapai kompetensi pengetahuan dan keterampilan akan terjadi dampak ikutan pada
pengembangan nilai dan sikap yang terkandung dalam Kompetensi Inti-1 (sikap spiritual) dan
Kompetensi Inti-2 (sikap sosial).
Pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dalam tahapan kegiatan pembukaan, inti
dan penutup.
a) Kegiatan Pembukaan
Kegiatan pembukaan dilakukan untuk menyiapkan anak secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pembelajaran. Kegiatan ini berhubungan dengan pembahasan sub
tema atau sub-sub tema yang akan dilaksanakan. Beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan antara lain: berbaris, mengucap salam, berdoa, dan bercerita atau berbagi
pengalaman.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan upaya kegiatan bermain yang memberikan pengalaman
belajar secara langsung kepada anak sebagai dasar pembentukan sikap, perolehan
pengetahuan dan keterampilan.
Kegiatan inti memberikan ruang yang cukup bagi anak untuk berinisiatif, kreatif, dan
mandiri sesuai dengan bakat, minat dan kebutuhan anak. Kegiatan inti dilaksanakan
dengan pendekatan saintifik meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, menalar, dan mengomunikasikan.
1) Mengamati
Mengamati dilakukan untuk mengetahui objek di antaranya dengan menggunakan
indera seperti melihat, mendengar, menghidu, merasa, dan meraba.
22
2) Menanya
Anak didorong untuk bertanya, baik tentang objek yang telah diamati maupun hal-
hal lain yang ingin diketahui.
3) Mengumpulkan Informasi
Mengumpulkan informasi dilakukan melalui beragam cara, misalnya: dengan
melakukan, mencoba, mendiskusikan dan menyimpulkan hasil dari berbagai
sumber.
4) Menalar
Menalar merupakan kemampuan menghubungkan informasi yang sudah dimiliki
dengan informasi yang baru diperoleh sehingga mendapatkan pemahaman yang
lebih baik tentang suatu hal.
5) Mengomunikasikan
Mengomunikasikan merupakan kegiatan untuk menyampaikan hal-hal yang telah
dipelajari dalam berbagai bentuk, misalnya melalui cerita, gerakan, dan dengan
menunjukkan hasil karya berupa gambar, berbagai bentuk dari adonan, boneka dari
bubur kertas, kriya dari bahan daur ulang, dan hasil anyaman.
c) Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang bersifat penenangan. Beberapa hal yang
dapat dilakukan dalam kegiatan penutup di antaranya adalah:
1) membuat kesimpulan sederhana dari kegiatan yang telah dilakukan, termasuk di
dalamnya adalah pesan moral yang ingin disampaikan;
2) nasihat-nasihat yang mendukung pembiasaan yang baik;
3) refleksi dan umpan balik terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan;
4) membuat kegiatan penenangan seperti bernyanyi, bersyair, dan bercerita yang
sifatnya menggembirakan; dan,
5) menginformasikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
c. Metode Pembelajaran
23
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan pendidik dalam melakukan kegiatan
pembelajaran kepada anak untuk mencapai kompetensi tertentu. Metode pembelajaran
dirancang dalam kegiatan bermain yang bermakna dan menyenangkan bagi anak. Beberapa
metode pembelajaran yang dianggap sesuai untuk PAUD, di antaranya adalah sebagai berikut.
2) Bercerita
Bercerita adalah cara bertutur dan menyampaikan cerita secara lisan. Cerita harus
diberikan secara menarik. Anak diberi kesempatan untuk bertanya dan
memberikan tanggapan. Pendidik dapat menggunakan buku sebagai alat bantu
bercerita.
3) Demonstrasi
Demonstrasi digunakan untuk menunjukkan atau memeragakan cara untuk
membuat atau melakukan sesuatu.
4) Bercakap-cakap
Bercakap-cakap dapat dilakukan dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan
pendidik atau antara anak dengan anak yang lain.
5) Pemberian tugas
Pemberian tugas dilakukan oleh pendidik untuk memberi pengalaman yang nyata
kepada anak baik secara individu maupun secara berkelompok.
6) Sosio-drama/bermain peran
Sosio-drama atau bermain peran dilakukan untuk mengembangkan daya
khayal/imajinasi, kemampuan berekspresi, dan kreativitas anak yang diinspirasi
dari tokoh-tokoh atau benda-benda yang ada dalam cerita.
7) Karyawisata
Karyawisata adalah kunjungan secara langsung ke objek-objek di lingkungan
kehidupan anak yang sesuai dengan tema yang sedang dibahas.
8) Projek
24
Proyek merupakan suatu tugas yang terdiri atas rangkaian kegiatan yang diberikan
oleh pendidik kepada anak, baik secara individu maupun secara berkelompok
dengan menggunakan objek alam sekitar maupun kegiatan sehari-hari.
9) Eksperimen
Eksperimen merupakan pemberian pengalaman nyata kepada anak dengan
melakukan percobaan secara langsung dan mengamati hasilnya
6. PENILAIAN
a. Pengertian Penilaian
1) Penilaian proses dan hasil kegiatan belajar PAUD adalah suatu proses mengumpulkan
dan mengkaji berbagai informasi secara sistematis, terukur, berkelanjutan, serta
menyeluruh tentang pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak
selama kurun waktu tertentu.
2) Penilaian autentik adalah penilaian proses dan hasil belajar untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan dan keterampilan
yang dilakukan secara berkesinambungan. Penilaian tidak hanya mengukur apa yang
diketahui oleh anak, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh
anak.
b. Fungsi
Penilaian kegiatan belajar anak memiliki fungsi untuk memantau kemajuan belajar,
hasil belajar, dan perbaikan hasil kegiatan belajar anak secara berkesinambungan.
c. Tujuan
Penilaian proses dan hasil belajar di PAUD bertujuan untuk:
1) mendapatkan informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai
oleh anak selama mengikuti pendidikan di PAUD;
2) menggunakan informasi yang didapat sebagai umpan balik bagi pendidik untuk
memperbaiki kegiatan pembelajaran dan meningkatkan layanan pada anak agar sikap,
pengetahuan, dan keterampilan berkembang secara optimal;
25
3) memberikan informasi bagi orang tua untuk melaksanakan pengasuhan di lingkungan
keluarga yang sesuai dan terpadu dengan proses pembelajaran di PAUD; dan
4) memberikan bahan masukan kepada berbagai pihak yang relevan untuk turut serta
membantu pencapaian perkembangan anak secara optimal.
d. Prinsip
Penilaian proses dan hasil belajar anak di PAUD berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai
berikut.
1) Mendidik
Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi, mengembangkan,
dan membina anak agar tumbuh dan berkembang secara optimal.
2) Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap, dan terus menerus untuk
mendapatkan gambaran tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
3) Objektif
Penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas penilai.
4) Akuntabel
Penilaian dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan kriteria yang jelas serta dapat
dipertanggungjawabkan.
5) Transparan
Penilaian dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan hasil penilaian dapat diakses oleh
orang tua dan semua pemangku kepentingan yang relevan.
6) Sistematis
Penilaian dilakukan secara teratur dan terprogram sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan menggunakan berbagai instrumen.
7) Menyeluruh
26
Penilaian mencakup semua aspek pertumbuhan dan perkembangan anak baik sikap,
pengetahuan maupun keterampilan.
8) Bermakna
Hasil penilaian memberikan informasi yang bermanfaat bagi anak, orangtua, pendidik,
dan pihak lain yang relevan.
e. Lingkup
Penilaian proses dan hasil kegiatan belajar anak mencakup semua aspek
perkembangan yang dirumuskan dalam kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
f. Mekanisme
1) Penilaian proses dan hasil kegiatan belajar PAUD dilaksanakan oleh pendidik pada
satuan PAUD.
2) Teknik dan Instrumen Penilaian
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan adalah sebagai berikut.
a) Pengamatan atau observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan selama
kegiatan pembelajaran baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan lembar observasi, catatan menyeluruh atau jurnal, dan rubrik.
b) Percakapan merupakan teknik penilaian yang dapat digunakan baik pada saat
kegiatan terpimpin maupun bebas.
c) Penugasan merupakan teknik penilaian berupa pemberian tugas yang akan
dikerjakan anak dalam waktu tertentu baik secara individu maupun kelompok serta
secara mandiri maupun didampingi.
d) Unjuk kerja merupakan teknik penilaian yang melibatkan anak dalam entuk
pelaksanaan suatu aktivitas yang dapat diamati.
e) Penilaian hasil karya merupakan teknik penilaian dengan melihat produk yang
dihasilkan oleh anak setelah melakukan suatu kegiatan.
f) Pencatatan anekdot merupakan teknik penilaian yang dilakukan dengan mencatat
sikap dan perilaku khusus pada anak ketika suatu peristiwa terjadi secara tiba-
tiba/insidental baik positif maupun negatif.
27
g) Portofolio merupakan kumpulan atau rekam jejak berbagai hasil kegiatan anak
secara berkesinambungan atau catatan pendidik tentang berbagai aspek
pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai salah satu bahan untuk menilai
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
3) Waktu Penilaian
Penilaian dilakukan mulai dari anak datang di satuan PAUD, selama proses
pembelajaran, saat istirahat, sampai anak pulang. Hasil penilaian dapat dirangkum
dalam kurun waktu harian, mingguan atau bulanan.
4) Pengolahan Penilaian
a) Penilaian proses dan hasil belajar anak dimasukkan ke dalam format yang disusun
oleh pendidik setiap selesai melakukan kegiatan.
b) Catatan penilaian proses dan hasil belajar perkembangan anak dimasukkan ke
dalam format rangkuman penilaian mingguan atau bulanan untuk dibuat
kesimpulan sebagai dasar laporan perkembangan anak kepada orang tua.
5) Pelaporan Pencapaian Hasil Perkembangan dan Pertumbuhan Anak.
a) Pelaporan adalah kegiatan mengomunikasikan hasil penilaian tentang tingkat
pencapaian perkembangan anak baik secara psikis maupun fisik yang dilakukan
secara berkala oleh pendidik. Apabila terdapat pertumbuhan dan perkembangan
yang tidak biasa pendidik dapat berkonsultasi ke ahli yang relevan.
b) Bentuk pelaporan berupa deskripsi pertumbuhan fisik dan perkembangan
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan anak yang dilaporkan kepada
orang tua dilengkapi dengan lampiran hasil portofolio.
c) Teknik pelaporan dilakukan dengan cara bertatap muka dengan orang tua untuk
menjelaskan hasil penilaian anak.
d) Pelaporan secara tertulis diberikan kepada orang tua minimal sekali untuk setiap 6
bulan, sedangkan pelaporan secara lisan dapat diberikan sesuai kebutuhan.
6) Penilaian proses dan hasil belajar pada anak usia lahir-4 tahun dapat dilakukan secara
lebih fleksibel dalam hal lingkup yang dinilai, teknik dan instrumen, waktu, pengolahan,
dan pelaporan penilaian.
28
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
GURU KELAS TK
BAB III
BERMAIN DAN PERMAINAN
HERMAN
RUSMAYADI
A. KOMPETENSI INTI
Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu.
B. KOMPETENSI DASAR
Menguasai penggunaan berbagai alat permainan untuk mengembangkan aspek fisik,
kognitif, sosial-emosional, nilai moral, sosial budaya, dan bahasa anak TK/PAUD;
Menguasai berbagai permainan anak
C. MATERI AJAR
Kita semua gemar bermain, terutama saat kita masih kanak-kanak. Bermain adalah
aktivitas khas yang menggembirakan, menyenangkan dan menimbulkan kenikmatan. Bermain
berbeda de ga aktivitas lai ya g bersifat ’serius’ seperti bekerja atau belajar. Bermain selalu
e bahagiaka da tidak per ah e jadi ’beba ’. Bila suatu aktivitas bermain sudah menjadi
beban artinya aktivitas tersebut bukanlah lagi bermain.
Bagi anak usia dini, bermain bukanlah merupakan kegiatan main-main. Bermain adalah
kegiatan pokok dan penting untuk anak, karena bermain bagi anak mempunyai nilai yang sama
dengan bekerja dan belajar bagi orang dewasa. Artinya bermain merupakan sarana untuk
mengubah kekuatan potensial yang ada dalam diri anak menjadi pelbagai kemampuan dan
kecakapan dalam kehidupan anak kelak.
Sebagaimana makan dan minum, bernapas dan tidur, kegiatan bermain sangat penting
bagi kesehatan dan kesejahteraan anak. Melalui bermain, anak mendapatkan berbagai
pengalaman untuk mengenal dunia sekitarnya. Dengan stimulasi bermain pula anak dapat
melaksanakan tugas-tugas perkembangannya, sehingga memberikan dasar yang kokoh dan
kuat bagi pemecahan kesulitan hidupnya di kemudian hari. Anak-anak perlu menjelajahi
lingkungannya melalui kegiatan bermain yang menyenangkan. Kegiatan bermain berlangsung
dalam jenis tertentu dengan tingkat yang berbeda-beda. Anak adalah pemimpin alami bagi
permainan mereka sendiri.
1
Millestone perkembangan anak dapat didukung melalui penataan lingkungan bermain
yang baik. Menjadi tugas orang tua dan pendidik untuk menyajikan lingkungan bermain yang
kondusif yang mampu membantu proses stimulasi bagi optimalisasi perkembangan anak usia
dini.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kegiatan bermain memiliki arti yang sangat penting bagi anak usia dini dalam kehidupannya.
Oleh karena itu perlu kiranya dilakukan berbagai usaha untuk menyajikan kegiatan bermain
yang kondusif bagi perkembangan anak. Orangtua dan guru perlu memahami hakikat bermain
dan permainan yang meliputi makna bermain, berbagai jenis permainan, syarat bermain yang
baik, perkembangan bermain anak usia dini serta bagaimana merancang kegiatan bermain dan
alat permainan yang edukatif (APE). Disamping itu, hendaknya orangtua dan pendidik dapat
berperan sebagai pe da pi g atau ’te a ’ ber ai ya g baik bagi a ak, yaitu sebagai
fasilitator dan motivator sehingga dapat mengarahkan kegiatan bermain yang edukatif.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat diuraikan beberapa pengertian
bermain :
2
a. Bermain adalah aktivitas yang khas yang menggembirakan, menyenangkan dan
menimbulkan kenikmatan.
b. Kesibukan yang dipilih sendiri oleh anak sebagai bagian dari usaha mencoba-coba dan
melatih diri.
c. Dunia Anak = Dunia Bermain, jadi bermain merupakan kegiatan pokok dan penting
untuk anak.
d. Bermain bagi anak mempunyai nilai yang sama dengan bekerja dan belajar bagi orang
dewasa.
b) TEORI-TEORI MODERN
TEORI Peran bermain dalam perkembangan anak
Psikoanalitik- Sigmund Mengatasi pengalaman traumatik,coping terhadap frustasi
Freud
Kognitif-Piaget Mempraktekan dan melakukan konsolidasi konsep-konsep
serta keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya
Kognitif-Vygotsky Memajukan berpikir abstrak, belajar dalam kaitan ZPD,
pengaturan diri
Kognitif-Bruner/ o Memunculkan fleksibilitas perilaku dan berpikir, imajinasi
dan narasi
Sutton-Smith Singer
o Mengatur kecepatan stimulasi dari dalam dan dari luar
3
Arousal Modulation Tetap membuat anak terjaga pada tingkat optimal dengan
menambah stimulasitingkat optimal dengan menambah
stimulasi
Bateson Memajukan kemampuan untuk memahami berbagai tingkatan
makna
4
Bermain memungkinkan anak untuk menggerakkan dan melatih seluruh otot tubuhnya,
sehingga anak memiliki kecakapan motorik dan kepekaan penginderaan.
g. Perkembangan Kreativitas
Bermain dapat merangsang imajinasi anak dan memberikan kesempatan kepada anak
untuk mencoba berbagai ideanya tanpa merasa takut karena dalam bermain anak
mendapatkan kebebasan.
4. Tahapan perkembangan bermain anak usia dini
Masa kanak-ka ak seri g disebut sebagai Masa Ber ai . Pada asa i i a ak sangat
menyukai permainan yang menggunakan alat permainan. Sejalan dengan pertambahan
usianya, anak secara perlahan-lahan akan meninggalkan permainan yang menggunakan alat
permainan. Anak akan beranjak menuju permainan yang tidak menggunakan mainan, namun
ia tetap berada pada masa bermain dan menyukai kegiatan yang bersifat bermain. Dengan
demikian kegiatan bermain anak akan melalui tahap-tahap perkembangan yang berbeda
sejalan dengan usianya.
Tahap-tahap perkembangan bermain anak usia dini, menurut Mildred Parten melalui 6
tahap yaitu ;
a. Unoccupied Behavior / Gerakan Kosong
Anak sepertinya belum melakukan kegiatan bermain, hanya mengamati sesuatu sejenak
saja. Misalnya bayi mengamati jari tanganatau kakinya sendiri dan menggerakannya tanpa
tujuan.
b. Onlocker Behaviour/Tingkah laku pengamat
Anak memperhatikan anak yang lain yang sedang melakukan suatu kegiatan atau sedang
bermain. Misalnya seorang anak yang memperhatikan temannya sedang bermain petak
umpat, tanap ia ikut bermain tetapi ia turut merasa senang seolah ia ikut bermain.
5
d. Parraley Play /Bermain Paralel
Anak melakukan kegiatan bermain di antara anak yang lain tanpa ada unsur saling
mempengaruhi. Misalnya anak bermain puzzle dan anak lain juga bermain puzzle, mereka
ada bersama tetapi tidak saling mempengaruhi.
e. Associative Play / Bermain Asosiatif
Anak melakukan kegiatan bermain bersama anak lain tetapi belum ada pemusatan tujuan
bermain. Misalnya beberapa anak bermain menepuk-nepuk air di kolam bersama-sama.
f. Cooperative Play / Bermain Koperatif
Anak melakukan kegiatan bermain bersama-sama dengan teman secara terorganisasi dan
saling bekerja sama, ada tujuan yang ingin dicapai bersama dan ada pembagian tugas yang
disepakati bersama. Misalnya bermain rumah-rumahan ada yang jadi bapak, ibu dan anak,
masing-masing memiliki tugas. Anak membuat rumah-rumahan tersebut dengan kain atau
balok-balok dan bermain peran dengan boneka.
Tahap perkembangan bermain yang dikemukakan oleh Mildred Parten ini lebih
menekankan pada aspek sosialisasi anak dalam bermain. Artinya, bahwa kegiatan bermain
merupakan gambaran proses sosialisasi yang dilalui anak sejak lahir, masa bayi, masa kanak-
kanak dan masa anak pra sekolah hingga masa anak sekolah kelas awal. Selanjutnya Jean
Piaget mengemukanan tahap perkembangan bermain anak yang lebih menekankan pada
aspek perkembangan intelektual anak sebagaimana terlihat pada bagan berikut ini :
6
Demikian pula dengan jenis alat permainan yang dipilih anak akan berbeda antara satu anak
dengan anak lainnya. Menurut Elizabeth Hurlock, jika diamati secara cermat, ada berbagai
variasi kegiatan bermain yang dilakukan anak, dan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut :
a. Kesehatan
Anak yang sehat cenderung akan memilih berbagai jenis kegiatan bermain aktif daripada
pasif, karena banyaknya energi yang dimiliki anak, membuatnya lebih aktif dan ingin
menyalurkan energinya tersebut. Sementara anak yang kurang sehat akan mudah lelah
ketika bermain sehingga lebih menyukai bermain pasif karena tidak membutuhkan banyak
energi.
b. Perkembangan Motorik
Kegiatan bermain aktif lebih banyak menggunakan keterampilan motorik terutama
motorik kasar. Sedangkan bermain pasif kurang melibatkan keterampilan dan koordinasi
motorik. Dengan demikian anak yang memiliki keterampilan motorik yang baik akan lebih
banyak memilih kegiatan bermain aktif dan begitu pula sebaliknya anak yang kurang
terampil motoriknya cenderung memilih kegiatan bermain yang pasif.
c. Inteligensi
Anak yang memiliki inteligensi yang baik (pandai/cerdas) cenderung akan menyukai baik
kegiatan bermain aktif maupun pasif. Karena biasanya anak yang pandai akan lebih aktif
daripada anak yang tidak pandai. Anak yang pandai juga akan lebih kreatif dan penuh rasa
ingintahu, sehingga mereka suka dengan permainan yang membutuhkan kemampuan
problem solving (misal puzzle) melibatkan daya fantasi dan imajinasi (drama), permainan
konstruktif (lego, balok) juga permainan membaca buku, dan music
d. Jenis kelamin
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan perbedaan antara anak
laki-laki dan anak perempuan dalam memilih kegiatan bermain. Perbedaan ini terjadi
karena secara alamiah dan ditentukan secara genetik. Tetapi juga dapat muncul juga
karena adanya perbedaan perlakuan yang diterima oleh anak laki-laki dan anak permpuan
sejak mereka bayi. Anak laki-laki cenderung menyukai kegiatan bermain aktif tetapi anak
7
perempuan menyukai permainan konstruktif dan permainan lainnya yang bersifat
te a g’. Berbagai kecenderungan ini bersifat umum dan belum tentu terjadi pada setiap
anak, karena pasti akan terjadi perbedaan-perbedaan pada setiap individu mengingat
manusia adalah mahluk yang unik.
e. Lingkungan dan taraf sosial ekonomi
Lingkungan dan taraf sosial ekonomi akan mempengaruhi jenis kegiatan bermain dan alat
permainan yang digunakan oleh anak. Anak kota dengan anak desa menggunakan alat
permainan yang berbeda, misal anak kota biasa bermain dengan mobil-mobilan bertenaga
baterai, komputer dan video games, sedangkan anak desa bermain dengan mobil-mobilan
yang terbuat dari kulit jeruk bali, serta bermain dengan daun, ranting kayu, kerikil dan
bahan alam lainnya.
f. Alat permainan
Ketersediaan berbagai alat permainan yang dimiliki anak mempengaruhi jenis kegiatan
bermain. Perlu kiranya disediakan berbagai variasi alat permainan anak sehingga
memungkinkan anak untuk bermain dengan berbagai cara dan jenis permainan. Hal ini
akan berdampak positif bagi semua aspek perkembangannya.
6. Tipe dan Jenis Kegiatan Bermain
Aneka kegiatan bermain bisa membuat anak asyik sekaligus merangsang
perkembangannya. Alat permainan yang digunakan oleh anak hendaknya sesuai dengan
kebutuhan anak, begitu pula jenis kegiatan bermain sesuai dengan usia perkembangan anak.
Berbagai jenis kegiatan bermain anak adalah sebagai berikut:
a. Bermain Aktif
Dalam kegiatan bermain aktif, anak melakukan aktivitas gerakan yang melibatkan seluruh
indera dan anggota tubuhnya. Diantara jenis kegiatan bermain aktif adalah :
1) Tactile Play
Merupakan kegiatan bermain yang meningkatkan keterampilan jari jemari anak serta
membantu anak memahami dunia sekitarnya melalui alat perabaan dan penglihatnnya.
8
2) Functional Play
Bermain Fungsional/Functional Play adalah kegiatan bermain yang melibatkan panca
indera dan kemampuan gerakan motorik dalam rangka mengembangkan aspek motorik
anak. (Charlotte Buhler)
3) Constructive Play
Permainan yang mengutamakan anak untukmembangun atau membentuk bangunan
dengan media balok, lego dansebagainya.
4) Creative Play
Permainan yang memungkinkan anak menciptakan berbagai kreasi dari imajinasinya
sendiri.
5) Symbolic /Dramatic Play
Permainan dimana anak memegang suatu peran tertentu.
6) Play Games
Permainan yang dilakukan menurut aturan tertentu dan bersifat kompetisi/persaingan.
b. Bermain Pasif
Kegiatan bermain pasif tidakmelibatkan banyak gerakan tubuh anak, tetapi hanya
melibatkan sebagian indera saja terutama pendengaran dan penglihatan. Kegiatan
bermain pasif diantaranya adalah Receptive Play: Permainan dimana anak menerima
kesan-kesan yang membuat jiwanya sendiri menjadi aktif (bukan fisik yang aktif) melalui
mendengarkan dan memahami apa yang dia dengar dan ia lihat.
7. Syarat-syarat bermain dan permainan edukatif anak usia dini
Bermain dapat memberikan manfaat yang maksimal pada anak jika terpenuhi syarat-
syaratnya. Ada 5 syarat bermain dan permainan edukatif untuk anak usia dini yaitu:
a. Play Time
Anak harus memiliki waktu yang cukup dalam bermain. Masa usia dini merupakan masa
bermain, bukan masa anak untuk dipaksa belajar atau bekerja. Saat yang tepat untuk anak
bermain dapat disesuaikan dengan jenis permainan. Jika permainan di luar ruangan (gross
motor/fungsional play) sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari, agar anak
merasa nyaman dengan udara yang sejuk dan tidak panas.
9
b. Play Things
Jenis alat permainan harus disesuaikan dengan usia anak dan taraf perkembangannya. Alat
permainan hendaknya memenuhi kriteria;
1) Aman bagi anak
2) Ukuran, bentuk dan warna sesuai usia anak dan taraf perkembangannya,
3) Berfungsi mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak,
4) Dapat dimainkan secara bervariasi/cara
5) Merangsang partisipasi aktif anak, menurut DR. Fitzhugh Dodson - 90 % aktivitas anak
dan 10 % aktivitas alat permainan,
6) Sesuai kemampuan anak (tidak terlalu sulit atau terlalu mudah)
7) Menarik dari segi warna dan bentuk atau suara (jika bersuara)
8) Tahan lama/tidak mudah rusak
9) Mudah didapat dan dekat dengan lingkungan anak
10) Diterima oleh semua budaya
Jumlah alat permainan yang digunakan hendaknya cukup, dengan kebutuhan anak, tidak
terlalu sedikit atau tidak terlalu banyak.
c. Play Fellows
Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain jika ia memerlukan. Teman
bermain dapat ditentukan anak sendiri, apakah itu orangtua, saudara atau temannya. Jika
anak bermain sendiri, maka ia akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya.
Sebaliknya kalau terlalu banyak bermain dengan anak lain, maka dapat mengakibatkan
anak tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan
menemukan kebutuhannya sendiri.
d. Play Space
10
Untuk bermain perlu disediakan tempat bermain yang cukup untuk anak sehingga anak
dapat bergerak dengan bebas. Luas tempat bermain dapat disesuaikan dengan jenis
permainan dan jumlah anak yang bermain.
e. Play Rules
Anak belajar bermain, melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya atau
diberitahu caranya oleh orang lain (guru atau orangtua). Cara yang terakhir adalah yang
terbaik, karena anak tidak terbatas pengetahuannya dalam menggunakan alat
permainannya dan anak akan mendapat keuntungan lebih banyak lagi. Jadi permainan
yang baik adalah permainan yang ada cara/aturan bermainnya.
11
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
GURU KELAS TK
BAB IV
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
UNTUK AUD
HERMAN
RUSMAYADI
A. KOMPETENSI INTI
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri.
B. KOMPETENSI DASAR
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi dan
pengembangan diri
C. MATERI AJAR
TIK atau Teknologi Informasi dan Komunikasi lebih dikenal dengan istiah ICT. ICT
adalah kependekan dari Information and Communication Technologies. Jika merujuk pada
sejarah kemunculannya, istilah ICT mulai dikenal setelah adanya perpaduan antara
teknologi computer, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak
(software) dengan teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20. Perpaduan
kedua teknologi ini berkembang sangat pesat melampaui bidang teknologi lainnya. Dalam
pengertiannya,
TIK adalah perpaduan antara teknologi informasi dan teknologi komunikasi, akan diuraikan
sebagai berikut.
1. Teknologi Informasi
Teknologi informasi merupakan studi atau penggunaan peralatan elektronika,
terutama computer untuk menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan informasi apa
saja, termasuk kata-kata, bilangan dan gambar. Lucas (dalam munir, 2008)
menyatakan bahwa teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan
untuk memproses dan mengirim informasi dalam bentuk elektronik,
micro komputer, komputer mainframe, pembaca
barcode, perangkat lunak memproses transaksi,
perangkat lembar kerja dan peralatan komunikasi dan jaringan merupakan contoh
teknologi informasi. Informasi yang disampaikan berupa pesan-pesan elektronik.
1
2. Teknologi Komunikasi
Teknologi komunikasi merupakan perangkat-perangkat teknologi yang terdiri dari
hardware, software, proses dan sistem, yang digunakan untuk membantu proses
komunikasi, yang bertujuan agar komunikasi berhasil. Keterkaitan Teknologi Informasi
dan Teknologi Komunikasi Teknologi Informasi menekankan
pada pelaksanaan dan pemrosesan data seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan,
mengmbil, memanipulasi atau menampilkan data dengan menggunakan perangkat-
perangkat teknologi elektronik
terutama komputer. Sedangkan teknologi komunikasi menekankan pada penggunaan pe
rangkat teknologi elektronika dan lebih
menekankan pada aspek ketercapaian tujuan dalam proses komunikasi, sehingga data da
n informasi yang diolah dengan teknologi informasi harus memenuhi criteria komunikasi
yang efektif. Meskipun secara terpisah masing-
masing kata pembentuknya memiliki makna sendiri-sendiri,
namun secara konsep pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi tidak terpisahkan,
sebagaimana ditulis dalam Wikipedia berikut:
...TIK adalah payung besar terminology yang mencakup seluruh peralatan
teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK
mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. teknologi info
rmasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan
proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan
teknologi komunikasi adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer
data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu,
teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep
yang tidak terpisahka . (id.wikipedia.org, diakses tanggal 19 peb 2012).
2
Jadi, TIK mengandung pengertian segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan,
perekayasaan, pengelolaan, dan pemindahan informasi antarmedia.
3
e. Sebagai sarana meningkatkan mutu pendidikan.
f. Sebagai sarana meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran.
g. Sebagai sarana mempermudah mencapai tujuan pendidikan.
Jika mengacu pada tiga fungsi TIK dalam pembelajaran, maka khusus untuk pembe
lajaran anak usia dini, pendidik dapat menentukan salah satu atau setidaknya dua fungsi,
yaitu teknologi sebagai alat (tools) dan/atau sekaligus sebagai bahan untuk stimuasi dal
am pencapaian perkembangan tertentu. Namun untuk pemanfaatan TIK dalam PAUD
yang layak bagi anak tentu harus mempertimbangkan prinsip dalam penyediaan sarana
dan prasarana pembelajaran bagi anak usia dini,
sekalipun dalam praktiknya dapat dikendalikan oleh atau di bawah pengawasan pendidik.
Selain itu, perangkat TIK yang digunakan pun disesuaikan dengan
memperhatikan perkembangan anak.
Efektif tidaknya pemanfaatan TIK bagi proses tumbuh kembang anak usia dini mutlak
menjadi pertimbangan para guru sebelum menentukan untuk memilih jenis perangkat ya
ng tepat. Oleh sebab itu, pemanfaatan TIK dalam pembelajaran perlu dirancang,
direncanakan, dilaksanakan, dan selalu dievaluasi dari waktu ke waktu.
Agar pamanfaatan TIK dalam pembelajaran PAUD dapat benar-benar optimal dari segi
dukungannya pada pelaksanaan fungsi dan tercapainya tujuan dalam rangka menyiapkan
generasi bangsa yang cerdas dan ceria, perlu mengoptimalkan kemanfaatannya dan
meminimalkan dampak negatifnya. Oleh sebab itu, pemanfaatan TIK perlu dilandasi oleh
prinsip. Suwarsih (2011) mengusulkan
kerangka pikir dan lima prinsip dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran sebagai berikut.
a. Pemanfaatan TIK dalam pendidikan hendaknya mempertimbangkan karaktersi
tik
peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan dalam keseluruhan pembuatan
keputusan TIK.
4
b. Pemanfaatan TIK hendaknya dirancang untuk memperkuat minat dan motivas
i pengguna untuk menggunakannya semata guna meningkatkan dirinya, baik
dari segi intelektual, spiritual (rohani), sosial, maupun ragawi.
c. Pemanfaatan TIK hendaknya menumbuhkan kesadaran dan keyakinan akan p
entingnya kegiatan berinteraksi langsung dengan manusia (tatap muka), deng
an lingkungan sosial-budaya (pertemuan, museum, tempat-
tempat bersejarah), dan lingkungan alam (penjelajahan) agar tetap mampu m
emelihara nilai-nilai sosial dan
humaniora (seni dan budaya), dan kecintaan terhadap alam sebagai anugerah
dari Tuhan Yang Maha Esa.
d. Pemanfaatan TIK hendaknya menjaga bahwa kelompok sasaran tetap dapat
mengapresiasi teknologi komunikasi yang sederhana dan kegiatan-kegiatan
pembelajaran tanpa TIK karena tuntutan penguasaan kompetensi terkait dala
m rangka mengembangkan seluruh potensi siswa secara seimbang.
e. Pemanfaatan TIK hendaknya mendorong pengguna untuk menjadi lebih kreat
if dan
inovatif sehingga tidak hanya puas menjadi konsumen informasi berbasis TIK .
4. Jenis-jenis TIK yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran pada PAUD
Sebelum menguraikan tentang jenis-
jenis Pemanfaatan TIK untuk pembelajaran PAUD,
dapat dibedakan menurut cara penggunaannya, yaitu interaktif dan non interaktif.
Berikut ini akan dibahas berbagai perangkat TIK.
a. Audio dan Video Player
Audio dan Video Player adalah perangkat TIK yang paling mudah digunakan. Selain
karena kemudahan dalam penggunaannya ketersediaan perangkatnya pun relati lebih
mudah ditemukan. Perangkat audio dan video player banyak dijumpai di
masyarakat saat ini. Audio dan Video player, merupakan media pembelajaran yang
menggabungkan antara media audio dan media visual, secara terpisah dapat dijelaskan
sebagai berikut.
5
1) Media Audio dan Karakteristiknya
Pembahasan tentang proses pembelajaran dengan menggunakan media audio
tidak lepas dari pembahasan aspek pendengaran. Kita lebih banyak
menghabiskan waktu untuk mendengarkan dari pada untuk melakukan komunikasi lainnya.
Para ahli berpendapat bahwa70% dari waktu sadar kita dipakai untuk berkomunikasi,
yaitu membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan. Bila masing-
masing beraktivitas tersebut di bagi-bagi, hasilnya menunjukkkan bahwa 42% dipakai
untuk mendengarkan, 32% untuk bercakap-cakap, 15% untuk membaca, dan 11%
untuk menulis. (http: // abdiplizz. wordpress. com)
Mendengarkan sesungguhnya suatu proses rumit yang melibatkan empat unsur:
(1) mendengar, (2) memperhatikan, (3) memahami, dan kemudian (4) mengingat. Jadi definisi
mendengarkan adalah proses selektif untuk memperhatikan, mendengar, memahami,
dan e gi gat .
2) Media Video/Visual dan Karaktersitiknya
Media visual adalah media yang melibatkan indra penglihatan. Terdapat dua
jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal.
Pesan verbal-visual terdiri atas kata-kata dalam bentuk tulisan dan pesan non verbal-
visual adalah pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol nonverbal-
visual. Secara garis besar unsur-unsur yang terdapat pada media visual terdiri atas garis,
bentuk, warna, dan tekstur.
b. Komputer
Komputer adalah salah satu perangkat TIK yang sudah banyak dimanfaatkan
keberadaaannya dalam proses pembelajaran. Berbagai jenis komputer pabrikan dapat
menjadi pilihan sesuai kemampuan masing-masing. Kendala utama biasanya adalah
dalam pengadaan perangkat ini. Sebelum lebih jauh bagaimana Guru PAUD dapat
memanfaatkan perangkat ini, terlebih dahulu akan dibahas secara singkat mengenai
peran komputer dalam perkembangan kecerdasan manusia.
6
Komputer adalah produk kecerdasan manusia, tetapi komputer dapat pula mem
pengaruhi kecerdasan manusia. Penelitian tentang pengaruh komputer terhadap
perkembangan intelegensi telah banyak dilakukan oleh para pakar. Hasilnya antara
lain menunjukkan bahwa penggunaan komputer secara benar secara timbal balikakan me
mpengaruhi kecerdasan. Jika dilengkapi dengan aplikasi-aplikasi, computer
mampu memenuhi rasa ingin tahu manusia. Di samping itu, kecepatan, kecermatan,
keterkinian informasi dapat diperoleh melalui sistem jaringan komputer, sehingga
memberikan pengayaan fungsi otak penggunanya.
Riset yang dilakukan terhadap pengaruh komputer terhadap
perkembangan intelegensi diperoleh pengaruh yang positif dari keduanya. Hal tersebut
karena kerjasa a antara komputer-otak dan intelegensi yang
satu dengan lainnya mendorong manusia untuk makin memenuhi rasa ingin tahunya, ya
ng merupakan sifat khas manusia.
Komputer dengan jaringannya dalam kehidupan kini tidak terpisahkan dari berbagai
kepentingan untuk memperoleh informasi yang cepat, cermat, lengkap, dan aktual.
Dengan demikian tidak salah jika penggunaan computer dengan program yang sesuai
umur anak-anak dapat dilakukan oleh para Guru.
Dalam materi ini tidak akan dijelaskan secara detil cara mengoprasikan komputer,
tetapi penyusun menyarankan sebaiknya Guru berinisiatif untuk menggunakan sumber
lain dalam belajar tata cara mengoperasikan komputer. Bahan ajar ini
akan memberikan panduan bagaimana guru dapat menetapkan tema dan materi bermain
anak untuk selanjutnya memilih aplikasi yang tepat dan sesuai untuk disampaikan dengan
menggunakan komputer.
Penting
juga dicatat oleh para Guru PAUD bahwa berbagai aplikasi khusus dalam bentuk perm
ainan untuk anak sudah dirancang, diproduksi dan dipasarkan oleh pihak
lain, yang dapat dimanfaatkan oleh para Guru.
c. Internet
7
Manfaat internet dalam dunia pendidikan tidak diragukan lagi dengan tersediany
a informasi dalam berbagai bidang dalam jumlah yang melimpah. Kekayaan akan informasi
yang sekarang tersedia di internet harus benar-benar dimanfaatkan oleh para penentu
kebijakan dalam pendidikan, baik oleh kepala sekolah, guru maupun staf administrasi
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam kaitannya dengan kelebihan internet bagi guru, Rekdale
mengemukakan bahwa
internet sangat potensial untuk mendukung pengembangan profesional guru karena
internet menawarkan beberapa kesempatan untuk diraih, yakni (a) meningkatkan
pengetahuan; (b) berbagi sumber di antara rekan sejawat; (c)bekerjasama dengan guru-guru
dari luar negeri; (d) kesempatan untuk menerbitkan/mengumumkan gagasan
yang dimiliki secara online;
(e) mengatur komunikasi secara teratur; dan (f) berpartisipasi dalam forum dengan reka
n sejawat baik lokal maupun internasional (Rekdale dalam Nurdin Noni, makalah, 2011).
Dalam kaitannya dengan sumber bahan mengajar, guru dapat: (a) mengakses
rencana
belajar mengajar dan metodologi baru, (b) memperoleh bahan baku & bahan jadi yang
cocok untuk segala bidang pelajaran, dan (c) mengumumkan dan berbagi sumber.
Untuk peserta didik, internet menawarkan kesempatan untuk belajar sendiri secara
cepat untuk (a) meningkatkan pengetahuan (b) belajar berinteraktif,
dan (c) mengembangkan kemampuan di bidang penelitian. Selain itu, internet juga
menawarkan kesempatan untuk memperkaya diri dengan meningkatkan
komunikasi dengan peserta didik lain dan meningkatkan kepekaan akan
permasalahan yang ada di seluruh dunia
Manfaat internet dalam dunia pendidikan tidak diragukan lagi dengan tersedianya
informasi dalam berbagai bidang dalam jumlah yang melimpah. Kekayaan akan informasi
yang sekarang tersedia di internet harus benar-benar dimanfaatkan oleh para penentu
kebijakan dalam pendidikan, baik oleh kepala sekolah, guru maupun staf administrasi
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
8
Dalam kaitannya dengan kelebihan internet bagi guru, internet sangat potensial
untuk mendukung pengembangan professional guru karena internet menawarkan beberapa
kesempatan untuk diraih, yakni (a) meningkatkan pengetahuan; (b) berbagi sumber
di antara rekan sejawat; (c) bekerjasama dengan guru-guru dari luar negeri; (d) kesempatan
untuk menerbitkan/mengumumkan gagasan yang
dimiliki secara online; (e) mengatur komunikasi secara teratur; dan (f) berpartisipasi dalam
forum dengan rekan sejawat baik lokal maupun internasional (Rekdale
dalam Nurdin Noni, makalah, 2011).
Dalam kaitannya
dengan sumber bahan mengajar, guru dapat (a) mengakses rencana
belajar mengajar & metodologi baru, (b) memperoleh bahan baku & bahan jadi yang
cocok untuk segala bidang pelajaran, dan (c) mengumumkan dan berbagi sumber.
Untuk peserta didik, internet menawarkan kesempatan untuk belajar sendiri secara
cepat untuk (a) meningkatkan pengetahuan (b) belajar berinteraktif, dan (c) mengemba
ngkan kemampuan di bidang penelitian. Selain itu, internet juga
menawarkan kesempatan untuk memperkaya diri dengan meningkatkan komunikasi
dengan peserta didik lain
dan meningkatkan kepekaan akan permasalahan yang ada di seluruh dunia.
9
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016
MATA PELAJARAN
GURU KELAS TK
BAB V
PEMANFAATAN DAN PEMILIHAN MEDIA
HERMAN
RUSMAYADI
A. KOMPETENSI INTI
Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif.
B. KOMPETENSI DASAR
Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber
C. MATERI AJAR
Media pembelajaran dalam teknologi pendidikan merupakan bagian dari sumber
belajar yang digolongkan kedalam bahan dan alat. Media pembelajaran merupakan saluran
komunikasi untuk menyampaikan pesan dari sumber peran kepada penerima peran. Dalam hal
ini dapat dicontohkan guru sebagai sumber pesan menyampaikan materi pembelajaran
(peran) dengan media power point kepada penerima pesan (siswa). Kedudukan media dari
contoh tersebut diilustrasikan sebagai berikut:
1
Berdasarkan ilustrasi tersebut, media merupakan saluran komunikasi pembelajaran.
Media pembelajaran menurut Yusufhadi Miarso (2004, h. 458-460) didefinisikan segala
sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan, serta dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang
di sengaja, bertujuan dan terkendali. Sedangkan kegunaan dari media pembelajaran
(Yusufhadi Miarso, 2004, h. 458-460) adalah:
a. Memberikan rangsangan kepada otak siswa sehingga otak siswa dapat berfungsi
optimal.
b. Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa.
c. Melampaui batas ruang kelas.
d. Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya.
e. Menghasilkan keseragaman pengamatan
f. Membangkitkan keinginan dan minat baru.
g. Membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar
h. Memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari sesuatu yang konkrit maupun
abstrak.
i. Media memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, pada tempat dan
waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri.
j. Meningkatkan kemampuan keterbatasan baru.
k. Meningkatkan efek sosialisasi (kesadaran) akan dunia sekitar)
l. Meningkatkan kemampuan ekspresi dan siswa.
Berdasarkan definisi dan kegunaan media pembelajaran di atas, maka guru di dalam
perangkat pembelajarannya selain silabus, RPP, bahan ajar juga dilengkapi dengan
media pembelajaran. Media pembelajaran dapat dirancang sendiri oleh guru atau
memanfaatkan dari media yang telah tersedia.
Perangkat pembelajaran media pembelajaran merupakan sub sistem dari
sistempembelajaran di kelas yang Anda bina. Jika sub sistem media tidak disediakan maka akan
terdapat kesenjangan dalam mencapai tujuan pembelajaran seperti perbedaan persepsi
terhadap materi pembelajaran. Dampaknya hasil belajar siswa tidak optimal.
2
Media pembelajaran dapat dipilih oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
dapat dimanfaatkan di dalam kelas atau di luar kelas sesuai kegiatan belajar yang akan
dilakukan siswa.
1. Pemilihan Media Pembelajaran
Media pembelajaran pada perkembangan sekarang ini sangat beragam. Ada media
penyaji, media objek dan media interaktif. Media penyaji yaitu media yang mampu
menyajikan informasi. Misal gambar, poster, foto (yang digunakan sebagai alat peraga),
transparansi, radio, telepon, film, video, televisi, multimedia (kit). Media objek yaitu media
yang mengandung informasi seperti realia, replika, modul, benda tiruan. Media interaktif yaitu
media yang memungkinkan untuk berinteraksi selama mengikutipembelajaran. Misal scrabble,
puzzle, simulator, laboratorium, atau komputer.
Jika guru dihadapkan pada pilihan media yang banyak sekali, maka guru perlu mempelajari
klasifikasi media yang memberikan ciri kemampuan media seperti table berikut.
Tabel 1. Pemilihan media menurut tujuan belajar, menurut Allen
Klasifikasi media ini penting dipertimbangkan karena tidak ada satu jenis media yang
terbaik untuk mencapai satu tujuan pembelajaran. Oleh karena itu masing-masing
3
media memiliki kelebihan dan kekurangan. Antara satu media dengan media lainnya saling
melengkapi.
Selain taksonomi media pembelajaran yang harus diperhatikan oleh guru, kriteria
dalam memilih media juga harus diperhatikan. Kriteria tersebut adalah:
a. Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b. Tepat untuk mendukung materi pembelajaran
c. Praktis, luwes dan tahan lama
d. Guru terampil menggunakannya
e. Jumlah peserta didik
f. Mutu teknis media pembelajaran seperti ketersediaan energi listrik, cahaya di dalam
ruangan.
Guru diharapkan tidak memilih media karena suka dengan media tersebut. D I samping
itu, diharapkan juga tidak langsung terbujuk oleh ketersediaan beragam media canggih yang
sudah semakin pesat berkembang saat ini seperti komputer. Yang perlu diingat, media yang
dipilih adalah untuk digunakan oleh peserta didik kita dalam proses belajar. Jadi, pilihlah media
yang dibutuhkan untuk menyampaikan topik mata pelajaran, yang memudahkan peserta didik
belajar, serta yang menarik dan disukai peserta didik.
Menurut Bates (1995), pemilihan media berbasis teknologi komputer antara lain
akses, biaya, pertimbangan pedagogis, interaktivitas dan kemudahan penggunaan,
pertimbangan organisasi, kebaruan (novelty), dan kecepatan. Pertimbangan mengenai akses
pada dasarnya mempertanyakan sejauh mana peserta didik memiliki akses terhadap media
yang akan digunakan dalam mempelajari paket bahan ajarnya? Pertimbangan biaya berlaku
bagi sekolah maupun peserta didik, yaitu seberapa mahal/murah media yang dipilih untuk
digunakan oleh sekolah dan peserta didik sebagai paket bahan ajar (biaya produksi atau
pengadaan oleh sekolah, biaya akses dan daya beli untuk peserta didik). Pertimbangan
pedagogis merupakan pertimbangan yang berkenaan dengan tujuan pembelajaran serta
karakteristik materi keilmuan yang akan disampaikan dan dipelajari peserta didik.
Pertimbangan interaktivitas dan kemudahan penggunaan pada dasarnya mempertanyakan
sejauh mana media yang dipilih dapat memfasilitasi interaksi yang diperlukan dalam
4
pembelajaran, dan sejauh mana media tersebut mempermudah peserta didik dalam belajar?
Pertimbangan mengenai organisasi merupakan pertimbangan manajerial meliputi
pengelolaanmedia dalam proses pembelajaran, dan pasca proses pembelajaran
(penyimpanan, dll). Pertimbangan novelty berkenaan dengan tingkat kebaruan suatu media
sehingga seringkali menimbulkan antusiasme berlebihan dan atau kesukaran beradaptasi serta
siklus hidup suatu media. Pertimbangan tentang kecepatan suatu media berkenaan dengan
kemampuan suatu media menyampaikan informasi secara cepat dan tepat (timeliness) kepada
didik.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendiri melainkan
saling berinteraksi satu sama lain untuk mendapatkan media yang terbaik, sehingga dapat
membantu proses belajar peserta didik secara optimal. Oleh karena itu, ragam media yang
digunakan harus dipilih berdasarkan pertimbangan yang bijaksana.
Ragam media (Cecep Kustandi, 2010) dapat dipilih meliputi:
1) Media cetak
a. Buku-buku atau buku pelajaran yang sudah beredar di toko buku, atau buku pelajaran
yang khusus ditulis dan kembangkan sendiri.
b. Panduan belajar bagi peserta didik khusus di kembangkan untuk mendampingi buku
pelajaran.
c. Kliping koran/majalah/artikel/tulisan lepas tentang mata pelajaran yang di susun
sendiri.
d. Poster, peta, label, gambar-gambar cetak, foto, grafik, formulir, brosur, pamphlet, yang
diperlukan untuk memperjelas konsep/teori/prinsip/prosedur yang disajikan dalam
bahan ajar.
e. Lembar kegiatan peseta didik khusus dikembangkan untuk memandu peserta didik
melakukan latihan, tugas, praktek, praktikum, dan digunakan untuk melengkapi buku
pelajaran.
2) Media audio/visual
a. Kaset audio/CD audio
b. Siaran radio (radio broadcasts)
5
c. Slide (film bingkai)
d. Film
f. Kaset video/CD video
g. Tayangan TV (TV broadcasts)
h. Video interaktif
i. Pembelajaran berbantuan komputer (simulasi, Computer Assisted Instruction)
3) Media Praktek/Demonstrasi
a. Flora atau fauna asli yang ada di sekitar sekolah Model atau realita
b. Laboratorium dan peralatannya
c. Alat atau model yang dibuat instruktur bersama peserta didik dari material atau barang
bekas yang tersedia di sekitar sekolah
d. Alat atau model yang tersedia di toko (alat-alat musik, dll)
e. Laboratorium alam (hutan atau kebun buatan, kebun raya, sawah, kolam, kandang
ternak, dll).
f. Laboratorium yang ada di sentra industri pabrik, atau perusahaan Herbarium buatan
peserta didik.
g. Pasar
h. Museum
4) Media lainnya
a. game atau perangkat permainan yang dijual di toko, seperti scrabbles untuk
mengajarkan vocabulary bahasa Inggris, kartu tambah-kurang kali-bagi, flashcard,
permainan memori, monopoli, atau game dalam bentuk program komputer, dan lain-
lain.
b. game atau perangkat permainan yang dibuat sendiri oleh instruktur dan atau peserta
didik.
c. Kit sains, kit seni, dan lain-lain.
Sedangkan menurut Heinich, dkk (1982) pemilihan media dilakukan setelah langkah
perumusan tujuan pembelajaran, sesuai dengan model perencanaan penggunaan media
6
pembelajaran (ASSURE) artinya media dapat dirancang sendiri oleh guru, dapat memanfaatkan
yang tersendiri atau modifikasi keduanya.
Guru dalam memanfaatkan pembelajaran dapat memilih media jadi (yang tersedia)
dan atau media yang dirancang. Jika memanfaatkan media yang dirancang maka komponen
dari media tersebut harus mengandung tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan
evaluasi. Misal merancang lembar balik Presiden Republik Indonesia dengan urutan:
Gambar 2.
Guru dalam merancang media pembelajaran flipchart, harus memperhatikan jumlah
peserta didik, biaya, ukuran tulisan, ukuran gambar, warna dan lain-lain. Untuk menghemat
biaya dapat digunakan bagian belakang kalender yang sudah tidak dimanfaatkan (ukuran 60 x
40 cm).
b. Pemanfaatan Media Pembelajaran
Pemanfaatan media pembelajaran identik dengan penggunaan media pembelajaran.
Menurut Heinich (1983), pemanfaatan merupakan satu komponen dari model sistem
pembelajarannya yang disebut utilisasi. Utilisasi (pemanfaatan) merupakan satu tugas
pembelajaran (guru) dalam membantu mempermudah siswa belajar. Seels dan Richey (2002,
7
h. 50) dalam buku Teknologi Pembelajaran mendefinisikan pemanfaatan adalah aktivitas
menggunakan proses dan sumber untuk belajar.
Berdasarkan definisi tersebut, maka pemanfaatan merupakan aktivitas menggunakan
serangkaian operasi atau kegiatan yang diarahkan pada suatu hasil belajar dan segala sesuatu
yang mendukung terjadinya belajar (seperti: system pelayanan, bahan pembelajaran dan
lingkungan). AECT (Association for Educational Communication and Technology)
mengungkapkan pendapat serupa dimana fungsi pemanfaatan adalah mengusahakan agar
pembelajar dapat berinteraksi dengan sumber belajar atau komponen pembelajaran. Fungsi
ini penting karena memperjelas hubungan pemelajar dengan bahan dan system pembelajaran
(Yusufhadi Miarso, 1986, h. 194).
Fungsi pemanfaatan merupakan fungsi yang cukup penting karena memperjelas
hubungan pemelajar dan sistem pembelajaran. Pemelajar akan menggunakan suatu sumber
belajar jika ia mengetahui bahwa dengan menggunakan sumber belajar tersebut ia akan
memperoleh keuntungan dalam proses pembelajarannya. Menurut Sadiman dkk (1993, h.
189-190) ada dua pola dalam memanfaatkan media yaitu:
1. Pemanfaatan media dalam situasi kelas, yaitu dimana pemanfaatannya dipadukan
dengan proses pembelajaran di situasi kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu.
2. Pemanfaatan media di luar kelas situasi kelas, pemanfaatan ini dibagi menjadi dua
kelompok utama.
a) Pemanfaatan secara bebas, ialah media digunakan sesuai kebutuhan masing-
masing, biasanya digunakan secara perorangan. Dalam pemanfaatan secara bebas,
kontrol atau kendali berada pada individual, dimana penggunaannya disesuaikan
dengan kebutuhannya.
b) Pemanfaatan secara terkontrol, ialah bahwa media itu digunakan dalam suatu
rangkaian kegiatan yang diatur untuk mencapai tujuan pembelajaran.
8
Supaya media dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, ada tiga langkah dalam
menggunakannya, yaitu:
9
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016
MATA PELAJARAN
GURU KELAS TK
BAB VI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
HERMAN
RUSMAYADI
A. KOMPETENSI INTI
Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif
B. KOMPETENSI DASAR
Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan
C. MATERI AJAR
1. Konsep Dasar PTK
a. Pengertian PTK
Penelitian tindakan (action research) merupakan suatu proses yang dirancang
untuk memberdayakan semua partisipan dalam proses (siswa, guru, dan peserta lainnya)
dengan maksud untuk meningkatkan praktik yang diselenggarakan didalam pengalaman
pendidikan (Hopkin, 1993). Sementara Kemmis dalam Hopkin 1985, mengemukakan
bahwa penelitian tindakan adalah bentuk penelitian refleksi diri (self-reflection) yang
dilakukan oleh para partisipan dalam situasi social (termasuk pendidikan) dalam rangka
meningkatkan: keadilan dan rasionalitas praktek social dan pendidikan mereka sendiri;
pemahaman mereka tentang praktek tersebut; dan situasi tempat praktek tersebut
dilakukan.
Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk
meningkatkan situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan
untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan ia disebut
’pe elitia ti daka kelas’ atau PTK. Apakah kegiatan penelitian tindakan tidak akan
mengganggu proses pembelajaran? Sama sekali tidak, karena justru ia dilakukan dalam
proses pembelajaran yang alami di kelas sesuai dengan jadwal. Kalau begitu, apakah
penelitian tindakan kelas (PTK) bersifat situasional, kontekstual, berskala kecil, terlokalisasi,
dan secara langsung relevan dengan situasi nyata dalam dunia kerja? Benar. Apakah berarti
bahwa subyek dalam PTK termasuk murid-murid Anda? Benar. Lalu bagaimana cara untuk
menjaga kualitas PTK? Apakah boleh bekerjasama dengan guru lain? Benar. Anda bisa
1
melibatkan guru lain yang mengajar bidang pelajaran yang sama, yang akan berfungsi
sebagai kolaborator Anda.
Karena situasi kelas sangat dinamis dalam konteks kehidupan sekolah yang dinamis
pula, apakah peneliti perlu menyesuaikan diri dengan dinamika yang ada? Benar. Anda
memang dituntut untuk adaptif dan fleksibel agar kegiatan PTK Anda selaras dengan situasi
yang ada, tetapi tetap mampu menjaga agar proses mengarah pada tercapainya perbaikan.
Hal ini menuntut komitmen untuk berpartisipasi dan kerjasama dari semua orang yang
terlibat, yang mampu melakukan evaluasi diri secara kontinyu sehingga perbaikan demi
perbaikan, betapapun kecilnya, dapat diraih. Kalau begitu, apakah diperlukan kerangka
kerja agar masalah praktis dapat dipecahkan dalam situasi nyata? Benar. Tindakan
dilaksanakan secara terencana, hasilnya direkam dan dianalisis dari waktu ke waktu untuk
dijadikan landasan dalam melakukan modifikasi
Karena penelitian pada umumnya merupakan upaya mencari suatu kebenaran
berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah, maka demikian pula halnya dengan penelitian tindakan
dan penelitian tindakan kelas. Hanya saja masing-masing penelitian memiliki ruang lingkup
yang berbeda. Penelitian tindakan memiliki objek penelitian yang tidak hanya terbatas di
kelas, tetapi bisa di luar kelas, sekolah, organisasi, komunitas atau masyarakat. Sedangkan
penelitian tindakan kelas memiliki obyek khusus berkaitan dengan proses pembelajaran di
kelas.
b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Di Indonesia PTK tergolong masih baru dibandingkan dengan penelitian-penelitian
formal yang sudah banyak dilakukan. Metode penelitian deskriptif, eksperimen, dan ex post
facto adalah tiga penelitian formal yang sudah banyakm kita kenal. PTK mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan penelitian-penelitian itu.
Beberapa karakteristik PTK antara lain:
1) Masalahnya nyata, tidak dicari-cari, bersifat kontekstual.
2) Berorientasi pada pemecahan masalah, bukan hanya mendeskripsikan masalah.
3) Data diambil dari berbagai sumber.
4) Bersifat siklik: penelitian-tindakan-penelitian-tindakan-... dst.
5) Partisipatif, dilakukan sendiri.
6) Kolaboratif, dibantu rekan sejawat.
2
Perbedaan antara PTK dengan penelitian formal adalah sebagai berikut :
3
dampak dari proses pembelajaran dan bermain pada anak usia dini. Hal ini diperlukan
mengingat anak usia dini merupakan masa keemasan (the golden age) dalam pertumbuhan
dan perkembangannya. Oleh karena itu sebagai tenaga pendidik di TK/PAUD, guru
hendaknya memiliki kepekaan terhadap permasalahan yang terjadi di kelas, dan
mengembangkannya berdasarkan acuan dan kaidah ilmiah melalui penelitian tindakan
kelas.
d. Prinsip-prinsip PTK
Merujuk dari prinsip-prinsip PTK yang dikemukakan oleh Arifin (2010; 104), dalam
melaksanakan PTK di TK/PAUD hendaknya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut.
1) Sumber masalah diperoleh dari praktik pembelajaran sehari-hari di TK/PAUD. Hal
ini dapat diperoleh melalui observasi atau bersumber dari personal yang terlibat
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembelajaran di
TK/PAUD, seperti teman sejawat, kepala sekolah, anak/peserta didik, orang tua dan
lain sebagainya.
2) Kaitkan masalah PTK dengan upaya peningkatan mutu guru, anak dan tenaga
kependidikan lainnya di TK/PAUD. Hal ini karena peningkatan mutu pembelajaran
harus dilakukan secara terintegrasi dan terpadu.
3) Pelaksanaan PTK harus memanfaatkan semua potensi guru di TK/PAUD seperti
penguasaan terhadap substansi bidang-bidang pengembangan di TK/PAUD,
keterampilan dalam membelajarkan anak melalui bermain, minat dan keterlibatan
baik peneliti sebagai guru maupun guru sebagai teman sejawat
4) Hasil PTK dapat juga memberikan masukan untuk pengembangan teori
pembelajaran untuk anak usia dini.
5) Metode dalam PTK harus mempertimbangkan masalah-masalah pembelajaran di
TK (baik untuk kelompok A maupun kelompok B) atau pada lembaga PAUD sejenis
4
yang sedang diteliti, sumber daya yang ada dan peserta didik (anak) sebagai sasaran
penelitian.
6) Pelaksanaan PTK memerlukan dukungan secara kolaboratif dari para pemangku
kepentingan, kepala TK/PAUD, teman sejawat termasuk peserta didik, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan desimenasi dan tindak lanjut.
7) PTK harus didukung oleh wawasan dan pengalaman dari para pakar (expert) dari
berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan pendidikan anak usia dini.
8) Diseminasi PTK harus melibatkan jaringan kerja (network) dan mekanisme yang
tersedia di TK/PAUD.
e. Syarat PTK
Untuk dapat meraih perubahan yang diinginkan melalui PTK, maka ada beberapa
syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh guru/peneliti PTK (McNiff, Lomax dan
Whitehead dalam Suwarsih 2003)
1) Guru/peneliti dan kolaborator serta murid-murid harus punya tekad dan komitmen
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan komitmen itu terwujud dalam
keterlibatan mereka dalam seluruh kegiatan PTK secara proporsional. Andil itu
mungkin terwujud jika ada maksud yang jelas dalam melakukan intervensi tersebut.
2) Guru/peneliti dan kolaborator menjadi pusat dari penelitian sehingga dituntut
untuk bertanggung jawab atas peningkatan yang akan dicapai.
3) Tindakan yang Guru/peneliti lakukan hendaknya didasarkan pada pengetahun, baik
pengetahuan konseptual dari tinjauan pustaka teoretis, maupun pengetahuan
teknis prosedural, yang diperoleh lewat refleksi kritis dan dipadukan dengan
pengalaman orang lain dari tinjauan pustaka hasil penelitian tindakan), berdasarkan
nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Refleksi kritis dapat dilakukan dengan baik
jika didukung oleh keterbukaan dan kejujuran terhadap diri sendiri, khususnya
kejujuran mengakui kelemahan/kekurangan diri.
4) Tindakan tersebut dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi
dapat diubah ke arah perbaikan.
5) Penelitian tindakan melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan
perubahan melalui tindakan yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh
kerumitannya.
5
6) Guru/peneliti mesti mamantau secara sistematik agar Anda mengetahui dengan
mudah arah dan jenis perbaikan, yang semuanya berkenaan dengan pemahaman
yang lebih baik terkadap praktik dan pemahaman tentang bagaimana perbaikan ini
telah terjadi.
7) Guru/peneliti perlu membuat deskripsi otentik objektif (bukan penjelasan) tentang
tindakan yang dilaksanakan dalam riwayat faktual, perekaman video and audio,
riwayat subjektif yang diambil dari buku harian dan refleksi dan observasi pribadi,
dan riwayat fiksional.
8) Guru/peneliti perlu memberi penjelasan tentang tindakan berdasarkan deskripsi
autentik tersebut di atas, yang mencakup (1) identifikasi makna-makna yang
mungkin diperoleh (dibantu) wawasan teoretik yang relevan, pengaitan dengan
penelitian lain (misalnya lewat tinjauan pustaka di mana kesetujuan dan
ketidaksetujuan dengan pakar lain perlu dijelaskan), dan konstruksi model (dalam
konteks praktik terkait) bersama penjelasannya; (2) mempermasalahkan deskripsi
terkait, yaitu secara kritis mempertanyakan motif tindakan dan evaluasi terhadap
hasilnya; dan (3) teorisasi, yang dilahirkan dengan memberikan penjelasan tentang
apa yang dilakukan dengan cara tertentu.
9) Guru/Peneliti perlu menyajikan laporan hasil PTK dalam berbagai bentuk termasuk:
(1) tulisan tentang hasil refleksi-diri, dalam bentuk catatan harian dan dialog, yaitu
percakapan dengan dirinya sendiri; (2) percakapan tertulis, yang dialogis, dengan
gambaran jelas tentang proses percakapan tersebut; (3) narasi dan cerita; dan (4)
bentuk visual seperti diagram, gambar, dan grafik. Kesepuluh, Anda perlu
memvalidasi pernyataan Anda tentang keberhasilan tindakan Anda lewat
pemeriksaan kritis dengan mencocokkan pernyataan dengan bukti (data mentah),
baik dilakukan sendiri maupun bersama teman (validasi-diri), meminta teman
sejawat untuk memeriksanya dengan masukan dipakai untuk memperbaikinya
(validasi sejawat), dan terakhir menyajikan hasil seminar dalam suatu seminar
(validasi public). Perlu dipastikan bahwa temuan validasi selaras satu sama lain
karena semuanya berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data mentah.
Jika ada perbedaan, pasti ada sesuatu yang masih harus dicermati kembali.
6
2. Langkah-Langkah PTK
Cara Memulai PTK
Uraian tentang cara memulai PTK berikut ini akan menambah pemahaman Anda
tentang prinsip-prinsip PTK. Kalau Anda sudah biasa mengajar, melakukan PTK bukan hal
yang asing. PTK hanyalah alat untuk membantu Anda memperbaiki pembelajaran secara
sistematis. Jadi Anda fokus saja pada perbaikan pembelajaran, dan tanpa disadari Anda
akan melakukan langkah-langkah seperti yang dilakukan oleh peneliti PTK. Setelah
menyelesaikan bagian ini Anda akan dapat menulis proposal sederha a berbe tuk
matriks, yang nantinya akan dikembangkan e jadi proposal le gkap . De ga proposal
sederhana sebenarnya Anda sudah dapat memulai PTK.
Analogi Guru-Dokter
Cara yang paling mudah untuk memulai PTK adalah dengan menganalogikan
kegiata A da sebagai guru pe eliti PTK de ga kegiata seora g dokter . Perhatikan
Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Analogi Guru dengan Dokter
NO DOKTER Guru peneliti PTK
1 Menanyakan gejala penyakit Mendeskripsikan masalah
2 Mendiagnosis penyakit Menemukan akar masalah
3 Menulis resep Menyusun hipotesis tindakan
4 Menentukan tema pengobatan, Menuliskan judul penelitian
isal ya Me gobati sakit perut
7
perut Anda, melihat telakup mata Anda, melihat tenggorokan Anda dengan senter, dan
sambil lalu ia sudah dapat mengetahui suhu badan Anda. Setelah itu ia masih menggunakan
tensimeter untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi Anda. Singkatnya ia ingin
mengungkap serinci mungkin gejala penyakit Anda; tujuannya adalah untuk
e diag osis pe yakit A da se ara tepat. Maki ri i deskripsi gejala pe yakit
Anda akan makin mudah dokter mendiagnosis penyakit Anda itu.
Dengan cara serupa, masalah yang akan Anda pecahkan melalui PTK harus
dideskripsika se ara ri i; tujua ya adalah agar A da dapat e e uka akar asalah
penelitian Anda secara tepat. Makin rinci deskripsi masalah Anda, makin mudah Anda
menemukan akar masalah. Penemuan akar masalah merupakan hal yang sangat penting
dalam melakukan PTK. Sebelum akar masalah ditemukan, Anda sebaiknya tidak terburu-
buru memberikan tindakan. Analoginya dengan dunia kedokteran adalah dokter
yang mengobati rasa pusing berkepanjangan yang dialami pasien. Mula-mula ia
mendiagnosis secara terburu-buru sebagai penyakit maag; obat yang diberikan adalah
promaag. Tentu saja setelah minum obat selama tiga hari rasa pusing pasien tidak kunjung
hilang. Setelah didiagnosis ulang ternyata penyebabnya adalah lubang kecil yang ada di gigi.
Setelah gigi dirawat, lubang diberi obat kemudian ditambal dan diberi obat yang sesuai,
rasa pusing itupun hilang.
Langkah-langkah berikut ini akan membantu Anda mendeskripsikan masalah
penelitian Anda secara rinci:
1. Mulailah dengan satu kalimat masalah.
2. Elaborasi kalimat itu serinci mungkin dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini:
a) Dari mana tahunya?
b) Bagaimana datanya?
c) Upaya apa yang telah dilakukan?
d) Bagaimana hasilnya?
3. Usahakan kalimat masalah dan elaborasinya itu mencapai ½ -- 1 halaman;
setelah itu biasanya Anda akan menemukan akar masalahnya.
Contoh Identifikasi dan Analisis Masalah
8
Pada tahap ini, guru atau tenaga pendidik di TK atau PAUD mengadakan refleksi
terhadap proses pembelajaran di kelas. Gejala-gejala apakah yang terjadi di kelas? Apakah
anda puas terhadap proses pembelajaran di kelas? Jika tidak pasti ada permasalahan yang
terjadi. Dasna (2008: 30) menjelaskan bahwa ada beberapa pertanyaan yang dapat
dijadikan bahan untuk mengadakan refleksi terhadap proses pembelajaran yang Anda
laksanakan di kelas.
Jika ja aba A da terhadap kee pat perta yaa tersebut adalah belu , aka
dalam pembelajaran yang anda laksanakan terjadi suatu permasalahan. Permasalahan
terjadi manakala terjadi kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi.
Berdasarkan pertanyaan tersebut, sebenarnya terdapat dua permasalahan pokok dalam
pembelajaran, yaitu (1) masalah yang berkaitan dengan rendahnya kualitas pembelajaran
dan (2) masalah yang berkaitan dengan rendahnya tingkat penguasaan kompetensi oleh
anak (hasil belajar).
Permasalahan yang berkaitan dengan rendahnya kualitas pembelajaran dapat
diidentifikasi antara lain sebagai berikut.
(1) Masalah keaktifan belajar anak.
Misalnya dalam belajar anak kurang berpartisipasi, malah asyik bermain sendiri di
luar skenario belajar yang ditetapkan. Atau dalam belajar anak menjadi pendiam,
tertutup dan melamun.
(2) Masalah interaksi dalam kelas.
Misalnya anak hanya mampu berinteraksi dengan teman-teman tertentu? Anak
cenderung memisahkan diri dari lingkungan dan mendekat pada guru. Atau anak
sering berkelahi dengan temannya hanya gara-gara berebut alat permainan.
(3) Masalah evaluasi.
9
Misalnya guru kurang memiliki kompetensi dan kesempatan untuk mengadakan
asesmen otentik terhadap perkembangan anak. Atau guru kurang mampu
menganalisis dan mengadakan interpretasi terhadap hasil asesmen, sehingga tidak
berdampak pada peningkatan kualitas belajar anak.
(4) Masalah dalam pemilihan metode dan atau strategi pembelajar.
Misalnya metode yang dipilih guru kurang memberikan kesempatan kepada anak
untuk melakukan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi yang berbasis pada kegiatan
belajar melalui bermain. Seharussnya anak adalah aktif, tetapi dari metode yang
terpilih menjadikan anak sebagai pendengan yang baik. Bahkan di TK/PAUD
cenderung mengarah pada pembelajaran yang bersifat akademik formal, dari pada
kegiatan bermain yang membelajarkan.
(5) Masalah yang berkaitan dengan pemilihan dan pemanfaatan media, sumber dan
peralatan belajar.
Di TK/PAUD anak membutuhkan kegiatan eksplorasi yang luas terhadap lingkungan
dan objek-objek belajarnya. Semakin luas kesempatan yang dimiliki oleh anak dalam
mengeksplorasi lingkungannya, maka semua aspek perkembangannya akan terstimulasi
dan berkembang secara optimal.
Sedangkan permasalahan yang berkaitan dengan rendahnya penguasaan
kompetensi atau hasil belajar anak meliputi:
(1) Capaian indikator perkembangan anak kurang optimal.
Misalnya kemampuan berbahasa ekspresif yang rendah, keterampilan motorik
halus yang rendah, dan lain sebagainya.
(2) Rendahnya keterampilan anak dalam melakukan sesuatu khususnya yang berkaitan
dengan softskill anak.
Misalnya anak kurang mandiri, anak kurang kreatif dalam mengembangkan ide-
idenya, anak kurang mampu dalam memecahkan masalah dan lain sebagainya.
(3) Terjadinya miskonsepsi terhadap sesuatu.
Misalnya anak belum mampu membedakan antara benda padat, benda cair dalam
bidang sains. Cantohnya plastisin termasuk benda padat apa benda cair. Anak-anak
menyebutnya sebagai benda lunak.
10
Sementara itu Kunandar (2011: 89) mengemukakan bahwa sumber masalah PTK
antara lain sebagai berikut.
(1) Masalah yang berkaitan dengan input dapat bersumber dari siswa/anak, guru,
sumber belajar, materi pembelajaran, prosedur evaluasi dan lingkungan belajar.
(2) Masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yang bersumber dari
interaksi dalam pembelajaran, keterampilan bertanya guru/siswa/anak, gaya
mengajar, cara belajar dan implementasi metode pembelajaran.
(3) Masalah yang berkaitan dengan output, yang dapat bersumber dari hasil belajar
siswa/anak, daya ingat siswa/anak,sikap negatif siswa/anak dan motivasi yang
rendah.
Dari sumber masalah tersebut dapat diidentifikasi permasalahan yang relevan untuk
PTK, antara lain sebagai berikut.
(1) Rendahnya keterlibatan anak TK dalam proses pembelajaran
(2) Metode yang digunakan oleh guru kurang relevan dengan karakteristik anak usia
dini
(3) Perhatian atau daya konsentrasi anak terhadap suatu tugas rendah.
(4) Media dan sumber atau peralatan belajar/bermain yang digunakan kurang
memadai dan kurang relevan dengan tingkat perkembangan anak usia dini.
(5) Rendahnya motivasi belajar anak usia dini
(6) Rendahnya tingkat kemandirian anak dalam belajar dan bermain
(7) Perkembangan sosio-emosional yang kurang sesuai dengan tugas-tugas
perkembangan anak usia dini.
(8) Perkembangan kognitif anak yang kurang sesuai dengan tugas perkembangan
anak usia dini
(9) Perkembangan/kemampuan berbahasa yang belum sesuai dengan tugas
perkembangan anak usia dini.
(10) Rendahnya keterampilan motorik anak usia dini, dan lain sebagainya.
Dari beberapa aspek ruang lingkup masalah tersebut, guru TK/PAUD dapat memilih
salah satu masalah yang paling urgen untuk segera dipecahkan. Dikatakan urgen jika
masalah tersebut sangat mendesak untuk dipecahkan, dan jika tidak segera dipecahkan
11
akan menghambat program pembelajaran dan proses belajar anak secara simultan dan
menyeluruh.
Bagi guru TK/PAUD, permasalahan yang urgen biasanya terkait dengan situasi
pembelajaran di kelas. Permasalahan yang berkaitan dengan anak TK/PAUD sangat
kompleks dan rumit. Hal ini disebabkan karena anak mengalami masa transisi dari
kehidupan dalam keluarga menuju ke lingkup hubungan sosial yang lebih luas. Sementara
ragam karakter dan latar belakang anak sangatlah berbeda-beda. Padahal masa awal anak
sangat mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi
guru TK/PAUD.
Untuk memperdalam wawasan Anda marilah kita belajar mengidentifikasi dan
menganalisis sebuah kasus pembelajaran berikut ini.
Untuk keperluan itu, Bu Yati masuk kelas dengan membawa sebuah globe dan
sebuah lampu senter. Tentu saja benda-benda yang dibawa oleh Bu Yati
menarik perhatian anak-anak. s
Anak-anak tampak kecewa. Perhatian anak tetap tertuju pada Globe dan lampu
senter yangi ditaruh di atas meja oleh Bu Yati. Pada saat doa bersama, anak-
anak tampak tidak berkonsentrasi dalam berdoa. Anak-anak saling
berbisik=bisik tentang media yang dibawa oleh guru. Setelah berdoa bersama,
Bu Yati melanjutkan pelajaran hari itu dengan menjelaskan bagaimana
peristiwa siang dan malam itu terjadi. Bu Yati mengadakan tanya jawab tentang
kapan anak itu tidur? Benda-benda apa saja yang dilihat dimalam hari? Apa
perbedaan antara keadaan di waktu malam dan di siang hari, serta benda apa
saja yang dilihat anak pada waktu siang hari. Jawaban anak bermacam-macam.
Bu saya tidur sepula g sekolah . Bu, aktu ala tidak kelihata apa-apa,
gelap, he . Bu aku takut kalau ala . Akhir ya Bu Yati e jelaska
kalau tidur sebaiknya di malam hari. Kalau malam ada bulan, bintang, kelelawar
dan lain sebagainya. Kalau malam anak-anak tidak boleh takut, dan seterusnya.
12
Pada kegiatan inti, Bu Yati membagi anak menjadi 3 kelompok. Kelompok I
ditugasi untuk mewarnai gambar matahari. Kelompok II mencocok dan
merobek gambar matahari. Kelompok III membuat kolase pada gambar
bintang. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian, sehingga semua anak
mengalami ketiga kegiatan tadi. Beberapa anak yang sudah selesai duluan
segera ke meja guru untuk memainkan globe, tetapi Bu Yati segera memberikan
tugas berikutnya sehingga kelas terhindar dari suara gaduh akibat rebutan
globe dan lampu senter.
13
dalam mengeksplorasi objek-objek belajarnya sehingga anak cenderung pasif. Sementara
dilihat dari hasil belajar menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa anak masih rendah,
hal ini tampak dari kekurangmampuan anak dalam menceritakan sesuatu dengan kalimat
sederhana, anak belum mampu mengekspresikan diri dalam menyampaikan gagasannya
serta kurangnya kemandirian anak dalam menceritakan sesuatu.
1. Di antara kelima bidang pengembangan yang ada di TK/PAUD, bidang apakah yang
paling sulit dicapai oleh sebagian besar anak di kelas?
2. Setelah anda menemukan bidang pengembangan yang paling tidak dikuasai oleh
anak, pada indikator manakah anak paling banyak mengalami kesulitan belajar?
3. Bagaimana situasi belajar anak pada saat mereka mengeksplorasi indikator
tersebut?
4. Berdasarkan jawaban dari poin 1, 2 dan 3, cobalah dicermati secara mendalam,
sebenarnya permasalahan pokok apa yang terjadi pada pembelajaran yang Anda
laksanakan?
5. Selanjutnya Anda mengidentifikasi faktor-faktor apa yang menyebabkan
permasalahan itu sampai terjadi. Anda dapat menanyakan kepada anak, teman
sejawat, orang tua anak dan lain sebagainya sehingga faktor penyebabnya dapat
teridentifikasi selengkap mungkin.
……………………………………………………………………… …………………………………………………………
……………………………………………………………………… …………………………………………………………
……………………………………………………………………… …………………………………………………………
……………………………………………………………………… ………………………………………………………..
14
Temuan/Akar masalah:
……………………………………………………
Faktor penyebab: ……………………….………………………….
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
………………………………………………………………..
Dari beberapa alternatif tersebut, peneliti/guru dapat memilih salah satu yang
paling relevan. Misalnya untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas dipilih metode
eksperimen (metode percobaan). Dalam memilih alternatif pemecahan masalah, peneliti
hendaknya memberikan alasan yang bersifat rasional dan logis, yang memiliki dasar teoritis
dan didukung hasil-hasil penelitian sebelumnya. Misalnya kelebihan yang dimiliki oleh
metode eksperimen, hasil-hasil penelitian di PAUD yang berkaitan dengan penerapan
metode eksperimen, atau teori-teori yang mendukung penerapan metodde eksperimen
dalam pembelajaran di TK/PAUD.
15
Dengan terpilihnya salah satu atau gabungan dari beberapa alternatif pemecahan
masalah, maka Anda dapat segera merumuskan judul penelitian. Berangkat dari contoh
kasus di atas, maka judul PTK yang sesuai adalah sebagai berikut.
Untuk menguji apakah judul penelitian tersebut sudah memenuhi syarat yang
relevan untuk suatu penelitian tindakan kelas, alangkah baiknya Anda memperhatikan
persyaratan berikut.
Tugas Anda:
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________
16
(1) Masalah penelitian hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
(2) Yang dipermasalahkan dalam perumusan masalah tidak hanyahasilnya tetapi juga
prosesnya
(3) Pastikan bahwa setiap rumusan masalah terkait dengan latar belakang masalah.
Sementara itu Suparno, dkk. (2010: 56) menjelaskan beberapa ketentuan dalam
merumuskan masalah PTK.
17
Perhatikanlah contoh rumusan masalah berikut ini. Jika rumusan judul penelitian
yang dipilih adalah sebagai berikut,
1) ___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
2) ___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
18
c. Membuat Rumusan Tujuan Penelitian
Tujuan PTK pada dasarnya adalah untuk mengungkap permasalahan
pembelajaran, mengidentifikasi faktor penyebab dan sekaligus memberikan pemecahan
terhadap masalah yang terjadi. Tujuan penelitian perlu dinyatakan dengan jelas
sebagaimana yang diuraikan dalam bagian rumusan masalah (Suparno: 2010:57).
Sementara itu Akbar (2010: 76) mengemukakan bahwa tujuan penelitian
hendaknya dirumuskan secara jelas, berdasarkan pada atau konsisten dengan rumusan
masalah. Di samping itu tujuan penelitian tindakan kelas menggambarkan hasil penelitian
yang akan dicapai. Perbedaan antara rumusan masalah dan tujuan penelitian adalah jika
rumusan masalah dirumuskan dalam kalimat tanya, maka rumusan tujuan dirumuskan
dalam kalimat pernyataan. Itulah sebabnya maka peneliti dapat memilih salah satu antara
rumusan masalah atau rumusan tujuan penelitian, atau dapat memilih kedua-duanya.
1) …………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
2) …………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
19
d. Merumuskan Manfaat Penelitian
Pembuatan rumusan manfaat penelitian didasarkan pada topik atau masalah
penelitian.bagian ini menguraikan tentang manfaat atau pentingnya penelitian bagi guru,
anak dan sekolah atau pihak-pihak yang terkait. Atau dengan kata lain, manfaat penelitian
menguraikan tentang dampak dari tercapainya tujuan penelitian. Rumusan manfaat
hendaknya jelas terutama bagi siapa, dan deskripsikan manfaatnya apa.
Contoh:
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1) Anak : proses belajar akan menjadi menarik dan menyenangkan, karena anak
dapat melakukan percobaan dengan memanipulasi peralatan atau objek belajar.
2) Guru: guru menemukan metode pembelajaran yang dapat melibatkan anak secara
optimal sehingga anak dapat menguasai kompetensi sebagaimana yang
diharapkan.
3) Sekolah: meningkatkan mutu lembaga melalui peningkatan proses dan hasil
belajar anak TK/PAUD.
Sekarang cobalah Anda membuat rumusan manfaat penelitian berdasarkan
permasalahan yang sudah Anda rumuskan sebelumnya.
Manfaat Penelitian
1) ………………:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
...
2) ………………:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………
3) ………………:
…………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………...
20
secara ilmiah. Kajian teori menyangkut tentang kajian yang mendalam terhadap variabel
atau konsep-konsep kunci yang terlibat dalam penelitian tindakan kelas. Kajian terhadap
suatu teori meliputi proses analisis dan sintesis, dan keterkaitan antar variabel sehingga
terbentuk menjadi kerangka pemecahan masalah. Maksud utama kajian teori adalah untuk
membangun/merumuskan hipotesis tindakan.
Kunandar (2011: 120) mengemukakan bahwa kajian teori berguna untuk hal-hal
penting, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Menjawab permasalahan PTK secara teoritis.
2. Menemukan variabel penyebab masalah PTK
3. Mengoperasionalkan variabel penelitian.
4. Menyusun jawaban sementara dari masalah (hipotesis).
5. Menemukan metode yang paling tepat untuk menjawab permasalahan.
Untuk memudahkan Anda mengadakan kajian teori, maka harus dilihat konteks
penelitiannya. Variabel atau konsep-konsep apa saja yang terlibat dalam penelitian
tersebut. Misalnya pada penelitian yang berjudul pe erapa etode eksperi e u tuk
e i gkatka ke a pua berbahasa pada a ak kelo pok B TK Dia Ce dekia , ko sep-
konsep yang terlibat meliputi: (1) metode eksperimen, (2) kemampuan berbahasa, dan (3)
anak kelompok B TK (usia 5-6 tahun).
Oleh karena itu secara garis besar peta konsep dalam kajian teori adalah sebagai
berikut.
Hipotesis
Tindakan
21
Secara garis besar kajian teori dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Setelah mempelajari cara melakukan kajian teori, cobalah Anda membuat peta
konsep mengenai kajian teori yang relevan dengan judul penelitian yang telah dirumuskan
pada bagian sebelumnya. Karena keterbatasan waktu, Anda cukup membuat garis
besarnya saja, tetapi dalam proposal dan laporan penelitian, Anda harus mengkajinya
secara lengkap.
………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………
1. ………………………………
a. …………………………………………………………
b. …………………………………………………………
c. …………………………………………………………
d. Dan seterusnya
2. ……………………………….
a. …………………………………………………………..
b. …………………………………………………………..
c. …………………………………………………………..
d. Dan seterusnya
3. …………………………………
a. ………….………………………………….
b. ……………………………………………..
c. ……………………………………………..
d. Dan seterusnya
23
b. Kekinian
Teori dan atau hasil penelitian yang dirujuk hendaknya bersifat up to date atau
terkini. Hal ini untuk memperoleh teori atau hasil-hasil penelitian yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni.
c. Originalitas
Sumber rujukan yang dijadikan sumber informasi/teori sebaiknya dari tangan
pertama, kecuali teori lama yang bukunya sudah tidak terbit lagi atau karena
edisinya terbatas. Hal ini untuk menghindari adanya teori yang sering dikutif,
sehingga substansi isinya yang asli menjadi kurang jelas.
f. Kerangka berpikir
Kerangka pemikiran adalah narasi (uraian) atau pernyataan (proposisi) tentang
kerangka konsep pemecahan masalah yang telah diidentifikasi atau dirumuskan. Kerangka
berpikir atau kerangka pemikiran dalam sebuah penelitian kuantitatif, sangat menentukan
kejelasan dan validitas proses penelitian secara keseluruhan. Melalui uraian dalam
kerangka berpikir, peneliti dapat menjelaskan secara komprehensif variabel-variabel apa
saja yang diteliti dan dari teori apa variabel-variabel itu diturunkan, serta mengapa
variabel-variabel itu saja yang diteliti. Uraian dalam kerangka berpikir harus mampu
menjelaskan dan menegaskan secara komprehensif asal-usul variabel yang diteliti,
sehingga variabel-variabel yang tercatum di dalam rumusan masalah dan identifikasi
masalah semakin jelas asal-usulnya.
Pada dasarnya esensi kerangka pemikiran berisi: (1) Alur jalan pikiran secara logis
dalam menjawab masalah yang didasarkan pada landasan teoretik dan atau hasil penelitian
yang relevan. (2) Kerangka logika (logical construct) yang mampu menunjukan dan
menjelaskan masalah yang telah dirumuskan dalam kerangka teori. (3) Model penelitian
yang dapat disajikan secara skematis dalam bentuk gambar atau model matematis yang
menyatakan hubungan-hubungan variabel penelitian atau merupakan rangkuman dari
kerangka pemikiran yang digambarkan dalam suatu model. Sehingga pada akhir kerangka
pemikiran ini terbentuklah hipotesis.
Dengan demikian, uraian atau paparan yang harus dilakukan dalam kerangka
berpikir adalah perpaduan antara asumsi-asumsi teoretis dan asumsi-asumsi logika dalam
menjelaskan atau memunculkan variabel-variabel yang diteliti serta bagaimana kaitan di
24
antara variabel-variabel tersebut, ketika dihadapkan pada kepentingan untuk
mengungkapkan fenomena atau masalah yang diteliti.
Di dalam menulis kerangka berpikir, ada tiga kerangka yang perlu dijelaskan, yakni:
kerangka teoritis, kerangka konseptual, dan kerangka operasional. Kerangka teoritis atau
paradigma adalah uraian yang menegaskan tentang teori apa yang dijadikan landasan
(grand theory) yang akan digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diteliti. Kerangka
konseptual merupakan uraian yang menjelaskan konsep-konsep apa saja yang terkandung
di dalam asumsi teoretis yang akan digunakan untuk mengabstraksikan (mengistilahkan)
unsur-unsur yang terkandung di dalam fenomena yang akan diteliti dan bagaimana
hubungan di antara konsep-konsep tersebut. Kerangka operasional adalah penjelasan
tentang variabel-variabel apa saja yang diturunkan dari konsep-konsep terpilih tadi dan
bagaimana hubungan di antara variabel-variabel tersebut, serta hal-hal apa saja yang
dijadikan indikator untuk mengukur variabel-variabel yang bersangkutan.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka dalam menyusun
kerangka berpikir kita harus memulainya dengan menegaskan teori apa yang dijadikan
landasan dan akan diuji atau digambarkan dalam penelitian kita. Lalu dilanjutkan dengan
penegasan tentang asumsi teoretis apa yang akan diambil dari teori tersebut sehingga
konsep-konsep dan variabel-variabel yang diteliti menjadi jelas. Selanjutnya, kita
menjelaskan bagaimana cara mengoperasionalisasikan konsep atau variabel-variabel
tersebut sehingga siap untuk diukur.
Walaupun dalam kerangka berpikir itu harus terkandung kerangka teoretis,
kerangka konseptual, dan kerangka operasional, tetapi cara penguraian atau cara
pemaparannya tidak perlu kaku dibuat per sub bab masing-masing. Hal yang penting adalah
bahwa isi pemaparan kerangka berpikir merupakan alur logika berpikir kita mulai dari
penegasan teori serta asumsinya hingga munculnya konsep dan variabel-variabel yang
diteliti.
Agar peneliti benar-benar dapat menyusun kerangka berpikir secara ilmiah
(memadukan antara asumsi teoretis dan asumsi logika dalam memunculkan variabel)
dengan benar, maka peneliti harus intens dan eksten menelurusi literatur-literarur yang
relevan serta melakukan kajian terhadap hasil penelitian-penelitian terdahulu yang
relevan, sehingga uraian yang dibuatnya tidak semata-mata berdasarkan pada
25
pertimbangan logika. Untuk itu, dalam menjelaskan kerangka teoretisnya, peneliti mesti
merujuk pada literatur atau referensi serta laporan-laporan penelitian terdahulu.
Selanjutnya secara sederhana penyusunan kerangka berpikir dapat dilakukan
dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Menentukan paradigma atau kerangka teoretis yang akan digunakan, kerangka
konseptual dan kerangka operasional variabel yang akan diteliti.
2. Memberikan penjelasan secara deduktif mengenai hubungan antarvariabel
penelitian. Tahapan berpikir deduktif meliputi tiga hal yaitu: (a) Tahap penelaahan
konsep (conceptioning), yaitu tahapan menyusun konsepsi-konsepsi (mencari
konsep-konsep atau variabel dari proposisi yang telah ada, yang telah dinyatakan
benar). (b) Tahap pertimbangan atau putusan (judgement), yaitu tahapan
penyusunan ketentuan-ketentuan (mendukung atau menentukan masalah akibat
pada konsep atau variabel dependen). (c) Tahapan penyimpulan (reasoning), yaitu
pemikiran yang menyatakan hal-hal yang berlaku pada teori, berlaku pula bagi hal-
hal yang khusus.
3. Memberikan argumen teoritis mengenai hubungan antar variabel yang diteliti.
Argumen teoritis dalam kerangka pemikiran merupakan sebuah upaya untuk
memperoleh jawaban atas rumusan masalah. Dalam prakteknya, membuat
argumen teoritis memerlukan kajian teoretis atau hasil-hasil penelitian yang
relavan. Hal ini dilakukan sebagai petunjuk atau arah bagi pelaksanaan penelitian.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, oleh karena argumen teoritis sebagai upaya
untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah, maka hasil dari argumen
teoritis ini adalah sebuah jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian.
Sehingga pada akhirnya produk dari kerangka pemikiran adalah sebuah jawaban
sementara atas rumusan masalah (hipotesis).
4. Merumuskan model penelitian. Model adalah konstruksi kerangka pemikiran atau
konstruksi kerangka teoretis yang diragakan dalam bentuk diagram dan atau
persamaan-persamaan matematik tertentu. Esensinya menyatakan hipotesis
penelitian. Sebagai suatu kontruksi kerangka pemikiran, suatu model akan
menampilkan: (a) jumlah variabel yang diteliti, (b) prediksi tentang pola hubungan
26
antar variabel, (c) dekomposisi hubungan antar variabel, dan (d) jumlah parameter
yang diestimasi.
(Sambas Ali Muhidin, 2011)
27
h. Membuat Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti membuat perencanaan tindakan untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi. Perencanaan tindakan disusun untuk membuktikan secara
empiris hipotesis tindakan yang telah dirumuskan. Dalam rencana tindakan memuat
tentang langkah-langkah tindakan secara sistematis, logis dan rinci.
Hal-hal yang perlu Anda siapkan dalam membuat perencanaan tindakan adalah
sebagai berikut.
1. Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH) lengkap dengan skenario pembelajaran yang jelas dan runtut. Langkah-
langkah pembelajaran dalam RPPH sebaiknya mencerminkan langkah-langkah
pembelajaran yang sesuai dengan strategi dan metode yang digunakan untuk
memecahkan permasalahan penelitian.
2. Membuat instrumen penelitian yang diperlukan untuk merekam data misalnya lembar
observasi, catatan lapangan, alat penilaian portofolio anak, alat penilaian kinerja anak,
dan lain sebagainya. Penyusunan instrumen penelitian hendaknya mengacu pada jenis
data yang hendak dikumpulkan untuk mendukung pencapaian tujuan penelitian.
Misalnya jika peneliti ingin merekam data tentang proses pembelajaran dengan metode
eksperimen, peneliti perlu membuat instrumen berupa catatan lapangan, lembar
observasi tentang kinerja anak dalam pembelajaran. Dokumen berupa video atau foto
sangat membantu peneliti dalam menganalisis situasi pembelajaran setelah
pelaksanaan tindakan. Hal ini diperlukan untuk mengatasi keterbatasan kecermatan
observer dalam merekam situasi/proses pembelajaran yang berlangsung. Untuk
mengukur kemampuan berbahasa anak, peneliti perlu membuat lembar penilaian
kemampuan berbahasa yang menyangkut aspek-aspek yang hendak diukur lengkap
dengan rubrik penilaiannya.
3. Menyiapkan sumber, media atau peralatan belajar yang diperlukan. Untuk menunjang
efektivitas tindakan yang dilakukan, sebaiknya peneliti mengidentifikasi sumber-sumber
belajar, media atau bahkan peralatan belajar yang memadai. Hal yang perlu
dipertimbangkan adalah bahwa anak usia dini masih bersifat egois, sehingga masing-
masing anak memperoleh kesempatan yang sama dalam memanipulasi sumber/ media
28
atau peralatan belajar. Seandainya terpaksa, upayakan pemanfaatan sumber, media
dan peralatan belajar dilakukan dalam kelompok kecil.
Sesuai dengan kasus di atas, sumber belajar yang diperlukan berupa lingkungan
(suasana gelap dan terang), globe dan lampu senter yang cukup, gambar/foto
tentang peristiwa siang dan malam dan lain sebagainya.
i. Melaksanakan Tindakan
Kegiatan ini merupakan implementasi dari perencanaan tindakan yang sudah
dirancang sebelumnya. Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pembelajaran
berdasarkan RKH yang telah dibuat. Perlu disampaikan bahwa untuk mencapai tujuan
penelitian, pelaksanaan pembelajaran tidak cukup dilakukan hanya satu kali. Apalagi waktu
yang dialokasikan untuk pembelajaran di TK/PAUD sangat terbatas, yaitu dua jam 30 menit.
Oleh karena itu untuk satu siklus kegiatan penelitian terdiri dari beberapa pertemuan. Hal
ini disebabkan karena orientasi PTK adalah perbaikan kualitas pembelajaran dan bukan
semata-mata hasil pembelajaran.
Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti sekaligus juga melakukan observasi dan
refleksi atas tindakan perbaikan pembelajaran yang sedang berlangsung. Artinya peneliti
berperan ganda yaitu sebagai praktisi dan sekaligus sebagai peneliti. Agar fungsi
guru/peneliti tersebut berjalan efektif dan tidak bias, disarankan agar PTK dilakukan secara
kolaboratif.
j. Mengadakan Observasi
Pada saat pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan pengamatan terhadap proses
tindakan pembelajaran. Peneliti mengumpulkan informasi/data yang diperlukan dengan
menggunakan instrumen yang sudah disiapkan sebelumnya. Peneliti melakukan
pengamatan dan mencatat serta mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi pada saat
pembelajaran. Dalam mengamati dan mencatat gejala yang tampak/terjadi, peneliti
29
hendaknya dilakukan secara holistik baik dari aspek suasana pembelajaran maupun dari
aspek anak. kekomprehensifan dalam mencatat gejala yang tampak akan memudahkan
peneliti untuk melakukan analisis data. Artinya kelengkapan data merupakan sesuatu yang
harus diutamakan.
Mengingat proses tindakan berlangsung secara alamiah dan sulit diulang-ulang,
maka disarankan agar peneliti merekam proses tersebut baik dengan menggunakan
perangkat audio visual maupun foto atau rekaman audio. Hal ini dimaksudkan untuk
membantu peneliti agar tidak kehilangan momen penting yang kerena keterbatasan
peneliti—momen tersebut tidak terdeteksi.
30
pembelajaran yang dilakukan. Kegiatan refleksi mencakup analisi yang mendalam terhadap
keterlaksanaan tindakan yang dilakukan meliputi bagaimana hasilnya, dan mengapa hal itu
terjadi. Kelemahan-kelemahan dan kelebihan apa yang terjadi pada kegiatan tindakan yang
telah dilakukan. Jika dalam satu siklus perbaikan ternyata belum ditemukan hasil yang
memuaskan atau optimal, peneliti perlu melakukan refleksi dan menggali faktor penyebab
kegagalan tersebut. Hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki atau
mengembangkan tindakan perbaikan berikutnya, sehingga kualitas proses dan hasil
pembelajaran semakin meningkat.
Beberapa pertanyaan berikut dapat dijadikan dasar dalam melakukan refleksi,
sebagaimana yang ditulis oleh Dasna (2008: 35) sebagai berikut.
Pertanyaan:
l. Membuat Kesimpulan
Paparan data dan hasil analisis data dapat dijadikan dasar untuk membuat
kesimpulan. Kesimpulan dirumuskan berdasarkan jumlah rumusan masalah, paparan data
dan temuan penelitian.
Misalnya: rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut.
Apakah penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan berbahasa
anak kelompok B TK Dian Cendekia ?
Maka kesimpulan akan berbunyi sebagai berikut.
Penerapan metode eksperimen dapat atau tidak dapat meningkatkan kemampuan
berbahasa anak kelompok B TK Dian Cendekia (tergantung pada hasil analisis
datanya). Hal ini terbukti dari ……. (sebutka perke ba ga ke a pua berbahasa
anak mulai dari pratindakan sampai tindakan berakhir).
31
m. Membuat Rencana Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil/kesimpulan yang diperoleh pada satu siklus kegiatan tindakan
dan hasil refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan, maka peneliti perlu
menindaklanjuti penelitian tersebut. Misalnya pada siklus 1 hasil yang diharapkan belum
tercapai secara maksimal, maka peneliti perlu melanjutkan penelitian ini ke siklus yang 2.
Pada siklus ke 2, peneliti membuat perencanaan perbaikan, melakukan perbaikan,
observasi da refleksi. Te tu aka u ul perta yaa , kapa PTK berakhir? ja aba ya
adalah jika upaya perbaikan sudah mencapai hasil yang maksimal.
3. Metode penelitian
a. Rancangan Penelitian
Pada bagian ini peneliti menjelaskan rancangan penelitian yang digunakan, yaitu
penelitian tindakan kelas. Jelaskan model PTK yang Anda gunakan. Misalnya rancangan
peneltian kelas model Kemmis dan Taggart. Jika model ini yang Anda terapkan, maka
paparkan tahapannya, yaitu mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Model PTK yang digunakan dapat divisualisasikan dalam bentuk gambar atau
diagram. Selanjutnya masing-masing tahap Anda jelaskan rincian kegiatannya sehingga
menjadi jelas.
32
Gambar 1. Model PTK Kemmis & MC. Taggart
33
Pada bagian ini, peneliti memaparkan jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian.
Jelaskan secara singkat cakupan masing-masing instrumen dan pada bagian akhir
sebaiknya semua instrumen yang digunakan dilampirkan. Dalam PTK, instrumen yang
sering digunakan berupa lembar observasi, catatan lapangan, pedoman wawancara dan
format penilaian unjuk dan hasil kerja anak.
Contoh.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri dari:
1) Lembar observasi
2) Catatan lapangan
3) Lembar penilaian portofolio anak
4) Pedoman wawancara, dan lain sebagainya.
e. Teknik Analisis Data
Pada bagian peneliti memaparkan bahwa teknik analisis data yang digunakan meliputi
teknik analisis deskriptif kualitatif dan dapat pula dilengkapi dengan teknik analisis
deskriptif kuantitatif. Jika Anda menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif,
jelaskan proses pengolahan datanya, misalnya mulai dari paparan data,
penyederhanaan data, pengelompokan data sesuai fokus masalah, triangulasi dan
pemaknaan data.Sedangkan analisis data kuantitatif dilengkapi dengan rumus apa yang
anda gunakan untuk menganalisis data, dan lengkapi dengan tabel kriteria
keberhasilannya. Sebagai contoh untuk menganalisis tentang kemampuan berbahasa
pada anak kelompok B TK Dian cendekia, maka Anda dapat menggunakan rumus untuk
mencari skor rata-rata atau skor tingkat ketuntasan pencapaian kompetensi anak.
f. Daftar Pustaka
Pada bagian ini, Anda menuliskan daftar rujukan/pustaka yang digunakan mengacu
pada APA. Urutan komponen dalam menuliskan daftar pustaka secara berturut-turut
adalah sebagai berikut.
Nama penulis. Tahun. Judul Buku. Kota Tempat Penerbitan: Penerbit.
Contoh:
Misal ya Prof. Dr. Sa’du Akbar, M.Pd e ulis buku Pe elitia Ti daka Kelas, Filosofi,
Metodologi & Implementasi, diterbitkan di Yogyakarta oleh penerbit Cipta Media
Aksara, tahun 2010,
maka penulisannya menjadi:
34
Akbar, S. 2010. Penelitian Tindakan Kelas, Filosofi, Metodologi & Implementasi.
Yogyakarta: Cipta Media Aksara
Nama penulis ditulis nama belakang terlebih dahulu dan tanpa gelar akademik. Daftar
pustaka ditulis 1 spasi (spasi tunggal) dengan batas spasi sebelum dan sesudahnya 6
pt. Jika sumber yang Anda rujuk, maka dalam daftar pustaka diurut secara alfabetis.
g. Lampiran:
1) Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tuliskan jadwal penelitian Anda pada bagian ini. Cara penulisan jadwal
penelitian dapat berupa matrik atau naratif.
Contoh:
g. Anggaran Penelitian
Dalam proposal perlu dicantumkan anggaran yang diperlukan untuk biaya penelitian.
Jika proposal penelitian diajukan ke sponsor, maka anggaran biaya penelitian wajib
dicantumkan. Sedangkan kalau penelitian dilakukan secara swadana, pencantuman
anggaran biaya bersifat tentatif. Tetapi menurut penulis walaupun penelitian dilakukan
secara swadana, sebaiknya tetaap mencantumkan anggaran biaya sehingga terjadi
kejelasan antara sumber daya yang dimiliki dan program penelitiannya
35
Setelah mempunyai proposal sederhana, hasil kegiatan sebelumnya, Anda akan
sangat mudah mengembangkannya menjadi proposal dan laporan lengkap. Hal-hal yang
esensial telah tertulis dalam proposal sederhana itu, terutama deskripsi masalah, rumusan
masalah, dan hipotesis tindakan.
a. Sistematika Proposal PTK
Sistematika proposal penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
Judul
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Bab 2 Kajian Pustaka
A. Deskripsi Teori
B. Hasil Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berfikir
D. Hipotesis Tindakan
Bab 3 Metode Penelitian
A. Setting Penelitian
B. Metodologi Penelitian
C. Siklus Penelitian
D. Kriteria Keberhasilan
E. Instrumen Penelitian
F. Analisis Data
G. Kolaborasi
H. Jadual Penelitian
Daftar Pustaka
36
A. Deskripsi Teori
B. Hasil Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berfikir
D. Hipotesis Tindakan
Bab 3 Metode Penelitian
A. Setting Penelitian
B. Metodologi Penelitian
C. Siklus Penelitian
D. Kriteria Keberhasilan
E. Instrumen Penelitian
F. Analisis Data
G. Kolaborasi
H. Jadual Penelitian
Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
Bab 5 Simpulan dan Saran
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Contoh perangkat pembelajaran
2. Instrumen
3. Personalia
4. Data
5. Bukti lain pelaksanaan (foto, CD, hasil pekerjaan siswa, berita acara seminar hasil
penelitian)
4) KATA PENGANTAR
37
Kata pengantar berisi hal-hal yang akan disampaikan oleh peneliti sehubungan dengan
pelaksanaan dan hasil yang dicapai. Di bagian ini dapat pula disampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang berjasa dalam pelaksanaan penelitian.
5) DAFTAR ISI
Daftar isi memuat bagian awal laporan, bab dan sub-bab, bagian akhir, disertai
pencantuman nomor halamannya.
6) DAFTAR TABEL
Daftar tabel memuat nomor dan judul semua tabel yang ada dalam laporan disertai
pencantuman nomor halamannya. Judul tabel berada di bagian atas tabel.
7) DAFTAR GAMBAR
Daftar gambar memuat nomor dan judul semua gambar yang ada dalam laporan
disertai pencantuman nomor halamannya. Judul gambar berada di bagian bawah
gambar. Gambar yang dimaksud adalah gambar yang diambil selama proses penelitian
berlangsung dan berguna antara lain untuk menggambarkan situasi
kelas/laboratorium,respon/mimik siswa selama dilaksanakan tindakan, hasil karya
siswa, grafik/diagram batang yang menggambarkan data hasil penelitian.
38
KISI-KISI MATERI PLPG
MATA PELAJARAN GURU TK/PAUD/RA
a b C D E
a b C D E
pengembangan.
Pedagogik 3.4 Memilih materi kegiatan Memilih materi kegiatan
Mengembangkan kurikulum pengembangan yang mendidik yaitu bermain sambil belajar
yang terkait dengan bidang kegiatan bermain sambil belajar yang sesuai untuk
pengembangan yang diampu. sesuai dengan tujuan mencapai tujuan
pengembangan. pengembangan.
Pedagogik
Dengan menggunakan
ilustrasi proses
3.5 Menyusun perencanaan pembelajaran, peserta
Mengembangkan kurikulum
semester, mingguan dan harian dapat menggambarkan
yang terkait dengan bidang
dalam berbagai kegiatan contoh perencanaan
pengembangan yang diampu.
pengembangan di TK/PAUD. kegiatan bermain yang
mendidik dalam berbagai
kegiatan pengembangan
di TK/PAUD.
Pedagogik Melalui pemberian contoh
penilaian, peserta dapat
Mengembangkan kurikulum memilih jenis instrumen
3.6 Mengembangkan indikator dan
yang terkait dengan bidang dan teknik penilaian
instrumen penilaian.
pengembangan yang diampu. dalam kegiatan
pengembangan di
TK/PAUD.
Pedagogik
Dengan menggunakan
ilustrasi kegiatan
4.1 Memahami prinsip-prinsip
pembelajaran, peserta
Menyelenggarakan kegiatan perancangan kegiatan
dapat menelaah prinsip-
pengembangan yang mendidik pengembangan yang mendidik dan
prinsip perancangan
menyenangkan.
kegiatan pengembangan
yang mendidik dan
menyenangkan.
Pedagogik
Dengan menggunakan
ilustrasi kegiatan
4.2 Mengembangkan komponen- pembelajaran, peserta
Menyelenggarakan kegiatan komponen rancangan kegiatan dapat menetapkan
pengembangan yang mendidik pengembangan yang mendidik dan komponen-komponen
menyenangkan. perancangan kegiatan
pengembangan yang
mendidik dan
menyenangkan.
Pedagogik Dengan ilustrasi
penyelenggaraan kegiatan
4.4 Menerapkan kegiatan bermain bermain, peserta dapat
Menyelenggarakan kegiatan
yang bersifat holistik, otentik, dan memberi contoh kegiatan
pengembangan yang mendidik
bermakna. bermain yang bersifat
holistik, otentik, dan
bermakna.
Pedagogik Melalui ilustrasi kasus,
peserta dapat
4.5 Menciptakan suasana bermain
Menyelenggarakan kegiatan menunjukkan contoh
yang menyenangkan, inklusif, dan
pengembangan yang mendidik suasana bermain yang
demokratis.
menyenangkan, inklusif,
dan demokratis.
Pedagogik Melalui ilustrasi
4.6 Memanfaatkan media dan
Menyelenggarakan kegiatan penyelenggaraan kegiatan
sumber belajar yang sesuai dengan
pengembangan yang mendidik bermain, peserta dapat
pendekatan bermain sambil belajar.
mengkategori
Standar Kompetensi Guru (SKG)
Kompe-
No tensi
Utama Kompetensi Guru Mata Pelajaran Indikator Pencapaian
Kompetensi Inti Guru (KI)
(KD) Kompetensi (IPK)
a b C D E
pemanfaatan media dan
sumber belajar yang
sesuai dengan pendekatan
bermain sambil belajar.
Pedagogik Melalui ilustrasi
penyelenggaraan kegiatan
4.7 Menerapkan tahapan bermain bermain, peserta
Menyelenggarakan kegiatan
anak dalam kegiatan pengembangan merencanakan penerapan
pengembangan yang mendidik
di TK/PAUD. tahapan bermain dalam
pengembangan di
TK/PAUD.
Pedagogik Melalui ilustrasi
penyelenggaraan
pengembangan di
Memanfaatkan teknologi
TK/PAUD, peserta dapat
informasi dan komunikasi 5.1 Memanfaatkan teknologi
memberikan contoh
untuk kepentingan informasi dan komunikasi untuk
pemanfaatan teknologi
penyelenggaraan kegiatan meningkatkan kualitas kegiatan
informasi dan komunikasi
pengembangan yang pengembangan yang mendidik.
untuk meningkatkan
mendidik.
kualitas kegiatan
pengembangan yang
mendidik.
Pedagogik Dengan ilustrasi contoh,
6.1 Menyediakan berbagai kegiatan peserta dapat
Memfasilitasi pengembangan
bermain sambil belajar untuk merumuskan kegiatan
potensi peserta didik untuk
mendorong peserta didik bermain sambil belajar
mengaktualisasikan berbagai
mengembangkan potensinya secara untuk optimalisasi
potensi yang dimiliki.
optimal termasuk kreativitasnya perkembangan anak dan
kreativitasnya.
Pedagogik Melalui ilustrasi contoh
kegiatan, peserta dapat
7.1 Memahami berbagai strategi
Berkomunikasi secara efektif, membedakan strategi
berkomunikasi yang efektif, empatik
empatik, dan santun dengan komunikasi efektif
dan santun, baik secara lisan
peserta didik empatik dan santun, baik
maupun tulisan.
secara lisan maupun
tulisan kepada anak didik.
Pedagogik 7.2 Berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan peserta
didik dengan bahasa yang khas
Melalui ilustrasi contoh
dalam interaksi pembelajaran yang
kegiatan, peserta dapat
terbangun secara siklikal dari (a)
Berkomunikasi secara efektif, menemukan contoh
penyiapan kondisi psikologis peserta
empatik, dan santun dengan komunikasi efektif
didik, (b) memberikan pertanyaan
peserta didik empatik dan santun, baik
atau tugas sebagai undangan kepada
secara lisan maupun
peserta didik untuk merespons, (c)
tulisan kepada anak didik.
respons peserta didik, (d) reaksi
guru terhadap respons peserta didik,
dan seterusnya.
Pedagogik Melalui ilustrasi kegiatan
penilaian, peserta dapat
8.1 Memahami prinsip-prinsip menunjukkan prinsip
Menyelenggarakan penilaian
penilaian dan evaluasi proses dan penilaian dan evaluasi
dan evaluasi proses dan hasil
hasil belajar sesuai dengan proses dan hasil belajar
belajar
karakteristik anak usia dini. sesuai dengan
karakteristik anak usia
dini.
Pedagogik Menyelenggarakan penilaian 8.2 Menentukan aspek-aspek proses Melalui contoh kegiatan
dan evaluasi proses dan hasil dan hasil belajar yang penting untuk penilaian di TK/PAUD
belajar dinilai dan dievaluasi sesuai dengan peserta dapat memilih
Standar Kompetensi Guru (SKG)
Kompe-
No tensi
Utama Kompetensi Guru Mata Pelajaran Indikator Pencapaian
Kompetensi Inti Guru (KI)
(KD) Kompetensi (IPK)
a b C D E
karakteristik anak usia dini. aspek-aspek proses dan
hasil belajar yang penting
untuk dinilai dan
dievaluasi sesuai dengan
karakteristik anak usia
dini.
Pedagogik Menyelenggarakan penilaian Dengan ilustrasi kasus,
dan evaluasi proses dan hasil 8.3 Menentukan prosedur penilaian peserta dapat mengatur
belajar dan evaluasi proses dan hasil urutan prosedur penilaian
belajar. dan evaluasi proses dan
hasil belajar.
Pedagogik Menyelenggarakan penilaian Peserta dapat
dan evaluasi proses dan hasil memperbaharui proses
8.4 Mengembangkan instrumen
belajar penyusunan rancangan
penilaian dan evaluasi proses dan
instrumen penilaian dan
hasil belajar.
evaluasi proses dan hasil
belajar,
Pedagogik Menyelenggarakan penilaian Dengan ilustrasi kasus,
dan evaluasi proses dan hasil peserta dapat mengoreksi
8.6 Menganalisis hasil penilaian
belajar hasil penilaian proses dan
proses dan hasil belajar untuk
hasil belajar untuk
berbagai tujuan.
peningkatan kemampuan
anak.
Pedagogik Menyelenggarakan penilaian
dan evaluasi proses dan hasil 8.7 Melakukan evaluasi proses dan Menilai contoh evaluasi
belajar hasil belajar. proses dan hasil belajar.
a b C D E
kualitas pembelajaran
TK/PAUD/RA.
20.1 Menguasai konsep dasar Dengan ilustrasi kegiatan
Profesional matematika, sains, bahasa, yang dilakukan anak usia
Menguasai materi, struktur,
pengetahuan sosial, agama, seni, dini, peserta dapat
konsep, dan pola pikir
2 pendidikan jasmani, kesehatan dan menelaah konsep dasar
keilmuan yang mendukung
gizi sebagai sarana pengembangan matematika dalam bidang
mata pelajaran yang diampu.
untuk setiap bidang pengembangan pengembangan anak
anak TK/PAUD. TK/PAUD.
20.1 Menguasai konsep dasar
Profesional matematika, sains, bahasa, Merumuskan kegiatan
Menguasai materi, struktur,
pengetahuan sosial, agama, seni, matematika permulaan,
konsep, dan pola pikir
pendidikan jasmani, kesehatan dan dalam bidang
keilmuan yang mendukung
gizi sebagai sarana pengembangan pengembangan anak
mata pelajaran yang diampu.
untuk setiap bidang pengembangan TK/PAUD.
anak TK/PAUD.
20.1 Menguasai konsep dasar Dengan ilustrasi kegiatan
Profesional matematika, sains, bahasa, yang dilakukan anak usia
Menguasai materi, struktur,
pengetahuan sosial, agama, seni, dini, peserta dapat
konsep, dan pola pikir
pendidikan jasmani, kesehatan dan menelaah konsep dasar
keilmuan yang mendukung
gizi sebagai sarana pengembangan sains dalam bidang
mata pelajaran yang diampu.
untuk setiap bidang pengembangan pengembangan anak
anak TK/PAUD. TK/PAUD.
20.1 Menguasai konsep dasar
Profesional matematika, sains, bahasa, Memberikan contoh
Menguasai materi, struktur,
pengetahuan sosial, agama, seni, kegiatan sains
konsep, dan pola pikir
pendidikan jasmani, kesehatan dan permulaan, dalam bidang
keilmuan yang mendukung
gizi sebagai sarana pengembangan pengembangan anak
mata pelajaran yang diampu.
untuk setiap bidang pengembangan TK/PAUD.
anak TK/PAUD.
20.1 Menguasai konsep dasar Dengan ilustrasi kegiatan
Profesional matematika, sains, bahasa, yang dilakukan anak usia
Menguasai materi, struktur,
pengetahuan sosial, agama, seni, dini, peserta dapat
konsep, dan pola pikir
pendidikan jasmani, kesehatan dan menelaah konsep dasar
keilmuan yang mendukung
gizi sebagai sarana pengembangan bahasa dalam bidang
mata pelajaran yang diampu.
untuk setiap bidang pengembangan pengembangan anak
anak TK/PAUD. TK/PAUD.
20.1 Menguasai konsep dasar
Profesional matematika, sains, bahasa, Memilih kegiatan bahasa
Menguasai materi, struktur,
pengetahuan sosial, agama, seni, (membaca permulaan)
konsep, dan pola pikir
pendidikan jasmani, kesehatan dan dalam bidang
keilmuan yang mendukung
gizi sebagai sarana pengembangan pengembangan anak
mata pelajaran yang diampu.
untuk setiap bidang pengembangan TK/PAUD.
anak TK/PAUD.
20.1 Menguasai konsep dasar Dengan ilustrasi kegiatan
Profesional matematika, sains, bahasa, yang dilakukan anak usia
Menguasai materi, struktur,
pengetahuan sosial, agama, seni, dini, peserta dapat
konsep, dan pola pikir
pendidikan jasmani, kesehatan dan menunjukkan konsep
keilmuan yang mendukung
gizi sebagai sarana pengembangan dasar studi sosial bidang
mata pelajaran yang diampu.
untuk setiap bidang pengembangan pengembangan anak
anak TK/PAUD. TK/PAUD.
20.1 Menguasai konsep dasar
Profesional matematika, sains, bahasa,
Menguasai materi, struktur, Memilih kegiatan studi
pengetahuan sosial, agama, seni,
konsep, dan pola pikir sosial dalam bidang
pendidikan jasmani, kesehatan dan
keilmuan yang mendukung pengembangan anak
gizi sebagai sarana pengembangan
mata pelajaran yang diampu. TK/PAUD.
untuk setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
Profesional Menguasai materi, struktur, 20.1 Menguasai konsep dasar Dengan ilustrasi kegiatan
Standar Kompetensi Guru (SKG)
Kompe-
No tensi
Utama Kompetensi Guru Mata Pelajaran Indikator Pencapaian
Kompetensi Inti Guru (KI)
(KD) Kompetensi (IPK)
a b C D E
konsep, dan pola pikir matematika, sains, bahasa, yang dilakukan anak usia
keilmuan yang mendukung pengetahuan sosial, agama, seni, dini, peserta dapat
mata pelajaran yang diampu. pendidikan jasmani, kesehatan dan menelaah konsep dasar
gizi sebagai sarana pengembangan agama dalam bidang
untuk setiap bidang pengembangan pengembangan anak
anak TK/PAUD. TK/PAUD.
20.1 Menguasai konsep dasar
Profesional matematika, sains, bahasa,
Menguasai materi, struktur, Memilih kegiatan agama
pengetahuan sosial, agama, seni,
konsep, dan pola pikir dalam bidang
pendidikan jasmani, kesehatan dan
keilmuan yang mendukung pengembangan anak
gizi sebagai sarana pengembangan
mata pelajaran yang diampu. TK/PAUD.
untuk setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
20.1 Menguasai konsep dasar Dengan ilustrasi kegiatan
Profesional matematika, sains, bahasa, yang dilakukan anak usia
Menguasai materi, struktur,
pengetahuan sosial, agama, seni, dini, peserta dapat
konsep, dan pola pikir
pendidikan jasmani, kesehatan dan memilih konsep dasar
keilmuan yang mendukung
gizi sebagai sarana pengembangan seni dalam bidang
mata pelajaran yang diampu.
untuk setiap bidang pengembangan pengembangan anak
anak TK/PAUD. TK/PAUD.
20.1 Menguasai konsep dasar
Profesional matematika, sains, bahasa,
Menguasai materi, struktur, Menilai kegiatan seni rupa
pengetahuan sosial, agama, seni,
konsep, dan pola pikir dalam bidang
pendidikan jasmani, kesehatan dan
keilmuan yang mendukung pengembangan anak
gizi sebagai sarana pengembangan
mata pelajaran yang diampu. TK/PAUD.
untuk setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
20.1 Menguasai konsep dasar
Profesional matematika, sains, bahasa,
Menguasai materi, struktur, Menilai kegiatan seni
pengetahuan sosial, agama, seni,
konsep, dan pola pikir musik & lagu dalam
pendidikan jasmani, kesehatan dan
keilmuan yang mendukung bidang pengembangan
gizi sebagai sarana pengembangan
mata pelajaran yang diampu. anak TK/PAUD.
untuk setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
20.1 Menguasai konsep dasar Dengan ilustrasi kegiatan
Profesional matematika, sains, bahasa, yang dilakukan anak usia
Menguasai materi, struktur,
pengetahuan sosial, agama, seni, dini, peserta dapat
konsep, dan pola pikir
pendidikan jasmani, kesehatan dan memilih konsep dasar
keilmuan yang mendukung
gizi sebagai sarana pengembangan pendidikan jasmani dalam
mata pelajaran yang diampu.
untuk setiap bidang pengembangan bidang pengembangan
anak TK/PAUD. anak TK/PAUD.
20.1 Menguasai konsep dasar
Profesional matematika, sains, bahasa,
Menguasai materi, struktur, Menentukan kegiatan
pengetahuan sosial, agama, seni,
konsep, dan pola pikir pendidikan jasmani dalam
pendidikan jasmani, kesehatan dan
keilmuan yang mendukung bidang pengembangan
gizi sebagai sarana pengembangan
mata pelajaran yang diampu. anak TK/PAUD.
untuk setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
20.1 Menguasai konsep dasar Dengan ilustrasi kegiatan
Profesional matematika, sains, bahasa, yang dilakukan anak usia
Menguasai materi, struktur,
pengetahuan sosial, agama, seni, dini, peserta dapat
konsep, dan pola pikir
pendidikan jasmani, kesehatan dan memilih konsep dasar
keilmuan yang mendukung
gizi sebagai sarana pengembangan kesehatan dalam bidang
mata pelajaran yang diampu.
untuk setiap bidang pengembangan pengembangan anak
anak TK/PAUD. TK/PAUD.
Menguasai materi, struktur, 20.1 Menguasai konsep dasar Menilai kegiatan
Profesional
konsep, dan pola pikir matematika, sains, bahasa, kesehatan dalam bidang
keilmuan yang mendukung pengetahuan sosial, agama, seni, pengembangan anak
mata pelajaran yang diampu. pendidikan jasmani, kesehatan dan TK/PAUD.
Standar Kompetensi Guru (SKG)
Kompe-
No tensi
Utama Kompetensi Guru Mata Pelajaran Indikator Pencapaian
Kompetensi Inti Guru (KI)
(KD) Kompetensi (IPK)
a b C D E
gizi sebagai sarana pengembangan
untuk setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
20.1 Menguasai konsep dasar Dengan ilustrasi kegiatan
Profesional matematika, sains, bahasa, yang dilakukan anak usia
Menguasai materi, struktur,
pengetahuan sosial, agama, seni, dini, peserta dapat
konsep, dan pola pikir
pendidikan jasmani, kesehatan dan menelaah konsep dasar
keilmuan yang mendukung
gizi sebagai sarana pengembangan gizi dalam bidang
mata pelajaran yang diampu.
untuk setiap bidang pengembangan pengembangan anak
anak TK/PAUD. TK/PAUD.
20.1 Menguasai konsep dasar
Profesional matematika, sains, bahasa,
Menguasai materi, struktur, Memilih kegiatan gizi
pengetahuan sosial, agama, seni,
konsep, dan pola pikir dalam bidang
pendidikan jasmani, kesehatan dan
keilmuan yang mendukung pengembangan anak
gizi sebagai sarana pengembangan
mata pelajaran yang diampu. TK/PAUD.
untuk setiap bidang pengembangan
anak TK/PAUD.
20.2 Menguasai penggunaan berbagai
Profesional
Menguasai materi, struktur, alat permainan untuk Menentukan penggunaan
konsep, dan pola pikir mengembangkan aspek fisik, berbagai alat permainan
keilmuan yang mendukung kognitif, sosial-emosional, nilai untuk mengembangkan
mata pelajaran yang diampu. moral, sosial budaya, dan bahasa aspek fisik anak TK/PAUD.
anak TK/PAUD.
20.2 Menguasai penggunaan berbagai
Profesional Menelaah penggunaan
Menguasai materi, struktur, alat permainan untuk
berbagai alat permainan
konsep, dan pola pikir mengembangkan aspek fisik,
untuk mengembangkan
keilmuan yang mendukung kognitif, sosial-emosional, nilai
aspek kognitif anak
mata pelajaran yang diampu. moral, sosial budaya, dan bahasa
TK/PAUD.
anak TK/PAUD.
20.2 Menguasai penggunaan berbagai
Profesional Memilih penggunaan
Menguasai materi, struktur, alat permainan untuk
berbagai alat permainan
konsep, dan pola pikir mengembangkan aspek fisik,
untuk mengembangkan
keilmuan yang mendukung kognitif, sosial-emosional, nilai
aspek sosial-emosional
mata pelajaran yang diampu. moral, sosial budaya, dan bahasa
anak TK/PAUD.
anak TK/PAUD.
20.2 Menguasai penggunaan berbagai
Profesional Menelaah penggunaan
Menguasai materi, struktur, alat permainan untuk
berbagai alat permainan
konsep, dan pola pikir mengembangkan aspek fisik,
untuk mengembangkan
keilmuan yang mendukung kognitif, sosial-emosional, nilai
aspek moral anak
mata pelajaran yang diampu. moral, sosial budaya, dan bahasa
TK/PAUD.
anak TK/PAUD.
20.2 Menguasai penggunaan berbagai
Profesional Menelaah penggunaan
Menguasai materi, struktur, alat permainan untuk
berbagai alat permainan
konsep, dan pola pikir mengembangkan aspek fisik,
untuk mengembangkan
keilmuan yang mendukung kognitif, sosial-emosional, nilai
aspek sosial budaya anak
mata pelajaran yang diampu. moral, sosial budaya, dan bahasa
TK/PAUD.
anak TK/PAUD.
20.2 Menguasai penggunaan berbagai
Profesional Memilih penggunaan
Menguasai materi, struktur, alat permainan untuk
berbagai alat permainan
konsep, dan pola pikir mengembangkan aspek fisik,
untuk mengembangkan
keilmuan yang mendukung kognitif, sosial-emosional, nilai
aspek bahasa anak
mata pelajaran yang diampu. moral, sosial budaya, dan bahasa
TK/PAUD.
anak TK/PAUD.
Menggunakan ilustrasi
Profesional
Menguasai materi, struktur, kegiatan bermain pada
konsep, dan pola pikir 20.3 Menguasai berbagai permainan anak usia dini, peserta
keilmuan yang mendukung anak. dapat memilih berbagai
mata pelajaran yang diampu. alat permainan edukatif
anak.
Standar Kompetensi Guru (SKG)
Kompe-
No tensi
Utama Kompetensi Guru Mata Pelajaran Indikator Pencapaian
Kompetensi Inti Guru (KI)
(KD) Kompetensi (IPK)
a b C D E
Menggunakan ilustrasi
Profesional
Menguasai materi, struktur, kegiatan bermain pada
konsep, dan pola pikir 20.3 Menguasai berbagai permainan anak usia dini, peserta
keilmuan yang mendukung anak. dapat memilih berbagai
mata pelajaran yang diampu. alat permainan edukatif
anak.
Profesional
Menguasai materi, struktur,
Peserta dapat menelaah
konsep, dan pola pikir 20.3 Menguasai berbagai permainan
berbagai alat permainan
keilmuan yang mendukung anak.
edukatif anak.
mata pelajaran yang diampu.
Profesional Peserta dapat
Menguasai materi, struktur,
menentukan contoh
konsep, dan pola pikir 20.3 Menguasai berbagai permainan
langkah/cara bermain
keilmuan yang mendukung anak.
dengan alat permainan
mata pelajaran yang diampu.
edukatif anak
Profesional
Menguasai standar 21.1 Memahami kemampuan anak Memilih kemampuan anak
kompetensi dan kompetensi TK/PAUD dalam setiap bidang usia 4-5 tahun dalam
dasar mata pelajaran/bidang pengembangan. bidang pengembangan
pengembangan yang diampu. moral dan nilai agama.
Melalui ilustrasi kasus,
Profesional peserta dapat
Menguasai standar 21.1 Memahami kemampuan anak
membedakan kemampuan
kompetensi dan kompetensi TK/PAUD dalam setiap bidang
anak sesuai usia
dasar mata pelajaran/bidang pengembangan.
perkembangannya dalam
pengembangan yang diampu.
bidang pengembangan
bahasa.
Melalui ilustrasi kasus,
Profesional peserta dapat
Menguasai standar 21.1 Memahami kemampuan anak
membedakan kemampuan
kompetensi dan kompetensi TK/PAUD dalam setiap bidang
anak sesuai usia
dasar mata pelajaran/bidang pengembangan.
perkembangannya dalam
pengembangan yang diampu.
bidang pengembangan
sosial-emosi.
Melalui ilustrasi kasus,
Profesional
Menguasai standar 21.1 Memahami kemampuan anak peserta dapat menelaah
kompetensi dan kompetensi TK/PAUD dalam setiap bidang kemampuan anak sesuai
dasar mata pelajaran/bidang pengembangan. usia perkembangannya
pengembangan yang diampu. dalam bidang
pengembangan kognitif.
Melalui ilustrasi kasus,
Profesional peserta dapat
Menguasai standar 21.1 Memahami kemampuan anak
membedakan kemampuan
kompetensi dan kompetensi TK/PAUD dalam setiap bidang
anak sesuai usia
dasar mata pelajaran/bidang pengembangan.
perkembangannya dalam
pengembangan yang diampu.
bidang pengembangan
fisik-motorik..
Melalui ilustrasi kasus,
Profesional peserta dapat
Menguasai standar 21.1 Memahami kemampuan anak
menunjukkan kemampuan
kompetensi dan kompetensi TK/PAUD dalam setiap bidang
anak sesuai usia
dasar mata pelajaran/bidang pengembangan.
perkembangannya dalam
pengembangan yang diampu.
bidang pengembangan
moral-agama.
Menguasai standar 21.1 Memahami kemampuan anak Melalui ilustrasi kasus,
Profesional
kompetensi dan kompetensi TK/PAUD dalam setiap bidang peserta dapat
dasar mata pelajaran/bidang pengembangan. membedakan kemampuan
pengembangan yang diampu. anak sesuai usia
Standar Kompetensi Guru (SKG)
Kompe-
No tensi
Utama Kompetensi Guru Mata Pelajaran Indikator Pencapaian
Kompetensi Inti Guru (KI)
(KD) Kompetensi (IPK)
a b C D E
perkembangannya dalam
bidang pengembangan
bahasa.
Profesional
Menguasai standar 21.1 Memahami kemampuan anak Menentukan kemampuan
kompetensi dan kompetensi TK/PAUD dalam setiap bidang anak usia 5-6 tahun
dasar mata pelajaran/bidang pengembangan. dalam bidang
pengembangan yang diampu. pengembangan kognitif.
Profesional
Menguasai standar 21.1 Memahami kemampuan anak Memilih kemampuan anak
kompetensi dan kompetensi TK/PAUD dalam setiap bidang usia 5-6 tahun dalam
dasar mata pelajaran/bidang pengembangan. bidang pengembangan
pengembangan yang diampu. sosial emosi.
Melalui ilustrasi kasus,
Profesional perseta dapat
Menguasai standar 21.1 Memahami kemampuan anak
membedakan kemampuan
kompetensi dan kompetensi TK/PAUD dalam setiap bidang
anak sesuai usia
dasar mata pelajaran/bidang pengembangan.
perkembangannya dalam
pengembangan yang diampu.
setiap bidang
pengembangan.
Melalui contoh kasus,
Profesional
Menguasai standar peserta dapat
21.2 Memahami kemajuan anak
kompetensi dan kompetensi menunjukkan kemajuan
dalam setiap bidang pengembangan
dasar mata pelajaran/bidang anak dalam setiap bidang
di TK/PAUD.
pengembangan yang diampu. pengembangan di
TK/PAUD.
Melalui contoh kasus,
Profesional
Menguasai standar peserta dapat
21.2 Memahami kemajuan anak
kompetensi dan kompetensi membedakan kemajuan
dalam setiap bidang pengembangan
dasar mata pelajaran/bidang anak dalam setiap bidang
di TK/PAUD.
pengembangan yang diampu. pengembangan di
TK/PAUD.
Melalui contoh kasus,
Profesional
Menguasai standar peserta dapat memilih
kompetensi dan kompetensi 21.3 Memahami tujuan setiap tujuan kegiatan
dasar mata pelajaran/bidang kegiatan pengembangan. pengembangan nilai
pengembangan yang diampu. agama dan moral di
TK/PAUD.
Profesional Melalui contoh kasus,
Menguasai standar
peserta dapat
kompetensi dan kompetensi 21.3 Memahami tujuan setiap
menentukan tujuan
dasar mata pelajaran/bidang kegiatan pengembangan.
kegiatan pengembangan
pengembangan yang diampu.
bahasa di TK/PAUD.
Profesional Melalui contoh kasus,
Menguasai standar
peserta dapat memilih
kompetensi dan kompetensi 21.3 Memahami tujuan setiap
tujuan kegiatan
dasar mata pelajaran/bidang kegiatan pengembangan.
pengembangan kognitif di
pengembangan yang diampu.
TK/PAUD.
Profesional Melalui contoh kasus,
Menguasai standar
peserta dapat
kompetensi dan kompetensi 21.3 Memahami tujuan setiap
menentukan tujuan
dasar mata pelajaran/bidang kegiatan pengembangan.
kegiatan pengembangan
pengembangan yang diampu.
sosial-emosi di TK/PAUD.
Profesional Melalui contoh kasus,
Menguasai standar
peserta dapat
kompetensi dan kompetensi 21.3 Memahami tujuan setiap
menetapkan tujuan
dasar mata pelajaran/bidang kegiatan pengembangan.
kegiatan pengembangan
pengembangan yang diampu.
fisik-motorik di TK/PAUD.
Standar Kompetensi Guru (SKG)
Kompe-
No tensi
Utama Kompetensi Guru Mata Pelajaran Indikator Pencapaian
Kompetensi Inti Guru (KI)
(KD) Kompetensi (IPK)
a b C D E
Dengan contoh kegiatan
pengembangan, peserta
Profesional dapat menunjukkan
Mengembangkan materi 22.1 Memilih materi bidang materi bidang
pembelajaran yang diampu pengembangan yang sesuai dengan pengembangan nilai
secara kreatif. tingkat perkembangan peserta didik. agama dan moral yang
sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta
didik.
Dengan contoh kegiatan
pengembangan, peserta
Profesional
dapat memilih materi
Mengembangkan materi 22.1 Memilih materi bidang
bidang pengembangan
pembelajaran yang diampu pengembangan yang sesuai dengan
kognitif yang sesuai
secara kreatif. tingkat perkembangan peserta didik.
dengan tingkat
perkembangan peserta
didik.
Dengan contoh kegiatan
Profesional pengembangan, peserta
Mengembangkan materi 22.1 Memilih materi bidang dapat memilih materi
pembelajaran yang diampu pengembangan yang sesuai dengan bidang pengembangan
secara kreatif. tingkat perkembangan peserta didik. bahasa yang sesuai dengan
tingkat perkembangan
peserta didik.
Dengan contoh kegiatan
pengembangan, peserta
Profesional
dapat menunjukkan
Mengembangkan materi 22.1 Memilih materi bidang
materi bidang
pembelajaran yang diampu pengembangan yang sesuai dengan
pengembangan sosial-
secara kreatif. tingkat perkembangan peserta didik.
emosi yang sesuai dengan
tingkat perkembangan
peserta didik.
Dengan contoh kegiatan
pengembangan, peserta
Profesional
dapat menentukan materi
Mengembangkan materi 22.1 Memilih materi bidang
bidang pengembangan
pembelajaran yang diampu pengembangan yang sesuai dengan
fisik-motorik yang sesuai
secara kreatif. tingkat perkembangan peserta didik.
dengan tingkat
perkembangan peserta
didik.
Dengan contoh kegiatan
pengembangan, peserta
Profesional dapat membedakan
Mengembangkan materi 22.1 Memilih materi bidang materi bidang
pembelajaran yang diampu pengembangan yang sesuai dengan pengembangan nilai
secara kreatif. tingkat perkembangan peserta didik. agama dan moral yang
sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta
didik.
Dengan contoh kegiatan
pengembangan, peserta
Profesional
dapat menunjukkan
Mengembangkan materi 22.1 Memilih materi bidang
materi bidang
pembelajaran yang diampu pengembangan yang sesuai dengan
pengembangan kognitif
secara kreatif. tingkat perkembangan peserta didik.
yang sesuai dengan
tingkat perkembangan
peserta didik.
Mengembangkan materi 22.1 Memilih materi bidang Dengan contoh kegiatan
Profesional
pembelajaran yang diampu pengembangan yang sesuai dengan pengembangan, peserta
Standar Kompetensi Guru (SKG)
Kompe-
No tensi
Utama Kompetensi Guru Mata Pelajaran Indikator Pencapaian
Kompetensi Inti Guru (KI)
(KD) Kompetensi (IPK)
a b C D E
secara kreatif. tingkat perkembangan peserta didik. dapat menelaah materi
bidang pengembangan
bahasa yang sesuai
dengan tingkat
perkembangan peserta
didik.
Dengan contoh kegiatan
pengembangan, peserta
Profesional
dapat menunjukkan
Mengembangkan materi 22.1 Memilih materi bidang
materi bidang
pembelajaran yang diampu pengembangan yang sesuai dengan
pengembangan sosial-
secara kreatif. tingkat perkembangan peserta didik.
emosi yang sesuai dengan
tingkat perkembangan
peserta didik.
Dengan contoh kegiatan
pengembangan, peserta
Profesional dapat menunjukkan
Mengembangkan materi 22.1 Memilih materi bidang materi bidang
pembelajaran yang diampu pengembangan yang sesuai dengan pengembangan fisik-
secara kreatif. tingkat perkembangan peserta didik. motorik yang sesuai
dengan tingkat
perkembangan peserta
didik.
Melalui pemberian
ilustrasi kasus, peserta
Profesional dapat mengorganisasikan
22.2 Mengolah materi bidang
Mengembangkan materi materi bidang
pengembangan secara kreatif sesuai
pembelajaran yang diampu pengembangan secara
dengan tingkat perkembangan
secara kreatif. kreatif menjadi kegiatan
peserta didik.
yang sesuai dengan
tingkat perkembangan
usia 4-5 tahun.
Mengorganisasikan materi
Profesional bidang pengembangan
22.2 Mengolah materi bidang
Mengembangkan materi secara kreatif menjadi
pengembangan secara kreatif sesuai
pembelajaran yang diampu kegiatan terpadu yang
dengan tingkat perkembangan
secara kreatif. sesuai dengan tingkat
peserta didik.
perkembangan usia 5-6
tahun.
Profesional
Mengembangkan Dengan ilustrasi kegiatan,
23.1 Melakukan refleksi terhadap
keprofesionalan secara peserta dapat menilai
kinerja sendiri secara terus
berkelanjutan dengan contoh kinerja sendiri
menerus.
melakukan tindakan reflektif. secara terus menerus.
Profesional Peserta dapat
Mengembangkan
23.2 Memanfaatkan hasil refleksi merumuskan pemanfaatan
keprofesionalan secara
dalam rangka peningkatan hasil refleksi dalam
berkelanjutan dengan
keprofesionalan. rangka peningkatan
melakukan tindakan reflektif.
keprofesionalan.
Profesional
Mengembangkan Peserta dapat memilih
23.2 Memanfaatkan hasil refleksi
keprofesionalan secara upaya peningkatan
dalam rangka peningkatan
berkelanjutan dengan keprofesionalan
keprofesionalan.
melakukan tindakan reflektif. berdasarkan hasil refleksi.
Profesional Peserta dapat memilih
Mengembangkan
23.3 Melakukan penelitian tindakan contoh masalah dalam
keprofesionalan secara
kelas untuk peningkatan penelitian tindakan kelas
berkelanjutan dengan
keprofesionalan. untuk peningkatan
melakukan tindakan reflektif.
keprofesionalan.
Standar Kompetensi Guru (SKG)
Kompe-
No tensi
Utama Kompetensi Guru Mata Pelajaran Indikator Pencapaian
Kompetensi Inti Guru (KI)
(KD) Kompetensi (IPK)
a b C D E
Profesional Peserta dapat memilih
Mengembangkan
23.3 Melakukan penelitian tindakan contoh kerangka berpikir
keprofesionalan secara
kelas untuk peningkatan penelitian tindakan kelas
berkelanjutan dengan
keprofesionalan. untuk peningkatan
melakukan tindakan reflektif.
keprofesionalan.
Profesional Peserta dapat menyusun
Mengembangkan
23.3 Melakukan penelitian tindakan contoh rancangan
keprofesionalan secara
kelas untuk peningkatan penelitian tindakan kelas
berkelanjutan dengan
keprofesionalan. untuk peningkatan
melakukan tindakan reflektif.
keprofesionalan.
Profesional Peserta dapat
Mengembangkan
23.3 Melakukan penelitian tindakan merumuskan hasil
keprofesionalan secara
kelas untuk peningkatan penelitian tindakan kelas
berkelanjutan dengan
keprofesionalan. untuk peningkatan
melakukan tindakan reflektif.
keprofesionalan.
Profesional
Mengembangkan Mengidentifikasi berbagai
23.4 Mengikuti kemajuan zaman
keprofesionalan secara sumber belajar untuk
dengan belajar dari berbagai
berkelanjutan dengan mengikuti kemajuan
sumber.
melakukan tindakan reflektif. zaman.
Dengan contoh nyata,
Profesional
Mengembangkan peserta dapat memilih
23.4 Mengikuti kemajuan zaman
keprofesionalan secara aktivitas guru yang
dengan belajar dari berbagai
berkelanjutan dengan mengikuti kemajuan
sumber.
melakukan tindakan reflektif. zaman dengan belajar dari
berbagai sumber.
Melalui contoh TIK PAUD,
Profesional peserta dapat
Memanfaatkan teknologi 24.1 Memanfaatkan teknologi
menunjukkan manfaat
informasi dan komunikasi informasi dan komunikasi dalam
teknologi informasi dan
untuk berkomunikasi dan berkomunikasi.
komunikasi dalam
mengembangkan diri.
berkomunikasi.