Anda di halaman 1dari 14

BAB.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Ventrikel Ekstra sistol (VES)

1. Pengertian
Aritmia adalah irama jantung yang abnormal, dimana jantung berdenyut secara tidak
teratur, bisa terlalu cepat atau lambat. Aritmia bisa terjadi begitu saja tanpa sebab, atau
akibat sesuatu yang merangsang jantung seperti stres, tembakau, kafein, atau stimulan
lainnya. Aritmia bisa berkembang setelah terjadinya serangan jantung karena adanya
jaringan parut yang terbentuk, yang dapat mengganggu aliran listrik yang melewati
jantung.
Aritmia dapat dikategorikan menurut tempat asal gangguan listrik dalam jantung.
Aritmia yang dimulai dari serambi jantung (atrium) disebut atrial supraventikular,
sedangkan yang berasal dari bilik jantung (ventrikel) disebut aritmia ventrikular.
Ventrikel ekstra sistol (VES ) adalah Aritmia ventrikel yang terjadi sewaktu tempat
ektopik diventrikel mengalami depolarisasi spontan dan menyebabkan kontraksi ventrikel.
Biasanya terjadi bila sewaktu bagian ventrikel mengalami iritasi atau cidera akibat
kekurangan oksigen. QRS tidak hanya lebar, tetapi timbul premature dengan gelombang T
yang berlawanan defleksinya dengan kompleks QRS.
Ventrikel ekstrasistol dapat mengakibatkan berkurangnya volume secukupnya,
karena ventrikel yang belum terisi penuh oleh darah saat sebelum kontaksi. Akibat dari
VES yang biasanya timbul setiap saat dalam siklus jantung.

2. Etiologi
Penyebab yang paling umum dari aritmia ventrikel adalah penyakit miokard (
iskemia dan infark ), yang disertai dengan perubahan keseimbangan elektrolit,gangguan
metabolisme, toksisitas obat dan vasospasme koroner.
Karena impulsberasal dari ventrikel, maka tidak melalui sistem konduksi yang
normal, melainkan jaringan otot ventrikel, hal ini menimbulkan gambaran kompleks QRS
yang lebar ( lebih dari 0, 12 detik )
Peyebab dasar suatu aritmia sering sulit dikenali, tetapi beberapa factor
aritmogenikberikut ini dapat menjadi perhatian :
1. Peradangan jantung misalnya demam rematik,peradang miokard.
2. Gangguan sirkulasi koroner misalnya,ischemia miokard.
3. Stimulasi simpatis : menguatnya tonus otot karena penyebab apapun (hyper-
tiroid, gagal jantung kongestif, latihan fisik dll ) dapat menimbulkanaritmia
4. Obat –obatan : efek pemberian obat-obatan digitalis atau bahkan obat-obatanti
aritmia sendiri
5. Gangguan elektrolit : ketidak seimbangan kalium, kalsium dan magnesium
6. Bradikardi : frekuensi jantung yang sangat lambat dapat menjadi pre-disposisi
aritmia
7. Regangan ( stretch ): hipertrofi ventrikel

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko terkena serangan aritmia jantung :


1. Penyakit arteri koroner.
2. Hipertensi.
3. Penyakit bawaan.
4. Masalah pada tiroid.
5. Obat dan suplement.
6. Obesitas.
7. Diabetes.
8. Gagguan nafas saat tidur.
9. Ketidak seimbangan elektrolit.
10. Terlalu banyak minum alkohol.
11. Konsumsi kafein atau nikotin.

3. Epidemiologi
 Jarang pada infants atau anak – anak, tetapi insidensi meningkat seiring
bertambahnya usia
 VES dapat mengenai pasien dengan atau tanpa kelainan jantung organic
 VES muncul dengan frekuensi yang meningkat terutama pada pasien dengan
kelainan jantung organik seperti ischemik , penyakit katup jantung , dan juga
idiopatik kardiomiopati
 VES dapat juga muncul pada intoksikasi obat misalnya intoksikasi digitalis ,
ataupun gangguan elektrolit seperti hipokalemia
 Framingham study menunjukkan bahwa insidensi lebih tinggi pada pria
dibandingkan wanita
4. Patofisiologi
Secara umum ada 3 mekanisme terjadinya aritmia , termasuk VES sebagai salah
satu jenis dari aritmia ventrikel , yaitu :
1. Automaticity
 Terjadi karena adanya percepatan aktivitas fase 4 dari potensial aksi jantung.
 Aritmia ventrikel karena automaticity biasanya terjadi pada keadaan akut dan
kritis seperti infark miokard akut , gangguan elektrolit , gangguan
keseimbangan asam basa dan juga tonus simpatis yang meningkat
2. Reentry
 Mekanisme aritmia ventrikel yang paling sering
 Biasanya disebabkan oleh kelainan kronis seperti infark miokard lama atau
kardiomiopati dilatasi , pada keadaan ini dapat terjadi kematian mendadak
Kondisi – kondisi yang dapat menyebabkan reentry :
a) Panjang jarak yang harus ditempuh impuls mengelilingi lingkaran re-entry
b) Kecepatan konduksi impuls yang berkurang
c) Periode refrakter otot berkurang banyak
3. Triggered activity
Adanya kebocoran ion positif ke dalam sel sehingga terjadi lonjakan potensial
pada akhir fase 3 atau awal fase 4 dari aksi potensial jantung. Bila lonjakan cukup
bermakna , maka dapat terjadi aksi potensial baru. Keadaan ini disebut juga after
depolarization. Triggered activity terjadi jika keadaan depolarisasi sebelumnya
belum mengalami repolarisasi sempurna sebelum terjadi depolarisasi lagi.

5. Tanda Dan Gejala


Pasien dengan aritmia, gejala awal yang sering ditemukan adalah :
1. Palpitasi yaitu orang tersebut merasakan denyut jantungnya sendiri bertambah
cepat atau melambat.
2. Tanda – tanda penurunan curah jantung seperti
 Pasien mengeluh pusing yang disertai sinkop ( pingsan )
 Pulsasi lemah, hemodinamik menurun, akral dingin
3. Pasien kejang dan kesadaran menurun
Ventrikel ekstrasistol karena denyur berasal dari ventrikel, maka tidak
melalui system konduksi yang normal. QRS tidak hanya premature tetapi
melebar dengan gelombang T yang berlawananan didefleksinya dengan
kompleks QRS. VES digambarkan melalui pola dan frekuensi timbulnya bisa
jarang, kadang – kadang atau sering.

6. Manifestasi Klinis
Kebanyakan manifestasi pasien dengan aritmia tidak disadari, sehingga
terdeteksi pada saat rasa yang tidak nyaman seperti berdebar-debar, palpitasi, atau
adanya denyut jantung yang berturut-turut bertambah serta adanya irama denyut
yang tidak teratur. Keadaan ini tidak terlalu membahayakan, jika tidak terjadi
gangguan hemodinamik. Tetapi manifestasi klinik pada klien dengan aritmia yang
berbahaya adalah klien merasakan nyeri dada, pusing, bahkan keadaan yang lebih
serius kemungkinan pasien ditemukan meninggal mendadak. Hal itu dikarenakan
pasokan darah yang mengandung nutrient dan oksigen yang dibutuhkan ke jaringan
tubuh tidak mencukupi sehingga aktivitas/kegiatan metabolisme jaringan terganggu.
Adapun penampilan klinis pasien sebagai berikut:
a) Anxietas
b) Gelisah
c) capek dan lelah serta gangguan aktivitas
d) palpitasi
e) nyeri dada
f) vertigo, syncope
g) tanda dan gejala sesak, crakles
h) tanda hipoperfusi
Tanda-tanda yang lain yaitu:
1. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi );
Nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi
ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin
menurun bila curah jantung menurun berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan
pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
gelisah
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
5. demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiogram ( EKG )
a. Resting EKG : rekaman EKG yang dibuat pada saat pasien berbaring atau
istirahat
b. Exercise EKG ( stress test ) : menggunakan tread mill test atau ergocycle
sementera irama jantung tetap dimonitor
c. Holter monitoring : monitor irama jantung yang dilakukan selama 24 jam
dengan pemasangan electrode ditubuh ( dada ) pasien sementara pasien
tetap melakukan aktivitas harian.
d. Transtelephonic monitoring : pasien menggunakan tape recorder untuk
merekam irama jantung dalam beberapa hari /minggu, jika pasien
merasakan tanda – tanda aritmia, maka ia menghubungi stasiun
monitoring.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Elektrolit : peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium
dapat menyebabkan aritmia.
b. Toksisitas obat : kelebihan dosis obat – obatan seperti digitalis, quinidin
dapat menyebabkan aritmia
c. Hormone tyroid : peningkatan atau penurunan kadar tyroid serum dapat
menyebabkan aritmia.
d. Laju sedimentasi : peningkatannya dapat menunjukan proses inflamasi
akut : endokarditis yang dapat mencetuskan aritmia
e. Analisa gas darah : hipoksemia dapat menyebabkan aritmia
3. Pemeriksaan foto : foto thorax dapat menunjukkan pembesaran jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katub
4. Stress test : dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang dapat
menyababkan aritmia
5. Elektrofisiologic study ( EPS) : untuk mengetahui jenis, tipe, tempat aritmia dan
respon terhadap pengobatan dengan menggunakan catheterusasi jantung.

8. Penanganan Nutrisi
a. Jenis diet untuk Penangan nutrisi adalah Terapi Diet jantung
a. Bentuk Makanan : Makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan
dalam porsi kecil
b. Cara Pemberian : Oral
b. Tujuan Diet
 Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung.
 Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk
 Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air.
c. Prinsip Diet : diet jantung
d. Syarat Diet :
1. Energy cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal .
2. Protein cukup, yaitu 0,8 gr/kgBB dari kebutuhan energi total yaitu 139,1 gr.
3. Lemak sedang, yaitu 25 – 30% dari kebutuhan energi total, 10% berasal dari
lemak jenuh dan kira-kira 10 – 15 % lemak tidak jenuh yaitu 46,5 gr.
4. Karbohidrat cukup, yaitu 70% darikebutuhanenergi totalyaitu 387,8 gr.
5. Kolesterol rendah, terutama jika disertai dislipidemia
6. Vitamin dan mineral cukup, hindari penggunaan suplemen kalium, kalsium dan
magnesium jika tidak dibutuhkan.
7. Garam rendah, 2 – 3 gr/hari, jika disertai hipertensi atau edema.
8. Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
9. Serat cukup untuk menghindari konstipasi
10. Cairan cukup ± 2 liter/hari sesuai dengan kebutuhan.
11. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam porsi
kecil
12. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan
tambahan berupa makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi
13. Menghindari penyedap rasa (monosodium glutamat)/ sejenisnya, menghindari
makanan berbumbu tajam, baik secara termis, mekanis maupun kimia (di
sesuaikan dengan daya terima pasien).
14. Jenis bahan makanan perlu diperhatikan : makanan yang diperbolehkan,
makanan yang dibatasi dan makanan yang dihindari

Bahan
Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Makanan
Sumber Beras di tim atau disaring; Makanan yang mengandung gas atau
Karbohidrat roti, mie, kentang, makaroni, alkohol, seperti : ubi, singkong, tape
biskuit, tepung beras / terigu / singkong, dan tape ketan.
sagu aren / sagu ambon, gula
pasir, gula merah, madu, dan
sirup.
Sumber Daging sapi, ayam dengan Daging sapi dan ayam yang berlemak,
Protein lemak rendah, ikan, telur, gajih, sosis, hati, limpa, babat, otak,
Hewani susu rendah lemak dalam kepiting dan kerang-kerangan, keju, dan
jumlah yang telah ditentukan. susu penuh.
Sumber Kacang-kacangan kering, Kacang-kacangan kering yang
Protein Nabati seperti : kacang kedelai dan mengandung lemak cukup tinggi seperti
hasil olahnya, seperti tahu kacang tanah, kacang mete, dan kacang
dan tempe. bogor.
Sayuran Sayuran yang tidak
mengandung gas, seperti:
bayam, kangkung, kacang
Semua sayuran yang mengandung gas,
buncis, kacang panjang,
seperti kol, kembang kol, lobak, sawi,
wortel, tomat, labu siam, dan
dan nangka muda.
tauge.
Buah-Buahan Semua buah-buahan segar, Buah-buahan segar yang mengandung
seperti : pisang, pepaya, alkohol atau gas, seperti : durian dan
jeruk, apel, melon, semangka, nangka matang.
dan sawo.
Lemak Minyak jagung, minyak Minyak kelapa dan minyak kelapa sawit;
kedelai, margarin, mentega santan kental.
dalam jumlah terbatas dan
tidak untuk menggoreng
tetapi untuk menumis, kelapa
atau santan encer dalam
jumlah terbatas.
Minuman Teh encer, coklat, sirup. Teh/kopi kental, minuman yang
mengandung soda dan alkohol seperti bir
dan wiski.
Bumbu Semua bumbu selain bumbu Lombok, cabe rawit, dan bumbu-bumbu
tajam dalam jumlah terbatas. lain yang tajam.

JENIS DIET

Diet Jantung I
Diet Jantung I diberikan kepada pasien penyakit jantung akut seperti Myocard Infarct
(MCI) atau Dekompensasio Kordis berat. Diet diberikan berupa 1-1,5 liter cairan/hari
selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya. Diet ini sangat rendah energi dan
semua zat gizi, sehingga sebaiknya hanya diberikan selama 1-3 hari.

Diet Jantung II
Diet Jantung II diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet diberikan sebagai
perpindahan dari Diet Jantung I, atau setelah fase akut dapat diatasi. Jika disertai
hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai Diet Jantung II Garam Rendah. Diet ini
rendah energi, protein, kalsium dan thiamin.

Diet Jantung III


Diet Jantung III diberikan dalam bentuk Makanan Lunak atau Biasa. Diet diberikan
sebagai perpindahan dari Diet Jantung II atau kepada pasien jantung dengan kondisi yang
tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai Diet Jantung
III Garam Rendah. Diet ini rendah energi dan kalsium, tetapi cukup zat gizi lain.

Diet Jantung IV
Diet Jantung IV diberikan dalam bentuk Makanan Biasa. Diet diberikan sebagai
perpindahan dari Diet Jantung III atau kepada pasien jantung dengan keadaan ringan. Jika
disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai Diet Jantung IV Garam Rendah. Diet
ini cukup energi dan gizi lain, kecuali kalsium.
BAB. II

PENGKAJIAN TEORITIS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Anamnesa
Biodata klien
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6.
Pengkajian primer :
1. Airway
 Apakah ada peningkatan sekret ?
 Adakah suara nafas : krekels ?
2. Breathing
 Adakah distress pernafasan ?
 Adakah hipoksemia berat ?
 Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas
 Apakah ada bunyi whezing ?
3. Circulation
 Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
 Apakah ada takikardi ?
 Apakah ada takipnoe ?
 Apakah haluaran urin menurun ?
 Apakah terjadi penurunan TD ?
 Bagaimana kapilery refill ?
 Apakah ada sianosis ?

Pengkajian sekunder

1. Riwayat penyakit
 Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
 Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung,
hipertensi
 Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan
untuk terjadinya intoksikasi
 Kondisi psikososial

2. Pengkajian fisik
1. Aktivitas : kelelahan umum
2. Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak
teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun berat.
3. Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
4. Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit
5. Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
6. Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau
tidak dengan obat antiangina, gelisah
7. Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki,
mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal
jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal;
hemoptisis.
8. Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

B. KEMUNGKINAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri akut, kelelahan/keletihan.
2. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
3. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.

b. Perencanan Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b/d nyeri akut, kelelahan/keletihan.
Bantuan perawatan diri dengan cara:
a. Monitor kemampuan pasien dan keluarga untuk perawatan mandiri,
b. Monitor pasien kebutuhan untuk perangkat adaptif untuk kebersihan
pribadi, berpakaian, toileting, dan makan
c. Menyediakan artikel pribadi yang diinginkan
d. Memberikan bantuan sampai pasien sepenuhnya dapat mengasumsikan
perawatan diri
e. Membantu pasien dalam menerima kebutuhan ketergantungan
f. Gunakan pengulangan yang konsisten dari rutinitas kesehatan sebagai cara
menetapkan mereka
g. Mendorong kemandirian, namun intervensi ketika pasien tidak dapat
melakukan
h. Ajarkan orang tua atau keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk
meningkatkan hanya bila pasien tidak dapat melakukan
i. Menetapkan rutin untuk aktivitas perawatan diri
j. Pertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan kegiatan perawatan diri
2. Resiko tinggi penurunan curah jantung b/d gangguan konduksi elektrikal,
penurunan kontraktilitas miokardia.
a. Hindari hal menyebabkan situasi emosional yang intens
b. Hindari terlalu panas dingin pasien
c. Mencegah pengambilan keputusan ketika pasien berada di bawah stres
berat
d. Menahan diri dari memberikan stimulan lisan
e. Menahan diri dari memasukkan pelumas dubur
f. Menahan diri dari mengambil suhu rektal
g. Menahan diri dari melakukan suatu pemeriksaan dubur atau vagina
h. Batasi rangsangan lingkungan
i. Keterlambatan mandi jika sesuai
j. Batasi merokok
k. Mendorong kegiatan kompetitif
l. Anjurkan pasien pada latihan progresif
m. Menginstruksikan pasien ataukeluarga pada gejala kompromi jantung
menunjukkan butuhkan untuk sisa
n. Identitaspasienmetodepenangananstres
o. Lakukan terapi relaksasi jika sesuai
3. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan b/d kurang
informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
a. Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
b. Jelaskan/tekankan masalah disritmia khusus dan tindakan terapeutik pada
pasien/orang terdekat.
c. Identifikasi efek merugikan/komplikasi disritmia khusus, contoh
kelemahan, edema dependen, perubahan mental lanjut, vertigo.
d. Anjurkan /catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat
diperlukan (tindakan yang dibutuhkan), bagaimana dan kapan minum obat,
apa yang dilakukan bila dosis terlupakan (informasi dosis dan penggunaan),
efek samping yang diharapkan atau kemungkinan reaksi merugikan,
interaksi dengan obat lain/obat yang dijual bebas atau substansi (alcohol,
tembakau), sesuai dengan apa dan kapan melaporkan ke dokter.
e. Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan.
Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan aktivitas cepat, contoh pusing,
silau, dispnea, nyeri dada.
f. Kaji ulang kebutuhan diet individu/pembatasan, contoh kalium dan kafein.
g. Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien/orang terdekat
untuk dibawa pulang.
h. Anjurkan pasien melakukan pengukuran nadi dengan tepat. Dorong
pencatatan nadi harian sebelum minum obat/latihan.Identifikasi situasi
yang memerlukan intervensi medis cepat.
i. Kaji ulang kewaspadaan keamanan, tehnik untuk
mengevaluasi/mempertahankan pacu jantung atau fungsi AICD dan gejala
yang memerlukan intervensi medis.
j. Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus
maneuver. Valsalva bila perlur

Discharge Planning
Perencanaan pulang untuk pasien yang menderita penyakit VES sama seperti aritmia atau
disritmia yaitu:
1. Ajarkan atau berikan penyuluhan kepada pasien atau keluarga bagaimana cara
mengatasi atau mengurangi tanda dan gejala saat penyakit kambuh.
2. Ajarkan atau berikan penyuluhan kepada pasien atau kelurga gaya hidup sehat,
aktivitas, dan serta pola makan dan makanan yang baikuntuk kesehatan.
3. Manajemen terapi saat berada di rumah
4. Terapi tindak lanjut setelah keluar dari rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai