Anda di halaman 1dari 17

1.

ABORSI
Pengertian aborsi

Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah


“abortus”. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma)
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup
dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:


1. Aborsi Spontan / Alamiah
2. Aborsi Buatan / Sengaja
3. Aborsi Terapeutik / Medis

Aborsi spontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan


karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma, sedangkan

Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28


minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu
maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).

Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas
indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit
darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan
baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan
medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.

Alasan aborsi

Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil - baik yang telah menikah maupun yang
belum menikah dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan yang paling utama adalah
alasan-alasan yang non-medis (termasuk jenis aborsi buatan / sengaja)

Di Amerika, alasan-alasan dilakukannya aborsi adalah:


1. Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah atau
tanggung jawab lain (75%)
2. Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%)
3. Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%)

Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang
hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang yang
menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka
tidak tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat merasakan
gerakan dan geliatan anak dalam kandungannya.
Alasan-alasan seperti ini juga diberikan oleh para wanita di Indonesia yang mencoba
meyakinkan dirinya bahwa membunuh janin yang ada didalam kandungannya adalah
boleh dan benar . Semua alasan-alasan ini tidak berdasar.
Sebaliknya, alasan-alasan ini hanya menunjukkan ketidakpedulian seorang wanita,
yang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri.

Data ini juga didukung oleh studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest (1998)
yang menyatakan bahwa hanya 1% kasus aborsi karena perkosaan atau incest
(hubungan intim satu darah), 3% karena membahayakan nyawa calon ibu, dan 3%
karena janin akan bertumbuh dengan cacat tubuh yang serius.

Sedangkan 93% kasus aborsi adalah karena alasan-alasan yang sifatnya untuk
kepentingan diri sendiri – termasuk takut tidak mampu membiayai, takut dikucilkan,
malu atau gengsi.

Resiko aborsi

Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang
wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak
merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”.
Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka
yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.

Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:


1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
2. Resiko gangguan psikologis
Hukum aborsi

Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran


janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus Criminalis”

Yang menerima hukuman adalah:


1. Ibu yang melakukan aborsi
2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
3. Orang-orang yang mendukung terlaksananya abors

2.EUTANASIA
Pengertian Euthanasia

Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani eu yang berarti “baik”, dan
thanatos, yang berarti “kematian”).

Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah qatlu ar-rahma atau taysir al-maut. Menurut
istilah kedokteran, euthanasia berarti tindakan agar kesakitan atau penderitaan yang
dialami seseorang yang akan meninggal diperingan. Juga berarti mempercepat kematian
seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat menjelang kematiannya.

Dalam praktik kedokteran, dikenal dua macam euthanasia, yaitu euthanasia aktif dan
euthanasia pasif. Euthanasia aktif adalah tindakan dokter mempercepat kematian
pasien dengan memberikan suntikan ke dalam tubuh pasien tersebut. Suntikan diberikan
pada saat keadaan penyakit pasien sudah sangat parah atau sudah sampai pada
stadium akhir, yang menurut perhitungan medis sudah tidak mungkin lagi bisa sembuh
atau bertahan lama. Alasan yang biasanya dikemukakan dokter adalah bahwa
pengobatan yang diberikan hanya akan memperpanjang penderitaan pasien serta tidak
akan mengurangi sakit yang memang sudah parah.

Macam-macam Euthanasia

Euthanasia aktif, misalnya ada seseorang menderita kanker ganas dengan rasa sakit
yang luar biasa sehingga pasien sering kali pingsan. Dalam hal ini, dokter yakin yang
bersangkutan akan meninggal dunia. Kemudian dokter memberinya obat dengan
takaran tinggi (overdosis) yang sekiranya dapat menghilangkan rasa sakitnya, tetapi
menghentikan pernapasannya sekaligus.

Euthanasia pasif, adalah tindakan dokter menghentikan pengobatan pasien yang


menderita sakit keras, yang secara medis sudah tidak mungkin lagi dapat disembuhkan.
Penghentian pengobatan ini berarti mempercepat kematian pasien. Alasan yang lazim
dikemukakan dokter adalah karena keadaan ekonomi pasien yang terbatas, sementara
dana yang dibutuhkan untuk pengobatan sangat tinggi, sedangkan fungsi pengobatan
menurut perhitungan dokter sudah tidak efektif lagi. Terdapat tindakan lain yang bisa
digolongkan euthanasia pasif, yaitu tindakan dokter menghentikan pengobatan
terhadap pasien yang menurut penelitian medis masih mungkin sembuh. Alasan yang
dikemukakan dokter umumnya adalah ketidakmampuan pasien dari segi ekonomi,
yang tidak mampu lagi membiayai dana pengobatan yang sangat tinggi.

Pandangan Syariah Islam

Syariah Islam merupakan syariah sempurna yang mampu mengatasi segala persoalan di
segala waktu dan tempat. Berikut ini solusi syariah terhadap euthanasia, baik euthanasia
aktif maupun euthanasia pasif.
Alasan Euthanisia

Adanya hak moral bagi setiap orang untuk mati terhormat, maka seseorang mempunyai
hak memilih cara kematiannya
Tindakan belas kasihan pada seseorang yang sakit, meringankan penderitaan sesama
adalah tindakan kebajikan
Tindakan belas kasihan pada keluarga pasien
Mengurangi beban ekonomi

Dampak Euthanisia

Sudut pandang Pasien


mudah putus asa karena tidak ingin dan tidak memiliki semangat untuk berjuang
melawan penyakitnya.
Sudut pandang Keluarga Pasien
aspek kemanusiaan dan ekonomi

Aspek Euthanisia

Aspek Hukum

Undang undang yang tertulis dalam KUHP Pidana hanya melihat dari dokter sebagai
pelaku utama euthanasia, khususnya euthanasia aktif dan dianggap sebagai suatu
pembunuhan berencana, atau dengan sengaja menghilangkan nyawa seseorang.
Sehingga dalam aspek hukum, dokter selalu pada pihak yang dipersalahkan dalam
tindakan euthanasia, tanpa melihat latar belakang dilakukannya euthanasia tersebut.
Tidak perduli apakah tindakan tersebut atas permintaan pasien itu sendiri atau
keluarganya, untuk mengurangi penderitaan pasien dalam keadaan sekarat atau rasa
sakit yang sangat hebat yang belum diketahui pengobatannya.

Aspek Hak Asasi

Hak asasi manusia selalu dikaitkan dengan hak hidup, damai dan sebagainya. Tapi tidak
tercantum dengan jelas adanya hak seseorang untuk mati. Mati sepertinya justru
dihubungkan dengan pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini terbukti dari aspek hukum
euthanasia yang cenderung menyalahkan tenaga medis dalam euthanasia. Sebetulnya
dengan dianutnya hak untuk hidup layak dan sebagainya, secara tidak langsung
seharusnya terbersit adanya hak untuk mati, apabila dipakai untuk menghindarkan diri
dari segala ketidak nyamanan atau lebih tegas lagi dari segala penderitaan yang hebat.

Aspek Ilmu Pengetahuan


Pengetahuan kedokteran dapat memperkirakan kemungkinan keberhasilan upaya
tindakan medis untuk mencapai kesembuhan atau pengurangan penderitaan pasien.
Apabila secara ilmu kedokteran hampir tidak ada kemungkinan untuk mendapatkan
kesembuhan ataupun pengurangan penderitaan. Segala upaya yang dilakukan akan sia
sia, bahkan sebaliknya dapat dituduhkan suatu kebohongan, karena di samping tidak
membawa kepada kesembuhan, keluarga yang lain akan terseret dalam pengurasan
dana.

Aspek Agama

Kelahiran dan kematian merupakan hak dari Tuhan sehingga tidak ada seorangpun di
dunia ini yang mempunyai hak untuk memperpanjang atau memperpendek umurnya
sendiri. Pernyataan ini menurut ahli ahli agama secara tegas melarang tindakan
euthanasia, apapun alasannya. Dokter bisa dikategorikan melakukan dosa besar dan
melawan kehendak Tuhan yaitu memperpendek umur. Orang yang menghendaki
euthanasia, walaupun dengan penuh penderitaan bahkan kadang kadang dalam
keadaan sekarat dapat dikategorikan putus asa, dan putus asa tidak berkenan
dihadapan Tuhan.

Kasus Euthanasia

Kasus Hasan Kusuma - Indonesia

Sebuah permohonan untuk melakukan eutanasia pada tanggal 22 Oktober 2004 telah
diajukan oleh seorang suami bernama Hassan Kusuma karena tidak tega menyaksikan
istrinya yang bernama Agian Isna Nauli, 33 tahun, tergolek koma selama 2 bulan dan
disamping itu ketidakmampuan untuk menanggung beban biaya perawatan
merupakan suatu alasan pula. Permohonan untuk melakukan eutanasia ini diajukan ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kasus ini merupakan salah satu contoh bentuk
eutanasia yang diluar keinginan pasien. Permohonan ini akhirnya ditolak oleh
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan setelah menjalani perawatan intensif maka kondisi
terakhir pasien (7 Januari 2005) telah mengalami kemajuan dalam pemulihan
kesehatannya

3.DEVICES
Pengertian Supporting Devices
Supporting Devices adalah perangkat tambahan atau pendukung. Jika di tinjau dari
segi keperawatan, maka dapat kita simpulkan kalau supporting devices itu adalah
perangkat tambahan yang digunakan dalam dunia kesehatan pada para perawat
dalam melakukan praktek.

Klasifikasi Supporting Devices


Adapun klasifikasi Supporting Devices, yaitu;
· Alat Bantu
Teknologi medis yang canggih merupakan alat atau perkakas untuk para dokter, dan
alat bantu akan mengurangi beban perawat. Kemajuan dalam layanan medis, termasuk
alat medis dengan sistem komputerisasi yang canggih, melindungi jiwa banyak orang.
Produk THK memenuhi standar realibilitas tertinggi yang diperlukan untuk alat medis.
· Peralatan Sinar X
Pemandu LM dan Cincin Roller Lintang kami digunakan untuk pergerakan reseptor
sinar X. Ini memungkinkan mesin sinar X untuk menggerakkan unit transmiter dan
penerima sinar ke arah manapun dan mengambil gambar dari sudut manapun, tanpa
bergantung pada posisi pasien. Saat produk THK digunakan, getaran dan suara mesin
juga dikurangi sehingga menghilangkan kekhawatiran pasien. sinar X yang mampu
melakukan penetrasi kedalam tubuh pasien.
· Peralatan analisis otomatis hematologikal
Splina Bola dapat menekan getaran di ujung injektor saat dihentikan, dan mur
perubah sekrup geser memungkinkan terciptanya mekanisme pengumpanan dengan
kecepatan tinggi dan sangat mulus.
· Pemindai CT sinar X medis
Pemindai CT sinar X merupakan perangkat tunggal yang memindai keseluruhan tubuh
pasien dan terdiri dari pemindai CT (Computed Tomography/Tomografi Komputer) dan
peralatan angiografi. Pada perangkat ini, Pemandu LM THK digunakan di bagian
gerakan longitudinal yang menggerakkan pasien yang terbaring di tempat tidur selama
proses pemindaian. Karena pemandu tersebut dapat mengurangi getaran dan suara
selama gerakan sistem, komponen ini dapat menghilangkan kekhawatiran pasien.
· Fasilitas mandi dengan penopang kursi roda elektrik
Splina Bola kami digunakan dalam fasilitas mandi dengan pengangkat (lift) bertenaga
listrik. Menggunakan poros splina sebagai batang angkat memungkinkan desain fasilitas
yang kompak.
· Robot pendukung pembedahan
Selama pengobatan tulang, dokter menggunakan tekanan berat untuk
mengembalikan posisi tulang. Dosis radiasi yang diserap selama radiografi juga
menimbulkan masalah. Untuk mengatasi ini, robot pendukung pembedahan telah
dikembangkan. Dengan menggunakan pemandu LM dan aktuator dari THK.
· Handheld
Handheld adalah suatu alat yang membantu perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan kepada klien, melalui pengumpulan data, berkomunikasi dengan pasien,
berkonsultasi dengan sesama perawat maupun tenaga medis, mencari literatur terkait
interaksi obat dan infus, sampai menganalisis hasil laboratorium. Handheld yang
digunakan dalam keperawatan disebut Personal Digital Assistants (PDAs).
· Handheld Device
Handheld Device adalah mempermudah perawat untuk mengakses sumber-sumber
klinik, pasien dan sejawat melalui suara serta pesan teks, serta mempermudah akses ke
jaringan informasi sehingga penentuan keputusan secara desentralisasi dapat dilakukan
yang akan meningkatkan otonomi perawat.

· Wireless Communication
Wireless Communication juga memudahkan perawat untuk memperoleh hasil
pemeriksaan laboratorium pasien atau melakukan perubahan pesanan ke laboratorium,
ketika masih berada di kamar pasien tanpa harus kembali ke ruang perawat terlebih
dahulu

Fungsi Klasifikasi Supporting Devices

· Fungsi Sinar X yaitu untuk melihat kondisi tulang serta organ tubuh tanpa melakukan
pembedahan pada tubuh pasien.
· Fungsi analisis otomatis hematologikal yaitu untuk transportasi vertikal injektor reagen
dalam peralatan tes hematologikal.
· Fungsi CT sinar X medis yaitu untuk diagnosis sistem sirkulasi.
· Fungsi penopang kursi roda elektrik yaitu dalam fasilitas mandi dengan pengangkat
(lift) bertenaga listrik.
· Fungsi Robot pendukung pembedahan yaitu robot pendukung pembedahan dapat
menjadi alat yang berdaya guna tinggi, dan juga membuat proxide ini menjadi kompak
untuk mendapatkan tingkat akurasi tinggi selama pembedahan, sehingga mampu
mensimulasi gerakan dokter yang dapat diandalkan.
· Fungsi Handheld yaitu mulai meningkatkan kemampuan untuk berfikir kritis terkait
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan kondisi dan
penyakit yang diderita oleh pasien tersebut.
· Fungsi Handheld Device yaitu Handheld device digunakan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien melalui kemampuan mengakses informasi, mempermudah
penghitungan, dan memperlancar komunikasi.
· Fungsi Wireless Communication yaitu untuk memperoleh hasil pemeriksaan
laboratorium pasien atau melakukan perubahan pesanan ke laboratorium.
Dampak Negatif Supporting Devices

· Sinar X
Terlepas dari peranan Sinar X dalam menunjang informasi diagnosis klinis, Sinar X
ternyata memiliki sisi yang sangat perlu diperhatikan secara khusus, yaitu berkaitan
dengan efek negatif yang ditimbulkan.
Perlu diketahui bahwa Sinar X dengan karakteristiknya memiliki energi minimal
sebesar 1 KeV = 1000 eV. Energi sebesar ini jika berinteraksi dengan tubuh manusia
tentunya dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif.
Ada beberapa kemungkinan peristiwa yang dapat terjadi, ketika Sinar X berinteraksi
dengan materi (tubuh manusia) dari sudut pandang mikroskopis, yaitu hamburan
Compton, hamburan Fotolistrik dan hamburan Pair Production. Hamburan Compton
terjadi karena Sinar X berinteraksi dengan elektron yang terletak pada lintasan terluar,
yang selanjutnya elektron ini akan terlempar keluar dari atom.
Efek hamburan Compton umumnya terjadi pada rentang energi sekitar 26 keV (kilo
elektron volt) untuk diagnostik. Hamburan fotolistrik terjadi ketika Sinar X berinteraksi
dengan atom materi dan melemparkan salah satu elektron sehingga mengakibatkan
elektron lainnya, bergerak menuju lintasan yang kehilangan elektron sambil melepaskan
energinya.
Hamburan ini juga dapat terjadi pada energi untuk diagnostik. Sedangkan
hamburan pair production jarang sekali terjadi di bidang imaging diagnostik karena
membutuhkan energi Sinar X yang sangat besar 1,02 MeV (mega elektron volt).
Walaupun sudut pandang ini hanya dilihat secara mikroskopis, secara makroskopis
dikhawatirkan akan mengganggu kestabilan atom materi dan menimbulkan kelainan
pada sel tubuh manusia.
Ini perlu kehati-hatian dan pemilihan yang tepat dalam penggunaannya di bidang
medis. Walaupun secara empiris pasien yang diberikan Sinar X pada level diagnostik
medis di rumah sakit tidak mengalami gejala ataupun tanda-tanda kerusakan jaringan.
Namun gejala kelainan pada tubuh manusia akan muncul jika diberikan Sinar X secara
berlebihan. Oleh karena itu paparan radiasi medis (diagnostik imaging) yang mengenai
tubuh pasien diharapkan sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan kebutuhan dalam
imaging adalah kualitas citra yang mampu menunjang diagnosis klinis yang diderita
pasien dengan tidak memberikan paparan radiasi yang berlebihan atau tidak
dibutuhkan kepada tubuh pasien.

4.NEGLACTED
Neglected (kelalaian) dalam keperawatan
Pengertian Neglected (kelalaian)

Neglected adalah kelalaian individu dalam melakukan sesuatu yang sebenarnya dapat dia
lakukan atau melakukan sesuatu yang dihindari orang lain (Creighton,1986).Undang–
undang
tentang ngabaian diruang bedah mencakup identifikasi kesalahan terhadap klien atau
lokasi
yang dibedah,maka akibat tekanan karena kesalahan dalam member posisi,cedera akibat
alat
yang rusak karena kesalahan pemeriksaan,dan tertinggalnya benda asing.Kompetensi yang
kurang dalam penggunaan alat juga dapat diinterpretasikan sebagai pengabaian.
Kegagalan penggugat memenuhi salah satu elemen untuk menyakinkan hakim,tuntutan
tidak
akan berhasil dan tergugat terbebas dari tuduhan.Kasus benda asing yang tertinggal ini
relative
mudah dibuktikan dengan kasih perhitungan instrument dan rasa oleh penggugat.Serupa
dengan hal tersebut,kasus kesalahan medikasi lebih bersifat langsung.Ada sedikit silang
pendapat dikalangan perawat mengenai pemberian medikasi yang tepat dengatn dosis dan
rute yang tepat,untuk klien yang tepat.Apabila prosedur pemberian obat ini tidak diikuti
dank
lien cedera,relative mudah untuk menetapkan apakah pemberian mediakasi menyebabkan
cedara atau tidak.Luka cedera akibat pemberian posisi juga menjadi kasus yang beresiko
menimpa perawat.
Perawat perioperatif mempunyai tanggung jawab hukum untuk memberikan
informasi,memastikan pemahaman klien tentang informasi tersebut,dan memperoleh
persetujuan klien dari pihak yang melakukan prosedur tersebut.

Pendapat ahli tentang neglected dalam keperawatan

Menurut Hanafiah dan Amir (1999) mengatakan bahwa kelalaian (neglected) adalah sikap
yang kurang hati-hati,yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati
melakukannya dengan wajar,atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap
hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.
Guwandi (1994) mengatakan bahwa kelalaian (neglected) adalah kegagalan untuk bersikap
hati-hati yang umumnya seorang yang wajar dan hati-hati akan melakukan di dalam
keadaan
tersebut,ia merupakan suatu tindakan yang seorang dengan hati-hati yang wajar tidak
akan
melakukan di dalam keadaan yang sama atau kegagalan untuk melakukan apa yang
seorang
lain dengan hati-hati yang wajar justru akan melakukan di dalam keadaan yang sama.

Hubungan malpraktik dan neglected dalam keperawatan

Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa kelalaian lebih bersifat


ketidaksengajaan,kurang
teliti,kurang hati-hati,acuh tak acuh, sembrono, tidak peduli terhadap kepentingan orang
lain,namun akibat yang ditimbulkan memang bukanlah menjadi tujuannya.Kelalaian
bukanlah
suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika kelalaian itu tidak sampai membawa
kerugian
atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimanya (Hanafiah & Amir,
1999).Tetapi jika kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi,mencelakakan bahkan
merengut nyawa orang lain,maka ini dklasifikasikan sebagai kelalaian berat (culpa lata),
serius
dan kriminal.
Malpraktik tidaklah sama dengan kelalaian.Malpraktik sangat spesifik dan terksait dengan
status profesional dari pemberi pelayanan dan standar pelayanan profesional Malpraktik
adalah
kegagalan seorang profesional (misalnya dokter dan perawat) melakukan sesuai dengan
standar profesi yang berlaku bagi seseorang yang karena memiliki ketrampilan dan
pendidikan (Vestal,K.W, 1995).Hal ini bih dipertegas oleh Ellis & Hartley (1998) bahwa
malpraktik
adalah suatu batasan spesifik dari kelalaian.Ini ditujukan pada kelalaian yang dilakukan
oleh
yang telah terlatih secara khusus atau seseorang yang berpendidikan yang ditampilkan
dalam
pekerjaannya.Oleh karena itu batasan malpraktik ditujukan untuk menggambarkan
kelaliaian
oleh perawat dalam melakukan kewjibannya sebagai tenaga keperawatan.
Kelalaian memang termasuk dalam arti malpraktik,tetapi didalam malpraktik tidak selalu
harus ada unsur kelalaian.Malpraktik lebih luas daripadanegligence.Karena selain mencakup
arti kelalaian,istilah malpraktik pun mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan dengan
sengaja (criminal malpractice) dan melanggar Undang-undang.Didalam arti kesengajaan

tersirat ada motifnya (guilty mind) sehingga tuntutannya dapat bersifat perdata atau
pidana.
Pengertian Supporting Devices
Supporting Devices adalah perangkat tambahan atau pendukung. Jika di
tinjau dari segi keperawatan, maka dapat kita simpulkan kalau supporting
devices itu adalah perangkat tambahan yang digunakan dalam dunia
kesehatan pada para perawat dalam melakukan praktek.

2. Klasifikasi Supporting Devices


Adapun klasifikasi Supporting Devices, yaitu:

 Alat Bantu
Teknologi medis yang canggih merupakan alat atau perkakas untuk para
dokter, dan alat bantu akan mengurangi beban perawat. Kemajuan dalam
layanan medis, termasuk alat medis dengan sistem komputerisasi yang
canggih, melindungi jiwa banyak orang. Produk THK memenuhi standar
realibilitas tertinggi yang diperlukan untuk alat medis.
 Peralatan Sinar X
Pemandu LM dan Cincin Roller Lintang kami digunakan untuk pergerakan
reseptor sinar X. Ini memungkinkan mesin sinar X untuk menggerakkan unit
transmiter dan penerima sinar ke arah manapun dan mengambil gambar dari
sudut manapun, tanpa bergantung pada posisi pasien. Saat produk THK
digunakan, getaran dan suara mesin juga dikurangi sehingga menghilangkan
kekhawatiran pasien. sinar X yang mampu melakukan penetrasi kedalam
tubuh pasien.
 Peralatan analisis otomatis hematologikal
Splina Bola dapat menekan getaran di ujung injektor saat dihentikan, dan
mur perubah sekrup geser memungkinkan terciptanya mekanisme
pengumpanan dengan kecepatan tinggi dan sangat mulus.
 Pemindai CT sinar X medis
Pemindai CT sinar X merupakan perangkat tunggal yang memindai
keseluruhan tubuh pasien dan terdiri dari pemindai CT (Computed
Tomography/Tomografi Komputer) dan peralatan angiografi. Pada perangkat
ini, Pemandu LM THK digunakan di bagian gerakan longitudinal yang
menggerakkan pasien yang terbaring di tempat tidur selama proses
pemindaian. Karena pemandu tersebut dapat mengurangi getaran dan suara
selama gerakan sistem, komponen ini dapat menghilangkan kekhawatiran
pasien.
 Fasilitas mandi dengan penopang kursi roda elektrik
Splina Bola kami digunakan dalam fasilitas mandi dengan pengangkat (lift)
bertenaga listrik. Menggunakan poros splina sebagai batang angkat
memungkinkan desain fasilitas yang kompak.
 Robot pendukung pembedahan
Selama pengobatan tulang, dokter menggunakan tekanan berat untuk
mengembalikan posisi tulang. Dosis radiasi yang diserap selama radiografi
juga menimbulkan masalah. Untuk mengatasi ini, robot pendukung
pembedahan telah dikembangkan. Dengan menggunakan pemandu LM dan
aktuator dari THK.
 Handheld
Handheld adalah suatu alat yang membantu perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan kepada klien, melalui pengumpulan data, berkomunikasi
dengan pasien, berkonsultasi dengan sesama perawat maupun tenaga medis,
mencari literatur terkait interaksi obat dan infus, sampai menganalisis hasil
laboratorium. Handheld yang digunakan dalam keperawatan disebut Personal
Digital Assistants (PDAs).
 Handheld Device
Handheld Device adalah mempermudah perawat untuk mengakses sumber-
sumber klinik, pasien dan sejawat melalui suara serta pesan teks, serta
mempermudah akses ke jaringan informasi sehingga penentuan keputusan
secara desentralisasi dapat dilakukan yang akan meningkatkan otonomi
perawat.
 Wireless Communication
Wireless Communication juga memudahkan perawat untuk memperoleh
hasil pemeriksaan laboratorium pasien atau melakukan perubahan pesanan
ke laboratorium, ketika masih berada di kamar pasien tanpa harus kembali ke
ruang perawat terlebih dahulu

3. Fungsi Klasifikasi Supporting Devices


 Fungsi Sinar X yaitu untuk melihat kondisi tulang serta organ tubuh tanpa
melakukan pembedahan pada tubuh pasien.
 Fungsi analisis otomatis hematologikal yaitu untuk transportasi vertikal
injektor reagen dalam peralatan tes hematologikal.
 Fungsi CT sinar X medis yaitu untuk diagnosis sistem sirkulasi.
 Fungsi penopang kursi roda elektrik yaitu dalam fasilitas mandi dengan
pengangkat (lift) bertenaga listrik.
 Fungsi Robot pendukung pembedahan yaitu robot pendukung pembedahan
dapat menjadi alat yang berdaya guna tinggi, dan juga membuat proxide ini
menjadi kompak untuk mendapatkan tingkat akurasi tinggi selama
pembedahan, sehingga mampu mensimulasi gerakan dokter yang dapat
diandalkan.
 Fungsi Handheld yaitu mulai meningkatkan kemampuan untuk berfikir kritis
terkait tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan
kondisi dan penyakit yang diderita oleh pasien tersebut.
 Fungsi Handheld Device yaitu Handheld device digunakan dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien melalui kemampuan mengakses informasi,
mempermudah penghitungan, dan memperlancar komunikasi.
 Fungsi Wireless Communication yaitu untuk memperoleh hasil pemeriksaan
laboratorium pasien atau melakukan perubahan pesanan ke laboratorium.

4. Dampak Negatif Supporting Devices


 Sinar X
Terlepas dari peranan Sinar X dalam menunjang informasi diagnosis
klinis, Sinar X ternyata memiliki sisi yang sangat perlu diperhatikan secara
khusus, yaitu berkaitan dengan efek negatif yang ditimbulkan.
Perlu diketahui bahwa Sinar X dengan karakteristiknya memiliki energi
minimal sebesar 1 KeV = 1000 eV. Energi sebesar ini jika berinteraksi dengan
tubuh manusia tentunya dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif.
Ada beberapa kemungkinan peristiwa yang dapat terjadi, ketika Sinar X
berinteraksi dengan materi (tubuh manusia) dari sudut pandang mikroskopis,
yaitu hamburan Compton, hamburan Fotolistrik dan hamburan Pair
Production. Hamburan Compton terjadi karena Sinar X berinteraksi dengan
elektron yang terletak pada lintasan terluar, yang selanjutnya elektron ini
akan terlempar keluar dari atom.
Efek hamburan Compton umumnya terjadi pada rentang energi sekitar 26
keV (kilo elektron volt) untuk diagnostik. Hamburan fotolistrik terjadi ketika
Sinar X berinteraksi dengan atom materi dan melemparkan salah satu
elektron sehingga mengakibatkan elektron lainnya, bergerak menuju lintasan
yang kehilangan elektron sambil melepaskan energinya.
Hamburan ini juga dapat terjadi pada energi untuk diagnostik. Sedangkan
hamburan pair production jarang sekali terjadi di bidang imaging diagnostik
karena membutuhkan energi Sinar X yang sangat besar 1,02 MeV (mega
elektron volt). Walaupun sudut pandang ini hanya dilihat secara mikroskopis,
secara makroskopis dikhawatirkan akan mengganggu kestabilan atom materi
dan menimbulkan kelainan pada sel tubuh manusia.
Ini perlu kehati-hatian dan pemilihan yang tepat dalam penggunaannya di
bidang medis. Walaupun secara empiris pasien yang diberikan Sinar X pada
level diagnostik medis di rumah sakit tidak mengalami gejala ataupun tanda-
tanda kerusakan jaringan. Namun gejala kelainan pada tubuh manusia akan
muncul jika diberikan Sinar X secara berlebihan. Oleh karena itu paparan
radiasi medis (diagnostik imaging) yang mengenai tubuh pasien diharapkan
sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan kebutuhan dalam imaging adalah
kualitas citra yang mampu menunjang diagnosis klinis yang diderita pasien
dengan tidak memberikan paparan radiasi yang berlebihan atau tidak
dibutuhkan kepada tubuh pasien.
 CT Scan
Ternyata radiasi alat-alat tersebut dalam waktu lama bisa meningkatkan
risiko terserang penyakit leukemia.
Sinar-X adalah suatu radiasi berenergi kuat yang tergantung pada
dosisnya, dapat mengurangi pembelahan sel, merusak materi genetik, dan
menimbulkan defek pada bayi yang belum dilahirkan. Sel-sel yang membelah
cepat adalah paling sensitif terhadap paparan sinar-x. Bayi dalam perut ibu
sensitif terhadap sinar-x karena sel-selnya masih dalam taraf pembelahan
dengan cepat, dan berkembang menjadi jaringan dan organ yang berbeda-
beda. Pada dosis tertentu, paparan sinar-x pada wanita hamil dapat
menyebabkan keguguran atau cacat pada janin yang dikandungnya, termasuk
kemungkinan terjadinya kanker pada usia dewasa.
Memang sebagian besar prosedur pemaparan sinar-x menghasilkan
radiasi yang relatif ringan. Namun sebagai langkah jaga-jaga, penggunaan
sinar-x pada wanita hamil kecuali benar-benar perlu,harus dihindari. Wanita
yang melalui pemeriksaan rontgen sebelum mengetahui status kehamilannya
harus berbicara kepada dokternya.
CT Scan memang bisa memberikan hasil tes medis secara cepat dan rinci.
Beberapa penyakit pada anak seperti radang paru atau patah tulang juga
membutuhkan alat-alat pemindai kesehatan untuk diagnosis yang lebih
akurat.
Tetapi para ahli juga mengingatkan bahaya terselubung yang mungkin
timbul. Pada anak-anak, paparan sinar-X tiga kali atau lebih akan
meningkatkan ancaman leukimia. "Menghindari atau mengurangi paparan
radiasi sangat penting," kata Patricia Buffler, dari Univesitas Berkeleys School
of Public Health, Amerika.
Dalam penelitiannya, ia mengamati catatan medis 711 anak berusia
maksimal 14 tahun yang didiagnosa leukimia limfoid akut di California antara
tahun 1995-2008. Ia membandingkannya dengan data anak yang tidak
menderita leukimia.
Secara umum peningkatan risiko leukimia pada anak memang tidak
terlalu besar. Dari 100.000 anak, ada 4 yang terkena leukimia. Namun, meski
kasus kankernya kecil, tetap saja risikonya ada. Buffler menjelaskan, radiasi
yang terdapat dalam sinar-X membuat sel-sel dalam tubuh bermutasi dan
menciptakan kanker. CT-Scan yang belakangan ini sangat populer memiliki
tingkat radiasi yang lebih tinggi.
Pemajanan medan elektromagnet yang terlalu sering diduga
meningkatkan risiko kanker. Demikian studi terbaru yang dipublikasikan
dalam jurnal ilmiah New England Journal of Medicine.
Kesimpulan tersebut didapat berdasarkan survei terhadap 950.000
pasien. Hampir 70 persen pasien pernah mengalami sekurangnya satu kali
prosedur pencitraan yang membuat mereka terpajan. Dalam waktu tiga tahun
selanjutnya, diketahui mereka menderita kanker.
 Robot pendukung pembedahan
Robot laba-laba ini diharapkan dapat berjalan sepanjang lintasan
DNA. Dengan menggunakan alur yang sesuai dengan urutan, robot
dapat dibuat untuk berjalan, berbelok ke kiri atau kanan sesuai alur
untaian DNA. Tubuh robot ini terdiri dari protein yang biasa disebut
streptavidin. Melekat padanya kaki tiga 'enzimatik DNA' untai tunggal
yang mengikat dan kaki keempatnya adalah untaian yang membawa
laba-laba ke titik awal.
"Setelah robot dilepaskan dari pemicu, maka ia akan mengikat
kemudian memotong untaian DNA," ujar Milan Stojanovic selaku ketua
tim proyek. Setelah untaian dipotong, kaki robot mulai meraih jalur dan
mencocokan DNA. dengan ini, robot dipandu ke jalur yang ditetapkan
oleh peneliti.
Untuk melihat robot ini bergerak, para peneliti menggunakan
mikroskop kekuatan atom. Robot ini bisa mencatat tanda-tanda
penyakit pada permukaan sel, menentukan sel itu adalah kanker,
menghancurkan sel kanker bahkan robot itu bisa memberikan senyawa
untuk membunuhnya. Rupanya 'DNA berjalan' ini sudah dikembangkan
sejak dulu, namun mereka tak pernah mencapai prestasi seperti saat ini.
"Robot itu bisa berjalan hingga 100 nanometer atau sekitar 50 langkah,"
ungkap Profesor Yan asal Arizona State University.
"Ini pertama kalinya sistem mesin nano digunakan untuk
melakukan operasi. Sebuah kemajuan penting dalam evolusi teknologi
DNA," kata Lloyd Smith dari University of Wisconsin, Madison. Hampir
6 miliar poundsterling diinvestasikan dalam penelitian dan
pengembangan produk nano di seluruh dunia.

Morton Particia Gonce, RN, PhD. 2005. Panduan pemeriksaan kesehatan. Jakarta: EGC
Sumiajatun, S.Kp. MARS. 2010. Konsep dasar menuju keperawatan profesion. Jakarta: CV trans info
media

Anda mungkin juga menyukai