Pada fase ini dicegah perluasan bencana alam arti tidak menambah korban. Untuk ini
harus ada orientasi keadaan daerah bencana, asal dan sifat bencana serta risiko yang ada.
2. Fase II : Pengorganisasian
Bersamaan dengan fase I, harus diatur penyampaian dan informasi kepada pihak-pihak
yang berwenang seperti instansi-instansi kesehatan, kepolisian dan pemerintah agar
pertolongan professional yang diperlukan didaerah bencana segera diorganisir.
Pemeriksaan terdiri dari penentuan keadaan vital (ABC). Dicatat juga kesadaran, patah
tulang, luka bakar, dan hipotermia. Hasil pemeriksaan ini menentukan tingkat triase.
Bersamaan dengan fase III, posisi korban disesuaikan dengan hasil pemeriksaan.
Meliputi pembebasan jalan nafas, resusitasi, penghentian perdarahan, perawatan luka era
immobilisasi patah tulang dan pembalutan.
6. Fase VI : Pengangkutan
Atur pengangkutan, apakah dilakukan secara perorangan, diusung dengan brakar atau
tandu, dengan ambulance atau dengan cara lain.
Dalam tanggap darurat bencana tersebut terdapat aspek-aspek lain yang harus
dipersiapkan dengan baik, termasuk posko bencana dan tim yang terlibat.
1) Posko Bencana
Posko bencana berperan dalam koordinasi manajemen dan pengaturan logistic
bencana. Secara spesifik berfungsi pada:
Tim Tanggap Darurat (TTD) atau Rapid Health Assesment (RHA) adalah petugas
yang pertama datang dan berada di lokasi bencana. Ruang lingkuptanggung jawab
dan kerja RHA ini adalah:
d. Analisis RHA : Diarahkan pada penduduk yang berisiko, situasi penyakit dan
budaya lokal.