Anda di halaman 1dari 4

PENGERTIAN

Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seseorang mengalami jatuh denganatau tanpa disaksikan
oleh orang lain, tidak disengaja/tidak direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau
tanpamencederai dirinya (Stanley, 2006). Penyebab jatuh dapat meliputi faktor fisiologis
(pingsan) atau lingkungan (lantai yang licin). Risiko jatuh adalah pasien yang berisiko untuk
jatuh yang umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor fisiologis yang dapat
berakibat cidera.

Risiko jatuh adalah peningkatan kerentanan terhadap jatuh yang dapat menyebabkan bahaya
fisik (Wilkinson, 2011).

FAKTOR-FAKTOR

Faktor-faktor risiko jatuh dibagi menjadi dua yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik atau faktor fisiologis terdiri dari riwayat jatuh, fungsi kognitif, usia atau jenis
kelamin, mobilitas atau pergerakan, eliminasi, dan obat-obatan. Faktor ekstrinsik atau faktor
lingkungan terdiri dari staffing, lantai yang licin, pencahayaan yang redup, penghalang
tempat tidur, dan pengaturan ruangan (National Database of Nursing Quality Indicators,
2011).
Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari diri individu itu sendri (host). Faktor

intrinsik yang dapat mengakibatkan risiko jatuh seperti usia diatas 65 tahun dan usia

dibawah 2 tahun, keadaan fisiologi (anemia, artritis, penurunan kekuatan ekstremitas

bawah, diare, masalah pada kaki, gangguan pada sikap tubuh, gangguan pendengaran,

gangguan keseimbangan, hambatan mobilitas fisik, neoplasma, neuropati, hipotensi

ortostatik, kondisi pascabedah, perubahan gula darah postprandial, penyakit akut, defisit

propriosepsi, gangguan tidur, urgensi atau inkontinensia, penyakit vaskular, dan gangguan

penglihatan), kognitif (perubahan status mental misalnya: konfusi, delirium, demensia dan

gangguan realitas), medikasi (agens antiansietas, antihipertensi, diuretik, hipnotik dan

antidepresan) (Wilkinson, 2011).

Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor lingkungan dan memiliki risiko terhadap kejadian jatuh

sebesar 31% (Shobha 2005, dalam Maryam, 2009). Lingkungan merupakan faktor yang

dapat mempengaruhi keseimbangan dan berkontraksi pada risiko jatuh, kejadian jatuh
didalam ruangan lebih sering terjadi dikamar tidur dan toilet. Lingkungan yang tidak aman

dapat dilihat pada lingkungan luar rumah, ruang tamu, kamar tidur, toilet, dan tangga atau

lorong (Oliver 2004, dalam Budiono 2013).

Lingkungan yang tidak aman pada area luar seperti kondisi lantai yang retak, jalan depan

rumah sempit, pencahayaan yang kurang, kondisi teras atau halaman, bahaya lingkungan

pada area ruang tamu adalah kurangnya pencahayaan, area yang sempit untuk berjalan,

kaki kursi yang miring dan tinggi kursi yang tidak sesuai dengan tinggi kaki dan sandaran

lengan pada kursi tidak kuat. Kamar tidur berbahaya dapat dilihat dari kondisi lantai,

tinggi tempat tidur, seprai yang tergerai dilantai, penempatan barang dan perabotan yang

mudah dijangkau, pencahayaan yang redup, dan luas area kamar untuk berjalan. Kamar

mandi dapat menyebabkan gangguan keseimbangan atau risiko jatuh diantaranya

pencahayaan kurang, kondisi lantai licin, posisi bak dan toilet tidak aman, dan peletakkan

alat mandi yang tidak mudah dijangkau oleh lansia. Lingkungan area tangga dan lorong

dapat dilihat dari kondisi lantai, pencahayaan, peganggan, lis tangga, dan lebar tangga

(Barnet, 2008).

PENCEGAHAN

Pencegahan Risiko Jatuh


Pelaksanaan pencegahan risiko jatuh adalah serangkaian tindakan yang merupakan acuan

dalam penerapan langkah-langkah untuk mempertahankan keselamatan pasien yang

berisiko jatuh (Wilkinson, 2011). Manajemen risiko jatuh pasien jatuh dapat dilaksanakan

sejak pasien mendaftar di rumah sakit hingga pasien pulang (Budiono,2013).

Menurut Sutoto dalam KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2013) contoh langkah

pencegahan pasien jatuh adalah: anjurkan pasien untuk meminta bantuan yang diperlukan,

anjurkan pasien untuk memakai alas kaki yang anti slip, pastikan bahwa jalur ke toilet
bebas dari hambatan dan terang, pastikan lorong bebas hambatan, tempatkan alat bantu

seperti tongkat/walker dalam jangkauan pasien, pasang penghalang tempat tidur, evaluasi

tinggi tempat tidur, amati lingkungan yang dianggap berpotensi tidak aman dan segera

laporkan, jangan biarkan pasien yang berisiko jatuh tanpa pengawasan, saat pasien dibawa

menggunakan brandcard/tempat tidur posisi bedside dalam keadaan terpasang,

informasikan dan didik pasien serta keluarga mengenai perawatan untuk mencegah

terjadinya risiko jatuh.


Daftar pustaka

Stanley, M., (2006).Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi 2. Jakarta:EGC


Wilkinson, J. M., (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta: EGC
Maryam, D., Nurrachmah, dan Hastoto, S. P., (2009).Hubungan Penerapan
Tindakan Keselamatan Pasien oleh Perawat Pelaksana dengan Kepuasan
pasien di RSU Soetomo Surabaya.
Budiono, S., Alamsyah, A., wahyu, T. (2014). Pelaksanaan Program Manajemen
Pasien dengan Risiko Jatuh di Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya,
vol. 28, suplemen No. 1.

Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2013). Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi.


Diakses dari related: elearning.mmr.umy.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai