C. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai
C. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai
Kesatuan sila-sila Pancasila tidak hanya kesatuan yang bersifat logis saja, namun
sila-sila Pancasila memiliki suatu kesatuan meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar
epistemologis, dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila. Secara filosofis Pancasila
sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis, dan
dasar aksiologis sendiri yang berbeda dengan sistem filsafat lainnya misalnya
materialisme, liberalisme, pragmatisme, komunisme, idealisme, dll.
D. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara Republik
Indonesia
1. Dasar Filosofis
Pancasila merupakan suatu system filsafat maka kelima sila bukan terpisah-pisah,
dan memiliki makna sendiri-sendiri melainkan memiliki esensi makna yang utuh.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara Republik Indonesia mengandung makna
bahwa setiap aspek kebangsaan, kemasyarakatan , serta kenegaraan harus berdasarkan
nilai-nilai keTuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.Pemikiran
filsafat kenegaraan bertolak dari suatu pandangan bahwa Negara adalah suatu
persekutuan hidup manusia.Negara yang didirikan oleh manusia itu berdasarkan kodrat
bahwa manusia sebagai warga dari Negara sebagai persekutuan hidup berkedudukan
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. ( Hakekat sila 1) persekutuan hidup tersebut
bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya
atau makhluk yang beradab . (Hakekat sila 2 ) untuk terwujudnya suatu Negara sebagai
organisasi hidup manusia membentuk persatuan ( Hakekat sila 3 ). Terwujudnya
persatuan dalam suatu Negara akan melahirkan rakyat. Rakyat sebagai asal mula
kekuasaan Negara maka Negara harus bersifat demokratis ( Hakekat sila 4 ) Untuk
mewujudkan tujuan Negara sebagai tujuan bersama dari seluruh warga Negara harus
dijamin berdasarkan suatu prinsip keadilan yang timbul dalam kehidupan bersama (
Hakekat sila ke 5 ) Nilai-nilai inilah yang merupakan nilai dasar bagi kehidupan
kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan. Dari pengamatan tersebut maka nilai
pancasila tergolong nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan nilai-nilai vital.
Selain itu nilai pancasila bersifat subyektif dan obyektif yang dijelaskan sebagai berikut :
a. Nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif:
1. Rumusan sila-sila Pancasila yang menunjukan adanya sifat-sifat umum universal dan
abstrak, karena merupakan suatu nilai.
2. Inti nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa, baik dalam adat kebiasaan,
kebudayaan, kenegaraan maupun dalam hidup keagamaan.
3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 menurut ilmu hukum
memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, sehingga
merupakan suatu sumber hukum positif di Indonesia. Dengan demikian secara
obyektif tidak dapat diubah secara hukum, sehingga terlekat pada kelangsungan hidup
negara. Konsekuensinya jika nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945 itu dirubah, sama halnya dengan pembubaran negara Proklamasi 17
Agustus 1945. Prinsip ini terkandung dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966,
yang kemudian diperkuat dengan TAP MPR No. V/MPR/1973. Jo. TAP MPR No.
IX/MPR/1978.
b. Nilai-nilai Pancasila yang bersifat subjektif:
1. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia, sehingga bangsa Indonesia sebagai
kausa materialis. Nilai-nilai tersebut merupakan hasil pemikiran, penilaian kritis serta
hasil refleksi filosofis bangsa Indonesia.
2. Nilai-nilai Pancasila adalah filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia, sehingga
merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran,
kebaikan, keadilan, kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara
3. Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung tujuh nilai kerokhanian, yakni nilai
kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis, dan nilai religious, yang
manifestasinya sesuai dengan budi nurani bangsa Indonesia dan bersumber pada
kepribadian bangsa (Darmodihardjo, 1996).
Dikarenakan esensi nilai-nilai Pancasila adalah bersifat universal maka sangat
dimungkinkan untuk diterapkan pada negara lain, walaupun mungkin namanyan “bukan”
Pancasila. Bagi bangsa Indonesia sendiri, nilai-nilai tersebut menjadi landasan, dasar
serta motivasi atas segala perubatan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
hidup kenegaraan. Dengan kata lain nilai-nilai Pancasila merupakan das Sollen atau cita-
cita tentang kebaikan yang harus diwujudkan menjadi suatu kenyataan atau das Sein.
2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Nilai Fundamental Negara
Secara yuridis nilai-nilai Pancasila berkedudukan sebagai Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental. Pembukaan UUD 1945 yang di dalammnya mengandung Empat Pokok
Pikiran, apabila dianalisis maknanya tidak lain adalah derivasi atau penjabaran dari nilai-
nilai Pancasila.
A. Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara persatuan,
yaitu negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
dan mengatasi segala paham golongan maupun perseorangan (penjabaran sila III).
B. Pokok pikiran kedua menyatakan bahwa negara hendak mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini berarti bahwa negara berkewajiban
mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh warganegara, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
perdamaian abadi dan keadilan sosial (penjabaran sila V).
C. Pokok pikiran ketiga menyatakan bahwa negara berkedaulanat rakyat, berdasarkan
atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Hal ini menunjukan bahwa negara
Indonesia adalah negara demokrasi, yaitu kedaulatan di tangan rakyat (penjabaran sila
IV).
D. Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Ini mengandung arti
bahwa negara Indonesia menjunjung tinggi keberadaan semua agama dalam hidup
negara (penjabaran sila I dan II).
Pokok-pokok pikiran tersebut merupakan dasar fundamental dalam pendirian negara,
yang realisasinya diwujudkan atau dijelamkan dalam pasal-pasal UUD 1945 dan
dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai macam perundang-undangan serta hukum positif
di bawahnya. Selain sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, Pancasila juga
merupakan suatu landasan moral etik dalam kehidupan negara, sebagaimana ditegaskan
dalam pokok pikiran keempat.
E. Inti Sari Sila-sila Pancasila
Sebagai suatu dasar filsafat negara, sila-sila Pancasila selain merupakan suatu sistem
nilai, juga merupakan suatu kesatuan. Artinya, walaupun dalam setiap sila terkandung
nilai yang berbeda satu sama lain, namum kesemuanya merupakan satu kesatuan yang
sistematis. Adapaun nilai-nilai yang terkandung dalam masing-masing sila Pancasila
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Nilai sila Ketuhanan Yang Maha Esa meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya.
Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah sebagai
pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena
itu segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara, bahka moral negara,
politik negara, pemerintahan negara, hukum dan perundang-undangan, kebebasan dan
hak asasi warga negara harus dijiwai oleh nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab secara sistematis didasari dan dijiwai oleh
sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya. Nilai
kemanusiaan ini bersumber pada dasar filosofis antropologis hakikat manusia.
Adapun nilai yang terkandung dalam sial ini ialah bahwa negara harus menjunjung
tinggi sekaligus mewujudkan tercapainya ketinggian harkat dan martabat manusia, dan
menjamin hak-hak kodrat manusia (hak asasi) melalui perundang-undangan negara.
Selain itu juga mengandung nilai kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang
mengharuskan kehidupan kenegaraan harus senantiasa dilandasi oleh moral kemanusiaan.
Nilai kemanusiaan yang adil mengandung makna bahwa hakikat manusia harus
berkodrat adil, baik terhadap diri sendiri, dalam hubungan dengan manusia lain, terhadap
masyarakat, bangsa dan negara, juga terhadap lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa.
3. Persatuan Indonesia
Sila Persatuan Indonesia mengandung nilai bahwa negara adalah penjelmaan sifat
kodrat manusia monodualis, yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Negara
walaupun beraneka raham tetapi tetap satu, dan mengikatkan diri dalam suatu persatuan
yang dilukis dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika. Adanya perbedaan bukan untuk
dipertentangkan, namun justru diarahkan pada suatu sintesa yang saling menguntungkan,
yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama.
Dikarenakan nilai Persatuan Indonesia didasari oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa
dan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, maka nasionalisme Indonesia adalah
nasionalisme religious. Yaitu, nasionalisme yang bermoral Ketuhanan Yang Maha Esa,
nasionalisme yang humanistic, yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk Tuhan.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Perumsyawaratan/Perwakilan
Negara adalah dari, oleh, dan untuk rakyat. Oleh karena rakyat merupakan asal mula
kekuasaan negara, maka nilai demokrasi secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup
negara. Adapun nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam sila Kerakyatan ialah:
a. Adanya kebebasan yang disertai dengan tanggung jawab, baik terhadap masyarakat,
bangsa maupun secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan
c. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama
d. Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama karena perbedaan
merupakan kodrat manusia
e. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras,
suku maupun agama
f. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerjasama kemanusiaan yang beradab
g. Menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang beradab
h. Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan secara nyata dalam kehidupan sosial
demi tercapainya tujuan bersama.
Selanjutnya nilai-nilai tersebut diwujudkan secara nyata dalam kehidupan berbangsa,
bermasyarakat dan bernegara.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dalam sila kelima tersebut terkandung nilai-nilai yang merupkaan tujuan negara
sebagai tujuan dalam hidup bersama. Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat
keadilan kemanusiaan, yaitu keadilan dalam hubungan antar individu, individu dengan
masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya.
Adapun nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam hidup bersama adalah
meliputi:
a. Keadilan distributive, yaitu hubungan antara negara terhadap warganya, dalam arti
negara yang wajib memenuhi keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan,
bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan hak dan
kewajiban
b. Keadilan legal, yaitu hubungan antara warganegara terhadap negara. Dalam hal ini
warganegara yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam negara.
c. Keadilan komulatif, yaitu hubungan keadilan antara warga yang satu dengan lainnya
secara timbale balik.
Pemahaman terhadap seluruh kandungan nilai-nilai luhur sila-sila Pancasila tersebut
hendaknya menjadi pedoman dan landasan moralitas hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di Indonesia.