Peta Strategi PDF
Peta Strategi PDF
10. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan unit tugas eselon I
Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2007;
11. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 Tentang pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara Republik Indonesia;
12. Keputusan Presiden No 84/P tahun 2009 tentang pembentukan kabinet Indonesia
bersatu II Periode Tahun 2009 - 2014
KESATU : Peta Strategi dan Indikator Kinerja Utama Kementerian Perindustrian dan Unit Eselon I
Kementerian Perindustrian sebagaimana pada Lampiran Peraturan ini sebagai acuan dalam
pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Kementerian Perindustrian dan Unit Eselon I
Kementerian Perindustrian.
KEDUA : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal : 29 Maret 2010
MENTERI PERINDUSTRIAN
RI
MOHAMAD S. HIDAYAT
Tembusan :
1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
2. Menteri Keuangan RI;
3. Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan;
4. Wakil Menteri Perindustrian;
5. Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian
Keuangan;
6. Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian;
7. Inspektur Jenderal Depperin Perindustrian;
8. Kepala KPPN Jakarta I;
9. Kepala Biro Keuangan;
10. Pejabat Pengujian dan Penandatanganan SPM;
11. Bendahara Pengeluaran;
12. Yang bersangkutan;
13. Pertinggal.
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 41/M-IND/PER/3/2010
TANGGAL : 29 Maret 2010
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
BAB III : PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA UNIT ESELON I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Dikeluarkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI PERINDUSTRIAN RI
MOHAMAD S. HIDAYAT
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
BAB I
PENDAHULUAN
2 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
PENDAHULUAN
Sesuai dengan hasil analisis lingkungan strategis yang telah diidentifikasi dan dengan memperhatikan visi dan misi Industri Nasional
Indonesia, maka dapat dirumuskan kondisi mendatang yang diharapkan dapat diwujudkan oleh Industri Nasional. Kondisi
mendatang ini dibagi ke dalam tiga tahapan waktu, yaitu 2020-2025 sebagai kurun waktu untuk mewujudkan visi pembangunan
industri nasional jangka panjang menjadikan Indonesia Negara Industri Tangguh Dunia, 2015-2019 sebagai kurun waktu
mewujudkan visi pembangunan industri nasional menjadikan Indonesia Negara Industri Maju Baru, dan 2010-2014 sebagai titik-
tolak untuk mewujudkan kedua visi tersebut, arah Pembangunan Jangka Panjang adalah pembangunan daya saing bangsa dengan
menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, terwujudnya perekonomian domestik berorientasi dan berdaya saing global,
penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan IPTEK, tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan maju serta reformasi
hukum dan birokrasi.
Penjabaran RENSTRA merupakan kerangka berpikir menyeluruh yang mengkaitkan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN), penetapan Kebijakan Pembangunan Industri dan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN). Integrasi RENSTRA diperlukan dengan terjabarnya Rencana Strategis Dinas Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Keberhasilan membaca fenomena masalah dan pemetaan keunggulan strategis Provinsi dan Kabupaten/Kota
dipadu dengan pemetaan tantangan tingkat nasional dan makro akan menjadikan RENSTRA berpeluang terwujud dalam
implementasi program-program yang dapat dipertanggungjawabkan.
Lima garis besar pengembangan yang dijabarkan pada RPJPN adalah pengembangan industri yang mengolah Sumber Daya Alam,
pengembangan industri yang memperkuat kemampuan dan pembangunan jaringan interaksi, komunikasi dan informasi,
pengembangan industri yang mampu merespon dinamika pasar dalam negeri maupun pasar global dan pengembangan industri
yang memperkuat integrasi ekonomi nasional, kemandirian bangsa, dan keterkaitan antar industri ke depan.
3 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
A. VISI
Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang (2025) adalah Membawa Indonesia pada tahun 2025 untuk menjadi
Negara Industri Tangguh Dunia yang bercirikan :
1. Industri kelas dunia;
2. PDB sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa;
3. Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan pasar.
Untuk menuju Visi tersebut, dirumuskan Visi tahun 2020 yakni Tercapainya Negara Industri Maju Baru sesuai dengan Deklarasi
Bogor tahun 1995 antar para kepala Negara APEC. Sebagai Negara Industri Maju Baru, Indonesia harus mampu memenuhi
beberapa kriteria dasar antara lain:
1. Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan Negara industri lainnya;
2. Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi perekonomian nasional;
3. Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan Industri Besar;
4. Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir kuat, keterkaitan antar skala usaha industri kuat);
5. Jasa industri yang tangguh.
Berdasarkan Visi tahun 2020, kemampuan Industri Nasional diharapkan mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu
menjadi basis kekuatan ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuh-suburnya ekonomi yang berciri kerakyatan.
Dalam mewujudkan Visi Kementerian Perindustrian tahun 2020, diperlukan upaya-upaya sistemik yang dijabarkan ke dalam peta
strategi yang mengakomodasi perspektif pemangku kepentingan berupa pencapaian strategis (Strategic Outcomes) yaitu :
1. Meningkatnya nilai tambah industri;
2. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri;
3. Meningkatnya kemampuan SDM Industri, R&D dan kewirausahaan;
4. Meningkatnya penguasaan teknologi industri yang hemat energi dan ramah lingkungan;
5. Lengkap dan menguatnya struktur industri;
6. Tersebarnya pembangunan industri;
7. Meningkatnya peran IKM terhadap PDB.
Visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun sampai dengan 2014 yakni Pemantapan daya saing basis
industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan.
4 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
B. MISI
Dalam rangka mewujudkan visi 2025 di atas, Kementerian Perindustrian sebagai institusi pembina Industri Nasional
mengemban misi sebagai berikut:
1. Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat;
2. Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional;
3. Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat;
4. Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional;
5. Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat;
6. Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat;
7. Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku
terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.
Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, misi tersebut dijabarkan dalam misi lima tahun sampai dengan 2014 sebagai berikut:
1. Mendorong peningkatan nilai tambah industri;
2. Mendorong peningkatan perluasan pasar domestik dan internasional;
3. Mendorong peningkatan industri jasa pendukung;
4. Memfasilitasi penguasaan teknologi industri;
5. Memfasilitasi penguatan struktur industri;
6. Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa;
7. Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB.
5 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
Penentuan arah Kebijakan Industri Nasional Jangka Panjang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) tahun 2005 - 2025 sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007. Dalam jangka panjang,
pembangunan industri diarahkan untuk:
1. Mampu memberikan sumbangan nyata dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat;
2. Membangun karakter budaya bangsa yang kondusif terhadap proses industrialisasi menuju terwujudnya masyarakat modern,
dengan tetap berpegang kepada nilai-nilai luhur bangsa;
3. Menjadi wahana peningkatan kemampuan inovasi dan wirausaha bangsa di bidang teknologi industri dan manajemen, sebagai
ujung tombak pembentukan daya saing industri nasional menghadapi era globalisasi/liberalisasi ekonomi dunia;
4. Mampu ikut menunjang pembentukan kemampuan bangsa dalam pertahanan diri dalam menjaga eksistensi dan keselamatan
bangsa, serta ikut menunjang penciptaan rasa aman dan tenteram bagi masyarakat.
Arah kebijakan industri 2005-2025 seperti dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN adalah
sebagai berikut :
1. Struktur perekonomian diperkuat dengan mendudukkan sektor industri sebagai motor penggerak yang didukung oleh kegiatan
pertanian dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan yang menghasilkan produk-produk secara efisien, modern, dan
berkelanjutan, serta jasa-jasa pelayanan yang efektif, yang menerapkan praktek terbaik dan ketatakelolaan yang baik agar
terwujud ketahanan ekonomi yang tangguh;
2. Efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah sektor primer terutama sektor pertanian dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan
ditingkatkan agar mampu bersaing di pasar lokal dan internasional serta untuk memperkuat basis produksi secara nasional;
3. Pembangunan industri diarahkan untuk mewujudkan industri yang berdaya saing, baik di pasar lokal maupun internasional, dan
terkait dengan pengembangan Industri Kecil dan Menengah, dengan struktur industri yang sehat dan berkeadilan serta
mendorong perkembangan ekonomi di luar Pulau Jawa;
4. Struktur dalam hal penguasaan usaha akan disehatkan dengan meniadakan praktik-praktik monopoli dan berbagai distorsi pasar
melalui penegakan persaingan usaha yang sehat dan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik dan benar;
5. Struktur industri dalam hal skala usaha akan diperkuat dengan menjadikan Industri Kecil dan Menengah sebagai basis industri
nasional yang sehat, sehingga mampu tumbuh dan terintegrasi dalam mata rantai pertambahan nilai dengan industri hilir dan
industri berskala besar;
7 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
6. Dalam rangka memperkuat daya saing perekonomian secara global, sektor industri perlu dibangun guna menciptakan
lingkungan usaha mikro (lokal) yang dapat merangsang tumbuhnya rumpun industri yang sehat dan kuat melalui :
a. Pengembangan rantai pertambahan nilai melalui diversifikasi produk (pengembangan ke hilir), pendalaman struktur ke hulu,
atau pengembangan secara menyeluruh (hulu-hilir);
b. Penguatan hubungan antarindustri yang terkait secara horisontal termasuk industri pendukung dan industri komplemen,
termasuk dengan jaringan perusahaan multinasional terkait, serta penguatan hubungan dengan kegiatan sektor primer dan
jasa yang mendukungnya dan;
c. Penyediaan berbagai infrastruktur bagi peningkatan kapasitas kolektif, yang, antara lain, sarana dan prasarana fisik
(transportasi, komunikasi, energi), sarana dan prasarana teknologi, prasarana pengukuran, standardisasi, pengujian, dan
pengendalian kualitas, serta sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan tenaga kerja industri.
Sesuai dengan visi 2025, menjadikan Indonesia Negara Industri Tangguh di dunia, dan arah kebijakan 2005-2025 di atas, serta
dengan asumsi bahwa pencapaian industri di tahun-tahun sebelumnya sesuai dengan yang diharapkan, maka dapat dirumuskan
kondisi yang diharapkan untuk kurun waktu tahun 2020-2025 sebagai berikut:
1. Peran Industri Kecil dan Menengah telah mencapai keseimbangan dengan Industri Besar dalam hal kontribusi terhadap PDB
Industri;
2. Industri berbasis Agro, Industri Telematika, dan Industri alat-angkut telah menjadi tulang-punggung Industri Nasional
khususnya dalam kontribusi industri-industri tersebut dalam PDB Industri, sehingga bersama-sama dengan industri lainnya
yang telah tumbuh telah merupakan basis industri dengan daya saing kelas dunia;
3. Persebaran industri ke luar Pulau Jawa telah terwujud dengan baik, sehingga peran Pulau Jawa sebagai lokasi industri telah
berkurang sampai di bawah 50 persen, sedangkan sisanya tersebar di luar Pulau Jawa;
4. Terjadi pergeseran pertumbuhan industri dari industri berbasis tenaga kerja dan industri berbasis sumber daya alam ke industri
padat modal dan industri berbasis teknologi yang didukung oleh kemampuan teknologi dan R&D sebagai ujung tombak daya
saing industri;
5. Sumbangan industri pengolahan non-migas terhadap PDB nasional telah mencapai sekitar 30 persen pada tahun 2025 yang
dihitung dari harga konstan berdasarkan total sumbangan industri terhadap PDB nasional. Angka PDB nasional pada tahun
2025 dihitung menurut harga berlaku adalah sebesar Rp.16.068 triliun, atau menurut harga konstan tahun 2000 adalah sebesar
Rp.6.270 triliun, sehingga sumbangan industri non-migas bagi PDB nasional pada tahun 2025 menurut harga konstan tahun
2000 adalah sebesar Rp. 1.856.161 triliun;
6. Berbagai infrastruktur untuk peningkatan kapasitas kolektif, antara lain, sarana dan prasarana fisik (transportasi, komunikasi,
energi), sarana dan prasarana teknologi, prasarana pengukuran, standardisasi, pengujian, dan pengendalian kualitas; serta
sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan tenaga kerja industri telah tersedia secara memadai;
7. Regulasi yang meniadakan praktek-praktek monopoli dan berbagai distorsi pasar serta mendorong persaingan usaha yang
sehat dan ditegakkannya prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik dan benar telah tersedia dan ditegakkan secara memadai.
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
BAB II
industri
Tersebarnya
Tingginya 6 pembangunan
2 penguasaan industri
pasar dalam dan Tingginya
luar negeri Kokohnya faktor- kemampuan Kuat, lengkap dan
4 5 dalamnya Struktur
3 faktor penunjang inovasi dan
pengembangan penguasaan industri
industri teknologi industri
Perspektif Proses Pelaksanaan
Kapasitas
III. Kokohnya faktor-faktor Membuat faktor penunjang industri 1 Tingkat produktifitas SDM industri adalah : Persentase pembagian antara Nilai tambah dan Nilai Tambah 250.000
penunjang pengembangan nasional dapat mendukung tercapainya jumlah Tenaga Kerja di sektor Industri ybs, secara (rupiah) per
industri tujuan industri (faktor dimaksud adalah ekstrapolasi dari data 2 tahun lalu yang didekati dengan Tenaga Kerja
dalam hal SDM dalam industri dan iklim peningkatan persentase pertambahan nilai tambah / jenis
industri yang dinilai dari berbagai hal industri (data dari BPS)
seperti : kebijakan / peraturan yang 2 Index iklim industri nasional adalah : Nilai hasil pengukuran dengan menggunakan Index 4 Menggunakan nilai 1 s ampai
mengatur industri, pelayanan deperin, kuesioner . Dijalankan dengan sampling pada masing-masing 5.
fasilitas dalam industri dan lain sebagainya industri (kuesioner disiapkan biro perencanaan, tetapi survey
dilakukan masing-masing Dirjen pada perusahaan secara
sampling)
IV. Tingginya Kemampuan Inovasi dimaksud adalah kreativitas untuk 1 Jumlah hasil Penelitian dan adalah : Jumlah hasil penelitian ( khusus yang dikerjakan oleh BPPI Jumlah 250
Inovasi dan Penguasaan menciptakan produk baru sebagai hasil Pengembangan Teknologi Industri ). Untuk tingkat Dirjen yang menjadi hasil adalah jumlah project
penelitian dan pengembangan teknologi Terapan Inovatif pengembangan industri yang dikerjakan sampai level sudah keluar
Teknologi Industri
hasil secara komersial.
terapan, dan penelitian dari berbagai
sektor lainnya 2 Pemanfaatan hasil penelitian dan adalah : Jumlah teknologi sebagai hasil penelitian yang sudah Jumlah 50
pengembangan oleh sektor industri diterapkan dan dimanfaatkan industri dan telah masuk dalam
skala pabrik
V. Lengkap dan menguatnya Struktur industri dimaksud adalah 1 Pertumbuhan investasi di Industri adalah : Jumlah project yang dikerjakan di masing-masing Jumlah 800
struktur industri perimbangan antara industri hulu dan Hulu dan Antara sektor untuk mengisi (invest) pada industri -industri sebelum
industri antara serta bagaimana industri hilir
kemampuan kandungan lokal digunakan 2 Tingkat kandungan lokal adalah : Persentase tingkat kandungan lokal dari masing- Persentase 60
dalam produksi masing industri ( nilai TKDN dari data Deperin )
11 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
V. Mengembangkan R & D di Bentuk riset dan pengembangan industri 1 Kerjasama R&D instansi dengan adalah : Jumlah MOU untuk kerjasama yang difasilitasi oleh Kerjasama 18
instansi dan industri sesuai dengan bidangnya industri sektor industri atau yang dilakukan oleh BPPI
VI. Memfasilitasi penerapan, Penyediaan dukungan untuk menghargai 1 Perusahaan yang mendapatkan HKI adalah : jumlah perusahaan yang sudah mendapat sertifikasi Perusahaan 1100
pengembangan dan kekayaan intelektual dalam lingkup HKI
penggunaan Kekayaan industri 2 Produk HKI yang dikomersialkan adalah jumlah produk industri yang sudah dipatenkan sebagai Produk 50
intelektual (Paten) produk nasional
VII. Memfasilitasi pengembangan Hasil kerja fasilitasi untuk tujuan 1 Tingkat utilisasi kapasitas produksi adalah : besar persentase penggunaan kapasitas terpasang Presentase 80
industri pengembangan industri dalam berbagai dalam industri masing-masing ( sesuai dengan jenis
hal yang mendukung seperti akses industrinya)
kepada sumber bahan baku, sumber 2 Perusahaan yang mendapat akses ke adalah : Jumlah fasilitasi yang dilakukan setiap sektor untuk Perusahaan 3000
modal dan lainnya sumber pembiayaan membantu industri mendapat akses dan bantuan lainnya ke
sumber pembiayaan
3 Perusahaan yang mendapat akses ke adalah : Jumlah perusahaan yang berhasil mendapat fasilitasi Perusahaan 200
sumber bahan baku jaminan pasokan bahan baku atas fasilitasi yang dilakukan
oleh masing-masing level organisasi
4 Perjanjian kerjasama Internasional Jumlah kerjasama yang sudah dilaksanakan dalam bentuk MoU 25
project kerjasama internasional yang terkait dengan fasilitasi di
bidang capacity building (misalnya : Deperin dengan donor
(bentuk G to G) atau Deperin sebagai witness untuk
kerjasama B to B
13 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SASARAN STRATEGIS (SS) PENJELASAN SS PENJELASAN IKU SATUAN TARGET KETERANGAN
(IKU)
IX. Memfasilitasi penerapan Mendukung industri dalam penerapan 1 Rancangan SNI yang diusulkan adalah : jumlah rancangan standarisasi yang dirumuskan untuk RSNI 600
standardisasi standar bidang industri.
2. Penambahan SNI wajib yang adalah : Penambahan standard industri (SNI wajib) yang SNI 50
diterapkan diterapkan
3 Perusahaan yang menerapkan adalah : Jumlah perusahaan yang menerapkan Sistem Perusahaan 1000
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001- Manajemen Mutu ( catatan : GKM lebih banyak diterapkan
2008 (Pedoman BSN10 dan GKM) dalam IKM)
X. Meningkatkan kualitas Melihat sejauh mana kualitas layanan 1 Tingkat kepuasan pelanggan adalah : hasil penilaian kepuasan pelanggan yang akan Index 4 Penilaian menggunakan
pelayanan publik kementerian terhadap publik pengguna dikoordinir oleh Biro Umum (HUMAS) dengan membuat survey angka 1 hingga 5 (dari sangat
jasa Deperin pelanggan dan survey akan dilakukan oleh setiap bagian tidak puas hingga sangat
organisasi secara sampling . (Untuk kementerian akan puas)
dikerjakan oleh Biro HUMAS)
XI. Mengkoordinasikan Meningkatkan hasil koordinasi dari 1 Instruktur yang bersertifikat adalah : jumlah instruktur yang sudah memiliki sertifikat dalam Jumlah 100
peningkatan kualitas lembaga berbagai lembaga pendidikan dan setiap bidang industri kementerian (Tugas utama Pusdiklat)
pendidikan dan pelatihan serta pelatihan yang disediakan Deperin untuk
kewirausahaan pengembangan berbagai kebutuhan 2 Jurusan pada lembaga pendidikan adalah : jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan yang Jumlah 24
industri misalnya sertifikasi dan akreditasi dan lembaga diklat yang terakreditasi diberikan sertifikasi guna melatih dan mengembangkan
kemampuan SDM industri (tugas Pusdiklat)
XII. Mengoptimalkan budaya Hasil penilaian untuk tujuan meningkatkan 1 Tingkat Penurunan penyimpangan adalah : persentase penurunan sebagai standar minimal Presentase 60
pengawasan pada unsur budaya pengawasan yang dilaksanakan minimal penyimpangan dalam lingkup tugas kementerian sebagai hasil
pimpinan dan staf bagian pengawasan (inspektorat jenderal) tugas bidang pemeriksaan (dilaksanakan oleh bidang SPI )
di lingkup kementerian
2 Terbangunnya Sistem Pengendalian adalah : Jumlah satuan kerja yang sudah menerapkan sistem Satuan kerja 57
Intern di unit kerja pengendalian intern (sebagai bagian kerja SPI)
XIII. Mengoptimalkan evaluasi Hasil evaluasi pembuatan kebijakan dan 1 Laporan evaluasi pelaksanaan adalah : Jumlah hasil laporan evaluasi pelaksanaan tugas yang Laporan 10
pelaksanaan kebijakan dan pencapaian target kinerja untuk menjamin kebijakan dilakukan oleh Biro Hukum & Itjen
efektifitas pencapaian kinerja tercapainya tujuan kementerian 2 Tingkat penurunan penyimpangan adalah : persentase penurunan penyimpangan pelaksanaan Presentase 40
industri pelaksanaan kebijakan industri tugas di masing-masing level organisasi sesuai dengan hasil
laporan Itjen
14 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SASARAN STRATEGIS (SS) PENJELASAN SS PENJELASAN IKU SATUAN TARGET K E TE RANGAN
(IKU)
I. Mengembangkan kemampuan Melihat sejauh mana kualitas kemampuan 1 Standar kompetensi SDM aparatur adalah : index penilaian kompetensi rata-rata sebagai hasil Index 3 Menggunakan nilai 1 sampai
SDM aparatur yang kompeten SDM sebagai pelaksana dalam penilaian kinerja setiap SDM dalam bidang tugas kementerian ( 5 dengan mengikuti standar
memberikan layanan terhadap industri dikerjakan bersama dengan Biro Kepegawaian dan menjadi kompetensi yang akan
nasional tugas utama Biro Kepegawaian) dibangun oleh masing-
masing Dirjen bersama
dengan Biro Kepegawaian
2 SDM aparatur yang kompeten adalah : persentase jumlah pegawai yang dinilai kompeten Persentase 90 Kemungkinan hanya menjadi
sesuai dengan penilaian yang dilakukan oleh Biro Kepegawaian tugas untuk Biro
dari seluruh pegawai di masing-masing level organisasi Kepegawaian saja, kecuali di
masing-masing unit
organisasi sudah melakukan
penilaian kompetensi
II. Membangun organisasi yang Cara yang digunakan untuk meningkatkan 1 Penerapan sistem manajemen mutu adalah jumlah satuan kerja dalam lingkup Deperin yang sudah Satuan Kerja 57
profesional dan probisnis kemampuan organisasi sehingga menerapkan standar mutu penilaian manajemen
menghasilkan kerja yang optimal
III. Membangun sistem informasi Cara untuk meningkatkan kemampuan 1 Tersedianya sistem informasi online adalah : tersedianya sistem / software aplikasi untuk Paket 20
yang terintegrasi & handal penyediaan data dan informasi yang mendukung pelaksanaan tugas di masing-masing sektor
mendukung tugas kementerian dalam
2 Pengguna yang mengakses adalah : jumlah pengguna informasi dan teknologi yang Jumlah 6.000.000
memberikan layanan kepada industri
tersedia dalam seluruh bidang tugas kementerian
nasional
IV. Meningkatkan kualitas Menganalisa bagaimana pelaksanaan 1 Kesesuaian Program dengan KIN adalah : persentase program yang terlaksana sesuai dengan Presentase 100
perencanaan dan Pelaporan tugas perencanaan untuk melayani penilaian KIN di masing-masing satuan tugas
pengembangan industri nasional sehingga 2 Tingkat persetujuan rencana kegiatan adalah : persentase tingkat persetujuan rata-rata untuk Presentase 95
program-program dapat berjalan sebaik (zero stars ) program yang akan dilaksanakan di masing-masing bidang
mungkin tugas
3 Tingkat ketepatan waktu pelaksanaan adalah : persentase ketepatan waktu penyelesaian tugas Presentase 85
kegiatan termasuk pemasukan laporan dan hasil keluaran setiap bidang
lainnya
V. Meningkatkan sistem tata Menganalisa bagaimana pelaksanaan 1 Tingkat penyerapan anggaran adalah : persentase penyerapan anggaran di masing-masing Persentase 95
kelola keuangan dan BMN tugas pelaporan keuangan dan sejauh bidang tugas
yang profesional mana penggunaan dana atau anggaran 2 Tingkat kualitas laporan keuangan adalah : Persentase penilaian laporan keuangan kementerian Persentase 100
dalam lingkup tugas kementerian dapat (WTP) untuk memenuhi kriteria WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)
dipergunakan sesuai dengan tujuannya
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
BAB III
DAFTAR ISI
7
PERPEKTIF
Keuangan, Sarana
Terwujudnya dan Prasarana yang
Terwujudnya Sistem
Terwujudnya SDM kebijakan industri baik
Perencanaan & Terwujudnya
2 yang probisnis Terwujudnya Sistem
Pengendalian 3 industri dan 4 sistem informasi
Industri yang handal aparatur yang dan penyelesaian 5 industri yang 6 kerjasama yang
perkara hukum melindungi
profesional yang profesional terintegrasi dan
handal kepentingan industri
Mengevaluasi Visi, Misi dan Strategi Membangun Sistem Perencanaan Industri yang • Membangun Sistem
SEKRETARIAT JENDERAL
Departemen
PERSPEKTIF PROSES
KAPASITAS
9
yang berkualitas di bidang Hukum b. Layanan Konsultasi dan Advokasi Hukum
& Kebijakan Industri Persentase 100
Mengembangkan Sistem Diterapkannya pola pengembangan Diklat
10 Pendidikan & Pelatihan Aparatur Tahun 5
yang profesional
Membangun Sistem Tata Kelola Meningkatnya efisiensi, efektifitas dan
11 Keuangan yang baik dan benar akuntabilitas pengelolaan keuangan dan Satker 60
BMN
Mengembangkan sistem
12 pendidikan & pelatihan berbasis Pedoman diklat Pedoman 30
kompetensi
Membangun Sistem Tersedianya informasi keuangan di seluruh
13 Satker 60
Pengendalian Internal Satker
Meningkatkan Profesionalisme
Tersusunnya standar waktu penyelesaian
1 dan Produktivitas Pegawai Jenis 3
CAPACITY BUILDING
pekerjaan
Menyempurnakan dan Tercapainya kesesuaian jumlah pegawai
2 Persentase 100
mengoptimalkan Organisasi dengan pekerjaan
Memperbaiki Sistem
3 Tersusunnya SOP unggulan SOP 100
Ketatalaksanaan
Membangun Sistem informasi
4 Tersedianya sistem kearsipan Tahun 1 (mulai 2010)
Berbasis IT
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
Terwujudnya Pengawasan
STRATEGIC OUTCOMES
Memenuhi Harapan
Berbasis Pembinaan
Stakeholders
Terciptanya Sistem
Pengawasan Berbasis 1 Meningkatnya Profesionalisme
Pembinaan 2
Tenaga Pengawas / Auditor
Merumuskan :
1. Kebijakan Pengawasan; Mengoptimalkan Pemanfaatan
2. Kebijakan peningkatan kualitas Melakukan evaluasi hasil reviu
Pelaporan Hasil Pengawasan
SDM pengawasan; dan SPIP
3. Pedoman pengawasan; Meningkatkan Kepatuhan Terhadap
4. Pedoman evaluasi dan Kebijakan dan Peraturan Perundang-
Melakukan kajian hasil Melaksanakan Koordinasi dan
pemantauan; undangan.
pemantauan pelaksanaan sinkronisasi program
5. Pedoman pemeriksaan tujuan
kebijakan industri pengawasan dengan
tertentu.
stakeholder
6. Pedoman Reviu Laporan Keuangan
dan BMN
Menetapkan program Memberikan penghargaan
pembinaan dan peningkatan dan penalti sebagai tindak
kualitas SDM pengawasan lanjut hasil pengawasan
Informasi
Teknologi
Melakukan Kajian Hasil Audit Kinerja dan Audit Laporan Kajian Hasil Audit Kinerja dan Audit tertentu Laporan 5
5
dengan tujuan tertentu
INTERNAL
Melakukan Evaluasi Hasil Pemantauan tindak Laporan evaluasi hasil pemantauan tindak lanjut hasil Laporan 1
6 lanjut hasil pengawasan pengawasan
Mengoptimalkan Pemanfaatan Pelaporan Hasil Tersedianya laporan hasil pengawasan sebagai Laporan 1
7 Pengawasan bahan pengambilan keputusan
Menetapkan program pembinaan dan Tersedianya program Pembinaan SDM Pengawasan Program 1
8 peningkatan kualitas SDM pengawasan Tersedianya SDM pengawasan yang telah mengikuti Orang 40
diklat
Melakukan evaluasi hasil reviu dan SPIP Tersedianya laporan hasil evaluasi reviu dan SPIP Laporan 2
9
25 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
STRATEGIC OBJECTIVE & KPI
NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
Melakukan kajian hasil pemantauan pelaksanaan Tersedianya laporan kajian hasil pemantauan Kegiatan 1
10 kebijakan industri pelaksanaan kebijakan industri
Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi Tersedianya Program Kerja Pengawasan Tahunan Program 1
11 program pengawasan dengan stakeholder (PKPT)
INTERNAL
Merumuskan pedoman reviu laporan keuangan Tersedianya Pedoman Reviu Laporan Keuangan dan Buah 1
12 dan BMN BMN
Memberikan penghargaan dan penalti sebagai Pemberian Piagam penghargaan Jenis 10
13 tindak lanjut hasil pengawasan
Pemberian sanksi Buah 0
Meningkatkan Kepatuhan Terhadap Kebijakan Menurunnya jumlah penyimpangan/ temuan % 50
14 dan Peraturan Perundang-undangan.
Meningkatkan Kemampuan SDM Aparat Tersedianya SDM aparat pengawas yang telah LHP 171
1 Pengawas mengikuti diklat
2 Meningkatkan Koordinasi Internal dan Eksternal Terlaksananya koordinasi internal dan eksternal Buah Peningkatan
Meningkatkan ketatalaksanaan Sistem Terlaksananya tertib administrasi % 10 %
Penurunan
CAPACITY BUILDING
3
Administrasi 100%
Pengembangan Sistem Informasi Pengawasan Tersedianya sistem informasi pengawasan berbasis % Produktivitas
4 teknologi informasi kerja diatas
95 %
Meningkatkan Kualitas Perencanaan Berkurangnya tumpang tindih kegiatan pengawasan % 3 % dari
5 pagu
anggaran
Menetapkan anggaran Tersedianya anggaran sesuai kebutuhan % 98%
6
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
Meningkatny Meningkatnya
1 a nilai tambah 6
stakeholders
Persebaran IAK
IAK
Meningkatnya
penguasaan Menguatnya
2 pasar produk Meningkatnya Meningkatnya 5 struktur IAK
IAK 3 Kompetensi 4 penguasaan
SDM IAK teknologi IAK
Pengawasan
Menetapkan kebijakan pengembangan IAK
Jaminan Pasok Bahan Pengembangan klaster IAK
melalui Perencanaan Jangka Panjang,
STRATEGIC DRIVER
Informasi
Paket 4
2 Standar IAK usaha
Tersusunnya konsep usulan standar Paket 42
Ketersediaan dan Jaminan Pasokan Bahan Baku dan Jumlah Frekwensi Rapat Koordinasi
3 Kali 52
Energi untuk IAK
Jumlah promosi investasi Kali 4
4 Memfasilitasi promosi investasi dan produk IAK
Jumlah pameran komoditi Kali 6
29 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
pengembangan industri
Memfasilitasi Pengembangan Klaster ILMTA Peraturan Perundang-undangan
Informasi
Mengembangkan •Membangun organisasi yang dinamis Membangun sistem •Meningkatkan Kualitas Dukungan dana
SDM
kemampuan SDM •Mengembangkan sistem manajemen informasi yang perencanaan dan yang memadai
terintegrasi & handal pelaporan
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DITJEN INDUSTRI LOGAM, MESIN, TEKSTIL DAN ANEKA
probisnis
3. Membangun sistem informasi yang terintegrasi & Tersedianya sistem informasi online Paket 8
handal Pengguna yang mengakses Jumlah 3.790
4 Meningkatkan kualitas perencanaan Kesesuaian Program dengan KIN Presentase 90
Tingkat persetujuan rencana kegiatan (zero stars ) Presentase 90
Tingkat ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan Presentase 90
5. Meningkatkan sistem tata kelola keuangan dan Tingkat penyerapan anggaran Persentase 90
BMN yang profesional Tingkat kualitas laporan keuangan (WTP) Persentase 100
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
industri
industri
3. Kokohnya faktor-faktor penunjang Tingkat produktifitas SDM industri Nilai Tambah 4800
pengembangan industri (rupiah) per
Tenaga Kerja
Index iklim industri nasional Index 4
4. Tingginya Kemampuan Inovasi dan Jumlah hasil Penelitian dan Pengembangan Jumlah 4
Penguasaan Teknologi Industri Teknologi Industri Terapan Inovatif
Pemanfaatan hasil penelitian dan Jumlah 7
pengembangan oleh sektor industri
5. Lengkap dan menguatnya struktur Pertumbuhan investasi di Industri Hulu dan Jumlah 24
industri Antara
Tingkat kandungan lokal Persentase 53
6. Tersebarnya pembangunan industri Rasio Jumlah Industri Jawa dengan Luar Jawa Rasio 60:40
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
38 Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
STRATEGIC OBJECTIVE & KPI
NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
1. Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, Konsep 4
Kebijakan Produk Hukum Industri RPP, R.Perpres/R.Keppres)
Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Peraturan 5
Menteri
2. Menetapkan rencana strategis dan/atau Renstra 2010 -2014 & RENJA Paket 1
pengembangan industri prioritas dan
industri andalan masa depan
3. Menetapkan peta panduan Peta Panduan Pengembangan klaster Industri Klaster 4
pengembangan industri prioritas
Peta panduan industri unggulan provinsi Provinsi 8
Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota -
Kabupaten/Kota
4. Mengusulkan insentif yang mendukung Rekomendasi usulan insentif Jenis 4
INTERNAL
STRATEGI VISI DAN MISI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
C Visi : Mewujudkan Pelayanan Prima menuju Industri Kecil dan Menengah (IKM) berdaya saing.
OBJECTIV Misi : Merumuskan kebijakan yang kondusif; memberikan layanan prima; memberikan fasilitasi yang tepat serta melakukan pengendalian dan
E pengawasan yang efektif .
STRATEGIC OUTCOMES
1 Tumbuh dan
Meningkatnya berkembangnya IKM yang
kemampuan teknologi, 6 Meningkatnya akses
Memenuhi Harapan
penerapan
berdaya saing
pasar dalam dan luar
Stakeholders
Meningkatnya
Meningkatnya 4
2 Meningkatnya 5 kerjasama
SDM IKM yang Meningkatnya
3 akses sumber kelembagaan dan
profesional dan akses sumber pembiayaan bagi iklim usaha yang
kreatif bahan baku bagi IKM kondusif
IKM
menetapkan terhadap
STRATEGIC DRIVER
Organisasi
kemampuan SDM •Membangun organisasi yang dinamis Meningkatkan pengelolaan Mengembangkan Meningkatkan
APBN basis data dan sistem penyediaan sarana
•Mengembangkan sistem manajemen informasi dan prasarana kerja
46
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
Kemitraan dengan institusi terkait IKM 125 Selama 5 tahun (kumulatif): Pangan 15,
dalam pengembangan depo bahan Sandang 15, KBB 10, Logek 15,
baku Kerajinan 70
4 Meningkatnya akses sumber pembiayaan Meningkatnya jumlah IKM yang dapat Perusahaan 2000 5 sektor
bagi IKM memanfaatkan sumber pembiayaan
seal 80
Tersusunnya Rancangan SNI SNI 70 Selama 5 tahun (Kumulatif): Pangan 10,
Sandang 10, Logek 50
Meningkatnya penerapan standard Sertifikat SNI = 70 SNI
bagi IKM GMP = 200
Perusahaan
HACCP = 5
Perusahaan
Halal = 1500
Perusahaan
Desain kemasan
dan merek =
1000 IKM
CE-MARK = 35
Sertifikat
ISO = 80
Sertifikat
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
45
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
STRATEGIC OBJECTIVE & KPI
NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
Meningkatnya penerapan GKM-IKM Jml GKM = 4500
IKM
Fasilitator =
1500 orang
Meningkatnya perlindungan HKI bagi Sertifikat Merek = 1000 200 merek/thn
produk IKM Desain Industri = 10 Desain Ind/thn
50
Paten = 25 5 Paten /thn
Hak Cipta = 800 Hak Cipta/thn
4000
7 Meningkatkan kompetensi SDM IKM Terlaksananya Pelatihan Orang 1360 Selama 5 tahun (kumulatif): Sandang
Kewirausahaan (AMT, CEFE, (AMT 100, CEFE 60, Teknologi 100,
Inkubator Bisnis), Manajemen, Desain 400); KBB (HKI 250, Teknologi
Teknologi, Standardisasi, Desain, 150, Desain 300)
Mutu, HKI
Terlaksananya magang, studi banding, Orang 175 Selama 5 tahun (kumulatif): Logek 50,
INTERNAL
11 Melakukan asesment dan sosialisasi Terlaksananya analisis dan evaluasi Peraturan 75 Analisis tentang peraturan daerah,
peraturan-peraturan yang terkait dengan peraturan yang terkait dengan IKM peraturan pusat berkaitan dengan
IKM insentif, ijin, fiskal/tarif.
Terlaksananya sosialisasi peraturan- Kali 125 Sosialisasi Peraturan Presiden,
peraturan yang terkait dengan IKM Instruksi Presiden, Peraturan Menteri,
Peraturan Dirjen
12 Meningkatkan promosi investasi dan Tersusunnya profil investasi IKM Profil 40 Selama 5 tahun (Kumulatif): Pangan 10,
pemasaran produk IKM yang prospektif Kerajinan 10, KBB 10, Sandang 10
Tersusunnya profil Profil 2600 Selama 5 tahun (Kumulatif): Logek 200,
komoditi/perusahaan Kerajinan 1000, KBB 500, Pangan 200,
Sandang 700
Terlaksananya promosi investasi Kali 25 Sosialisasi dilakukan masing-masing
Direktorat 1 (satu) kali dalam setahun
Terlaksananya promosi dan Kali 360 Selama 5 tahun (Kumulatif): KBB 50,
pemasaran produk IKM Pangan 35, Kerajinan 160, Sandang
100, Logek 15
13 Melakukan monitoring, evaluasi dan Tersusunnya Laporan Akuntabilitas Unit 35 LAKIP disusun masing-masing Unit
pengendalian pelaksanaan kebijakan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Eselon II dan Ditjen. IKM selama 5
pengembangan IKM tahun (kumulatif)
INTERNAL
54
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
2
berwawasan berwawasan lingkungan % 11
Meningkatnya SDM industri kualitas dan jumlah SDM industri yang berkualitas
3 Orang 60
kuantitas meningkat
Tumbuhnya kawasan-kawasan industri yang
4 Buah 5
Meningkatnya kawasan industri yang efektif efektif
5 Meningkatnya produk ber-SNI Bertambahnya produk industri yang ber-SNI Buah 100
6 Meningkatnya iklim usaha yang kondusif Terbitnya peraturan fasilitasi Buah 3
Meningkatnya kualitas litbang Banyaknya hasil-hasil litbang yang
7 Buah 20
dimanfaatkan oleh industri
Meningkatnya kualitas pelayanan sertifikasi Meningkatnya jumlah hasil pengujian
INTERNAL
8 Milyar/Rp. 50
Meningkatnya pelayanan HKI Meningkatnya hasil litbang yang mendapat
9 Buah 4
perlindungan HKI
Meningkatnya kualitas pelayanan pelatihan
10 Meningkatnya penyediaan pelatihan Paket 7
Meningkatnya kualitas SDM internal
11 Meningkatnya jumlah SDM yang lebih tinggi Orang 5
CAPACITY BUILDING