Anda di halaman 1dari 55

PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DAN


UNIT ESELON I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 41/M-IND/PER/3/2010
TENTANG
PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DAN
UNIT ESELON I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengukuran dan peningkatan kinerja Kementerian


Perindustrian, perlu menetapkan peta startegi dan indikator kinerja utama sebagai
dasar penilaian kinerja Kementerian Perindustrian dan Unit Eselon I Kementerian
Perindustrian;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana maksud pada huruf a, perlu
dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran


Negara RI Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Negara RI Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara RI Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4400);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Negara RI (Lembaran Negara RI
Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4406);
2 Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan


Penetapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4585);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah (Lembaga Negara RI Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4614);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara RI Tahun 2006
Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4663);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4664);
9. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010 - 2014;

10. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan unit tugas eselon I
Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2007;
11. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 Tentang pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara Republik Indonesia;

12. Keputusan Presiden No 84/P tahun 2009 tentang pembentukan kabinet Indonesia
bersatu II Periode Tahun 2009 - 2014

13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/2005 tentang Organisasi dan


Tata kerja Departemen Perindustrian; Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara

14. Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja


Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah;
3 Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :

KESATU : Peta Strategi dan Indikator Kinerja Utama Kementerian Perindustrian dan Unit Eselon I
Kementerian Perindustrian sebagaimana pada Lampiran Peraturan ini sebagai acuan dalam
pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Kementerian Perindustrian dan Unit Eselon I
Kementerian Perindustrian.
KEDUA : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal : 29 Maret 2010

MENTERI PERINDUSTRIAN
RI

MOHAMAD S. HIDAYAT

Tembusan :
1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
2. Menteri Keuangan RI;
3. Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan;
4. Wakil Menteri Perindustrian;
5. Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian
Keuangan;
6. Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian;
7. Inspektur Jenderal Depperin Perindustrian;
8. Kepala KPPN Jakarta I;
9. Kepala Biro Keuangan;
10. Pejabat Pengujian dan Penandatanganan SPM;
11. Bendahara Pengeluaran;
12. Yang bersangkutan;
13. Pertinggal.
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 41/M-IND/PER/3/2010
TANGGAL : 29 Maret 2010

PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DAN
UNIT ESELON I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
BAB III : PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA UNIT ESELON I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Dikeluarkan di Jakarta

pada tanggal
MENTERI PERINDUSTRIAN RI

MOHAMAD S. HIDAYAT
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

BAB I

PENDAHULUAN
2 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

PENDAHULUAN

Sesuai dengan hasil analisis lingkungan strategis yang telah diidentifikasi dan dengan memperhatikan visi dan misi Industri Nasional
Indonesia, maka dapat dirumuskan kondisi mendatang yang diharapkan dapat diwujudkan oleh Industri Nasional. Kondisi
mendatang ini dibagi ke dalam tiga tahapan waktu, yaitu 2020-2025 sebagai kurun waktu untuk mewujudkan visi pembangunan
industri nasional jangka panjang menjadikan Indonesia Negara Industri Tangguh Dunia, 2015-2019 sebagai kurun waktu
mewujudkan visi pembangunan industri nasional menjadikan Indonesia Negara Industri Maju Baru, dan 2010-2014 sebagai titik-
tolak untuk mewujudkan kedua visi tersebut, arah Pembangunan Jangka Panjang adalah pembangunan daya saing bangsa dengan
menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, terwujudnya perekonomian domestik berorientasi dan berdaya saing global,
penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan IPTEK, tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan maju serta reformasi
hukum dan birokrasi.

Penjabaran RENSTRA merupakan kerangka berpikir menyeluruh yang mengkaitkan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN), penetapan Kebijakan Pembangunan Industri dan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN). Integrasi RENSTRA diperlukan dengan terjabarnya Rencana Strategis Dinas Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Keberhasilan membaca fenomena masalah dan pemetaan keunggulan strategis Provinsi dan Kabupaten/Kota
dipadu dengan pemetaan tantangan tingkat nasional dan makro akan menjadikan RENSTRA berpeluang terwujud dalam
implementasi program-program yang dapat dipertanggungjawabkan.

Lima garis besar pengembangan yang dijabarkan pada RPJPN adalah pengembangan industri yang mengolah Sumber Daya Alam,
pengembangan industri yang memperkuat kemampuan dan pembangunan jaringan interaksi, komunikasi dan informasi,
pengembangan industri yang mampu merespon dinamika pasar dalam negeri maupun pasar global dan pengembangan industri
yang memperkuat integrasi ekonomi nasional, kemandirian bangsa, dan keterkaitan antar industri ke depan.
3 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

A. VISI

Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang (2025) adalah Membawa Indonesia pada tahun 2025 untuk menjadi
Negara Industri Tangguh Dunia yang bercirikan :
1. Industri kelas dunia;
2. PDB sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa;
3. Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan pasar.

Untuk menuju Visi tersebut, dirumuskan Visi tahun 2020 yakni Tercapainya Negara Industri Maju Baru sesuai dengan Deklarasi
Bogor tahun 1995 antar para kepala Negara APEC. Sebagai Negara Industri Maju Baru, Indonesia harus mampu memenuhi
beberapa kriteria dasar antara lain:
1. Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan Negara industri lainnya;
2. Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi perekonomian nasional;
3. Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan Industri Besar;
4. Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir kuat, keterkaitan antar skala usaha industri kuat);
5. Jasa industri yang tangguh.

Berdasarkan Visi tahun 2020, kemampuan Industri Nasional diharapkan mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu
menjadi basis kekuatan ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuh-suburnya ekonomi yang berciri kerakyatan.
Dalam mewujudkan Visi Kementerian Perindustrian tahun 2020, diperlukan upaya-upaya sistemik yang dijabarkan ke dalam peta
strategi yang mengakomodasi perspektif pemangku kepentingan berupa pencapaian strategis (Strategic Outcomes) yaitu :
1. Meningkatnya nilai tambah industri;
2. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri;
3. Meningkatnya kemampuan SDM Industri, R&D dan kewirausahaan;
4. Meningkatnya penguasaan teknologi industri yang hemat energi dan ramah lingkungan;
5. Lengkap dan menguatnya struktur industri;
6. Tersebarnya pembangunan industri;
7. Meningkatnya peran IKM terhadap PDB.

Visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun sampai dengan 2014 yakni Pemantapan daya saing basis
industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan.
4 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
B. MISI
Dalam rangka mewujudkan visi 2025 di atas, Kementerian Perindustrian sebagai institusi pembina Industri Nasional
mengemban misi sebagai berikut:
1. Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat;
2. Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional;
3. Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat;
4. Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional;
5. Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat;
6. Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat;
7. Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku
terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.

Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, misi tersebut dijabarkan dalam misi lima tahun sampai dengan 2014 sebagai berikut:
1. Mendorong peningkatan nilai tambah industri;
2. Mendorong peningkatan perluasan pasar domestik dan internasional;
3. Mendorong peningkatan industri jasa pendukung;
4. Memfasilitasi penguasaan teknologi industri;
5. Memfasilitasi penguatan struktur industri;
6. Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa;
7. Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB.
5 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

C. KONDISI YANG DIHARAPKAN TAHUN 2010-2014

Kondisi yang harus dicapai pada tahun 2014 sebagai berikut:


1. Terselesaikannya permasalahan yang menghambat, dan rampungnya program revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri
yang terkena dampak krisis;
2. Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan lapangan kerja yang besar;
3. Terolahnya potensi sumber daya alam daerah menjadi produk-produk olahan;
4. Semakin meningkatnya daya saing industri berorientasi ekspor;
5. Tumbuhnya industri-industri potensial yang akan menjadi kekuatan penggerak pertumbuhan industri di masa depan;
6. Tumbuh berkembangnya IKM, khususnya industri menengah sekitar dua kali lebih cepat daripada industri kecil.

Keluaran jangka menengah yang diharapkan adalah :


1. Besarnya kemampuan sektor industri untuk menyediakan lapangan kerja baru,
2. Pulihnya industri yang terpuruk akibat krisis,
3. Meningkatnya kemampuan daerah menghasilkan produk olahan,
4. Menguatnya struktur industri, seiring dengan tumbuhnya industri penunjang, komponen, dan bahan baku industri,
5. Meningkatnya ekspor secara signifikan,
6. Terbangunnya pilar-pilar industri masa depan
7. Semakin kuatnya keterkaitan antar skala-industri, dan seimbangnya sumbangan nilai tambah antara industri besar dan IKM.
6 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

D. KONDISI YANG DIHARAPKAN TAHUN 2020-2025

Penentuan arah Kebijakan Industri Nasional Jangka Panjang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) tahun 2005 - 2025 sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007. Dalam jangka panjang,
pembangunan industri diarahkan untuk:
1. Mampu memberikan sumbangan nyata dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat;
2. Membangun karakter budaya bangsa yang kondusif terhadap proses industrialisasi menuju terwujudnya masyarakat modern,
dengan tetap berpegang kepada nilai-nilai luhur bangsa;
3. Menjadi wahana peningkatan kemampuan inovasi dan wirausaha bangsa di bidang teknologi industri dan manajemen, sebagai
ujung tombak pembentukan daya saing industri nasional menghadapi era globalisasi/liberalisasi ekonomi dunia;
4. Mampu ikut menunjang pembentukan kemampuan bangsa dalam pertahanan diri dalam menjaga eksistensi dan keselamatan
bangsa, serta ikut menunjang penciptaan rasa aman dan tenteram bagi masyarakat.
Arah kebijakan industri 2005-2025 seperti dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN adalah
sebagai berikut :
1. Struktur perekonomian diperkuat dengan mendudukkan sektor industri sebagai motor penggerak yang didukung oleh kegiatan
pertanian dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan yang menghasilkan produk-produk secara efisien, modern, dan
berkelanjutan, serta jasa-jasa pelayanan yang efektif, yang menerapkan praktek terbaik dan ketatakelolaan yang baik agar
terwujud ketahanan ekonomi yang tangguh;
2. Efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah sektor primer terutama sektor pertanian dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan
ditingkatkan agar mampu bersaing di pasar lokal dan internasional serta untuk memperkuat basis produksi secara nasional;
3. Pembangunan industri diarahkan untuk mewujudkan industri yang berdaya saing, baik di pasar lokal maupun internasional, dan
terkait dengan pengembangan Industri Kecil dan Menengah, dengan struktur industri yang sehat dan berkeadilan serta
mendorong perkembangan ekonomi di luar Pulau Jawa;
4. Struktur dalam hal penguasaan usaha akan disehatkan dengan meniadakan praktik-praktik monopoli dan berbagai distorsi pasar
melalui penegakan persaingan usaha yang sehat dan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik dan benar;
5. Struktur industri dalam hal skala usaha akan diperkuat dengan menjadikan Industri Kecil dan Menengah sebagai basis industri
nasional yang sehat, sehingga mampu tumbuh dan terintegrasi dalam mata rantai pertambahan nilai dengan industri hilir dan
industri berskala besar;
7 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
6. Dalam rangka memperkuat daya saing perekonomian secara global, sektor industri perlu dibangun guna menciptakan
lingkungan usaha mikro (lokal) yang dapat merangsang tumbuhnya rumpun industri yang sehat dan kuat melalui :
a. Pengembangan rantai pertambahan nilai melalui diversifikasi produk (pengembangan ke hilir), pendalaman struktur ke hulu,
atau pengembangan secara menyeluruh (hulu-hilir);
b. Penguatan hubungan antarindustri yang terkait secara horisontal termasuk industri pendukung dan industri komplemen,
termasuk dengan jaringan perusahaan multinasional terkait, serta penguatan hubungan dengan kegiatan sektor primer dan
jasa yang mendukungnya dan;
c. Penyediaan berbagai infrastruktur bagi peningkatan kapasitas kolektif, yang, antara lain, sarana dan prasarana fisik
(transportasi, komunikasi, energi), sarana dan prasarana teknologi, prasarana pengukuran, standardisasi, pengujian, dan
pengendalian kualitas, serta sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan tenaga kerja industri.

Sesuai dengan visi 2025, menjadikan Indonesia Negara Industri Tangguh di dunia, dan arah kebijakan 2005-2025 di atas, serta
dengan asumsi bahwa pencapaian industri di tahun-tahun sebelumnya sesuai dengan yang diharapkan, maka dapat dirumuskan
kondisi yang diharapkan untuk kurun waktu tahun 2020-2025 sebagai berikut:

1. Peran Industri Kecil dan Menengah telah mencapai keseimbangan dengan Industri Besar dalam hal kontribusi terhadap PDB
Industri;
2. Industri berbasis Agro, Industri Telematika, dan Industri alat-angkut telah menjadi tulang-punggung Industri Nasional
khususnya dalam kontribusi industri-industri tersebut dalam PDB Industri, sehingga bersama-sama dengan industri lainnya
yang telah tumbuh telah merupakan basis industri dengan daya saing kelas dunia;
3. Persebaran industri ke luar Pulau Jawa telah terwujud dengan baik, sehingga peran Pulau Jawa sebagai lokasi industri telah
berkurang sampai di bawah 50 persen, sedangkan sisanya tersebar di luar Pulau Jawa;
4. Terjadi pergeseran pertumbuhan industri dari industri berbasis tenaga kerja dan industri berbasis sumber daya alam ke industri
padat modal dan industri berbasis teknologi yang didukung oleh kemampuan teknologi dan R&D sebagai ujung tombak daya
saing industri;
5. Sumbangan industri pengolahan non-migas terhadap PDB nasional telah mencapai sekitar 30 persen pada tahun 2025 yang
dihitung dari harga konstan berdasarkan total sumbangan industri terhadap PDB nasional. Angka PDB nasional pada tahun
2025 dihitung menurut harga berlaku adalah sebesar Rp.16.068 triliun, atau menurut harga konstan tahun 2000 adalah sebesar
Rp.6.270 triliun, sehingga sumbangan industri non-migas bagi PDB nasional pada tahun 2025 menurut harga konstan tahun
2000 adalah sebesar Rp. 1.856.161 triliun;
6. Berbagai infrastruktur untuk peningkatan kapasitas kolektif, antara lain, sarana dan prasarana fisik (transportasi, komunikasi,
energi), sarana dan prasarana teknologi, prasarana pengukuran, standardisasi, pengujian, dan pengendalian kualitas; serta
sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan tenaga kerja industri telah tersedia secara memadai;
7. Regulasi yang meniadakan praktek-praktek monopoli dan berbagai distorsi pasar serta mendorong persaingan usaha yang
sehat dan ditegakkannya prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik dan benar telah tersedia dan ditegakkan secara memadai.
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

BAB II

PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
PETA STRATEGI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
VISI DAN MISI
Visi : Indonesia mampu menjadi negara industri tangguh pada tahun 2025
Misi : Membangun industri manufaktur untuk menjadi tulang punggung perekonomian
Kokohnya basis industri industri manufaktur dan Meningkatnya
Perspektif Pemangku

industri andalan masa depan menjadi tulang 7 peran industri kecil


Tingginya Nilai punggung perekonomian nasional dan menengah
1 tambah terhadap PDB
Kepentingan

industri
Tersebarnya
Tingginya 6 pembangunan
2 penguasaan industri
pasar dalam dan Tingginya
luar negeri Kokohnya faktor- kemampuan Kuat, lengkap dan
4 5 dalamnya Struktur
3 faktor penunjang inovasi dan
pengembangan penguasaan industri
industri teknologi industri
Perspektif Proses Pelaksanaan

Perumusan Kebijakan Pelayanan & Fasilitasi Pengawasan, Pengendalian


Tugas Pokok Departemen

Mengembangkan R&D di instansi dan industri & Evaluasi


Mempersiapkan dan/atau
Menetapkan Kebijakan dan produk Mengoptimalkan budaya
Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan
hukum Industri pengawasan pada unsur
Kekayaan intelektual
pimpinan dan staf
Menetapkan rencana strategis
Memfasilitasi pengembangan industri
dan/atau pengembangan industri Mengoptimalkan evaluasi
prioritas dan industri andalan masa Memfasilitasi promosi industri pelaksanaan kebijakan dan
depan efektifitas pencapaian kinerja
Memfasilitasi penerapan standardisasi industri
Menetapkan peta panduan
pengembangan industri Meningkatkan kualitas pelayanan publik
Mengusulkan insentif yang Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan
mendukung pengembangan ind dan pelatihan serta kewirausahaan

SDM Informasi Perencanaan Dana


Kelembagaan

Organisasi & Ketatalaksanaan


Peningkatan
Perspektif

Kapasitas

•Mengembangkan kemampuan Membangun sistem Meningkatkan Meningkatkan Sistem


Membangun organisasi
SDM yang kompeten informasi industri kualitas Tata Kelola Keuangan
yang Profesional dan
Probisnis yang terintegrasi & perencanaan dan dan BMN yang
handal pelaporan profesional
10 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
P E NJ E L AS AN S AS AR AN S T R AT E G IS DAN INDIK AT OR K INE R J A UT AMA (IK U) K E ME NT E R IAN P E R INDUS T R IAN
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SASARAN STRATEGIS (SS) PENJELASAN SS PENJELASAN IKU SATUAN TARGET K E T E R ANG AN
(IKU)
I. Meningkatnya nilai tambah Nilai tambah industri dimaksud adalah 1 Laju pertumbuhan industri adalah : Pertumbuhan nilai tambah dihitung dengan melihat tingkat Persentase 6,8 2010=4,99
industri nilai tambah dari hasil produksi yang pertumbuhan rata-rata sektor industri sesuai data dari BPS. Untuk 2011=7,80;
merupakan selesih antara nilai output setiap sektor akan mengikuti dengan mencantumkan nilai 2012=7,85;
pertumbuhan dalam persentase masing-masing jenis industri dan 2013=7,99;
dengan nilai input
data diperoleh dari BPS. Bila ditemukan ada nilai tambah yang 2014=8,17;
menggabungkan industri dari direktorat yang berbeda, lakukan
kesepakatan untuk membagi nilai tambah tersebut (Gunakan sampai
5 digit nilai ISIC)
2 Kontribusi industri manufaktur adalah : besaran persentase kontribusi industri manufaktur Persentase 24,31 2010=23,92
terhadap PDB Nasional terhadap PDB Nasional (diperoleh dari nilai ISIC number 2011=24,40;
kepala 3 ) 2012=24,89;
2013=25,39;
2014=25,90;
II. Meningkatnya penguasaan Penguasaan pasar di dalam negeri 1 Pangsa pasar produk industri adalah : Nilai perbandingan pangsa produk industri nasional di Persentase 60 2010=60;
pasar dalam dan luar negeri dimaksudkan adalah untuk meningkatkan nasional terhadap total permintaan di dalam negeri ( khusus untuk industri yang ada datanya, bila 2011=60;
penjualan produk dalam negeri dibanding pasar DN belum ada hingga level direktorat, KPI ini dinilai hanya sampai 2012=60;
dengan seluruh pangsa pasar. level Dirjen saja ) 2013=60;
2014=60;
Sedangkan penguasaan pasar di luar
2 Pertumbuhan ekspor produk dan adalah : Pertumbuhan nilai ekspor barang dan jasa industri Persentase 10 - 15 2010=15;
negeri dimaksudkan adalah untuk
jasa industri nasional (yang dihitung persentase pertumbuhannya dengan 2011=16;
meningkatkan nilai ekspor produk industri 2012=17,5;
membandingkan pertumbuhan dalam bentuk rupiah tahun
sehingga dapat meningkatkan 2013=19;
sekarang dengan tahun sebelumnya)
rasio/perbandingan nilai ekspor industri 2014=20;
terhadap nilai ekspor keseluruhan. 3 Pangsa pasar produk dan jasa adalah : Peningkatan nilai ekspor produk industsri, sehingga dapat Persentase 35 2010=35;
industri nasional di 5 (lima) negara meningkatkan rasio/perbandingan nilai ekspor produk industri saja 2011=35;
utama tujuan ekspor utama (belum termasuk jasa ) yang memang masuk di 5 negara tujuan (AS, 2012=35;
Jepang, Uni Eropah, Cina, dan Korsel) . Ketentuan yang harus 2013=35;
dipenuhi adalah : pisahkan antara produk manufaktur dan jasa, dan 2014=35;
harus ada minimal untuk tingkat DIRJEN, untuk tingkat direktorat
dapat mencantumkan KPI bila memang industri sektor ybs masuk
dalam 5 negara tujuan tersebut data diperoleh dari BPS dan Laporan
atase perindustrian di negara tujuan).

III. Kokohnya faktor-faktor Membuat faktor penunjang industri 1 Tingkat produktifitas SDM industri adalah : Persentase pembagian antara Nilai tambah dan Nilai Tambah 250.000
penunjang pengembangan nasional dapat mendukung tercapainya jumlah Tenaga Kerja di sektor Industri ybs, secara (rupiah) per
industri tujuan industri (faktor dimaksud adalah ekstrapolasi dari data 2 tahun lalu yang didekati dengan Tenaga Kerja
dalam hal SDM dalam industri dan iklim peningkatan persentase pertambahan nilai tambah / jenis
industri yang dinilai dari berbagai hal industri (data dari BPS)
seperti : kebijakan / peraturan yang 2 Index iklim industri nasional adalah : Nilai hasil pengukuran dengan menggunakan Index 4 Menggunakan nilai 1 s ampai
mengatur industri, pelayanan deperin, kuesioner . Dijalankan dengan sampling pada masing-masing 5.
fasilitas dalam industri dan lain sebagainya industri (kuesioner disiapkan biro perencanaan, tetapi survey
dilakukan masing-masing Dirjen pada perusahaan secara
sampling)
IV. Tingginya Kemampuan Inovasi dimaksud adalah kreativitas untuk 1 Jumlah hasil Penelitian dan adalah : Jumlah hasil penelitian ( khusus yang dikerjakan oleh BPPI Jumlah 250
Inovasi dan Penguasaan menciptakan produk baru sebagai hasil Pengembangan Teknologi Industri ). Untuk tingkat Dirjen yang menjadi hasil adalah jumlah project
penelitian dan pengembangan teknologi Terapan Inovatif pengembangan industri yang dikerjakan sampai level sudah keluar
Teknologi Industri
hasil secara komersial.
terapan, dan penelitian dari berbagai
sektor lainnya 2 Pemanfaatan hasil penelitian dan adalah : Jumlah teknologi sebagai hasil penelitian yang sudah Jumlah 50
pengembangan oleh sektor industri diterapkan dan dimanfaatkan industri dan telah masuk dalam
skala pabrik
V. Lengkap dan menguatnya Struktur industri dimaksud adalah 1 Pertumbuhan investasi di Industri adalah : Jumlah project yang dikerjakan di masing-masing Jumlah 800
struktur industri perimbangan antara industri hulu dan Hulu dan Antara sektor untuk mengisi (invest) pada industri -industri sebelum
industri antara serta bagaimana industri hilir
kemampuan kandungan lokal digunakan 2 Tingkat kandungan lokal adalah : Persentase tingkat kandungan lokal dari masing- Persentase 60
dalam produksi masing industri ( nilai TKDN dari data Deperin )
11 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

INDIKATOR KINERJA UTAMA


SASARAN STRATEGIS (SS) PENJELASAN SS PENJELASAN IKU SATUAN TARGET KE TE RANGAN
(IKU)
VI. Tersebarnya pembangunan Bagaimana perbandingan penyebaran 1 Rasio Jumlah Industri Jawa dengan adalah : Perbandingan jumlah industri yang ada di Jawa Rasio 60 : 40
industri industri di Jawa dan di luar Jawa Luar Jawa dibandingkan dengan di luar Jawa setiap tahunnya
(perbandingan dari data BPS )
VII. Meningkatnya peran industri Peran industri kecil dan menengah 1 Tumbuhnya industri kecil diatas adalah : Persentase pertumbuhan industri kecil selalu berada Persentase 6,5
kecil dan menengah terhadap terhadap PDB selalu pertumbuhan ekonomi nasional diatas pertumbuhan ekonomi nasional
PDB 2 Tumbuhnya industri menengah dua adalah : Persentase pertumbuhan industri menengah akan mencapai Persentase 13
kali diatas industri kecil dua kali lipat diatas pertumbuhan industri kecil
3 Meningkatnya jumlah output IKM adalah : Persentase jumlah output IKM yang di outsource oleh Persentase 20
yang menjadi "Out-Source" industri industri besar
besar
I. Mempersiapkan dan/atau Menghitung jumlah kebijakan industri yang 1 Konsep kebijakan dan produk hukum adalah : Jumlah konsep kebijakan dan produk hukum yang Konsep 9
Menetapkan Kebijakan Produk dihasilkan DEPERIN untuk tujuan (RUU, RPP, R.Perpres/R.Keppres) direncanakan akan dikeluarkan dalam bentuk Rancangan UU,
Hukum Industri keberhasilan tugas kementerian Rancangan PP dan lainnya (kerjasama dengan Biro Hukum
Deperin)
2 Kebijakan dan produk hukum yang adalah : Jumlah penyiapan kebijakan dan telah disyahkan Peraturan 200 Bersifat pengaturan bidang
ditetapkan Menteri sebagai produk Hukum untuk pengaturan pelaksanaan tugas industri.
setiap sektor ( kerjasama dengan Biro Hukum )
II. Menetapkan rencana strategis Membuat rencana strategis untuk industri 1 Renstra 2010 -2014 & RENJA adalah : Terselesaikannya rencana strategis dan rencana kerja Paket 1
dan/atau pengembangan prioritas dan industri andalan setiap per-tahun di tiap sektor industri (terselesaikan hingga 100 %).
industri prioritas dan industri tahunnya
andalan masa depan
III. Menetapkan peta panduan Membuat peta tentang kondisi dan situasi 1 Peta Panduan Pengembangan adalah : jumlah klaster pengembangan idsutri prioritas untuk Klaster 32
pengembangan industri industri nasional sebagai panduan untuk klaster Industri prioritas setiap bidang sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam
pengembangan selanjutnya setahun
2 Peta panduan industri unggulan adalah : tersedianya peta panduan industri unggulan di provinsi Provinsi 33
provinsi (jumlah peta yang dihitung berdasarkan jumlah provinsi yang
sudah terselesaikan peta industrinya)
3 Peta panduan kompetensi inti industri adalah : tersedianya peta panduan industri unggulan di setiap Kabupaten 480
Kabupaten/Kota kabupaten dalam provinsi i (jumlah peta yang dihitung /Kota
berdasarkan jumlah kabupaten yang sudah terselesaikan peta
industrinya)
12 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

INDIKATOR KINERJA UTAMA


SASARAN STRATEGIS (SS) PENJELASAN SS PENJELASAN IKU SATUAN TARGET KETERANGAN
(IKU)
IV. Mengusulkan insentif yang Usulan dalam bentuk insentif yang dibuat 1 Rekomendasi usulan insentif adalah : Jumlah usulan Insentif per kelompok industri yang Jenis 10
mendukung pengembangan guna mendukung pengembangan industri disetujui per-tahunnya
industri di masa yang akan datang 2 Perusahaan industri yang adalah : Jumlah perusahaan yang mendapat insentif atas Perusahaan 1500
memperoleh insentif fasilitasi dari Deperin

V. Mengembangkan R & D di Bentuk riset dan pengembangan industri 1 Kerjasama R&D instansi dengan adalah : Jumlah MOU untuk kerjasama yang difasilitasi oleh Kerjasama 18
instansi dan industri sesuai dengan bidangnya industri sektor industri atau yang dilakukan oleh BPPI
VI. Memfasilitasi penerapan, Penyediaan dukungan untuk menghargai 1 Perusahaan yang mendapatkan HKI adalah : jumlah perusahaan yang sudah mendapat sertifikasi Perusahaan 1100
pengembangan dan kekayaan intelektual dalam lingkup HKI
penggunaan Kekayaan industri 2 Produk HKI yang dikomersialkan adalah jumlah produk industri yang sudah dipatenkan sebagai Produk 50
intelektual (Paten) produk nasional
VII. Memfasilitasi pengembangan Hasil kerja fasilitasi untuk tujuan 1 Tingkat utilisasi kapasitas produksi adalah : besar persentase penggunaan kapasitas terpasang Presentase 80
industri pengembangan industri dalam berbagai dalam industri masing-masing ( sesuai dengan jenis
hal yang mendukung seperti akses industrinya)
kepada sumber bahan baku, sumber 2 Perusahaan yang mendapat akses ke adalah : Jumlah fasilitasi yang dilakukan setiap sektor untuk Perusahaan 3000
modal dan lainnya sumber pembiayaan membantu industri mendapat akses dan bantuan lainnya ke
sumber pembiayaan
3 Perusahaan yang mendapat akses ke adalah : Jumlah perusahaan yang berhasil mendapat fasilitasi Perusahaan 200
sumber bahan baku jaminan pasokan bahan baku atas fasilitasi yang dilakukan
oleh masing-masing level organisasi
4 Perjanjian kerjasama Internasional Jumlah kerjasama yang sudah dilaksanakan dalam bentuk MoU 25
project kerjasama internasional yang terkait dengan fasilitasi di
bidang capacity building (misalnya : Deperin dengan donor
(bentuk G to G) atau Deperin sebagai witness untuk
kerjasama B to B
13 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SASARAN STRATEGIS (SS) PENJELASAN SS PENJELASAN IKU SATUAN TARGET KETERANGAN
(IKU)
IX. Memfasilitasi penerapan Mendukung industri dalam penerapan 1 Rancangan SNI yang diusulkan adalah : jumlah rancangan standarisasi yang dirumuskan untuk RSNI 600
standardisasi standar bidang industri.
2. Penambahan SNI wajib yang adalah : Penambahan standard industri (SNI wajib) yang SNI 50
diterapkan diterapkan
3 Perusahaan yang menerapkan adalah : Jumlah perusahaan yang menerapkan Sistem Perusahaan 1000
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001- Manajemen Mutu ( catatan : GKM lebih banyak diterapkan
2008 (Pedoman BSN10 dan GKM) dalam IKM)
X. Meningkatkan kualitas Melihat sejauh mana kualitas layanan 1 Tingkat kepuasan pelanggan adalah : hasil penilaian kepuasan pelanggan yang akan Index 4 Penilaian menggunakan
pelayanan publik kementerian terhadap publik pengguna dikoordinir oleh Biro Umum (HUMAS) dengan membuat survey angka 1 hingga 5 (dari sangat
jasa Deperin pelanggan dan survey akan dilakukan oleh setiap bagian tidak puas hingga sangat
organisasi secara sampling . (Untuk kementerian akan puas)
dikerjakan oleh Biro HUMAS)
XI. Mengkoordinasikan Meningkatkan hasil koordinasi dari 1 Instruktur yang bersertifikat adalah : jumlah instruktur yang sudah memiliki sertifikat dalam Jumlah 100
peningkatan kualitas lembaga berbagai lembaga pendidikan dan setiap bidang industri kementerian (Tugas utama Pusdiklat)
pendidikan dan pelatihan serta pelatihan yang disediakan Deperin untuk
kewirausahaan pengembangan berbagai kebutuhan 2 Jurusan pada lembaga pendidikan adalah : jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan yang Jumlah 24
industri misalnya sertifikasi dan akreditasi dan lembaga diklat yang terakreditasi diberikan sertifikasi guna melatih dan mengembangkan
kemampuan SDM industri (tugas Pusdiklat)
XII. Mengoptimalkan budaya Hasil penilaian untuk tujuan meningkatkan 1 Tingkat Penurunan penyimpangan adalah : persentase penurunan sebagai standar minimal Presentase 60
pengawasan pada unsur budaya pengawasan yang dilaksanakan minimal penyimpangan dalam lingkup tugas kementerian sebagai hasil
pimpinan dan staf bagian pengawasan (inspektorat jenderal) tugas bidang pemeriksaan (dilaksanakan oleh bidang SPI )
di lingkup kementerian
2 Terbangunnya Sistem Pengendalian adalah : Jumlah satuan kerja yang sudah menerapkan sistem Satuan kerja 57
Intern di unit kerja pengendalian intern (sebagai bagian kerja SPI)
XIII. Mengoptimalkan evaluasi Hasil evaluasi pembuatan kebijakan dan 1 Laporan evaluasi pelaksanaan adalah : Jumlah hasil laporan evaluasi pelaksanaan tugas yang Laporan 10
pelaksanaan kebijakan dan pencapaian target kinerja untuk menjamin kebijakan dilakukan oleh Biro Hukum & Itjen
efektifitas pencapaian kinerja tercapainya tujuan kementerian 2 Tingkat penurunan penyimpangan adalah : persentase penurunan penyimpangan pelaksanaan Presentase 40
industri pelaksanaan kebijakan industri tugas di masing-masing level organisasi sesuai dengan hasil
laporan Itjen
14 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SASARAN STRATEGIS (SS) PENJELASAN SS PENJELASAN IKU SATUAN TARGET K E TE RANGAN
(IKU)
I. Mengembangkan kemampuan Melihat sejauh mana kualitas kemampuan 1 Standar kompetensi SDM aparatur adalah : index penilaian kompetensi rata-rata sebagai hasil Index 3 Menggunakan nilai 1 sampai
SDM aparatur yang kompeten SDM sebagai pelaksana dalam penilaian kinerja setiap SDM dalam bidang tugas kementerian ( 5 dengan mengikuti standar
memberikan layanan terhadap industri dikerjakan bersama dengan Biro Kepegawaian dan menjadi kompetensi yang akan
nasional tugas utama Biro Kepegawaian) dibangun oleh masing-
masing Dirjen bersama
dengan Biro Kepegawaian
2 SDM aparatur yang kompeten adalah : persentase jumlah pegawai yang dinilai kompeten Persentase 90 Kemungkinan hanya menjadi
sesuai dengan penilaian yang dilakukan oleh Biro Kepegawaian tugas untuk Biro
dari seluruh pegawai di masing-masing level organisasi Kepegawaian saja, kecuali di
masing-masing unit
organisasi sudah melakukan
penilaian kompetensi

II. Membangun organisasi yang Cara yang digunakan untuk meningkatkan 1 Penerapan sistem manajemen mutu adalah jumlah satuan kerja dalam lingkup Deperin yang sudah Satuan Kerja 57
profesional dan probisnis kemampuan organisasi sehingga menerapkan standar mutu penilaian manajemen
menghasilkan kerja yang optimal

III. Membangun sistem informasi Cara untuk meningkatkan kemampuan 1 Tersedianya sistem informasi online adalah : tersedianya sistem / software aplikasi untuk Paket 20
yang terintegrasi & handal penyediaan data dan informasi yang mendukung pelaksanaan tugas di masing-masing sektor
mendukung tugas kementerian dalam
2 Pengguna yang mengakses adalah : jumlah pengguna informasi dan teknologi yang Jumlah 6.000.000
memberikan layanan kepada industri
tersedia dalam seluruh bidang tugas kementerian
nasional
IV. Meningkatkan kualitas Menganalisa bagaimana pelaksanaan 1 Kesesuaian Program dengan KIN adalah : persentase program yang terlaksana sesuai dengan Presentase 100
perencanaan dan Pelaporan tugas perencanaan untuk melayani penilaian KIN di masing-masing satuan tugas
pengembangan industri nasional sehingga 2 Tingkat persetujuan rencana kegiatan adalah : persentase tingkat persetujuan rata-rata untuk Presentase 95
program-program dapat berjalan sebaik (zero stars ) program yang akan dilaksanakan di masing-masing bidang
mungkin tugas
3 Tingkat ketepatan waktu pelaksanaan adalah : persentase ketepatan waktu penyelesaian tugas Presentase 85
kegiatan termasuk pemasukan laporan dan hasil keluaran setiap bidang
lainnya
V. Meningkatkan sistem tata Menganalisa bagaimana pelaksanaan 1 Tingkat penyerapan anggaran adalah : persentase penyerapan anggaran di masing-masing Persentase 95
kelola keuangan dan BMN tugas pelaporan keuangan dan sejauh bidang tugas
yang profesional mana penggunaan dana atau anggaran 2 Tingkat kualitas laporan keuangan adalah : Persentase penilaian laporan keuangan kementerian Persentase 100
dalam lingkup tugas kementerian dapat (WTP) untuk memenuhi kriteria WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)
dipergunakan sesuai dengan tujuannya
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

BAB III

PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)


UNIT ESELON I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

DAFTAR ISI

PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)


UNIT ESELON I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

1. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) SEKRETARIAT JENDERAL


2. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT JENDERAL
3. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DITJEN INDUSTRI AGRO DAN
KIMIA
4. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DITJEN INDUSTRI LOGAM, MESIN,
TEKSTIL DAN ANEKA
5. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DITJEN INDUSTRI ALAT
TRANSPORTASI DAN TELEMATIKA
6. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DITJEN INDUSTRI KECIL DAN
MENENGAH
7. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN INDUSTRI
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

1. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)


SEKRETARIAT JENDERAL
PETA STRATEGI SEKRETARIAT JENDERAL Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
VISI DAN MISI SETJEN
Visi : Mewujudkan pelayanan prima kepada stakeholders
Misi : 1. Melayani stakeholders secara profesional dan pro bisnis Terwujudnya Kualitas
8 Pelayanan Umum dan
2. Menyelenggarakan tata kepemerintahan yang baik dan profesional
Hubungan Masyarakat
Terwujudnya yang profesional
1 Organisasi Terwujudnya Kualitas Pelayanan & Fungsi Koordinasi
yang dinamis Terwujudnya
KEPENTINGAN

Yg Profesional dan Probisnis Pengelolaan


PEMANGKU

7
PERPEKTIF

Keuangan, Sarana
Terwujudnya dan Prasarana yang
Terwujudnya Sistem
Terwujudnya SDM kebijakan industri baik
Perencanaan & Terwujudnya
2 yang probisnis Terwujudnya Sistem
Pengendalian 3 industri dan 4 sistem informasi
Industri yang handal aparatur yang dan penyelesaian 5 industri yang 6 kerjasama yang
perkara hukum melindungi
profesional yang profesional terintegrasi dan
handal kepentingan industri

Pelayanan dan Perumusan


Kebijakan Operasional Pengendalian dan
Fasilitasi
dan Pengelolaan Pengawasan
PELAKSANAAN TUGAS POKOK

 Mengevaluasi Visi, Misi dan Strategi  Membangun Sistem Perencanaan Industri yang • Membangun Sistem
SEKRETARIAT JENDERAL

Departemen
PERSPEKTIF PROSES

handal Pengendalian Internal


 Melaksanakan Reformasi Birokrasi  Membangun Sistem Pengembangan Pegawai
• Memfasilitasi Kebutuhan Sarana dan  Meningkatkan Sistem dan Tata Hukum Industri
Prasarana serta pelayanan yang berkualitas di bidang
• Memperkuat Database Industri & Hukum & Kebijakan Industri
kemampuan analisis data
 Mengembangkan Sistem Pendidikan &
• Meningkatkan kerjasama, promosi investasi
Pelatihan Aparatur yang profesional
dan akses pasar domestik & internasional
• Mengembangkan E-Government  Membangun Sistem Tata Kelola Keuangan yang
baik dan benar
 Mengembangkan Sistem Pendidikan &
Pelatihan Berbasis Kompetensi
KELEMBAGAAN

SDM Organisasi Tata Laksana


PENINGKATAN
PERSPEKTIF

KAPASITAS

• Meningkatkan Profesionalisme • Menyempurnakan dan • Memperbaiki Sistem


dan Produktivitas Pegawai Mengoptimalkan Ketatalaksanaan
Organisasi • Membangun Sistem
Informasi Berbasis IT
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) SEKRETARIAT JENDERAL

STRATEGIC OBJECTIVE & KPI


NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
Terwujudnya Organisasi yang Struktur Organisasi Departemen sesuai
1 Hasil kajian akhir 2009
dinamis kebutuhan 1
Terwujudnya Sistem Perencanaan Diterapkannya sistem perencanaan dan Renstra 1 akhir 2009
2 & Pengendalian Industri yang pengendalian industri Renja 5 setiap Juli
handal DIPA 181
Terwujudnya SDM industri dan a. Terserapnya jumlah lulusan SDM industri
3 Persentase 100
aparatur yang profesional yang bekerja di sektor Industri
b. Tersedianya SDM industri yang kompeten
Orang/Tahun 300

Terwujudnya kebijakan industri


4 Efektifitas penerapan tata hukum industri Persentase 100
STAKE HOLDERS

yang probisnis dan penyelesaian


perkara hukum yang profesional
5 Terwujudnya sistem informasi a. Tersedianya sistem informasi online Paket 20
industri yang terintegrasi dan b. Informasi yang diakses
Orang/Tahun 1.000.000
handal
Terwujudnya sistem kerjasama Diterapkannya Sistem kerjasama industri
6 yang melindungi kepentingan Tahun 5 (mulai 2009)
industri
Terwujudnya pengelolaan Terwujudnya "good financial governance"
7 keuangan, sarana dan prasarana Satker 58
yang baik
Terwujudnya kualitas pelayanan a. Ketepatan pemilihan media dan audience
8 umum dan hubungan masyarakat dengan tingkat validitas yang terpercaya Skor 65
yang profesional
b. Meningkatnya hubungan dan kerjasama
Skor 60
serta pertukaran informasi
20 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
STRATEGIC OBJECTIVE & KPI
NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
Mengevaluasi Visi, Misi dan Tersedianya Visi, Misi, Strategi sesuai postur
1 Tahun 1 (akhir 2009)
Strategi Departemen birokrasi
Melaksanakan Reformasi
2 Terwujudnya good governance Tahun 5
Birokrasi
Memfasilitasi Kebutuhan Sarana a. Kesesuaian rencana dan kebutuhan
Persentase 80
dan Prasarana
3
b. Efisiensi pemanfaatan teknologi Persentase 30
c. Efisiensi ruangan dan energi Persentase 30
Memperkuat Database Industri & a. Ketersediaan informasi yang cepat, tepat
Tahun 5
4 kemampuan analisis data dan akurat
b. Kajian yang diaplikasikan Persentase 100
INTERNAL

Meningkatkan kerjasama, a. Terbentuknya jaringan kerja internal &


Unit 100
promosi, investasi, akses pasar eksternal
domestik dan internasional b. Tersedianya informasi kerjasama
5 internasional yang uptodate dan mudah Jenis 50
diakses
c. Tercapainya kesepakatan/ perjanjian MoU/
25
kerjasama internasional Agreement
6 Mengembangkan E-Government Tersedianya jenis aplikasi Aplikasi 10
Membangun Sistem Perencanaan a. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas
Industri yang handal pelaksanaan program Persentase 90
7 b. Ketepatan dan Kesesuaian usulan
program dengan Kebijakan Industri Nasional Skor 100
(KIN)
21 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

STRATEGIC OBJECTIVE & KPI


NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
Membangun Sistem a. Formulasi pegawai sesuai kebutuhan
Tahun 1 (akhir 2009)
Pengembangan Pegawai organisasi
b. Standar Kompetensi Jabatan Tahun 1 (akhir 2010)
c. Ketersediaan & penempatan Pegawai
Tahun 5
8 sesuai kompetensi
d. Diterapkannya Pola Karir, mutasi dan
Tahun 5
promosi yang konsekuen
e. Adanya penghargaan, kesejahteraan &
Tahun 5
hukuman
Meningkatkan Sistem dan Tata a. Publikasi Produk Hukum yang sesuai
Persentase 100
Hukum Industri serta pelayanan kebutuhan
INTERNAL

9
yang berkualitas di bidang Hukum b. Layanan Konsultasi dan Advokasi Hukum
& Kebijakan Industri Persentase 100
Mengembangkan Sistem Diterapkannya pola pengembangan Diklat
10 Pendidikan & Pelatihan Aparatur Tahun 5
yang profesional
Membangun Sistem Tata Kelola Meningkatnya efisiensi, efektifitas dan
11 Keuangan yang baik dan benar akuntabilitas pengelolaan keuangan dan Satker 60
BMN
Mengembangkan sistem
12 pendidikan & pelatihan berbasis Pedoman diklat Pedoman 30
kompetensi
Membangun Sistem Tersedianya informasi keuangan di seluruh
13 Satker 60
Pengendalian Internal Satker
Meningkatkan Profesionalisme
Tersusunnya standar waktu penyelesaian
1 dan Produktivitas Pegawai Jenis 3
CAPACITY BUILDING

pekerjaan
Menyempurnakan dan Tercapainya kesesuaian jumlah pegawai
2 Persentase 100
mengoptimalkan Organisasi dengan pekerjaan
Memperbaiki Sistem
3 Tersusunnya SOP unggulan SOP 100
Ketatalaksanaan
Membangun Sistem informasi
4 Tersedianya sistem kearsipan Tahun 1 (mulai 2010)
Berbasis IT
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

2. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)


INSPEKTORAT JENDERAL
PETA STRATEGI INSPEKTORAT JENDERAL Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
STRATEGIC VISI DAN MISI INSPEKTORAT JENDERAL
Terwujudnya Pengawasan Internal Yang Efisien dan Efektif Untuk Mendukung Pencapaian Sasaran Pembangunan Sektor Industri dan Terciptanya Good Governance di Lingkungan
OBJECTIVE Departemen Perindustrian

Terwujudnya Pengawasan
STRATEGIC OUTCOMES

Memenuhi Harapan

Berbasis Pembinaan
Stakeholders

Terciptanya Sistem
Pengawasan Berbasis 1 Meningkatnya Profesionalisme
Pembinaan 2
Tenaga Pengawas / Auditor

PERUMUSAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENGAWASAN PENEGAKAN PERATURAN DAN


PERUNDANG-UNDANGAN
Melakukan Kajian Hasil Audit Melakukan Evaluasi Hasil
Kinerja dan Audit dengan tujuan Pemantauan tindak lanjut hasil
tertentu pengawasan
STRATEGIC DRIVER
Proses Pelaksanaan
Tugas Pokok ITJEN

Merumuskan :
1. Kebijakan Pengawasan; Mengoptimalkan Pemanfaatan
2. Kebijakan peningkatan kualitas Melakukan evaluasi hasil reviu
Pelaporan Hasil Pengawasan
SDM pengawasan; dan SPIP
3. Pedoman pengawasan; Meningkatkan Kepatuhan Terhadap
4. Pedoman evaluasi dan Kebijakan dan Peraturan Perundang-
Melakukan kajian hasil Melaksanakan Koordinasi dan
pemantauan; undangan.
pemantauan pelaksanaan sinkronisasi program
5. Pedoman pemeriksaan tujuan
kebijakan industri pengawasan dengan
tertentu.
stakeholder
6. Pedoman Reviu Laporan Keuangan
dan BMN
Menetapkan program Memberikan penghargaan
pembinaan dan peningkatan dan penalti sebagai tindak
kualitas SDM pengawasan lanjut hasil pengawasan

SDM ORGANISASI INFORMASI PERENCANAAN DANA


Pengelolaan
SDM Aparat

Informasi
Teknologi

Meningkatkan Meningkatkan Koordinasi Pengembangan Sistem Dukungan Dana yang


Meningkatkan Kualitas Perencanaan
Kemampuan SDM Aparat Internal dan Eksternal Informasi Pengawasan Memadai
Pengawas
Meningkatkan ketatalaksanaan
Sistem Administrasi
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT JENDERAL

STRATEGIC OBJECTIVE & KPI


NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
Terciptanya Sistem Menurunnya tingkat penyimpangan/ penyelewengan % 60
1
STAKEHOLDER

Pengawasan Berbasis Pembinaan


Meningkatnya Profesionalisme Tenaga Pengawas Tenaga Pengawas/ Auditor yang mampu orang 40
/ Auditor memberikan pembinaan
2
Tenaga Pengawas/ Auditor yang memiliki orang 40
kompetensi/ sertifikasi
Merumuskan kebijakan Pengawasan Kebijakan pengawasan yang ditetapkan dalam Buah 1
1 bentuk peraturan
2 Merumuskan kebijakan peningkatan kualitas SDM kebijakan peningkatan kualitas SDM Pengawasan Buah 1
3 Pengawasan
Merumuskan pedoman pengawasan ITJEN Tersedianya pedoman pengawasan ITJEN Buah 6
Merumuskan pedoman pemantauan dan evaluasi Tersedianya Pedoman pemantauan dan evaluasi Buah 1
4

Melakukan Kajian Hasil Audit Kinerja dan Audit Laporan Kajian Hasil Audit Kinerja dan Audit tertentu Laporan 5
5
dengan tujuan tertentu
INTERNAL

Melakukan Evaluasi Hasil Pemantauan tindak Laporan evaluasi hasil pemantauan tindak lanjut hasil Laporan 1
6 lanjut hasil pengawasan pengawasan
Mengoptimalkan Pemanfaatan Pelaporan Hasil Tersedianya laporan hasil pengawasan sebagai Laporan 1
7 Pengawasan bahan pengambilan keputusan
Menetapkan program pembinaan dan Tersedianya program Pembinaan SDM Pengawasan Program 1
8 peningkatan kualitas SDM pengawasan Tersedianya SDM pengawasan yang telah mengikuti Orang 40
diklat
Melakukan evaluasi hasil reviu dan SPIP Tersedianya laporan hasil evaluasi reviu dan SPIP Laporan 2
9
25 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
STRATEGIC OBJECTIVE & KPI
NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
Melakukan kajian hasil pemantauan pelaksanaan Tersedianya laporan kajian hasil pemantauan Kegiatan 1
10 kebijakan industri pelaksanaan kebijakan industri

Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi Tersedianya Program Kerja Pengawasan Tahunan Program 1
11 program pengawasan dengan stakeholder (PKPT)
INTERNAL

Merumuskan pedoman reviu laporan keuangan Tersedianya Pedoman Reviu Laporan Keuangan dan Buah 1
12 dan BMN BMN
Memberikan penghargaan dan penalti sebagai Pemberian Piagam penghargaan Jenis 10
13 tindak lanjut hasil pengawasan
Pemberian sanksi Buah 0
Meningkatkan Kepatuhan Terhadap Kebijakan Menurunnya jumlah penyimpangan/ temuan % 50
14 dan Peraturan Perundang-undangan.

Meningkatkan Kemampuan SDM Aparat Tersedianya SDM aparat pengawas yang telah LHP 171
1 Pengawas mengikuti diklat
2 Meningkatkan Koordinasi Internal dan Eksternal Terlaksananya koordinasi internal dan eksternal Buah Peningkatan
Meningkatkan ketatalaksanaan Sistem Terlaksananya tertib administrasi % 10 %
Penurunan
CAPACITY BUILDING

3
Administrasi 100%
Pengembangan Sistem Informasi Pengawasan Tersedianya sistem informasi pengawasan berbasis % Produktivitas
4 teknologi informasi kerja diatas
95 %
Meningkatkan Kualitas Perencanaan Berkurangnya tumpang tindih kegiatan pengawasan % 3 % dari
5 pagu
anggaran
Menetapkan anggaran Tersedianya anggaran sesuai kebutuhan % 98%
6
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

3. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)


DITJEN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA
PETA STRATEGI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
STRATEGIC VISI DAN MISI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
OBJECTIVE Visi : Terwujudnya Industri Agro dan Kimia Yang Berdaya Saing Global Pada Tahun 2025.
Misi : 1. Meningkatkan Industri yang Berbasis Sumber Daya Alam
2. Pengembangan Inovasi Teknologi dan SDM yang Kompeten
3. Mendukung ketahanan pangan dan ketersediaan energi alternatif

Tumbuh dan berkembangnya


STRATEGIC OUTCOME

IAK yang berkelanjutan


Memenuhi harapan

Meningkatny Meningkatnya
1 a nilai tambah 6
stakeholders

Persebaran IAK
IAK

Meningkatnya
penguasaan Menguatnya
2 pasar produk Meningkatnya Meningkatnya 5 struktur IAK
IAK 3 Kompetensi 4 penguasaan
SDM IAK teknologi IAK

Perumusan Kebijakan PELAYANAN / FASILITASI


Pengendalian &
Proses Pelaksanaan Tugas Pokok

Pengawasan
Menetapkan kebijakan pengembangan IAK
Jaminan Pasok Bahan Pengembangan klaster IAK
melalui Perencanaan Jangka Panjang,
STRATEGIC DRIVER

Menengah dan Pendek, serta Peta baku dan energi


Panduan Pengembangan Komoditi IAK Penerapan Standar & HKI Monitoring dan Evaluasi
Promosi investasi IAK Terhadap Pelaksanaan
dan produk IAK Kebijakan dan Pelayanan
Pengembangan
Mempersiapkan Usulan Kebijakan : kompetensi SDM IAK
Revitalisasi/
1. Iklim Usaha Restrukturisasi IAK
2. Standar IAK Pengembangan
Kerjasama IAK
Peningkatan
Kemampuan
Pemberian
Teknologi IAK
Rekomendasi/Perizinan

Organisasi & Ketatalaksanaan Informasi Perencanaan & Pelaporan Dana


SDM
Organisasi &
Pengelolaan

Informasi

Penguatan organisasi Meningkatkan Kualitas


SDM

Meningkatkan Kompetensi Membangun dan


SDM Aparatur IAK Perencanaan & Pelaporan Mengoptimalkan
Mengembangkan sistim (LAKIP, SAI, SAP,LAP Pengelolaan APBN
informasi berbasis IT KEGIATAN)
Pengembangan Manajemen
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DITJEN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

STRATEGIC OBJECTIVE & KPI


NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
Meningkatnya Nilai Tambah IAK Meningkatnya kontribusi sub sektor IAK
1 % 12,9
terhadap PDB
Meningkatnya Penguasaan Pasar Produk IAK Meningkatnya Nilai Ekspor Produk IAK % 2,5
STAKE HOLDER

2 Meningkatnya pangsa pasar produk IAK di


% -
dalam negeri
Meningkatnya Kompetensi SDM IAK Meningkatnya SDM IAK yang tersertifikasi % -
Meningkatnya Penerapan Teknologi Dalam
4 Meningkatnya Penguasaan Teknologi IAK Perusahaan 2
Negeri
Tumbuhnya cabang IAK (industri turunan) baru
5 Menguatnya Struktur IAK Jenis Industi -
selama 5 tahun
6 Meningkatnya Persebaran IAK Berkembangnya IAK di Luar Pulau Jawa Unit Usaha -
Menetapkan kebijakan pengembangan IAK melalui Tersusunnya Renstra dan Renja Ditjen IAK Paket 1
1 Perencanaan Jangka Pendek, Menengah dan Panjang Terususnnya Peta Panduan Pengembangan
Peta Panduan 12
sertra Peta Panduan Pengembangan Komoditi IAK Komoditi IAK
Mempersiapkan Usulan Kebijakan : 1. Iklim usaha, 2. Tersusunnya konsep usulan kebijakan iklim
INTERNAL

Paket 4
2 Standar IAK usaha
Tersusunnya konsep usulan standar Paket 42
Ketersediaan dan Jaminan Pasokan Bahan Baku dan Jumlah Frekwensi Rapat Koordinasi
3 Kali 52
Energi untuk IAK
Jumlah promosi investasi Kali 4
4 Memfasilitasi promosi investasi dan produk IAK
Jumlah pameran komoditi Kali 6
29 Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

STRATEGIC OBJECTIVE & KPI


NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
5 Memfasilitasi Revitalisasi/ Restrukturisasi IAK Jumlah perusahaan yang direvitalisasi Perusahaan 8
Diseminasi hasil-hasil litbang dan teknologi
Memfasilitasi Peningkatan Kemampuan Teknologi Kali 2
6 IAK
IAK
Bantuan mesin peralatan IAK Paket 15
INTERNAL

7 Memfasilitasi Pengembangan Klaster IAK Forum Komunikasi Kali 20


Jumlah perusahaan yang menerapkan
8 Penerapan Standar & HKI IAK Perusahaan 100
standar
9 Memfasilitasi Pengembangan SDM Industri Jumlah pelatihan/pemagangan Kali 4

10 Memfasilitasi Pengembangan Kerjasama IAK Meningkatnya kerjasama IAK Kesepakatan 5


Meningkatkan kualitas pelayanan publik Ketepatan waktu pelayanan pemberian
11 hari 5
(ketatalaksanaan) rekomendasi
1 Mengembangkan Kompetensi SDM Aparatur IAK Tersedianya SDM IAK yang berkompeten orang 200
CAPACITY BUILDING

Penguatan Organisasi Tingkat efektifitas dan efisiensi penggunaan


2 sumber daya % -

3 Mengembangkan sistem manajemen Standar Pelaksanaan Kerja SOP 40


Membangun dan Mengembangkan sistem Jumlah layanan yang bisa diakses oleh
4 Buah
informasi berbasis IT publik melalui IT
Meningkatkan kualitas Prencanaan dan Pelaporan
5 Ketepatan waktu pelaporan %
(LAKIP, SAI, SAP, Lap. Kegiatan)
6 Optimalisasi Pemanfaatan dana Penyerapan DIPA %
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

4. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)


DITJEN INDUSTRI LOGAM, MESIN, TEKSTIL DAN ANEKA
PETA STRATEGI DITJEN ILMTA
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
STRATEGIC VISI DAN MISI DITJEN ILMTA Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
OBJECTIVE Visi : Terwujudnya Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka sebagai basis industri manufaktur yang andal dalam mendukung industri anda lan masa depan dan
pertumbuhan ekonomi
Misi : Menjadikan penggerak masyarakat untuk melakukan kegiatan industri manufaktur yang efisien dan bernilai tambah tinggi .

Semakin meningkatnya peran subsektor ILMTA


Memenuhi harapan stakeholders

Meningkatnya dalam perekonomian nasional


1 nilai tambah Tersebarnya
STRATEGIC OUTCOME

subsektor ILMTA 6 Industri LMTA


di luar Jawa
Meningkatnya
2 penguasaan
pangsa pasar
produk ILMTA Meningkatnya
Kemampuan Teknologi 5 Meningkat dan
Meningkatnya 4 Menguatnya
3 kemampuan SDM subsektor ILMTA struktur ILMTA
Industri

Perumusan Kebijakan Pelayanan & Fasilitasi Pengendalian &


Proses Pelaksanaan Tugas Pokok

Mempersiapkan dan/atau Pengawasan


Menetapkan Kebijakan Industri
Memfasilitasi peningkatan kemampuan Teknologi ILMTA Mengoptimalkan pemantauan
STRATEGIC DRIVER

kinerja industri terkait dengan


Menetapkan peta panduan
pelaksanaan Kebijakan dan
Departemen

pengembangan industri
Memfasilitasi Pengembangan Klaster ILMTA Peraturan Perundang-undangan

Mengusulkan insentif yang Memfasilitasi promosi , investasi dan produk ILMTA


mendukung pengembangan industri
Memfasilitasi penerapan standardisasi

Meningkatkan kualitas pelayanan publik

Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan


pelatihan serta kewirausahaan

SDM Organisasi & Ketatalaksanaan Informasi Perencanaan Dana


Organisasi &
Pengelolaan

Informasi

Mengembangkan •Membangun organisasi yang dinamis Membangun sistem •Meningkatkan Kualitas Dukungan dana
SDM

kemampuan SDM •Mengembangkan sistem manajemen informasi yang perencanaan dan yang memadai
terintegrasi & handal pelaporan
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DITJEN INDUSTRI LOGAM, MESIN, TEKSTIL DAN ANEKA

STRATEGIC OBJECTIVE & KPI


NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
1. Meningkatnya nilai tambah industri Laju pertumbuhan industri Persentase 7,07
Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Persentase 5,8
Nasional
2. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total Persentase 47,5
negeri permintaan di pasar DN
Pertumbuhan ekspor produk dan jasa industri Persentase 11
nasional
STAKE HOLDERS

Pangsa pasar produk dan jasa industri nasional di 5 Persentase 4


(lima) negara utama tujuan ekspor
3. Meningkatnya kemampuan SDM industri Tingkat produktifitas SDM industri Nilai Tambah 450000
(rupiah) per
Tenaga Kerja
Index iklim industri nasional Index 4
4. Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Jumlah hasil Penelitian dan Pengembangan Jumlah 3
Teknologi Industri Teknologi Industri Terapan Inovatif
Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan Jumlah 2
oleh sektor industri
5. Lengkap dan menguatnya struktur industri Pertumbuhan investasi di Industri Hulu dan Antara Jumlah 160
Tingkat kandungan lokal Persentase 45
6. Tersebarnya pembangunan industri Rasio Jumlah Industri Jawa dengan Luar Jawa Rasio 90 : 10
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
33
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

STRATEGIC OBJECTIVE & KPI


NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
1. Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Rencana Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, Konsep -
dan Kebijakan Industri R.Perpres/R.Keppres)
Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Peraturan 31
Menteri
2. Menetapkan rencana strategis dan/atau Renstra 2010 -2014 & RENJA Paket 1
3. Menetapkan peta panduan pengembangan Peta Panduan Pengembangan klaster Industri Klaster 8
industri prioritas
Peta panduan industri unggulan provinsi Provinsi 5
Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota -
Kabupaten/Kota
INTERNAL

4. Mengusulkan insentif yang mendukung Rekomendasi usulan insentif Jenis 6


pengembangan industri Perusahaan industri yang memperoleh insentif Perusahaan 64
5. Mengembangkan R & D di instansi dan industri Kerjasama R&D instansi dengan industri Kerjasama -
6. Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan Perusahaan yang mendapatkan HKI Perusahaan -
penggunaan Kekayaan intelektual Produk HKI yang dikomersialkan (Paten) Produk -
7. Memfasilitasi pengembangan industri Tingkat utilisasi kapasitas produksi Presentase 72,5
Perusahaan yang mendapat akses ke sumber Perusahaan 332
pembiayaan
Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan Perusahaan 48
baku
Perjanjian kerjasama Internasional MoU 6
8. Memfasilitasi promosi industri Perusahaan mengikuti seminar/konfrensi, pameran, Perusahaan 480
misi dagang/investasi
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
34
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
STRATEGIC OBJECTIVE & KPI
NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
9. Memfasilitasi penerapan standardisasi Rancangan SNI yang diusulkan RSNI 140
Penambahan SNI wajib yang diterapkan SNI 21
Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Perusahaan 120
Mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM)

10. Meningkatkan kualitas pelayanan publik Tingkat kepuasan pelanggan Index 5


INTERNAL

11. Mengkoordinasikan peningkatan kualitas Instruktur yang bersertifikat Jumlah -


lembaga pendidikan dan pelatihan serta Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga Jumlah -
kewirausahaan diklat yang terakreditasi
12. Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur Tingkat Penurunan penyimpangan minimal Presentase 100
pimpinan dan staf Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit Satuan kerja 1
kerja
13. Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan Laporan -
dan efektifitas pencapaian kinerja industri Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan Presentase 100
kebijakan industri
1. Mengembangkan kemampuan SDM aparatur Standar kompetensi SDM aparatur Index 5
yang kompeten SDM aparatur yang kompeten Persentase 80
2. Membangun organisasi yang profesional dan Penerapan sistem manajemen mutu Satuan Kerja -
CAPACITY BUILDING

probisnis
3. Membangun sistem informasi yang terintegrasi & Tersedianya sistem informasi online Paket 8
handal Pengguna yang mengakses Jumlah 3.790
4 Meningkatkan kualitas perencanaan Kesesuaian Program dengan KIN Presentase 90
Tingkat persetujuan rencana kegiatan (zero stars ) Presentase 90
Tingkat ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan Presentase 90
5. Meningkatkan sistem tata kelola keuangan dan Tingkat penyerapan anggaran Persentase 90
BMN yang profesional Tingkat kualitas laporan keuangan (WTP) Persentase 100
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

5. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)


DITJEN INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DAN TELEMATIKA
PETA STRATEGI DIREKTORAT JENDERAL IATT
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
VISI DAN MISI Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
Visi : Terwujudnya Industri Alat Transportasi ,Telematika dan Elektronika sebagiai industri andalan masa depan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi
Misi : Meningkatkan kemampuan penyedia alat transportasi, komunikasi dan informasi yang efisien dalm meningkatkan nilai tambah
Semakin meningkatnya peran subsektor IATT
Perspektif Pemangku

sebagai industri andalan masa depan dalam Tersebarnya


Tingginya Nilai perekonomian masa depan 6 pembangunan
1 tambah
Kepentingan

industri
industri

Tingginya Tingginya Kuat, lengkap dan


2 penguasaan 5 dalamnya Struktur
kemampuan
pasar dalam dan 4 inovasi dan industri
luar negeri Kokohnya faktor- penguasaan
3 faktor penunjang teknologi industri
pengembangan
industri
Perspektif Proses Pelaksanaan

Perumusan Kebijakan Pelayanan & Fasilitasi Pengawasan, Pengendalian


& Evaluasi
Tugas Pokok Ditjen IATT

Mempersiapkan dan/atau Meningkatkan kualitas pelayanan publik


Menetapkan Kebijakan dan produk
Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan , Mengoptimalkan budaya
hukum Industri
teknologi, Kekayaan intelektual pengawasan pada unsur
Menetapkan rencana strategis pimpinan dan staf
Memfasilitasi pengembangan industri
dan/atau pengembangan industri
Mengoptimalkan Sistem
prioritas dan industri andalan masa Mengkoordinasikan pengembangan industri (pemerintah Pengendalian Internal di setiap
depan pusat, provinsi, kabupaten, dunia usaha dll) Satker
Menetapkan peta panduan Memfasilitasi promosi, investasi dan pemasaran
pengembangan industri Meningkatkan evaluasi
Memfasilitasi penerapan standardisasi kebijakan dan efektifitas
Mengusulkan insentif yang pencapaian kinerja industri
mendukung pengembangan ind Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan
dan pelatihan serta kewirausahaan
PeningkatanKapasi
tas Kelembagaan

SDM Organisasi & Ketatalaksanaan Informasi Perencanaan Dana


Perspektif

•Membangun SDM aparatur Membangun sistem Meningkatkan Dukungan anggaran,


Membangun organisasi
yang kompeten informasi industri kualitas Sistem Tata Kelola
yang Profesional dan
•Mengembangkan sistem diklat Probisnis yang terintegrasi & perencanaan dan Keuangan dan BMN
SDM industri yang profesional handal pelaporan yang profesional
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJEN INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DAN TELEMATIKA


STRATEGIC OBJECTIVE & KPI
NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
1. Meningkatnya nilai tambah industri Laju Pertumbuhan Industri Persentase 8,2
Kontribusi Industri manufaktur terhadap PDB Persentase 40
Nasional
2. Meningkatnya penguasaan pasar dalam Pangsa pasar produk industri nasional Persentase 9,75
dan luar negeri terhadap total permintaan di pasar DN
Pertumbuhan ekspor produk dan jasa industri Persentase 10
nasional
Pangsa pasar produk dan jasa industri nasional Persentase -
di 5 (lima) negara utama tujuan ekspor
STAKE HOLDERS

3. Kokohnya faktor-faktor penunjang Tingkat produktifitas SDM industri Nilai Tambah 4800
pengembangan industri (rupiah) per
Tenaga Kerja
Index iklim industri nasional Index 4
4. Tingginya Kemampuan Inovasi dan Jumlah hasil Penelitian dan Pengembangan Jumlah 4
Penguasaan Teknologi Industri Teknologi Industri Terapan Inovatif
Pemanfaatan hasil penelitian dan Jumlah 7
pengembangan oleh sektor industri
5. Lengkap dan menguatnya struktur Pertumbuhan investasi di Industri Hulu dan Jumlah 24
industri Antara
Tingkat kandungan lokal Persentase 53
6. Tersebarnya pembangunan industri Rasio Jumlah Industri Jawa dengan Luar Jawa Rasio 60:40
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
38 Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
STRATEGIC OBJECTIVE & KPI
NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
1. Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, Konsep 4
Kebijakan Produk Hukum Industri RPP, R.Perpres/R.Keppres)
Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Peraturan 5
Menteri
2. Menetapkan rencana strategis dan/atau Renstra 2010 -2014 & RENJA Paket 1
pengembangan industri prioritas dan
industri andalan masa depan
3. Menetapkan peta panduan Peta Panduan Pengembangan klaster Industri Klaster 4
pengembangan industri prioritas
Peta panduan industri unggulan provinsi Provinsi 8
Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota -
Kabupaten/Kota
4. Mengusulkan insentif yang mendukung Rekomendasi usulan insentif Jenis 4
INTERNAL

pengembangan industri Perusahaan industri yang memperoleh Perusahaan 360


insentif
5. Mengembangkan R & D di instansi dan Kerjasama R&D instansi dengan industri Kerjasama 6
industri
6. Memfasilitasi penerapan, Perusahaan yang mendapatkan HKI Perusahaan 20
pengembangan dan penggunaan Produk HKI yang dikomersialkan (Paten) Produk 8
Kekayaan intelektual
7. Memfasilitasi pengembangan industri Tingkat utilisasi kapasitas produksi Presentase 71,25
Perusahaan yang mendapat akses ke Perusahaan 73
sumber pembiayaan
Perusahaan yang mendapat akses ke Perusahaan 71
sumber bahan baku
Perjanjian kerjasama Internasional MoU 10
8. Memfasilitasi promosi industri Perusahaan mengikuti seminar/konfrensi, Perusahaan 160
pameran, misi dagang/investasi
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
39
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
STRATEGIC OBJECTIVE & KPI
NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
9. Memfasilitasi penerapan standardisasi Rancangan SNI yang diusulkan RSNI 175
Penambahan SNI wajib yang diterapkan SNI 25
Perusahaan yang menerapkan Sistem Perusahaan 30
Manajemen Mutu (Pedoman BSN10 dan
GKM)
10. Meningkatkan kualitas pelayanan publik Tingkat kepuasan pelanggan Index 4
INTERNAL

11. Mengkoordinasikan peningkatan Instruktur yang bersertifikat Jumlah 45


kualitas lembaga pendidikan dan Jurusan pada lembaga pendidikan dan Jumlah 8
pelatihan serta kewirausahaan lembaga diklat yang terakreditasi
12. Mengoptimalkan budaya pengawasan Tingkat Penurunan penyimpangan minimal Presentase 60
pada unsur pimpinan dan staf Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di Satuan kerja 7
unit kerja
13. Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan Laporan 7
kebijakan dan efektifitas pencapaian Tingkat penurunan penyimpangan Presentase 40
kinerja industri pelaksanaan kebijakan industri

1. Mengembangkan kemampuan SDM Standar kompetensi SDM aparatur Index 3


aparatur yang kompeten SDM aparatur yang kompeten Persentase 90
2. Membangun organisasi yang Penerapan sistem manajemen mutu Satuan Kerja 5
CAPACITY BULIDING

profesional dan probisnis


3. Membangun sistem informasi yang Tersedianya sistem informasi online Paket 9
terintegrasi & handal Pengguna yang mengakses Jumlah 2.000.000
4. Meningkatkan kualitas perencanaan Kesesuaian Program dengan KIN Presentase 100
Tingkat persetujuan rencana kegiatan (zero Presentase 93
stars )
Tingkat ketepatan waktu pelaksanaan Presentase 100
kegiatan
5. Meningkatkan sistem tata kelola Tingkat penyerapan anggaran Persentase 95
keuangan dan BMN yang profesional Tingkat kualitas laporan keuangan (WTP) Persentase 100
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

6. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)


DITJEN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
Peta Strategi Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

STRATEGI VISI DAN MISI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
C Visi : Mewujudkan Pelayanan Prima menuju Industri Kecil dan Menengah (IKM) berdaya saing.
OBJECTIV Misi : Merumuskan kebijakan yang kondusif; memberikan layanan prima; memberikan fasilitasi yang tepat serta melakukan pengendalian dan
E pengawasan yang efektif .
STRATEGIC OUTCOMES

1 Tumbuh dan
Meningkatnya berkembangnya IKM yang
kemampuan teknologi, 6 Meningkatnya akses
Memenuhi Harapan

penerapan
berdaya saing
pasar dalam dan luar
Stakeholders

standardisasi dan HKI negeri bagi IKM


bagi IKM

Meningkatnya
Meningkatnya 4
2 Meningkatnya 5 kerjasama
SDM IKM yang Meningkatnya
3 akses sumber kelembagaan dan
profesional dan akses sumber pembiayaan bagi iklim usaha yang
kreatif bahan baku bagi IKM kondusif
IKM

PERUMUSAN KEBIJAKAN PELAYANAN DAN FASILITASI PENGENDALIAN & PENGAWASAN

Mensinkronisasikan dan Melaksanakan


Mempersiapkan Mengusulkan mensinergikan program Meningkatkan kompetensi kerjasama dan Melakukan monitoring, evaluasi dan
rancangan kepada instansi pengembangan IKM SDM IKM penguatan pengendalian pelaksanaan kebijakan
dan/atau terkait kelembagaan pengembangan IKM
Proses Pelaksanaan Tugas Pokok

menetapkan terhadap
STRATEGIC DRIVER

kebijakan untuk pelaksanaan Menumbuhkan Wira


mendorong aturan yang Usaha Baru (WUB) IKM
Mengembangkan Melakukan Melakukan perbaikan dan
pengembangan menyangkut
kemampuan teknologi asesment dan penyempurnaan pelaksanaan
IKM infrastruktur
sosialisasi kebijakan pengembangan IKM
(hard dan soft
Ditjen IKM

infrastruktur) Mengembangkan peraturan-


penyediaan bahan baku, peraturan yang
0

Mempersiapkan energi dan pembiayaan terkait dengan IKM


Mengembangkan
dan menetapkan IKM
standardisasi, sistem
pedoman bagi
manajemen mutu dan HKI
stakeholder Meningkatkan
untuk promosi investasi
mengoptimalkan dan pemasaran
pemanfaatan produk IKM
layanan dan
fasilitasi

SDM ORGANISASI DAN


KETATALAKSANAAN KEUANGAN METODE SARANA
Mengembangkan
Sumber Daya
Pengelolaan

Organisasi

kemampuan SDM •Membangun organisasi yang dinamis Meningkatkan pengelolaan Mengembangkan Meningkatkan
APBN basis data dan sistem penyediaan sarana
•Mengembangkan sistem manajemen informasi dan prasarana kerja
46
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DITJEN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH


STRATEGIC OBJECTIVE & KPI
NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
1 Meningkatnya kemampuan teknologi, Meningkatnya nilai produksi IKM % 59 12% per tahun
penerapan standardisasi dan HKI bagi IKM Meningkatnya nilai tambah % 52 11% per tahun
Meningkatnya efisiensi % 30 6% per tahun
Meningkatnya jumlah pendaftaran HKI Unit 5.075 1000 merek, 50 desain industri, 25 paten,
4000 hak cipta
2 Meningkatnya SDM IKM yang profesional dan Meningkatnya SDM IKM yang Orang 10.020 Pangan 2000, Sandang 750, KBB 750,
kreatif profesional, inovatif dan kreatif Logek 1200, Kerajinan 5.320
Meningkatnya produktivitas tenaga % 60 12% per tahun
kerja IKM
3 Meningkatnya akses sumber bahan baku Meningkatnya jumlah IKM yang dapat IKM 1500 300 per tahun
bagi IKM memanfaatkan sumber bahan baku
STAKE HOLDERS

Kemitraan dengan institusi terkait IKM 125 Selama 5 tahun (kumulatif): Pangan 15,
dalam pengembangan depo bahan Sandang 15, KBB 10, Logek 15,
baku Kerajinan 70
4 Meningkatnya akses sumber pembiayaan Meningkatnya jumlah IKM yang dapat Perusahaan 2000 5 sektor
bagi IKM memanfaatkan sumber pembiayaan

5 Meningkatnya kerjasama kelembagaan dan Meningkatnya jumlah insentif yang Paket 5


iklim usaha yang kondusif dapat dimanfaatkan oleh IKM
Meningkatnya jumlah peraturan yang Peraturan 35 Perijinan, Peraturan, Pedoman
kondusif bagi IKM
6 Meningkatnya akses pasar dalam dan luar Meningkatnya pangsa pasar dalam % 50
negeri bagi IKM negeri
Meningkatnya pangsa pasar luar % 10
negeri
Meningkatnya investasi IKM % 5
Meningkatnya pemanfaatan ICT % 5
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
43
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
STRATEGIC OBJECTIVE & KPI
NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
1 Mempersiapkan rancangan dan/atau Tersusunnya Rancangan Kebijakan Paket 10
menetapkan kebijakan untuk mendorong yang mendorong Pengembangan IKM
pengembangan IKM
2 Mempersiapkan dan menetapkan pedoman Tersusunnya pedoman, Juklak/Juknis Paket 26
bagi stakeholder untuk mengoptimalkan dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan layanan dan fasilitasi pemanfaatan layanan dan fasilitasi

3 Mengusulkan kepada instansi terkait Tersusunnya usulan berkaitan dengan Paket 5


terhadap pelaksanaan aturan yang insentif untuk IKM
menyangkut infrastruktur (hard dan soft Tersusunnya usulan berkaitan dengan Paket 1
infrastruktur) fasilitasi akses pembiayaan bagi IKM
yang feasible tapi tidak bankable

Tersusunnya usulan kemitraan bisnis Paket 10


INTERNAL

antara IKM dengan instansi/sektor


ekonomi lainnya
4 Mensinkronisasikan dan mensinergikan Tersusunnya Rencana Strategis Paket 77 7 Renstra, 35 Renkin, 35 Renja,
program pengembangan IKM (Renstra), Rencana Kinerja (Renkin)
dan Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga (Renja-K/L)
Program Pengembangan IKM
Terlaksananya Rapat Koordinasi Kali 90 Rapat Koordinasi Regional, Nasional,
Program Pengembangan IKM Konsinyiring
Tersusunnya APBN (DIPA, RKA-K/L, Buah 860 110 DIPA/RKA-K/L, 750 KAK/RAB
KAK, RAB)
5 Mengembangkan kemampuan teknologi Terlaksananya Pendampingan Kali 250 Tahun 2009 = Pangan 12 Tenaga Ahli
Penerapan Teknologi Tepat Guna di (TA), Sandang 8 TA, Kimia dan Bahan
IKM Bangunan 6 TA, Kerajinan 24 TA
Terlaksananya Pendampingan Perusahaan 85 30 IKM Sandang, 15 IKM Kimia dan
Penerapan Produksi Bersih Bahan Bangunan, 30 IKM Logam, 10 IKM
Kerajinan
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
44
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
STRATEGIC OBJECTIVE & KPI
NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
Terlaksananya Peningkatan Unit 265 Selama 5 tahun (Kumulatif): 25 UPT/KUB
Kemampuan UPT/KUB Pangan, 50 UPT/KUB Sandang, 50
UPT/KUB Kimia dan Bahan Bangunan,
40 UPT/KUB Logam, 100 UPT/KUB
Kerajinan
Terlaksananya Pengembangan Desain Unit 3300 Selama 5 tahun (Kumulatif): Pangan
Produk, Desain Kemasan dan Merek 1500, Sandang 500, KBB 200, Kerajinan
Produk IKM 1100
Terlaksananya Pendampingan UU 1835 Selama 5 tahun (Kumulatif): Pangan
Penerapan Desain Produk, Kemasan 1000, Sandang 250, KBB 60, Logek 25,
dan Merek pada IKM Kerajinan 500
6 Mengembangkan standardisasi, sistem Terlaksananya Pendampingan UU 1835 Selama 5 tahun (Kumulatif): Pangan
manajemen mutu dan HKI Penerapan GMP, HACCP, GKM, SNI, HACCP 5, Halal 1500, Sandang ISO 50,
ISO 9000, ISO 14000, ISO/TS 16949, SNI 50, KBB GMP 300 SNI 50, Logek
Halal, Qseal, QS 9000, CE-Mark, HKI QS 9000/ISO/TS 16949 50, SNI 40, Q-
INTERNAL

seal 80
Tersusunnya Rancangan SNI SNI 70 Selama 5 tahun (Kumulatif): Pangan 10,
Sandang 10, Logek 50
Meningkatnya penerapan standard Sertifikat SNI = 70 SNI
bagi IKM GMP = 200
Perusahaan
HACCP = 5
Perusahaan
Halal = 1500
Perusahaan
Desain kemasan
dan merek =
1000 IKM

CE-MARK = 35
Sertifikat
ISO = 80
Sertifikat
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
45
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
STRATEGIC OBJECTIVE & KPI
NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
Meningkatnya penerapan GKM-IKM Jml GKM = 4500
IKM
Fasilitator =
1500 orang
Meningkatnya perlindungan HKI bagi Sertifikat Merek = 1000 200 merek/thn
produk IKM Desain Industri = 10 Desain Ind/thn
50
Paten = 25 5 Paten /thn
Hak Cipta = 800 Hak Cipta/thn
4000
7 Meningkatkan kompetensi SDM IKM Terlaksananya Pelatihan Orang 1360 Selama 5 tahun (kumulatif): Sandang
Kewirausahaan (AMT, CEFE, (AMT 100, CEFE 60, Teknologi 100,
Inkubator Bisnis), Manajemen, Desain 400); KBB (HKI 250, Teknologi
Teknologi, Standardisasi, Desain, 150, Desain 300)
Mutu, HKI
Terlaksananya magang, studi banding, Orang 175 Selama 5 tahun (kumulatif): Logek 50,
INTERNAL

Sandang 25, KBB 50, Kerajinan 50


8 Menumbuhkan Wira Usaha Baru (WUB) IKM Terlaksananya Penumbuhan Wira Orang 4100 Selama 5 tahun (kumulatif): Kerajinan
Usaha Baru melalui Pembentukan 4000 WUB, Sandang 100
Kelompok Usaha Bersama (KUB)
(AMT, CEFE, Inkubator Bisnis)
Terlaksananya pelatihan WUB orang 100
Teknologi Informasi
Terlaksananya pelatihan permesinan orang 100
modern
9 Mengembangkan penyediaan bahan baku, Terlaksananya penyediaan terminal Unit 25 Selama 5 tahun (kumulatif): KBB 10,
energi dan pembiayaan IKM bahan baku Kerajinan 15
Terlaksananya kemitraan antara Perusahaan 200 Selama 5 tahun (kumulatif): Logek 100,
pemasok bahan baku dengan IKM Sandang 100
Terlaksananya kemitraan antara IKM Perusahaan 260 Selama 5 tahun (kumulatif): Logek 100,
dengan Lembaga Keuangan Bank/Non Kerajinan 100, KBB 60
Bank.
Terlaksananya kemitraan antara Perusahaan 50 Selama 5 tahun (kumulatif): Logek 50,
Pemasok energi dengan IKM
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
46
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
STRATEGIC OBJECTIVE & KPI
NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
10 Melaksanakan kerjasama dan penguatan Terlaksananya kerjasama dengan Lembaga 250 D 8, ASEAN dan APEC, IJEPA (OVOP
kelembagaan lembaga nasional dan internasional dan Shindan Shi), JICA, JETRO,
UNESCO, Italia (IFSC), India, Australia,
Selandia Baru, Korea, Perguruan
Tinggi, LSM, Yayasan, Timor Leste,
China, LPPM, LPPOM MUI, BPOM,
Dewan Atsiri Indonesia (DAI), Asosiasi,
MPAI (Masyara
Terlaksananya perkuatan kapasitas Orang 635 Selama 5 tahun (Kumulatif): Pangan 90,
kelembagaan asosiasi, UPT, BDS, Sandang 100, KBB 120, Logek 125,
KUB, Pesantren, Klinik Layanan IKM Kerajinan 100, HKI 100
(HKI, Desain dan Kemasan),
Koperasi
INTERNAL

11 Melakukan asesment dan sosialisasi Terlaksananya analisis dan evaluasi Peraturan 75 Analisis tentang peraturan daerah,
peraturan-peraturan yang terkait dengan peraturan yang terkait dengan IKM peraturan pusat berkaitan dengan
IKM insentif, ijin, fiskal/tarif.
Terlaksananya sosialisasi peraturan- Kali 125 Sosialisasi Peraturan Presiden,
peraturan yang terkait dengan IKM Instruksi Presiden, Peraturan Menteri,
Peraturan Dirjen
12 Meningkatkan promosi investasi dan Tersusunnya profil investasi IKM Profil 40 Selama 5 tahun (Kumulatif): Pangan 10,
pemasaran produk IKM yang prospektif Kerajinan 10, KBB 10, Sandang 10
Tersusunnya profil Profil 2600 Selama 5 tahun (Kumulatif): Logek 200,
komoditi/perusahaan Kerajinan 1000, KBB 500, Pangan 200,
Sandang 700
Terlaksananya promosi investasi Kali 25 Sosialisasi dilakukan masing-masing
Direktorat 1 (satu) kali dalam setahun
Terlaksananya promosi dan Kali 360 Selama 5 tahun (Kumulatif): KBB 50,
pemasaran produk IKM Pangan 35, Kerajinan 160, Sandang
100, Logek 15
13 Melakukan monitoring, evaluasi dan Tersusunnya Laporan Akuntabilitas Unit 35 LAKIP disusun masing-masing Unit
pengendalian pelaksanaan kebijakan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Eselon II dan Ditjen. IKM selama 5
pengembangan IKM tahun (kumulatif)
INTERNAL

Terlaksananya monitoring dan Kali 60 Dilakukan 2 (dua) kali setahun oleh


evaluasi pelaksanaan kebijakan masing-masing Unit Eselon II
pengembangan IKM
14 Melakukan perbaikan dan penyempurnaan Tersusunnya Rekomendasi Kali 24 Masing-masing Unit Eselon II 4 kali
pelaksanaan kebijakan pengembangan Perbaikan Sistem Pelaksanaan
IKM Kebijakan Pengembangan IKM
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
47
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010
STRATEGIC OBJECTIVE & KPI
NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
1 Mengembangkan kemampuan SDM Tersusunnya formasi pegawai Ditjen. Orang 240
IKM
Terlaksananya peningkatan Kali 40 AMT, CEFE, B. Inggris, B. China, B.
kompetensi sumber daya aparat Jepang, Komputer, BSC, Keuangan,
pembina IKM Pengadaan Barang dan Jasa, Kearsipan,
Capacity Building

GKM, GMP, HKI, HACCP, RIA, Tariff,


Kerjasama Internasional, Pemasaran,
Penyusunan Peraturan Perundang-
undangan, Perencanaan, Desain dan
Kemasan, Teknis Proses Produksi,
Finishing, Teknologi Pangan, Tata Lay
Out Pabrik, Statistik, Studi Kelayakan
Bisnis, Pembentukan KUB, Motivator,
Production Control, Cleaner Production,
CE-Mark, ISO, SNI

2 Membangun organisasi yang dinamis Terbentuknya organisasi yang Unit 7


berorientasi kinerja (Good
Government)
Mengembangkan sistem manajemen Terlaksananya Reformasi Birokrasi Unit 7
3 Meningkatkan pengelolaan APBN Terkelolanya APBN secara akuntabel Unit 7
sesuai prioritas
4 Mengembangkan basis data dan sistem Tersedianya database Paket 1 Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nilai Produksi,
Capacity Building

informasi Nilai Bahan Baku, Nilai Investasi, Nilai


Tambah, Nilai Ekspor, Nilai Impor,
Negara Tujuan Ekspor, Pegawai,
Anggaran, Negara Pesaing, Perusahaan,
Sentra, Penyuluh, Shindan

Tersedianya sistem informasi untuk Unit 4 Website IKM, Website Mitsubishi,


mendukung pelaksanaan tugas Website Indonesia Furniture, Website
Minyak Atsiri Indonesia
5 Meningkatkan penyediaan sarana dan Tersedianya sarana dan prasarana Paket 1 Kursi dan Meja Kerja, PC Komputer,
prasarana kerja dalam rangka mendukung Laptop dan perlengkapannya, Kendaraan
pelaksanaan tugas Operasional,
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

7. PETA STRATEGI DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI
Peta Strategi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

54
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 41/M-IND/PER/3/2010

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN PENELITIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

STRATEGIC OBJECTIVE & KPI


NO PERSPEKTIF KETERANGAN
SASARAN STRATEGIC KPI SATUAN TARGET (T)
Meningkatnya Optimalisasi inovasi Meningkatnya penerapan hasil inovasi
1 Buah
teknologi 11
Peningkatan penggunaan teknologi Presentasi teknologi informasi yang
STAKE HOLDERS

2
berwawasan berwawasan lingkungan % 11
Meningkatnya SDM industri kualitas dan jumlah SDM industri yang berkualitas
3 Orang 60
kuantitas meningkat
Tumbuhnya kawasan-kawasan industri yang
4 Buah 5
Meningkatnya kawasan industri yang efektif efektif
5 Meningkatnya produk ber-SNI Bertambahnya produk industri yang ber-SNI Buah 100
6 Meningkatnya iklim usaha yang kondusif Terbitnya peraturan fasilitasi Buah 3
Meningkatnya kualitas litbang Banyaknya hasil-hasil litbang yang
7 Buah 20
dimanfaatkan oleh industri
Meningkatnya kualitas pelayanan sertifikasi Meningkatnya jumlah hasil pengujian
INTERNAL

8 Milyar/Rp. 50
Meningkatnya pelayanan HKI Meningkatnya hasil litbang yang mendapat
9 Buah 4
perlindungan HKI
Meningkatnya kualitas pelayanan pelatihan
10 Meningkatnya penyediaan pelatihan Paket 7
Meningkatnya kualitas SDM internal
11 Meningkatnya jumlah SDM yang lebih tinggi Orang 5
CAPACITY BUILDING

Meningkatnya anggaran yang optimal Meningkatnya ketersediaan anggaran untuk


12 Milyar/Rp. 10
litbang
13 Penggunaan SOP dalam bekerja Peningkatan kinerja dalam hal waktu Hari 5
Penggunaan perangkat kerja yang efektif Peningkatan penggunaan peralatan kerja
14 Buah 5
(tools) yang efektif
Penggunaan sistem informasi yang optimal
15 Pengurangan waktu dan biaya pelayanan Paket Software 4

Anda mungkin juga menyukai