Anda di halaman 1dari 90

i

KAITAN INTENSITAS HAMBURAN SINAR GAMMA TERHADAP


SIFAT FISIS BATUAN

SKRIPSI

OLEH :
MERRYANA DESIDORIA SITORUS
1307045046

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
KAITAN INTENSITAS HAMBURAN SINAR GAMMA TERHADAP
SIFAT FISIS BATUAN

SKRIPSI

Diajukan kepada
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Mulawarman untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Sains (S.Si.) bidang Ilmu Fisika

OLEH:
MERRYANA DESIDORIA SITORUS
NIM. 1307045046

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018

ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi yang berjudul “Kaitan
Intensitas Hamburan Sinar Gamma Terhadap Sifat Fisis Batuan” tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana di suatu
perguruan tinggi manapun. Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Demikian persyaratan ini dibuat dengan sebenar-benarnya. Saya anggap
menerima konsekuensi akedemik dikemudan hari apabila pernyataan yang dibuat
ini tidak benar.

Samarinda, 28 Juni 2018

Merryana Desidoria Sitorus

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Sarjana berjudul Kaitan Intensitas Hamburan Sinar Gamma terhadap


Sifat Fisis Batuan oleh Merryana Desidoria Sitorus telah dipertahankan di
depan Dewan Penguji pada tanggal 28 Juni 2018

SUSUNAN TIM PEMBIMBING

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Adrianus Inu Natalisanto, M.Si Drs. Piter Lepong, M.Si


NIP. 19701225 200012 1 002 NIP. 19640710 199303 1 003

Mengetahui,

Dekan FMIPA Universitas Mulawarman

Dr. Eng. Idris Mandang, M.Si


NIP. 19711008 199802 1 001

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Sebab AKU ini mengetahui rancangan-


rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai
kamu,
demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan
damai sejahtera dan bukan rancangan
kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu hari depan yang
penuh harapan

Yeremia 29:11

Kepada orang tuaku (Bapak Jones Sitorus dan Mama Manur


Siahaan) yang TUHAN ijinkan untuk membantuku dalam hal
dukungan moral dan materi, mendidik dan membimbingku untuk
menjadi lebih baik dan selama proses perkuliahan sampai ke tugas
akhir

Kepada kedua saudaraku (Indra Tio dan Anugrah Krisna Sitorus)


yang TUHAN ijinkan untuk memberi semangat dan memotivasi saya
selama proses perkuliahan sampai ke tugas akhir

Kepada Keluarga Besar, Saudara-saudari, serta Teman-teman yang


TUHAN ijinkan untuk memberi semangat selama proses perkuliahan
sampai ke tugas akhir

v
ABSTRAK

Merryana Desidoria Sitorus, 2018. “Kaitan Intensitas Hamburan Sinar Gamma


Terhadap Sifat Fisis Batuan”. Dibimbing oleh Dr. Adrianus Inu Natalisanto, M.Si
dan Drs. Piter Lepong, M.Si

Informasi intensitas hamburan sinar gamma terkandung dalam log densitas yang
merupakan keluaran dari sistem well logging. Dalam penelitian ini dilakukan
kajian kaitan intensitas hamburan sinar gamma dengan sifat fisis batuan pada
suatu formasi batuan. Kajian tersebut diawali dengan penentuan intensitas sinar
gamma yang terhambur dalam data kurva log densitas dan dilanjutkan dengan
penentuan sifat fisis batuan yang menghamburkan sinar gamma tersebut lewat
analisis rumus molekul, koefisien atenuasi, dan tampang lintang hamburan. Hasil
kajian tersebut berupa grafik yang dapat digunakan untuk memprediksi sifat-sifat
batuan sedimen lewat informasi intensitas hamburan sinar gamma yang direkam
dalam data log densitas suatu formasi batuan.

Kata Kunci: Intensitas hamburan sinar gamma, sifat fisis batuan, log densitas.

vi
ABSTRACT

Merryana Desidoria Sitorus, 2018. “Relation of Gamma Ray Scattering


Intensities with Rock’s Physical Properties”. Guided by Dr. Adrianus Inu
Natalisanto, M.Si dan Drs. Piter Lepong, M.Si

Information on the intensities of gamma-rays scattered by the rock formation are


contained in the density-log which is the output of a well logging system. In this
research it was studied the relation of the intensities with the physical properties
of the rocks in a rock formation. The study was initially performed by determining
the intensities of scattered gamma-rays recorded in the data of density-log’s
curves and continued by analyzing the rock’s physical properties, such as
molecular weight, coefficient of attenuation, and scattering cross-sectional area,
that might decrease the intensities of gamma rays. Result of the research was the
graph which can be used to predict the properties of any sediment rocks within
any rock formation by only using the scattered gamma ray intensities recorded in
the data of density log.

Keywords: the scattered gamma ray intensities, physical properties of the rocks,
density log.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan
dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir penyusunan
Skripsi. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi di Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mulawarman, Samarinda.
Dalam melakukan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini, penulis
banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik yang secara langsung
maupun yang tidak langsung. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Mulawarman;
2. Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Mulawarman;
3. Bapak Dr. Adrianus Inu Natalisanto, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan saran, ide, dan bimbingan sehingga tugas akhir ini dapat
diselesaikan;
4. Bapak Drs. Piter Lepong, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan saran dan bimbingan sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan;
5. Bapak Kadek Subagaida, M.Si, dan Ibu Rahmiati M.Sc selaku Dosen Penguji
I dan Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dan perbaikan yang
bermanfaat;
6. Admin Jurusan Fisika FMIPA Unmul, yakni: Mas Jun dan Mas Adi, yang
telah membantu kelancaran penyelenggaraan seminar proposal, seminar hasil
penelitian dan ujian skripsi;
7. Teman-teman Fisika angkatan 2013, yang tidak dapat disebutkan satu per
satu, yang telah membantu dengan doa dan dukungan dari awal hingga Tugas
Akhir ini selesai disusun;

viii
8. Teman-teman PMK FMIPA UNMUL, yang tidak dapat disebutkan satu per
satu, yang telah membantu dengan doa dan dukungan dari awal hingga Tugas
Akhir ini selesai disusun;
9. Teman-teman Kos Fioni, yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang
telah membantu dalam doa dan dukungan dari awal hingga Tugas Akhir ini
selesai disusun;
10. Teman-teman Sepanjang Usia, yang tidak dapat disebutkan satu per satu,
yang telah membantu dalam doa dan dukungan dari awal hingga Tugas Akhir
ini selesai disusun;
11. Teman-teman KKN Desa Pepas Eheng Kutai Barat dan PKL PT. Indominco
Mandiri Bontang, yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam doa dan dukungan dari awal hingga Tugas Akhir ini selesai
disusun.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak
terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dan mengarah pada kebaikan dan kesempurnaan Tugas Akhir
ini sangat penulis harapkan.
Akhirnya dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis berharap
semoga tugas akhir ini dapat memenuhi kehendak semua pihak dan bermanfaat di
masa yang akan datang.

Samarinda, 28 Juni 2018

Merryana Desidoria Sitorus

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR.................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah .......................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian......................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian....................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4


2.1 Batuan Sedimen........................................................................... 4
2.2 Jenis-jenis batuan sedimen berdasarkan ukuran butir ................. 5
2.2.1 Batu lempung (Clay Stone)................................................ 5
2.2.2 Batubara (Coal) ................................................................. 6
2.2.3 Batu pasir (Sand Stone) ..................................................... 7
2.2.4 Batu lumpur (Mud Stone) .................................................. 7
2.3 Air................................................................................................ 7
2.4 Aluminium .................................................................................. 8
2.5 Well Logging ............................................................................... 8
2.6 Wireline Logging ......................................................................... 9

x
2.7 Jenis dan Prinsip Logging ........................................................... 10
2.7.1 Log gamma ray .................................................................. 11
2.7.2 Log densitas ....................................................................... 12
2.8 Nomor atom, nomor massa, dan bilangan avogadro ................... 15
2.9 Radiasi ......................................................................................... 16
2.10 Intensitas sinar gamma dengan materi ........................................ 16
2.10.1 Efek Fotolistrik ................................................................ 17
2.10.2 Hamburan Compton ........................................................ 18
2.10.3 Produksi Pasangan ........................................................... 19
2.11 Intensitas radiasi sinar 𝛾 .............................................................. 20
2.12 Formula empiris konversi satuan CPS ke gr/cm3 ........................ 22
2.13 Sifat Fisis Batuan ........................................................................ 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 24


3.1 Waktu dan Tempat penelitian ..................................................... 24
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................... 24
3.3 Prosedur Penelitian ..................................................................... 25
3.4 Diagram Alur Penelitian .............................................................. 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 27

BAB V PENUTUP .................................................................................... 36


5.1 Kesimpulan ................................................................................. 36
5.2 Saran ........................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 37


LAMPIRAN .................................................................................................. 39
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... 75

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ragam nilai kisaran densitas batuan sedimen ............................. 5


Tabel 2.2 Nomor atom dan Nomor Massa dari suatu unsur ....................... 15
Tabel 2.3 Probabilitas dan energi beberapa jenis isotop ............................. 16
Tabel 4.1 Nilai Ln I/Io*1/L, dan koefisien atenuasi (µ) bagian LSD
untuk data lapangan..................................................................... 28
Tabel 4.2 Nilai Ln I/Io*1/L, dan koefisien atenuasi (µ) bagian LSD
untuk data teori dan data lapangan .............................................. 29
Tabel 4.3 Nilai Ln I/Io*1/L, dan koefisien atenuasi (µ) bagian HRD
untuk data lapangan..................................................................... 32
Tabel 4.4 Nilai Ln I/Io*1/L, dan koefisien atenuasi (µ) bagian HRD
untuk data teori dan data lapangan .............................................. 33

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Operasi kegiatan Logging ....................................................... 10


Gambar 2.2 Karakteristik log geofisika untuk litologi batuan .................... 11
Gambar 2.3 Respon Lapisan Batuan Dengan Log Gamma Ray ................. 12
Gambar 2.4 Prinsip Pengukuran Density log .............................................. 13
Gambar 2.5 Alat perekaman log densitas ................................................... 13
Gambar 2.6 Respon log densitas terhadap batuan ...................................... 14
Gambar 2.7 Efek Fotolistrik........................................................................ 17
Gambar 2.8 Hamburan Compton ................................................................ 18
Gambar 2.9 Proses Produksi Pasangan ....................................................... 20
Gambar 3.1 Diagram Penelitian .................................................................. 26
Gambar 4.1 Kaitan Ln I/Io *1/l dengan koefisien atenuasi (µ) bagian LSD
untuk data lapangan................................................................. 29
Gambar 4.2 Kaitan Ln I/Io *1/l dengan koefisien atenuasi (µ) bagian LSD
untuk data lapangan dan data teori .......................................... 31
Gambar 4.3 Kaitan Ln I/Io *1/l dengan koefisien atenuasi (µ) bagian HRD
untuk data lapangan................................................................. 33
Gambar 4.4 Kaitan Ln I/Io *1/l dengan koefisien atenuasi (µ) bagian HRD
untuk data lapangan dan data teori .......................................... 35

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Rencana Penelitian Tugas Akhir ............................................ 39


Lampiran B Nilai yang didapatkan dari setiap unsur setiap bahan ............. 40
Lampiran C Perhitungan Z/A rata-rata dan µ/ρ rata-rata ............................ 41
Lampiran D Tabel hasil perhitungan ρ, z/a rata-rata, µ/ρ rata-rata dan
(Z*ρ)/A data teori................................................................... 42
Lampiran E Tabel hasil perhitungan ρ, z/a rata-rata, µ/ρ rata-rata dan
(Z*ρ)/A data lapangan ............................................................ 43
Lampiran F Tabel hasil perhitungan tampang lintang
hamburan (σ) suatu bahan ...................................................... 45
Lampiran G Perhitungan nilai E dan λ’ setelah dihamburkan ..................... 48
Lampiran H Perhitungan Regresi Linier ..................................................... 50
Lampiran I Perhitungan nilai a dan b dengan persamaan regresi
Linier (2.28) serta nilai Io ....................................................... 52
Lampiran J Tabel Perhitungan Io, I, I/Io dan L dari setiap jenis bahan ..... 56
Lampiran K Kurva log pada hole MD022, hole P8AN2017_18 (3084 C),
hole 1311 _ SMD _MT_07 ..................................................... 58

xiv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya
alam melimpah dalam bidang pertambangan. Beberapa contoh sumber daya alam
tersebut adalah batubara, minyak bumi, gas alam, dan mineral. Untuk mengetahui
adanya potensi sumber daya alam melimpah tersebut diperlukan suatu metode
eksplorasi. Salah satu metode eksplorasi geofisika yang digunakan untuk
mengetahui potensi tersebut adalah metode well logging. Dengan metode tersebut
dapat diperoleh gambaran kondisi geologi bawah permukaan suatu kawasan.
Metode well logging merupakan suatu teknik untuk mendapatkan data
bawah permukaan dengan menggunakan probe yang dimasukkan ke dalam lubang
sumur untuk evaluasi formasi dan identifikasi ciri-ciri batuan di bawah permukaan
tanah (Schlumberger, 1958). Metode tersebut merupakan suatu perekaman
intensitas sinar gamma terhambur batuan atau sinar gamma terpancar batuan yang
berkorelasi dengan sifat-sifat fisika batuan, seperti: rapat massa batuan (density)
dan radioaktivitas batuan di sepanjang lubang sumur. Perekaman tersebut
dilakukan dengan menggerakkan probe di sepanjang lubang sumur secara
perlahan-lahan dengan maksud agar sensor pada probe dapat merekam dengan
jelas karakteristik hamburan sinar gamma oleh batuan atau pancaran sinar gamma
dari unsur radioaktif dalam suatu formasi batuan setempat (Schlumberger, 1958).
Dalam rangka melengkapi data geofisika logging dari suatu lubang sumur,
diperlukan suatu tindakan geophysical logging, misalkan dengan menggunakan
probe RG. Karakteristik data perekaman sinar gamma pada probe tersebut
berhubungan dengan komposisi kimia dan unsur radioaktif batuan. Karakteristik
tersebut menggambarkan keragaman intensitas sinar gamma terhambur formasi
batuan atau intensitas sinar gamma terpancar dari formasi batuan pada lubang
sumur (Harsono, 1993). Keragaman tersebut disebabkan, misalkan, oleh
terdapatnya perbedaan kandungan mineral lempung dari tiap batuan. Perbedaan
kandungan tersebut merupakan penyebab variasi intensitas pancaran balik sinar
2

gamma yang terekam oleh detektor. Dari variasi tersebut dapat diperkirakan
litologi batuan (BPB manual, 1981).
Telah diketahui bahwa batuan terbentuk dari butiran mineral. Sementara itu
juga diketahui bahwa butiran mineral tersusun atas atom ataupun molekul. Dalam
tinjauan mikroskopis, atom dan molekul tersebut tersusun atas proton, neutron dan
elektron. Karena itu, dalam peristiwa well logging foton-foton berkas sinar
gamma yang ditembakkan pada batuan, akan dihamburkan oleh elektron-elektron
atom atau molekul penyusun batuan melalui efek Compton sehingga intensitas
sinar gamma yang direkam detektor berkurang (Harsono, 1997). Rekaman
intensitas hambur tersebut terekam dalam data log densitas.
Dalam lapisan batuan umumnya terdapat unsur radioaktif, misalkan:
Uranium, Thorium, Potassium, dan Radium. Dalam shale umumnya terdapat
banyak unsur radioaktif, sementara dalam sandstone, limestone, dolomite, coal,
dan gypsum terdapat sedikit unsur radioaktif (Martono, 2004). Rekaman intensitas
pancaran sinar gamma unsur radioaktif yang terdapat dalam formasi batuan
terekam dalam data log gamma ray.
Penelitian tugas akhir untuk penyusunan skripsi ini telah mengkaji kaitan
intensitas hambur sinar gamma dengan sifat fisis batuan. Sifat fisis batuan tersebut
berhubungan dengan jumlah elektron (Z), massa molekul (A), rapat massa (ρ),
tampang lintang hamburan (σ), dan koefisien atenuasi (µ). Adapun intensitas
hambur tersebut berhubungan dengan pola intensitas hambur sinar gamma yang
tercermin dalam kurva log. Pengetahuan akan kaitan tersebut penting untuk
menjadi dasar pengajuan suatu metode identifikasi sifat batuan melalui
pembacaan kurva log intensitas hamburan sinar gamma.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang tersebut masalah yang hendak diselesaikan
adalah:
1. Apa kaitan intensitas hamburan sinar gamma dengan sifat fisis batuan ?
2. Bagaimana cara identifikasi jenis batuan dengan mengacu intensitas
hamburan sinar gamma dari metode well logging?
3

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah dari penelitian ini ialah:
1. Bahan yang diteliti meliputi batubara, batu lempung, batu pasir, air, dan
aluminium.
2. Data intensitas hamburan sinar gamma diperoleh dari metode well logging.
3. Kurva logging yang digunakan dalam penelitian ini yaitu log gamma ray
(CPS), log densitas bagian LSD (CPS) dan HRD (CPS), dan kurva densitas.

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui kaitan intensitas hamburan sinar gamma dengan sifat fisis
batuan;
2. Mengetahui cara identifikasi jenis batuan dengan mengacu intensitas
hamburan sinar gamma dari metode well logging dan sifat fisis batuan.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah:
1. Memberikan pengetahuan tentang bagaimana mengidentifikasi lapisan
batuan melalui hamburan sinar gamma yang dihamburkan melalui alat
geophysical logging;
2. Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batuan Sedimen


Batuan sedimen adalah batuan yang telah mengalami proses pengangkutan
(transportasi) dari satu tempat (kawasan) ke tempat lainnya. Batuan sediman
berasal dari sedimen yang mengalami pengerasan (membatu) menjadi batuan
sedimen. Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim,
topografi, vegetasi dan susunan dari batuan. Faktor yang mengontrol
pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya gravitasi (Noor, 2012).
Sedimen-sedimen mengalami pengangkutan ke suatu tempat yang disebut
cekungan. Di dalam cekungan tersebut, sedimen terendapkan karena daerah
cekungan relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya. Semakin banyak sedimen
yang diendapkan, maka semakin besar penurunan cekungan. Material yang
menyusun batuan sedimen adalah lumpur, pasir, kerikil, dan kerakal. Sedimen
akan menjadi batuan sedimen melalui proses pengerasan atau pembatuan
(lithification) yang melibatkan proses pemadatan (compaction), sementasi
(cementation) dan diagenesa (Graha, 1987).
Batuan sedimen dibagi menjadi dua jenis, yaitu batuan sedimen klastik dan
batuan sedimen nonklastik, dengan ragam nilai kisaran densitas yang ditunjukkan
pada Tabel 2.1. Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang berasal dari
hasil rombakan batuan yang telah ada. Contoh batuan sedimen klastik adalah batu
lempung, batu pasir, dan batu lanau. Sedangkan batuan sedimen nonklastik adalah
batuan sedimen yang berasal dari proses kimiawi atau proses organik. Contoh dari
batuan sedimen nonklastik adalah batuan halit yang berasal dari proses evaporasi
dan batuan sedimen nonklastik dari proses organik adalah batu gamping terumbu
yang berasal dari organisme dan batubara yang berasal dari tumbuhan yang telah
mati.
5

Tabel 2.1 Ragam nilai kisaran densitas batuan sedimen


Batuan Densitas (gr/cm3)

Batubara 1,2-1,8

Batu Garam 25-2,6

Batu Lanau 1,77-3,2

Batu Lempung 1,63-2,6

Batu Kapur 2,5-2,7

Batu Pasir 2,2-2,8

Dolomit 2,8-2,9

Sumber: (Graha, 1987)


Ciri-ciri dari batuan sedimen (Noor, 2012) adalah:
a) Berlapis (stratification),
b) Umumnya mengandung fosil,
c) Memiliki struktur sedimen, dan
d) Tersusun dari fragmen butiran hasil transportasi.

2.2 Jenis-jenis batuan sedimen berdasarkan ukuran butir


Berdasarkan ukuran butir, batuan sedimen dibagi atas beberapa jenis, yaitu
batu kapur, breksi, gips anhidrit, batu garam, konglomerat, batu pasir, batubara,
serpih, dolomit, batu lanau, dan batu lempung. Dalam penelitian ini yang menjadi
objeknya terdiri dua jenis batuan sedimen yaitu batu lempung, dan batubara:
2.2.1 Batu lempung (Clay Stone)
Lempung (Clay) didefinisikan sebagai suatu tanah plastis alami yang
tersusun atas mineral lempung (hydrous aluminium silicate) dan material butiran
halus. Lempung adalah sedimen dengan butiran-butiran yang berukuran kurang
dari 0.0002 mm. Mineral lempung dapat membentuk 25% dari lempung dalam
6

pengertian sehari-hari (Pettijohn, 1975). Lempung memiliki rumus empiris dari


batu lempung adalah Al2 O3 . 2SiO2 . 2H2 O.
2.2.2 Batubara (Coal)
Batubara adalah bahan bakar hidrokarbon padat yang terbentuk dari
tumbuh-tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen. Batubara di alam terbentuk
melalui proses pemanasan dan penekanan yang berlangsung dalam jangka waktu
lama dengan komposisi yang rumit. Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil
dan merupakan batuan sedimen yang dapat terbakar (Sukandarrumidi, 2006).
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikendalikan oleh
tekanan panas dan waktu, secara umum batubara dibagi lima kelas, yaitu :
a. Antrasit, yang bewarna hitam berkilauan metalik (luster). Antrasit merupakan
batubara tertinggi kadar karbonnya. Antrasit mengandung antara 86% - 98%
unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%. Antrasit memiliki rumus
empiris C240 H90 O4 NS - C94 H3 O4
b. Bituminous, yang mengandung 68% - 86% unsur karbon (C) dengan kadar air
8% - 10% dari beratnya. Bituminous merupakan kelas batubara yang paling
banyak ditambang di Indonesia. Penambangan batubara terdapat di Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi. Bituminous memiliki rumus empiris C137 H97 O9 N5 -
C80 H5 016
c. Subbituminous, yang mengandung sedikit karbon tetapi banyak kandungan air.
Oleh karena itu, subbituminous menjadi sumber panas yang kurang efisien
dibandingkan dengan bituminous. Subbituminous memiliki rumus empiris
C75 OH5 O20
d. Lignit (batubara cokelat), yakni: batubara yang sangat lunak yang mengandung
air antara 35% - 75% dari beratnya. Lignit memiliki rumus empiris C70 OH5 O25
e. Gambut, yakni: batubara berpori dan memiliki kadar air di atas 75 % serta
memiliki nilai kalori yang paling rendah. Gambut memiliki rumus empiris
𝐶60 𝐻6 𝑂34
(Sukandarrumidi, 2006).
7

2.2.3 Batu Pasir (Sand Stone)


Batupasir (sandstone) merupakan batuan sedimen klastik yang partikel
penyusunnya kebanyakan berupa butiran berukuran pasir. Batupasir membentuk
sekitar 1/4 volume batuan sedimen, belum termasuk pasir karbonat (carbonate
sand) dan pasir vulkanik (volcanic sand). Batupasir paling umum terdiri atas butir
kuarsa sebab kuarsa merupakan mineral umum yang bersifat menentang laju arus
air (Pettijohn, 1975). Batu Pasir memiliki rumus empiris dari batu lempung adalah
SiO2 .Fe2 .

2.2.4 Batu lumpur (Mud Stone)


Serpih adalah batuan yang berlaminasi atau batuan yang memperlihatkan
gejala penyubanan. Istilah serpih digunakan secara terbatas pada endapan yang
telah terkubur atau endapan purba. Untuk batulempung yang tidak memiliki
penyubanan dan tidak berlaminasi, namun blocky dan masif, digunakan istilah
batu lumpur (mudstone).
(Pettijohn, 1975) memperluas pengertian batu lumpur (mudstone) hingga
mencakup semua kerabat batuan argilit. Sebagian ahli, termasuk Pettijohn,
cenderung membatasi pengertian istilah tersebut hingga hanya mencakup batuan-
batuan yang memiliki besar butir dan komposisi seperti serpih, namun tidak
memperlihatkan laminasi dan atau penyubanan (Pettijohn, 1975).

2.3 Air
Air merupakan bahan alam yang diperlukan untuk kehidupan manusia,
hewan, dan tanaman yaitu sebagai media pengangkutan zat-zat makanan juga
merupakan sumber energi serta berbagai keperluan lainnya. Pengertian air adalah
senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsur hidrogen (H2) yang
bersenyawa dengan unsur oksigen (O) dalam hal ini membentuk senyawa H2O.
Air memiliki rapat massa sebesar 1 gr/cm3 (Arsyad, 1989).
8

2.4 Aluminium
Alumunium adalah unsur terbanyak ketiga yang ditemukan di bumi setelah
oksigen dan silikon. Aluminium (Al) adalah unsur kimia dengan nomor atom 13
dan massa atom 26,9815. Unsur ini mempunyai isotop alam: Al-27. Sebuah
isomer dari Al-26 dapat meluruhkan sinar dengan waktu paruh 105 tahun.
Aluminium berwarna putih keperakan, mempunyai titik lebur 659,70 C dan titik
didih 2.0570 C, serta berat jenisnya 2,7 gr/cm3 (pada temperatur 200 C) (Artauli,
2016).

2.5 Well Logging


Well logging merupakan suatu teknik untuk mendapatkan data bawah
permukaan dengan menggunakan alat ukur probe yang dimasukkan ke dalam
lubang sumur bor, untuk evaluasi formasi dan identifikasi ciri-ciri batuan di
bawah permukaan (Schlumberger, 1958). Tujuan dari well logging adalah untuk
mendapatkan informasi litologi, pengukuran porositas, pengukuran resistivitas,
dan kejenuhan hidrokarbon. Sedangkan tujuan utama dari penggunaan log ini
adalah untuk menentukan zona, dan memperkirakan kuantitas minyak dan gas
bumi dalam suatu reservoir (Schlumberger, 1958).
Kegunaan well logging dalam hubungannya dengan eksplorasi geofisika
menurut (Harsono, 1997) antara lain untuk mengidentifikasi litologi ketebalan
serta kedalaman lapisan, mempercepat hasil bawah permukaan dan memperkecil
resiko pengeboran, membantu menentukan densitas, porositas serta temperatur
bawah permukaan, menentukan kandungan shale, dan korelasi antar lapisan.
Data log merupakan kurva yang diperoleh dari pengukuran lubang bor
(logging) yang menggambarkan variasi sifat batuan (Boggs, 2006) yang bisa
digunakan untuk interpretasi geologi (Boggs, 2006), misalnya resistivitas,
transmisivitas gelombang sonic, serta emisi material radioaktif pada batuan.
Variasi dari sifat batuan tersebut menunjukkan perubahan litologi, mineralogi,
kandungan fluida, porositas (Boggs, 2006), dan korelasi stratigrafi (Boggs, 2006).
9

2.6 Wireline Logging


Prinsip dasar wireline logging adalah mengukur parameter sifat-sifat fisik
dari suatu formasi pada setiap kedalaman secara kontinyu dari sumur pemboran.
Adapun sifat-sifat fisik yang diukur adalah potensial listrik batuan/kelistrikan,
tahanan jenis batuan, radioaktivitas, kecepatan rambat gelombang elastis,
kerapatan formasi (densitas), dan kemiringan lapisan batuan, serta kekompakan
formasi yang kesemuanya tercermin dari lubang bor. Well Logging dapat
dilakukan dengan dua cara dan bertahap yaitu:
a. Open hole Logging
Open hole logging ini merupakan kegiatan logging yang dilakukan pada
sumur atau lubang bor yang belum dilakukan pemasangan casing. Pada umumnya
pada tahap ini semua jenis log dapat dilakukan (Harsono, 1997).
b. Cased hole Logging
Cased hole logging merupakan kegiatan logging yang dilakukan pada sumur
atau lubang bor yang sudah dilakukan pemasangan casing. Pada tahapan ini hanya
log tertentu yang dapat dilakukan antara lain adalah log gamma ray, Caliper,
NMR, dan CBL.19 Secara kualitatif dengan data sifat-sifat fisik tersebut kita
dapat menentukan jenis litologi dan jenis fluida pada formasi yang tertembus
sumur. Sedangkan secara kuantitatif dapat memberikan data-data untuk
menentukan ketebalan, porositas, permeabilitas, kejenuhan fluida, dan densitas
hidrokarbon (Harsono, 1997).
Pelaksanaan wireline logging merupakan kegiatan yang dilakukan dari
memasukkan alat yang disebut probe ke dalam lubang pemboran sampai ke dasar
lubang. Pencacatan dilakukan dengan menarik probe tersebut dari dasar lubang
sumur bor sampai ke kedalaman yang diinginkan dengan kecepatan yang tetap
dan menerus. Kegiatan ini dilakukan segera setelah pekerjaan pengeboran selesai
(lihat Gambar 2.1).
10

Gambar 2.1 Operasi kegiatan Logging (Mastoadji, 2007)

Hasil pengukuran atau pencatatan tersebut disajikan dalam kurva log


vertikal yang sebanding dengan kedalamannya dengan menggunakan skala
tertentu sesuai keperluan pemakainya. Tampilan data hasil metode tersebut adalah
dalam bentuk log yaitu grafik kedalaman dari satu set kurva yang menunjukkan
parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur
(Harsono, 1997).
Dari hasil kurva-kurva yang menunjukkan parameter tersebut dapat
diinterpretasikan jenis-jenis dan urutan-urutan litologi serta ada tidaknya
Komposisi hidrokarbon pada suatu formasi di daerah penelitian. Dengan kata lain
metode well logging merupakan suatu metode yang dapat memberikan data yang
diperlukan untuk mengevaluasi secara kualitatif dan kuantitatif adanya komposisi
hidrokarbon.

2.7 Jenis dan Prinsip Logging


Dalam rangka melengkapi data geofisika log dari lubang bor yang telah
selesai diperlukan suatu rangkaian probe (juga dikenal sebagai perkakas atau
soundes). Jenis tanggapan pada probe dalam mengukur sinar gamma alami
tergantung pada komposisi kimia batuannya. Batuan serpih berisi potassium
mineral tanah liat dan sejumlah uranium kecil, thorium dan hasil runtuhannya.
Akibatnya probe logging sinar gamma merespon paling kuat ke batu serpih
(shalestone) dan batu lempung (claystone). Respon berkurang ketika isi dari
batuan serpih berkurang melalui siltstone dan batupasir kotor. Batupasir bersih
11

dan batubara umumnya memiliki tingkat paling rendah dari radiasi gamma alami.
Komposisi kimia dan dengan tingkat ketepatan radiasi gamma alami, cenderung
tetap untuk pemberian litologi apapun atas area terbatas tetapi dapat berubah-ubah
secara berangsur-angsur atas jarak jauh atau antara bidang-bidang batubara
(Anonim, 2010).

Gambar 2.2 Karakteristik log geofisika untuk litologi batuan (Ward, 1984)

2.7.1 Log gamma ray


Log Gamma Ray adalah metoda untuk mengukur radiasi sinar gamma
yang dihasilkan oleh unsur - unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan
di sepanjang lubang bor. Caranya gamma alami dipancarkan oleh sumber
radioaktif, karena ada perbedaan kandungan mineral lempung dari tiap batuan
maka pancaran sinar balik yang terekam akan berbeda, dari perbedaan ini
akhirnya litologinya dapat ditentukan (BPB manual, 1981). Unsur radioaktif yang
terdapat dalam lapisan batuan tersebut diantaranya Uranium, Thorium, Potassium,
dan Radium. Unsur radioaktif umumnya banyak terdapat dalam shale dan sedikit
sekali terdapat dalam sandstone, limestone, dolomite, coal, gypsum, dan lain - lain
(Martono, 2004).
Dikarenakan sinar gamma dapat menembus logam dan semen, maka
logging Gamma Ray dapat dilakukan pada lubang bor yang telah dipasang casing
ataupun telah dilakukan cementing. Walaupun terjadi atenuasi sinar gamma
karena casing dan semen, akan tetapi energinya masih cukup kuat untuk
mengukur sifat radiasi gamma pada formasi batuan disampingnya (Martono,
2004).
12

Untuk memisahkan jenis - jenis bahan radioaktif yang berpengaruh pada


bacaan Gamma Ray dilakukan Gamma Ray Spectroscopy. Karena pada
hakikatnya besarnya energi dan intensitas setiap material radioaktif tersebut
berbeda-beda. Spectroscopy ini penting dilakukan ketika kita berhadapan dengan
batuan non-shale yang memungkinkan untuk memiliki unsur radioaktif, seperti
mineralisasi Uranium pada sandstone, Potassium Feldsfar atau Uranium yang
mungkin terdapat pada coal dan dolomite (Martono, 2004).

Gambar 2.3 Respon Lapisan Batuan Dengan Log Gamma Ray (Martono, 2004)

2.7.2 Log densitas


Log densitas merupakan kurva yang menunjukkan besarnya densitas (bulk
density) dari batuan yang ditembus lubang bor dengan satuan gram/cm3. Prinsip
kerja log densitas yaitu suatu sumber radioaktif dari alat pengukur memancarkan
sinar gamma dengan intensitas energi tertentu menembus formasi/batuan pada
lubang bor (Harsono, 1993). Sumber radiasi yang digunakan pada pengukuran log
densitas adalah Ce-137 (Asquith, 1976).
13

Gambar 2.4 Prinsip Pengukuran log densitas (Martono, 2004).

Pengukuran log densitas terbagi menjadi dua jenis yaitu long spacing
density (LSD) dan high resolution density hort spacing density (HRD). Analisa
lapisan batubara dapat menggunakan LSD karena menunjukan densitas yang
mendekati sebenarnya akibat pengaruh yang kecil dari dinding lubang bor.
Sedangkan pengukuran ketebalan lapisan batubara dapat menggunakan HRD
karena mempunyai resolusi vertikal yang tinggi (Martono, 2004).

Gambar 2.5 Alat perekaman log densitas (Firdaus, 2008).


14

Energi yang kembali sesudah mengalami benturan akan diterima oleh


detektor yang berjarak tertentu dengan sumbernya. Makin lemahnya energi yang
kembali menunjukkan makin banyaknya elektron-elektron dalam batuan, yang
berarti makin banyak/padat butiran/mineral penyusun batuan persatuan volume.
Besar kecilnya energi yang diterima oleh detektor tergantung dari:
- Besarnya densitas matriks batuan
- Besarnya porositas batuan
- Besarnya densitas kandungan yang ada dalam pori-pori batuan
(BPB manual, 1981).
Respon kerapatan diatas lapisan batubara agak unik disebabkan kerapatan
batubara yang rendah. Hal ini akan mendekati kebenaran apabila batubara
berkualitas rendah. Pada defleksi gamma ray, batubara dan batupasir adalah
serupa, tetapi menunjukkan perubahan kerapatan yang kuat pada log densitas
(Gambar 2.6), sehingga dapat dibedakan (BPB manual, 1981).

Gambar 2.6 Respon log densitas terhadap batuan (Malcolm Rider, 2002).
15

2.8 Nomor atom, nomor massa, dan bilangan avogadro


Untuk mempermudah dalam mendapatkan informasi dari suatu atom baik
dalam fisika maupun kimia inti seringkali atom ditulis dengan lambang sebagai
berikut:
A
ZX (2.1)
dengan X menyatakan nama atom, Z menyatakan nomor atom, dan A:
menyatakan nomor massa. Nomor atom (Z) menunjukkan jumlah elektron pada
kulit atom, sedang nomor massa (A) menunjukkan jumlah proton dan neutron
dalam inti atom. Untuk atom yang netral, jumlah elektron pada kulit sama dengan
jumlah proton dalam inti, sehingga Z juga menunjukkan jumlah proton dalam inti.
Dengan demikian jumlah neutron (N) dalam inti adalah A (nomor massa)-Z
(nomor atom) (Akhadi, 2000).
Untuk melengkapi pembahasan mengenai nomor atom dan nomor massa ini,
berikut diberikan nomor atom dan nomor massa dari suatu unsur pada penelitian
ini pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Nomor atom dan nomor massa dari suatu unsur
Nama Unsur Jumlah Jumlah Jumlah
Elektron/Proton (Z) Massa (A) Neutron (N)
C (Carbon) 6 12.01115 6.01115
H (Hidrogen) 1 1.00797 0.00797
N (Nitrogen) 7 14.0067 7.0067
S (Sulfur) 16 32.064 16.064
O (Oksiden) 8 15.9994 7.9994
Si (Silikon) 14 28.085 14.085
Al (Alumunium) 13 26.9815 13.9815
(Tabel Sistem Periodik Unsur dalam buku Nuclear and Particle Physics)

Bilangan Avogadro adalah bilangan yang menyatakan jumlah atom dalam


satu gram atom atau jumlah molekul di dalam satu gram molekul zat. Nilai
Bilangan Avogadro adalah
NA = 6,025 x 1023 atom/gram atom atau 6,025 x 1023 atom/gram molekul (2.2)
16

Dari konsep gram atom dan gram molekul tersebut, maka jumlah
atom/molekul dari suatu materi bermassa m (gram), dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
𝑚
𝑁= 𝑁𝐴 (2.3)
𝐴

dengan N menyatakan Jumlah suatu atom atau molekul, m menyatakan massa


atom atau molekul dalam gram, dan A menyatakan massa atom atau molekul
dalam sma, dan NA menyatakan suatu bilangan avogadro (Akhadi, 2000).

2.9 Radiasi
Secara definisi, radiasi merupakan salah satu cara perambatan energi dari
suatu sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium atau bahan
penghantar tertentu. Radiasi memiliki dua sifat yang khas, yaitu tidak dapat
dirasakan secara langsung oleh pancaindra manusia dan beberapa jenis radiasi
dapat menembus berbagai jenis bahan. Energi radiasi (E) merupakan ‘kekuatan’
dari setiap radiasi yang dipancarkan oleh sumber radiasi. Bila sumber radiasinya
berupa radionuklida maka tingkat atau nilai energi radiasi yang dipancarkan
tergantung pada jenis radionuklidanya. Kalau sumber radiasinya berupa pesawat
sinar-X, maka energi radiasinya bergantung kepada tegangan anoda (kV).
Tabel 2.3 Probabilitas dan energi beberapa jenis isotop
Jenis radionuklida Energi Probabilitas

Cd-109 88 keV 3,70%

Cs-137 662keV 85%

Co-60 1173 keV dan 1332 keV 99% dan 100%

(Haditjahyono, 2006).

2.10 Interaksi sinar gamma dengan materi


Radiasi Sinar 𝛾 merupakan radiasi elektromagnetik monokromatis yang
terpancar dari inti-inti atom yang mengalami aktivasi setelah mengalami
transformasi radioaktif (Palupi, 2011). Radiasi Elektormagnetik ini dipancarkan
17

dari inti atom yang terionisasi diikuti dengan proses perluruhan 𝛾 (Akhadi, 2000)
dalam Oktavianus, 2003). Puluruhan 𝛾 adalah peristiwa pancaran radiasi 𝛾 secara
terus-menerus sepanjang waktu dari inti radioaktif yang menyebabkan penyusutan
jumlah inti radioaktif.
Gambaran interaksi sinar gamma dengan materi dapat ditinjau secara klasik
maupun kuantum. Namun tinjauan kuantum dipandang memiliki keunggulan
karena dapat menggambarkan situasi fisis interaksi sinar gamma dengan benar
(Wiyatmo, 2012). Menurut (Beiser, 1992), secara mikroskopik (kuantum) ada tiga
cara foton (partikel-partikel sinar gamma) berinteraksi dengan materi yakni
sebagai berikut:
2.10.1 Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik adalah interaksi antara sinar 𝛾 dengan sebuah elekton yang
terikat kuat dalam atom yaitu elektron pada kulit bagian dalam suatu elektron,
biasanya kulit K atau L. Sinar 𝛾 akan menumbuk elektron dan karena elektron
terikat kuat, maka elektron akan menyerap seluruh tenaga sinar 𝛾. Sebagai
akibatnya elektron akan dipancarkan keluar dari atom dengan energi kinetik sebesar
selisih tenaga sinar 𝛾 dan energi ikat elektron (Akhadi, 2000).

Gambar 2.7 Efek Fotolistrik (Akhadi, 2000)

Pada efek fotolistrik, permukaan sebuah logam disinari dengan seberkas


cahaya, dan sejumlah elektron terpancar dari permukaannya. Dalam studi
eksperimental terhadap fotolistrik, dapat diukur bagaimana laju dan energi kinetik
elektron yang terpancar bergantung pada intensitas dan panjang gelombang
sumber cahaya. Percobaan ini harus dilakukan dalam ruang hampa, agar elektron
tidak kehilangan energinya karena bertumbukan dengan molekul-molekul udara
(Krane, 1992).
18

Dari berbagai percobaan seperti ini, dapat dipelajari fakta-fakta terinci efek
fotolistrik sebagai berikut :
1. Laju pemancaran elektron bergantung pada intensitas cahaya
2. Laju pemancaran elektron tak bergantung pada panjang gelombang
juga terjadi proses ini dikenal sebagai pemusnahan positron dan dapat terjadi
bagi elektron dan positron bebas dengan persyaratan harus tercipta sekurang-
kurangnya dua buah foton dalam proses ini (Krane, 1992)
2.10.2 Hamburan Compton
Hamburan Compton terjadi antara sinar 𝛾 dan sebuah elektron bebas atau
yang terikat lemah. Elektron-elektron yang dapat dikategorikan sebagai elektron
yang terikat lemah adalah elektron yang berada pada kulit terluar dari suatu atom.
Apabila sinar 𝛾 menumbuk elektron ini maka berdasarkan hukum kekekalan
momentum tidak mungkin elektron akan dapat menyerap seluruh tenaga sinar 𝛾
seperti yang terjadi dalam efek fotolistrik. Sinar 𝛾 hanya akan menyerahkan
sebagian tenaganya kepada elektron dan kemudian terhambur menurut sudut 𝜃
terhadap arah gerak sinar 𝛾 mula-mula (Susetyo, 1988).
Sinar terhambur dengan sudut 𝜃 sedangkan elektron akan bergerak
membentuk sudut 𝜑 terhadap arah datang sinar mula-mula. Hubungan antara sinar
gelombang datang (𝜆), sinar hambur (𝜆′), massa awal elektron (me) adalah 9,1 x 10-
31
Kg, cepat rambat gelombang elektromagnetik (c) adalah 3 x 108 m/s dan sudut
arah hambur (𝜃) ditunjukkan pada persamaan

𝜆′ − 𝜆 = 𝑚 (1 − cos 𝜃) (2.7)
𝑒𝑐

(Beiser, 1992).

Gambar 2.8 Hamburan Compton (Akhadi, 2000)


19

Proses hamburan ini dianalisis sebagai suatu interaksi (“tumbukan” dalam


pengertian partikel secara klasik) antara sebuah foton dan sebuah elektron, yang
dianggap diam. Gambar 2.9 memperlihatkan peristiwa tumbukan ini. Pada
keadaan awal, foton memiliki energi E yang diberikan oleh Elektron, pada
keadaan diam, memiliki energi diam me c 2 . Hubungan energi (E) dengan
konstanta planck (h) adalah 6,628 x 10-34 Js, cepat rambat gelombang
elektromagnetik (c) adalah 3 x 108 m/s dan panjang gelombang elektromagnetik
(λ) dapat ditunjukan dalam persamaan berikut
𝑐
E=h𝜆 (2.8)

dan momentumnya adalah


E
p (2.9)
c
'
Setelah hamburan foton memiliki energi E ' dan momentum p dan bergerak pada
arah yang membuat sudut θ terhadap arah foton datang. Elektron memiliki energi

total Ee dan momentum pe dan bergerak pada arah yang membuat sudut θ
terhadap foton datang (Krane, 1992).
2.10.3 Produksi Pasangan
Proses lain yang dapat terjadi apabila foton menumbuk atom adalah
produksi pasangan, di mana seluruh energi foton hilang dan dalam proses ini dua
partikel terciptakan, yakni sebuah elektron dan sebuah positron. (Positron adalah
sebuah partikel yang massanya sama dengan massa elektron, tetapi memiliki
muatan positif). Proses ini merupakan contoh penciptaan energi massa.
Elektronnya tidak ada sebelum foton menumbuk atom (elektron ini bukanlah
elektron milik atom). Energi foton yang hilang dalam proses ini berubah menjadi
energi relativistik positron E dan E :

hv = E + E

= (me c  K   (me c  K  )
2 2
(2.10)

Karena K  dan K  selalu positif, maka foton haruslah memiliki energi sekurang-
2
kurangnya 2 me c = 1,022 MeV agar proses ini dapat terjadi; foton yang
20

berenergi setinggi ini berada dalam daerah sinar gamma inti atom. Secara
perlambang,
foton → elektron + positron
Proses di atas, seperti halnya bremsstrahlung, hanya dapat terjadi jika terdapat
sebuah atom di sekitar elektron yang memasok momentum pental yang
diperlukan. Proses kebalikannya,
elektron + positron → foton

Gambar 2.9 Proses Produksi Pasangan (Akhadi, 200)

2.11 Intensitas radiasi sinar 𝜸


Intensitas radiasi adalah perpindahan radiasi pancaran per satuan luas yang
dipancarkan oleh sumber radiasi. Radiasi pancaran adalah jumlah energi radiasi
yang dipancarkan dalam bentuk radiasi elektromagnetik per satuan waktu (det).
Besaran yang menyatakan konstanta pembanding antara besarnya intensitas radiasi
𝛾 yang terserap dengan ketebalan suatu materi atau bahan disebut koefisien
atenuasi (µ) ((Akhadi, 2000) dalam Oktavianus, 2003).
Suatu berkas sinar 𝛾 yang melaui materi akan berinteraksi dengan materi itu
melalui ketiga efek diatas (efek fotolistrik, hamburan compton, dan efek
pembentukan pasangan jika tenaganya > 1,022 MeV), dan akan mengalami
penurunan intensitas atau sering dikatakan ter-atenuasi (Susetyo, 1988).
Sifat atenuasi dari suatu materi perisai radiasi merupakan kemampuan suatu
materi untuk menyerap atau mengurangi radiasi yang datang mengenai permukaan.
Akibat penyerapan radiasi oleh atom atau unsur bahan dinding, maka tidak semua
radiasi nuklir dapat menembus dinding tabung detektor. Jumlah radiasi nuklir yang
21

masuk dalam detektor tergantung pada tebal bahan dan koefisien serapan linier
bahan. Hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan berikut
dI
-dl= µ x I (2.11)
dI
- I = µ x dl (2.12)
𝐼
𝑙
-ln I = ∫𝑙=0 µ x dl (2.13)
𝐼𝑂
-ln I + ln Io = ∫ µ x dl (2.14)
I
ln I = - ∫ µ x dl (2.15)
O

ln I = ln Io - µ x l (2.16)
I
ln I = - µ x l (2.17)
O

I
= 𝑒 − ∫ µ x dl (2.18)
IO

I = IO e− ∫ µ x dl (2.19)
dengan I menyatakan intensitas hambur yang diterima oleh detektor, Io
menyatakan intensitas yang dihamburkan dari sumber radiasi, e menyatakan
eksponensial, µ menyatakan koefisien atenuasi atau koefisien pelemahan dan L:
menyatakan panjang lintasan hamburan dari sumber sampai ke detektor (Serra,
1984).
Untuk persamaan koefisien atenuasi
J
µ=σzV (2.20)
J
; n = Na (2.21)
z n Na
µ=σ (2.22)
V
m
;n= (2.23)
A
m Na
µ=σz (2.24)
A V
m
;ρ= (2.25)
V
σ z ρ Na
µ= (2.26)
A
22

dengan µ menyatakan koefisien atenuasi atau koefisien pelemahan, 𝜎 menyatakan


tampang lintang hamburan elektron, A menyatakan massa atom atau molekul, ρ
menyatakan rapat massa suatu bahan, z menyatakan nomor atom atau molekul,
dan NA menyatakan suatu bilangan avogadro (Ellis, 2007).
Untuk persamaan tampang lintang hamburan
µ 1
σ=𝜌𝑧 (2.27)
𝑁𝐴
𝐴

dengan µ menyatakan koefisien atenuasi atau koefisien pelemahan, 𝜎 menyatakan


tampang lintang hamburan elektron, A menyatakan massa atom atau molekul, ρ
menyatakan rapat massa suatu bahan, z menyatakan nomor atom atau molekul,
dan NA menyatakan suatu bilangan avogadro (Ellis, 2007).

2.12 Formula konversi satuan CPS ke gr/cm3


Dari penggabungan persamaan (2.19) dan persamaan (2.26) dan setelah
mengenakan operasi logaritma natural dan aljabar, dapat diperoleh persamaan
berbentuk:
ρ = a-b log I (2.28)
dengan
Ln I A
a adalah σ z ρONa l
A
b adalah σ z ρ Na 𝑙𝑜𝑔𝑒

ρ adalah densitas gr/cm3, dan


I adalah intensitas (CPS)
Persamaan (2.28) digunakan untuk mengkonversi satuan CPS menjadi gr/cm3
pada log densitas menggunakan data LSD dengan tujuan untu memudahkan dalam
menganalisa data kurva. Nilai a dan b dalam persamaan tersebut dapat diperoleh
dari percobaan.
Dari nilai a dan b juga dapat ditentukan intensitas awal sumber pada probe
yaitu dengan persamaan
𝑎
Io = 10𝑏 (2.29)
23

dengan
a adalah konstanta 1 hasil penelitian (gr/cm3)
b adalah konstanta 2 hasil penelitian (gr/cm3)
I adalah intensitas awal (CPS)
Konversi satuan adalah proses perubahan satuan suatu objek yang terukur
dalam bentuk satuan lain tanpa merubah substansi pada obyek tersebut. Dalam
penelitian ini dilakukan konversi satuan intensitas yaitu CPS (Count Per Second)
ke dalam satuan densitas gr/cm3.

2.13 Sifat fisis batuan


Pada penelitian ini sifat fisis batuan yang diteliti adalah rapat massa
bahannya. Dan pada rapat massa bahan tersebut dapat dikaji koefisien atenuasi
suatu bahan. Atenuasi disini terjadi karena interaksi adalah proses pengurangan
energi foton. Koefisien atenuasi juga pengukuran bagaimana suatu jenis bahan
unsur menyerap energi pada panjang gelombang tertentu (NCRP, 1978).
Dan tampang lintang hamburan terjadi ketika terdapat gelombang
elektromagnetik menuju berinteraksi antara dengan elektron. Setelah berinteraksi
gelombang tersebut berhambur pada sudut tertentu dengan intensitas mula- mula.
Fungsi gelombang elektron dari persamaan fungsi gelombang elektron masing-
masing, diperoleh nisbah intensitas elektron datang dan elektron terhambur
(NCRP, 1978).
24

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih tiga bulan di Laboratorium
Geofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pegetahuan Alam, Universitas
Mulawarman. Adapun jadwal penelitian dapat dilihat pada lampiran (jadwal
penelitian terlampir pada lampiran A).

3.2 Alat dan bahan


Dalam penelitian ini alat yang digunakan meliputi perangkat keras berupa
laptop dan perangkat lunak berupa program pengolah data. Laptop digunakan
untuk membantu proses pengolahan data dan program pengolah data digunakan
untuk perhitungan dan penggambaran grafik data penelitian.
Bahan penelitian berupa data referensi teori dan data sekunder Geophysical
Logging. Data referensi teori meliputi besaran fisis batuan dan tetapan alam.
Besaran fisis batuan meliputi: jumlah elektron (Z), massa molekul (A), rapat
𝜇
massa (ρ), serta perbandingan antara koefisien atenuasi dan rapat massa bahan ( 𝜌)

dari sumber NIST. Tetapan alam meliputi: Bilangan Avogadro (B), massa elektron
(me), cepat rambat gelombang elektomagnetik (c), dan konstanta Planck (h).
Sementara itu, data sekunder Geophysical Logging meliputi: panjang lintasan (L)
hamburan dari LSD dan HRD, panjang gelombang energi elektromagnetik datang
(λ), panjang gelombang energi elektromagnetik terhambur (λ’), sudut dari
hamburannya (𝜃), serta intensitas terhambur (I) dan Intensitas awal (Io), dari kurva
log.
25

3.3 Prosedur Penelitian


Penelitian ini bersifat teoritis. Dalam penelitian dilakukan langkah-langkah:
1. Mempelajari studi pustaka tentang geophysical logging, hamburan sinar
gamma, sifat fisis batuan seperti koefisien atenuasi, tampang lintang
hamburan elektron dan berat molekul pada suatu bahan;
2. Menentukan persamaan intensitas hamburan sinar gamma;
3. Mencari nilai data referensi teori meliputi besaran fisis batuan dan tetapan
alam. Besaran fisis batuan meliputi: jumlah elektron (Z), massa molekul (A)
(terdapat pada tabel 2.2), rapat massa (ρ) (terdapat pada tabel 2.2) serta
𝜇
perbandingan antara koefisien atenuasi dan rapat massa bahan (𝜌) dari

sumber NIST. Tetapan alam meliputi: Bilangan Avogadro (Na) (terdapat


pada persamaan 2.2), massa elektron (me), cepat rambat gelombang
elektomagnetik (c), dan konstanta Planck (h) (terdapat pada persamaan 2.7);
4. Menghitung Nilai Energi (E) dari Gelombang sinar gamma yang
dihamburkan (persamaan 2.8);
5. Mencari nilai data sekunder Geophysical Logging meliputi: panjang lintasan
(L) hamburan dari LSD dan HRD, panjang gelombang energi
elektromagnetik datang (λ), panjang gelombang energi elektromagnetik
terhambur (λ’), sudut dari hamburannya (𝜃) (persamaan 2.7) serta intensitas
terhambur (I) dan intensitas awal (Io), dari kurva log;
Z.ρ
6. Menghitung nilai ( 𝐴 ), tampang lintang hamburan (σ), koefisien atenuasi

(µ), dan intenstas (ln I/Io) pada bahan yang diteliti;


7. Mengaitkan intenstas hamburan sinar gamma (ln I/Io*1/l) dengan nilai
koefisien atenuasi (µ);
8. Menampilkan grafik hasil pengolahan data antara intensitas hamburan sinar
gamma intensitas (ln I/Io * 1/l) dengan koefisien atenuasi (µ) pada bahan
yang diteliti;
26

3.4 Diagram Penelitian

Mulai

Persiapan alat dan bahan

data referensi teori data sekunder Geophysical


meliputi B, Z, A, h, Logging meliputi I, Io, 𝜃, L
𝜇
me, c, p, ( ) dari LSD dan HRD, 𝜆, 𝜆’
𝜌

Perhitungan energi (E) gelombang


elektromagnetik

Z.ρ
Perhitungan nilai ( 𝐴 ), tampang
lintang hamburan (σ), koefisien
atenuasi (µ), dan intenstas (ln I/Io)

Pengaitan intensitas hamburan sinar


gamma (ln I/Io*1/l) dengan
koefisien atenuasi (µ)

Grafik kaitan intensitas hamburan


sinar gamma intensitas (ln I/Io*1/l)
dengan koefisien atenuasi (µ)

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian


27

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menghasilkan dua jenis data. Data yang pertama berupa data
hasil perhitungan teori, sedangkan data kedua berupa data lapangan. Data teori
merupakan data koefisien atenuasi atom atau molekul yang dihitung
berdasarkan persamaan (2.26). Di dalam persamaan tersebut, informasi mengenai
jumlah elektron Z dan nomor massa A terdapat dalam Tabel 2.2, informasi
mengenai rapat massa  terdapat dalam Lampiran D, dan informasi mengenai
tampang lintang hamburan terdapat dalam Lampiran F.
Adapun data lapangan rapat massa  yang diperoleh dari data coring
terdapat dalam Lampiran E dan data lapangan intensitas hamburan sinar gamma I
yang diperoleh dari data log densitas terdapat dalam Lampiran H. Dengan
menggunakan persamaan (2.25) dan data lapangan rapat massa tersebut dapat
diperoleh koefisien atenuasi atom atau molekul hasil perhitungan dengan data
lapangan menggunakan persamaan (2.25). Dari data koefisien atenuasi  dan
intensitas sinar gamma I tersebut dibuat grafik kaitan (Ln I/Io*1/L) terhadap  dan
diperlihatkan dalam Gambar 4.1 dan Gambar 4.3.
Dengan menggunakan persamaan garis yang diperoleh dalam Gambar 4.1
dan Gambar 4.3 dibuat grafik baru kaitan (Ln I/Io*1/L) terhadap  yang memuat
gabungan data  lapangan dan teori. Grafik baru tersebut merupakan kaitan
intensitas hamburan sinar gamma dengan sifat fisis batuan. Dengan menggunakan
grafik tersebut dapat dilakukan identifikasi jenis batuan bila intensitas hamburan
sinar gamma dari metode well logging diketahui. Intensitas tersebut diperoleh dari
kurva log densitas.
Hasil perhitungan Ln I/Io*1/L dan nilai koefisien atenuasi (µ) dan tampang
lintang hamburan (σ) untuk bagian LSD dan HRD dari data kurva log pada hole
MD022, hole P8AN2017_18 (3084 C), hole 1311 _ SMD _MT_07 yang termuat
dalam Lampiran K Gambar K.1 sampai Gambar K.3 dicantumkan dalam Tabel
4.1 sampai dengan Tabel 4.4. Perhitungan tersebut dilakukan untuk bahan, yaitu:
28

air, aluminium dan batuan sedimen. Batuan sedimen tersebut meliputi batubara,
batu pasir dan batu lempung. Jenis batubara yang ditinjau meliputi: antrasit,
bituminous, subbituminous, lignit, dan gambut.
Tabel 4.1 Nilai Ln I/Io*1/L, dan koefisien atenuasi (µ) bagian LSD untuk data
lapangan
No Nama Bahan Ln I/Io*1/L koefisien
atenuasi (µ)
1 Air -0,068536224 42,60510353
(Data Lapangan)
2 Aluminium -0,171985678 502,84
(Data Lapangan)
3 Subbituminous -0,136991252 25,82044206
(Data Lapangan1)
4 Batu Lempung -0,129142291 373,4086801
(Data Lapangan1)
5 Subbituminous 0,048551178 31,175793
(Data Lapangan2)
6 Batu Lempung 0,036644 392,9475063
(Data Lapangan2)
7 Batu Pasir 0,016257 73,2266733
(Data Lapangan)
Data dari nomor 1 (satu) sampai dengan nomor 4 (empat) pada Tabel 4.1
diperoleh dari data hole MD022 (Lampiran L.1) bagian LSD sedangkan data dari
nomor 5 (lima) sampai dengan 7 (tujuh) diperoleh dari data hole P8AN2017_18
(3084 C) (Lampiran L.2) bagian LSD. Hasil perhitungan Ln I/Io*1/L untuk setiap
bahan memiliki rentang dari -0,068536224 sampai dengan 0,048551178. Bahan
yang memiliki nilai Ln I/Io*1/L terendah adalah air, sedangkan yang tertinggi
adalah subbituminous (data lapangan2). Sedangkan pada koefisien atenuasi (µ)
setiap bahan memiliki rentang nilai dari 31,175793 sampai dengan 392,9475063.
Bahan yang memiliki nilai koefisien atenuasi (µ) terendah adalah subbituminous
(data lapangan2), sedangkan yang tertinggi adalah batu lempung (data lapangan2).
Gambar 4.1 menampilkan kaitan Ln I/Io *1/l dengan koefisien atenuasi (µ)
bagian LSD untuk data lapangan. Titik-titik pada gambar tersebut berhubungan
dengan setiap bahan pada data lapangan bagian LSD. Kurva yang ditarik melalui
seluruh titik tersebut memiliki nilai koefisien determinasi (R2) 0,1269 atau
koefisien korelasi (R) 0,35623. Nilai korelasi yang rendah tersebut menunjukkan
29

bahwa Ln I/I0*1/l tidak memiliki hubungan yang kuat dengan koefisien atenuasi.
Namun secara teori, hubungan tersebut kuat seperti diperlihatkan dalam
persamaan (2.17). Hasil pemplotan data lapangan yang tidak mendukung tersebut
diduga karena intensitas radiasi hambur sinar gamma dari data log densitas bukan
merupakan intensitas hasil hamburan berkas foton dalam lintasan sumber-sasaran
(molekul bahan)-detektor, melainkan dalam lintasan acak, yakni lebih jauh atau
lebih dekat karena keragaman tampang lintang hamburan yang dilalui foton-foton
tersebut dalam formasi batuan.

Kaitan Ln I/Io *1/l dengan koefisien atenuasi (µ)


0.1

0.05

Aluminium
0
0 100 200 300 400 500 600 Subbituminous data 1
Ln I/Io * 1/L

Batu Lempung Data 1


-0.05
Batu Lempung data 2
Subbituminous data 2
-0.1
Batu Pasir
Ln I/Io*1/L = -0.0002µ - 0.0255
R² = 0.1269 Air
-0.15 R = 0.35623

-0.2
Kofisien atenuasi (µ)

Gambar 4.1 Kaitan Ln I/Io *1/l dan koefisien atenuasi (µ) bagian LSD untuk data
lapangan

Tabel 4.2 Nilai Ln I/Io*1/L dan koefisien atenuasi (µ) bagian LSD untuk data
teori
No Nama Bahan Ln I/Io*1/L koefisien
atenuasi (µ)
1 Antrasit1 -0,03174 31,21594
(𝐶240 𝐻90 𝑂4 𝑁𝑆)
2 Antrasit2 -0,02973 21,12863
(𝐶94 𝐻3 𝑂4 )
3 Bituminous1 -0.03065 25,73705
(𝐶137 𝐻97 𝑂9 𝑁5)
30

4 Bituminous2 -0,02869 15,93239


(𝐶80 𝐻5 016 )
5 Subbituminous -0,03047 24,86413
(𝐶75 𝑂𝐻5 𝑂20 )
6 Lignit -0,03044 24,67552
(𝐶70 𝑂𝐻5 𝑂25 )
7 Gambut1 -0,02979 21,44774
(𝐶60 𝐻6 𝑂34 )
8 Gambut2 -0,02857 15,32528
(𝐶60 𝐻6 𝑂34 )
9 Gambut3 -0,02703 7,653074
(𝐶60 𝐻6 𝑂34 )
10 Batu Lempung1 -0,13839 564,455
(𝐴𝑙2 𝑂3 . 2𝑆𝑖𝑂2 . 2𝐻2 𝑂)
11 Batu Lempung2 -0,09627 353,8699
(𝐴𝑙2 𝑂3 . 2𝑆𝑖𝑂2 . 2𝐻2 𝑂)
12 Air -0,03402 42,6051
(𝐻2 𝑂)
13 Aluminium -0,12994 522,18
(𝐴𝑙)
14 Batu Pasir1 -0,04015 73,22667
(𝑆𝑖𝑂2 . 𝐹𝑒2 )
15 Batu Pasir2 -0,04414 93,19758
(𝑆𝑖𝑂2 . 𝐹𝑒2 )

Data teori dari nomor 1 (satu) sampai dengan nomor 15 (lima belas)
disajikan dalam Tabel 4.2. Intensitas hambur yang dicantumkan dalam tabel
tersebut diperoleh dari persamaan garis pada Gambar 4.1. Persamaan garis
diperoleh dari persamaan (2.28) dimana Y adalah Ln I/Io*1/L, ax adalah -0,0002µ
dan b adalah -0,0255. Untuk intensitas hamburnya diperoleh dengan cara nilai a
pada persamaan garis tersebut dikalikan koefisien atenuasinya selanjutnya hasil
perkaliannya dikurang nilai b pada persamaan garis tersebut.
Hasil perhitungan Ln I/Io*1/L data teori untuk setiap bahan memiliki
rentang dari -0,13839 sampai dengan -0,02703. Bahan yang memiliki nilai Ln
I/Io*1/L terendah adalah batu lempung1, sedangkan yang tertinggi adalah
gambut3. Pada koefisien atenuasi (µ) setiap bahan memiliki rentang nilai dari
7,653074 sampai dengan 564,455. Bahan yang memiliki nilai koefisien atenuasi
(µ) terendah adalah gambut3, sedangkan yang tertinggi pada batu lempung1.
31

Gambar 4.2 memperlihatkan grafik kaitan Ln I/ Io *1/L dengan koefisien


atenuasi (µ) bagian LSD yang dapat digunakan untuk memprediksi sifat-sifat
batuan sedimen lewat informasi intensitas hamburan sinar gamma yang direkam
dalam data log densitas suatu formasi batuan. Titik-titik pada gambar tersebut
berhubungan dengan setiap bahan pada data lapangan dan data teori bagian LSD.
Kurva yang ditarik melalui seluruh titik tersebut memiliki nilai koefisien
determinasi (R2) 0,374 atau koefisien korelasi (R) 0,612.
Dalam Gambar 4.2 terlihat batu lempung (data lapangan1) dan batu
lempung (data lapangan2) terdapat di antara batu lempung 1 dan batu lempung 2
(data teori), aluminium (data lapangan) hampir mendekati aluminium (data teori),
batubara subbituminous (data lapangan1) dan batubara subbituminous (data
lapangan2) juga hampir mendekati batubara subbituminous (data teori), air (data
lapangan) tepat pada air (data teori) dan batu pasir (data lapangan) tepat pada batu
pasir 1 (data teori).

Kaitan Ln I/Io *1/l dengan koefisien atenuasi (µ)


Antrasit1
0.1 Antrasit2
Bituminous1
Bituminous2
0.05 Subbituminous
Lignit
Gambut1
Gambut2
0
0 100 200 300 400 500 600 Gambut3
Batu Lempung1
Ln I/Io*1/L

Batu Lempung2
-0.05 Air
Aluminium
Batu Pasir1
-0.1 Batu Pasir2
Air (Data Lapangan)
Aluminium (Data Lapangan)

-0.15
Ln I/Io*1/L = -0.0002µ - 0.0254 Subbituminous (Data Lapangan1)
R² = 0.374 Subbituminous (Data Lapangan 2)
R = 0.612 Batu Lempung (Data Lapangan1)
Batu Lempung (Data Lapangan2)
-0.2 Batu Pasir (Data Lapangan)
Kofisien atenuasi (µ)

Gambar 4.2 Kaitan Ln I/Io *1/l dengan koefisien atenuasi (µ) bagian LSD untuk data
lapangan dan data teori
32

Tabel 4.3 Nilai Ln I/Io*1/L, dan koefisien atenuasi (µ) bagian HRD untuk data
lapangan
No Nama Bahan Ln I/Io*1/L koefisien
atenuasi (µ)
1 Air -0,10856 42,6051035
(Data Lapangan)
2 Aluminium -0,22268 502,84
(Data Lapangan)
3 Subbituminous -0,2125 25,82044206
(Data Lapangan1)
4 Batu Lempung -0,17911 373,4086801
(Data Lapangan1)
5 Subbituminous -0,04531 25,2466545
(Data Lapangan2)
6 Batu Lempung -0,08173 386,434564
(Data Lapangan2)
7 Batu Pasir -0,07387 74,8909159
(Data Lapangan)

Data dari nomor 1 (satu) sampai dengan nomor 4 (empat) pada Tabel 4.3
diperoleh dari data hole MD022 (Lampiran K.1) bagian HRD sedangkan data dari
nomor 5 (lima) sampai dengan 7 (tujuh) diperoleh dari data hole 1311 _ SMD
_MT_07 (Lampiran K.3) bagian HRD. Hasil perhitungan Ln I/Io*1/L untuk setiap
bahan memiliki rentang dari 0,22268 sampai dengan -0,04531. Bahan yang
memiliki nilai Ln I/Io*1/L terendah adalah air, sedangkan yang tertinggi adalah
subbituminous (data lapangan2). Sedangkan pada koefisien atenuasi (µ) setiap
bahan memiliki rentang nilai dari 25,2466545 sampai dengan 386,434564. Bahan
yang memiliki nilai koefisien atenuasi (µ) terendah adalah subbituminous (data
lapangan2), sedangkan yang tertinggi adalah batu lempung (data lapangan2).
Gambar 4.3 menampilkan kaitan Ln I/Io *1/l dengan koefisien atenuasi (µ)
bagian HRD untuk data lapangan. Titik-titik pada gambar tersebut berhubungan
dengan setiap bahan pada data lapangan bagian HRD. Kurva yang ditarik melalui
seluruh titik tersebut memiliki nilai koefisien determinasi (R2) 0,1847 atau
koefisien korelasi (R) 0,4298. Nilai korelasi yang rendah tersebut menunjukkan
bahwa Ln I/I0*1/l tidak juga memiliki hubungan yang kuat dengan koefisien
atenuasi. Namun secara teori, hubungan tersebut kuat seperti diperlihatkan dalam
33

persamaan (2.17). Hasil pemplotan data lapangan yang tidak mendukung tersebut
juga diduga karena intensitas radiasi hambur sinar gamma dari data log densitas
bukan merupakan intensitas hasil hamburan berkas foton dalam lintasan sumber-
sasaran (molekul bahan)-detektor, melainkan dalam lintasan acak, yakni lebih
jauh atau lebih dekat karena keragaman tampang lintang hamburan yang dilalui
foton-foton tersebut dalam formasi batuan.

Kaitan Ln I/Io *1/l dengan koefisien atenuasi (µ)


0
0 100 200 300 400 500 600

-0.05

Aluminium
Ln I/Io * 1/L

-0.1 Subbituminous data 1


Batu Lempung Data 1
Batu Lempung data 2
-0.15 Subbituminous data 2
Batu Pasir
Ln I/Io*1/L = -0.0001µ - 0.1015
R² = 0.1847 Air
-0.2 R = 0.4298

-0.25
Kofisien atenuasi (µ)

Gambar 4.3 Kaitan Ln I/Io *1/l dengan koefisien atenuasi (µ) bagian HRD untuk data
lapangan

Tabel 4.4 Nilai Ln I/Io*1/L, dan koefisien atenuasi (µ) bagian HRD untuk data
teori
No Nama Bahan Ln I/Io*1/L koefisien
atenuasi (µ)
1 Antrasit1 -0,10462 31,21594
(𝐶240 𝐻90 𝑂4 𝑁𝑆)
2 Antrasit2 -0,10361 21,12863
(𝐶94 𝐻3 𝑂4 )
3 Bituminous1 -0,10407 25,73705
(𝐶137 𝐻97 𝑂9 𝑁5)
4 Bituminous2 -0,10309 15,93239
(𝐶80 𝐻5 016 )
34

5 Subbituminous -0,10399 24,86413


(𝐶75 𝑂𝐻5 𝑂20 )
6 Lignit -0,10397 24,67552
(𝐶70 𝑂𝐻5 𝑂25 )
7 Gambut1 -0,10364 21,44774
(𝐶60 𝐻6 𝑂34 )
8 Gambut2 -0,10303 15,32528
(𝐶60 𝐻6 𝑂34 )
9 Gambut3 -0,10227 7,653074
(𝐶60 𝐻6 𝑂34 )
10 Batu Lempung1 -0,15795 564,455
(𝐴𝑙2 𝑂3 . 2𝑆𝑖𝑂2 . 2𝐻2 𝑂)
11 Batu Lempung2 -0,13689 353,8699
(𝐴𝑙2 𝑂3 . 2𝑆𝑖𝑂2 . 2𝐻2 𝑂)
12 Air -0,10576 42,6051
(𝐻2 𝑂)
13 Aluminium -0,15372 522,18
(𝐴𝑙)
14 Batu Pasir1 -0,10882 73,22667
(𝑆𝑖𝑂2 . 𝐹𝑒2 )
15 Batu Pasir2 -0,11082 93,19758
(𝑆𝑖𝑂2 . 𝐹𝑒2 )

Data teori dari nomor 1 (satu) sampai dengan nomor 15 (lima belas)
disajikan dalam Tabel 4.4. Intensitas hambur yang dicantumkan dalam tabel
tersebut diperoleh dari persamaan garis pada Gambar 4.3. Persamaan garis
diperoleh dari persamaan (2.28) dimana Y adalah Ln I/Io*1/L, ax adalah -0,0001µ
dan b adalah -0,1015. Untuk intensitas hamburnya diperoleh dengan cara nilai a
pada persamaan garis tersebut dikalikan koefisien atenuasinya selanjutnya hasil
perkaliannya dikurang nilai b pada persamaan garis tersebut.
Hasil perhitungan Ln I/Io*1/L untuk setiap bahan memiliki rentang dari -
0,15795 sampai dengan -0,10227. Bahan yang memiliki nilai Ln I/Io*1/L
terendah adalah batu lempung1, sedangkan yang tertinggi pada gambut3. Pada
koefisien atenuasi (µ) setiap bahan memiliki rentang nilai dari 7,653074 sampai
dengan 564,455. Bahan yang memiliki nilai koefisien atenuasi (µ) terendah adalah
gambut3, sedangkan yang tertinggi pada batu lempung1.
Gambar 4.4 memperlihatkan grafik kaitan Ln I/ Io *1/L dengan koefisien
atenuasi (µ) bagian HRD yang dapat digunakan untuk memprediksi sifat-sifat
35

batuan sedimen lewat informasi intensitas hamburan sinar gamma yang direkam
dalam data log densitas suatu formasi batuan. Titik-titik pada gambar tersebut
berhubungan dengan setiap bahan pada data lapangan dan data teori bagian HRD.
Kurva yang ditarik melalui seluruh titik tersebut memiliki nilai koefisien
determinasi (R2) 0,31 atau koefisien korelasi (R) 0,5568.
Dalam Gambar 4.4 terlihat batu lempung (data lapangan1) dan batu
lempung (data lapangan2) terdapat di antara batu lempung 1 dan batu lempung 2
(data teori), aluminium (data lapangan) hampir mendekati aluminium (data teori),
batubara subbituminous (data lapangan1) dan batubara subbituminous (data
lapangan2) tepat pada batubara subbituminous (data teori), air (data lapangan)
tepat pada air (data teori) dan batu pasir (data lapangan) tepat pada batu pasir 1
(data teori).

Kaitan Ln I/Io *1/l dengan koefisien atenuasi (µ) Antrasit1


0 Antrasit2

0 100 200 300 400 500 600 Bituminous1


Bituminous2
Subbituminous
-0.05 Lignit
Gambut1
Gambut2
Gambut3
-0.1
Ln I/Io * 1/L

Batu Lempung1
Batu Lempung2
Air
Aluminium
-0.15 Batu Pasir1
Batu Pasir2
Air (Data Lapangan)
Aluminium (Data Lapangan)
-0.2 Ln I/Io*1/L = -0.0001µ - 0.1016
Subbituminous (Data Lapangan1)
R² = 0.31
R = 0.5568 Subbituminous (Data Lapangan 2)
Batu Lempung (Data Lapangan1)
Batu Lempung (Data Lapangan2)
-0.25
Batu Pasir (Data Lapangan)
Kofisien atenuasi (µ)

Gambar 4.4 Kaitan Ln I/Io *1/l dengan koefisien atenuasi (µ) bagian HRD untuk data
lapangan dan data teori
36

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Kaitan antara intensitas hambur sinar gamma terhadap sifat fisis batuan
adalah sebanding dengan kaitan linear antara logaritma natural rasio
intensitas hamburan sinar gamma terhadap gradien negatif koefisien
atenuasi batuan (µ) dan jauh penembusan sinar gamma tersebut dari
sumber ke detektor.
2. Cara identifikasi jenis batuan dengan mengacu intensitas hamburan sinar
gamma dari metode well logging dan sifat fisis batuan dilakukan melalui
langkah-langkah:
a) menentukan intensitas sinar gamma terhambur dari data kurva log
densitas;
b) menentukan sifat fisis batuan dengan menggunakan grafik kaitan
nilai koefisien atenuasi (µ) dengan Ln I/Io*1/l yang merupakan
turunan dari kaitan yang disimpulkan dari simpulan no.1.
5.2 Saran
Sebaiknya pada penelitian berikutnya dapat dihimpun lebih banyak data
jenis batuan sedimen pada setiap lapisan dan formasi batuan sehingga dapat
diverifikasi lebih lanjut kaitan intensitas hamburan sinar gamma terhadap sifat
fisis batuan yang dirumuskan dalam penelitian ini.
37

DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, Mukhlis. 2000. Dasar-dasar Proteksi Radiasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Anonim. Introduction to Borehole Geophysics. Tersedia pada www.4shared.com.
Diakses tanggal 13 Desember 2010.
Arsyad, S. 1989. Koneservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Artauli, Nia S. 2016. Pemanfaatan Limbah Aluminium sebagai Bahan Baku
Aksesoris. Bandung: Universitas Telkom.
Asquith, George B. 1976. Basic Well Log Analysis for Geologist. American
Association of Petroleum Geologist: Oklahoma
Beiser, A. 1992. (Trans : The Houw Lion). Konsep Fisika Modern Edisi Keempat.
Jakarta: Erlangga
Boggs, S. Jr. 2006. Principles of Sedimentology and Stratigraphy, 4th Edition.
Campion, K: New Jersey. Pearson Prentice Hall.
BPB manual. 1981. British Petroleum Book. United Kingdom: British company.
Ellis, Darwin. V, dkk. 2007. Well Logging for Earth Scientists 2nd Editions.
Springer: The Netherlands.
D.R. Reeves. 1986. Coal Interpretation Manual. England: BPB Instruments
Limite.
Graha, Doddy Setia. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova.
Firdaus. 2008. Interpretasi Petrofisika. PT. ELNUSA GEOSAINS.
Haditjahyono, Hendriyanto. 2006. Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi.
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/_private/pri
n sip_dasar.pdf.
Harsono. 1997. Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log. Jakarta: Schlumberger Data
Services.
HS. Martono. 2004. Prinsip Pengukuran Logging (Dokumen RecsaLOG).
Bandung.
Krane, Kenneth. 1992. Fisika Modern. Jakarta: Universitas Indonesia.
Kurniawan. D. 2008. Regresi Linier. Development Core Team, Austria
38

Palupi, Khairol. 2011. Skripsi : Pengaruh Penggunaan Fly Ash (Debu Batubara)
Sebagai Agregat Beton Normal untuk Perisai Radiasi Sinar 𝛾. Surakarta:
FMIPA Universitas Sebelas Maret.
Mastoadji, E. Kristanto. 2007. Basic Well Log Interpretation. Handout of AAPG
SC UNDIP Course.
National Council On Radiation Protection And Measurements. 1978. A Handbook
of Radioactivity Measurements Procedures. Report No. 58, 1st Edition,
Washington.
Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi Edisi Kedua. Graha Ilmu. Bogor.
Pettijohn, F.J. 1975. Sedimentary Rock, 3rd Ed. New York: Haper & Row.
Rider, Malcolm. 2002. The Geological Interpretation of Well Logs, 2nd Edition,
revised 2002. Scotland: Whittles Publishing.
Schlumberger. 1958. Log Interpretation Principles/Applications. Houston, Texas:
Schlumberger Educational Services.
Serra, O. 1984. Fundamentals of Well-Log Interpretation. New York: Elsevier
Science Publishers B.V
S. Munadi. 2001. Instrumentasi Geofisika. Depok: Program Studi Geofisika,
Jurusan Fisika (FMIPA), Universitas Indonesia.
Sukandarrumidi. 2006. Batubara dan Pemanfaatannya, Pengantar Teknologi
Batubara Menuju Lingkungan Bersih. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Susetyo, Wisnu. 1988. Spekrometri gamma dan penerepannya dalam analisis
pengatifan neutron. Malang: Perpustakaan Digital Universitas Negeri
Malang.
Telford, W.M., L.P. Geldart, & R.E. Sheriff. 1990. Applied Geophysics, Second
Edition. USA: Cambridge University Press.
Ward, C.R, 1984, Coal Geology and Coal Technology. Singapore: Blackwell
Scientific Publicationn.
Williams, W.S.C. 1991. Nuclear and Particle Physics. Oxford: University of
Oxford
39

LAMPIRAN A
Rencana Penelitian Tugas Akhir

Bulan ke-
No. Uraian Kegiatan Penelitian I II III

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Studi Literatur
2. Pencarian nilai untuk data referensi teori
3. Pengolahan data dan analisis
Pencarian data sekunder Geophysical
4.
Logging
5. Pengolahan data dan analisis
6. Penulisan skripsi
7. Seminar hasil
8. Pendadaran
Seminar sains dan teknologi FMIPA
9.
UNMUL
40

LAMPIRAN B
Nilai yang didapatkan dari setiap unsur setiap bahan

Tabel 1.B Nilai z/a dan µ/ρ pada setiap unsur


Nama Unsur z/a [unsur] µ/ρ (NIST)
(NIST) (cm^2/g)
Carbon 0.49954 19.12
Hydrogen 0.99212 0.4193
Nitrogen 0.49976 31.44
Sulfur 0.49897 348.7
Oksigen 0.50002 47.91
Silikon 0.49848 245
alumunium 0.48181 193.4
Ferum 0.46556 1.96E+00

Tabel 2.B Rumus molekul dari setiap bahan

Nama Bahan Rumus Molekul

Antrasit (𝐶240 𝐻90 𝑂4 𝑁𝑆)


Antrasit (𝐶94 𝐻3 𝑂4)
Bituminous (𝐶137 𝐻97 𝑂9 𝑁5)
Bituminous (𝐶80 𝐻5 016 )
Subbituminous (𝐶75 𝑂𝐻5 𝑂20)
Lignit (𝐶70 𝑂𝐻5 𝑂25)
Gambut (𝐶60 𝐻6 𝑂34 )
Gambut (𝐶60 𝐻6 𝑂34 )
Gambut (𝐶60 𝐻6 𝑂34 )
Batu Lempung (𝐴𝑙2 𝑂3 . 2𝑆𝑖𝑂2 . 2𝐻2 𝑂)
Batu Lempung (𝐴𝑙2 𝑂3 . 2𝑆𝑖𝑂2 . 2𝐻2 𝑂)
Air (𝐻2 𝑂)
Alumunium (𝐴𝑙)
41

LAMPIRAN C
Perhitungan Z/A rata-rata dan µ/ρ rata-rata

Untuk menghitung nilai Z/A rata-rata adalah


𝑍1 𝑋 𝐴1 𝑍 𝑋 𝐴2 𝑍 𝑋 𝐴3 𝑍𝑛 𝑋 𝐴𝑛
𝑍 𝑋 𝑛1 + 2 𝑋 𝑛2 + 3 𝑋 𝑛3 𝑋 𝑛𝑛
𝐴1 𝐴2 𝐴3 𝐴𝑛
rata-rata = …+
𝐴 𝐴1 + 𝐴2 +𝐴3 𝐴𝑛

Diketahui:
Z/A: didapat dari lampiran B tabel 1.B
A: didapat dari nomor massa setiap unsur pada table periodic
n: jumlah atom setiap unsur

Untuk menghitung nilai µ/ρ rata-rata adalah


µ 1 𝑋 ρ1 µ 𝑋ρ µ 3 𝑋 ρ3 µ 𝑛 𝑋 ρ𝑛
𝑋 𝑛1 + 2 2 𝑋 𝑛2 + 𝑋 𝑛3 𝑋 𝑛𝑛
µ ρ1 ρ2 ρ3 ρ𝑛
rata-rata = …+
ρ ρ1 +ρ2 +ρ3 ρ𝑛

Diketahui:
µ
: didapat dari dari lampiran B tabel 1.B
ρ

ρ: didapat dari densitas yang didapat pada setiap jenis bahan (terlihat pada
lampiran D dan lampiran E)
n: jumlah atom setiap unsur
42

LAMPIRAN D
Tabel hasil perhitungan ρ, z/a rata-rata, µ/ρ rata-rata, dan (Z*ρ)/A dari
setiap jenis bahan untuk data teori

Tabel 1.D Hasil perhitungan ρ, z/a rata-rata, dan µ/ρ rata-rata dari setiap jenis
bahan bagian LSD dan HRD untuk data teori

µ/ρ (Z*ρ)/A
Jenis Bahan ρ Z/A rata-rata
(gr/cm3) rata-rata (gr/cm2)
Antrasit 1.506 0.514037035 20.72771764 0.774133201

Antrasit 1.105 0.500811027 19.12093047 0.553391704

Bituminous 1.346 0.524188692 19.12113761 0.705551383

Bituminous 0.833 0.586086181 19.12651354 0.417889927

Subbituminous 1.3 0.5016689 19.12625338 0.652165073

Lignit 1.29 0.501665687 19.12831036 0.647144497

Gambut 1.121 0.502089897 19.13268494 0.562839392

Gambut 0.801 0.502089897 19.13268494 0.40217159

Gambut 0.4 0.502089897 19.13268494 0.200834752

Batu Lempung 2.6 0.503564011 217.0980698 1.309268209

Batu Lempung 1.63 0.503564011 217.0980698 0.820810454

Air 1 0.555086631 42.60510353 0.555082502

Alumunium 2.7 0.48181 193.4 1.306673091

Batu Pasir 2.2 0.477361507 33.2848515 1.050193913

Batu Pasir 2.8 0.477361507 33.2848515 1.336610435


43

LAMPIRAN E
Tabel hasil perhitungan ρ, z/a rata-rata, µ/ρ rata-rata, dan (Z*ρ)/A dari
setiap jenis bahan untuk data lapangan

Tabel 1.E Hasil perhitungan ρ, z/a rata-rata, dan µ/ρ rata-rata dari setiap jenis
bahan pada hole MD022 bagian LSD
µ/ρ (Z*ρ)/A
ρ Z/A
Jenis Bahan rata-rata
(gr/cm3) rata-rata (gr/cm2)
Air
1 0.555086631 1.8015206 0.555082502
(Data Lapangan)
Alumunium
2.6 0.48181 2.075506943 1.25271019
(Data Lapangan)
Batu lempung
1.72 0.503564011 1.985844853 0.677248345
(Data Lapangan)
Subbituminous
1.35 0.5016689 1.993346608 0.866131277
(Data Lapangan)

Tabel 2.E Hasil perhitungan ρ, z/a rata-rata, dan µ/ρ rata-rata dari seriap jenis
bahan pada hole MD022 bagian HRD

µ/ρ (Z*ρ)/A
ρ Z/A
Jenis Bahan rata-rata
(gr/cm3) rata-rata (gr/cm2)
Air
1 0.555086631 1.8015206 0.555082502
(Data Lapangan)
Alumunium
2.6 0.48181 2.075506943 1.25271019
(Data Lapangan)
Batu lempung
1.72 0.503564011 1.985844853 0.677248345
(Data Lapangan)
Subbituminous
1.35 0.5016689 1.993346608 0.866131277
(Data Lapangan)
44

Tabel 3.E Hasil perhitungan ρ, z/a rata-rata, dan µ/ρ rata-rata dari setiap jenis
bahan hole P8AN2017_18 (3084 C) bagian LSD

µ/ρ (Z*ρ)/A
ρ Z/A
Jenis Bahan rata-rata
(gr/cm3) rata-rata (gr/cm2)
Subbituminous
1.63 0.5016689 19.12625338 0.817714668
(Data Lapangan)
Batu lempung
1.81 0.503564011 217.0980698 0.911452099
(Data Lapangan)
Batu Pasir
2.2 0.477361507 33.2848515 1.050193913
(Data Lapangan)

Tabel 4.E Hasil perhitungan ρ, z/a rata-rata, dan µ/ρ rata-rata dari setiap jenis
bahan hole 1311 _ SMD _MT_07 bagian HRD

µ/ρ (Z*ρ)/A
ρ Z/A
Jenis Bahan rata-rata
(gr/cm3) rata-rata (gr/cm2)
Subbituminous
1.32 0.5016689 19.12625338 0.662198382
(Data Lapangan)
Batu lempung
1.78 0.503564011 217.0980698 0.896345158
(Data Lapangan)
Batu Pasir
2.25 0.477361507 33.2848515 1.074061957
(Data Lapangan)
45

LAMPIRAN F
Tabel hasil perhitungan tampang lintang hamburan (σ) suatu bahan

Tabel 1.F Hasil perhitungan tampang lintang hamburan (σ) dari setiap jenis bahan
bagian LSD dan HRD untuk data teori

tampang lintang
Jenis Bahan hamburan
(σ)

Antrasit 6.69824E-23

Antrasit 6.34218E-23

Bituminous 6.0594E-23

Bituminous 5.42098E-23

Subbituminous 6.3331E-23

Lignit 6.33382E-23

Gambut 6.32992E-23

Gambut 6.32992E-23

Gambut 6.32992E-23

Batu Lempung 7.16151E-22

Batu Lempung 7.16151E-22

Air 1.27498E-22

Alumunium 6.66782E-22

Batu Pasir 73.2266733

Batu Pasir 93.1975842


46

Tabel 2.F Hasil perhitungan tampang lintang hamburan (σ) dari setiap jenis bahan
pada hole MD022 bagian LSD

tampang lintang
Jenis Bahan hamburan
(σ)

Air 1.27498E-22
(Data Lapangan)
Alumunium 6.66782E-22
(Data Lapangan)
Batu lempung 6.3331E-23
(Data Lapangan)
Subbituminous 7.16151E-22
(Data Lapangan)

Tabel 3.F Hasil perhitungan tampang lintang hamburan (σ) dari setiap jenis bahan
pada hole MD022 bagian HRD

tampang lintang
Jenis Bahan hamburan
(σ)

Air 1.27498E-22
(Data Lapangan)
Alumunium 6.66782E-22
(Data Lapangan)
Batu lempung 6.3331E-23
(Data Lapangan)
Subbituminous 7.16151E-22
(Data Lapangan)
47

Tabel 4.F Hasil perhitungan tampang lintang hamburan (σ) dari setiap jenis bahan
pada hole P8AN2017_18 (3084 C) bagian LSD

tampang lintang
Jenis Bahan hamburan
(σ)

Subbituminous 6.3331E-23
(Data Lapangan)
Batu Lempung 7.16151E-22
(Data Lapangan)
Batu Pasir 1.15825E-22
(Data Lapangan)

Tabel 5.F Hasil perhitungan tampang lintang hamburan (σ) dari setiap jenis bahan
pada hole 1311 _ SMD _MT_07 bagian HRD

tampang lintang
Jenis Bahan hamburan
(σ)

Subbituminous 6.3331E-23
(Data Lapangan)
Batu Lempung 7.16151E-22
(Data Lapangan)
Batu Pasir 1.15825E-22
(Data Lapangan)
48

LAMPIRAN G
Perhitungan nilai E dan λ’ setelah dihamburkan

Bagian 1.G Untuk mencari E dan λ’ setelah dihamburkan


Diketahui :
h = 6.625E-34 Js
c = 3 x 10-8 m/s
mo = 9.1 x 10-31 Kg
θ = 350
E Cs137 = 662 KeV
= 0.662 x 106 eV x 1.6 x 10-19 J
= 1.0592 x 10-13 J
hc
λ Cs137 = E
6.625 x 10−34 Js x 3 x 10−8 m/s
= 1.0592 x 10−13 j

= 18,764 x 10−13 m
= 0,18764 x 10−11 m

Jawab :

𝜆′ − 𝜆 = (1 − cos 𝜃)
𝑚𝑒 𝑐

′ −11
6.625 x 10−34 Js 0
λ − 0,18764 x 10 m= m x (1 − cos 35 )
9.1 x 10−31 Kg x 3 x 10−8 s
6.625 x 10−34 Js
λ′ = [ m x (1 − 0.82)] + [0,18764 x 10−11 m]
9.1 x 10−31 Kg x 3 x 10−8
s

λ′ = 0.23138 x 10−11 m
49

Bagian 2.G Untuk mencari E setelah dihamburkan


hc
E= λ′
6.625 x 10−34 Js x 3 x 10−8 m/s
E= 0.23138 x 10−11 m

E = 0.85898 x 10−17 J
0.85898 x 10−17 J
E = 1.602 x 10−13 MeV

E setelah dihamburkan = 5.36 x 10-3 MeV


50

LAMPIRAN H
Perhitungan regresi linier

Tabel 1.H Perhitungan regresi linier dari jenis bahan hole MD022 bagian LSD

ρ 𝐈̅
Jenis Bahan Log 𝐈̅ ρ x Log 𝐈̅ ρ2 (Log 𝐈̅)2
(gr/cm3) (cps)
(cps)
Air
1 12938 4.11 4.11 1 16.90
(Data Lapangan)
Alumunium
2.6 384 2.58 6.71 6.76 6.66
(Data Lapangan)
Batu lempung
1.72 1648 3.22 5.54 2.95 10.40
(Data Lapangan)
Subbituminous
1.3 1262 3.10 4.22 1.85 9.61
(Data Lapangan)
∑ 6.67 14970 13.01 20.58 12.56 43.57

Tabel 2.H Perhitungan regresi linier dari jenis bahan hole MD022 bagian HRD

ρ 𝐈̅
Jenis Bahan Log 𝐈̅ ρ x Log 𝐈̅ ρ2 (Log 𝐈̅)2
(gr/cm3) (cps)
(cps)
Air
1 7843 3.89 3.89 1 15.13
(Data Lapangan)
Alumunium
2.6 1127 3.05 7.93 6.76 9.30
(Data Lapangan)
Batu lempung
1.72 2364 3.37 5.80 2.96 11.36
(Data Lapangan)
Subbituminous
1.35 1340 3.12 4.24 1.85 9.73
(Data Lapangan)
∑ 6.67 12674 13.43 21.86 12.57 45.52
51

Tabel 3.H Perhitungan regresi linier dari jenis bahan hole P8AN2017_18 (3084
C) bagian LSD

ρ 𝐈̅ Log 𝐈̅ ρ2 (Log 𝐈̅)2


Jenis Bahan ρ x Log 𝐈̅
(gr/cm3) (cps) (cps)
Subbituminous
1.63 3190 3.5 5.71 2.67 12.25
(Data Lapangan)
Batu lempung
1.81 2128 3.33 6.03 3.28 11.09
(Data Lapangan)
Batu Pasir
2.2 1064 3.02 6.64 4.84 9.12
(Data Lapangan)
∑ 5.64 6382 9.85 18.38 10.79 32.46

Tabel 4.H Perhitungan regresi linier dari jenis bahan hole 1311 _ SMD _MT_07
bagian HRD

ρ 𝐈̅ Log 𝐈̅ ρ2 (Log 𝐈̅)2


Jenis Bahan ρ x Log 𝐈̅
(gr/cm3) (cps) (cps)
Subbituminous
1.32 3900 3.59 4.74 1.74 12.88
(Data Lapangan)
Batu lempung
1.78 2100 3.32 5.91 3.17 11.02
(Data Lapangan)
Batu Pasir
2.22 2400 3.38 7.50 4.93 11.42
(Data Lapangan)
∑ 5.32 10.29 10.29 18.15 9.84 35.32
52

LAMPIRAN I
Perhitungan nilai a dan b dengan persamaan regresi linier (2.27) serta nilai
Io

Perhitungan nilai ∆ dari jenis bahan hole MD022 bagian LSD


N ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
∆=| 2|
∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
4 13.01
∆=| |
13.01 43.57
∆ = 174.28 - 169.26
∆ = 5.02
Perhitungan nilai a dari jenis bahan hole MD022 bagian LSD
1 ∑ρ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
a = ∆| 2|
∑ 𝜌 x 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
1 6.67 13.01
a = 5.02 | |
20.58 43.57
1
a= (290.61 – 267.75)
5.02
1
a = 5.02 (22.86)

a = 4.55
Perhitungan nilai b dari jenis bahan hole MD022 bagian LSD
1 N ∑ρ
b = ∆| |
∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝜌 x 𝐿𝑜𝑔 I̅
1 4 6.67
b = 5.02 | |
13.01 20.58
1
b = 5.02 (82.32 – 86.78)
1
b = 5.02 |−4.46|

b = 0.888
Dari nilai a dan b tersebut dapat disubtitusikan ke dalam persamaan
𝑎
Io = 10𝑏
Dan dapat dihitung nilai Intensitas awal dari jenis bahan hole MD022 bagian LSD
4.55
Io = 100,888
53

Io = 133006.81
Perhitungan nilai ∆ dari jenis bahan hole MD022 bagian HRD
N ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
∆=| 2|
∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
4 13.43
∆=| |
13.43 45.52
∆ = 182.08-180.37
∆ = 1.71
Perhitungan nilai a dari jenis bahan hole MD022 bagian HRD
1 ∑ρ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
a = ∆| 2|
∑ 𝜌 x 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
1 6.67 13.43
a = 1.71 | |
21.86 45.52
1
a = 1.71 (303.62-293.58)
1
a = 1.71 (10.04)

a = 5.87
Perhitungan nilai b dari jenis bahan hole MD022 bagian HRD
1 N ∑ρ
b = ∆| |
∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝜌 x 𝐿𝑜𝑔 I̅
1 4 6.67
b = 1.71 | |
13.43 21.86
1
b = 1.71 (87.44 – 89.57)
1
b = 1.71 |−2.13|

b = 1.25
Dari nilai a dan b tersebut dapat disubtitusikan ke dalam persamaan
𝑎
Io = 10𝑏
Dan dapat dihitung nilai Intensitas awal dari jenis bahan hole MD022 bagian HRD
5.87
Io = 101.25
Io = 49659.23
54

Perhitungan nilai ∆ dari jenis bahan hole P8AN2017_18 (3084 C) bagian LSD
N ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
∆=| 2|
∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
3 9.85
∆=| |
9.85 32.46
∆ = 97.38-97.02
∆ = 0.43
Perhitungan nilai a dari jenis bahan hole P8AN2017_18 (3084 C) bagian LSD
1 ∑ρ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
a = ∆| 2|
∑ 𝜌 x 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
1 5.64 9.85
a= | |
0.43 18.38 32.46
1
a = 0.43 (183.07-181.44)
1
a = 0.43 (2.03)

a = 5.1
Perhitungan nilai b dari jenis bahan hole P8AN2017_18 (3084 C) bagian LSD
1 N ∑ρ
b = ∆| |
∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝜌 x 𝐿𝑜𝑔 I̅
1 3 5.64
b = 0.43 | |
9.85 18.38
1
b = 0.43 (55.14-55.55)
1
b = 0.43 |−0.41|

b = 1.83
Dari nilai a dan b tersebut dapat disubtitusikan ke dalam persamaan
𝑎
Io = 10𝑏
Dan dapat dihitung nilai Intensitas awal dari jenis bahan hole P8AN2017_18
(3084 C) bagian LSD
5.1
Io = 101.83
Io = 612.186
55

Perhitungan nilai ∆ dari jenis bahan hole 1311 _ SMD _MT_07 bagian HRD
N ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
∆=| 2|
∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
3 10.29
∆=| |
10.29 35.32
∆ = 105.96-105.88
∆ = 0.08
Perhitungan nilai a dari jenis bahan hole 1311 _ SMD _MT_07 bagian HRD
1 ∑ρ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
a = ∆| 2|
∑ 𝜌 x 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
1 5.32 10.29
a = 0.08 | |
18.15 35.32
1
a = 0.08 (187.90-186.76)
1
a = 0.08 (11.14)

a = 14.25
Perhitungan nilai b dari jenis bahan hole 1311 _ SMD _MT_07 bagian HRD
1 N ∑ρ
b = ∆| |
∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝜌 x 𝐿𝑜𝑔 I̅
1 3 5.32
b = 0.08 | |
10.29 18.15
1
b = 0.08 (54.45-54.74)
1
b = 0.08 |−0.29|

b = 3.63
Dari nilai a dan b tersebut dapat disubtitusikan ke dalam persamaan
𝑎
Io = 10𝑏
Dan dapat dihitung nilai Intensitas awal dari jenis bahan hole 1311 _ SMD
_MT_07 bagian HRD
14.25
Io = 10 3.63
Io = 8425.96
56

LAMPIRAN J
Tabel perhitungan Io, I, I/Io dan L dari setiap jenis bahan

Tabel 1.J Hasil perhitungan Io, I, I/Io dan L dari setiap jenis bahan hole MD022
bagian LSD

Io 𝐈̅ L
Jenis Bahan 𝐈̅/Io
(cps) (cps) (cm)
Air
133006.81 12938 0.076184577 34
(Data Lapangan)
Alumunium
133006.81 384 0.002261159 34
(Data Lapangan)
Batu lempung
133006.81 1648 0.009704141 34
(Data Lapangan)
Subbituminous
133006.81 1262 0.007431205 34
(Data Lapangan)

Tabel 2.J Hasil perhitungan Io, I, I/Io dan L dari setiap jenis bahan hole MD022
bagian HRD

Io 𝐈̅ L
Jenis Bahan 𝐈̅/Io
(cps) (cps) (cm)
Air
49659.23 7843 0.188142444 17
(Data Lapangan)
Alumunium
49659.23 1127 0.027035131 17
(Data Lapangan)
Batu lempung
49659.23 2364 0.056709007 17
(Data Lapangan)
Subbituminous
49659.23 1340 0.032144699 17
(Data Lapangan)

Tabel 3.J Hasil perhitungan Io, I, I/Io dan L dari setiap jenis bahan hole P8AN
2017_18 (3084 C) bagian LSD
Io 𝐈̅ L
Jenis Bahan 𝐈̅/Io
(cps) (cps) (cm)
Subbituminous
612.186 3190 5.210834616 34
(Data Lapangan)
Batu lempung
612.186 2128 3.476067731 34
(Data Lapangan)
Batu Pasir
612.186 1064 1.738033866 34
(Data Lapangan)
57

Tabel 4.J Hasil perhitungan Io, I, I/Io dan L dari setiap jenis bahan hole 1311 _
SMD _MT_07 bagian HRD
Io 𝐈̅ L
Jenis Bahan 𝐈̅/Io
(cps) (cps) (cm)
Subbituminous
8425.96 3900 0.462855271 17
(Data Lapangan)
Batu lempung
8425.96 2100 0.249229761 17
(Data Lapangan)
Batu Pasir
8425.96 2400 0.284834013 17
(Data Lapangan)
58

LAMPIRAN K
Kurva log pada hole MD022, hole P8AN2017_18 (3084 C), hole 1311 _ SMD
_MT_07 diperlihatkan dalam Gambar K.1, Gambar K.2, dan Gambar K.3
59
60
61

Gambar K.1 Kurva log hole MD022


62
63
64
65
66

Gambar K.2 Kurva log hole P8AN2017_18 (3084 C)


67
68
69
70
71
72
73
74

Gambar K.3 Kurva log hole 1311_SMD_MT_07


75

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Merryana Desidoria Sitorus,


lahir pada tanggal 18 Januari 1995 di Kota Bontang,
Kalimantan Timur. Penulis merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara dari pasangan bapak Jones Sitorus dan ibu Manur
Mega Siahaan. Penulis memulai pendidikan dari Taman
Kanak-Kanak (TK) Betlehem Bontang pada tahun 1999 dan
lulus pada tahun 2001.
Kemudian pada tahun yang sama tahun 2001, penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Dasar 1 YPK Bontang dan lulus pada tahun 2007.
Kemudian pada tahun yang sama juga tahun 2007, penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bontang dan lulus
pada tahun 2010. Kemudian pada tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bontang dan lulus pada tahun 2013.
Jenjang Pendidikan Tinggi dimulai pada bulan September 2013 di Jurusan Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (Fmipa), Universitas
Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur dan lulus pada tahun 2018.
Selama menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi, penulis telah mengikuti
berbagai kegiatan kemahasiswaan yaitu Pekan Mahasiswa Ilmiah (PMAIL)
sebagai peserta dan peserta Ospek Jurusan Fisika (PARALAKS) pada tahun 2013.
Kemudian menjadi Asisten Praktikum Pengantar Ilmu Komputer di Laboratorium
Fisika Komputasi pada Tahun 2014 dan Asisten Fisika Dasar pada Tahun Ajaran
2015-2016 di Laboratorium Fisika Dasar. Selama perkuliahan penulis aktif dalam
kegiatan organisasi kemahasiswaan yaitu sebagai Anggota Divisi Ibadah, Doa dan
Kesaksian di UKM PMK FMIPA Tahun ajaran 2014-2015, Koordinator Humas
dan Pengembangan di UKM PMK FMIPA Tahun ajaran 2015, dan Sekretaris di
UKM PMK FMIPA Tahun ajaran 2015-2016, anggota Departemen KOMINFO di
Ikatan Mahasiswa Fisika (IMF) pada periode 2014/2015, Serta menjadi Anggota
Departemen Kerohanian Ikatan Mahasiswa Fisika (IMF) pada periode 2015/2016.
76

Selain kegiatan tersebut, penulis juga mengikuti kegiatan Kuliah Kerja


nyata UNMUL Angkatan 42 Pada Bulan Juli-September Tahun 2016 di
Kecamatan Barong Tongkok, Desa Pepas Eheng, Kabupaten Kutai Barat. Serta
penulis pada bulan Juli-September Tahun 2017 mengikuti Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di PT Indominco Mandiri Bontang, Kalimantan Timur.

Anda mungkin juga menyukai