SKRIPSI
OLEH :
MERRYANA DESIDORIA SITORUS
1307045046
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
KAITAN INTENSITAS HAMBURAN SINAR GAMMA TERHADAP
SIFAT FISIS BATUAN
SKRIPSI
Diajukan kepada
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Mulawarman untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Sains (S.Si.) bidang Ilmu Fisika
OLEH:
MERRYANA DESIDORIA SITORUS
NIM. 1307045046
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi yang berjudul “Kaitan
Intensitas Hamburan Sinar Gamma Terhadap Sifat Fisis Batuan” tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana di suatu
perguruan tinggi manapun. Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Demikian persyaratan ini dibuat dengan sebenar-benarnya. Saya anggap
menerima konsekuensi akedemik dikemudan hari apabila pernyataan yang dibuat
ini tidak benar.
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Yeremia 29:11
v
ABSTRAK
Informasi intensitas hamburan sinar gamma terkandung dalam log densitas yang
merupakan keluaran dari sistem well logging. Dalam penelitian ini dilakukan
kajian kaitan intensitas hamburan sinar gamma dengan sifat fisis batuan pada
suatu formasi batuan. Kajian tersebut diawali dengan penentuan intensitas sinar
gamma yang terhambur dalam data kurva log densitas dan dilanjutkan dengan
penentuan sifat fisis batuan yang menghamburkan sinar gamma tersebut lewat
analisis rumus molekul, koefisien atenuasi, dan tampang lintang hamburan. Hasil
kajian tersebut berupa grafik yang dapat digunakan untuk memprediksi sifat-sifat
batuan sedimen lewat informasi intensitas hamburan sinar gamma yang direkam
dalam data log densitas suatu formasi batuan.
Kata Kunci: Intensitas hamburan sinar gamma, sifat fisis batuan, log densitas.
vi
ABSTRACT
Keywords: the scattered gamma ray intensities, physical properties of the rocks,
density log.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan
dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir penyusunan
Skripsi. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi di Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mulawarman, Samarinda.
Dalam melakukan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini, penulis
banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik yang secara langsung
maupun yang tidak langsung. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Mulawarman;
2. Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Mulawarman;
3. Bapak Dr. Adrianus Inu Natalisanto, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan saran, ide, dan bimbingan sehingga tugas akhir ini dapat
diselesaikan;
4. Bapak Drs. Piter Lepong, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan saran dan bimbingan sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan;
5. Bapak Kadek Subagaida, M.Si, dan Ibu Rahmiati M.Sc selaku Dosen Penguji
I dan Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dan perbaikan yang
bermanfaat;
6. Admin Jurusan Fisika FMIPA Unmul, yakni: Mas Jun dan Mas Adi, yang
telah membantu kelancaran penyelenggaraan seminar proposal, seminar hasil
penelitian dan ujian skripsi;
7. Teman-teman Fisika angkatan 2013, yang tidak dapat disebutkan satu per
satu, yang telah membantu dengan doa dan dukungan dari awal hingga Tugas
Akhir ini selesai disusun;
viii
8. Teman-teman PMK FMIPA UNMUL, yang tidak dapat disebutkan satu per
satu, yang telah membantu dengan doa dan dukungan dari awal hingga Tugas
Akhir ini selesai disusun;
9. Teman-teman Kos Fioni, yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang
telah membantu dalam doa dan dukungan dari awal hingga Tugas Akhir ini
selesai disusun;
10. Teman-teman Sepanjang Usia, yang tidak dapat disebutkan satu per satu,
yang telah membantu dalam doa dan dukungan dari awal hingga Tugas Akhir
ini selesai disusun;
11. Teman-teman KKN Desa Pepas Eheng Kutai Barat dan PKL PT. Indominco
Mandiri Bontang, yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam doa dan dukungan dari awal hingga Tugas Akhir ini selesai
disusun.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak
terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dan mengarah pada kebaikan dan kesempurnaan Tugas Akhir
ini sangat penulis harapkan.
Akhirnya dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis berharap
semoga tugas akhir ini dapat memenuhi kehendak semua pihak dan bermanfaat di
masa yang akan datang.
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah .......................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian......................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian....................................................................... 3
x
2.7 Jenis dan Prinsip Logging ........................................................... 10
2.7.1 Log gamma ray .................................................................. 11
2.7.2 Log densitas ....................................................................... 12
2.8 Nomor atom, nomor massa, dan bilangan avogadro ................... 15
2.9 Radiasi ......................................................................................... 16
2.10 Intensitas sinar gamma dengan materi ........................................ 16
2.10.1 Efek Fotolistrik ................................................................ 17
2.10.2 Hamburan Compton ........................................................ 18
2.10.3 Produksi Pasangan ........................................................... 19
2.11 Intensitas radiasi sinar 𝛾 .............................................................. 20
2.12 Formula empiris konversi satuan CPS ke gr/cm3 ........................ 22
2.13 Sifat Fisis Batuan ........................................................................ 23
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
gamma yang terekam oleh detektor. Dari variasi tersebut dapat diperkirakan
litologi batuan (BPB manual, 1981).
Telah diketahui bahwa batuan terbentuk dari butiran mineral. Sementara itu
juga diketahui bahwa butiran mineral tersusun atas atom ataupun molekul. Dalam
tinjauan mikroskopis, atom dan molekul tersebut tersusun atas proton, neutron dan
elektron. Karena itu, dalam peristiwa well logging foton-foton berkas sinar
gamma yang ditembakkan pada batuan, akan dihamburkan oleh elektron-elektron
atom atau molekul penyusun batuan melalui efek Compton sehingga intensitas
sinar gamma yang direkam detektor berkurang (Harsono, 1997). Rekaman
intensitas hambur tersebut terekam dalam data log densitas.
Dalam lapisan batuan umumnya terdapat unsur radioaktif, misalkan:
Uranium, Thorium, Potassium, dan Radium. Dalam shale umumnya terdapat
banyak unsur radioaktif, sementara dalam sandstone, limestone, dolomite, coal,
dan gypsum terdapat sedikit unsur radioaktif (Martono, 2004). Rekaman intensitas
pancaran sinar gamma unsur radioaktif yang terdapat dalam formasi batuan
terekam dalam data log gamma ray.
Penelitian tugas akhir untuk penyusunan skripsi ini telah mengkaji kaitan
intensitas hambur sinar gamma dengan sifat fisis batuan. Sifat fisis batuan tersebut
berhubungan dengan jumlah elektron (Z), massa molekul (A), rapat massa (ρ),
tampang lintang hamburan (σ), dan koefisien atenuasi (µ). Adapun intensitas
hambur tersebut berhubungan dengan pola intensitas hambur sinar gamma yang
tercermin dalam kurva log. Pengetahuan akan kaitan tersebut penting untuk
menjadi dasar pengajuan suatu metode identifikasi sifat batuan melalui
pembacaan kurva log intensitas hamburan sinar gamma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Batubara 1,2-1,8
Dolomit 2,8-2,9
2.3 Air
Air merupakan bahan alam yang diperlukan untuk kehidupan manusia,
hewan, dan tanaman yaitu sebagai media pengangkutan zat-zat makanan juga
merupakan sumber energi serta berbagai keperluan lainnya. Pengertian air adalah
senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsur hidrogen (H2) yang
bersenyawa dengan unsur oksigen (O) dalam hal ini membentuk senyawa H2O.
Air memiliki rapat massa sebesar 1 gr/cm3 (Arsyad, 1989).
8
2.4 Aluminium
Alumunium adalah unsur terbanyak ketiga yang ditemukan di bumi setelah
oksigen dan silikon. Aluminium (Al) adalah unsur kimia dengan nomor atom 13
dan massa atom 26,9815. Unsur ini mempunyai isotop alam: Al-27. Sebuah
isomer dari Al-26 dapat meluruhkan sinar dengan waktu paruh 105 tahun.
Aluminium berwarna putih keperakan, mempunyai titik lebur 659,70 C dan titik
didih 2.0570 C, serta berat jenisnya 2,7 gr/cm3 (pada temperatur 200 C) (Artauli,
2016).
dan batubara umumnya memiliki tingkat paling rendah dari radiasi gamma alami.
Komposisi kimia dan dengan tingkat ketepatan radiasi gamma alami, cenderung
tetap untuk pemberian litologi apapun atas area terbatas tetapi dapat berubah-ubah
secara berangsur-angsur atas jarak jauh atau antara bidang-bidang batubara
(Anonim, 2010).
Gambar 2.2 Karakteristik log geofisika untuk litologi batuan (Ward, 1984)
Gambar 2.3 Respon Lapisan Batuan Dengan Log Gamma Ray (Martono, 2004)
Pengukuran log densitas terbagi menjadi dua jenis yaitu long spacing
density (LSD) dan high resolution density hort spacing density (HRD). Analisa
lapisan batubara dapat menggunakan LSD karena menunjukan densitas yang
mendekati sebenarnya akibat pengaruh yang kecil dari dinding lubang bor.
Sedangkan pengukuran ketebalan lapisan batubara dapat menggunakan HRD
karena mempunyai resolusi vertikal yang tinggi (Martono, 2004).
Gambar 2.6 Respon log densitas terhadap batuan (Malcolm Rider, 2002).
15
Dari konsep gram atom dan gram molekul tersebut, maka jumlah
atom/molekul dari suatu materi bermassa m (gram), dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
𝑚
𝑁= 𝑁𝐴 (2.3)
𝐴
2.9 Radiasi
Secara definisi, radiasi merupakan salah satu cara perambatan energi dari
suatu sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium atau bahan
penghantar tertentu. Radiasi memiliki dua sifat yang khas, yaitu tidak dapat
dirasakan secara langsung oleh pancaindra manusia dan beberapa jenis radiasi
dapat menembus berbagai jenis bahan. Energi radiasi (E) merupakan ‘kekuatan’
dari setiap radiasi yang dipancarkan oleh sumber radiasi. Bila sumber radiasinya
berupa radionuklida maka tingkat atau nilai energi radiasi yang dipancarkan
tergantung pada jenis radionuklidanya. Kalau sumber radiasinya berupa pesawat
sinar-X, maka energi radiasinya bergantung kepada tegangan anoda (kV).
Tabel 2.3 Probabilitas dan energi beberapa jenis isotop
Jenis radionuklida Energi Probabilitas
(Haditjahyono, 2006).
dari inti atom yang terionisasi diikuti dengan proses perluruhan 𝛾 (Akhadi, 2000)
dalam Oktavianus, 2003). Puluruhan 𝛾 adalah peristiwa pancaran radiasi 𝛾 secara
terus-menerus sepanjang waktu dari inti radioaktif yang menyebabkan penyusutan
jumlah inti radioaktif.
Gambaran interaksi sinar gamma dengan materi dapat ditinjau secara klasik
maupun kuantum. Namun tinjauan kuantum dipandang memiliki keunggulan
karena dapat menggambarkan situasi fisis interaksi sinar gamma dengan benar
(Wiyatmo, 2012). Menurut (Beiser, 1992), secara mikroskopik (kuantum) ada tiga
cara foton (partikel-partikel sinar gamma) berinteraksi dengan materi yakni
sebagai berikut:
2.10.1 Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik adalah interaksi antara sinar 𝛾 dengan sebuah elekton yang
terikat kuat dalam atom yaitu elektron pada kulit bagian dalam suatu elektron,
biasanya kulit K atau L. Sinar 𝛾 akan menumbuk elektron dan karena elektron
terikat kuat, maka elektron akan menyerap seluruh tenaga sinar 𝛾. Sebagai
akibatnya elektron akan dipancarkan keluar dari atom dengan energi kinetik sebesar
selisih tenaga sinar 𝛾 dan energi ikat elektron (Akhadi, 2000).
Dari berbagai percobaan seperti ini, dapat dipelajari fakta-fakta terinci efek
fotolistrik sebagai berikut :
1. Laju pemancaran elektron bergantung pada intensitas cahaya
2. Laju pemancaran elektron tak bergantung pada panjang gelombang
juga terjadi proses ini dikenal sebagai pemusnahan positron dan dapat terjadi
bagi elektron dan positron bebas dengan persyaratan harus tercipta sekurang-
kurangnya dua buah foton dalam proses ini (Krane, 1992)
2.10.2 Hamburan Compton
Hamburan Compton terjadi antara sinar 𝛾 dan sebuah elektron bebas atau
yang terikat lemah. Elektron-elektron yang dapat dikategorikan sebagai elektron
yang terikat lemah adalah elektron yang berada pada kulit terluar dari suatu atom.
Apabila sinar 𝛾 menumbuk elektron ini maka berdasarkan hukum kekekalan
momentum tidak mungkin elektron akan dapat menyerap seluruh tenaga sinar 𝛾
seperti yang terjadi dalam efek fotolistrik. Sinar 𝛾 hanya akan menyerahkan
sebagian tenaganya kepada elektron dan kemudian terhambur menurut sudut 𝜃
terhadap arah gerak sinar 𝛾 mula-mula (Susetyo, 1988).
Sinar terhambur dengan sudut 𝜃 sedangkan elektron akan bergerak
membentuk sudut 𝜑 terhadap arah datang sinar mula-mula. Hubungan antara sinar
gelombang datang (𝜆), sinar hambur (𝜆′), massa awal elektron (me) adalah 9,1 x 10-
31
Kg, cepat rambat gelombang elektromagnetik (c) adalah 3 x 108 m/s dan sudut
arah hambur (𝜃) ditunjukkan pada persamaan
ℎ
𝜆′ − 𝜆 = 𝑚 (1 − cos 𝜃) (2.7)
𝑒𝑐
(Beiser, 1992).
total Ee dan momentum pe dan bergerak pada arah yang membuat sudut θ
terhadap foton datang (Krane, 1992).
2.10.3 Produksi Pasangan
Proses lain yang dapat terjadi apabila foton menumbuk atom adalah
produksi pasangan, di mana seluruh energi foton hilang dan dalam proses ini dua
partikel terciptakan, yakni sebuah elektron dan sebuah positron. (Positron adalah
sebuah partikel yang massanya sama dengan massa elektron, tetapi memiliki
muatan positif). Proses ini merupakan contoh penciptaan energi massa.
Elektronnya tidak ada sebelum foton menumbuk atom (elektron ini bukanlah
elektron milik atom). Energi foton yang hilang dalam proses ini berubah menjadi
energi relativistik positron E dan E :
hv = E + E
= (me c K (me c K )
2 2
(2.10)
Karena K dan K selalu positif, maka foton haruslah memiliki energi sekurang-
2
kurangnya 2 me c = 1,022 MeV agar proses ini dapat terjadi; foton yang
20
berenergi setinggi ini berada dalam daerah sinar gamma inti atom. Secara
perlambang,
foton → elektron + positron
Proses di atas, seperti halnya bremsstrahlung, hanya dapat terjadi jika terdapat
sebuah atom di sekitar elektron yang memasok momentum pental yang
diperlukan. Proses kebalikannya,
elektron + positron → foton
masuk dalam detektor tergantung pada tebal bahan dan koefisien serapan linier
bahan. Hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan berikut
dI
-dl= µ x I (2.11)
dI
- I = µ x dl (2.12)
𝐼
𝑙
-ln I = ∫𝑙=0 µ x dl (2.13)
𝐼𝑂
-ln I + ln Io = ∫ µ x dl (2.14)
I
ln I = - ∫ µ x dl (2.15)
O
ln I = ln Io - µ x l (2.16)
I
ln I = - µ x l (2.17)
O
I
= 𝑒 − ∫ µ x dl (2.18)
IO
I = IO e− ∫ µ x dl (2.19)
dengan I menyatakan intensitas hambur yang diterima oleh detektor, Io
menyatakan intensitas yang dihamburkan dari sumber radiasi, e menyatakan
eksponensial, µ menyatakan koefisien atenuasi atau koefisien pelemahan dan L:
menyatakan panjang lintasan hamburan dari sumber sampai ke detektor (Serra,
1984).
Untuk persamaan koefisien atenuasi
J
µ=σzV (2.20)
J
; n = Na (2.21)
z n Na
µ=σ (2.22)
V
m
;n= (2.23)
A
m Na
µ=σz (2.24)
A V
m
;ρ= (2.25)
V
σ z ρ Na
µ= (2.26)
A
22
dengan
a adalah konstanta 1 hasil penelitian (gr/cm3)
b adalah konstanta 2 hasil penelitian (gr/cm3)
I adalah intensitas awal (CPS)
Konversi satuan adalah proses perubahan satuan suatu objek yang terukur
dalam bentuk satuan lain tanpa merubah substansi pada obyek tersebut. Dalam
penelitian ini dilakukan konversi satuan intensitas yaitu CPS (Count Per Second)
ke dalam satuan densitas gr/cm3.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
dari sumber NIST. Tetapan alam meliputi: Bilangan Avogadro (B), massa elektron
(me), cepat rambat gelombang elektomagnetik (c), dan konstanta Planck (h).
Sementara itu, data sekunder Geophysical Logging meliputi: panjang lintasan (L)
hamburan dari LSD dan HRD, panjang gelombang energi elektromagnetik datang
(λ), panjang gelombang energi elektromagnetik terhambur (λ’), sudut dari
hamburannya (𝜃), serta intensitas terhambur (I) dan Intensitas awal (Io), dari kurva
log.
25
Mulai
Z.ρ
Perhitungan nilai ( 𝐴 ), tampang
lintang hamburan (σ), koefisien
atenuasi (µ), dan intenstas (ln I/Io)
Selesai
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menghasilkan dua jenis data. Data yang pertama berupa data
hasil perhitungan teori, sedangkan data kedua berupa data lapangan. Data teori
merupakan data koefisien atenuasi atom atau molekul yang dihitung
berdasarkan persamaan (2.26). Di dalam persamaan tersebut, informasi mengenai
jumlah elektron Z dan nomor massa A terdapat dalam Tabel 2.2, informasi
mengenai rapat massa terdapat dalam Lampiran D, dan informasi mengenai
tampang lintang hamburan terdapat dalam Lampiran F.
Adapun data lapangan rapat massa yang diperoleh dari data coring
terdapat dalam Lampiran E dan data lapangan intensitas hamburan sinar gamma I
yang diperoleh dari data log densitas terdapat dalam Lampiran H. Dengan
menggunakan persamaan (2.25) dan data lapangan rapat massa tersebut dapat
diperoleh koefisien atenuasi atom atau molekul hasil perhitungan dengan data
lapangan menggunakan persamaan (2.25). Dari data koefisien atenuasi dan
intensitas sinar gamma I tersebut dibuat grafik kaitan (Ln I/Io*1/L) terhadap dan
diperlihatkan dalam Gambar 4.1 dan Gambar 4.3.
Dengan menggunakan persamaan garis yang diperoleh dalam Gambar 4.1
dan Gambar 4.3 dibuat grafik baru kaitan (Ln I/Io*1/L) terhadap yang memuat
gabungan data lapangan dan teori. Grafik baru tersebut merupakan kaitan
intensitas hamburan sinar gamma dengan sifat fisis batuan. Dengan menggunakan
grafik tersebut dapat dilakukan identifikasi jenis batuan bila intensitas hamburan
sinar gamma dari metode well logging diketahui. Intensitas tersebut diperoleh dari
kurva log densitas.
Hasil perhitungan Ln I/Io*1/L dan nilai koefisien atenuasi (µ) dan tampang
lintang hamburan (σ) untuk bagian LSD dan HRD dari data kurva log pada hole
MD022, hole P8AN2017_18 (3084 C), hole 1311 _ SMD _MT_07 yang termuat
dalam Lampiran K Gambar K.1 sampai Gambar K.3 dicantumkan dalam Tabel
4.1 sampai dengan Tabel 4.4. Perhitungan tersebut dilakukan untuk bahan, yaitu:
28
air, aluminium dan batuan sedimen. Batuan sedimen tersebut meliputi batubara,
batu pasir dan batu lempung. Jenis batubara yang ditinjau meliputi: antrasit,
bituminous, subbituminous, lignit, dan gambut.
Tabel 4.1 Nilai Ln I/Io*1/L, dan koefisien atenuasi (µ) bagian LSD untuk data
lapangan
No Nama Bahan Ln I/Io*1/L koefisien
atenuasi (µ)
1 Air -0,068536224 42,60510353
(Data Lapangan)
2 Aluminium -0,171985678 502,84
(Data Lapangan)
3 Subbituminous -0,136991252 25,82044206
(Data Lapangan1)
4 Batu Lempung -0,129142291 373,4086801
(Data Lapangan1)
5 Subbituminous 0,048551178 31,175793
(Data Lapangan2)
6 Batu Lempung 0,036644 392,9475063
(Data Lapangan2)
7 Batu Pasir 0,016257 73,2266733
(Data Lapangan)
Data dari nomor 1 (satu) sampai dengan nomor 4 (empat) pada Tabel 4.1
diperoleh dari data hole MD022 (Lampiran L.1) bagian LSD sedangkan data dari
nomor 5 (lima) sampai dengan 7 (tujuh) diperoleh dari data hole P8AN2017_18
(3084 C) (Lampiran L.2) bagian LSD. Hasil perhitungan Ln I/Io*1/L untuk setiap
bahan memiliki rentang dari -0,068536224 sampai dengan 0,048551178. Bahan
yang memiliki nilai Ln I/Io*1/L terendah adalah air, sedangkan yang tertinggi
adalah subbituminous (data lapangan2). Sedangkan pada koefisien atenuasi (µ)
setiap bahan memiliki rentang nilai dari 31,175793 sampai dengan 392,9475063.
Bahan yang memiliki nilai koefisien atenuasi (µ) terendah adalah subbituminous
(data lapangan2), sedangkan yang tertinggi adalah batu lempung (data lapangan2).
Gambar 4.1 menampilkan kaitan Ln I/Io *1/l dengan koefisien atenuasi (µ)
bagian LSD untuk data lapangan. Titik-titik pada gambar tersebut berhubungan
dengan setiap bahan pada data lapangan bagian LSD. Kurva yang ditarik melalui
seluruh titik tersebut memiliki nilai koefisien determinasi (R2) 0,1269 atau
koefisien korelasi (R) 0,35623. Nilai korelasi yang rendah tersebut menunjukkan
29
bahwa Ln I/I0*1/l tidak memiliki hubungan yang kuat dengan koefisien atenuasi.
Namun secara teori, hubungan tersebut kuat seperti diperlihatkan dalam
persamaan (2.17). Hasil pemplotan data lapangan yang tidak mendukung tersebut
diduga karena intensitas radiasi hambur sinar gamma dari data log densitas bukan
merupakan intensitas hasil hamburan berkas foton dalam lintasan sumber-sasaran
(molekul bahan)-detektor, melainkan dalam lintasan acak, yakni lebih jauh atau
lebih dekat karena keragaman tampang lintang hamburan yang dilalui foton-foton
tersebut dalam formasi batuan.
0.05
Aluminium
0
0 100 200 300 400 500 600 Subbituminous data 1
Ln I/Io * 1/L
-0.2
Kofisien atenuasi (µ)
Gambar 4.1 Kaitan Ln I/Io *1/l dan koefisien atenuasi (µ) bagian LSD untuk data
lapangan
Tabel 4.2 Nilai Ln I/Io*1/L dan koefisien atenuasi (µ) bagian LSD untuk data
teori
No Nama Bahan Ln I/Io*1/L koefisien
atenuasi (µ)
1 Antrasit1 -0,03174 31,21594
(𝐶240 𝐻90 𝑂4 𝑁𝑆)
2 Antrasit2 -0,02973 21,12863
(𝐶94 𝐻3 𝑂4 )
3 Bituminous1 -0.03065 25,73705
(𝐶137 𝐻97 𝑂9 𝑁5)
30
Data teori dari nomor 1 (satu) sampai dengan nomor 15 (lima belas)
disajikan dalam Tabel 4.2. Intensitas hambur yang dicantumkan dalam tabel
tersebut diperoleh dari persamaan garis pada Gambar 4.1. Persamaan garis
diperoleh dari persamaan (2.28) dimana Y adalah Ln I/Io*1/L, ax adalah -0,0002µ
dan b adalah -0,0255. Untuk intensitas hamburnya diperoleh dengan cara nilai a
pada persamaan garis tersebut dikalikan koefisien atenuasinya selanjutnya hasil
perkaliannya dikurang nilai b pada persamaan garis tersebut.
Hasil perhitungan Ln I/Io*1/L data teori untuk setiap bahan memiliki
rentang dari -0,13839 sampai dengan -0,02703. Bahan yang memiliki nilai Ln
I/Io*1/L terendah adalah batu lempung1, sedangkan yang tertinggi adalah
gambut3. Pada koefisien atenuasi (µ) setiap bahan memiliki rentang nilai dari
7,653074 sampai dengan 564,455. Bahan yang memiliki nilai koefisien atenuasi
(µ) terendah adalah gambut3, sedangkan yang tertinggi pada batu lempung1.
31
Batu Lempung2
-0.05 Air
Aluminium
Batu Pasir1
-0.1 Batu Pasir2
Air (Data Lapangan)
Aluminium (Data Lapangan)
-0.15
Ln I/Io*1/L = -0.0002µ - 0.0254 Subbituminous (Data Lapangan1)
R² = 0.374 Subbituminous (Data Lapangan 2)
R = 0.612 Batu Lempung (Data Lapangan1)
Batu Lempung (Data Lapangan2)
-0.2 Batu Pasir (Data Lapangan)
Kofisien atenuasi (µ)
Gambar 4.2 Kaitan Ln I/Io *1/l dengan koefisien atenuasi (µ) bagian LSD untuk data
lapangan dan data teori
32
Tabel 4.3 Nilai Ln I/Io*1/L, dan koefisien atenuasi (µ) bagian HRD untuk data
lapangan
No Nama Bahan Ln I/Io*1/L koefisien
atenuasi (µ)
1 Air -0,10856 42,6051035
(Data Lapangan)
2 Aluminium -0,22268 502,84
(Data Lapangan)
3 Subbituminous -0,2125 25,82044206
(Data Lapangan1)
4 Batu Lempung -0,17911 373,4086801
(Data Lapangan1)
5 Subbituminous -0,04531 25,2466545
(Data Lapangan2)
6 Batu Lempung -0,08173 386,434564
(Data Lapangan2)
7 Batu Pasir -0,07387 74,8909159
(Data Lapangan)
Data dari nomor 1 (satu) sampai dengan nomor 4 (empat) pada Tabel 4.3
diperoleh dari data hole MD022 (Lampiran K.1) bagian HRD sedangkan data dari
nomor 5 (lima) sampai dengan 7 (tujuh) diperoleh dari data hole 1311 _ SMD
_MT_07 (Lampiran K.3) bagian HRD. Hasil perhitungan Ln I/Io*1/L untuk setiap
bahan memiliki rentang dari 0,22268 sampai dengan -0,04531. Bahan yang
memiliki nilai Ln I/Io*1/L terendah adalah air, sedangkan yang tertinggi adalah
subbituminous (data lapangan2). Sedangkan pada koefisien atenuasi (µ) setiap
bahan memiliki rentang nilai dari 25,2466545 sampai dengan 386,434564. Bahan
yang memiliki nilai koefisien atenuasi (µ) terendah adalah subbituminous (data
lapangan2), sedangkan yang tertinggi adalah batu lempung (data lapangan2).
Gambar 4.3 menampilkan kaitan Ln I/Io *1/l dengan koefisien atenuasi (µ)
bagian HRD untuk data lapangan. Titik-titik pada gambar tersebut berhubungan
dengan setiap bahan pada data lapangan bagian HRD. Kurva yang ditarik melalui
seluruh titik tersebut memiliki nilai koefisien determinasi (R2) 0,1847 atau
koefisien korelasi (R) 0,4298. Nilai korelasi yang rendah tersebut menunjukkan
bahwa Ln I/I0*1/l tidak juga memiliki hubungan yang kuat dengan koefisien
atenuasi. Namun secara teori, hubungan tersebut kuat seperti diperlihatkan dalam
33
persamaan (2.17). Hasil pemplotan data lapangan yang tidak mendukung tersebut
juga diduga karena intensitas radiasi hambur sinar gamma dari data log densitas
bukan merupakan intensitas hasil hamburan berkas foton dalam lintasan sumber-
sasaran (molekul bahan)-detektor, melainkan dalam lintasan acak, yakni lebih
jauh atau lebih dekat karena keragaman tampang lintang hamburan yang dilalui
foton-foton tersebut dalam formasi batuan.
-0.05
Aluminium
Ln I/Io * 1/L
-0.25
Kofisien atenuasi (µ)
Gambar 4.3 Kaitan Ln I/Io *1/l dengan koefisien atenuasi (µ) bagian HRD untuk data
lapangan
Tabel 4.4 Nilai Ln I/Io*1/L, dan koefisien atenuasi (µ) bagian HRD untuk data
teori
No Nama Bahan Ln I/Io*1/L koefisien
atenuasi (µ)
1 Antrasit1 -0,10462 31,21594
(𝐶240 𝐻90 𝑂4 𝑁𝑆)
2 Antrasit2 -0,10361 21,12863
(𝐶94 𝐻3 𝑂4 )
3 Bituminous1 -0,10407 25,73705
(𝐶137 𝐻97 𝑂9 𝑁5)
4 Bituminous2 -0,10309 15,93239
(𝐶80 𝐻5 016 )
34
Data teori dari nomor 1 (satu) sampai dengan nomor 15 (lima belas)
disajikan dalam Tabel 4.4. Intensitas hambur yang dicantumkan dalam tabel
tersebut diperoleh dari persamaan garis pada Gambar 4.3. Persamaan garis
diperoleh dari persamaan (2.28) dimana Y adalah Ln I/Io*1/L, ax adalah -0,0001µ
dan b adalah -0,1015. Untuk intensitas hamburnya diperoleh dengan cara nilai a
pada persamaan garis tersebut dikalikan koefisien atenuasinya selanjutnya hasil
perkaliannya dikurang nilai b pada persamaan garis tersebut.
Hasil perhitungan Ln I/Io*1/L untuk setiap bahan memiliki rentang dari -
0,15795 sampai dengan -0,10227. Bahan yang memiliki nilai Ln I/Io*1/L
terendah adalah batu lempung1, sedangkan yang tertinggi pada gambut3. Pada
koefisien atenuasi (µ) setiap bahan memiliki rentang nilai dari 7,653074 sampai
dengan 564,455. Bahan yang memiliki nilai koefisien atenuasi (µ) terendah adalah
gambut3, sedangkan yang tertinggi pada batu lempung1.
Gambar 4.4 memperlihatkan grafik kaitan Ln I/ Io *1/L dengan koefisien
atenuasi (µ) bagian HRD yang dapat digunakan untuk memprediksi sifat-sifat
35
batuan sedimen lewat informasi intensitas hamburan sinar gamma yang direkam
dalam data log densitas suatu formasi batuan. Titik-titik pada gambar tersebut
berhubungan dengan setiap bahan pada data lapangan dan data teori bagian HRD.
Kurva yang ditarik melalui seluruh titik tersebut memiliki nilai koefisien
determinasi (R2) 0,31 atau koefisien korelasi (R) 0,5568.
Dalam Gambar 4.4 terlihat batu lempung (data lapangan1) dan batu
lempung (data lapangan2) terdapat di antara batu lempung 1 dan batu lempung 2
(data teori), aluminium (data lapangan) hampir mendekati aluminium (data teori),
batubara subbituminous (data lapangan1) dan batubara subbituminous (data
lapangan2) tepat pada batubara subbituminous (data teori), air (data lapangan)
tepat pada air (data teori) dan batu pasir (data lapangan) tepat pada batu pasir 1
(data teori).
Batu Lempung1
Batu Lempung2
Air
Aluminium
-0.15 Batu Pasir1
Batu Pasir2
Air (Data Lapangan)
Aluminium (Data Lapangan)
-0.2 Ln I/Io*1/L = -0.0001µ - 0.1016
Subbituminous (Data Lapangan1)
R² = 0.31
R = 0.5568 Subbituminous (Data Lapangan 2)
Batu Lempung (Data Lapangan1)
Batu Lempung (Data Lapangan2)
-0.25
Batu Pasir (Data Lapangan)
Kofisien atenuasi (µ)
Gambar 4.4 Kaitan Ln I/Io *1/l dengan koefisien atenuasi (µ) bagian HRD untuk data
lapangan dan data teori
36
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kaitan antara intensitas hambur sinar gamma terhadap sifat fisis batuan
adalah sebanding dengan kaitan linear antara logaritma natural rasio
intensitas hamburan sinar gamma terhadap gradien negatif koefisien
atenuasi batuan (µ) dan jauh penembusan sinar gamma tersebut dari
sumber ke detektor.
2. Cara identifikasi jenis batuan dengan mengacu intensitas hamburan sinar
gamma dari metode well logging dan sifat fisis batuan dilakukan melalui
langkah-langkah:
a) menentukan intensitas sinar gamma terhambur dari data kurva log
densitas;
b) menentukan sifat fisis batuan dengan menggunakan grafik kaitan
nilai koefisien atenuasi (µ) dengan Ln I/Io*1/l yang merupakan
turunan dari kaitan yang disimpulkan dari simpulan no.1.
5.2 Saran
Sebaiknya pada penelitian berikutnya dapat dihimpun lebih banyak data
jenis batuan sedimen pada setiap lapisan dan formasi batuan sehingga dapat
diverifikasi lebih lanjut kaitan intensitas hamburan sinar gamma terhadap sifat
fisis batuan yang dirumuskan dalam penelitian ini.
37
DAFTAR PUSTAKA
Akhadi, Mukhlis. 2000. Dasar-dasar Proteksi Radiasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Anonim. Introduction to Borehole Geophysics. Tersedia pada www.4shared.com.
Diakses tanggal 13 Desember 2010.
Arsyad, S. 1989. Koneservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Artauli, Nia S. 2016. Pemanfaatan Limbah Aluminium sebagai Bahan Baku
Aksesoris. Bandung: Universitas Telkom.
Asquith, George B. 1976. Basic Well Log Analysis for Geologist. American
Association of Petroleum Geologist: Oklahoma
Beiser, A. 1992. (Trans : The Houw Lion). Konsep Fisika Modern Edisi Keempat.
Jakarta: Erlangga
Boggs, S. Jr. 2006. Principles of Sedimentology and Stratigraphy, 4th Edition.
Campion, K: New Jersey. Pearson Prentice Hall.
BPB manual. 1981. British Petroleum Book. United Kingdom: British company.
Ellis, Darwin. V, dkk. 2007. Well Logging for Earth Scientists 2nd Editions.
Springer: The Netherlands.
D.R. Reeves. 1986. Coal Interpretation Manual. England: BPB Instruments
Limite.
Graha, Doddy Setia. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova.
Firdaus. 2008. Interpretasi Petrofisika. PT. ELNUSA GEOSAINS.
Haditjahyono, Hendriyanto. 2006. Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi.
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/_private/pri
n sip_dasar.pdf.
Harsono. 1997. Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log. Jakarta: Schlumberger Data
Services.
HS. Martono. 2004. Prinsip Pengukuran Logging (Dokumen RecsaLOG).
Bandung.
Krane, Kenneth. 1992. Fisika Modern. Jakarta: Universitas Indonesia.
Kurniawan. D. 2008. Regresi Linier. Development Core Team, Austria
38
Palupi, Khairol. 2011. Skripsi : Pengaruh Penggunaan Fly Ash (Debu Batubara)
Sebagai Agregat Beton Normal untuk Perisai Radiasi Sinar 𝛾. Surakarta:
FMIPA Universitas Sebelas Maret.
Mastoadji, E. Kristanto. 2007. Basic Well Log Interpretation. Handout of AAPG
SC UNDIP Course.
National Council On Radiation Protection And Measurements. 1978. A Handbook
of Radioactivity Measurements Procedures. Report No. 58, 1st Edition,
Washington.
Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi Edisi Kedua. Graha Ilmu. Bogor.
Pettijohn, F.J. 1975. Sedimentary Rock, 3rd Ed. New York: Haper & Row.
Rider, Malcolm. 2002. The Geological Interpretation of Well Logs, 2nd Edition,
revised 2002. Scotland: Whittles Publishing.
Schlumberger. 1958. Log Interpretation Principles/Applications. Houston, Texas:
Schlumberger Educational Services.
Serra, O. 1984. Fundamentals of Well-Log Interpretation. New York: Elsevier
Science Publishers B.V
S. Munadi. 2001. Instrumentasi Geofisika. Depok: Program Studi Geofisika,
Jurusan Fisika (FMIPA), Universitas Indonesia.
Sukandarrumidi. 2006. Batubara dan Pemanfaatannya, Pengantar Teknologi
Batubara Menuju Lingkungan Bersih. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Susetyo, Wisnu. 1988. Spekrometri gamma dan penerepannya dalam analisis
pengatifan neutron. Malang: Perpustakaan Digital Universitas Negeri
Malang.
Telford, W.M., L.P. Geldart, & R.E. Sheriff. 1990. Applied Geophysics, Second
Edition. USA: Cambridge University Press.
Ward, C.R, 1984, Coal Geology and Coal Technology. Singapore: Blackwell
Scientific Publicationn.
Williams, W.S.C. 1991. Nuclear and Particle Physics. Oxford: University of
Oxford
39
LAMPIRAN A
Rencana Penelitian Tugas Akhir
Bulan ke-
No. Uraian Kegiatan Penelitian I II III
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Studi Literatur
2. Pencarian nilai untuk data referensi teori
3. Pengolahan data dan analisis
Pencarian data sekunder Geophysical
4.
Logging
5. Pengolahan data dan analisis
6. Penulisan skripsi
7. Seminar hasil
8. Pendadaran
Seminar sains dan teknologi FMIPA
9.
UNMUL
40
LAMPIRAN B
Nilai yang didapatkan dari setiap unsur setiap bahan
LAMPIRAN C
Perhitungan Z/A rata-rata dan µ/ρ rata-rata
Diketahui:
Z/A: didapat dari lampiran B tabel 1.B
A: didapat dari nomor massa setiap unsur pada table periodic
n: jumlah atom setiap unsur
Diketahui:
µ
: didapat dari dari lampiran B tabel 1.B
ρ
ρ: didapat dari densitas yang didapat pada setiap jenis bahan (terlihat pada
lampiran D dan lampiran E)
n: jumlah atom setiap unsur
42
LAMPIRAN D
Tabel hasil perhitungan ρ, z/a rata-rata, µ/ρ rata-rata, dan (Z*ρ)/A dari
setiap jenis bahan untuk data teori
Tabel 1.D Hasil perhitungan ρ, z/a rata-rata, dan µ/ρ rata-rata dari setiap jenis
bahan bagian LSD dan HRD untuk data teori
µ/ρ (Z*ρ)/A
Jenis Bahan ρ Z/A rata-rata
(gr/cm3) rata-rata (gr/cm2)
Antrasit 1.506 0.514037035 20.72771764 0.774133201
LAMPIRAN E
Tabel hasil perhitungan ρ, z/a rata-rata, µ/ρ rata-rata, dan (Z*ρ)/A dari
setiap jenis bahan untuk data lapangan
Tabel 1.E Hasil perhitungan ρ, z/a rata-rata, dan µ/ρ rata-rata dari setiap jenis
bahan pada hole MD022 bagian LSD
µ/ρ (Z*ρ)/A
ρ Z/A
Jenis Bahan rata-rata
(gr/cm3) rata-rata (gr/cm2)
Air
1 0.555086631 1.8015206 0.555082502
(Data Lapangan)
Alumunium
2.6 0.48181 2.075506943 1.25271019
(Data Lapangan)
Batu lempung
1.72 0.503564011 1.985844853 0.677248345
(Data Lapangan)
Subbituminous
1.35 0.5016689 1.993346608 0.866131277
(Data Lapangan)
Tabel 2.E Hasil perhitungan ρ, z/a rata-rata, dan µ/ρ rata-rata dari seriap jenis
bahan pada hole MD022 bagian HRD
µ/ρ (Z*ρ)/A
ρ Z/A
Jenis Bahan rata-rata
(gr/cm3) rata-rata (gr/cm2)
Air
1 0.555086631 1.8015206 0.555082502
(Data Lapangan)
Alumunium
2.6 0.48181 2.075506943 1.25271019
(Data Lapangan)
Batu lempung
1.72 0.503564011 1.985844853 0.677248345
(Data Lapangan)
Subbituminous
1.35 0.5016689 1.993346608 0.866131277
(Data Lapangan)
44
Tabel 3.E Hasil perhitungan ρ, z/a rata-rata, dan µ/ρ rata-rata dari setiap jenis
bahan hole P8AN2017_18 (3084 C) bagian LSD
µ/ρ (Z*ρ)/A
ρ Z/A
Jenis Bahan rata-rata
(gr/cm3) rata-rata (gr/cm2)
Subbituminous
1.63 0.5016689 19.12625338 0.817714668
(Data Lapangan)
Batu lempung
1.81 0.503564011 217.0980698 0.911452099
(Data Lapangan)
Batu Pasir
2.2 0.477361507 33.2848515 1.050193913
(Data Lapangan)
Tabel 4.E Hasil perhitungan ρ, z/a rata-rata, dan µ/ρ rata-rata dari setiap jenis
bahan hole 1311 _ SMD _MT_07 bagian HRD
µ/ρ (Z*ρ)/A
ρ Z/A
Jenis Bahan rata-rata
(gr/cm3) rata-rata (gr/cm2)
Subbituminous
1.32 0.5016689 19.12625338 0.662198382
(Data Lapangan)
Batu lempung
1.78 0.503564011 217.0980698 0.896345158
(Data Lapangan)
Batu Pasir
2.25 0.477361507 33.2848515 1.074061957
(Data Lapangan)
45
LAMPIRAN F
Tabel hasil perhitungan tampang lintang hamburan (σ) suatu bahan
Tabel 1.F Hasil perhitungan tampang lintang hamburan (σ) dari setiap jenis bahan
bagian LSD dan HRD untuk data teori
tampang lintang
Jenis Bahan hamburan
(σ)
Antrasit 6.69824E-23
Antrasit 6.34218E-23
Bituminous 6.0594E-23
Bituminous 5.42098E-23
Subbituminous 6.3331E-23
Lignit 6.33382E-23
Gambut 6.32992E-23
Gambut 6.32992E-23
Gambut 6.32992E-23
Air 1.27498E-22
Alumunium 6.66782E-22
Tabel 2.F Hasil perhitungan tampang lintang hamburan (σ) dari setiap jenis bahan
pada hole MD022 bagian LSD
tampang lintang
Jenis Bahan hamburan
(σ)
Air 1.27498E-22
(Data Lapangan)
Alumunium 6.66782E-22
(Data Lapangan)
Batu lempung 6.3331E-23
(Data Lapangan)
Subbituminous 7.16151E-22
(Data Lapangan)
Tabel 3.F Hasil perhitungan tampang lintang hamburan (σ) dari setiap jenis bahan
pada hole MD022 bagian HRD
tampang lintang
Jenis Bahan hamburan
(σ)
Air 1.27498E-22
(Data Lapangan)
Alumunium 6.66782E-22
(Data Lapangan)
Batu lempung 6.3331E-23
(Data Lapangan)
Subbituminous 7.16151E-22
(Data Lapangan)
47
Tabel 4.F Hasil perhitungan tampang lintang hamburan (σ) dari setiap jenis bahan
pada hole P8AN2017_18 (3084 C) bagian LSD
tampang lintang
Jenis Bahan hamburan
(σ)
Subbituminous 6.3331E-23
(Data Lapangan)
Batu Lempung 7.16151E-22
(Data Lapangan)
Batu Pasir 1.15825E-22
(Data Lapangan)
Tabel 5.F Hasil perhitungan tampang lintang hamburan (σ) dari setiap jenis bahan
pada hole 1311 _ SMD _MT_07 bagian HRD
tampang lintang
Jenis Bahan hamburan
(σ)
Subbituminous 6.3331E-23
(Data Lapangan)
Batu Lempung 7.16151E-22
(Data Lapangan)
Batu Pasir 1.15825E-22
(Data Lapangan)
48
LAMPIRAN G
Perhitungan nilai E dan λ’ setelah dihamburkan
= 18,764 x 10−13 m
= 0,18764 x 10−11 m
Jawab :
ℎ
𝜆′ − 𝜆 = (1 − cos 𝜃)
𝑚𝑒 𝑐
′ −11
6.625 x 10−34 Js 0
λ − 0,18764 x 10 m= m x (1 − cos 35 )
9.1 x 10−31 Kg x 3 x 10−8 s
6.625 x 10−34 Js
λ′ = [ m x (1 − 0.82)] + [0,18764 x 10−11 m]
9.1 x 10−31 Kg x 3 x 10−8
s
λ′ = 0.23138 x 10−11 m
49
E = 0.85898 x 10−17 J
0.85898 x 10−17 J
E = 1.602 x 10−13 MeV
LAMPIRAN H
Perhitungan regresi linier
Tabel 1.H Perhitungan regresi linier dari jenis bahan hole MD022 bagian LSD
ρ 𝐈̅
Jenis Bahan Log 𝐈̅ ρ x Log 𝐈̅ ρ2 (Log 𝐈̅)2
(gr/cm3) (cps)
(cps)
Air
1 12938 4.11 4.11 1 16.90
(Data Lapangan)
Alumunium
2.6 384 2.58 6.71 6.76 6.66
(Data Lapangan)
Batu lempung
1.72 1648 3.22 5.54 2.95 10.40
(Data Lapangan)
Subbituminous
1.3 1262 3.10 4.22 1.85 9.61
(Data Lapangan)
∑ 6.67 14970 13.01 20.58 12.56 43.57
Tabel 2.H Perhitungan regresi linier dari jenis bahan hole MD022 bagian HRD
ρ 𝐈̅
Jenis Bahan Log 𝐈̅ ρ x Log 𝐈̅ ρ2 (Log 𝐈̅)2
(gr/cm3) (cps)
(cps)
Air
1 7843 3.89 3.89 1 15.13
(Data Lapangan)
Alumunium
2.6 1127 3.05 7.93 6.76 9.30
(Data Lapangan)
Batu lempung
1.72 2364 3.37 5.80 2.96 11.36
(Data Lapangan)
Subbituminous
1.35 1340 3.12 4.24 1.85 9.73
(Data Lapangan)
∑ 6.67 12674 13.43 21.86 12.57 45.52
51
Tabel 3.H Perhitungan regresi linier dari jenis bahan hole P8AN2017_18 (3084
C) bagian LSD
Tabel 4.H Perhitungan regresi linier dari jenis bahan hole 1311 _ SMD _MT_07
bagian HRD
LAMPIRAN I
Perhitungan nilai a dan b dengan persamaan regresi linier (2.27) serta nilai
Io
a = 4.55
Perhitungan nilai b dari jenis bahan hole MD022 bagian LSD
1 N ∑ρ
b = ∆| |
∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝜌 x 𝐿𝑜𝑔 I̅
1 4 6.67
b = 5.02 | |
13.01 20.58
1
b = 5.02 (82.32 – 86.78)
1
b = 5.02 |−4.46|
b = 0.888
Dari nilai a dan b tersebut dapat disubtitusikan ke dalam persamaan
𝑎
Io = 10𝑏
Dan dapat dihitung nilai Intensitas awal dari jenis bahan hole MD022 bagian LSD
4.55
Io = 100,888
53
Io = 133006.81
Perhitungan nilai ∆ dari jenis bahan hole MD022 bagian HRD
N ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
∆=| 2|
∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
4 13.43
∆=| |
13.43 45.52
∆ = 182.08-180.37
∆ = 1.71
Perhitungan nilai a dari jenis bahan hole MD022 bagian HRD
1 ∑ρ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
a = ∆| 2|
∑ 𝜌 x 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
1 6.67 13.43
a = 1.71 | |
21.86 45.52
1
a = 1.71 (303.62-293.58)
1
a = 1.71 (10.04)
a = 5.87
Perhitungan nilai b dari jenis bahan hole MD022 bagian HRD
1 N ∑ρ
b = ∆| |
∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝜌 x 𝐿𝑜𝑔 I̅
1 4 6.67
b = 1.71 | |
13.43 21.86
1
b = 1.71 (87.44 – 89.57)
1
b = 1.71 |−2.13|
b = 1.25
Dari nilai a dan b tersebut dapat disubtitusikan ke dalam persamaan
𝑎
Io = 10𝑏
Dan dapat dihitung nilai Intensitas awal dari jenis bahan hole MD022 bagian HRD
5.87
Io = 101.25
Io = 49659.23
54
Perhitungan nilai ∆ dari jenis bahan hole P8AN2017_18 (3084 C) bagian LSD
N ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
∆=| 2|
∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
3 9.85
∆=| |
9.85 32.46
∆ = 97.38-97.02
∆ = 0.43
Perhitungan nilai a dari jenis bahan hole P8AN2017_18 (3084 C) bagian LSD
1 ∑ρ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
a = ∆| 2|
∑ 𝜌 x 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
1 5.64 9.85
a= | |
0.43 18.38 32.46
1
a = 0.43 (183.07-181.44)
1
a = 0.43 (2.03)
a = 5.1
Perhitungan nilai b dari jenis bahan hole P8AN2017_18 (3084 C) bagian LSD
1 N ∑ρ
b = ∆| |
∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝜌 x 𝐿𝑜𝑔 I̅
1 3 5.64
b = 0.43 | |
9.85 18.38
1
b = 0.43 (55.14-55.55)
1
b = 0.43 |−0.41|
b = 1.83
Dari nilai a dan b tersebut dapat disubtitusikan ke dalam persamaan
𝑎
Io = 10𝑏
Dan dapat dihitung nilai Intensitas awal dari jenis bahan hole P8AN2017_18
(3084 C) bagian LSD
5.1
Io = 101.83
Io = 612.186
55
Perhitungan nilai ∆ dari jenis bahan hole 1311 _ SMD _MT_07 bagian HRD
N ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
∆=| 2|
∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
3 10.29
∆=| |
10.29 35.32
∆ = 105.96-105.88
∆ = 0.08
Perhitungan nilai a dari jenis bahan hole 1311 _ SMD _MT_07 bagian HRD
1 ∑ρ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
a = ∆| 2|
∑ 𝜌 x 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅
1 5.32 10.29
a = 0.08 | |
18.15 35.32
1
a = 0.08 (187.90-186.76)
1
a = 0.08 (11.14)
a = 14.25
Perhitungan nilai b dari jenis bahan hole 1311 _ SMD _MT_07 bagian HRD
1 N ∑ρ
b = ∆| |
∑ 𝐿𝑜𝑔 I̅ ∑ 𝜌 x 𝐿𝑜𝑔 I̅
1 3 5.32
b = 0.08 | |
10.29 18.15
1
b = 0.08 (54.45-54.74)
1
b = 0.08 |−0.29|
b = 3.63
Dari nilai a dan b tersebut dapat disubtitusikan ke dalam persamaan
𝑎
Io = 10𝑏
Dan dapat dihitung nilai Intensitas awal dari jenis bahan hole 1311 _ SMD
_MT_07 bagian HRD
14.25
Io = 10 3.63
Io = 8425.96
56
LAMPIRAN J
Tabel perhitungan Io, I, I/Io dan L dari setiap jenis bahan
Tabel 1.J Hasil perhitungan Io, I, I/Io dan L dari setiap jenis bahan hole MD022
bagian LSD
Io 𝐈̅ L
Jenis Bahan 𝐈̅/Io
(cps) (cps) (cm)
Air
133006.81 12938 0.076184577 34
(Data Lapangan)
Alumunium
133006.81 384 0.002261159 34
(Data Lapangan)
Batu lempung
133006.81 1648 0.009704141 34
(Data Lapangan)
Subbituminous
133006.81 1262 0.007431205 34
(Data Lapangan)
Tabel 2.J Hasil perhitungan Io, I, I/Io dan L dari setiap jenis bahan hole MD022
bagian HRD
Io 𝐈̅ L
Jenis Bahan 𝐈̅/Io
(cps) (cps) (cm)
Air
49659.23 7843 0.188142444 17
(Data Lapangan)
Alumunium
49659.23 1127 0.027035131 17
(Data Lapangan)
Batu lempung
49659.23 2364 0.056709007 17
(Data Lapangan)
Subbituminous
49659.23 1340 0.032144699 17
(Data Lapangan)
Tabel 3.J Hasil perhitungan Io, I, I/Io dan L dari setiap jenis bahan hole P8AN
2017_18 (3084 C) bagian LSD
Io 𝐈̅ L
Jenis Bahan 𝐈̅/Io
(cps) (cps) (cm)
Subbituminous
612.186 3190 5.210834616 34
(Data Lapangan)
Batu lempung
612.186 2128 3.476067731 34
(Data Lapangan)
Batu Pasir
612.186 1064 1.738033866 34
(Data Lapangan)
57
Tabel 4.J Hasil perhitungan Io, I, I/Io dan L dari setiap jenis bahan hole 1311 _
SMD _MT_07 bagian HRD
Io 𝐈̅ L
Jenis Bahan 𝐈̅/Io
(cps) (cps) (cm)
Subbituminous
8425.96 3900 0.462855271 17
(Data Lapangan)
Batu lempung
8425.96 2100 0.249229761 17
(Data Lapangan)
Batu Pasir
8425.96 2400 0.284834013 17
(Data Lapangan)
58
LAMPIRAN K
Kurva log pada hole MD022, hole P8AN2017_18 (3084 C), hole 1311 _ SMD
_MT_07 diperlihatkan dalam Gambar K.1, Gambar K.2, dan Gambar K.3
59
60
61
RIWAYAT HIDUP