Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUAL (TIGA ORGAN TUBUH

PENTING) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA


ANAK LAKI-LAKI USIA SEKOLAH 7-12 TAHUN SEBAGAI
PENCEGAN PRIMER KEKERASAN SEKSUAL PASCA
BENCANA DI RW 03 DI KELURAHAN PASIE NAN
TIGO

OLEH :

RIMA DEWITA SARI , S. Kep


BP. 2041312051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2022

i
PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUAL (TIGA ORGAN TUBUH
PENTING) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA
ANAK LAKI-LAKI USIA SEKOLAH 7-12 TAHUN SEBAGAI
PENCEGAN PRIMER KEKERASAN SEKSUAL PASCA
BENCANA DI RW 03 DI KELURAHAN PASIE NAN
TIGO

RIMA DEWITA SARI , S. Kep


BP. 2041312051

Karya Ilmiah Akhir Ini Telah Disetujui


Bulan / Tahun : Januari 2022

Oleh:
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Ns. Meri Neherta. M.Biomed Ns. Arif Rohman Mansur, M.Kep

Mengetahui
Koordinator Program Studi Profesi Ners

Dr. Ns. Lili Fajria, S.Kep. M.Biomed

i
PENETAPAN PANITIA PENGUJI KARYA TULIS ILMIAH AKHIR
PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUAL (TIGA ORGAN TUBUH
PENTING) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA
ANAK LAKI-LAKI USIA SEKOLAH 7-12 TAHUN SEBAGAI
PENCEGAN PRIMER KEKERASAN SEKSUAL PASCA
BENCANA DI RW 03 DI KELURAHAN PASIE NAN
TIGO

RIMA DEWITA SARI , S. Kep


BP. 2041312051

Karya Ilmiah Akhir Ini Telah Diuji Dan Dinilai Oleh Panitia Penguji
Di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Pada Tanggal: Januari 2022

Panitia Penguji,
Ketua : Dr. Ns. Meri Neherta, M.Biomed ( )
Anggota : Ns. Arif Rohman Mansur, M.Kep ( )

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latarbelakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................6
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................6
1. Tujuan Umum............................................................................................6
2. Tujuan Khusus...........................................................................................6
D. Manfaat Penelitian........................................................................................7
1. Manfaat bagi Peneliti.................................................................................7
2. Manfaaat bagi Kelurahan Pasie Nan Tigo.................................................7
3. Manfaat bagi Peneliti Berikutnya..............................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9
A. Konsep Bencana Gempa dan Tsunami.........................................................9
1. Definisi Bencana Alam.............................................................................9
2. Macam-Macam Bencana Alam.................................................................9
B. Konsep Kekerasan Seksual Pada Anak.......................................................10
1. Definisi Kekerasan Seksual.....................................................................10
2. Bentuk Pelacehan Pada Anak..................................................................11
3. Dampak kekerasan seksual pada anak.....................................................13
4. Bentuk Kekerasan Seksual Pada Anak Di Pengungsian/Pasca Bencana 15
C. Konsep Anak...............................................................................................16
1. Definisi Anak usia sekolah.....................................................................16
2. Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah...................................................16
3. Tugas Perkembangan anak Sekolah Dasar..............................................17
4. Keterampilan yang Perlu dimiliki Pada Anak Sekolah Dasar.................18
D. Pengetahuan dan Sikap Anak Dalam Mencegah Kekerasan Seksual.........18
1. Pengetahuan anak....................................................................................18
2. Sikap anak...............................................................................................21

iii
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................24
A. Desain Penelitian.........................................................................................24
B. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................24
C. Populasi dan Sampel...................................................................................25
D. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional...........................................25
E. Instrumen Penelitian...................................................................................26
F. Metode Pengumpulan Data.........................................................................27
G. Pengolahan dan Analisa Data..................................................................28

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan

rahmat Nya yang selalu dicurahkan kepada seluruh makhluk Nya. Dengan berkat

rahmat dan karunia-Nya, peneliti telah dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

dengan judul “Gambaran Pengetahuan Kekerasan Seksual Pada Anak Laki-

Laki Usia Sekolah 7-12 Tahun Pasca Bencana Bencana Alam Di Kelurahan

Pasie Nan Tigo Kec. Koto Tangah Kota Padang Tahun 2022”. Terima kasih

yang sebesar-besarnya peneliti ucapkan kepada pembimbing Ibu Dr. Ns. Meri

Neherta, M. Biomed dan Ibu Ns. Arif Rohman Mansur, S.Kep, M.Kep, yang telah

penuh telaten dan penuh kesabaran dalam membimbing peneliti dalam menyusun

karya tulis ilmiah. Selain itu juga ucapan terimakasih kepada :

1. Ibu Hema Malini, S. Kp., MN., PhD selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas.

2. Ibu Dr. Ns. Lili Fajria, M. Biomed selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

3. Lurah Kelurahan Pasie Nan Tigo yang telah memberi izin untuk melakukan

penelitian di RW 08 Pasie Nan Tigo.

4. Dewan penguji yang telah memberikan kritik beserta saran demi kebaikan

karya tulis ilmiah ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang telah

memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada peneliti selama perkuliahan.

v
6. Orang tua dan keluarga yang selama ini selalu memberikan dukungan

maksimal dan do’a tulus kepada peneliti dalam seluruh tahapan proses

penyusunan ini.

Peneliti menyadari bahwa karya ilmiah akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat

diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya harapan peneliti semoga

karya ilmiah akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Januari 2022

Peneliti

vi
BAB I PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada

pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua

Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian

selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang

memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa – Nusa Tenggara, Sulawesi, yang

sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian

didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus

rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir

dan tanah longsor (BNBP, 2020).

 Kota Padang merupakan salah satu daerah pesisir Sumatera Barat

yang memiliki risiko tinggi terjadi gempa bumi dan tsunami. Hal ini

disebabkan oleh kondisi fisik wilayah yang berada pada pesisir pantai

yang memiliki zona tumpukan aktif lempeng Indo–Australia dan Lempeng

Eurasia, serta dekat dengan zona patahan Mentawai dan sesar semangko.

Selain itu, sebagian besar penduduknya bermukim di wilayah pesisir dan

tepi pantai serta juga terdapat infrastruktur tempat masyarakat

menggantungkan hidupnya di zona yang berada dalam jarak mulai dari 0

hingga 3000 m dari pantai (BNBP, 2016).

Selain Gempa bumi, ada banyak jenis ancaman bencana lainnya,

seperti tsunami, gunung api, banjir, tanah longsor, kekeringan, cuaca

ekstrim, gelombang ekstrim dan abrasi, serta kebakaran hutan dan lahan.
Berdasarkan hasil pengukuran indeks risiko bencana Indonesia (IRBI)

2020 Provinsi Sumatera Barat memiliki kelas. risiko tinggi dengan nilai

149,53 (BNPB, 2021).

Kecamatan Koto Tangah merupakan daerah dengan tingkat

kerentanan tinggi terhadap tsunami dengan nilai indeks bahaya

berdasarkan luas bahaya tsunami yang termasuk dalam 5 tertinggi di Kota

Padang. Hal ini disebabkan sebagian besar wilayah di Kecamatan Koto

Tangah berada di tepi pantai (BNBP, 2016).

Sebanyak 175 juta anak di seluruh dunia diperkirakan akan terkena

dampak bencana alam, termasuk banjir, angin topan, kekeringan,

gelombang panas, badai hebat, dan gempa bumi (UNICEF, 2021). Anak-

anak sangat rentan saat bencana alam terkait kesehatan fisik, kesehatan

mental, dan pembelajaran mereka setelah terpapar. Kesiapan pencegahan

dan mitigasi dapat mengurangi risiko anak-anak dengan membantu

masyarakat mempersiapkan dan merespons bencana dengan lebih baik.

Meningkatkan keamanan sekolah, meningkatkan ketersediaan program

pemulihan berbasis bukti, dan menargetkan layanan kepada anak-anak

dengan risiko masalah tertinggi diperlukan untuk mengurangi dampak

bencana alam pada anak-anak (Coley, 2020).

Dampak yang akan dialami oleh anak-anak saat bencana dan

setelah bencana terjadi mempengaruhi proses tumbuh kembang mereka.

Setelah terjadi bencana anak-anak akan ikut serta bersama keluarga

menempati area pengungsian. Saat anak-anak berada ditempat

2
pengungsian anak-anak akan berbaur dengan semua masyarakat sehingga

tidak ada ruang khusus yang membatasi pergerakan dan proses interaksi

sehingga dapat menimbulkan berbagai macam resiko kejadian terhadap

anak-anak. Salah satu resiko yang dapat terjadi adalah anak-anak

mengalami pelecehan seksual (Nirmala et al., 2021).

Penelitian Australian Aid, (2019) menemukan 19 anak menjadi

korban kekerasan seksual pada saat tsunami palu. Kurangnya keamanan

dan kekacauan yang terjadi setelah bencana meningkatkan risiko seksual

pelecehan dan kekerasan terhadap anak. Kekerasan seksual memiliki

definisi hukum yang beragam, kebanyakan dari mereka mencakup semua

bentuk pemerkosaan, menuntut seks sebagai imbalan atas bantuan,

pelecehan seksual terhadap anak.

Setiap tahun, jutaan anak perempuan dan laki-laki di seluruh dunia

menghadapi pelecehan dan eksploitasi seksual. Kekerasan seksual terjadi

di mana-mana – di setiap negara dan di semua segmen

masyarakat. Seorang anak dapat menjadi sasaran pelecehan atau

eksploitasi seksual di rumah, di sekolah atau di komunitas

mereka. Meluasnya penggunaan teknologi digital juga dapat

membahayakan anak-anak (Csorba et al., 2014).

Anak menjadi kelompok yang sangat rentan terhadap kekerasan

seksual karena anak selalu diposisikan sebagai sosok lemah atau yang

tidak berdaya dan memiliki ketergantungan yang tinggi dengan orang-

orang dewasa di sekitarnya. Hal inilah yang membuat anak tidak berdaya

3
saat diancam untuk tidak memberitahukan apa yang dialaminya. Hampir

dari setiap kasus yang diungkap, pelakunya adalah orang yang dekat

korban (Ivo Noviana, 2015)

Adapun dampak yang dirasakan anak yang mengalami kekerasan

seksual secara emosional, anak sebagai korban kekerasan seksual

mengalami stress, depresi, goncangan jiwa, adanya perasaan bersalah dan

menyalahkan diri sendiri, rasa takut berhubungan dengan orang lain,

bayangan kejadian dimana anak menerima kekerasan seksual, mimpi

buruk, insomnia, ketakutan dengan hal yang berhubungan dengan

penyalahgunaan termasuk benda, bau, tempat, kunjungan dokter, masalah

harga diri, disfungsi seksual, sakit kronis, kecanduan, keinginan bunuh

diri, keluhan somatik, dan kehamilan yang tidak diinginkan.

Menurut data Ditreskrimum Polda Sumbar tahun 2018, kota

Padang merupakan kota dengan angka kejadian kekerasan seksual pada

anak yang tertinggi pada tahun 2018 sebanyak 53 kasus, diikuti dengan

kota Padang Pariaman sebanyak 34 kasus, dan kabupaten Pesisir Selatan

sebanyak 33 kasus. Pada tahun 2019 korban kekerasan di kota Padang

terhitung dari bulan Januari hingga Agustus jumlah 34 kasus (SIMFONI

PPA, 2019). Data yang diperoleh dari Unit Perlindungan Perempuan dan

Anak (Unit PPA) Polresta Padang, pada tahun 2018 terdapat 4 kasus

sodomi pada anak laki-laki dan pada tahun 2019 (Januari-September)

terdapat 3 kasus sodomi pada anak laki-laki (Unit PPA Polresta Padang.,

2019)

4
Menurut KPAI pada tahun 2018 angka korban kekerasan seksual pada

anak meningkat menjadi 177 anak, sebanyak 135 korban merupakan anak laki-

laki dan 42 korban merupakan anak perempuan (KPAI, 2018). Sedangkan pada

tahun 2019 tercatat dari bulan januari hingga bulan Juni telah terjadi kekerasan

seksual pada anak sebanyak 97 kasus (LPSK, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa

prevalensi kejadian pada anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan anak

perempuan (KPAI, 2019).

Tingginya angka kekerasan seksual pada anak laki-laki menurut

Wakil Komisi Perlindungan Anak Indonesia dikarenakan anak laki-laki

dianggap tidak beresiko menjadi korban kekerasan seksual sehingga

kurangnya sosialisasi pendidikan seksual (KPAI, 2017). WHO

menjelaskan terdapat beberapa faktor yang memicu terjadinya kekerasan

seksual pada anak diantaranya adalah umur anak yang masih muda, orang

tua atau pengasuh, hubungan anak dengan pelaku, faktor komunitas, dan

sosial (Li et al., 2020)(WHO, 2016)

Kelurahan Pasie Nan Tigo merupakan salah satu kelurahan yang

terdapat di Kota Padang. Kelurahan Pasie Nan Tigo berada pada pesisir

pantai Sumatra yang termasuk dalam kategori daerah rawan bencana

seperti gempa bumi, tsunami, banjir, abrasi dan badai. Berdasarkan hasil

survey yang peneliti lakukan pada RW 03 Kelurahan Pasie Nan Tigo

didapatkan bahwa daerah ini memiliki potensi bencana terbanyak yaitu

gempa bumi dan tsunami.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada 3 orang anak 1

orang anak sudah mengetahui tentang pengetahuan kekerasan seksual pada

5
anak dan 2 anak lagi belum mengetahui tentang kekerasan seksual pada

anak. Berdasarkan data diatas sehingga peneliti tertarik untuk meneliti

Gambaran Pengetahuan Kekerasan Seksual Pada Anak Laki-Laki Usia

Sekolah 7-12 Tahun Pasca Bencana Bencana Alam Di Kelurahan Pasie

Nan Tigo Kec. Koto Tangah Kota Padang Tahun 2022.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah “ Pengaruh

Pendidikan Seksual (Tiga Organ Tubuh Penting) Terhadap Pengetahuan

Dan Sikap Pada Anak Laki-Laki Usia Sekolah 7-12 Tahun Sebagai

Pencegan Primer Kekerasan Seksual Pasca Bencana Di Rw 03 Di

Kelurahan Pasie Nan Tigo”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Aapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh

Pendidikan Seksual (Tiga Organ Tubuh Penting) Terhadap

Pengetahuan Dan Sikap Pada Anak Laki-Laki Usia Sekolah 7-12

Tahun Sebagai Pencegan Primer Kekerasan Seksual Pasca Bencana Di

Rw 03 Di Kelurahan Pasie Nan Tigo.

2. Tujuan Khusus

6
a. Diketahui distribusi frekuensi karakteristik anak laki-laki usia

sekolah.

b. Diketahui rata-rata pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian

pendidikan seksual terhadap pengetahuan dan sikap anak laki-laki

usia sekolah dalam mencegah resiko kekerasan seksual saat

bencana gempa bumi di Kelurahan Pasie Nan Tigo.

c. Diketahui rata-rata sikap sebelum dan sesudah pemberian

pendidikan seksual terhadap pengetahuan dan sikap anak laki-laki

usia sekolah dalam mencegah resiko kekerasan seksual saat

bencana gempa bumi di Kelurahan Pasie Nan Tigo.

d. Diketahui pengaruh pendidikan seksual terhadap pengetahuan dan

sikap anak laki-laki usia sekolah dalam mencegah resiko kekerasan

seksual saat bencana gempa bumi di Kelurahan Pasie Nan Tigo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Peneliti

Sebagai pengembangan ilmu dan kemampuan peneliti

sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan di bangku

perkuliahan dalam bentuk penelitian.

2. Manfaaat bagi Kelurahan Pasie Nan Tigo

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan

ilmiah dan bahan literatur kelurahan serta sebagai bahan masukan

7
dan pertimbangan bagi orang tua dan masyarakat tentang pentingnya

edukasi seks dini pada anak untuk menghadapi bencana alam.

3. Manfaat bagi Peneliti Berikutnya

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai data dasar ataupun

sebagai pembanding bagi peneliti selanjutnya dalam mengadakan

penelitian yang berkaitan dengan tingkat pengetahuan kekerasan

seksual pada anak laki-laki usia sekolah 7-12 tahun pasca bencana

bencana alam.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Bencana Gempa dan Tsunami

1. Definisi Bencana Alam

Bencana alam mencakup semua jenis cuaca buruk, yang

berpotensi menimbulkan ancaman signifikan terhadap kesehatan dan

keselamatan manusia, properti, infrastruktur penting, dan keamanan

tanah air. Bencana alam terjadi baik secara musiman maupun tanpa

peringatan, membuat bangsa ini sering mengalami periode

ketidakamanan, gangguan, dan kerugian ekonomi. Sumber daya ini

berfungsi untuk mempersiapkan IHE untuk berbagai bencana alam,

termasuk badai musim dingin, banjir, tornado, angin topan, kebakaran

hutan, gempa bumi, atau kombinasinya .

2. Macam-Macam Bencana Alam

Adapun bencana alam yang sering terjadi diindonesia sebagai berikut :

a. Gempa Bumi

Gempa bumi (earthquake) adalah peristiwa bergetar atau

bergoncangnya bumi karena pergerakan/pergeseran lapisan batuan

pada kulit bumi secara tiba‐tiba akibat pergerakan lempeng‐

lempeng tektonik. Gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas

pergerakan lempeng tektonik disebut gempa bumi tektonik. Namun

9
selain itu, gempa bumi bisa saja terjadi akibat aktifitas gunung

berapi yang disebut sebagai gempa bumi vulkanik (Sunarjo, 2012).

b. Tsunami

Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu

oleh pusaran air bawah laut karena pergeseran lempeng, tanah

longsor, erupsi gunungapi, dan jatuhnya meteor. Gempa yang

disebabkan pergerakan dasar laut atau pergeseran lempeng yang

paling sering menimbulkan tsunami.

B. Konsep Kekerasan Seksual Pada Anak

1. Definisi Kekerasan Seksual

Pengertian Pelecehan Seksual Kekerasan seksual merupakan

permasalahan yang serius di hadapi peradaban modern saat ini, karena

adanya tindakan kekerasan seksual menunjukan tidak berfungsinya

suatu norma pada diri seseorang (pelaku) yang mengakibatkan

dilanggarnya suatu hak asasi dan kepentingan orang lain yang menjadi

korbannya. Semakin marak dan berkembangnya kekerasan seksual

Komnas Perlindungan Anak dan Perempuan menyebutkan beberapa

bentuk kekerasan seksual diantaranya Perkosaan, Pelecehan seksual,

Eksploitasi seksual, Penyiksaan seksual, Perbudakan seksual serta

Intimidasi/serangan bernuansa seksual termasuk ancaman atau

percobaan perksoaan.

10
Kekerasan Seksual adalah paying istilah yang mencakup

berbagai berbahaya dan seksual perilaku kasar. Di dalam manual yang

kami fokuskan khusus pada anak-anak dan orang uda, didefinisikan

oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai siapa pun yang berusia di

bawah 18 tahun 2 . Kami termasuk dalam ruang lingkup eksploitasi

seksual dan kekerasan seksual segala bentuk pelecehan seksual,

kekerasan seksual, pornografi, prostitusi, perdagangan untuk tujuan

seksual, seks pariwisata, (ESPAT, 2018).

2. Bentuk Pelacehan Pada Anak

Bentuk pelecehan seksual sesuai dengan pernyataan di atas dapat

dikatagorikan menjadi :

a. Pelecehan seksual verbal wujud pelecehan seksual secara verbal

lebih dilakukan dengan wujud ucapan/perkataan yang ditujukan

pada orang lain namun mengarah pada sesuatu yang berkaitan

dengan seksual, pelecehan ini dapat berwujud seperti :

1) Bercandaan, menggoda lawan jenis atau sejenis, ataupun

mengajukan pertanyaan seputar seksual didalam diskusi atau

obrolan yang tidak dikhususkan membahas seputar seksual.

2) Bersiul-siul yang berorientasi seksual.

3) Menyampaikan atau menanyakan pada orang lain tentang

keinginan secara seksual ataupun kegiatan seksual yang pernah

dilakukan oleh orang tersebut, yang membuat orang itu tidak

nyaman.

11
4) Mengkritik atau mengomentari bentuk fisik yang mengarah

pada bagian-bagian seksualitas, misalnya bentuk pantat

ataupun ukuran kelamin seseorang.

b. Pelecehan seksual non verbal Bentuk pelecehan non verbal

merupakan kebalikan dari verbal apabila dalam pelecehan verbal

adalah menggunakan kata-kata ataupun ajakan berbentuk tulisan

dalam katagori non verbal ini lebih menggunakan tindakan akan

tetapi tidak bersentuhan secara langsung antara pelaku dengan

korbanya, misalnya :

1) Memperlihatkan alat kelamin sendiri dihadapan orang lain baik

personal ataupun dihadapan umum.

2) Menatap bagian seksual orang lain dengan pandangan yang

menggoda,

3) Menggesek-gesekan alat kelamin ke orang lain.

c. Pelecehan seksual secara fisik Dalam katagori ini pelecehan

seksual antara pelaku dan korban sudah terjadi kontak secara fisik,

dapat digolongkan perbuatan yang ringan dan berat misalnya :

1) Meraba tubuh seseorang dengan muatan seksual dan tidak di

inginkan oleh korban.

2) Perkosaan atau pemaksaan melakukan perbuatan seksual.

3) Memeluk, mencium atau menepuk seseorang yang berorientasi

seksual.

12
3. Dampak kekerasan seksual pada anak

Dampak pelecehan seksual pada anak antara lain adalah dampak secara

fisik dan psikis. Dampak fisik dan psikis merupakan dampak yang

secara langsung dirasakan oleh anak yang menjadi korban pelecehan

seksual, sebab :

a. Dampak fisik

Kasus kekerasan seksual seringkali menimbulkan kerusakan

fisik pada anak dari yang ringan hingga yang masuk dalam

katagori berat, saat alat kelamin atau penis seorang lelaki dewasa

dipaksakan untuk masuk pada vagina, mulut atau anus seorang

anak perempuan(pada umumnya) tentu saja akan menimbulkan

luka seperti perobekan keperawanan, pendarahan, luka permanen

ataupun lebam pada tubuh anak. Luka-luka fisik yang terkait

kekerasan seksual sering sekali tersembunyi karena organ-organ

kelamin sudah barang tentu berada dalam bagian yang tertutup dan

biasanya korban menyembunyikan luka fisik tersebut karena malu

dan memilih menderita seorang sendiri Dampak secara fisik dapat

dengan mudah dilihat karena memang dapat ditangkap dengan

indera penglihatan manusia akan tetapi untuk memastikan apakah

luka fisik tersebut merupakan dampak kekerasan seksual atau

akibat sesuatu hal lain, diperlukan analisis oleh ahli dalam hal ini

dokter ataupun tim dokter.

13
Dampak secara fisik, korban mengalami penurunan nafsu

makan, sulit tidur, sakit kepala, tidak nyaman di sekitar vagina atau

alat kelamin, berisiko tertular penyakit menular seksual, luka di

tubuh akibat perkosaan dengan kekerasan ataupun kehamilan yang

tidak diinginkan

b. Dampak psikis

Psikis anak memanglah tidak seperti orang yang dewasa pada

umumnya, anak yang masih mempunyai keterbatasan pengetahuan

seputar seksual tentu saja tidak mengerti dengan apa yang sedang

atau telah dialami bahkan tidak tahu bahwa dirinya menjadi korban

peecehan seksual.

Dampak secara psikis ini dapat dengan mudah diketahui dan di

pahami oleh orang-orang yang dekat dengan anak, sebab anak akan

menunjukan sikap sikap yang tidak lazim atau tidak seperti

biasanya. Sikap yang tidak biasa ini seperti anak hilang napsu

makan, tidak bersemangat hingga tidak mau sekolah, sering

murung, menutup diri, takut dengan orang-orang baru hingga

trauma dengan suatu benda atau tempat yang berhubungan dengan

kejadian kekeasan seksual yang telah dialami.

Pelecehan seksual pada anak bukan merupakan peristiwa yang

baru melainkan peristiwa yang sebenarnya sudah terjadi sejak lama

dan sudah turun temurun akan tetapi justru keberadaannya

mengalami perkembangan mulai dari rentan usia pelaku dan

14
korban, modus-modus pelaku pelecehannya hingga jenis kelamin

para korbannya yang semula hanya anak perempuan sudah mulai

bergeser ke jenis kelamin laki-laki.

4. Bentuk Kekerasan Seksual Pada Anak Di Pengungsian/Pasca

Bencana

Cara penanganan bencana dan keadaan darurat baik secara

nasional otoritas dan lembaga internasional dapat memiliki implikasi

dramatis untuk terjadinya kekerasan dan eksploitasi seksual, sehingga

penting agar pertimbangan diberikan untuk ini. Ini terutama benar pada

tahap awal karena keputusan yang diambil kemudian sering kali

memiliki konsekuensi yang dramatis dan tidak terduga.

Anak-anak dalam keadaan darurat bisa berada di bawah risiko

kekerasan seksual karena tingkat ketergantungan mereka yang tinggi,

dimana kemampuan untuk melindungi diri sendiri terbatas sementara

tidak dalam posisi untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.

Karena mereka memiliki sedikit pengalaman hidup, anak-anak juga

lebih mudah dieksploitasi, ditipu dan dipaksa dibandingkan dengan

orang dewasa. Tergantung dari tingkat perkembangan mereka, anak-

anak tidak mengerti secara keseluruhan sifat dasar seksual dari

tindakan tertentu, dan mereka tidak mampu memberikan persetujuan

sendiri. Perempuan remaja dan wanita muda bisa menjadi target

kekerasan seksual selama konflik bersenjata atau kesulitan ekonomi.

15
Dalam kekacauan darurat dan bencana, anak-anak dan remaja

orang bisa menjadi terpisah dari orang tua dan pengasuh mereka.

Seperti anak-anak sangat rentan eksploitasi kekerasan seksual oleh

lingkungan pengungsian. Anak-anak dari keluarga orang tua tunggal,

meskipun masih dalam perawatan orang tua, juga berisiko karena

orang tua sibuk mengurusi hal lain saat bencana. Kekerasan seksual

tidak hanya ditemukan pada perempuan pada anak laki-laki.

C. Konsep Anak

1. Definisi Anak usia sekolah

Anak sekolah dasar yaitu anak yang berusia 6-12 tahun,

memiliki fisik lebih kuat yang mempunyai sifat individual serta aktif

dan tidak bergantung dengan orang tua. Anak usia sekolah ini

merupakan masa dimana terjadi perubahan yang bervariasi pada

pertumbuhan dan perkembangan anak yang akan mempengaruhi

pemebentukan karakteristik dan kepribadian anak.

2. Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah

Motorik pada anak usia sekolah mengalami peningkatan

ketangkasan, meningkatnya minat dalam menggambar, menulis,

mewarnai, koordinasi ototnya semakin bagus (melompat, berlari), anak

mulai dapat menggunakan pakaian sendiri (Andriana, 2011).

Perkembangan kognitif anak mulai memiliki minat untuk membaca,

mengeksplorasi konsep dasar, jumlah dan, waktu serta pada tahap ini

16
anak mulai memecahkan masalah dengan logis (Wong, 2012).

Perkembangan psikososial anak pada tahap ini yaitu anak mulai tertarik

terhadap lingkungan sosialnya, sehingga anak ingin terlibat untuk

berkontribusi dalam tugas sosialnya. Kemandirian yang muncul pada

anak harus difasilitasi agar tumbuhnya rasa percaya diri pada anak

dengan mulai memberi kepercayaan pada anak seperti

mengikutsertakan dalam kegiatan dalam keluarga, sehingga tugas

perkembangan ini dapat dipenuhi (Wong, Hockenberry, & Wilson,

2011).

3. Tugas Perkembangan anak Sekolah Dasar

a. Mempelajari ketrampilan fisik yang dipelukan untuh permainan-

permaianan yang umum

b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk

yang sedang tumbuh

c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya

d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat

e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca,

menulis dan

f. Berhitung

g. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk

kehidupan sehari-hari

h. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan

nilai

17
i. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan

lembaga-lembaga

j. Mencapai kebebasan pribadi

Macam-Macam keterampilan

4. Keterampilan yang Perlu dimiliki Pada Anak Sekolah Dasar

a. Keterampilan menolong diri sendiri (self-help skills) : misalnya

dalam hal mandi, berdandan, makan, sudah jarang atau bahkan

tidak perlu ditolong lagi.

b. Keterampilan bantuan sosial (social-help skills) : anak mampu

membantu dalam tugas-tugas rumah tangga seperti : menyapu,

membersihkan rumah, mencuci dan sebagainya.

c. Keterampilan sekolah (school-skills) : meliputi penguasaan dalam

hal akademik dan non akademik.

d. Ketrampilan bermain (play-skills) : meliputi ketrampilan dam

berbagai jenis permainan seperti main bola, mengendarai sepeda,

catur, bulutangkis dan lain-lain.

D. Pengetahuan dan Sikap Anak Dalam Mencegah Kekerasan Seksual

1. Pengetahuan anak

Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses

sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu.

Pengetahuan setiap individu berbeda-beda antara satu dengan yang

lainya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, pendidikan,

18
sumber informasi (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Bujuri, (2018) tingkatan pengetahuan pada anak

sekolah dasar terdiri dari:

a. Usia 7 tahun (Kelas 1 SD) Perkembangan anak pada usia ini

berada pada tahap pengetahuan dan pemahaman yang terbatas.

Jika berdasarkan teori bloom berada pada level C1 (mengingat)

dan tahap awal C2 (memahami). Pada umur ini anak mampu

fokus dalam belajar di sekolah selama 2-3 jam perhari.

b. Usia 8 tahun (Kelas 2 SD) Perkembangan kognitif pada usia ini

anak sudah memasuki tahap C2 (memahami) dan masuk tahap C3

(menerapkan). Pada usia ini anak mampu fokus untuk belajar

disekolah selama 2-3 jam perhari.

c. Usia 9 tahun (Kelas 3 SD) Kemampuan kognitif anak pada usia

ini lebih baik dimana anak berada pada tahap C3 (menerapkan).

Dengan kata lain anak sudah mampu untuk menerapkan

pengetahuan yang sudah ia pahami dalam kegiatannya. Pada

tahap ini anak mampu fokus selama 3-4 jam per hari.

d. Usia 10 tahun (Kelas 4 SD) Pada usia 10 tahun, kemampuan anak

dalam menerapkan (C3) pengetahuan lebih baik dari pada tahap

sebelumnya dan mulai memasuki tahap C4 (menganalisis).

e. Usia 11-12 tahun (Kelas 4 dan 5 SD) Pada usia ini anak anak

tidak lagi berada pada fase operasional konkret melainkan pada

fase operasional formal. Pada usian 11 tahun anak berada pada

19
tahap C5 (mengevaluasi/menilai) dan C6 mencipta dengan baik.

Sedangkan pada usia 12 tahun kemampuan anak pada tahap C5

(mengevaluasi/menilai) lebih baik dan C6 (mencipta) juga lebih

baik dari pada usia sebelumnya.

Sebagai upaya untuk mencegah kekerasan seksual pada anak

adalah pemberian bekal pengetahuan tentang seksualitas yang

disesuaikan dengan tahap perkembangan anak (Jatmikowati, 2015).

Pengetahuan yang harus dimiliki oleh anak-anak tentang

pencegahan kekerasan seksual antaralain:

Beritahu anak tentang sentuhan yang boleh dilakukan orang

lain ialah bagian kepala, tangan, dan kaki, dan bagian yang tidak

boleh dilihat dan dipegang orang lain adalah penis, mulut, dan

bokong. Jelaskan pada anak tentang cara menjaga privasi saat

mandi, tidur, dan berpakaian. Orangtua juga perlu

memberitahukan bahwa ada saatnya orang lain diperbolehkan

melihat bagian pribadi tubuh dengan izin orangtua seperti saat

dokter/perawat/bidan memeriksa (Justica, 2016).

Beritahu anak contoh tindakan yang mungkin dilakukan

oleh pelaku kekerasan pada anak seperti:

a. Orang lain yang membuka pakaianmu atau menyuruh

membuka pakaianmu tanpa izin orangtua.

b. Orang lain yang melakukan sentuhan buruk seperti

menyentuh, meremas, dan mempermainkan bagian pribadimu

20
yang membuatmu tidak nyaman atau memasukkan sesuatu ke

anus anak.

c. Memperlihatkan bagian tubuh pribadinya atau menyuruh

anak untuk memegang maupun memasukkan penis kemulut.

d. Orang asing yang memeluk, mencium, atau menyuruh anak

duduk dipangkuannya.

e. Orang yang mengikuti atau membujuk anak untuk ke tempat

yang sepi sendirian (Hemdi Yoli, 2015)

Menurut Neherta, (2017) ada beberapa usaha yang bisa

dilakukan untuk mengurangi resiko tindakan kekerasan seksual

pada anak:

a. Menutup dan mengunci kamar tidur dan kamar mandi saat

berada didalam.

b. Mengajarkan untuk menolak pemberian dari orang lain tanpa

seizin orangtua.

c. Tidak sendirian dan selalu bersama-sama teman-teman.

d. Tidak berada pada tempat yang sepi terutama saat sendiri.

e. Mengajarkan kepada anak agar bertingkah laku baik dan

santun

f. Menggunakan pakaian yang sopan dan rapi.

2. Sikap anak

21
Sikap menurut (Notoatmodjo, 2012) umpan balik berupa

respon terhadap suatu stimulus atau rangsangan yang masih bersifat

tertutup. Pendapat lain sikap merupakan sebuah respon seseorang

sebagai umpan balik terhadap suatu kondisi (positif /negatif) yang

dituangkan dalam bentuk emosional afektif, mimik, dan tindakan

(Sari, 2018)

Menurut (KPAI, 2014) sikap yang harus diketahui oleh anak

dalam upaya pencegahan kekerasan sesukal adalah :

a. Berkata “ Tidak mau” dan lari apabila anak mendapatkan pelakuan

dari orang dewasa ataupun dari keluarga korban memaksa.

b. Berani teriak” Tolong” dan lari saat anak dalam kondisi bahaya.

c. Berani “Lapor” ketika anak mendapatkan tindakan kekerasan

seksual ataupun tindakan yang menurut anak menganggu

kenyamanan pada orang tua ataupun pihak berwajib.

Menurut (Hemdi Yoli, 2015) sikap dan tindakan yang dapat

diajarkan pada anak-anak :

a. Anak harus melawan dan lari jika ada orang yang memaksa untuk

melakukan tindakan yang tidak boleh dilakukan padanya.

b. Menjauh dan cari pertolongan jika ada orang yang muncurigakan

mengikuti ditempat yang sepi.

c. Jika ada yang mendekati atau mendesak ditempat yang sepi maka

anak harus teriak “Tolong” dan lari.

22
d. Jika ada orang yang meringkus maka anak bisa memukul bagian

matanya, lehernya, ataupun tendang kemaluannya.

e. Jika ada orang yang memeluk dengan paksa maka gigit sekeras

mungkin.

23
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan quasi experiment dengan rancangan one

group pretest-posttest yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan

keadaan yang terjadi setelah adanya eksperimen dengan sebelumnya telah

dilakukan observasi pertama (Notoatmodjo, 2014). Dalam penelitian ini

peneliti memberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan kekerasan

seksual sebagai perlakuan. Pengukuran pengetahuan dan sikap siswa tentang

pencegahan kekerasan seksual dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan.

Bentuk rancangan penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Pretest Perlakuan Posttest


01 X 02
Pengukuran Pertama Perlakuan atau Pengukuran kedua
(Pretest) eksperimen (posttest)

Keterangan :

01 : Pengetahuan dan Sikap tentang pencegahan kekerasan seksual pada anak.

X : Pendidikan Kesehatan tentang pencegahan kekerasan seksual pada anak.

02 : Pengetahuan dan Sikap tentang pencegahan kekerasan seksual pada anak.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

24
Adapun penelitian ini akan dilakukan di RW 03 Kelurahan Pasie Nan Tigo

Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Penelitian di laksanakan dari

Desember 2021 sampai dengan Januari 2022.

C. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan subjek yang memenuhi kriteria yang telah di tetapkan

dalam penelitian (Nursalam, 2011). Adapun populasi pada penelitian ini anak-anak

RW 03 Kelurahan Pasie Nan Tigo sebanyak. Sampel Yang digunakan dalam

penelitian ini adalah anak-anak di RW 03 Kelurahan Pasie Nan Tigo. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling

adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan

populasi. Alasan mengambil total sampling karena jumlah populasi yang

kurang dari 100. Jumlah sampel adalah

D. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah variabel operasional yang dilakukan penelitian

berdasarkan karakteristik yang diamati. Definisi operasional ditentukan

berdasarkan parameter ukuran dalam penelitian. Definisi operasional

mengungkapkan variabel dari skala pengukuran masing-masing variabel

tersebut (Donsu, 2016).

25
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Definisi Skala
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1. Variabel Pemberian informasi Rasio Dinyatakan dalam skor
Independen: terkait pendidikan Kusioner 0- 10
Pendidikan kesehatan tentang Tingkat
kesehatan pencegahan kekerasan Pengetahuan
tentang seksual pada ana
pencegahan
kekerasan
seksual

2. Dependen Pengetahuan anak Angket Rasio Dinyatakan dalam


Pengetahua tentang: skor 0- 10 skor:
n anak
tentang a. 3 bagian tubuh
pencegahan yang tidak
kekerasan boleh dipegang
seksual orang lain.
b. Sentuhan yang
buruk.
c. Pelaku
pelecehan
seksual.
d. Pencegahan
untuk
mengurangi
resiko menjadi
korban
pelecehan
seksual
3 Sikap anak Sikap anak ketika Angket Rasio Dinyatakan dalam
dalam mendapat kekerasan skor 0- 10
mencegah seksual:
kekerasan a. Teriak “tidak
seksua mau”
b. b. Lari dan
meminta tolong
c. Memukul mata,
leher, dan
tendang alat
kelamin pelaku.
d. Melaporkan ke
orangtua atau
pihak yang
berwajib

26
E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam penelitan.

Instrumen penelitan yang digunakann adalah lembar kuesioner video edukasi

sebagai media. Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner pengetahuan

dan sikap tentang mencegah kekerasan seksual pada anak sekolah dasar yang

diadopsi dari (Neherta, 2015) yang sudah diakukan uji validitas dan reabilitas

dengan nilai Cronbach Alpha variabel pengetahuan 0,889 dan sikap 0,781

yang menunjukkan angka lebih dari >0,60. Koesioner ini terdiri dari 2 bagian

yang pertama kuesioner pengetahuan dan bagian yang kedua kuesioner sikap

yang menggunakan skala Guttman. Skala Guttman adalah skala yang

digunakan untuk mendapatkan jawaban yang tegas (Sugiyono, 2013). Dalam

kuesioner ini apabila pernyataan positif maka nilai benar = 1, salah=0,

setuju=1, dan tidak setuju=0. Sedangkan untuk pernyataan negatif nilai jika

pertanyaan benar=0, salah=1, setuju=0, dan tidak setuju=1.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer.

Menurut (Sugiyono, 2017) menyebutkan bahwa data primer adalah suatu

data yang diperoleh dari penelitian yang berkaitan dengan variable dan

tujuan penelitian yang ingin diteliti. Data primer dalam penelitian ini

27
bersumber dari kuesioner yang diberikan kepada responden secara

langsung.

2. Cara Pengumpulan Data

Metode dalam pengumpulan data dari penelitian ini yaitu

menggunakan kuesioner berbentuk angket, dengan membagikan kuesioner

tersebut kepada responden secara langsung. Dalam pengumpulan data,

peneliti langsung turun kelapangan menemui responden yang memenuhi

kriteria penelitian.

G. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh yaitu tingkat kecemasan dan karakteristik

responden. Hasil penelitian diolah juga karakteristik dari responden

mencakup usia, jenis kelamin, dan pendidikan responden yang sudah

dilakukan penelitian. Tujuan analisis data yaitu digunakan untuk

menyusun dan menginterpretasikan suatu data kuantitatif yang telah

diperoleh oleh peneliti, tahapan analisis data diantaranya sebagai berikut:

1) Editing

Setelah data kuesioner terkumpul, dilakukan kelengkapan dan

pengecekan data. Editing atau salah satu bagian mengedit data

memiliki tujuan yaitu untuk mengevaluasi kesesuaian, kelengkapan

28
dan konsistensi antara kriteria dari data yang diperlukan untuk menguji

sebuah hipotesis ataupun menjawab tujuan dari penelitian.

2) Data Coding

Pengkodean data adalah suatu proses dalam menyusun data secara

sistematis dalam sebuah kuesioner ke dalam bentuk yang mudah

dibaca oleh mesin pengolahan data seperti komputer.

3) Data Entering

Suatu pemindahan data ke dalam komputer dengan memindahkan data

yang sudah diubah menjadi sebuah kode ke mesin pengolahan data

SPSS for Windows.

4) Data Cleaning

Setelah itu memastikan bahwa semua data yang sudah diinput ke

dalam pengolahan data telah sesuai dengan yang sebenarnya.

5) Data Output

Hasil dari pengolahan hasilnya berbentuk tabel distribusi frekuensi dan

presentase.

6) Data Analyzing

Menganalisis data dari hasil yang telah ada dalam tahap hasil

pengolahan.

2. Analisa Data

1) Analisa Univariat Analisa Univariat bertujuan untuk menjelaskan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoadmojo, 2014). Analisa

29
univariat pada penelitian ini digunakan untuk melihat umur, data

median (sebagai ukuran pemusatan) dan mix, max (sebagai ukuran

penyebaran) tiap-tiap variabel, baik variabel dependen maupun

variabel independen untuk melihat distribusi frekwensi karakteristik

sampel (Nursalam, 2016).

2) Analisa Bivariat Data diolah secara komputerisasi dengan aplikasi

SPSS 16 untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang

pencegahan kekerasan seksual.

30
DAFTAR PUSTAKA

Australian Aid. (2019). Penilaian Cepat Kekerasan Berbasis Gender


(KBG) di Masa Darurat Di Palu, Sigi Donggala, Sulawesi
Tengah November 2018 – Januari 2019.
https://indonesia.unfpa.org/en/publications/pencegahan-
penanganan-kekerasan-berbasis-gender-kbg-di-masa-darurat?
page=2
BNBP. (2016). Analisis Geologi Kejadian Gempa Bumi Di Perairan
Barat. https://bpbd.sumbarprov.go.id/details/category/9
BNBP. (2020). Update Bencana Indonesia Tahun 2020.
https://bnpb.go.id/infografis/update-bencana-indonesia-tahun-
2020
BNPB. (2021). Indeks risiko bencana Indonesia (IRBI) tahun 2020.
Bnpb, 78.
Bujuri, D. A. (2018). Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia
Dasar dan Implikasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar.
https://www.researchgate.net/publication/328460960_Analisis_Pe
rkembangan_Kognitif_Anak_Usia_Dasar_dan_Implikasinya_dala
m_Kegiatan_Belajar_Mengajar
Coley, R. L. (2020). Understanding the Impacts of Natural Disasters
on Children. SRDR. https://www.srcd.org/research/understanding-
impacts-natural-disasters-children
Csorba, R., Póka, R., Székely, P., Borsos, A., Balla, L., & Oláh, É.
(2004). Child sexual abuse. Orvosi Hetilap, 145(5), 223–227.
https://doi.org/10.7312/stal14614-002
Hemdi Yoli, S. W. (2015). Terhindar Dari Pelecehan Seksual : Saved
From Sexual Harrasment. Bestari Kids.
Ivo Noviana. (2015). Kekerasan Seksual Terhadap Anak: Dampak
Dan Penanganannya Child Sexual Abuse: Impact And Hendling.
Sosio Informa, 1(1), 14.
http://ejournal.kemsos.go.id/index.php/Sosioinforma/article/down
load/87/55
KPAI. (2019). Korban Kekerasan Seksual Anak Didominasi Laki-
Laki. Korban Kekerasan Seksual Anak Didominasi Laki-Laki.
Li, Y., Su, Z., Li, P., Li, Y., Johnson, N., Zhang, Q., Du, S., Zhao, H.,
Li, K., Zhang, C., & Ding, X. (2020). Association of Symptoms
with Eating Habits and Food Preferences in Chronic Gastritis
Patients: A Cross-Sectional Study. Evidence-Based

31
Complementary and Alternative Medicine, 2020.
https://doi.org/10.1155/2020/5197201
LPSK. (2018). Kesaksian Media Informasi Perlindungan Saksi dan
Korban : Kekerasan Seksual pada Anak Dominan Edisi 1 Tahun
2018.
Neherta, M. (2017). Modul Intervensi Pencegahan Kekerasan Seksual
Terhadap Anak. Padang: Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Nirmala, B., Agusniatih, A., & Annuar, H. (2021). Development of
snakes and ladders game (disaster response) as earthquake
mitigation for children. Journal of Early Childhood Care and
Education, 3(2), 97. https://doi.org/10.26555/jecce.v3i2.3111
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka
Cipta.
Nursalam. (2016). Manajemen Keperawatan. Salemba Medika.
Sari, S. (2018). Pengaruh Media Permainan Ular Tangga Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Anak Tentang Pencegahan Kekerasan
Seksual Pada Anak. Universitas Andalas.
SIMFONI PPA. (2019). Rasio Anak Korban Kekerasan.
Sugiyono. (2017). Mentode Penelitian Kuantitatif. Alfabeta CV.
Sunarjo. (2012). Gempa Bumi Edisi Populer. BADAN
METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA.
UNICEF. (2021). Over half a million children affected by Haiti
earthquake. https://www.unicef.org/press-releases/over-half-
million-children-affected-haiti-earthquake
Unit PPA Polresta Padang. (2019). Laporan Kasus Kekerasan
Perempuan dan Anak Unit PPA Polresta Padang.
WHO. (2016). Child Maltreatment.

32

Anda mungkin juga menyukai