Anda di halaman 1dari 4

HANDLING OF CYTOTOXIC DRUG

Oleh :
Elmira Zaida

Rabu Siang
051511133022
Kelas B
TUGAS FARMASI KLINIK

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
HANDLING OF CYTOTOXIC DRUG

Obat Sitotastika : obat yang beracun bagi sel terutama dalam pengendaliannya terhadap
reproduksi sel. Kebanyakan terbukti karsinogenik, mutagenik atau tertaogenik. Obat
sitostatika termasuk obat antineoplastik, agen terapetik yang dimaksudkan untuk
pengobatan kanker. Obat sitostatika diketahui sangat toksik bagi kesehatan dan diklasifikan
sebagai bahan kimia yang berbahaya dan berpotensi memiliki risiko.

Pelayanan Kefarmasian Klinik Penanganan Obat Sitostatika :


Untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian pada masyarakat, pemerintah
mengeluarkan suatu standar pelayanan kefarmasian dalam Peraturan Menteri Kesehatan
No. 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Tujuannya
adalah sebagai standar pedoman praktik apoteker dalam menjalankan profesi dan praktek
kefarmasian serta melindungi masyarakat dari pelayanan kefarmasian yang tidak
profesional.
Berdasarkan pada UU RI No. 44 th 2009 tentang rumah sakit, disebutkan bahwa
setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus bekerja sesuai dengan standar
profesi, pelayanan rumah sakit, SOP yang berlaku, etika profesi menghormati hak pasien
dan mengutamakan keselamatan pasien. Apoteker di rumah sakit melaksanakan pelayanan
kefarmasian (pharmaceutical care) meliputi : pelayanan farmasi non-klinik dan pelayanan
farmasi klinik. Contoh salah satu pelayanan farmasi klinik adalah penyiapan sediaan steril,
dimana obat sitostatika tersebut termasuk sediaan steril. Penanganan obat sitostatika, perlu
dilakukan secara hati-hati guna mencegah risiko yang tidak diinginkan dimana bahya dari
obat sitostatika itu sendiri dapat mengancam pekerja yang melakukannya. Obat sitostatika
harus ditangani dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk serta
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya.
Peraturan lain yang mendasari penanganan obat sitostatika adalah :
• SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit
• Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, dispensing sediaan steril harus
dilakukan secara terpusat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Persyaratan Umum Untuk Penanganan Obat Sitostatika :


1. Ruangan :
a. Tata ruang
b. Jenis Ruangan : Terdiri dariruang persiapan, ruang cuci tangan dan ganti
pakaian, ruang antara dan ruang steril.
2. Peralatan :
a. Alat Pelindung Diri : meliputi naju pelindung, sarung tangan, kacamata
pelindung, dan masker disposable.
b. LAF (Laminal Air Flow) : Horizontal dan Vertikal (BSC/Biological Safety
Cabinet)
3. Dilakukan wajib dnegan Teknik Aseptis.
Penyimpanan Sediaan Sitostatika
Penyimpanan sediaan steril non sitostatika setelah dilakukan pencampuran
tergantung pada stabilitas masing masing obat. Kondisi khusus penyimpanan:
 Terlindung dari cahaya langsung, dengan menggunakan kertas
karbon/kantong plastik warna hitam atau aluminium foil.
 Suhu penyimpanan 2 – 8°C disimpan di dalam lemari pendingin (bukan
freezer).
Penanganan Limbah Sitostatika :
Limbah sediaan steril harus dimasukkan dalam wadah tertentu sesuai dengan
SOP, yaitu :
 Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).
 Tempatkan limbah pada kontainer buangan tertutup. Untuk benda-benda
 tajam seperti syringe, vial, ampul, tempatkan di dalam kontainer yang tidak
 tembus benda tajam, untuk limbah lain tempatkan dalam kantong
berwarna
 dan berlogo cytotoxic.
 Beri label peringatan pada bagian luar kantong.
 Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup.
 Musnahkan limbah dengan incenerator 1000ºC.
 Cuci tangan.
Penanganan Tumpahan dan Kecelakaan Kerja :
Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril dapat dilakukan petugas tersebut atau
meminta pertolongan orang lain dengan menggunakan chemotherapy spill kit (Alat-alat
untuk membersihkan obat sitostatika yang tumpah) dengan cara sebagai berikut :
 Membersihkan tumpahan di luar BSC (Biological Safety Cabinet) dalam ruang steril :
o Meminta pertolongan, jangan tinggalkan area sebelum diizinkan.
o Beri tanda peringatan di sekitar area.
o Petugas penolong menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
o Angkat partikel kaca dan pecahan-pecahan dengan menggunakan alat
seperti sendok dan tempatkan dalam kantong buangan.
o Serap tumpahan cair dengan kassa penyerap dan buang dalam kantong
tersebut.
o Serap tumpahan serbuk dengan handuk basah dan buang dalam kantong
tersebut.
o Cuci seluruh area dengan larutan detergent.
o Bilas dengan aquadest.
o Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh obat terangkat.
o Tanggalkan glove luar dan tutup kaki, tempatkan dalam kantong pertama.
o Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua.
o Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan sarung tangan dalam, tempatkan
dalam kantong kedua.
o Ikat kantong secara aman dan masukan dalam tempat penampung
 Membersihkan tumpahan di dalam BSC :
o Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk basah
untuk tumpahan serbuk.
o Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung tangan
baru.
o Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan alas
kerja/meja/penyerap dan tempatkan dalam wadah buangan.
o Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent, bilas dengan
aquadestilata menggunakan kassa. Buang kassa dalam wadah pada
buangan.
o Ulangi pencucian 3 x.
o Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan.
o Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir.
o Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah buangan
akhir untuk dimusnahkan dengan inscenerator.
o Cuci tangan.

DAFTAR PUSTAKA :
1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pemantauan Terapi Obat. Jakarta: Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI; 2009.
2. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2014. h.23-35.
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan
Sediaan Sitostatika. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Bakti Husada, 2009.
4. Departemen Kesehatan RI. Dispensing Sediaan Steril, Jakarta: Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Bakti
Husada, 2009.

Anda mungkin juga menyukai