Anda di halaman 1dari 20

TATALAKSANA GAGAL JANTUNG AKUT

REFERAT

Oleh
Hazbina Fauqi Ramadhan
142011101088

Pembimbing
dr. Dwi Ariyanti, Sp.JP, FIHA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER


KSM ILMU PENYAKIT DALAM
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
2019

i
TATALAKSANA GAGAL JANTUNG AKUT

REFERAT

disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya


KSM Ilmu Penyakit Dalam RSD dr. Soebandi Jember

Oleh
Hazbina Fauqi Ramadhan
142011101088

Pembimbing
dr. Dwi Ariyanti, Sp.JP, FIHA.

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS JEMBER


KSM ILMU PENYAKIT DALAM
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
2019

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................... 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 2
2.1 Definisi ...................................................................................... 2
2.2 Patofisiologi ............................................................................... 2
2.2.1 Disfungsi Sistolik .................................................................... 2
2.2.2 Disfungsi Diastolik .................................................................. 3
2.3 Klasifikasi Gagal Jantung ........................................................ 4
2.4 Manifestasi Klinis ..................................................................... 7
2.5 Diagnosis Gagal Jantung ......................................................... 8
2.6 Tatalaksana Gagal Jantung ..................................................... 9
BAB 3. KESIMPULAN ......................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 13

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

Pada penelitian epidemiologi, ditemukan lebih dari 20 juta kasus yang


terdiagnosis gagal jantung atau heart failure diseluruh dunia dan terdapat 2% pada
negara berkembang. Menurut data American Heart Association terdapat 5,3 juta
orang menderita gagal jantung di Amerika Serikat, 660,000 kasus baru
terdiagnosis tiap tahunnya dengan perbandingan insiden 10/1000 populasi pada
usia lebih dari 65 tahun. Salah satu dari etiologi gagal jantung adalah coronary
artery disease atau penyakit jantung koroner.
Gagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat dari gejala-gejala
atau tanda-tanda akibat fungsi jantung yang abnormal, dapat berupa serangan
pertama gagal jantung, atau perburukan dari gagal jantung kronik sebelumnya.
Dapat terjadi dengan atau tanpa adanya sakit jantung sebelumnya.2 Disfungsi
jantung bisa berupa disfungsi sistolik, disfungsi diastolik atau bahkan keduanya.2,3
Penyakit jantung koroner merupakan etiologi gagal jantung akut pada 60-
70% pasien terutama pada pasien usia lanjut, sedangkan pada usia muda, gagal
jantung akut diakibatkan oleh kardiomiopati dilatasi, aritmia, penyakit jantung
kongenital atau valvular dan miokarditis.2,4 Gagal jantung akut maupun gagal
jantung kronik sering merupakan kombinasi kelainan jantung dan organ sistem
lain terutama penyakit metabolik.2,4 Boleh dikatakan bahwa gagal jantung adalah
bentuk terparah atau fase terminal dari setiap penyakit jantung.3 Oleh sebab itu,
gagal jantung di satu sisi akan dapat dengan mudah dipahami sebagai suatu
sindrom klinis, namun di sisi lain gagal jantung merupakan suatu kondisi dengan
patofisiologis yang sangat bervariasi dan kompleks.5
Gagal jantung akut yang berat merupakan kondisi emergensi dimana
memerlukan penatalaksanaan yang tepat termasuk mengetahui penyebab,
perbaikan hemodinamik, menghilangan kongesti paru, dan perbaikan oksigenasi
jaringan. Perlu pemahaman yang komprehensif mengenai gagal jantung akut ini
demi terlaksananya terapi yang adekuat pada setiap kasus gagal jantung akut.
Penegakkan diagnosis yang baik sangat penting untuk penatalaksanaan
gagal jantung akut. Diagnosis gagal jantung meliputi anamnesis, pemeriksaan

1
fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisik
merupakan modal dasar untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan penunjang
yang terdiri dari foto thoraks, elektrokardiografi, laboratorium,dan
echocardiografi dapat menolong klinisi untuk menegakkan diagnosis yang lebih
baik untuk menangani penderita dengan gagal jantung.
Penatalaksanaan gagal jantung meliputi penatalaksanaan secara umum/
non farmakologi, farmakologi dan penatalaksanaan intervensi. Penatalaksanaan
ini tergantung penyebab gagal jantung yang terjadi, dan fasilitas yang tersedia.
Dengan penatalaksanaan yang baik diharapkan akan terwujud pengurangan angka
morbiditas dan mortalitas yang disebabkan gagal jantung.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Heart failure atau gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak
mampu memompa darah ke jaringan untuk menemuhi kebutuhan metabolisme
tubuh 1. Gagal jantung juga merupakan kumpulan gejala yang kompleks dimana
seorang pasien harus memiliki tampilan berupa: gejala gagal jantung (nafas
pendek yang tipikal saat istirahat atau saat melakukan aktifitas disertai/tidak
kelelahan); tanda retensi cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki);
adanya bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istirahat2.

2.2 Patofisiologi
Gagal jantung adalah suatu keadaan patologis adanya kelainan fungsi
jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh (forward failure) atau kemampuan tersebut hanya dapat terjadi
dengan tekanan pengisian jantung yang tinggi (backward failure). 1
Gagal jantung dapat terjadi karena kelainan kontraktilitas ventrikel
(disfungsi sistolik) atau gangguan relaksasi ventrikel (disfungsi diastolik).1
2.2.1 Disfungsi Sistolik
Disfungsi sistolik ventrikel kiri dapat terjadi karena gangguan
kontraktilitas dam kelebihan beban tekanan (pressure overload).
Tabel 3.1 Penyebab Disfungsi Sistolik Ventrikel Kiri1
A. Gangguan kontraktilitas 1. Infark miokard
2. Iskemia miokard sementara
3. Kelebihan beban volume yang
kronik
a. Regurgitasi mitral
b. Regurgitasi aorta
4. Kardiomiopati dilatasi
B. Kelebihan beban tekanan 1. Stenosis aortic
(pressure overload) 2. Hipertensi yang tidak terkendali

3
Akibat dari gangguan kontraktilitas, isi sekuncup ventrikel berkurang dan
timbulah gejala penurunan curah jantung. Pengosongan ventrikel yang tidak
sempurna akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akibatnya juga terjadi
peningkatan tekanan.
Pada gagal jantung kiri, kenaikan tekanan diastolik diteruskan secara
retrograd ke artium kiri kemudian ke vena dan kapiler paru. Kenaikan tekanan
hidrostatik kapiler paru bila cukup tinggi (melebihi 20mmHg) bisa menyebabkan
transudasi cairan ke dalam intertisium paru, dan menyebabkan keluhan kongesti
paru
Bila ventrikel kanan gagal, kenikan tekanan diastolik diteruskan ke atrium
kanan, selanjutnya timbul bendungan pada vena sistemik dan tanda gagal jantung
kanan. Peningkatan berlebihan beban akhir (afterload) pada ventrikel kanan
seringkali diakibatkan oleh gagal jantung kiri karena adanya peningkatan tekanan
vena dan arteri pulmonalis yang, menyertai disfungsi ventrikel kiri.
Sedangkan pada gagal jantung kanan yang murni (isolated) dimana fungsi
ventrikel kiri normal, lebih jarang ditemukan. Ini sering mencerminkan
peningkatan beban akhir ventrikel kanan akibat penyakit parenkim paru atau
pembuluh paru. Gagal jantung yang berhubngan dengan keadaan ini disebut kor
pulmonal
2.2.2 Disfungsi Diastolik
Pada disfungsi diastolik terjadi filling problem atau masalah pada
pengisian jantung. 40% penderita gagal jantung mempunyai fungsi kontraktilitas
(sistolik) ventrikel yang normal. Banyak dari penderita ini menunjukkan kelainan
fungsi diastolik berupa gangguan relaksasi diastolik dini (yaitu suatu proses yang
aktif dan bergantung pada energi), peningkatan kekakuan dinding ventrikel (sifat
pasif) atau kedua-duanya. Penderita dengan disfungsi diastolik sering
memperlihatkan tanda-tanda bendungan akibat peninggian tekanan diastolik yang
diteruskan ke vena pulmonalis dan sistemik.1

4
2.3 Klasifikasi
Gagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat atau rapid onset
atau adanya perubahan mendadak gejala atau tanda gagal jantung. Gagal jantung
akut merupakan suatu kondisi curah jantung yang menurun secara tiba-tiba yang
dapat menyebabkan penurunan tekanan darah tanpa disertai edema perifer. Dapat
terjadi dengan atau tanpa adanya sakit jantung sebelumnya. Disfungsi jantung bisa
berupa disfungsi sistolik atau disfungsi diastolik, keadaan irama jantung yang
abnormal atau ketidakseimbangan dari preload atau afterload. Gagal jantung akut
dapat berupa new onset atau de novo HF (serangan baru dari gagal jantung akut,
tanpa ada kelainan jantung sebelumnya) atau dekompensasi akut dari gagal
jantung kronik.3
Tabel 3.2 Faktor pencetus dan penyebab gagal jantung akut
Keadaan yang membuat perburukan lebih cepat
1. Takiaritmia atau bradikardi berat/gangguan konduksi
2. Sindrom koroner akut
3. Komplikasi mekanik sindrom koroner akut (misalnya ruptur septum
interventrikuler, ruptur korda katup mitral, infark ventrikel kanan)
4. Emboli pulmonal akut
5. Krisis hipertensi
6. Tamponade jantung
7. Diseksi aorta
8. Masalah bedah dan perioperatif
9. Kardiomiopati peripertum

Keadaan yang membuat perburukan melambat


1. Infeksi (infeksi indokarditis)
2. PPOK eksaserbasi atau asma
3. Anemia
4. Disfungsi ginjal

5
Ketidakpatuhan terhadap obat dan diet
1. Iatrigenik (interaki penggunaan NSAID dan kortikosteroid)
2. Aritmia, bradikardi, gangguan konduksi yang tidak bersifat fatal
3. Hipertensi yang tidak terkontrol
4. Hipertiroid atau hipotoid
5. Penyalahgunaan obat dan alkohol

Klasifikasi gagal jantung akut berdasarkan manifestasi klinis:


a. Gagal jantung dekompensasi (Acute decompensated congestive heart
failure): biasanya ada riwayat perburukan progresif pada pasien yang telah
diketahui gagal jantung yang sedang dalam pengobatan dan bukti adanya
bendungan paru dan sistemik.
b. Gagal jantung akut hipertensif (Acute heart failure with
hypertension/crisis hypertension) : tanda dan gejala gagal jantung disertai
peningkatan tekanan darah dan biasanya fungsi ventrikel kiri masih baik.
Terdapat bukti peningkatan tonus simpatis dengan takikardi dan
vasokonstriksi. Responnya cepat terhadap terapi yang tepat dan mortaliti
rumah sakitnya rendah.
c. Gagal jantung akut dengan edema paru (Acute heart failure with
pulmonary edema): pasien yang datang dengan distress pernafasan berat,
takipnoe, dan ortopnoe, dengan ronki basah halus seluruh lapangan paru.
Saturasi O2 arteri biasanya < 90° pada udara ruangan sebelum diterapi
oksigen.
d. Syok kardiogenik (Cardiogenic shock/ low output syndrome) : adanya
bukti hipoperfusi jaringan akibat gagal jantung setelah dilakukan koreksi
preload dan aritmia mayor. Bukti hipoperfusi organ dan bendungan paru
terjadi dengan cepat.
e. Gagal jantung kanan terisolasi, ditandai dengan adanya sindrom “low out
put” tanpa disertai kongesti paru dengan peninggian tekanan vena jugularis
dengan atau tanpa hepatomgali dan tekanan ventrikel kiri yang rendah

6
f. Sindrom koroner akut dan gagal jantung: banyak pasien gagal jantung
datang dengan gambaran klinis dan bukti laboratoris sindrom koroner
akut. Sekitar 15% pasien dengan sindrom koroner akut memiliki tanda dan
gejala gagal jantung akut. Episode gagal jantung akut biasanya disertai
atau dipresipitasi oleh aritmia (bradikardia, AF, dan VT).
Klasifikasi Gagal Jantung berdasarkan abnormalitas struktural jantung
(ACC/AHA) atau berdasarkan gejala berkaitan dengan kapasitas fungsional
(NYHA).

7
2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat muncul pada pasien gagal jantung yaitu 2

Gejala Tanda
Tipikal Spesifik
- Sesak napas
- Peningkatan JVP
- Ortopneu
- Refluks hepatojugular
- Paroxysmal noctulnal dyspneu
- Suara jantung S3
- Toleransi aktivitas yang
berkurang - Apeks jantung bergeser ke
lateral
- Cepat lelah
- Bising jantung
- Bengkak di pergelangan kaki

Kurang tipikal Kurang tipikal

- Batuk di malam/dini hari - edema perifer

- Mengi - krepitasi pulmonal

- Berat badan bertambah - suara pekak di basal paru


>2kg/minggu
- takikardi
- Berat badan turun (gagal
jantung stadium lanjut) - nadi reguler

- Perasaan kembung /beganh - nafas cepat

- Nafsu makan menurun - hepatomegali

- Perasaan bingung (terutama - ascites


pasien usia lanjut)
- kaheksia
- Depresi

- Berdebar

- Pingsan

Tabel 3.3 Manifestasi Klinis Gagal Jantung

8
2.5 Diagnosis
a. Anamnesis
Adanya keluhan umum berupa fatigue, dispnea, shortness of breath.
Keluhan dapat berupa keluhan saluran pencernaan seperti anoreksia, nausea, dan
rasa penuh. Jika berat dapat terjadi konfusi, disorientasi, serta gangguan pola tidur
dan mood (Alwi et al., 2016).
b. Pemeriksaan Fisik
Sesak dirasakan saat posisi pasien tidur terlentang. Tekanan darah dapat
meningkat pada tahap awal, selanjutnya akan menurun karena disfungsi ventrikel
kiri. Penilaian perfusi perifer, suhu, peninggian tekanan vena jugularis, adanya
murmur sistolik, murmur diastolic, dan irama gallop perlu dideteksi dalam
auskultasi jantung (Alwi et al., 2016).
Kongesti paru ditandai dengan adanya rhonki basah pada kedua basal paru.
Penilaian vena jugularis dapat normal saat istirahat, tetapi dapat meningkat
dengan adanya tekanan pada abdomen (abdominojugular reflux positif). Pada
abdomen, adanya hepatomegali merupakan tanda gagal jantung. Edema
ekstremitas yang umumnya simetris dapat ditemukan (Alwi et al., 2016).
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dikerjakan untuk mendiagnosis adanya
gagal jantung antara lain foto thorax, EKG 12 lead, ekokardiografi, pemeriksaan
darah, pemeriksaan radionuklide, angiografi dan tes fungsi paru (Mariyono and
Santoso, 2007).

9
1. Abnormalitas EKG pada gagal jantung

10
2. Abnormalitas pada Foto thorax gagal jantung

11
3. Ekokardiografi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis gagal
jantung dan/atau disfugsi jantung. Pengukuran fungsi ventrikel untuk
membedakan antara pasien disfungsi sistolik dengan pasien disfungsi
sistolik dengan pasien dengan fungsi sistolik normal adalah fraksi ejeksi
ventrikel (normal>50%)

Diagnosis gagal jantung dapat dilakukan melalui skema berikut:2

Gambar 3.4 Skema Diagnosis Pasien Gagal Jantung

12
2.6 Tatalaksana
Tindakan dan pengobatan pada gagal jantung ditujukan pada
1. Mengurangi preload
Mengurangi beban jantung dan kelebihan cairan

 Diuretika dapat mengurangi beban awal atau preload


Contoh golongan diuretik : tiazid, loop diuretik, diuretika
potasium sparring seperti spironolakton.
 Vasodilator dapat mengurangi beban awal, dilatasi
pembuluh darah, sehingga menyebabkan preload
berkurang, tekanan baji paru, serta tekanan pengisian
ventrikel kiri menurun.
Contoh golongan vasodilator : ACE, Nitrat, Nitrogliserin,
prazosin, dan hidrazalin.

2. Memperkuat kontraktilitas miokard


a. Dopamin diberikan pada gagal jantung dengan tekanan darah
antara 70-100mmHg dengan disertai tand-tanda syok seperti
keringat dingin penurunan kesadaran sebagai akibat hipoperfusi
ke otak. Dopamin dapat bekerja sebagai inotropik dan
vasokonstriktor. Pada dosis 5-10 gama bersifat sebagai
inotropik, sedangkan diatas 10 gama bersifat sebagai
vasokonstriktor
b. Dobutamin diberikan pada gagal jantung dengan tekanan darah
anatara 70-100 tanpa tanda-tanda syok. Dobutamin bekerja
sebagai inotropik pada jantung.
c. Nore-ephinefrin sebagai vasokonstriktor kuat diberikan pada
gagal jantung dengan tekanan darah kurang dari 7-mmHg
dengan tanda-tanda syok
d. Amrinon menyebabkan penurunan tekanan pengisian ventrikel
kiri dan kanan dan meningkatkan curah jantung

13
3. Mengurangi afterload
Mengurangi beban akhir dari jantung dengan cara menurunkan tekanan
di aorta dan pembuluh darah besar lainnya. Obat-obat yang bekerja
menurunkan afterload adalah ACE inhibitor, nitrat, dan morfin
4. Melakukan tindakan dan pengobatan khusus terhadap faktor penyebab
Setelah memperbaiki hemodinamik pada gagal jantung, selanjutnya
penanganan terhadap faktor penyebab harus diatasi untuk menghambat
pregesivitas dari gagal jantungnya. Misalnya melakukan
revaskularisasi koroner pada gagal jantung akibat sindroma koroner
akut, menurunkan tekanan darah secara adekuat pada gagal jantung
akibat hipertensi krisis.

14
Secara ringkas dan praktis skema tatalaksana gagal jantung akut dapat
dilihat skema berikut:

Gambar 3.8 Skema Penatalaksanaan Gagal Jantung.

15
BAB 3. KESIMPULAN

Kesimpulan :
1. Gagal Jantung Akut merupakan suatu kondisi gawat darurat dengan
mortalitas yang tinggi memerlukan penanganan secara cepat dan tepat
2. Pengenalan profil hemodinamik pada gagal jantung akut harus segera
diidentifikasi untuk menentukan strategi pengobatan
3. Prinsip penanganan gagal jantung akut meliputi menurunkan preload dan
afterload, serta menurunkan kontraktilitas.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Rilantono L.I, Baraas F, Karo S.K, dan Roebiono P.S. 2013. Buku Ajar
Kardiologi Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

2. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman


Tatalaksana Gagal Jantung Edisi Pertama. Tidak dipublikasikan.

3. Aaronson and Ward,2010. At a Glance Sistem Kardiovaskular.Edisi ke-3,


Jakarta: Erlangga, pp. 101-74.

4. Betram G. Katzung, Susan B. Masters, Anthony J. Trevor, 2012. Basic and


Clinical Pharmacology. Ed. 13, New York: Mc Graw Hill Education., pp.
211-225.

5. Dunlay Shannon M., Weston Susan A., JacobsenSteven J., and


RogerVéronique L., 2010. Risk Factors for Heart Failure: A Population-
Based Case-Control Study. Am J Med: Vol.122, No. 11, pp. 1028–1023.

6. James C. Coons, Molly McGraw, Srinivas Murali, 2011. Pharmacotherapy for


Acute Heart Failure Syndromes. Am J Health Syst Pharm. Vol. 68 No. 1,
pp. 21-35.

7. Lilly LS., 2011. Phatophysiology of Heart Diseaase, Ed. 15, US: Wolters
Kluwer Health., pp. 229-224.

17

Anda mungkin juga menyukai