(SOP)
KAPASITAS 5 M3/HARI
Pengelolaan air limbah domestik khususnya air kotor dan limbah tinja di Kabupaten
Bangka Selatan berdasarkan tugas pokok dan fungsinya menjadi tanggung jawab DInas
Perumahan dan Kawasan Permukiman Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Bangka
Selatan
Pengelola IPLT untuk saat ini belum memiliki Standard, Operation and Procedure (SOP),
sehingga perlu dilakukan penyusunan SOP agar pelaksanaannya sesuai dengan standar
dan prosedur (SOP) yang berlaku.
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk memberikan arahan dalam operasional dan
pemeliharaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) sehingga proses keberlanjutan
prasarana dan sarana IPLT dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif.
Tujuan kegiatan ini adalah mencapai operasionalisasi IPLT yang sesuai standar sehingga
fungsionalisasi IPLT dapat tercapai.
1.3. SASARAN
Sasaran dari kegiatan ini adalah tersedianya dokumen Operasional dan Pemeliharaan
IPLT.
Lingkup prosedur survey dimulai pada saat petugas melaksanakan survey hingga si
petugas kembali ke kantor untuk pengarsipan data pelanggan.
Diagram alir prosedur survey pelanggan baru dapat dilihat pada lampiran 2.
Diagram alir proses penyedotan tangki septik dapat dilihat pada lampiran 3.
Petugas atau Operator wajib menggunakan alat pelindung diri APD yang sesuai dengan
kebutuhan operasional dilapangan. Selain itu petugas juga diwajibkan mendapat
pelatihan SistemmManajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) .
Untuk petugas lapangan yang bertugas mengelola dan merawt IPLT diwajibkan
menggunakan alat pelindung diri :
1. Helm Pengaman.
2. Kacamata Safety.
5. Baju pelampung .
6. Sepatu Boot.
1. Sikat
2. Sekop.
3. Ember.
4 Pengki.
5. Sapu Ijuk
Sebelum dan sesudah aktivitas operator diwajibkan memeriksa kelayakan dari alat batu
yang dimaksud.
Suatu peralatan agar dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan dan dapat bekerja
pada kapasitas maksimum, perlu mendapatkan perawatan secara teratur. Demikian pula
halnya dengan usia peralatan yang dapat dicapai, sangat bergantung pada bagaimana cara
mesin atau peralatan tersebut diperlakukan.
Pada umumnya truk tinja dibedakan berdasarkan kapasitasnya. Jenis truk tinja yang
sering dipakai adalah:
Sebelum Vacuum Truck dioperasikan (start) perlu diperiksa bagian demi bagian atau
masing-masing komponen maupun perlengkapannya antara lain:
1. Lakukan langkah 1,2, dan 3 dalam “PERSIAPAN UNTUK OPERASI” seperti diatas.
2. Siapkan lubang Manhole tangki septik yang akan disedot.
3. Masukkan selang pengurasan / penghisap ke dalam tangki septik.
4. Tutuplah katup (valve) penyedot dan pembuangan / discharge.Buatlah pompa dalam
keadaan “vacuum” dengan bantuan pompa
5. Pastikan hubungan antara tangki dan pompa vakum dalam kondisi normal.
6. Tunggu sesaat, apabila manometer (pressure gauge) menunjukkan angka Vacuum (0
bar), yaitu minus (-40 psi s/d–0 psi), maka buka valve penyedot / suction valve.
7. Perhatikan tanda masuknya lumpur ke tangki melalui sight glass, apabila ketinggian
sudah mencapai maksimum, tutup kembali valve penyedot.
8. Kemudian matikan pompa vakum
9. Periksa kelengkapan kendaraan untuk persiapan dalam perjalanan dan gulung selang
penyedot pada posisinya semula, untuk kemudian kendaraan dapat segera
dijalankan.
Dalam proses pengurasan maka diperlukan waktu cukup untuk dapat ke kondisi
“VACUUM”, sedangkan pada proses pembuangan aliran pertama akan terjadi secara
gravitasi.
Proses pengisian tangki air bersih dapat dilakukan dengan menggunakan sistem
“Vacuum” seperti cara pengoperasian dalam langkah pengurasan seperti diatas, hanya
pada langkah ke-6, three way valve diputar ke arah water tangki, kemudian drain dibuka
dan melalui selang penyemprotan dapat difungsikan sebagai selang penyedot air bersih.
Dalam penggunaan tangki air/water tank untuk pengisian maupun pembersihan, tidak
diajurkan menggunakan sistem pompa vacuum karena kapasitas pompa yang besar
tekanannya.
Ketentuan umum yang harus dipenuhi untuk pengoperasian dan pemeliharaan IPLT
adalah sebagai berikut:
a. IPLT dilengkapi dengan gambar bangunan
b. Setiap peralatan harus dilengkapi katalog dan daftar operasi dan pemeliharaan
c. Air Iimbah yang diolah adalah lumpur tinja
d. Tersedia influen air Iimbah (lumpur tinja) yang masuk setiap hari ke IPLT
e. Tersedia fasilitas penyediaan air bersih yang memadai
f. Telah diuji coba terhadap pengaliran air (profil hidrolis) dan kebocoran
g. Ada penanggunjawab pengolah air Iimbah yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang
h. Tersedia biaya operasional pemeliharaan yang dialokasikan pada institusi pengelola
i. Masyarakat telah diberi informasi terkait kegiatan di IPLT,
Persyaratan teknis dalam operasional IPLT memuat ketentuan tentang kriteria dan
persyaratan yang harus diikuti untuk mendapatkan efisiensi pengolahan sesuai
dengan yang telah direncanakan. Persyaratan teknis ini meliputi kualitas dan kuantitas
influent lumpur tinja (air limbah) yang akan masuk ke tiap unit pengolahan di dalam IPLT,
waktu retensi (waktu tinggal) lumpur tinja di dalam tiap unit, serta kriteria disain lainnya.
Persyaratan teknis untuk kualitas lumpur tinja yang masuk ke dalam IPLT harus memenuhi:
• Laju/kapasitas lumpur tinja (cairan dan endapan) sebesar 0,5 L/org/hari
• KOB (BOD5) = 5.000 mg/L (maksimum)
Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 12
• TS = 40.000 mg/L
• TVS = 2.500 mg/L
• TSS = 10.000 mg/L
• Bakteri E coli = 10 7 MPN/100 ml.
Pengolahan lumpur tinja yang digunakan pada IPLT menggunakan pengolahan secara
biologis dengan memanfaatkan mikroba untuk menguraikan material organik yang berada
didalamnya. Mikroba sebagai makhluk hidup menggunakan lumpur tinja sebagai sumber
nutrien untuk hidup dan berkembang biak.
-
Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 13
Persiapan Kolam Anaerobik
• Masukkan lumpur tinja hingga penuh. Selama pengisian perlu diperhatikan agar
tidak terjadi pergolakan aliran.
• Tambahkan bibit mikrooganisme (dapat berupa buangan resapan tangki septik
atau lumpur stabil dan unit digeser dan sistem pengolahan air Iimbah konvensional )
• Biarkan selama seminggu agar bakteri pembentuk asam dapat tumbuh dan
berkembang, atau sebulan bila tidak dilakukan penambahan bibit. Selama waktu
tersebut tidak boleh ada aliran yang keluar (efluen). Untuk sementara aliran air
Iimbah masuk dapat di by pass ke Bak Pengering Lumpur (SDB). Setelah waktu
tersebut pengoperasian rutin dapat dilaksanakan dimana air Iimbah dapat dialirkan
secara kontinyu dan effluent dapat dibuka.
• Amati perkembangan endapan lumpur yang terjadi dengan mencatat kenaikan
endapan lumpur untuk setiap penambahan lumpur tinja (m/m3).
• Ambil sampel endapan lumpur terbawah setelah ketebalan Iumpur rnencapai
zona netral
• Lakukan analisis kandungan KOB (Kebutuhan Oksigen Biologis) dan Suspended
Solid (SS) dalam sampel endapan lumpur
Beberapa tipe saringan yang sering digunakan padapengolahan limbah dapat dilihat
pada Tabel 3. Saringan batang juga digunakan untuk melindungi pompa, katup,
perpipaan dan perlengkapan lainnya dari kerusakan akibat penyumbatan kotoran.
Operasional pasokan (unloading) lumpur tinja dari truk ke dalam Bak Pengumpul
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
• Masukkan limbah cair ke dalam bak penyaring/sistem inlet.
• Amati aliran air yang mengalir ke dalam bak, apabila tidak lancar maka harus segera
bersihkan screen/penyaring dari kotoran yang menyumbat.
• Hasil buangan kotoran yang menyumbat di Bak Pengumpul ditampung di
keranjang sampah, kemudian dibuang ke tempat pembuangan sampah.
Pada saat proses unloading lumpur tinja selesai, perlu dilakukan sebagai berikut:
a. Untuk bar screen (manual) secara periodik dibersihkan dari benda-benda yang
tertahan di kisi-kisinya.
b. Sampah dan limbah padat lainnya diambil dengan menggunakan tongkat kait atau
sejenisnya.
c. Sampah yang sudah diambil, dibuang ke tempat sampah.
d. Siram sisa lumpur yang masih tertinggal di Bak Pengumpul dengan air bersih, sehingga
tidak ada lagi lumpur yang tersisa.
Lamanya waktu yang diperlukan untuk mengeringkan lumpur pada bak pengering
lumpur 5 hari /tergantung intensitas penyinaran, atau bila lumpur kering mempunyai
kadar air maksimal 25%, (tergantung dari ketebalan lumpur yang tertampung).
Lantai dasar SDB dibuat dengan kemiringan 5-10 % diharapkan cairan yang masih ada
di lumpur atau padatan tersebut dapat mengalir dan melewati saluran air yang ada di
bagian samping SDB dan menuju ke kolam equalisasi
Apabila lumpur yang ditampung dalam bak pengering lumpur sudah kering, maka
lumpur tersebut dapat diangkat dan dimasukan kedalam kemasan secara periodik dan
diangin-anginkan di gudang lumpur kering/ hanggar kompos selama 3 – 5 hari, setelah
itu dapat digunakan sebagai pupuk dan campuran bahan penimbun lahan yang
memerlukan urugan.
Pemindahan padatan lumpur dari kolam SSC ke kolam SDB dilakukan dengan cara
manual, menggunakan sekop, mengangkat lapisan lumpur diatas permukaan pasir dan
dipindahkan ke bak SDB.
Kemungkinan lapisan pasir akan terbawa oleh padatan lumpur , sehingga perlu
penambahn lapisan pasir di kolam SSC
Volume Lumpur
Volume lumpur bergantung pada kandungan airnya. Sebagai contoh lumpur yang
terdiri dari 90% air dan 10% materi padatan akan disebut lumpur 10%. Kuantitas
lumpur yang memasuki suatu sistem pengolahan akan berfluktuatif sehingga faktor-
faktor seperti rata-rata aliran lumpur maksimum dan kapasitas penyimpanan dari unit
pengolahan harus diperhatikan saat mendesain sebuah IPLT.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian dan pemeliharaan SDB, adalah:
• Ketebalan lumpur di dalam setiap sel bak pengering harus selalu dijaga setebal 0,2-0,3
m
• Pengisian bak pengering lumpur dilakukan secara bertahap .
• Pengambilan lumpur kering dari setiap bak pengering dilakukan setelah lumpur
menetap selama 5 hari setelah waktu pengisiannya atau kadar air <25%.
Pada area SSC dan SDB ditambahkan penutup (kanopi transparan ) supaya selama
lumpur kering belum tetap terlindung dari hujan namu masih terkena sinar matahari.
Didalam kolam equalisasi terjadi proses pemisahan padatan yang terbawa cairan lumpur
tinja diharapkan mengendap dan cairan minyak atau lemah akan tertahan di kolam
equalisasi. Sehingga beban padatan dan minyak/lemak yang masukke kolam anaerobic
dapat dikurangi.
Di dalam kolam equalisasi petugas / operator IPLT wajib memeriksa dan membersihkan
lumpur/ padatan dan miyak yang tertinggal di kolam equalisasi . Lumpur/padatan tersebut
dapat dimasukan dalam kolam SSC sehingga terjadi proses penyaringan padatan lagi.
Namun demikian padatan yang masuk ke kolam anaerobic masih ada dalam jumlah yang
relative lebih sedikit. Lumpur yang dihasilkan di kolam anaerobik harus diangkat dan
dipindahkan ke bak pengering lumpur pada periode tertentu. Lumpur diangkat dengan
menggunakan pompa portable atau menggunakan truk tinja yang tidak sedang beroperasi
penyedotan tangki septik.
Hal yang harus diperhatikan pada Kolam Anaerobik dan Kolam Fakultatif adalah:
a. Inlet dan outlet harus dijaga kelancaran pengolahannya, dimana inlet harus bebas
dari lumpur
b. Alga yang terbentuk tidak boleh tinggal dan harus dibuang dari permukaan
karena berpotensi menimbulkan bau
c. Tidak boleh adanya tumbuhan/tanaman keras disektiar tanggul kolam, namun
rumput boleh asalkan disekeliling tanggul.
d. Pencatatan debit, kualitas efluen, inlet dan outlet dilakukan agar proses dapat
dikontrol dari segi kualitas (efluen, beban aliran hidrolik dan organik) maupun
kuantitas (antisipasi kebocoran, dsb)
e. Pemeriksaan rutin terhadap kerusakan tanggul akibat gangguan binatang, dan
apabila perlu ditambah dengan perangkap binatang
1. Bila terjadi bau pada kolam 1. Hal ini biasanya terjadi akibat akumulasi busa
fakultatif (scum) dan khususnya meningkatnya produksi alga
(biru). Hal ini terjadi akibat kondisi anaerobik
mendominasi proses dalam sistem. Bentuk itu dapat
dicegah dengan membersihkan buih (scum) dan alga
yang tumbuh di permukaan air/pinggiran kolam.
2. Bila pH < 7 maka tambahan kapur pada inletnya.
2. Tingkat perembesan yang tinggi Kondisi yang terjadi pada sebagian besar dasar kolam,
pada kolam pengoperasian. umumnya akan tertutupi dengan sendirinya. Namun
demikian bila keadaan kedap dengan sendirinya tidak
dapat terjadi.
Maka kolam memerlukan adanya pemutusan dan
proteksi dari bahan yang tidak meluluskan air
(impermeable). Misalnya lapisan plastik, soil, cement dll.
Alternatif lainnya dapat juga dilakukan penutupan
(sealing) secara menyeluruh dengan tanah liat (clay)
dengan melapisinya di dasar kolam.
3. Tanaman yang tumbuh selama Semua jenis tanaman harus dijauhkan/ dibuang dari
kolam akan disisi dasar kolam sebelum diisi. Kolam terakhir kedalaman
cairan (air) harus lebih besar dari 1 meter. Bila
memungkinkan kolam harus diisi secepatnya. Beberapa
tanaman yang tumbuh dipermukaan air kolam selama
pada masa pengisian harus dibuang.
6. Lubang hewan dan serangga Lubang yang ada harus ditutup, hindarkan keberadaan
pada tanggul kolam. makanan hewan yang mungkin tumbuh disekitar
instansi pengolahan air limbah. Perangkap atau racun
serangga bila diperlukan dapat dipakai dengan
melakukan penyemprotan secara hati-hati.
7. Gangguan hewan terbang atau Agar diusahakan kolam dan bagian pinggir kolam
nyamuk. kondisinya bersih dari tumbuhan liar. Demikian juga
khususnya untuk kolam fakultatif dan maturasi harus
bebas dari buih/ busa/alga yang terakumulasi
dipermukaan. Semprot dengan air bertekanan tinggi
dipermukaan air tersebut.
9. Terjadinya aliran pendek yang Perbaiki sistem aliran (sirkulasi) dengan menambahkan
mengakibatkan efesiensi inlet atau outlet dengan penyekat (baffle). Perbaiki
treatment rendah atau timbul sistem sirkulasi arah air bila mungkin dan bersihkan
bau. lumpur (bila diperlukan) serta daur ulang (bila perlu).
Operasional
Didalam kolam wetland ketinggian air di kondisikan kedalamanya 60cm dari permukaan
sehingga cahaya matahari mampu mencapai dasar kolam, dan kolam wetland diisi
dengan lapisan kerikil setinggi 20 cm dan diberi tanaman air ( melati air , teratai, eceng
gondok, dsb), dan ikan air tawar ( gabus, nila,lele) yang berfungsi sebagai indicator air
dan rantai biologis ,sebelum air lumpur tinja dibuang ke badan air.
Didalam kolam wetland diharapkan terjadi prose penurunan parameter (BOD, COD,TSS,
NH3,TDS, E Colli, Minyak dan Lemak, serta logam berat.
Pemeliharaan.
1. Petugas /operatoe IPLT wajib secara rutin dan berkala memeriksa dan mencatat
kondisi fisik parameter air yang ada di dalam kolam Wetland,
2. Memeriksa dan memastikan saluran inlet maupun outlet di kolam wetland berfungsi
dengan baik.
4. Menjaga populasi tanaman dan ikan yang ada di kolamsehingga tidak terjadi over
populasi di kolam wetland .
Operasional
Desinfektan yang digunakan pada prose IPLT ini adala Khlorin Tablet
Digunakan untuk membunuh bakteri terutama E Coli yang masih ada di cairan lumpur
tinja setelah melalui proses pengolahan di biologis di kolam kolam IPLT.
Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 27
Penggunaannya dengan memasukan Khlorin Tablet kedalam wadah berupa Pipa PVC
ukuran 4 inchi dan diletakan di salutran outlet kolam wetland, diharapkan terjadi
contack flow cairan lumpur tinja yang keluar dari wetland melewati khlorin tablet.
Pemeliharaan.
1. Memeriksa secara rutin dan memastikan tidak ada yang tersumbat saluran inlet dan
outlet di tabung desinfektan.
2. Memeriksa dan menjaga ketersediaan Klorin tablet selalu ada didalam tabung.
3. Memeriksa parameter air yang keluar dari desinfektasn sebelum dibuang atau
menuju badan air penerima.
Sarana-sarana IPLT
4.4.2. Laboratorium
Laboratorium adalah sarana untuk memantau kualitas air limbah dengan memeriksa
parameter-parameter penting seperti parameter fisik, kimia dan biologi. Untuk beberapa
kota/kabupatentidak menyediakan sarana laboratorium, tetapi fungsi pemantauan
diserahkan kepada BLHD, ataumenggunakan jasa dari laboratorium pihak luar yang telah
terakreditasi.
Jika dirasa perlu untuk menggunakan pompa lumpur khusus (bukan dari truk tinja), maka
jenis pompa yang digunakan untuk lumpur tinja sebaiknya jenis “submersible non
clogging” khusus untuk air limbah. Kelebihan pompa ini adalah dapat memindahkan
Keterangan:
Pemeriksaan dan pemeliharaan komponen pompa hanya dapat dilakukan bila hubungan
listrik sudah diputuskan. Gunakan sarung tangan bila bekerja dengan pelumas dan
minyak, jangan merokok dekat api. Beberapa masalah yang dapat timbul saat operasi
pompa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6. Lembar Pemantauan Pengujian Kuantitas Dan Kualitas Air Limbah Pada IPLT
Sub Sistem dan Parameter yang Keteranga
Satuan Spesifikasi Frekuensi
Diuji n
Air limbah Baku
1 hari-
- Debit rata-rata m3/hari sesuai desain 1kali
1 hari-
- pH - 6 s/d 8 1kali
1 hari-
- SS mg/l <3000 1kali
30hari-
- SS endapan 30 menit mg/l - 1kali
30hari-
- VSS endapan 30 menit mg/l - 1kali
30hari-
- kadar air endapan 30 menit % - 1kali
- BOD - <8000 7hari-1kali
- COD / BOD mg/l <2 7hari-1kali
Bak Pengumpul + Bar Screen
15hari-
- Kotoran screening m3/hari - 1kali
1 hari-
- Kecepatan aliran m/det 0.30 -0,60 1kali
Kolam Anaerobik/ ABR
- DO mg/l 0 1hari-1kali
30hari-
- Efesisnsi pemisahan BOD % 40-60 1kali Per unit
kepadata
- Buih n tdk sampai padat 7hari-1kali
Kolam Fakultatif + Maturasi
- MLDO mg/l >0,50 1hari-1kali
- Jenis Biologi yang dominan - chicrela 7hari-1kali