Anda di halaman 1dari 33

STANDAR OPERASIONAL DAN PEMELIHARAN

(SOP)

INSTALASI PENGOLAH LUMPUR TINJA


(IPLT)

KAPASITAS 5 M3/HARI

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 1


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Penanganan limbah domestik untuk sistem on site khususnya lumpur tinja diantaranya
melalui penyedotan atau pengurasan tangki septik.Lumpur tinja yang sudah disedot dari
tangki septik dibawa oleh truk tinja menuju instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT).

Pengelolaan air limbah domestik khususnya air kotor dan limbah tinja di Kabupaten
Bangka Selatan berdasarkan tugas pokok dan fungsinya menjadi tanggung jawab DInas
Perumahan dan Kawasan Permukiman Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Bangka
Selatan

Pengelola IPLT untuk saat ini belum memiliki Standard, Operation and Procedure (SOP),
sehingga perlu dilakukan penyusunan SOP agar pelaksanaannya sesuai dengan standar
dan prosedur (SOP) yang berlaku.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk memberikan arahan dalam operasional dan
pemeliharaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) sehingga proses keberlanjutan
prasarana dan sarana IPLT dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif.

Tujuan kegiatan ini adalah mencapai operasionalisasi IPLT yang sesuai standar sehingga
fungsionalisasi IPLT dapat tercapai.

1.3. SASARAN
Sasaran dari kegiatan ini adalah tersedianya dokumen Operasional dan Pemeliharaan
IPLT.

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 2


1.4. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penyusunan operasi dan pemeliharaan ini meliputi:
1. Pelayanan Pengurasan Tangki Septik, yaitu mulai dari proses pendaftaran atau
permintaan pelanggan melalui telepon atau datang langsung ke kantor pengelola
hingga proses pembayaran retribusi.
2. Operasional Pengurasan Tangki Septik, meliputi kegiatan awal truk tinja berangkat
dari kantor pengelola hingga kembali lagi ke kantor.
3. Operasional Pembuangan Lumpur Tinja, meliputi proses dari pencatatan di pos jaga
hingga pembersihan truk tinja.
4. Operasi dan Pemeliharaan Truk Tinja, meliputi kegiatan operasi truk tinja dalam
proses pengurasan tangki septik hingga pemeliharaan unit truk dan pompanya.
5. Persiapan Operasional IPLT, merupakan kegiatan yang harus dipersiapkan sebelum
tahap operasional IPLT berjalan.
6. Operasi dan Pemeliharaan IPLT, merupakan tahapan kegiatan yang harus dilakukan
dalam operasional unit pengolahan IPLT, sesuai dengan sistem dan teknologi yang
digunakan di IPLT tersebut.
7. Operasi dan Pemeliharaan Sarana Penunjang IPLT, yaitu fasilitas atau alat-alat yang
pada umumnya tidak ikut aktif secara langsung melakukan pengolahan tetapi turut
melancarkan fungsi instalasi.
8. Pemantauan IPLT, merupakan tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan pengelola
setelah kegiatan operasional IPLT berjalan.
9. Biaya Operasi dan Pemeliharaan, meliputi biaya kegiatan rutin (gaji pegawai, listrik
dan BBM) hingga biaya pemeliharaan unit pengolahan IPLT.

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 3


BAB II
STANDAR OPERASI DAN
PELAYANAN
2.1. PROSEDUR PELAYANAN PENYEDOTAN TANGKI SEPTIK
Pelayanan penyedotan tangki septik merupakan kegiatan awal dalam proses pengelolaan
lumpur tinja. Lingkup proses pelayanan penyedotan dimulai pada saat registrasi atau
pendaftaran pelanggan hingga penyerahan biaya retribusi dari petugas penyedotan ke
bagian administrasi.

Prosedur pelayanan penyedotan tangki septik didalamnya terdapat prosedur mengenai:


1. Prosedur survey pelanggan baru
2. Prosedur penyedotan tangki septik
3. Prosedur pembuangan lumpur tinja

Diagram alir proses penyedotan dapat dilihat pada lampiran 1.

2.1.1. Prosedur Survey Pelanggan Baru


Survey pelanggan baru dilakukan ketika pelanggan telah mendaftarkan diri untuk
dilakukan penyedotan tangki septik. Survey ini harus dilakukan untuk meninjau kondisi
lapangan dan kemungkinan truk tinja dapat melayani penyedotan tangki septik. Jika
lokasi pelanggan tidak dapat diakses oleh truk tinja, maka petugas survey dapat langsung
membatalkan pelayanan penyedotan tangki septik.

Lingkup prosedur survey dimulai pada saat petugas melaksanakan survey hingga si
petugas kembali ke kantor untuk pengarsipan data pelanggan.

Diagram alir prosedur survey pelanggan baru dapat dilihat pada lampiran 2.

2.1.2. Prosedur Penyedotan Tangki Septik


Pada saat pelanggan sudah disurvei dan siap untuk dilayani penyedotan tangki septik,
maka pengelola IPLT mulai melaksanakan operasional. Lingkup proses kegiatan dimulai
Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 4
pada saat supir truk tinja telah berada di rumah pelanggan hingga proses petugas
meninggalkan rumah pelanggan.

Diagram alir proses penyedotan tangki septik dapat dilihat pada lampiran 3.

2.1.3. Prosedur Pembuangan Lumpur Tinja Ke IPLT


Setelah proses pengurasan tangki septik selesai dilakukan, maka sopir akan membawa
dan membuang lumpur tinja ke IPLT. Pada saat tiba di IPLT, prosedur pembuangan
lumpur tinja dimulai pada saat petugas IPLT mencatat truk tinja yang masuk truk tinja
meninggalkan IPLT.

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 5


BAB III
OPERATOR DAN PEMELIHARAAN
ALAT DAN TRUK TINJA
3.1. UMUM
Operator / Petugas yang dilibatkan di dalam operasional IPLT terdiri dari Petugas
Administrasi, Petugas laboratorium, Driver dan Pembantu Driver Truck Tangki, Petugas
Lapangan, dan Penjaga Malam.

Petugas atau Operator wajib menggunakan alat pelindung diri APD yang sesuai dengan
kebutuhan operasional dilapangan. Selain itu petugas juga diwajibkan mendapat
pelatihan SistemmManajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) .

Untuk petugas lapangan yang bertugas mengelola dan merawt IPLT diwajibkan
menggunakan alat pelindung diri :

1. Helm Pengaman.

2. Kacamata Safety.

3. Sarung Tangan Karet

4. Kaos Lengan Panjang dan Celana / Wearpack.

5. Baju pelampung .

6. Sepatu Boot.

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 6


Selain itu operator /petugas juga mendapatkan atau menggunakan alat bantu kerja
berupa ;

1. Sikat

2. Sekop.

3. Ember.

4 Pengki.

5. Sapu Ijuk

Sebelum dan sesudah aktivitas operator diwajibkan memeriksa kelayakan dari alat batu
yang dimaksud.

Suatu peralatan agar dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan dan dapat bekerja
pada kapasitas maksimum, perlu mendapatkan perawatan secara teratur. Demikian pula
halnya dengan usia peralatan yang dapat dicapai, sangat bergantung pada bagaimana cara
mesin atau peralatan tersebut diperlakukan.

Pada umumnya truk tinja dibedakan berdasarkan kapasitasnya. Jenis truk tinja yang
sering dipakai adalah:

1. Truk tinja kapasitas 3 m3


2. Truk tinja kapasitas 4 m3

Pada bagian ini secara sederhana


diberikan uraian mengenai prinsip
kerja truk tinja (jenis Vacuum
Truck) yang sudah umum
digunakan dalam rangka untuk
pengoperasian dan perawatan. Pengoperasian dan perawatan Vacuum Truck yang
menyalahi dari petunjuk mengakibatkan peralatan tidak bekerja secara sempurna dan
dapat mempersingkat usia pakai peralatan tersebut. Untuk memudahkan pengertian
bagian-bagian dari Vacuum Truck dapat dilihat gambar dibawah ini.

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 7


Gambar 3.1. Bagian-bagian Truk Tinja

Sebelum Vacuum Truck dioperasikan (start) perlu diperiksa bagian demi bagian atau
masing-masing komponen maupun perlengkapannya antara lain:

 Periksa isi oli pada Kompresor Udara.


 Periksa klem penjepit slang penyedot dan pembuangan serta klem oli pelumas ke
pompa vakum.
 Periksa perlengkapan kendaraan.
 Pada saat operasi posisi rem tangan harus dipergunakan.
 Selama operasi berlangsung, jangan menginjak pedal gas kendaraan secara berlebihan
karena operasi cukup dengan putaran mesin idle.
 Bila operasi penggunaan sistem pompa vakum selesai maka mesin vakum harus
dimatikan.
3.2. LANGKAH-LANGKAH PENGOPERASIAN
Untuk mengoperasikan Vacuum Truck yang tepat dan benar adalah penting untuk
memperoleh hasil kerja secara efektif dan efisien. Oleh karena itu operator (pengemudi

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 8


dan mekanik) harus benar-benar mengerti dan memahami petunjuk yang diberikan
sebelum memulai operasi.

Persiapan Untuk Operasi


1. Hentikan kendaraan pada tempat yang rata dan keras
2. Hidupkan mesin kendaraan pada putaran rendah / idle.
3. Hidupkan pompa vakum

Cara Kerja Pengurasan


Pada saat pengurasan, langkah prinsip yang dilakukan terdiri dari:

1. Lakukan langkah 1,2, dan 3 dalam “PERSIAPAN UNTUK OPERASI” seperti diatas.
2. Siapkan lubang Manhole tangki septik yang akan disedot.
3. Masukkan selang pengurasan / penghisap ke dalam tangki septik.
4. Tutuplah katup (valve) penyedot dan pembuangan / discharge.Buatlah pompa dalam
keadaan “vacuum” dengan bantuan pompa
5. Pastikan hubungan antara tangki dan pompa vakum dalam kondisi normal.
6. Tunggu sesaat, apabila manometer (pressure gauge) menunjukkan angka Vacuum (0
bar), yaitu minus (-40 psi s/d–0 psi), maka buka valve penyedot / suction valve.
7. Perhatikan tanda masuknya lumpur ke tangki melalui sight glass, apabila ketinggian
sudah mencapai maksimum, tutup kembali valve penyedot.
8. Kemudian matikan pompa vakum
9. Periksa kelengkapan kendaraan untuk persiapan dalam perjalanan dan gulung selang
penyedot pada posisinya semula, untuk kemudian kendaraan dapat segera
dijalankan.

Cara Kerja Pembuangan


Pada saat pembuangan, sistem sirkulasi pada peralatan vakum dapat dikemukakan
sebagai berikut :
1. Lakukan langkah 1,2, dan 3 dalam “PERSIAPAN UNTUK OPERASI” seperti diatas.
2. Siapkan selang pembuangan ke dalam unit penerima/pengumpul (Kolam penampung
awaldi area Kolam SSC) .
3. Normalkanlah tekanan dalam tangki sesuai dengan tekanan sekitar 1bar.
4. Pastikan hubungan antara pompa vakum dan tangki dalam keadaan normal.
5. Buka valve pembuangan, pastikan tekanan pada pressure gauge tidak lebih dari 20
psi diatas nol pada saat pembuangan.
6. Apabila langkah pembuangan sudah selesai, maka tutup kembali valve pembuangan.
Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 9
7. Matikan pompa vakum
8. Periksa kelengkapan kendaraan untuk persiapan dalam perjalanan dan gulung
selang pembuangan pada posisi semula, untuk kemudian kendaraan dapat segera
dijalankan.

Dalam proses pengurasan maka diperlukan waktu cukup untuk dapat ke kondisi
“VACUUM”, sedangkan pada proses pembuangan aliran pertama akan terjadi secara
gravitasi.

Operasi Pencucian Peralatan


Setelah pengoperasian bila diperlukan untuk peralatan dan bagian-bagian kendaraan
serta ujung dari selang yang kotor, maka dapat menggunakan air pada tangki air
pembersih/Water Tank yang dapat diisi melalui lubang pengisian/Brether Cup dengan air
bersih.
1. Lakukan langkah 1,2, dan 3 dalam “PERSIAPAN UNTUK OPERASI” seperti diatas.
2. Putar valve mesin vacuum pada posisi “PRESSURE”.
3. Putar Valve yang menghubungkan sistem sirkulasi pressure ke tangki air/water tank,
ke arah “on”.
4. Buka drain dan bersihkan dengan semprotan air dapat juga dilakukan.
5. Apabila proses pencucian telah selesai, injak pedal kopling dan matikan pompa
vakum.

Proses pengisian tangki air bersih dapat dilakukan dengan menggunakan sistem
“Vacuum” seperti cara pengoperasian dalam langkah pengurasan seperti diatas, hanya
pada langkah ke-6, three way valve diputar ke arah water tangki, kemudian drain dibuka
dan melalui selang penyemprotan dapat difungsikan sebagai selang penyedot air bersih.
Dalam penggunaan tangki air/water tank untuk pengisian maupun pembersihan, tidak
diajurkan menggunakan sistem pompa vacuum karena kapasitas pompa yang besar
tekanannya.

3.3. ARAHAN PEMELIHARAAN DAN PENANGGULANGAN GANGGUAN


Berikut ini beberapa petunjuk mengatasi kemungkinan adanya gangguan saat operasi dan
cara penanggulangannya.

3.3.1. Pompa Vacuum Tidak Berputar


Kemungkinan penyebabnya:

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 10


- Posisi Switch belum ”ON” sehingga pompa vacuum belum bekerja.
- Kabel mesin vacuum putus dan tidak berfungsi.
- Sirkulasi oli pelumas pompa tidak bekerja. Oli pada habis atau tidak ada sama
sekali, juga kemungkinan oli sudah kotor dan perlu penggantian dengan membuka
plug.
- Pompa vacuum terlalu panas, karena terlalu lama beroperasi.

3.3.2. Sirkulasi Sistem Pengurasan dan Pembuangan tidak Bekerja


Kemungkinan penyebabnya:
 Pompa vacuum tidak berputar (penyebabnya seperti item 1 diatas).
 Jumlah aliran oli pelumas terlalu banyak , atur penyetel valve pompa
 Ada kebocoran pada sistem pipa, fleng atau clem selang, dengan pengencangan
pada baut-bautnya.
 Terdapatnya jebakan air pada mesin vacuum dengan membuang air rembesan
tersebut melalui plug.
 Suction filter kotor, yaitu dengan membuka flange penutup untuk
membersihkannya.
 Ujung selang pada saat menyedot dalam tangki septik mampat oleh kotoran.

3.3.3. Penggantian Suku Cadang


Bila gangguan yang terjadi disebabkan oleh rusaknya bagian-bagian tertentu dari truk
tinja dan tidak dapat diperbaiki lagi, maka perlu dilakukan penggantian suku cadang.
Pada saat kita membeli truk tinja untuk investasi, maka perlu dipertimbangkan
kemudahan memperoleh suku cadang truk tersebut dan dimana saja suku cadang
tersebut dapat diperoleh. Ada baiknya memiliki persediaan beberapa suku cadang truk
tinja yang diketahui mudah rusak untuk mengantisipasi terhentinya pengoperasian truk
tinja. Selain suku cadang truk tinja perlu pula diadakan persediaan suku cadang pompa
yang digunakan untuk menghisap lumpur tinja.

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 11


BAB IV
OPERASI DAN PEMELIHARAAN
IPLT
4.1. UMUM
Pengoperasian instalasi pengolahan air lumpur tinja (IPLT) mengacu pada Petunjuk Teknis
No. CT/AL/Op-TC/003/98 tentang Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam. Ruang
lingkup dalam petunjuk teknis ini memuat ketentuan teknis dan cara persiapan
pengoperasian, pelaksanaan pengoperasian, pelaksanaan pemeliharaan dan pelaksanaan
pengendalian IPLT.

Ketentuan umum yang harus dipenuhi untuk pengoperasian dan pemeliharaan IPLT
adalah sebagai berikut:
a. IPLT dilengkapi dengan gambar bangunan
b. Setiap peralatan harus dilengkapi katalog dan daftar operasi dan pemeliharaan
c. Air Iimbah yang diolah adalah lumpur tinja
d. Tersedia influen air Iimbah (lumpur tinja) yang masuk setiap hari ke IPLT
e. Tersedia fasilitas penyediaan air bersih yang memadai
f. Telah diuji coba terhadap pengaliran air (profil hidrolis) dan kebocoran
g. Ada penanggunjawab pengolah air Iimbah yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang
h. Tersedia biaya operasional pemeliharaan yang dialokasikan pada institusi pengelola
i. Masyarakat telah diberi informasi terkait kegiatan di IPLT,

Persyaratan teknis dalam operasional IPLT memuat ketentuan tentang kriteria dan
persyaratan yang harus diikuti untuk mendapatkan efisiensi pengolahan sesuai
dengan yang telah direncanakan. Persyaratan teknis ini meliputi kualitas dan kuantitas
influent lumpur tinja (air limbah) yang akan masuk ke tiap unit pengolahan di dalam IPLT,
waktu retensi (waktu tinggal) lumpur tinja di dalam tiap unit, serta kriteria disain lainnya.

Persyaratan teknis untuk kualitas lumpur tinja yang masuk ke dalam IPLT harus memenuhi:
• Laju/kapasitas lumpur tinja (cairan dan endapan) sebesar 0,5 L/org/hari
• KOB (BOD5) = 5.000 mg/L (maksimum)
Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 12
• TS = 40.000 mg/L
• TVS = 2.500 mg/L
• TSS = 10.000 mg/L
• Bakteri E coli = 10 7 MPN/100 ml.

Bila parameter-parameter influent lumpur tinja yang masuk ke IPLT melebihi


konsentrasi tersebut, maka diperlukan pengenceran dengan persyaratan:
• Bahan yang digunakan sebagai pengencer tinja dapat menggunakan air sungai atau
air pengencer lain dengan konsentrasi KOB (BOD5) maksimal 10 mg/L.
• Kadar minyak dan lemak tinggi dan influent pada kolam stabilisasi fakultatif dengan
KOB yang melebihi 400 mg/L.

Pengolahan lumpur tinja yang digunakan pada IPLT menggunakan pengolahan secara
biologis dengan memanfaatkan mikroba untuk menguraikan material organik yang berada
didalamnya. Mikroba sebagai makhluk hidup menggunakan lumpur tinja sebagai sumber
nutrien untuk hidup dan berkembang biak.

4.2. PERSIAPAN OPERASIONAL IPLT

Persiapan Sludge Separation Chamber (SSC)


Sebelum dioperasikan, lakukan proses pengujian hidrolik dengan mengalirkan air
kedalam unit pengolahan, meliputi:
a. Uji aliran, apakah air dapat mengalir dengan baik, lalu ukur perbedaan elevasi muka
air pada titik inlet dan outlet dimana muka air outlet harus lebih rendah, uji
pemerataan aliran dalam media dengan memasukkan tracer berwarna pada air
influen, tracer biasanya digunakan larutan KMnO4 atau zat warna lain.
b. Uji kebocoran, dengan cara menghentikan aliran dan beri tanda muka air tertinggi,
air didiamkan dalam unit pengolahan minimal 24 jam, lalu dilihat apakah terjadi
penurunan muka air atau tidak. Ulangi pengujian, minimal 2 kali dengan cara yang
sama untuk memastikan bahwa unit pengolahan tidak mengalami kebocoran. Bila
terjadi kebocoran lakukan pembongkaran media, unit pengolahan dikeringkan dan
dilapis dengan cat Waterproof.

-
Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 13
Persiapan Kolam Anaerobik
• Masukkan lumpur tinja hingga penuh. Selama pengisian perlu diperhatikan agar
tidak terjadi pergolakan aliran.
• Tambahkan bibit mikrooganisme (dapat berupa buangan resapan tangki septik
atau lumpur stabil dan unit digeser dan sistem pengolahan air Iimbah konvensional )
• Biarkan selama seminggu agar bakteri pembentuk asam dapat tumbuh dan
berkembang, atau sebulan bila tidak dilakukan penambahan bibit. Selama waktu
tersebut tidak boleh ada aliran yang keluar (efluen). Untuk sementara aliran air
Iimbah masuk dapat di by pass ke Bak Pengering Lumpur (SDB). Setelah waktu
tersebut pengoperasian rutin dapat dilaksanakan dimana air Iimbah dapat dialirkan
secara kontinyu dan effluent dapat dibuka.
• Amati perkembangan endapan lumpur yang terjadi dengan mencatat kenaikan
endapan lumpur untuk setiap penambahan lumpur tinja (m/m3).
• Ambil sampel endapan lumpur terbawah setelah ketebalan Iumpur rnencapai
zona netral
• Lakukan analisis kandungan KOB (Kebutuhan Oksigen Biologis) dan Suspended
Solid (SS) dalam sampel endapan lumpur

Persiapan/ Pembibitan pada Kolam Stabilisasi Fakultatif


Uji coba kolam fakultatif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a) Metode kultur
• Isikan air tawar biasa kedalaman kolam sesuai ketinggian yang ditetapkan
(sampai bawah posisi pipa outlet).
• Tambahkan kultur algae sebagai bibit
• Jaga ketinggian permukaan air setiap hari dengan menambah air lirnbah
baku secukupnya ke dalam kolam.
• Setelah pertumbuhan algae cukup banyak ( beberapa hari kemudian ), sejumlah
air limbah baku perlu ditambahkan ke dalam kolam hingga kedalaman operasi
yang direncanakan
• Biarkan selama 2-3 hari tanpa adanya pengaliran effluent
• Kolam siap dioperasikan secara kontinyu dengan mengalirkan air limbah baku
secara terus menenerus dan membuka aliran pada pipa outlet.
b) Metode alami:
• Isikan air limbah baku ke dalam kolam hingga mencapai kedalaman operasi penuh
• Biarkan selama 15 hari agar terjadi pembibitan secara alamiah
• Biarkan selama 15 hari lagi atau hingga jumlah algae yang terdapat di dalam

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 14


kolam sesuai dengan ketentuan.
• Kolam siap dioperasikan secara kontinyu.

Persiapan/Pembibitan pada Kolam Maturasi


• Isikan air tawar biasa kedalam kolam maturasi yang dipasang seri
• Unit kolam maturasi pertama dapat menerima Iangsung effluent kolam
fakultatif yang telah diuji coba. Dalam hal ini lokasi outlet kolam fakultatif agar dibuat
sedemikian rupa sehingga banyak algae yang lolos ke kolam maturasi
• Unit kolam maturasi kedua juga dapat menerima langsung buangan dan kolam
maturasi pertama.
• Kolam maturasi siap dioperasikan secara kontinyu dengan beban pengolahan
sesuai perancangan yang disusun.

4.3. OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT PENGOLAHAN IPLT


4.3.1. Bak Pengumpul/ Penerima
Bak Pengumpul atau bak penerima berupa bak penampung sementara yang
langsung menerima influen lumpur tinja, berbentuk persegi panjang dengan
kedalaman yang bervariasi (40 – 100 cm). Bak Pengumpul umumnya dilengkapi
dengan unit penyaring yang berfungsi memisahkan lumpur tinja dengan sampah
yang ikut dalam proses pengurasan tangki septik.
Merupakan bak awal penerima lumpur tinja dari Truck Tangki Lumpur Tinja.
Selang out let dari Truk Tangki Lumpur Tinja di hubungkan/dimasukan ke dalam
pipa inlet PVC ukuran 8 inchi.
Setelah selang terhubung dengan pipa inlet , Valve/Kran di truck tangki tinja
dibuka hingga seluruh lumpur tinja yang ada didalam truck tangki tinja keluar .
Setelah seluruh lumpur tinja dari truck tangki habis dan bak penerima sudah tidak
menerima lumpur, maka bak penerima disikat dan disiram dengan air bersih
dengan tujuan untuk membersihkan sisa-sisa lumpur tinja yang tertinggal.

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 15


Unit Penyaring
Unit penyaring pada Bak Pengumpul, terletak di bagian inlet. Unit penyaringan
merupakan proses pertama dalam pengolahan limbah tinja, yang berfungsi untuk
menahan padatan yang ada pada lumpur tinja. Penyaring yang digunakan berupa Saringan
Batang (Bar Screen) parallel yang terbuat dari besi dengan jarak bukaan 2 cm.

Gambar 4.2. Contoh Bak Pengumpul dengan Unit Penyaring

Beberapa tipe saringan yang sering digunakan padapengolahan limbah dapat dilihat
pada Tabel 3. Saringan batang juga digunakan untuk melindungi pompa, katup,
perpipaan dan perlengkapan lainnya dari kerusakan akibat penyumbatan kotoran.

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 16


Pembersihan saringan dilakukan setiap kali selesai pemasukan limbah dari mobil tinja,
terutama untuk sampah non-tinja yang kemungkinan ditemukan seperti plastik, kondom
dan pembalut.

Operasional pemasukan lumpur tinja dari truk ke dalam Bak Pengumpul


Sebelum dilakukan operasional Bak Pengumpul, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
pada tahap awal operasional Bak Pengumpul:
- Pastikan bahwa unit penyaring pada Bak Pengumpul dalam keadaan bersih dari
kotoran.
- Pastikan sumber air bersih (tandon air) berfungsi baik untuk membersihkan dan
mengencerkan lumpur tinja dari truk tangki tinja.

Operasional pasokan (unloading) lumpur tinja dari truk ke dalam Bak Pengumpul
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
• Masukkan limbah cair ke dalam bak penyaring/sistem inlet.
• Amati aliran air yang mengalir ke dalam bak, apabila tidak lancar maka harus segera
bersihkan screen/penyaring dari kotoran yang menyumbat.
• Hasil buangan kotoran yang menyumbat di Bak Pengumpul ditampung di
keranjang sampah, kemudian dibuang ke tempat pembuangan sampah.

Pemeliharaan Bak Pengumpul/ Bak Penerima


Letak Bak Pengumpul berada di hulu proses pengolahan sehingga unit ini
memerlukan pemeliharaan yang seksama mengingat berpotensi terjadinya akumulasi
lumpur didalamnya.

Pada saat proses unloading lumpur tinja selesai, perlu dilakukan sebagai berikut:
a. Untuk bar screen (manual) secara periodik dibersihkan dari benda-benda yang
tertahan di kisi-kisinya.
b. Sampah dan limbah padat lainnya diambil dengan menggunakan tongkat kait atau
sejenisnya.
c. Sampah yang sudah diambil, dibuang ke tempat sampah.
d. Siram sisa lumpur yang masih tertinggal di Bak Pengumpul dengan air bersih, sehingga
tidak ada lagi lumpur yang tersisa.

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 17


4.3.2. Sludge Separation Chamber (SSC)
Operasional
Proses yang berlangsung adalah proses sedimentasi, dimana adanya pemisahan lumpur
tinja menjadi bagian padat dan bagian cair yang terjadi dalam ruang sedimentasi. Bagian
padat membentuk endapan lumpur di atas lapisan pasir dan sedangkan bagian cair di
meresap di lapisan bawahnya disebut supernatan. Supernatan akan mengalir keluar
melalui alur dibagian lantai dasar SSC kemudian melalui lobang outlet menuju kolam
equalisasi dan kolam anaerobic/stabilisasi.

Gambar Kolam SSC


Pemeliharaan
Lumpur tinja dari truk dipompakan ke dalam SSC melalui pipa ke ruang lumpur dengan
hati-hati. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan SSC antara lain:
1. Ruang penerima lumpur harus selalu dibersihkan sebelum dan sesudah pelaksanaan
pemompaan lumpur ke tangki disikat dan disiram dengan air bersih.
2. Saluran outlet SSC yang menuju kolam pengolahan pengolahan selanjutnya harus
diperiksa dan dibersihkan secara berkala dari timbunan zat padat yang menghambat
aliran .
3. Lapisan pasir perlu diperhatikan tingkat ketebalannya ,karena dimungkinkan pada
saat pengambilan lumpur ,pasir akan terbawa oleh padatan lumpur, sehingga perlu
penambahan lapisan pasir sesuai dengan ketebalan yang telah ditetapkan ( 30 cm).
4. Penambahn lapisan pasir dilakukan jika dilihat lapisan pasir telah berkurang dari
ukuran yang telah ditetapkan.
5. Pembersihan lapisan pasir, insect net, kerikil, dan lapisan batudi kolam SSC dilakukan
jika secara berkla dan rtin jika kondisi SSC sudah tidak mampu atau lambat dalam
mengalirkan cairan dari lumpur tinja. Seluruh lapisan penyaring

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 18


4.3.3. Sludge Drying Bed (SDB)
Pada SDB terjadi proses pengeringan yang bertujuan untuk menurunkan kadar air
yang terkandung dalam lumpur. Hal yang dipertimbangkan dalam tahap pengeringan
antara lain:
• Biaya yang diperlukan untuk mengangkut lumpur kering akan lebih murah apabila
telah dikeringkan.
• Pengurangan kadar air dilakukan untuk mencegah bau dan pembusukan.
• Lahan yang tersedia untuk pengeringan lumpur.

Lamanya waktu yang diperlukan untuk mengeringkan lumpur pada bak pengering
lumpur 5 hari /tergantung intensitas penyinaran, atau bila lumpur kering mempunyai
kadar air maksimal 25%, (tergantung dari ketebalan lumpur yang tertampung).
Lantai dasar SDB dibuat dengan kemiringan 5-10 % diharapkan cairan yang masih ada
di lumpur atau padatan tersebut dapat mengalir dan melewati saluran air yang ada di
bagian samping SDB dan menuju ke kolam equalisasi

Apabila lumpur yang ditampung dalam bak pengering lumpur sudah kering, maka
lumpur tersebut dapat diangkat dan dimasukan kedalam kemasan secara periodik dan
diangin-anginkan di gudang lumpur kering/ hanggar kompos selama 3 – 5 hari, setelah
itu dapat digunakan sebagai pupuk dan campuran bahan penimbun lahan yang
memerlukan urugan.
Pemindahan padatan lumpur dari kolam SSC ke kolam SDB dilakukan dengan cara
manual, menggunakan sekop, mengangkat lapisan lumpur diatas permukaan pasir dan
dipindahkan ke bak SDB.
Kemungkinan lapisan pasir akan terbawa oleh padatan lumpur , sehingga perlu
penambahn lapisan pasir di kolam SSC

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 19


Permasalahan yang terkait dengan penanganan lumpur sangat kompleks karena:
• Komposisi lumpur sebagian besar memiliki karakter buangan yang tidak terolah
• Lumpur yang berasal dari pengolahan biologi memerlukan pembuangan terdiri
dari materi organik yang berasal dari lumpur tinja atau air limbah tetapi dalam
bentuk yang berbeda, dimana lumpur tersebut dapat terdekomposisi dan menjadi
tidak stabil
• Hanya sedikit bagian dari lumpur yang berupa materi padat.

Volume Lumpur
Volume lumpur bergantung pada kandungan airnya. Sebagai contoh lumpur yang
terdiri dari 90% air dan 10% materi padatan akan disebut lumpur 10%. Kuantitas
lumpur yang memasuki suatu sistem pengolahan akan berfluktuatif sehingga faktor-
faktor seperti rata-rata aliran lumpur maksimum dan kapasitas penyimpanan dari unit
pengolahan harus diperhatikan saat mendesain sebuah IPLT.

Hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian dan pemeliharaan SDB, adalah:
• Ketebalan lumpur di dalam setiap sel bak pengering harus selalu dijaga setebal 0,2-0,3
m
• Pengisian bak pengering lumpur dilakukan secara bertahap .
• Pengambilan lumpur kering dari setiap bak pengering dilakukan setelah lumpur
menetap selama 5 hari setelah waktu pengisiannya atau kadar air <25%.

Pembersihan di Sludge Drying Bed


Setelah tanah tinja dibersihkan/ dikeluarkan dari bak pengering lumpur, lakukan
penyebaran pasir penambah di SDB tersebut. Pasir yang ditambahkan, spesifikasinya
harus sesuai dengan spesikasi semula, yaitu cukup seragam dengan ukuran seperti
berikut :
- Ukuran efektif (E.Z.) : (0,30-0,50) mm
- Koefisien keseragaman (U.C.) : < 5
- Tebal hingga : (15-22,5) cm
- Kandungan kotoran : < 1 % terhadap volume

Pada area SSC dan SDB ditambahkan penutup (kanopi transparan ) supaya selama
lumpur kering belum tetap terlindung dari hujan namu masih terkena sinar matahari.

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 20


4.3.4. Kolam Anaerobik dan Kolam Fakultatif
Kolam anaerobik umumnya diletakkan setelah SSC yang berfungsi untuk menurunkan
beban organik. Kolam anaerobik terdiri dari 1 atau 2 kolam yang disusun secara seri atau
paralel (sebagai cadangan).
Sebelum cairan lumpur masuk ke dalam kolam Anaerobik , terlebih dahulu cairan lumpur
tinja melalui kom equalisasi.

Gambar Desain Kolam Equalisasi.

Didalam kolam equalisasi terjadi proses pemisahan padatan yang terbawa cairan lumpur
tinja diharapkan mengendap dan cairan minyak atau lemah akan tertahan di kolam
equalisasi. Sehingga beban padatan dan minyak/lemak yang masukke kolam anaerobic
dapat dikurangi.
Di dalam kolam equalisasi petugas / operator IPLT wajib memeriksa dan membersihkan
lumpur/ padatan dan miyak yang tertinggal di kolam equalisasi . Lumpur/padatan tersebut
dapat dimasukan dalam kolam SSC sehingga terjadi proses penyaringan padatan lagi.
Namun demikian padatan yang masuk ke kolam anaerobic masih ada dalam jumlah yang
relative lebih sedikit. Lumpur yang dihasilkan di kolam anaerobik harus diangkat dan
dipindahkan ke bak pengering lumpur pada periode tertentu. Lumpur diangkat dengan
menggunakan pompa portable atau menggunakan truk tinja yang tidak sedang beroperasi
penyedotan tangki septik.

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 21


Kolam Fakultatif diletakkan setelah Kolam Anaerobik, yang berfungsi untuk menurunkan
beban organik. Efluen dari kolam fakultatif menuju kolam maturasi dilakukan secara
gravitasi.

Hal yang harus diperhatikan pada Kolam Anaerobik dan Kolam Fakultatif adalah:

• Kolam Anaerobik, beroperasi pada kondisi anaerob.


• Kolam Fakultatif, beroperasi secara anaerob dan aerob (fakultatif).
• Tanaman disekitar tanggul kolam diusahakan pendek (tanaman perdu) dan
jangan sampai meluas ke dalam kolam.
• Buih (scum) dan alga dari kolam fakultatif dikurangi dan dibersihkan menggunakan
skop panjang.
• Inlet dan outlet dari kolam untuk pengaliran air harus bebas dari akumulasi lumpur
• Pemeriksaan rutin terhadap kerusakan tanggul akibat gangguan binatang, dan
apabila perlu ditambah dengan perangkap binatang.
• Pemagaran kolam untuk menghindari hal-hal yang mungkin terjatuh ke dalam kolam.

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 22


Gambar Kolam Fakultatif dan Maturasi

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 23


4.3.5. Kolam Maturasi
Penempatannya adalah setelah Kolam Fakultatif. Proses yang terjadi di kolam maturasi
adalah proses aerobik sehingga kolam ini relatif dangkal (1,0 m) dan mempunyai waktu
tinggal (retention time) selama 5-15 hari. Operasi dan pemeliharaannya adalah sebagai
berikut:

a. Inlet dan outlet harus dijaga kelancaran pengolahannya, dimana inlet harus bebas
dari lumpur
b. Alga yang terbentuk tidak boleh tinggal dan harus dibuang dari permukaan
karena berpotensi menimbulkan bau
c. Tidak boleh adanya tumbuhan/tanaman keras disektiar tanggul kolam, namun
rumput boleh asalkan disekeliling tanggul.
d. Pencatatan debit, kualitas efluen, inlet dan outlet dilakukan agar proses dapat
dikontrol dari segi kualitas (efluen, beban aliran hidrolik dan organik) maupun
kuantitas (antisipasi kebocoran, dsb)
e. Pemeriksaan rutin terhadap kerusakan tanggul akibat gangguan binatang, dan
apabila perlu ditambah dengan perangkap binatang

Tabel 4. Indikasi Gangguan di IPAL dan Penanggulangannya


Jenis Gangguan/ Problem Penanggulangan

1. Bila terjadi bau pada kolam 1. Hal ini biasanya terjadi akibat akumulasi busa
fakultatif (scum) dan khususnya meningkatnya produksi alga
(biru). Hal ini terjadi akibat kondisi anaerobik
mendominasi proses dalam sistem. Bentuk itu dapat
dicegah dengan membersihkan buih (scum) dan alga
yang tumbuh di permukaan air/pinggiran kolam.
2. Bila pH < 7 maka tambahan kapur pada inletnya.
2. Tingkat perembesan yang tinggi Kondisi yang terjadi pada sebagian besar dasar kolam,
pada kolam pengoperasian. umumnya akan tertutupi dengan sendirinya. Namun
demikian bila keadaan kedap dengan sendirinya tidak
dapat terjadi.
Maka kolam memerlukan adanya pemutusan dan
proteksi dari bahan yang tidak meluluskan air
(impermeable). Misalnya lapisan plastik, soil, cement dll.
Alternatif lainnya dapat juga dilakukan penutupan
(sealing) secara menyeluruh dengan tanah liat (clay)
dengan melapisinya di dasar kolam.

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 24


Jenis Gangguan/ Problem Penanggulangan

3. Tanaman yang tumbuh selama Semua jenis tanaman harus dijauhkan/ dibuang dari
kolam akan disisi dasar kolam sebelum diisi. Kolam terakhir kedalaman
cairan (air) harus lebih besar dari 1 meter. Bila
memungkinkan kolam harus diisi secepatnya. Beberapa
tanaman yang tumbuh dipermukaan air kolam selama
pada masa pengisian harus dibuang.

4.Perkembangan/ pertumbuhan Hentikan terjadinya lapisan (biasanya alga biru/hijau)


lapisan alga pada kolam fakultatif dengan penyemprotan air bertekanan tinggi
dan maturasi. kepermukaan secara teliti. Dapat juga ditambahkan
CuSO4 kedalam cairan (dikolam) pada pengenceran 1
mg/liter. Alga yang diambil dari kolam dapat
dikeringkan di atas tanggul atau dibakar (setelah kering).

5. Tumbuhan yang berkembang Kedalaman kolam harus ditambah atau ditingkatkan


sampai dipermukaan kolam beban untuk menutup cahaya dari dasar kolam.

Hilangkan rumput liar tersebut dari dasar kolam dengan


memakai alat (perahu).

Untuk mencegah kerusakan pada lapisan kedap air, maka


selama pembersihan harus dilakukan secara hati-hati.
Buang beberapa lumpur yang telah terakumulasi yang
mengakibatkan pendangkalan.

6. Lubang hewan dan serangga Lubang yang ada harus ditutup, hindarkan keberadaan
pada tanggul kolam. makanan hewan yang mungkin tumbuh disekitar
instansi pengolahan air limbah. Perangkap atau racun
serangga bila diperlukan dapat dipakai dengan
melakukan penyemprotan secara hati-hati.

7. Gangguan hewan terbang atau Agar diusahakan kolam dan bagian pinggir kolam
nyamuk. kondisinya bersih dari tumbuhan liar. Demikian juga
khususnya untuk kolam fakultatif dan maturasi harus
bebas dari buih/ busa/alga yang terakumulasi
dipermukaan. Semprot dengan air bertekanan tinggi
dipermukaan air tersebut.

8. Konsentrasi/ kandungan alga Hentikan aliran dari bawah ke permukaan dimana


yang cukup tinggi pada effluent populasi dari alga adalah rendah (mungkin sangat
pada aliran penerima. variatif). Pakai aliran horisontal dengan filter dari batu
kerikil.

9. Terjadinya aliran pendek yang Perbaiki sistem aliran (sirkulasi) dengan menambahkan
mengakibatkan efesiensi inlet atau outlet dengan penyekat (baffle). Perbaiki
treatment rendah atau timbul sistem sirkulasi arah air bila mungkin dan bersihkan
bau. lumpur (bila diperlukan) serta daur ulang (bila perlu).

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 25


4.3.6. Kolam Wetland.

Kolam Wetland termasuk dalam proses kategorikolam aerobic, digunakan untuk


mengurangi beban BOD , COD, TSS, dan parameter lainnya termasuk logam berat yang
masih tinggi setelah cairan lumpur tinja melalu proses pengolahan di kolam maturasi.

Operasional

Didalam kolam wetland ketinggian air di kondisikan kedalamanya 60cm dari permukaan
sehingga cahaya matahari mampu mencapai dasar kolam, dan kolam wetland diisi
dengan lapisan kerikil setinggi 20 cm dan diberi tanaman air ( melati air , teratai, eceng
gondok, dsb), dan ikan air tawar ( gabus, nila,lele) yang berfungsi sebagai indicator air
dan rantai biologis ,sebelum air lumpur tinja dibuang ke badan air.

Gambar Ilustrasi Wetland.

Waktu tinggal di kolam Wetland berkisar 25-20 hari.

Didalam kolam wetland diharapkan terjadi prose penurunan parameter (BOD, COD,TSS,
NH3,TDS, E Colli, Minyak dan Lemak, serta logam berat.

Pemeliharaan.

1. Petugas /operatoe IPLT wajib secara rutin dan berkala memeriksa dan mencatat
kondisi fisik parameter air yang ada di dalam kolam Wetland,

2. Memeriksa dan memastikan saluran inlet maupun outlet di kolam wetland berfungsi
dengan baik.

3. Membersihkan sampah atau kotoran baikyang mengapung maupunyang ada di dasar


kolam.

4. Menjaga populasi tanaman dan ikan yang ada di kolamsehingga tidak terjadi over
populasi di kolam wetland .

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 26


.7. Desinfektan.

Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah


terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman
penyakit. Pengertian lain dari disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan
memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh
disinfektan.

Operasional

Desinfektan yang digunakan pada prose IPLT ini adala Khlorin Tablet

Gambar Khlorin Tablet.

Digunakan untuk membunuh bakteri terutama E Coli yang masih ada di cairan lumpur
tinja setelah melalui proses pengolahan di biologis di kolam kolam IPLT.
Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 27
Penggunaannya dengan memasukan Khlorin Tablet kedalam wadah berupa Pipa PVC
ukuran 4 inchi dan diletakan di salutran outlet kolam wetland, diharapkan terjadi
contack flow cairan lumpur tinja yang keluar dari wetland melewati khlorin tablet.

Pemeliharaan.

1. Memeriksa secara rutin dan memastikan tidak ada yang tersumbat saluran inlet dan
outlet di tabung desinfektan.

2. Memeriksa dan menjaga ketersediaan Klorin tablet selalu ada didalam tabung.

3. Memeriksa parameter air yang keluar dari desinfektasn sebelum dibuang atau
menuju badan air penerima.

4.4. OPERASI DAN PEMELIHARAAN SARANA PENUNJANG IPLT


Sarana penunjang dari sebuah IPLT sangat penting artinya. Kalau instalasi diibaratkan
batang tubuh maka sarana penunjang adalah ibarat kaki dan tangan. Tanpa kaki dan
tangan, tubuh tidak dapat berbuat apa-apa.

Beberapa IPLT diketahui bekerja tidak sebagaimana mestinya karena sarana


penunjangnya rusak, bahkan tidak ada. Oleh karena itu dalam merancang suatu instalasi,
penyediaan sarana penunjang harus menjadi perhatian.

Sarana-sarana IPLT

Unit Pengolahan Sarana Penunjang

 Unit Penerima  Kantor


 Kolam SSC  Laboratorium
 Kolam Anaerobik  Fasilitas air bersih dan listrik
 Sludge Drying Bed  Gudang Peralatan/Garasi
 Kolam Fakultatif/ Kolam  Tempat Cuci Kendaraan
Maturasi  Gudang Lumpur kering/
Hanggar Kompos
 Pagar, dll.

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 28


4.4.1. Pengertian
Sarana penunjang suatu instalasi adalah fasilitas atau alat-alat yang pada umumnya tidak
ikut aktif secara langsung melakukan pengolahan tetapi turut melancarkan fungsi
instalasi.

Fasilitas yang dapat dikategorikan sebagai sarana penunjang antara lain:


 Fasilitas pembersihan, baik badan manusia maupun peralatan
 Pompa penyedot lumpur
 Alat-alat pembersihan lingkungan kerja
 Alat-alat pengangkut barang/ sampah terutama di dalam lingkungan instalasi
 Alat-alat penerangan
 Alat-alat komunikasi
 Pagar pengaman
 Gudang peralatan
 Bengkel berikut peralatannya
 Alat bantu kerja seperti pacul, sekop, sapu dan lain-lain
 Alat pelindung bekerja misalnya masker gas, sarung tangan, sepatu kerja dan lain-
lain

4.4.2. Laboratorium
Laboratorium adalah sarana untuk memantau kualitas air limbah dengan memeriksa
parameter-parameter penting seperti parameter fisik, kimia dan biologi. Untuk beberapa
kota/kabupatentidak menyediakan sarana laboratorium, tetapi fungsi pemantauan
diserahkan kepada BLHD, ataumenggunakan jasa dari laboratorium pihak luar yang telah
terakreditasi.

4.4.3. Pompa Lumpur


Penggunaan pompa lumpur dapat dengan memfungsikan pompa dari truk tinja (jika tidak
sedang beroperasi). Sistem/ rangkaian pompa harus selalu di kontrol dan dibersihkan
setiap periode. Dari hasil pemeriksaan pastikan semua bagian pompa dalam keadaan baik
untuk dioperasikan.

Jika dirasa perlu untuk menggunakan pompa lumpur khusus (bukan dari truk tinja), maka
jenis pompa yang digunakan untuk lumpur tinja sebaiknya jenis “submersible non
clogging” khusus untuk air limbah. Kelebihan pompa ini adalah dapat memindahkan

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 29


cairan dengan kekentalan tinggi. Secara garis besar komponen pompa submersible adalah
sebagai berikut:

Keterangan:

1. Motor housing (rumah


pompa)
2. Rotor (motor shaft)
3. Electrical connection lead
4. Stator core
5. Shaft seal/shaft sealing
ring/mechanical shaft seal
6. Shaft seal/ mechanical
shaft seal in tandem
version
7. Shaft seal/EMU sealing
cartridge
8. Sealing flange
9. Pump volute
10. Pressure connection
11. Pump impeller
12. Suction connection
13. Perforated cleaning cover

Gambar 1. Bagian-bagian Pompa SubmersibleNon Clogging

Pemeriksaan dan pemeliharaan komponen pompa hanya dapat dilakukan bila hubungan
listrik sudah diputuskan. Gunakan sarung tangan bila bekerja dengan pelumas dan
minyak, jangan merokok dekat api. Beberapa masalah yang dapat timbul saat operasi
pompa dapat dilihat pada tabel berikut :

4.4.4. Inspeksi Dan Pemeliharaan


Setiap operator harus mengisi tabel ini sesuai dengan permasalahan yang timbul dan
diketahui oleh atasan yang bersangkutan. Contoh dokumen inspeksi dan pemeliharaan
adalah sebagai berikut.

4.5. PROGRAM PEMELIHARAAN


Tujuan utama program pemeliharaan adalah untuk memanfaatkan modal investasi yang
telah ditanam dalam pembangunan sistem pengolahan air limbah domestik, agar dapat
dioperasikan dengan efisien dan kinerja yang optimum.

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 30


Jenis-jenis program pemeliharaan diantaranya yang penting adalah sebagai berikut:
• Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance): jadwal operasi pemeliharaan
harus direncanakan dengan sistematis dan ketat, agar dapat memperkecil
gangguan (misal: pelapis/coating tidak cepat keropos akibat korosi) dan
memperbaiki kemacetan (misal: pelumasan peralatan) serta memperlancar
operasi setempat (misal: pengetesan alat-alat seperti ada mur baut yang akan lepas)
sehingga umur efektifnya panjang.
• Pemeliharaan Perbaikan (Corrective Maintenance): Pemerliharaan perbaikan
meliputi normalisasi jaringan pipa, perbaikan atau mengganti peralatan atau
perlengkapan yang telah rusak. Kerusakan pada saluran diklasifikasikan ke dalam 2
(dua) tipe yaitu kerusakan struktur dan kerusakan fungsi.
• Pemeliharaan Urusan Rumah Tangga (House Keeping Maintenance): menjaga
kebersihan dan keindahan semua unit fasilitas yang ada.
• Pendataan dan Pelaporan (Records and Report): Pendataan da pelaporan ada
dua kelompok, yaitu data intern dan ekstern. Data internal yaitu data sistem
organisasi dan sumber daya manusia, desain dan pelaksanaan pembangunan,
investasi pelaksanaan dan pembiayaan operasi dan pemeliharaan. Sedangkan data
eksternal adalah dampaknya terhadap lingkungan sekitar.

Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan operasi dan pemeliharaan, antara


lain:
a. Pemeriksaan peralatan dan memastikan bahwa semua peralatan yang ada sesuai
dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) atau manual operasi yang dikeluarkan oleh
pabrik pembuatnya.
b. Seluruh operator yang bertugas harus melewati penataran/training agar
dapat melakukan operasisesuai denganjuklak yang ada.
c. Seluruh operator dan pengawas yang bertugas pada bangunan pengolahan air
limbah domestik tersebut mengerti fungsi dan letak dari masing-masing peralatan
yang ada dalam bangunan tersebut.
d. Program pemeliharaan harus sesuai dengan instruksi yang ada pada manual operasi
dan pemeliharaan.
e. Semua buku juklak harus siap dibaca sesuai dengan kepentingan/keperluan serta
harus diletakkanpada tempat yang mudah untuk ditemukan secara cepat.
f. Buku catatan/laporan harian harus dipergunakan setiap hari/dibuat untuk
memudahkan pengawasan keadaan sehari-hari.

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 31


4.6. PEMANTAUAN
Pemantauan perlu dilakukan tidak hanya untuk melihat efisiensi pengolahan yang ada
juga untuk melihat bagaimana kualitas effluent limbah (baik lumpur maupun airnya)
sebelum dibuang ke badan air ataupun ke lingkungan lainnya. Kualitas effluent diperiksa di
laboratorium dan selanjutnya dibandingkan dengan standar baku mutu yang ada. Jika
konsentrasi (beberapa paramater seperti BOD, TSS dan mikrobiologi masih tinggi, maka
kondisi ini menunjukkan bahwa IPLT bermasalah dan tidak berjalan dengan baik.
Parameter yang rutin dipantau dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 6. Lembar Pemantauan Pengujian Kuantitas Dan Kualitas Air Limbah Pada IPLT
Sub Sistem dan Parameter yang Keteranga
Satuan Spesifikasi Frekuensi
Diuji n
Air limbah Baku
1 hari-
- Debit rata-rata m3/hari sesuai desain 1kali
1 hari-
- pH - 6 s/d 8 1kali
1 hari-
- SS mg/l <3000 1kali
30hari-
- SS endapan 30 menit mg/l - 1kali
30hari-
- VSS endapan 30 menit mg/l - 1kali
30hari-
- kadar air endapan 30 menit % - 1kali
- BOD - <8000 7hari-1kali
- COD / BOD mg/l <2 7hari-1kali
Bak Pengumpul + Bar Screen
15hari-
- Kotoran screening m3/hari - 1kali
1 hari-
- Kecepatan aliran m/det 0.30 -0,60 1kali
Kolam Anaerobik/ ABR
- DO mg/l 0 1hari-1kali
30hari-
- Efesisnsi pemisahan BOD % 40-60 1kali Per unit
kepadata
- Buih n tdk sampai padat 7hari-1kali
Kolam Fakultatif + Maturasi
- MLDO mg/l >0,50 1hari-1kali
- Jenis Biologi yang dominan - chicrela 7hari-1kali

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 32


Sub Sistem dan Parameter yang Keteranga
Satuan Spesifikasi Frekuensi
Diuji n
20-40 1hari-1kali K. Maturasi
- Efesiensi pemisahaan SS % 30-40 7hari-1kali perunit
- Efesisnsi pemisaha BOD % 40-50 7hari-1kali perunit
Bak Pengering Lumpur/ Drying
Area
15hari-
- Kadar air cake % <70 1kali
- Produk cake m3/hari - 7hari-1kali
30hari-
- Kadar N dan P cake % 1kali
sesuai
Badan Air pemanfaatan
15hari-
- Debit rata- rata m3/hari >8 Q air limbah
1kali
Sesuai di hulu
- BOD hulu dan Hilir mg/l atau 7hari-1kali
peruntukannya

Standar Operasional dan Pemeliharaan IPLT 33

Anda mungkin juga menyukai