1
kesehatan (lembaran Negara RI tahun 2009 Nomor 144);43
3. Undang-undang Republik Indonesia No 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran (lembar Negara RI Tahun 2004 Nomor 116,
tambahan Lembar Negara RI Nomor 4431)
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal
Rumah Sakit (Hospital Bylaws);
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
631/Menkes/SK/VI/2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf
Medis (Medical Staf Bylaws);
6. Surat Keputusan Meteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
434/Menkes/SK/X/1983 tentang Kode etik Kedokteran Indonesia;
7. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kab.Tabanan
503/4448/Dikes/2015, tentang Pemberian Ijin Pelayanan Kesehatan
RSU Bali Holistik;
8. Peraturan Internal RSU Bali Holistik (Hospital Bylaws RSU Bali
Holistik ).
9. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Nomor
HK.03.01/III/3744/08 tentang Pembentukan Komite dan Tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.
10. Surat Keputusan Menkes Nomor 270/MENKES/2007 tentang tugas
Komite PPI dan Tim PPI;
2
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RSU BALI HOLISTIKTentang
KEBIJAKAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI RSU BALI HOLISTIK.
Kedua : Kebijakan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi RSU Bali
Holistik sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan pencegahan
dan pengendalian infeksi RSU Bali Holistikdilaksanakan oleh Direktur
RSU Bali Holistik.
Keempat : Kepala pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi wajib
mensosialisasikan keputusan ini ke seluruh karyawan di Pelayanan
pencegahan dan pengendalian infeksi.
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Tabanan
Pada Tanggal : 10 Juli 2017
RSU. Bali Holistik
3
Lampiran I :
Keputusan Direktur RSU Bali HolistikNomor :020/SK/DIR/RSBH/VII/2017
Tentang: Kebijakan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Umum
Bali Holistik
2.KEWASPADAAN STANDAR
Meliputi kebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri,disinfeksi dan
sterilisasi,penatalaksanaan limbah dan benda tajam,pengendalian lingkungan, praktik
4
menyuntik yang aman,kebersihan pernafasan/etika batuk,praktek lumbal
punksi,perawatanperalatan pasien,program kesehatan karyawan,penempatan
pasien.Kewaspadaan standar diterapkan secara menyeluruh di semua area RS
denganmengukur risiko yang dihadapi pada setiap situasi dan aktifitas pelayanan
sesuai Panduan PPI RSU Bali Holistik.
3.KEBERSIHAN TANGAN
a. Kebersihan tangan dilakukan oleh seluruh petugas klinis maupun non-klinis di
seluruhlingkungan RSU Bali Holistik.
b. Dua jenis kebersihan tangan :
Hand wash : kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir
Handrub : kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol
c. Kebersihan tangan dilakukan menurut 5 Momen Kebersihan Tangan(WHO):
Momen 1 : sebelum kontak dengan pasien
Momen 2 : sebelum tindakan asepsis
Momen 3 : setelah terkena cairan tubuh pasien
Momen 4 : setelah kontak dengan pasien
Momen 5: setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
d. Enam langkah kebersihan tangan.
e. Kebersihan tangan efektif :
Tidak mengenakan jas lengan panjang saat melayani pasien
Bagi semua petugas yang berkontak langsung dengan pasien (klinisi),
semuaperhiasan yang ada (misalnya: jam tangan, cincin, gelang) harus
dilepaskanselama bertugas dan pada saat melakukan kebersihan tangan
Kuku dijaga tetap pendek tidak melebihi 1 mm, tidak menggunakan kuku
palsu dan cat kuku
Jika tangan ada luka ditutup dengan plester kedap air
Tutuplah kran dengan siku tangan atau putar kran menggunakan tisu
Membersihkan tangan dengan sabun cairdan air mengalir apabila tangan
terlihat kotor
Membersihkan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub) bila
tangan tidak terlihat kotor diantara tindakan
Keringkan tangan menggunakan tisu / handuk sekali pakai
5
Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan / mengenakan sarung
tangan
Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih ada isinya.
Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian ulang
6
Petugas non-klinis setiap sebulan sekali(laundry, farmasi, dapur, ,sanitasi)
sesuai indikasi kebersihantangan secara umum.
Kepatuhan kebersihan tangan melibatkan petugas klinis maupun non-
klinisdengan sasaran 30 % dari jumlah masing-masing profesi (dokter,
perawat, dan gizi).
h. Melakukan program edukasi kebersihan tangan pada petugas, pasien, keluarga dan
pengunjung yang merupakansalah satu bagian dari proses penerimaan pasien baru.
i. Setiap petugas di RSU Bali Holistikwajib mengikuti pelatihan kebersihan
tanganyang diadakan oleh rumah sakit secara berkesinambungan mengenai
prosedurkebersihan tangan melalui orientasi dan pendidikan berkelanjutan.
j. Dilakukan monitoring kepatuhan kebersihan tangan petugas (dokter, perawat,
gizi) setiap 2 minggu sekali pada hari Selasa pada setiap minggu ke-2.
7
b. Tatalaksana perawatan pasien infeksi diterapkan berdasarkan prinsip
kewaspadaan isolasi sesuai cara transmisi spesifiknya. Petugas menerapkan
prinsip kewaspadaan kontak atau droplet atau airbone atau kombinasinya.
c. Prosedur penunjang medik (pengambilan darah, pemberian gizi) dilakukan setelah
pasien yang tidak menular.
d. Setiap pengunjung harus dilakukan edukasi penggunaan APD, kebersihan tangan,
etika batuk.
8
d. Kejadian luar biasa IRS ditetapkan oleh direktur RS berdasarkan pertimbangan Tim
PPI RS pada hasil evaluasi epidemiologik kecenderungan angka IRSmelalui
surveilans. Kecenderungan kejadian IRS yang terus menerus meningkatsignifikan
selama 3 bulan berturut-turut atau peningkatan signifikan angka kejadianpada suatu
waktu pengamatan tertentu diwaspadai sebagai KLB. Pencegahan danpengendalian
risiko penyebaran kejadian yang berpotensi menjadi KLB dilakukansegera secara
sinergi melalui kerjasama lintas unit/satuan kerja oleh Tim PPIRS.
e. Laporan Infeksi RS disampaikan Tim PPI RS kepada Direktur dan Keperawatansetiap
bulan.
f. Pemantauan penerapan bundles Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (IAD,
ISK,VAP/HAP, IDO) adalah sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan
surveilansinfeksi RS. Kultur mikrobiologi dilakukan pada setiap kasus yang diduga
infeksi rumah sakit(HAIs).
9
1. Pemrosesan alat/instrumen pasca pakai dipilih berdasarkan kriteria alat.
Sterilisasidilakukan untuk alat kritikal,disinfeksi tingkat tinggi (DTT)dilakukan untuk
alat semi kritikal, disinfeksi tingkat rendah untuk alat non kritikal.
2. Kriteria pemilihan desinfektan didasari telaah secara cermat terkait kriteria
memiliki spektrum luas dengan daya bunuh kuman yang tinggi dengan
toksisitasrendah, waktu disinfeksi singkat, stabil dalam penyimpanan, tidak merusak
bahandan efisien. Unit kerja yang bertanggung jawab terhadap penyediaan
desinfektandan antiseptik di RS sesuai rekomendasi Tim PPI RSU Bali
Holistikmelalui instalasi farmasi.
3. CSSD bertanggung jawab menyusun panduandan prosedur tetap, mengkoordinasikan
serta melakukan monitoring dan evaluasiproses serta kualitas/mutu hasil sterilisasi
dengan persetujuan TimPPI RS.
10
Meliputi penyehatan air, pengendalian serangga dan binatang pengganggu,
penyehatanruang dan bangunan, pemantauan higiene sanitasi makanan, pemantauan
penyehatan linen, disinfeksi permukaan/udara/lantai, pengelolaan limbah cair, limbah
B3, limbahpadat medis/non medis dikelola oleh Kesehatan Lingkungan RS (KLRS)
danBagian Rumah Tangga bekerjasama dengan pihak ketiga, berkoordinasi dengan
TimPPI RS, sehingga aman bagi lingkungan.
Pengelolaan limbah harus memperhatikan prinsip sebagai berikut :
a. Semua limbah beresiko tinggi harus diberi label/tanda yang jelas.
b. Wadah/kontainer diberi alas kantong plastik dengan warna : kuning
untuklimbah infeksius dan B3, merah untuk limbah radioaktif,hitam untuk
limbah non medis / domestik.
c. Limbah tidak boleh dibiarkan atau disimpan > 24 jam.
d. Kantong plastik tempat limbah tidak diisi terlalu penuh (cukup 3/4).
e. Wadah / kontainer harus tertutup, tahan bocor, tidak berkarat, mudah
dikosongkan atau diangkat, mudah dibersihkan dan berada ditempat
yangterlindung dari binatang atau serangga.
f. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah anti bocor dan
tahantusukan (safety box), tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidak.
g. Jarum dan syringe harus dimasukkan ke dalam safety box.
h. Pengangkutan limbah harus menggunakan troli yang tertutup.
i. Pembuangan atau pemusnahan limbah medis padat harus dilakukan di tempat
pengelolaan sampah medis dalam hal ini rumah sakit bekerjasama dengan
pihak ketiga.
j. Petugas yang menangani limbah harus mengunakan APD seperti sarung
tangan khusus,masker,sepatu boot,apron,pelindung matadan bila perlu helm.
k. Prinsip metode pembersihan ruang perawatan dan lingkungan, pemilihan
bahan desinfektan,cara penyiapan dan penggunaannya dilaksanakan
berdasarkan telaah Tim PPI RS untuk mencapai efektifitas yang tinggi.
11
a. Jenis linen di RSU Bali Holistikdikualifikasikan menjadi linen bersih, linen
kotor infeksius, linen kotor non infeksius
b. Untuk mencegah kontaminasi, pengangkutan linen menggunakan kantong linen
yang berbeda, linen kotor dengan kantong linen berwarna abudan linen kotor
infeksius dengan kantong plastickuning
c. Pencegahan kontaminasi lingkungan maupun pada petugas dilakukan dengan
desinfeksi kereta linen, pengepelan/disinfeksi lantai, implementasi praktik
kebersihan tangan,penggunaan alat pelindung diri (APD) sesuai potensi risiko
selama bekerja
12
a. Seluruh SDM baru di RS wajib mengikuti program orientasi, termasuk
materi PPIRS
b. Setiap ada mahasiswa yang akan praktek harus diberikan materi orientasi
PPIRS.
c. Monitoring dan evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan dilakukan oleh
bagianSDM bersama Tim PPIRS sesuai ketentuan yang berlaku sebagai
dasarperencanaan program selanjutnya.
d. Seluruh stafdididik tentang pengelolaan infeksius.
13
Peralatan kritikal/risiko tinggi: adalah peralatan medis yang masuk
kedalamjaringan tubuh steril atau sirkulasi darah. Contoh instrumen bedah,
kateterintravena, kateter jantung. Pengelolaannya dengan cara sterilisasi.
Peralatan semikritikal/risiko sedang: adalah peralatan yang kontak
denganmembrana mukosa tubuh. Pada peralatan semikritikal, proses
sterilisasidisarankan namun tidak mutlak, jadi bisa dilakukan disinfeksi
tingkat tinggi.
Peralatan nonkritikal/resiko rendah: adalah peralatan yang kontak
denganpermukaan kulit utuh contoh: tensimeter, stetoskop, linen, alat
makan, lantai,perabot, tempat tidur. Untuk jenis peralatan ini dapat
digunakan disinfeksitingkat sedang sampai tingkat rendah.
b. Disinfeksi lingkungan rumah sakit
Permukaan lingkungan : lantai, dinding, dan permukaan meja, trolly
didisenfeksi dengan detergen netral.
Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya dibersihkan
dengandesinfektan tingkat menengah.
c. Penggunaan disinfektan di ruang infeksi (menular) dan area kritis
Untuk mengepel/membersihkan lantai dan WC menggunakan : chlorine
0,05%
Untuk area yang sering disentuh (high touch area) menggunakan
disinfektan:chlorine 0.05 % (permukaan bukan logam).
Untuk area yang jarang disentuh (non high touch area) menggunakan
sabunPH netral
d. Penggunaan disinfektan di area banyak tumpahan darah/cairan tubuh:
menggunakan disinfektan chlorine 0.5%
15
Setelah digunakan untuk pertama kali, harus dicantumkan tanggal
pertama kalivial dibuka dan tanggal beyond use date pada etiket obat.
d. Cairan infus dalam botol (plastik atau kaca) tidak dapat digunakan bersama
samauntuk beberapa pasien.
e. Insulin flexpen hanya dapat digunakan untuk satu orang pasien dan tidak
dapatdigunakan untuk bersama-sama untuk beberapa pasien.
f. Setiap kali penyuntikan insulin dengan menggunakanflexpen harus
menggunakanjarum baru
16
menyediakanfasilitas wastafel,tempat sampah non infeksius (kantong
hitam),sabun biasa (handsoap), masker bagi pasien, keluarga dan pengunjung
17
Berkoordinasi dengan IPCLN dan Kepala ruangan serta dokter
yang bertanggung jawab menangani pasien, untuk melakukan
verifikasi diagnosis infeksi rumah sakit, penegakan diagnosis
IRS dan mengkonfirmasi sebagai kasus KLB. Selain itu juga
dilakukan investigasi terhadap kemungkinan sumber penularan,
cara penularan dan kemungkinan penyebarannya, serta aspek
lain yang diperlukan untuk penanggulangan atau memutuskan
rantai penularan.
Berkoordinasi dengan Bagian Laboratorium untuk melakukan:
o Swab ruang/alat yang diduga terkontaminasi bakteri.
o Pengambilan bahan dari berbagai lokasi tersangka
sumber infeksi untuk dibiakkan dan antibiogram.
o Pemasangan label di tempat penampungan bahan
pemeriksaanlaboratorium pasien penyakit menular.
Label bertuliskan ”Awas Bahan Menular”
Berkoordinasi dengan seluruh personil di bagian terkait untuk
memberikan klarifikasi-klarifikasi perihal yang terkait dengan
KLB, misalnya pelaksanaan SPO secara benar.
g) Apabila hasil investigasi menyimpulkan telah terjadi KLB,
makaTimPPIRSmenetapkan status siaga bencana KLB dan melaporkan
kepada pimpinan RS.
h) Untuk menanggulangi KLB Tim PPIRS berkoordinasi denganK3 RS,
Laboratorium, Farmasi, Sanitasi, Pelayanan Sterilisasi, Gizi,Kamar Cuci
dan Bagian terkait lainnya sesuai kebutuhan.
i) Apabila diperlukan pasien kasus KLB dirujuk ke rumah sakit rujukan
infeksi yangtelah ditetapkan oleh dinas kesehatan.
j) Agar KLB IRS tidak meluas,TimPPI bersama IPCLN dan perawat
ruanganmelakukan langkah-langkah pencegahan dan pembatasan dengan
cara:
Melaksanakan dan mengawasi secara ketat pelaksanaan cuci
tangan yang benardan tepat.
Menggunakan dan mengawasi penggunaan sarung tangan dan
APD lain sesuaiindikasi.
18
Melakukan dan mengawasi pembuangan limbah dengan benar
Melakukan pemisahan pasien yang terinfeksi, disatukan dengan
pasien yang sama-sama terinfeksi/kohorting dan menentukan
staf yang akan memberikan penanganan (dipisahkan dengan staf
lainnya)
Apabila diperlukan mengusulkan kepada Direktur untuk
mengisolasi ruangan atau mengisolasi pasien bersangkutan yang
dianggap tercemar oleh infeksi.
Mengawasi ketat penerapan Kewaspadaan Standar.
Ruangan yang terjadi KLB harus didisinfeksi.
k) Tim PPIRS melakukan dokumentasi tentang kejadian dan tindakan yang
telahdiambil terhadap data atau informasi KLB.
l) Tim PPIRS terus melakukan monitoring dan evaluasi sampai KLB
berhasil diatasi.
m) Status KLB wajib dilaporkan ke dinas kesehatan setempat.
n) Tim PPI menyatakan KLB selesai jika dua kali masa inkubasi terpanjang
tidak ditemukan kasus baru.
19
a) Melakukan analisis dampak renovasi dan konstruksi terhadap kualitas
udara,tingkat kebisingan .
b) Melakukan edukasi (pemasangan rambu2 atau gambar diarea renovasi) kepada
petugas ,pengunjung dan pasien.
c) Melakukan pembersihan menyeluruh dan dekontaminasi semua permukaan,
termasuk dinding, langit-langit, jendela dan sistem ventilasi berisiko tinggi.
d) Makukan swab ruangan dan uji kualitas udara, khususnya di area berisiko
tinggi sebelum ruangan digunakan.
20
Pasien ganti baju sebelum ditolong persalinan
Keluarga yang masuk ke kamar bersalin dibatasi.
Pasien dengan infeksi harus ditempatkan diruang tersendiri (isolasi).
Bayi
Perawat/bidan yang menerima bayi baru lahir harus menggunakan APD
lengkap.
Penghisap lendir bayi harus menggunakan yang sekali pakai.
Bayi lahir, tali pusat diikat dengan klem tali pusat steril dan diberi
alkohol70%/povidine iodine7.5% pada ujung tali pusat.
Bayi baru lahir dibersihkan, kemudian bayi dimandikan dengan air
hangat.
c) Lingkungan
Ruang Bersalin
Pembersihan ruang bersalin dilakukan 2x sehari dan setiap selesai
tindakan.
Pembersihan umum dilakukan seminggu sekali pada hari tidak ada
tindakan/persalinan.
Semua tumpahan darah dan cairan tubuh harus dibersihkan dengan
menggunakandesinfektan chlorine 0,5%
Tempat tidur, meja pasien, lemari harus dibersihkan dengan
menggunakandeterjen netral setiap selesai digunakan.
Alat dan linen
Instrumen yang telah dipakai dicuci dengan air mengalir hanya untuk
menghilangkannoda darah (proses dekontaminasi) dan langsung
dikirim ke Pelayanan Sterilisasi.
Kemasan steril tidak boleh robek, tidak boleh terbuka dan tidak kotor,
dan lihat tanggal kadaluarsa.
Semua peralatan medik steril yang akan dipakai dibatasi secukupnya
sesuai dengan keperluan saat itu.
Kain gorden harus diganti setiap 1 bulan sekali atau kalau perlu bila
terkena darah.
Linen pasien harus diganti segera setelah pasien selesai tindakan.
21
Linen yang telah terkontaminasi dengan darah harus dimasukkan ke
dalam kantong plastik warna kuning.
22
kontaminasi dan mencegah baju menjadi kotor, selama tindakan
/merawat pasien yang memungkinkan terjadinya percikan cairan tubuh
pasien.
Tutup kepala digunakan mulai pintu masuk kamar bedah, dan diganti
setiap kali selesai operasi.
Gunakan alas kaki yang tertutup bagian depan, dan tidak bolong bolong.
c) Penanganan peralatan perawatan pasien
Pembersihan dan desinfeksi dilakukan segera setelah alat-alat
dipergunakandan dilakukan oleh petugas terlatih.
d) Pembersihan lingkungan
Tempat tidur/ kursi, meja, permukaan meja operasi, permukaan meja
instrument dibersihkan setiap selesai dipakai pasien dengan
menggunakan clorin 0,05 %.
Penanganan limbah, sampah medis (infeksius) dalam kantong kuning
kemudian dibakar di incenerator, benda tajam masuk ke dalam box
safety,sampah umum/rumah tangga (non infeksi) dibuang di TPA.
Penanganan tumpahan darah atau bahan infeksi harus dibersihkan
sesuaiSPO.
e) Pasien
Pasien berhenti merokok 1 bulan sebelum operasi.
Mandi pasien dengan antiseptik malam dan pagi hari sebelum operasi.
Cukur rambut, dilakukan bila benar-benar diperlukan segera sebelum
operasidengan menggunakan clipper bukan razor.
Post operasi, meliputi pencegahan dan rawatan pasien sebelum, selamapasien
dan sesudah pasien operasi.
f) Petugas
Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada petugas kamar bedah
Memberikan motivasi kepada petugas.
Petugas tidak memakai jam tangan, gelang, cincin.
Tidak berkuku panjang dan memakai kutek
23
25. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI POLI KLINIK GIGI
a) Jalur utama penyebaran mikroorganisme pada praktek dokter gigi adalah melalui :
Kontaklangsungdengan luka infeksi atau saliva dan darah yang terinfeksi
Kontak tidak langsungdari alat-alat yang terkontaminasi
Percikan darah, saliva atau sekresi nasofaring langsung pada kulit yangterluka
maupun utuh atau mukosa
Aerosol atau penyebaran mikroorganisme melalui udara.
b) Semua pasien yang datang harus dianggap carrier dari mikroorganisme patogen.
Evaluasi pasien : mengetahui riwayat kesehatan yang lengkap
Perlindungan diri :
Hindari memegang sesuatu yang tidak dibutuhkan pada waktu
merawat pasien, hindari kontak dengan mata, hidung, mulut dan
rambut serta hindari memegang luka atau abrasi.
Tutupi luka atau lecet-lecet pada jari dengan plester kedap air.
Melakukan kebersihan tangan sebelum dan setelah merawat pasien
dengan chlorhexidine 2 %.
Dokter gigi memakai baju praktek yang bersih dan berlengan pendek.
Dokter gigi dan perawat gigi harus menggunakan :
Sarung tangan : sarung tangan lateks bersih digunakan pada saat
memeriksa pasien tanpa kemungkinan terjadinya perdarahan,
sarung tangan steril digunakan pada saat melakukan tindakan
bedah, sarung tangan rumah tangga digunkan pada saat
membersihkan alat/permukaan kerja atau bila menggunakan
bahan kimia.
Kacamata pelindung : melindungi mata dari splatter dan debris
yang diakibatkan oleh high speed handpiece, pembersihan karang
gigi.
Masker : mencegah terhirupnya aerosol yang dapat menginfeksi
saluran pernafasan atas maupun bawah.
c) Sterilisasi instrumen :
Sebelum disterilkan alat-alat harus dibersihkan terlebih dahulu dari
debris organik, darah dan saliva
Setelah dibersihkan, instrumen harus dibungkus untuk sterilisasi
24
Proses sterilisasi dilakukan di Pelayanan Sterilisasi.
Instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai, pembungkus
instrumen hanya boleh dibuka segera sebelum digunakan, apabila
dalam waktu 1 bulan tidak digunakan harus disterilkan ulang.
d) Menutupi pegangan lampu, tombol-tombol pada unit gigi, baki instrumen, ujungalat
three way syringe, saliva ejector, ujung alat tambalan sinar, sandaran kepaladengan
plastik, alumunium foil sekali pakai untuk tiap pasien.
e) Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker,
penutuppermukaan yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh ke dalam tempat
sampahinfeksius sedangkan benda tajam seperti jarum atau pisau scalpel dimasukkan
kedalam tempat sampah benda tajam.
f) Berkumur antiseptic sebelum tindakan kedokterangigi, efektif mereduksi jumlahoral
mikroorganisme rongga mulut
25
27. RISK MANAGEMENT PPI
a) Setiap gugus tugas melakukan pengkajian risk PPI di masing-masing ruangan.
b) Pengkajian didasarkan pada management risk.
c) Dilakukan analisis risk management PPI oleh IPCN bersama komite PPI.
d) Komite PPI menetapkan hasil analis untuk dijadikan program kerja PPIRS Bali
Holistik.
e) Risk PPI juga terkait kejadian KLB
Ditetapkan di : Tabanan
Pada Tanggal : 10 Juli 2017
RSU. Bali Holistik
26