Cermin merupakan bagian dari alat optik, salah satunya adalah cermin datar. Cermin
datar merupakan alat yang biasanya digunakan untuk melihat refleksi diri, karena bayangan
yang di bentuk oleh cermin datar bersifat maya dan sama dengan bendanya, beda halnya
dengan cermin cembung atau cermin cekung yang dapat memperkecil atau memperbesar
bayangan tergantung dengan posisi benda tersebut dan jarak titik fokus. Proses pembentukan
bayangan pada cermin datar terjadi akibat adanya perpotongan perpanjangan sinar pantul di
belakang cermin dan bayangan yang terbentuk tepat berada pada perpotongan perpanjangan
sinar pantul tersebut. Bayangan yang terbentuk oleh perpanjangan sinar-sinar pantul disebut
dengan bayangan maya, dimana bayangan ini dapat dilihat oleh mata, namun tidak dapat
ditangkap oleh layar. Secara lebih spesifik, bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah
sebagai berikut.
Namun bagaimana jika terdapat dua cermin datar yang saling berhadapan dan
membentuk sudut tertentu, apa yang akan terjadi?. Jika suatu benda di letakkan di depan satu
cermin datar maka yang terjadi adalah benda tersebut akan mempunyai satu bayangan yang
sama besar, namun jika terdapat dua cermin datar yang membentuk sudut tertentu maka yang
terjadi adalah bayangan yang terbentuk tidak hanya dua, mengapa hal ini bisa terjadi?. Untuk
mengetahui hal tersebut maka dibuatlah alat ini untuk menunnjukkan seberapa banyak
bayangan yang terbentuk dan bagaimana jika sudutnya berubah ubah.
Sebagaimana namanya cermin datar ini, cermin ini berbentuk datar tidak melengkung.
Cermin ini membentuk bayangan yang bersifat maya, tegak dan sama besar. Manfaat cermin
datar biasanya dipakai untuk berkaca sehari-hari, kemudian sebagai komponen dari periskop.
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara jumlah bayangan yang dihasilkan dengan sudut yang dibentuk
oleh dua cermin datar ?
3. Apa saja contoh yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari mengenai cermin datar
?
1.3.Tujuan
1. Untuk menjelaskan hubungan antara jumlah bayangan yang dihasilkan dengan sudut yang
dibentuk oleh dua cermin datar.
1.4.Hipotesis
1. Semakin besar sudut yang dibentuk, maka akan semakin banyak jumlah bayangan yang
dibentuk.
2. Semakin kecil sudut yang dibentuk, maka akan semakin sedikit jumlah bayangan yang
dibentuk.
3. Pembentukan bayangan pada cermin datar antara lain maya, tegak dan diperbesar.
4. Pembentukan bayangan pada cermin datar antara lain nyata, terbalik dan diperkecil.
5. Bayangan pada cermin pertama akan dipantulkan kembali pada cermin kedua
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1. Alat dan Bahan
a. Busur
b. 2 buah cermin
c. Benda sebagai objek yang akan di lihat
2.2.Prosedur Kerja
1. Tekan tombol on untuk menghidupkan alat tersebut.
2. Atur posisi sudut antara dua cermin datar dengan bantuan mikrokontroler dan pilihlah
sudut sebesar 30o
3. Setelah sudut terbentuk maka letakkan benda di depan cermin dengan jarak 10 cm di
depan cermin.
4. Amatilah bayangan yang terbentuk dan hitung berapa banyak bayangan yang terbentuk
oleh dua cermin tersebut.
5. Catat hasil pengamatan kedalam tabel.
6. Ulangi langkah 2 sampai 5 namun dengan sudut yang berbeda yaitu 600, 900
,1200,1500,1800
2.3.ANALISIS DATA
No Sudut apit (θ) Jumlah bayangan (n)
1 1800 1
2 1500 2
3 1200 2
4 900 3
5 750 4
6 600 5
7 300 12
𝑛 = 2−1 𝑛 = 4,8 − 1
3. Jumlah bayangan yang terbentuk saat 𝜃 = 4. Jumlah bayangan yang terbentuk saat 𝜃 =
1500 600
0
360 3600
𝑛= −1 𝑛= −1
1500 600
𝑛 = 2,4 − 1 𝑛 =6−1
5. Jumlah bayangan yang terbentuk saat 𝜃 = 6. Jumlah bayangan yang terbentuk saat 𝜃 =
1200 900
3600 3600
𝑛= − 1 𝑛 = −1
1200 900
𝑛 = 3−1 𝑛 =4−1
𝑛=2 𝑛=3
𝑛 = 12 − 1
𝑛 = 11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel Hasil Pengamatan
Data hasil pengamatan di tulis dalam tabel berikut :
1 1800 1
2 1500 2
3 1200 2
4 900 3
5 750 4
6 600 5
7 300 12
1. Jumlah bayangan yang terbentuk saat 2. Jumlah bayangan yang terbentuk saat 𝜃 =
𝜃 = 1800 750
0
360 3600
𝑛= − 1 𝑛 = −1
1800 750
𝑛 = 2−1 𝑛 = 4,8 − 1
3. Jumlah bayangan yang terbentuk saat 𝜃 = 4. Jumlah bayangan yang terbentuk saat 𝜃 =
1500 600
3600 3600
𝑛= − 1 𝑛 = −1
1500 600
𝑛 = 2,4 − 1 𝑛 =6−1
𝑛 = 3−1 𝑛 =4−1
𝑛=2 𝑛=3
𝑛 = 12 − 1
𝑛 = 11
Setelah data semua di peroleh maka buatlah hubungan dengan cara grafik antara besar
sudut dan banyaknya bayangan yang terbentuk.
Grafik yang terbentuk akan menghasilkan garis yang linier namun semakin kecil,
karena semakin besar sudut yang dibentuk maka bayangan yang dihasilkan akan semakin
kecil.
Setelah pembuktian melalui percobaan maka selanjutnya adalah pembuktian secara
manual yaitu pembuktian secaa rumus, apakah benar percobaan yang telah dilakukan sesuai
dengan teori. Pembuktian secara rumus dapat dilakukan melalui perhitungan berikut.
360
n= –1
𝜃
Dimana:
n = jumlah bayangan
Secara lebih spesifik, bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah sebagai
berikut.
Untuk mendapatkan seluruh bayangan benda pada cermin datar, kita harus
menggunakan cermin yang panjangnya minimal ½ dari tinggi bendanya.
1
L h
2
h = tinggibenda( m)
Agar bayangan dapat terlihat keseluruhan, maka cermin harus diletakkan dari lantai setinggi;
1
H (h x)
2
Dimana :
n = jumlah bayangan
KESIMPULAN
4.1. KESIMPULAN
1. Cahaya dapat dipantulkan melalui cermin datar. Pemantulan pada cermin datar
merupakan pemantulan teratur karena besarnya sudut datang (i) sama dengan besarnya
sudut pantul (r).
2. Pembentukkan bayangan pada 2 buah cermin datar yang diletakkan sedemikian rupa
sehingga membentuk sudut tertentu dan diletakan sebuah benda di antara kedua cermin
tersebut, maka bayangan yang dibentuk cermin yang satu merupakan benda bagi cermin
yang lain.
3. Jumlah bayangan berbanding terbalik dengan sudut yang dibentuk cermin,saat sudut yang
dibentuk cermin besar,maka jumlah bayangan akan semakin sedikit.
4. Saat cermin di letakkan berhadapan akan terbentuk banyangan yang tak hingga
4.2.SARAN
Dalam percobaan ini,alat yang baik adalah alat yang dapat berdiri tanpa terganggu
oleh keadaan luar dan memiliki keakuratan sudut yang tepat.
Alat yang baik dalam percobaan ini adalah mikrokontroler yang memiliki keakuratan
sudut dan tidak goyah saat diberikan gangguan.
DAFTAR PUSTAKA
Tipler, P.A.1996 “Fisika Untuk Sains Dan Teknik Edisi ketiga”.Jakarta: penerbit Erlangga
David Halliday dan Robert Resnick. Alih bahasa Pantur Silaban dan ErwinSucipto, 1978.
“Fisika. Jilid 2. Edisi Ketiga”. Jakarta. Erlangga.
Dana santika, 2014 .“ Panduan pembuatan alat fisika sederhana”. Jakarta. Dikti.