Oleh
2019
PENDAHULUAN
Menurut Purwanto yang dikutip oleh (Mundakir 2006), komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien. Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
professional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien, (Siti Fatmawati 2010).
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara petugas
kesehatan dan klien (anak), yang direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan anak. Anak tidak dapat memahami/membedakan fantasi dan
kenyataan, anak juga hanya memahami kalimat yang pendek, sederhana, kata-kata yang
dipahami penjelasan yang konkrit. Pada masa ini anak mulai mandiri dan mengembangkan
keterampilan dirinya untuk berinteraksi dengan orang lain, anak yang lebih kecil belum fasih
berbicara (ucapan dan perbendaharaan kata belum memadai sepenuhnya). Anak masih
egosentris percakapan tentang dirinya, berpikir kongkrit: bicara apa adanya (jujur), bila perlu
ijinkan untuk menyentuh, memegang, memeriksa barang yg akan berhubungan dengan
mereka.
pasien anak merupakan individu yang unik, dalam melakukan komunikasi terapeutik
dengan pasien anak dibutuhkan teknik khusus agar hubungan yang dijalankan dapat
berlangsung dengan baik sesuai dengan tumbuh kembang anak.
1. Teknik Verbal
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak
untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan
keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
Bagaimana sikap Ibu/Bapak saat mengambil darah pada pasien anak SD, komunikasi
terapeutik apa yang dilakukan?
1. Berusaha memahami sifat pribadi dan karakter dari anak yang akan diambil
darah misalnya dilihat dari usia dan jenis kelamin anak tersebut
2. Memperkenalkan diri dengan ramah kepada anak tersebut dengan mengajak
berkomunikasi sambil berusaha untuk mengambil hati anak tersebut agar dia bisa
merasa nyaman dan percaya kepada kita. Misalnya dengan :
Menanyakan nama,
Menanyakan tanggal lahir,
Menanyakan tempat dia sekolah,
Menanyakan makanan kesukaan,
Menanyakan hobi,
Menanyakan kegiatan dia sehari hari
Mengiming imingi sesuatu, dan lain lain.
3. Memperhatikan dan mencoba memahami keadaan/kondisi anak yang akan
diambil darah, apakah anak tersebut kondisinya lemah dan pasrah atau kondisinya
kuat dan berontak.
Jika kondisi anak tersebut lemah dan pasrah mungkin kita bisa menanganinya sendiri
(melakukan tindakan pengambilan darah sendiri).
Jika kondisi anak tersebut kuat dan berontak, lakukan pendekatan kembali dengan
anak tersebut dengan mengajaknya berkomunikasi, memberikan pengertian dan
bujukan, Namun jika anak tersebut masih tidak bisa tenang, maka kita bisa meminta
orang tua anak tersebut atau rekan kerja kita untuk ikut membantu menenangkan
sambil memegang tangan pasien pada saat dilakukan tindakan pengambilan darah.
4. Memberikan informasi kepada orang tua dan anak tersebut bahwa akan
dilakukan tindakan pengambilan sampel darah, dan akan menimbulkan rasa sakit pada
lokasi pengambilan sampel darah ( lokasi pengambilan sampel bisa ditangan (Vena) ,
ujung jari (kapiler) atau diselangkangan (arteri)). Rasa sakit di tempat penusukan bisa
terjadi ± 1- 3 detik dan pengambilan sampel darah akan selesai dalam waktu ± 1- 2
menit.
5. Memberikan informasi kepada orang tua anak tersebut mengenai berapa
banyak sampel darah yang akan diambil, untuk dilakukan pemeriksaan apa saja dan
kapan pasien tersebut akan memperoleh hasil pemeriksaan.
6. Apabila orang tua anak tersebut setuju lakukan tindakan pengambilan sampel
darah dengan memilih lokasi mana yang tepat untuk dilakukan pengambilan darah
agar tidak terjadi kegagalan pengambilan darah dan tidak terjadi komplikasi setelah
pengambilan darah.
7. Untuk mengalihkan perhatian anak yang akan diambil darah agar anak
tersebut tidak kaget dan trauma, maka sambil melakukan tindakan pengambilan
darah,sambil kita ajak anak tersebut untuk berkomunikasi bisa kita ajak tanya jawab
atau bisa juga dengan mengajak anak tersebut ikut berkomunikasi dalam sebuah cerita
atau dongeng.
8. Setelah pengambilan darah selesai tenangkan anak tersebut dan pastikan tidak
terjadi komplikasi. Berikan penghargaan dan ucapan terima kasih.
Pemberian penghargaan bisa dengan memuji anak tersebut atau dengan memberikan
suatu bingkisan ( bisa mainan atau makanan ) yang disukai oleh anak-anak .
Ucapan terima kasih juga diberikan kepada orang tua anak tersebut.
KESIMPULAN
1. Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara petugas
kesehatan dan klien (anak), yang direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan anak.
2. Teknik Komunikasi Pada Anak
pasien anak merupakan individu yang unik, dalam melakukan komunikasi terapeutik
dengan pasien anak dibutuhkan teknik khusus agar hubungan yang dijalankan dapat
berlangsung dengan baik sesuai dengan tumbuh kembang anak.