Setiap organisasi baik organisasi public maupun organisasi swasta memiliki tujuan
masing-masing yang harus dicapai, guna mencapai tujuan tersebut diperlukan strategi yang
dijabarkan dalam bentuk program-program atau aktivitas. Organisasi memerlukan sistem
pengendalian manajemen untuk menjamin dilaksanakannya strategi organisasi secara efektif
serta efisien sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Pengendalian manajemen meliputi
beberapa aktifitas, antara lain perencanaan, kordinasi antar berbagai bagian dalam
organisasi, komunikasi informasi, pengambilan keputusan, memotivasi orang-orang dalam
organisasi agar bertindak sesuai tujuan organisasi, pengendalian dan penelitian kinerja.
Kegagalan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dapat terjadi
karena adanya kelemahan atau kegagalan pada salah satu atau beberapa tahapan dalam
proses pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen sector public berfokus
pada bagaimana melaksanakan strategi secara efektif dan efisien sehingga dapat mencapai
tujuan organisasi.
Struktur organisasi harus sesuai dengan desain sistem pengendalian manajemen,
karena sistem pengendalian manajemen berfokus pada unit-unit organisasi sebagai pusat
pertanggung jabawan. Pusat-pusat pertanggung jabawaban tersebut merupakan basis
perencanaan , pengendalian dan penilaian kinerja. Manajemen sumber daya manusia harus
dilakukan sejak proses seleksi dan rekrutmen, training pengembangan dan promosi hingga
pemberhentian karyawan.
1
1.2 Struktur Pengendalian Manajemen
Sistem pengendalian manajemen harus didukung dengan struktur organisasi
yang baik. Struktur organisasi termanifestasi dalam bentuk struktur pusat
pertanggungjawaban (responsibility centers). Pusat pertanggungjawaban ini
merupakan unit organisasi yang dipimpin oleh manajer yang bertanggungjawab
terhadap aktivitas pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Tujuan dibuatnya
pusat-pusat pertanggungjawaban tersebut adalah:
1. Sebagai basis perencanaan, pengendalian, dan penilaian kinerja manajer dan
unit organisasi yang dipimpinnya
2. Untuk mempermudah pencapaian tujuan organisasi
3. Memfasilitasi terbentuknya goal congruence
4. Mendelekasikan tugas dan wewenang ke uni-unit yang memiliki kompetensi
sehingga mengurangi beban tugas manajer pusat
5. Mendorong kreatifitas dan daya inovasi bawahan
6. Sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisien
7. Sebagai alat pengendalian anggaran
Pada dasarnya terdapat empat jenis pusat pertanggungjawaban, yaitu:
1. Pusat Biaya (expense center), pusat biaya adalah pusat
pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai berdasarkan biaya yang
telah dikeluarkan. Suatu unit organisasi disebut sebagai pusat biaya apabila
ukuran kinerja dinilai berdasarkan biaya yang telah digunakan (bukan nilai
output yang dihasilkan). Pusat biaya banyak dijumpai pada sektor publik
karena output yang dihasilkan seringkali ada, namun tidak dapat diukur atau
hanya dapat diukur secara fisik tidak dinilai rupiahnya. Contohnya Departemen
produksi, Dinas Sosial, dan Dinas pekerjaan umum.
2. Pusat Pendapatan (revenue center), pusat pendapatan adalah pusat
pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai berdasarkan
pendapatan yang dihasilkan. Contohnya dinas pendapatan daerah dan
departemen pemasaran.
3. Pusat Laba (profit center), pusat laba merupakan pusat pertanggungjawaban
yang menandingkan input (expense) dengan output (revenue) dalam satuan
moneter. Kinerja manajer dinilai berdasarkan laba yang dihasilakn. Contohnya
BUMN dan BUMD, objek pariwisata milik PEMDA, bandara dan pelabuhan.
4. Pusat Invstasi (investment center), pusat investasi adalah pusat
pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai berdasarkan laba yang
dihasilkan dikaitkan dengan investasi yang ditanamkan pada pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Contohnya Departemen Riset dan
2
Pengembangan dan BALITBANG (Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertahanan).
Pengendalian manajemen berfokus pada pusat pertanggungjawaban, karena
pusatpertanggungjawaban merupakan alat untuk melaksanakan strategi dan program-
program yang telah diseleksi melalui proses perencanaan strategik. Melalui pusat
pertanggungjawaban ini anggaran dibuat, anggaran yang telah disahkan akan
dikomunikasikan kepada manajer manajer level menengah dan bawah untuk
dilaksanakan.
Suatu organisasi besar, seperti pemerintah daerah, dapat dianggap sebagai
pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban yang besar nantinya akan di
pecah menjadi beberapa pusat pertanggungjawaban berskala kecil, yang nantinya
pembagian tersebut menjadi dasar untuk perencanaan dan pengendalian anggaran,
serta mempermudah penilaian dari unit-unit tertentu. Manajer pusat bertugas menjadi
budget holder, yang memiliki tanggungjawab melaksanakan anggaran. Pusat
pertanggungjawaban memperoleh sumberdaya input berupa tenaga kerja, material dan
sebagainya yang dengan input tersebut diharapkan dapat menghasilkan output dalam
bentuk barang, atau pelayanan pada tingkat kualitas dan kuantitas tertentu. Anggaran
mencerminkan nilai rupiah dari input yang dialokasikan ke pusat-pusat
pertanggungjawaban dan output yang diharapkan atau level dan aktivitas yang
dihasilkan. Pengendalian anggaran meliputi pengukuran terhadap output dan belanja
yang riil dilakukan, dibandingkan dengan anggaran. Adanya perbedaan atau varians
antara hasil yang dicapai dengan yang dianggarkan kemudian dianalisis guna
mengetahui penyebabnya dan dicari siapa yang bertanggungjawab atas terjadinya
varians tersebut, sehingga dapat segera dilakukan tindakan korektif.
Setiap jenis pusat pertanggungjawaban membutuhkan data mengenai belanja
(pengeluaran) yang telah dilakukan dan output yang dihasilkan selama masa anggaran.
Laporan kinerja disiapkan dan dikirim kesemua level manajemen untuk dievaluasi
kinerjanya, yaitu dibandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan anggaran. Jika
sistem anggaran berjalan dengan baik, maka informasi yang dikirimkan kepada manajer
harus relevan dan tepat waktu. Informasi yang relevan merupakan invormasi yang
terbaru (up to date) dan akurat. Informasi yang relevan adalah informasi yang
membedakan dengan jelas antara biaya yang dapat dikendalikan secara langsung
(controllable) dengan biaya-biaya yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) oleh
manajer pusat pertanggungjawaban.
Untuk biaya-biaya yang sifatnya controllable, pengendaliannya dapat dilakukan
dengan menetapkan standar biaya yang tepat. Penentuan standar biaya dapat
dilakukan dengan menggunakan Standard Spending Assessment atau Standar Analisa
3
Belanja (SAB). Sementara itu, biaya yang sifatnya uncontrollabel yang biasanya berupa
discretionary expenses maka pengendaliannya dilakukan melalui perencanaan
anggaran yang ketat (hard budget).
Informasi yang terkait dengan sistem pengendalian anggaran biasanya banyak
diketahui oleh bagian departemen anggaran. Departemen anggaran memiliki fungsi
sebagai berikut:
1. Menetapkan prosedur dan formulir untuk persiapan anggaran
2. Mengkoordinasikan dan membuat asumsi-asumsi sebagai dasar anggaran
(asumsi tersebut misalnya tingkat inflasi, nilai tukar, dan harga migas)
3. Membantu mengkomunikasikan anggaran keseluruh bagian organisasi
4. Menganalisis anggaran yang diajukan dan membuat rekomendasi kepada
budgetee (budget holder) dan manajer pusat pertanggungjawaban
5. Menganalisis kinerja anggaran yang dilaporkan, menginterpretasikan hasil,
dan menyiapkan ikhtisar laporan untuk manajer pusat pertanggungjawaban
6. Menyiapkan pembuatan revisi anggaran jika diperlukan
Komite anggaran biasanya terdiri dari para pemimpin puncak, seperti kepala
departemen, kepala dinas, kepala biro, dan sebagainya. Komite anggaran bertugas
menyusun anggaran untuk tiap-tiap unit oprasi. Departemen anggaran dan komite
anggaran merupakan perangkat yang berada pada pusat pertanggungjawaban.
4
mengantarkan organisasi mencapai tujuannya, yaitu tercapainya keselarasan antara
tujuan individu dengan tujuan organisasi. Dalam hal ini diharapkan sistem pengendalian
manajemen menjadi "jembatan" guna mencapai keselarasan antara tujuan organisasi
dan tujuan individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tujuan organisasi tersebut dapat
dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu faktor pengendalian formal dan faktor informal.
Faktor pengendalian formal misalnya adalah sistem pengendalian manajemen, sistem
aturan (rules of the game), dan reward & punishment system. Sementara itu faktor
informal terdiri atas faktor eksternal dan internal. Faktor pengendalian yang bersifat
eksternal, ,isalnya etos kerja dan loyalitas karyawan (dalam sistem pemerintahan
dikenal istilah "abdi negara dan abdi masyarakat"), sedangkan yang bersifat internal
misalnya: kultur organisasi, gaya manajemen (managment style), dan gaya komunikasi
(communication style).
5
bentuk program-program, kegiatan, atau proyek (dalam perusahaan disebut unit
business level strategy).
Strategi organisasi ditetapkan untuk memberikan kemudahan dalam mencapai
tujuan organisasi. Salah satu metode penentuan strategi adalah dengan menggunakan
analisis SWOT (strength, weakness, opportunit, threat). Analisis SWOT dikembangkan
dengan menganalisis faktor internal organisasi yang menjadi kekuatan dan kelemahan
organisasi (core competence) dan memperhitungkan faktor eksternal berupa ancaman
dan peluang. Berdasarkan analisis SWOT tersebut, organisasi dapat menentukan
strategi terbaik untuk mencapai tujuan organisasi. Strategi berubah atau dapat
mengalami revisi (strategi revision), jika terdapat lingkungan yang berubah dipengaruhi
oleh ancaman (threat) dan kesempatan (opportunity) misalnya ada inovasi teknologi
baru, peraturan pemerintah baru, atau perubahan lingkungan politik dan ekonomi lokal
dan global.
Analisis Internal
Analisis Eksternal
Teknologi yang dimiliki
Ekonomi, Sosial, Politik
Sumber Daya
Peraturan (regulasi)
Sumber Daya Alam
Trend Global
Sumber Daya Manusia
Teknologi Baru
Infrastruktur, dsb.
Strategi
Gambar 1.1
Proses Perumusan Strategi
6
Proses perumusan strategi pada organisasi sektor publik banyak dipengaruhi oleh
perkembangan di sektor swasta. Sama halnya dengan sektor swasta, tahap paling awal
dari manajemen strategik pada sektor publik adalah perencanaan. Perencanaan dimulai
dari perumusan strategi. Olsen dan Eadie (1982) menyatakan bahwa proses
perumusan strategi terdiri atas lima komponen dasar, yaitu:
Pernyataan misi dan tujuan umum organisasi yang dirumuskan oleh manajemen
eksekutif organisasi dan memberikan rerangka pengembangan strategi serta
target yang akan dicapai
Analisis atau scanning lingkungan, terdiri dari pengidentifikasian dan pengukuran
(assessment) faktor-faktor eksternal yang sedang dan akan terjadi dan kondisi
yang harus dipertimbangkan pada saat merumuskan strategi organisasi
Profil internal dan audit sumber daya, yang mengidentifikasikan dan mengevaluasi
kekuatan dan kelemahan organisasi dalam hal berbagai faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan strategik
Perumusan, evaluasi, dan pemilihan strategi
Implementasi dan pengendalian rencana strategik
7
Initiate and agree
process
Mission and
Stakeholders
mandate
INTERNAL EXSTERNAL
ENVIRONMENTAL ENVIRONMENTAL
ANALYSIS ANALYSIS
Strategies
PEST ANALYSIS
Political
Economic
Sosiological
Technical
Vision for the future
Actions
Outcomes
Gambar 1.2
Model Perumusan Strategi pada Organisasi Sektor Publik
8
1.3.2 Perencanaan Strategik (Strategic Planning)
Sistem pengendalian manajemn diawali dari perencanaan strategik (strategic
planning). Perencanaan strategik merupakan proses penentuan program-program,
aktivitas, atau proyek yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi dan penentuan
jumlah alokasi sumber daya yang akan dibutuhkan.
Perbedaannya dengan perumusan strategi adalah perumusan strategi
merupakan proses untuk menentukan strategi, sedangkan perencanaan strategi adalah
proses menentukan bagaimana mengimplementasikan strategi tersebut. Hasil
perencanaan strategik berupa rencana-rencana strategik (strategic plans). Dalam
proses perumusan strategi, manajemen memutuskan visi, misi, dan tujuan organisasi
serta strategi untuk mencapai tujuan organisasi.
Review strategi,
Anggaran yang Program yang
program, prioritas,
dibutuhkan lolos seleksi
dan anggaran
Gambar 1.3
Proses Perencanaan Strategik
9
Gambar 1.4
Sistem Manajemen Strategik Pada Pemerintah Daerah
Tujuan unit
kinerja
10
1.3.3 Manfaat Perencaan Strategik Bagi Organisasi
Perencanaan strategik sangat penting bagi organisasi. Manfaat perencanaan bagi
organisasi antara lain:
1. Sebagai sarana untuk memfasilitasi terciptanya anggaran yang efektif
2. Sebagai sarana untuk memfokuskan manajer pada pelaksanaan strategi yang
telah ditetapkan
3. Sebagai sarana untuk memfasilitasi dilakukannya alokasi sumber daya yang
optimal (efektif dan efisien)
4. Sebagai rerangka untuk pelaksanaan tindakan jangka pendek (short term action)
5. Sebagai sarana bagi manajemen untuk dapat memahami strategi organisasi
secara lebih jelas
6. Sebagai alat untuk memperkecil rentang alternatif strategi
Tujuan utama perencanaan strategik guna untuk meningkatkan komunikasi
antara manajer puncak dengan manajer level bawah. Adanya komunikasi ini akan
meungkinkan terjadinya persetujuan antara manajer puncak dengan manajer level
bawah mengenai strategi terbaik untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan,
yang nantinya akan mendorong tercapainya tujuan organisasi.
11
ramping, akan tetapi kaya fungsi (form follow function). Konsekuensinya adalah
adanya penghapusan unit-unit yang disfungsional atau dimarger dengan unit lain
yang hampir sama fungsinya, sehingga overlapping antar unit kerja dapat
dihilangkan.
b. Pemimpin eksekutif bertanggungjawab untuk melaksanakan strategi dan arahan
kebijakan hingga level bawah. Visi, misi, dan tujuan organisasi harus selalu
dikomunikasikan dan ditanamhkan ke seluruh anggota organisasi baik melalui
komunikasi formal maupun informal.
c. Dewan bertanggungjawab secara kolektif untuk merencanakan strategi, kebijkan
dan otoritas alokasi sumber daya, dan menilai kinerja manajemen.
Proses dan praktek implementasi di lapangan terkait dengan prosedur dan sistem
penegndalian. Perencanaan strategik tidak akan efektif jika prosedur dan sistem
pengendalian tidak sesuai strategi. Kultur organisasi terkait dengan lingkungan kerja
dan kesediaan anggota untuk melakukan perubahan. Perencanaan strategik harus
didukung dengan budaya organisasi yang kuat. Perencanaan strategik harus diikuti
dengan perubahan perilaku dan sikap anggota organisasi untuk melaksanakan
program-program secara efektif dan efisien. Program-program yang sudah dirancang
secara baik dapat gagal bila personel di lapangan bertindak tidak sesuai dengan arah
dan strategi. Masalah lain adalah adanya resistensi untuk berubah (resistance to
change) terutama jika ada isu akan dilakukannya restrukturisasi dan reorganisasi.
1.3.5 Penganggaran
Apabila tahan perencanaan strategik telah selesai dilakukan, tahap selanjutnya
adalah menentukan anggaran. Tahap penganggaran dalam proses pengendalian
manajemen sektor publik merupakan tahap yang dominan. Proses penganggaran pada
organisasi sektor publik memiiki karakteristik agak berbeda dengan penganggaran pada
sektor swasta. Perbedaan tersebut terutama adalah adanya pengaruh politik dalam
proses penganggaran.
12
dengan manajemen kompensasi yang memadai. Manajemen kompensasi merupakan
mekanisme penting untuk mendorong dan memotivasi manajer untuk mencapai tujuan
organisasi. Peran penting dengan adanya sistem penghargaan (rewards) adalah untuk
mendorong tercapainya tujuan organisasi dan untuk menciptakan kepuasan bagi setiap
individu.
Pemberian penghargaan (rewards) dapat berupa finansial dan non-finansial
seperti pshylogical reward dan social rewards. Penghargaan yang bersifat finansial
misalnya berupa kenaikan gaji, bonus dan tunjangan. Imbalan yang bersifat pisikologis
dan sosial misalnya promosi jabatan, penambahan tanggungjawab dan kepercayaan,
otonomi yang lebih besar, penempatan di lokasi yang lebih baik, dan pengakuan.
13
2.2 Konsepsi Tentang Jenis Pengendalian
Terdapat tiga jenis pengendalian pemerintah yaitu pengendalian preventif,
operasional, dan kinerja.
a. Pengendalian Preventif berbentuk sistem kendali mutu proses dan hasil
perumusan strategi, pengendalian sasaran, program dan rencana strategis lain
yang dipastikan tercapai.
b. Pengendalian operasional berbentuk pengawasan realisasi anggaran agar
efektif dan efisien, pengendalian setiap program, kegiatan, tahap kemajuan
atau tahap selesai, pengawasan kualitas proses dan hasil ditutup dengan
direalisasikannya APBN/APBD.
c. Pengendalian Kinerja merupakan pengukuran hasil yang dibandingkan dengan
tolak ukur kinerja.
14
Sistem pengendalian manajemen mengklasifikasi biaya terkendali
(controllable) dan biaya tak terkendali (uncontrollable) pada setiap pusat
pertanggungjawaban. Biaya terkendali menggunakan standar biaya, standar analisis
belanja (SAB) berbatas jumlah per mata anggaran, berbasih pengetahuan dan
pengalaman sesuai tupoksi (tugas pokok dan fungsi). Biaya tidak terkendali adalah
discretionary expenses, pengendalian melalui perencanaan anggaran ketat (hard
budget). Fungsi unit organisasi penganggaran adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan sistem prosedur persiapan anggaran, dokumen formulir
penyusunan anggaran
2. Koordinasi dan QC asumsi dasar anggaran
3. Komunikasi/diseminasi informasi anggaran
4. Analisis anggaran, rekomendasi anggaran kepada pemegang anggaran dan
manajer pusat pertanggungjawaban anggran.
5. Analisis kinerja realisasi anggaran
6. Revisi anggaran
15
Membangun dukungan dan komitmen akan tujuan dan hasil, dan political will.
Penetapan proses dan jadwal realisasi anggaran, kegiatan, proyek, program.
Pembangunan budaya beretos kerja, budaya bersih KKN, membasmi budaya berbasis
kekuasaan, membangun budaya takut tidak mencapai target/sasaran bukannya budaya
takut melanggar. Melakukan reorganisasi, restrukturisasi sesuai perubahan misi, fungsi,
strategi, dan sasaran (form follow function).
Membangun subpusat pertanggungjawaban berbasis GCG, menghapus
tumpang tindih tugas dan tanggungjawab antar sekter, menegaskan secara berkala
imbalan serta sanksi tiap-tiap pusat pertanggungjawaban.
16