PENDAHULUAN
Sejak reformasi yang terjadi pada tahun 1998, sistem pemerintahan negara
mengalami perubahan yang drastis dan fundamental yaitu dari yang semulanya
sentralisasi telah menjadi desentralisasi atau disebut juga otonomi daerah, dengan
kata lain pemerintah pusat telah memberikan wewenang kepada pemerintah daerah
tangan dari pemerintah pusat dengan semata-mata untuk mencapai pemerintah yang
adalah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem negara
keuntungan bagi pemerintah daerah antara lain, dapat meningkatkan kualitas dan
mengembangkan potensi daerah yang dimiliki atas dasar inisiatif dan kemampuan
1
Dengan adanya kebijakan tersebut, perubahan sistem pemerintahan memberi
dampak yang besar pada penyelenggaran pemerintah dan ruang lingkup kerja pada
umumnya sehingga memberi dampak juga pada pada perubahan pengaturan sistem
Saat ini telah memasuki era desentraliasi fiskal, dimana diharapkan adanya
peningkatan pelayanan diberbagai sektor salah satunya adalah sektor publik, dengan
adanya peningkatan dalam layanan sektor publik akan dapat menambah daya Tarik
bagi investor untuk menanamkan investasinya di daerah (Harianto & Adi, 2007).
Botman et.al (2009) menyatakan secara teoritis desentralisasi fiskal adalah devolusi
tanggung jawab fiskal dan kekuasaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah
efesiensi sektor publik dan menyebabkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan
tidak hanya nilai administratif tetapi juga dimensi sipil karena meningkatkan
kesempatan bagi warga untuk mengambil minat dalam urusan publik itu membuat
mereka terbiasa dengan menggunakan kebebasan. Sementara itu, Malik et.al (2006)
menyatakan desentralisasi struktur fiskal suatu negara adalah strategi yang efektif
fiskal, pemerintah daerah harus mampu memberikan fasilitas pelayanan publik yang
lebih baik untuk masyarakat lokal. Infrastruktur merupakan kunci dari pertumbuhan
2
produktivitas (Modebe et.al, 2012). Albatel (2000) menyatakan bahwa pemerintahan
Sejalan dengan hal tersebut, kebijakan ini berlaku juga pada provinsi gorontalo,
karena provinsi ini masih di katakan provinsi baru yang sebelumnya berada pada
sumber daya sehingga dapat dialokasikan pada pendapatan daerah hingga dapat
pendapatan asli daerah, dalam meningkatkan dana yang diperoleh untuk menjadi
yang dimiliki. Pendapatan asli daerah berasal dari hasil pajak daerah, hasil retribusi
pajak, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan
asli daerah yang sah. Pendapatan asli daerah merupakan tulang punggung
pembiyaan daerah, karena itu, kemampuan suatu daerah kemampuan suatu daerah
meningkatkan sarana dan prasarana serta infrastruktur bagi daerah tersebut untuk
infrastruktur daerah meningkat maka pendapatan asli daerah juga akan meningkat
alokasi belanja modal akan meningkat, (Wany, 2017). Salah satu upaya pemerintah
potensi pendapatan daerah yaitu dengan memberikan proporsi alokasi belanja modal
yang lebih tinggi pada sektor-sektor yang diangap produktif (Nugroho, 2012).
3
Dengan pembentukan daerah baru seperti provinsi gorontalo dan terjadinya
pemekaran secara luas, sejauh ini, tidak hanya terjadi pada daerah yang secara
geografis kaya akan sumber daya alam ataupun memiliki potensi industri dan
perdagangan yang dapat diandalkan sebagai sumber penerimaan daerah, tetapi juga
terjadi pada daerah yang miskin sumber daya alam dan terbelakang secara ekonomi,
sehingga pada akhirnya pemekaran tersebut menjadi beban fiskal bagi Anggaran
antar daerah. Untuk mengatasi persoalan ketimpangan fiskal yang terdapat di setiap
daerah dan adanya kebutuhan pendanaan daerah yang cukup besar, serta
perimbangan berupa Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
DAU merupakan dana yang berasal dari pemerintah pusat yang diambil dari APBN
desentralisasi. Sedangkan DAK merupakan dana yang bersumber dari APBN yang
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
belanja modal, karena cenderung akan menambah aset tetap yang dimiliki pemerintah
kebutuhan daerah akan semua sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran
4
Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang ditunjukan untuk
Bruto menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kegiatan ekonomi
jika barang dan jasa yang diproduksi pada periode ini lebih besar dibandingkan
banyak sarana dana prasarana publik serta infrastruktur dari belanja modal maka
memiliki dampak positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun
modal yang lebih tinggi dibandingkan belanja rutin yang relatif kurang produktif.
modal pada publik menyebabkan alokasi belanja modal tidak terlaksana sepenuhnya
begitu juga dengan provinsi gorontalo dengan adanya pemekaran wilayah mempu
5
2014, salah satu variabel yang penting yang bisa mencerminkan kebutuhan atas
penyediaan sarana dan prasarana adalah Luas Wilayah, tentunya dengan semakin
dana alokasi umum, dana alokasi khusus, tingkat pertumbuhan ekonomi, dengan jelas
ekonomi berpengaruh dan mampu memoderasi pengaruh PAD pada alokasi belanja
modal. Demikian juga penelitian Sugotro (2018), yang membuktikan bahwa luas
wilayah tidak memoderasi pengaruh retribusi daerah, DAU, DAK, pajak daerah
terhadap belanja modal. Hal ini tentu menarik perhatian penulis untuk meneliti kembali
pengaruh PAD, DAU, DAK terhadap belanja modal guna mengkonfirmasi hasil riset
yang berjudul Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana
Penelitian ini dilakukan dalam rangka menguji pengaruh PAD, DAU, DAK terhadap
Belanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi dan Luas Wilayah Sebagai variabel
6
Pertama, perbedaan karakteristik obyek penelitian dengan penelitian sebelumnya
penelitian ini akan menguji kembali penelitian yang dilakukan oleh Prabawati (2017),
penelitian ini, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil
dalam penelitian Sugotro (2018), yang menjadikan Luas Wilayah sebagai variabel
moderating menunjukan hasil Luas Wilayah tidak dapat memoderasi pengaruh Dana
Alokasi Umum terhadap Belanja Modal. Luas Wilayah tidak dapat memoderasi
Pertumbuhan Ekonomi dan Luas Wilayah, dan juga lokasi penelitian yang dilakukan
merupakan provinsi yang belum lama terjadinya pemekaran wilayah, tentunya dengan
adanya masalah pada daerah otonom baru untuk menggali potensi sumber daya yang
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
lebih banyak mengalokasikan anggaran ke sektor belanja operasi dari pada belanja
modal. Masalah yang dihadapi pada otonomi daerah adalah pengalokasian realiasasi
belanja modal berpengaruh pada stabilitas perekonomian daerah. Sejalan dengan hal
7
tersebut, peneliti ingin mencoba meneliti variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
Modal?
Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap alokasi
Belanja Modal?
Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap alokasi
Belanja Modal?
2. Untuk menguji secara empiris pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja
dan Dana Alokasi Khusus terhadap alokasi Belanja Modal pada pemerintahan
provinsi gorontalo.
8
5. Untuk menguji secara empiris pengaruh Luas Wilayah dapat memoderasi
hubungan dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana
gorontalo.
1. Kontribusi Teoritis
2. Kontribusi Praktis
a. Bagi Penulis
b. Bagi Stakeholder
c. Bagi Akademisi
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
persetujuan (kontrak) di antara dua pihak, yaitu prinsipal dan agen, dimana prinsipal
memberi wewenang kepada agen untuk mengambil keputusan atas nama prinsipal
(Jensen dan Meckling, 1976:5). Prinsipal merupakan pihak yang bertindak sebagai
masukan atas tugas yang telah dijalankan oleh agen. Sedangkan agen adalah pihak
yang menerima dan menjalankan tugas sesuai dengan kehendak prinsipal. Menurut
Halim dan Abdullah (2006) Teori Keagenan yakni teori yang mengaitkan hubungan
prinsipal dengan agen yang berasal dari teori ekonomi, keputusan, sosiologi,
organisasi.
Lupia & Mc Cubbins (2000) dalam Halim dan Abdullah (2006) menyatakan
pendelegasian terjadi ketika seseorang atau satu kelompok orang (principal) memilih
orang atau kelompok lain (agent) untuk bertindak sesuai dengan kepentingan prisipal.
Pihak lain (agent) yang dimaksud adalah pemerintah daerah. Pemerintah daerah
Menurut Lane (2003) dalam Halim dan Abdullah (2006) teori keagenan dapat
sektor publik dengan menggunakan teori keagenan. Bergman & Lane (1990)
10
Pembuatan dan penerapan kebijakan publik berkaitan dengan masalah-masalah
Menurut Moe (1984) dalam Halim dan Abdullah (2006), di pemerintahan terdapat
pelayanan. Hal yang sama dikemukakan juga oleh Gilardi (2001) dan Strom (2000),
seorang menteri, dana dari pemerintah kepada birokrasi. Hubungan tersebut tidaklah
entails danger (Lupia & Mc Cubbins, 2000). Dalam demokrasi modern, setidaknya
terdapat empat ciri pendelegasian (Lupia & Mc Cubbins, 2000), yakni: (1) adanya
prinsipal dan agen, (2) kemungkinan terjadinya konflik kepentingan, (3) adanya
informasi yang dibutuhkan dalam memonitor kinerja agent dan menentukan struktur
insentif dan monitoring yang efisisen (Petrie, 2002) dalam Halim dan Abdullah (2006).
Teori keagenan dalam sektor publik merupakan sistem keagenan yang bertingkat.
11
Perspektif keagenan sektor publik, legislatif (DPRD) merupakan pihak
agen. Anggaran daerah disusun oleh Pemda sesuai dengan program yang
lanjut. Jika RAPBD yang telah diajukan Pemda tersebut dianggap telah sesuai
legislatif. Jadi walaupun di satu sisi legislatif menjadi prinsipal, tapi dalam
baik secara keseluruhan maupun parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan
terhadap organisasin (Putro, 2013). Organisasi sektor publik memiliki cakupan yang
12
kekuasaan dalam roda pemerintahan harus menekankan aspek kepentingan rakyat
daerah, pendapatan daerah serta aset daerah untuk kesejahteraan rakyat sesuai
seluruh kekayaan alam yang dikuasai pemerintah harus digunakan dan dimanfaatkan
secara langsung oleh masyarakat sebagai stakeholder. Jika pendapatan dari sumber
PAD, DAU, dan DAK yang dialokasikan ke Belanja Modal maka akan dapat
berarti mekanisme teknik analisis dan analisis akuntansi yang diterapkan pada
sosial, maupun pada proyek-proyek kerja sama sektor publik dan swasta (Bastian,
segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi
13
publik adalah mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada
dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM, dan yayasan sosial maupun
yang menghasilkan pendapatan (baik dari pajak maupun bukan pajak) yang
lebih besar akan menggunakan sistem bagi hasil, alokasi dana umum, hibah,
yang digunakan untuk pelayanan tersebut sulit diukur. Hal ini dikarenakan
14
Pengukuran kualitas dan kuantitas berbagai pelayanan yang di berikan oleh
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
merupakan sumber penerimaan daerah asli yang digali di daerah tersebut untuk
dari pemerintah pusat. Daerah yang mempunyai sarana dan prasara yang
PAD terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan
daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Retribusi Daerah disebutkan bahwa jenis pajak daerah terdiri dari 2 (dua), yaitu
pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Jenis Pajak provinsi terdiri atas Pajak
15
Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar
Kabupaten/Kota terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan,
Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Retribusi daerah
dikelompokkan dalam retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, retribusi perizinan
tertentu. Penerimaan PAD lainnya yang menduduki peran penting setelah pajak
daerah dan retribusi daerah adalah bagian Pemerintah Daerah atas laba BUMD.
kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan oleh APBN.
Untuk daerah provinsi menerima sebesar 10% dari DAU yang ditetapkan,
sedangkan kabupaten/kota sebesar 90%. Selanjutnya dari jumlah DAU 90% yang
ditujukan untuk kabupaten dan kota, maka setiap kabupaten dan kota akan
Alokasi Dasar (AD) dihitung berdasarkan realisasi gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS)
daerah tahun sebelumnya (t-1) yang meliputi gaji pokok dan tunjangan-tunjangan
16
yang melekat sesuai dengan peraturan penggajian PNS yang berlaku. Celah
Fiskal (CF) merupakan selisih dari kebutuhan fiskal dengan kapasitas fiskal.
provinsi lain tidak dapat dihindari dengan adanya desentralisasi fiskal, disebabkan
oleh minimnya sumber pajak dan sumber daya alam yang kurang dapat di gali
sebagian besar terserap untuk belanja pegawai, sehingga belanja untuk proyek-
pendapatan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Proporsi PAD
yang rendah, dilain pihak juga menyebabkan Pemerintah Daerah memiliki derajat
DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional (UU
17
dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah
tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional,
pembangunan daerah.
Menurut (UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004), wilayah yang
menerima DAK harus menyediakan dana penyesuaian paling tidak 10% dari DAK
yang ditransfer ke wilayah, dan dana penyesuaian ini harus dianggarkan dalam
besar dari penerimaan tidak perlu menyediakan dana penyesuaian. Tetapi perlu
diketahui bahwa tidak semua daerah menerima DAK karena DAK bertujuan untuk
pemerataan dan untuk meningkatkan kondisi infrastruktur fisik yang dinilai sebagai
prioritas nasional.
Dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan yang merupakan bagian dari
daerah, secara bertahap dialihkan menjadi Dana Alokasi Khusus. DAK digunakan
(Sulistyowati, 2011:26).
modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang
sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu
18
pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, serta
melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan
selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan
pada kelompok belanja administrasi umum. Aset tetap yang dimiliki pemerintah
daerah sebagai akibat adanya belanja modal merupakan syarat utama dalam
mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD. Menurut
untuk memperoleh aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu
rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung,
modal ini manfaatnya cenderung melebihi satu tahun dan akan menambah aset atau
pemerintah yang sangat vital dalam operasioanal dalam pemerintahan dan pelayanan
pengelolaannya”.
pembanguan sarana dan prasarana, antara lain sumber daya alam, tenaga kerja,
19
investasi modal, kewirausahaan, transportasi, komunikasi, komposisi sektor industri,
ekonomi (Darwanto, 2007). Bahkan salah satu indikator makro ekonomi yang pada
Regional Bruto (PDRB). Produk domestik regional bruto (PDRB) merupakan jumlah
nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi didalam
suatu wilayah atau daerah pada periode tertentu (biasanya satu tahun) tanpa
ekonomi dikatakan positif apabila terjadi kenaikan Output Total Ril (OTR) negatif jika
terjadi penurunan OTR dan dikatakan statis jika tidak terjadi kenaikan maupun
barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan bahwa
definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output
20
penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan keterampilan,
Wilayah adalah sebuah daerah yang dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah
kedaulatan. Pada masa lampau, seringkali sebuah wilayah dikelilingi oleh batas-batas
kondisi fisik alam, misalnya sungai, gunung, atau laut. Luas Wilayah Pemerintahan
merupakan jumlah ukuran dari besarnya wilayah dari suatu pemerintahan, baik itu
pemerintahan kabupaten, kota maupun provinsi. Luas Wilayah sangat erat kaitannya
Anggaran belanja modal didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan
fasilitas publik. Dalam penjelasan Undang-undang nomor 33 tahun 2004, salah satu
adalah Luas Wilayah, maksudnya semakin besar Luas Wilayah suatu daerah
pemerintahan maka semakin banyak juga sarana dan prasarana yang harus
disediakan Pemerintah Daerah agar tersedia pelayanan publik yang baik. Penelitian
bahwa alokasi belanja modal yang dilakukan oleh daerah sangat dipengaruhi oleh
Penelitian ini berusaha menguji secara empiris pengaruh Pendatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal dengan
Pertumbuhan Ekonomi dan Luas Wilayah sebagai variabel moderasi. Penelitian dari
Prabawati (2017), menjelaskan bahwa Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum
21
berpengaruhi secara parsial terhadap alokasi Belanja Modal, Dana Bagi Hasil tidak
berpengaruh secara parsial terhadap alokasi Belanja Modal, Dana Bagi Hasil
Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh dan tidak
Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil secara bersama-sama
ekonomi.
signifikan terhadap Belanja Modal, hasil pengujian parsial menunjukan bahwa Dana
Alokasi Umum berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal, hasil pengujian secara
Alokasi Umum terhadap Belanja Modal, Berdasarkan hasil pengujian secara simultan
menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU),
berpengaruh positif dan signifikan pada Belanja Modal. Sisa Lebih Pembiayaan
ekonomi tidak berpengaruh signifikan pada Belanja Modal. Pendapatan Asli Daerah
22
merupakan variabel yang paling dominan diantara variabel lainnya yang
mampu memoderasi pengaruh Dana Alokasi Umum pada Belanja Modal namun
dengan arah yang negatif. Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan dan mampu
memoderasi pengaruh Pendapatan Asli Daerah pada Belanja Modal namun dengan
arah yang negatif. Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh signifikan dan tidak
antara Pajak Daerah terhadap Belanja Modal yang ditunjukkan oleh hasil uji parsial.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara Retribusi Daerah terhadap Belanja Modal
yang ditunjukkan oleh hasil uji parsial. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Dana
Alokasi Umum terhadap Belanja Modal yang ditunjukkan oleh hasil uji parsial.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja
Modal yang ditunjukkan oleh hasil uji parsial. Luas Wilayah tidak dapat memoderasi
pengaruh Pajak daerah terhadap Belanja Modal. Hal ini ditunjukkan pada hasil uji t.
Luas Wilayah tidak dapat memoderasi pengaruh Retribusi daerah terhadap Belanja
Modal. Hal ini ditunjukkan pada hasil uji t. Luas Wilayah tidak dapat memoderasi
pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal. Hal ini ditunjukkan pada hasil
uji t. Luas Wilayah tidak dapat memoderasi pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap
23
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan
APBN. Disinilah letak permasalahan yang muncul, dimana pemerintahan daerah telah
mengatur wilayah otonominya sendiri, dengan alasan ini pemerintahan harusnya bisa
yaitu dengan memberikan proporsi alokasi belanja modal yang lebih tinggi pada
untuk pembangunan infrastruktur publik melainkan untuk belanja rutin lainnya yang
dilaksanakan. Salah satu masalah dalam pendapatan dan belanja daerah adalah
24
rutin dan anggaran pembangunan. Lemahnya kemampuan pemerintah daerah dalam
meningkatkan pendapatan daerah juga akan mempengaruhi belanja daerah. Hal yang
memenuhi belanja modal. Belanja modal antara lain berhubungan dengan masalah
perekonomian yang maju karena distribusi barang efisien jika sarana transportasi
jalan memadai. Belanja modal juga berhubungan dengan bidang kesehatan melalui
belanja modal pada publik menyebabkan alokasi belanja modal tidak terlaksana
daerah adalah pertumbuhan ekonomi yang meningkat setiap tahunnya. Salih (2012)
25
dengan penelitiannya di Sudan, berpendapat bahwa Pertumbuhan PDB riil per kapita
memiliki hubungan yang searah dengan pangsa belanja pemerintah terhadap PDB.
memiliki dampak positif pada pertumbuhan ekonomi. Taiwo & Abayomi (2011)
menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif antara PDB dan belanja modal.
Pertumbuhan
Ekonomi
Luas Wilayah
26
yang berasal dari daerah sangat tergantung pada kemampuan merealisasikan potensi
langsung dari masyarakat seperti retribusi, pajak dan lain sebagainya. Pendapatan
yang diperoleh daerah digunakan untuk menunjang sarana dan prasarana publik serta
infrastruktur yang baik. Jika pembangunan berbagai sarana dan prasarana publik
sarana dan prasarana serta infrastruktur yang dikeluarkan pemerintah daerah melalui
Belanja Modal. Begitu juga penelitian Sugiarthi (2014), Menjelaskan hasil penelitian,
Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan pada Belanja Modal.
dana perimbangan kepada pemerintah daerah. Dana perimbangan ini bertujuan untuk
mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (UU
27
Pemerintah daerah masih banyak yang membutuhkan dana bantuan dari
pemerintah pusat untuk meningkatkan sarana dan prasarana publik serta infrastruktur
dalam meningkatkan pembangunan daerah. Hal ini sejalan dengan tujuan dari Dana
semakin baik. Hal ini memberikan indikasi yang kuat bahwa belanja modal akan
dipengaruhi oleh Dana Alokasi Umum. Sehingga dapat disimpulkan jika Dana Alokasi
Umumnya tinggi maka Belanja Modal juga akan tinggi. Sejalan dengan penelitian
Masruroh (2018), hasil pengujian parsial menunjukan bahwa Dana Alokasi Umum
pemerintah pusat dengan daerah. Salah satu dana perimbangan adalah Dana Alokasi
Khusus. Dana alokasi khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
kegiatan khusus yang merupakan kegiatan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasioanal. Tujuan DAK untuk mengurangi beban biaya kegiatan khusus yang harus
pelayanan publik yang direalisasikan dalam Belanja Modal. Penelitian Sugotro (2018),
28
terhadap Belanja Modal yang ditunjukkan oleh hasil uji parsial. Berdasarkan uraian di
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Alokasi Khusus
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Hal ini juga mempengaruhi alokasi belanja
modal karena sarana dan prasarana publik serta infrastruktur daerah dibelanjakan
banyak yang membutuhkan dana bantuan dari pemerintah pusat untuk meningkatkan
dan DAK terhadap Belanja Modal. Penelitian Prabawati (2017), Pendapatan Asli
Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil secara bersama-sama
berikut :
H4: Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh pada hubungan PAD, DAU dan DAK
29
3.2.5. Pengaruh Luas Wilayah Dapat Memoderasi Hubungan Dari Pendapatan
Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap
dan prasarana adalah Luas Wilayah. Daerah dengan wilayah yang lebih luas akan
membutuhkan sarana dan prasarana yang lebih banyak, sebagai syarat untuk
pelayanan kepada publik bila dibandingkan dengan daerah dengan wilayah yang tidak
begitu luas sehingga Luas Wilayah mampu memoderasi Pendapatan Asli Daerah,
Luas Wilayah suatu daerah dapat dijadikan ukuran suatu daerah untuk
infrastruktur berupa jalan dan jaringan. Pembangunan infrastruktur berupa jalan akan
sehingga dapat memperlancar arus barang dari daerah satu ke daerah yang lain.
Lancarnya arus barang dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya. Dan
hal tersebut dapat meningkatkan perekonomian daerah itu sendiri. Penelitian Sugotro
(2018), Luas Wilayah tidak dapat memoderasi hubungan PAD, DAU, dan DAK terhada
sebagai berikut :
H5: Luas Wilayah tidak berpengaruh pada hubungan PAD, DAU dan DAK
30
DAFTAR PUSTAKA
31