Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Perkembangan Bahasa Pada Anak Serta Permasalahan Dan Penanganannya”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Anak

Dosen Pengampu : Mallevi Agustin Ningrum, S.Pd., M.Pd.

Kelas 2018 B
Nama Kelompok :

1. Nenny Chanidatus Shofiyah 18010684065


2. Siti Aminatus Sa’diyah 18010684062
3. Yasmin Reza Putri A. 18010684057
4. Choirinah Azizah Uswatun H. 18010684055
5. Marinda Nur Aini 18010684059
6. Samantha Ruth Lubis 18010684089
7. Sisilia Mbangi Maja 18010684084

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
2018
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan anak usia dini sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi
pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk membentuk karakter,
budi pekerti luhur, cerdas, ceria, t erampil, dan bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa. Anak adalah individu yang berbeda, dan memiliki karakteristik sendiri
sesuai dengan tahapan usianya.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum


jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan
bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, 2003). Untuk melihat keberhasilan
tersebut, antara lain dapat dilihat dari perkembangan penguasaan bahasanya yang
dapat dilihat ketika anak berkomunikasi.

Bahasa merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan pada anak
usia dini. Bahasa berfungsi sebagai salah satu alat komunikasi dan merupakan
sarana penting dalam kehidupan anak. Melalui bahasa, anak dapat saling
berhubungan, saling berbagi pengalaman, dan dapat meningkatkan intelektual,
yakni dalam rangka pengembangan pengetahuan dan keterampilan bahasanya.
Bagi anak di usia dini hal tersebut merupakan masa perkembangan yang harus
dibina dan dikembangkan agar mereka dapat memanfaatkan kemampuan
bahasanya secara maksimal. Jika bimbingan, arahan, dan penanganan tidak tepat
atau bahkan tidak diperoleh oleh anak sangat mungkin terjadi perkembangan
bahasa yang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh orang tua di rumah
maupun oleh pendidik di sekolah (Anita, 2015).
2

Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia secara
teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya Artinya, melalui bahasa,
orang dapat saling bertegur-sapa,saling bertukar pikiran untuk memenuhi
kebutuhannya. Hal ini juga yang terjadi pada anak-anak. Anak juga membutuhkan
orang lain untuk berinteraksi mengungkapkan isi hati, pikirannya serta
keinginannya melalui bahasa baik yang berlangsung di rumah, di lingkungan
sekitar anak, atau pun di sekolah (Depdikbud, 1995/1996).

Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan ide, gagasan, dan juga


keinginan. Anak diyakini dapat mulai diajak berkomunikasi sejak ia dalam
kandungan. Hal ini dibuktikan oleh fakta bahwa pada saat lahir anak lebih
mengenal suara ibunya dari pada suara anggota keluarga lain. Hal ini
dikarenakan, sejak dalam kandungan anak terbiasa mendengar suara ibunya dan
berkomunikasi dengannya. Pemahaman tentang perkembangan bahasa, bukan saja
dalam bentuk bahasa secara lisan, namun mencakup empat keterampilan
berbahasanya. Empat keterampilan berbahasa yang dimaksud meliputi menyimak
(mendengarkan), berbicara, membaca, dan menulis (menggambar). Empat
keterampilan berbahasa ini dapat difasilitasi dengan berbagai kegiatan pada
PAUD (Anita, 2015).

Uraian di atas menunjukkan bahwa pemerolehan bahasa pada anak usia dini
adalah hal yang menarik untuk dibahas. Oleh karena itu makalah ini akan
membahas sekilas tentang perkembangan bahasa anak usia dini serta karakteristik
per kembangan pada pendidikan anak usia dini.

Berkaitan dengan masa keemasan atau golden age pada anak usia dini, dimana
anak akan mengalami masa perkembangan otak yang sangat pesat tidak terkecuali
perkembangan bahasanya, maka dibutuhkan stimulasi dan penanganan yang tepat.
Sehingga diharapkan tenaga pendidik PAUD adalah guru yang professional yaitu
guru dengan kualifikasi dan kompetensi yang baik yang mampu mengoptimalkan
3

aspek-aspek perkembangan anak, dalam pembahasan ini, khususnya, aspek


pengembangan bahasa.

Berdasarkan paparan di atas, maka makalah dengan judul “Perkembangan Bahasa


Pada Anak Serta Permasalahan Dan Penanganannya” perlu ditulis dan dibahas
lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut ini dipaparkan
rumusan masalah dalam makalah.

1. Apa Pengertian Perkembangan Bahasa?


2. Bagaimana Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak?
3. Bagaimana Tahapan Pemerolehan Bahasa Anak?
4. Bagaimana Tahapan Pemrolehan Bahasa Ibu?
5. Apa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak?
6. Apa Sajakah Permasalahan Perkembangan Bahasa Anak?
7. Bagaimana Cara Menangani Permasalahan Perkembangan Bahasa Anak?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, berikut ini dipaparkan tujuan
penulisan makalah
1. Memahami Pengertian Perkembangan Bahasa.
2. Memahami Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak.
3. Mengetahui Tahapan Pemerolehan Bahasa Anak.
4. Memahami Tahapan Pemrolehan Bahasa Ibu.
5. Memahami Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak.
6. Mengetahui Permasalahan Perkemganban Bahasa Anak.
7. Memahami Cara Menangani Permasalahan Bahasa Anak.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Bahasa


Perkembangan bahasa merupakan salah satu aspek pengembangan
anak usia dini. Artinya aspek ini berperan penting dalam perkembangan anak
serta mempengaruhi masa tumbuh kembang anak di masa selanjutnya.
Menurut Santrock bahasa (language) adalah suatu bentuk komunikasi baik
lisan, tertulis, maupun isyarat yang didasarkan pada sebuah sistem simbol
(Suhartono, 2005).

Bahasa terdiri atas kata-kata yang digunakan oleh masyarakat


(perbendaharaan kata) dan aturan-aturan untuk memvariasikan dan
mengkombinasikan kata-kata tersebut (tata bahasa dan sintaksis). Sedangkan
bahasa anak usia dini yakni bahasa yang dipakai anak untuk menyampaikan
keinginan, pikiran, harapan, permintaan untuk dirinya sendiri (Suhartono,
2005).
Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia
secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya. Dengan demikian,
melalui bahasa, orang dapat saling bertegursapa,saling bertukar pikiran untuk
memenuhi kebutuhannya. Hal ini juga yang terjadi pada anak-anak. Demikian
pula halnya dengan anak membutuhkan orang lain untuk mengungkapkan isi
hati atau pikirannya melalui bahasa (Depdikbud, 1995/1996).

Bahasa pertama yang digunakan anak merupakan dasar bagi anak


untuk memperoleh bahasa kedua dan seterusnya. Bahasa pertama juga
merupakan bahasa seumur hidup, karena bahasa pertama akan digunakan
seseorang dari pertama ia dilahirkan. Permainan yang dilakukan di PAUD
membantu anak untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan termasuk
bahasa yaitu kemampuan menyimak, memberikan anak pengalaman untuk
5

mengajukan pertanyaan, bercerita dan mengikuti lagu. Kemampuan ini akan


dikembangkan melalui kegiatan bercakap-cakap, bercerita, dan tukar
pendapat.

B. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak


Kemampuan setiap orang dalam berbahasa berbeda-beda. Ada yang
berkualitas baik dan ada yang rendah. Perkembangan ini mulai sejak awal
kehidupan. Sampai anak berusia 5 bulan (0-1 tahun), seorang anak akan
mengoceh seperti orang yang sedang berbicara dengan rangkaian suara yang
teratur, walaupun suara dikeluar kan ketika berusia 2 bulan. Di sini terjadi
penerimaan percakapan dan di skriminasi suara percakapan. Ocehan dimulai
untuk menyusun dasar bahasa (Aliah B, 2006).
Berdasarkan Permendikbud No. 137 tahun 2014 tentang STTPPA
menyatakan bahwa tingkat pencapaian perkembangan bahasa anak yaitu :

Usia 3 bulan Usia 3 – 6 bulan Usia 6 – 9 bulan Usia 9 – 12 bulan

1. Menangis 1. Memperhatikan 1. Mulai 1. Menyatakan


2. Berteriak atau mendengarkan menirukan kata penolakan
3. Bergumam ucapan orang yang terdiri dari dengan
4. Berhenti 2. Meraban atau 2 suku kata menggeleng atau
menangis setelah berceloteh 2. Merespon menangis
keinginannya (babbling) ; seperti permainan ciluk 2. Menunjukkan
terpenuhi (misal : ba ba ba ba benda yang
setelah 3. Tertawa kepada diinginkan
digendong atau orang yang
diberi susu) mengajak
berkomunikasi
6

C. Tahapan Pemerolehan Bahasa Anak


Berikut ini tahapan-tahapan anak memperoleh bahasa ketika hidup
dilingkungan sosial masyarakat.
1. Tahap Pralinguistik
Seorang bayi mulai mengenal kata melalui beberapa tahapan yang
hampir sama. Menurut Kaplan (dalam Dawud, 2008: 111) bahwa urutan
tahapan perkembangan pralinguistik pada anak dapat kita kenali sebagai
berikut. Pertama, Tangisan; anak sejak lahir sudah belajar bahasa yaitu
melalui tangisannya. Sebelum lahir pun anak sudah belajar bahasa, hanya saja
belum dapat kita lihat dan dengarkan kemampuan verbal secara nyata. Baru
setelah lahir dapat kita amati proses belajar bahasa anak melalui tangisan.
Kedua, Vokalisasi; anak setelah umur satu bulan sudah mengembangkan
vokalisasi yang berbeda dengan tangisan. Ciri penanda vokalisasi adalah
variasi vokal yang berbeda antara tahap tangisan. Ketiga, Ocehan; anak umur
setengah tahun sudah memulai dengan ocehan kombinasi konsonan dan vokal
sudah mulai tampak. Keempat, ujaran terpola; umur satu tahun anak mulai
berkata dengan pola ujaran yang benar dalam satu kata permulaan.
2. Tahap Pemerolehan
Kata Pemerolehan kata sangat dipengaruhi kehidupan sosial anak.
Kajian pemerolehan kosakata biasanya difokuskan pada pemerolehan kata,
ujaran, makna kata dan penggunaannya. Seorang anak akan menyimpan
kosakata baru yang sering didengar, dilihat, ditemui, dialami dan
dirasakannya, sedangkan kosakata yang jarang didengarnya akan dilupakan
seiring dengan pertumbuhannya. Oleh karena itu, seorang anak yang di dalam
percakapan keluarganya berbahasa Indonesia, akan memperoleh kosakata
bahasa Indonesia lebih banyak dan variatif dibandingkan dengan percakapan
di keluarga yang berbahasa jawa. Pemerolehan makna kata pada anak
tentunya tidak sekedar diserap secara alami, tetapi anak juga mengalami
proses berpikir ketika menggunakannya. Pemaknaan terhadap kata akan
semakin baik jika anak tersebut frekuensi pemakainnya lebih banyak. Selain
7

itu pengaruh, lawan bicara, budaya, sosial dan lingkungan sangat mendukung
pemerolehan makna kata pada anak. Tahap pemerolehan kata dan
pemaknaannya pada anak berusia antara 1 tahun sampai 8 dengan 2 tahun,
sedangkan umur 3 tahun sudah pada tahap aplikasi kata untuk berinteraksi.
Artinya anak sudah mulai berani untuk berbicara secara bebas dengan orang
lain melalui pemerolehan dan penguasaan kosakata yang dimilikinya.
3. Tahap Penguasaan
Kata dalam Kalimat Arti penguasaan kata di sini sudah merujuk pada
pemahaman dan aplikasi yang nyata. Artinya seorang anak dikatakan benar-
benar menguasai kosakata jika dapat memaknai, memilih, dan menggunakan
kata secara tepat dalam berkomunikasi. Selain itu, anak juga dapat
menerapkan kata tersebut dalam kalimatkalimat ataupun percakapan dengan
orang lain secara komunikatif. Penguasaan kata dalam kalimat pada tahap
ketiga ini juga dapat dikatakan bahwa pembalajar sudah mulai menguasai
kompetensi pragmatik. Kompetensi pragmatis ini akan terus berkembang
seiring dengan tingkat kedewasaan pembelajar bahasa (Dawud, 2008).
D. Tahapan Pemerolehan Bahasa Ibu
Beberapa tahap yang dialami anak dalam proses perkembangan
bahasanya meliputi empat tahap yaitu:
1. Tahap ocehan (babbling stage) Bayi usia enam bulan mulai mengoceh,
mengucapkan sejumlah bunyi ujar tanpa makna atau beberapa penggal
kata yang bermakna karena kebetulan saja .
2. Tahap satu kata (holophrastic stage) Tahap ini disebut tahap kalimat
holophrastic (dari kata holo, utuh, dan phrase, frase). Pada usia satu tahun
anak mulai menggunakan serangkaian bunyi berulangulang untuk makna
yang sama. Contoh: Mam (untuk mengatakan saya mau makan), Ma
(untuk meminta mama ada di sini).
3. Tahap dua kata (two-word stage) Anak usia paling lambat tahun dua
tahun sudah mulai mengucapkan ujaran dua kata, misalnya “Mi’ cu” yang
artinya anak minta minum susu. Beberapa ungkapan yang diucapkan
8

sering tidak bersubyek Hubunganhubungan seperti infleksi, kata ganti


orang, dan bentuk jamak belum digunakan.
4. Tahap telegrafis (telegraphic stage) Setelah melewati usia dua tahun,
anak dapat merangkaikan tiga, empat kalimat bahkan lebih. Hubungan
sintaksis dalam kalimatnya sudah tampak jelas, meskipun hingga usia ini
yang menjadi topik pembicaraannya ialah hal-hal yang berkenaan dengan
dirinya, yakni yang ada di tempat dan terjadi pada waktu itu (here and
now) (Rohmani, 2011).
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak
1. Faktor usia Faktor usia kerap dianggap berperan dalam menentukan
keberhasilan pemerolehan suatu bahasa. Kesimpulan ini ditarik dari
kecenderungan mudahnya anak-anak ketimbang orang dewasa dalam
memperoleh bahasa baru.
2. Faktor lingkungan Proses perkembangan bahasa yang baik selalu
dimulai sejak dini. Kesempatan anak untuk bercerita, berkomunikasi
dengan yang lain akan sangat membantu perkembangan bahasa tersebut.
Anak perlu memperoleh kesempatan untuk berbicara, mengungkapkan ide
dan gagasan, berkomunikasi dengan yang lain untuk membuat
kesepakatan.
3. Perbedaan individu Dengan diketahuinya perbedaan antar individu
dalam proses pemerolehan bahasa akan berimplikasi pada deteksi dini
kesulitan dan permasalahan belajar bahasa serta penentuan metode yang
tepat untuk memaksimalkan pemerolehan bahasa. Perbedaan antar
individu terdapat pada banyak faktor misalnya intelegensi, bakat, model
kognitif, kepribadian, memori auditori, kesiapan belajar, emosi, minat dll
(Rohmani, 2011).
9

F. Permasalahan Perkembangan Bahasa Anak


Pada anak-anak, permasalahan atau gangguan berbahasa umumnya
dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Gangguan berbicara yang disebabkan:
a. Masalah artikulasi
b. Gangguan bersuara
c. Masalah kefasihan Gangguan Berbahasa
d. Afasia karena ketidaksempurnaan perkembangan otak
e. Keterlambatan berbicara yang dapat dipicu faktor
lingkungan, gangguan pendengaran atau gangguan tumbuh
kembang
2. Gangguan pendengaran baik parsial maupun total yang jenisnya
antara lain:
a. Gangguan pendengaran konduktif yang disebabkan oleh
suatu penyakit yang mengganggu fungsi telinga bagian luar
dan tengah sehingga penyandangnya perlu menggunakan
alat bantu pendengaran.
b. Gangguan pendengaran akibat hilangnya sensor syaraf
karena kerusakan sel sensorik di dalam telinga yang
berfungsi mengantarkan pesan atau rangsangan suara.
c. Gangguan pendengaran kompleks akibat rusaknya fungsi
pada telinga bagian luar, tengah dan dalam.
d. Gangguan pusat pendengaran yang terjadi akibar kerusakan
pada syaraf atau jaringan otak.
3. Gangguan akibat kondisi tertentu seperti:
a. Kesulitan belajar yang dapat menjadi sebab maupun akibat
gangguan bahasa
b. Serebral palsy atau lumpuh otak
c. Retardasi atau keterbelakangan mental berbahasa
d. Bibir sumbing (Rohmani, 2011).
10

G. Cara Menangani Permasalahan Bahasa Anak


1. Metode Komunikasi Representatif
Metode ini terkait dengan cara efektif berkomunikasi dengan
penyandang gangguan berbahasa. Lebih lanjut hal ini berimplikasi pada
pendidikan bagi anak penyandang gangguan berkomunikasi. Pada
awalnya anak dengan gangguan berkomunikasi mendapat terapi bahasa
hanya di kelas khusus, namun dewasa ini terjadi trend menyekolahkan
pada sekolah umum atau yang disebut dengan pendidikan inklusi.
2. Bina Wicara
a. Latihan afasia pasca stroke Penderita afasia perlu memperoleh
motivasi untuk melatih bicaranya. Jangan dibiarkan menggunakan
bahasa isyarat dalam percakapan sehari-hari agar berlatih
mengucapkan katakata. Stimulasi yang diberikan akan disesuaikan
dengan program yang disusun terapis berdasarkan berat ringan
afasianya dan latar belakang pendidikannya. Program ini ditujuan
untuk memberikan stimulasi yang kontinyu secara auditif atau tertulis.
Pengulangan atau repetisi perlu dilakukan secara teratur.
b. Training keterampilan bahasa Tujuan terapi wicara adalah training
keterampilan (misalnya memperbanyak daftar kosakata, dan
melakukan imitasi struktur kalimat) yang dalam prakteknya
digeneralisasi dan menjemukan.
c. Terapi Penunjang Beberapa terapi menunjang proses penanganan
gangguan berbahasa dan bicara. Salah satunya yaitu ergotherapy.
Ergotherapy adalah terapi gerak dan sensoris yang lebih ditujukan
untuk melatih jika anak mempunyai masalah dalam pengucapan
(dyspraxia) yang disebabkan karena gangguan pada motorik dasar,
indera, terlalu sensitive, serta gangguan fisik lainnya. Tujuannya untuk
mengatasi aspek gangguan secara spesifik yang dibutuhkan dalam
mendukung perbaikan bahasa dan bicara (Tiel, 2006 : 18).
11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan bahasa merupakan salah satu aspek pengembangan
anak usia dini. Artinya aspek ini berperan penting dalam perkembangan anak
serta mempengaruhi masa tumbuh kembang anak di masa selanjutnya, karena
kemampuan setiap orang dalam berbahasa berbeda-beda.
Perkembangan bahasa anak juga memiliki standart pencapaian yang
tercantum pada Permendikbud No.137 tahun 2014 dalam tahapan usia 3-12
bulan sedangkan untuk tahapan pemerolehan bahasa anak terbagi menjadi 3
yaitu tahap pralinguistik, tahap pemerolehan, dan tahap penguatan.
Sedangkan tahapan pemerolehan bahasa ibu terdiri dari 4 tahap yaitu:
tahap ocehan (babbling stage), tahap satu kata (holophrastic stage), tahap dua
kata (two-word stage), dan tahap telegrafis (telegraphic stage). Yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor perkembangan bahasa pada anak yang
terdiri dari 3 faktor yaitu: faktor usia, faktor lingkungan dan faktor individu.
Adapun permasalahan atau gangguan perkembangan bahasa pada
anak, antara lain: gangguan berbicara, gangguan pendengaran dan gangguan
yang disebabkan akibat kondisi tertentu yang dapat ditangani dengan
penanganan yang tepat dengan cara Metode komunikasi representatif dan
Bina wicara.
B. Saran
Berdasarkan pada simpulan yang telah dikemukakan di atas, ada saran
yang ditujukan bagi semua orang khususnya para calon pendidik. Sebagai
calon pendidik sebaiknya memahami mengenai perkembangan bahasa pada
anak. Agar pendidik dapat mengmplementasikan ilmunya ketika ia
berhadapan dengan anak yang memiliki permasalahan perkembangan bahasa
ia sudah mampu untuk menanganinya dengan cara yang baik.
12

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) No. 20 Tahun 2003

Anita. 2015. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Jurnal al-Shifa, Vol. 06. No. 02
digilib.uin-suka.ac.id/27898/1/1520431009_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-
PUSTAKA. diakses pada 15 Oktober 2018

Depdikbud. 1995/1996. Petunjuk Pengajaran Membaca dan Menulis Kelas I, II di


Sekolah Dasar. Depdikbud. Dirjen Dikdasmen: Jakarta. (hl.5).

Suhartono. 2005. Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Depdiknas:


Jakarta. (hl. 13-14).
Purwakania, Aliah B. 2006. Psikologi Perkembangan Islami. Rajawali Press: Jakarta.
(hl. 226).

Permendikbud No. 137 tahun 2014 tentang STTPPA

Nur Indah, Rohmani. 2011. Gangguan Berbahasa. UIN-MALIKI Press: Malang.

Dawud. 2008. Prosedur Analisis Kesalahan Berbahasa. Jurnal Diksi. Fakultas


Bahasa dan Seni UNY.
Tiel, J.M. 2006. Gangguan Perkembangan Bahasa dan Bicara dan Menanganinya
pada Pure Dysphatic Development. Anakberbakat@yahoogroups.com. Diakses 12
Oktober 2018.

Anda mungkin juga menyukai