Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan
belajar yang dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Mujiono (1996:7) mengemukakan siswa
adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Tiap ahli psikologi memberi
batasan yang berbeda tentang belajar, atau terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan
mendefinisikan makna belajar. Belajar merupakan sesuatu yang sangat penting sekali dalam
rentang perkembangan pada diri seseorang, dengan belajar seseorang telah mengalami suatu
proses menuju kearah yang lebih baik.
Dalam kaitannya dengan belajar ini sangat banyak teori-teori yang membahas tentang
belajar. Dimana teori belajar merupakan unsur penting dalam pendidikan. Tanpa teori
pembelajaran tidak akan ada suatu kerangka kerja konseptual yang digunakan sebagai dasar
untuk melaksanakan pembelajaran. Dalam perkembangannya, terdapat banyak sekali teori-
teori yang berkembang dari tokoh-tokoh psikologi salah satunya adalah teori belajar sosial
yang dikembangkan oleh Albert Bandura.
Dalam kehidupan manusia ada 2 jenis belajar, yaitu belajar secara fisik (belajr menari,
belajar naik sepeda) dan belajar psikis. Termasuk dalam belajar psikis ini: belajar sosial
(social learning), dimana seseorang mempelajari peranya dan peran orang-orang lain dalam
kontak sosial. Selanjutnya, orang tersebut akan menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan
peran sosial yang telah dipelajarinya itu. Cara yang sangat penting dalam belajar sosial,
menurut aliran rangsang-balas, adalah tingkah laku tiruan (imitation). Ada dua teori tentang
tingkah laku tiruan yaitu dari Miller & Dollard (1941) dan Albert Bandura (1963)
Teori pembelajaran sosial (social learning theory) biasa juga disebut pembelajaran
observasional (observational learning), telah memberi penekanan tentang bagaimana perilaku
manusia dipengaruhi oleh lingkungan sekitar melalui penguatan (reinforcement) dan
pembelajaran peniruan serta cara berfikir yang kita miliki terhadap sesuatu dan juga
sebaliknya, yaitu bagaimana tingkah laku kita mempengaruhi orang yang ada disekitar dan
menghasilkan penguatan (reinforcement) dan peluang untuk diperhatikan oleh orang lain
(observational opportunity) (Alfiramita dan Syuhri, 2012).
Menurut Bandura, proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai
model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam
konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh
lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial
jenis ini. Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar
1
dalam keadaan atau lingkungan sebenarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah
laku, lingkungan dan kejadian-kejadian internal pada pelajar yang mempengaruhi persepsi
dan aksi merupakan hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan (interlocking).
Menurut Albert Bandura lagi, tingkah laku sering dievaluasi, yaitu bebas dari timbal balik
sehingga boleh mengubah kesan-kesan personal seseorang. Pengakuan sosial yang berbeda
mempengaruhi konsepsi diri individu (Alfiramita dan Syuhri, 2012).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis menjabarkan tentang teori belajar sosial dan
tiruan dari Miller & Dollard (1941) dan Albert Bandura (1963). Untuk lebih spesifiknya maka
penulis memaparkan teori belajar sosial dan tiruan dari beberapa ahli psikologi, dan aplikasi
teori belajar sosial dan tiruan dalam pembelajaran pendidikan luar sekolah. Dengan
pendeskripsian tersebut maka kita akan mengetahui lebih lanjut mengenai teori belajar sosial
dan tiruan dari Miller & Dollard dan Albert Bandura.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut ini dapat diperoleh
rumusan masalah diantaranya, sebagai berikut:
(1) Apa definisi Teori Belajar Sosial dan Tiruan dari beberapa ahli psikologi?
(2) Bagaimana aplikasi Teori Belajar Sosial dan Tiruan dalam pembelajaran pendidikan luar
sekolah?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang di atas, berikut ini dapat dipaparkan tujuan
penulisan makalah, antara lain:
(1) Memaparkan definisi Teori Belajar Sosial dan Tiruan dari para ahli psikologi.
(2) Memaparkan aplikasi Teori Belajar Sosial dan Tiruan dalam pembelajaran pendidikan
luar sekolah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan pada Bab 1, pembahasan masalah akan
menyajikan tentang: (1) definisi Teori Belajar Sosial dan Tiruan dari beberapa ahli psikologi
dan (2) aplikasi Teori Belajar Sosial dan Tiruan dalam pembelajaran pendidikan luar sekolah.

2.1 Definisi Teori Belajar Sosial dan Tiruan dari beberapa ahli psikologi
Miller dan Dollard bertitik tolak dari teori Hull (mediationist) yang dikembangkan
menjadi teori sendiri pandangan dasar mereka adalah tingkah laku manusia adalah dipelajari.
Karena itu, untuk memahami tingkah laku sosial dan proses belajar sosial harus mengetahui
prinsip-prinsip psikologi belajar (Prof Sarlito, 2010).
Belajar sosial adalah belajar yang bertujuan memperoleh ketrampilan dan pemahaman
terhadap masalah-masalah sosial, penyesuaian terhadap nilai-nilai sosial dan sebagainya.
Termasuk belajar jenis ini misalnya belajar memahami masalah keluarga, masalah
penyelesaian konflik antar etnis atau antar kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat
sosial (Alex Sobur, 2003).
Teori belajar sosial dikembangkan oleh albert bandura. Asal mulanya teori ini disebut
learning, yaitu belajar dengan mengamati perilaku orang lain. Dasar pemikirannya adalah
belajar dengan cara mengamati perilaku individu. Dan sebagian perilaku individu diperoleh
sebagai hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh orang lain
yang disajikan sebagai model (Fathur dan Sulistyorini, 2012).
Menurut teori belajar sosial, yang terpenting ialah kemampuan seseorang untuk
mengabstraksikan informasi dari perilaku orang lain, mengambil keputusan mengenai
perilaku mana yang akan ditiru dan kemudian melakukan perilaku-perilaku yang dipilih.
Menurut Miller dan Dollar ada 4 prinsip dalam belajar, yaitu dorongan (drive), isyarat
(cue), tingkah laku-balas (response), dan ganjaran (reward). Keempat prinsip ini sangat kait-
mengkait dan dapat saling dipertukarkan, yaitu dorongan menjadi isyarat, isyarat menjadi
ganjaran, dan seterusnya ( )
Selanjutnya, Miller dan Dollard menyatakan bahwa ada 3 mekanisme tiruan, yaitu:
a. Tingkah laku sama (same behavior);
b. Tingkah laku tergantung (matched dependent behavior);
c. Tingkah laku salinan (copying);

3
Ad. a. Tingkah laku sama
Tingkah laku sama terjadi apabila dua orang bertingkah laku balas sama terhadap
rangsang atau isyarat yang sama. Misalnya, dua orang naik bis yang sama karena mereka
sejurusan. Tingkah laku sama ini tidak selalu merupakan hasil tiruan. Sehingga tidak di
bicarakan lebih lanjut oleh Miller dan Dollard ( )
Ad. b. Tingkah laku tergantung
Tingkah laku tergantung timbul dalam hubungan antara dua pihakdimana salah satu
pihak lebih pintar, lebih tua, atau lebih mampu daripada pihak yang lain. Dalam hal ini,
pihak yang lain itu akan menyesuaikan tingkah lakunya (match) dan akan tergantung
(dependent) kepada pihak pertama. Misalnya, kakak-adik sedang bermain menunggu ayah
pulang dan ayah membawa permen. Terdengar suara langkah kaki ayah, kakak segera lari
ke pintu. Adik ikut-ikutan lari ( )
Ad. c. Tingkah laku salinan
Seperti halnya dengan tingkah laku tergantung, pada tingkah laku salinan, si peniru
bertingkah laku atas dasar isyarat (berupa tingkah laku juga)yang diberikan oleh model.
Demikian juga, dalam tingkah laku salinan ini pengaruh ganjaran dan hukuman sangat
besar terhadap kuat atau lemahnya tingkah laku tiruan ( )

2.2 Aplikasi Teori Belajar Sosial dan Tiruan dalam pembelajaran pendidikan luar
sekolah
Bandura percaya bahwa segala sesuatu yang dapat dipelajari melalui pengalaman
langsung juga bisa dipelajari secara tidak langsung melalui observasi. Bandura juga percaya
bahwa model akan sangat efektif apabila dilihat sebagai seseorang yang memiliki
kehormatan, kompetensi, status tinggi atau kekuasaan. Dan dalam hal ini sebagian besar guru
memiliki kriteria tersebut sehingga dapat menjadi model yang berpengaruh besar. Guru dapat
menjadi model untuk suatu keahlian, strategi pemecahan masalah, dan kreativitas. Guru juga
dapat menjadi model tindakan, yang akan diinternalisasi siswa dan karenanya menjadi standar
evaluasi diri (Mufa Latifah, 2014).
Dalam proses pembelajaran menurut teori sosial Albert Bandura, seorang guru harus
dapat menghadirkan model yang baik. Model yang baik harus dapat mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap pembelajar sehingga dapat memberi perhatian kepada si pembelajar.
Model disini tidak harus dari guru, namun tergantung apa yang akan diajarkan. Teori sosial
belajar ini cocok untuk mengajarkan materi yang berupa aspek psikomotorik dan afektif,
karena pembelajar langsung dapat memperhatikan, mengingat dan meniru dari model yang
dihadirkan (Mufa Latifah, 2014).
4
Namun dalam belajar dalam pendidikan luar sekolah yang diajarkan adalah berupa
konsep sehingga dapat menghadirkan model yang menarik perhatian dan dapat mudah diingat
oleh si pembelajar. Penulis berusaha memberi suatu contoh dalam pembelajaran pendidikan
luar sekolah. Seorang ahli saintis merancang sebuah desain pembelajaran matematika yang
menarik agar tidak membosankan bagi si pembelajar. Misalnya, dengan cara si pengajar
mengajarkan bagaimana menemukan volume dari balok. Disini dihadirkan atau disediakan
balok dan kubus yang berukuran 1 satuan kubik sebagai model. Dengan dipraktekkan oleh
pengajar dan ditirukan oleh pembelajar, pengajar memperagakan bagaimana menentukan
volume balok kemudian menentukan rumus volume balok. Dengan demikian diharapkan si
pembelajar dapat memperhatikan model dan menirukan bagaimana menentukan rumus
volume balok, dan pembelajar harus mengingatnya. Selanjutnya pembelajar secara berkala
dapat mampu meniru pemodelan tersebut. Beberapa proses ini akan lebih berhasil jika ada
motivasi yang kuat dari pembelajar untuk mempelajarinya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pada Bab II telah dipaparkan secara rinci penjelasan tentang (1) Definisi Teori Belajar
Sosial dan Tiruan dari beberapa ahli psikologi dan (2) aplikasi Teori Belajar Sosial dan Tiruan
dalam pembelajaran pendidikan luar sekolah. Berdasarkan pembahasan tersebut dapat
dikemukakan simpulan sebagai berikut.
Teori belajar sosial dan tiruan adalah pembelajaran yang terjadi ketika seseorang
mengamati dan meniru perilaku orang lain. Dengan kata lain, informasi diperoleh dengan
memerhatikan kejadian-kejadian dalam lingkungan. Teori belajar sosial ini menganggap
bahwa belajar tidak hanya sekedar perubahan dalam tingkah laku yang diamati, tetapi juga
pencapaian pengetahuan dan tingkah laku yang dapat diamati berdasarkan pengetahuan
tersebut, jadi pengalaman seseorang yang terlibat di dalamnya.
Dengan demikian bahwa penguatan yang mengendalikan ekspresi perilaku yang
dipelajari mungkin langsung (hadiah yang nyata, penerimaan atau penolakan social atau
penghilangan kondisi yang tidak mengenakkan) atau tidak langsung (melihat orang mndapat
hadiah atau hukuman atas perilaku yang ditimbulkan oleh diri sendiri atau penilaian atas
kemampuan diri sendiri).

Anda mungkin juga menyukai